JURNAL TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …e-journal.uajy.ac.id/10615/1/JurnalHK10568.pdf · perawatan...

13
JURNAL TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENGOBATAN TRADISIONAL DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MEMENUHI HAK- HAK PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA Diajukan oleh : LEHA ANDRIYANI NPM : 110510568 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKATRA FAKULTAS HUKUM 2016

Transcript of JURNAL TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA …e-journal.uajy.ac.id/10615/1/JurnalHK10568.pdf · perawatan...

JURNAL

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENGOBATAN TRADISIONAL

DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MEMENUHI HAK-

HAK PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA

Diajukan oleh :

LEHA ANDRIYANI

NPM : 110510568

Program Studi : Ilmu Hukum

Program Kekususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKATRA

FAKULTAS HUKUM

2016

HALAMAN PERSETUJUAN

JURNAL

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENGOBATAN TRADISIONAL

DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MEMENUHI HAK­

HAK PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA

Diajukan oleh :

LEHA ANDRIYANI

NPM : 110510568

P."ogram Studi : lImu Hukum

Program Kekususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis

Telah Disetujui Untuk Jurnal

Pada Tangga.~Tanda Tangan .

Dosen Pembimbing

X. Endro Susilo, S.H.,LLM.FAA1C"M.slHiGKtlM

FX. Suhardana, S.H., M.H

Mengesahkan

Dekan Fakultas Hukum~~~ .l1 Jr1

<$'~,? as Atma Jaya Yogyakarta,~ ';.~ rr---=:=:::;~=====-

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA PENGOBATAN TRADISIONAL

DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN UNTUK MEMENUHI HAK-

HAK PASIEN SEBAGAI KONSUMEN JASA

Leha Andriyani

Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

email : [email protected]

ABSTRACT

In this development era, the development of information and technology has beenincreased, including the increase of people awareness of the field of health that isdeveloping recently is traditional treatment services. It offers traditional treatment putmany advertisement in order to get as many advertisement in order to get as many aspeople. The services provided is sometimes not appropriate with the advertisementprovided so it can harm the consumers. Therefore, this study will discuss about whatresponsibility the business people of traditional treatment take towards the consumers.The type of this research by exploring literatures and positive law norm in the forms oflegislation. Based on the analysis, it can be concluded that the responsibility of businesspeople of traditional treatment towards consumers.consumers can ask for accountabilityto the business by using the have the protection of consumers. However, the position ofconsumers who are too weak to disprove the businessKey words : responsibility, treatment, traditional, consumers

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era modernperkembangan teknologi dan informasisaat ini telah meningkat, termasuk jugameningkatnya kesadaran masyarakatakan pentingnya kesehatan. Manusiadapat menjalani kehidupan yangproduktif apabila memiliki tubuh yangsehat baik secara fisik dan psikis.Kesehatan merupakan salah satuparameter untuk mengukurkeberhasilan pembangunan manusia.Tanpa kesehatan manusia tidak akanproduktif untuk menjalani kehidupanyang layak.1 Mahalnya beaya kesehatan

1 Sri Siswati, 2015, Etika dan HukumKesehatan Dalam Perspektif Undang-

ini yang membuat masyarakat mencarialternatif lain yaitu salah satunyadengan menggunakan pengobatantradisional, yang diharapkan mampumengobati dengan biaya yangterjangkau.

Pengertian pengobatantradisional dalam Pasal Pasal 1 angka16 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009tentang Kesehatan adalah pengobatandan atau perawatan dengan cara danobat yang mengacu pada pengalamandan keterampilan turun temurun secaraempiris yang dapatdipertanggungjawabkan dan diterapkansesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Kesepakatan antara pelakuusaha pengobatan tradisional dengan

Undang Kesehatan, Penerbit PT RajaGrafindo, Jakarta, hlm. 2.

pasien sebagai konsumen jasa untukmemakai jasa berupa keahlian dalampengobatan tradisional dilakukan baiksecara lisan maupun tertulis. Hubunganhukum pasien dengan pelaku usahapengobatan tradisional adalahhubungan hukum antara konsumendengan penyedia jasa.

Pengobatan tradisional saat initidak hanya ada di daerah-daerah tetapisudah menjamur juga di perkotaan. Halini membuat masyarakat mudah dalammemilih pelayanan kesehatan di bidangpengobatan tradisional. Agar konsumenterhindar dari kelalaian pelaku usahayang dapat membahayakan keselamatandan keamanan. Rendahnya pendidikankonsumen cenderung membuatkonsumen tidak menggunakan hak-haksebagai konsumen jasa. Tingkatkesadaran konsumen jasa yang rendahketika memilih tempat pengobatantradisional mengakibatkan kerugianfisik maupun psikis.

Pelayanan kesehatan diIndonesia saat ini sudah berkembanglebih modern, tetapi masyarakat masihbanyak yang memilih pengobatantradisional (non konvensional) sebagaitempat pengobatan seperti pijat urut,tuna netra, patah tulang, akupuntur danlain-lain. Perlu dilakukan pembinaan,pengawasan dan diarahkan olehPemerintah Daerah maupun PemerintahPusat, agar pengobatan tradisionalmenjadi pengobatan alternatif yangdapat dipertanggungjawabkan manfaatdan keamanannya bagi masyarakatyang menggunakan sehingga tidakmerugikan pihak konsumen.

Berdasarkan hal tersebut makaperlu perlindungan terhadap pasiensebagai konsumen jasa pengobatantradisional khususnya terhadap hak-hakkonsumen. Namun Undang-UndangPerlindungan Konsumen belumsepenuhnya melindungi hak-hak pasiensebagai konsumen jasa pelayanan

kesehatan di bidang pengobatantradisional. Pada dasarnya untukmelindungi hak-hak konsumenkhususnya konsumen jasa daripengobatan tradisional yang tidakterdaftar dan memenuhi syarat makadiperlukan untuk semua pihak yangterkait agar saling menjaga hubunganhukum tersebut. Berdasarkan uraiandiatas tersebut maka penulismerumuskan judul penelitian inisebagai berikut: “Tanggung JawabPelaku Usaha Pengobatan Tradisionaldi Bidang Pelayanan Kesehatan UntukMemenuhi Hak-Hak Pasien SebagaiKonsumen Jasa”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tanggung jawabpelaku usaha jasa pengobatantradisional terhadap konsumen jasayang dirugikan ?

2. METODE

Jenis penelitian hukum iniadalah penelitian normatif yaitupenelitian hukum yang dilakukan untukmenelusuri bahan pustaka dan normahukum positif berupa peraturanperundang-undangan ditelusuri secarasistematisasi hukum yang ada kaitannyadengan objek kajian penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaku Usaha di Bidang PengobatanTradisional

1) Tinjauan Umum Pelaku Usaha

Pasal 1 angka 3 UUPK memberikanpengertian pelaku usaha adalah setiaporang perorangan atau badan usaha,baik berbentuk badan hukum maupunbukan badan hukum yang didirikan danberkedudukan atau melakukan kegiatandalam wilayah hukum negara RepublikIndonesia, baik sendiri maupunbersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usahadalam berbagai bidang ekonomi.

2) Pengertian Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional berdasarkanPasal 1 angka 16 Undang-Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan adalah pengobatan dan atauperawatan dengan cara dan obat yangmengacu pada pengalaman danketerampilan turun temurun secaraempiris yang dapatdipertanggungjawabkan dan diterapkansesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Sedangkan Pengobatantradisional menurut Pasal 1 angka 1Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1076/MENKES/SK/VII/2003 tentangPenyelenggaraan PengobatanTradisional adalah pengobatan dan/atauperawatan dengan cara, obat danpengalaman, keterampilan turuntemurun, dan/ataupendidikan/pelatihan, dan diterapkansesuai dengan norma yang berlakudimasyarakat.

3) Macam-Macam PengobatanTradisonal

Pengobatan tradisionalmerupakan pengobatan alternatif yangmasih digunakan oleh masyarakat.Menurut Pasal 3 ayat 1 KeputusanMenteri KesehatanNomor1076/MENKES/SK/VII/2003 tentangPenyelenggaraan PengobatanTradisional dalam jenis keterampilan,ramuan, pendekatan agama dansupranatural. Selanjutnya pada Pasal 3ayat (2) dirumuskan klasifikasisebagaimana pada ayat (1) meliputi :

a) Battra Ketrampilan adalah seseorangyang melakukan pengobatan dan/atauperawatan tradisional berdasarkanketrampilan fisik dengan menggunakananggota gerak dan/atau alat bantu lain,antara lain :

1) Battra Pijat Urut

2) Battra Patah Tulang3) Battra Sunat4) Battra Dukun Bayi5) Battra Pijat Refleksi

Akupresuris6) Akupunkturis7) Chiropractor8) Battra lainnya yang metodenya

sejenis.

b) Battra Ramuan adalah seseorangyang melakukan pengobatan dan/atauperawatan tradisional denganmenggunakan obat / ramuan tradisionalyang berasal dari tanaman ( flora ),fauna, bahan mineral, air, dan bahanalam lain, antara lain :

1) Battra Ramuan Indonesia(Jamu)

2) Battra Gurah3) Shinshe4) Tabib5) Homoeopath6) Aromatherapist7) Battra lainnya yang metodenya

sejenis.8) Battra Pendekatan Agama

c) Battra Supranatural adalah seseorangyang melakukan pengobatan dan/atauperawatan tradisional denganmenggunakan tenaga dalam,meditasi,olah pernapasan, inderakeenam ( pewaskita) , kebatinan antaralain :

1) Tenaga Dalam (Prana)2) Battra Paranormal3) Reiky Master (Tibet, Jepang)4) Qigong (Cina)5) Battra kebatinan Battra lainnya

yang metodenya sejenis.

Karakteristik dari Pengobatantradisional, yaitu :2

1) Pendekatan holistic

2 Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika danHukumKesehatan,PT Rineka Cipta, Jakarta,hlm 187

2) Pengobatan dilakukan sampai

tuntas3) Waktu kontak dengan pasien

tidak terbatas waktu kerja (jamkerja 24 jam)

4) Pelayanan bersifat terpadu(penyembuhan dan perawatan)

5) Bersifat kekeluargan6) Akrab, ramah dan sangat

informal7) Biaya pengobatan disesuaikan

dengan apa yang dimilikipasien (tidak harus uang)

8) Tidak mengenal kelas sosialdalam melayani pasien

9) Pengobat tradisional padaumumya bersifat turun-temurun

10) Jarak yang dekat

4) Pelayanan Kesehatan Pasien

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan mendefinisikan upayakesehatan adalah setiap kegiatandan/atau serangkaian kegiatan yangdilakukan secara terpadu, terintegrasidan berkesinambungan untukmemelihara dan meningkatkan derajatkesehatan masyarakat dalam bentukpencegahan penyakit, peningkatankesehatan, pengobatan penyakit, danpemulihan kesehatan oleh pemerintahdan/atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuanutamanya adalah pelayanan preventif(pencegahan) dan promotif(peningkatan kesehatan) dengan sasaranmasyarakat. Sedangkan menurut Leveydan Loomba Pelayanan Kesehatanadalah upaya yang diselenggarakansendiri atau secara bersama-sama dalamsuatu organisasi untuk memelihara danmeningkatkan kesehatan, mencegah,dalam menyembuhkan penyakit sertamemulihkan kesehatan perorangan,keluarga, kelompok, atau

masyarakat.3Kamus Besar BahasaIndonesia menyatakan kesehatan adalahsarana yang menyediakan bentukpelayanan yang sifatnya lebih luasdaripada bidang klinik, bersifatpreventif. promotif, dan rehabilitatif.4

B. Hubungan Hukum antara PelakuUsaha Pengobatan Tradisional danKonsumen Jasa

Pengertian Hubungan Hukum

Hubungan hukum adalah segalamacam hubungan yang terjadi di dalampergaulan masyarakat yang diatur olehketentuan hukum.5 Pada umumnyahubungan hukum antara pelaku usahadan konsumen adanya perjanjian yangdibuat sehingga melahirkan perikatandan memberikan konsekuensi bagi parapihak, yaitu hak dan kewajiban yangharus dilaksanakan. Hubungan hukumdapat muncul dari adanya kontraktualataupun tidak adanya kontraktual.

Hubungan langsung antarapelaku usaha dan konsumen terdapathubungan kontraktual (perjanjian). Jikaproduk barang dan/ atau jasamenimbulkan kerugian pada konsumen,maka konsumen dapat meminta gantikerugian kepada pelaku usaha atasdasar tanggung jawab kontrak.

Dalam suatu kontrak atauperjanjian apabila pelaku usaha dapatmenyelesaikan kewajibannya denganbaik maka pelaku usaha telahmelakukan prestasi, tetapi jika pelakuusaha telah lalai dan tidak dapat

3http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-pelayanan-kesehatan-pasien.html, diakses pada tanggal 5 april20164 http://kbbi.web.id/sarana diakses padatanggal 8 april 20165 M. Zen Abdullah, 2009, “ Intisari HukumPerdata Materil”, Penerbit Hasta CiptaMandiri, Yogyakarta, hlm. 5

menyelesaikan kewajiban-kewajibannya maka timbul wanprestasimaka konsekuensinya timbulnya hakoleh pihak yang dirugikan untukmenuntut ganti rugi.

Hubungan hukum antara pelakuusaha pengobat tradisional dengankonsumen jasa dilakukan melaluiperundingan yang dilakukan olehpelaku usaha pengobatan tradisionaldan konsumen jasa untuk membentukkontrak jasa yang akhirnyamemunculkan hak dan kewajiban, yangharus dilaksanakan secara baik. Pelakuusaha dan konsumen jasa bebas dalamdalam menentukan isi perjanjian,bentuk perjanjian, dan carapenyelesaian yang akan dipilih olehkedua belah pihak mana kala terjadisengketa. Kebebasan berkontrak initetap mempunyai pembatasan yaitutidak bertentangan dengan Undang-undang, norma ketertiban dankesusilaan.

Bahwa perjanjian antarakonsumen jasa dengan pelaku usahapengobatan tradisional dapat lahir padasaat ada kata sepakat. Cukup lisan makaperjanjian lahir. Dengan adanyahubungan hukum tersebut maka parapihak dapat menuntut ganti rugi jikaada hak-hak yang dilanggar oleh salahsatu pihak.

C. Tanggung Jawab Pelaku UsahaPengobatan Tradisional

1. Pengertian Tanggung JawabPelaku usaha

Tanggung jawab menurutKamus Besar Bahasa Indonesia adalahkeadaan wajib menanggung segalasesuatunya (kalau terjadi apa-apa bolehdituntut, dipersalahkan, diperkarakan,dan sebagainya).6

Tanggung jawab pelaku usahamerupakan kewajiban yang harus

6 kbbi

dipenuhi oleh pelaku usaha dalamkegiatan bisnis. Kewajiban pelakuusaha telah jelas diatur dalam Pasal 7angka 1 UUPK. Pelaku usahabertanggung jawab untuk menciptakankegiatan ekonomi yang sehat dalamberusaha demi pembangunan nasionalini. Dalam kasus-kasus pelanggaran hakkonsumen diperlukan kehati-hatiandalam menganalisis siapa yang harusbertanggungjawab dan seberapa jauhtanggung jawab dapat dibebankankepada pihak-pihak yang terkait.7

Pelaku usaha diharapkan dapatmelaksanakan kewajiban-kewajibandengan baik agar terlaksananyakegiatan ekonomi yang sehat dengankonsumen. Maka pelaku usaha yangmerugikan konsumen baik fisik sertapsikis dapat diberikan sanksiadministratif maupun sanksi pidana.

2. Pengertian Pertanggungjawabanprivat (keperdataan)

Pada pasal 19 sampai denganPasal 28 UUPK mengatur adanyapertanggungjawaban pelaku usaha.Dalam Pasal 19 UUPK inimenyebutkan bahwa jika konsumenmenderita kerugian berupa terjadinyakerusakan, pencemaran, atau kerugianfinansial dan kesehatan karenamengkonsumsi produk yangdiperdagangkan, produsen sebagaipelaku usaha wajib memberipenggantian kerugian, baik dalambentuk pengembalian uang,penggantian barang, perawatan,maupun dengan pemberian santunan.8

Setiap pelanggaran yangdilakukan oleh pelaku usaha yangmerugikan konsumen memberikan hakpada konsumen yang dirugikan tersebutuntuk meminta pertanggungjawabandari pelaku usaha yang merugikannya,

7 Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, HukumPerlindungan Konsumen, Sinar Grafika,Jakarta, hlm 928Ibid, hlm. 96

serta untuk menuntut ganti rugi ataskerugian yang diderita oleh konsumentersebut.9 Prinsip tanggung jawab diaturdalam Pasal 1365 KUH Perdata yaitubahwa tiap perbuatan melanggar hukumyang membawa kerugian kepada oranglain, mewajibkan orang yang karenasalahnya menerbitkan kerugian itu,mengganti kerugian tersebut. Setiappelaku usaha memiliki tanggung jawabterhadap konsumen atas barang dan jasayang diperjualbelikan.

3. Dasar pertanggungjawabanperdata

Hubungan hukum antara pelakuusaha dan konsumen pada umumnyaada hubungan kontraktual (hubunganperjanjian), yang menimbulkanperikatan antara kedua belah pihak.Maka konsekuensi para pihakmempunyai hak dan kewajiban yangharus dipenuhi. Dalam hukum setiaptuntutan pertanggungjawaban harusmempunyai dasar, yaitu hal yangmenyebabkan seseseorang harusbertanggung jawab kepada pihak yangdirugikan.

Dasar pertanggungjawabanmenurut hukum perdata adalahkesalahan dan resiko yang ada dalamperistiwa hukum. Menurut Stern danEovaldi, di Amerika Serikat,persoalan tanggung jawabsehubungan dengan akibat dariproduk yang cacat dapat dimasukkanke dalam dua kategori hukum yangberbeda, yaitu kedalam persoalanwanprestasi dan/atau kedalampersoalan perbuatan melawanhukum.10

4. Tanggung Jawab Produk

9 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2000,Hukum tentang Perlindungan Konsumen,Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta, hlm. 5910 Ibid,hlm. 101

Tanggung jawab produkmemiliki istilah dalam bahasa inggrisyaitu product liability yaitu dalambahasa Indonesia tanggung jawabproduk atau tanggung gugat produk.Agnes M. Toar mendefinisikantanggung jawab produk ialahtanggung jawab produsen untukproduk yang telah dibawanya kedalam peredaran, yang menimbulkanatau menyebabkan kerugian karenacacat yang melekat pada produktersebut.

Dari definisi tersebut bahwatanggung jawab produkmempersoalkan tanggung jawabprodusen atas timbulnya kerugianpada pihak konsumen sebagai akibatdari produknya.11 Tanggung jawabproduk adalah suatu tanggung jawabsecara hukum dari orang atau badanyang menghasilkan suatu produk(producer, manufacture,) atau dariorang atau badan yang bergerakdalam suatu proses untukmenghasilkan suatu produk atau dariorang atau badan yang menjual ataumendistribusikan produk tersebut.12

Dapat disimpulkan bahwaperlindungan konsumen tidak terlepasdari tanggung jawab produk olehprodusen, agar melindungikepentingan konsumen yang beradapada posisi yang lemah dibandingkanpelaku usaha.

D. Tinjauan tentang Konsumen jasapengobatan tradisional

Pasal 1 angka 3 UUPKmendefinisikan konsumen adalahsetiap orang pemakai barang dan/jasayang tersedia dalam masyarakat, baikbagi kepentingan diri sendiri,keluarga, orang lain, maupun makhluk

11 Janus Sidabalok, Op. Cit., hlm. 1212 Celina Tri Tiwi Kristiyanti, Op. Cit., hlm.100

hidup lain dan tidak untukdiperdagangkan. Sedangkan menurutKamus Besar Bahasa Indonesiamenyatakan konsumen merupakanpemakai barang hasil produksi (bahanpakaian, makanan, dan sebagainya).Istilah lain konsumen adalah pembeli(koper). Ini dapat dijumpai dalamKitab Undang-Undang HukumPerdata.

Pengertian konsumen jelas lebihluas daripada pembeli. Luasnyapengertian konsumen dilukiskansecara sederhana oleh mantanPresiden Amerika Serikat, John F.Kennedy dengan mengatakan,“consumers by definition include usall”.13Menurut Hondius, para ahlihukum pada umumnya sepakatmengartikan konsumen sebagai,pemakai produksi terakhir dari bendadan jasa (uinteindelijke gebruiker vangoederen en diensten). Hondius inginmembedakan antara konsumen bukanpemakai terakhir (konsumen antara)dan konsumen pemakai terakhir. DiPerancis, berdasarkan doktrin danyurisprudensi yang berkembang,konsumen diartikan sebagai, “theperson who obtains goods or servicesfor personal or family purpose. 14

Pasal 4 UUPK menentukan hakkonsumen, yaitu:

a) Hak atas kenyamanan, keamanandan keselamatan dalammengkonsumsi barang dan/jasa;

b) Hak untuk memilih danmendapatkan barang dan/atau jasasesuai dengan nilai tukar dan kondisiserta jaminan yang dijanjikan;

c) Hak atas informasi yang benar, jelasdan jujur mengenai kondisi danjaminan barang dan/jasa.

13Ibid,hlm. 214 Ibid, hlm.4

d) Hak untuk didengar pendapat dankeluhannya atas barang/jasa yangdigunakan;

e) Hak untuk mendapat advokasi,perlindungan, dan upayapenyelesaian sengketa perlindungankonsumen secara patut;

f) Hak untuk mendapat pembinaan danpendidikan konsumen;

g) Hak untuk diperlakukan ataudilayani secara benar dan jujur sertatidak diskriminatif.

h) Hak untuk mendapat kompensasi,ganti rugi dan/atau penggantian,apabila barang dan/atau jasa yangditerima tidak sesuai denganperjanjian atau tidak sebagaimanamestinya;

i) Hak-hak yang diatur dalamketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

E. Analisis Tanggung JawabPelaku Usaha PengobatanTradisional di Bidang PelayananKesehatan Untuk MemenuhiHak-hak Pasien SebagaiKonsumen Jasa

Tanggung jawab pelaku usahayaitu, kewajiban yang harusdilakukan oleh pelaku usaha ketikakonsumen menderita kerugiansetelah mengkonsumsi produkbarang dan jasa yang ditawarkan.Tanggung jawab ini dapat terkaitsiapa yang dapat dimintabertanggung jawab, berapa besartanggung jawab serta bagaimanacara mengganti kerugian tersebut.

Tanggung jawab pelaku usahayaitu, kewajiban yang harusdilakukan oleh pelaku usaha ketikakonsumen menderita kerugiansetelah mengkonsumsi produkbarang dan jasa yang ditawarkan.Tanggung jawab ini dapat terkaitsiapa yang dapat dimintabertanggung jawab, berapa besartanggung jawab serta bagaimana

cara mengganti kerugian tersebut.Pengertian Pengobatan tradisionaldiatur pada Undang-undangKesehatan dan Peraturan MenteriKesehatan, namun belum adaUndang-undang yang mengatursecara khusus mengenai kewajibandan hak pelaku usaha pengobatantradisional dan konsumenpengobatan tradisional. Dapatdiketahui bahwa pengobatantradisional yang dapat disebutpengobatan nonkonvensional inimerupakan baik dari caraperawatan/penyembuhan maupundari alat kesehatan yang dipakai,serta tenaga kesehatannya punberbeda. Saat ini Pelayanankesehatan diluar medis salah satupilihan yang dijadikan alternatifbagi konsumen jasa. Alasannyakarena beaya yang trejangkau, danpenyembuhan yang lebih cepattanpa efek samping.

Seseorang yang menjalankanusahanya dibidang pelayanankesehatan pengobatan tradisionaldapat dikatakan sebagai pelakuusaha seperti yang telas dijelaskan.Meskipun pada Undang-undangKesehatan dan Peraturan perundang-undang lainnya tidak ada yangmenyatakan bahwa pengobattradisional merupakan pelaku usaha.dapat dilihat unsur-unsur pelakuusaha yang tertuang pada UUPKPasal 1 angka 3, yaitu :a. Setiap orang atau badan usahab. Yang didirikan atau

berkedudukanc. Melakukan kegiatand. Dalam wilayan hukum

Republik Indonesiae. Sendiri atau bersama-samaf. Melalui perjanjiang. Menyelenggarakan kegiatan

usahah. Dalam berbagai bidang

ekonomi

Pelaku usaha merupakanseseorang, badan hukum atau nonhukum yang melakukan kegiatanusaha dalam berbagai bidangekonomi baik sendiri atau secarabersama-sama dalam wilayahRepublik Indonesia untuk mencarikeuntungan dari konsumen.

Pelaku usaha pengobatantradisional yang bergerak dibidangpelayanan kesehatan pengobatantradisional Indonesia denganmencari keuntungan yaitu menjualkeahliannya dalam jasapenyembuhan atau perawatan makadapat disebut pelaku usaha. Adanyakewajiban yang harus dipenuhi olehkonsumen yaitu membayar sejumlahuang sebesar yang telah disepakati.Serta pelaku usaha melakukankewajiban yaitu memberikanpelayanan jasa yang tidakmembahayakan keselamatan dankeamanan konsumen. Pelaku usahamendapatkan keuntungan ekonomisdari pengobatan tradisional dibidangpelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancaradengan narasumber Bapak DwiPriyono yang dilakukan padatanggal 25 mei 2016 didapatkanketerangan bahwa pengobatantradisional saat ini banyak yangmenggunakan ramuan obat yangtidak terdaftar dan menggunakanalat-alat medis, yang seharusnyadilarang. Setiap pelaku usahapengobatan tradisional harus dapatmenjamin keselamatan dankeamanan konsumen. Serta untukkonsumen harus cerdas dalammemilih tempat pengobatantradisional dan mengetahui

mengenai hak dan kewajibansebagai konsumen jasa.15

Pelayanan yang diberikankepada konsumen Pelaku usahapengobatan tradisional harus dapatdipertanggungjawabkan sesuaidengan norma agama dan budayamasyarakat. Penyehat tradisionalyaitu sebutan bagi pelayanankesehatan tradisional harusmemenuhi persyaratan yang telahditentukan oleh Peraturanperundang-undangan. Dalam setiappelayanan yang diberikan harusbenar-benar memberi perlindungankhususnya bagi konsumen jasa.

Tanggung jawab pelaku usahapengobatan tradisional sangatdiperlukan bagi konsumen jasa yangmenggunakannya. Namun Undang –undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan belum mengatursecara jelas mengenai tanggungjawab pelaku usaha khususnyapenyehat tradisional. Berbedadengan UUPK yang telah jelasmengatur tentang hak-dan kewajibanbagi konsumen dan pelaku usaha.Ini membuktikan bahwa adanyakemajuan dalam melindungi pihak-pihak pada kegiatan ekonomi.Tanggung jawab pelaku usaha atasproduk yang merugikan konsumensecara umum mempunyai prinsip-prinsip hukum, seperti prinsiptanggung jawab berdasarkan unsurkesalahan, prinsip praduga selalubertanggung jawab, prinsip pradugauntuk tidak selalu bertanggungjawab, prinsip tanggung jawabmutlak, dan prinsip tanggung jawabdengan pembatasan. Pelaku usahaterikat untuk memperhatikan apayang menjadi hak-hak darikonsumen. Tanggung jawab pelaku

15 Hasil wawancara dengan Bapak DwiPriyono( sekretaris) Lembaga KonsumenYogyakarta pada tanggal 25 mei 2016

usaha atas produk yang merugikankonsumen dapat berupa penggantiandengan barang dan/atau jasa yangsama dan penggantian dengansejumlah uang.

Saat ini konsumen merupakanyang paling banyak mengalamikerugian yang disebabkan produkdari pelaku usaha itu sendiri. Inidisebabkan karena pelaku usahamempunyai posisi yang lebih kuatdibanding konsumen.

Ketika konsumen telahmemenuhi kewajibannya sudahsepatutnya pelaku usaha memenuhihak dari konsumen. Yaitumemberikan pelayanan jasa dibidang pengobatan tradisional yangaman dan tidak membahayakan jiwakonsumen. Apabila pelaku usahapengobatan tradisional lalai yaitumerugikan konsumen , maka sudahsemestinya dapat bertanggungjawab. Umumnya pada pengobatantradisional ini biasanya cukupdengan perjanjian lisan. Berbedadengan pelayanan kesehatan diRumah Sakit yaitu, adanyaperjanjian tertulis pada setiaptindakan operasi, dapat dijadikanalat bukti jika sewaktu-waktu pasienmenjadi korban malapraktik olehpihak dokter. Bahwa secara yuridispasien tidak dapat diindentikkandengan konsumen, hal ini karenahubungan yang terjadi diantaramereka bukan merupakan hubunganjual beli. Melainkan hubunganantara dokter dengan pasien hanyamerupakan bentuk perikatan medisyaitu perjanjian usaha tepatnyaperjanjian usaha kesembuhan(terapeutik).16

Tanggung jawab pelaku usahaatas produk yang merugikan

16 M. Sofyan Lubis dan Muhammad Harry,2008, Konsumen dan Pasien Dalam HukumIndonesia,Penerbit Liberty Yogyakarta,Yogyakarta, hlm, 38

konsumen sangat perlu diperhatikandan perlu perhatian dari pemerintahyang berwenang demi tercapainyakepuasan konsumen dan keuntungandari pelaku usaha.

F. KESIMPULAN

Berdasarkan pemamparanpenulis yang dituliskan dalam Babsebelumnya yaitu, pada Bab I dan BabII akhirnya dapat ditarik kesimpulansebagai berikut :

Tanggung jawab pelaku usahapengobatan tradisional terhadapkonsumen jasa yang dirugikan,konsumen jasa dapat menuntuttanggung jawab kepada pelaku usahapengobatan tradisional denganmenggunakan Pasal 19 ayat (1), (2),(3) UUPK. Serta Pasal 58 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan. Akan tetapi bagipihak konsumen tidak mudah dalammembuktikan kesalahan pihak pelakuusaha dengan mengingat posisikonsumen yang lemah

G. REFERENSI

Buku :

Celina Tri Siwi Kristiyanti,2008, Hukum PerlindunganKonsumen, Sinar Grafika,Jakarta

Gunawan Widjaja dan AhmadYani, 2000, Hukum tentangPerlindungan Konsumen, PTGramedia Pustaka Utama,Jakarta

Janus Sidabalok, 2010, HukumPerlindungan Konsumen diIndonesia, PT Citra AdityaBakti, Bandung

Sri Siswati, 2015, Etika danHukum Kesehatan DalamPerspektif Undang-Undang

Kesehatan, PT Raja Grafindo,Jakarta

Sofyan Lubis dan MuhammadHarry, 2008, Konsumen danPasien Dalam HukumIndonesia. Liberty Yogyakarta,

Zen Abdullah, M, 2009, IntisariHukum Perdata Materil, HastaCipta Mandiri, Yogyakarta

Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun1945

Kitab-Undang-Undang HukumPerdata

Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen.Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor42

Undang-Undang Nomor 44Tahun 2004 tentang RumahSakit. Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun2004 Nomor 5072

Undang-Undang Nomor 36Tahun 2009 tentang Kesehatan.Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor5063

Website :

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-pelayanan-kesehatan-pasien.htmlhttp //www.artikata.com/artiperlindunganhukum.html

Nara Sumber :

Hasil wawancara dengan BapakDwi Priyono( sekretaris)Lembaga KonsumenYogyakarta