melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau...

20
3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Aplikasi Konsep Desain Perancangan desain dari Graha PERHUTANI wilayah Cepu ini mempunyai konsep desain yang turut berperan dalam proses perancangan. Adapun penerapan konsep desain dalam perancangan bangunan dapat dilihat melalui penjelasan di bawah ini : a. Kenyamanan Pada dasarnya pemilihan pendekatan dan pendalaman Arsitektur Hijau merupakan perwujudan dari usaha untuk merealisasikan konsep desain bangunan untuk mencapai kenyamanan bagi pengguna Graha PERHUTANI. Karena keenam prinsip Arsitektur Hijau dipandang mampu untuk membimbing proses pemikiran dan perancangan bangunan, sehingga tetap konsisten terhadap konsep kenyamanan yang diinginkan. Adapun penerapan keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya Konsep desain keselarasan dengan alam dan lingkungan sekitarnya dalam perencanaan bangunan dicapai melalui penerapan prinsip – prinsip Arsitektur Hijau, yang akan dijelaskan secara detail pada subbab selanjutnya. Konsep desain keselarasan dalam perencanaan bangunan dimaksudkan untuk merespon keberadaan bangunan lama yang berada di tengah tapak. Hal ini terlihat pada pemakaian elemen – elemen bangunan lama pada bangunan baru, yaitu bentuk atap pelana, bentuk setengah kuda – kuda yang memiliki ciri khas, penyederhanaan bentuk jendela, dan lain – lain. Pemakaian elemen – elemen bangunan lama ini digunakan untuk memperkuat ciri khas yang ada, sehingga dengan demikian keberadaan PERHUTANI semakin jelas dan nyata di mata masyarakat umum; karena telah tampak nyata bukti keberadaan dari PT. PERHUTANI ( gabungan antara Graha PERHUTANI dengan KPH Sorogo ). Selain itu pemakaian elemen – elemen bangunan lama juga merupakan salah satu cara untuk memberikan

Transcript of melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau...

Page 1: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3.1. Aplikasi Konsep Desain

Perancangan desain dari Graha PERHUTANI wilayah Cepu ini

mempunyai konsep desain yang turut berperan dalam proses perancangan.

Adapun penerapan konsep desain dalam perancangan bangunan dapat dilihat

melalui penjelasan di bawah ini :

a. Kenyamanan

Pada dasarnya pemilihan pendekatan dan pendalaman Arsitektur Hijau

merupakan perwujudan dari usaha untuk merealisasikan konsep desain

bangunan untuk mencapai kenyamanan bagi pengguna Graha PERHUTANI.

Karena keenam prinsip Arsitektur Hijau dipandang mampu untuk

membimbing proses pemikiran dan perancangan bangunan, sehingga tetap

konsisten terhadap konsep kenyamanan yang diinginkan. Adapun penerapan

keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya.

b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

Konsep desain keselarasan dengan alam dan lingkungan sekitarnya

dalam perencanaan bangunan dicapai melalui penerapan prinsip – prinsip

Arsitektur Hijau, yang akan dijelaskan secara detail pada subbab selanjutnya.

Konsep desain keselarasan dalam perencanaan bangunan dimaksudkan

untuk merespon keberadaan bangunan lama yang berada di tengah tapak. Hal

ini terlihat pada pemakaian elemen – elemen bangunan lama pada bangunan

baru, yaitu bentuk atap pelana, bentuk setengah kuda – kuda yang memiliki

ciri khas, penyederhanaan bentuk jendela, dan lain – lain.

Pemakaian elemen – elemen bangunan lama ini digunakan untuk

memperkuat ciri khas yang ada, sehingga dengan demikian keberadaan

PERHUTANI semakin jelas dan nyata di mata masyarakat umum; karena

telah tampak nyata bukti keberadaan dari PT. PERHUTANI ( gabungan antara

Graha PERHUTANI dengan KPH Sorogo ). Selain itu pemakaian elemen –

elemen bangunan lama juga merupakan salah satu cara untuk memberikan

Page 2: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

34

hubungan antara bangunan baru dengan bangunan lama, sehingga tercipta

kesatuan dan keselarasan di antara keduanya.

Gambar 3.1. Tampak Depan Graha PERHUTANI

Gambar 3. 2. Detail Kuda – Kuda KPH Sorogo

Page 3: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

35

3.2. Aplikasi Konsep Pendalaman

3.2.1. Prinsip 1 : Konservasi Energi

Perancangan bangunan, prinsip konservasi energi diterapkan pada

penggunaan penghawaan alami untuk ruangan – ruangan selain kamar tidur dan

ruang serba guna, hal ini untuk menghindari beban panas tambahan pada

bangunan sebagai akibat dari beban panas AC. Pada daerah – daerah yang

menggunakan AC diberikan pembayangan berupa sunshading, ruang perantara,

dan selasar untuk mengurangi beban panas bangunan sebagai akibat dari sinar

matahari langsung, peletakan vegetasi juga dapat dimanfaatkan untuk

pembayangan ( vegetasi diletakkan di sekitar bangunan yang akan dibayangi,

contoh : cottage, kolam renang, selasar, fasilitas olah raga, dan lain – lain ).

Penggunaan dan perencanaan penggunaan penerangan alami di siang hari

pada setiap ruangan digunakan untuk mengurangi penggunaan energi penerangan

buatan pada waktu siang hari. Penerapannya dalam desain bangunan adalah

dengan membuat pembukaan – pembukaan yang lebar.

3.2.2. Prinsip 2 : Bekerja dengan Iklim

3.2.2.1. Matahari

Pada dasarnya dalam perancangan sebuah bangunan yang dihindari adalah

penambahan beban panas ke dalam ruangan sedangkan cahaya matahari dapat

dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami.

Adapun cara – cara untuk mengurangi atau memanfaatkan pengaruh dari sinar

matahari yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pembukaan untuk memasukkan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami.

b. Untuk menghalangi sinar matahari masuk ke dalam secara berlebih dapat

digunakan pengaturan – pengaturan lain sebagai berikut :

• Mengatur dari bagian dalam ( internal devides ) :

Penggunaan sekat pelindung, penggunaan tirai, pengaturan ruang dalam

( peletakan ruang duduk sebagai barrier panas dari area tempat tidur ).

Page 4: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

36

Gambar 3. 3. Perhitungan Solar Chart Kamar A

Daerah yang harus dibayangi

Daerah yang dibayangi oleh alat pembayangan vertikal

Daerah yang harus dibayangi

Daerah yang dibayangi oleh alat pembayangan vertikal

Page 5: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

37

Gambar 3. 4. Perhitungan Solar Chart Kamar B

Gambar 3. 5. Perhitungan Solar Chart Kamar C

Daerah yang harus dibayangi

Daerah yang dibayangi oleh alat pembayangan vertikal

Page 6: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

38

Gambar 3.6. Perhitungan Solar Chart Kamar D

Gambar 3.7. Perhitungan Solar Chart Selasar Penginapan Lt.1

Daerah yang harus dibayangi

Daerah yang dibayangi oleh alat pembayangan vertikal

Page 7: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

39

• Mengatur dari bagian luar ( external devides ) :

Penggunaan alat pembayangan baik vertikal maupun horizontal, ataupn

pemakaian elemen vegetasi sebagai alat pembayangan.

3.2.2.2. Pergerakan Udara

Perancangan bangunan yang digunakan dalam penyelesaian terhadap

pergerakan udara adalah sebagai berikut :

a. Pemanfaatan koridor sebagai ducting dari sirkulasi udara dalam bangunan.

Page 8: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

40

Gambar 3.8. Ducting Saluran Udara

b. Peletakan penghalang – penghalang ( barrier ) untuk mengarahkan angin ke

dalam bangunan.

3.2.2.3. Hujan

Pada dasarnya yang dihindari dari hujan adalah kebasahan, kebanjiran, dan

kelembaban sebagai akibat dari hempasan air hujan. Dan untuk menanggulangi

akibat – akibat tersebut maka pada bangunan dirancang :

a. Atap memiliki kemiringan sebesar 30° untuk memperlancar jatuhnya air

hujan ke permukaan tanah.

b. Penggunaan teritis, selasar, dan pergola untuk mengurangi dan mencegah

pengaruh dari tempias air hujan.

Gambar 3.9. Teritis, Selasar, dan Pergola sebagai Penahan Tempias Air Hujan

Page 9: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

41

c. Penutupan permukaan dengan penghijauan untuk mencegah terjadinya

pengikikisan oleh air hujan. Penghijauan ini terutama ditempatkan di bawah

atap yang tidak bertalang ( misal : selasar ).

d. Penyaluran air hujan dari talang menuju ke bak kontrol yang kemudian

dialirkan menuju saluran pembuangan yang berada di sekeliling tapak, hal ini

untuk menghindari terjadinya genangan air dalam tapak.

e. Untuk menghindari masuknya kelembaban masuk ke dalam bangunan di

gunakan trasram dan lapisan kedap air.

f. Bangunan semibasement menggunakan pompa untuk menanggulangi

terjadinya banjir, dan pada jalan masuk menuju semibasement diberi atap

untuk mencegah masuknya air hujan dan diberi jebakan air hujan yang

dialirkan menuju bak kontrol kemudian dipompa keluar.

3.2.2.4. Kelembaban Udara

Pada dasarnya ntuk mengatasi kelembaban tinggi dalam bangunan

diperlukan aliran udara untuk membawa kelembaban tersebut dari dalam

bangunan. Adapun respon perancangan bangunan terhadap kelembabab udara

yang tinggi sebagai akibat dari iklim tropis lembab adalah sebagai berikut :

a. Menciptakan daerah bertekanan rendah dan tinggi untuk mengalirkan udara ke

dalam bangunan.

b. pembukaan – pembukaan yang lebar pada bangunan sebagai inlet dan outlet

dari angin ke dalam bangunan.

c. Penggunaan trasram untuk mencegah masuknya kelembaban udara ke dalam

bangunan dan pengecatan dinding dengan cat atau selaput kedap air ( contoh :

lilin / parafin, semen PC dengan campuran tertentu, bahan silikon atau dengan

tir / flint coat ).

d. Dalam ruangan kamar mandi atau WC dibutuhkan lapisan – lapisan dinding

yang menolak uap air dan kelembaban dengan cat minyak, tir, tegel

porselen,dan keramik sebagai bahan penutup lantai dan dinding.

e. Untuk mengatasi kelembaban yang terjadi di daerah kamar mandi atau WC,

dimanfaatkan ruang antara plafond dan plat lantai di atasnya sebagai ducting.

Page 10: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

42

Gambar 3. 10. Penyelesaian Desain terhadap Kelembaban Udara

3.2.3. Prinsip 3 : Minimalisasi Penggunaan Material Baru

Minimalisasi penggunaan material baru dalam perancangan bangunan

diterapkan dalam penggunaan material yang umum terdapat di lingkungan lokal,

yaitu beton bertulang untuk konstruksi utamanya, dan kayu jati untuk

penyelesaian detail dan interiornya. Selain itu digunakan struktur kolom balok

beton yang pengerjaannya dapat dilakukan oleh tenaga kerja lokal setempat tanpa

perlu mendatangkan tenaga kerja ahli dari luar daerah.

3.2.4. Prinsip 4 : Respek terhadap Pengguna

Pada kenyataanya pembahasan – pembahasan dalam pendalaman ini

bertujuan untuk kenyamanan manusia sebagai pengguna Graha PERHUTANI.

Adapun contoh wujud dan penghormatan terhadap pengguna adalah sebagai

berikut :

a. Peletakan pintu yang berselang – seling untuk menjaga privasi dan

mengurangi masuknya kebisingan.

Lapisan kedap

Page 11: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

43

Gambar 3.11. Peletakan Pintu Kamar Penginapan

b. Penggunaan selasar – selasar berkanopi untuk kenyaman pengguna bangunan

dalam pencapaian antarbangunan. Dengan asumsi bahwa jika terjadi hujan

akan didahului dengan tanda – tanda alam ( mendung, gerimis, dan lainnya )

maka tidak semua pencapaian antarbangunan dibuat berkanopi.

Page 12: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

44

Gambar 3. 12 Peletakan Selasar

c. Mengusahakan kenyamanan thermal. Kenyamanan thermal ini dicapai dengan

memberikan penghawaan buatan ( Air Conditioning ) pada kamar – kamar

penginapan, kamar – kamar cottage, dan ruang serba guna; ruang yang lainnya

menggunakan penghawaan pasif dengan membuat pembukaan yang lebar.

Pada kamar – kamar penginapan dan cottage diberi ruang perantara antara

pembukaan dan tempat tidur sehingga sinar matahari tidak jatuh mengenai

daerah aktivitas.

d. Peletakan lapangan – lapangan menghadap ke arah Utara dan Selatan untuk

menghindarkan pengguna lapangan dari silau matahari.

3.2.5. Prinsip 5 : Respek terhadap Tapak

Bentuk mnghormatan tapak pada perancangan bangunan Graha

PERHUTANI ini dapat dilihat pada :

a. Penataan massa bangunan yang membentuk 2 buah courtyard yang

menimbulkan ruangan – ruangan terbuka yang dimanfaatkan sebagai ruang

terbuka hijau yang ditata menyerupai hutan.

b. Memasukkan unsur alam ke dalam bangunan pembukaan – pembukaan yang

lebar dan selasar – selasar terbuka.

Selasar

Page 13: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

45

Gambar 3. 13. Penerapan Respek terhadap Tapak

c. Ketinggian bangunan yang relatif sama sengan ketinggian pohon yang dipilih

( pohon jati, mahoni, kelapa, dan palem ) untuk lebih mendekatkan eksisting

bangunan terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.

3.2.6. Prinsip 6 : Pendekatan Secara Menyeluruh

Penerapan dari usaha untuk memenuhi pendekatan secara menyeluruh

adalah dalam perencanaan pembayangan sinar matahari pada kamar penginapan .

Dalam perencanaan alat pembayangan matahari yang perlu diperhatikan adalah :

a. Lintasan matahari.

b. Orientasi terhadap lintasan matahari.

c. Besar bidang permukaan.

d. Waktu kegiatan atau kebutuhan terhadap view.

Selain itu untuk mengatasi masalah panas matahari dan tempias hujan dibuat

beranda untuk menahan tempias air hujan dan ruang duduk sebagai ruang

perantara untuk menahan sinar matahari yang masuk.

Selasar Kolam

Page 14: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

46

Gambar 3. 14. Penerapan Pendekatan Secara Menyeluruh

3.3. Program Ruang

Berdasarkan fungsi bangunan sebagai Graha PERHUTANI, maka dapat

dilihat kebutuhan – kebutuhan ruang yang diperlukan untuk memenuhi fungsi

tersebut sebagai berikut :

a. Fasilitas penunjang kinerja karyawan PT. PERHUTAN ( PERSERO ) wilayah

Cepu.

• Ruang serba guna.

• Ruang pertemuan ( ruang pertemuan besar dan ruang pertemuan

kecil ).

b. Fasilitas penunjang wisata dan rekreasi.

Beranda Ruang duduk

Page 15: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

47

• Fasilitas penginapan ( penginapan dan cottage ).

• Fasilitas rekreasi ( hutan buatan, restoran dan café, stan kerajinan kayu

bubutan, dan stasiun loko tour ).

• Fasilitas olah raga ( kolam renang, lapangan bulu tangkis, lapangan tenis,

lapangan terbuka serba guna ).

c. Pusat informasi PT. PERHUTANI ( PERSERO ) wilayah Cepu.

3.4. Sistem Sirkulasi dan Pencapaian 3.4.1. Sirkulasi antar Bangunan dalam Tapak

Skema 3. 1. Sirkulasi Antarbangunan

3.4.2. Sirkulasi Pengunjung Umum

Pengunjung umum pada bangunan Graha PERHUTANI ini dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis menurut kepentingannya yaitu :

a. Pengunjung penginapan

b. Pengunjung hall informasi

c. Pengunjung café dan restoran

d. Pengunjung ruang serba guna dan ruang pertemuan

e. Pengunjung fasilitas olah raga

f. Pengunjung stasiun loko dan stan kerajinan

Page 16: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

48

Sirkulasi pengunjung dalam tapak sama seperti yang tergambar pada

skema sirkulasi antarbangunan di atas. Dari site entrance pengunjung dapat parkir

di tempat parkir yang dekat dengan tempat yang dituju. Dari tempat parkir

pengunjung dapat langsung menuju bangunan yang dicari atau dapat menikmati

fasilitas ruang luar yang ada ( hutan, sungai, kolam, dan taman ).

Sistem sirkulasi ini memungkinkan pengunjung umum dapat melihat –

lihat sekeliling Graha dengan leluasa. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung

merasa nyaman dan serasa tidak dibatasi oleh sekat – sekat pemisah dan juga

untuk menumbuhkan kebersamaan antarpengunjung dalam Graha PERHUTANI,

karena dengan demikian mau tidak mau pengunjung akan saling berinteraksi satu

sama lainnya.

Untuk membatasi fungsi – fungsi bangunan yang lebih bersifat privat yaitu

penginapan dan fasilitas olah raga dengan massa – massa bangunan lainnya maka

dilakukan beberapa cara penyelesaian. Area penginapan hanya memiliki satu jalan

akses sehingga hanya terdapat satu jalan untuk keluar masuk, sedangkan untuk

cottage dirancang suatu perbedaan material dan lebar dari jalan. Sehingga secara

tidak langsung menjelaskan fungsi dari jalan yang berbeda. Pada fasilitas olah

raga fitness dan kolam renang akses masuk hanya dari satu arah sehingga

pengunjung yang tidak berkepentingan tidak dapat keluar masuk dengan bebas.

Sedangkan untuk fasilitas – fasilitas olah raga berupa lapangan dibatasi oleh

selasar setinggi dua lantai di mana selasar lantai satu untuk sirkulasi pengunjung

umum, dan selasar lantai dua digunakan sebagai sirkulasi pengguna lapangan.

Dengan dibuatnya selasar setinggi dua lantai dan permainan tinggi rendah lantai

pada daerah lapangan, dicapai suatu tampak lapangan yang bebas dari jaring

pengaman ( apabila di lihat dari tampak depan bangunan ) karena ketinggian

selasar menutupi jaring pengaman setinggi 7 m.

3.4.3. Sirkulasi Pengunjung dari Kantor Perhutani

Pengunjung Graha yang berasal dari KPH Sorogo dapat melalui jalan

tembus yang saling menghubungkan antara bangunan baru dan bangunan lama,

yang menghubungkan antara KPH Sorogo dengan ruang serba guna dan ruang

pertemuan ( fasilitas penunjang kinerja ).

Page 17: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

49

3.4.4. Sirkulasi Pengunjung dari Stasiun Loko Tour

Pengunjung stasiun loko tour ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

pengunjung yang berasal dari dalam Graha PERHUTANI dan pengunjung umum

yang berasal dari luar. Untuk pengunjung dari dalam lingkungan Graha

PERHUTANI stasiun dapat diakses dengan berjalan kaki yang melewati hutan

dan taman buatan atau menggunakan fasilitas mobil golf yang disediakan.

Sedangkan untuk pengunjung umum dapat mengakses stasiun loko melalui

entrance yang terpisah dari entrance utama.

3.4.5. Sirkulasi Karyawan

Sirkulasi karyawan Graha PERHUTANI sebagian besar sama dengan

sirkulasi dari pengunjung. Penggabungan ini bertujuan untuk menegaskan

kebersamaan dan kekeluargaan di antara pengguna bangunan baik itu pengunjung

maupun karyawan.

Sebagian kecil dari sirkulasi karyawan mempunyai akses yang berbeda

dari pengunjung, misal untuk sirkulasi service loading dock dan pengangkutan

loundry. Untuk membedakannya dirancang perbedaan lebar jalan.

3.4.6. Sirkulasi Service ( Loading Dock )

Sirkulasi service pada bangunan Graha PERHUTANI ini dipusatkan pada

bagian belakang Graha PERHUTANI. Sirkulasi ini memanfaatkan jalan

lingkungan yang berada disekeliling tapak. Dengan pemusatan daerah service

memudahkan sirkulasi karyawan agar aktifitas service tidak terlihat oleh

pengunjung.

3.5. Struktur Bangunan

3.5.1. Sistem Struktur

Sistem struktur utama yang digunakan dalam bangunan ini adalah sistem

kolom beton. Hal ini disebabkan oleh bentangan yang tidak terlalu lebar dan

beban bangunan yang tidak terlalu berat ( maksimal 3 lantai ). Sedangkan untuk

Page 18: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

50

struktur penunjang ( misal : setengah kuda – kuda ) menggunakan bahan kayu

sebagai finishing.

3.5.2. Material Konstruksi

Material konstruksi yang digunakan sebagian besar adalah beton

bertulang, dengan pertimbangan diperlukannya pembukaan – pembukaan

bangunan yang besar. Sedangkan untuk finishing eksterior digunakan batu – batu

alam untuk memperkuat persamaan dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu juga

digunakan material kayu jati sebagai bahan struktur penunjang ( setengah kuda –

kuda, selasar, dan lain - lain ) dan bahan finishing interior dan eksterior bangunan

untuk menegaskan kesan PERHUTANI.

3.6. Utilitas Bangunan

3.6.1. Sistem Distribusi Air Bersih

Lokasi tapak dalam RDTRK sudah termasuk dalam jaringan wilayah yang

dilayani oleh PDAM. Sehingga sumber air bersih berasal dari jasa PDAM, yang

selanjutnya didistribusikan ke seluruh tapak. Pendistribusian air bersih ini dibagi

ke beberapa tandon yang tersebar untuk lebih memudahkan penyaluran air ke tiap

– tiap bangunan. Adapun skema dari pendistribusian air ke tiap – tiap tandon

adalah sebagai berikut :

Skema 3. 2. Pendistribusian air bersih

Page 19: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

51

Pada skema di atas menunjukan penggunaan pompa untuk membantu menghisap

air dari tandon atas, hal ini dilakukan dengan pertimbangan tinggi lantai yang

sebagian besar terdiri dari dua lantai ditakutkan tidak mempunyai tekanan yang

cukup kuat untuk mengalirkan air. Selain itu untuk main lobby dan penginapan,

massa bangunan yang memanjang menjadi pertimbangan penggunaan pompa

untuk menambah tekanan air.

Tandon – tandon bawah dan atas pada perancangan bangunan ditempatkan

dibeberapa tempat sebagai akibat dari banyaknya massa bangunan dan kondisi

tapak yang memanjang, hal ini dinilai efisien dalam pembiayaan maupun

pelaksanaan apabila menggunakan sistem tandon yang terpusat.

3.6.2. Sistem Pembuangan Air Kotor

Kondisi bangunan Graha PERHUTANI yang terdiri dari banyak massa

mengakibatkan banyaknya tempat – tempat penampungan air kotor ( sumur

resapan ). Sedangkan untuk air kotor yang masih aman untuk dibuang langsung

( misal : limbah cair dari dapur ) dialirkan menuju saluran – saluran yang berada

di sekeliling tapak yang akhirnya menuju ke saluran kota dan bermuara ke Sungai

Batokan.

3.7.3. Sistem Pembuangan Kotoran

Sistem pembuangan kotoran pada Graha PERHUTANI menggunakan

sistem septictank dan sumur resapan. Dan karena massa bangunan yang banyak

maka dibuat banyak septictank dan sumur resapan untuk memenuhi kebutuhan

tiap – tiap massa bangunan.

3.6.3. Generator

Untuk mengantisipasi terjadinya listrik padam yang dapat menganggu

kinerja dari operasional Graha PERHUTANI maka disediakan generator sebagai

sumber pembangkit tenaga cadangan. Dan sebagai akibat dari banyaknya massa

bangunan maka terdapat 2 ruang generator, dimana yang satu melayani fungsi

penginapan dan fasilitas kerja ( ruang serba guna dan ruang pertemuan ) serta hall

Page 20: melalui penjelasan di bawah ini : a. Karena keenam prinsip ... · keenam prinsip Arsitektur Hijau dapat dilihat pada subbab selanjutnya. b. Keselarasan dengan alam dan sekitarnya

52

informasi, sedangkan yang lainnya melayani restoran, café, fasilitas olah raga, dan

fungsi service.