BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi...

17
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang notabennya adalah mahluk sosial tentunya tidak dapat hidup dengan individual, mau tidak mau seseorang harus berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Tidak akan mungkin seseorang dapat hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya, makan, minum, tempat, pakaian dan lain sebagainya yang merupakan kebutuhan pokoknyapun tidak dapat di penuhinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebagai mahluk sosial manusiapun dituntut untuk melakukan kegiatan sosial agar tidak terjadi kesenjangan dalam hidup bersosial, misalnya saling tolong menolong bagi orang yang membutuhkan pertolongan, menjenguk orang yang sakit, saling menyapa antar sesama dan lain sebagainya. Bukankah semuamuslim adalah saudara yang selanyaknya saling membantu dengan lainnya. Dalam sebuah hadits di terangkan : ا ل م س ل م أ خ و ال م س ل م ل ي ظ ل م و و ل ي س ل م و و م ن ك ان ف ح اج ة أ خ ي و ك ان ف ح اج ت و و م ن ف ر ج ع ن م س ل م ك ر ب ة ف ر ج ع ن و ك ر ب ة م ن ك ر ب ت ي و م ا لق ي ام ة و م ن س ت ر م س ل م ا س ت ر ه ي و م ال ق ي ام ة. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya, dan tidak menyerahkannya kepada musuhnya.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia yang notabennya adalah mahluk sosial tentunya tidak

dapat hidup dengan individual, mau tidak mau seseorang harus

berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Tidak akan

mungkin seseorang dapat hidup sendirian untuk memenuhi kebutuhannya,

makan, minum, tempat, pakaian dan lain sebagainya yang merupakan

kebutuhan pokoknyapun tidak dapat di penuhinya sendiri tanpa bantuan

orang lain.

Sebagai mahluk sosial manusiapun dituntut untuk melakukan

kegiatan sosial agar tidak terjadi kesenjangan dalam hidup bersosial,

misalnya saling tolong menolong bagi orang yang membutuhkan

pertolongan, menjenguk orang yang sakit, saling menyapa antar sesama

dan lain sebagainya. Bukankah semuamuslim adalah saudara yang

selanyaknya saling membantu dengan lainnya. Dalam sebuah hadits di

terangkan :

ان ك ن م و و م ل س ي ل و و م ل ظ ي ل م ل س م ال و خ أ م ل س م ل ا ان ك و ي خ أ ة اج ح ف للا ت ب ر ك ن م ة ب ر ك و ن ع للا ج ر ف ة ب ر ك م ل س م ن ع ج ر ف ن م و و ت اج ح ف

.ة ام ي ق ال م و ي للا ه ر ت س ام ل س م ر ت س ن م و ة ام ي لق ا م و ي

“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak

menzaliminya, dan tidak menyerahkannya kepada musuhnya.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

2

Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka

Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa

memberi kelapangan kepada seseorang Muslim dari suatu

kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari suatu

kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan

barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, maka Allah akan

menutupi aib orang itu pada hari kiamat”.(HR. Muslim)1

Sebagai saudara selain harus saling membantu, Islam pun mengajarkan

untuk saling mendoakan, salah satunya dengan mengucapkan salam.

Dalam hadits disebutkan :

وإجابةالعاطسوتشميتالسالم ردأخيوعلىللمسلمجتبمخس

اجلنائزواتباعاملريضوعيادةالدعوة

“Kewajiban seorang muslim terhadap sesama muslim ada lima: (1)

Menjawab salam. (2) Mendoakan yg bersin. (3) Memenuhi

undangan. (4) Mengunjungi yg sakit, & (5) Ikut mengantar

jenazah”. (Muttafaq Alaih)2

Mungkin hal ini sering di abaikan dan anggap sepele bagi sebagian

orang, padahal salam ini mempunyai makna yang besar. Dengan salam

tersebut tentunya akan selalu menyambung tali silaturrahmi antar sesama

dan alangkah baiknya saling berjabat tangan saat bertemu agar jiwa

kekeluargaan akan semakin erat dan terciptanya kehidupan yang sejahtera.

Namun dalam hal berjabat tangan ini menimbulkan dilema bagi

yang akan melakukannya, mungkin tidak akan ada masalah jika yang

1Imam Muslim, Shahih Muslim, Kitab Al Birr Wa Al-Shilah Wa Al-Adab, Maktabah

Syamilah 2Ahmad Mudjab Mahalli, Hadits-Hadits Muttafaq Alaih, (Jakarta:Prenada Media, 2004),

hlm. 373

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

3

melakukannya antara laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan

perempuan. Tapi akan berbeda masalahnya jika yang melakukannya antar

lawan jenis, memang di perbolehkan bagi yang mahrom, lalu bagaimana

dengan yang bukan mahrom. Padahal berjabat tangan ini seakan-akan

tidak dapat lepas dari kehidupan seseorang, misalnya berjabat tangan

dengan guru, dengan teman, dengan sanak saudara, lebih-lebih waktu

lebaran. Lalu apakah bagi mereka yang takut dosa harus meninggalkan hal

ini walau harus siap di katakan sombong bahkan tidak menghormati orang

lain terlebih orang tua.

Jika hal ini di hubungkan dengan salah satu budaya dalam

kehidupan bermasyarakat contohnya memberi selamat pada pasangan

pengantin, apakah berdosa untuk memberi selamat tersebut sambil berjabat

tangan, padahal biasanya hal tersebut bertujuan untuk memberi sumbangan

( buwoh istilah jawanya). Bukankah bagi pasangan pengantin di anjurkan

untuk meramaikan pesta pernikahan yang tentunya melibatkan orang

banyak, dalam sebuah hadits di katakana :

لدف وف أ ع ل ن د و اض ر ب واع ل ي و ب ال م س اج ع ل وه ف االن ك اح و اج .واى ذ

“Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, & pukullah rebana

untuk mengumumkannya”. (HR. Tirmidzi).

Hadits tersebut menganjurkan untuk meramaikan pesta pernikahan

agar pernikahan itu di saksikan oleh orang banyak dan bertujuan untuk

menghindarkan kedua mempelai dari fitnah di kemudian hari.

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

4

Memang banyak pendapat yang mengatakan haram berjabat tangan

bagi laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom, tapi dalam

kenyataannya tidak sedikit bahkan mungkin semua orang melakukannya,

toh tidak ada yang mempersoalkan masalah berjabat tangan ini. Dalam hal

berjabat tangan ini memang kebanyakan ulama‟ mengharamkannya, akan

tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-

Qaradhawi, Sheikh „Athiyah Shoqr dan juga yang lainnyayang

membolehkan jabat tangan antara laki-laki dan perempuan dengan

persyaratan yaitu :

1. Terjaga dari fitnah,

2. Tidak disertai syahwat dan kenikmatan.

Jadi jika terjadi fitnah dengan bersalaman itu, atau yang

bersalaman merasakan nikmat dan syahwat, maka hukumnya menjadi

haram3.

Jika di telusuri apa sebabnya berjabat tangan ini di haramkan,

tentunya ada alasan syar‟i yang mendasarinya, salah satunya mengandung

unsur syahwat dan akan menimbulkan fitnah bagi pelakunya4. Lalu yang

jadi pertanyaannya adalah apakah alasan tersebut masih relevan dengan

keadaan zaman sekarang. Jika di lihat dari segi sosialnya, berjabat tangan

ini akan lebih membawa kemanfaatan dari pada kemadorotannya. Dan

jangan samakan berjabat tangan ini dengan pegangan tangan, karena

3 Murod Mahmud haidar, Hokum Bersalaman Antara Laki-Laki Dan Perempuan,

http://rumahfiqih.net/murod/detail/5/Hukum-Bersalaman-Antara-Laki-Laki-dan-Wanita Akses 14

Agustus 2015 4Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2, (Jakarta:Gema Insani Press, 1998),

hlm. 419

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

5

biasanya pegangan tangan ini di lakukan oleh orang-orang yang sedang

pacaran, jelas hal ini hukumnya haram karena pasti di dalamnya

mengandung nafsu syahwat dan merupakan berkholwat yang di larang

oleh agama.

Berkholwat atau bersenang-senang dengan yang bukan haknya

memang haram, lalu apakah berjabat tangan ini termasuk kholwat yang di

larang tersebut. Maka dari itu perlunya mengetahuai apa itu berkholwat

dan sejauh mana ketentuannya. Tentunya ada aturan atau batasan-batasan

sehingga seseorang di katakana berkholwat.

B. Penegasan Istilah

Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan persepsi dalam

memahami judul penelitian yang penulis inginkan, maka penulis ingin

menegaskan atau menguraikan setiap kata dari judul penelitian agar lebih

mudah di pahami.

1. Analisis

Analisis atau analisa berarti sifat uraian, penguraian, kupasan5.

2. Hukum

1 peraturan atau adat yg secara resmi dianggap mengikat, yg

dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah; 2 undang-undang,

peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; 3 patokan

(kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yg tertentu; 4

5Rosnia, wati.Kamus Lengkap Ilmiahpopular.2005.Karya Ilmu.Surabaya.hal:29.

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

6

keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl pengadilan);

vonis;

3. Islam

4. Berjabat tangan / bersalaman

1 saling menyalami; memberi salam dng saling berjabat tanganketika

bertemu, : mereka - sebelum berpisah;6

5. Pada pesta pernikahan

perayaan resepsi pernikahan, pernikahan atau Perkawinan ialah ikatan

lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.7

C. Pembatasan Masalah

Jika kita lihat dari kehidupan sehari-hari, maka salaman ini pasti

dapat kita temui di mana-mana, sekolahan, kampus, tempat organisasi,

taman dan tempat-tempat lain sebagainya, antara laki-laki dengan laki-

laki, perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan perempun, kecil,

muda, tua, hal ini sudah menjadi sesuatu yang lumprah di kalangan

masyarakat. Agar pembahasan ini tidak terlalu luas maka penulis ingin

membatasi penelitian ini dalam lingkup pesta pernikahan yang seakan-

akan sudah menjadi budaya di sekitar kita.

6KBBI online, http://kbbi.web.id akses 14 agustus 2015

7Lihat, UU. No.1 Tahun 1974 Pasal 1

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

7

D. Rumusam Masalah

Dari peneletian ini, penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang

hukum yang terkandung dalam permasalahan di atas secara lebih jelas,

anatara lain :

1. Apa hukum Islam berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan

?

2. Bagaimana pendapat dan sikap sebagian orang-orang yang

melakukannya ?

E. Tujuan Penelitian

Dari diskripsi masalah yang telah penulis uraikan dalam

permasalahan di atas tentunya penulis mempunyai alasan/tujuan mengapa

penulis berhasrat untuk mgetahui hukumnya lebih jauh, dan pastinya

selain untuk menambah pengetahuan penulis sendiri, dalam penelitian ini

penulis berharap agar hasil penelitian ini juga dapat menjadi manfaat buat

semuanya, dan tujuan penelitian ini antaranya :

1. Penulis ingin memperdalam pengetahuan hukum Islam tentang

masalah berjabat tangan antara laki-laki dengan perempuan yang

sudah menjadi kebiasaan di kalangan masyarakat.

2. Mengingat penelitian ini bersifat setudi kasus, maka penulis ingin

mengetahui pendapat dan sikap pelaku jabat tangan.

F. Manfaat Penelitian

Segala sesuatu yang di lakukan atas nama kebaikan pastilah

mengandung bermacam manfa‟at, begitu pula dengan penelitian ini

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

8

pastilah mengandung manfa‟at. Dan manfa‟at yang penulis inginkan antara

lain ;

1. Untuk diri penulis sendiri, selain untuk memenuhi tugas ahir atau

pembuatan sekripsi, penulis juga dapat menambah wawasan keilmuan

penulis itu sendiri serta untuk mendalami hukum-hukum yang tersirat

di dalamnya.

2. Untuk orang lain atau pembaca hasil karya ilmiyah tersebut. Dengan

hasil penelitian ini penulis harapkan supaya karya ini dapat memberi

manfa‟at dan kebaikan bagi semua orang yang membacanya.

G. Telaah Pustaka

No Nama Judul

Penelitian

Tahun Bentuk Isi

1 Siti

Istirokah

Dampak

Pembiasaan

Berjabat

Tangan

Dan

Mengucapkan

Salam

Terhadap

2010 skripsi 1. mengenai respon

siswa terhadap

pembiasaan yang

dilakukan sekolah

tentang berjabat tangan

dan mengucapkan

salam;perubahan sikap

tawadhu‟ siswa

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

9

Terbentuknya

Sikap

Tawadhu‟

Kepada Kedua

Orang Tua Di

Sdn

Candigaron Ii

Kecamatan

Sumowono

Kabupaten

Semarang

Tahun 2010

terhadap kedua orang

tuanya,pengaruh atau

dampak i antara

pembaisaan berjabat

tangan dan

mengucapkan salam

terhadap perubahan

sikap tawadhu‟ siswa

SD Negeri Candigaron

II kepada kedua orang

tuanya pada Tahun 2010

2 Halimatus

Sa‟diah

Profesi Tukang

Pijat Dalam

Perspektif

Hukum Islam

2010 skripsi Tentang bagaimana

hukum islam mengenai

profesi tukang pijit

3 Ahmad

Khoshi

Bahrowi

Jima‟DanImpli

kasi

Hukumnya

2007 skripsi Ketentuan-ketentuajn

dan dalil yang

menerangkan tentang

jima‟. Dan apakah jabat

tangan termasuk jima‟

tersebut.

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

10

4 Akhmad

Syamsul

Muniri

Jabat tangan

dalam akad

Nikah (studi

Sosiologis

makna berjabat

tangan di kua

kota malang

2007 skripsi Hakum tradisi jabat

tangan pada waktu akad

nikah

5 Asmahad

y

Berboncengan

lawan jenis

yang bukan

mahram

2014 skripsi Tentang bagaimana

hukum berboncengan

menurut syari‟at Islam

6 Muham

mad

Abduh

Tuasikal,

MSc

Hukum Jabat

Tangan dengan

Wanita Non

Mahram

2012 jurnal Hukum berjabat tangan

antara laki-laki dan

perempuan dan di

bedakan antara yang

muda dengan yang tua

7 Abu

Muawiah

Memandang

dan Berjabat

Tangan

Dengan Wanita

2008 jurnal Menerangkan tentang

apa hukum memandang

dan dan berjabat tangan

dengan non mahrom

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

11

Selain Mahram

8 Nawawi

B.

Subandi

jurnal hukum

bersentuhan

non

mahrom.pdf

2011 jurnal Mendalami hukum

bersentuhan kulit antara

non mahrom yang pada

saat ini sudah di anggap

hal biasa oleh

kebanyakan orang

9 Nawawi

bin

subandi

175- Dalil-dalil

Yang

Mengharamka

n Bersalaman

dan

Bersentuhan di

Antara Lelaki

Dengan Wanita

Bukan Mahram

2010 jurnal Menerangkan beberapa

pendapat tentang hukum

bersalaman antara laki-

laki dengan perempuan

10 Ahkam,

Muamala

h, Rizki

hukum berjabat

tangan dengan

wanita atau

laki-laki yang

2011 jurnal Menerangkan dalil-dalil

tentang hukum berjabat

tangan antara laki-laki

dan perempuan non

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

12

bukan mahram

mahrom

Dari berbagai skripsi dan jurnal di atas yang membahas tentang

jabat tangan dan bersentuhan dengan laki-laki, semuanya membahas

tentang apa hukum Islam menyangkut hal tersebut. Yang membedakan

dengan skripsi yang penulis susun yaitu skripsi ini membahas tentang apa

hukum Islam berjabat tangan pada pesta pernikahan yang sudah menjadi

kebisaan masyarakat Bandung Lor, Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten

Demak.

H. Metode Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian terdapat berbagai macam cara

atau metode penelitian yang bisa di gunakan seorang peneliti demi

memudahkan dan demi keberhasilan penelitian tersebut. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan

metode kualitatif yang memenuhi berbagai gejala sebagai suatu hal yang

saling terkait dalm hubungan fungsional dan merupakan satu kesatuan8.

Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisanya pada

proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika

8Sugino, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif, R&D, (Bandung:

Alfabeta,2006) hlm.105

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

13

hubungan antara fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika

alamiah.9

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian setudi kasus yang di

antaranya menggunakan metode :

1. Jenis Penelitian

Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif,

penelitian kualitatif adalah penelitian yang mengkonsumsikan bahwa

kenyataan-kenyataan empiris yang terjadi dalam suatu kompleks sosial

kultural yang saling terkait satu sama lain10

.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, artinya penelitian ini adalah

penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin

tentang manusia, keadaan atau gejala- gejala lainnya.11

guna

mendeskripsikan hukum berjabat tangan antara laki-laki dan

perempuan pada saat pesta pernikahan, dan selanjutnya dilakukan

analisis hukum Islam untuk mendapatkan kejelasan hukumnya.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Dengan meneliti hukum berjabat tangan antara laki-laki dan

perempuan pada saat pesta pernikahan Dalam Kajian Hukum Islam,

data yang di pakai meliputi:

9Saifudin azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010),Cet.Ke-X, hlm.5

10

M. Sayuti Ali. Metodologi Penelitian Agama. (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada,

2012), hlm 59 11

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,1994), hlm.10

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

14

a. Wawancara

Metode penelitian ini menggunkana metode wawancara

mendalam (Depth Interview).12

Peneliti melakukan wawancara

mendalam terhadap para pihak yang biasanya melakukan praktek

jabat tangan pada pesta pernikahan. Dan Dalam melakukan

wawancara ini peneliti dituntut harus melakukan pengumpulan data

sendiri dan tidak boleh diwakilkan.13

b. Observasi

Observasi merupakan kegiatan pemutusan perhatian

terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra14

.

Disini penulis menggunakan teknik observasi partisipasi

(participant observation) adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan dimana peneliti benar-benar terlibat dalam

keseharian responden.15

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode dengan cara menggali

kumpulan data variael, baik yang berbentuk tulisan artifac foto,

tape recorder dan monument.16

12 Burhan Ashshofa. Metode Penelitian Hukum. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004).

hlm. 61 13

Suharsimi arikunto,Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Rineka

cipta,2010) , Cet- XIV, hlm. 28 14

Sedarmayanti,dkk, Metodelogi Penelitian,(Bandung:CV. Mandar maju, 2002), hlm.81

15Op.cit

16Koenjtoroningrar, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:Gramedia,1991),

hlm.46.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

15

4. Tekhnik Analisis Data

Analisa yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang bertujuan untuk

menggambarkan, menjelaskan, menganalisa dan menginterpretasikan

suatu kejadian yang terjadi pada saat itu agar diperoleh informasi yang

lengkap dan jelas.17

Dengan pendekatan yuridis dalam hal ini penulis

mencoba menganalisa tentang praktek jabat tangan pada pesta

pernikahan dalam kajian hukum Islam yang ada dalam teori mata

kuliah fiqh muamalah.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan

pokok pembahasan yang akan dibahas, maka penulis menyusun

sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

1. Bagian Muka, terdiri dari:

Halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan,

halaman motto, halaman persembahan, abstrak, halaman kata pengantar

dan halaman daftar isi.

2. Bagian isi dan Batang Tubuh ,terdiri dari beberapa bab:

BAB I : Pendahuluan, berisi tentang:

A. Latar belakang masalah

17

Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),

Cet. Ke-2, hlm. 269

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

16

B. Penegasan judul

C. Pembatasan masalah

D. Rumusan masalah

E. Tujuan penelitian

F. Manfaat penelitian

G. Telaah pustaka

H. Metode penelitian

I. Sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Ketentuan Umum berjabat tangan :

A. Pengertian salaman atau jabat tangan

B. Ketentuan hukum Islam berjabat tangan menurut beberapa

pendapat ulama‟

BAB III : dalam bab ini meliputi :

A. Profil desa

B. Praktik pelaksanaan

BAB IV : Meliputi :

A. Analisis hukum Islam berjabat tangan

B. Analisis terhadap pihak yang melakukan praktik berjabat

tangan.

BAB V : penutup, meliputi

A. Simpulan

B. Kritik dan saran

C. penutup

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.unisnu.ac.id/423/2/bab 1.pdf · 2016-05-10 · tetapi ada beberapa ulama kontemporer seperti Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh „Athiyah

17

bagian terahir meliputi :

A. daftar pustaka

B. daftar riwayat hidup

C. lampiran-lampiran