JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS...
Transcript of JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS...
JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Oleh :
Ahmad Basori
NIM : 103033227774
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H. / 2009 M.
JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial
Oleh :
Ahmad Basori
NIM : 103033227774
Dibawah Bimbingan
Dr. Sirajuddin Aly, M.A.
NIP. 150 318 684
JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1430 H. / 2009 M.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata- 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skiripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarief Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Jakarta.
4. Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
penuh tanggung jawab.
Jakarta, 30 Mei 2009
Ahmad Basori
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah yang Maha Kuasa atas Hidayah dan
Rahmat-Nya, akhirnya penulisan skripsi yang berjudul ”Jihad Menurut Yusuf
Qaradhawi” ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu kami sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut yang taat
kepadanya hingga akhir zaman.
. Berbagai pihak telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu
penulis menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu penyelesaian tugas akhir, untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) starata satu (S1) pada Jurusan Pemikiran
Politik Islam, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Ucapan terima-kasih dan penghargaan tulus secara khusus
penulis sampaikan kepada :
1. Dr. H.M. Amin Nurdin, M.A., Dekan Fakultas Ushuludin dan Filsafat
serta segenap dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh
pendidikan.
2. Drs. Agus Darmaji, M.Fils. Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam dan
Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag., Sekretaris Jurusan yang tanpa lelah telah
mendedikasikan diri demi eksisnya jurusan ini.
3. Dr. Sirojudin Aly, M.A., pembimbing penulis, yang dengan penuh
kesabaran membimbing penulis, mengarahkan, memberikan masukan,
hingga selesainya skripsi ini.
4. Kepala dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ushuludin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Iman Jama Lebak
Bulus dan Perpustakaan Freedom Institute yang telah memberikan
pelayanan dan input data.
5. Kepada kedua orang tua penulis (Bapak Ust Sodari dan Umi Royanah)
yang telah bekerja keras membimbing dan mendoakan penulis, begitu juga
dengan Hj. Aisyah (Alm), Keluarga Besar H. Musonip (Alm), Abangku
Hasbullah Wahid dan adikku tercinta Imam Baihaqi, Neneng Sholiha,
serta sahabat ku M Subhan (Alm).
6. Kepada Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Bapak DR. Soewarsono,
Ibu Hj. Yoyoh Yusroh, Bapak Drs. Alfian Tanjung, Bapak Mutamimul
Ula, SH Bapak Sidik Kertapati, Imam Tolhah, Bapak Muhammad, Bapak
H. Edi Yusuf, Darul Arqom, Nuril Anwar, Salman Al-Farisi yang telah
membantu penulis dalam menjalani perkuliahan hingga selesai baik dari
segi moril maupun materil.
7. Teman-temanku yang pernah menjabat di Pengurus Wilayah Pelajar Islam
Indonesia Periode 2006-2008, Ridwan zulmi, Ulfa Elvia Baroroh,
Awaludin Yamin, Awaludin al-Gibrani, Syahidin, M. Arif Abdurrahman,
Dede Gusli Piliang, M. Zaki, Irwan, Ririn, Deden Komarudin, M.
Nawawi, M. Fadil, Sofyan Kamal serta teman- teman di Pengurus Besar
Pelajar Islam Indonesia, Nasrullah, M. Ichsan Kamil, Ananda Selviani.
8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menajalani proses
perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir ini yang tidak dapat disebutkan
namanya satu-persatu.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
..........................................................................i
KATA PENGANTAR
..................................................................................ii
DAFTAR ISI
................................................................................................iv
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
............................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
..............................................................................................1
A. Latar Belakang
Masalah.................................................................................1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
.....................................................................3
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
...................................................................3
D. Metode Penelitian
..........................................................................................4
E. Tinjauan
Pustaka............................................................................................5
F. Sistematika Penulisan
....................................................................................6
BAB II RIWAYAT HIDUP YUSUF QARADHAWI
..................................................7
A. Riwayat Hidup Yusuf Qaradhawi
.................................................................7
B. Kontribusi dan Aktifitasnya dalam Pengabdian kepada Islam
.....................11
C. Pemikiran Yusuf Qaradhawi dan Pengaruhnya
...........................................21
D. Karya-karya Yusuf Qaradhawi
....................................................................24
BAB III TINJAUAN UMUM KONSEPSI JIHAD
......................................................27
A. Definisi Jihad
...............................................................................................27
B. Jihad dalam Al-Quran dan Hadist Nabi
.......................................................32
C. Pandangan Pakar tentang Jihad
...................................................................39
D. Sejarah dan Perkembangan Jihad
.................................................................45
1. Jihad Periode Mekkah
............................................................................45
2. Jihad Periode Madinah
...........................................................................47
BAB IV KONSEP JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
.............................52
A. Hakekat dan Tujuan Jihad
............................................................................52
B. Dimensi-dimensi Jihad
.................................................................................53
- Jihad Perang
...........................................................................................53
- Jihad Pendidikan
....................................................................................57
- Jihad Politik
...........................................................................................64
- Jihad Ekonomi
.......................................................................................73
- Jihad Sosial
............................................................................................82
C. Relevansi Penafsiran jihad Yusuf Qaradhawi dengan masyarakat
Indonesia.....................................................................................................
.84
BAB V PENUTUP
.......................................................................................................93
A. Kesimpulan
..................................................................................................93
B. Saran-saran
..................................................................................................94
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................................95
Transliterasi Arab-Latin
a ا Dz ذ Zh ظ n ن
b ب R ع ’ ر H �
t ت Z ز gh غ W و
ts ث S س f ء ’ ف
j ج Sy ش q ق
h ح Sh ص k ك
kh خ Dh ض l ل
d د Th ط M م
a panjang = â
I panjang = î
U panjang = û
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jihad merupakan bagian integral wacana Islam sejak masa awal Islam hingga
masa kontemporer. Banyak ulama dan pemikir muslim terlibat dalam pembicaraan
tentang jihad. Baik dalam kaitannya dengan doktrin fiqih, teologi, sejarah maupun
konsep politik Islam1. Jihad merupakan identitas pokok mukmin dalam praksisi sosial
teologi, dimana diantara iman dan jihad tidak terpisahkan2. Hal ini tercermin dalam
ayat al-Quran Surat al-Hujarat ayat 15 sebagai berikut :
��☺���� ��� ����☺���� ��� ����� ��������� ����� ! "���#�$�%
&'() *'�� �� ��,*-�. ��%�/�01�2�% *'�0 ����%4� 5)�06789�%"�% :��
;<=�>�# ���� ? �@B�1��4%C" �'(D �(� /1EF��� GH�;
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.”
Pasca tragedi pemboman gedung WTC Amerika Serikat dan sejumlah bom
yang meledakan Bali, jihad menjadi isu internasional yang kembali diperbincangkan.
Jihad menjadi doktrin Islam yang kontroversial dan paling sering disalahpahami, baik
oleh kaum muslimin sendiri maupun kalangan non-muslim. Dalam pandangan
sebagian kaum muslimin mengartikan jihad dengan perjuangan senjata yang
1 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme, hingga
Post Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 132. 2 Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies (ed), Wajah-Wajah Islam. Penerjemah A.E Priono
dan Ade Armando (Bandung : Mizan,1992), h. 106.
menawarkan alternatif hidup mulia atau mati syahid3. Bagi mereka, perjuangan
senjata merupakan langkah utama sehingga melegitimasikan kekerasan dan terorisme
sebagai jihad tanpa batasan akhlak, agama, dan hukum. Sementara jihad menurut
pandangan non-muslim (Barat) adalah perang suci (the holy war) untuk menyebarkan
agama Islam dan menarik musuh (non-muslim) untuk masuk Islam.
Dari pemahaman yang sering disalahpahami itu, Yusuf Qaradhawi
berpendapat bahwa jihad berbeda dengan qatil (perang) makna jihad lebih
komprehensif, dimulai dengan jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezaliman dan
kerusakan masyarakat, setelah itu barulah terhadap kaum kafir dan munafik4. Setiap
muslim harus menjadi mujahid tetapi tidak harus menjadi muqatil. Kecuali dia
memang melakukan peperangan sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-
Baqarah ayat 216 :
IJ K�L �'8>�=MJ�N �O��PQ����� �(D�% RM*-�L *'�S�� � �TIU���% V%"
��(D�-S�, �X��=⌧� �(D�% RZ*-�[ *'8>�� � �TIU���% V%" ��#>6�(,
�X��=⌧� �(D�% <Z\] *'�S�� S ^����% �'MJ�(�. 5)P�%"�% \_ ��☺MJ�(�, G`H ;
“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah
sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia
Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia
Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Beliau juga salahsatu ulama yang tidak sepakat dengan segala bentuk
3 Kelompok Khawarij, walaupun tidak berumur panjang tetapi ia menjadi prototip (pola
dasar) bagi banyak kelompok keras yang muncul dalam masa-masa belakangan hingga zaman
kontemporer dengan tiga langkah pokok : takfir, hijrah, dan jihad. Azra Pergolakan Politik Islam dari
Fundamentalisme, Modernisme, hingga Post Modernisme, h. 141. 4 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: Menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan
Islam. Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Bulan Bintang), h.
65.
kekerasan dan terorisme dengan alasan apapun, meski pelakunya berbuat dengan
dilandasi oleh kebaikan5. Islam menolak falsafah yang mengajarkan “untuk mencapai
tujuan, cara apapun dibenarkan”. Islam mewajibkan tujuan dan cara yang ditempuh
haruslah benar, Nabi Muhammad SAW bersabda:
#ّ" اّ$ ی'&% $ #ّ" ا� ان “Sesungguhnya Allah maha baik dan tidak mau menerima kecuali
kebaikan.” (HR. Muslim)
Dalam konteks kekinian Yusuf Qaradhawi berpendapat akan pentingnya
memperbaiki keadaan masyarakat, yaitu dimulai dengan membangun manusia
seutuhnya mendidik generasi masa depan, dengan pendidikan keimanan, akhlak, dan
intelektual secara totalitas6. Dengan terbentuknya manusia yang tangguh ini maka
akan tercipta masyarakat yang dicita-citakan oleh Islam. Seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah pada periode Makkah selama kurang lebih tiga belas tahun.
Hal inilah yang menarik untuk membahas dan meneliti konsep jihad menurut
Yusuf Qaradhawi. Diharapkan pandangan beliau tentang jihad dapat disosialisasikan
ke tengah-tengah umat Islam agar dapat melahirkan solusi-solusi pragmatis atas
permasalahan kontemporer umat Islam.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Yusuf Qaradhawi merupakan ulama kontemporer yang moderat, hal ini dapat
terlihat didalam fatwa dan pandangan-pandangannya mengenai ekonomi, sosial,
fiqih, politik (demokrasi, sistem pemerintahan, jihad dan Pergerakan Islam).
Pandangan Yusuf Qaradhawi mengenai hal yang diatas tidak dibahas semua dalam
5 Ibid., h. 67.
6 Yusuf Qaradhawi, Fiqih Prioritas. Penerjemah Alizar (Jakarta : Gema Insani Press, 1997),
h. 2231.
skripsi ini. Pokok penelitian ini di batasi pada permasalahan, bagaimana pandangan
Yusuf Qaradhawi tentang jihad.
Sedangkan yang menjadi rumusan masalah inti pembahasan skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pandangan Yusuf Qaradhawi tentang jihad.
2. Bagaimana pandangan Yusuf Qaradhawi tentang pentingnya jihad dengan
makna yang komprehensif di era globalisasi.
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Dalam setiap kegiatan apapun pasti mempunyai tujuan, begitu pula dengan
penulisan skripsi ini. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pandangan Yusuf Qaradhawi tentang
jihad.
2. Untuk mengetahui pandangan Yusuf Qaradhawi tentang urgensi jihad dengan
makna yang komprehensif di era globalisasi saat ini.
Sedangkan kegunaan dari penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk meluruskan pemahaman tentang jihad yang sering disalahpahami oleh
kalangan Barat dan kalangan muslim itu sendiri.
2. Upaya untuk memahami jihad dalam pemaknaan yang dinamis dan progresif
di tengah-tengah persoalan sosial.
D. Metode Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan metode studi kepustakaan
(library research), yang sumber datanya adalah buku-buku dalam perpustakaan dan
literatur-literatur lainnya. Data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
bersifat primer dan sekunder. Data yang bersifat primer yaitu sumber-sumber utama
yang berasal dan buku Yusuf Qaradhawi (1) Fikih Prioritas (2) Umat Islam
Menghadapi Abad ke-21 (3) Membangun Masyarakat Baru (4) Fiqih Parktis Bagi
Kehidupan Modern (5) Kita dan Barat (6) Retorika Islam (7) Berjuang di Jalan
Allah. Selain itu pula data yang bersifat sekunder, yaitu diperoleh dari sumber atau
data-data berupa buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran Yusuf Qaradhawi dan
data-data lainnya yang meliputi buku-buku, jurnal, buletin dan ensiklopedi yang
berkenaan dengan permasalahan skripsi ini.
Sedangkan pembahasan penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu
memaparkan dan menggambarkan serta menganalisa data-data yang diperoleh.
Kemudian untuk metode penulisan ini menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skiripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh center for quality
development assurance (CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
E. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematis, maka penulis
membaginya dalam beberapa bab yang disusun sebagai berikut :
Bab Pertama : Pendahuluan, bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode
penelitian, sistematika penulisan.
Bab Kedua : Biografi Singkat Yusuf Qaradhawi, bab ini berisi tentang
riwayat hidup Yusuf Qaradhawi, kontribusi dan aktifitasnya dalam pengabdian
kepada Islam, pemikiran Yusuf Qaradhawi dan pengaruhnya, serta karya-karya Yusuf
Qaradhawi
Bab Ketiga : Tinjauan Umum Konsepsi Jihad, bab ini berisi tentang
pandangan umum tentang jihad, jihad dalam al-Quran dan al-Hadist Nabi
Muhammad SAW, pandangan pakar tentang jihad, sejarah dan perkembangan jihad.
Bab Keempat : Konsep Jihad Menurut Yusuf Qaradhawi, bab ini mencoba
membahas tentang makna jihad menurut Yusuf Qaradhawi, hakekat jihad, dimensi-
dimensi jihad, relevansi jihad dengan masyarakat Indonesia
Bab Kelima : Penutup Bab ini merupakan akhir pembahasan yang berisi
kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
HIDUP DAN KARYA YUSUF QARADHAWI
A. Riwayat Hidup Yusuf Qaradhawi dan Profesinya
Yusuf Qaradhawi* dilahirkan di sebuah desa di Republik Arab Mesir bernama
Shafth Turaab di tengah delta pada 9 September 1926. Dia lahir dalam keadaan
yatim. Oleh sebab itulah dia dipelihara oleh pamannya. Pamannya inilah yang
mengantarkan Yusuf Qaradhawi kecil ke Surau tempat mengaji. Yusuf Qaradhawi
dikenal sebagai anak yang cerdas. Dengan kecerdasannya beliau mampu menghafal
al-Qur’an dan menguasai hukum-hukum tajwidnya dengan baik. Itu terjadi pada saat
dia masih berada di bawah umur sepuluh tahun. Orang-orang di desa itu menjadikan
dia sebagai imam dalam usia yang relatif muda. Sedikit orang yang tidak menangis
saat shalat di belakang Yusuf Qaradhawi. 7
Sete1ah itu dia bergabung dengan sekolah cabang al-Azhar. Tepatnya, di
Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi. Kemudian beliau masuk Fakultas Ushuluddin
di Universitas al-Azhar dan lulus sebagai sarjana S1 pada tahun 1952.8 Kemudian ia
memperoleh ijazah setingkat S2 dan memperoleh rekomendasi untuk mengajar dari
Fakultas Bahasa dan Sastra pada tahun 1954. Tahun 1958 memperoleh ijazah
diploma dan Ma’had al-Arabiyah al-Aliyah dalam bidang bahasa dan sastra. Tahun
* Nama Yusuf Qaradhawi dikenal orang Indonesia, ditulis dengan huruf Qardhawi ternyata salah.
Kedatangan Yusuf Qaradhawi ke Indonesia bulan Oktober 1999, meralat kesalahan tersebut dan
mengatakan : ”nama saya yang benar adalah Yusuf Abdullah Qaradhawi.” Lih. Abas Muhammad
Basalamah, Konsep Moderat Syariat, Kajian atas Pemikiran Yusuf Qaradhawi,” (Tesis S2 Program
Pasca Sarjana, Program Magister Studi islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2001), h. 8. 7 Lih. Sejarah Singkat Yusuf Qaradhawi, artikel diakses pada 28 April 2009 dari
http://fikar.org/2006/02/02/biografi-Yusuf Qaradhawi-2/ 8 Ibid., h.2.
1960 mendapatkan ijazah setingkat Master, Jurusan Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Sunnah
Fakultas Ushuluddin. Tahun 1973 mendapat gelar Doktor dengan peringkat summa
cum laude dengan disertasi berjudul az-Zakat wa Atsaruha fi Hill al-Masyakil al-
ljtimaiyah (Zakat dan Pengaruhnya dalam Memecahkan Masalah-Masalah Sosial
Kemasyarakatan),9 yang di sempurnakan menjadi Fiqh Zakat.
Yusuf Qaradhawi terlambat meraih gelar doktor, karena dia sempat
meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa
menuju Qatar pada tahun 1961. Ditugaskan sebagai tenaga bantuan untuk menjadi
kepala sebuah sekolah menengah di negeri Qatar. Dia telah melakukan
pengembangan dan peningkatan yang sangat signifikan di tempat itu serta berhasil
meletakan pondasi yang sangat kokoh dalam bidang pendidikan karena berhasil
menggabungkan antara khazanah lama dan kemodernan pada saat yang sama.10
Pada tahun 1973 didirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan mahasiswi,
yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Yusuf Qaradhawi di tugaskan di
tempat itu untuk mendirikan jurusan Studi Islam dun sekaligus menjadi ketuanya.
Pada tahun 1977 dia ditugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi
dekan di Fakultas Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar. Dia menjadi Dekan
di Fakultas itu hingga akhir tahun ajaran 1989-1990. Dia hingga kini menjadi dewan
pendiri pada Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi di Universitas Qatar.
Pada tahun 1990/1991 dia ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk menjadi
dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi ketua Majelis Ilmiah
9 Lih. Biografi Tokoh Muslim, artikel diakses pada 28 April 2009 dari http://tokoh-
muslim.blogspot.com/2009/01/dr-yusuf-qardhawi.html 10 Ibid.,h. 2.
pada semua universitas dan akademi negeri itu. Setelah itu dia kembali mengerjakan
tugas rutinnya di Pusat Riset Sunnah dan Sirah Nabi. Pada tahun 1411 H, dia
mendapat penghargaan dari IDB (Islamic Development Bank) atas jasa-jasanya dalam
bidang perbankan. Tahun 1413 dia dengan Sayyid Sabiq mendapat penghargaan dari
King Faisal Award karena jasa-jasanya dalam bidang keislaman. Di tahun 1996 dia
mendapat penghargaan dari Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia atas jasa-
jasanya dalam ilmu pengetahuan. Pada tahun 1997 dia mendapat penghargaan dari
Sultan Brunai Darus Salam atas jasa-jasanya dalam bidang fikih.11
1. Keluarga Yusuf Qaradhawi
Apa yang dicapai oleh Yusuf Qaradhawi dalam bidang yang beragam dan
sangat istimewa ini tak lepas dari andil besar sebuah keluarga yang tenang yang Allah
karuniakan sejak bulan-bulan Desember 1958. Beliau memiliki seorang isteri yang
shalihah, yang berasal dari Hasysimiyah Husainiyah. Darinya Allah karuniakan tujuh
orang anak (empat putri dan tiga putra).12
Semua anakanya mengambil pendidikan
modern hanya satu orang yang mengambil pendidikan agama. Selebihnya ada yang
mengambil fisika, kimia, elektro dan lainnya.
Ia membebaskan anak-anaknya menuntut ilmu apa saja yang sesuai
dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Salah seorang
putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris.
Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris,
sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah
11 Ibid., h. 2.
12 Ibid., h. 3.
menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di
Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang
bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas Teknik Jurusan Listrik.13
Dilihat dari beragam pendidikan anak-anaknya, masyarakat bisa membaca sikap
dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Menurut Qardhawi, semua
ilmu (bisa islami dan tidak islami), tergantung kepada orang yang memandang
dan mempergunakannya. Dan ia menolak pembagian ilmu secara dikotomis.
Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat
kemajuan umat Islam.
2. Kontribusi dan Aktivitasnya dalam Pengabdian kepada Islam
Yusuf Qaradhawi adalah salah seorang tokoh Islam yang menonjol di zaman
ini, dalam bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dakwah, pendidikan dan jihad.
Pengabdiannya untuk Islam tidak hanya terbatas pada satu sisi atau satu satu medan
tertentu. Di antaranya adalah:
a. Bidang Ilmu Pengetahuan
Tulisan dan karangan merupakan salah satu sisi paling penting dan pribadi
Yusuf Qaradhawi. Dia adalah seorang alim yang banyak mengarang dan mengoreksi.
Buku-bukunya memiliki bobot ilmiah yang tinggi dan memiliki pengaruh besar di
dunia Islam.
Yusuf Qaradhawi adalah seorang penulis yang memiliki pikiran-pikiran jenial
13 Lih. Biografi Yusuf Qaradhawi, artikel diakses pada 28 April 2009 dari
http://gozidni.multiply.com/reviews/item/22
dan orisinil. Tulisan-tulisannya selalu menggambarkan keluasan ilmunya dan jauh
dari taklid buta. Tidak terjadi pengulangan selalu didapatkan hal-hal penting,
mendapatkan pelurusan pemahaman yang salah, pengokohan pemikiran,
menerangkan yang tidak jelas, merinci yang global, menjawab hal-hal yang syubhat,
atau menerangkan tentang hikmah.14
b. Bidang Fikih dan Fatwa
Salah satu kontribusi Yusuf Qaradhawi yang menonjol adalah dalam bidang
fikih dan fatwa. Pada saat memberikan ceramah, menghadiri muktamar atau seminar,
sering kali ada pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah-masalah keislaman
yang diajukan kepadanya. Dan jawaban-jawaban beliau atas pertanyaan itu selalu
mendapat tanggapan positif dan bisa diterima oleh mayoritas kaum intelektual
muslim itu semua karena jawaban-jawaban yang beliau berikan memiliki ciri
keilmuan yang kuat, ciri moderat serta sangat memuaskan.15
Yusuf Qaradhawi kini
menjadi salah satu “referensi” utama kaum muslimin di seluruh dunia. Beliau juga
memiliki program tetap di radio dan TV Qatar yang dikhususkan menjawab
pertanyaan para pendengar dan pemirsa. Beliau menjelaskan secara panjang lebar
didalam bukunya yang sangat terkenal, Fatawa Mu'asirah, yang berbicara tentang
metode dan manhaj dalam berfatwa.
c. Bidang Dakwah dan Pengarahan
Yusuf Qaradhawi bekerja dalam banyak bidang, menerjuni banyak aktivitas,
yaitu antara kegiatan-kegiatan yang bersitat akademis, administrasi dan budaya.
14 Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi (Jakarta : Pustaka Kautsar, 2001), h. 12.
15 Ibid., h.13
Beliau menyibukan diri dalam fikih dan fatwa, sastra, puisi dan masih banyak lagi
bidang lainnya yang beliau tekuni. Namun yang menjadi prioritas utama dalam
hidupnya adalah dakwah, dan ini yang menjadikan dirinya sebagai manusia yang
berharga. Dakwah telah menjadi darah dagingnya dan menjadi bagian penting dalam
kesibukannya. la adalah fokus perhatiannya dan barometer kepeduliannya, fokus ilmu
dan amalnya.
Beliau memulai aktivitas dakwahnya sejak masa remajanya, yaitu semasih
duduk di Sekolah Menengah Pertama di Thantha. Saat itu beliau baru berusia enam
belas tahun. Beliau mulai dakwahnya dari desanya, kemudian di lingkungan
sekitarnya, dan kini aktivitas dakwahnya telah menyebar ke seluruh dunia.16
Dalam
dakwah yang digelutinya Yusuf Qaradhawi banyak menggunakan sarana yang
bervariasi hingga pesan-pesan dakwahnya menyentuh berbagai kalangan. Di
antaranya adalah dari mimbar sebagai sarana tradisional yang sejak sejarah panjang,
yakni dari masjid-masjid.
Pada saat masih menjadi mahasiswa di Fakultas Ushuluddin, Yusuf
Qaradhawi telah menyampaikan khutbah-khutbahnya di sebuah masjid di kota
Mababah, sebuah kota industri dengan jumlah pekerja yang sangat banyak. Masjid
tadi bernama Ali Thaha yang kemudian orang-orang menyebutnya dengan sebutan
“Masjid Syaikh Yusuf”. Dia telah menjadi imam dari ribuan makmum shalat Jum’at.
Setelah keluar dari penjara pada tahun 1956,17
kementerian Wakaf (Semisal
16 Ibid., h.10
17 Karena selain kelibatannya dalam organisasi Ikhwanul Muslimin yang dianggap keras juga
pernyataan-pernyataan Qaradhawi yang keras sehingga dianggap dapat mengancam pemerintahan
yang berlaku saat itu. Ibid., h 11.
Kementerian Agama di Indonesia) setelah usai perang Seuz, meminta Qaradhawi
berkhutbah di Masjid Jami’ Zamalik di Kairo. Pada saat itu ribuan jamaah datang
memenuhi masjid untuk mendengarkan khutbah Yusuf Qaradhawi, namun saat itu
Abdul Nashr melarangnya untuk berkhutbah di Masjid Jami’ tersebut. Saat menjadi
dosen tamu di Qatar pada tahun 1961, beliau menjadikan masjid sebagai sarana untuk
menyebarkan dakwah-dakwahnya. Dari masjid inilah beliau menyampaikan khutbah
dan pelajaran-pelajarannya, menyampaikan nasehat dan fatwa-fatwanya. Hingga kini
beliau menjadi khatib tetap di Masjid Umar bin Khattab yang pelaksanaannya
disiarkan langsug di TV Qatar. Beliau juga menyampaikan khutbah-khutbah Idul
Adha maupun Idul Fitri, khususnya yang beliau sampaikan di lapangan 'Abidin di
Kairo dan Astad di lskandariyah. Beliau juga telah menjadikan mass media sebagai
mimbar dakwahnya. Beliau memiliki program majlis taklim keagamaan di Radio-
Radio dan TV. Dan juga melalui media Internet. Beliau membuka situs sendiri
dengan domain Yusuf Qaradhawi. com.18
Hingga sebuah surat kabar yang terbit di
Mesir memberinya gelar sebagai "Ensiklopedi berjalan”.19
d. Bidang Seminar dan Muktamar
Hampir tidak ada satu seminar ataupun muktamar yang membahas tentang
pemikiran Islam atau dakwah Islam kecuali Yusuf Qaradhawi selalu diundang untuk
menghadirinya. Ini semua merupakan penghormatan dari pihak pengundang
mengingat posisi Yusuf Qaradhawi yang sangat penting di kalangan ulama dan para
da’i serta kaum intelektual muslim dunia. Diantara muktamar-muktamar yang
18 Ibid., h. 12.
19 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 12.
dihadiri oleh beliau diantaranya adalah ; Muktamar Internasional pertama Tentang
Ekonomi Islam yang dikoordinir oleh Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah.20
Dan
masih banyak lagi.
e. Dalam Kunjungan dan Ceramah-ceramah
Yusuf Qaradhawi banyak diundang ke berbagai Universitas Islam untuk
menyampaikan ceramah-ceramahnya di tempat itu, baik ceramah untuk mahasiswa
dan ini yang paling banyak maupun dihadapan para dosen dan kedua-duanya secara
bersamaan. Di antaranya adalah di beberapa universitas yang ada di Mesir seperti
Universitas Kairo, al-Azhar, Universitas A’in Syams, University Iskandariyah, al-
Manshurah dan Asyuth. Juga Universitas Khurthoum di Ummu Durman, Sudan. Di
samping itu semua, Yusuf Qaradhawi juga melakukan kunjungan ke berbagai negara
Arab dan Islam, baik yang berada di benua Asia maupun Afrika. Sebagaimana ia juga
pernah melakukan kunjungan ke negeri-negeri berpenduduk minoritas muslim yang
ada di Eropa, Amerika dan Australia. Pada kesempatan itu beliau selalu
menyampaikan ceramah, pertemuan dan perbincangan hangat dengan generasi-
generasi Islam di tempat itu. Pertemuan mereka dengan Yusuf Qaradhawi telah
menorehkan pengaruh positif, khususnya di kalangan remaja dan anak muda, lebih-
lebih mereka yang belajar di negeri-negeri Barat yang sering kali menghadapi angin
kencang perubahan kultur dan budaya.21
f. Dalam Bidang Ekonomi Islam
Yusuf Qaradhawi telah lama memfokuskan diri terhadap masalah ekonomi
20 Ibid., h. 13.
21 Ibid., h. 14.
Islam, baik secara teoritis maupun praktis. Dari sisi teoritis dia telah banyak
menyampaikan ceramah dan pelatihan tentang ekonomi Islam dan mengarang
beberapa buku tentang ekonomi Islam yang banyak tersebar di beberapa negara
Islam. Di antaranya Fikih Zakat, Musykilat al-Faqr wa Kaifa 'Alajaha al-Islam
(Problema Kemiskinan dan Solusi Islam), Bai' al-Murabahah lil Amir bi asy-Syira'
kama Tajrihihi al-Masharif al-Islamiyah, dan yang terakhir adalah Fawaid al-Bunuk
hiya ar-Riba al-Haram (Bunga Bank itu Haram).22
Sebagai penghargaan atas
perannya yang besar dalam masalah ini, IDB (Islamic Development Bank, Bank
Pembangunan Islam) menetapkan Qaradhawi sebagai pemenang hadiah dan IDB
pada tahun 1411 H dalam bidang Bank Islam.23
g. Dalam Amal Sosial
Yusuf Qaradhawi juga memiliki kepedulian yang kental dalam masalah-
masalah sosial. Beliau sering kali mengkritik keras pergerakan-pergerakan Islam
yang hanya menyibukan dalam masalah-masalah politik yang sering kali banyak
menguras energi demikian besar, ataupun bahkan mungkin semua energi yang ada.
Kritik itu disampaikan Yusuf Qaradhawi bagi gerakan Islam yang melalaikan sisi-sisi
aktivitas sosial yang banyak digarap oleh musuh-musuh gerakan-gerakan dan sering
dipergunakan sebagai sarana untuk menyesatkan dan memurtadkan kaum muslimin
serta usaha-usaha mereka untuk mencabut kaum muslimin dari akar-akar akidah dan
identitas keislamannya yang benar. Mereka dengan liciknya mempergunakan itu
22Lih Pengantar Penerjemah : Perjalanan Singkat Yusuf Qaradhawi, Yusuf Qaradhawi
Kenanganku Bersama Ikhwanul Muslimin Penerjemah M Lili Nur Aulia (Jakarta Aulia,
2003), h. XIV.
23 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 15.
semua dengan alasan bahwa itu adalah kegiatan sosial, atau bantuan suka rela. Semua
itu mereka lakukan dengan mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan
yayasan-yayasan sosial yang beragam bentuknya.24
Yang paling jahat dalam mempergunakan kegiatan sosial sebagai sarana
penyesatan adalah para misionaris Kristen. Mereka menyerbu wilayah-wilayah Islam
di Asia dan Afiika di mana banyak penduduk negeri-negri itu yang dilanda
kemiskinan, penyakit dan kebodohan. Bahkan, mereka-masih dengan kejahatannya-
merencanakan untuk mengkristenkan semua kaum muslimin di seluruh dunia
sebagaimana ini dinyatakan dalam muktamar para misionaris di Colorado Amerika.
Mereka menyediakan dana untuk proyek itu sekitar seribu juta dollar. Lalu mereka
mendirikan sebuah Akadcmi Zwimer yang khusus untuk para spesialis pemurtadan
kaum muslimin menurut negeri, bahasa, madzhab dan orientasi mereka masing-
masing.
Slogan: "Sumbangkan Satu Dollar Selamatkan Kaum Muslimin"
Semua itu telah menggerakan semangat Yusuf Qaradhawi untuk melawan
arus besar misi Kristen. Dalam suatu kesempatan beliau menjelaskan kepada kaum
muslimin tentang adanya bahaya yang sedang mengancam. Beliau menyatakan
bahwa merupakan kewajiban seorang muslim untuk melawan dan menghambat
gerakan mereka tersebut dengan tindakan yang sepadan. Yakni penyediaan dana
seribu juta dollar dari kaum muslimin untuk menyelamatkan akidah dan pribadi umat.
Dan uang “satu milyar” yang terkumpul itu diinvestasikan untuk kepentingan amal
sosial, bantuan suka rela dan amal dakwah. Beliau menjelaskan bahwa kaum
24 Ibid., h. 15.
muslimin saat ini telah berjumlah lebih dari satu milyar, andaikan kaum muslimin
dari kalangan menengah membayar satu dollar saja, maka uang yang terkumpul
seribu juta dollar. Oleh sebab itulah beliau mengeluarkan slogan yang sangat
meggugah: “Sumbangkan Satu Dollar Selamatkan Kaum Muslimin”. Slogan itu
beliau sampaikan di beberapa negeri-negeri Islam.25
Dari adanya slogan ini kemudian muncul ide pendirian Haiah alKhairiyyah
al-Islamiyah al-Alamiyah (Lembaga Bantuan Islam Internasional) yang berpusat di
Kuwait. Lembaga ini memulai aktivitasnya dengan semangat dan jelas walaupun
patut diakui bahwa semua itu masih barada dalam tahap awal. Beliau adalah salah
seorang pemilik ide didirikannya lembaga ini serta anggota dewan pendiri.
Berdasarkan ide-ide dan pemikirannya, maka ditentukanlah struktur proyek tersebut.
Beliau juga menjadi anggota pengawas manajemen dan komisi pelaksana.
Beliau juga banyak menyumbangkan kontribusinya baik dalam ide dan harta,
maupun dalam pendirian Icmbaga-lembaga keagamaan dan sosial. Seperti
pembangunan masjid, akademi, rumah sakit Shahwah di desanya Shafth Turab serta
Masjid Rahmat di Nashr City.26
h. Dalam Usaha Kebangkitan Generasi Muda
Salah satu fokus utama yang menjadi kepedulian Yusuf Qaradhawi dan kini
mulai tampak hasilnya, serta beliau jadikan pena, lisan, pemikiran dan ilmunya
sebagai tentara adalah masalah kebangkitan generasi muda umat saat ini. Beliau telah
banyak menghadiri muktamar-muktamar, seminar-seminar dan perkemahan
25 Ibid., h. 16
26 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf al-Qardhawi, h.15
perkemahan yang di organisir oleh anak-anak muda Islam, baik di dalam negeri Islam
maupun di luar negara-negara Islam. Yusuf Qaradhawi hadir di tengah-tengah
mereka untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya.
Beliau selalu memberikan kontribusinya dalam pertemuan- pertemuan khusus
dan beliau selalu memberikan jawaban pada pertanyaan- pertanyaan yang menyedot
kontroversi di kalangan umat, baik mengenai akidah, syariah dan sejarah. Beliau
diterima secara baik di berbagai kalangan, khususnya di mata kalangan aktivis
kebangkitan Islam. Karena mereka melihat Yusuf Qaradhawi memiliki tingkat
keilmuan yang sangat tinggi dan tingkat kefakihan yang sangat mendalam serta
keikhlasannya dalam dakwah.27
i. Dalam Bidang Pergerakan dan Jihad
Yusuf Qaradhawi sejak masa remaja aktif melakukan dakwah dengan melalui
khutbah-khutbah dan ceramah. Dan yang membantu aktivitas dakwahnya dengan
mudah adalah keterlibatannya dengan gerakan lkhwanul Muslimin, dan
perkenalannya secara baik dengan Imam Hasan aI-Banna. Beliau sering mendapatkan
tugas kunjungan ke berbagai negeri Arab seperti Suriah, Lebanon dan Yordania.
Beliau juga di tugaskan sebagai penanggung jawab pergerakan di semua fakultas
Syariah di Universitas al-Azhar. Dalam perjalanan dakwahnya beliau telah banyak
mendapat rintangan, tantangan, tekanan keras dan dipenjara beberapa kali sejak
masih berstatus sebagai siswa di Sekolah Menengah Umum pada masa pemerintahan
Raja Faruk tahun 1948. Beliau juga di penjarakan pada rnasa-masa revolusi bulan
Januari tahun 1954, kemudian pada bulan November di tahun yang sama beliau di
27 Ibid., h. 17
penjarakan selama dua puluh bulan. Peristiwa serupa juga rnenirnpa dirinya pada
tahun 1963.28
j. Keterlibatannya dalam Lembaga-Iem baga Dunia
Qardhawi banyak terlibat dalam lembaga-lembaga dan pusat-pusat keislaman
serta lembaga-lernbaga riset, dakwah, ekonomi maupun sosial. Beberapa lembaga
Yusuf Qaradhawi menjadi anggotanya:
1) Anggota pada Majlis Tinggi Pendidikan di Qatar dalam masa waktu
beberapa tahun.
2) Anggota Majlis Pusat Riset Kontribusi Kaum Muslimin dalam peradaban,
yang berpusat di Qatar.
3) Anggota Lembaga Fikih Islam yang berafiliasi pada Liga Muslim Dunia
Yang berpusat di Makkah.
4) Tenaga Ahli Lembaga Riset Fikih yang berada di bawah naungan
Organisasi Konferensi Islam (OKI).
5) Dan lembaga-lembaga lainnya.29
k. Keterlibatannya dalam Pendidikan Islam
Selain itu juga beliau aktif dalam dunia pendidikan-pendidikan Islam. Seperti
telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya, Yusuf Qaradhawi sering kali diminta
untuk menjadi tenaga pengajar pada beberapa lembaga pendidikan Islam.
keterlibatanya dalam pendidikan Islam antara lain;
Pernah menjabat sebagai dekan Fakultas Tarbiyah di Qatar. Sebagai anggota
28 Ibid., h. 18
29 Yusuf Qaradhawi, Perjalanan Hidupku Penerjemah. Cecep Taufikkurahman (Jakarta :
Pustaka Kautsar,2003), h. 290
majlis tinggi pendidikan di Qatar. la juga mendirikan Fakultas Syariah di Universitas
Qatar. Sebagai tenaga bantuan untuk menjadi kepala sebuah sekolah menengah di
negeri Qatar. Dia telah melakukan pengembangan dan peningkatan yang sangat
signifikan di tempat itu serta berhasil meletakan pondasi yang sangat kokoh dalam
bidang pendidikan karena berhasil menggabungkan antara khazanah lama dan
kemodernan pada saat yang sama.
Beliau juga mendirikan Fakultas Tarbiyah untuk mahasiswa dan mahasiswi,
yang merupakan cikal bakal Universitas Qatar. Yusuf Qaradhawi ditugaskan di
tempat itu untuk mendirikan jurusan Studi Islam dan sekaligus menjadi ketuanya. Dia
ditugaskan untuk memimpin pendirian dan sekaligus menjadi Dekan di Fakultas
Syariah dan Studi Islam di Universitas Qatar. Menjadi Dekan di Fakultas itu hingga
akhir tahun ajaran 1989-1990. Beliau menjadi dewan pendiri pada Pusat Riset Sunnah
dan Sirah Nabi di Universitas Qatar. Pernah ditugaskan oleh pemerintah Qatar untuk
menjadi dosen tamu di al-Jazair. Di negeri ini dia bertugas untuk menjadi ketua
Majelis Ilmiah pada semua universitas dan akademi negeri itu. Selain itu pula beliau
dikenal sebagai guru besar di Universitas al-Azhar, Kairo dan masih aktif
memberikan pengajaran di unversitas tersebut hingga kini.30
B. Pemikiran Yusuf Qaradhawi dan Pengaruhnya
Menurut pendapat para intelektual muslim yang mengenal Yusuf Qaradhawi,
pemikiran Yusuf Qardhawi banyak dipengaruhi oleh guru-gurunya antara lain Hasan
al-Banna, Syaikh Mahmud Syaltut, Syaikh Muhammad al-Gazali, Syaikh bin Baz dan
guru-guru beliau yang lainnya. Yusuf Qaradhawi sendiri membantah dengan
30Ibid., h. 291.
mengatakan bahwa pemikirannya itu tidak terikat pada salah satu tokoh atau mazhab
tertentu walaupun dari sekian pemikiran tokoh atau mazhab tersebut sedikit banyak
telah mempengaruhi pemikirannya.
1. Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Hasan al-Banna
Dalam banyak kesempatan, Qaradhawi mengatakan hahwa beliau tidak
pemah terpengaruh dengan seorang manusia yang pernah hidup lebih dan
keterpengaruhannya oleh Hasan al-Banna. Beliau sering kali menjadikan perkataan
Hasan al-Banna sebagai contoh dalam mengemukakan suatu masalah. Kecintaan
Yusuf Qaradhawi ini ditampakkan dengan memberi penjelasan secara rinci kepada
buku al-Ushul ‘Isyriin. Yusuf Qaradhawi juga memuji Imam Hasan al-Banna dalam
sebuah syair. Dan beliau mempersembahkan kumpulan syairnya yang berjudul al-
Muslimun Qadimun untuk Hasan al-Banna. Yusuf Qaradhawi berkata, “saya tidak
pernah memuji seorang pun dalam sebuah untaian syair kecuali kepada Hasan al-
Banna”.31
Namun demikian, Yusuf Qaradhawi tidak memposisikan diri sebagai seorang
yang mencintai yang karena cintanya telah menjadikannya tidak lagi memiliki
indefendensi dalam pendapat dan pandangannya, atau tidak mampu berbeda dengan
yang di cintainya dalam beberapa pandangan. Perbedaan pandangan antara Yusuf
Qaradhawi dengan Hasan al-Banna yang paling jelas adalah dalam masalah “multi
partai dalam negara Islam”, Pandangan al-Banna menolak berdirinya partai-partai
dalam satu Negara Islam. Namun Yusuf Qaradhawi menyatakan boleh dengan syarat
31 Ibid., h. 293.
yang beliau jelaskan secara rinci.32
Setelah menerangkan pandangannya, Qardhawi menyatakan penghargaan
yang besar kepadanya tanpa fanatisme buta. Yusuf Qaradhawi juga banyak berbeda
pendapat dengan Hasan al-Banna.
2. Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Mahmud Syaltut
Selain al-Banna, salah seorang yang mempengaruhi pemikiran Yusuf
Qardhawi adalah Mahmud Syaltut, Syaikh Jami' al-Azhar. Yusuf Qaradhawi juga
menghimpun pemikiran-pemikiran Syaltut, baik dalam bidang fikih maupun dalam
tafsir al-Qur’an. Walau demikian, rasa cinta Yusuf Qaradhawi kepada Syaltut tidak
menghalanginya untuk berbeda pendapat dengannya dalam beberapa masalah seperti
yang terlihat dalam bukunya al-Halal wal-Haram fil-Islam.
Yusuf Qaradhawi mengatakan, "Barang siapa yang menyembah Syaikh
Syaltut maka hendaknya dia tahu bahwa Syaikh Syaltut akan mati, dan barang siapa
yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup dan tidak akan
pernah mati. Syaikh Syaltut juga tidak memerintahkan seorang pun untuk bertaklid
kepadanya.33
3. Yusuf Qaradhawidan Syaikh Muhammad al-Ghazali
Yusuf Qaradhawi Juga terpengaruh dengan pemikiran Syaikh Muhammad al-
Ghazali. Kecintaannya kepada al-Ghazali beliau ekspresikan dengan menulis sebuah
buku pada saat al-Ghazali masih hidup. Beliau memaparkan sisi inovatif pemikiran
dan karya ilmiahnya.
32 Ibid., h. 295.
33 Ibid., h. 295.
Kecintaan Yusuf Qaradhawi kepada al-Ghazali tidak menggiringnya kepada
cinta buta, yang membutakannya untuk mengatakan suatu yang hak dan benar. Rasa
cintanya juga tidak menghalanginya untuk melakukan kritik dengan cara yang santun.
Salah satu kritikan beliau kepada Syaikh al-Ghazali adalah perkataan al-Ghazali: para
ahli hadits telah menjadikan diyat wanita adalah separuh dari diyat laki-laki. lni
adalah kejahatan pemikiran yang ditolak oleh para fuqaha dan orang-orang yang
memiliki pemahaman mendalam. Padahal hakikatnya mayoritas fukaha mengatakan
hal serupa dengan apa yang dikatakan oleh para ahli hadits. Seharusnya Syaikh
mengatakan ungkapan yang lebih halus dari kata kejahatan. Karena semua itu adalah
ijtihad yang terbuka untuk salah dan benar, sedangkan orang yang berpendapat
demikian akan selalu mendapat ganjaran, baik perkataan itu salah maupun benar,
sebagaimana yang telah kita ketahui bersama.34
4. Syaikh Yusuf Qaradhawi dan Syaikh Bin Baz
Qaradhawi juga memiliki hubungan dan kecintaan yang kuat dengan Syaikh
bin Baz kedua syaikh ini telah berbeda pendapat tentang masalah berdamai dengan
Israel, serta sejauh mana boleh dan tidaknya perdamaian dengan Israel. Namun
demikian jawaban kedua belah pihak selalu menggambarkan contoh yang sangat
indah dalam fikih ikhtilaf di antara para ulama. Kebanyakan ungkapan Yusuf
Qaradhawi adalah pujian kepada Syaikh bin Baz. Sebagaimana Yusuf Qaradhawi
pernah berkata tentang Syaikh bin Baz, Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah salah
seorang ulama besar kaum muslimin di zaman ini, beliau pernah menjabat Rektor
Universitas Islam Madinah Saudi Arabia, fatwa-fatwanya bisa diterima di lingkungan
34 Ibid., h. 296.
umum dan para aktivis muslim. Beliau adalah sosok ulama yang keilmuannya tidak
diragukan lagi, demikianlah beliau dalam pandangan kami.”
Demikianlah sikap Yusuf Qaradhawi kepada orang-orang yang dicintainya
dari kalangan pemikir dari ulama, hingga orang yang beliau tentang dalam perkataan
dan fatwanya sekalipun.35
C. Karya-Karya Yusuf Qaradhawi
Yusuf Al-Qaradawi telah menulis berbagai kitab dalam pelbagai bidang
keilmuan Islam terutama dalam bidang sosial, dakwah dan pengajian Islam. Kitab-
kitab beliau sangat diminati oleh umat Islam seluruh dunia. Bahkan Kitab-kitab
tersebut telah diulang cetak berpuluh-puluh kali dan diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa. Di samping itu, kitab-kitab tersebut dapat menjelaskan wawasan perjuangan
dan pemikiran al-Imam al-Qaradawi Hafizhahullah secara lebih terperinci,
Informasi terakhir (awal September 2007) beliau sedang sakit dan sedang
merampungkan kitab terbarunya yang berjudul Fiqh Jihad. Semoga Allah
memberikan kesembuhan dan kesehatan dikuatkan dalam berdakwah,tetap bersabar
dalam menghadapi hujatan, cacian , bahkan fitnah yang menimpa beliau, Berikut
adalah karya beliau:
1. Fiqh dan Usul Fiqh
Sebagai seorang ahli fiqh, beliau telah menulis beberapa buah kitab yang
terkenal seperti berikut : (1) Al-Halal wa al-Haram fi al-Islam, (Halal dan Haram
dalam Islam), al-Maktab al-Islami, Beirut, 1980. (2) Fatawa Mu’asarah, 2 jilid (
35 h. 135.
Fatwa-Fatwa Kontemporer), Dar al-Wafa’, Kaherah., 1993. (3) Al-Ijtihad fi al-
Shari’at al-Islamiah, (Ijtihad dalam syariat Islam), Dar al-Qalam, Kuwait,1996. (4)
Madkhal li Dirasat al-Shari’at al-Islamiah, (Membumikan syariat Islam), Maktabah
Wahbah, Kaherah, 1997. (5) Min Fiqh al-Dawlah al-Islamiah, (Fiqh Kenegaraan),
Dar al-Shuruq, Kaherah,1997 (6). Nahw Fiqh Taysir, ( Ke arah fiqh yang Mudah),
Maktabah Wahbah, Kaherah,1999. (7) Al-Fatwa bayn al-Indibat wa al-Tasayyub,
(Fatwa-fatwa antara kesesuaian dan kecerobohan), Dar al-Sahwah,Kaherah,1992. (8)
Al-Fiqh al-Islami bayn al-Asalah wa al-Tajdid, (Fikih Islam antara klasik dan
Kontemporer), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999. (9) Awamil al-Sa’ah wa al-
Murunah fi al-Syari’ah al-Islamiah (Faktor-Faktor kelenturan dalam syariah Islam),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1999. (10) Al-Ijtihad al-Mu’asir bayn al-Indibat wa al-
Infirat, (Ijtihad Kontemporer), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah,1994. (11) Fiqh
al-Siyam, ( Hukum Tentang Puasa), Dar al-Wafa’, Kaherah,1991. (12) Fiqh al-
Taharah, (Hukum Tentang Kebersihan), Maktabah Wahbah, Kaherah,2002. (13) Fiqh
al-Ghina’ wa al-Musiqa (Hukum Tentang Nyayian dan Musik ), Maktabah Wahbah,
Kaherah,2001 (14) Fi Fiqh al-Aqaliyyat al-Muslimah, (Fiqh minoritas Muslim) Dar l-
Shuruq, Kaherah, 2001.
2. Ekonomi Islam
(15) Fiqh al-Zakat 2 Juzuk (Fikah Tentang Zakat), Muasassah al-Risalah,
Beirut, (16) Mushkilat al-Faqr wa kayfa Alajaha al-Islam, (Masalah kefakiran dan
bagaimana Islam mengatasinya),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1980. (17) Bay’u al-
Murabahah li al-Amri bi al-Shira; ( Sistem jual beli al-Murabah), Maktabah Wahbah,
Kaherah, 1987. (18) Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, ( Faedah bank itulah
yang diharamkan), Dar al-Wafa’, Kaherah,1990. (19) Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi
al-Iqtisad al-Islami, ( Peranan nilai dan akhlak dalam ekonomi Islam), Maktabah
Wahbah, Kaherah, 1998. (20) Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah,
(Peranan zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi), Dar al-Shuruq, kaherah,2001
3. Pengetahuan tentang al-Quran dan al-Sunnah.
Qaradhawi juga melakukan kajian mengenai al-Quran dan al-Sunnah terutama
dalam memahami metodologi, cara berinteraksi dan membenarkan pemahaman
mengenai al-Quran dan al-Sunnah. Dalam bidang ini beliau telah menulis :
(21) Al-Aql wa al-Ilm fi al-Quran, ( Akal dan Ilmu dalam al-Quran), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1996 (22) Al-Sabru fi al-Quran, (Sabar dalam al-Quran), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1989 (23) Tafsir Surah al-Ra’d, (Tafsir surah Ra’d), Dar al-Bashir,
Kaherah,1996, (24) Kayfa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah, (Bagaimana
berinteraksi dengan sunnah), Dar al-Shuruq, Kaherah, 2000 (25) Madkhal li Dirasat
al-Sunnah, (Pengantar mempelajari sunnah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992 (26)
Kayfa Nata’amal ma’a al-Quran, ( Bagaimana berinteraksi dengan al-Quran), Dar al-
Shuruq, Kaherah,1999 (27) Al-Muntaqa min al-Taghib wa al-Tarhib ( hadith-hadith
terpilih mengeni berita gembira dn peringatan), Dar al-Wafa, Kaherah, 1993 (28) Al-
Sunnah Masdaran li al-Ma’rifah wa al-Hadarah, (Sunnah sebagai sumber
pengetahuan dan peradaban), Dar al-Shuruq, Kaherah,1997.
4. Akidah Islam
Mengenai persoalan tauhid, al-Imam al-Qaradawi telah menulis beberapa
buah buku: (29) Wujud Allah, (Adanya Allah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1990.
(30) Haqiqat al-Tawhid, (Hakikat Tauhid), Maktabah Wahbah, Kaherah,19. (31)
Mawqif al-Islam min al-Ilham wa al-Ksh wa al-Ru’a wa Min al-Kananah w al-
Tarna’im wa al-Ruqa. ( Posisi Islam mengenai Ilham, kasyaf, mimpi, ramalan,
pencegah kemalangan dan jampi), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994. (32) Iman bi .
Qadr, (Keimanan kepada Qadar), Maktabah Wahbah, Kaherah.
5. Dakwah dan Pendidikan
Qaradawi juga merupakan seorang juru dakwah yang penuh semangat. Dalam
bidang ini beliau telah menulis buku-buku terkenal : (33) Thaqafat al-Da’iyyah,
(Wawssan Seorang juru dakwah), Maktabah Wahbah, Kaherah,1991. (34) Al-Tarbiah
al-Islamiah wa Madrasah Hassan al-Banna,, ( Pendidikan Islam dan ajaran Hassan al-
Banna), Maktabah Wahbah, Kaherah,1992 (35) Al-Rasul wa al-Ilmi, ( Rasul dan
Ilmu), Muasassah al-Risalah, Beirut, 1991 (36) Al-Waqt fi Hayat al-Muslim (Waktu
dalam kehidupan seorang Muslim), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1991 (37) Risalat al-
Azhar bayn al-Ams al-Yawmi wa al-Ghad, ( Risalah al-Azhar antara semalm, hari ini
dan besok), Maktabah Wahbah, Kaherah,1984 (38) Al-Ikhwan al-Muslimun sab’in
Amman fi al-Da’wah wa al-Tarbiyyah, (Ikhwan al-Muslimun selama 70 tahun dalam
dakwah dan Pendidikan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1999
6. Mengatasi Masalah dengan cara Islam.
Menurut pandangan al-Imam al-Qaradawi, Islam adalah suatu kepastian yang
wajib diikuti untuk mengatasi semua masalah yang kita hadapi. Tidak ada suatu
sistem yang dapat mengatasi persoalan umat keculi Islam. Malahan sistem selain
Islam hanya akan menambahkan luka parah yang sudah di alami umat. Mengenai
masalah ini beliau telah menulis : (39) Al-Hulul al-Mustwaradah wa Kayfa janat ‘ala
Ummaatina, (Penyelesaian Import : bagaimana ia Menghantam Umat kita), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1993 (40) Al-Hall al-Islami faridatan wa daruratan (Mengatasi
masalah dengan cara Islam adalah suatu kewajiban dan kepastian), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1987 (41) Bayinat al-hall al-Islami wa Syubuhat al-Ilmaniyyin wa
al-Mustaqhribin, (Penjelasan mengatasi masalah dengan cara Islam dan tuduhan
orang Barat dan pengnut sekular), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1988 (42) ‘Ada’ al-
hall al-Islami, (Musuh-musuh dalam penyelesaian cara Islam), Maktabah Wahbah,
Kaherah, 2000
7. Tokoh Islam.
Al-Imam al-Qaradawi jug menulis beberapa buah buku tentang sejarah hidup
para tokoh : (43) Al-Imam al-Ghazali bayn Madihi wa Naqidihi, ( Imam al-Ghazali
antara para pemuja dan pengkritiknya). Dar al-Wafa’, Kaherah,1988 (44) Al-Shaykh
al-Ghazali Kama Araftuhu Khilala Nisf al-Qarn (Syeikh al-Ghazali seperti yang saya
kenal selama setengah abad), Dar al-Wafa’, Kaherah,1995 (45) Nisa Mu’minat, (Para
Wanita Beriman), Maktabah Wahbah, Kaherah,1979 (46) Abu Hasan al-Nadwi Kama
‘Araftuh, , (Abu Hassan al-Nadwi seperti yang saya kenal) Dar al-Fikr, Beirut, 2001
(47) Fi Wada’ al-‘A’lam (Memperingati Pemergian Tokoh-Tokoh), Dar al-fikr,
Beirut, 2003
8.Akhlak
(48) Al-Hayat al-Rabbaniah wa al-‘Ilm, (Kehidupan Rabbani dan Ilmu),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995. (49) Al-Niyat wa al-Ikhlas (Niat dan Keikhlasan),
Maktabah Wahbah, Kaherah,1995 (50) Al-Tawakkal (Bertawakal kepada Allah),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995 (51) Al-Tawbah ila Allah ( Taubat kepada Allah),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 2000.
9. Kebangkitan Islam
Kebangkitan Islam yang sedang semarak dan merebak ke seluruh dunia saat
ini juga menjadi perhatian Qaradawi. Beliau adalah seorang tokoh aktivis yang sering
memberikan gagasn-gagasn yng meluruskan tujuan gerakan kebangkitan Islam pada
jalan moderat dan mencakupi hampir semua permasalahan umat. Tulisan beliau
dalam persoalan ini menyeluruh, mendalam dan bersesuaian dengan realitas saat ini.
Qaradawi dalam masalah ini telah menulis beberapa buah buku yang terkenal : (52)
Al-Sahwah al-Islamiah Bayn al-Juhud wa al-Tatarruf ( Kebangkitan Islam antara
penolakan dan sikap ekstrim), Dar al-Wafa’, Kaherah, 1992 (53) Al-Sahwah al-
Islamiah bayn al-Ikhtilaf al-Mashru’ wa al-Tafaruq al-Madzmum, ( Kebangkitan
Islam antara perbedaan pendapat yang dibolehkan dan perpecahan yang tercela), Dar
al-Wafa’, Kaherah, 1991 (54) Al-Sahwah al-Islamiah wa Humum al-Watan al-Arabi (
Kebangkitan Islam dan keresahan negara-negara Arab), Dar al-Sahwah,
Kaherah,1993 (55) Min Ajli Sahwah rashidah Tujaddid al-Din wa Tanhad bi Dunya
(Untuk mencapai kebangkitan yng sedar, yang membaharui agama dan membaiki
dunia),Dar al-Wafa’, Kaherah, 1995 (56) Awlawiyyat al-Harakah al-Islamiyyah fi al-
Marhalah al-Qadimah (Keutamaan gerakan Islam pada masa depan), Maktabah
Wahbah, Kaherah,2001 (57) Fi Fiqh al-Awlawiyyat ( Fikih Prioritas), Maktabah
Wahbah, Kaherah,2000 (58) Al-Islam wa al-Ilmaniyyah wajhan li wajhin ( Islam
Versus sekularisme), Maktabah Wahbah, kaherah,1997 (59) Ayna al-Khalal? (Di
manakah kesalahannya?), Dar al-Sahwah, Kaherah, 1985 (60) Al-Syariat al-Islamiah
Solihah li tatbiq fi Kulli Zaman wa makan ( Syariat Islam sesuai masa dan tempat),
Dar al-Sahwah, Kaherah,1993 (61) Al-Ummah al-Islamiyyah haqiqatun la wahm (
Umat Islam adalah suatu hakikat dan bukan khayalan), Maktabah Wahbah, Kaherah,
1995 (62) Al-Thaqafah al-Islamiyyah bayn al-Asalah wa al-Mu’asarah ( Pengetahuan
Islam antara ketulenan dan pembaharuan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1994 (63)
Ghair al-Muslimin fi al-Mujtama’ al-Islam (Non-Muslim dalam masyarakat Islam),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1992 (64) Al-Muslimun wa al-Aulamah, ( Kaum
Muslim dan globalisasi), Dar al-Tawji’ wa al-Nashr, Kaherah, 2000 (65) Al-Islam wa
Hadarah al-ghad (Islam Peradaban Masa Depan), Maktabah Wahbah, Kaherah,1995
(66) Al-Tataruf al-Ilmani fi Muwajahat al-Islam, ( Ektremis Sekular dalam
Menghadapi Islam), Andalusiah li Nashr,Kaherah, 2000 (67) Al-Sahwah al-Islamiah
min al-Murahaqah ila al-Rusyd, (Kebangkitan Islam), Dar al-Shuruq, Kaherah,2002
10. Pemikiran Islam
Qaradawi jug menulis buku mengenai asas –asas yng diperlukan bagi Juru
dakwah Islam dengan mengambil kira asas pendidikan yang telah ditetapkan oleh
Hassan al-banna. Antaranya ialah : (68) Syumul al-Islam (Kesempurnaan Islam),
Maktabah Wahbah, Kaherah,1991 (69) Al-Marji’yyat al-Ulya fi al-Islam al-Quran wa
al-Sunnah ( Sumber rujukan tertinggi dalam Islam ialah al-Quran dan al-
Sunnah),Muasassah al-Risalah, Beirut,1993 (70) al-Siyasah al-Syar’iyyah fi daw’
nusus al-Shari’at wa Maqasiduha (siyasah syar’iyyah menurut syariat dan
matlamatnya), Maktabah Wahbah, Kaherah, (71) Kayfa Nata’amal Ma’a al-Turath
(Bagaimana Berinteraksi dengan Buku-buku klasik), Maktabah Wahbah,
Kaherah,2001 (72) Nahw Fiqh Muyassar mu’asirah, Maktabah Wahbah,
Kaherah,1999
11. Pemahaman Islam
Qaradawi juga menulis tentang pemahaman Islam dengan pendekatan yang
mudah dan jelas. Antaranya ialah : (73) Al-Iman wa al-Hayat (Iman dan Kehidupan),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1990 (74) Al-Ibadat fi al-Islam (Ibadah dalam Islam),
Maktabah Wahbah,Kaherah,1985 (75) Al-Khasas’is al-Ammah li al-Islam
(Keistimewaan Agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1989 (76) Madkhal li
Ma’rifah al-Islam, (Pengantar agama Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (77)
Al-Nass wa al-Haq ( Manusia dan Kebenaran), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993
(78) Jil al-Nasr al-Mansyud ( Generasi Kemenangan yang dinantikan), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1998 (79) Durus al-Nakbah al-Thaniah (Pengajaran mengenai
musibah kedua), Maktabah Wahbah, Kaherah,1993 (80) Khatab al-Shaykh al-
Qaradawi 5 jilid (Khutbah Syeikh al-Qaradawi),Maktabah Wahbah, Kaherah, 1997
(81) Liqaat wa Muhwarat hawla Qadaya al-Islam wa al-‘Asr (Perbincangan tentang
permasalahan Islam dan Peradaban), Maktabah Wahbah, Kaherah,2001 (82) Qadaya
Mua’sarah ala basat al-Bahth (Kajian mengenai permasalan komtemporer) (83)
Ri’ayah al-bai’ah fi Syari’at al-Islam ( Memelihara alam Sekitar Menurut Syariat
Islam), Dar al-Shuruq, Kaherah,2001
12. Bidang Kesusasteraan dan syair
(84) Nafahat wa Lafahat (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah. (85) al-Muslimun
Qadimun ( Orang Muslim Maju) (Syair), Dar al-Wafa’, Kaherah, (86) Yusuf al-
Sadiq, (Nabi Allah Yusuf) (Drama), Maktabah Wahbah, Kaherah, (87) Alim wa
Taghiyyat , (Golongan Ulamak dan Golongan Pelampau)( Drama),Maktabah
Wahbah, 1998
13. Risalah Kecil Mengenai Kebangkitan Islam
(88) Al-Din fi ‘Asr al-‘Ilm ( Agama dalam dunia Ilmu Pengetahuan).
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1995 (89) Al-Islam wa al-Fann (Islam dan Kesenian),
Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996 (90) Al-Niqab al-Mar’ah ( Pemakaian Jilbab bagi
wanita), Maktabah Wahbah Kaherah, 1996 (91) Markaz al-Mar’ah fi al-Hayat al-
Islamiah ( Kedudukan wanita dalam kehidupan Islam), Maktabah Wahbah,
Kaherah,1996 (92) Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah (Fatwa-fatwa tentang wanita
Muslimah, Maktabah Wahbah, Kaherah,1996 (93) Jarimah al-riddah (Jenayah
Murtad), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1996 (94) Al-Aqaliiyyat al-Diniyyat wa hulli
al-Islami ( Minoritas agama dan Penyelesaian Islam, Maktabah Wahbah, Kaherah,
1996 (95) Al Mubasyirat bintisar al-Islamiah ( Berita Kemenangan Islam), Maktabah
Wahbah, Kaherah,1996 (96) Mustaqbal Usuliyyah al-Islamiah ( Masa
DepanFundamentalisme Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah,1997 (97) Al-Quds
Qadiyah likulli al-Muslim ( Quddus tanggungjawab setiap muslim), Maktabah
Wahbah, Kaherah, 1998 (98) Hajat al-Basyariah ila al-Risalah al-Hadariah li
Ummatina ( Keperluan Manusia kepada risalah Peradaban ), Maktabah Wahbah,
Kaherah, Kaherah, 2000 (99) Fatawa min ajli Palastin, (Fatwa-fatwa tentang
Palestina), Maktabah Wahbah, Kaherah, 2003 (100) Zahirah al-Ghulu fi Takfir (
Fanatik dalam Mengkafir), Maktabah Wahbah, Kaherah, 1990.
14. Kumpulan Ceramah-Ceramah Yusuf al-Qaradawi
(101) al-Sunnah wa al-Bid’ah, (Sunnah dan Bidah), Maktabah Wahbah,
Kaherah,1999 (102) Zawaj al-Maysar, haqiqat wa Hukm, (Perkahwinan Maysar
hakikat dan hokum), Maktabah Wahbah, 1999 (100) Dawabit al-Shar’iyyah libina’
al-Masajid, (prinsip syariat dalam Membina masjid), Maktabah Wahbah, Kaherah,
1999 (101) Mawqif al-Islam al-Aqdi min kufr al-Yahudi wa al-Nasara, (Pendirian
islam terhadp perjanjian dengan Yahudi dan Nasr), Maktabah Wahbah, Kaherah,
1999 (102) Al-Juwaini Imam al-Haramain, ( Juwaini Imam Haramain), Maktabah
Wahbah, Kaherah, 2000 (103) Al-Istishaq wa al-Tubna fi Shari’at al-Islamiah, (
Penamaan dalam Syari’at Islam), Maktabah Wahbah, Kaherah, (104) Umar ibn
Abdul Aziz, (Umar bin Abdul Aziz), Maktabah Wahbah, 2001 (105) Likay Tanjaha
Muasassah al-Zakat, (Semoga Institusi zakat Berjaya),Muasassah al-Risalah,
Beirut,1994, Sekarang beliau sedang menyelesaikan kitab: Fiqh Jihad.36
36
Demokrasi di Indonesia Bisa di Contoh Negara Timur Tengah, artikel diakses pada 28
April 2009 dari http://www.eramuslim.com/berita/int/7904171651-dr.-yusuf-qaradhawi-tiba-mesir-dengan-pesawat-khusus-aljazair.htm,
BAB III
TINJAUAN UMUM KONSEPSI JlHAD
A. Pengertian Jihad
Kata jihad berasal dari bahasa Arab, bentuk isim masdar dari fi'il ruba’i (yang
terdiri dari empat huruf asli) : jahaada, berdasarkan wazan fi’al dengan pengertian
mufa’alah (saling melakukan) dari kedua belah pihak.37
Menurut lbnu Faris (w.395
H) dalam bukunya Mu 'jam al-Maqayis fi al-Lughah, seperti dikutip Quraish Shihab,
"Semua kata yang terdiri dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandang arti kesulitan
atau kesukaran dan yang mirip dengannya.” Ada juga yang berpendapat bahwa jihad
berasal dari akar kata juhd yang berarti kemampuan. Ini karena jihad menuntut
kemampuan, dan harus dilakukan sebesar kemampuan. Dari kata yang sama tersusun
ucapan jahida bir-rajul yang artinya seseorang sedang mengalami ujian. Terlihat
bahwa kata ini mengandung makna ujian dan cobaan, hal ini yang wajar karena jihad
memang merupakan ujian dan cobaan bagi kualitas seseorang.38
Dalam Ensiklopedi Islam, jihad mempunyai makna dasar berikhtiar keras
untuk mencapai tujuan yang terpuji. Dalam konteks Islam, kata jihad memuat banyak
makna, kata ini bisa berarti perjuangan melawan kecenderungan jahat atau
pengerahan daya upaya untuk atau demi kepentingan ummah, misalnya, mencoba
mengimankan orang yang ingkar (tidak beriman) atau bekerja keras memperbaiki
37 Muhammad Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an (Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset,
1997), h II. 38 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000), Cet. I, h.
284.
moral masyarakat (Jihad Pendidikan).39
Allah mewajibkan jihad yang tujuannya adalah: meninggikan kalimat yang
hak dan membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu, kedzaliman seorang
raja, dan khurafat. Selain itu, jihad bertujuan menegakkan keadilan, memberantas
kebatilan, mempertahankan akidah, jiwa, nama baik, dan harta benda. Sebaliknya,
Islam sangat mengharamkan penganiayaan, kezaliman, dan sejenisnya: Islam sangat
menghargai kebebasan dan tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama ini,
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256 berikut :
b b_ cM��-�L�� :�� ;�� d���� � /�� ��ef�>e, �/g�h-��� [i � T⌧*���� ? i�☺�k *-89S�. '�51�l����
mn ����.�% ����� /���k �@I7g☺�K5#�� c�%5o�(����� ?:�p�)q���� \_ �r�IF 9��� �cstu S
^����% vv= 9⌧w xyv�J�N G`� ;
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Jihad dalam Islam bukan bertujuan merampas harta, atau lainnya. Pada
hakikatnya, perang merupakan alternatif terakhir dalam dakwah. Perang dalam Islam
bukan untuk menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan
menangkis tindakan yang melampaui batas dari musuh.40
Untuk memperjelas
subtansi jihad agar tidak diidentikan dengan aksi mengangkat senjata Al-Quran
membedakan antara konsep qital (interaksi bersenjata) dengan konsep jihad.
39 Jhon. L. Esposito, Ensiklopedi Islam (Jakarta:2000 ), cet. 4, h. 41.
40 Muhammad Faiz al-Math, Keistimewaan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 127.
Jihad jelasnya menunjuk kepada suatu konsep yang lebih komprehensif,
dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata.
Namun, jihad dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat
tertentu khususnya dalam rangka mempertahankan diri.41
Agaknya karena pengertian
sisi sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad yang
mengundang kontroversi dan pertikaian pendapat.42
Seperti pandangan dunia Barat
yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan mengartikan
jihad sebagai holy war (perang suci).43
B. Jihad dalam al-Quran dan al-Hadits Nabi
Kata jihad dan derivikasinya tersebut 41 kali dalam Al-Quran44
. Ayat-ayat
jihad dalam konteks perjuangan berjumlah 28 ayat sebagai berikut; al-Baqarah/2:
218, ali-Imran/3:142, an-Nisa/4: 95, al-Maidah/5: 35,54, al-Anfal/8: 72,74,75, at-
Taubah/9: 16, 19, 20, 24, 41, 44, 73, 81 ,86,88, an-Nahl/16:110, al-Hajj/22:78, al-
Furqan/25 :52, al-Ankabut/29: 6,69, Muhammad/47:31, al-Hujurat/49:15, al-
Mumtahanah/60 :1, ash-Shaff/61:11, at-Tahrim/66:9.
Ayat-ayat jihad tersebut sebagian besar lainnya turun pada periode Madinah.
Ayat-ayat jihad periode Makkah adalah sebagai berikut :
\⌧�k nv l(, �z�- 91⌧>���� '(Dg/�01�2�% ! t� ��{��062 ��Z-�@\| G�`;
41 Lih. Q. S. al-Baqarah [2]: 190-191.
42 Quraish Shihab, , Wawasan Al-Quran, h. 284. 43 Abdurrahman Wahid, Islam Tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LKiS, 2000), Cet. 2, h. 10. 44 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mujamul Mufahras li Alfazhil Quranil Karim (Kairo :
Darul Hadist,1991), h. 232-233
”Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.” (QS al-Furqan
:52)
E)() }�� �~� �$ �z� ��� �
��%�-�2��D Li � /�(� ��� ���� P(k E)() ��%�/�01�2
��9%Z��I��% }�� �~� �$ Li � ��D /�(� ⌦$89�5�� �)= t&$ GHHQ;
”Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang
berhijrah sesudah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar;
Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS an-Nahl :110)
[i. ������% ��%�/�01�2 ���{ k *'�e��. /*����� ���MJ@�# ?
eV���% ���� �v�☺�� ��f �675��☺���� G �;
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS al-Ankabut : 69)
����{E��%�% [i1I7����� t�.�/ ��� ���57�t � V���% ����/�01�2 ⌧��Zg�P �
:�� ��� �&�{�� �@�� ! t� ⌦'kJ � \⌧�k ���☺�0�( l(, ? �:M��� *'�S�(62*-�� �S�U�tu��C4�k ��☺� 5)P��L �V(J�☺�(�,
G;
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti
keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS al-Ankabut: 8)
Keempat ayat makkiyah tersebut menggunakan lafal jihad dan tidak
menggunakan lafal qital, sebagaimana ditemukan pada ayat-ayat lain. Qital atau
perang baru diizinkan Allah untuk membela diri dengan firman-Nya:
��V �C" ��� ��� � �(J�K1���. *'�0��%4� ���☺�J8� ? eV���% ����
?:M,�� 5) D�Z5G�� -. /���� G��; ��� ����� ���2�-�[C" i � ' D�-1�. { �Z*-�5� <D��t �_�� %" ����8��. �c�� �$ ^��� S \_*���%
�v�k�{ ���� �e�e���� '�I�(� ���(�@� g��� D/s]u �v ��I� Tv�=� �% �'�MJI��% �/Q�1I7���% �-\|=�. ���Z k �'5#�� ���� ��Z- �\|
S }�Z�G��{���% ^��� i�� 9�MZ�G��. S }�� ���� �h;���� x�.���� GQ;
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,
karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-
benar Maha Kuasa menolong mereka itu. -- (yaitu) orang-orang yang telah
diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena
mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah". dan Sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat
orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama
Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-
Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa.” (QS al-
Hajj: 39-40)
Itulah ayat yang mengizinkan perang pertama kali.45
Dengan turunnya ayat itu
Rasulullah SAW membentuk pasukan untuk berjaga-jaga diluar kota Madinah
terhadap serangan mendadak yang mungkin dilakukan suku-suku badui ataupun
kaum Quraisy. Terjadilah peperangan pertama kali antara kaum muslimin dengan
kaum Quraisy di suatu tempat bernama Badar pada 17 Ramadhan 2 H.46
45 Abdullah Yusuf Ali, Quran Penerjemah dan Tafsirnya. Penerjemah Ali Audah (Jakarta :
Pustaka Firdaus, 1993), h. 925. 46 Majid Ali Kahn, Muhammad Saw Rasul akhir. Penerjemah Fathul Umam (Bandung :
Pustaka,1985), h. 127.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan, bahwa jihad tidaklah identik
dengan qital atau perang, sebab jihad telah diserukan Allah SWT dan telah
dilaksanakan Nabi SAW bersama kaum muslimin pada periode Madinah. Adapun
ayat-ayat jihad yang diturunkan pada periode Madinah berdasarkan urutan turunnya
surat adalah sebagai berikut :
eV�� �z� ����� ��������� [i.Q=�����% ��%�-�2��D ��%�/�01�2�% :�� ;<=�>�# ���� �@B�1��4%C" �V�2*-�. I��☺gt�$ ����
? ^����% ⌦$89⌧x �)= t&$ G`H;
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah,
dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS al-Baqarah ; 218)
eV�� [i. ����� ��������� ��%�-�2��D�% ��%�/�01�2�%
5)�0 ����%4� *'�6�89�%"�% :�� ;<=�>�# ���� ��� ������% ��%�%���
��9%ZIG��e% �@B�1��4%C" *'���(� q����= ��%%" ���(� ? ��� ������% ��������� *'���%
��%�-62���/ ��� �S�� i � '�Q☺�=1���% i � ¡�5T⌧� ?T¢y�t ��%�-62���/ ? ;V���%
*'�L%ZIG�c£5#�� :�� ;�� D/��� �'8>�=MJ�(�k Z5Ge���� }_�� ?:M,��
U¤*�� *'�Sc��o� 'N¥���o� �% R�1��{ � S ^����% ��☺� �V(J�☺�(�, RZ-6F� G¦`;
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad
dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan
tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung-melindungi dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu
melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka
meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.” (QS al-Anfal :72)
�z� ������% ��������� ��%�-�2��D�% ��%�/�01�2�% :��
;<=�>�# ���� ���Q=�����% ��%�%��� ��9%ZIG��e% �~B�1��4%C" �'(D
�V�� ����☺���� ����t ? 's]u Rc�- 9�5e� Rm�§$�% Ry�-⌧L G¦;
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada
jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang
benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang
mulia (QS al-Anfal:74)
��� ������% ��������� mn � �/�(�
��%�-�2��D�% ��%�/�01�2�% *'�S�(�� �@B�1��4%C4�k 5)�S� � ?
����4%C"�% ¤��M*$P¨�� *'���(� ?:M��%%" ���(�@� :�� QJ1�P L ���� S
eV�� ���� ;d<�S� ¡�5T⌧� @yv�J�N G¦�;
“Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta
berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga).
orang-orang yang mempunyai hubungan Kerabat itu sebagiannya lebih berhak
terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat)di dalam kitab Allah.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS al-Anfal:75)
g¤%" �y�©*@67�t V%" ��(J�[g/�,
��e������� �ª☺���% Q)MJ�(�. ^��� ��� ����� ��%�/�01�2 *'�S� � ['MJ�(�.�% ����ZQ�1EF��� GH`;
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal
belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum
nyata orang-orang yang sabar.” (QS ali-Imran:142)
����/%4�1�. ��� ����� ��������� \_ ��%�= ��K�, � %�/�� *'�Le%�/���%
�����= ��%%" �8�kJ(, '�*Z���� ce{��☺����� g/���% ��%�-⌧9⌧L
��☺� '�L�����i [i � ;D������� �V�2�-�.�« �O�#&-��� *'�L��.���% ¬
V%" ���� ���(, ����� *'�S�M �$
V�� �y�©��L 5)Pg2�-�[ ��/1�062 :�� :,=�>�# �����5 K* ���% :�O�IH5�®
? �V%h-67(< '�*Z���� ce{��☺����� )���%"�% ¯)MJ�N%"
���☺� �y�©�{⌧9�[%" �����% �y�©�MJ�N%" ? i���% �"k��(�9�. *'�S� �
g/���k e<IH ������# ;<=�>77��� GH;
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-
Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada
mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; Padahal
Sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu,
mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada
Allah, Tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu
memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka,
karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan
dan apa yang kamu nyatakan. dan Barangsiapa di antara kamu yang
melakukannya, Maka Sesungguhnya Dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
(QS al-Mumtahanah:1)
}_ �;�K57c° �V%�/ (1������ [i � ��f � ����☺���� Z*-⌧x :�4%C"
$�Zw±��� �V%�/�01���k¤���% :�� ;<=�>�# ���� 5)�0 ����%4�
*'�6�89�%"�% ? \<}��k ^��� ��� /�01���k¤�� 5)�0 ����%4� *'�6�89�%"�% :M,�� ��� / (1������
���2�$�{ ? �⌧�L�% �/���% ^��� ?Tc257����� ? \<}��k�% ^���
��� /�01���☺���� :M,�� ��� / (1������ �-g2%" ��☺{ 8��
G��;
”Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut
berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di
jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk[340]
satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang
baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang
duduk dengan pahala yang besar.” (QS an-Nisa :95)
*'�S���(J*@�����% ?T¢y�t [)MJ�(�� ��� /�01���☺���� 5)�S� �
����ZQ�1EF����% ���(J*@���% * �L�$��>�[%" G�H;
“Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar
Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS Muhammad :31)
��☺���� ��� ����☺���� ��� �����
��������� ����� ! "���#�$�% &'() *'�� �� ��,*-�. ��%�/�01�2�%
*'�0 ����%4� 5)�06789�%"�% :�� ;<=�>�# ���� ? �@B�1��4%C" �'(D
�(� /1EF��� GH�;
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak
ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar.” (QS al-Hujurat :15)
����/%4�1�. TQ�e���� /�01�2 �$�U98>���� ��fQ� 91c��☺�����% ³(J�´���% *'�*ZMJ�� ?
5)�0��%k4���% ¯)e��0�2 � �&��� �% Z-6F�☺���� G�;
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan
bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu
adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS at-Tahrim:9)
����/%4�1�. ��� ����� ��������� *<�D * �S§��{%" ?:M,�� uc�-1�0 �
�S{Q��(, gi � O¡�⌧=�� �yv �%" GHQ; �V�� ���(, ����� ! "���#�$�%
�V%�/�01�0C��% :�� ;<=�>�# ���� 5)�S ����%4� *'�S6789�%"�% ?
* �S ��� RZ*-�[ * �S�� V�� �y�©��L �V��¡�(�, GHH; *- 9�5�. * �S��
* �S� �(� 5)�SkJ6[g/�.�% u�1e��2 ��-�0%� i � ���Q☺��%� �-1���µP¨��
[i6S1I7���% ���>¥{� :�� �1e��2 ·Vg/�� ? �@ ��� �§*⌧9����
�yv 8�(���� GH`;
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? --(yaitu)
kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. --
Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu)
ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang
besar.” (QS ash-Shaff : 10-12)
��0¸.%4�1�. �z� ����� ��������� ��8�¢,�� ���� ��¹�5�K* ���% t�=���� �4��=6#����� ��%�/�01�2�%
:�� ! "��=�>�# *'8>�J�(�� ����J�9(, G��;
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya,
supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS al-Maidah:35)
����/%4�1�. ��� ����� ��������� i��
ª/�,*-�. *'�S� � i�� ! t �. { ��*I7�k :�Ok4�. ^��� ·¤*��� *'�#� ��«
9�t��#> ��«�% O4�� �%" :M,�� ��f � ����☺���� ¡ce� �%" :M,�� ���- 91�S���� �%�/�01�0�« :��
;<=�>�# ���� \_�% �V(k��.�« ����*�� ·)ºb_ ? �@ ��� �<g��k ���� t{ ,���. i�� q����»c° ? ^����% vv6#�% ){�J�N
G�;
“Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-
orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha
mengetahui.” (QS Al-Maidah:54)
g¤%" 5)P*>67�t V%" ���L�Z�b(,
�ª☺���% 'MJ�(�. ^��� ��� ����� ��%�/�01�2 *'�S� � 5)���% ��%�= ��K�.
i � ;V%�{ ���� \_�% ! "���#�$ \_�% ��f � ����☺���� ����= ��% ? ^����%
@Z-�@�[ ��☺� �(J�☺�(�, GH ;
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah
belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara
kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya
dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS at-Taubah:16)
�¼ �y�©kJ�(�2%" ���.���6#
nDs�������� Mc�$��☺ ��% /Q�57�☺���� ¤��-������ gi�☺⌧L
[i����� ����� ¤*�=�����% �-6[P��� �/�01�2�% :�� ;<=�>�# ����
? \_ �V�q�P57�. �/� � ���� S ^����% \_ � /*��/ �r*������ ��f �¡1�8��� GH�;
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang
mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan
Allah? mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang zalim.” (QS at-Taubah:19)
���� ����� ��������� ��%�-�2��D�% ��%�/�01�2�% :�� ;<=�>�# ����
g� s�u���%4� *'�6�89�%"�% �'�8g�%" ��2�$�{ �/� � ���� ?
�@B�1��4%C"�% (� �V%q�º��⌧9���� G`Q;
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi
Allah; dan Itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS at-
Taubah:20)
*<(� V�� �V�⌧L *'�L����� ���
*'8|����c�* %"�% *'�S���[���% * �S�2�%�§%"�% 5)�S(,�Z- »���%
xO���%"�% ��D�☺K�k�Z�b���� Rc�-1�0 ��% �V*�»�.%� ��D�{�I7⌧L �i6S1I7���% ���0��*IH*-�, 7J�t%" '8>�=���� �n � ���� ! "���#�$�%
@{��062�% :�� ! "��=�@�# ���F� �Z�b�k ?T¢y�t �«�Ok4�. ^��� !M*®%4� S ^����% \_ � /*��/ �r*������ �zfQ�671⌧9���� G`;
“Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-
isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah :24)
��%�- 9��� ��k�⌧96[ �_��� )�% ��%�/�01�2�% *'8> ����%4� *'�S6789�%"�% :�� ;<=�>�# ���� ?
*'�S ��� RZ*-�[ *'�S�� V�� 5)P��L ��☺MJ�(�, GH;
“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang
demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS at-Taubah
:41)
\_ �~�Q=���P57c° ��� �����
��� ����. ����� ¤*�=�����% �-6[P��� V%" ��%�/�01���.
5)�0 ����%4� *'�6�89�%"�% S ^����% @){�J�N ��fQ��K�☺����� G;
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, tidak
akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri
mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah
:44)
����/%4�1�. TQ�e���� /�01�2 �$�U98>���� ��fQ� 91c��☺�����% ³(J�´���% *'�*ZMJ�� ? *'�0��%k4���% ¯)e��0�2 � �&��� �% Z-6F�☺���� G¦�;
“Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka ialah
Jahannam dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.” (QS at-
Taubah :73)
���-�k �89�J���☺����
*' D /�(���☺� ��1MJ6[ QO�#�$ ���� ��¹(D�-⌧L�% V%" ��%�/�01�0�« 5) s�u���%4� *'�6�89�%"�% :��
;<=�>�# ���� ��������% \_
��%�- 9��, :�� �¥-������ S *<(� q$��� [)e��0�2 $/⌧�%" �½-�t ? *�� ����⌧L �V�0���9�. GH;
“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa
gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak
suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka
berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini".
Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka
mengetahui.” (QS at-Taubah: 81) Gi6S1�� �O�#&-��� �z� ������%
��������� �t�(�� ��%�/�01�2 5) s�u���%4� 5)�06789�%"�% ? �~B�1��4%C"�% �'�0�� ���Z*-�l����
� �@B�1��4%C"�% �'(D �V���J�9�☺���� G;
“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka
berjihad dengan harta dan diri mereka. dan mereka Itulah orang-orang yang
memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.” (QS
at-Taubah : 88)
Terdapat perbedaan antara ayat-ayat jihad periode Makkah dan ayat-ayat jihad
periode Madinah. Ayat-ayat jihad priode Makkah pada umumnya menyeru untuk
bersabar terhadap tindakan-tindakan musuh, disamping terus berdakwah secara lisan
ditengah-tengah umat manusia. Memang tidak ada pilihan lain bagi mereka selain itu.
Adapun ayat-ayat jihad priode Madinah, sesuai dengan kondisi umat Islam pada
waku itu, menyeru kaum mukminin untuk menghadapai musuh secara konfrontatif
dan mewajibkan mereka untuk memerangi penduduk Makkah. Adapun pesan-pesan
jihad Nabi SAW antara lain terungkap dalam hadis-hadis berikut:
-: -&> ا� ب: 0789د ر56 ا� -4, +123 ر+0ل ا� /*. ا� -*", و+*( اIJ2ة -*. E 1*= 3FG3'"9( اى ؟ : =*1 ی3 ر+0ل ا� اى اB72% اA@?% ؟=3ل
A �ا %"&+ .A 3دFK2اي ؟ =3ل ا )E :4ا02ا2>یMب )E =3ل �1 -: ر+0ل اN8)روا� ا3S&2ري( /*. ا� -*", و+*( و02 ا+PQ دP2 ,Gادن.
Abdullah bin Mas’ud berkata “ saya bertanya kepada Rasulullah, apakah amal
yang paling utama?” Nabi menjawab “shalatlah tepat pada waktunya”
“kemudian apa?” beliau menjawab “berbuat baik kepada kedua orang tua”
“kemudian apa lagi?” jawab beliau “berjihadlah dijalan Allah” lalu saya diam.
Jikalau saya bertanya lagi, tentu Nabi SAW menambahkan jawaban.” (HR
Bukhari)47
Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy menerangkan, penyebutan tiga macam amal
kebajikan yang utama itu adalah karena ketiganya merupakan lambang ketaatan-
ketaatan lainnya. Siapa yang mengabaikan shalat fardhu hingga melampaui waktunya
tanpa udzur, padahal shalat itu demikian besar keutamaannya, maka ia akan lebih
mengabaikan lain-lainnya. Siapa yang tidak berbuat kebajikan kepada orang tuanya
padahal demikian banyak hak mereka atas dirinya; maka ia akan lebih baik sedikit
berbuat kebaikan kepada selain keduanya; dan barang siapa meninggalkan jihad
menghadapai orang-orang kafir, maka terhadap berbagai kefasikan ia akan lebih tidak
peduli.48
-: اب: -&3 س ر56 ا3F4- ,**2 =3ل ر+0ل ا� /*. ا� -*", و+*( $ هMKة ب7> اVQ@2 وN2: ج3Fد )روا� ا3S&2ري(ون"X واذا ا+3A )GM@4Qن@Mوا
“Ibnu ‘Abbas berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda pada fathu
Makkah, tidak ada kewajiban hijrah setelah pembukaan kota Makkah. Yang
ada adalah kewajiban jihad dan memasang niat, jika kamu diseru untuk keluar
ke medan perang, maka berangkatlah.” (HR Bukhari)49
Terhadap Hadist diatas Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa hijrah merupakan
kewajiban setiap muslim pada masa awal Islam, karena sedikitnya jumlah kaum
47 Abu Abdillah al-Bukhariy, Shahih Bukhariy (T.tp.: Penerbit Daru Mathba’atisy-Sya’bi,
t.t.), h. 200. 48 Ibnu Hajar al-Asqalaniy Kitabul Jihad wa Siyar min Fathil Bari (Beirut : Darul Balaghah,
1985), h. 11-12. 49 Al-Bukhari, Shahih Bukhariy, h. 200.
muslimin di Madinah dan karena kebutuhan mereka untuk berhimpun. Setelah Allah
SWT membukakan kota Makkah dan orang berbondong-bondong masuk agama
Allah, maka dihapuskanlah kewajiban hijrah ke Madinah dan tetaplah kewajiban
untuk berjihad dan berniat sungguh menghadapi perlakuan atau tindakan orang kafir
yang selalu menganiaya pemeluk agama Islam, hingga mereka kembali kepada
agama mereka semula. Berkenaan dengan penganiayaan tersebut turunlah firman
Allah dalam surat An-Nisa’/4:97-100.50
eV�� ��� ����� �'�0��k��, (��SB�1MJ�☺���� ¹$ ☺ ����
*'�6�89�%" ������� ['{ k �y�©��L � ������� �e��L ��f 9�(g��K57�� :�� G¾*$P¨�� ? ��¹����� *'��%" gi�S�, ¯¾*$%" ���� ���(6#�%
��%�-62���☺�k ���Z k ? �@B�1��4%C4�k *'�0��%k4�� Ny�(�0�2 � g'�����#�% �Z-6F�� G�¦; }_��
��f 9�(g��P57�☺���� �n � QO��i�¥-��� ���I7 �����%
;V����;�����% \_ �V�(= l�K57c° X4��= t \_�% �V%�/�K*��/ ¿⌧=�@�# G�;
�@B�1��4%C4�k TIU�� ^��� V%" �89�(�. *'����� ? ��⌧L�% ^��� ��89�� ��$89⌧x G��; ¼ i���% *-62���/ :�� ;<=�>�# ���� g/60�« :�� G¾*$P¨��
��☺⌧x�-�� ��Z- ¿⌧L ���(�#�% ? i���% 5s�-�.�« Li � ! t P�o� �-62��0�� :M��� ���� ! "���#�$�% &'()
t�L$g/�. �'*��k¤�� g/���k �v���% �M�-g2%" :M,�� ���� S �V�⌧L�% ^��� ��$89⌧x ��☺{ t&$ GHQQ;
”Mereka yang diwafatkan oleh malaikat karena berbuat zalim terhadap
diri sendiri, malaikat bertanya “ dalam keadaan bagaimana kamu ini?” mereka
menjawab, “kami orang yang lemah dibumi ini.” Malaikat berkata “bukankah
bumi Allah luas dan kamu dapat berhijrah?” mereka itulah yang akan tinggal
di neraka – tempat kembali terburuk-. Kecuali mereka yang memang lemah
dan tertindas; laki-laki, perempuan dan anak-anak yang tak berdaya dan tak
50 Al-Asqalaniy, Kitabul Jihad, h. 12
ada bimbingan yang akan menunjukkan jalan. Kepada mereka, mudah-
mudahan Allah memaafkan. Karena Allah maha Pemaaf, Maha perngampun.
Dan barang siapa yang hijrah dijalan Allah. Dimeninggalkan rumahnya
berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian maut memburunya, Allah
senantiasa memberi pahala. Allah Maha Pangampun lagi Maha Pengasih.”
(QS an-Nisa’:97-100)
Abdullah Yusuf Ali menulis, bahwa ayat-ayat itu berkenaan dengan masalah
hijrah dari tempat-tempat biasa umat Islam dianiaya dan ditindas. Maka sudah
menjadi kewajiban kaum muslimin untuk meninggalkan tempat itu kendati tempat
tersebut kampung halaman mereka sendiri untuk menggabungkan diri dan
memperkuat barisan umat Islam. Mereka akan hidup aman dan dapat membantu
perjuangan melawan segala kejahatan yang terdapat di sekitar meraka. Islam
menyuruh tiap muslim untuk berjuang terus-menerus memerangi kejahatan. Untuk
perjuangan semacam itu kaum muslimin mungkin harus meninggalakan kampung
halaman lalu bersatu menyusun organisasi dan bersama-sama dengan saudara muslim
lain mengadakan serangan dan merobohkan benteng kejahatan. Kewajiban seorang
muslim bukan hanya menyuruh berbuat baik, tetapi juga mencegah kejahatan.51
%?Aا :ّN2 3ل= <FKن IAا %B72ا %?A3د اFK2ى اMن �3 =123 ی3 ر+0ل اF3 انF4- �ر6. ا XYZ3- :- )روا� ا3S&2ري(ا3FK2د \ّ] M&9ور
”Diriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa beliau berkata kepada
Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, telah ditunjukan kepada kami bahwa
jihad adalah amal yang paling utama; apakah kami tidak berjihad?”
Rasulullah menjawab, “untuk kalian, jihad yang paling utama adalah haji
mabrur.” (Al-Bukhari).52
Hadits tersebut menunjukan bahwa jihad bukanlah semata-mata bertempur di
medan perang. Berhaji juga disebut oleh Nabi sebagai jihad. Perlu dicatat bahwa
51 Yusuf Ali, al-Quran terjemah dan Tafsirnya, h. 211 52 Al-Bukhari, Shahih Bukhariy, h.12
ibadah haji disyariatkan pada akhir periode risalah Nabi di Madinah. Dengan
demikian Hadits tersebut disabdakan Nabi SAW lebih akhir dari turunya ayat-ayat
jihad yang menyeru kaum muslimin untuk berperang di jalan Allah.
%B- .*- .42ّ3ل د'A )*ّ+-*", و �/*. ا �-4, =3ل ج3ء رج% ا2. ر+0ل ا �ة ر6. اMیMاب5 ه :-B2ج اMاذا خ ^"_Q8G %3ل $ اج>� =3ل ه'A 3دFK20م ی7>ل اJGو MQ@G$0م و'QA <K89 %خ<G 3ه> انK
,20# .A :Q8"2 <3هKB2س اMA ة انMریMذ2` =3ل اب0 ه ^"_Q83ل و9: ی= M_@G$3ري(وS&2روا� ا(
”Abu Hurairah ra. Berkata, bahwa seseorang datang kepada Rasulullah
SAW dan berkata, “Tunjukalah kami amal yang setara dengan
jihad.”Rasulullah melanjutkan, “Dapatkah engkau –jika seorang mujahid
bertolak- masuk masjidmu lalu engkau melakukan shalat tanpa henti dan
engkau berpuasa terua menerus tanpa berbuka? Siapa orang yang dapat
melakukan demikian? Sesungguhnya kuda seorang mujahid bersuka ria pada
tali penambatnya.” (Al-Bukhari).53
-: اب5 +7"> اS2>ري ر56 ا� -4, ="% ی3 ر+0 اى ا34ّ2س اA %?A'23% ر+0ل ا� /*. ا� -*",
:9 )E 023= ,239ب4@8, و �ا %"&+ .A <3هK9: یa9 )*+وی>ع و �ا .'Q37ب یY2ش7 9: ا .A :9a9 3ل= �Mّ3ري (ا34ّ2س 9: شS&2روا� ا(
”Abu Said Al-khudri berkata, bahwa seseorang berkata kepada
Rasulullah SAW, “wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling utama?”
Nabi menjawab, “ seorang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan diri
dan hartanya.” Nabi ditanya lagi, “Kemudian siapa?’ Jawab Nabi, “seorang
mukmin tyang mengasingkan diri dari keramaian, bertakwa kepada Allah,
menghindari manusia dari kejahatanya.” (Al-Bukhari).54
-4, =3ل +17B ر+0ل ا� /*. ا� -*", و+*( ی'0ل c9% ا3FK2د A. +&"% -: اب5 هMیMة ر6. ا�ا� وا� ا-*( بB: ی3Kه> 5A +&"% ا� آcB% اZ3J2( اZ3'2( و0Gآ% ا� 3KB*2ه> F*"&+ 5A&3ن ی0Q=�3 ان
XB"4eاو M3 9^ اجB23+ ,7BجMاو ی X4K23ري (ی>خ*, اS&2روا� ا(
”Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa ia mendengar Rasulullah
SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang berjihad dijalan Allah-dan Allah
yang Maha Tahu siapa yang berjihad pada jalan-Nya – seperti orang yang
berpuasa dan mendirikan shalat malam. Allah menjamin orang yang berjihad
meninggal lalu ia memasukannya ke surga,atau mengembalikanya dengan
selamanya disertai pahala dan ghanimah.” (Al-Bukhari).55
53 Ibid., h. 200. 54 Ibid., h. 201. 55 Ibid., h. 202.
$آ3ن -&> ا� ب: 0789د ان ر+0ل ا� /*. ا� -*", و+*( =3ل 39 9: ن&5 بc7, ا� 5A اX9 =&*. ا-:2, 9: اQ9, \0اری0ن وا/3hب ی3خgون بQ48, وی'Q>ون بE �M93( انf*SG 3F 9: ب7>ه3 خ*0ف ی'020ن 39$ ی@7*0ن و ی@7*0ن 39 $ یM9aون BA: ج3ه3ده( ب">� 9a9 0FA: و9: ج3ه>� ب*38ن, 9a9 0FA: و9:
)روا� 89*( (ج3ه>د ب'*&, 9a9 0FA: وi"2 وراء ا$ی3Bن \&X خMدل
“Diriwayatkan dari Abdullah ibn Masud, bahwa Rasulullah SAW
bersabda,”Tidak seorang Nabi pun diutus Allah kepada suatu umat
sebelumku, kecuali ia memiliki pengikut-pengikut setia dari umatnya dan
beberapa sahabat yang melaksanakan sunahnya serta mengikuti perintahnya.
Kemudian datang sesudah mereka pengganti. Mereka mengucapkan sesuatu
yang tidak mereka lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan.
Maka siapa berjuang menhadapi mereka dengan tanganya, itu pertanda ia
mukmin. Siapa berjuang menghadapi mereka dengan lisanya pertanda ia
mukmin. Siapa berjuang menghadapi mereka dengan hatinya, pertanda ia
mukmin. Selain itu tak ada lagi tersisa iman, walau seukuran biji sawi.” (HR.
Muslim).56
Dari Hadits-Hadits tersebut dapat ditarik dua kesimpulan bahwa jihad
mengandung dua pengertian. Dalam arti sempit, jihad adalah perang di jalan Allah.
Hal ini ditunjukan oleh penyebutan kematian di medan jihad beserta perolehan
Ghanimah. Dalam arti luas, jihad adalah segala usaha yang memerlukan pencurahan
tenaga dalam rangka memperoleh ridha Allah, baik berbentuk ibadah khusus yang
bersifat individual, dalam hal ini haji, maupun ibadah umum yang bersifat kolektif,
berupa amar makruf nahi mungkar.
Di dalam al-Quran dan al-Hadis lafaz jihad digunakan dalam berbagai bentuk,
baik kata kerja maupun kata benda. Ayat-ayat jihad Makkiyah menggunakan kata
jihad dalam bentuk kata kerja lampau (fiil madhi) sebanyak tiga kali, yakni dalam QS
16:110, 29:6 dan 29:6; dalam bentuk kata kerja sekarang dan yang akan datang (fiil
mudhari) satu kali, yakni dalam QS 29:6; dalam bentuk kata kerja perintah (fiil amar)
56 Abu Husain Muslim, Shahih Muslim, Penerjemah AD Haanie (Yogyakarta: Penyiaran
Islam, 1962), h. 47-48.
sebanyak satu kali, yakni QS 25:52. sedangkan dalam bentuk kata benda digunakan
satu kali, yakni dalam QS 25:52 untuk menekankan tingkat atau kadar jihad yang
harus dilakukan oleh Nabi SAW. Bentuk fiil mengandung arti pergerakan, sedangkan
bentuk isim memberikan kesan kemantapan.57
Hal itu tergambar jelas misalnya dalam
QS An-Nisa/4:95, Al-Mukminun/23:1-11, Al-Ahzab/33:35 dan Al-Hujarat/49:15.
Adapun ragam penggunaanya dalam ayat-ayat periode Madinah adalah
sebagai berikut. Dalam bentuk kata benda asal (isim masdar) lafal jihad disebut tiga
kali, yakni dalam 9:24; 22:78; 60:1. sedangkan dalam bentuk kata benda pelaku (isim
fail) disebut empat kali, yakni dalam QS 4:95 diulang tiga kali dan dalam QS 47:31.
dalam kaidah tafsir dijelaskan bahwa penggunaan isim menunjukan tetapnya keadaan
dan kelangsunganya. Sedangkan fiil menunjukan timbulnya sesuatu yang baru dan
terjadinya suatu perbuatan. Masing kata-kata tersebut mempunyai tempat tersendiri
yang tidak bisa di pertukarkan satu dengan yang lain untuk tetap menghadirkan
makna yang sama.58
Dalam bentuk kata kerja, terdapat tiga macam, yakni kata kerja lampau (fiil
madhi), kata kerja sekarang (fiil mudhari) dan kata kerja perintah (fiil amar). Dalam
bentuk kata kerja lampau terdapat sebanyak 10 kali, yakni dalam QS al-
Baqarah/2:218; ali Imran/3:142; al-Anfal/8:72, 74, 75; at-Taubah/9:41, 73, 88; dan al-
Hujarat/49:15.dalam bentuk kata kerja sekarang sebanyak empat kali, yakni QS al-
Maidah/5:54; at-Taubah/9:44, 81 dan ash-Shaff/61:11. adapun dalam bentuk kata
57 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung, Mizan,1992), h. 116 58 Abd. Rahman, Kaidah-Kaidah Penafsiran Al-Quran (Bandung:Mizan ,1997), h. 60
kerja perintah sebanyak enam kali,yakni QS al-Maidah/5:35; at-Taubah/9:41, 73 86;
al-Hajj/22:78 dan at-Tahrim/66:9.
Pengulangan perintah jihad periode Madinah hingga enam kali menunjukan
aktivitas jihad dalam Islam. Dalam Khazanah Ulumul Quran terdapat kaidah
pemahaman, bahwa perintah permintaan melakukan sesuatu dari pihak yang lebih
tinggi kedudukannya kepada yang lebih rendah. Dalam konteks perintah dalam al-
Quran, yang dimaksud dengan pihak yang lebih tinggi kedudukanya ialah Allah SWT
sebagai pemberi perintah, sedangkan yang lebih rendah kedudukanya adalah
manusia.59
Menurut kaidah ushuliyyah, amar ada kalanya menunjukkan wajib, seperti
dalam QS 4;77 dan ada kalanya menunjukkan sunnat, seperti dalam QS 24:3360
.
dalam konteks perintah-perintah jihad dalam al-Quran, ayat-ayat jihad yang dimaksud
semuanya menunjukan perintah.
Lafal jihad dalam bentuk kata kerja perintah kadang di tujukan kepada orang
kedua tunggal dan adakalanya ditujukan kepada orang kedua jamak. Perintah jihad
bentuk pertama mengandung pengertian bahwa pesan tersebut ditujukan kepada
perseorangan dan dapat di laksanakan secara perseorangan dan dapat di lakukan
secara perseorangan pula, sebagaimana pesan untuk menyeru manusia ke jalan Allah
(QS an-Nahl)/16:125) dan perintah untuk menyeru kepada kebajikan (QS al-
Araf/7:199). Adapun perintah untuk orang kedua jamak mengandung pengertian
bahwa perintah tersebut ditujukan kepada khalayak agar dilaksanakan secara
berjamaah pula. Ini mengandung kemuingkinan maksud bahwa jihad tidak dapat
59 Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mutiara Ilmu Balaghah dalam ilmu maani. Penerjemah M.
Zuhri dan K Ahmad Chumaidi Umar (Surabaya: Mutiara Ilmu,1994), h. 24. 60
Ibid., h. 26.
terlaksana secara maksimal kecuali jika dilakukan secara bersama-sama atau melalui
kerja sama yang satu dengan lainya,seperti tertera dalam QS at-Taubah/9:41
Perintah jihad kepada kelompok tidak menutup kemungkinan untuk dapat
dilaksanakan oleh sebagian anggotanya. Jika demikian, mereka yang tidak terlibat
dalam Aktivitas tersebut sebagianya mengambil alternatif kegiatan lain yang boleh
jadi tidak kurang berharga daripada yang pertama. Keputusan demikian dapat diambil
berdasarkan firman Allah SWT :
¼ ����% ��⌧L �V�� ����☺���� ��%�- 9��{ � ���k��\| ? \_*MJ�k �-⌧9��
i � ;d<�L @���*- k *'��� � R�⌧9º��� ���0U�⌧9�K�{ À� :�� Gi. d���� ��%q$Q=��{ ��% 5)�0��*�� ����� ��¹�(�2�$ *'�*Z���� 5)�0�J�(�� �%q$⌧=���«
GH``;
”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS at-Taubah :122)
Dalam riwayat Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ikrimah dikemukakan
bahwa ketika turun ayat: illa tanfiru yu adzdzibkum adzaban aliman (QS At-
Taubah/9:39), ada beberapa orang yang jauh dari kota yang tak ikut berperang karena
mereka mengajar kaumnya. Maka kaum munafik berkata, “Celakalah orang-orang di
kampung itu karena ada orang yang tidak turut berjihad bersama Rasulullah”. Maka
turunlah ayat itu (QS At-taubah/9:122) yang memebenarkan orang meninggalkan
perang untuk menyebarkan ilmu dan menyebarkan kepada kaumnya.61
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abdullah bin
Ubaid bin Umar di kemukakan bahwa kaum mukminin, apabila diseru Rasulullah
SAW untuk di utus ke medan perang, mereka serta merta berangkat meninggalkan
Nabi beserta orang-orang yang lemah. Maka turunlah ayat ini sebagai larangan untuk
berangkat ke medan perang seluruhnya, melainkan harus ada yang tetap tinggal untuk
memperdalam pengetahuan agama.62
Sebagian ayat jihad disertai objek, misalnya at-Tahrim/66:9. objek jihad
dalam ayat tersebut adalah orang-orang kafir dan munafik. Sebagian lainnya tidak
menyebutkan objeknya, misalnya al-Baqarah/2:218 dan al-Maidah/5:35. suatu kaidah
penafsiran menyatakan bahwa jika suatu kata kerja transitif disebutkan dalam suatu
ayat tanpa disertai penyebutan objeknya maka objek kata kerja itu bersifat umum,
mencakup segala sesuatu yang terjangkau oleh lafal itu.63
Berdasarkan kaidah ini
dapat disimpulkan bahwa objek jihad tidak terbatas pada orang-orang kafir dan
munafik saja, tetapi mencakup siapa saja yang perilakunya tidak sejalan dengan
ajaran Tuhan.
Dari sisi lain sebagian ayat jihad menyebutkan sarana yang digunakan untuk
berjihad, misalnya an-Nisa’/4:95, al-Hujurat/49:15 dan sebagian lainnya tidak,
61 Qomarudin Shaleh dkk, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis turunnya ayat-ayat al-
Quran (Bandung : Mizan,192), h. 168. 62 Ibid., h. 169. 63 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran (Bandung: Mizan,1992), h.168
semisal an-Nahl/16:110, al-Ankabut/29:6 dan at-Tahrim/66:9. ini mengisyaratkan
bahwa sarana jihad adalah apa saja yang telah disebutkan Al-Quran, yakni harta
benda dan diri atau nyawa. Pengertian harta benda mencakup segala milik manusia
yang tidak melekat pada jasadnya. Adapun diri atau nyawa adalah sesuatu yang
melekat pada diri seseorang, baik berupa tenaga, pikiran, ilmu pengetahuan maupun
lainnya.64
Ayat-ayat jenis kedua mengisyaratkan kepada pelaku jihad untuk
menggunakan sarana apapun, sejauh tidak bertentangan dengan garis-garis agama.
Berjihad dengan demikian tidak selalu menggunakan pedang terhunus. Lisan dan
pena termasuk diantara sarana-sarana yang dapat digunakan secara efektif untuk
berjihad.
Jihad dalam bentuk apapun memerlukan persiapan yang memadai, seperti
diisyaratkan al-Quran:
eeV�� ���� oJ ��« �z� ����� �(J K1���. :�� ! "��=�>�# ��9I� )�0��%�⌧L ⌦i1�{�� �Q��*-e�
G;
”Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya
dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh.” (QS ash-Shaff :4)
���%$/ �%"�% '�0�� �e� )P�(�l�K5#�� i � uc&(� n ��%
6¯�� ¥$ ;<�=�l���� �@ D*-(, ! t� e%�/�� ���� *'8|e%�/���%
����-�[����% i � 5)�0 �%�{ \_ �'�0���☺MJ�(�, ^��� *'�0�☺MJ�(�. ?
����% ��8� 9�(, i � "�5T⌧� «�� ;<=�>�# ���� U���. *'�S*=����
5)P�%"�% \_ ��☺MJg8(, G Q;
64 Ibid., h.169
”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan
orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).”
(QS al-Anfal : 60)
Tujuan jihad adalah menegakkan kalimat Allah. Tegaknya kalimat Allah
tercermin dalam dalam kebajikan segala aspek kehidupan di dunia. Menyeru orang
berbuat baik dan melarang perbuatan mungkar merupakan jihad yang berlaku
sepanjang zaman. Hal itu dilakukan dengan bijaksana, dengan meyakinkan pihak lain
secara lemah lembut dan penuh pengertian. Jihad fi sabilillah dapat pula berbentuk
pembebasan budak dari perbudakan, memberi makan pada hari kelaparan kepada
anak yatim atau orang miskin yang sangat fakir (QS Al-Balad/90:13-16). Jihad dapat
pula berupa sedekah buat orang yang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam,
membantu orang yang dibelit hutang dan membiayai kegiatan-kegiatan sosial
keagamaan lainnya (QS At-Taubah : 60)
Jihad dilaksanakan berdasarkan tuntunan nash Quran dan Sunnah serta
teladan langkah-langkah perjuangan Nabi SAW sesuai dengan perkembangan situasi
dan kondisi dimana saja muslim berada. Aktivitas jihad dapat dirumuskan dalam dua
bentuk kegiatan besar, yakni sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kebajikan (amar
ma’ruf) dan pencegahan serta penghapusan kemungkaran (nahi mungkar). Al-Quran
menginginkan agar kaum muslimin mendukung terciptanya kondisi yang benar yang
bersumber pada kehendak Allah dan kepentingan masyarakat dalam seluruh
aspeknya.65
C. Pandangan Pakar tentang Jihad
Hasan Al-Bana seperti yang dikutip Yusuf Qaradhawi, menyatakan bahwa
jihad adalah salah satu kewajiban muslim yang berkelanjutan hingga hari kiamat :
tingkat rendahnya penolakan keburukan dan tertinggi perang dijalan Allah. Diantara
keduanya adalah perjuangan dengan lisan, pena dan tangan berupa pernyataan
tentang kebenaran dihadapan penguasa yang dzalim.66
Murtadha Mutahari, ulama syiah terkemuka, menitikberatkan arti jihad
sebagai perang yang sah bagi individu, suatu suku atau bangsa, untuk membela diri,
dan harta benda, sebagi salah satu tuntunan hidup manusia. Bentuk peperangan
apapun yang bermotivasi agresi, karena keserakahan untuk memperoleh harta
kekayaan serta sumber-sumber lain, untuk merampok sumber-sumber ekonomi atau
kemanusiaan, sama sekali tidak dibenarkan Islam. Jihad adalah perlawanan terhadap
setiap jenis agresi.67
Salman Al-Audah mengemukakan, bahwa jihad adalah memerangi orang
yang disyariatkan untuk diperangi, dari kalangan orang-orang kafir dan lain-lain. Dari
segi hukum, ia berlaku melalui fase-fase berjenjang sebagai berikut. Pertama
fase”tahanlah tanganmu” yang mencakup periode Makkah. Saat itu mukmin tidak
diperkenanakan memerangi orang-orang kafir secara syari. Mereka berjihad dengan
65 Muhammad Husain Fadhlullah, Islam dan Logika Kekuatan. Penerjemah Afif Muhammad
dan Abdul Adhiem (Bandung : Mizan, 1995), h. 38. 66 Yusuf Qaradhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna. Penerjemah Bustami
A Gani dan Zainal Abidin Ahmad (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), h. 74. 67 Murtadha Mutahari, Jihad. Penerjemah. M Hashem (Bandar-Lampung: YAPI,1987), h. 27-
51.
Al-Quran dan dakwah dalam keadaan damai. Kedua, fase “telah diizinkan berperang
bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dizalim”. Ketiga
fase ”perangilah kaum musyrikin semua, sebagaimana mereka memerangi kamu”.68
Taufiq Aliy Wahbah menyatakan bahwa jihad adalah pengerahan segala
kemampuan dan potensi dalam memerangi musuh. Jihad diwajibkan atas kaum
muslimin demi membela agama Allah. Jihad baru dilakukan setelah timbulnya
gangguan-gangguan yang dilakukan musuh terhadap kaum muslimin, berlandaskan
Al-Quran :
���(J K1���% :�� ;<=�>�# ���� ��� ����� 5)�S��(J K1���. \_�%
��9%�/�K�(�, ? }�� ���� \_ oJ6��. �z� /�K�(�☺���� GH�Q;
”Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-Baqarah:190)
Ia juga menguraikan tentang sebab-sebab dan tujuan perang, unsur unsur
kemanusiaan Islam dalam perang , konsep Darul Islam dan Darul Harb dan
perlakukan Islam terhadap tawanan perang.69
Sayyid Sabiq dari kalangan ahli fiqh
menulis, bahwa jihad adalah meluangkan segala usaha dan berupaya sekuat tenaga
serta menanggung segala kesulitan didalam memerangi musuh dan menahan agresi.70
Jamilah Jitmoud menulis, bahwa jihad seringkali diterjemahkan kedalam
bahasa inggris dengan holy war. Jihad sesungguhnya berarti berjuang membela Islam
68 Salman Al-Audah, Jihad : Sarana menghilangkan Ghurbah Islam. Penerjemah Kathur
Suhardi (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,1993), h. 14-21. 69 Taufiq Ali Wahbah, Jihad dalam Islam. Penerjemah Abu Ridha (Jakarta: Media
Dakwah,1985), h. 21 70 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah. Penerjemah Kamaludin A. Marzuki (Bandung: Al-
Maarif,1987), h. 50.
yang terkadang menghadapi ancaman dari dalam, ia dapat berbentuk perang.
Berperang bukan karena Allah, melainkan karena kekayaan, kemashuran, kekuasaan
dan lain-lain adalah termasuk perbuatan syirik. Menghindari jihad karena ketakutan
adalah syirik juga, karena menempatkan rasa takut disakiti oleh manusia diatas rasa
takut dan rasa hormat kepada Allah serta tidak dapat kepada perintah Allah. Jihad
karena Allah adalah bukti keimanan.71
Menurut Mahmood Shehabi, dalam keadaaan tertentu jihad berupa perang
adalah kewajiban segenap kaum muslimin untuk membela Islam. Hasan Ismail
Hudhaibi, pemimpin Ikhwanul Muslimin, menulis bahwa jihad termasuk fardhu
kifayah, yakni tanggung jawab yang harus dilaksanakan bersama.72
Abul A’la
Maududi menulis, jihad adalah salah satu sistem kerohanian Islam yang lima: shalat,
puasa, zakat, haji dan jihad. Jihad ialah usaha manusia muslim sekuat tenaga untuk
menyebarluaskan kalimatullah dan menjunjung setinggi-tingginya, membuatnya
berlaku dan terlaksana di muka bumi dengan menyingkirkan segala perintang, baik
melalui kata-kata yang terucap (lisan), kata-kata yang tertulis (pena), maupun dengan
kekuatan senjata, dengan tujuan agar manusia hidup penuh dedikasi dan bersedia
mengorbankan jiwa raga. 73
Sultan Mansur menulis, jihad adalah bekerja sepenuh hati untuk menegakkan
agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya. Jihad tersebut dilakukan melalui tahap-
tahap dengan persyaratan yang harus dipenuh: adanya roh suci yang menghubungkan
71 Jamilah Jitmoud dalam Mumtaz Ahmad (Ed), Masalah-Masalah Teori Politik Islam.
Penerjemah Ena Hadi (Bandung: Mizan, 1993), h. 171-177. 72 Shehabi dalam Kenneth W. Morgan (Ed), Islam Jalan Lurus. Penerjemah Abusalamah dan
Chaidir Anwar (Jakarta : Pustaka Jaya,1986), h. 248. 73 Munawwar Ahmad Anees dalam Ziauddin Sardar dan Merryl Wyn Davies, Wajah-wajah
Islam. Penerjemah A.E Priono dan Ade Armando (Bandung : Mizan,1992), h. 107.
makhluk dengan Khaliknya; roh suci itu menimbulkan tenaga dinamis aktif yang tahu
keharusan untuk berbuat sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan; dimulai dengan
‘ilmul-yaqin. Kegiatan jihad dilaksanakan, baik di waktu perang maupun damai.
Jihad di waktu perang relative terbatas, karena perintah perang adalah juga terbatas;
ketika keadaan menghendaki. Adapun di waktu damai jihad artinya membangun,
menegakkan dan menyusun. Ia menghendaki kekuatan tenaga otak, keikhlasan
berkorban harta benda dalam mengisi jiwa dan mendidik umat. Jihad tidak boleh
berhenti hingga hari kiamat.74
Seyyed Hossein Nasr mengemukakan signifikasi spiritual jihad. Menurut
Nasr, Penerjemah jihad menjadi “perang suci”, yang dikombinasikan dengan
pemikiran Barat yang keliru tentang Islam sebagai agama pedang mengurangi arti
nilai batini dan spritiualnya serta mengubah konotasinya. Karena itu dalam
mengahadapi ketergantungan dunia pada perubahan, gejala waktu yang fana dan silih
bergantinya eksistensi duniawi, untuk tetap berada dalam keseimbangan diperlukan
usaha berkesinambungan berupa jihad pada setiap tahap kehidupan. Pada setiap
momen kehidupan manusia harus berusaha menunaikan jihad batini menuju realitas
Ilahi. Melalui jihad batini manusia spiritual mati dalam kehidupan ini, supaya bangkit
menuju realitas yang merupakan sumber semua realitas.75
Dari beberapa pengertian jihad menurut para pakar yang telah dijelaskan
diatas terdapat dengan Jelas tiga perbedaan pemaknaan. Pertama yang menekankan
arti jihad sebagai perang fisik menghadapi orang Kafir dan musyrik, tokoh yang
74 Ibid., h. 127 75 S.H. Nasr, Islam Tradisi di Tengah Dunia Modern (Bandung:Pustaka,1994), h.25-26
memiliki pemaknaan seperti ini yaitu Salman Al-Audah, Taufiq Aliy Wahbah,
Murtadha Muthahari, Aliy bin Nafayyi, Sayyid Sabiq, Hans Wehr. Kedua yang
menekankan arti jihad sebagai perang psikis menghadapi hawa nafsu, tokonya yaitu :
Farid Esack, Munawar Ahmad Anees, Joyce M Davis, Sayyed Hossein Nasr.
Sebagian lainnya menekankan arti jihad secara terpadu, meliputi perang psikis dan
fisik, Tokohnya yaitu : Yusuf Qaradhawi, Abul Ala Al-Maududi, Kamil Salmah,
Sultan Mansur, Ibnul Qayyim, Hasan Al-Bana.76
Dari ketiga klasifikasi pemaknaan tentang jihad, Yusuf Qaradhawi tergolong
pada pemaknaan yang ketiga yaitu arti jihad secara terpadu (psikis dan perang).
Menurutnya, jihad adalah mencurahkan atau menanggung kemampuan fisik, jiwa,
dan amal untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi.
Dimulai jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap kezhaliman dan kerusakan di
masyarakat, setelah itu barulah jihad terhadap orang-orang Kafir dan munafik.77
Yusuf Qaradhawi mengutip Ibnul Qayyim didalam karyanya yang sangat
populer, “Zad Al-Maad” membagi jihad kedalam tiga belas tingkatan. Empat
tingkatan termasuk kedalam jihad nafsu, dua kedalam jihad setan, tiga kedalam jihad
kedzaliman, kerusakan, dan kemungkaran didalam masyarakat, serta empat kedalam
jihad orang Kafir dan orang-orang munafik yang bisa dilakukan dengan tangan, lisan,
harta, dan hati. Diantara keempat tingkatan tersebut hanya satu yang masuk kedalam
76 Muhammad Chirzin, Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad (Jakarta :
Departemen Agama RI, 2005) h. 36 77 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan
Islam Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
2007) h. 71
nama yang lebih dikenal dengan nama jihad, yaitu memerangi orang Kafir dengan
pedang dan tangan.78
Yusuf Qaradhawi mengkritik pemaknaan dari kalangan Muslimin maupun
kalangan non-Muslim yang memaknai jihad secara sempit. Dari kalangan Muslim
banyak yang menyempitkan makna jihad hanya pada batas perang, mengangkat
senjata untuk memerangi musuh Islam.79
Yusuf Qaradhawi mencontohkan kelompok-
kelompok yang menisbatkan dirinya kepada kata jihad, seperti ada yang bernama
”Jamaah Al-Jihad” dalam beberapa negara Islam.80
Adapun pemahaman jihad dari golongan non-Muslim, ada yang
menggambarkan jihad adalah memerangi manusia keseluruhan untuk memaksanya
agar masuk Islam, atau menundukan mereka secara paksa kepada pemerintahan kaum
Muslimin.81
Padahal Jika ada orang yang meneliti teks menurut Yusuf Qaradhawi
pasti akan menjumpai perbedaan antara pengertian Jihad dan Qital. Setiap Muslim
harus menjadi Al- Mujahid tetapi tidak harus menjadi Al-Muqatil, kecuali dia
memang harus melakukan peperangan.82
sebagaimana firman Allah :
IJ K�L �'8>�=MJ�N �O��PQ����� �(D�% RM*-�L *'�S�� � �TIU���% V%"
��(D�-S�, �X��=⌧� �(D�% RZ*-�[ *'8>�� � �TIU���% V%" ��#>6�(,
�X��=⌧� �(D�% <Z\] *'�S�� S ^����% �'MJ�(�. 5)P�%"�% \_ ��☺MJ�(�, G`H ;
78 Ibid., h. 71-72 79 Yusuf Qaradhawi Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini
(Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996) h. 374 80 Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam, Terjemah M. Abdillah Noor Ridlo: Cet 1 (Jakarta:
Khalifa: 2004) h. 210 81 Ibid., h 210 82 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat...... h. 72
Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik
bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al-
baqarah :216)
Yusuf Qaradhawi juga menjelaskan bahwa didalam al-Quran telah
menceritakan jihad fase Makkah, sebelum disyariatkannya peperangan. Jihad tesebut
berupa dakwah, menyampaikan risalah, dan memberikan hujjah. Ia adalah Al-Jihad
Al-Bayani (jihad dengan memberikan penjelasan) dari al-Quran.83
Sebagaimana
firman Allah Subhanahu Wa Taala kepada Nabi Muhammad didalam surat al-Furqan
ayat 52 :
\⌧�k nv l(, �z�- 91⌧>���� '(Dg/�01�2�% ! t� ��{��062 ��Z-�@\| G�`;
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang Kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar. (QS Al-Furqan
Ayat :52)
D. Sejarah dan Perkembangan Jihad
Dalam perkembangannya makna dan fungsi jihad telah mengalami perubahan
yang sangat signifikan, sesuai perkembangan zaman, kondisi, dan kebutuhan yang
berlaku. Hal itu bisa dilihat dalam sejarah Islam, yaitu di mulai pada masa awal Nabi
Muhammad SAW diutus oleh Allah di Kota Makkah dan setelah hijrah ke Kota
Madinah, hingga masa sahabat sampal perkembangannya pada saat kini.
1. Jihad Periode Makkah
Makkah adalah kota suci umat Islam, kota kelahiran Rasulullah Muhammad
SAW. Menurut istilah Arab kuno ia disebut Bakkah (QS.3:96). Selain itu dalam Al-
83 Ibid., h. 73
Quran kota ini dikenal sebagai Ummul Qura (QS.42:7) dan al-Balad al-Amin (QS.
95: 3).84
Pada usia empat puluh tahun, sekitar tahun 611 M, Nabi Muhammad
mengumumkan kenabiannya di Makkah dan menyampaikan ajarannya tentang
keesaan Tuhan, yang dengan demikian membuang 360 dewa-dewi yang berada di
tempat suci Ka’bah. Ia dihormati oleh orang-orang Makkah karena kasih sayangnya,
kejujurannya, kesucian karakternya, kesopanannya, kebenarannya sehingga di
panggil Amin (dapat dipercaya).85
Kenabian adalah kemuliaaan pemberian Tuhan.
Dialah yang memilih hamba-hamba-Nya yang dikehendaki dan Dialah yang
mengkhususkan keNabian dan risalah kepada orang-orang yang Dia inginkan, karena
kenabian merupakan beban berat yang tidak akan kuasa menjalankannya kecuali
orang-orang yang dikehendaki-Nya.86
Sesuai dengan firman Allah:
�e� {��. �z� ����� ��%�-⌧9⌧L gi � ;<�D%" QJ1�K6S���� \_�%
��f L�Zg��k¤�� V%" �Oeh�X�. '8>�=MJ�N gi � �Z*-�[ i � *'8>�M &$ S ^����% Z¯�K�.�« ! t K�☺gt�-� i�� q����»c° ? ^����% %(� ;<g�⌧9����
Q){ 8�(���� GHQ�;
”Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada
menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu.
dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-
Nya (kenabian); dan Allah mempunyai Karunia yang Besar.” (Q.S. al-
Baqarah: 105)
Ketika Nabi SAW mendekati usia empat puluh tahun, pada saat berada di gua,
pada hari senin, 17 Ramadhan 610 M, ketika sedang khusuk bertafakkur muncul
84 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 59
85 Abdurrahman Wahid, Islam tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 48 86 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 64.
malalkat (Jibril AS) yang menyuruhnya membaca, sambil berkata, "Bacalah dengan
nama Tuhanmu Yang telah Menciptakan-Menciptakan manusia dari alaq”,87
Itulah
wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW, Rasul terakhir dan penutup para
Nabi.
Nabi bangkit berjihad mengamalkan panggilan Allah dengan sangat hati-hati
dan mantap. Mengajak umat manusia menghadap Allah, menuju jalan lurus, jalan
penyerahan dan penghambaan sejati.88
Aktif berjihad dengan dakwah, memberi
pemahaman dan pengajaran kepada penduduk Makkah tanpa mengenal lelah dan
menyerah. Ajaran yang dapat disebut paling awal dari Rasulullah. Pertama
mengenalkan sifat-sifat Allah yang Maha Kuasa, Maha Pemurah, yang menciptakan
manusia dari "alaq", yang mengajar dari kalam, yang mengajar manusia apa yang
tidak diketahui. Sebagai pemberi ingat, Rasulullah mengajak manusia. untuk
memperhatikan gejala-gejala alam dan melihat kebesaran Tuhan Pencipta sebagai
bukti kemaha kuasaan-Nya. Kedua, berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.
Ketiga, mendirikan shalat, sebagai sambutan atas kemurahan Tuhan. Keempat,
mengabarkan, bahwa Tuhan tempat semua manusia akan kembali. Kelima,
Muhammad adalah utusan Allah.89
Ajaran yang di bawa oleh Nabi tersebut, menjadikan kemarahan hampir
seluruh penduduk kota itu. Kelompok dominan di Makkah menyerang Nabi
Muhammad dengan fitnahan dan membiarkan siksaan tak henti-hentinya ditimpakan
pada dirinya dan orang-orang yang mengikutinya. Kemanapun Nabi pergi dan tinggal
87 Q. S. al-Alaq [96]: 1-5. 88 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 67. 89 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 71.
beliau selalu mendapatkan perlakuan yang kasar dan tidak manusiawi.90
Nabi dan
keluarganya diasingkan. Sepanjang periode ini tidak pernah mengutuk seorang pun,
juga tidak pernah melontarkan pernyataan yang melecehkan seseorang. Betapa Allah
senantiasa memerintahkan Nabi-Nya untuk bersabar dan menahan derita dalam
menghadapi masyarakat Arab. Karena Nabi Muhammad pada dasamya adalah
pembawa peringatan dan bukan pembangun kerajaan melalui kekerasan.91
Sebaliknya
Nabi berdoa agar hidayah dan keselamatan di anugerahkan bagi mereka. Periode
penghambatan berlanjut selama dua belas tahun. Kemudian ada rencana pembunuhan
terhadap dirinya sehingga ia terpaksa hijrah ke Madinah.92
2. Jihad Periode Madinah
Hijrah dalam Islam, bukanlah merupakan realitas yang menjadi monopoli
sejarah Islam belaka, tetapi merupakan fenomena universal yang menjadi landasan
sosial penting. Hijrah (migrasi) adalah pemutusan yang sangat keterkaltan
masyarakat terhadap tanahnya. Ia bisa mengubah pandangan yang luas dan
menyeluruh, yang pada akhirnya hilanglah kejumudan, kemerosotan sosial,
pemikiran dan perasaan, sehingga masyarakat tersebut berubah menjadi masyarakat
yang dinamis.93
Peristiwa hijrah diungkap dalam Al-Quran sebagai berikut:
eeV�� �z� ����� ��������� [i.Q=�����% ��%�-�2��D ��%�/�01�2�% :�� ;<=�>�# ���� �@B�1��4%C" �V�2*-�. I��☺gt�$
���� ? ^����% ⌦$89⌧x �)= t&$ G`H;
90 Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48. 91 Quraish, Membumikan Al-Quran, h. 283. 92 Wahid Islam tanpa Kekerasan, h. 48. 93 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 73.
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang
berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat
Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.al-Baqarah:
218)94
��� ������% ��%�-�2��D :�� ����
Li � /�(� ��� ���¡8� *'�0e��Â;¥�@���� :�� ��=��$/���
����I7�t � �-g2�¨�% c�-6[P��� Z���L%" ? *�� ����⌧L �V�☺MJg(�. GH;
”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka
dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di
dunia. dan Sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka
mengetahu.” (QS. an-Nahl 41)
Keadaan Madinah sebelum datangnya Nabi Muhammad tidak berbeda dengan
keadaan di Makkah. Pelanggaran hukum merupakan keadaan sehari-hari, berperang
antar suku, tidak tertib. Sehingga mereka memerlukan perdamaian dan keamanan.
Adapun golongan Yahudi, hidup bersatu dan makmur di sana.95
Lalu Nabi
mengembangkan dakwahnya di Madinah. Dalam tempo yang amat pendek saja
setelah melakukan pendekatan-pendekatan yang efektif dan tidak pernah mengenal
lelah, seluruh penduduk Madinah, kecuali beberapa golongan orang Yahudi, telah
masuk Islam. Tahun pertama di Madinah ditandai dengan masuk Islamnya seorang
pakar dan pendeta Yahudi Abdullah bin Salam. Lalu diikuti dengan masuk Islam
yang lainnya dari penduduk Madinah. Peristiwa ini sangat mengejutkan kalangan
orang-orang Yahudi.96
Sehingga menambah kebencian dan kemarahan orang Yahudi
terhadap Nabi dan pengikutnya. Dengan demikian menjadikan umat Islam bersikap
95 Chirzin, Jihad Dalam Al-Qur’an, h. 80. 96 Ibid, h. 89.
waspada terhadap serangan yang sewaktu-waktu datang.
Nabi ketika berada di Madinah banyak mendapatkan serangan serangan dari
orang-orang kafir, baik dari dalam Madinah sendiri maupun dari luar, seperti
Makkah. Dalam menghadapi hal ini Nabi mencoba jalan dengan cara berdiplomasi
dengan mereka untuk berdamai dan menghentikan aksi kekerasan, peperangan, akan
tetapi ketika usaha tersebut tidak dapat ditempuh, maka tidak ada pilihan lain kecuali
melakukan aksi peperangan.97
Di dalam Islam scndiri bcrpcrang bukanlah suatu tindakan yang dilarang,
akan tetapi ketika berperang umat Islam tidak diperkenankan untuk membunuh orang
tua, wanita dan anak-anak serta tidak boleh berlebih-lebihan.98
Dan harus seminimal
mungkin. Hanya untuk pertahanan diri (defensif) tidak untuk agresi militer. Karena
dalam sejarah walaupun Nabi di perintahkan untuk berjihad melawan orang-orang
munafik Nabi tidak pernah kontak senjata dengan mereka, walaupun sebenamya bias
saja Nabi melakukan hal itu.
Seperti yang tergambar di dalam Al-Qur'an, ayat-ayat yang turun pada periode
Madinah, jihad dengan istilah perang secara tisik lebih menonjol. Berbeda sekali
dengan jihad yang dilakukan oleh Nabi ketika berada di Makkah yang melakukan
aksi jihadnya lebih kepada aksi kemanusiaan, dengan berdakwah dan mendidik,
mencerdaskan umat, memerangi tradisi-tradisi kejahiliyahan dan mengenalkan ajaran
Islam.
Pada periode ini Nabi beserta umatnya memang banyak terlibat dalam aksi
97 Wahid, Islam tanpa Kekerasan, h. 48. 98 Q. S. al-Baqarah [2]: 190
peperangan. Dan jihad dalam aksi peperangan merupakan cara yang efektif
memobilisasi umat Islam untuk mematahkan serangan serangan kaum kafir yang
telah menganiaya dan mengganggu kehidupan mereka. Peperangan yang terjadi
ketika Nabi berada di Madinah antara lain, Perang Badar, Perang Uhud, Perang
Hunain dan perang-perang lainnya.99
Walaupun dalam kondisi peperangan, Nabi juga
tak luput untuk melakukan jihad dalam bentuk yang lain, seperti membekali umatnya
dengan pendidikan dan akidah yang kuat. karena, sessuai dengan fungsi Nabi yang
diutus untuk menyebarkan risalah Tuhan. secara damai, bukan dengan paksaan atau
kekerasan.
Pada masa-masa selanjutnya setelah Nabi wafat, perjuangan dan dakwah
Islam dilanjutkan oleh para sahabat. Penganiayaan yang dilakukan oleh orang kafir
terhadap umat Islam tidak kunjung usai dan selalu berakhir dengan aksi peperangan.
Khalifah keempat, Umar bin Khattab, yang sadar akan bahaya penyalahgunaan
konsep jihad untuk kepentingan material dan penindasan kaum lemah, pada saat-saat
melarang ekspedisi militer. Dengan semangat yang sama Umar bin Abdul Aziz,
kepala pemerintahan Dinasti Umayyah tahun 99-101 H., yang dikenal bijaksana,
pernah pula memerintahkan tentara-tentaranya yang sedang mengepung
Konstatinopel (Kerajaan Kristen) untuk kembali kepangkalan. Umar bin Abdul Aziz
lalu mengucapkan kata-katanya yang tak terlupakan, “Tuhan mengutus Muhammad
untuk memberi petunjuk, sama sekali bukan untuk mengumpulkan jizyah (pajak)"
melalui ekspansi militer.
99
Yusuf Qardhawi, Umat Islam Menyongsong Abad ke-21 (Solo: Era Intermedia, 2001), h.
55.
Pada masa setelah wafatnya Khalifah Usman RA. Yang meninggal akibat
pembunuhan, telah menjadikan umat Islam menjadi tiga kelompok. Salah satunya
adalah kelompok radikal Khawarij (kaum pembelot) kelompok yang bertanggung
jawab atas pembunuhan khalifah Ali RA. Kelompok ini berpendapat bahwa
kewajiban umat Islam bahkan setiap individu untuk berjihad (mengangkat senjata)
guna mengakan keadilan sesuai perintah Tuhan. Ketidakadilan bagi mereka adalah
sama dengan kezaliman dan kezaliman tidak ubahnya dengan kekufuran, sehingga
pada gilirannya mereka yang berlaku tidak adil harus diperlakukan sama dengan
orang orang kafir (dapat dibunuh).100
Bahkan ajaran mereka menganggap jihad
sebagai rukun Islam yang keenam.101
Juga sebagai rukun iman.102
Setelah kekhalifahan yang empat berakhir kepemimpinan Islam terus berganti
di pimpin oleh khalifah-khalifah baru, peperangan antara umat Islam dengan kaum
kafir masih terus berlangsung. Di antara peperangan tersebut antara lain, salah
satunya adalah perang Salib. Umat Islam masih menjadikan tema jihad dengan arti
100 Ibid., h. 285. 101 Wahid dkk, Islam tanpa Kekerasan, h. 11. 102 Fazlur Rahman. Islam, (Bandang: Pustaka, 1997), cet. 3, h. 42.
perang, karena hal itu menjadi penyemangat kaum Muslimin untuk melakukan
perlawanan terhadap kekuatan musuh.
Demikian sejarah perkembangan makna jihad pada periode Makkah dan
Madinah, pada periode makkah makna jihad lebih identik dengan makna dakwah dak
tarbiyah dan makna perang di jalan Allah pada periode Madinah. Pembagian periode
ini bukan berarti bahwaislam ketika lemah dan minoritas berdakwah dengan santun
dan ketika berkuasa dan mayoritas berperang. Pada hakekatnya Islam menolak
peperangan seperti ada fase Makkah, di izinkannya berperang oleh Allah SWT
bukanlah karena Islam sudah mempunyai kekuatan tetapi peperangan merupakan
alternatif terakhir setelah diusahakan untuk berdamai dan tidak terjadi kesepakatan.
Berperang hayalah untuk mempertahankan diri (defensif) dari perbuatan zalim
musuh-musuh Islam.
Bahkan sekiranya terjadi peperangan juga, di medan perang tentara yang
saling bertikai oleh Islam diberikan batasan untuk tidak membunuh kecuali kepada
orang yang memerangi. Maka ketika Nabi melihat seorang perempuan yang mati di
salah satu pertempuran beliau langsung mengingkarinya. Tidak selayaknya
perempuan ini ererang dan Rasulullah telah melarang membunuh kaum perempuan
dan anak-anak.
BAB IV
KONSEPSI JIHAD MENURUT YUSUF QARADHAWI
A. Hakekat dan Tujuan Jihad
Allah mewajibkan jihad yang tujuannya adalah: meninggikan kalimat yang
hak dan membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu, kezaliman seorang raja,
dan khurafat. Selain itu, jihad bertujuan menegakkan keadilan, memberantas
kebatilan, mempertahankan akidah, jiwa, nama baik, dan harta benda. Sebaliknya,
Islam sangat mengharamkan penganiayaan, kezaliman, dan sejenisnya: Islam sangat
menghargai kebebasan dan tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama ini,
Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256 berikut :
b b_ cM��-�L�� :�� ;�� d���� � /�� ��ef�>e, �/g�h-��� [i � T⌧*���� ? i�☺�k *-89S�. '�51�l����
mn ����.�% ����� /���k �@I7g☺�K5#�� c�%5o�(����� ?:�p�)q���� \_ �r�IF 9��� �cstu S
^����% vv= 9⌧w xyv�J�N G`� ;
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya
ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus.
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Jihad dalam Islam bukan bertujuan merampas harta, atau lainnya. Perang
merupakan alternatif terakhir dalam dakwah. Perang dalam Islam bukan untuk
menyerang, tetapi untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan menangkis
tindakan yang melampaui batas dari musuh.103
Untuk memperjelas subtansi jihad
agar tidak diidentikan dengan aksi mengangkat senjata Al-Quran membedakan antara
konsep qital (interaksi bersenjata) dengan konsep jihad.
Jihad jelasnya menunjuk kepada suatu konsep yang lebih komprehensif,
dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata.
Namun, jihad dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat
tertentu khususnya dalam rangka mempertahankan diri.104
Agaknya karena
pengertian sisi sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad
yang mengundang kontroversi dan pertikaian pendapat.105
Seperti pandangan dunia
Barat yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan
mengartikan jihad sebagai holy war (perang suci).106
Jadi, hakekat jihad adalah mengerahkan segenap tenaga atau kemampuan,
atau menanggung beban dan resiko dalam memenangkan kebenaran dan kebaikan,
dalam melawan kebatilan, keburukan, dan kerusakan dengan cara yang dibenarkan
syariat, dimulai dari diri sendiri dan meluas hingga sekalian alam.107
B. Dimensi-Dimensi Jihad
Pemaknaan jihad yang komprehensif merupakan jawaban terhadap
pemaknaan jihad yang sering disalahfahami oleh kalangan umat Islam dan non-
103 Muhammad Faiz al-Math, Keistimewaan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h.
127. 104 Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan
Islam. Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,
2007), h. 71. 105 Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung : Mizan,1996), Cet. 3, h. 284. 106 Abdurrahman Wahid, Islam Tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LKiS, 2000), Cet. 2, h. 10. 107 Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam. Penerjemah M. Abdillah Noor Ridlo (Jakarta : Khlifah,
2004), h. 210.
muslim serta solusi dari problematika keumatan kontemporer. Pemaknaan jihad
dengan makna yang komprehensif akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Jihad Perang
Seperti kebanyakan para tokoh Islam yang berpendapat bahwa jihad di medan
peperangan seharusnya dapat dihindari dan tidak perlu terjadi apabila jalan damai
dapat dilakukan oleh umat Islam. Selain itu pengaruh yang ditimbulkan dari
peperangan berdampak buruk, destruktif dan merusak semua tatanan yang ada, tidak
saja materi tapi juga non materi.
Yusuf Qaradhawi berpendapat jihad yang dapat ditangguhkan hanyalah jihad
dengan senjata atau jihad di medan perang, sementara jihad dengan dakwah dan
penerangan, atau jihad dengan al-Qur’an tegak berdiri sejak hari pertama.108
Jihad di
medan perang dapat dilakukan apabila umat Islam dianiaya, apa yang menjadi milik
umat Islam dirampas dan dikuasai olehnya, mereka juga merusak dan menyerang
daerah umat Islam. Menjadi wajib bagi umat Islam untuk melakukan perlawanan dan
memerangi mereka.109
Seperti yang terjadi pada kasus Palestina dengan Israel.
Menurutnya masalah Palestina adalah masalah seluruh kaum Muslimin, dan bukan
hanya persoalan orang Palestina atau bangsa Arab semata.
Menurutnya jalan damai dengan Israel itu adalah haram, dengan menampilkan
nash-nash al-Qur’an dan dengan kacamata fikih realitas yang sangat tidak
108 Yusuf Qaradhawi, Fikih Prioritas (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 226. 109 Dikutip dan disarikan dari Hudzaifah.org Al-Quds Qadhiyyatu Kulli Muslim, Yusuf
Qaradhawi, Maktabah Wahbah, Cairo, Mesir. Artikel Diakses Pada 23 April 2009 dari
http://www.denpatrol.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/01/tgl/09/time/163511/idnews/
728432/idkanal/10)
memungkinkan untuk dilakukan.110
Beliau mengkritik Syaikh bin Baz, mufti kerajaan
Arab Saudi, yang berpendapat bolehnya berdamai dengan Israel dengan alasan-alasan
yang diambil dari al-Qur’an maupun Sunnah. Menurutnya kesalahan Syaikh bin Baz
adalah bukan dalam hukum syariah dan dalil-dalil yang beliau ambil. Kesalahannya
adalah penempatan hukum pada realitas yang pada saat ini. Aplikasi hukum tersebut
kelihatan pincang. Syaikh bin Baz mendasarkan fatwanya pada dua perkara atau di
atas dua dalil. Pertama, firman Allah dalam surat al-Anfal ayat 61.
¼ V���% �������2 'kJ77J � g⌧��g2���k �cstu *<�L��,�% :M,�� ���� ? �t���� �(D �v{ ☺77��� �yv�J�(���� G H;
”Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”(QS al-Anfal : 61)
Kedua, gencatan senjata itu adalah boleh secara syara, baik secara mutlak
ataupun terbatas. Kedua hal tersebut dilakukan oleh Rasulullah dengan musyrikin
Makkah, dengan melakukan perjanjian gencatan senjata selama sepuluh tahun.
Rasulullah juga melakukan perjanjian damai tanpa batas waktu. Berdasarkan dua
dalil ini, Syaikh bin Baz berpendapat diperbolehkan bagi pemerintah untuk
melakukan gencatan senjata dengan pihak manapun jika dia melihat pada mashlahat
didalamnya.
Dalam pandangan Yusuf Qaradhawi, tidak ada perdebatan apabila musuh
condang untuk berdamai. Namun aplikasi ayat ini pada realitas sikap Yahudi terhadap
umat Islam tidak benar. Sebab orang-orang Yahudi yang telah mengambil hak umat
Islam Palestina dan mengusirnya tidak pernah condang untuk berdamai dengan umat
110 Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 108.
Islam.111
Dan seharusnya ayat yang dipakai oleh Syaikh bin Baz adalah ayat berikut :
\⌧�k �����0�, ��¹��g/�,�% :M��� Q)kJ77��� ¯)P�%"�% �V*MJg�P¨�� ^����% *'�S�(�� i���% 5)�L�Z b�.
*'�SMJ1��k%" G��;
”Janganlah kamu lemah dan minta damai Padahal kamulah yang di
atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi
pahala amal-amalmu.” (Muhammad: 35)
Pada dalil kedua, tentang kebolehan melakukan perdamaian tanpa batas waktu
tertentu. Yusuf Qaradhawi mengatakan apa yang dimaksud dengan hudnah (gencatan
senjata) itu pemberhentian perang. Namun yang terjadi pada orang-orang Yahudi
hanya sebatas gencatan senjata, dimana perang dihentikan dan manusia tidak saling
serang menyerang.112
Realitas yang terjadi di lapangan, yang terjadi antara orang
Yahudi dan Muslim Palestina bukan sekadar penghentian perang, namun lebih jauh
dari itu orang-orang Yahudi merampas, mengaku hak milik bangsa Palestina sebagai
milik bangsa Yahudi, selama hampir 50 tahun sejak berdirinya negara Israel dan
sekitar puluhan tahun sebelum berdirinya negara Israel. Hal ini menurutnya adalah
tindakan ilegal secara hukum jika perdamaian dilakukan dan pengakuan hak Israel
atas penguasaan tanah umat Islam Palestina.113
Meskipun Yusuf Qaradhawi menganjurkan perang melawan Israel, namun
beliau secara terang-terangan menolak dan mengecam segala bentuk tindakan
terorisme, seperti tragedi pemboman gedung WTC Amerika Serikat 11 September
111 Qaradhawi, Fikih Prioritas,h. 109. 112
Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, h. 110. 113 Ibid., h. 110.
2001 dan pemboman Bali dll.114
Menurutnya, Tindakan terorisme itu tidak bisa
dibenarkan Islam sebab terorisme adalah aksi yang dilakukan oleh kelompok yang
memakai cara kekerasan kepada orang yang tidak punya masalah dengan mereka.
Kekerasan tersebut adalah sarana untuk mengintimidasi, melukai dan memaksa orang
lain supaya tunduk kepada kemauannnya. Meskipun dalam persepsi mereka hal
tersebut merupakan tindakan yang adil.
Menurutnya Islam menolak falsafah yang mengajarkan ”untuk mencapai
tujuan, cara apapun dibenarkan”. Islam mewajibkan tujuan dan cara yang ditempuh
haruslah benar. Islam tidak membenarkan tujuan yang mulia dicapai dengan cara-cara
yang keji. Misalnya Islam tidak membolehkan seorang Muslim menerima uang atau
korupsi, yang uang tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan Masjid atau
mendirikan yayasan sosial.115
Namun demikian pula, Yusuf Qaradhawi tidak sepakat dengan Barat yang
menampakan seolah-olah terorisme hanya dilakukan oleh umat Islam. Seakan-akan
terorisme berjenis kelamin Islam, terutama setelah tragedi 11 September 2001.
Menurut Yusuf Qaradhawi kekerasan dapat dijumpai di benua Inggris, Jepang,
Amerika, India, dan Israel. Dengan demikian mengapa terorisme dikaitkan dengan
Islam, tetapi tidak dikaitkan dengan yang lain? menurutnya ini tidak lain hasil
propaganda media massa Barat, Amerika, Zionisme. Mereka menyembunyikan
114 Qaradhawi, Kita dan Barat, h. 70.
115 Ibid., h. 67.
kebenaran, menyemaikan kebatilan dan melakukan kebohongan publik padahal
mereka mengetahui kenyataan sebenarnya.116
2. Jihad Pendidikan
Umat Islam hari ini semestinya berada pada posisi tertinggi dari bangsa
maupun umat lain. Karena, Islam memiliki ajaran yang luhur, dan komprehensif.
Islam juga sangat menjunjung ilmu pengetahuan, banyak ayat al-Qur’an maupun
Hadits Nabi yang senantiasa mengajarkan umat Islam untuk melakukan tindakan
mulia, melakukan kebaikan, menyerukan untuk bekerja keras, melakukan
pembaharuan, bersabar, tidak mudah putus asa, dan tidak melakukan pemaksaan saja.
Kenyataan kondisi umat Islam saat ini, jauh tertinggal dengan bangsa maupun umat
lain, terutama dalam lapangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan beberapa
bidang lainnya.
Saat ini manusia hidup di zaman globalisasi, entitas semakin mengecil tetapi
kerja semakin profesional. Masyarakat berkembang menuju knowledge society, yakni
masyarakat akademik atau post-capital society. Ciri masyarakat ini adalah persaingan
bebas.117
Masyarakat Muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses globalisasi
tersebut, jika ingin survive dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian
kompetitif di masa kini dan abad 21.118
Dalam knowledge society puncak kesuksesan
atau untuk menjadi sukses (berprestasi) adalah mereka yang educated person. Orang
terus menerus mencari ilmu untuk merebut dan menguasai sains dan teknologi.
116 Yusuf Qaradhawi, Retorika Islam. Penerjemah M. Abdillah Noor Ridlo: (Jakarta: Khalifa:
2004), Cet 1, h. 210 117 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana llmu,
1999), cet. 2, h. 44. 118 azyumardi Azra, Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju milenium baru,
(Jakarta: Logos Wacana llmu, 1999), cet. 1, h. 43.
Dengan demikian penghargaan tertinggi bukan pada ijazah atau status, tetapi pada
kemampuan belajar yang maksimal.119
Globalisasi juga mempengaruhi pendidikan
Islam.120
Selain itu saat ini banyak ditemui merosotnya nilai-nilai, etika, akhlak dan
moral umat. Pendidikan merupakan bidang kerja yang secara langsung menyiapkan
manusia-manusia untuk menghadapi tantangan masa depannya.121
Jihad sebagai spirit, penyemangat, penuh dengan nilai-nilai revolusioner, dan
sebagai perjuangan merupakan cara ampuh untuk membangkitkan umat Islam. Dalam
hal ini jihad dalam medan pendidikan merupakan kebutuhan umat Islam saat ini.
Jihad Pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan, maupun
meningkatkan mutu pendidikan Islam.
Menurut Yusuf Qaradhawi pada beberapa kritik terhadap pengajaran di
negara-negara Arab dan Islam berkenaan dengan tujuan, metode dan sarana
pendidikan, serta filsafat yang melandasinya. Di kebanyakan negara Islam,
pengajaran masih terbagi menjadi dua, pengajaran agama dan sekuler. Agama yang
melestarikan identitas umat, nilai-nilai dan peradabannya, meskipun dikritik karena
lebih berorientasi hidup di masa lampau dan tidak hidup di masa kini. Ia lebih banyak
berinteraksi dengan peninggalan klasik dibanding interaksinya dengan produk
kontemporer. Sedangkan pengajaran sekuler adalah pengajaran modern yang
rnengajarkan ilmu-ilmu modern, baik fisika maupun humaniora, menggunakan sarana
pendidikan modern dengan gedung-gedung yang dilengkapi alat-alat modern berupa
119 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, h. 44. 120 Azra, Pendidikan Islam, h. 43. 121 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, h. 46.
laboratorium, alat-alat bantu pendengaran, penglihatan, dan lain-Iain.122
Terbaginya
pendidikan kepada dua jenis pendidikan ini, menurutnya karena umat Islam masih
menderita schizophrenia (kepribadian yang terpecah) dan dualisme kehidupan.123
Pendidikan dan pengajaran secara umum masih membutuhkan filsafatnya
yang jelas sebagai orientasi bagi sistem dan program-programnya, juga sebagai
landasan bagi para guru, pengarah, dan pengelolanya. Hal ini akan membantu
memperjelas pembentukan manusia yang diinginkan. Manusia yang logis dibentuk
dari pendidikan dan pengajaran ini adalah manusia yang saleh, bermanfaat bagi
dirinya sendiri, berbakti pada keluarganya, berguna bagi masyarakatnya, komitmen
dengan umatnya, dan bangga dengan risalahnya, yaitu risalah petunjuk dan
pembahruan bagi umat manusia seluruhnya. la adalah manusia yang selamat dari
kerugian dan disebutkan dalam surat al-Ashr: 1-3.
�Z5G�(�����% GH; eV�� [i1I7����� :6Ã�� OZgª�[ G`; }_�� ��� �����
��������� ��(J ☺���% �1���J1EF��� ��*I����,�% ;D�������� ��*I����,�% �Z*�EF���� G�;
”Demi masa--Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,-
- Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” ( al-Ashr: 1-3)
Manusia semacam ini, mengambil dari ilmu-ilmu masa kini secara optimal
dan dengan segala kemampuannya berupaya untuk dapat unggul di bidangnya. Dan
menggunakannya untuk tujuan mulia, yaitu melayani kebenaran, kebaikan, dan segala
122 Ibid., h. 75. 123 Ibid., h. 76.
yang bermanfaat bagi manusia. Ia pelajari hukum-hukumnya atas dasar dan prinsip
bahwa hal itu merupakan Sunatullah pada makhluk-Nya, yang tidak akan didapati
pergantian dan perubahan di dalamnya.
Dan tentunya menjadikan manusia berkualitas, karena al-Qur’an mencela
kelompok mayoritas jika para anggotanya terdiri dari orang-orang yang tidak berakal,
tidak berilmu, tidak beriman, atau tidak bersyukur.124
Dalam hal ini al-Qur’an banyak
membicarakannya.
�L���% )�0�P��%4�# ie� �Oe��� �n � ����☺77��� ☯����� ��{gt%4�k t�
�¾*$P¨�� Li � /�(� ��0 ,*�� ªi��8��=�� ^��� ? ;<(� �/g☺������
º� ? *<� 5)(DZ��Å|%" \_ �V(JQ��(�. G �;
”Dan Sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka:
"Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu
bumi sesudah matinya?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah:
"Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).”
(al-ankabut : 63).
Namun menurut Yusuf Qaradhawi banyak kendala yang dihadapi usaha
tersebut menjadi tidak terlaksana dengan baik. Salah satunya dari internal Islam
sendiri. Menurut Yusuf Qaradhawi, umat Islam tidak percaya terhadap Islam sendiri,
masih memiliki sikap dualisme juga masih trauma terhadap Barat. Selain itu pula
banyaknya kalangan intelektual Islam yang mengenyam pendidikan Barat yang telah
terbaratkan dan menjadi boneka mereka. Kendala lain banyak di kalangan intelektual
Islam yang tidak sepaham dengan gagasan tersebut. Dan kendala lainnya yang perlu
diperhatikan adalah kurangnya sumber daya manusia Islam yang mampu
melaksanakan ide-ide tersebut.
124
Ibid., h. 49.
Selain itu ia juga mengkritik sistem dan metode pengajaran lembaga-lembaga
pendidikan Islam tersebut. Menurutnya, Di lembaga-lembaga pendidikan agama,
universitas, dan fakultas-fakultas Islam, diajarkan pelajaran-pelajaran yang
sebenarnya menyita waktu dan tenaga mahasiswa. Semestinya waktu dan tenaga
mereka digunakan sebagian saja untuk pelajaran yang lebih esensial bagi mereka
dalam urusan agama dan keduniaan mereka. Yaitu, antara ilmu yang klasik dan
kontemporer secara seimbang.125
Apa yang dipelajari di lembaga-Iembaga pendidikan itu masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Ilmu-ilmu yang dipelajari masih menggunakan metode
klasik, guru-guru masih menggunakan metode hafalan. IImu membutuhkan
pembaruan agar berbicara dengan bahasa al-Qur’an yang menyentuh fitrah, akal dan
hati sekaligus, bukan dengan ungkapan-ungkapan filsafat Yunani. Begitu pula ilmu-
ilmu tersebut perlu dilengkapi dengan ilmu-ilmu kontemporer, kebudayaan
kontemporer, dengan metode baru, dan memperhatikan kebutuhan manusia masa
kini.126
Kebutuhan umat Islam pada saat ini salah satunya adalah teknologi maju.
Menurut Yusuf Qaradhawi, umat Islam harus memasuki era teknologi, umat Islam
tidak boleh terus tertinggal dari negara-negara lain. Umat Islam harus bangkit
membawakan misi Islam ke seluruh penjuru Dunia dari tidak terus bergantung
dengan peralatan modern yang diciptakan negara-negara maju.
Menurutnya umat Islam dapat bangkit bila umat Islam dapat
125 Qaradhawi, Fikih prioritas, h. 108.
126 Ibid., h. 109.
mengembangkan metode dan sistem pengajaran umat Islam sejalan dengan tujuan
tersebut. Islam harus kembali kepada posisi terhormat di Dunia. Sesungguhnya
menguasai keunggulan teknologi maju dan ilmu pengetahuan yang mengantarkan ke
arah itu menjadi keharusan dan mendesak. Keharusan yang diperintahkan agama dan
tuntutan realitas. Penguasaan teknologi maju merupakan prioritas umat Islam dewasa
ini.127
Secara umum Yusuf Qaradhawi sendiri telah melakukan banyak hal dalam
kaitan dengan pendidikan sebagai implementasi dari jihad pendidikannya. Dalam
pendidikan Islam menurutnya perlu melakukan perbaikan-perbaikan terutama pada
semua sistem pendidikan yang ada. Pertama, yaitu berkaitan dengan lembaga
pendidikan, menurutnya lembaga pendidikan yang pada saat ini perlu melakukan
perbaikan-perbaikan untuk melengkapi lembaga pendidikan Islam dengan kebutuhan
yang paling mendasar saat ini. Pemerintah juga perlu memberikan anggaran yang
cukup untuk lembaga pendidikan Islam, bukan hanya pada bidang-bidang lainnya
saja. Yusuf Qaradhawi menilai, seharusnya tidak perlu ada pengiriman mahasiswa
untuk belajar di luar negeri. Dan seharusnya anggaran dana tersebut dikonsentrasikan
untuk perbaikan dan perlengkapan fasilitas dari sarana pendidikan di dalam negeri
sendiri.128
Kedua, terhadap metode pendidikan dan pengajaran, menurutnya metode
pengajaran yang masih digunakan pada saat ini terutama di negara-negara Islam
masih menggunakan metode yang bersifat klasik, yaitu pengetahuan masih bersifat
127 Ibid., h. 136. 128 Qaradhawi, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, h. 74.
hafalan bukan pendalaman. Padahal metode seperti ini hanya akan memperlambat
perkembangangan Islam, namun bukan berarti metode hafalan tidak perlu
menurutnya akan tetapi pengetahuan itu perlu adanya pendalaman dan pemahaman
yang lebih dari sekedar hafalan. Dengan metode pemahaman seseorang jauh lebih
mengerti dari sekedar menghafal.129
Pada metode yang lain adalah metode dialog,
dengan metode seperti ini menurutnya seorang murid bisa lebih memahami apa yang
dipelajarinya, karena antara murid dan guru merasa lebih dekat dan kemampuan yang
dimiliki anak didik akan berkembang.130
Berkaitan dengan metode pendidikan, menurut Yusuf Qaradhawi sebenarnya
dengan menggunakan metode yang seperti apapun tidak menjadi masalah namun
harus disesuaikan dengan situasi dan keadaan pada saat itu. Masih banyak lagi
metode pendidikan yang dilontarkan oleh beliau, terutarna perlu alat bantu atau media
tertentu dalam melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran.131
Ketiga, berkaitan dengan kurikulum, dalam pandangannya kurikulum
pendidikan yang pada saat ini perlu dilakukan perbaikan dan perombakan, karena
rnasih terdapat kekurangan dan banyak materi pelajaran yang telah menyimpang
terutama pada pelajaran sejarah.132
Dan menurutnya materi pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan keadaan yang berkembang saat ini, berkaitan dengan hal-hal yang
baru, kontemporer dan materi pelajaran tidak perlu banyak dalarn menghafal namun
129 Qaradhawi, Fikih Prioritas, h. 108. 130 Qaradhawi, Keutamaan Ilmu dalam Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas,1993), cet. 1, h. 166. 131 Ibid., h. 158. 132 Qaradhawi, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, h. 243.
lebih kepada aspek pengamalan atau praktek.133
Dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah
membentuk manusia yang beriman kepada Allah.134
Dalam arti lebih luasnya adalah
iman tidak hanya sebagai semboyan atau sekedar kata-kata yang dipertahankan, tetapi
ia adalah suatu hakikat yang meresap kedalam akal, menggugah perasaan dan
kemauan, apa yang diyakini dalam hati dibuktikan kebenarannya dengan amal
perbuatan.
3. Jihad Politik
Politik di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah yang berakar dari
kata Sâsa Yasûsu. pelaku pengurusan urusan-urusan manusia tersebut dinamai
politikus (sais). Dalam realitas bahasa Arab dikatakan bahwa ulil amri mengurusi
(Yasûsu) rakyatnya saat mengurusi urusan rakyat, mengaturnya, dan menjaganya.
Begitu pula dalam perkataan orang Arab dikatakan : ‘Bagaimana mungkin rakyatnya
terpelihara (Masûsah), artinya bagaimana mungkin kondisi rakyat akan baik bila
pemimpinnya rusak.135
Jadi As-Siyasah (Politik) adalah mengatur rakyat atau menangani urusan
mereka dan yang mendatangkan kemaslahatan bagi mereka. Adapun makna Siyasah
Syar’iyyah Yusuf Qaradhawi mengatakan : ”Siyasah syar’iyyah ialah menggunakan
133 Qaradhawi, Keutamaan ilmu dalam Islam, h. 155. 134 Yusuf Qaradhawi, Pendidikan Islam dan A1-Madrasah Hasan Al-Banna, h. 16 135Yusuf Qaradhawi, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam. Penerjemah Kathur
Suhardi (Jakarta : Pustaka Kautsar, 1999), h. 34
syariat sebagai pangkal tolak dan sumber bagi as-siyasah itu dan menjadi tujuan bagi
as-siayasah.”136
Jadi politik atau siyasah itu maknanya adalah mengurusi urusan umat dan
mendatangkan mashlahat. Berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan
kondisi kaum Muslimin dengan cara menghilangkan kezaliman, kesengsaraan,
kemiskinan, kebodohan, dan mendatangkan kesejahteraan, keadilan, dan kebaikan.
Yusuf Qaradhawi mengkritik realitas politik saat ini yang di dominasi oleh
politik sekuler yang jauh dari nilai-nilai Islam dan cenderung menghalalkan segala
cara.137
Oleh karena itu Yusuf Qaradhawi berpandangan bahwa umat Islam mesti
merubah kondisi politik yang tidak sesuai dengan aturan Islam. Untuk merubah
kondisi tersebut menurut Yusuf Qaradhawi termasuk kedalam jihad. Dalam
implementasinya Qaradhawi membagi Jihda dalam bidang politik kepada tiga kondisi
sesuai dengan aspek negara/ pemerintah :
1. Negara Islam
Menurut Yusuf Qaradhawi apabila ada Negara Islam yang memiliki konstitusi
berlandaskan syariat Islam, serta dikelola oleh sekelompok umat Islam : baik
pemimpin-pemimpinnya maupun staf-stafnya terdiri dari orang orang yang komitmen
terhadap Islam dan melaksanakan syariat Islam baik terhadap urusan yang berkaitan
dengan aqidah, ibadah, moral, hubungan dalam negeri maupun internasional.138
136 Ibid h. 35 137
Yusuf Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer. Penerjemah As’ad Yasin. (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995), Cet. I, h. 914. 138 Qaradhawi, Fiqih Negara ( Jakarta : Robbani Press,1997), h. 16
Maka lanjutnya, bagi umat Islam wajib mendukung dan menjalin hubungan
yang erat, mempertahankan dan memperkuatnya, serta terus berjuang dan berkorban
melalui jiwa dan raga untuk menjaga dan melestarikannya.139
Allah SWT berfirman :
����/%4�1�. ��� ����� ��¹������� ���(= %" ���� ���(= %"�% �O�#&-��� :�4%C"�% *®P¨��
5)�S� � � V�¼�k �y�©g���1���, :�� "�5T⌧� M%{�-�k :M��� ����
QO�#&-����% V�� �y�©��L �V�� ���(, ����� ¤*�=�����% �-6[P��� ? �@ ��� RZ*-�[ �iI7gt%"�% Æ⌧.%k4�, G��;
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat
tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(Qs An-Nisa:59)
Komitmen negara Islam kepada hukum syariat memberikan kepadanya
legalitas untuk menata umat dan memberikan pula kepadanya hak untuk di dukung
dan dipatuhi oleh rakyat dalam keadaan sempit dan lapang dalam keadaan suka dan
duka. Tapi, bila negara ini menyimpang dari syariat maka legalitasnya akan hilang
dan haknya untuk memerintah pun gugur, serta rakyat tidak perlu lagi patuh dan taat
kepadanya. Sebab kenyataannya hanya kepada yang makruf (baik) dan tidak ada
ketatan kepada manusia dalam mendurhakai khaliq. Sehubungan dengan ini Abu
Bakar as-Shiddiq dalam pidato pengukuhannya sebagai khalifah mengatakan :
”Patuhilah saya selama saya mematuhi Allah bila saya durhaka kepada-Nya maka
139 Ibid., h. 33-34.
janganlah patuhi saya.”140
Dan dalam sebuah Hadist dijelaskan :
^B+ IA X"J7Bب M93ذا اA X"J7Bب M9a239( ی �M3 ا\ّ وآB"A )*8B2ء اMB2ا .*- jّ\ X-3_2وا ^B82اX-3# $و
“Setiap Muslim diharuskan patuh dan taat tentang apa yang dia benci
atau senangi selama tidak disuruh berbuat maksiat (durhaka) bila dia disuruh
durhaka (kepada Allah) maka dia tidak perlu dan patuh.”
Jadi Jihad di negara Islam menurut Qaradhawi tergantung kepada
pemimpinnya apabila taat dan menjalankan syariat Islam maka umat Islam wajib
mendukung dan mentaatinya. Tetapi apabila pemimpin di negara Islam itu berbuat
zalim maka berkewajiban untuk menasihatinya, kalau pemimpin itu masih
melaksanakan sholat. Tetapi jika pemimpin itu tidak melaksanakan sholat maka kita
diperbolehkan untuk tidak mematuhinya dan berusaha agar menurunkan dari tahta
kekuasaannya.141
2. Negara Sekuler
Yusuf Qaradhawi sangat menyayangkan negara-negara yang mayoritas Islam
saat ini, yang lebih memilih menganut paham sekuler (memisahkan agama dengan
negara) ketimbang negara Islam itu sendiri. Contoh praktis diawali dengan pendirian
negara sekuler oleh Kemal Ataturk di Turki dengan menggunakan kekerasan dan
penindasan terhadap bangsa Turki yang Muslim. Hal itu terjadi setelah keruntuhan
kerajaan Ottoman yang merupakan benteng politik Islam terakhir setelah pergulatan
berabad-abad dengan kaum salibi.142
Berbagai pemerintahan di negara Islam meniru sistem pemerintahan yang
140 Ibid., h. 34. 141 Yusuf Qaradhawi, Berjuang di Jalan Allah. Penerjemah Abu Fahmi ( Jakarta : Gema
Insani Press, 1992), cet. 2, h. 91. 142 Qaradhawi, Fiqih Negara ( Jakarta : Robbani Press,1997), h. 34.
berlaku di Turki yang baru dengan tingkatan yang berbeda-beda. Hukum dan syariat
terbatas pada hukum Individual sedangkan penegakan syariat Islam di bidang
pendidikan, sosial, politik, hukum masih terbatas. Di lain pihak, peradaban dan
tradisi Barat diadopsi tanpa adanya penyaringan apakah sesuai dengan syariat dan
nilai-nilai Islam ataukah tidak?.
Seharusnya menurut Qaradhawi umat Islam tidak begitu saja mengikuti
sekulerisme Barat. Karena dalam sistem sekuler Barat biasanya cenderung tidak
mengindahkan sistem dan nilai-nilai Islam dan menawarkan kebebasan yang tanpa
batas. Atas nama wakil rakyat demokrasi Barat yang bisa saja menghapuskan
keluruhan, melegalisir kezaliman, menghalalkan yang haram. Membolehkan
minuman keras untuk diminium, diproduksi, dan diperdagangkan. Walaupun sudah
terbukti bahwa minuman keras itu mengakibatkan kerusakan moral dan materil
terhadap individu, keluarga, masyarakat, bahkan, terhadap ekonomi dan moral.143
Menurut Qaradhawi umat Islam wajib menggunakan hukum dan aturan Islam,
apabila hukum Islam dicampur dengan syariat dan hukum non-Islam, menurut
pandangan Islam hal ini semua tidak dapat diterima. Sistem sekuler itu mesti ditolak
dan dirubah. Sebagai konsekuensi keimanannnya dituntut agar tidak bersikap lepas
tangan terhadap kemungkaran, baik kemungkaran dalam bidang politik, ekonomi,
sosial, atau kebudayaan.
Menurut Yusuf Qaradhawi Islam telah meletakan kewajiban dipundak setiap
143 Yusuf Qaradhawi, Sekuler Ekstrim, Penerjemah Nabhani (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Press, 2000), h. 99.
Muslim untuk beramar ma’ruf dan nahyu anil munkar.144
Seorang Muslim harus
memeranginya dan berusaha mengubah dengan tangannya kalau ia mampu, jika tidak
mampu maka hendaklah mengubahnya dengan lisannya dan memberikan penjelasan.
Jika tidak mampu mengubah dengan lisan barulah berpindah kepada peringkat
terakhir dan terendah yaitu mengubah dengan hati.
Dalam demokrasi Barat terdapat filsafat dan perundang-undangan modern
diistilahkan dengan hak bagi manusia untuk mengungkapkan, mengkritik dan
menentang, dalam Islam hal ini dianggap sebagai kewajiban suci sehingga apabila
diabaikan berdosa dan berhak mendapatkan hukuman dari Allah.145
Baik perjuangan
itu dengan metode kooperatif yaitu dengan mendirikan partai Islam dan masuk ke
Parlemen ataupun dengan non-kooperatif dengan mendirikan LSM, organisasi
kemasyarakatan dll.
3. Negara Non-Muslim
Sebagai seorang mukmin menurut Yusuf Qaradhawi mesti menolak dan
mengubahnya apabila ada kekuatan apabila berada di negara non-muslim yang
menerapkan aturan yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Dan apabila kaum Muslim
dizalimi maka dianjurkan untuk hijrah dan berlari kenegeri lain.146
Pembicaraan al-
Quran yang berulang-ulang mengenai orang-orang yang aniyaya dan congkak di
muka bumi seperti Firaun, Haman, Qarun. Pembantu dan Tentaranya, telah
memenuhi hati orang Muslim, dengan perasaan benci terhadap mereka, ingkar
144 Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, h. 899. 145 Yusuf Qaradhawi, Islam Ekstrem: Analisis dan Pemecahannya. Penerjemah Alwi A.M
(Bandung: Mizan Anggota IKAPI, 1991), Cet. 4, h. 105. 146 Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, h. 901.
terhadap kelakuan mereka, marah terhadap kezaliman mereka, dan mengharapkan
kemenangan bagi para korban penganiyaan dan penindasan mereka.
Oleh karena itu, Rasulullah bersabda : ”Jihad yang paling utama ialah
mengucapkan perkataan yang benar terhadap penguasa zalim.” Dan jikalau
meninggal dalam rangka menegakan kebenaran di hadapan penguasa zalim, maka
matinya dinilai sebagai jenis mati syahid dijalan Allah : ”Penghulu para syuhada ialah
Hamzah, kemudian orang yang menghadap kepada penguasa yang zalim lantas ia
menyuruhnya berbuat makruf dan mencegahnya dari kemunkaran, kemudian ia
dibunuhnya.”
Namun Yusuf Qaradhawi mengenai jiihad di negara Kafir memberikan
ketentuan dalam beberapa kondisi yang membolehkan menggunakan asas fleksiblitas
untuk melonggarkan kaedah dasar yang berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tertentu. Seperti pada dasarnya bekerjasama dengan orang zalim/Kafir adalah haram
dan menolak negara yang zalim adalah wajib, Maka pada kondisi tertentu kaedah
dasar mengalami asas fleksibilitas dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut147
:
1. Mengurangi Kezaliman : Sesuai dengan Kemampuan.
Menurut Qaradhawi bagi orang yang sanggup mengurangi kezaliman dan
mengubah menjadi negara yang menjalankan syariat di negara non-muslim, maka
sebaiknya hal itu dia lakukan. Namun apabila tidak mampu merubahnya maka dalam
kondisi ini dibolehkan untuk tidak melakukan perubahan yang ideal, Sabda
147
Yusuf Qaradhawi, Fiqih Daulah. Penerjemah Syafril Halim ( Jakarta : Robbani
Press,1997), h. 232.
Rasulullah :
)Q7_Q+0ا 49, 39اG3A M93ب )NGM9ااذا ا),"*- j@Q9(
”Bila kamu disuruh melakukan sesuatu maka lakukanlah semampumu
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.”
\_ �� �J�S�. ^��� �Ç7�9�� }_��
��0�(5#�% ? ��0�� ��� g��>I7⌧L ���*ZMJ���% ��� g��>I7�P�L�� S
�c�� �$ \_ ����= ¨�⌧�(, V�� ����{67¢� �%%" ���k4�l�[%" ? �c�� �$
\_�% *< ☺5��, �����{MJ�� �X-g��� ��☺⌧L �t�PkJ�☺�t :M,�� �z� �����
i � ����J*>�� ? ���� �$ \_�% �c�kJ D☺��(, ��� \_ ������ �c��� ! t�
� ��g����% �e��� *- 9�x���% �c��� ����g☺�t*$���% ? I��%" ������*��
���*-�F����k :M,�� ¤*������ �z�- 91⌧>���� G` ;
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya
dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa):
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami
tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak
sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan
rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap
kaum yang Kafir."(al- Baqarah 286)
Sebagai contoh lanjut Qaradhawi, Raja Habsyah(Eutopia) yang bernama
Negus masuk Islam di zaman Rasulullah dia tidak sanggup menerapkan hukum Islam
dalam kerajaannya. Karena bila dipaksakan menerapakan hukum Islam, maka
kaumnya akan melakukan perlawanan terhadapnya, karena itu Rasulullah tidak
menyalahkannya.148
2. Memilih Bahaya yang Lebih Ringan
148 Ibid., h. 232-233.
Pertimbangan ini menurut Qaradhawi berdasarkan ketetetapan syariat bahwa
dibolehkan untuk memilih bahaya atau kerusakan yang lebih ringan, demi menolak
kerusakan yang lebih besar, melepaskan kemashlahatan yang lebih rendah demi
mendapatkan kemaslahatan yang besar. Karena itu, para ulama membolehkan untuk
membiarkan kemungkaran dalam sementara waktu, karena bila dilakukan
pencegahan khwatir akan terjadi kemungkaran yang lebih besar. Mereka lalu berdalil
dengan sabda Rasulullah kepada Aisyah :
)j@Q9 -*",(02$ ان =90` \>یF- 0Y> بMYك 2&4"1 اX&7N2 -*. =0ا-> ابMاه"(
”Kalau bukanlah karena kaummu baru saja meninggalkan
kemusyrikan, tentu saya akan bangun ka’bah diatas fondasi Ibrahim.”
(Mutafaqun Alaih).
Sementara itu, untuk mengemukakan dalil dari al-Quran yang berbicara
tentang Kaum Musa, ketika beliau pergi bermunajat kepada Rabbnya selama tiga
puluh malam, lalu disempurnakannya sepuluh malam lagi, sehingga sempurnalah
miqat itu selama empat puluh malam. Sepeninggal beliau kaumnya disesatkan oleh
Samiri yang membuatkan mereka anak sapi dari emas, dan mengatakan ”inilah Tuhan
kalian dan Tuhan Musa”. Mereka menbenarkan hal itu serta mengikuti apa yang
dikatakan Samiri. Sementara itu Harun memperingatkan mereka dengan mengatakan
”Hai kaum, Sesungguhnya kamu hanya di beri cobaan dengan anak lembu itu dan
sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan
taatilah perintahku.149
Mereka menjawab : kami akan tetap menyembah patung anak
lembuh ini, hingga Musa kembali kepada kami (Thaha 92-93)
149 Musthafa Malikah, Manhaj dakwah Yusuf Al-Qaradhawi. Penerjemah Samson Rahman (
Jakarta :Pustaka al-Kautsar), h. 352.
Ini berati Nabi Allah Harun membiarkan kemunkaran yang dilakukan
kaumnya untuk sementara waktu, yaitu sesuatu kemungkaran yang berat bahkan
terberat, yaitu menyembah patung anak sapi. Sebab, dia berpendapat lebih baik
menjaga keutuhan kesatuan jamaah pada saat itu, sampai Musa kembali, lalu mereka
berdua bermusyawah dan mengatasi persoalan itu dengan baik.
Jadi sekiranya diterapkannya sistem Islam di negara non-muslim itu akan
membahayakan jiwa dan komunitas minoritas muslim, maka cukuplah hanya dengan
sementara waktu melawannya dengan hati atau membencinya karena itu adalah
selemah-lemahnya iman.
4. Sunnah Tadarruj
Ditambahkan terhadap beberapa hal yang lalu bahwa salah satu Sunnah Allah
yang tidak pantas kita lupakan ialah bertahap (Sunnah Taddaruj), segala sesuatu
mulai tumbuh dari kecil menjadi besar, mulai dari lemah kemudian menjadi kuat kita
melihat sunnah itu berlaku untuk tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Manusia
tidak dilahirkan dewasa tapi dimulai dari bayi kemudian berkembang menjadi
seorang anak remaja pemuda kemudian tua sebelum itu kejadian manusia dimulai
dari dalam kandungan ibunya di mulai dari segumpal darah kemudian diberi tulang
yang dibalut Allah dengan daging kemudian dia menjadi makhluk yang lain Maha
Suci Allah sebaik-baik Pencipta.
Menurut Qaradhawi Apabila kita tidak sanggup untuk merubah sistem yang
ada di negara kafir, maka yang perlu dilakukan adalah merubah manusianya dengan
dakwah dan pendidikan. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dalam
membangun manusia dengan membebaskan dari kemusyrikan, hawa nafsu jahiliyah.
Kemudian dia tancapkan aqidah tauhid dalam diri, pengertian keimanan dalam hati,
kemuliaan akhlak dalam hidupnya, dan menyucikan kepalanya dari pemikiran sesat.
Atas cara ini Rasulullah mampu mendidik generasi teladan yang pertama generasi
yang mampu mendirikan daulah (negara).150
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa mewujudkan pemerintahan Islam di negara
Kafir adalah suatu cita-cita besar yang memerlukan perhatian serta penuh dengan
tantangan rintangan yang berat. Maka asas fleksibilitas dapat dipergunakan apabila
dalam keadaan darurat dan kemaslahatan umat. Maka tidak ada salahnya bagi yang
sanggup untuk mewujudkan sebagiannya yaitu hanya pada masalah hukum individual
dan dakwah.
4. Jihad Ekonomi
Menurut Yusuf Qaradhawi Islam menegaskan jihad melawan kemiskinan,
langkah ini diambil untuk melindungi keselamatan aqidah, akhlak umat manusia serta
keharmonisan dan persaudaraan diantara anggotanya.151
Islam menghendaki setiap
individu hidup ditengah masyarakat secara layak sebagai manusia. Sekurang-
kurangnya, ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan pangan,
memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliaanya, atau membina rumah tangga
dengan bekal yang cukup.
Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, Al-Quran menganjurkan
banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi pada tiga hal
pokok. Pertama Kewajiban setiap individu melalui bekerja dan berusaha. Kedua
150 Qaradhawi, Manhaj dakwah Yusuf Qaradhawi, h.353. 151 Yusuf Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam. Penerjemah Zainal Arifin, Dahlia
Husin (Jakarta : Gema Insani Press, 1997), Cet I h. 107.
Kewajiban orang lain/masyarakat melalui Jaminan Ikatan Kekeluargaan, dan Zakat .
Ketiga Kewajiban pemerintah.
1. Bekerja dan Berusaha.
Menurut Yusuf Qaradhawi, kerja dan usaha merupakan dasar utama dalam
memperoleh kecukupan dan kelebihan. Dengan demikian, seseorang dapat
mencukupi kebutuhan dirinya dengan hasil kerjanya sendiri. Disamping itu, ia dapat
menutupi kebutuhan keluarganya tanpa mengemis kepada seseorang, lembaga atau
kepada pemerintah.152
Kerja dan usaha merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan
oleh Kitab Suci al-Quran, karena hal inilah yang sejalan dengan naluri manusia,
sekaligus juga merupakan kehormatan dan harga dirinya.
[i� .�§ e�e�J � oJ�t '��0U»��� �n � ���I7 ���� ��f ��>�����% �Z- l1c��������%
c�-�l����☺���� �n � QJ�D����� �}� 9�����% ;<�=�������% ���&I7�☺���� Q)1�(��P¨���% È*-�������% S �~ ��� �v1�P�� c?�=������ ��=��$/��� � ^����%
�M�/� � ¾n57�t Q¡����☺���� GH;
”Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia kesenangan kepada
syahwat, berupa wanita (lawan seks), harta yang banyak dari jenis emas
dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup duniawi. dan di sisi Allah tempat kecuali yang baik.”
(QS Ali 'Imran: 14).
Ayat ini secara tegas menggarisbawahi dua naluri manusia, yaitu naluri
seksual yang dilukiskan sebagai "kesenangan kepada syahwat wanita" (lawan
seks), dan naluri kepemilikan yang dipahami dari ungkapan (kesenangan kepada)
152 Ibid., h. 110.
"harta yang banyak". Sementara pakar menyatakan bahwa seakan-akan al-
Quran menjadikan kedua naluri itu sebagai naluri pokok manusia. Bukankah teks
ayat tersebut membatasi (hashr) kesenangan hidup duniawi pada hasil penggunaan
kedua naluri itu.
Naluri kepemilikan itu kemudian mendorong manusia bekerja dan
berusaha. Hasil kerja tersebut apabila mencukupi kebutuhannya --dalam istilah
agama-- disebut rizki (rezeki), dan bila melebihinya disebut kasb (hasil usaha).
Yusuf Qaradahawi berpandangan Islam tidak melarang hak milik pribadi, dalam
sistem masyarakat Islam, seseorang diperbolehkan membeli barang tidak bergerak
atau pun barang bergerak untuk menambah penghasilan atau meningkatkan taraf
kehidupannya. Atau sebagai simpanan untuk menghadapi hari tua dan sebagai
warisan untuk anak cucu.153
Dari sini dapat disimpulkan bahwa jalan pertama dan utama yang diajarkan
al-Quran untuk pengentasan kemiskinan adalah kerja dan usaha yang
diwajibkannya atas setiap individu yang mampu. Menurut Qaradhawi Apabila
seseorang bekerja untuk untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga, berbuat baik
terhadap karib kerabat dan tetangganya, perbuatan itu sama dengan berjihad di jalan
Allah. Karena itulah Allah menggandengkan kedua hal ini dalam firman-Nya.
�V �Zg±�. :�� G¾*$P¨�� �V�5�K*>�. i � ;<g��k ���� ¬ �V%�-�[����% �V(J K1���. :�� ;<=�>�# ����
153 Yusuf Qaradhawi, Konsepsi Islam Mengentaskan Kemiskinan (Surabaya : Duta Ilmu,
1996), h. 52.
”.....dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah...”
(al-Muzzammil : 20)
2. Jaminan Ikatan Kekeluargaan dan Zakat.
Islam menuntut setiap individu memerangi kemiskinan dengan senjata yang
dimilikinya, yaitu bekerja dan berusaha. Islam melarang nasib orang-orang yang
lemah seperti para janda yang ditinggal suami tanpa harta benda, anak kecil dan
orang tua renta yang tidak berdaya, orang zimmi, sakit atau cacat mereka yang
tertimpa bencana alam, haruskah mereka dibiarkan saja tergilas roda kehidupan
hingga hancur.
a. Jaminan Ikatan Kekeluargaan
Menurut Yusuf Qaradhawi, Islam bertekad menyelamatkan dan mengangkat
mereka dari lembah kemiskinan serta mencegah mereka dari tindakan mengemis dan
meminta-minta.154
Dalam kaitan ini Islam membuat peraturan yang berkaitan dengan
solidaritas antar anggota keluarga. Islam menjadikan seluruh karib kerabat saling
menopang dan menunjang. Yang kuat menolong yang lemah, yang kaya membantu
yang miskin, dan yang mampu mengulurkan tangan kepada yang tidak mampu.
Dengan prinsip ini hubungan antar famili dipererat, kesadaran saling membantu pun
menjadi makin tinggi. Hal ini disebabkan oleh terjalinnya hubungan silaturahim yang
kuat dan ikatan kekeluargaan yang kental
Boleh jadi karena satu dan lain hal seseorang tidak mampu
memperoleh kecukupan untuk kebutuhan pokoknya, maka lanjut Qaradhawi, dalam
hal ini Al-Quran datang dengan konsep kewajiban memberi nafkah kepada
154 Qaradhawi, Konsepsi Islam Mengentaskan Kemiskinan, h. 75.
keluarga, atau dengan istilah lain jaminan antar satu rumpun keluarga sehingga
setiap keluarga harus saling menjamin dan mencukupi.155
'����% ��� ?:M�*-8����� �tU��t
��f6S57 ☺�����% ���5���% ;<=�>77���
\_�% *$QÀ=�@(, �-.Q=*@�, G` ;
”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS
al-Isra': 26).
Ayat ini menggarisbawahi adanya hak bagi keluarga yang tidak mampu
terhadap yang mampu. Dalam mazhab Abu Hanifah memberi nafkah kepada anak
dan cucu, atau ayah dan datuk merupakan kewajiban walaupun mereka bukan
Muslim. Para ahli hukum menetapkan bahwa yang dimaksud dengan nafkah
mencakup sandang, pangan, papan dan perabotnya, pelayan (bagi yang
memerlukannya), mengawinkan anak bila tiba saatnya, serta belanja untuk istri dan
siapa saja yang menjadi tanggungannya.
b. Zakat
Menurut Yusuf Qaradhawi agama Islam memiliki berbagai kelebihan yang
membuktikan bahwa ia benar-benar berasal dari sisi Allah dan merupakan risalah
Rabbaniyah terakhir yang abadi. Diantaranya adalah kemampuannya mendahului
zaman. Lalu, dengan penuh perhatian, berusaha menyelesaikan masalah kemiskinan
dan mengayomi kaum miskin tanpa didahului oleh revolusi atau gerakan menuntut
hak-hak kaum miskin.156
Perhatian Islam terhadap kaum miskin tidak bersifat sesaat
tetapi prinsipil. Tidaklah mengherankan kalau zakat yang disyariatkan Allah sebagai
155 Ibid., h. 73. 156 Ibid., h. 91
penjamin hak fakir miskin dalam harta umat dan negara merupakan pilar pokok Islam
ketiga, salah satu tiang dan syiarnya yang agung.
Dalam salah satu Hadist populer dari Ibnu Umar yang dirawikan oleh
Bukhari Muslim Rasulullah bersabda :
ب54 ا$+Iم -*. خiB ش3Fدة ان $ا2, اّ$ا� واّن Bّh9>ا ر+0ل ا� وا=X93 اIJ2ة وای3Qء Pّ2آ3ة I"&+ ,"23ع اا_Q+ا :B2 1"&2و/0م ر9?3ن و\] ا
”Islam dibangun diatas lima tiang pokok, yaitu kesaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah, medirikan sholat,
membayar zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan anik haji bagi yang
sanggup.”(HR. Bukhari-Muslim)
Lebih dari itu lanjutnya Qardhawi menjelaskan bahwa zakat bertujuan
mengangkat kehidupan kaum miskin kepada kehidupan yang layak dan menjadikan
mereka orang yang berpunya. Zakat bertujuan mempersempit jarak antar kaum kaya
dan golongan miskin. Para pelopor dan pendukung jaminan sosial modern tidak akan
sampai pada tingkat ini.157
Hal ini dikemukakan Mr. Daniel S Gerard seperti yang dikutip Qaradhawi
menjelaskan bahwa jaminan sosial ini berbeda dengan berbagai sistem managemen
bantuan untuk kaum miskin dari masa sebelum nya tidak hanya diberikan kepada
kaum miskin. Mereka yang berpenghasilan cukup misalnya boleh juga menikmatinya
jika memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Jaminan ini mempunyai sumber
dan tempat penyaluran tertentu yang bersifat tetap. Dengan demikian, tidak akan
muncul perasaan malu atau terhina dikalangan mereka yang meminta pertolongan.
Disamping itu berbagai hak sipil kaum miskin yang sering dilecehkan karena
kedudukan mereka sebagai penerima bantuan.
157 Ibid., h. 92.
Karena Zakat diwajibkan pada setiap harta yang aktif atau siap
dikembangkan, yang sudah mencapai nishab dan sudah mencapai satu tahun serta
bersih dari hutang. Ini berlaku pada binatang ternak, emas, perak dan harta dagangan.
Ada pun pada tanaman dan buah-buahan wajib ketika panen, dan pada tambang dan
barang temuan purbakala maka wajib ketika menemukan.
Islam tidak menetapkan nishab itu suatu jumlah yang besar, agar ummat ikut
serta dalam menunaikan zakat dan menjadikan prosentase yang wajib dizakati
sederhana. Yaitu 2,5 % pada emas, perak dan barang perdagangan, 5% untuk
tanaman yang disiram memakai alat, 10 % untuk yang disiram tanpa alat, dan 20 %
untuk rikaz (barang temuan purbakala) dan tambang. Semakin besar kepayahan
seseorang maka semakin ringan kadar zakatnya.158
Jadi kesimpulannya bahwa mengentaskan kemiskinan melalui jalan bekerja,
membantu kerabat, mengeluarkan zakat merupakan jihad di jalan Allah, hal ini sesuai
dengan Hadist Rasulullah SAW, : ”Jika dia keluar untuk berusaha mencari
penghidupan anak-anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Jika dia
keluar untuk berusaha mencari penghidupan ayah ibu yang sudah tua, maka dia di
jalan Allah. Jika dia keluar untuk berusaha menghidupi dirinya agar menjadi shaleh,
maka dia di jalan Allah. Dan jika dia keluar untuk riya dan bermegah-megahan,
maka dia di jalan setan.”
Allah SWT berfirman dalam surat al-Anfal ayat 72 :
158 Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam, h. 89.
eV�� [i. ����� ��������� ��%�-�2��D�% ��%�/�01�2�%
5)�0 ����%4� *'�6�89�%"�% :�� ;<=�>�# ���� ��� ������%
��%�%��� ��9%ZIG��e% �@B�1��4%C" *'���(� q����= ��%%" ���(� ? ��� ������% ��������� *'���% ��%�-62���/
��� �S�� i � '�Q☺�=1���% i � ¡�5T⌧� ?T¢y�t ��%�-62���/ ? ;V���% *'�L%ZIG�c£5#�� :��
;�� D/��� �'8>�=MJ�(�k Z5Ge���� }_�� ?:M,�� U¤*�� *'�Sc��o�
'N¥���o� �% R�1��{ � S ^����% ��☺� �V(J�☺�(�, RZ-6F� G¦`;
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan pertoIongan, mereka itu satu sama lain
lindung-melindungi. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi
belum berhijrah, Maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi
mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan tetapi) jika mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka kamu
wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada
Perjanjian antara kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.”
3. Kewajiban Pemerintah
Dalam Islam salah satu tugas utama negara adalah menciptakan keadilan
dikalangan masyarakat, mengajak berbuat kebaikan, serta menegakan amr makruf
nahyi munkar. Bukanlah suatu keadilan dan kebaikan bila kaum dhuafa serta kaum
miskin dibiarkan terlantar tanpa sandang, pangan, papan. Padahal, mereka hidup
ditengah masyarakat berada yang memiliki kelebihan harta dan mampu membantu
mereka.
Qaradhawi menegaskan bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan
yang sesuai dengan kondisinya. Dengan demikian, ia mampu melaksanakan berbagai
kewajiban yang dibebankan Allah dan berbagai tugas lainnya, ia tidak menjadi
gelandangan. Dalam masyarakat Islam seorang tidak boleh dibiarkan walaupun ia
ahlu dzimmah (non Muslim yang hidup dalam masyarakat Islam) kelaparan, tanpa
pakaian, hidup menggelandang, tidak memiliki tempat tinggal, atau kehilangan
kesempatan membina keluarga.159
Menurut Yusuf Qaradhawi negara harus menggunakan berbagai sarana
untuk menghapuskan kemiskinan dan menjamin kehidupan yang layak bagi
warganya. Dengan demikian, terciptalah solidaritas Islam dalam suatu masyarakat.
Berbagai sarana dan cara ini berbeda sesuai dengan situasi, kondisi, dan lingkungan
masing-masing. Hal ini terpulang kepada ijtihad para ahli dan aparat penguasa dalam
masyarakat Islam.
Dalam sistem Islam sumber-sumber dana utama pemerintah untuk
menghapuskan kemiskinan dan mengangkat kehidupan kaum miskin tidak hanya
terbatas pada zakat. Semua dana yang terhimpun di Baitul Mal yang berasal dari
berbagia sumber, juga harus didayagunakan untuk menghapuskan kemiskinan. Ketika
perolehan zakat tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka yang memerlukan, harta
kekayaan pemerintah Muslim yang terhimpun di Baitul Mal dapat dipergunakan.
Begitu juga jaminan ini tidak terbatas pada kaum miskin dari kalangan umat Islam.
Kalangan non Muslim yang hidup didalam negara Islam juga berhak memperoleh
jaminan dan bantuan Baitul Mal.
Harta Baitul Mal yang dimiliki pemerintah Muslim terkumpul dengan
berbagai cara. Misalnya dengan menjalankan usaha sendiri, menyewakan sesuatu,
159 Ibid., h.108.
menjalankan sistem, usaha bagi hasil mengusahakan pertambangan, dan mengelola
sektor-sektor vital bagi masyarakat umum. Untuk permasalahan ini Yusuf Qaradhawi
mengutip Beberapa wasiat Umar yang penting, tentang kewajiban pemerintah atau
negara untuk membantu orang yang lemah dan miskin160
: Pertama : Negara Islam
harus memperhatikan mereka yang memiliki harta yang sedikit dan berpenghasilan
kecil, negara harus memberikan kesempatan berusaha kepada mereka agar dapat
menutupi kebutuhan dirinya, walaupun hal itu dilakukan dengan membatasi peluang
golongan kaya.
Kedua apabila sumber penghasilannya musnah,setiap pribadi sesuai dengan
haknya akan menggantungkan hidupnya kepada negara Islam. Orang seperti ini boleh
langsung mengadu kepada penguasa untuk memperoleh haknya maupun
tanggungannya dari Baitul Maal. Penguasa tidak mempunyai pilihan selain
memenuhi hak tersebut.
Ketiga kebijaksanaan yang baik adalah menyediakan lapangan kerja dan
memberikan kesempatan kepada mereka yang mampu berusaha dari kalangan kaum
miskin. Disamping itu mengembangkan sumber pendapatan golongan yang
berpendapatan rendah agar mereka sanggup hidup dengan hasil usaha sendiri tanpa
bantuan negara.
5. Jihad Sosial
Yusuf Qaradhawi juga memiliki kepedulian yang kental dalam masalah-
masalah sosial. Beliau sering kali mengkritik keras pergerakan-pergerakan Islam
yang hanya menyibukan dalam masalah-masalah politik yang seringkali menguras
160 Ibid., h. 146-147.
energi demikian besar, ataupun bahkan mungkin semua energi yang ada. Kritik itu
disampaikan Qaradhawi bagi gerakan Islam yang melalaikan sisi –sisi aktivitas sosial
yang banyak digarap oleh musuh-musuh gerakan dan sering dipergunakan sebagai
sarana untuk menyesatkan kaum Muslimin serta usaha-usaha mereka untuk mencabut
kaum Muslimin dari akar-akar akidah dan identitas keislamannya yang benar. Mereka
mempergunakan kegiatan sosial, atau bantuan suka rela, dengan mendirikan sekolah-
sekolah, rumah sakit-rumah sakit dan yayasan-yayasan sosial yang beragam
bentuknya.161
Yang paling jahat lanjutnya, dalam mempergunakan kegiatan sosial sebagai
sarana penyesatan adalah para misionaris Kristen. Mereka masuk ke wilayah-wilayah
Islam di Asia dan Afrika yang penduduknya dilanda kemiskinan, penyakit dan
kebodohan. Bahkan, mereka merencanakan untuk mengkristenkan semua kaum
Muslimin di seluruh dunia, hal ini dinyatakan dalam muktamar para misionaris di
Colorado Amerika. Oleh karena itu, mereka menyediakan dana untuk proyek itu
sekitar seribu juta dollar. Lalu mereka mendirikan sebuah Akadcmi Zwimer yang
khusus untuk para spesialis pemurtadan kaum Muslimin menurut negeri, bahasa,
madzhab dan orientasi mereka masing-masing.
Yusuf Qaradhawi menegaskan bahwa melakukan kegiatan amal sosial di
wilayah aman dan tidak mendapatkan tantangan yang berat dari kaum misionaris,
komunis, sekuler maka amal itu merupakan kebajikan dan merupakan usaha yang
patut disyukuri dan dinilai sangat baik oleh Islam, tetapi tidak dapat dipandang
161 Ishom Talimah, Manhaj Fikih Yusuf Qaradhawi, (Jakarta : Pustaka Kautsar, 2001), cet. 1,
h. 315.
sebagai jihad fisabilillah. Berbeda dengan daerah yang mendapat tantangan perusakan
aqidah dari kekuasaan kaum misionaris, komunis, dan sekuler termasuk Jihad Fi
Sabilillah. Misalnya dengan mendirikan sekolah di sekolah-sekolah Islam itu anak-
anak kaum Muslimin belajar menuntut ilmu Yang di butuhkan untuk kehidupan dunia
dan akhirat. Dengan mengikuti pendidikan disekolah-sekolah Islam mereka akan
terhindar dari doktrin racun yang akan menghancurkan pikiran, mental dan moral;
yang sengaja disiapkan oleh musuh-musuh Islam melalui pelajaran,metode
belajar,dan pandangan hidup para pendidikan atau guru-guru yang menjiwai dan
mengarahkan semua pelajaran.
Begitu juga dengan Mendirikan rumah sakit Islam pun amal Jihad Fi
Sabilillah jika didasarkan pada tujuan memberi perawatan dan pengobatan kepada
kaum Muslimin, dan menyelamatkan mereka dari pengelabuan dan penyesatan
aqidah yang dilakukan orang didalam rumah-rumah sakit yang didirikan oleh kaum
misionaris.162
Selain itu juga, Mendirikan lembaga-lembaga Islam di dalam negeri Islam
sendiri untuk membina dan mengarahkan pandangan dan pikiran kaum pemuda
kepada ajaran-ajaran Islam yang benar. Termasuk didalamnya upaya membentengi
akidah mereka dari ateisme, menjaga pikiran mereka dari penyelewengan, mencegah
kemungkinan terperosok kedalam dekadensi moral (kemerosotan Akhlak),
menyiapkan mereka sebagai kader-kader pembela Islam dan syariatnya serta
162 Yusuf Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini
(Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996), Cet.3, h. 374.
menyiagakan mereka untuk menghadapi musuh-musuh Islam.163
Dan yang lainnya adalah, Menerbitkan surat kabar majalah, dan media cetak
lainnya untuk menghadapi pers dan media cetak yang merusak dan menyesatkan
pikiran umat. Misi yang diemban harus jelas, yaitu menegakan Kalimatullah setinggi-
tingginya, mengumandangkan kebenaran Allah, menangkal kebohongan dan
pengelabuan yang meyesatkan pikiran serta menyampaikan ajaran Islam yang
semurni-murninya kepada kaum Muslim.164
Yang terakhir adalah, Menerbitkan dan meyebarluaskan buku-buku Islam
dalam arti yang sebanr-benarnya membentangkan ajaran dan pikiran pikiran Islami
dengan sebaik-baiknya, atau menjelaskan sebagian dari risalah Islam mengungkapkan
inti pandangan dan ajaran yang menjadi kandungannya, memaparkan betapa
indahnya ajaran kebenaran Islam dan membongkar kebatilan yang diteriakan oleh
musuh-musuh Islam menyebarluaskan buku-buku.165
C. Relevansi Penafsiran Jihad Yusuf Qaradhawi dengan Dinamika
Problematika Bangsa Indonesia.
Qaradhawi adalah sosok ulama kontemporer, Beliau begitu fasih berbicara
mengenai isu gender, politik, ekonomi, globalisasi, sejarah, dan masalah
kemasyarakatan lainnya. Gaya bicaranya mengesankan seorang yang moderat dan
modern. Pemikiran dan fatwa-fatwanya sangat berpengaruh di Indonesia, diantara
pemikirannya yaitu mengenai konsepsi Jihad yang komprerehensif sebagai upaya
untuk membangkitkan kembali peradaban Islam.
163 Ibid h. 379. 164 Ibid h. 379. 165 Ibid h. 379.
Kebangkitan Islam dunia itu menurutnya diharapkan muncul dari Indonesia,
potensi itu sangat besar bangkit antara lain karena posisi Muslim Indonesia yang
moderat. Islam di Indonesia telah menampilkan wajah yang baik, tidak berlebihan.
Harapan agar Indonesia memimpin dunia Islam tentu saja hanya bisa dilakukan
dengan pembangunan peradaban dalam kondisi negara yang aman dan tenteram,
bukan dalam situasi kacau yang selama ini ditampilkan oleh kalangan radikal.
Harapan Qardhawi agar Islam Indonesia memimpin peradaban dunia sejalan dengan
seruannya agar kaum Muslim menampilkan wajah Islam yang moderat. Seruan itu
sangat rasional dan relevan166
. Banyak yang harus diperbaiki di dunia Islam,
kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, terorisme, konflik internal maupun antar
negara yang harus diselesaikan.
Yusuf Qardhawi, memuji pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang selaras
dengan penerapan nilai-nilai Islam yang moderat. Ia mengatakan, ‘’Dulu ada
anggapan bahwa tidak mudah mengimplementasikan keduanya (demokrasi dan
Islam), namun rakyat Indonesia membuktikan bahwa demokrasi dan Islam bisa
sejalan”.167
Penilaian Qardhawi tidaklah berlebihan. Indonesia yang sangat pluralistik dan
multi agama mampu hidup berdampingan, saling menghargai, dan mengedepankan
sikap kasih sayang serta berjiwa damai. Sehingga penerapan konsep demokrasi yang
A. 166 Republika Online - 1 Mei 2006, Artikel Diakses pada 28 April 2009 dari
http://indonesia-ottawa.org/information/details.php?type=news_copy&id=2523
167 Ibid., h. 2
adil dan benar, dalam menata kehidupan berbangsa dan bernegara tetap selaras
dengan nilai-nilai Islam.
Yusuf Al-Qaradhawi berpendapat bahwa substansi demokrasi sesungguhnya
berasal dari ajaran Islam seraya mengutip Hadits dan bahkan mengatakan demokrasi
begian dari Islam. Beliau mengutip sebuah Hadits :
“Tiga golongan yang shalatnya tidak bisa naik di atas kepala mereka sekalipun
hanya sejengkal....” lalu beliau menyebutkan yang pertama diantaranya, “Seseorang
yang mengimami suatu kaum dan mereka tidak suka kepadanya” (Ibnu Majjah)
Dengan menganalogikan Hadits ini pada substansi demokrasi, Yusuf
Qaradhawi menyimpulkan bahwa substansi demokrasi adalah dari Islam. Meskipun
demikian Qaradhawi mengakui kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
demokrasi selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Dengan menggunakan
kaidah ushul fiqih “apabila yang wajib tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan
sesuatu, maka sesuatu itu pun hukumnya wajib”, Qaradhawi berpendapat bahwa
ummat Islam perlu mengambil manfaat dari demokrasi.168
Manfaat itu, menurut Qardhawi diharapkan bisa dipertahankan. Tak hanya itu,
nilai-nilai ini seharusnya menjadi bingkai kokoh, sehingga segala persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia dapat terselesaikan. Bahkan, lanjut penulis buku Fatwa-
fatwa Kontemporer ini, keberhasilan Indonesia menerjemahkan demokrasi bisa
168 Qaradhawi, Fiqih Daulah, h. 165.
ditularkan ke negara lain. Karena tidak bisa dinafikan, di beberapa negara, penerapan
demokrasi justru tidak berjalan malah menimbulkan konflik yang menyengsarakan.169
Mengambil contoh di Irak, ia mengatakan bukannya kestabilan yang terjadi,
melainkan situasi yang jauh dari demokrasi sejak pasukan koalisi AS menjajah Irak
dengan dalih menegakkan demokrasi. Menurut Ketua Persatuan Ulama Islam
Internasional itu, ini terjadi karena pelaksanaan prinsip demokrasi tidak didasarkan
pada aspek moralitas, kejujuran, dan keadilan.
Memang ada pandangan miring dari sebagian kelompok terhadap demokrasi.
Bagi mereka demokrasi adalah produk Barat dan cara hidup orang Kafir. Pandangan
mereka ini dipengaruhi oleh penyimpangan penerapan demokrasi yang melahirkan
diskriminasi, konflik, perang, dominasi asing, dan arogansi negara tertentu. Namun,
demokrasi yang dijalankan dengan benar, akan melahirkan kehidupan yang aman,
damai, dan sejahtera. Penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, musyawarah,
dan keadilan inilah yang membuat demokrasi bisa bersinergi dengan nilai-nilai Islam.
Dalam perkembangam ekonomi Indonesia beliau juga melakukan penilaian
seperti yang dikatakannya dalam pengajian di rumah Ketua MPR Hidayat Nur
Wahid, Qaradhawi Qaradhawi mengulas terlebih dahulu sejarah masuknya Islam ke
bumi Nusantara secara damai yakni melalui aktivitas perdagangan. Islam di Indonesia
169 Azam Munawar, Demokrasi Sejalan dengan Nilai-nilai Islam Moderat, 2007, Diakses
pada 28 april 2009 dari http://www.cmm.or.id/cmm-ind_more.php?id=A3855_0_3_0_M
disebarkan melalui interaksi pedagang Muslim dari Arab, Parsi, dan India dengan
masyarakat lokal di Nusantara.170
Menurutnya, Peradaban lebih banyak ditularkan dari bangsa yang maju ke
bangsa atau negara berkembang. Kemajuan negara Muslim kala itu telah mampu
mempengaruhi perkembangan sosial, budaya, dan politik di kawasan Asia Tenggara.
Sekarang keadaannya relatif berbeda, negara-negara Muslim adalah negara
berkembang sehingga secara ekonomi, politik, dan budaya relatif kurang berpengaruh
terhadap negara-negara lainnya.
Dalam konteks yang sekarang, adalah penting untuk memajukan peradaban.
Salah satu komponen intinya adalah kemajuan di bidang perekonomian. Qaradhawi
berpandangan bahwa yang berjaya dan berpengaruh adalah mereka yang
‘’menguasai’’ kekayaan dan bukan mereka yang menjadi sekadar ‘’penonton’’.
Kekayaan tidak hanya didefinisikan sebagai kekayaan finansial ataupun dalam bentuk
modal saja. Kekayaan secara lebih luas bisa berbentuk sumber daya manusia,
kekayaan alam, dan tata nilai.171
Penguasaan kekakayaan adalah bagian yang sentral dalam pembangunan
perekonomian. Tidaklah heran jika negara-negara maju melakukan perambahan
terhadap sumber-sumber kekayaan di negara berkembang. Kolonialisasi merupakan
salah satu bentuk perambahan kekayaan yang paling tradisional. Saat ini, perambahan
B. 170 www. Sebi.Ac.id, Arti Penting Kunjungan Qardhawi Diakses Pada 28 April 2009
dari http://www.sebi.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=66&Itemid=33
171 Qaradhawi, Norma dan etika ekonomi Islam, h. 78.
sudah semakin kompleks dan semakin halus yakni dalam bentuk ketergantungan
ekonomi dan budaya.
Tidak berlebihan kalau Qaradhawi berharap banyak terhadap Indonesia.
Negara kita memiliki kekayaan sumber daya alam yang demikian melimpah yang
negara lain jarang memilikinya. Selain itu, Indonesia memiliki potensi populasi dan
wilayah untuk menjadi bangsa yang besar. Kelemahan kita adalah dalam hal modal,
kualitas sumber daya manusia, dan tata nilai.
Tampaknya Qaradhawi berharap banyak bahwa kelak kita akan menjadi salah
satu kekuatan ekonomi di antara negara Muslim. Ia pun kemudian merujuk betapa
kerja sama ekonomi antarnegara Muslim masih sangat lemah. Arus perdagangan
antara negara Muslim misalnya baru sekitar 6 persen saja. Kekuatan modal di negara-
negara Teluk yang kaya minyak masih belum bisa dimanfaatkan. Modal mereka lebih
banyak diputar di negara-negara maju.172
Investor yang datang ke negara kita sekarang lebih banyak dari Singapura,
Taiwan, Cina, dan Jepang. Malaysia mulai rajin melakukan investasi di negara kita
baru-baru ini saja. Tetapi masalahnya adalah bahwa negara kita memang kurang
menarik dibanding para pendatang baru seperti Vietnam. Sumber daya alam pun
sekarang lebih banyak dikuasai perusahaan-perusahaan multinasional. Bahkan kita
pun lebih rajin memfasilitasi rangkaian superstore dibandingkan memberdayakan
saudagar-saudagar tradisional. Hampir setiap bank yang dijual, pembelinya adalah
pihak asing. Pelaku domestik lebih banyak menjadi ‘’penonton’’.
172 Ibid h. 2.
Qaradhawi sangat benar dalam hal ini: Kemajuan selalu ditandai dengan
penguasaan sumber-sumber kekayaan. Kita memiliki sumber daya alam, tapi kita
tidak pernah menguasainya. Kita memiliki potensi pasar yang cukup besar, tapi kita
tak pernah menguasainya. Paradigma pembangunan yang sampai sekarang dijalankan
sangat tidak memperhatikan aspek penguasaan.
Dalam hal Konflik Timur Tengah dan Perdamaian Dunia Qaradhawi
mengajak Indonesia baik pemerintahnya, ormas dan orsospolnya agar memiliki peran
di kancah internasional, terutama dalam isu-isu keIslaman. Hal ini dikarenakan oleh
sejumlah faktor: Indonesia merupakan negara Muslim terbesar, Indonesia tidak
memiliki sejarah konflik dengan negara manapun dengan negara-negara Islam di
Timur Tengah yang kebanyakan memiliki konflik dan krisis persengketaan. Di
samping itu, Indonesia memiliki kursi di Dewan Keamanan PBB dan dianggap
sebagai negara non-blok.173
Selama ini Indonesia juga sudah banyak berbuat dan mengambil langkah
inisiatif. Di antaranya mengirim pasukan penjaga perdamaian ke sejumlah negara
sejak selama puluhan tahun hingga saat ini, Ini tentu patut disyukuri. Namun
Indonesia dituntut untuk melakukan lebih besar dari itu. Dalam kondisi darurat,
Indonesia bisa melakukan intervensi dan mengupayakan secara maksimal
menghentikan pertumpahan darah di Irak. Peran Indonesia di sini - dengan bekerja
sama dengan negara-negara Muslim moderat – jauh lebih penting dari pada ribuan
173 Lih. eraMuslim.com/, Qaradhawi Minta Indonesia Jadi Mediator Konflik di Timteng,
Artikel diakses Pada 28 April 2009 dari http://www.eraMuslim.com/berita/nasional/al-qaradhawi-
minta-indonesia-jadi-mediator-konflik-di-timteng.htm
pasukan Amerika yang dikirim Washington ke Irak yang sama sekali tidak
memberikan manfaat apa-apa terhadap rakyat Irak.174
Dalam pertemuan pertamanya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
Qaradhawi sangat tegas menyerukan kepada pemerintah Indonesia agar melakukan
intervensi menghentikan pertumpahan darah di Irak dengan cara kerjasama dengan
negara tetangga Irak. Ini karena Indonesia dianggap memiliki hubungan yang kuat
terhadap negara-negara tetangga Irak tersebut.
Permintaan Syeikh Qardhawi kepada Indonesia untuk ambil bagian pada
masalah Irak adalah dalam rangka menghentikan aksi pembantaian yang memakan
korban sipil dari kelompok Sunni dan Syiah dalam perang saudara yang ganas.
Syaikh Qardhawi menyadari dirinya sebagai seorang da'i yang bertugas mendekatkan
antara kelompok-kelompok yang ada.
Beliau pernah menegaskan, dirinya tidak berpihak kepada satu kelompok.
Dirinya banyak menghadiri sejumlah forum dan muktamar "taqrib" (pendekatan antar
madzhab) di Bahrain, Damaskus dan Maroko. Namun beliau menilai bahwa apa yang
terjadi di Irak mengancam semua upaya "taqrib" antar madzhab, menghancurkan
semua prinsip toleransi dan kesepahaman hidup berdampingan, tidak berpihak kepada
kelompok Sunni dan Syiah, bahkan justru menguntungkan musuh-musuh kaum
Muslim.
Sedangkan Soal isu Palestina misalnya, di mana Jakarta memiliki peluang
untuk membantu menggulirkan dialog nasional Palestina antar kelompok dan
174 Ibid., h. 2.
organisasi yang ada di sana. Selain itu masih soal palestina Yusuf Qaradhawi juga
diajak untuk melakukan Jihad Madani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
di Kantor Presiden, Jakarta, Jihad Madani ini dideklarasikan oleh Qaradhawi Dalam
pidato pembukaan Konferensi Kelima Al-Quds Foundation di Aljazair, Qaradhawi
menegaskan, “Yahudi telah merampas Al-Quds dari kita. Sangat dikhawatirkan
mereka juga akan merampas Masjid Al-Aqsha dan kemudian Masjid Al-Haram. ”
Menurutnya, kewajiban umat Islam saat ini adalah, membangun dan mendukung
Palestina dalam mempertahankan jati diri mereka dan membangun peradaban kota
Al-Quds (Jerussalem). Karena itu, ia melontarkan istilah “jihad madani” sebutan
untuk perjuangan modern untuk membangun berbagai infrastruktur di Palestina,
khususnya Al-Quds.175
“Saya serukan untuk melakukan jihad madani di Palestina
guna membangun masjid, rumah-rumah sakit dan berbagai sarana yang mengokohkan
Al-Quds sehingga kaum Muslimin bisa menghadapi penjajah Zionis Israel di sana, ”
tandas Qaradhawi.176
Dijelaskan pula, bahwa Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah juga pernah
menyebutkan 13 jenis jihad. Dan kini, Qaradhawi mengatakan ingin menambahkan
istilah jihad lain yang ke-14, yakni Jihad Madani. “Aktifitas Al-Quds Foundation ada
dalam lingkup jihad ini, ” jelasnya.177
Menurut Qaradhawi yang juga memimpin
Perhimpunan Internasional Ulama Islam itu, ada 60 program yang diusung oleh Al-
Quds Foundation untuk segera diimplementasikan. Ia juga meminta berbagai
175 Luhur Hertanto, Dari Musibah Hingga Palestina dan Irak, Artikel, diakses Pada 28 April
2009 dari
(http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/01/tgl/09/time/135050/) 176 Ibid., h.1 177
Ibid., h. 2
pemerintah Arab dan Islam serta berbagai organisasi sosial masyarakat untuk turut
memberi sumbangsih dalam penerapan program tersebut. Acara yang
diselenggarakan Al-Quds Foundation di Aljazair ini bertajuk “Al-Quds Amanat
ummat”. Tak kurang 350 tokoh Islam dari 46 negara hadir dalam acara ini.
Bab V Penutup
A. Kesimpulan
Jihad yang mempunyai pengertian sungguh-sungguh, dalam aplikasinya
mempunyai arti dan fungsi yang luas tidak hanya di pahami dengan pengertian
perang. Tapi lebih luas mencakup semua bidang seperti Politik, Ekonomi,Pendidikan,
Sosial dll. Jihad dengan makna yang komprehensif merupakan jawaban terhadap
problematika yang dihadapi umat Islam saat ini.
Berkaitan dengan judul dan pembahasan skripsi ini, ada dua point yang
penulis simpulkan :
1. Jihad menurut pandangan Yusuf Qaradhawi adalah mencurahkan atau
menanggung kemampuan fisik, jiwa, dan amal untuk membela agama agar kalimat
Allah menjadi yang paling tinggi. Dimulai jihad terhadap setan, lalu jihad terhadap
kezhaliman dan kerusakan di masyarakat. Setelah itu, barulah jihad terhadap orang-
orang kafir dan munafik.
2. Jihad merupakan suatu konsep yang lebih komprehensif, dimana salah
satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah melalui penggunaan senjata. Namun, jihad
dengan pengertian sempit ini, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu
khususnya dalam rangka mempertahankan diri dari serangan musuh dan menangkis
tindakan yang melampaui batas dari musuh.
3. Tidak seperti jihad jihad pada dimensi perang yang di batasi oleh waktu
dan kondisi tertentu. Jihad di bidang politik, ekonomi, pendidikan, Sosial, untuk
menegakan keadilan, melawan kezaliman, memberantas kemiskinan, kebodohan
merupakan jihad yang mesti terus dikumandangkan. Dengan jihad di berbagai bidang
ini merupakan solusi dari keterbelakangan dan kemunduran yang dialami umat Islam
kontemporer.
B. Saran-Saran
Sebagai akhir kata dari penyusunan skripsi yang sederhana ini, penulis
berkeinginan untuk mengemukakan beberapa saran berikut ini :
1. Agar melakukan studi yang lebih sempurna dan mendalam tentang jihad
menurut Yusuf Qaradhawi.
2. Meskipun terdapat beberapa kontra pendapat terhadap Yusuf
Qaradhawi, hendaknya tetap menghormati beliau, sebagai salah satu
ulama kontemporer yang pemikiran-pemikirannya dibutuhkan oleh umat
saat ini.
Dengan penuh kesadaran, skripsi yang telah di susun ini belum dianggap
memiliki hasil yang sempurna atau jauh dari yang diharapkan. Karena masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, namun segala upaya telah dilakukan guna
penyempurnaan skripsi ini. Maka dari itu saran, kritik, atau masukan dari pembaca
sangat diperlukan untuk penyempurnaan lebih lanjut skripsi ini. Dan terakhir ucapan
rasa syukur terhadap Allah dan Rasul-Nya yang tak terbilang karena atas Hidayah
dan Rahmat-Nya dapat terselesaikan penulisan skripsi ini.
DAFT AR PUST AKA
Al-Idrusy, Imron, Jihad di Jalan Allah, cet. 1 Surabaya: Putra Pelajar, 2001
Azzam, Abdullah, Perang Jihad di Jalan Modern, cet. 2 Jakarta: Gema Insani Press
Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, cet l Jakarta :
Logos Wacana Ilmu, 1998,
_____, Pendidikan Islam: tradisi dan modernisasi menuju milenillm baru, cet. 1
Jakarta: Logos Waeana Ilmu, 1999
Chirzin, Muhammad, Jihad dalam Al-Qur’an, cet. 1 Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1994
_____, Penafsiran Rasyid Ridha dan Sayyid Quthb tentang Jihad (Jakarta :
Departemen Agama RI, 2005)
Esposito, Jhon. L, Ensiklopedi Islam, cet. 3 Bandung: Mizan, 1996
Faridl, Miftah, Pokok-Pokok Ajaran Islam, cet.l Bandung: Pustaka, 1993
Hamdy, Muhammad Halabi (Ed.), Menyambut Panggilan Jihad, cet.1 Yogyakarta:
Madani Pustaka Hikmah, 2000
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, cet. 2 Jakarta: Logos Wacana
ilmu, 1999
Malaikah, Musthafa, Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qaradhawi Harmoni Antara
Kelembutan dan Ketegasan, cet.l, Jakarta: Al-Kautsar, 2001
Munawwir, Ahmad Warson, AL-Munawwir : Kamus Arab Indonesia, cet. 14
Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak, 1998
Qaradhawi, Yusuf, Fikih Prioritas, cet.2 Jakarta: Gema Insani Press, 1997
_____, Umat Islam Menghadapi Abad ke-21, cet.1 Solo: Era Intermedia, 2001
_____, A/-Qur'an Berbicara Tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, cet.3 Jakarta:
Gema lnsani Press, 1999
_____, As-Sunnah Sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, cet.l Jakarta: Al-Kautsar,
1998
_____, Ijtihad Kontemporer: Kode Etik dan Berbagai Penyimpangan, cet.2
Surabaya: Risalah Gusti, 2000
_____, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, cet. I Jakarta: Bulan
Bintang, 1980
_____, Keutamaan Ilmu dalam Islam, cet. 1 Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993
_____, Fatwa-fatwa Kantemporer, Jilid II cet. 4, Jakarta: Gema lnsani Press, 1996.
_____, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam Jakarta : Pustaka Kautsar, 1999.
_____, Fatwa-Fatwa Mutakhir, Terjemah H.M.H Al-Hamid Al-Husaini Cet.3
Jakarta:Pustaka Hidayah, 1996
______, Berjuang di Jalan Allah, Terjemah Abu Fahmi Cet. III ( Jakarta : Gema
Insani Press, 1992)
______, Fiqih Daulah Penerjemah Syafril Halim Cet. I Jakarta : Robbani Press,1997
Sardar, Ziaudin, Wajah Islam, Bandung: Mizan, 1992
_____, Jihad 1ntelektual: mengukur parameter-parameter sains Islam, cet. 1
Surabaya : Pustaka, 1995
_____, Merombak Pola fikir Intelektual Muslim, cet. 1 Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000
Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur’an, cet.3 Bandung: Mizan, 1996
Talimah, Ishom, Manhaj Fikih Yusuf al-Qardhawi, cet. 1 Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2001
Urbaningrum, Anas, Islamo Demokrasi Pemikiran Nurkholis Madjid Cet.I (Jakarta:
Republika, 2004)
Wahid dkk, Abdurrahman, Islam Tempa Kekerasan, cet. 2 Yogyakarta: LKiS, 2000