Jurnal Stroke

9
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STROKE NON HAEMORAGIC DENGAN TERAPI LATIHAN METODE PNF (PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION) Mizan Abdul Rouuf, Dyah Novi W I , Whida Rahmawati II Program Studi D-III Fisioterapi Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Gaya hidup manusia dewasa ini semakin mengarah kepada gaya hidup yang pragmatis, semua memenuhi kebutuhan hidup secara instan dan praktis serta mengabaikan segala hal yang ada di balik pragmatisme tersebut. Pola hidup yang instan seperti makan makanan junk food, merokok dan minum kopi yang berlebihan untuk mengusir rasa kantuk akibat lelah bekerja dan tidak pernah berolah raga karena harus mengejar karier, maka timbulah berbagai penyakit salah satunya adalah stroke. Tujuan : Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Stroke Non Haemoragic dengan terapi latihan metode PNF (Propioceptive Neuromuscular Facilitation). Metode : Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan studi kasus dengan pelaksanaan terapi sebanyak 6 kali. Dilakukan di RSUD Jombang pada tanggal 15 Maret sampai dengan tanggal 21 Maret 2014. Dalam hal untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada fisioterapi menggunakan terapi latihan metode PNF dengan teknik Rhytmical initiation pada anggota gerak atas dan bawah yang menggunakan pola fleksi-abduksi- eksternal rotasi dan ekstensi-abduksi-eksternal rotasi dengan siku ekstensi pada anggota gerak atas dan fleksi-adduksi-eksternal rotasi dengan lutut fleksi dan fleksi- adduksi-eksternal rotasi dengan lutut ekstensi pada anggota gerak bawah. Hasil Penelitian : Dapat dilihat bahwa dengan penanganan fisioterapi menggunakan terapi latihan metode PNF yang telah diberikan memperlihatkan adanya peningkatan kekuatan otot yang otomatis akan mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi secara aktif dan kemampuan aktifitas fungsional. Kesimpulan : Dalam pengaplikasian terapi latihan metode PNF dapat meningkatkan kekuatan otot yang juga akan mempengaruhi peningkatan aktifitas fungsional sekaligus dapat mencegah komplikasi lain yang dapat memperburuk keadaan pasien. Kata Kunci : Stroke Non Haemoragic, PNF (Propioceptive Neuromuscular Facilitation)

description

stroke

Transcript of Jurnal Stroke

  • PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS STROKE NON

    HAEMORAGIC DENGAN TERAPI LATIHAN METODE PNF

    (PROPIOCEPTIVE NEUROMUSCULAR FACILITATION)

    Mizan Abdul Rouuf, Dyah Novi W I

    , Whida RahmawatiII

    Program Studi D-III Fisioterapi Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

    [email protected]

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Gaya hidup manusia dewasa ini semakin mengarah kepada gaya

    hidup yang pragmatis, semua memenuhi kebutuhan hidup secara instan dan praktis

    serta mengabaikan segala hal yang ada di balik pragmatisme tersebut. Pola hidup

    yang instan seperti makan makanan junk food, merokok dan minum kopi yang

    berlebihan untuk mengusir rasa kantuk akibat lelah bekerja dan tidak pernah berolah

    raga karena harus mengejar karier, maka timbulah berbagai penyakit salah satunya

    adalah stroke.

    Tujuan : Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Stroke Non

    Haemoragic dengan terapi latihan metode PNF (Propioceptive Neuromuscular

    Facilitation).

    Metode : Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan studi kasus dengan pelaksanaan terapi

    sebanyak 6 kali. Dilakukan di RSUD Jombang pada tanggal 15 Maret sampai dengan

    tanggal 21 Maret 2014. Dalam hal untuk membantu mengatasi permasalahan yang

    ada fisioterapi menggunakan terapi latihan metode PNF dengan teknik Rhytmical

    initiation pada anggota gerak atas dan bawah yang menggunakan pola fleksi-abduksi-

    eksternal rotasi dan ekstensi-abduksi-eksternal rotasi dengan siku ekstensi pada

    anggota gerak atas dan fleksi-adduksi-eksternal rotasi dengan lutut fleksi dan fleksi-

    adduksi-eksternal rotasi dengan lutut ekstensi pada anggota gerak bawah.

    Hasil Penelitian : Dapat dilihat bahwa dengan penanganan fisioterapi menggunakan

    terapi latihan metode PNF yang telah diberikan memperlihatkan adanya peningkatan

    kekuatan otot yang otomatis akan mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi

    secara aktif dan kemampuan aktifitas fungsional.

    Kesimpulan : Dalam pengaplikasian terapi latihan metode PNF dapat meningkatkan

    kekuatan otot yang juga akan mempengaruhi peningkatan aktifitas fungsional

    sekaligus dapat mencegah komplikasi lain yang dapat memperburuk keadaan pasien.

    Kata Kunci : Stroke Non Haemoragic, PNF (Propioceptive Neuromuscular

    Facilitation)

  • PENDAHULUAN

    Gaya hidup manusia dewasa ini

    semakin mengarah kepada gaya hidup

    yang pragmatis, semuanya memenuhi

    kebutuhan hidup secara instan dan

    praktis. Pola hidup yang instan seperti

    makan makanan junk food, merokok

    dan minum kopi yang berlebihan

    untuk mengusir rasa kantuk akibat

    lelah bekerja, tidak pernah melakukan

    olah raga karena harus mengejar karier

    serta gaya hidup yang selalu identik

    dengan narkoba, rokok dan alkohol

    maka segala penyakit akan datang

    menyerang. Bermula dari kelebihan

    kolesterol, kelelahan karena kurang

    istirahat, tingkat stres yang tinggi dan

    hipertensi maka timbulah berbagai

    penyakit seperti jantung dan Stroke

    yang merupakan salah satu penyakit

    beresiko tinggi akibat gaya hidup yang

    tidak sehat dan tidak teratur

    (Goldszmidt et al, 2013).

    Resiko Stroke akan meningkat

    seiring dengan beratnya dan

    banyaknya faktor resiko. Resiko untuk

    timbulnya serangan ulang stroke yaitu

    30% dan populasi yang pernah

    menderita stroke memiliki

    kemungkinan serangan ulang adalah 9

    kali dibandingkan populasi normal.

    Tekanan darah tinggi dan diabetes

    masih merupakan faktor resiko jangka

    panjang yang penting. Kira-kira 40%-

    60% pasien diabetes terkomplikasi

    dengan hipertensi yang mana

    merupakan faktor resiko yaang paling

    kuat untuk stroke.

    Stroke adalah sindrom yang terdiri

    dari tanda dan gejala hilangnya fungsi

    sistem saraf pusat fokal atau global

    yang berkembang cepat dalam detik

    atau menit. Gejala-gejala ini

    berlangsung lebih dari 24 jam atau

    menyebabkan kematian (Ginsberg,

    2007).

    Lebih dari 80% stroke asalnya

    iskemik atau yang lebih di kenal

    sebagai Stroke Non Haemoragic dan di

    sebabkan oleh oklusi arteri trombotik

    atau tromboemboli. Tempat awal

    bekuan yang paling sering meliputi

    arteri-arteri serebral ekstrakranial,

    jantung (fibilasi atrium, penyakit katup

    mitral, trombus), arteri kecil

    menembus otak (stroke lakunar), dan

    plak arkus aorta. Stroke iskemik ini di

    bagi lagi menjadi aterotrombosis

    arteri besar, emboli otak, stroke

    lakunar dan hipoperfusi sistemik.

    Stroke iskemik biasanya muncul

    sebagai defisit neurologis fokal dalam

    distribusi pembuluh darah tunggal.

    Gejala mungkin maksimal saat onset,

    pasang surut, semakin memburuk, atau

    memburuk dalam pola bertahap

    (Goldszmidt et al, 2013).

    Banyaknya permasalahan yang

    muncul pada kasus stroke

    membutuhkan terapi dan rehabilitasi

    ke berbagai arah. Fisioterapi

    merupakan salah satu komponen

    proses rehabilitasi. Perannya harus

    melibatkan pembatasan gangguan

    gerakan yang terjadi pada pasien,

    termasuk dasar dan fungsi motorik

    yang kompleks dan kemandirian

    pasien. Fisioterapi harus berperan

    untuk meningkatkan kualitas hidup

    pasien dan kemandirian pasien dalam

    kehidupan sehari-hari. Komponen

    penting dari terapi tersebut harus

    melibatkan untuk menentukan dalam

    upaya bersama dengan pasien, tujuan

    yang memadai untuk kemampuan

    pasien dan masalah pasien yang terjadi

  • selama rehabilitasi pasca stroke (Pasiut

    et al, 2005).

    Dengan keterbatasan kemampuan

    fisik dan fungsional pasien pasca

    stroke, banyak cara pendekatan terapi

    yang digunakan untuk bisa membantu

    menyelesaikan masalah pasien pasca

    stroke, misalnya pendekatan terapi

    latihan, metode Brunstorm, MRP

    (Motor Relearning Programme), PNF

    (propioseptive neuromuscular

    facilitation), Bobath, ataupun

    pendekatan secara konvensional serta

    penggunaan stimulasi elektris.

    Dari uraian di atas penulis ingin

    mengambil suatu pendekatan

    fisioterapi dalam menangani

    permasalahan yang berkaitan dengan

    gangguan gerak dan fungsi dari pasien

    Stroke Non Haemoragic, salah satunya

    adalah pendekatan dengan terapi

    latihan metode PNF (Propioceptive

    Neuromuscular Facilitation).

    Berdasarkan problematika yang

    muncul pada kasus Stroke Non

    Haemoragic menimbulkan pertanyaan,

    yaitu bagaimanakah penatalaksanaan

    fisioterapi pada Stroke Non

    Haemoragic dengan penurunan

    kekuatan otot dan lingkup gerak sendi

    (LGS) pada anggota gerak atas (AGA)

    dan anggota gerak bawah (AGB)

    dengan terapi latihan metode PNF

    (Propioceptive Neuromuscular

    Facilitation).

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di bangsal

    RSUD Jombang dengan menggunakan

    terapi latihan metode PNF

    (Propioceptive Neuromuscular

    Facilitation). Terapi latihan dilakukan

    6 kali yang dilaksanakan pada 15

    Maret 2014 sampai dengan tanggal 21

    Maret 2014. Populasi penelitian adalah

    satu orang pasien dengan diagnosa

    Stroke Non Haemoragic hemipharese

    sinistra yang sedang di rawat di

    bangsal.

    Penatalaksanaan fisioterapi

    dilakukan berdasarkan pemeriksaan

    subyektif dan obyektif. Dalam

    pemeriksaan obyektif terdapat

    beberapa pemeriksaan yaitu,

    pemeriksaan lingkup gerak sendi,

    pemeriksaan nilai kekuatan otot,

    pemeriksaan spastisitas dengan skala

    ashwort, pemeriksaan kemampuan

    aktivitas fungsional dengan FIM

    (Functional Independent

    Meassurement).

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil

    Tabel I. Hasil Evaluasi Lingkup Gerak

    Sendi secara aktif dari Terapi pertama

    sampai ke enam

  • Tabel I

    LGS Aktif T1 T2 T3 T4 T5 T6

    Wrist S: 000 - 00

    0 - 00

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 00

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 00

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 20

    0

    F: 050 - 00

    0 - 00

    0 F: 05

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 05

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 05

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 05

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 05

    0 - 00

    0 - 10

    0

    Elbow S: 000 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 15

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 90

    0

    Shoulder S: 000 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 65

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 80

    0

    F: 000 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 15

    0 S; 00

    0 - 00

    0 - 15

    0 F: 15

    0 - 00

    0 - 30

    0 S: 15

    0 - 00

    0 - 40

    0 S: 15

    0 - 00

    0 - 40

    0

    Angkle S: 100 - 00

    0 - 05

    0 S: 10

    0 - 00

    0 - 05

    0 S: 10

    0 - 00

    0 - 05

    0 S: 20

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 20

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 20

    0 - 00

    0 - 10

    0

    Knee S: 000 - 00

    0 - 00

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 05

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 05

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 130

    0 S: 00

    0-00

    0 - 130

    0 S: 00

    0 - 00

    0-130

    0

    Hip S: 000 - 00

    0 - 00

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 05

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 60

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 90

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 90

    0

    F: 200 - 00

    0 - 00

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 00

    0 S: 25

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 30

    0 - 00

    0 - 10

    0 F: 30

    0 - 00

    0 - 10

    0 S: 35

    0 - 00

    0 - 10

    0

    Tabel II.Hasil Evaluasi Lingkup Gerak Sendi Secara Pasif dari terapi pertama sampai

    terapi ke enam

    LGS Aktif T1 T2 T3 T4 T5 T6

    Wrist S: 700 - 00

    0 - 80

    0 S: 70

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 70

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 70

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 70

    0 - 00

    0 - 80

    0 S: 70

    0 - 00

    0 - 80

    0

    F: 200 - 00

    0 - 35

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 35

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 35

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 35

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 35

    0 F: 20

    0 - 00

    0 - 35

    0

    Elbow S:000- 00

    0 - 145

    0 S: 00

    0-00

    0 - 145

    0 S: 00

    0-00

    0 - 145

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 145

    0 S: 00

    0-00

    0 - 145

    0 S: 00

    0-00

    0 - 145

    0

    Shoulder S:000- 00

    0 - 180

    0 S: 00

    0-00

    0 - 180

    0 S: 00

    0-00

    0 - 180

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 180

    0 S: 00

    0-00

    0 - 180

    0 S: 00

    0-00

    0 - 180

    0

    F: 900 - 00

    0 - 45

    0 F: 90

    0 - 00

    0 - 45

    0 F: 90

    0 - 00

    0 - 45

    0 F: 90

    0 - 00

    0 - 45

    0 F: 90

    0 - 00

    0 - 45

    0 F: 90

    0 - 00

    0 - 45

    0

    Angkle S: 450 - 00

    0 - 20

    0 S: 45

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 45

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 45

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 45

    0 - 00

    0 - 20

    0 S: 45

    0 - 00

    0 - 20

    0

    Knee S: 000-00

    0 - 135

    0 S: 00

    0-00

    0 - 135

    0 S: 00

    0-00

    0 - 135

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 135

    0 S: 00

    0-00

    0 - 135

    0 S: 00

    0-00

    0 - 135

    0

    Hip S: 000-00

    0 - 120

    0 S: 00

    0-00

    0 - 120

    0 S: 00

    0-00

    0 - 120

    0 S: 00

    0 - 00

    0 - 120

    0 S: 00

    0-00

    0 - 120

    0 S: 00

    0-00

    0 - 120

    0

    F: 450 - 00

    0 - 15

    0 F: 45

    0 - 00

    0 - 15

    0 F: 45

    0 - 00

    0 - 15

    0 F: 45

    0 - 00

    0 - 15

    0 F: 45

    0 - 00

    0 - 15

    0 F: 45

    0 - 00

    0 - 15

    0

    Tabel III.Hasil Evaluasi nilai Kekuatan Otot dengan MMT (Manual Muscle Testing).

    Group otot ekstermitas kiri T1 T2 T3 T4 T5 T6

    Fleksor phalank carpal 2 2 3 3 3 3

    Ekstensor phalank carpal 2 2 3 3 3 3

    Fleksor wrist 2 2 3 3 3 3

    Ekstensor wrist 2 2 3 3 3 3

    Ulnar deviasi wrist 2 2 3 3 3 3

    Radial deviasi wrist 2 2 3 3 3 3

    Fleksor elbow 2 2 3 3 3 3

    Ekstensor elbow 2 2 3 3 3 3

    Pronator elbow 2 2 3 3 3 3

    Supinator elbow 2 2 3 3 3 3

    Fleksor shoulder 2 2 3 3 3 3

    Abduktor shoulder 2 2 3 3 3 3

    Adduktor shoulder 2 2 3 3 3 3

    Endorotator shoulder 2 2 3 3 3 3

    Eksorotator shoulder 2 2 3 3 3 3

    Fleksor phalank tarsal 2 2 3 3 3 3

    Ekstensor phalank tarsal 2 2 3 3 3 3

  • Plantar fleksi angkle 2 2 3 3 3 3

    Dorso fleksi angkle 2 2 3 3 3 3

    Fleksor knee 2 2 3 3 3 3

    Ekstensor knee 2 2 3 3 3 3

    Fleksor hip 2 2 3 3 3 3

    Abductor hip 2 2 3 3 3 3

    Adductor hip 2 2 3 3 3 3

    Tabel IV. Evaluasi Spastisitas dengan Skala Ashwort Pemeriksaan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6

    Tonus AGA kiri 0 0 1 1 1 1 1

    Tonus AGB kiri 0 0 1 1 1 1 1

    Tabel V. Evaluasi Kemampuan Aktivitas Fungsional dengan FIM (Functional

    Independent Meassurement) No. Aktivitas T1 T2 T3 T4 T5 T6

    1 Makan 4 4 6 6 6 6

    2 Berdandan 4 4 6 6 6 6

    3 Mandi 1 1 1 1 1 1

    4 Berpakaian (bagian atas) 1 1 1 1 1 1

    5 Berpakaian (bagian bawah) 1 1 1 1 1 1

    6 Toileting 1 1 1 1 1 1

    Kemampuan sfingter

    7 Kontrol BAB 6 6 6 6 6 6

    8 Kontrol BAK 6 6 6 6 6 6

    9 Transfer (bed/kursi/kursi roda) 1 1 1 1 1 1

    10 Transfer (toilet) 1 1 1 1 1 1

    11 Transfer (bak/tub/shower) 1 1 1 1 1 1

    Lokomosi

    12 Jalan atau memakai kursi roda 1 1 1 1 1 1

    13 Naik tutun trap 1 1 1 1 1 1

    Komunikasi

    14 Komprehensif 7 7 7 7 7 7

    15 Ekspresif 7 7 7 7 7 7

    Kognisi sosial

    16 Interaksi sosial 7 7 7 7 7 7

    17 Pemecahan masalah 7 7 7 7 7 7

    18 memori 7 7 7 7 7 7

    Jumlah nilai 64 64 69 69 69 69

  • Pembahasan

    Dalam penatalaksanaan fisioterpi

    pada Tn. A umur 43 tahun dengan

    diagnosa Stroke Non Haemoragic

    hemiparese sinistra yang dilakukan 6

    kali terapi mulai pada tanggal 15 maret

    2014 sampai 21 maret 2014 dimana

    pasien mempunyai keluhan utama

    yaitu terjadinya kelemahan pada

    anggota gerak sebelah kiri baik AGA

    maupun AGB. Pembahasan tersebut

    meliputi:

    1. Terapi pertama

    Pada terapi pertama, hari sabtu tanggal

    15 maret 2014, hanya dilakukan

    breathing exercise sebanyak 4 kali

    karena setelah 4 kali breathing exercise,

    pasien sudah merasa rileks. traksi dan

    aproksimasi serta gerakan pasif pada

    anggota gerak atas dan bawah dengan

    posisi pasien berbaring terlentang. Hal

    ini dilakukan karena kondisi pasien

    pada saat hari pertama tidak

    memungkinkan untuk di beri latihan

    yang berlebihan karena denyut nadinya

    tinggi, pasien tampak berkeringat dan

    mengeluh agak pusing, sehingga latihan

    harus dihentikan dan dilakukan sebatas

    itu.

    2. Terapi kedua

    Pada terapi ke dua, hari senin tanggal 17

    maret 2014, terapi yang dilakukan sama

    seperti yang diberikan pada hari

    pertama dengan di tambah Rhytmical

    Initiation dengan pola fleksi-abduksi-

    eksternal rotasi dengan siku ekstensi

    pada anggota gerak atas, pola ekstensi-

    abduksi-eksternal rotasi dengan siku

    ekstensi pada anggota gerak atas, pola

    fleksi-adduksi-eksternal rotasi dengan

    lutut ekstensi pada anggota gerak

    bawah, pola fleksi-adduksi-eksternal

    rotasi dengan lutut fleksi pada anggota

    gerak bawah. Penambahan pola dan

    dosis latihan ini dikarenakan kondisi

    pasien yang sudah mulai stabil, pasien

    tidak merasa pusing, denyut nadi dan

    suhu tubuhnya normal, sehingga pasien

    dalam kondisi cukup aman untuk di

    berikan tambahan terapi latihan

    tersebut. Tujuan gerakan ini adalah

    untuk mengajarkan kembali gerakan,

    mencegah adanya kaku sendi,

    memperbaiki mobilisasi dan menambah

    kekuatan otot. Dilakukan pada anggota

    gerak atas dan anggota gerak bawah.

    Pada pelaksanaan latihan terapi metode

    ini, posisi pasien selama diberikan

    latihan dalam posisi berbaring

    terlentang, sedangkan posisi terapis

    berada di samping kiri pasien atau di

    samping bed dekat sisi yang lemah.

    Terapis memberikan aba-aba saat

    melakukan gerakan pasif dengan pola

    diagonal yang sudah disebutkan diatas

    untuk melihat dan berkonsentrasi serta

    sambil mengikuti gerakan tersebut.

    Gerakan dilakukan dengan 2 kali 8

    hitungan pada setiap ekstermitas, karena

    melihat kondisi pasien yang belum

    stabil sehingga tidak memungkinkan

    untuk di berikan latihan yang

    berlebihan.

    3. Terapi ketiga

    Pada terapi ketiga, hari selasa tanggal

    18 maret 2014. pelaksanaannya sama

    seperti terapi hari senin tanggal 17

    maret 2014, tetapi dengan ditambah

    gerak aktif karena pada hari ketiga

    kekuatan otot pasien sudah meningkat

    menjadi 3 (ada kontraksi dan gerakan

    serta mampu melawan gravitasi) dan

    kondisi yang stabil.. Latihan juga di

    tambah dengan latihan berpindah posisi

    miring ke kanan dan miring ke kiri.

    4. Terapi keempat

  • Pada terapi keempat, hari rabu tanggal

    19 maret 2014 latihan sama seperti

    latihan pada hari sebelumnya, selasa 18

    maret 2014. Pada hari keempat di

    berikan latihan, kondisi pasien sudah

    stabil dan nilai kekuatan otot pasien

    sudah 3.

    5. Terapi kelima

    Pada dari kelima, hari kamis tanggal 20

    maret 2014 latihan sama seperti latihan

    pada hari sebelumnya, rabu tanggal 19

    maret 2014. Pada hari kelima diberikan

    latihan, kondisi pasien sudah stabil dan

    nilai otot pasien tetap 3.

    6. terapi keenam

    Pada hari keenam, hari jumat tanggal

    21 maret 2014 latihan sama seperti

    latihan pada hari sebelumnya. Pada hari

    terakhir diberikan latihan, kondisi

    pasien sudah membaik dan pasien sudah

    diperbolahkan pulang dari rumah sakit

    karena kondisinya yang stabil.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Stroke Non Haemorhagic adalah

    gangguan vaskuler akibat aliran darah

    yang menuju ke otak terhenti karena

    aterosklerosis atau bekuan darah yang

    telah menyumbat suatu pembuluh

    darah ke otak yang mengakibatkan

    kematian jaringan otak karena pasokan

    darah yang tidak adekuat. Manifestasi

    yang muncul paling dominan adalah

    hemiparese, penurunan kekuatan otot

    dan penurunan kemampuan

    fungsional.

    Metode Propioseptive

    Neuromuscular Facilitation yang

    digunakan dalam kasus ini cukup tepat

    mengingat kondisi pasien yang telah

    stabil dalam waktu singkat, tidak

    terdapat gangguan fungsi kognitif,

    motivasi yang tinggi untuk segera

    pulih, serta besarnya minat dan

    semangat pasien dalam mengikuti

    latihan. Tetapi tidak semua tehnik

    dapat diberikan dalam satu sesi latihan.

    Semua tergantung pada kondisi pasien

    selama latihan. Apabila kondisinya

    mulai tidak stabil seperti adanya

    keluhan pusing, mual-mual, kelelahan

    dan denyut nadinya bertambah cepat,

    maka terapi harus dihentikan untuk

    menghindari menurunnya kembali

    kondisi pasien. Pelaksanaan latihan

    dilakukan di bangsal RSUD Jombang

    sebanyak 6 kali latihan.

    Evaluasi yang didapatkan oleh

    terapis setelah menjalani 6 kali terapi

    mengalami peningkatan kekuatan otot,

    lingkup gerak sendi dan kemampuan

    fungsional meskipun hanya sedikit.

    Peningkatan ini dapat diperoleh karena

    beberapa faktor, diantaranya adalah

    pemberian latihan secara dini dan

    rutin, segera setelah kondisi pasien

    stabil, semangat dan motivasi pasien

    yang tinggi dalam mengikuti latihan

    dan tidak adanya gangguan kognitif,

    serta feedback yang baik dan mudah

    dimengerti oleh pasien. Namun

    demikian kemampuan motorik pasien

    masih minimal. Hal ini terjadi karena

    pada anggota gerak atas bagian kiri

    masih mengalami kelemahan

    disamping itu karena penanganan

    motorik memerlukan waktu yang

    tidak singkat dan memerlukan

    konsentrasi serta usaha yang lebih

    besar dari pasien. Walaupun begitu,

    potensi kearah perbaikan fungsi fine

    motor cukup terbuka mengingat

    tingginya motivasi yang dimiliki

    pasien.

    Dengan demikian metode

    Propioseptive Neuromuscular

  • Facilitation sangat baik diterapkan

    pada pasien pasca stroke non

    haemoragic stadium akut yang tidak

    mengalami gangguan kognitif

    Saran

    Setelah mendapatkan peningkatan

    hasil yang lebih baik, disarankan

    kepada pasien untuk menghindari

    faktor-faktor yang memungkinkan

    berulangnya serangan stroke, sehingga

    akan mengakibatkan kondisi yang

    lebih berat. Faktor-faktor tersebut

    diantaranya adalah dengan tidak

    mengkonsumsi makanan yang

    memiliki kandungan kolestrol yang

    tinggi dan menghindarkan faktor

    pemicu stress, serta tetap melatih

    untuk berusaha menggunakan

    ekstermitas yang mengalami

    kelemahan untuk beraktifitas. Pasien

    disarankan untuk melanjutkan latihan

    di rumah dengan bimbingan terapis

    dan dukungan segenap anggota

    keluarga agar kemampuannya dapat

    kembali seperti semula.

    Kesabaran dan motivasi baik bagi

    pasien, terapis, dan keluarga sangat

    diperlukan dalam proses terapi karena

    kesabaran dan motivasi merupakan

    faktor penunjang keberhasilan proses

    terapi meskipun tidak berhubungan

    langsung dengan kesembuhan pasien.

    Akhirnya penulis berharap karya

    tulis ini dapat bermanfaat bagi

    pembaca dalam menciptakan

    kehidupan bermasyarakat yang sehat.

    Penulis menyadari bahwa penyajian

    Karya Tulis Ilmiah mengenai

    penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

    Stroke non haemoragic dengan terapi

    latihan metode PNF (Propioceptive

    Neuromuscular Facilitation) ini masih

    mempunyai kekurangan dan perlu

    disempurnakan. Oleh karena itu saran

    dan kritik yang bersifat membangun

    senantiasa penulis harapkan guna

    kepentingan bersama yang lebih baik.

    DAFTAR PUSAKA

    Adler, S.S. et al. 2008. PNF in

    practice : Third edition. Germany:

    Springer

    Bustami, M. Dkk. 2007. Manajemen

    stoke koperhensif.

    Yogyakarta : Pustaka

    Cendekia Press bekerja

    sama dengan Panitia

    Workshop Stroke KONAS

    PERDOSSI KE-2

    Cahyono, I.D. Dkk. 2009. Regulasi

    Aliran Darah Cerebral

    Dan Aneurisma Cerebral :

    Jurnal Anestesiologi

    Indonesia. 1(2): 120-131

    Garrison, S.J. 2001. Dasar-dasar

    Terapi dan Rehabilitasi

    Fisik. Jakarta: Hipokrates

    Ginsberg, L. 2007. Neurologi : edisi

    kedelapan. Penerbit

    Erlangga

    Goldszmidt, A.J dan Caplan, L.R.

    2013. Stroke esensial :

    edisi kedua. Jakarta: PT

    Indeks

    Junaidi, Iskandar. 2011. Stroke :

    Waspadai ancamannya.

    Yogyakarta: C.V ANDI

    OFFSET

  • Pasiut, S. et al. 2005. Stroke

    rehabilitation conducted

    by PNF method, with and

    without the application of

    botulinum toxin. Poland:

    Jagiellonian University

    Medical College, Cracow.

    Dikutip: 13 November

    2013. 22.20 WIB.

    Hudaya, P. 2002. Dokumentasi

    Persiapan Praktek

    Profesional Fisioterapi

    (DP3FT). Politeknik

    Kesehatan Surakarta.

    Satyanegara, 2010. Ilmu bedah saraf :

    Edisi ke-4. Jakarta:

    Kompas Gramedia

    Shimura, K. and Kasai, T. 2002.

    Effects of proprioceptive

    neuromuscular facilitation

    on the initiation of

    voluntary movement and

    motor evoked potentials in

    upper limb muscles.

    Japan: Human Movement

    Science 21 (2002) 101113. Dikutip: 13

    November 2013. 22.04

    WIB.

    Snell, R.S. 2007. Neuroanatomi klinik

    : Untuk mahasiswa

    kedokteran. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran

    EGC

    Trisnowiyanto, B. 2012. Instrumental

    Pemeriksaan Fisioterapi

    dan Penelitian Kesehatan.

    Yogyakarta: Nuha Medika

    Weiner, H.L and Levitt, L.P. 2001.

    Neurologi : House officef

    series neurology. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran

    EGC

    Widagdo, W. Dkk. 2007. Asuhan

    Keperawatan : Pada klien

    dengan gangguan sistem

    persarafan. Jakarta

    Wildani, M.H. Dkk. 2009. Pengaruh

    Fisioterapi Terhadap

    Kekuatan Otot Ekstremitas

    Pada Penderita Stroke

    Non Hemoragik. (Sains

    Medika, 2(2):193-199).