JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

83
PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS 2 DI MIN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020” SKRIPSI Oleh: ZAINUL FUADI NIM:210615143 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO TAHUN 2020

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI BAGI

SISWA KELAS 2 DI MIN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020”

SKRIPSI

Oleh:

ZAINUL FUADI

NIM:210615143

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN 2020

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

ii

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS 2 DI

MIN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

ZAINUL FUADI

NIM:210615143

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN 2020

Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

iii

ABSTRAK

Fuadi, Zainul. 2020. “Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam

Pembelajaran Matematika Dengan Metode Demonstrasi Bagi Siswa

Kelas 2 Di Min 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020. Skripsi. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Kegururuan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr.

Moh Mukhlas, M. Pd.

Kata Kunci:Pemahaman Siswa, Keaktifan Siswa, Metode Demontrasi.

Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Matematika di kelas 2 MIN 1

Ponorogo dikarenakan beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut yaitu guru masih

menggunakan system pembelajaran yang konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan,

dan pendekatan pembelajaran berpusat pada guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa belum

dapat memahami sepenuhnya penjelasan tentang materi yang diajarkan, sehingga hasil

belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

ditentukan yaitu 7,5. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat diupayakan dengan

pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan asumsi diatas maka penulis

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan metode Demonstrasi.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan peningkatan pemahaman siswa pada

pembelajaran Matematika menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa pada

pembelajaran Matematika menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua

siklus, setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data

diperoleh dari subJek penelitian yaitu semua siswa kelas II Al-Farabi yang berjumlah 24

siswa.

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) penggunaan metode demonstrasi dapat

meningkatkan pemahaman siswa yakni sebesar 37,4%. Hal ini dapat dilihat dari capaian tes

pemahaman pada siklus 1 sebesar 54,2% siswa mencapai nilai KKM dan meningkat pada

siklus II sebesar 91,6% siswa mencapai nilai KKM. (2) penggunaan metode demonstrasi

dapat meningkatkan keaktifan siswa yakni sebesar 17,7%, yang semula di siklus I hanya 63,5

% meningkat menjadi 81,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode

Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa kelas II Al-Farabi pada

mata pelajaran Matematika pokok bahasan pengukuran berat di MIN 1 Ponorogo.

Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

iv

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

v

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

vi

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

vii

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………i

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………….….iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………...iv

MOTTO………………………………………………………………………………………v

ABSTRAK…………………………………………………………………………………...vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………...xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah…………………………………...6

C. Rumusan Masalah……………………………………………………….7

D. Tujuan Penelitian………………………………………………………..8

E. Manfaat Penelitian………………………………………………………8

F. Sistematika Pembahasan………………………………………………..10

BAB II : TELAAH HASL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,

KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu………………………………………12

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

ix

B. Landasan Teori…………………………………………………………..14

1. Pengertian Pemahaman Matematika…………………………………14

2. Keaktifan……………………………………………………………..17

3. Metode Demonstrasi……………………………………………...….19

4. Mata Pelajaran Matematika………………………………………….23

C. Kerangka Berpikir……………………………………………………….25

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan…………………………………………..27

BAB III : METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Objek Tindakan Kelas…………………………………………………...29

B. Setting Subjek Penelitian………………………………………………..29

1. Setting Lokasi Penelitian……………………………………………29

2. Subjek Penelitian……………………………………………………29

C. Fariabel yang Diamati…………………………………………………..30

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………………………………………..31

1. Perencanaan…………………………………………………………32

2. Pelaksanaan…………………………………………………………32

3. Pengamatan…………………………………………………………34

4. Refleksi …………………………………………………………….34

5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………..36

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Setting Lokasi Penelitian…………………………..37

B. Penjelasan Data Per-Siklus……………………………………………..43

C. Proses Analisis Data…………………………………………………....62

D. Pembahasan ……………………………………………………………65

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

x

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….70

B. Saran…………………………………………………………………...70

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah proses melihat mengamati, memahami

sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara

bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.1 Adapun

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang

saling berkaitan. Jadi, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan

yang sangat kompleks. Kegiatan pembelajaran inilah akan

memberikan pendidikan kepada semua orang.

Pendidikan semata-mata bukan hanya sebagai persiapan

untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, tetapi pendidikan

berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik

secara kualitas maupun kuantitas. Sumber daya manusia sendiri

dikatakan berkualitas dan bisa tercapai apabila kegiatan

pembelajaran dapat memberikan pemahaman kepada siswa. Hal

tersebut bisa tercapai apabila kegiatan pembelajaran dapat

memberikan pemahaman yang baik pada peserta didik.

Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari

pemahaman peserta didik setelah kegiatan pemebelajaran

berlangsung. Pemahaman siswa dapat dilihat dari kegiatan refleksi

1 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung :Sinar Baru

Algraasindo Offset, 2010) 28.

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

2

dan tanya jawab antara guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran

akan berakhir, seperti contoh mengklarifikasi, meringkas,

membandingkan, dan mengutarakan pembelajaran yang sudah

dijelaskan dengan bahasanya sendiri.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak

selamanya dapat berjalan lancar. Kemungkinan ada saja masalah

yang ditemukan, terutama masalah kesulitan belajar yang dialami

peserta didik yang nantinya akan mempengaruhi pemahaman siswa

itu untuk menyerap suatu pembelajaran. Semua itu bisa dilihat

melalui penilaian.

Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui

keberhasilan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

Ranah hasil belajar yang menjadi objek penilaian, di antaranya

adalah ranah kognitif. Ranah kognitif terdiri dari enam tipe hasil

belajar, yaitu pegetahuan atau ingatan, pemahamaan, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi.

Arti pemahaman itu sendiri seperti yang dijelaskan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pemahaman itu berasal dari

kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, adapun

pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau

memahamkan, sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono

pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

3

tentang hal yang dipelajari.2 Pendapat lain mengemukakan

pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa

mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang

diketahuinya.3 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa pemahaman adalah kemampuan siswa untuk dapat

mendefinisikan sesuatu dan memaknai hal-hal yang terkandung

dalam suatu teori maupun konsep-konsep yang dipelajari.

Tipe hasil belajar pemahaman dapat dibedakan menjadi 3

kategori, yaitu tingkat rendah bisa diartikan sebagai pemahaman

penerjemahan, misalnya mengartikan slogan seperti halnya

mengartikan Bhineka Tunggal Ika. Yang kedua tingkat madia, yakni

pemahaman penafsiran, menghubungkan pengetahuan tentaang

subjek, predikat, dan objek sehingga dapat mengetahui perbedaaan

kalimat aktif dan pasif. Yang ketiga pemahaman tingkat tinggi,

yakni pemahaman ekstrapolasi, seperti halnya membuat ramalan

tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti

waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.4

Pemahaman siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jamaniah, faktor

psikologis, dan faktor pematangan fisik dan psikis, sedangkan faktor

eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor budaya. Pemahaman

2 Dimyati dan mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 2013),

27. 3 M. Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,

(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), 44. 4 Mansur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetesi (Bandung: PT Refika

Aditama, 2011) 41.

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

4

siswa selain dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal juga

dipengaruhi tujuan, guru, peserta didik, suasana evaluasi, bahan dan

alat evaluasi, serta kegiatan pengajaran termasuk model

pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. 5

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan

pemahaman siswa yaitu model pembelajaran yang mengikut

sertakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan

menerapkan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari.

Metode Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang

memperagakan atau mempertunkjukkan materi yang diajarkan oleh

seorang guru, dengan memperagakan atau mempertunjukkan

menjadikan siswa menjadi aktif dan mudah memahami pembelajaran

yang diajarkan oleh seorang guru.

Di MIN 1 Ponorogo, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

mata pelajaran Matematika di tetapkan sebesar 70. Dengan

demikian, siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran Matematika

jika sudah memenuhi penguasaan kompetensi minimal 70. Dari data

yang diperoleh ketika melaksanakan ujian di semester 1, nilai

Matematika siswa kelas 2 yang siswanya mencapai 28 anak, 12 anak

memperoleh nilai di atas KKM, dan 16 anak memperoleh nilai di

bawah KKM. Jika ingin siswa memiliki ketuntasan maka harus di

buat pembelajaran sebaik mungkin.6

5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2010), 109. 6 Dari wawancara dengan Bapak Baihaqi MIN 1 Ponorogo pada tanggal 14

Februari 2019, pukul 09:45 WIB.

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

5

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa masih banyak

guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat

kepada guru. Selain itu, juga menggunakan metode pembelajaran

konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan. Hal ini

mengakibatkan siswa belum dapat memahami sepenuhnya

penjelasan tentang materi pelajaran karena siswa hanya duduk dan

mendengarkan penjelasan guru tanpa ikut berperan aktif selama

proses pembelajaran. Contohnya, siswa kurang memahami materi

yang telah dipelajari saat pelajaran Matematika. Hal ini tampak saat

siswa diberi pertayaan oleh guru saat kegiatan refleksi siswa belum

bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Selain itu, kebersatuan

kelas kurang terjalin begitu baik. Hal ini tampak apabila siswa pasif

satu kelompok dengan siswa pasif yang lain maka siswa tersebut

akan semakin pasif. Begitupun juga terjadi pada siswa yang aktif.

Hal ini bisa terjadi karena proses pembelajaran masih berpusat pada

guru. Hasil pemahaman siswa kelas II MIN 1 Ponorogo pada mata

pelajaran Matematika saat guru menggunakan model pembelajaran

konvensional yaitu hanya 4 siswa yang mencapai ketuntasan dengan

nilai rata-rata 52,91.7

Melihat hal tersebut, di sini peneliti memfokuskan

penelitianya kepada peningkatan pemahaman siswa untuk

membuktikan adanya pengaruh metode demonstrasi terhadap

peningkatan pemahaman siswa, maka dalam penelitian ini peneliti

7 Hasil Observasi Saat Magang II (28 Mei 2019)

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

6

akan menguji tentang pemahaman mata pelajaran Matematika di

kelas II MIN 1 Ponorogo. Peneliti mengambil tempat di MIN 1

Ponorogo, karena MIN 1 Ponorogo merupakan Madrasah Ibtidaiyah

Negeri favorit dibandingkan dengan SD/MI di kecamatan Sampung

dan sekitarnya, dan juga di MIN 1 Ponorogo merupakan Madrasah

Ibtidaiyah yang memiliki jumlah siswa terbanyak dibandingkan

dengan SD/MI di kecamatan Sampung dan sekitarnya. Dengan

demikian peneliti melakukan penelitian di MIN 1 Ponorogo.

Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk

meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran,

untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pelajaran

Matematika sehingga pelajaran Matematika terasa mudah dipahami

oleh siswa. Selain itu, juga sebagai bahan pertimbangan dalam

proses pembelajaran di kelas, agar dapat menciptakan suasana

belajar yang aktif dan menyenangkan. Salah satu metode yang dapat

diterapkan adalah metode demonstrasi.

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dari

permasalahan yang ada, dapat diidentifikasi masalahnyaa

sebagai berikut:

a. Siswa sulit memahami pembelajaran yang disampaikan

dengan model seperti di buku paket matematika

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

7

b. Siswa masih kurang bisa memahami konsep materi pokok

bahasan pengukuran panjang, berat, dan waktu.

c. Dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa ikut

berperan aktif, sehingga proses belajar mengajar menjadi

bermakna dan siswa lebih mudah memahami materi

pelajaran.

d. Dalam proses pembelajaran siswa yang aktif cenderung

dominan menguasai kelas, sedangkan siswa yang pasif

hanya diam dalam mengikuti pembelajaran, sehingga

kekompakan dalam 1 kelas kurang.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas , agar penelitian

lebih fokus maka penelitian dibatasi pada hasil belajar siswa

khususnya pada ranah kognitif pada aspek pemahaman siswa

Kelas II (Al-Farabi) di MIN 1 Ponorogo pada tahun pelajaraan

2019/2020

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan

masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan

pemahaman siswa kelas 2 MIN 1 Ponorogo tahun ajaran

2019/2020 dalam pembelajaran matematika?

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

8

2. Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan

keaktifan siswa kelas 2 MIN 1 Ponorogo tahun ajaran 2019/2020

dalam pembelajaran matematika?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai

dalam penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang dan

rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk menjelaskan peningkatan pemahaman siswa dengan

menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 2 MIN 1

Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran

matematika.

2. Untuk mendreskripsikan peningkatan keaktifan siswa dengan

menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 2 MIN 1

Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran

matematika.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sangat penting dan bermanfaat dari beberapa sisi,

yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk wawasan

keilmuan terhadap pengembangan teori-teori pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan mata kuliah SBM (Strategi

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

9

Belajar Mengajar) dan Penyusunan Pembelajaran MI/SD Berbasis

Mapel maupun Tematik, serta diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan tambahan ilmu pengetahun yang

berkaitan dengan keterampilan sosial.

2. Manfaat praktis

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

dipaparkan, dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

siswa, pendidik, dan lembaga pendidikan (sekolah). Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

Hasil penelitan ini diharapkan siswa lebih berperan aktif

dalam proses pembelajaran, dan juga dapat meningkatkan

pemahaman siswa pada pembelajaran matematika

b. Bagi Pendidik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

guru dalam menggunakan model-model pembelajaran

tematik terpadu khususnya materi Matematika maupun

materi lainnya, dan juga sebagai wawasan untuk mengajar,

membimbing, dan mendorong siswa untuk lebih efektif

dalam proses pembelajaran.

c. Bagi Lembaga Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan prestasi

akademik siswa yang mana akan berpengaruh juga terhadap

mutu pembelajaran dari lembaga pendidikan sekolah yang

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

10

bersangkutan, dan juga sebagai sumbangan pikiran unntuk

menambah referensi berupa hasil penelitian.

d. Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Sebagai aplikasi ilmu dan sebagai rujukan dalam penelitian

yang akan datang.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penyusunan penelitian dan pembahasan,

laporan penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang masing-masing

bab terdiri atas sub-sub yang berkaitan dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi, latar

belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua adalah kajian teori yang berisi, telaah hasil

penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis

tindakan.

Bab ketiga adalah metode penelitian yang meliputi, objek

penelitian tindakan kelas, setting subjek penelitian, variabel yang

diamati, dan prosedur PTK (perencanaan, pelaksanaan dan

observasi, serta refleksi), dan jadwal pelaksaanaan PTK.

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

11

Bab keempat adalah hasil penelitian tindakan kelas yang

meliputi, gambaran singkat lokasi penelitian, penjelasan per-siklus,

proses analisis data persiklus, serta pembahasan.

Bab kelima merupakan bab terakhir dalam laporan ini, yang

berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

12

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN

TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Telaah hasil penelitian terdahulu digunakan untuk

mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan

penelitian yang sejenis yaang pernah dilakukan oleh peneliti lain

sebelumnya, sehingga tidak ada pengulangan materi secara mutlak.

Rujukan penelitian terdahulu pada penelitian ini yaitu:

Penelitian Jamilah yang berjudul “Peningkataan Pemahaman

Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan

Strategi Reading Guide Dikelas V Sekolah Dasar Negeri 018

Singkep Kabupaten Lingga” skripsi UIN SUSKA Riau 2013.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti peningkatan

pemahaman siswa. Sedangkan perbedaanya adalah jika Jamilah

menggunakan strategi reading guide unntuk meningkatkan hasil

belajar, sedangkan penelitian ini menggunakan metode demonstrasi

untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jenis penelitian yang

dilakukan oleh Jamilah adalah PTK yang terdiri dari 3 siklus, siklus

1 nilai rata-rata 66 dan pada siklus 2 meningkat 74 dan pada siklus

ke 3 rata-rata 93. Jadi berdasarkan analisis tersebut dapat

disimpulkan bahwa penerapan strategi reading guided dapat

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 018 Singkep

Kabupaten lingga.

Penelitian yang dilakukan oleh Yatin Al-Fatoni tahun 2004

dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa

dalam Pembelajaran Matematika Materi bangun Datar dengan

Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II Semester II MI Ma’arif

Tanjungaom Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang”. Persamaan

penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pemahaman siswa

dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran matematika.

Sedangkan perbedaanya adalah, jika penilitian yang dilakukan oleh

yatin materi bangun datar, jika penelitian ini pada pengukuran berat

benda. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Yatin adalah PTK

dengan siklus I, ketuntasan belajarnya belum begitu baik.

Peningkatan didukung oleh nilai rata-rata yang naik dari 60.05 pada

siklus I, dan 70.01 pada siklus II.

Penelitian Robi’ah Nur Hidayah yang berjudul “Upaya

Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada

Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu Jumantoro

Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Persamaan penelitian ini

adalah sama-sama meneliti peningkatan keaktifan siswa

menggunakan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaanya adalah

jika Robi’ah Nur Hidayah mata pelajaran IPA yang diampu,

sedangkan penelitian ini mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian

yang dilakukan oleh Robi’ah Nur Hidayah adalah PTK yang terdiri

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

dari 2 siklus, siklus 1 keaktifan siswa diperoleh rata-rata nilai

aktifitas siswa 4,069 dan pada siklus 2 meningkat 4,345. Jadi

berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

demonstrasi dalam pemelajaran IPA benar-benar berpengaruh pada

peningkatan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri 02 Sedayu,

Kecamatan Jumantoro, Kabupaten Karanganyar.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Pemahaman Matematika

Hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu

dilakukan secara seimbang antara aspek pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).

Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama (pengetahuan dan

pemahaman) disebut kognitif tingkat rendah, sedangkan

keempat aspek berikutnya (aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi) disebut kognitif tingkat tinggi.1 Pemahaman disini

diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan,

menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan

caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima.2

Tipe hasil belajar tipe pemahaman ini lebih tinggi dari

pada tipe hasil belajar pengetahuan. Dalam taksonomi Bloom,

1 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan

Kompetensi, (Bandung: Rafika Aditama, 2011), 39. 2 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pemelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016),

36.

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

kesanggupan memahami ini setingkat lebih tinggi dari pada

pengetahuan. Yang termasuk pemahaman, misalnya:

memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,

menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang

telah dibaca atau didengarnya, atau menggunakan petunjuk

penerapan pada kasus lain.3

Secara hierarkhis, hasil belajar pemahaman ini dapat

dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu tingkat rendah, tingkat

media, dan tingkat tinggi.

a. Pemahaman tingkat rendah adalah pemahaman penerjemahan,

yaitu mulai dari penerjemahan dalam arti yang sebenarnya,

misalnya menerjemahkan dari kalimat berbahasa Inggris ke

dalam kalimat berbahasa Indonesia, mengartikan slogan,

misalnya mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan

lambang, misalnya memaknakan bendera Merah Putih, sampai

dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, misalnya prinsip

kerja listrik dalam memasang sakelar.

b. Pemahaman tingkat media adalah pemahaman penafsiran, yaitu

mulai dari menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan

yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa

bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok

dan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang

3 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan

Kompetensi, (Bandung: Rafika Aditama, 2011), 41.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

subjek, predikat, dan objek sehingga dapat mengetahui

perbedaan kalimat aktif dan pasif.

c. Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu

pemahaman melihat dibalik yang tertulis/tersurat, dapat

membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, atau

dapat memperluas persepsi terkait dengan waktu, dimensi,

kasus.4

Meskipun pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga

tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas

antara ketigannya tidaklah mudah. Penyusunan tes dapat

membedakan item yang susunannya termasuk sub kategori

tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempermasalahkan

ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan

antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi,

bedakanlah untuk kepentingan penyusunan penyusunan soal tes

hasil belajar.5Dengan pemahaman siswa diminta untuk

membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana

diantara fakta-fakta atau konsep.6

Jadi, bisa disimpulkan bahwa pemahaman adalah

kesanggupan siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan

menguasai hal tersebut dengan memahami makna tersebut.

4 Ibid, 41. 5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), 25. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,

2009), 118.

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Dengan demikian pemahaman merupakan kemampuan dalam

memaknai hal-hal yang terkandung dalam suatu teori maupun

konsep-konsep yang dipelajari.

2. Keaktifan

Keaktifan yang dimaksud pada penelitian ini adalah

keaktifan belajar siswa. Belajar tidaklah cukup hanya dengan

duduk dan mendengarkan atau melihat sesuatu. Belajar

memerlukan keterlibatan fikiran dan tindakan siswa sendiri.

Keaktifan belajar terdiri dari kata “Aktif” dan kata “Belajar”.

Keaktifan berasal dari kata aktif yang mendapat imbuhan ke-an

menjadi keaktifan yang berarti kegiatan,kesibukan.7 Keaktifan

belajar berarti suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan

giat belajar. Sedangkan menurut Hamalik keaktifan belajar

adalah suatu keadaaan atau hal dimana sisawa dapat aktif. 8

Keaktifan yang dialami oleh peserta didik berhubungan

dengan segala aktivitas yang terjadi, baik secara fisik maupun

non fisik. Keaktifan akan menciptakan situasi belajar yang aktif.

Belajar yang aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan kektifan peserta didik, baik secara fisik, mental

intelektual, maupun emosional guna memperoleh hasil belajar

7 Fajri, Em Zul Dan Ratu, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, T.T.P: Difa

Publisher,T.T

8 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Akasra,2008),

hal. 90-91

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

yang berupa paduan antara aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran

terjadi manakala, pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat

pada peserta didik, guru berperan sebagai pembimbing supaya

terjadi pengalaman dalam belajar, pengelolaan kegitan

pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas peserta didik.

Keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam beberapa

kelompok, diantaranya, Visual dengan karakter (membaca ,

melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain), lisan

engan karakter ( mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pernyataan,

memberi saran, mengemukakan pedapat, wawancara, dan

diskusi), mendengarkan dengan karakter ( mendengarkan

penyajian bahan, menengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan suatu permainan), menulis dengan

karakter ( menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,

membuat rangkuman, dan mengerjakan tes), menggambar engan

karakter (menggambar, membuat grafik).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta

didik dalam proses pembelajaran diantaranya memberikan

motivasi atau menarik perhatian peserta didik sehingga mereka

berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan tujuan

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

intruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik),

memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan

dipelajari, memberikan umpan balik, menyimpulkan materi

yang disampaikan diakhir pembelajaran.9

Berdasarkan beberapa pengertian keaktifan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa keaktifan yaitu keikutsertaan siswa

dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dimana

siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.

3. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah

lama. Seorang ibu yang menajarkan cara memasak suatu

makanan kepada anak-anaknya adalah dengan

mendemonstrasikan di muka mereka, juga seorang guru

olahraga melemparkan sebuah bola untuk memberi contoh

kepada siswa-siswanya, begitu juga seorang guru tari

mengajarkan kepada siswanya bagaimana menari dan

sebagainya. Kesemuanya itu dilakukan dengan menggunakan

teknik demonstrasi.

Pada demonstrasi gurulah yang mendemonstrasikan atau

mempertunjukkan bagaimana cara bekerja atau melakukan

sesuatu kemudian barulah para siswa mengikutinya

sebagaimana petunjuk guru.

9 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas,

(Bandung:Alfabeta,2014) hal. 152-154

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Untuk menggunakan metode demonstrasi ini seorang

guru mempersiapkan diri terlebih dahulu dan akan lebih jelas

bila dilengkapi dengan gambar dan alat peraga lainya. Sesuatu

yang meragukan harus diulang kembali supaya jangan

menyimpang dari pokok persoalanya. Apa yang

didemonstrasikan itu hendaknya dapat dilihat dengan jelas dan

apa yang diucapkan juga harus jelas dan terang didengar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

demonstrasi, yaitu:

1) Mengetahui latar belakang dan keperluan yang akan dihadapi

2) Melukiskn pokok persoalan yang diperbincangkan di papan tulis

atau dikertas untuk dibagi-bagikan

3) Mengatur waktu sedemikian rupa sehingga demonstrasi dapat

dijelaskan dan didiskusikan pada waktu yang ditentukan.

4) Adakan diskusi setelah demonstrasi berakhir, karena diskusi

banyak manfaatnya untuk mengevaluasi hal-hal yang telah

maupun yang akan dilakukan kkemudian.

5) Sediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

berkenaan dengan demonstrasi yang dilakukan.

6) Mengambil kesimpulan dan melakukan ulangan, termasukhal-

hal yang diperlukan, untuk menanamkan pengertian yang lebih

baik terhadap anak-anak.10

10 Usman, basyirudin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 106

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa

kelebihan, di antaranya:

1) Melalui metode demonstrasi, terjadinya verbalisme akan dapat

dihindari karena siswa disuruh langsung memperhatikan bahan

pelajaran yang dijelaskan.

2) Proses pembelajaran akan lebih menarik karena siswa tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3) Dengan cara mengmati secara langsung, siswa akan memiliki

kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.

Dengan demikian, siswa akan lebih meyakini kebenaran materi

pembelajaran.

Selain beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki

beberapa kelemahan, di antaranya:

1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang

karena tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal,

sehingga menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Untuk

menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus

beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat

memakan waktu yang banyak.

2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat

yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerluka

pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

3) Demonstrasi memerlukan kemaampuan dan keterampilan guru

yang khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

professional. Disamping itu, demonstrasi juga memerlukan

kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan

proses pembelajaran siswa.11

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode demonstrasi adalah adalah metode mengajar yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian

atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu

kepada anak didik atau cara guru dalam mengajar dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu

proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau

benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang

sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam

media yang relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan

siswa agar kreatif dalam memahami materi.

4. Mata Pelajaran Matematika

Secara umum Matematika merupakan sebuah ilmu pasti

yang berkaitan dengan penalaran. Matematika menjadi salah

satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia. Matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib bagi siswa SD

karena mata pelajaran Matematika termasuk mata pelajaran

yang diikutkan saat ujian nasional. Selain itu mata pelajaran

Matematika merupakan salah satu ilmu yang diajarkan dari

siswa SD sampai perguruan tinggi.

11 Abdul Majid, Strategi, 199-200

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Matematika merupakan salah satu komponen dari

serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting

dalam pendidikan. Matematika juga merupakan salah satu

bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang

merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak

menyenangkan, bahkan yang menakutkan. Hal ini bisa terjadi

karena siswa itu mengalami kesulitan-kesulitan saat

mengerjakan soal-soal matematika.

Matematika juga merupakan ilmu universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir

manusia. Perkembangan pesat dibidang teknilogi informasi dan

komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan

matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi

dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat

sejak dini.12

Pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar dan

mengajar yang mempelajari ilmu matematika dengan tujuan

membangun pengetahuan matematika agar bermanfaat dan

mampu mempraktekkan hasil belajar matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

12 Gunanto dan Dhesy Adhalia, ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II, (Jakarta:

Erlangga, 2016)

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

5. Pengukuran Berat

Pengukuraan berat adalah membandingkan sesuatu massa

benda (berat) dengan nilai standar yang telah ditetapkan.

Pengukuran berat benda dengan satuan baku dilakukan dengan

menggunakan timbangan. Penggunaan timbangan atau neraca

disesuaikan menurut besar kecilnya benda yang timbang.

Bentuk dan kegunaan neraca diantaranya adalah :

1) Timbangan badan digunakan untuk menimbang berta badan

hingga 100 kg.

2) Timbangan duduk digunakan untuk menimbang berat benda

di pasar, pabrik, tempat penggilingan padi atau barang

dalam karung atau peti. Berat benda maksimum hingga 50

kg.

3) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang berat badan

bayi. Alat ini sering dijumpai di rumah sakit, puskesmas,

posyandu, dan rumah bersalin.

4) Timbangan gantung digunakan untuk menimbang berat

kotor benda, seperti padi, beras, tepung, dan benda yang

basah seperti minyak kelapa, gabah, dll. Alat ini mudah

dibawa kemana-mana karena dapat diinjak. Berat benda

maksimun hingga 1 kuintal.

5) Neraca untuk menimbang benda-benda yang ringan.

Misalnya berat emas dan bahan obat-obatan. Satuan berat

neraca dinyatakan dalam gram.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

6) Timbangan warung digunakan di warung, kios atau di pasar

tradisional. Berat benda maksimum hingga 50 kg.

Satuan berat Baku yang umum digunnakan adalah kilogram.13

C. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata

pelajaran wajib di tingkat pindidikan dasar karena mata pelajaran

Matematika masuk dalam mata pelajaran ujian nasional. Mata

pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang membahas tentang

ilmu-ilmu angka. Pelajaran Matematika di kelas II dilakukan dengan

pendekatan yang masih berpusat pada guru dengan metode ceramah,

tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran Matematika tersebut

tidak mengikutsertakan peserta didik berperan aktif selama proses

pembelajaran berlangsung. Peserta didik hanya duduk dan

mendengarkan penjelasan dari guru sehingga membuat peserta didik

mencari kesibukan lain seperti memainkan alat tulis dan

menggambar. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik tidak dapat

menjawab pertanyaan dengan benar saat guru melakukan kegiatan

refleksi. Kondisi tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman

terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

Oleh karena itu diperlukan perubahan pendekatan

pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dan

mengitkutsertakan peserta didik berperan aktif selama kegiatan

13 Ibid, 90.

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

pembelajaran berlangsung. Pembelajaran Matematika dapat

dilakukan dengan menerapkan metode demonstrasi. Pendekatan

pembelajaran ini lebih menyenangkan dan lebih meningkatkan

pemahaman peserta didik. Peserta didik diajak praktik secara

langsung materi pelajaran. dengan implementasi menggunakan

media-media yang menarik. Peserta didik lebih aktif selama proses

pembelajaran dan lebih banyak berpartisipasi dalam proses

pembelajaran, mendiskusikan materi dengan kelompoknya, dan

mengerjakan soal-soal. Pada akhirnya hal tersebut dapat

meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran

Matematika. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir pada

penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir Pada Penelitian.

1. jika metode Demonstrasi diterapkan dengan baik, maka dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran

Matematika siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo Tahun Ajaran

2019/2020.

Guru Mata Pelajaran Matik

Pembelajaran Matik

dengan pendekatan

pebelajaran yang berpusat

pada guru Peningkatan pemahaman

materi palajaran

Penerapan metode

demonstrasi

Rendahnya pemahaman

materi pelajaran

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

2. jika metode Demonstrasi diterapkan dengan baik, maka dapat

meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika

siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020.

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap

masalah penelitian, secara teoritis dianggap paling mungkin atau

paling tinggi tingkat kebenarannya. Berangkat dari penelitian diatas,

peneliti mengajukan hipotesis tindakan yaitu:

1. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman

siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020,

maksimal 80%.

2. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan

siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020,

maksimal 80%.

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

28

BAB III

METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Objek Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini merupakan Penenlitian Tindakan Kelas (PTK)

yang memfokuskan pada pengembangan kemampuan peserta didik.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi objek tindakan

kelas adalah pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika.

B. Setting Subjek Penelitian

1. Setting Lokasi Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan nyata dan

muncul dalam proses pembelajaran pada pembelajaran

Matematika di MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MIN 1

Ponorogo karena peneliti menemukan masalah dalam pelaksanaan

kegiatan pembelajaran Matematika seperti model pembelajaran

yang digunakan kurang bervariasi khususnya pada kelas II.

2. Subjek Penelitian

Pelaku Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah mahasiswa

yang melaukan skripsi semester 8. Dalam hal ini yang menjadi

subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas II di MIN 1

Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

C. Variabel Yang Diamati

Adapun variabel-variabel yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Proses

Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini yakni

variabel yang berkaitan dengan saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung yaitu peningkatan keaktifan seperti cara belajar

siswa, keikutsertaan siswa saat proses pembelajaran, kualitas

RPP, RPP yang telah dibuat diimplementasikan ke dalam

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran demonstrasi. Variabel proses yang terkait dengan

penelitian ini yaitu kinerja guru atau pendidik dalam mengelola

pembelajaran Matematika dengan metode pembelajaran

demonstrasi.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan beberapa siklus,

setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu

perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflekcting). Melalui tahapan siklus

tersebut dapat diamati pertumbuhan rasa ingin tahu, kreatif,

tanggung jawab, kerja sama, dan peningkatan pemahaman siswa

pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode

pembelajaran demonstrasi. PTK anak berhasil apabila indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan tercapai semua.

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

2. Variabel Output

Variabel output atau hasil dalam penelitian ini adalah

meningkatkan pemahaman siswa dengan dipresentasikan ke

dalam peningkatan nilai ulangan harian, meningkatnya

kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan benar

saat kegiatan refleksi, dan dapat menghubungkan pelajaran yang

didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian

tindakan kelas dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran

Matematika. Penelitian Tindakan Kelas ditandai dengan adanya

tindakan. Tindakan tersebut dilakukan tidak hanya sekali, akan tetapi

berulang-ulang sampai dengan tujuan penelitian tindakan kelas

tercapai. Setiap tindakan tterdiri dari rangkaian empat kegiatan yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.1

Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah

pembelajara yang ada di kelas dengan metode Demonstrasi pada

mata pelajaran Matematika khususnya pada materi pokok waktu.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat

tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Secara rinci penelitian tindkan kelas ini memiliki langkah-langkah

sebagai berikut:

1 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,

2017), 143.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan2

Tahap Penelitian Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapakan silabus,

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan, hand

out, lembar kerja siswa, media pembelajaran, lembar

observasi.

2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan

menerapkan pembelajaran ddengan metode demonstrasi.

Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal

2 Ibid, 42.

Perencanaan

Siklus Ke-I Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Pengamatan

Pelaksanaan Siklus Ke-II

Pengamatan

Refleksi

?

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

mata pelajaran matematika kelas II MIN 1 Ponorogo.

Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:

a. Pendahuluan

1) Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab

salam dari guru.

2) Guru mempersilahkan ketua kelas memimpim do’a

sebelum pelajar dimulai.

3) Guru mengecek kehadiran siswa melalui presensi.

4) Guru melalukan aperserpsi dan motivasi yang

berkaitan dengan materi yang akan dipelajari yaitu

pembelajaran dengan pokok bahasan pengukuran

pnjang, berat, dan waktu.

b. Kegiatan Inti

1) Siswa belajar dalam kelompok.

2) Siswa belajar menggunakan alat dan media yang

telah disediakan.

3) (media: alat-alat yang menunjukkan pengukuran

berat)

4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk

melakukan praktik secara langsung.

5) Salah satu perwakilan dari kelompok menyampaikan

hasil praktiknya.

6) Guru memberi mendalaman materi dari hasil diskusi

dalam kelompok.

c. Penutup

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pokok

bahasan pengukuran berat.

2) Siswa mengerjakan kuis secara individu.

3) Guru memberikan rencana tindak lanjut yaitu

dengan memberikan tugas dirumah untuk mencatat

atau mengukur benda-benda yang ada di rumah.

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

4) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan

mengucap salam.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang

tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat

lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama

proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan

aktivitas guru maupun keaktifan siswa selama perses

pelaksanaan pembelajaran berlangsung, Seperti halnya:

a. Mengamati perilaku dan keaktifan siswa/siswi dalam

mengikuti pembelajaran.

b. Memantau kegiatan diskusi/kerjasama antarsiswa.

c. Mengamati pemahaman masing-masing siswa/siswi

terhadap penguasaan materi pembelajaran.

4. Refleksi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari

pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran

siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum

tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan

pada siklus II.

Tahap Penelitian Siklus II

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil

refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I. Tahap tindakan siklus II

mengikuti tahap tindakan siklus I.

Tabel 3.1

Prosedur Pelaksanaan PTK

PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI

1. Penyusunan

rencana

pelaksanaan

pembelajar-

an (RPP)

berbasis

penelitian

tindakan

kelas.

2. Menyiapkan

sumber,

bahan, alat

yang

digunakan

untuk

kegiatan

pem

belajaran.

3. Menyiapkan

instrument

penilaian

yang

digunakan

untuk

mengukur

pencapaian

kompetensi.

4. Menyiapkan

KKM serta

menyiapkan

instrument

1. Penjelasan

materi oleh

guru dan

merespons

pertanyaan

maupun

pendapat

dari siswa.

2. Pembentu-

Kan

kelompok

yakni satu

kelompok

terdiri dari

3-4 siswa

3. Melaksanak

an metode

Demonstrasi

4. Memberikan

klarifikasi

5. Mengamati

kemampuan

masing-

masing

peserta didik

dalam hasil

evaluasi

dengan

melakukan

test pada

lembar soal

1. Mengamati

kemampu-

an masing-

masing

peserta

didik

dalam

lembar

observasi

ketereram-

pilan sosial

dengan

memberik-

an

contreng

(√)

pada

lembar

observasi

terstruktur

1. Mereflek-

sikan hasil

pengama-

tan

kegiatan

keterampil

an sosial

peserta

didik

dalam

kelompok,

tanggung

jawab

siswa

dalam

mengikuti

diskusi

serta

menganalis

is nilai

perolehan

hasil

belajar

peserta

didik,

dengan

mengguna

kan tolak

ukur yang

telah

ditentukan

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

tolak ukur

keberhasilan

tindakan.

untuk

membuat

keputusan

apakah

diperlukan

siklus II

atau tidak

E. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MIN 1 Ponorogo yang

beralamatkan di Jl. KH. Abdurrahman, No 06 Dukuh Bogem Desa

Sampung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, dengan jadwal

seperti berikut:

Tabel 3.2

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

No. Jenis Kegiatan

Minggu

1 2 3 4

1 Persiapan penelitian

2 Perencanaan

3 Pelaksanaan siklus I

4 Pelaksanaan siklus II

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Laporan

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Singkat Setting Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat

Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ponorogo dengan nomor

statistik 111135020004 berstatus Negeri merupakan peralihan fungsi

dari Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Muttaqien (MI PSM)

Bogem Sampung Ponorogo. Pada awalnya Madrasah ini bernama

Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Muttaqien (MI PSM) Bogem

yang berpusat di Takeran Kabupaten Magetan. Madrasah ini berdiri

pada tanggal 2 September 1949.

Tercatat sebagai Madrasah tertua di Kabupaten Ponorogo ini,

pada awalnya menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di serambi

Masjid dan di teras rumah pemrakarsa berdirinya Madrasah yakni

Bp. KH. Imam Subardini. Sebagai seorang Tokoh ulama di dukuh

Bogem Desa Sampung ini, beliau dengan ikhlas memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada para Santri dari berbagai daerah

yang berniat menimba ilmu agama.

Seiring perjalanan waktu dan semakin banyaknya jumlah

santri, madrasah melakukan pembenahan dan pemenuhan sarana

prasarana kegiatan pembelajaran, mulai dari pembangunan gedung

secara gotong royong di atas tanah wakaf, pemenuhan tenaga

pengajar, serta focus pembelajaran dengan menerapkan kurikulum

kolaborasi antara konsep pesantren dan Departemen Agama.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Pada awal tahun 1967 Pendidikan Agama di daerah Jawa

Timur tumbuh berkembang pesat, maka pemerintah saat itu

merasakan perlunya menegerikan beberapa madrasah, sehingga

dapat membantu memberikan pelajaran pada sekolah-sekolah negeri

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan MPRS No.

XXVII/MPRS/1966. Melihat hal itu, Majelis Pimpinan Pusat

Pesantren Sabilil Muttaqin mengajukan permohonan Penegerian

Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah Lingkungan PSM

kepada Pemerintah berdasarkan surat Nomor 31/D.III/67 tanggal 1

Juli 1967. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 86 Tahun

1967 tanggal 29 Juli 1967 Madrasah Ibtidaiyah PSM Bogem resmi

menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN).

Sejak berdiri sampai sekarang. MIN Bogem Sampung

Ponorogo mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan.

Namun, pergantian tersebut merupakan mata rantai sejarah yang

tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena

mempunyai visi dan misi yang sejalan untuk mengembangkan dan

membawa MIN Bogem Sampung Ponorogo menjadi yang terbaik

didunia pendidikan. Keberhasilan itu juga karena dukungan dari

semua pihak (warga madrasah) yang saling membantu dan berbuat

yang terbaik. Adapun mulai didirikan sampai sekarang

kepemimpinan madrasah adalah sebagai berikut ;

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

NO NAMA JABATAN PERIODE

1 Bapak Kh. Imam

Subardini

Kepala

Madrasah

1967 - 1987

2 Ibu Lili Zulaiha Kepala

Madrasah

1988 – 1991

3 Bapak Suroto Kepala

Madrasah

1992 – 1995

4 Bapak Kh. Moh. Basri Kepala

Madrasah

1996 – 2009

5 Widodo,M.Pd Kepala

Madrasah

2009 – Sekarang

2. Visi, Misi dan Tujuan

a. Visi Madrasah

MIN Bogem Sampung sebagai lembaga pendidikan

mengemban amanat untuk mencapai dan mendukung Visi dan

Misi Pendidikan Nasional serta pendidikan di daerah masing-

masing. Oleh karena itu, MIN Bogem Sampung perlu memiliki

Visi dan Misi Madrasah yang dapat dijadikan arah kebijakan

dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Adapun

Visi MIN Bogem Sampung adalah: “Berahklaqul Karimah,

Berprestasi di bidang Iptek dengan berbasis Imtaq serta Peduli

dan Berbudaya Lingkungan”.

Indikator Visi:

1) Madrasah menyelenggarakan pembelajaran intra maupun

ekstrakurikuler dengan pembiayaan mandiri.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

2) Mampu bersaing dengan lulusan yang sederajat untuk

melanjutkan/diterima di pendidikan yang lebih tinggi.

3) Mampu berpikir aktif, kreatif, dan keterampilan dalam

memecahkan masalah.

4) Memiliki keterampilan dan kecakapan non akademis sesuai

bakat dan minatnya.

5) Memiliki keyakinan teguh dan mengamalkan ajaran agama

Islam secara benar dan konsekuen.

6) Mampu menjadi teladan bagi teman dan masyarakat.

b. Misi Madrasah

Misi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan atau

merealisasikan visi tersebut, karena visi harus mengakomodasi

semua kelompok yang terkait dengan madrasah.

Dengan kata lain Misi adalah suatu strategi atau cara untuk

mencapai visi yang sudah ditetapkan secara tepat dan benar.

Tanpa adanya strategi yang benar tidak mungkin suatu visi akan

tercapai.

Adapun rumusan misi madrasah kami sebagai berikut :

1) Melaksanakan pembelajaran dengan mengedepankan

kemampuan peserta didik melalui pengenalan ilmu agama,

pengetahuan, dan teknologi yang berwawasan lingkungan.

2) Menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dalam

proses pembelajaran.

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

3) Menanamkan karakter yang baik berbudi pekerti luhur,

berbudaya, trampil dan mandiri serta cinta lingkungan

sekitar.

4) Melaksanakan pengamalan ajaran islam berlandaskan iman

dan taqwa terhadap Allah Swt, mencintai lingkungan sekitar

dalam kehidupan sehari-hari.

5) Meningkatkan penggalian dan pengembangan materi dan

persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.

6) Meningkatkan pelaksanaan budaya hidup bersih dalam

rangka mencegah pencemaran lingkungan.

7) Meningkatkan penanaman hidup hemat dalam upaya

pelestarian lingkungan.

8) Meningkatkan pembiasaan perilaku santun dalam upaya

mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

c. Tujuan Madrasah

Pengertian tujuan madrasah adalah tahapan atau langkah

untuk mewujudkan visi dalam jangka waktu tertentu, dengan kata

lain tujuan merupakan “APA” yang akan dicapai/dihasilkan oleh

madrasah yang bersangkutan dan “KAPAN” tujuan itu akan

tercapai.

Tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun, jika visi

merupakan gambaran madrasah secara utuh atau ideal, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

belum seideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain

tujuan itu dapat terwujud dari sebagian visi yang kita buat.

Indikator yang dapat kami masukkan dalam sebuah visi akan

kami perinci lagi dalam rumusan tujuan madrasah, adapun

tahapan atau langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut

dalam waktu 5 tahun kedepan dalam mewujudkan visi dan misi

adalah:

1) Terciptanya Lingkungan Madrasah yang bersih, nyaman,

relijius, dan kondusif sehingga dapat merangsang siswa

belajar mandiri dan kreatif sekaligus berprestasi.

2) Mengembangkan bakat dan ketrampilan siswa melalui multi

kecerdasan.

3) Tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang

keberhasilan pendidikan.

4) Mengoptimalkan pelayanan terhadap anak didik dan wali

murid.

5) Menjalin kemitraan yang erat dengan stake holder madrasah.

6) Menjadikan Lulusan yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul

karimah serta mampu mengembangkan potensi dirinya dalam

menghadapi tantangan masa depan serta berwawasan

lingkungan.

7) Mengembangkan model pembelajaran tentang lingkungan

hidup yang terintegrasi pada semua mata pelajaran.1

1 Dokumen Profil MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

3. IDENTITAS LEMBAGA

NPSN : 6 0 7 1 4 3 1 1

Nama Madrasah : Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ponorogo

Alamat : Jl. KH Abdurrahman 06 Bogem

Kelurahan/Desa : Sampung

Kecamatan : Sampung

Kabupaten/Kota : Ponorogo

Provinsi : Jawa Timur

Telepon / HP : 0811 321 227

Email : [email protected]

Jenjang : Madrasah Ibtidaiyah

Status

(Negeri/Swasta)

: Negeri

Tahun Berdiri : 1949

Hasil Akreditasi : A

B. Penjelasan Data Per-Siklus

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus, dan masing-

masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan,

observasi, dan refleksi. Adapun perincian dari dua siklus tersebut dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Melalui tahapan ini, peneliti menyusun perencanaan dengan

mempersiapkan segala perlengkapan yang akan digunakan dalam

tahapan pelaksanaan tindakan penelitian. Perencanaan-perencanaan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) muatan

Matematika sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar,

indikator, dan tujuan pembelajaran tentang ukuran berat

dengan metode demonstrasi yang mencakup kegiatan awal inti

sampai akhir.

2) Hand out materi yang akan diajarkan.

3) Menyusun lembar observasi keaktifan dan lembar soal untuk

pengetahuan yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat

keaktifan dan pengetahuan siswa.

4) Menyusun lembar tes akhir siklus dan membuat rubrik

penyekoran untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.

b. Tindakan (Acting)

Setelah menyusun perencanaan, dilanjutkan tahapan

pelaksanaan tindakan. Adapun langkah-langkah kegiatan

pembelajaran penelitian tindakan pada siklus I adalah:

1) Kegiatan awal

a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan salam,

berdoa dan mengecek presentasi

b) Guru memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran dan

melakukan apersepsi.

“Anak-anak bagaimana kabar kalian pada hari ini? (siswa

menjawab)”

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

“pasti kalian sudah bisa membandingkang panjang dari pensil

dan kotak pensil, coba panjang mana antara pensil dan kotak

pensil? (siswa menjawab)”

“ya, kalau sudah tahu sekarang bapak tanya, apakah berat tas

yang kamu bawa sama setiap harinya? (siswa menjawab)”

“apakah berat tasmu sama dengan meja? (siswa menjawab)”

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembahasan

tentang materi ukuran berat.

2) Kegiatan inti

a) Guru menjelaskan materi sub bab pengukuran berat.

b) Siswa diberi pengetahuan tentang macam-macam alat ukur

berat dan kegunaan.

c) Siswa maju satu per satu untuk mendemonstrasikan materi.

d) Guru memberikan pancingan pertanyaan yang telah disiapkan

sesuai penjelasan materi.

e) Guru memberikan klarifikasi dan menguatan hasil jawaban

dan tanggapan siswa.

3) Kegiatan akhir

a) Guru melakukan tes kemampuan masing-masing peserta

didik berupa lembar soal.

b) Guru menanyakan materi tentang yang mereka pelajari hari

ini dan menanyakan materi apa yang belum dipahami.

c) Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari

ini.

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa

berdoa.

Adapun data hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I

tentang tes pengetahuan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

1) Tes Pemahaman Siswa

Tabel 4.1

Hasil Perolehan Nilai Siswa Siklus I

No Nama KKM Skor Keterangan

1 Afta Rasyidan Ahnaf 70 75

Tuntas

2 Agustin Trisna Windiana

Putri 70 60

Belum

Tuntas

3 Aliffatul Khaiyu An

Nafik 70 55

Belum

Tuntas

4 Alvicko Ocktavian

Nugraha 70 60

Belum

Tuntas

5 Aulya Pragustin Ulfa

Sari 70 75 Tuntas

6 Azka Raksi Khiar

Rossyanto 70 55

Belum

Tuntas

7 Belva Valencia Azahra 70 80 Tuntas

8 Cavin Nur Dian Syah

70 50

Belum

Tuntas

9 Daffa Hafizh Firdaus 70 65 Belum

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Tuntas

10 Dalisa Fatmawati 70 75 Tuntas

11 Dimas Aldian Syahputra 70 75 Tuntas

12 Era Fazira 70 85 Tuntas

13 Fahri Ibnu Badar 70 50

Belum

Tuntas

14 Fathir Krisna Pratama 70 90 Tuntas

15 Hasna Nabila Azzahra 70 75 Tuntas

16 Intan Cahayaislamadina 70 80 Tuntas

17 Karin Ni'am Safara 70 80 Tuntas

18 Farha Jamila Nihayati 70 80 Tuntas

19 Keisya Farahita

Maheswari 70 85 Tuntas

20 Mohammad Alfarizki

Ardiansyah 70 65

Belum

Tuntas

21 Muhammad Fikri 70 65

Belum

Tuntas

22 Neysa Ainun Mahya 70 65

Belum

Tuntas

23 Restu Adhitiya Pasha 70 75 Tuntas

24 Satrio Nur Kholiq 70 0

Belum

Tuntas

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Jumlah 1630

Rata-rata 67,9

Berdasarkan paparan data pada tabel di atas, data

menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes akhir siklus I dapat

disimpulkan hasil keseluruhan hasil belajar siswa dalam muatan

Matematika dengan persentase yang tunjukkan sebagai berikut:

Persentase =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100

Tabel 4.2

Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus I

Kategori Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 13 54,2 %

Belum Tuntas 11 45,8 %

Jumlah 24 100%

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil

pengamatan peningkatan keaktifan dalam belajar siswa pada

pembelajaran Matematika sub bab pengukuran berat kelas 2

dengan menggunakan metode demonstrasi pada tangal 16 Juli

2020 di MIN 1 Ponorgo. Adapun data hasil observasi keaktifan

siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Tabel 4.3

Hasil Obervasi Keaktifan Siswa Siklus I

NO NAMA

ANAK

Realisasi

Sis

wa

men

gam

ati

pen

jela

san g

uru

Sis

wa

ber

ani

men

gaj

ukan

pen

dap

at

Sis

wa

men

cata

t m

ater

i

pel

ajar

an

Sis

wa

men

cata

t tu

gas

yan

g

dib

erik

an

ole

h

guru

Ket.

1 Afta

Rasyidan

Ahnaf

√ √ 10

2

Agustin

Trisna

Windian

a Putri

√ √ 15

3

Aliffatul

Khaiyu

An Nafik √

√ √

15

4

Alvicko

Ocktavia

n

Nugraha

√ 10

5

Aulya

Pragustin

Ulfa Sari √

√ √

15

6

Azka

Raksi

Khiar

Rossyant

o

7

Belva

Valencia

Azahra √ √ √ √

20

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

8

Cavin

Nur Dian

Syah

5

9

Daffa

Hafizh

Firdaus √ √ √ √

20

10

Dalisa

Fatmawa

ti

√ √ √ 15

11

Dimas

Aldian

Syahputr

a

√ 5

12 Era

Fazira √ √ √ √ 20

13 Fahri

Ibnu

Badar

√ √ √ 15

14 Fathir

Krisna

Pratama

√ √ √ √ 20

15 Hasna

Nabila

Azzahra

√ √ √ 15

16 Intan

Cahayais

lamadina

√ √ √ 15

17 Karin

Ni'am

Safara

√ √ √ √ 20

18 Farha

Jamila

Nihayati

√ √ √ √ 20

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

19 Keisya

Farahita

Mahesw

ari

√ √ 10

20 Moham

mad

Alfarizki

Ardiansy

ah

√ √ 10

21 Muham

mad

Fikri

√ √ 10

22 Neysa

Ainun

Mahya

√ √ √ 15

23 Restu

Adhitiya

Pasha

√ 5

24 Satrio

Nur

Kholiq

Jumlah 305

Kriteria Penilaian:

Nominal centang = 5 poin

Jumlah Skor maksimal = 480

Berdasarkan nilai keaktifan siswa dapat disimpulkan hasil

keseluruhan keaktifan siswa dengan persentase yang ditunjukkan

sebagai berikut:

Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

305

480 𝑥 100 = 𝟔𝟑, 𝟓%

Tabel 4.4

Persentase Pencapaian Observasi Keaktifan Siswa Siklus I

Kategori Persentase

Aktif Di atas 75%

Belum Aktif Di bawah 75%

d. Refleksi (Reflecting)

Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi pada

pelajaran Matematika di MIN 1 pada siklus I belum mencapai hasil

yang memuaskan/maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari

hasil penelitian tindakan kelas, peneliti menyimpulkan pelaksanaan

kegiatan pembelajaran siklus I belum memberikan dampak yang

baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil pemahaman melalui

tes akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai

tuntas diatas KKM sebanyak 13 siswa atau 54,2% sedangkan siswa

yang Belum Tuntas sebanyak 111 siswa atau 45,8% memperoleh

nilai dibawah KKM dengan jumlah 1630 dan rata-rata 67,9 %.

Adapun hasil dari tes keaktifan siswa disiklus 1 ini menunjukkan

angka 63,5% .

Merujuk pada hasil data pada hasil observasi pemahaman dan

keaktifan siswa yang diperoleh siswa pada siklus I belum mencapai

kriteria keberhasilan, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

hasil belajar secara klasikal belum mencapai 75% sesuai dengan

kriteria keberhasilan. Dengan demikian, perlu diadakan tindakan

selanjutnya untuk mencapai kriteria keberhasilan tindakan melalui

tindakan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II.

2. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi sikus I, maka dilaksanakan perbaikan

pembelajaran pada siklus II. Siklus lanjutan ini dilakukan

berkelanjutan setelah siklus I dengan menerapkan metode demonstrasi

dan memaparkan (a) Perencanaan (Planning), (b) Tindakan (Acting),

Observasi (Observing), Refleksi (Reflecting) adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap ini peneliti menyusun perbaikan proses

pembelajaran untuk memperbaiki kegiatan pada siklus II. Peneliti

menyusun perencanaan dengan mempersiapkan segala

perlengkapan yang akan digunakan dalam tahapan pelaksanaan

tindakan penelitian. Perencanaan-perencanaan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) muatan

Matematika sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,

dan tujuan pembelajaran tentang ukuran berat dengan

menggunakan metode demonstrasi yang mencakup kegiatan

awal inti sampai akhir.

2) Hand out materi yang akan diajarkan.

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

3) Membuat media gambar satuan berat.

4) Menyusun lembar observasi penilaian pengetahuan dan sikap

yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan

keaktifan siswa di kelas.

5) Membuat lembar pengisian berat benda yang digunakan untuk

menilai berat suatu benda.

6) Menyusun lembar tes akhir siklus dan membuat rubrik

penskoran untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.

b. Tindakan (Acting)

Setelah menyusun perencanaan, dilanjutkan dengan

pelaksanaan tindakan. Adapun langkah-langkah kegiatan

pembelajaran penelitian tindakan pada siklus I adalah:

1) Kegiatan awal

a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan salam,

berdoa dan mengecek presentasi.

b) Guru memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran dan

melakukan apersepsi dengan mengkaitkan pelajaran

sebelumnya.

“Anak-anak siapa diantara kalian yang dirumah mempunyai

timbangan? (siswa menjawab)”

“kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam

timbangan, coba apa saja jenis timbangan itu? (siswa

menjawab)”

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

“berat manakah jeruk 1 kg sama apel 1 ons? (siswa

menjawab)”

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembahasan

tentang materi yang akan dicapai.

2) Kegiatan inti

a) Guru mengulang materi bab 4 sub bab pengukuran berat.

b) Guru memberikan pancingan pertanyaan yang telah disiapkan

sesuai penjelasan materi.

c) Guru memberikan contoh cara menimbang dengan

menggunakan timbangan digital.

d) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-

langkah dalam pelaksanaan metode demonstrasi mengenai

menimbang suatu benda dan aturan mainnya.

e) Guru membagikan lembar kerja siswa satu persatu.

f) Siswa disuruh maju satu persatu untuk mendemonstrasikan

cara menimbang benda dan mengisi lembar kerja siswa.

g) Guru memeriksa kegiatan siswa dan memberikan bimbingan.

h) Guru memberikan klarifikasi dan menguatan hasil jawaban

dan tanggapan siswa.

3) Kegiatan akhir

a) Guru melakukan tes kemampuan masing-masing peserta

didik berupa lembar soal.

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

b) Guru menanyakan materi tentang yang mereka pelajari hari

ini dan menanyakan materi apa yang belum dipahami.

c) Guru dan siswa menyimpulkan tentang kegiatan

pembelajaran hari ini.

d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa

berdoa.

Adapun data tentang pemahaman siswa pada siklus II dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

2) Test Pemahaman Siswa

Tabel 4.5

Hasil Perolehan Nilai Siswa Siklus II

No Nama KKM Skor Keterangan

1 Afta Rasyidan Ahnaf 70 80 Tuntas

2 Agustin Trisna

Windiana Putri 70 80 Tuntas

3 Aliffatul Khaiyu An

Nafik 70 75 Tuntas

4 Alvicko Ocktavian

Nugraha 70 75 Tuntas

5 Aulya Pragustin Ulfa

Sari 70 80 Tuntas

6 Azka Raksi Khiar

Rossyanto 70 75 Tuntas

7 Belva Valencia Azahra 70 95 Tuntas

8 Cavin Nur Dian Syah 70 75 Tuntas

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

9 Daffa Hafizh Firdaus 70 80 Tuntas

10 Dalisa Fatmawati 70 85 Tuntas

11 Dimas Aldian

Syahputra 70 85 Tuntas

12 Era Fazira 70 90 Tuntas

13 Fahri Ibnu Badar 70 65

Belum

Tuntas

14 Fathir Krisna Pratama 70 100 Tuntas

15 Hasna Nabila Azzahra 70 80 Tuntas

16 Intan Cahayaislamadina 70 95 Tuntas

17 Karin Ni'am Safara 70 80 Tuntas

18 Farha Jamila Nihayati 70 100 Tuntas

19 Keisya Farahita

Maheswari 70 85 Tuntas

20 Mohammad Alfarizki

Ardiansyah 70 80 Tuntas

21 Muhammad Fikri 70 80 Tuntas

22 Neysa Ainun Mahya 70 85 Tuntas

23 Restu Adhitiya Pasha 70 85 Tuntas

24 Satrio Nur Kholiq 70 0

Jumlah 1980

Rata-rata 82,5

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Berdasarkan paparan data dalam tabel di atas, data

menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes akhir siklus II dapat

disimpulkan hasil keseluruhan hasil belajar siswa dalam muatan

Matematika dengan persentase yang tunjukkan sebagai berikut:

Persentase =

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠

𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100

Tabel 4.6

Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus II

Kategori Jumlah Siswa Persentase

Tuntas 22 91,6 %

Belum Tuntas 2 8,3 %

Jumlah 24 100%

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi ini dialakukan untuk mengetahui hasil

pengamatan peningkatan keaktifan dalam belajar siswa pada

pembelajaran Matematika sub bab pengukuran berat kelas 2 dengan

menggunakan metode Demonstrasi pada tangal 30 Juli 2020 di

MIN 1 Ponorgo. Adapun data hasil penelitian tindakan kelas pada

siklus II tentang observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Tabel 4.7

Hasil Obervasi Keaktifan Siswa Siklus II

NO NAMA ANAK

Realisasi

Sis

wa

men

gam

ati

pen

jela

san g

uru

Sis

wa

ber

ani

men

gaj

ukan

pen

dap

at

Sis

wa

men

cata

t

mat

eri

pel

ajar

an

Sis

wa

men

cata

t tu

gas

yan

g

dib

erik

an

ole

h

guru

Ket.

1 Afta Rasyidan

Ahnaf √ √ √ 15

2 Agustin Trisna

Windiana Putri √

√ √ 15

3 Aliffatul Khaiyu

An Nafik √

√ √ 15

4

Alvicko

Ocktavian

Nugraha √

√ √

15

5 Aulya Pragustin

Ulfa Sari √ √

√ √ 20

6 Azka Raksi

Khiar Rossyanto √ √ √ 15

7 Belva Valencia

Azahra √ √ √ √ 20

8 Cavin Nur Dian

Syah √ √

√ 15

9 Daffa Hafizh

Firdaus √ √ √ √ 20

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

10 Dalisa

Fatmawati √ √ √ 15

11 Dimas Aldian

Syahputra √ √ √ 15

12 Era Fazira √ √ √ √ 20

13 Fahri Ibnu

Badar √ √ √ √ 20

14 Fathir Krisna

Pratama √ √ √ √ 20

15 Hasna Nabila

Azzahra √ √ √ √ 20

16 Intan

Cahayaislamadi

na

√ √ √ √ 20

17 Karin Ni'am

Safara √ √ √ √ 20

18 Farha Jamila

Nihayati √ √ √ √ 20

19 Keisya Farahita

Maheswari √ √ √ √ 20

20 Mohammad

Alfarizki

Ardiansyah

√ √ √ 15

21 Muhammad

Fikri √ √ √ 15

22 Neysa Ainun

Mahya √ √ √ 15

23 Restu Adhitiya

Pasha √ √ 5

24 Satrio Nur

Kholiq √ √ 10

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Jumlah 390

d. Kriteria Penilaian:

Nominal centang = 5 poin

Jumlah Skor maksimal = 480

Berdasarkan nilai keaktifan siswa dapat disimpulkan

bahwa hasil keseluruhan keaktifan siswa dengan persentase

yang ditunjukkan sebagai berikut:

Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100

390

480 𝑥 100 = 𝟖𝟏, 𝟐%

Tabel 4.8

Persentase Pencapaian Observasi Keaktifan Siswa Siklus II

Kategori Persentase

Aktif Di atas 75%

Belum Aktif Di bawah 75%

e. Refleksi (Reflecting)

Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi

pembelajaran Matematika di kelas II MIN 1 Ponorogo pada siklus I

belum mencapai hasil yang memuaskan/ maksimal. Berdasarkan

data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas, peneliti

menyimpulkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I belum

memberikan dampak yang baik. Dapat dilihat dari perolehan hasil

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

observasi pemahaman melalui tes akhir siklus II menunjukkan

bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas diatas KKM sebanyak

22 siswa atau 91,6%, sedangkan siswa yang Belum Tuntas

sebanyak 2 siswa atau 8,3% memperoleh nilai dibawah KKM.

Adapun hasil tes keaktifan siswa disiklus II menunjukkan angka

81,2% .

Hasil observasi dan tes perolehan di atas, pada siklus II

menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan

pemahaman dan keaktifan pembelajaran Matematika siswa kelas II

di MIN 1 Ponorogo. Peneliti menyimpulkan kegiatan pembelajaran

telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan, sehingga tidak perlu

dilakukan perbaikan pada tindakan berikutnya.

C. Proses Analisis Data

Setelah peneliti mengadakan penelitian dan memperoleh data dari

observasi maupun tes pada skripsi ini, data tersebut akan dijelaskan pada

analisis dibawah ini:

1. Analisis data tentang pemahaman siswa

Dalam analisis ini untuk memperoleh jawaban bahwa metode

demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas 2 MIN 1

Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran matematika.

Hal ini menggunakan langkah-langkah yang termuat di siklus I

dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah perencanaan,

tindakan, observasi dan reflkesi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran

yang dilakukan, hasil observasi pengetahuan “Tuntas” dengan jumlah

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

13 siswa dengan persentase 54,2%, siswa yang berada pada kategori

“belum tuntas” 11 siswa dengan persentase 45,8%.

Adapun pada pembelajaran siklus kedua, kegiatan pembelajaran

juga dilakukan sama dengan siklus pertama yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Dari hasil pengamatan siklus II

terjadi peningkatan baik dalam pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan

pada hasil observasi pemahaman pada siklus I yang semula belum

mencapai 80% namun pada siklus II menunjukkan peningkatan

pemahaman siswa yang semula disiklus I “Tuntas” 13 siswa, disiklus

II meningkat 22 Siswa dengan persentase 91,6%, adapun yang

“Belum Tuntas” disiklus I mencapai 11 siswa, disiklus 2 menurun

menjadi 2 siswa dengan persentase 8,3%. Hal tersebut menunjukkan

pemahaman siswa sudah berkembang dan terbentuk kembali.

Table 4.9

Perbandingan Hasil Penelitian Pemahaman Siswa

Kategori

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tuntas 13 54,2% 22 91,6%

Belum

Tuntas 11 45,8% 2 8,3%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, peningkatan

pemahaman siswa pada pembelajaran Matematika dengan metode

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1 Ponorogo dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan 37,4%.

2. Analisis data tentang keaktifan siswa

Untuk menganalisis data tentang keaktifan siswa kelas 2 MIN 1

Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran matematika

peneliti menggunakan observasi, yaitu siswa mengamati penjelasan

guru, siswa berani mengajukan pendapat, siswa mencatat materi

pelajaran, dan siswa mencatat tugas yang diberkan oleh guru. Dari

hasil tersebut diperoleh pada siklus I menunjukkan angka presentase

63,5% belum mnecapai angka 80%, maka peneliti melakkan

perbaikan pada siklus II. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat

menjadi 81,2%. Hasil presentase keaktifan siswa tersebut mencapai

keberhasilan tindakan, sehingga tidak perlu dilanjutkan tindakan

perbaikan selanjutnya.

Table 4.10

Perbandingan Hasil Penelitian Keaktifan Siswa

Kategori

Siklus I Siklus II

Persentase Persentase

Aktif 63,5% 81,2%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, peningkatan

keaktifan siswa pada pembelajaran Matematika dengan metode

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1 Ponorogo dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan 17,7%.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasl pengamatan peneliti sebelum menarapkan metode

demonstrasi ditemukan berbagai masalah dalam pelaksanaan

pembelajaran matematika di kelas II MIN 1 Ponorogo diantaranya adalah

siswa kurang berperan aktif selama proses pembelajaran, siswa mudah

merasa bosan saat kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi karena model

ataupun metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah ataupun

tanya jawab, sehingga siswa belum paham terhadap materi yang

dipelajari dan siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, sehingga

perlu untuk melakukan tindakan penelitian yang bertujuan untuk

menigkatkan pemahaman serta keaktifan siswa dengan metode

demonstrasi.

Hasil nilai pengukuran berat pada kelas II masih rendah, karena

masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Siswa yang

mampu mencapai ketuntasan berjumlah 5 siswa 20,8% dari 24 siswa

yang ada di kelas II. Itu artinya ada 19 siswa yang memperoleh nilai

dibawah KKM, sehingga perlu untuk dilakukan tindakan penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta keaktifan selama proses

pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Penelitan ini dilakukan sebanyak dua siklus dan tiap siklus ada dua

pertemuan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk terus memperbaiki dan

mencapai hasil yang maksimal. Penelitian Tindakan Kelas yang terjadi

pada kegiatan pembelajaran siklus I sudah terlaksana dengan baik sesuai

perencanaan, tetapi ada beberapa siswa yang belum mengerti apa maksut

belajar menggunakan metode demonstrasi, karena biasanya guru kelas

hanya menggunakan metode ceramah saja. Hasil analisis keterlaksanaan

observasi pengetahuan dan keaktifan siswa pada siklus I sudah

menunjukkan peningkatan pemahaman dan keaktifan siswa, namun perlu

melanjutkan ke siklus II untuk mencapai ketuntasan kriteria keberhasilan

tindakan.

Perbaikan tindakan dilakukan pada siklus II, siswa merasa senang

belajar menggunakan metode demonstrasi karena menarik. Hal ini

dibuktikan ketika penerapan metode demonstrasi siswa ikut serta

berperan aktif dalam proses pembelajaran, seperti halnya mengerjakan

tugas sesuai dengan instruksi guru, dengan demikian pembelajaran terasa

tersampaikan dengan maksimal. Artinya pada penerapan metode

demonstrasi pada pemebelajaran Matematika semua siswa

berkesempatan untuk praktik secara langsung didepan kelas.

Pada bagian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman

dan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan

metode demonstrasi kelas II di MIN 1 Ponorogo memperlihatkan hasil

yang memuaskan sehingga sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.

Data perbandingan dalam dua siklus ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

1. Pemahaman Siswa

Table 4.11

Persentase Hasil Penelitian Pemahaman Siswa

Kategori

Siklus I Siklus II

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Tuntas 13 54,2% 22 91,6%

Belum

Tuntas 11 45,8% 2 8,3%

Dapat dilihat dari tabel diatas, pemahaman siswa dengan

menerapkan metode demonstrasi ada peningkatan dari siklus I sampai

siklus II. Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat diketahui bahwa dari

jumlah 24 siswa diperoleh hasil dari kategori tuntas di siklus I yakni 13

siswa dengan persentase 54,2%, pada siklus II bertambah sebanyak 22

siswa dengan persentase 91,6%, pada siklus II menunjukkan perubahan

yang baik. Itu menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam belajar

meningkat. Hal ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang sudah

dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan dengan

peningkatan pemahaman menggunakan metode demonstrasi, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (UIN Sultan Syarif Kasim Riau)

yang berjudul “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading Guide Dikelas V

Sekolah Dasar Negeri 018 Singkep Kabupaten Lingga”. Hasil penelitian

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

menunjukkan bahwa pada siklus 1 nilai rata-rata 66 dan pada siklus 2

meningkat 74 dan pada siklus ke 3 rata-rata 93.2

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode

demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dari keseluruhan

pemahaman dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 4.1

Perbandingan Hasil Pemahaman Siswa

2. Keaktifan Siswa

Table 4.12

Persentase Hasil Penelitian Keaktifan Siswa

Kategori

Siklus I Siklus II

Persentase Persentase

Aktif 63,5% 81,2%

2 Jamilah. “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading Guide Dikelas V Sekolah

Dasar Negeri 018 Singkep Kabupaten Lingga”, (Skripsi UIN SUSKA RIAU,

Pekanbaru, 2013)

0

5

10

15

20

25

Tuntas Tidak Tuntas

Siklus I Siklus II

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Penelitian Tindakan Kelas yang terjadi pada siklus I dalam

menerapkan metode demonstrasi, keaktifan siswa belum mencapai

ketuntasan keberhasilan tindakan adalah ≥80%. Hal ini menyebabkan

hasil belajar tidak maksimal sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai

dengan harapan.

Perbaikan terjadi pada siklus II dan terjadi peningkatan dalam hasil

keaktifan siswa. Dari 24 siswa yang semula hanya 63,5% yang aktif

meningkat menjadi 81,2%. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode

pembelajaran demonstrasi ini dapat meningkatkan keaktifan siswa pada

mata pelajaran Matematika siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo. Hal ini

sejalan dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robi’ah Nur

Hidayah yang berjudul “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui

Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02

Sedayu Jumantoro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa siklus 1 keaktifan siswa diperoleh rata-

rata nilai aktifitas siswa 4,069 dan pada siklus 2 meningkat 4,345.3

Keseluruhan hasil keaktifan belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat

dari gambar grafik berikut ini:

Gambar 4.2

Perbandingan Keaktifan Siswa

3 Robi’ah Nur Hidayah. “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui

Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu

Jumantoro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”, (Skripsi UM Surakarta,

Surakarta, 2013)

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

0

20

40

60

80

100

Aktif

Siklus 1 Siklus 2

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

70

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas II MIN 1

Ponorogo dengan menerapkan metode Demonstrasi untuk meningkatkan

pemahaman siswa dan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman

siswa dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas II di MIN 1

Ponorogo. Dari hasil PTK dapat diketahui bahwa dari jumlah 24

siswa diperoleh hasil meningkat dari siklus I ke siklus II, yang

semula di siklus I “Tuntas” 13 siswa, di siklus II meningkat 22

Siswa dengan persentase 91,6%, sedangkan yang “Belum Tuntas”

di siklus I mencapai 11 siswa, di siklus 2 menurun menjadi 2 siswa

dengan persentase 8,3%. Itu menunjukkan bahwa pemahaman siswa

meningkat 37,4%.

2. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa

kelas II di MIN 1 Ponorogo, keaktifan siswa yang pada siklus I

semula 63,5% meningkat menjadi 81,2%. Jadi dapat diambil

kesimpulan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan

keaktifan siswa kelas II dengan persentase kenaikan 17,7%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mempunyai beberapa

saran sebagai berikut:

Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

1. Bagi siswa

Hasil penelitan ini diharapkan siswa memperoleh mata pelajaran

Matematika melalui metode demonstrasi agar memudahkan siswa

memahami materi Matematika.

2. Bagi guru

Hasil penelitian metode demonstrasi dapat dijadikan sebagai

acuan guru dalam menggunakan model-model pembelajaran

khususnya materi Matematika maupun materi lainnya yang cocok

menggunakan metode demonstrasi.

3. Kepala Madrasah

Hasil penelitian ini diharapkan kepala madrasah dapat

menjadikan penelitian yang menggunakan metode pembelajaran ini

sebagai sumber solusi atau masukan untuk meningkatkan mutu dan

tujuan pendidikan di madrasah.

4. Bagi peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti

selanjutnya sehingga peneliti selanjutnya mendapatkan bahan informasi

atau sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang

sejenis.

Page 82: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:

Bumi Aksara, 2009

Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi

Aksara, 2017

Aswan zain, Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar,

Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Basyirudin, Usman. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pemelajaran, Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2016

Dokumen Profil MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020

Donni Juni Priansa, Euis Karwati. Manajemen Kelas,

Bandung:Alfabeta,2014

Dhesy Adhalia, Gunanto ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II,

Jakarta: Erlangga, 2016

Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi

Akasra,2008

Hasil Observasi Saat Magang II (04 Oktober 2019)

Jamilah. “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading

Guide Dikelas V Sekolah Dasar Negeri 018 Singkep

Kabupaten Lingga”, Skripsi UIN SUSKA RIAU,

Pekanbaru, 2013

Mudjiono Dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka

cipta, 2013

Muslich, Mansur. Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetesi, Bandung:

PT Refika Aditama, 2011

Muslich, Mansur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas

dan Kompetensi, Bandung: Rafika Aditama, 2011

Nur Hidayah, Robi’ah. “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa

Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA

Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu Jumantoro Karanganyar

Tahun Pelajaran 2012/2013”, Skripsi UM Surakarta,

Surakarta, 2013

Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi

Pengajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), 44.

Page 83: JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI ...

Ratu, Fajri, Em Zul Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, T.T.P: Difa

Publisher,T.T

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung :Sinar

Baru Algraasindo Offset, 2010

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2009

wawancara dengan Bapak Baihaqi MIN 1 Ponorogo pada tanggal 14

Februari 2019, pukul 09:45 WIB