UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN...

98
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MIKROEMULSI YANG MENGANDUNG EKSTRAK UMBI TALAS JEPANG (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) SEBAGAI ANTI-AGING. SKRIPSI ATHIYAH 1111102000031 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2015

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MIKROEMULSI

YANG MENGANDUNG EKSTRAK UMBI TALAS

JEPANG (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum)

SEBAGAI ANTI-AGING.

SKRIPSI

ATHIYAH

1111102000031

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MIKROEMULSI

EKSTRAK UMBI TALAS JEPANG (Colocasia esculenta

(L.) Schott var antiquorum) SEBAGAI ANTI-AGING

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ATHIYAH

1111102000031

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Athiyah

NIM : 1111102000031

Tanda Tangan : :

Tanggal : 8 Juli 2015

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Athiyah

NIM : 1111102000031

Program Studi : Farmasi

Judul : Formulasi dan Evaluasi Fisik Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas

Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) sebagai

Anti-Aging

Disetujui Oleh:

Pembimbing II

Mengetahui,

Kepala Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing I

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:

Nama : Athiyah

NIM : 1111102000031

Program Studi : Strata-1- Farmasi

Judul Skrips : Formulasi dan Evaluasi Fisik Mikroemulsi Ekstrak Umbi

Talas Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var

antiquorum) sebagai Anti-Aging

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Azrifitria, M.Si., Apt. ( )

Pembimbing II : Afriani Rahma, M.Farm., Apt. ( )

Penguji I : Yuni Anggraeni, M.Farm.,Apt. ( )

Penguji II : Ismiarni Komala, M.Sc., Ph.D., Apt. ( )

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal :8 Juli 2015

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

vi

ABSTRAK

Nama : Athiyah

Program Studi : Strata-1- Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi dan Evaluasi Fisik Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas

Jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum) sebagai

Anti-Aging.

Umbi Talas Jepang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai

anti-aging. Umbi talas jepang megandung senyawa polifenol, vitamin C, vitamin

A, monogliserida, besi, tarin dan saponin yang berperan dalam menghambat dan

memperlambat proses penuaan. Pada penelitian ini dilakukan pengembangan

formulasi berupa mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang untuk meningkatkan

kemampuan penetrasi ke dalam kulit. Pembuatan mikoemulsi dilakukan

menggunakan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 serta variasi jenis

kosurfaktan (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen glikol 400)

denganberbagaikonsentrasi. Kemudiandihasilkanmikroemulsidengankomposisi

15% tween 80, 23% span 80, 5% polietilen glikol 400, 48,5% minyak zaitun,

0,5% vitamin E, 3% ekstrak umbi talas jepang, dan 5% akuades dengan kecepatan

pengadukan ±750 rpm, suhu 31-35 ⁰C selama 30 menit. Hasil evaluasi fisik

mikroemulsi menunjukan nilai pH 5,875, nilai viskositas 364 cP dengan tipe

aliran Newton, tipe air dalam minyak (a/m), bobot jenis 0,959 g/ml, dan stabil

pada suhu ruang (25 ± 2 ⁰C) dan suhu rendah (4 ± 2 ⁰C).

Kata Kunci : ekstrak umbi talas jepang, mikroemulsi, stabilitas fisik.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

vii

ABSTRACT

Name : Athiyah

Program Study : Pharmacy

Title : Formulation and Physical Evaluation of microemulsion of

Japanese Taro Tuber Extract (Colocasia esculenta (L.)

Schott var antiquorum) as an Anti-Aging agent

Japanese taro tuber is a plant that has potential as an anti-aging angent.

Japanese taro tuber consistst of polyphenol compounds, vitamin C, vitamin A,

monoglycerides, iron, tarin and saponins that play a role in inhibiting and slowing

the aging process. In this research, the development of a microemulsion

formulation of the Japanese taro root extract is to increase the ability to penetrate

the skin. Microemultion is made by using a combination of surfactants, which are

tween 80 and span 80 as well as variations in the type of cosurfactant (propylene

glycol, glycerin, ethanol, and polyethylene glycol 400) with various

concentrations. The result of the obtained microemulsion had a composition of

15% tween 80, 23% span 80, 5% polyethylene glycol 400, 48.5% olive oil, 0.5%

vitamine E, 3% taro root extract, and 5% distilled water with stirring speed at±750

rpm, temperature at 31-35 ⁰C for 30 minutes. Microemulsion physical evaluation

results showed that the value of pH was 5.875, viscosity value was 364 cP with

the Newton flow type, thewater-in-oil (a / m) type , the specific gravity was 0.959

g / ml, and showed stability at room temperature (25 ± 2 ⁰C) and low temperature

( 4 ± 2 ⁰C).

Keywords : Japanese taro tuber extract, microemulsion, physical stability.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

viii

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Formulasi

dan Evaluasi Fisik Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang (Colocasia

esculenta (L.) Schott var antiquorum) Sebagai Anti-Aging”. Penulisan skripsi

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untk mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt. dan IbuAfriani Rahma, M.Si., Apt. sebagai

Pembimbing yang telah bersedia memberikan ilmu, waktu, tenaga,

nasehat, serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Yardi, Ph.D., Apt danIbuNelly Suryani, M.Si., Ph.D., Apt.sebagai

ketua dansekretarisProgram Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan.

3. Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Puteri Amelia M.Farm., Apt.sebagai pembimbing akademik yang telah

membimbing dan memberikan dukungan dalam menghadapi

permasalahan-permasalahan akademik.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selamamenempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orangtua tercinta Ayahanda Abu Yazid dan Almarhumah Ibunda

Siti Barkah,serta adik-adiktersayangHafiz, Qanita, dan Sami dankeluarga

besar yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang,

dukungan, serta doa setiap waktu.

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

ix

7. Teman seperjuangan di LaboratoriumPenelitian 2,Sheila, Evi, Lela,

Happy, dan teman seperjuangan lainnya yang telah mengalami badai

rintangan bersama dan tempat berbagi keluh kesah.

8. Sahabat-sahabat tercinta, Laila, Elsa, Annisa, Tiara, Silvia, Karimah,

Sheila, Arini, Puput, Sheila, Meryza, dan teman-teman Farmasi ABCD

yang telah menjadi keluarga kedua yang telah menghabiskan waktu susah

senang bersama.

9. Laboran-laboran yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini

Kak Eris, Kak Lisna, Kak Rani, Kak Tiwi,dan Kak Rahmadi.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian

dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini,

oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan

semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 8 Juli 2015

Athiyah

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGANAKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islma Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Athiyah

NIM : 1111102000031

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya

dengan judul:

FORMULASI DAN EVALUASI FISIK MIKROEMULSI EKSTRAK UMBI

TALAS JEPANG (Colocasiaesculenta (L.) Schott varantiquorum) SEBAGAI

ANTI-AGING

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : 8 Juli 2015

Yang menyatakan,

(Athiyah)

DAFTAR ISI

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xi

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1 TanamanTalasJepang ............................................................................. 4

2.1.1 Taksonomi .................................................................................... 4

2.1.2 Kandungan Kimia ........................................................................ 4

2.2 Kulit ........................................................................................................ 5

2.2.1Epidermis ...................................................................................... 5

2.2.2Dermis ........................................................................................... 7

2.2.3Subkutis ......................................................................................... 7

2.2.4FisiologiKulit ................................................................................ 7

2.2.5 PenetrasiObatMelaluiKulit ........................................................... 9

2.3Kosmetik ............................................................................................... 10

2.4Penuaan ................................................................................................. 11

2.4.1Teori Proses Penuaan .................................................................. 11

2.4.2 Proses PenuaanpadaKulit ........................................................... 12

2.4.3Faktor-Faktor yang MempengaruhiPenuaanKulit ....................... 13

2.5Antioksidan ........................................................................................... 14

2.6 Mikroemulsi ......................................................................................... 15

2.7 KomponenMikroemulsi ....................................................................... 17

2.7.1 MinyakZaitun ............................................................................. 17

2.7.2 Span 80 ....................................................................................... 18

2.7.3 Tween 80 .................................................................................... 18

2.7.4 Poletilen Glikol 400 (PEG 400) ................................................. 19

2.7.5Vitamin E .................................................................................... 19

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 21

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 21

3.2.1 Alat ............................................................................................. 21

3.2.2 Bahan .......................................................................................... 21

3.3 Prosedur Kerja ...................................................................................... 22

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xii

3.3.1DeterminasiTanaman .................................................................. 22

3.3.2Karakterisasi EkstrakUmbi Talas Jepang .................................... 22

3.3.2.1 Karakterisasi non spesifik ...................................... 22

3.3.2.2Karakterisasispesifik ............................................... 23

3.3.2.3UjiKelarutan ............................................................ 23

3.3.3 MetodeEkstraksi ......................................................................... 22

3.3.4PenapisanFitokimia ..................................................................... 23

3.3.5Penetapan Kadar Polifenol Total................................................. 24

3.3.5.1PembuatanLarutanIndukAsamGalat ....................... 24

3.3.5.2 Penetapan PanjangGelombangMaksimum............. 24

3.3.5.3PembuatanKurvaStandar ......................................... 25

3.3.5.4Penentuan Kadar Total SenyawaPolifenol .............. 25

3.3.6UjiAntioksidandenganMetode DPPH ......................................... 26

3.3.6.1PembuatanLarutan DPPH ....................................... 26

3.3.6.2PembuatanLarutanBlanko ....................................... 26

3.3.6.3PenentuanAktivitasAntioksidan .............................. 26

3.3.7 PembuatanMikroemulsi ............................................................. 26

3.3.7.1 UjiPendahuluan....................................................... 26

3.3.7.2FormulasiMikroemulsi ............................................ 27

3.3.8 EvaluasiFisikMikroemulsi ......................................................... 27

3.3.8.1PemeriksaanOrganoleptik ....................................... 27

3.3.8.2Uji pH ...................................................................... 28

3.3.8.3UjiTipeMikroemulsi ................................................ 28

3.3.8.4PenentuanViskositas ............................................... 28

3.3.8.5 PengukuranBobotJenis ........................................... 26

3.3.8.6UjiStabilitas ............................................................. 28

3.3.8.7Cycling Test ............................................................. 29

3.3.8.8UjiSentrifugasi ........................................................ 29

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30

4.1DeterminasiTanaman ............................................................................ 30

4.2Karakterisasi .......................................................................................... 30

4.3PenapisanFitokimia ............................................................................... 32

4.4Penetapan Kadar Total Polifenol .......................................................... 34

4.5UjiAntioksidandenganMetode DPPH ................................................... 37

4.6FormulasiMikroemulsi .......................................................................... 38

4.7EvaluasiFisikMikroemulsi .................................................................... 46

4.7.1PemeriksaanOrganoleptik ...................................................... 46

4.7.2 Uji pH .................................................................................... 47

4.7.3 Uji Viskositas ........................................................................ 47

4.7.4PenentuanTipeMikroemulsi ................................................... 48

4.7.5PengukuranBobotJenis ........................................................... 49

4.7.6 Uji Sentrifugasi ..................................................................... 49

4.7.7Cycling Test ............................................................................ 49

4.7.8UjiStabilitas ............................................................................ 50

BAB 5. PENUTUP ................................................................................................ 54

5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 54

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xiii

5.2 Saran ..................................................................................................... 54

Daftar Pustaka .................................................................................................... xvi

Lampiran ........................................................................................................... xxii

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 PerbedaanAntara Penuaan Intrinsik dan Ekstrinsik ............................. 13

Tabel 3.1 Formula Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang ............................. 27

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Umbi Talas Jepang .................................. 31

Tabel 4.2 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Umbi Talas Jepang ...................... 33

Tabel 4.3 Nilai Absorbansi Standar Asam Galat ................................................. 35

Tabel 4.4 Kadar Total Polifenol Ekstrak Umbi Talas Jepang .............................. 36

Tabel 4.5 Nilai Absorbansi, % Inhibisi, dan IC50 Ekstrak Umbi Talas Jepang .... 37

Tabel 4.6 Hasil Optimasi Formula Sediaan Mikroemulsi .................................... 41

Tabel 4.7 Hasil Optimasi Kondisi Pemebentukan Mikroemulsi .......................... 45

Tabel 4.8 Hasil Formula dan Kondisi Terbaik ..................................................... 45

Tabel 4.9 HasilPemeriksaanOrganoleptikdanHomogenitas ................................. 46

Tabel 4.10 Nilai Viskositas Mikroemulsi pada Berbagai Kecepatan .................... 48

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Organoleptik Mikroemulsi pada Cycling Test ....... 50

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Makroskopik Mikroemulsi pada Berbagai Suhu ... 51

Tabel 4.13 Hasil Pengukuran pH dan Viskositas Mikroemulsi ............................. 52

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Umbi Talas Jepang ........................................................................... 4

Gambar 2.2 Struktur Anatomi Kulit ..................................................................... 5

Gambar 2.3 Struktur Alpha Tocopherol ............................................................. 19

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Galat .......................................................... 36

Gambar 4.2 Bagan Optimasi Pembentukan Mikroemulsi .................................. 40

Gambar 4.3 Diagram Fase Pseudoterner Mikroemulsi ...................................... 43

Gambar 4.4 Reogram Awal Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang ............. 48

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penelitian ................................................................................ 55

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman ........................................................... 56

Lampiran 3. Gambar Hasil Penapisan Fitokimia ................................................ 57

Lampiran 4. Perhitungan Parameter Non Spesifik Ekstrak Umbi Talas Jepang 59

Lampiran 5. Perhitungan dan Hasil Penetapan Kadar Total Polifenol ............... 60

Lampiran 6. Hasil dan PerhitunganAktivitas Antioksidan ................................. 63

Lampiran 7. Nilai Viskositas Mikroemusi pada Berbagai Kecepatan ................ 66

Lampiran 8. Gambar Hasil Penelitian ................................................................. 70

Lampiran 9. Certificate of Analysis Asam Galat ................................................ 72

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan telah menjadi masalah tersendiri bagi kaum wanita. Penuaan

merupakan suatu proses multidimensional, yakni mekanisme perusakan dan

perbaikan di dalam tubuh dan sistem tersebut terjadi secara bergantian pada

kecepatan dan saat-saat yang berbeda (Tambayong, 2000). Proses terjadinya

penuaan kulit tidak sama pada setiap orang. Pada orang tertentu proses penuaan

kulit terjadi sesuai dengan usianya sedangkan pada orang lain dapat datang lebih

cepat, keadaan ini disebut sebagai penuaan dini (premature aging). Hal ini

menunjukan bahwa proses penuaan pada setiap individu berbeda, tergantung dari

berbagai faktor yang mempengaruhi dan mempercepat proses penuaan

(Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003). Meskipun proses penuaan adalah

sesuatu yang harus terjadi, namun berbagai usaha untuk mencegah atau

memperlambatnya terus dilakukan. Salah satu bentuk upaya untuk mencegah atau

memperlambat terjadinya proses penuaan dini adalah dengan menggunakan

sediaan kosmetik, berupa anti-aging yang memiliki kemampuan untuk mencegah

atau memperlambat terjadinya proses tersebut (Elsnerdan Howard, 2000 dan

Tranggono dan Latifah, 2007).

Kurun waktu terakhir, banyak dikembangkan penelitian yang berfokus

pada bahan alam, termasuk penelitian di bidang kosmetik. Penggunaan bahan

alami dari tanaman memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah tidak

menyebabkan terjadinya efek samping (Chen, Pearson, dan Gray, 1992; Kahl dan

Kappus, 1993). Salah satu tumbuhan yang telah digunakan oleh masyarakat

sebagai anti-aging adalah talas jepang (Colocasia esculenta (L.) Schott var

antiquorum. Talas jepang juga biasa digunakan sebagai obat dalam mempercepat

penyembuhan luka sehingga talas jepang dianggap memiliki kemampuan untuk

meregenerasi sel yang rusak. Talas jepang memiliki kandungan polifenol, vitamin

C, vitamin A, besi, saponin, dan monogliserida ((2’S)-1-O-(9-oxo-10(E),12(E)-

oktadekadienoil) gliserol, besi, saponin, dan tarin yang mempunyai manfaat

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai anti-aging (Wang, 1983; Lintner dan Sederma, 2015; Sharma dan Arvind

Sharma, 2012; dan Kim, Moon, Seon Yeo, dan Kang, 2010). Hal inilah yang

melatarbelakangi pembuatan sediaan anti-aging dari ekstrak umbi talas jepang.

Kulit memiliki pertahanan yang sulit ditembus oleh molekul obat terutama

yang bersifat hidrofilik (Tranggono dan Latifah, 2007) sehingga ekstrak umbi

talas jepang akan sulit untuk berpenetrasi karena ekstrak talas jepang bersifat

hidrofilik. Zat aktif dalam sediaan harus mampu melewati kulit terutama lapisan

tanduk (stratum korneum) yang merupakan lapisan penghalang utama

(Fatmawaty, Tjendra, Riski, dan Nisa, 2012). Oleh sebab itu perlu dikembangkan

bentuk sediaan yang dapat meningkatkan penetrasinya, diantaranya adalah bentuk

sediaan mikroemulsi.

Produk kosmetik ekstrak umbi talas jepang yang telah beredar adalah

dalam bentuk krim sehingga bentuk mikroemulsi ini merupakan salah satu dari

upaya pengembangan dari produk ekstrak umbi talas jepang. Kosmetik dalam

bentuk mikroemulsi merupakan kosmetik yang mulai dikembangkan di zaman

teknologi yang lebih maju seperti sekarang, karena memiliki sistem penghantaran

baru dan menjanjikan hasil yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan sediaan

topical lainnya, seperti sediaan krim. Mikroemulsi tersusun atas air, minyak, dan

surfaktan, terkadang bersama kosurfaktan (Flanagan dan Singh, 2006; Cho, Kim,

Bae, Mok, dan Park, 2008). Sifat mikroemulsi yang termodinamis dapat

mendukung partisi ke dalam kulit. Sarana mikroemulsi juga dapat mengurangi

penghalang difusi dari stratum korneum dan menunjukan peningkatan efisiensi

dalam penetrasi melalui kulit (Zhu dan Gao, 2008; Shetye dkk, 2010).

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan sediaan mikroemulsi tipe air

dalam minyak (a/m) dari ekstrak umbi talas jepang dan melihat kestabilannya

secara fisik. Tipe ini dipilih karena zat aktif (fase terdispersi) berifat hidrofil.

Pembuatan mikroemulsi ini dilakukan dengan menggunakan minyak zaitun dan

vitamin E sebagai fase minyak. Pada penelitian ini dilakukan penentuan

konsentrasi kombinasi surfaktan yang digunakan, yakni span 80 dan tween 80

dengan beberapa variasi kosurfaktan, yakni propilen glikol, gliserin, etanol, dan

polietilen glikol (PEG) 400 pada berbagai konsentrasi agar dapat menghasilkan

sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil.

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, terdapat masalah yang

harus terselesaikan, yaitu:

1.2.1 Apakah jenis kosurfaktan dan berapa konsentrasi kosurfaktan dan

surfakatan (tween 80 dan span 80) yang dapat membentuk mikroemulsi

tipe air dalam minyak (a/m) ekstrak umbi talas jepang?

1.2.2 Apakah produk ekstrak umbi talas jepang dapat dibuat menjadi sediaan

mikroemulsi air dalam minyak (a/m) yang stabil secara fisik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula mikroemulsi

air dalam minyak (a/m) ekstrak umbi talas jepang dan mengevaluasi kestabilan

fisik sediaan.

1.4 Manfaat Peneltian

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai stabilitas fisik

mikroemulsi air dalam minyak (a/m) ekstrak umbi talas jepang dan memberikan

tambahan pengetahuan kepada penulis mengenai mikroemulsi.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Talas Jepang

2.1.1 Taksonomi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Liliopsida

Sub Kelas : Arecidae

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta (L.) Schott

Varian : Colocasia esculenta (L.) Schott var antiquorum

(Anonim, 2012, p. 376)

Gambar 2.1.Umbi Talas Jepang

[sumber : Bebeja, 2014]

2.1.2 Kandungan Kimia

Umbi talas jepang mengandung senyawa polifenol, vitamin C, vitamin A,

81,40% air; 0,07% lemak; 15, 34% karbohidrat; 0,63% serat; 1,44% protein;

0,013 kalsium; 0,032% fosfat; 0,0015% besi; kalsium oksalat; alkaloid, vitamin

B1.Talas jepang mengandung sejumlah tinggi seng dan asam folat (Irawan,

Hanny, Suwido, Yasuyuki, Mitsuru, dan Ici, 2006).Asam glikolat oksidase

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Okamoto, 1967 dalam Wang, 1983), antosianin, karoten, steroid, pati,

glukosamin, galaktosa, glukosa, arabinosa, ribosa, ramnosa, dan glukonolakton

(Wang, 1983).

2.2 Kulit

Kulit merupakan organ terluas penyusun tubuh manusia yang terletak

paling luar dan menutupi seluruh permukaan tubuh (Kumesan, 2013). Luas kulit

orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan (Anwar,

2012).Kulit manusia mempunyai ketebalan yang bervariasi, mulai dari 0,5 mm

hingga 5 mm (Tranggono dan Latifah, 2007).

Secara histologis, kulit tersusun atas 3 lapisan utama, yaitu lapisan

epidermis atau kutikel, lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin), dan lapisan

subkutis (hipodermis) (Anwar, 2012).

Gambar 2.2.Struktur Anatomi Kulit

[sumber :US National Institute of Health, 2013]

2.2.1 Epidermis

Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis pipih, dengan sel epitel yang

mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari lima bagian, yakni (Anwar,

2012):

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Stratum germinativum (stratum basal)

Merupakan lapisan terbawah epidermis.Di dalamnya terdapat sel-sel

melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan fungsinya hanya

membentuk pigmen-pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel

keratinosit melalui dendrit-dendritnya.Melanin merupakan pigmen utama untuk

warna dari kulit manusia (Hearing, 2005).

b. Stratum spinosum

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri.Intinya besar dan

oval.Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein

(Tranggono dan Latifah, 2007).Seluruh selnya terikat rapat lewat serat-serat yang

ada pada sitoplasma sehingga secara keseluruhan lapisan sel-selnya

berduri.Lapisan ini untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar, tebal, dan

terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan

tegangan (Syaifuddin, 2009).

c. Stratum granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar,

berinti mengkerut (Tranggono dan Latifah, 2007).Lapisan ini menghalangi

masuknya benda asing, kuman, dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh

(Syaifuddin, 2009).

d. Stratum lusidum

Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak

jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.Antara stratum lusidum dan stratum

granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak

bisa ditembus (impermeable) (Tranggono dan Latifah, 2007).

e. Stratum korneum

Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki

inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit

mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang

tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia (Tranggono

dan Latifah, 2007).

Dari sudut kosmetik, epidermis merupakan bagian kulit yang menarik

karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis (Tranggono dan Latifah, 2007).

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2 Dermis

Dermis merupakan jaringan ikat fibroelastis.Lapisan ini jauh lebih tebal

daripada epidermis(Anwar, 2012).Dermis terutama terdiri dari bahan dasar

serabut kolagen dan elastin, yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat

koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.Serabut kolagen dapat mencapai

72 persen dari keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis

terdapat adneksa-adneksa kulit, seperti folikel rambut, papilla rambut, kelenjar

keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh

darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan

lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.3 Subkutis

Lapisan ini ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel lemak

yang membentuk jaringan lemak.Lapisan lemak ini disebutpanikulus adipose

yang berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan.Di lapisan ini terdapat

ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah bening (Anwar, 2012).

2.2.4 Fisiologi Kulit

Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan yang lainnya di

dalam tubuh manusia, dengan berbagai fungsi antara lain (Anwar, 2012):

a. Fungsi proteksi

Kulit dapat melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan

fisik maupun mekanik. Gangguan fisik misalnya tekanan mekanik, gesekan,

tarikan, panas, dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, dan gangguan

kuman, jamur, bakteri atau virus sedangkan gangguan kimiawi, seperti zat-zat

kimia iritan. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan

lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi

sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan kimia ditanggulangi dengan

adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjarpalit kulit yang

mempunyai pH 4,5-6,5 (Anwar, 2012).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Fungsi absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan maupun benda

padat.Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin mudah diserap kulit,

begitu pula zat yang larut dalam minyak.Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi

oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan udara, metabolisme, dan jenis

pembawa zat yang menempel di kulit.Absorpsi dapat melalui celah antar sel,

saluran kelenjar atau kelenjar rambut (Anwar, 2012).

c. Fungsi ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau

sisa metabolisme dalam tubuh, misalnya NaCl, urea, asam urat, amonia, dan

sedikit lemak (Anwar, 2012).

d. Fungsi pengindra (sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutis.Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangsangan dingin dan

rangsangan panas diperankan oleh badan Krause.Badan taktil Meissner yang

terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-

Renvier yang terletak di epidermis (Anwar, 2012).

e. Fungsi termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan

mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit (Anwar, 2012).

f. Fungsi pembentukan pigmen (melanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan basal

epidermis.Jumlah melanosit dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan

warna kulit (Anwar, 2012).

g. Fungsi keratinisasi

Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah

bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat ke atas menjadi lebih gepeng

dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas

lebih gepeng dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya

sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mongering

menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduk. Proses ini berlangsung

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar dapat

melaksanakan fungsinya secara baik (Anwar, 2012).

h. Fungsi produksi vitamin D

Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-

dihidroksikolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun, produksi ini masih

lebih rendah dari kebutuhan tubuh (Anwar, 2012).

2.2.5 Penetrasi Obat Melalui Kulit

Penetrasi obat melintasi stratum korneum dapat terjadi karena adanya

proses difusi melalui dua mekanisme, yaitu (Anwar, 2012):

a. Absorpsi transepidermal

Jalur ini merupakan jalur utama bila dibandingkan dengan jalur melalui

kelenjar-kelenjar lainnya karena luas permukaan epidermal 100 sampai 1000 kali

lebih luas dari permukaan kelenjar-kelenjar tersebut.Jalur absorpsi transepidermal

merupakan jalur difusi melalui stratum korneum yang terjadi melalui dua jalur,

yaitu jalur transelular yang berarti melalui protein di dalam sel dan melewati

daerah yang kaya akan lipid, dan jalur paraselular yang berarti jalur melalui ruang

antar sel (Anwar, 2012).

Penetrasi transepidermal berlangsung melalui dua tahap.Pertama,

pelepasan obat dari pembawa ke stratum korneum, tergantung koefisien partisi

obat dalam pembawa dan stratum korneum.Kedua, difusi melalui epidermis dan

dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan dermis (Anwar, 2012).

b. Absorpsi transappendageal

Merupakan jalur masuknya obat melalui folikel rambut dan kelenjar

keringat disebabkan karena adanya pori-pori di antaranya, sehingga

memungkinkan obat berpenetrasi (Anwar, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi perkutan adalah sifat-sifat

fisikokimia dari obat, sifat pembawa yang digunakan, dan kondisi fisiologis

kulit.(Anwar, 2012).

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3 Kosmetik

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44/Menkes/Permenkes/1998

kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada

bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian

luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik,

mengubah penampilan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik menurut kegunaannya bagi kulit dibagi menjadi kosmetik

perawatan kulit (skin-care cosmetics), kosmetik untuk mulut (oral cosmetics), dan

wangi-wangian (fragrances) (Mitsui, 1993).

Kosmetik perawatan kulit disebut juga kosmetik wajah dan terutama

digunakan pada wajah (Mitsui, 1993).Kosmetik wajah terdiri dari kosmetik untuk

membersihkan kulit atau cleanser (sabun, cleansing cream, cleansing milk, dan

freshener), Kosmetik untuk melembabkan kulit atau moisturizer (moisturizing

cream, night cream, anti wrinkle cream), kosmetik untuk menipiskan kulit atau

peeling (scrub cream).Kosmetik anti penuaan atau anti-aging merupakan salah

satu kosmetik perawatan kulit (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah,

2007).

Kosmetik riasan diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek

psikologis yang baik. Contoh dari kosmetik riasan ini adalah foundation, eye make

up, lipstick, dan rouges (Wasitaatmadja, 1997; Tranggono dan Latifah, 2007).

Kosmetik perawatan rambut diantaranya adalah shampoo, preparat

perawatan dan gaya rambut (hair styling). Produk yang termasuk didalamnya

yaitu promoter penumbuh rambut dan perawatan kulit kepala dan rambut (Mitsui,

1993).

Kosmetik perawatan mulut diantaranya, yaitu pasta gigi dan produk

penyegar mulut (Mitsui, 1993).

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Penuaan

Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang akan terjadi pada semua

makhluk hidup yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit (Cunningham,

1998).

2.4.1 Teori Proses Penuaan

Bermacam-macam teori proses penuaan telah dikemukakan para ahli

namun sampai saat ini mekanisme yang pasti belum diketahui. Ada berbagai teori

penuaan, antara lain (Soepardiman, 2003 dan Wasiaatmadja, 1997):

1. Teori Replikasi DNA

Teori ini mengemukakan bahwa terjadinya proses penuaan disebabkan

kematian sel secara perlahanlahan antara lain akibat pengaruh sinar ultraviolet

(sinar matahari) yang merusak sel DNA sehingga mempengaruhi masa hidup sel

(Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

2. Teori Kelainan Alat

Proses penuaan terjadi kibat kerusakan DNA yang menyebabkan

terbentuknya molekul-molekul yang tidak sempurna sehingga terjadi kelainan

enzim-enzim intraselular yang mengakibatkan kerusakan atau kematian sel

(Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

3. Teori Ikatan Silang

Proses penuaan merupakan akibat dari pembentuan ikatan silang yang

progresif dari protein-protein intraseluler dan interseluler serabut kolagen yang

menyebabkan kolagen kurang lentur dan tidak tegang (Cunningham, 1998;

Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

4. Teori Neuro-Endokrin

Proses menjadi tua diatur oleh organ-organ penghasil hormon seperti timus,

hipotalamus, hipofisis, tiroid yang secara berkaitan mengatur keseimbangan

hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh manusia (Cunningham, 1998;

Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

5. Teori Radikal Bebas

Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai

mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tubuh yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan

sangat reaktif. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus

menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang

sel-sel tubuh yang normal. Akibatnya sel-sel akan rusak dan menua serta

mempercepat timbulnya kanker (Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan

Wasiatmadja, 1997).

2.4.2 Proses Penuaan pada Kulit

Proses penuaan kulit mempunyai dua fenomena yang saling berkaitan,

yaitu:

1. Proses Kronologis (Penuaan Intrinsik)

Merupakan proses penuaan fisiologis yang berlangsung secara alamiah,

disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik, hormonal,

dan rasial. Fenomena ini tidak dapat dicegah atau dihindari dan mengakibatkan

perubahan kulit yang menyeluruh sesuai dengan pertambahan usia (Cunningham,

1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

2. Proses penuaan ekstrinsik

Proses ini terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. faktor lingkungan

seperti sinar matahari, kelembaban udara, suhu, dan berbagai faktor eksternal

lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini.

Perubahan pada kulit terutama terjadi di daerah terpajan seperti kulit wajah

sehingga wajah terlihat lebih tua, tidak sesuai dengan usia yang sebenarnya

(Cunningham, 1998; Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

Secara garis besar gejala penuaan intrinsik dan penuaan ekstrinsik

(photoaging) dapat dibedakan sebagai berikut (Soepardiman, 2003 dan

Wasiatmadja, 1997):

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penuaan Intrinsik dan Ekstrinsik

Penuaan Intrinsik Penuaan Ekstrinsik

Kulit tipis dan halus

Kulit kering

Kerut halus, garis ekspresi lebih

dalam

Kulit kendur

Dapat timbul tumor jinak

Kulit menebal dan kasar

Kulit kering

Kerut lebih dalam dan nyata

Bercak pigmentasi tidak teratur

Pelebaran pembuluh darah

Dapat timbul tumor jinak, pra

kanker maupun kanker kulit

2.4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penuaan Kulit

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses penuaan pada kulit

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor intrinsik

Merupakan faktor-faktor dari dalam tubuh yang berpengaruh pada proses

penuaan kulit, diantaranya (Cunningham, 1998 dan Soepardiman, 2003):

a. Keturunan (genetik)

b. Rasial

c. Hormonal

2. Faktor ekstrinsik

Berbagai faktor dari luar tubuh yang dapat menyebabkan proses penuaan

dini, antara lain:

a. Faktor lingkungan

1. Sinar matahari

Sinar matahari merupakan faktor utama penyebab terjadinya proses

penuaan kulit. Penuaan dini yang terjadi akibat paparan sinar matahari disebut

sebagai photo aging (dermatoheliosis) (Wasiatmadja, 1997 dan Pellerano dan

Bemstein, 1996). Kulit yang terpapar oleh sinar matahari akan menyerap

radiasi sinar UV dan menghasilkan komponen yang berbahaya yaitu Reactive

Oxygen Species (ROS) yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada

komponen seluler seperti dinding sel, membran lipid, mitokondria, dan DNA.

Pembentukan ROS tersebut akan menginduksi aktivator protein (AP)-1 yang

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan faktor transkripsi yang menghambat produksi kolagen dan

meningkatkan penghancuran kolagen dengan memperbanyak enzim yang

disebut matriks metalloproteinase (MMPs) (Helfrich, Sachs, and Voorhees,

2008).

Radiasi UV juga menyebabkan penurunan pembentukan transforming

growth factor (TGF)-beta yang merangsang pembentukan kolagen sehingga

pembentukan kolagen menurun (Helfrich, Sachs, and Voorhees, 2008). Selain

itu, radikal bebas juga dapat dihasilkan polusi udara, asap rokok, paparan dari

bahan kimia, dan bahan tambahan pada makanan seperti pengawet, pewarna,

dan pelezat (Cunningham, 1998 dan Wasiatmadja, 1997).

2. Kelembaban udara

Kelembaban udara yang rendah di daerah pengunungan atau dataran

tinggi, ruangan AC, paparan angin, dan suhu dingin akan menyebabkan kulit

menjadi kering sehingga mempercepat proses penuaan kulit (Wasiatmadja,

1997 dan Pellerano dan Bemstein, 1996).

3. Keadaan gizi yang buruk

4. Stress psikologis

5. Pemakaian otot-otot muka yang berulang-ulang dan berlagsung lama

6. Penyakit menahun

7. Kehilangan struktur penunjang kulit yang berlebihan (Cunningham, 1998;

Soepardiman, 2003; dan Wasiatmadja, 1997).

Berbagai masalah dan kelainan kulit dapat timbul pada kulit yang menua,

yakni:

1. Kulit kering dan kasar (Pindha IGAS, 2000).

2. Kulit kendur, timbul kerutan, dan lipatan kulit yang nyata (Pindha IGAS,

2000).

3. Bercak pigmentasi (Cunningham, 1998; Pellerano dan Bemstein, 1996; dan

Pindha IGAS, 2000).

4. Tumor kulit (Cunningham, 1998; Pellerano dan Bemstein, 1996; dan Pindha

IGAS, 2000).

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyi struktur molekul yang dapat

memberikan elektron dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas

(Kumalaningsih, 2006). Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu

menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah

terbentuknya radikal. Antioksidan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu antioksidan

larut air seperti natrium metabisulfit dan vitamin C dan antioksidan larut lemak

seperti BHT dan BHA (Angela, 2012).

Ada berbagai metode dalam menguji aktivitas antioksidan, beberapa

diantaranya adalah dengan meenggunakan metode aktivitas penghambatan radikal

superoksida, metode Reducing Power, metode uji kapasitas serapan radikal

oksigen, metode tiosianat, dan metode peredaman dengan DPPH (2,2 Diphenyl-1-

picrylhidrazyl), dan metode penimbangan (Angela, 2012).

Metode peredaman dengan DPPH merupaka uji aktivitas antioksidan yang

paling sering digunakan.Metode ini merupakan metode yang mudah, cepat dan

murah serta memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu

radikal stabil.DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm

dengan warna violet gelap.Penangkapan radikal bebas menyebabkan elektron

menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang

sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunarni, 2005).

Menurut Bois (1958), uji dengan metode peredaman DPPH akan

menunjukkan kekuatan aktivitas antioksidan yang ditentukan berdasarkan IC50.

Aktivitas antioksidan dikatakan sangat kuat bila nilai IC50 lebih kecil dari 50

μg/ml, kuat bila nilai IC50 antara 50-100 μg/ml, sedang bila nilai IC50 antara 100-

150 μg/ml, dan dikatakan lemah bila IC50 antara 151-200 μg/ml (Angela, 2012).

2.6 Mikroemulsi

Konsep mikroemulsi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1940 oleh

Hoar dan Schulman.Mikroemulsi adalah dispersi isotropik, stabil

secaratermodinamis, transparan, dengan ukuran partikel berkisarantara 5-100 nm,

berasal dari pembentukan spontan bagian hidrofobik dan hidrofilik molekul

surfaktan. Mikroemulsi tersusunatas air, minyak, dan surfaktan, kadang bersama

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan kosurfaktan (Flanagan dan Singh, 2006; Cho, Kim, Bae, Mok, dan Park.,

2008).

Keunggulan mikroemulsi lainnya adalah mempunyai viskositas yang

rendah dan preparasinyamudah (Flanagan dan Singh, 2006) serta menunjukan

kecepatan dan efisiensi dalam penetrasi ke dalam kulit. Hal tersebut menjanjikan

untuk rute pengiriman transdermal dan dermal yang efisien (Kreilgaard, 2002;

Rhee dkk., 2001; Kreilgaard dkk., 2000; Baboota Kohli, Dixit, Shakeel., 2007;

Kamal dkk., 2007; Chen dkk., 2007). Beberapa mekanisme telah diusulkan untuk

menjelaskan keuntungan dari mikroemulsi untuk rute pengiriman transdermal dan

dermal.Pertama, termodinamika terhadap kulit meningkat karena sejumlah besar

obat tergabung dalam formulasi.Kedua, peningkatan aktivitas termodinamika obat

dapat mendukung partisi ke dalam kulit. Ketiga, sarana mikroemulsi dapat

mengurangi penghalang difusi dari stratum korneum dan meningkatkan tingkat

penetrasi obat melalui kulit dengan bertindak sebagai peningkat permeasi

sehingga memungkinkan sejumlah besar obat dapat berpenetrasi karena struktur

dan formulasinya dibandingkan sediaan topikal lainnya (Zhu danGao, 2008 dan

Shetye dkk, 2010).

Pada awalnya, minyak yang digunakan pada pembuatanmikroemulsi

berupa hidrokarbon minyak mineral, terutama karena mudah membentuk

mikroemulsi dan juga kemurnian sistem hidrokarbon (Flanagan dan Singh,

2006).Akan tetapi, minyak yang memiliki komposisi asam lemak jenuh dan asam

lemak rantai sedang lebih banyak memiliki keuntungan tersendiri karena lebih

stabil dan memerlukan jumlah surfaktan yang lebih sedikit untuk membentuk

mikroemulsi (Yuwanti dkk, 2011).

Surfaktan HLB rendah memudahkan pelarutan komponen larut minyak,

surfaktan HLB tinggi akan memudahkan pelarutan komponen larut air. Surfaktan

HLB sedang mempunyai polaritas sedang diharapkan dapat berinteraksi dengan

kedua surfaktan lainnya, tegangan antar muka menjadi lebih rendah dan

memungkinkan pembentukan droplet baru dengan ukuran lebih kecil sehingga

diperoleh mikroemulsi yang lebih stabil (Yuwanti dkk, 2011).Campuran

penggunaan surfaktan hidofobik dan hidrofilik dapat memperkecil tegangan antar

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

muka dan ukuran droplet mikroemulsi sehingga memperbaiki stabilitas

mikroemulsi yang dihasilkan (Cho Kim, Bae, Mok, dan Park, 2008).

Mikroemulsi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu mikroemulsi air dalam

minyak (a/m), mikroemulsi minyak dalam air (m/a), dan mikroemulsi

bicontinuous. Jenis mikroemulsi yang terbentuk bergantung pada komposisi

pembentuknya.Mikroemulsi minyak dalam air terbentuk karena fraksi dari minyak

rendah.Sedangkan mikroemulsi air dalam minyak terjadi ketika fraksi dari air

rendah. Sistem mikroemulsi bicontinuous mungkin terjadi jika jumlah air dan

minyak hampir sama (Lawrence, 2000).

Mikroemulsi yang stabil ditandai dengan dispersi globul yang seragam

dalam fase continue. Namun dapat terjadi penyimpangan dari kondisi

tersebut.Disamping itu suatu mikroemulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh

kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya.

Seperti emulsi, ketidakstabilan mikroemulsi bisa digolongkan sebagai berikut

(Fauzy, 2012):

a. Creaming

Agregat dari bulatan fase dalam mempunyai kecenderungan yang lebih

besar untuk naik ke permukaan mikoemulsi atau jauh ke dasar mikroemulsi

tersebut daripada partikel-partikelnya sendiri (Fauzy, 2012).

b. Flokulasi

Flokulasi adalah agregasi globul menjadi kelompok besar (Fauzy, 2012).

c. Coalescence (breaking, cracking)

Coalescence merupakan penggabungan bulatan-bulatan fase dalam

(coalesense) dan pemisahan fase tersebut menjadi suatu lapisan. Sedangkan

pemisahan fase dalam dari mikroemulsi tersebut disebut “pecah” atau “retak”

(cracked). Hal ini bersifat irreversible karena lapisan pelindung di sekitar bulatan-

bulatan fase terdispersi tidak ada lagi (Djajadisastra, 2004).

2.7 Komponen Mikroemulsi

2.7.1 Minyak Zaitun

Minyak zaitun merupakan campuran dari gliserida asam lemak.Minyak

zaitun memiliki proporsi asam lemak tidak jenuh yang tinggi.Minyak zaitun

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

merupakan cairan minyak berwarna jernih atau kuning, transparan.Minyak zaitun

umumnya berfungsi sebagai pembawa berminyak.Aplikasinya biasa digunakan

dalam enema, linimen, salep, plaster, dan sabun (Rowe, Sheskey, dan Quin,

2009).

Minyak zaitun sedikit larut dalam etanol (95%), dapat bercampur dengan

eter, kloroform, petroleum putih (50-70 ºC), dan karbon disulfida. Ketika

didinginkan, minyak zaitun akan menjadi keruh kira-kira pada suhu 10 ºC, dan

menjadi seperti massa mentega pada suhu 0 ºC. Minyak zaitun dapat mengalami

saponifikasi dengan alkali hidroksida.Minyak zaitun cenderung mudah teroksidasi

dan inkompatibel dengan agen pengoksidasi (Rowe, Sheskey, dan Quin, 2009).

Minyak zaitun digunakan dalam formulasi ini sebagai basis atau pembawa

minyak.Minyak zaitun memiliki khasiat dan manfaat bagi kesehatan kulit.Minyak

zaitun berkhasiat untuk melembabkan dan menutrisi kulit. Minyak zaitun sangat

kompatibel dengan pH kulit, kaya akan vitamin dan zat-zat bernutrisi lainnya

yang melembutkan dan melindungi kulit (Smaoui, 2012).

2.7.2 Span 80

Span 80 merupakan cairan kental berwarna kuning dengan pH 8. Span 80

merupakan ester sorbitan yang memiliki bau dan rasa yang khas. Span 80 biasa

digunakan sebagai agen pengemulsi, agen pelarut, dan agen pembasah. Span 80

umumnya larut atau terdispersi dalam minyak, larut dalam pelarut organik. Di

dalam air span 80 dapat terdispersi. Span 80 stabil dalam asam maupun basa

lemah. span 80 harus disimpan dalam wadah tertutup, dingin, dan kering. (Rowe,

Sheskey, dan Quin, 2009).

2.7.3 Tween 80

Tween 80 disebut juga sebagai polisorbat 80 (polioksietilen 20 sorbitan

monooleat).Tween 80 memiliki karakteristik cairan berminyak berwarna kuning

pada suhu 25 C dan suhu hangat, serta berasa pahit. Tween 80 larut dalam etanol

dan air, tidak larut dalam minyak mineral dan minyak nabati.Tween 80 berfungsi

sebagai pengemulsi, surfaktan nonionik, solubilizing agent, agen pensuspensi, dan

agen pembasa (Rowe, Sheskey, dan Quin, 2009).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tween 80 stabil untuk elektrolit dan asam serta basa lemah, saponifikasi

terjadi dengan asam dan basa kuat.Ester asam oleat sestitif terhadap

oksidasi.Tween 80 higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

terlindung dari cahaya, dingin, dan kering (Rowe, Sheskey, dan Quin, 2009).

2.7.4 Polietilen Glikol 400 (PEG 400)

Polietilen glikol 400 berwujud cairan kental, jernih, tidak berwarna atau

berwarna sedikit kuning.PEG 400 sedikit berbau serta berasa pahit dan sedikit

membakar.PEG 400 memiliki berat molekul 380-420, titik leleh 6-8 ºC, pH 4,0-

7,0 (larutan 5% w/v), massa jenis 1,120 g/cm3 pada suhu 25 ºC. PEG 400 larut

dalam air, aseton, alkohol, benzena, gliserin, dan glikol.PEG 400 stabil secara

kimia dalam udara dan dalam larutan.PEG 400 inkompatibel dengan beberapa

agen pewarna.Aktivitas antibakteri dari antibiotik dikurangi dalam basis polietilen

glikol (penisillin dan basitrasin).PEG400 dapat bereaksi dengan golongan

sulfonamida dan sorbitol.Sulfonamida dapat mengalami kehilangan warna

sedangkan sorbitol dapat diendapkan dari campurannya.Plastik, seperti polietilen,

fenolformaldehid, polivinil klorida, dan membran ester sellulosa (dalam

penyaring) dapat dilembutkan atau tidak larut dengan polietilen glikol. Migrasi

dari polietilen glikol dapat terjadi dari pelapis film tablet, tertama interaksi dengan

komponen inti (Rowe, Sheskey, and Quin, 2009).

2.7.5 Vitamin E (Alpha Tocopherol)

Gambar 2.3 Struktur Alpha Tocopherol

[sumber :Rowe, Sheskey, and Quin, 2009]

Vitamin E memiliki fungsi sebagai antioksidan dan agen terapi. Vitamin E

merupakan produk alami berupa larutan kental berminyak,jernih, tidak berwarna,

atau berwarna kuning seperti coklat. Vitamin E memiliki titik didih 23 ºC dengan

massa jenis 0,947-0,951 g/cm3. Vitamin E tidak larut dalam air, bebas larut dalam

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aseton, etanol, eter, dan minyak nabati.Vitamin E dioksidasi secara lambat oleh

oksigen atmosfir dan secara cepat oleh garam besi dan perak.Vitamin E harus

disimpan di bawah gas inert, di dalam wadah kedap udara, dingin, kering dan

terlindung dari cahaya.Vitamin E inkompatibel dengan peroksida dan ion metal,

terutama besi, tembaga, dan perak (Rowe, Sheskey, and Quin, 2009).

Vitamin E digunakan dalam formulasi ini sebagai antioksidan untuk

sediaan.Vitamin E juga dapat memelihara stabilitas jaringan ikat di dalam sel

(menjga integritas serat elastin antara dermis dan kolagen sehingga kelenturan dan

kekenyalan kulit tetap terjaga) (Tranggono dan Latifah, 2007).

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 2, Laboratorium

Farmakognosi dan Fitokimia, Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Kesehatan

Lingkungan, Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Biologi, dan Laboratorium

Steril Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Jakarta. Waktu penelitian dimulai

pada bulan Januari hingga Juni 2015.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi homogenizer (IKA®

RW 20 Digital), spektofotometri UV-Vis (Hitachi), sentrifugator (Eppendorf

SH7R), viskometer (Visco Tester 6R HAAKE), hotplate stirrer, oven (France

Etuves C 3000®), refrigerator (Sanyo Medicool), piknometer (Iwaki pyrex

®), pH

meter (Horiba F-52, Jepang), mikroskop optik (Olympus), magnetic stirrer,

mikropipet (Rainin, USA), timbangan analitik (KERN ACJ 220-4M, Balingen),

termometer, tabung eppendorf, tanur, krus silikat, piknometer, termometer, botol

timbang, dan alat gelas (Iwaki pyrex®

) lain yang biasa digunakan.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah umbi talas jepang dan ekstrak umbi talas

jepang (CV Rajawali Mas, Indonesia), span 80 (Brataco, Indonesia), tween 80

(Brataco, Indonesia), minyak zaitun (Brataco, Indonesia), polietilen glikol 400

(Brataco, Indonesia), vitamin E (Bronson & Jacobs, Indonesia), akuades (Alam

Kimia, Indonesia), DPPH, metanol pro analisa (Merck, Jerman), Na2CO3 pro

analisa (Sinopharm, China), Folin-Ciocalteu (Merck, Jerman), asam galat standar

(Sigma, USA), kloroform, H2SO4 2 N, pereaksi mayer, pereaksi dragendorff,

etanol, serbuk Mg, HCl, H2SO4 pekat, asam asetat anhidrat, FeCl3 1%, H2SO4

encer.

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Determinasi Tanaman

Tanaman umbi talas jepang yang didapat dari CV Rajawali Mas

dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor.

3.3.2 Metode Ekstraksi

Ekstrak umbi talas jepang dibuat dengan menggunakan metode

pengepresan (expression) dan dipanaskan pada suhu 50 ⁰C selama 2 jam,

kemudian didiamkan selama 24 jam. Metode ini akan menghasilkan dua lapisan

setelah dipanaskan. Lapisan yang digunakan adalah lapisan atas yang berwujud

cair. Ekstrak kemudian ditempatkan di dalam desikator untuk mendapatkan kadar

air yang memenuhi persyaratan.

3.3.3 Karakterisasi Ekstrak Umbi Talas Jepang

3.3.2.1Karakterisasi non-spesifik

Adapun karakterisasi non-spesifik yang dilakukan meliputi penetapan

kadar air dan kadar abu.

a. Kadar air

Dimasukan lebih kurang 0,1 gram ekstrak, dan ditimbang seksama dalam

wadah yang telah ditara. Keringkan pada suh 105 ⁰C selama 2 jam, dan timbang.

Lakukan pengeringan dan timbang pada jarak 30 menit sampai perbedaan antara

jarak penimbangan bertururt-turut tidak lebih dari 0,25% (Anonim, 1995).

% Kadar air =Bobot awal −Bobot akhir

Bobot awal × 100%

b. Uji kadar abu

Ditimbang sebanyak 2 gram bahan uji dan dimasukkan ke dalam krus

silikat yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,

dinginkan dan ditimbang. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,

dinyatakan dalam % b/b (Anonim, 2000).

% Kadar abu total = w3−w1

w2× 100%

Keterangan:

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

W1 = Bobot wadah (gram)

W2 = Bobot zat awal (gram)

W3 = bobot wadah dan abu zat setelah pemanasan (gram)

3.3.2.2Karakterisasi spesifik

a. Organoleptik

Penetapan organoleptik yaitu dengan pengenalan secara fisik

menggunakan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa

(Anonim, 2000).

3.3.2.3Uji Kelarutan

Kelarutan ekstrak diukur dengan menggunakan pelarut akuades. Sebanyak

0,1 gram ekstrak dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit hingga larut.

Kemudian dihitung jumlah akuades yang digunakan.

3.3.3 Penapisan Fitokimia

a. Identifikasi golongan alkaloid

Sampel dicampur dengan 5 mL kloroform dan 5 mLamoniak kemudian

dipanaskan, dikocok dan disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat 2 N pada

masing-masing filtrat, kemudian dikocok dan didiamkan. Bagian atas dari

masing-masing filtrat diambil dan diuji dengan pereaksi Meyer dan Dragendorff.

Terbentuknya endapan putih dan jingga yang menunjukkan adanya alkaloid

(Anonim, 2000).

b. Identifikasi golongan flavonoid

Sampel dicampur dengan 5 mL etanol, dikocok, dipanaskan, dan dikocok

lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan serbuk Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl

pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah pada lapisan etanol

menunjukkan adanya flavonoid (Anonim, 2000).

c. Identifikasi golongan saponin

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sampel dididihkan dengan 20 mLair dalam penangas air. Filtrat dikocok

dan didiamkan selama 15 menit. Terbentuknya busa yang stabil berarti positif

terdapat saponin (Anonim, 2000).

d. Identifikasi golongan steroid

Sampel diekstrak dengan etanol dan ditambah 2 mLasam sulfat pekat

dan 2 mLasam asetat anhidrat. Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau

menunjukkan adanya steroid (Anonim, 2000).

e. Identifikasi golongan triterpenoid

Sampel dicampur dengan 2 mL kloroform dan 3 mL asam sulfat pekat.

Terbentuknya warna merah kecoklatan pada antar permukaan menunjukkan

adanya triterpenoid (Anonim, 2000).

f. Identifikasi golongan tannin

Sampel didihkan dengan 20 mLa ir lalu disaring. Ditambahkan beberapa

tetes FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru kehitaman

menunjukkan adanya tannin (Anonim, 2000).

3.3.4 Penetapan Kadar Polifenol Total

Dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan asam galat

sebagai standar.

3.3.4.1 Pembuatan Larutan Induk Asam Galat dalam Akuades

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 1000 ppm (µg/mL) dapat

dibuat dengan cara 10 mg asam galat standar dilarutkan dalam 1 mL metanol pro

analisa lalu ditambahkan akuades di dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas

(Ratnayani, 2012).

3.4.4.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam

Akuades

Larutan standar asam galat 40 ppm (µg/mL) dibuat dengan cara

mengambil 0,2 mL larutan induk asam galat 1000 ppm (µg/mL), lalu dimasukkan

ke dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan akuades sampai tanda batas. Sebanyak

0,5 mL larutan standar 40 ppm dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambah 0,3 mL reagen Folin-Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3 15%, lalu

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ditambahkan 2,2 mL akuades. Larutan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 jam.

Campuran larutan tersebut kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

400 sampai 800 nm. Hasil yang diperoleh dibuat dalam bentuk kurva, sebagai

sumbu y adalah absorbansi dan panjang gelombang cahaya sebagai sumbu x. Dari

kurva tersebut dapat ditentukan panjang gelombang yang memberikan serapan

maksimum (Alfian, Susanti, 2012 dan Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014).

3.4.4.3Pembuatan Kurva Standar Asam Galat dalam Akuades

Larutan standar asam galat dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50, 60, 70, dan

80 ppm (µg/mL) dibuat dengan cara mengambil masing-masing sebanyak 0,2 mL;

0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL; 0,6 mL; 0,7 mL dan 0,8 mL larutan induk asam galat

1000 ppm (µg/mL), lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, dan ditambahkan

akuadessampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL dari masing-masing seri konsentrasi

larutan tersebut dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambah 0,3 mL

reagen Folin-Ciocalteu dan 2 mL larutan Na2CO3 15%, lalu ditambahkan 2,2 mL

akuades. Campuran larutan tersebut kemudian diinkubasi selama 2 jam. Semua

larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada

panjang gelombang 755 nm, kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara

konsentrasi asam galat (μg/mL) dengan absorbansi (Pontis, Costa, Silva, Flach,

2014).

3.4.4.4 Penentuan Kadar Total Senyawa Polifenol dalam Ekstrak Umbi Talas

Jepang

Sebanyak 10 mg ekstrak umbi talas jepang dilarutkan dalam

akuades di dalam labu ukur 10 mL sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL

larutan ekstrak yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambah 0,3 mL reagen Folin-Ciocalteu dan 2 mL larutan natrium karbonat

15%, lalu ditambahkan 2,2 mL akuades. Larutan diinkubasi pada suhu kamar

selama 2 jam. Campuran larutan tersebut diukur absorbansinya menggunakan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 755 nm, kadar senyawa

polifenol total dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari kurva kalibrasi. Kadar total polifenol ditetapkan sebagai ekivalen asam

galat (GAE) (Pontis, Costa, Silva, Flach, 2014).

3.3.5 Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (Harun, 2014)

3.3.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Sebanyak 1,98 mg DPPH (BM 394,32) dilarutkan dengan methanol pro

analisa dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan

metanol pro analisa hingga tanda batas, kemudian ditempatkan dalam botol gelap.

3.3.5.2 Pembuatan Larutan Blangko

Dipipet 2 mL larutan DPPH (0,1 mM) kedalam tabung reaksi dan

ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Ditutup dengan aluminium foil.

Kemudian dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi dalam ruangan gelap

selama 30 menit.

3.3.5.3 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Umbi Talas Jepang

a. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Umbi Talas Jepang

Ditimbang sebanyak 50 mg ekstrak kemudian dilarutkan dengan

metanol pro analisa. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.Volume

dicukupkan dengan metanol pro analisa sampai tanda batas (1000 ppm).

Kemudian dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 100 ppm, 300 ppm, 500

ppm, 700 ppm, dan 1000 ppm.

b. Pengukuran Serapan dengan Menggunakan Spekrofotometer UV-

Vis

Masing-masing konsentrasi larutan uji sebanyak 2 mL dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL,

dihomogenkan dengan vortex. Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap

selama 30 menit. Lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm.

3.3.6 Pembuatan Mikroemulsi

3.3.6.1 Uji Pendahuluan

Percobaan pendahuluan dilakukan untuk menentukan kondisi percobaan

dan komposisi bahan yang sesuai untuk menghasilkan sediaan mikroemulsi yang

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

jernih dan stabil. Dilakukan percobaan pembuatan mikroemulsi dengan span 80

dan tween 80 sebagai surfaktan dan propilen glikol, gliserin, PEG 400, dan etanol

sebagai kosurfaktan dengan berbagai variasi konsentrasi. Kondisi yang harus

diperhatikan dalam pembuatan sediaan mikroemulsi ini meliputi:

1. Konsentrasi kombinasi surfaktan (15-45%),

2. Kecepatan pengadukan (300, 500, 750, 1000, 1500 rpm),

3. Temperatur (suhu ruang (25 ± 2 ⁰C), 30-35 ± 2 ⁰C, dan 36-40 ± 2 ⁰C),

4. Lama pengadukan (10, 20, 30, dan 40 menit).

3.3.6.2 Formulasi Mikroemulsi

Mikroemulsi yang akan dibuat terdiri dari minyak zaitun, vitamin E, span

80, tween 80, PEG 400, ekstrak umbi talas jepang, dan akuades. Adapun formula

mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang yang diperoleh, terdiri dari:

Tabel 3.1 Formula Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang

No. Nama Bahan Konsentrasi

(%b/v)

Fungsi

1 Minyak Zaitun 48,5 Pembawa minyak

2 Vitamin E 0,5 Antioksidan untuk sediaam

3 Span 80 23 Surfaktan

4 Tween 80 15 Surfaktan

5 PEG 400 5 Kosurfaktan

6 Ekstrak Umbi Talas Jepang 3 Zat aktif

7 Akuades 5 Pelarut

Prosedur pembuatan dilakukan dengan cara masing-masing fase, yakni

fase minyak (minyak zaitun, vitamin E, dan span 80) dan fase air (ekstrak umbi

talas jepang, PEG 400, tween 80, dan akuades) dicampurkan didalam beaker glass

yang berbeda dengan menggunakan magnetic stirrer pada suhu 30-35 ± 2 ⁰C.

Setelah homogen, fase airdimasukan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak

dan diaduk dengan menggunakan homogenizer pada kecepatan ±750 rpm hingga

terbentuk mikroemulsi yang jernih selama ±30 menit.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.7 Evaluasi Fisik Mikroemulsi

3.3.7.1 Pemeriksaan Organoleptik

Sediaan mikroemulsi diperiksa secara visual warna, homogenitas, dan

kosistensinya (Haneefa dkk,2012).

3.3.7.2 Uji pH

Sebanyak 10 gram sediaan mikroemulsi diukur pH sediaan dengan

menggunakan alat potensiometrik (pH meter) pada suhu 25 ± 2 ⁰C (Sharma,

Sharma, Sandeep, Gupta, dan Bishnol, 2012).

3.3.7.3 Uji Tipe Mikroemulsi

Dilakukan dengan menggunakan uji pengenceran, dengan cara

mengencerkan mikroemulsi dengan air. Jika mikroemulsi tercampur baik dengan

air, maka tipe mikroemulsi adalah minyak dalam air (m/a), sebaliknya jika air

yang ditambahkan membentuk globul pada mikroemulsi maka tipe mikroemulsi

adalah air dalam minyak (a/m) (Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 2008).

3.3.7.4 Penentuan Viskositas

Pengukuran dilakukan dengan Visco Tester 6R HAAKE pada temperatur

ruang (25 ± 2 ⁰C). Shear rates dan shear stress diaplikasikan pada sampel

sejumlah 150 gram dan akan menghasilkan reogram yang akan dibuat untuk

menentukan viskositas dan reologi sampel (Mortazavi, Pishrochi, dan Jafari azar,

2013).

3.3.7.5 Pengukuran Bobot Jenis

Bobot jenis diukur dengan menggunakan piknometer pada suhu ruang.

Bobot piknometer kosong ditimbang pada suhu ruangan (A gram). Kemudian diisi

dengan air sampai penuh dan ditimbang (A1 gram). Air dikeluarkan dari

piknometer dan piknometer dibersihkan. Sediaan mikroemulsi diisikan dalam

piknometer sampai penuh dan ditimbang (A2 g). Bobot jenis sediaan diukur

dengan perhitungan sebagai berikut (Deepak dan Vedha Hari, 2013):

Bobot jenis (gram/mL) = A2 – A

A1−A

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.7.6 Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan cara menempatkan masing-masing sediaan

(150 gram) pada suhu tinggi (40 ± 2 ⁰C), kamar (25 ± 2 ⁰C), dan suhu rendah (4 ±

2 ⁰C) selama 1 bulan. Dilakukan pengamatan organoleptik setiap 2 minggu sekali

serta pengukuran pH dan viskositas pada hari terakhir (Lou, Qiu, Crill, Helms,

dan Almoazen, 2013; Fahima MH, Dalia, Mohamed, Aliaa, 2011; Fauzy, 2010).

3.3.7.7 Cyling test (Uji freeze-thaw)

Sampel sebanyak ±150 gram diuji kestabilannya secara bergantian pada

suhu dingin (4 ± 2 ⁰C) dan suhu tinggi (40 ± 2 ⁰C), masing-masing temperatur

diuji selama 24 jam. Uji dilakukan sebanyak 6 siklus, untuk diuji kestabilan

fisiknya. Dilakukan pengamatan organoleptik dan pengukuran pH pada sediaan

mikroemulsi setelah cyling test (Fauzy., 2012).

3.3.7.8 Uji Sentrifugasi

Sediaan mikroemulsi (5 gram) dimasukan ke dalam tabung sentrifugasi

kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 13.000 rpm selama 30 menit.

(Lou, Qiu, Crill, Helms, dan Almoazen, 2013).

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Hasil determinasi tanaman yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI), Bogor menyatakan bahwa tanaman yang digunakan adalah

benar talas jepang (Colocasia esculenta (L.)Schott) familiAraceae.Hasil

determinasi dapat dilihat pada lampiran 2.

4.2 Karakterisasi

Standardisasi atau karakterisasi merupakan proses penjaminan produk

akhir agar mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan

terlebih dahulu (Helmi dkk, 2006). Standardisasi merupakan proses yang penting

untuk menjamin mutu dan keamanan bahan. Karakterisasi dilakukan terhadap

parameter spesifik, parameter non-spesifik, dan uji kelarutan.

Parameter spesifik meliputi identitas dan organoleptik, yakni bentuk,

warna, bau, dan rasa sedangkan parameter non-spesifik yang diujikan yaitu kadar

air dan kadar abu. Hasil dari karakterisasi ekstrak umbi talas jepang dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Umbi Talas Jepang

Jenis Karakterisasi Hasil Nilai Berdasarkan

Literatur

Parameter Spesifik

a. Identitas

b. Organoleptik

Bentuk

Warna

Bau

Rasa

Ekstrak umbi talas jepang

(Colocasia esculenta(L.)

Schott var antiquorum)

Kental

Cokelat tua

Aromatik

Manis sedikit pahit

Ekstrak umbi talas

jepang (Colocasia

esculenta(L.) Schott

var antiquorum)

-

Parameter Non Spesifik

a. Kadar Air

b. Kadar Abu

Uji Kelarutan

7,01%

1,54%

1 : 20

<10% (Soetano dan

Soediro, 1997)

Maksimal 9% (MMI)

Termasuk dalam

kategori larut dalam

akuades

Berdasarkan hasil pengamatan diperolehidentitas dan organoleptikekstrak

adalah ekstrak umbi talas jepang (Colocasia esculenta(L.) Schott var

antiquorum)dengan warna cokelat tua, berbau khas aromatik, dan memiliki rasa

yang manis sedikit pahit. Rasa pahit dari ekstrak disebabkan dari kadaralkaloid

yang terdapat di dalamnya (Anam dkk, 2013).

Kadar airekstrak umbi talas jepang yang diperoleh sebesar 7,01%. Hal ini

telah sesuai dengan persyaratan dimana kadar air seharusnya adalah antara <10%

sehingga ekstrak umbi talas jepang dapat digunakan dalam formulasi mikroemulsi

(Soetarno dan Soediro, 1997). Jika kadar air terlalu tinggi akan memudahkan

sampel tercemar oleh bakteri dan jamur serta menyebabkan ketidakstabilan

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

komponen-komponen aktif yang terkandung pada suatu sampel sehingga dapat

menurunkan aktivitas biologi ekstrak selama penyimpanan (Saifuddin, Rahayu,

dan Teruna 2011).

Parameter non-spesifik berikutnya adalah penentuan kadar abu. Uji kadar

abu dilakukan untuk mengetahui kadar zat anorganik dan mineral yang ada dalam

ekstrak. Pada uji kadar abu, ekstrak dipanaskan pada suhu tinggi hingga senyawa

organik dan turunannya terdestruksi dan menguap hingga tersisa unsur mineral

dan unsur anorganik saja (Anam dkk, 2013). Hasil kadar abu yang diperoleh

sebesar 1,54%. Nilai tersebut dimungkinkan karenamasih cukup banyak mineral

yang terkandung di dalam ekstrak tersebut. Akan tetapi, kadar tersebut masih

memenuhi persyaratan dimana kadar abu maksimal dalam Materia Medika

Indonesia adalah 9%.

Setelah itu dilakukan pengujian kelarutan ekstrak dalam akuades. Uji ini

dilakukan untuk melihat sifat kelarutan ekstrak dalam akuades sehingga dapat

ditentukan tipe mikroemulsi yang akan dibuat. Berdasarkan hasil di atas

menunjukan bahwa 1 bagian ekstrak dapat larut dalam 20 bagian akuades

sehingga ekstrak umbi talas jepang dapat dikatakan larut dalam air dan bersifat

hidrofil. Oleh sebab itu, tipe mikroemulsi yang akan dibuat dalam formulasi ini

adalah tipe air dalam minyak (a/m).

4.3 Penapisan Fitokimia

Mutu ekstrak berkaitan dengan kandungan metabolit sekunder dalam

tanaman.Metabolit sekunder adalah senyawa kimia hasil biogenesis dari metabolit

primer yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara

langsung tetapi lebih sebagai hasil dari mekanisme pertahanan diri organisme

yang umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi. Jenis dan kadar

metabolit sekunder memegang peran penting karena perbedaan senyawa secara

teoritis akan memberikan aktivitas farmakologi berbeda untuk tiap ekstrak

sehingga perlu dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui kandungan

metabolit sekunder yang ada pada ekstrak.

Penapisan fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna

dengan menggunakan suatu pereaksi warna.Pada penelitian ini dilakukan

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penapisan fitokimia terhadap senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin,

steroid, triterpenoid, dan tannin.Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak umbi talas

jepang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2Hasil Penapisan FitokimiaEkstrak Umbi Talas Jepang

Golongan Hasil Keterangan

Alkaloid + Endapan putih (dengan pereaksi Mayer)

Endapan merah bata (dengan perekasi Drangendorff)

Flavonoid + Terbentuk warna merah

Saponin + Terbentuk busa yang stabil

Steroid - Tidak terjadi perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau

Triterpeoid + Adanya warna merah kecokelatan

Tannin + Terbentuk warna cokelat kehijauan

Keterangan: (+) = ada

(-) = tidak ada

Pada pengujian alkaloid dilakukan penambahan asam kuat sebelum

ditambahkan pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstraksi dengan

pelarut yang mengandung asam (Harbone, 1996). Pada pengujian alkaloid akan

terjadi reaksi penegndapan karena adanya penggantian ligan. Atom nitrogen yang

mempunyai pasangan elektron bebas pada alkaloid akan mengganti ion iod dalam

pereaksi Dragendroffdan pereaksi Mayersehingga mengakibatkan terbentuknya

endapan jingga pada penambahan pereaksi Dragendorffdan endapan putih pada

penambahan pereaksi Mayer(Marliana dkk, 2005 dan Sangi dkk, 2008).

Pengujian steroid dan tritepenoid didasarkan pada kemampuan senyawa

untuk membentuk warna dengan asam sulfat pekat dalam pelarut asam asetat

anhidrat (Sangi dkk, 2008).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian tannin dilakukan dengan menambahkan FeCl3. Perubahan

warna yang terjadi dikarenakan salah satu gugus hidroksil yang ada akan bereaksi

dengan reagen FeCl3 sehingga dapat terbentuk warna cokelat kehijauan.

Pada pengujian saponin terbentuk buih dengan pengocokan.Hal ini

disebabkan saponin memiliki gugus hidrofil dan hidrofob. Pada saat dikocok,

gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan

berikatan dengan udara sehingga membentuk buih (Kumalasari dan Sulistyani,

2011).

Berdasarkan uji penapisan fitokimia yang telah dilakukan,

memberikanhasil positif pada alkaloid, flavonoid, saponin, triterpenoid, dan

tannin serta memberikan hasil yang negatif pada steroid.Hasil ini berbeda dengan

literatur (Wang, 1983)yang menunjukan bahwa terdapat kandungan steroid di

dalamnya.Hal tersebut dimungkinkan karena kadar steroid yang kecil sehingga

tidak dapat terdeteksi secara kualitatif.

Beberapa golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak, dapat

memberikan manfaat untuk kulit, yakni sebagai anti-aging. Senyawa golongan

flavonoid, saponin, dan terpenoid dapat mempercepat proses re-epitalisasi

jaringan epidermis sehingga jaringan yang rusak akan segera tergantikan dengan

jaringan yang baru (Wijaya, Citraningtyas, dan Franly, 2014). Flavonoid,

terpenoid, dan tannin memiliki efek antioksidan untuk menetralkan radikal bebas

yang terbentuk akibat paparan sinar UV sehingga sel-sel kulit terhidar dari

kerusakan (Elsner dan Howard, 2000).Flavonoid dan tannin juga memiliki

aktivitas anti melanogenik sehingga dapat mencegah terjadinya hiperpigmentasi

yang dapat menyebabkan noda hitam pada wajah dengan berperan dalam

menghambat pembentukan melanin dan mencegah terjadinya tanda-tanda penuaan

(Lintner dan Sederma, 2015; Sharma dan Arvind Sharma, 2012). Akan tetapi,

pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian dari aktivitas golongan tersebut

sehingga diperlukan pengujian aktivitas untuk ke depannya.

4.4 Penetapan Kadar Total Polifenol

Polifenol merupakan derivat metabolit sekunder yang berasal dari jalur

pentosa posfat, sikimat, dan fenilpropanoid.(Tura and Robards., 2002; Madsen

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

and Bertelsen., 1999; dan Harbone, 1998).Polifenol merupakan antioksidan

dengan reaksi redoks sebagai agen pereduksi dan donator hidrogen (Pietta, 2000).

Jumlah dari total polifenol ditentukan dengan pereaksi Folin-Ciocalteu. Pereaksi

Folin-Ciocalteu sensitiv untuk mereduksi komponen termasuk polifenol (Savitree,

Isara, Nittaya, dan Worapan., 2004 dan Pourmorad, Hosseinimehr, and

Shahabimajd., 2006). Asam galat dipergunakan sebagai standar dalam pengujian

ini. Kadar total polifenol dinyatakan dalam mg/g asam galat. Asam galat

digunakan sebagai standar karena asam galat merupakan turunan dari asam

hidroksibenzoat yang tergolong fenol sederhana, selain itu asam galat lebih stabil,

serta lebih murah dibandingkan dengan standar yang lainnya.

Prinsip penentuan total senyawa polifenol adalah senyawa fenol yang akan

bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteau akan memberikan warna kuning dan

dengan penambahan alkali akan menghasilkan warna biru. Gugus hidroksil pada

senyawa polifenol bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu membentuk

kompleks molibdenum-tungsten berwarna biru dalam suasana basa agar terjadi

disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat yang dapat dideteksi

dengan spektrofotometer UV-Vis (Alfian, Susanti, 2012).

Berdasarkan hasil uji, didapatkan panjang gelombang maksimum 755

nm.Panjang gelombang maksimum asam galat dalam akuades dapat dilihat pada

lampiran 5.

Persamaan kurva kalibrasi yang diperoleh dengan menggunakan standar

asam galat dalam akuades adalah y = 0,010x + 0,006, dengan koefisien korelasi

(r) adalah 0,9999 dan koefisien determinasi (R²) 0,9997. Nilai koefisien korelasi

(r) yang mendekati 1 dari kurva kalibrasi menunjukkan korelasi antara konsentrasi

dan absorbansi.Nilai koefisien korelasi yang didapatkan memenuhi persyaratan

linearitas validasi metode analisis sehingga dapat digunakan untuk menghitung

kadar total fenolik dalam ekstrak umbi talas jepang (Day dan Underwood,

2002).Adapun kurva kalibrasi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Nilai Absorbansi Standar Asam Galat

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

0 0

20 0,219

30 0,312

40 0,421

50 0,519

60 0,618

70 0,72

80 0,824

Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Asam Galat dalam Akuades

Tabel 4.4 Kadar Total Polifenol Ekstrak Umbi Talas Jepang

Absorbansi Kadar Total Polifenol (mgGAE/100 g)

Pengukuran ke-1 0,334 3280

Pengukuran ke-2 0,321 3150

Rata-rata 0,328 3215

Pengukuran kadar total polifelnol pada ekstrak umbi talas jepang

dilakukan sebanyak dua kali dan didapatkan hasil 0,334 dan 0,321. Setelah

melalui perhitungan, didapatkan nilai kadar total polifenol masing-masing adalah

3280 mgGAE/100 g dan 3150 mgGAE/100 g sehingga didapatkan kadar rata-rata

total polifenol sebesar 3215 mgGAE/100 g atau setara dengan 3,215%.Kandungan

y = 0,010x + 0,006R = 0,9999

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

0 50 100

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (µg/ml)

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

polifenol total yang ditetapkan menurut metode Folin-Ciocalteu bukan merupakan

kadar absolut, tetapi prinsipnya berdasarkan kapasitas reduksi dari bahan yang

diuji terhadap suatu reduksi ekivalen dari asam galat (Singleton dan Rossi, 1965).

Pada penelitian terdahulu dari tanaman Marrubium peregrinum memiliki

nilai kadar total polifenol sebesai 4678 mgGAE/100 g pada fraksi air dan

menunjukan kadar antioksidan yang kuat (Stankovie, 2011). Nilai kadar total

polifenol dalam ekstrak umbi talas jepang menunjukan nilai yang mendekati kadar

total polifenol dalam tanaman Marrubium peregrinum sehingga dapat

diasumsikan bahwa ekstrak umbi talas jepang juga berkemungkinan memiliki

aktivitas antioksidan yang kuat. Oleh karena itu pada tahap selanjutnya dilakukan

pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak umbi talas jepang.

Kandungan polifenol yang ada di dalam sampel tersebut juga dapat

berperan sebagai penghambat enzim tirosinase yakni enzim yang berperan penting

dalam pembentukan melanin. Polifenol akan berkompetisi dengan L-DOPA yang

merupakan produk dari hidroksilasi L-tirosin untuk berikatan dengan enzim

tirosinase sehingga akan mengurangi pembentukan melanin pada kulit (Ramsden

dan Patrick, 2010). Untuk melihat aktivitas penghambatan enzim tirosinase,

diperlukan penelitian lebih lanjut.

4.5 Uji Antioksidan dengan Metode DPPH

Uji ini dilakukan untuk melihat aktivitas dan kemampuan antioksidan dari

ekstrak tesebut.Uji aktivitas antioksidan ini dilakukan dengan menggunakan

metode perendaman radikal bebas DPPH.Metode ini dipilih karena sederhana,

mudah, cepat, murah, tidak memerlukan banyak reagen, serta memberikan

informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikan stabil (Juniarti dkk,

2009 dalam Desi, 2014; Sunarni, 2005 dalam Angela, 2012).

Pengujian ini dilakukan dengan mengukur absorbansi dari beberapa seri

konsentrasi ekstrak yang telah dibuat sebelumnya, yakni 100 ppm, 300 ppm, 500

ppm, 700 ppm, dan 1000 ppm yang direaksikan dengan pereaksi DPPH pada

panjang gelombang 517 nm. Seri konsentrasi ini dipilih karena menunjukan hasil

absorbansi diantara 0,2-0,8 sehingga masih memenuhi hukum Lambert-Beer.

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dari hasil absorbansi yang diperoleh, maka akan didapatkan nilai %

inhibisi, dan IC50 dari ekstrak umbi talas jepang. Hasil absorbansi, %inhibisi, dan

IC50 dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5Nilai Absorbansi, % Inibisi, dan IC50Ekstrak Talas Jepang

Sampel Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi % Inhibisi IC50 (ppm)

Ekstrak Talas

Jepang

100 0,472 13,075

1745,909

300 0,440 18,969

500 0,407 25,046

700 0,383 29,466

1000 0,357 34,254

Berdasarkan nilai pada tabel di atas, dapat diketahui nilai IC50 dari ekstrak

umbi talas jepang sebesar 1745,909 ppm.Berdasarkan literatur (Bois, 1958) dalam

Angela, 2012), aktivitas antioksidan ekstrak umbi talas jepang termasuk dalam

golongan lemah karena memiliki IC50>200 ppm. Nilai tersebutjauh lebih tinggi

dibandingkan estrak lain seperti ekstrak air kentang kuning (82,18 ppm) yang juga

digunakan sebagai zat aktif dalam formulasi kosmetika anti-aging (Angela, 2012).

Hal ini menunjukan bahwa ekstrak umbi talas jepang memiliki kemampuan

antioksidan yang jauh lebih rendah.Hasil tersebut mungkin disebabkan oleh

kandungan polifenol yang terdapat pada sampel telah lebih banyak teroksidasi

sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas anti-aging dari ekstrak talas jepang

bukan berasal dari kemampuannya sebagai antioksidan.

4.6 Formulasi Mikroemulsi

Mikroemulsi merupakan sediaan yang transparan, isotropik, dan stabil

secara termodinamik yang terbuat dari surfaktan, minyak, dan air dengan atau

tanpa kosurfaktan. Mikroemulsi dipilih karena memiliki sifat termodinamis dan

mendukung partisi ke dalam kulit serta dapat mengurangi penghalang difusi dari

stratum korneum dan menunjukan peningkatan dan efisiensi dalam penetrasi

melalui kulit dibandingkan sediaan topikal lainnya (Zhu dan Gao, 2008; Shetye

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dkk, 2010). Diperlukannya karakter ini dalam formulasi dikarenakan ekstrak umbi

talas jepang yang digunakan sebagai zat aktif bersifat hidrofilik sehingga akan

sulit untuk berpenetrasi sebab kulit memiliki pertahanan yang sulit ditembus oleh

molekul obat yang bersifat hidrofil (Tranggono dan Latifah, 2007).

Mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang dibuat dengan menggunakan

minyak zaitun sebagai fase minyak.Minyak zaitun memiliki khasiat dan manfaat

bagi kesehatan kulit.Minyak zaitun dapat memberikan kelembaban untuk kulit.

Minyak zaitun sangat kompatibel dengan pH kulit dan kaya akan vitamin dan zat-

zat bernutrisi lainnya yang dapat melembutkan dan melindungi kulit (Smaoui,

2012).

Penentuan formula mikroemulsi dilakukan melalui uji pendahuluan

menggunakan kombinasi surfakatan (tween 80 dan span 80) dengan berbagai

variasi konsentrasi.Pada uji pendahuluan juga dilakukan penentuan jenis

kosurfaktan (propilen glikol, gliserin, etanol, dan PEG 400) serta konsentrasinya

yang dapat membentuk mikroemulsi yang jernih dan transparan.Uji pendahulan

juga dilakukan untuk menentukan kondisi pembuatan, meliputi suhu, waktu, dan

kecepatan pengadukan.

Kosurfaktan yang sering digunakan dalam mikroemulsi adalah alkohol

rantai pendek.Kosurfaktan digunakan untuk membantu menstabilkan mikroemulsi

yang telah terbentuk (Subramanian, 2005).Pemilihan beberapa kosurfaktan

tersebut didasarkan karena selain kosurfaktan tersebut dapat membantu kelarutan

zat aktif dan juga dapat berfungsi sebagai sebagai peningkat penetrasi zat aktif ke

dalam kulit.

Pada penelitian ini, digunakan surfaktan nonionik sebagai zat

pengemulsi.Surfaktan nonionik telah digunakan secara luas dalam sediaan topikal

dan dikenal sebagai turunan polioksietilen yang tidak toksik dan tidak mengiritasi

kulit.Golongan surfaktan nonionik juga dapat meminimalisir terjadinya gangguan

keseimbangan pada sistem mikroemulsi karena sifatnya yang tidak memiliki

muatan sehingga dapat mencegah terjadinya fluktuasi muatan pada sistem

mikroemulsi.Golongan ini dapat mengurangi tegangan antarmuka sampai 1

dyne/cm3

sehingga dapat mendukung terbentuknya mikroemulsi (Martin,

Swarbrick, dan Cammarata, 2008).

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Minyak zaitun memiliki nilai HLB 7 dan untuk membentuk mikroemulsi

tipe a/m dengan minyak zaitun diperlukan nilai HLB sekitar 6-9.Oleh karena itu

dibutuhkan jenis surfaktan nonionik yang memiliki nilai HLB yang lebih dekat

dengan nilai HLB di atas, yakni tween 80 dan span 80 yang memiliki nilai HLB

untuk masing-masingnya sebesar 4,3 dan 15. Diharapkan dengan penggunaan

surfaktan dengan nilai HLB yang lebih dekat dengan nilai yang diminta,

emulsifikasi akan lebih cocok. Tween 80 dan span 80 juga memiliki bentuk

berupa cairan kental dalam suhu ruang sehingga tidak diperlukan suhu tinggi

untuk meleburkannya.Suhu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pada

komponen senyawa yang ada pada ekstrak sehingga penggunaan suhu tinggi

dalam pembuatan mikroemulsi ini perlu dihindari. Penambahan tween 80 juga

merujuk pada hasil studi pendahuluan yang menunjukan bahwa mikroemulsi yang

dibentuk hanya dengan menggunakan span 80 sebagai surfaktan tunggal

menghasilkan pemisahan fase setelah 2 hari didiamkan. Hal tersebut menunjukan

bahwa penggunaan span 80 belum dapat membentuk mikroemulsi yang stabil

sehingga diperlukan kombinasi dengan surfaktan lain. Tween 80 ditambahkan

dengan harapan dapat lebih banyak mengikat fase air sehingga penggunaan

kombinasi span 80 dengan tween 80 dapat membentuk lapisan monomolekuler

yang lebih kompleks dan menghasilkan sediaan mikroemulsi yang lebih stabil.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.2 Bagan Optimasi Pembentukan Mikroemlsi

Pada uji pendahuluan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan

konsentrasi kombinasi surfaktan yang digunakan. Penggunaan surfaktan dimulai

pada konsentrasi yang terkecil, yakni span 80 10% dan tween 80 5%. Kemudian

diikuti dengan penambahan berbagai jenis kosurfaktan dengan konsentrasi awal

5%. Optimasi konsentrasi terus dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi

masing-masing kosurfaktan dan kemudian tween 80 hingga span 80 untuk

membentuk mikroemulsi yang jernih dan stabil. Apabila dengan meningkatkan

konsentrasi tween 80 belum terbentuk mikroemulsi maka dilakukan peningkatan

konsentrasi span 80 hingga terbentuk mikroemulsi yang jernih dan transparan.

Pada penentuan kosurfaktan, propilen glikol, gliserin, dan etanol

menghasilkan mikroemulsi yang keruh dan mudah terpisah.Sebaliknya,

penggunaan PEG 400 dapat menghasilkan mikroemulsi yang jernih dan

Optimasi Formula Pembuatan Mikroemulsi

Konsentrasi Surfaktan

(Tween 80 dan Span 80)

Jenis Kosurfaktan

(Propilen Glikol, Gliserin, Etanol,

PEG 400)

Terbentuk Mikroemulsi

Optimasi Kondisi Pembuatan

Suhu

(suhu ruang (±25

⁰C), 30-35 ± 2 ⁰C,

36-40 ± 2 ⁰C)

Kecepatan

Pengadukan

(300, 500, 750,

1000, dan 1500

rpm)

Waktu Pengadukan

(10, 20, 30, dan 40

menit)

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

transparan. PEG 400 dapat menghasilkan mikroemulsi pada konsentrasi 5%

sedangkan jika konsentrasi PEG 400 dinaikan akan terbentuk mikroemulsi yang

akan terpisah jika didiamkan. Oleh sebab itu, dipilihlah konsentrasi 5% untuk

PEG 400 sebagai kosurfaktan.Adapun hasil optimasi formula sediaan

mikroemulsi ekstrak talas jepang dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil OptimasiFormula Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas

Jepang

Komposisi

Bahan

Konsentrasi dalam Formula (%b/v)

A B C D E F G H I

Minyak

Zaitun

36,5-

76,5

36,5-

76,5

36,5-

76,5

71,5-

76,5

46,5-

66,5

36,5-

66,5

51,5-

71,5

46,5-

60,5

41,5-

50,5

Vitamin E 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Span 80 10-

40

10-

40

10-

40

10-

15

20-

40

10-

40

10-

20

21-

30

21-

30

Tween 80 - - - - - - 5-15 5-10 15

Propilen

Glikol

5-15 - - - - - - - -

Gliserin - 5-15 - - - - - - -

Etanol - 5-15 - - - - - -

PEG 400 - 5 5 5 5 5-15 5 5 5

Ekstrak 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Akuades 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Keterangan:

1. Formula A tidak menghasilkan mikroemulsi, berwarna kuning keruh, terdapat

endapan, dan memisah jika didiamkan.

2. Formula B tidak tidak terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning keruh,

terdapat endapan, dan memisah jika didiamkan.

3. Formula C tidak terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning keruh, terdapat

endapan, dan memisah jika didiamkan.

4. Formula D terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning jernih, terdapat endapan,

dan memisah jika didiamkan beberapa hari.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Formula E terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning jernih, tidak terdapat

endapan, dan memisah jika didiamkan beberapa hari.

6. Formula F tidak terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning keruh, tidak terdapat

endapan, dan memisah jika didiamkan.

7. Formula G terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning kecoklatan dan jernih,

tidak terdapat endapan, dan memisah jika didiamkan beberapa hari.

8. Formula H terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning kecoklatan dan jernih,

tidak terdapat endapan, dan memisah jika didiamkan.

9. Formula I terbentuk mikroemulsi, berwarna kuning kecoklatan dan jernih,

tidak terdapat endapan, dan tidak memisah didiamkan.

Hasil optimasi konsentrasi kombinasi surfaktan dan kosurfaktan pada uji

pendahuluan menunjukan bahwakonsentrasi kombinasi surfakatan dan

kosurfaktan yang dapat membentuk mikroemulsi adalah tween 80 15%, span 80

21-30%, dan PEG 400 5%. Berdasarkan hasil tersebut, maka dipilihlah

konsentrasi surfaktan yang lebih rendah dengan komposisi formula, minyak zaitun

48,5%, vitamin E 0,5%, span 80 23%, tween 80 15%, PEG 400 5%, ekstrak umbi

talas jepang 3%, dan akuades 5%.

Hasil optimasi formula di atas digambarakan dengan menggunakan

diagram fase pseudoterner. Diagram fase pseudoterner dibuat dengan komposisi:

a. Surfaktan: Span 80 dan Tween 80

b. Fase Minyak: Minyak Zaitun dan Vitamin E

c. Fase Air: Ekstrak Umbi Talas Jepang, PEG 400, dan akuades.

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diagram fase pseudoterner dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Keterangan:

Emulsi (No. 7)

Emulsi (No. 8)

Mikroemulsi (No. 9)

Gambar 4.3 Diagram Fase Pseudoterner Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas

Jepang

Diagram fase pseudoterner menunjukan titik daerah terbentuknya

mikroemulsi.Mikroemulsi terbentuk dengan rentang konsentrasi surfaktan 37-

40% (kombinasi tween 80 (15%) dan span 80 (21-30%).Setelah didapatkan

formula mikroemulsi yang sesuai, maka dilakukan optimasi kondisi pembuatan.

Pada optimasi sebelumnya, mikroemusi dibentuk pada suhu ruang (±25 ⁰C)

dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 5 (±300 rpm)

selama ±60 menit. Optimasi ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi terbaik

dalam pembentukan mikroemulsi.

Optimasi kondisi yang dilakukan meliputi suhu, kecepatan pengadukan,

dan lama pengadukan. Suhu yang digunakan adalah suhu ruang (±25 ⁰C), 30-35 ±

2 ⁰C, 36-40 ± 2 ⁰C dengan kecepatan pengadukan yakni 300, 500, 750, 1000, dan

1500 rpm serta lama pengadukan 10, 20, 30, dan 40 menit.

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada penentuan suhu pembuatan, mikroemulsi terbentuk dalam waktu

yang sangat lama pada suhu ruang sedangkan pada suhu 36-40 ± 2 ⁰C terdapat

endapan yang terbentuk.Hal ini mungkin disebabkan karena lapisan pelindung

yang terbentuk tidak cukup kuat untuk menghalangi terjadinya penggabungan dari

fase dalam (Leon, 1994 dalam Septianingrum 2013).Pada penentuan ini

didapatkan suhu 30-35 ± 2 ⁰C yang dapat membentuk mikroemulsi dalam waktu

yang lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Proses pengadukan konstan dalam optimasi ini dilakukan dengan

menggunakan homogenizer untuk menyesuaikan dengan volume mikroemulsi

akan dibuat. Awalnya, pengadukan dilakukan pada kecepatan yang lebih rendah,

yaitu 300 dan 500 rpm, akan tetapi proses pendispersian berlangsung lama

sehingga mikromulsi akan sulit terbentuk. Selanjutnya dilakukan pengadukan

dengan kecepatan 750 rpm.Pada kecepatan ini dapat dihasilkan mikroemulsi yang

jernih dan transparan dalam waktu yang lebih cepat. Kemudian dicoba

peningkatan pengadukan kembali dengan asumsi mikroemulsi yang terbentuk

akan lebih cepat terbentuk dari sebelumnya, yaitu dengan kecepatan 1000 dan

1500 rpm. Pada kecepatan pengadukan tersebut dihasilkan mikroemulsi yang

berbusa dan akan terpisah menjadi dua lapisan jika didiamkan sehingga dapat

dikatakan mikroemulsi yang terbentuk tidak stabil. Pada pengadukan yang terlalu

cepat akan terjadi turbulensi dimana tetesan-tetesan mikroemulsi akan semakin

mudah berbenturan dan mengakibatkan ukuran partikel mikroemulsi yang

dihasilkan menjadi lebih besar (Lachman et al, 1994). Adanya surfaktan pada

pengadukan yang terlalu cepat akan menghasilkan busa yang lebih banyak (Jufri

M, 2009 dalam Septianingrum 2013).

Pengadukan dilakukan selama 30 menit sebab dengan waktu kurang dari

30 menit masih terdapat butir-butir fase terdispersi sehigga belum dapat

membentuk mikroemulsi.Waktu pengadukan yang lebih dari 30 menit

menyebabkan terbetuknya kabut pada sediaan sehingga sediaan menjadi keruh.

Hal tersebut membuktikan bahwa lamanya pengadukan akan mempengaruhi

pembentukan mikroemulsi. Jika pengadukan terlalu lama, maka mikroemulsi yang

tadinya jernih akan menjadi keruh karena terbentuknya kabut halus akibat

penggumpalan partikel-partikel terdispersi yang saling bertumbukan (Lachman

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dkk, 1994).Hasil dari optimasi penetuan kondisi pembentukan mikroemulsi dapat

dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7Hasil Optimasi Kondisi Pembentukan Mikroemulsi

Kondisi Pembuatan Hasil

Suhu (⁰C)

Suhu ruang (± 25

⁰C)

Tidak membentuk mikroemulsi

31-35 ± 2 Terbentuk mikroemulsi yang jernih

dan transparan.

36-40 ± 2 Terbentuk endapan pada

mikroemulsi.

Kecepatan

Pengadukan (rpm)

±300 dan ±500 Tidak terbentuk mikroemulsi.

±750 Terbentuk mikroemulsi yang jernih

dan transparan

±1000 dan ±1500 Terbentuk mikroemulsi dengan busa

yang banyak dan cepat terjadi

pemisahan.

Waktu Pengadukan

(menit)

10-20 Belum terbentuk mikroemulsi.

±30 Terbentuk mikroemulsi yang jernih

dan transparan.

>30 Mikroemulsi yang terbentuk menjadi

berkabut.

Berdasarkan optimasi yang telah dilakukan dalam uji pendahuluan, maka

didapatkan formula dan kondisi terbaik untuk membentuk mikroemulsi ekstrak

umbi talas jepang.Formula inilah yang nantinya akan dievaluasi secara fisik.

Adapun formula dan kondisi terbaik tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.8 Formula dan Kondisi Terbaik Pembentukan Mikroemulsi Ekstrak Umbi

Talas Jepang

Hasil Optimasi Terbaik

Fomula Minyak zaitun 48,5%

Vitamin E 0,5%

Span 80 23%

Tween 80 15%

PEG 400 5%

Ekstrak umbi talas jepang 3%

Akuades 5%

Kondisi Pembentukan Suhu 30-35 ± 2 ⁰C

Kecepatan pengadukan 750 rpm

Lama pengadukan ±30 menit

4.7 Evaluasi Fisik Mikroemulsi

4.7.1 Pemeriksaan Organoleptik

Setelah diperoleh formula untuk pembentukan mikroemulsi, maka

dilakukan evaluasi fisik terhadap sediaan.Evaluasi yang dilakukan meliputi

penentuan organoleptik, homogenitas, tipe emulsi, pH, viskositas, bobot jenis, uji

sentrifugasi, cycling test, dan uji stabilitas.

Pada pengujiaan organoleptik dan homogenitas, diperoleh mikroemulsi

yang jernih dan transparan, berwarna kuning kecokelatan, berbentuk cair, berbau

khas aromatik, dan homogen.Berikut ini merupakan hasil dari pemeriksaan

organoleptik dan homogenitas sediaan mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang:

Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Organoleptik san Homogenitas

Organoleptik Hasil

Warna Kuning Kecokelatan

Bau Khas Aromatik

Bentuk Cairan Sediki Kental

Homogenitas Homogen

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penentuan ukuran partikel dalam evaluasi ini tidak dapat dilakukan.Hal

tersebut dikarenakan tidak ada alat yang memenuhi kualifikasi untuk mengukur

mikroemulsi tersebut.Kemungkinan terjadi fenomena solubilisasi miselar, yakni

pembentukan larutan yang jernih karena molekul-molekul zat terdispersi

berasosiasi dengan misel, dimana terjadi pembentukan misel yang kompleks dan

menyebabkan ukuran droplet mikroemulsi semakin kecil sehingga menjadi sulit

untuk diukur (Puspitasari, 2013).Mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang juga

memiliki viskositas yang cukup besar dibandingkan mikroemulsi pada umumnya

sehingga tidak dapat juga dilakukan pengukuran droplet dengan menggunakan

alat pada umumya (Delsa TM

Nano C (Particle Analyzer)) karena alat tersebut

hanya dapat mengukur partikel dengan viskositas <20 cP.Hal ini disebabkan

ukuran droplet diukur berdasarkan pergerakan dari droplet

mikroemulsi.Viskositas mikroemulsi yang cukup tinggi menyebabkan droplet

yang ada sulit untuk bergerak sehingga menjadi sulit untuk diukur.Oleh sebab

itu,indikator penentuan terbentuknya mikroemulsi hanya dilakukan secara visual,

yakni berdasarkan kejernihanya saja. Indikator lainnya yaitu bentuk droplet yang

sudah tidak terlihat dengan mikroskop optik dengan perbesaran 400.Mikroskop

tersebut hanya dapat memperlihatkan partikel dengan ukuran di atas 1 μm

sehingga dapat disimpulkan droplet mikroemulsi berukuran nano.

4.7.2 Uji pH

Pada penentuaan pH mikroemulsi didapatkan nilai 5,871. Nilai pH

tersebut sesuai karena masih berada dalam kisaran pH kulit, yakni antara 4,5-6,5

(Anwar, 2012).

4.7.3 Uji Viskositas

Viskositas adalah sifat yang menentukan besar daya tahannya terhadap

gaya geser (Karyono, 2008). Dari pengujian, diketahui nilai viskositas

mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang sebesar 364 cP dengan menggunakan

spindel R2 pada kecepatan 30 rpm.Nilai tersebut dapat dikatakan cukup besar

dibandingan sediaan mikroemulsi pada umumnya. Hal tersebut mungkin

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikarenakan penggunaan bahan yang digunakan serta tipe mikroemulsi yang akan

dibentuk. Tipe reologi pada mikroemulsi berupa sistem aliran Newton.Sebuah

cairan Newton didefinisikan sebagai fluida yang tegangan gesernya berbanding

lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang

geser. Cairan Newton akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang

bekerja pada cairan (Karyono, 2008).Hasil ini menunjukkan bahwa droplet yang

terbentuk sangat kecil sehingga sediaan yang terbentuk menyerupai larutan atau

cairan sejati dan dapat dengan mudah mengalir.

Tabel 4.10 Nilai Viskositas Mikroemulsi pada Berbagai Kecepatan

Kecepatan

(rpm)

%Torque Viskositas

(cP)

5 4,3 346

6 5,3 357

10 8,9 358

12 10,7 359

20 18,1 363

30 27,3 364

50 45,8 367

60 55,3 369

100 94 376

60 56,4 375

50 47 366

30 27,2 363

20 18 360

12 10,7 359

10 8,8 355

6 5,2 350

5 4,1 335

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.4Reogram Awal Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang

4.7.4 Penentuan Tipe Mikroemulsi

Penentuan tipe mikroemulsi dilakukan dengan menggunakan metode

pengenceran.Metode ini dipilih karena pengerjaannya yang mudah dan

cepat.Pengenceran mikroemulsi dilakukan dengan menggunakan air.Jika

mikroemulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka ia termasuk bertipe

minyak dalam air (m/a) dan jika ia membetuk globul-globul dalam fase

pendispersi, maka termasuk dalam tipe air dalam minyak (a/m). Pada pengujian

ini dihasilkan mikroemulsi dengan tipe air dalam minyak (a/m) karena air yang

ditambahkan tidak dapat bercampur sempurna dengan mikroemulsi.Air tersebut

membentuk globul-globul dalam mikroemulsi.

4.7.5 Pengukuran Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah

ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama (Anonim,

1995). Pengukuran bobot jenis yang dilakukan dengan menggunakan piknometer

pada suhu kamar, menunjukan bobot jenis mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang

sebesar 0,958 g/ml. Hal ini menggambarkan besarnya massa per satuan volume.

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100

Kec

epata

n G

eser

(rp

m)

%Torque

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.7.6 Uji Sentrifugasi

Uji sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan sentrifugator.Uji

sentrifugasi dilakukan untuk mengetahui kestabilan mikroemulsi.Sediaan

mikroemulsi yang telah selesai dibuat, kemudian disentrifugasi pada kecepatan

13.000 rpm pada suhu ±25⁰C selama 30 menit.Hasil dari sentrifugasi menujukan

tidak ada pengendapan ataupun pemisahan fase yang terjadi sehingga mikroemulsi

dapat dikatakan stabil.

4.7.7 Cycling Test

Cycling testmerupakan kondisi percepatan dengan adanya fluktuasi suhu

untuk menentukan kestabilan produk selama penyimpanan.Cycling testdilakukan

untuk melihat apakah terjadi kristalisasi, pemisahan fase, kehilangan viskositas,

agregasi, dan pengendapan, dimana perubahan yang terjadi bersiat reversibel atau

sebaliknya (Huynh-BA, Kim, 2008 dan Rahmawati, 2003).Cycling test dilakukan

dengan menguji kestabilan mikroemulsi secara bergantian pada suhu dingin (4 ± 2

⁰C) dan suhu tinggi (40 ± 2 ⁰C), masing-masing temperatur selama 24

jam.Pengujian ini dilakukan sebanyak 6 siklus.Setiap pergantian siklus, dilakukan

pengamatan terhadap mikroemulsi.Setelah siklus berakhir juga dilakukan

pengamatan secara makrokopis dan dilakukan pengujian pH.Hasil dari

pengamatan, ditunjukan dalam tabel berikut:

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Organoleptik Mikroemulsi pada Cycling

Test

Siklus Organoleptik

Siklus 1 ME berwarna kuning kecoklatan, berbau

khas, tetap jernih, dan tidak terjadi

pemisahan.

Siklus 2 ME berwarna kuning kecoklatan, berbau

khas, tetap jernih, dan tidak terjadi

pemisahan.

Siklus 3 ME berwarna kuning kecoklatan, berbau

khas, tetap jernih dengan sedikit kabut di

bagian atas.

Siklus 4 Terjadi creaming

Siklus 5 Terjadi creaming

Siklus 6 Terjadi creaming

Dari hasil pengamatan, pada siklus ketiga muncul kabut pada bagian atas

mikroemulsi dan setelah siklus keempat terjadi pemisahan fase.Hal tersebut

dimungkinkan karena kurang stabilnya komponen zat aktif yang ada sehingga

mempengaruhi susunan dan stabilitas mikroemulsi.Akan tetapi hal tersebut

bersifat reversibel. Kabut yang ada akan hilang setelah didiamkan dan setelah

dilakukan pengocokan pemisahan fase berupa creamingjuga akan menghilang

karena fase air akan terdispersi kembali ke dalam fase pendispersinya (fase

minyak). Sedangkan untuk pengujian pH pada hasil cycling test, didapatkan nilai

5,361.Hal ini menunjukan terjadinya penurunan pH. Minyak zaitun sebagian besar

terdiri dari asam lemak tak jenuh, dan jika terhidrolisis akan menghasilkan asam

karboksilat (Sastrohamidjojo H, 2005). Asam karboksilat tersebut kemungkinan

yang menyebabkan terjadinya penurunan pH pada sediaan. Akan tetapi penurunan

pH tidak terlalu signifikan sehingga tidak akan terlalu berpengaruh.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.7.8 Uji Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemapuan suatu produk untuk bertahan

dalam durasi batas spesifikasi yang ditetapkan.Sepanjang periode penyimpanan

dan penggunaan untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas, dan kemurnian

produk tersebut.

Uji stabilitas mikroemulsi pada tiga suhu yang berbeda, yakni suhu

rendah(4±2 ⁰C), suhu ruang(25±2 ⁰C), dan suhu tinggi (40± 2 ⁰C) uji ini

dilakukan selama satu bulan. Setiap 2 minggu sekali dilakukan pengamatan secara

makroskopis.Setelah empat minggu, kemudian dilakukan penentuan pH,

viskositas, dan tipe aliran mikroemulsi.Setelah dilakukan pengujian stabilitas

didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13.

Tabel 4.12Hasil Pengamatan Makroskopis Mikroemulsi pada Berbagai Suhu

Suhu

(⁰C)

Minggu Organoleptik

Warna Kejernihan Bau Endapan/Pemisahan

Fase

4

2 Kuning

kecoklatan

Jernih Khas

Aromatik

-

4 Kuning

kecoklatan

Jernih Khas

Aromatik

-

25

2 Kuning

kecoklatan

Jernih Khas

Aromatik

-

4 Kuning

kecoklatan

Jernih Khas

Aromatik

-

40

2 Lapisan

atas

berwarna

kuning

dan

lapisan

bawah

berwarna

Masing-

masing

lapisan

jernih

Khas

Aromatik

+

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

coklat

4 Lapisan

atas

berwarna

kuning

dan

lapisan

bawah

berwarna

coklat

Masing-

masing

lapisan

jernih

Khas

Aromatik

+

Tabel 4.13Hasil Pengukuran pH dan Viskositas Mikroemulsi Setelah Empat

Minggu

Suhu (⁰C) pH Viskositas (cP)

0 5,871 364

4 5,776 437

25 5,527 367

40 5,566 269

Dari data pengamatan makroskopis menunjukan bahwa sediaan

mikroemulsi yang disimpan pada suhu ruang dan suhu rendah tidak menunjukan

adanya perubahan, sediaan tetap jernih dan transparan.Sediaan yang disimpan

pada suhu tinggi mengalami pemisahan fase berupa creamingsejak dua minggu

pertama pengamatan degan kondisi sama seperti pada hasil pengujian cycling test.

Sama seperti sebelumnya, hal tersebut dimungkinkan karena danya pengaruh dari

kestabilan komponen zat aktif yang ada di dalamnya. Setelah dilakukan

pengocokan pun, mikroemulsi akan kembali ke keadaan semula, yakni menjadi

jernih dan transparan kembali.

Setelah selesai masa uji stabilitas pada tiga suhu yang berbeda,

dilakukakan pengujian pH mikroemulsi Hasil yang didapatkan, menunjukan

terjadinya penuruna pH.Pada suhu ruang pH menjadi 5,527.Pada suhu rendah

menjadi 5,776, dan pada suhu tinggi menjadi 5,566.Meskipun demikian,

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penurunan yang terjadi tersebut tidak terlalu jauh dari pH awal sediaan dan masih

masuk dalam rentang pH kulit.Sedangkan untuk pengujian viskositas sediaan pada

suhu rendah, suhu ruang, dan suhu tinggi, masing-masingnya menunjukan nilai

437 cP, 367 cP, dan 269 cP. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi suhu

penyimpanan akan menurunkan viskositas sediaan mikroemulsi, dan begitu pun

sebaliknya. Semakin rendah suhu penyimpanan akan meningkatkan viskositas

sediaan mikroemulsi sedangkan penyimpanan mikroemulsi pada suhu ruang juga

menghasilkan kenaikan viskositas mikroemulsi. Hal ini sesuai dengan teori yang

menunjukkan bahwa masa penyimpanan akan meningkatkan viskositas sediaan

(Lachman et al, 1994). Akan tetapi kenaikan yang terjadi tidak begitu signifikan.

Berdarkan hasil evaluasi fisik sediaan, menunjukan bahwa sediaaan

mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang stabil pada kondisi ruang (25 ± 2 ⁰C) dan

suhu rendah (4 ± 2 ⁰C) sedangkan pada suhu tinggi (40 ± 2 ⁰C) akan menjadi

tidak stabil karena adanya pemisahan fase.

Berdasarkan keterang di atas diperoleh mikroemulsi yang jernih dan

transparan dengan komposisi 48,5% minyak zaitun, 0,5% vitamin E, 23% span

80, 15% tween 80, 5% PEG 400, 3% ekstrak umbi talas jepang, 3% akuades

dengan kecepatan pengadukan ±750 rpm, rentang suhu 31-35 ⁰C selama ±30

menit.

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

56 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Mikroemulsi yang mengandung ektrak umbi talas jepang dapat terbentuk

dengan menggunakan kombinasi surfaktan tween 80 dan span 80 dengan

konsentrasi masing-masing adalah 15% dan 23%.

2. Kosurfaktan yang mampu mendukung terbentuknya mikroemulsi ekstrak

umbi talas jepang adalah polietilen glikol 400 (PEG 400) dengan konsentrasi

5%.

3. Mikroemulsi ekstrak umbi talas jepang stabil secara fisik pada suhu ruang (25

± 2 ⁰C) dan suhu rendah (4 ± 2 ⁰C) dan tidak stabil pada suhu tinggi (40 ± 2

⁰C).

5.2 Saran

1. Perlunya dilakukan optimasi formula untuk menghasilkan mikroemulsi

ekstrak umbi talas jepang yang stabil secara fisik.

2. Perlunya dilkukan pengujian aktivitas mikroemulsi untuk melihat

kestabilannya secara kimia.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Riza. Susanti, Hari. 2012. Determination of total phenolic content of

methanolic extracts red rosell (Hibiscus sabdariffa L.) calyxs in variation

of growing area by spectrophotometry. Yogyakarta: Fakultas Farmasi,

Universitas Ahmad Dahlan. 02 (1): 73-80.

Anam, Syariful., Muhammad, Muhammad Yusran., Alfred Trisakti, Nurlina

Ibrahim, Ahmad Khumaidi, Ramdanil, dan Muhammad Sulaiman Zubair.

2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat KayuSanrego (Lunasia amaru

Blanco). Online Jurnal of Natural Science., Vol. 2 (3): 1-8.

Andirisnanti, Wanda Anggi. 2012. Uji Manfaat Ektrak Kolagen Kasardari

Teripang Stichopus hermanni Sebagai Bahan Pelembab Kulit.Tesis.

Jurusan Farmasi Univesitas Indonesia.

Anonim. 2000. Parameter Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Edisi 1. Dirjen POM,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4. Jakarta: UI Press.

Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Karakterisasi dan

Aplikasi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Baboota, S., Al-Azaki, Kohli, Dixit, Shakeel. 2007. Development and Evaluation

of a Microemulsion Formulation for Transdermal Delivery of Terbinafine.

PDA J. Pharm. Sci. Technol., Vol 61: 276-285.

Bebeja.2014. http://www.bebeja.com/peluang-bisnis-berkebun-talas-

safira/.Diaksespadatanggal 17 Februari 2015.

Chen, C., Pearson, M.A., Gray, I.J. 1992. Efects of Synthetic Antioxidants (BHA,

BHT, and PG) on The Mutagenicity of IQ-like Compounds. Food Chem.

43: 177-183.

Cho, Y. H., Kim S., Bae EK., Mok CK., Park J. 2008. Formulation of

Cosurfactan-free O/W Microemulsion Using Nonionic Surfactan

Mixtures.J. Food Sci., Vol. 73 (3): 115-121.

Cunningham W. 1998. Aging and Photo-aging. Dalam: Baran R, Maibach HI

editor. Textbook of Cosmetic Dermatology, Edisi ke-2. London: Martin

Dunitz.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xviii

Daniel, S., Reto, M., and Fred, Z., Collagen Glycation and Skin Aging Cosmetic

and Tolletries Manufacture Worldwide. 1-6.

Djajadisastra, J. Mun’im, A., Desi, N.P. 2009. Formulasi Gel

TopikaldariEkstrakNerii Folium dalamSediaanAntijerawat.JurnalFarmasi

Indonesia., Vol. 4 (4): 210-216.

Elsner, P and Howard I.M. 2000.Coesmeceuticals Drug Vs Cosmetics. Marcel

Dekker Inc. New York.

Fatmawaty, Aisyah., Apolarosa Tjendra., Radhia Riski., dan Michrun Nisa. 2012.

Formulasi, Evaluasi Fisik dan Permeasi Krim Pemutih Asam Kojat dengan

Variasi Enhancer. Majalah Farmasi dan Farmakologi., Vol. 15, No. 3,

Hlm. 139-142.

Fauzy, Aprilia. 2002. Pengaruh Konsentrasi Minyak Ikan Terhadap Penetrasi

Kurkumin dalam Sediaan Mikroemulsi Gel.Skripsi.Jurusan Farmasi

Universitas Indonesia.

Fisher, G. J., Wang, Z., Datta, S. C., Varani, J., Kang, S., and Voorhees, J.J.

1997.Pathophysiology of Premature Skin Aging Induced by Ultraviolet

Light. The New England Journal of Medicine., Vol. 337 (20): 1419-1428.

Flanagan, J. and Singh. 2006, Microemulsion: a Potential Delivery System for

Bioactives in Food. Crit. Rev. Food Scie Nut., Vol. 46: 221-23.

Flanagan, J. dan Singh. 2006. Microemulsion: a Potential Delivery System for

Bioactives in Food. Crit. Rev. Food Sci. Nut., Vol. 46: 221-237.

Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.

Harun, Desi Syifa Nurmillah. 2014. Formulasi dan Uji Aktivitas Antioksidan

Krim Anti-Aging Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia

mangostana L.) dengan Metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picril Hydrazil).

Skripsi. Jurusan Farmasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Hearing VJ. 2005. Biogenesis of Pigment Granules a Sensitive Way to Regulate

Melanocyte Function. Journal of Dermatological Science., Vol. 37: 3-14.

Helfrich, Y.R., Sach, D.L., and Vorhees, J.J. 2008.Overview of Skin Aging and

Photoaging.Dermatology Nursing., Vol. 20 (30): 177-183.

Helmi, A., Nelmi, A., Dian, H, dan Rosalinda, R. 2006. Standarisasi Ekstrak

Etanol Daun Eugenia cumini Merr. J. SainsTek., Vol. 11 (2): 88-93.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xix

I.D.A.D.Y., Dewi.,Astuti K.W., Warditianti N.K. Identifikasi Kandungan Kimia

Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Irawan, Daisy., C. Hanny Wijaya., Suwido H. Limin., Yasuyuki Hashidoko.,

Mitsuru Osaki., and Ici P Kulu. 2006. Ethnobotanical Study and Nutrient

Potency of Local Traditional Vegetables in Central Kalimantan. Tropics.,

Vol. 15 (4).

Kahl, R., Kappus, H. 1993. Toxicology of the Synthetic Antioidants BHA and BHT

in Comparison with the Natural Antioxidant Vitamin E. Z. Lebensm.

Unters. Forsch. 196: 329-338.

Kim, Ki Hyun., Eunjung, Moon, Sun Yeo, Kim, and Kang, Ro Lee. 2010. Anti-

melnogenic Fatty Acid Derivates from the Tuber-barks of Colocasia

antiquorum var. esculenta. Bull. Korean Chem. Soc., Vol. 31, No. 7.

Kreilgaard, M., et al. 2000.NMR Characterization and TransdermL Delivery

Potential of Microemulsion System.J. Control. Rel., Vol. 69: 421-433.

Kumalasari, E. dan N. Sulistyani. 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol

Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap Candida

albicans serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian., Vol. 1 (2):

51-62.

Kumesan, Yuni Arista N., dkk. 2013. Formulasi dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat

Ekstrak Umbi Bakung (Crinum Asiaticum L.) terhadap Bakteri

Staphylococcus Aureus secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Farmasi.,

UNSTRAT Vol. 2 (02).

Lapie’re CM. 1990. Vieillissement de la peauettis suconjonctif. In: Symp Soc

CosmSci: Skin Ageing Causes and Prevention. Blois, France: Pralon

graphic 93250: 157-70.

Lintner, Karl dan Sederma France. Substantions of Skin Whitening Claims.

Diambil dari

www.incosmeticsasia.com/files/pres_wkshp1_substantiation_of_skin_whit

ening_claims.pdf diakses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 16.10 WIB.

Mackiewicz, Z and Rimkevicius, A. 2008. Skin Aging. Gerontologija., Vol. 9 (2):

103-108.

Madan, Amit., Abishek, Arun., and Sudeep, Verma. 2014. An Open Label, Non

Comparative, Non-randomized, Pilot Study to See the Efficacy and Safety

of Anti Wrinkle Cream in the Treatment of Facial Skin Wrinkles.

International Journal of Advanced Research., Vol. 2: 350-355.

Madsen, H.L. and Bertelsen, G. 1999. Trends Food Sci. Technol., Vol. 6: 271-

277.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xx

Marliana, S.D., Suryanti, V., dan Suyono.2005. Skrining Fitokimia dan Analisis

Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia BuahLabu Siam (Sechiu

medule Jacq.Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi., Vol. 3 (1): 26-

31.

Martin, Alfred.,Swarbrick, James., danCammarata, Arthur. 2008. FarmasiFisik.

Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia (UI-Press).

Maurya, Sunita and Dhananjay Singh. 2010. Quantitative Analysis of Total

Phenolic Content in Adhatodavasica Nees Extracts. International Journal

of Pharm Tech., Vol. 2 (4): 2403-2406.

Mitsui, t. 1993.New Cosmetic Science. Japan: Nanzando Ltd.

Okamoto, S. 1967. Glycolic Acid Oxidase Activity in Crop Plants.Soil Sci. Plant

Nutr., 13: 133-142.

Pietta, P.G. 2000. J. Nat. Prod., Vol. 63: 1035-1042.

Pindha IGAS. 2000. Kelainan Kulit pada Penuaan Dini. Dalam Terobosan

Peremajaan Kulit di Era Milenium Baru. Bali.

Pontis, Alves Jonierison. Costa, Luiz Antonio Mendonca Alves. Silva, Silvio Jose

Reis. Flach, Adriana. 2014. Color, phenolic and flavonoid content, and

antioxidant activity of honey from roraima. Food Science and Technology.

Brazil: Campinas., 34(1) : 69-73. ISSN 0101-2061. Diakses 10 Desember

2014.

Pourmorad, F., Hosseinimehr S.J., and Shahabimajd N. 2006.Antioxidant

Activity, Phenol and Flavonoid Contents of Some Selected Iranian

Medicinal Plants.African Journal of Biotechnology.,Vol. 5 (11): 1142-

1145.

Ramsden, C. A dan Patrick, A. R. 2010.Mechanistic Studies of Tyrosinase Suicide

Inactivation.Special Issue Review and Accounts: 260-274.

Ratnayani, Ketut A.A.I.A. dkk. 2012. Kadar total senyawa fenolat pada madu

randu dan madu kelengkeng serta uji aktivitas antiradikal bebas dengan

metode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal Kimia. Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Udayana, Bukit, Jimbaran. 6(2) : 163-168.

Rendon-Pellerano MI, Bemstein EF. 1996. Xerosis and Photo-aging. J. Geriatr

Dermatol., Vol. 4: 12B-16B.

Rhee, Y.S., et al. 2001. Transdermal Delivery of Ketoprofen Using

Microemulsion., Int. J. Pharm., Vol. 228: 167-170.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xxi

Saifuddin, A., Rahayu, V., danTeruna, H.Y. 2011. Standarisasi Bahan Obat

Alam. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Sangi, M., M.R.J. Runtuwene., H.E.I Simbala., V.M.A Makang.2008. Analisis

Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.Chem. Prog.,

Vol. 1 (1): 47-53.

Savitree, M., Isara P., Nittaya S.L., and Worapan S. 2004. Radical Scavenging

Activity and Total Phenolic Content of Medical Plants Used in Primary

Health Care. Journal of Pharm. Sci., Vol. 9 (1): 32-35.

Sharma, Bhumika., and Arvind Sharma. 2012. Future Prospect of Nanotechnology

in Development of Anti-Aging Formulations. International Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Sciences., Vol. 4.

Soepardiman L. 2003. Etiopatogenesis Kulit Menua. Dalam Wasitaatmadja SM,

Menaldi SL, editor. Peremajaan Kulit. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI.

Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperwatan. Jakarta: EGC.

Tranggono, Retno Iswari dan Fatma Latifah. 2007. Buku Pegangan Ilmu

Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tura, D. and Robards, K.J. 2002.Chromatogr. A.,Hlm. 71-93.

Uitto J. 1997. Understanding Premature Skin Aging.N Engl J Med 337: 1462-

1465.

Wang, Jaw-Kai.1983. Taro A Review of Colocasi aesculenta and Its Potentials.

Honolulu: University of Hawaii Press.

Wang, Jaw-Kai.1983. Taro A Review of Colocasia esculenta and Its Potentials.

Honolulu: University of Hawaii Press.

Wasiaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.

Wijaya, Bryan Alfonsius., Gayatri, Citraningtyas., dan Frenly, Wehantouw. 2014.

Potensi Ekstrak Etanol Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta (L.))

Sebagai Alternatif Obat Luka pada Kulit Kelinci (Oryctolagus cuniculus).

Jurnal Ilmiah Farmasi., Vol. 3, No. 3.

Yaar M and Gilchrest B A. 2007.Photoageing: Mecanism, Prevention, and

Therapy. British Journal of Dermatology 157: 874-887.

Yuwanti, S., et al. 2011.Formulasi Mikroemulsi Minyakdalam Air (O/W) yang

Stabil Menggunakan Kombinasi Tiga Surfaktan Non Ionik dengan Nilai

HLB Rendah, Tinggi, danSedang.Agritech., Vol. 31 (1): 4-6 (Abstr.).

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xxii

Zhu, W. danGao, J. 2008. The Use of Botanical Extracts as Topical Skin-

Lightening Agents for The Improvement of Skin Pigmentation Disorder. J.

Investig. Dermatol.Symp. Proc., Vol. 13: 20-24.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

xxiii

LAMPIRAN

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Penelitian

EkstrakTalasJepang

Mikroemulsi

PengukuranBobotJenis

Uji pH

UjiSentrifugasi

PenentuanUkuran Droplet

EvaluasiFisikMikroemulsi

UjiViskositas

Cycling Test

PemeriksaanOrganoleptik UjiStabilitas

PenetuanTipeMikroemmulsi

AnalisaHasilEvaluasiFisikMikroemulsi

UjiAktivitasAntioksi

danEkstrak KarakterisasiEkstrak UjiKadar Total Polifenol

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Tanaman

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Gambar Hasil Penapisan Fitokimia

Golongan Hasil Keterangan

Alkaloid

Pereaksi Mayer

Pereaksi Dragendorf

Adanyan endapan

berwarna putih

Adanya endapan

berwarna merah bata

Flafonoid

Terbentuk warna

merah pada lapisan

etanol

Tanin

Terbentuk warna

cokelat kehijauan

Steroid

Terbentuk warna ungu

kecokelatan

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terpenoid

Terbentuk warna merah

kecokelatan

Saponin

Terbentuk busa yang

stabil

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Perhitungan Parameter Non Spesifik Ekstrak Umbi Talas Jepang

1. Kadar air

% KadarAir =0,1 gram − 20,438 − 20,345 gram

0,1 gram× 100% = 7,01%

2. Kadar abu

% KadarAbu =31,784gram − 30,799gram

1 gram× 100% = 1,54%

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan dan Hasil Penetapan Kadar Total Polifenol

1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Asam Galat dalam akuades

2. Perhitungan Kadar Total Senyawa Polifenol Ekstrak Umbi Talas Jepang

Kadar ekivalen asam galat :

Absorbansi ke-1 = 0,334

y = 0,010x + 0,006

0,334 = 0,010x + 0,006

0,010x = 0,334 – 0,006

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

x = 32,8 µgGAE/mL

Kadar ekivalen asam galat untuk volume 10 mL = 32,8 µgGAE/mL x 10 mL

= 328 µgGAE

Kandungan fenol total (p):

328 µgGAE/10 mg = p mgGAE /100 g

328 x 10ˉ³ mgGAE /10 mg = p mgGAE/100 g

328 x 10ˉ³ mg GAE x 100000 mg = 10 mg p

32800 mg = 10 mg p

p = 32800 mg / 10 mg

= 3280 mg

Kandungan fenol total ekstrak umbi talas jepang = 3280 mgGAE/100 g

sampel.

Absorbansi ke-2 = 0,321

y = 0,010x + 0,006

0,321 = 0,010x + 0,006

0,010x = 0,321 – 0,006

x = 31,5 µgGAE/mL

Kadar ekivalen asam galat untuk volume 10 mL = 31,5 µgGAE/mL x 10 mL

= 315 µgGAE

Kandungan fenol total (p):

315 µgGAE/10 mg = p mgGAE /100 g

315 x 10ˉ³ mgGAE /10 mg = p mgGAE/100 g

315 x 10ˉ³ mg GAE x 100000 mg = 10 mg p

31500 mg = 10 mg p

p = 31500 mg / 10 mg

= 3150 mg

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kandungan fenol total ekstrak umbi talas jepang = 3150 mgGAE/100 g

sampel.

Rata − rata kadar fenol total =3280 mgGAE/100 g + 3150 mgGAE/100 g

2

= 3215 mgGAE/100 g

= 3,215 gGAE/100 g

= 3,215%

Lampiran 6. Hasil dan Perhitungan Aktivitas Antioksidan

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembuatan larutan uji antioksidan ekstrak

1. Pembuatan larutan DPPH (0,1 Mm)

Bobot DPPH yang ditimbang:

0,1mM =x (mg)

394,32×

1000

50 ml

𝑥 =1971,6

1000

X = 1,972 mg

2. Pembuatan Larutan Ekstrak

Larutan ekstrak

Konsentrasi larutan 100 ppm

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 10 ml.100 ppm

V1 = 1 ml (jumlah yang dipipet dari larutan induk 1000 ppm)

Kemudian ditambahkan methanol hingga 10 ml pada labu ukur.

Konsentrasi larutan 300 ppm

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 10 ml.300 ppm

V1 = 3 ml (jumlah yang dipipet dari larutan induk 1000 ppm)

Kemudian ditambahkan methanol hingga 10 ml pada labu ukur.

Konsentrasi larutan 500 ppm

V1.M1 = V2.M2

V1.1000 ppm = 10 ml.500 ppm

V1 = 5 ml (jumlah yang dipipet dari larutan induk 1000 ppm)

Kemudian ditambahkan methanol hingga 10 ml pada labu ukur.

Konsentrasi larutan 700 ppm

V1.M1 = V2.M2

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

V1.1000 ppm = 10 ml.700 ppm

V1 = 7 ml (jumlah yang dipipet dari larutan induk 1000 ppm)

Kemudian ditambahkan methanol hingga 10 ml pada labu ukur.

3. Kurva hasil pengukuran absorbansi dan % inhibisi ekstrak umbi talas

jepang

Kurva Perbandingan antara Konsentrasi (ppm( dengan % Inhibisi.

4. Perhitungan % inhibisi, IC50, dan AAI ekstrak umbi talas jepang

% Inhibisi ekstrak umbi talas jepang

Diketahui absorbansi blanko

% Inhibisi 100 ppm =0,543 − 0,472

0,543× 100% = 13,075%

% Inhibisi 300 ppm =0,543 − 0,440

0,543× 100% = 18,969%

% Inhibisi 500 ppm =0,543 − 0,418

0,543× 100% = 23,020%

% Inhibisi 700 ppm =0,543 − 0,395

0,543× 100% = 27,256%

y = 0.022x + 11.47R² = 0.995

0

10

20

30

40

0 500 1000 1500

% In

hib

isi

Konsentrasi ekstrak (ppm)

Kurva Uji Antioksidan Ekstrak Umbi Talas Jepang

Kurva Uji Antioksidan Ekstrak Umbi Talas Jepang

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

% Inhibisi 1000 ppm =0,543 − 0,359

0,543× 100% = 33,886%

5. Perhitungan IC50 dan AAI

Nilai IC50 dan AAI ekstrak umbi talas jepang

Diketahui persamaan kurva uji antioksidan ekstrak: y = 0,022x + 11,47

50 = 0,022x + 11,47

x = 1751,364 ppm

Diketahui konsentrasi DPPH = 39,44 ppm

AAI ekstrak =39,44 ppm

1751,364 ppm

AAI ekstrak = 0,023

Lampiran 7. Nilai viskositas mikroemulsi pada berbagai kecepatan

ME Spindel Kecepatan %Torque Viskositas

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(rpm) (cP)

ME

awal

2 5 4,3 346

6 5,3 357

10 8,9 358

12 10,7 359

20 18,1 363

30 27,3 364

50 45,8 367

60 55,3 369

100 94 376

60 56,4 375

50 47 366

30 27,2 363

20 18 360

12 10,7 359

10 8,8 355

6 5,2 350

5 4,1 335

ME

suhu

25 ⁰C

5 4,4 352

6 5,3 354

10 8,9 357

12 10,8 360

20 18,3 366

30 27,5 367

50 46,1 369

60 55,5 370

100 94,7 378

60 55,8 372

50 46,2 370

30 27,5 368

20 18,3 367

12 10,9 365

10 9,1 364

6 5,3 359

5 4,4 357

ME

suhu

40 ⁰C

5 1,9 129

6 2,6 178

10 5,6 225

12 7,3 245

20 13,1 263

30 20,1 269

50 33,3 267

60 49,6 278

100 50,4 336

60 44,5 297

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50 35,6 285

30 20,6 275

20 13,3 266

12 7,4 247

10 5,6 227

6 2,2 177

5 1,6 131

ME

suhu

4 ⁰C

5 5,2 421

6 6,2 419

10 10,5 420

12 12,6 422

20 21,5 431

30 32,7 437

50 55,5 444

60 67,2 509

100 96 522

60 75,4 517

50 62,3 509

30 32,6 435

20 13 436

12 12,6 420

10 10,7 429

6 6,3 425

5 5 406

Reogram Awal Mikroemulsi Herba Umbi Talas Jepang

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100Ke

cep

atan

Ge

ser

(rp

m)

%Torque

Название диаграммы

Ряд1

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Reogram Mikroemulsi Herba Talas Jepang Setelah Masa Penyimpanan pada Suhu

Ruang (25 ± 2 ⁰C)

Reogram Mikroemulsi Setelah Masa Penyimpanan pada Suhu Tinggi (40 ± 2 ⁰C)

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100

Kec

epata

n G

eser

(rp

m)

%Torque

0

20

40

60

80

100

120

0 10 20 30 40 50 60

Kec

epata

n G

eser

(rp

m)

%Torque

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Rheogram Mikroemulsi Setelah Masa Penimpanan pada Suhu Rendah (4 ± 2 ⁰C)

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120

Kec

epata

n G

eser

(rp

m)

%Torque

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Gambar Hasil Penelitian

Hasil Uji Kadar Total Polifenol Hasil Uji Antioksidan, konsentrasi 100,

-1000 ppm dan blanko (dari kanan ke kiri

Mikroemulsi Ekstrak Umbi Talas Jepang Hasil Uji Homogenitas Mikroemulsi

Hasil Penentua Tipe Mikroemulsi Hasil Pengukuran Bobot Jenis

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(a) (b)

Mikroemulsi Sebelum Disentrifugasi (a), Mikroemulsi Setelah Disentrifugasi (b)

(a) (b)

Mikroemulsi Sebelum Dilakukan Cycling Test (a), Mikroemulsi Setelah

Dilakukan Cycling Test (b)

(a) (b) (c)

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil Mikroemulsi Setelah Masa Penyimpanan pada Tiga Suhu yang Berbeda.

ME Setelah Disimpan pada Suhu 4 °C (a), ME Setelah Disimpan pada Suhu 25 °C

(b),ME Setelah Disimpan pada Suhu 40°C (c).

Lampiran 9. Certificate of Analysis Asam Galat

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29079/1/ATHIYAH... · ... (propilen glikol, gliserin, etanol, dan polietilen ...

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta