PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI BAGI
SISWA KELAS 2 DI MIN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020”
SKRIPSI
Oleh:
ZAINUL FUADI
NIM:210615143
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2020
ii
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DENGAN METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS 2 DI
MIN 1 PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh:
ZAINUL FUADI
NIM:210615143
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2020
iii
ABSTRAK
Fuadi, Zainul. 2020. “Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam
Pembelajaran Matematika Dengan Metode Demonstrasi Bagi Siswa
Kelas 2 Di Min 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Kegururuan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr.
Moh Mukhlas, M. Pd.
Kata Kunci:Pemahaman Siswa, Keaktifan Siswa, Metode Demontrasi.
Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Matematika di kelas 2 MIN 1
Ponorogo dikarenakan beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut yaitu guru masih
menggunakan system pembelajaran yang konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan,
dan pendekatan pembelajaran berpusat pada guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa belum
dapat memahami sepenuhnya penjelasan tentang materi yang diajarkan, sehingga hasil
belajar siswa masih banyak yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditentukan yaitu 7,5. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat diupayakan dengan
pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan asumsi diatas maka penulis
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan metode Demonstrasi.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan peningkatan pemahaman siswa pada
pembelajaran Matematika menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) mendeskripsikan peningkatan keaktifan siswa pada
pembelajaran Matematika menggunakan metode Demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan dua
siklus, setiap siklusnya meliputi tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data
diperoleh dari subJek penelitian yaitu semua siswa kelas II Al-Farabi yang berjumlah 24
siswa.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) penggunaan metode demonstrasi dapat
meningkatkan pemahaman siswa yakni sebesar 37,4%. Hal ini dapat dilihat dari capaian tes
pemahaman pada siklus 1 sebesar 54,2% siswa mencapai nilai KKM dan meningkat pada
siklus II sebesar 91,6% siswa mencapai nilai KKM. (2) penggunaan metode demonstrasi
dapat meningkatkan keaktifan siswa yakni sebesar 17,7%, yang semula di siklus I hanya 63,5
% meningkat menjadi 81,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode
Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa kelas II Al-Farabi pada
mata pelajaran Matematika pokok bahasan pengukuran berat di MIN 1 Ponorogo.
iv
v
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………………………i
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………….….iii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………………...iv
MOTTO………………………………………………………………………………………v
ABSTRAK…………………………………………………………………………………...vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………..xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………...xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah…………………………………...6
C. Rumusan Masalah……………………………………………………….7
D. Tujuan Penelitian………………………………………………………..8
E. Manfaat Penelitian………………………………………………………8
F. Sistematika Pembahasan………………………………………………..10
BAB II : TELAAH HASL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu………………………………………12
ix
B. Landasan Teori…………………………………………………………..14
1. Pengertian Pemahaman Matematika…………………………………14
2. Keaktifan……………………………………………………………..17
3. Metode Demonstrasi……………………………………………...….19
4. Mata Pelajaran Matematika………………………………………….23
C. Kerangka Berpikir……………………………………………………….25
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan…………………………………………..27
BAB III : METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Objek Tindakan Kelas…………………………………………………...29
B. Setting Subjek Penelitian………………………………………………..29
1. Setting Lokasi Penelitian……………………………………………29
2. Subjek Penelitian……………………………………………………29
C. Fariabel yang Diamati…………………………………………………..30
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………………………………………..31
1. Perencanaan…………………………………………………………32
2. Pelaksanaan…………………………………………………………32
3. Pengamatan…………………………………………………………34
4. Refleksi …………………………………………………………….34
5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………..36
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Singkat Setting Lokasi Penelitian…………………………..37
B. Penjelasan Data Per-Siklus……………………………………………..43
C. Proses Analisis Data…………………………………………………....62
D. Pembahasan ……………………………………………………………65
x
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….70
B. Saran…………………………………………………………………...70
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah proses melihat mengamati, memahami
sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara
bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.1 Adapun
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang
saling berkaitan. Jadi, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan
yang sangat kompleks. Kegiatan pembelajaran inilah akan
memberikan pendidikan kepada semua orang.
Pendidikan semata-mata bukan hanya sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, tetapi pendidikan
berperan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Sumber daya manusia sendiri
dikatakan berkualitas dan bisa tercapai apabila kegiatan
pembelajaran dapat memberikan pemahaman kepada siswa. Hal
tersebut bisa tercapai apabila kegiatan pembelajaran dapat
memberikan pemahaman yang baik pada peserta didik.
Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari
pemahaman peserta didik setelah kegiatan pemebelajaran
berlangsung. Pemahaman siswa dapat dilihat dari kegiatan refleksi
1 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung :Sinar Baru
Algraasindo Offset, 2010) 28.
2
dan tanya jawab antara guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran
akan berakhir, seperti contoh mengklarifikasi, meringkas,
membandingkan, dan mengutarakan pembelajaran yang sudah
dijelaskan dengan bahasanya sendiri.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak
selamanya dapat berjalan lancar. Kemungkinan ada saja masalah
yang ditemukan, terutama masalah kesulitan belajar yang dialami
peserta didik yang nantinya akan mempengaruhi pemahaman siswa
itu untuk menyerap suatu pembelajaran. Semua itu bisa dilihat
melalui penilaian.
Penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Ranah hasil belajar yang menjadi objek penilaian, di antaranya
adalah ranah kognitif. Ranah kognitif terdiri dari enam tipe hasil
belajar, yaitu pegetahuan atau ingatan, pemahamaan, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
Arti pemahaman itu sendiri seperti yang dijelaskan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pemahaman itu berasal dari
kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, adapun
pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan, sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono
pemahaman mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
3
tentang hal yang dipelajari.2 Pendapat lain mengemukakan
pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa
mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya.3 Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pemahaman adalah kemampuan siswa untuk dapat
mendefinisikan sesuatu dan memaknai hal-hal yang terkandung
dalam suatu teori maupun konsep-konsep yang dipelajari.
Tipe hasil belajar pemahaman dapat dibedakan menjadi 3
kategori, yaitu tingkat rendah bisa diartikan sebagai pemahaman
penerjemahan, misalnya mengartikan slogan seperti halnya
mengartikan Bhineka Tunggal Ika. Yang kedua tingkat madia, yakni
pemahaman penafsiran, menghubungkan pengetahuan tentaang
subjek, predikat, dan objek sehingga dapat mengetahui perbedaaan
kalimat aktif dan pasif. Yang ketiga pemahaman tingkat tinggi,
yakni pemahaman ekstrapolasi, seperti halnya membuat ramalan
tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.4
Pemahaman siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor jamaniah, faktor
psikologis, dan faktor pematangan fisik dan psikis, sedangkan faktor
eksternal terdiri dari faktor sosial dan faktor budaya. Pemahaman
2 Dimyati dan mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 2013),
27. 3 M. Ngalim purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), 44. 4 Mansur Muslich, Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetesi (Bandung: PT Refika
Aditama, 2011) 41.
4
siswa selain dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal juga
dipengaruhi tujuan, guru, peserta didik, suasana evaluasi, bahan dan
alat evaluasi, serta kegiatan pengajaran termasuk model
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. 5
Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa yaitu model pembelajaran yang mengikut
sertakan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan
menerapkan materi pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari.
Metode Demonstrasi adalah metode pembelajaran yang
memperagakan atau mempertunkjukkan materi yang diajarkan oleh
seorang guru, dengan memperagakan atau mempertunjukkan
menjadikan siswa menjadi aktif dan mudah memahami pembelajaran
yang diajarkan oleh seorang guru.
Di MIN 1 Ponorogo, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
mata pelajaran Matematika di tetapkan sebesar 70. Dengan
demikian, siswa dinyatakan tuntas dalam pembelajaran Matematika
jika sudah memenuhi penguasaan kompetensi minimal 70. Dari data
yang diperoleh ketika melaksanakan ujian di semester 1, nilai
Matematika siswa kelas 2 yang siswanya mencapai 28 anak, 12 anak
memperoleh nilai di atas KKM, dan 16 anak memperoleh nilai di
bawah KKM. Jika ingin siswa memiliki ketuntasan maka harus di
buat pembelajaran sebaik mungkin.6
5 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), 109. 6 Dari wawancara dengan Bapak Baihaqi MIN 1 Ponorogo pada tanggal 14
Februari 2019, pukul 09:45 WIB.
5
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa masih banyak
guru yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat
kepada guru. Selain itu, juga menggunakan metode pembelajaran
konvensional yaitu dengan ceramah dan penugasan. Hal ini
mengakibatkan siswa belum dapat memahami sepenuhnya
penjelasan tentang materi pelajaran karena siswa hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan guru tanpa ikut berperan aktif selama
proses pembelajaran. Contohnya, siswa kurang memahami materi
yang telah dipelajari saat pelajaran Matematika. Hal ini tampak saat
siswa diberi pertayaan oleh guru saat kegiatan refleksi siswa belum
bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Selain itu, kebersatuan
kelas kurang terjalin begitu baik. Hal ini tampak apabila siswa pasif
satu kelompok dengan siswa pasif yang lain maka siswa tersebut
akan semakin pasif. Begitupun juga terjadi pada siswa yang aktif.
Hal ini bisa terjadi karena proses pembelajaran masih berpusat pada
guru. Hasil pemahaman siswa kelas II MIN 1 Ponorogo pada mata
pelajaran Matematika saat guru menggunakan model pembelajaran
konvensional yaitu hanya 4 siswa yang mencapai ketuntasan dengan
nilai rata-rata 52,91.7
Melihat hal tersebut, di sini peneliti memfokuskan
penelitianya kepada peningkatan pemahaman siswa untuk
membuktikan adanya pengaruh metode demonstrasi terhadap
peningkatan pemahaman siswa, maka dalam penelitian ini peneliti
7 Hasil Observasi Saat Magang II (28 Mei 2019)
6
akan menguji tentang pemahaman mata pelajaran Matematika di
kelas II MIN 1 Ponorogo. Peneliti mengambil tempat di MIN 1
Ponorogo, karena MIN 1 Ponorogo merupakan Madrasah Ibtidaiyah
Negeri favorit dibandingkan dengan SD/MI di kecamatan Sampung
dan sekitarnya, dan juga di MIN 1 Ponorogo merupakan Madrasah
Ibtidaiyah yang memiliki jumlah siswa terbanyak dibandingkan
dengan SD/MI di kecamatan Sampung dan sekitarnya. Dengan
demikian peneliti melakukan penelitian di MIN 1 Ponorogo.
Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran,
untuk dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pelajaran
Matematika sehingga pelajaran Matematika terasa mudah dipahami
oleh siswa. Selain itu, juga sebagai bahan pertimbangan dalam
proses pembelajaran di kelas, agar dapat menciptakan suasana
belajar yang aktif dan menyenangkan. Salah satu metode yang dapat
diterapkan adalah metode demonstrasi.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dari
permasalahan yang ada, dapat diidentifikasi masalahnyaa
sebagai berikut:
a. Siswa sulit memahami pembelajaran yang disampaikan
dengan model seperti di buku paket matematika
7
b. Siswa masih kurang bisa memahami konsep materi pokok
bahasan pengukuran panjang, berat, dan waktu.
c. Dalam proses belajar mengajar seharusnya siswa ikut
berperan aktif, sehingga proses belajar mengajar menjadi
bermakna dan siswa lebih mudah memahami materi
pelajaran.
d. Dalam proses pembelajaran siswa yang aktif cenderung
dominan menguasai kelas, sedangkan siswa yang pasif
hanya diam dalam mengikuti pembelajaran, sehingga
kekompakan dalam 1 kelas kurang.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas , agar penelitian
lebih fokus maka penelitian dibatasi pada hasil belajar siswa
khususnya pada ranah kognitif pada aspek pemahaman siswa
Kelas II (Al-Farabi) di MIN 1 Ponorogo pada tahun pelajaraan
2019/2020
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan
masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
pemahaman siswa kelas 2 MIN 1 Ponorogo tahun ajaran
2019/2020 dalam pembelajaran matematika?
8
2. Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan
keaktifan siswa kelas 2 MIN 1 Ponorogo tahun ajaran 2019/2020
dalam pembelajaran matematika?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai
dalam penelitian. Berdasarkan uraian pada latar belakang dan
rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menjelaskan peningkatan pemahaman siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 2 MIN 1
Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran
matematika.
2. Untuk mendreskripsikan peningkatan keaktifan siswa dengan
menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas 2 MIN 1
Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran
matematika.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting dan bermanfaat dari beberapa sisi,
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk wawasan
keilmuan terhadap pengembangan teori-teori pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan mata kuliah SBM (Strategi
9
Belajar Mengajar) dan Penyusunan Pembelajaran MI/SD Berbasis
Mapel maupun Tematik, serta diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan tambahan ilmu pengetahun yang
berkaitan dengan keterampilan sosial.
2. Manfaat praktis
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dipaparkan, dalam penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
siswa, pendidik, dan lembaga pendidikan (sekolah). Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Hasil penelitan ini diharapkan siswa lebih berperan aktif
dalam proses pembelajaran, dan juga dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada pembelajaran matematika
b. Bagi Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
guru dalam menggunakan model-model pembelajaran
tematik terpadu khususnya materi Matematika maupun
materi lainnya, dan juga sebagai wawasan untuk mengajar,
membimbing, dan mendorong siswa untuk lebih efektif
dalam proses pembelajaran.
c. Bagi Lembaga Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan prestasi
akademik siswa yang mana akan berpengaruh juga terhadap
mutu pembelajaran dari lembaga pendidikan sekolah yang
10
bersangkutan, dan juga sebagai sumbangan pikiran unntuk
menambah referensi berupa hasil penelitian.
d. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Sebagai aplikasi ilmu dan sebagai rujukan dalam penelitian
yang akan datang.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penyusunan penelitian dan pembahasan,
laporan penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang masing-masing
bab terdiri atas sub-sub yang berkaitan dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab pertama, berisi pendahuluan yang meliputi, latar
belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua adalah kajian teori yang berisi, telaah hasil
penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan pengajuan hipotesis
tindakan.
Bab ketiga adalah metode penelitian yang meliputi, objek
penelitian tindakan kelas, setting subjek penelitian, variabel yang
diamati, dan prosedur PTK (perencanaan, pelaksanaan dan
observasi, serta refleksi), dan jadwal pelaksaanaan PTK.
11
Bab keempat adalah hasil penelitian tindakan kelas yang
meliputi, gambaran singkat lokasi penelitian, penjelasan per-siklus,
proses analisis data persiklus, serta pembahasan.
Bab kelima merupakan bab terakhir dalam laporan ini, yang
berisi penutup yang meliputi, kesimpulan dan saran.
12
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN
TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Telaah hasil penelitian terdahulu digunakan untuk
mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan
penelitian yang sejenis yaang pernah dilakukan oleh peneliti lain
sebelumnya, sehingga tidak ada pengulangan materi secara mutlak.
Rujukan penelitian terdahulu pada penelitian ini yaitu:
Penelitian Jamilah yang berjudul “Peningkataan Pemahaman
Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan
Strategi Reading Guide Dikelas V Sekolah Dasar Negeri 018
Singkep Kabupaten Lingga” skripsi UIN SUSKA Riau 2013.
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti peningkatan
pemahaman siswa. Sedangkan perbedaanya adalah jika Jamilah
menggunakan strategi reading guide unntuk meningkatkan hasil
belajar, sedangkan penelitian ini menggunakan metode demonstrasi
untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jenis penelitian yang
dilakukan oleh Jamilah adalah PTK yang terdiri dari 3 siklus, siklus
1 nilai rata-rata 66 dan pada siklus 2 meningkat 74 dan pada siklus
ke 3 rata-rata 93. Jadi berdasarkan analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan strategi reading guided dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri 018 Singkep
Kabupaten lingga.
Penelitian yang dilakukan oleh Yatin Al-Fatoni tahun 2004
dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa
dalam Pembelajaran Matematika Materi bangun Datar dengan
Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas II Semester II MI Ma’arif
Tanjungaom Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang”. Persamaan
penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pemahaman siswa
dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran matematika.
Sedangkan perbedaanya adalah, jika penilitian yang dilakukan oleh
yatin materi bangun datar, jika penelitian ini pada pengukuran berat
benda. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Yatin adalah PTK
dengan siklus I, ketuntasan belajarnya belum begitu baik.
Peningkatan didukung oleh nilai rata-rata yang naik dari 60.05 pada
siklus I, dan 70.01 pada siklus II.
Penelitian Robi’ah Nur Hidayah yang berjudul “Upaya
Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui Metode Demonstrasi Pada
Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu Jumantoro
Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Persamaan penelitian ini
adalah sama-sama meneliti peningkatan keaktifan siswa
menggunakan metode demonstrasi. Sedangkan perbedaanya adalah
jika Robi’ah Nur Hidayah mata pelajaran IPA yang diampu,
sedangkan penelitian ini mata pelajaran Matematika. Jenis penelitian
yang dilakukan oleh Robi’ah Nur Hidayah adalah PTK yang terdiri
dari 2 siklus, siklus 1 keaktifan siswa diperoleh rata-rata nilai
aktifitas siswa 4,069 dan pada siklus 2 meningkat 4,345. Jadi
berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa metode
demonstrasi dalam pemelajaran IPA benar-benar berpengaruh pada
peningkatan keaktifan siswa kelas IV SD Negeri 02 Sedayu,
Kecamatan Jumantoro, Kabupaten Karanganyar.
B. Landasan Teori
1. Pengertian Pemahaman Matematika
Hasil belajar yang dilakukan lewat penilaian perlu
dilakukan secara seimbang antara aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).
Hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek, yaitu
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama (pengetahuan dan
pemahaman) disebut kognitif tingkat rendah, sedangkan
keempat aspek berikutnya (aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi) disebut kognitif tingkat tinggi.1 Pemahaman disini
diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan
caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterima.2
Tipe hasil belajar tipe pemahaman ini lebih tinggi dari
pada tipe hasil belajar pengetahuan. Dalam taksonomi Bloom,
1 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi, (Bandung: Rafika Aditama, 2011), 39. 2 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pemelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016),
36.
kesanggupan memahami ini setingkat lebih tinggi dari pada
pengetahuan. Yang termasuk pemahaman, misalnya:
memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,
menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang
telah dibaca atau didengarnya, atau menggunakan petunjuk
penerapan pada kasus lain.3
Secara hierarkhis, hasil belajar pemahaman ini dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu tingkat rendah, tingkat
media, dan tingkat tinggi.
a. Pemahaman tingkat rendah adalah pemahaman penerjemahan,
yaitu mulai dari penerjemahan dalam arti yang sebenarnya,
misalnya menerjemahkan dari kalimat berbahasa Inggris ke
dalam kalimat berbahasa Indonesia, mengartikan slogan,
misalnya mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan
lambang, misalnya memaknakan bendera Merah Putih, sampai
dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, misalnya prinsip
kerja listrik dalam memasang sakelar.
b. Pemahaman tingkat media adalah pemahaman penafsiran, yaitu
mulai dari menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan
yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa
bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok
dan yang bukan pokok, menghubungkan pengetahuan tentang
3 Masnur Muslich, Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi, (Bandung: Rafika Aditama, 2011), 41.
subjek, predikat, dan objek sehingga dapat mengetahui
perbedaan kalimat aktif dan pasif.
c. Pemahaman tingkat tinggi adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu
pemahaman melihat dibalik yang tertulis/tersurat, dapat
membuat ramalan tentang konsekuensi dari suatu kejadian, atau
dapat memperluas persepsi terkait dengan waktu, dimensi,
kasus.4
Meskipun pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas
antara ketigannya tidaklah mudah. Penyusunan tes dapat
membedakan item yang susunannya termasuk sub kategori
tersebut, tetapi tidak perlu berlarut-larut mempermasalahkan
ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan
antara pemahaman terjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi,
bedakanlah untuk kepentingan penyusunan penyusunan soal tes
hasil belajar.5Dengan pemahaman siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
diantara fakta-fakta atau konsep.6
Jadi, bisa disimpulkan bahwa pemahaman adalah
kesanggupan siswa untuk dapat mendefinisikan sesuatu dan
menguasai hal tersebut dengan memahami makna tersebut.
4 Ibid, 41. 5 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), 25. 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), 118.
Dengan demikian pemahaman merupakan kemampuan dalam
memaknai hal-hal yang terkandung dalam suatu teori maupun
konsep-konsep yang dipelajari.
2. Keaktifan
Keaktifan yang dimaksud pada penelitian ini adalah
keaktifan belajar siswa. Belajar tidaklah cukup hanya dengan
duduk dan mendengarkan atau melihat sesuatu. Belajar
memerlukan keterlibatan fikiran dan tindakan siswa sendiri.
Keaktifan belajar terdiri dari kata “Aktif” dan kata “Belajar”.
Keaktifan berasal dari kata aktif yang mendapat imbuhan ke-an
menjadi keaktifan yang berarti kegiatan,kesibukan.7 Keaktifan
belajar berarti suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan
giat belajar. Sedangkan menurut Hamalik keaktifan belajar
adalah suatu keadaaan atau hal dimana sisawa dapat aktif. 8
Keaktifan yang dialami oleh peserta didik berhubungan
dengan segala aktivitas yang terjadi, baik secara fisik maupun
non fisik. Keaktifan akan menciptakan situasi belajar yang aktif.
Belajar yang aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan kektifan peserta didik, baik secara fisik, mental
intelektual, maupun emosional guna memperoleh hasil belajar
7 Fajri, Em Zul Dan Ratu, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, T.T.P: Difa
Publisher,T.T
8 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran,(Jakarta: Bumi Akasra,2008),
hal. 90-91
yang berupa paduan antara aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
Keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
terjadi manakala, pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat
pada peserta didik, guru berperan sebagai pembimbing supaya
terjadi pengalaman dalam belajar, pengelolaan kegitan
pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas peserta didik.
Keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok, diantaranya, Visual dengan karakter (membaca ,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,
pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain), lisan
engan karakter ( mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pernyataan,
memberi saran, mengemukakan pedapat, wawancara, dan
diskusi), mendengarkan dengan karakter ( mendengarkan
penyajian bahan, menengarkan percakapan atau diskusi
kelompok, mendengarkan suatu permainan), menulis dengan
karakter ( menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan,
membuat rangkuman, dan mengerjakan tes), menggambar engan
karakter (menggambar, membuat grafik).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta
didik dalam proses pembelajaran diantaranya memberikan
motivasi atau menarik perhatian peserta didik sehingga mereka
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan tujuan
intruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik),
memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari, memberikan umpan balik, menyimpulkan materi
yang disampaikan diakhir pembelajaran.9
Berdasarkan beberapa pengertian keaktifan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa keaktifan yaitu keikutsertaan siswa
dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dimana
siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.
3. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan teknik mengajar yang sudah
lama. Seorang ibu yang menajarkan cara memasak suatu
makanan kepada anak-anaknya adalah dengan
mendemonstrasikan di muka mereka, juga seorang guru
olahraga melemparkan sebuah bola untuk memberi contoh
kepada siswa-siswanya, begitu juga seorang guru tari
mengajarkan kepada siswanya bagaimana menari dan
sebagainya. Kesemuanya itu dilakukan dengan menggunakan
teknik demonstrasi.
Pada demonstrasi gurulah yang mendemonstrasikan atau
mempertunjukkan bagaimana cara bekerja atau melakukan
sesuatu kemudian barulah para siswa mengikutinya
sebagaimana petunjuk guru.
9 Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas,
(Bandung:Alfabeta,2014) hal. 152-154
Untuk menggunakan metode demonstrasi ini seorang
guru mempersiapkan diri terlebih dahulu dan akan lebih jelas
bila dilengkapi dengan gambar dan alat peraga lainya. Sesuatu
yang meragukan harus diulang kembali supaya jangan
menyimpang dari pokok persoalanya. Apa yang
didemonstrasikan itu hendaknya dapat dilihat dengan jelas dan
apa yang diucapkan juga harus jelas dan terang didengar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
demonstrasi, yaitu:
1) Mengetahui latar belakang dan keperluan yang akan dihadapi
2) Melukiskn pokok persoalan yang diperbincangkan di papan tulis
atau dikertas untuk dibagi-bagikan
3) Mengatur waktu sedemikian rupa sehingga demonstrasi dapat
dijelaskan dan didiskusikan pada waktu yang ditentukan.
4) Adakan diskusi setelah demonstrasi berakhir, karena diskusi
banyak manfaatnya untuk mengevaluasi hal-hal yang telah
maupun yang akan dilakukan kkemudian.
5) Sediakan waktu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkenaan dengan demonstrasi yang dilakukan.
6) Mengambil kesimpulan dan melakukan ulangan, termasukhal-
hal yang diperlukan, untuk menanamkan pengertian yang lebih
baik terhadap anak-anak.10
10 Usman, basyirudin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) 106
Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya:
1) Melalui metode demonstrasi, terjadinya verbalisme akan dapat
dihindari karena siswa disuruh langsung memperhatikan bahan
pelajaran yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik karena siswa tak hanya
mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengmati secara langsung, siswa akan memiliki
kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan.
Dengan demikian, siswa akan lebih meyakini kebenaran materi
pembelajaran.
Selain beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki
beberapa kelemahan, di antaranya:
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang
karena tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal,
sehingga menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Untuk
menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus
beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat
memakan waktu yang banyak.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat
yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerluka
pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.
3) Demonstrasi memerlukan kemaampuan dan keterampilan guru
yang khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
professional. Disamping itu, demonstrasi juga memerlukan
kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan
proses pembelajaran siswa.11
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode demonstrasi adalah adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian
atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu
kepada anak didik atau cara guru dalam mengajar dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu
proses, situasi, kejadian, urutan melakukan suatu kegiatan atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk yang
sebenarnya maupun tiruan melalui penggunaan berbagai macam
media yang relevan dengan pokok bahasan untuk memudahkan
siswa agar kreatif dalam memahami materi.
4. Mata Pelajaran Matematika
Secara umum Matematika merupakan sebuah ilmu pasti
yang berkaitan dengan penalaran. Matematika menjadi salah
satu ilmu yang mendasari kehidupan manusia. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib bagi siswa SD
karena mata pelajaran Matematika termasuk mata pelajaran
yang diikutkan saat ujian nasional. Selain itu mata pelajaran
Matematika merupakan salah satu ilmu yang diajarkan dari
siswa SD sampai perguruan tinggi.
11 Abdul Majid, Strategi, 199-200
Matematika merupakan salah satu komponen dari
serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting
dalam pendidikan. Matematika juga merupakan salah satu
bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang
merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak
menyenangkan, bahkan yang menakutkan. Hal ini bisa terjadi
karena siswa itu mengalami kesulitan-kesulitan saat
mengerjakan soal-soal matematika.
Matematika juga merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat dibidang teknilogi informasi dan
komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan
matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi
dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat
sejak dini.12
Pembelajaran matematika adalah kegiatan belajar dan
mengajar yang mempelajari ilmu matematika dengan tujuan
membangun pengetahuan matematika agar bermanfaat dan
mampu mempraktekkan hasil belajar matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
12 Gunanto dan Dhesy Adhalia, ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II, (Jakarta:
Erlangga, 2016)
5. Pengukuran Berat
Pengukuraan berat adalah membandingkan sesuatu massa
benda (berat) dengan nilai standar yang telah ditetapkan.
Pengukuran berat benda dengan satuan baku dilakukan dengan
menggunakan timbangan. Penggunaan timbangan atau neraca
disesuaikan menurut besar kecilnya benda yang timbang.
Bentuk dan kegunaan neraca diantaranya adalah :
1) Timbangan badan digunakan untuk menimbang berta badan
hingga 100 kg.
2) Timbangan duduk digunakan untuk menimbang berat benda
di pasar, pabrik, tempat penggilingan padi atau barang
dalam karung atau peti. Berat benda maksimum hingga 50
kg.
3) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang berat badan
bayi. Alat ini sering dijumpai di rumah sakit, puskesmas,
posyandu, dan rumah bersalin.
4) Timbangan gantung digunakan untuk menimbang berat
kotor benda, seperti padi, beras, tepung, dan benda yang
basah seperti minyak kelapa, gabah, dll. Alat ini mudah
dibawa kemana-mana karena dapat diinjak. Berat benda
maksimun hingga 1 kuintal.
5) Neraca untuk menimbang benda-benda yang ringan.
Misalnya berat emas dan bahan obat-obatan. Satuan berat
neraca dinyatakan dalam gram.
6) Timbangan warung digunakan di warung, kios atau di pasar
tradisional. Berat benda maksimum hingga 50 kg.
Satuan berat Baku yang umum digunnakan adalah kilogram.13
C. Kerangka Berpikir
Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran wajib di tingkat pindidikan dasar karena mata pelajaran
Matematika masuk dalam mata pelajaran ujian nasional. Mata
pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang membahas tentang
ilmu-ilmu angka. Pelajaran Matematika di kelas II dilakukan dengan
pendekatan yang masih berpusat pada guru dengan metode ceramah,
tanya jawab, dan penugasan. Pembelajaran Matematika tersebut
tidak mengikutsertakan peserta didik berperan aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Peserta didik hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan dari guru sehingga membuat peserta didik
mencari kesibukan lain seperti memainkan alat tulis dan
menggambar. Hal tersebut mengakibatkan peserta didik tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar saat guru melakukan kegiatan
refleksi. Kondisi tersebut menunjukkan rendahnya pemahaman
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Oleh karena itu diperlukan perubahan pendekatan
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman peserta didik dan
mengitkutsertakan peserta didik berperan aktif selama kegiatan
13 Ibid, 90.
pembelajaran berlangsung. Pembelajaran Matematika dapat
dilakukan dengan menerapkan metode demonstrasi. Pendekatan
pembelajaran ini lebih menyenangkan dan lebih meningkatkan
pemahaman peserta didik. Peserta didik diajak praktik secara
langsung materi pelajaran. dengan implementasi menggunakan
media-media yang menarik. Peserta didik lebih aktif selama proses
pembelajaran dan lebih banyak berpartisipasi dalam proses
pembelajaran, mendiskusikan materi dengan kelompoknya, dan
mengerjakan soal-soal. Pada akhirnya hal tersebut dapat
meningkatkan pemahaman peserta didik pada mata pelajaran
Matematika. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka berfikir pada
penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir Pada Penelitian.
1. jika metode Demonstrasi diterapkan dengan baik, maka dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran
Matematika siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo Tahun Ajaran
2019/2020.
Guru Mata Pelajaran Matik
Pembelajaran Matik
dengan pendekatan
pebelajaran yang berpusat
pada guru Peningkatan pemahaman
materi palajaran
Penerapan metode
demonstrasi
Rendahnya pemahaman
materi pelajaran
2. jika metode Demonstrasi diterapkan dengan baik, maka dapat
meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika
siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020.
D. Pengajuan Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap
masalah penelitian, secara teoritis dianggap paling mungkin atau
paling tinggi tingkat kebenarannya. Berangkat dari penelitian diatas,
peneliti mengajukan hipotesis tindakan yaitu:
1. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman
siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020,
maksimal 80%.
2. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan
siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020,
maksimal 80%.
28
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Objek Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan Penenlitian Tindakan Kelas (PTK)
yang memfokuskan pada pengembangan kemampuan peserta didik.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yang menjadi objek tindakan
kelas adalah pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika.
B. Setting Subjek Penelitian
1. Setting Lokasi Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan nyata dan
muncul dalam proses pembelajaran pada pembelajaran
Matematika di MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
Peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di MIN 1
Ponorogo karena peneliti menemukan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran Matematika seperti model pembelajaran
yang digunakan kurang bervariasi khususnya pada kelas II.
2. Subjek Penelitian
Pelaku Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah mahasiswa
yang melaukan skripsi semester 8. Dalam hal ini yang menjadi
subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah siswa kelas II di MIN 1
Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020.
C. Variabel Yang Diamati
Adapun variabel-variabel yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Proses
Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini yakni
variabel yang berkaitan dengan saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung yaitu peningkatan keaktifan seperti cara belajar
siswa, keikutsertaan siswa saat proses pembelajaran, kualitas
RPP, RPP yang telah dibuat diimplementasikan ke dalam
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran demonstrasi. Variabel proses yang terkait dengan
penelitian ini yaitu kinerja guru atau pendidik dalam mengelola
pembelajaran Matematika dengan metode pembelajaran
demonstrasi.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan beberapa siklus,
setiap siklus dilaksanakan melalui empat tahap yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing), dan refleksi (reflekcting). Melalui tahapan siklus
tersebut dapat diamati pertumbuhan rasa ingin tahu, kreatif,
tanggung jawab, kerja sama, dan peningkatan pemahaman siswa
pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan metode
pembelajaran demonstrasi. PTK anak berhasil apabila indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan tercapai semua.
2. Variabel Output
Variabel output atau hasil dalam penelitian ini adalah
meningkatkan pemahaman siswa dengan dipresentasikan ke
dalam peningkatan nilai ulangan harian, meningkatnya
kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan benar
saat kegiatan refleksi, dan dapat menghubungkan pelajaran yang
didapat ke dalam kehidupan sehari-hari.
D. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian
tindakan kelas dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran
Matematika. Penelitian Tindakan Kelas ditandai dengan adanya
tindakan. Tindakan tersebut dilakukan tidak hanya sekali, akan tetapi
berulang-ulang sampai dengan tujuan penelitian tindakan kelas
tercapai. Setiap tindakan tterdiri dari rangkaian empat kegiatan yaitu,
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi.1
Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajara yang ada di kelas dengan metode Demonstrasi pada
mata pelajaran Matematika khususnya pada materi pokok waktu.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat
tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Secara rinci penelitian tindkan kelas ini memiliki langkah-langkah
sebagai berikut:
1 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), 143.
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan2
Tahap Penelitian Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapakan silabus,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan, hand
out, lembar kerja siswa, media pembelajaran, lembar
observasi.
2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran ddengan metode demonstrasi.
Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal
2 Ibid, 42.
Perencanaan
Siklus Ke-I Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
Pengamatan
Pelaksanaan Siklus Ke-II
Pengamatan
Refleksi
?
mata pelajaran matematika kelas II MIN 1 Ponorogo.
Adapun tindakan yang dilakukan pada tiap siklus yaitu:
a. Pendahuluan
1) Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab
salam dari guru.
2) Guru mempersilahkan ketua kelas memimpim do’a
sebelum pelajar dimulai.
3) Guru mengecek kehadiran siswa melalui presensi.
4) Guru melalukan aperserpsi dan motivasi yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari yaitu
pembelajaran dengan pokok bahasan pengukuran
pnjang, berat, dan waktu.
b. Kegiatan Inti
1) Siswa belajar dalam kelompok.
2) Siswa belajar menggunakan alat dan media yang
telah disediakan.
3) (media: alat-alat yang menunjukkan pengukuran
berat)
4) Guru memberikan kesempatan siswa untuk
melakukan praktik secara langsung.
5) Salah satu perwakilan dari kelompok menyampaikan
hasil praktiknya.
6) Guru memberi mendalaman materi dari hasil diskusi
dalam kelompok.
c. Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pokok
bahasan pengukuran berat.
2) Siswa mengerjakan kuis secara individu.
3) Guru memberikan rencana tindak lanjut yaitu
dengan memberikan tugas dirumah untuk mencatat
atau mengukur benda-benda yang ada di rumah.
4) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucap salam.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan dan mencatat kejadian-kejadian yang
tidak terdapat dalam lembar observasi dengan membuat
lembar catatan lapangan. Hal-hal yang diamati selama
proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dan
aktivitas guru maupun keaktifan siswa selama perses
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, Seperti halnya:
a. Mengamati perilaku dan keaktifan siswa/siswi dalam
mengikuti pembelajaran.
b. Memantau kegiatan diskusi/kerjasama antarsiswa.
c. Mengamati pemahaman masing-masing siswa/siswi
terhadap penguasaan materi pembelajaran.
4. Refleksi
Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari
pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan
sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran
siklus berikutnya. Jika hasil yang diharapkan belum
tercapai maka dilakukan perbaikan yang dilaksanakan
pada siklus II.
Tahap Penelitian Siklus II
Rencana tindakan siklus II dimaksudkan sebagai hasil
refleksi dan perbaikan terhadap pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I. Tahap tindakan siklus II
mengikuti tahap tindakan siklus I.
Tabel 3.1
Prosedur Pelaksanaan PTK
PERENCANAAN TINDAKAN PENGAMATAN REFLEKSI
1. Penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajar-
an (RPP)
berbasis
penelitian
tindakan
kelas.
2. Menyiapkan
sumber,
bahan, alat
yang
digunakan
untuk
kegiatan
pem
belajaran.
3. Menyiapkan
instrument
penilaian
yang
digunakan
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi.
4. Menyiapkan
KKM serta
menyiapkan
instrument
1. Penjelasan
materi oleh
guru dan
merespons
pertanyaan
maupun
pendapat
dari siswa.
2. Pembentu-
Kan
kelompok
yakni satu
kelompok
terdiri dari
3-4 siswa
3. Melaksanak
an metode
Demonstrasi
4. Memberikan
klarifikasi
5. Mengamati
kemampuan
masing-
masing
peserta didik
dalam hasil
evaluasi
dengan
melakukan
test pada
lembar soal
1. Mengamati
kemampu-
an masing-
masing
peserta
didik
dalam
lembar
observasi
ketereram-
pilan sosial
dengan
memberik-
an
contreng
(√)
pada
lembar
observasi
terstruktur
1. Mereflek-
sikan hasil
pengama-
tan
kegiatan
keterampil
an sosial
peserta
didik
dalam
kelompok,
tanggung
jawab
siswa
dalam
mengikuti
diskusi
serta
menganalis
is nilai
perolehan
hasil
belajar
peserta
didik,
dengan
mengguna
kan tolak
ukur yang
telah
ditentukan
tolak ukur
keberhasilan
tindakan.
untuk
membuat
keputusan
apakah
diperlukan
siklus II
atau tidak
E. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MIN 1 Ponorogo yang
beralamatkan di Jl. KH. Abdurrahman, No 06 Dukuh Bogem Desa
Sampung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, dengan jadwal
seperti berikut:
Tabel 3.2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
No. Jenis Kegiatan
Minggu
1 2 3 4
1 Persiapan penelitian
2 Perencanaan
3 Pelaksanaan siklus I
4 Pelaksanaan siklus II
5 Pengolahan Data
6 Penyusunan Laporan
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Singkat Setting Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ponorogo dengan nomor
statistik 111135020004 berstatus Negeri merupakan peralihan fungsi
dari Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Muttaqien (MI PSM)
Bogem Sampung Ponorogo. Pada awalnya Madrasah ini bernama
Madrasah Ibtidaiyah Pesantren Sabilil Muttaqien (MI PSM) Bogem
yang berpusat di Takeran Kabupaten Magetan. Madrasah ini berdiri
pada tanggal 2 September 1949.
Tercatat sebagai Madrasah tertua di Kabupaten Ponorogo ini,
pada awalnya menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di serambi
Masjid dan di teras rumah pemrakarsa berdirinya Madrasah yakni
Bp. KH. Imam Subardini. Sebagai seorang Tokoh ulama di dukuh
Bogem Desa Sampung ini, beliau dengan ikhlas memberikan
pendidikan dan pengajaran kepada para Santri dari berbagai daerah
yang berniat menimba ilmu agama.
Seiring perjalanan waktu dan semakin banyaknya jumlah
santri, madrasah melakukan pembenahan dan pemenuhan sarana
prasarana kegiatan pembelajaran, mulai dari pembangunan gedung
secara gotong royong di atas tanah wakaf, pemenuhan tenaga
pengajar, serta focus pembelajaran dengan menerapkan kurikulum
kolaborasi antara konsep pesantren dan Departemen Agama.
Pada awal tahun 1967 Pendidikan Agama di daerah Jawa
Timur tumbuh berkembang pesat, maka pemerintah saat itu
merasakan perlunya menegerikan beberapa madrasah, sehingga
dapat membantu memberikan pelajaran pada sekolah-sekolah negeri
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan MPRS No.
XXVII/MPRS/1966. Melihat hal itu, Majelis Pimpinan Pusat
Pesantren Sabilil Muttaqin mengajukan permohonan Penegerian
Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah Lingkungan PSM
kepada Pemerintah berdasarkan surat Nomor 31/D.III/67 tanggal 1
Juli 1967. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama No. 86 Tahun
1967 tanggal 29 Juli 1967 Madrasah Ibtidaiyah PSM Bogem resmi
menjadi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN).
Sejak berdiri sampai sekarang. MIN Bogem Sampung
Ponorogo mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan.
Namun, pergantian tersebut merupakan mata rantai sejarah yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena
mempunyai visi dan misi yang sejalan untuk mengembangkan dan
membawa MIN Bogem Sampung Ponorogo menjadi yang terbaik
didunia pendidikan. Keberhasilan itu juga karena dukungan dari
semua pihak (warga madrasah) yang saling membantu dan berbuat
yang terbaik. Adapun mulai didirikan sampai sekarang
kepemimpinan madrasah adalah sebagai berikut ;
NO NAMA JABATAN PERIODE
1 Bapak Kh. Imam
Subardini
Kepala
Madrasah
1967 - 1987
2 Ibu Lili Zulaiha Kepala
Madrasah
1988 – 1991
3 Bapak Suroto Kepala
Madrasah
1992 – 1995
4 Bapak Kh. Moh. Basri Kepala
Madrasah
1996 – 2009
5 Widodo,M.Pd Kepala
Madrasah
2009 – Sekarang
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi Madrasah
MIN Bogem Sampung sebagai lembaga pendidikan
mengemban amanat untuk mencapai dan mendukung Visi dan
Misi Pendidikan Nasional serta pendidikan di daerah masing-
masing. Oleh karena itu, MIN Bogem Sampung perlu memiliki
Visi dan Misi Madrasah yang dapat dijadikan arah kebijakan
dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Adapun
Visi MIN Bogem Sampung adalah: “Berahklaqul Karimah,
Berprestasi di bidang Iptek dengan berbasis Imtaq serta Peduli
dan Berbudaya Lingkungan”.
Indikator Visi:
1) Madrasah menyelenggarakan pembelajaran intra maupun
ekstrakurikuler dengan pembiayaan mandiri.
2) Mampu bersaing dengan lulusan yang sederajat untuk
melanjutkan/diterima di pendidikan yang lebih tinggi.
3) Mampu berpikir aktif, kreatif, dan keterampilan dalam
memecahkan masalah.
4) Memiliki keterampilan dan kecakapan non akademis sesuai
bakat dan minatnya.
5) Memiliki keyakinan teguh dan mengamalkan ajaran agama
Islam secara benar dan konsekuen.
6) Mampu menjadi teladan bagi teman dan masyarakat.
b. Misi Madrasah
Misi adalah tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan atau
merealisasikan visi tersebut, karena visi harus mengakomodasi
semua kelompok yang terkait dengan madrasah.
Dengan kata lain Misi adalah suatu strategi atau cara untuk
mencapai visi yang sudah ditetapkan secara tepat dan benar.
Tanpa adanya strategi yang benar tidak mungkin suatu visi akan
tercapai.
Adapun rumusan misi madrasah kami sebagai berikut :
1) Melaksanakan pembelajaran dengan mengedepankan
kemampuan peserta didik melalui pengenalan ilmu agama,
pengetahuan, dan teknologi yang berwawasan lingkungan.
2) Menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dalam
proses pembelajaran.
3) Menanamkan karakter yang baik berbudi pekerti luhur,
berbudaya, trampil dan mandiri serta cinta lingkungan
sekitar.
4) Melaksanakan pengamalan ajaran islam berlandaskan iman
dan taqwa terhadap Allah Swt, mencintai lingkungan sekitar
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Meningkatkan penggalian dan pengembangan materi dan
persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.
6) Meningkatkan pelaksanaan budaya hidup bersih dalam
rangka mencegah pencemaran lingkungan.
7) Meningkatkan penanaman hidup hemat dalam upaya
pelestarian lingkungan.
8) Meningkatkan pembiasaan perilaku santun dalam upaya
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
c. Tujuan Madrasah
Pengertian tujuan madrasah adalah tahapan atau langkah
untuk mewujudkan visi dalam jangka waktu tertentu, dengan kata
lain tujuan merupakan “APA” yang akan dicapai/dihasilkan oleh
madrasah yang bersangkutan dan “KAPAN” tujuan itu akan
tercapai.
Tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun, jika visi
merupakan gambaran madrasah secara utuh atau ideal, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin
belum seideal visi atau belum selengkap visi. Dengan kata lain
tujuan itu dapat terwujud dari sebagian visi yang kita buat.
Indikator yang dapat kami masukkan dalam sebuah visi akan
kami perinci lagi dalam rumusan tujuan madrasah, adapun
tahapan atau langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut
dalam waktu 5 tahun kedepan dalam mewujudkan visi dan misi
adalah:
1) Terciptanya Lingkungan Madrasah yang bersih, nyaman,
relijius, dan kondusif sehingga dapat merangsang siswa
belajar mandiri dan kreatif sekaligus berprestasi.
2) Mengembangkan bakat dan ketrampilan siswa melalui multi
kecerdasan.
3) Tersedianya sarana dan prasarana sebagai penunjang
keberhasilan pendidikan.
4) Mengoptimalkan pelayanan terhadap anak didik dan wali
murid.
5) Menjalin kemitraan yang erat dengan stake holder madrasah.
6) Menjadikan Lulusan yang beriman, bertaqwa dan berakhlakul
karimah serta mampu mengembangkan potensi dirinya dalam
menghadapi tantangan masa depan serta berwawasan
lingkungan.
7) Mengembangkan model pembelajaran tentang lingkungan
hidup yang terintegrasi pada semua mata pelajaran.1
1 Dokumen Profil MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020
3. IDENTITAS LEMBAGA
NPSN : 6 0 7 1 4 3 1 1
Nama Madrasah : Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Ponorogo
Alamat : Jl. KH Abdurrahman 06 Bogem
Kelurahan/Desa : Sampung
Kecamatan : Sampung
Kabupaten/Kota : Ponorogo
Provinsi : Jawa Timur
Telepon / HP : 0811 321 227
Email : [email protected]
Jenjang : Madrasah Ibtidaiyah
Status
(Negeri/Swasta)
: Negeri
Tahun Berdiri : 1949
Hasil Akreditasi : A
B. Penjelasan Data Per-Siklus
Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari 2 siklus, dan masing-
masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Adapun perincian dari dua siklus tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan (Planning)
Melalui tahapan ini, peneliti menyusun perencanaan dengan
mempersiapkan segala perlengkapan yang akan digunakan dalam
tahapan pelaksanaan tindakan penelitian. Perencanaan-perencanaan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) muatan
Matematika sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator, dan tujuan pembelajaran tentang ukuran berat
dengan metode demonstrasi yang mencakup kegiatan awal inti
sampai akhir.
2) Hand out materi yang akan diajarkan.
3) Menyusun lembar observasi keaktifan dan lembar soal untuk
pengetahuan yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat
keaktifan dan pengetahuan siswa.
4) Menyusun lembar tes akhir siklus dan membuat rubrik
penyekoran untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.
b. Tindakan (Acting)
Setelah menyusun perencanaan, dilanjutkan tahapan
pelaksanaan tindakan. Adapun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran penelitian tindakan pada siklus I adalah:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan salam,
berdoa dan mengecek presentasi
b) Guru memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran dan
melakukan apersepsi.
“Anak-anak bagaimana kabar kalian pada hari ini? (siswa
menjawab)”
“pasti kalian sudah bisa membandingkang panjang dari pensil
dan kotak pensil, coba panjang mana antara pensil dan kotak
pensil? (siswa menjawab)”
“ya, kalau sudah tahu sekarang bapak tanya, apakah berat tas
yang kamu bawa sama setiap harinya? (siswa menjawab)”
“apakah berat tasmu sama dengan meja? (siswa menjawab)”
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembahasan
tentang materi ukuran berat.
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan materi sub bab pengukuran berat.
b) Siswa diberi pengetahuan tentang macam-macam alat ukur
berat dan kegunaan.
c) Siswa maju satu per satu untuk mendemonstrasikan materi.
d) Guru memberikan pancingan pertanyaan yang telah disiapkan
sesuai penjelasan materi.
e) Guru memberikan klarifikasi dan menguatan hasil jawaban
dan tanggapan siswa.
3) Kegiatan akhir
a) Guru melakukan tes kemampuan masing-masing peserta
didik berupa lembar soal.
b) Guru menanyakan materi tentang yang mereka pelajari hari
ini dan menanyakan materi apa yang belum dipahami.
c) Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran hari
ini.
d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa
berdoa.
Adapun data hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I
tentang tes pengetahuan siswa dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
1) Tes Pemahaman Siswa
Tabel 4.1
Hasil Perolehan Nilai Siswa Siklus I
No Nama KKM Skor Keterangan
1 Afta Rasyidan Ahnaf 70 75
Tuntas
2 Agustin Trisna Windiana
Putri 70 60
Belum
Tuntas
3 Aliffatul Khaiyu An
Nafik 70 55
Belum
Tuntas
4 Alvicko Ocktavian
Nugraha 70 60
Belum
Tuntas
5 Aulya Pragustin Ulfa
Sari 70 75 Tuntas
6 Azka Raksi Khiar
Rossyanto 70 55
Belum
Tuntas
7 Belva Valencia Azahra 70 80 Tuntas
8 Cavin Nur Dian Syah
70 50
Belum
Tuntas
9 Daffa Hafizh Firdaus 70 65 Belum
Tuntas
10 Dalisa Fatmawati 70 75 Tuntas
11 Dimas Aldian Syahputra 70 75 Tuntas
12 Era Fazira 70 85 Tuntas
13 Fahri Ibnu Badar 70 50
Belum
Tuntas
14 Fathir Krisna Pratama 70 90 Tuntas
15 Hasna Nabila Azzahra 70 75 Tuntas
16 Intan Cahayaislamadina 70 80 Tuntas
17 Karin Ni'am Safara 70 80 Tuntas
18 Farha Jamila Nihayati 70 80 Tuntas
19 Keisya Farahita
Maheswari 70 85 Tuntas
20 Mohammad Alfarizki
Ardiansyah 70 65
Belum
Tuntas
21 Muhammad Fikri 70 65
Belum
Tuntas
22 Neysa Ainun Mahya 70 65
Belum
Tuntas
23 Restu Adhitiya Pasha 70 75 Tuntas
24 Satrio Nur Kholiq 70 0
Belum
Tuntas
Jumlah 1630
Rata-rata 67,9
Berdasarkan paparan data pada tabel di atas, data
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes akhir siklus I dapat
disimpulkan hasil keseluruhan hasil belajar siswa dalam muatan
Matematika dengan persentase yang tunjukkan sebagai berikut:
Persentase =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100
Tabel 4.2
Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus I
Kategori Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 13 54,2 %
Belum Tuntas 11 45,8 %
Jumlah 24 100%
c. Observasi (Observing)
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui hasil
pengamatan peningkatan keaktifan dalam belajar siswa pada
pembelajaran Matematika sub bab pengukuran berat kelas 2
dengan menggunakan metode demonstrasi pada tangal 16 Juli
2020 di MIN 1 Ponorgo. Adapun data hasil observasi keaktifan
siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Obervasi Keaktifan Siswa Siklus I
NO NAMA
ANAK
Realisasi
Sis
wa
men
gam
ati
pen
jela
san g
uru
Sis
wa
ber
ani
men
gaj
ukan
pen
dap
at
Sis
wa
men
cata
t m
ater
i
pel
ajar
an
Sis
wa
men
cata
t tu
gas
yan
g
dib
erik
an
ole
h
guru
Ket.
1 Afta
Rasyidan
Ahnaf
√ √ 10
2
Agustin
Trisna
Windian
a Putri
√
√ √ 15
3
Aliffatul
Khaiyu
An Nafik √
√ √
15
4
Alvicko
Ocktavia
n
Nugraha
√
√ 10
5
Aulya
Pragustin
Ulfa Sari √
√ √
15
6
Azka
Raksi
Khiar
Rossyant
o
7
Belva
Valencia
Azahra √ √ √ √
20
8
Cavin
Nur Dian
Syah
√
5
9
Daffa
Hafizh
Firdaus √ √ √ √
20
10
Dalisa
Fatmawa
ti
√ √ √ 15
11
Dimas
Aldian
Syahputr
a
√ 5
12 Era
Fazira √ √ √ √ 20
13 Fahri
Ibnu
Badar
√ √ √ 15
14 Fathir
Krisna
Pratama
√ √ √ √ 20
15 Hasna
Nabila
Azzahra
√ √ √ 15
16 Intan
Cahayais
lamadina
√ √ √ 15
17 Karin
Ni'am
Safara
√ √ √ √ 20
18 Farha
Jamila
Nihayati
√ √ √ √ 20
19 Keisya
Farahita
Mahesw
ari
√ √ 10
20 Moham
mad
Alfarizki
Ardiansy
ah
√ √ 10
21 Muham
mad
Fikri
√ √ 10
22 Neysa
Ainun
Mahya
√ √ √ 15
23 Restu
Adhitiya
Pasha
√ 5
24 Satrio
Nur
Kholiq
Jumlah 305
Kriteria Penilaian:
Nominal centang = 5 poin
Jumlah Skor maksimal = 480
Berdasarkan nilai keaktifan siswa dapat disimpulkan hasil
keseluruhan keaktifan siswa dengan persentase yang ditunjukkan
sebagai berikut:
Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100
305
480 𝑥 100 = 𝟔𝟑, 𝟓%
Tabel 4.4
Persentase Pencapaian Observasi Keaktifan Siswa Siklus I
Kategori Persentase
Aktif Di atas 75%
Belum Aktif Di bawah 75%
d. Refleksi (Reflecting)
Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi pada
pelajaran Matematika di MIN 1 pada siklus I belum mencapai hasil
yang memuaskan/maksimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari
hasil penelitian tindakan kelas, peneliti menyimpulkan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran siklus I belum memberikan dampak yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil pemahaman melalui
tes akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
tuntas diatas KKM sebanyak 13 siswa atau 54,2% sedangkan siswa
yang Belum Tuntas sebanyak 111 siswa atau 45,8% memperoleh
nilai dibawah KKM dengan jumlah 1630 dan rata-rata 67,9 %.
Adapun hasil dari tes keaktifan siswa disiklus 1 ini menunjukkan
angka 63,5% .
Merujuk pada hasil data pada hasil observasi pemahaman dan
keaktifan siswa yang diperoleh siswa pada siklus I belum mencapai
kriteria keberhasilan, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai
hasil belajar secara klasikal belum mencapai 75% sesuai dengan
kriteria keberhasilan. Dengan demikian, perlu diadakan tindakan
selanjutnya untuk mencapai kriteria keberhasilan tindakan melalui
tindakan perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II.
2. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi sikus I, maka dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II. Siklus lanjutan ini dilakukan
berkelanjutan setelah siklus I dengan menerapkan metode demonstrasi
dan memaparkan (a) Perencanaan (Planning), (b) Tindakan (Acting),
Observasi (Observing), Refleksi (Reflecting) adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini peneliti menyusun perbaikan proses
pembelajaran untuk memperbaiki kegiatan pada siklus II. Peneliti
menyusun perencanaan dengan mempersiapkan segala
perlengkapan yang akan digunakan dalam tahapan pelaksanaan
tindakan penelitian. Perencanaan-perencanaan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) muatan
Matematika sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran tentang ukuran berat dengan
menggunakan metode demonstrasi yang mencakup kegiatan
awal inti sampai akhir.
2) Hand out materi yang akan diajarkan.
3) Membuat media gambar satuan berat.
4) Menyusun lembar observasi penilaian pengetahuan dan sikap
yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
keaktifan siswa di kelas.
5) Membuat lembar pengisian berat benda yang digunakan untuk
menilai berat suatu benda.
6) Menyusun lembar tes akhir siklus dan membuat rubrik
penskoran untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa.
b. Tindakan (Acting)
Setelah menyusun perencanaan, dilanjutkan dengan
pelaksanaan tindakan. Adapun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran penelitian tindakan pada siklus I adalah:
1) Kegiatan awal
a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan salam,
berdoa dan mengecek presentasi.
b) Guru memastikan siswa siap mengikuti pembelajaran dan
melakukan apersepsi dengan mengkaitkan pelajaran
sebelumnya.
“Anak-anak siapa diantara kalian yang dirumah mempunyai
timbangan? (siswa menjawab)”
“kemarin kita sudah belajar tentang macam-macam
timbangan, coba apa saja jenis timbangan itu? (siswa
menjawab)”
“berat manakah jeruk 1 kg sama apel 1 ons? (siswa
menjawab)”
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pembahasan
tentang materi yang akan dicapai.
2) Kegiatan inti
a) Guru mengulang materi bab 4 sub bab pengukuran berat.
b) Guru memberikan pancingan pertanyaan yang telah disiapkan
sesuai penjelasan materi.
c) Guru memberikan contoh cara menimbang dengan
menggunakan timbangan digital.
d) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-
langkah dalam pelaksanaan metode demonstrasi mengenai
menimbang suatu benda dan aturan mainnya.
e) Guru membagikan lembar kerja siswa satu persatu.
f) Siswa disuruh maju satu persatu untuk mendemonstrasikan
cara menimbang benda dan mengisi lembar kerja siswa.
g) Guru memeriksa kegiatan siswa dan memberikan bimbingan.
h) Guru memberikan klarifikasi dan menguatan hasil jawaban
dan tanggapan siswa.
3) Kegiatan akhir
a) Guru melakukan tes kemampuan masing-masing peserta
didik berupa lembar soal.
b) Guru menanyakan materi tentang yang mereka pelajari hari
ini dan menanyakan materi apa yang belum dipahami.
c) Guru dan siswa menyimpulkan tentang kegiatan
pembelajaran hari ini.
d) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengajak siswa
berdoa.
Adapun data tentang pemahaman siswa pada siklus II dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
2) Test Pemahaman Siswa
Tabel 4.5
Hasil Perolehan Nilai Siswa Siklus II
No Nama KKM Skor Keterangan
1 Afta Rasyidan Ahnaf 70 80 Tuntas
2 Agustin Trisna
Windiana Putri 70 80 Tuntas
3 Aliffatul Khaiyu An
Nafik 70 75 Tuntas
4 Alvicko Ocktavian
Nugraha 70 75 Tuntas
5 Aulya Pragustin Ulfa
Sari 70 80 Tuntas
6 Azka Raksi Khiar
Rossyanto 70 75 Tuntas
7 Belva Valencia Azahra 70 95 Tuntas
8 Cavin Nur Dian Syah 70 75 Tuntas
9 Daffa Hafizh Firdaus 70 80 Tuntas
10 Dalisa Fatmawati 70 85 Tuntas
11 Dimas Aldian
Syahputra 70 85 Tuntas
12 Era Fazira 70 90 Tuntas
13 Fahri Ibnu Badar 70 65
Belum
Tuntas
14 Fathir Krisna Pratama 70 100 Tuntas
15 Hasna Nabila Azzahra 70 80 Tuntas
16 Intan Cahayaislamadina 70 95 Tuntas
17 Karin Ni'am Safara 70 80 Tuntas
18 Farha Jamila Nihayati 70 100 Tuntas
19 Keisya Farahita
Maheswari 70 85 Tuntas
20 Mohammad Alfarizki
Ardiansyah 70 80 Tuntas
21 Muhammad Fikri 70 80 Tuntas
22 Neysa Ainun Mahya 70 85 Tuntas
23 Restu Adhitiya Pasha 70 85 Tuntas
24 Satrio Nur Kholiq 70 0
Jumlah 1980
Rata-rata 82,5
Berdasarkan paparan data dalam tabel di atas, data
menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes akhir siklus II dapat
disimpulkan hasil keseluruhan hasil belajar siswa dalam muatan
Matematika dengan persentase yang tunjukkan sebagai berikut:
Persentase =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100
Tabel 4.6
Persentase Pencapaian Hasil Belajar Siswa Siklus II
Kategori Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 22 91,6 %
Belum Tuntas 2 8,3 %
Jumlah 24 100%
c. Observasi (Observing)
Kegiatan observasi ini dialakukan untuk mengetahui hasil
pengamatan peningkatan keaktifan dalam belajar siswa pada
pembelajaran Matematika sub bab pengukuran berat kelas 2 dengan
menggunakan metode Demonstrasi pada tangal 30 Juli 2020 di
MIN 1 Ponorgo. Adapun data hasil penelitian tindakan kelas pada
siklus II tentang observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Obervasi Keaktifan Siswa Siklus II
NO NAMA ANAK
Realisasi
Sis
wa
men
gam
ati
pen
jela
san g
uru
Sis
wa
ber
ani
men
gaj
ukan
pen
dap
at
Sis
wa
men
cata
t
mat
eri
pel
ajar
an
Sis
wa
men
cata
t tu
gas
yan
g
dib
erik
an
ole
h
guru
Ket.
1 Afta Rasyidan
Ahnaf √ √ √ 15
2 Agustin Trisna
Windiana Putri √
√ √ 15
3 Aliffatul Khaiyu
An Nafik √
√ √ 15
4
Alvicko
Ocktavian
Nugraha √
√ √
15
5 Aulya Pragustin
Ulfa Sari √ √
√ √ 20
6 Azka Raksi
Khiar Rossyanto √ √ √ 15
7 Belva Valencia
Azahra √ √ √ √ 20
8 Cavin Nur Dian
Syah √ √
√ 15
9 Daffa Hafizh
Firdaus √ √ √ √ 20
10 Dalisa
Fatmawati √ √ √ 15
11 Dimas Aldian
Syahputra √ √ √ 15
12 Era Fazira √ √ √ √ 20
13 Fahri Ibnu
Badar √ √ √ √ 20
14 Fathir Krisna
Pratama √ √ √ √ 20
15 Hasna Nabila
Azzahra √ √ √ √ 20
16 Intan
Cahayaislamadi
na
√ √ √ √ 20
17 Karin Ni'am
Safara √ √ √ √ 20
18 Farha Jamila
Nihayati √ √ √ √ 20
19 Keisya Farahita
Maheswari √ √ √ √ 20
20 Mohammad
Alfarizki
Ardiansyah
√ √ √ 15
21 Muhammad
Fikri √ √ √ 15
22 Neysa Ainun
Mahya √ √ √ 15
23 Restu Adhitiya
Pasha √ √ 5
24 Satrio Nur
Kholiq √ √ 10
Jumlah 390
d. Kriteria Penilaian:
Nominal centang = 5 poin
Jumlah Skor maksimal = 480
Berdasarkan nilai keaktifan siswa dapat disimpulkan
bahwa hasil keseluruhan keaktifan siswa dengan persentase
yang ditunjukkan sebagai berikut:
Persentase = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100
390
480 𝑥 100 = 𝟖𝟏, 𝟐%
Tabel 4.8
Persentase Pencapaian Observasi Keaktifan Siswa Siklus II
Kategori Persentase
Aktif Di atas 75%
Belum Aktif Di bawah 75%
e. Refleksi (Reflecting)
Pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi
pembelajaran Matematika di kelas II MIN 1 Ponorogo pada siklus I
belum mencapai hasil yang memuaskan/ maksimal. Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas, peneliti
menyimpulkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I belum
memberikan dampak yang baik. Dapat dilihat dari perolehan hasil
observasi pemahaman melalui tes akhir siklus II menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai tuntas diatas KKM sebanyak
22 siswa atau 91,6%, sedangkan siswa yang Belum Tuntas
sebanyak 2 siswa atau 8,3% memperoleh nilai dibawah KKM.
Adapun hasil tes keaktifan siswa disiklus II menunjukkan angka
81,2% .
Hasil observasi dan tes perolehan di atas, pada siklus II
menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan
pemahaman dan keaktifan pembelajaran Matematika siswa kelas II
di MIN 1 Ponorogo. Peneliti menyimpulkan kegiatan pembelajaran
telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan, sehingga tidak perlu
dilakukan perbaikan pada tindakan berikutnya.
C. Proses Analisis Data
Setelah peneliti mengadakan penelitian dan memperoleh data dari
observasi maupun tes pada skripsi ini, data tersebut akan dijelaskan pada
analisis dibawah ini:
1. Analisis data tentang pemahaman siswa
Dalam analisis ini untuk memperoleh jawaban bahwa metode
demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas 2 MIN 1
Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran matematika.
Hal ini menggunakan langkah-langkah yang termuat di siklus I
dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah perencanaan,
tindakan, observasi dan reflkesi. Berdasarkan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan, hasil observasi pengetahuan “Tuntas” dengan jumlah
13 siswa dengan persentase 54,2%, siswa yang berada pada kategori
“belum tuntas” 11 siswa dengan persentase 45,8%.
Adapun pada pembelajaran siklus kedua, kegiatan pembelajaran
juga dilakukan sama dengan siklus pertama yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Dari hasil pengamatan siklus II
terjadi peningkatan baik dalam pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan
pada hasil observasi pemahaman pada siklus I yang semula belum
mencapai 80% namun pada siklus II menunjukkan peningkatan
pemahaman siswa yang semula disiklus I “Tuntas” 13 siswa, disiklus
II meningkat 22 Siswa dengan persentase 91,6%, adapun yang
“Belum Tuntas” disiklus I mencapai 11 siswa, disiklus 2 menurun
menjadi 2 siswa dengan persentase 8,3%. Hal tersebut menunjukkan
pemahaman siswa sudah berkembang dan terbentuk kembali.
Table 4.9
Perbandingan Hasil Penelitian Pemahaman Siswa
Kategori
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tuntas 13 54,2% 22 91,6%
Belum
Tuntas 11 45,8% 2 8,3%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, peningkatan
pemahaman siswa pada pembelajaran Matematika dengan metode
demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1 Ponorogo dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan 37,4%.
2. Analisis data tentang keaktifan siswa
Untuk menganalisis data tentang keaktifan siswa kelas 2 MIN 1
Ponorogo tahun ajaran 2019/2020 dalam pembelajaran matematika
peneliti menggunakan observasi, yaitu siswa mengamati penjelasan
guru, siswa berani mengajukan pendapat, siswa mencatat materi
pelajaran, dan siswa mencatat tugas yang diberkan oleh guru. Dari
hasil tersebut diperoleh pada siklus I menunjukkan angka presentase
63,5% belum mnecapai angka 80%, maka peneliti melakkan
perbaikan pada siklus II. Pada siklus II keaktifan siswa meningkat
menjadi 81,2%. Hasil presentase keaktifan siswa tersebut mencapai
keberhasilan tindakan, sehingga tidak perlu dilanjutkan tindakan
perbaikan selanjutnya.
Table 4.10
Perbandingan Hasil Penelitian Keaktifan Siswa
Kategori
Siklus I Siklus II
Persentase Persentase
Aktif 63,5% 81,2%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa, peningkatan
keaktifan siswa pada pembelajaran Matematika dengan metode
demonstrasi pada siswa kelas II MIN 1 Ponorogo dari siklus I ke
siklus II mengalami peningkatan 17,7%.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasl pengamatan peneliti sebelum menarapkan metode
demonstrasi ditemukan berbagai masalah dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika di kelas II MIN 1 Ponorogo diantaranya adalah
siswa kurang berperan aktif selama proses pembelajaran, siswa mudah
merasa bosan saat kegiatan pembelajaran. Hal ini terjadi karena model
ataupun metode pembelajaran yang monoton yaitu ceramah ataupun
tanya jawab, sehingga siswa belum paham terhadap materi yang
dipelajari dan siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, sehingga
perlu untuk melakukan tindakan penelitian yang bertujuan untuk
menigkatkan pemahaman serta keaktifan siswa dengan metode
demonstrasi.
Hasil nilai pengukuran berat pada kelas II masih rendah, karena
masih banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM. Siswa yang
mampu mencapai ketuntasan berjumlah 5 siswa 20,8% dari 24 siswa
yang ada di kelas II. Itu artinya ada 19 siswa yang memperoleh nilai
dibawah KKM, sehingga perlu untuk dilakukan tindakan penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta keaktifan selama proses
pembelajaran menggunakan metode demonstrasi.
Penelitan ini dilakukan sebanyak dua siklus dan tiap siklus ada dua
pertemuan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk terus memperbaiki dan
mencapai hasil yang maksimal. Penelitian Tindakan Kelas yang terjadi
pada kegiatan pembelajaran siklus I sudah terlaksana dengan baik sesuai
perencanaan, tetapi ada beberapa siswa yang belum mengerti apa maksut
belajar menggunakan metode demonstrasi, karena biasanya guru kelas
hanya menggunakan metode ceramah saja. Hasil analisis keterlaksanaan
observasi pengetahuan dan keaktifan siswa pada siklus I sudah
menunjukkan peningkatan pemahaman dan keaktifan siswa, namun perlu
melanjutkan ke siklus II untuk mencapai ketuntasan kriteria keberhasilan
tindakan.
Perbaikan tindakan dilakukan pada siklus II, siswa merasa senang
belajar menggunakan metode demonstrasi karena menarik. Hal ini
dibuktikan ketika penerapan metode demonstrasi siswa ikut serta
berperan aktif dalam proses pembelajaran, seperti halnya mengerjakan
tugas sesuai dengan instruksi guru, dengan demikian pembelajaran terasa
tersampaikan dengan maksimal. Artinya pada penerapan metode
demonstrasi pada pemebelajaran Matematika semua siswa
berkesempatan untuk praktik secara langsung didepan kelas.
Pada bagian ini, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman
dan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika melalui penerapan
metode demonstrasi kelas II di MIN 1 Ponorogo memperlihatkan hasil
yang memuaskan sehingga sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
Data perbandingan dalam dua siklus ini dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Pemahaman Siswa
Table 4.11
Persentase Hasil Penelitian Pemahaman Siswa
Kategori
Siklus I Siklus II
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tuntas 13 54,2% 22 91,6%
Belum
Tuntas 11 45,8% 2 8,3%
Dapat dilihat dari tabel diatas, pemahaman siswa dengan
menerapkan metode demonstrasi ada peningkatan dari siklus I sampai
siklus II. Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat diketahui bahwa dari
jumlah 24 siswa diperoleh hasil dari kategori tuntas di siklus I yakni 13
siswa dengan persentase 54,2%, pada siklus II bertambah sebanyak 22
siswa dengan persentase 91,6%, pada siklus II menunjukkan perubahan
yang baik. Itu menunjukkan bahwa pemahaman siswa dalam belajar
meningkat. Hal ini sejalan dengan dengan hasil penelitian yang sudah
dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaitan dengan
peningkatan pemahaman menggunakan metode demonstrasi, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (UIN Sultan Syarif Kasim Riau)
yang berjudul “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading Guide Dikelas V
Sekolah Dasar Negeri 018 Singkep Kabupaten Lingga”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada siklus 1 nilai rata-rata 66 dan pada siklus 2
meningkat 74 dan pada siklus ke 3 rata-rata 93.2
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode
demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa. Dari keseluruhan
pemahaman dapat dilihat dari grafik berikut:
Gambar 4.1
Perbandingan Hasil Pemahaman Siswa
2. Keaktifan Siswa
Table 4.12
Persentase Hasil Penelitian Keaktifan Siswa
Kategori
Siklus I Siklus II
Persentase Persentase
Aktif 63,5% 81,2%
2 Jamilah. “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading Guide Dikelas V Sekolah
Dasar Negeri 018 Singkep Kabupaten Lingga”, (Skripsi UIN SUSKA RIAU,
Pekanbaru, 2013)
0
5
10
15
20
25
Tuntas Tidak Tuntas
Siklus I Siklus II
Penelitian Tindakan Kelas yang terjadi pada siklus I dalam
menerapkan metode demonstrasi, keaktifan siswa belum mencapai
ketuntasan keberhasilan tindakan adalah ≥80%. Hal ini menyebabkan
hasil belajar tidak maksimal sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan harapan.
Perbaikan terjadi pada siklus II dan terjadi peningkatan dalam hasil
keaktifan siswa. Dari 24 siswa yang semula hanya 63,5% yang aktif
meningkat menjadi 81,2%. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa metode
pembelajaran demonstrasi ini dapat meningkatkan keaktifan siswa pada
mata pelajaran Matematika siswa kelas II di MIN 1 Ponorogo. Hal ini
sejalan dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robi’ah Nur
Hidayah yang berjudul “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui
Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02
Sedayu Jumantoro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siklus 1 keaktifan siswa diperoleh rata-
rata nilai aktifitas siswa 4,069 dan pada siklus 2 meningkat 4,345.3
Keseluruhan hasil keaktifan belajar siswa pada penelitian ini dapat dilihat
dari gambar grafik berikut ini:
Gambar 4.2
Perbandingan Keaktifan Siswa
3 Robi’ah Nur Hidayah. “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa Melalui
Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu
Jumantoro Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013”, (Skripsi UM Surakarta,
Surakarta, 2013)
0
20
40
60
80
100
Aktif
Siklus 1 Siklus 2
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelas II MIN 1
Ponorogo dengan menerapkan metode Demonstrasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa dan keaktifan siswa pada mata pelajaran Matematika
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman
siswa dalam pembelajaran Matematika pada siswa kelas II di MIN 1
Ponorogo. Dari hasil PTK dapat diketahui bahwa dari jumlah 24
siswa diperoleh hasil meningkat dari siklus I ke siklus II, yang
semula di siklus I “Tuntas” 13 siswa, di siklus II meningkat 22
Siswa dengan persentase 91,6%, sedangkan yang “Belum Tuntas”
di siklus I mencapai 11 siswa, di siklus 2 menurun menjadi 2 siswa
dengan persentase 8,3%. Itu menunjukkan bahwa pemahaman siswa
meningkat 37,4%.
2. Penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa
kelas II di MIN 1 Ponorogo, keaktifan siswa yang pada siklus I
semula 63,5% meningkat menjadi 81,2%. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan
keaktifan siswa kelas II dengan persentase kenaikan 17,7%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mempunyai beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Hasil penelitan ini diharapkan siswa memperoleh mata pelajaran
Matematika melalui metode demonstrasi agar memudahkan siswa
memahami materi Matematika.
2. Bagi guru
Hasil penelitian metode demonstrasi dapat dijadikan sebagai
acuan guru dalam menggunakan model-model pembelajaran
khususnya materi Matematika maupun materi lainnya yang cocok
menggunakan metode demonstrasi.
3. Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini diharapkan kepala madrasah dapat
menjadikan penelitian yang menggunakan metode pembelajaran ini
sebagai sumber solusi atau masukan untuk meningkatkan mutu dan
tujuan pendidikan di madrasah.
4. Bagi peneliti yang akan datang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti
selanjutnya sehingga peneliti selanjutnya mendapatkan bahan informasi
atau sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang
sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara, 2009
Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi
Aksara, 2017
Aswan zain, Syaiful Bahri Djamarah. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Basyirudin, Usman. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
B. Uno, Hamzah, Perencanaan Pemelajaran, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2016
Dokumen Profil MIN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020
Donni Juni Priansa, Euis Karwati. Manajemen Kelas,
Bandung:Alfabeta,2014
Dhesy Adhalia, Gunanto ESPS Matematika untuk SD/MI Kelas II,
Jakarta: Erlangga, 2016
Hamalik, Oemar. Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Akasra,2008
Hasil Observasi Saat Magang II (04 Oktober 2019)
Jamilah. “Peningkataan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Dengan Strategi Reading
Guide Dikelas V Sekolah Dasar Negeri 018 Singkep
Kabupaten Lingga”, Skripsi UIN SUSKA RIAU,
Pekanbaru, 2013
Mudjiono Dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka
cipta, 2013
Muslich, Mansur. Penilaian Berbasis Kelas Dan Kompetesi, Bandung:
PT Refika Aditama, 2011
Muslich, Mansur. Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas
dan Kompetensi, Bandung: Rafika Aditama, 2011
Nur Hidayah, Robi’ah. “Upaya Peningkataan Keaktifan Siswa
Melalui Metode Demonstrasi Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas IV SD Negeri 02 Sedayu Jumantoro Karanganyar
Tahun Pelajaran 2012/2013”, Skripsi UM Surakarta,
Surakarta, 2013
Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2002), 44.
Ratu, Fajri, Em Zul Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, T.T.P: Difa
Publisher,T.T
Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung :Sinar
Baru Algraasindo Offset, 2010
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009
wawancara dengan Bapak Baihaqi MIN 1 Ponorogo pada tanggal 14
Februari 2019, pukul 09:45 WIB
Top Related