Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN...

108

Click here to load reader

Transcript of Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN...

Page 1: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

JURNAL SKALA HUSADAISSN 1693-931X

Volume 8 Nomor 2 September 2011 Halaman 101-206

COMPUTER-BASED SYSTEM FOR LIBRARY SERVICE

I GN Putra, I Wayan Suara, Hertog Nursanyoto 101-111PERBEDAAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAH BERDASARKAN JENISSARAPAN DAN FAKTOR KETURUNANLely Cintari, Ida Ayu Eka Padmiari, I G A Sri Utami 102-118

FRUITS AND VEGETABLES CONSUMPTION PATTERN IN SCHOOL CHILDREN

Ni Made Dewantari dan Ari Widiani 119-125

PERAWATAN HALITOSISAsep Arifin Senjaya 126-131FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPAN KEWASPADAAN UNIVERSALBIDAN PRAKTIK SWASTA (BPS) DI WILAYAH KOTA DENPASAR

NW Ariyani, NN Suindri, NLP Sri Erawati 132-137

POTENSI EKSTRAK KUNYIT DAN KENCUR SEBAGAI ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDANBadrut Tamam, Suratiah, Ni Nyoman Astika Dewi 138-142FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA JUMANTIK DALAM MEMANTAU JENTIK AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2009I Wayan Sali 143-149ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MAHASISWADALAM MEMILIH KULIAH DI POLTEKKES DENPASARI G. Sudarmanto, I B. Oka Suyasa 150-156OBSERVASI ANGKA KUMAN USAP ALAT MAKAN DI PANTI ASUHAN TAT TWAM ASIRENON DENPASAR

I Wayan Merta, Nyoman Mastra 157-160PEMBERIAN JUS TOMAT MEMPERCEPAT TERCAPAINYA DENYUT NADI PEMULIHANDARIPADA AIR KELAPA MUDA PADA ATLET TINJUI Wayan Juniarsana 161-166PERBEDAAN TERJADINYA KARANG GIGI PADA MASYARAKATPENGKONSUMSI AIR SUMUR DENGAN BUKAN AIR SUMURI Made Budi Artawa, I G A A Pt.Swastini 167-171

PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINERNi Made Widhiasti 172-177KUALITAS UDARA DALAM RUANG KERJAIda Ayu Made Sri Arjani 178-183THE STUDENT’S RESPONSE TO THE LECTURER’S PERFORMANCE IN AREAOF THE HEALTH POLYTECHNIC OF KEMENKES DENPASAR IN 2010I Wayan Jana, Ni Nengah Ariati, Ida Ayu Made Sri Arjani 184-190FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SARINGAN CADAS AON UNTUKMENYARING AIR PDAM DI DESA SUKAWATI DAN GUWANG KEC. SUKAWATI TAHUN 2010

I Wayan Suarta Asmara, I Nyoman Sujaya, I Nyoman Purna 191-195UPAYA PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN POLTEKKES DENPASAR BERDASARKANKEPUASAN PENGGUNA LULUSANIda Ayu Dewi Kumala Ratih 196-199STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN POLA PENYAPIHAN DAN KARAKTERISTIKKELUARGA DI KELURAHAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR PROVINSI BALI

I Wayan Ambartana, Ida Ayu Eka Padmiari, Ni Made Yuni Gumala 200-206

Page 2: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

EditorialJurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 ini merupakan edisi tanpa tema. Tentu saja adayang melatar belakangi terjadinya hal ini. Sebagaimana diketahui setiap tahunnya dosenPoltekkes diberi kesempatan melakukan penelitian yang didanai oleh Riset PembinaanTenaga Pengajar Kesehatan (risbinakes). Ternyata, dosen Poltekkes Denpasar memilikivisi penelitian yang beragam, mulai dari penelitian lapangan hingga penerapan teknologitepat guna, dan bahkan kinerja tenaga kesehatan dan Poltekkes sendiri sebagaipenyelenggara pendidikan tenaga kesehatan tak luput dijadikan obyek penelitian. Penerapanteknologi tepat guna dikembangkan oleh Badrut, dkk yang meneliti potensi ekstrak kunyitdan kencur sebagai anti mikroba, Juni Arsana yang meneliti pemberian jus tomat sebagaipercepatan denyut nadi pemulihan, Widhiasti yang menguraikan tentang perawatan bibirinkompeten, serta Suarta Asmara, dkk yang memanfaatkan saringan cadas aon sebagaipenyaring air. Anak-anak sebagai salah satu kelompok yang paling rawan masalah kesehatanbanyak dijadikan obyek penelitian oleh sejumlah peneliti diantaranya, Lely, dkk yangmengkaji kejadian obesitas pada anak usia sekolah, Dewantari, dkk yang mendeskripsikanpola konsumsi sayur dan buah pada anak sekolah, Merta, dkk yang mengobservasiangka kuman usap pada alat makan di panti asuhan, serta Ambartana, dkk yang menelitistatus gizi balita berdasarkan pola penyapihan. Salah satu faktor pemicu masalah kesehatanyang selalu hangat yaitu isu lingkungan sebagai salah satu sumber masalah kesehatan jugadikaji oleh dosen Poltekkes Denpasar melalui kajian IAM Sri Arjani yang mengambiltema kualitas udara dalam ruang kerja, serta Budi Artawa, dkk yang melakukan studikomparasi kejadian karang gigi pada masyarakat yang mengkonsumsi air sumur galiandan air PDAM. Asep Arifin Senjaya, juga turut menyumbangkan pemikirannya tentangmasalah kesehatan yang kecil tapi berdampak besar melalui kajiannya tentang Halitosis.Dan, akhirnya penelitian yang bersifat self evaluation karena menempatkan tenaga sertainstitusi kesehatan sebagai obyek penelitian juga dilakukan oleh dosen Poltekkes Denpasar.Pada edisi kali ini disajikan beberapa hasil evaluasi mereka terhadap kinerja tenaga kesehatandiantaranya adalah Ariyani, dkk yang membahas tentang penerapan kewaspadaan universalpada bidan praktek swasta, I Wayan Sali yang mengevaluasi kinerja tenaga jumantik,Jana, dkk yang mengevaluasi penampilan dosen Poltekkes Denpasar dalam mengelolakelas, Sudarmanto, dkk yang megkaji kepuasan mahasiswa terhadap penyelenggaraanpendidikan di Poltekkes Denpasar, Dewi Kumala Ratih yang berupaya mengembangkanPoltekkes berdasarkan kepuasan pengguna tenaga lulusan, serta Putra dkk yangmengevaluasi pelayanan perpustakaan di Poltekkes Denpasar. Jadi memang masalahkesehatan memiliki spektrum kajian yang sangat luas, semoga di edisi mendatang, akanbanyak muncul beragam visi penelitian yang pada akhirnya akan memperkaya khasanahpengembangan ilmu pengetahuan bagi seluruh civitas akademika Poltekkes Denpasar.

Page 3: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

COMPUTER-BASED SYSTEM FOR LIBRARY SERVICE

I GN Putra1, I Wayan Suara2, Hertog Nursanyoto3

Abstract. Library is one of the supporting units for teaching and learningactivities in Polytechnic of Health Denpasar. Currently, the management oflibrary services at the Library Unit of Polytechnic of Health Denpasar is stillconventional and only rely on the manual skills of librarians. Base on abovereasons, it is necessary to create a plan to develop computer-based softwarefor efficient use of staff librarian at the Library Unit of Polytechnic of HealthDenpasar in order to get more effectively to reach quality excellence servicestandards. Our research activities produced sofware program which can beused for that purpose. With the software obtained from our research is expectedto create working procedures at Library Unit of Polytechnic of Health Denpasarthat can help to guarantee accuracy and speed. As a suggestion for thedevelopment of this software in the future, it should be further studied incompatibility with the development of operating system software of computertechnology. As based on research test conducted, it proved that the softwareresulting from this research is compatible with Windows XP (the old operatingsystem) but it still has small problems when installed on Windows Vista orWindows system (new generation operating system)

Keywords: system of library services, computer software

Berdasarkan School Libraries andResource Centers Section disebutkanPerpustakaan menyediakan informasi danide yang merupakan dasar keberhasilanfungsional dalam masyarakat masa kiniyang berbasis pengetahuan dan informasi.Sebenarnya banyak pengertian tentangperpustakaan yang disampaikan parapakarnya. Menurut The Oxford EnglishDictionary kata library mulai digunakandalam bahasa Inggris tahun 1374, yangberarti sebagai suatu tempat dimana bukudiatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakaisebagai rujukan. Pada abad 19 pengertianlibrary berkembang menjadi suatu gedungatau sejumlah ruangan yang berisi koleksibuku yang dipelihara dengan baik, dapatdigunakan oleh masyarakat atau golonganmasyarakat tertentu.

Dalam perkembangannya selanjutnya,perpustakaan memperoleh penghargaanyang tinggi, bukan sekadar suatu gedungyang berisi koleksi buku yang dapatdimanfaatkan oleh masyarakat. Padatahun 1970, The American LibraryAssociation menggunakan istilah libraryuntuk suatu pengertian yang luas yaitutermasuk pengertian perpustakaan sebagaipusat media, pusat belajar, pusat sumberpendidikan, pusat informasi, pusatdokumenstasi dan pusat rujukan.Dalam pengertian yang lebih mutakhir,seperti yang tercantum dalam KeputusanPresiden RI nomor 11/1989, disebutkanbahwa perpustakaan merupakan salah satusarana pelestarian bahan pustaka sebagaihasil budaya dan berfungsi sebagai sumberinformasi ilmu pengetahuan, teknologi dan

1 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar2 Kepala Sub Unit Perpustakaan Poltekkes Denpasar3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Page 4: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

102

kebudayaan dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa dan menunjangpembangunan nasional. Pengertianperpustakaan mutakhir ini mengarahkepada tiga hal mendasar sekaligus, yaituhakikat perpustakaan sebagai saranapelestarian pustaka; fungsi perpustakaansebagai sumber informasi pengetahuan,teknologi dan kebudayaan; serta tujuanperpustakaan sebagai sarana untukmencerdaskan kehidupan bangsa danmenunjang pembangunan nasional(available on : http://www.karangturi.org).Sejarah perpustakaan di Indonesiatergolong cukup tua. Jika kita berpedomanbahwa perpustakaan ditandai denganmunculnya budaya literer, maka sejarahperpustakaan di Indonesia dapat dimulaipada tahun 400-an yaitu saat batu linggadengan huruf Pallawa ditemukan dariperiode Kerajaan Kutai. Pada tahun 414Fa-Hsien menyatakan bahwa di KerajaanTarumanegara banyak dijumpai brahmanayang memiliki buku atau manuskripkeagamaan yang disimpan di tempatkediamannya. Sekitar tahun 695, menurutI-tsing, di Kerajaan Sriwijaya hidup lebihdari 1000 biksu dengan tugas keagamaandan mempelajari agama Budha melaluiberbagai buku yang disimpan di berbagaibiara yang banyak berdiri waktu itu.Di Jawa, sejarah perpustakaan dimulaipada masa Kerajaan Mataram. Dikerajaan ini mulai dikenal pujangga keratonyang menulis berbagai karya sastra.Karya sastra seperti Sang HyangKamahayanikan yang memuat uraiantentang agama Budha Mahayana.Menyusul kemudian sembilan parwa saricerita Mahabharata dan satu kanda dariepos Ramayana. Juga muncul dua kitabkeagamaan yaitu Brahmandapurana danAgastyaparwa. Kitab lain yang terkenaladalah Arjuna Wiwaha yang digubah olehMpu Kanwa. Pada zaman KerajaanKediri dikenal beberapa pujangga dengankarya sastranya. Mereka itu adalah Mpu

Sedah dan Mpu Panuluh yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha.Selain itu Mpu Panuluh juga menggubahkitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain kedua sastrawan tersebutjuga dikenal Mpu Monaguna dengan kitabSumanasantaka dan Mpu Triguna dengankitab Kresnayana. Semua kitab itu ditulisdiatas daun lontar dengan jumlah yangsangat terbatas dan tetap berada dalamlingkungan keraton.Pada periode berikutnya yaitu KerajaanSingosari tidak dihasilkan naskah terkenal.Kitab Pararaton yang terkenal itu didugaditulis setelah keruntuhan Singosari. Padajaman Majapahit baru muncul lagi karyasastra berupa buku Negarakertagamayang ditulis Mpu Prapanca. SedangkanMpu Tantular menulis buku Sutasoma.Pada jaman ini dihasilkan pula karya lainseperti Kidung Harsawijaya, KidungRanggalawe, Sorandaka, danSundayana. Kegiatan penulisan danpenyimpanan naskah masih terusdilanjutkan oleh para raja dan sultan yangtersebar di Nusantara.Kedatangan bangsa barat pada abad ke-16 membawa budaya tersendiri.Perpustakaan mulai didirikan untuk tujuanmenunjang penyebaran agama mereka.Perpustakaan paling awal berdiri padamasa VOC adalah perpustakaan gerejadi Batavia (1624). Pada masa inilahperpustakaan tidak lagi diperuntukkanbagi kalangan khusus saja, namun mulaidinikmati oleh masyarakat umum.Perpustakaan meminjamkan buku untukperawat rumah sakit Batavia, bahkanpeminjaman buku diperluas sampai keSemarang (Jawa Tengah). Jadi pada abadke-17 Indonesia sudah mengenalperluasan jasa perpustakaan. Kini layananseperti ini disebut dengan pinjam antarperpustakaan atau interlibrary loan(Available on : http://www.akademik.unsri.ac.id/journal_file/bai_jurnal_vol_1_10_tahukah.pdf).

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 101-111

Page 5: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

103

Dalam kehidupan kampus, perpustakaandianggap sebagai jantungnya perguruantinggi. Apabila perguruan tinggi tidakmemiliki perpustakaan, perguruan tinggitersebut dianggap mati. Kenyataannyatidaklah demikian, hal ini dikarenakan peran perpustakaan perguruan tinggihanyalah sebagai penunjang dalammelaksanakan tri darma perguruan tinggi.Oleh karena itu, istilah jantung perguruantinggi dirasakan kurang pas dengan tugasyang diemban. Mungkin lebih pas jikadiumpakan sebagai kaki tangan perguruantinggi. Pada kenyataannya, sering munculinformasi bahwa seorang mahasiswa bisalulus tanpa harus ke perpustakaan.Kenyataan ini merupakan paradoks peranperpustakaan, melalui perkembanganteknologi informasi jalan untukmemperoleh informasi menjadi begitulancar dan mudah. Tidaklahmengherankan, pesatnya perkembanganteknologi informasi menyebabkankecilnya peran perpustakaan perguruantinggi bagi sivitas akademinya.Saat sekarang, arus informasi sudah tidakberbatas oleh adanya buku atau informasidalam berbagai kemasan fisik (misalnyabentuk cetak), akan tetapi cara perolehaninformasi sekarang ini tanpa batas. Padasaatnya nanti, tidak perlu adanya buku-buku (berbagai koleksi perpustakaandalam bentuk fisik) di sebuahperpustakaan. Perpustakaan masa depan adalah perpustakaan maya. Segalakemasan informasi telah dituangkan dalamperbagai program komputer dan bisadiakses oleh semua orang dari tempatmana pun tanpa harus ke perpustakaan.Namun, mewujudkan model perpustakaanmaya untuk universitas di Indonesiasekarang ini bukanlah hal yang mudah(Available on : http://pustaka.uns.ac.id).Berdasarkan Peraturan PemerintahNomor 5 tahun 1980 tentang pokok-pokok organisasi perguruan tinggi,perpustakaan merupakan sebuah sarana

Seratus tahun kemudian, tepatnya padatanggal 25 April 1778 dibangunperpustakaan lembaga BGKW yangkemudian mengeluarkan katalog bukupertama di Indonesia (1846) dengan judulBibliotecae ArtiumcientiaerumquaeBatavia Florest Catalogue Systema-ticus hasil suntingan dari P. Bleeker.Perpustakaan ini aktif dalam pertukaranbahan perpustakaan dan karenaprestasinya yang luar biasa dalammeningkatkan ilmu dan kebudayaan, makanamanya ditambah menjadi KoninklijkBataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenschappen. Nama ini kemudianberubah menjadi Lembaga KebudayaanIndonesia pada tahun 1950. Pada tahun1962 Lembaga Kebudayaan Indonesiadiserahkan kepada Pemerintah RepublikIndonesia dan namanyapun diubah menjadiMuseum Pusat. Koleksi perpustakaannyamenjadi bagian dari Museum Pusat dandikenal dengan Perpustakaan MuseumPusat. Nama Museum Pusat ini kemudianberubah lagi menjadi Museum Nasional,sedangkan perpustakaannya dikenaldengan Perpustakaan Museum Nasional.Pada tahun 1980 Perpustakaan MuseumNasional dilebur ke Pusat PembinaanPerpustakaan. Perubahan terjadi lagi padatahun 1989 ketika Pusat PembinaanPerpustakaan dilebur sebagai bagian dariPerpustakaan Nasional RepublikIndonesia (Available on : http://www.akademik.unsri.ac.id/journal_file/bai_jurnal_vol_1_10_tahukah.pdf).Dalam buku pedoman perpustakaanperguruan tinggi disebutkan bahwaperpustakaan perguruan tinggi merupakanunsur penunjang dalam kegiatanpendidikan, penelitian, dan pengabdianpada masyarakat. Untuk menunjangkegiatan tri darma tersebut, makaperpustakaan memiliki fungsi di antaranya;fungsi edukasi, sumber informasi,penunjang riset, rekreasi, publikasi,deposit, dan interpretasi informasi.

Putra, IGNP, IW Suwara, H Nursanyoto (Computer based system...)

Page 6: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

104

penunjang kegiatan civitas akademika yangmeliputi kegiatan pendidikan, penelitiandan pengabdian kepada masyarakat.Dalam rangka menunjang tri darmatersebut, perpustakaan memiliki beberapafungsi, diantaranya fungsi edukasi.Peranan dosen dalam hal ini bukan lagimengajar, tetapi lebih tepat membelajar-kan mahasiswa. Mahasiswa dituntutmembaca sebanyak mungkin bahanbacaan di perpustakaan, terutama yangberhubungan dengan mata kuliah yang ditempuhnya. Perpustakaan juga berfungsisebagai pusat informasi. Memang tidakada perpustakaan yang dapat memenuhisemua kebutuhan informasi pengguna.Untuk itu dibutuhkan peran pustakawanyang bisa memberikan arahan kemanasebaiknya mencari informasi yangdibutuhkan. Misalnya denganmenggunakan layanan rujukan dan mediainternet. Peran lain yang tidak kalahpentingnya adalah mendukungpelaksanaan riset melalui penyediaaninformasi dan sumber-sumber informasiuntuk keperluan penelitian. Informasi dariperpustakaan dapat mencegah terjadinyaduplikasi penelitian.Harus diakui perkembangan perpustakaandalam beberapa dasawarsa ini telahbanyak dipengaruhi oleh perkembanganteknologi informasi. Perpustakaan sebagaisalah satu aktor yang berperan dalampengumpulan, pengolahan dan distribusiinformasi mau tidak mau harus berhadapandengan apa yang dinamakan teknologiinformasi. Tidak sedikit orang yangberanggapan bahwa tanpa adanyasentuhan teknologi informasi, perpustakaandianggap sebagai sebuah instutisi yangketinggalan jaman, kuno dan tidak mungkinberkembang. Penerapan teknologiinformasi dalam layanan perpustakaanmeliputi beberapa hal seperti : 1) LayananSirkulasi. Penerapan teknologi informasidalam layanan sirkulasi dapat meliputibanyak hal diantaranya adalah layanan

peminjaman dan pengembalian, statistikpengguna, administrasi keanggotaan, dll.Selain itu dapat juga dilakukan silang layanantar perpustakaan yang lebih mudahdilakukan apabila teknologi informasisudah menjadi bagian dari layanan sirkulasi.Teknologi saat ini sudah memungkinkanadanya self-services dalam layanansirkulasi melalui fasilitas barcoding danRFID (Radio Frequency Identification).Penerapan teknologi komunikasipun sudahmulai digunakan seperti penggunaan SMS,Faksimili dan Internet; 2) LayananReferensi & Hasil-hasil Penelitian.Penerapan teknologi informasi dalamlayanan referensi dapat dilihat daritersedianya akses untuk menelusurisumber-sumber referensi elektronik/digitaldan bahan pustaka lainnya melalui kamuselektronik, direktori elektronik, petaelektronik, hasil penelitian dalam bentukdigital, dan lain-lain; 3) Layanan Jurnal/Majalah/Berkala. Pengguna layanan jurnal,majalah, berkala akan sangat terbantu bilaperpustakaan mampu menyediakankemudahan dalam akses ke dalam jurnalelektronik, baik itu yang diakses daridatabase lokal, global maupun yangtersedia dalam format Compact Disk atauDisket. Bahkan silang layan danpenelusuran informasipun bisadimanfaatkan oleh pengguna denganbantuan teknologi informasi (internet); 4)Layanan Multimedia/Audio-Visual.Layanan multimedia/audio-visual dululebih dikenal sebagai layanan non bookmaterial merupakan layanan yang secaralangsung bersentuhan dengan teknologiinformasi. Pada layanan ini pengguna dapatmemanfaatkan teknologi informasi dalambentuk File Video, Audio, MicroFilm,MicroFische, Compact Disk, LaserDisk, DVD, Home Movie, HomeTheatre, dll. Layanan ini jugamemungkinkan adanya media interaktifyang dapat dimanfaatkan pengguna untukmelakukan pembelajaran, dsbnya.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 101-111

Page 7: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

105

Hal lain yang perlu diperhatikan dalamlayanan perpustakaan adalah penggunayang mempunyai keterbatasan, sepertipenglihatan yang kurang, buta,pendengaran yang kurang danketidakmampuan lainnya. LayananMultimedia/Audiovisual memungkinkanperpustakaan dapat memberikanpelayanan kepada para pengguna dengankriteria ini. Sebagai contoh dari bentukpenerapan teknologi untuk itu adalahAudible E-books, Digital Audio Books,InfoEyes (Virtual Reference), Braille,dsbnya; 5) Layanan Internet & ComputerStation. Internet saat ini menjadi “bintang”dalam teknologi informasi. Orang sudahtidak asing lagi untuk menggunakaninternet dalam kehidupannya. Untuk itumau tidak mau perpustakaanpun harusdapat memberikan layanan melalui mediaini. Melalui media web perpustakaanmemberikan informasi dan layanan kepadapenggunanya. Selain itu perpustakaan jugadapat menyediakan akses internet baikmenggunakan computer station maupunWIFI/Access Point yang dapat digunakanpengguna sebagai bagian dari layanan yangdiberikan oleh perpustakaan; 6)Pustakawan juga bisa menggunakanfasiltas web-conferencing untukmemberikan layanan secara online kepadapengguna perpustakaan. Web-Conferencing ini dapat juga dimanfaatkanoleh bagian layanan informasi dan referensi.OPAC atau Online Catalog merupakanbagian penting dalam sebuahperpustakaan, untuk itu perpustakaan perlumenyediakan akses yang lebih luas baikitu melalui jaringan lokal, intranet maupuninternet; 7) Keamanan. Teknologiinformasi juga dapat digunakan sebagai alatuntuk memberikan kenyamanan dankeamanan dalam perpustakaan. Melaluifasilitas semacam gate keeper, securitygate, CCTV dan lain sebagainya,perpustakaan dapat meningkatkankeamanan dalam perpustakaan dari tangan

-tangan jahil yang tidak asing sering terjadidimanapun; 8) Pengadaan. BagianPengadaan juga sangat terbantu denganadanya teknologi informasi ini. Selain dapatmenggunakan teknologi informasi untukmelakukan penelusuran koleksi-koleksiperpustakaan yang dibutuhkan, bagian inijuga dapat memanfaatkannya untukmenampung berbagai ide dan usulankebutuhan perpustakaan oleh pengguna.Kerjasama pengadaan juga lebih mudahdilakukan dengan adanya teknologiinformasi ini (Surachman, 2009).Implementasi teknologi informasi dalamlayanan perpustakaan dari waktu kewaktu akan terus berkembang baik untukkeperluan automasi perpustakaan maupunpenyediaan media/bahan pustaka berbasisteknologi informasi ini. Atas dasarpermasalahan inilah, maka penelitibermaksud merintis sistem layananperpustakaan berbasis komputer diPerpustakaan Potekkes Denpasar.

Tujuan

Secara umum penelitian Sistem LayananPerpustakaan Berbasis Komputer inibertujuan untuk memperbaharui sistemlayanan yang masih bersifat konvensionaldi Unit Perpustakaan Poltekkes Denpasaragar tercipta tata kerja yang lebih terjaminakurasi dan kecepatannya.Adapun tujuan khususnya adalah :menterjemahkan pelayanan di Sub UnitPerpustakaan Poltekkes Denpasar kedalam bahasa pemrograman komputer;serta memperbaharui tata kerja tenagapustakawan di Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar agar dapat bekerjaefektif sesuai dengan tuntutan standarlayanan berkualitas prima. Dari hasilpembaharuan ini diharapkan tercipta tatakerja yang memenuhi standar layananprima sehingga Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar dapat menjalankanfungsinya dalam mencapai misi pendidikanPoltekkes Denpasar untuk menyeleng-

Putra, IGNP, IW Suwara, H Nursanyoto (Computer based system...)

Page 8: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

106

garakan pendidikan profesional programdiploma kesehatan untuk menghasilkanlulusan yang mempunyai kompetensisesuai dengan kebutuhan tenaga kesehatanglobal dan mempunyai kemampuan untukmengembangkan kompetensinya secaramandiri dan berkelanjutan.

Metode

Penelitian ini termasuk jenis risetpengembangan (development research)dimana layanan di Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar dijadikan sebagaiinput kajian permasalahan. Kemudianmelalui proses penerapan manajemenstratejik dan analisis kegiatan akandihasilkan suatu output software otomasilayanan perpustakaan berbasis komputerdalam upaya meningkatkan mutu layananPerpustakaan agar lebih sesuai dengantuntutan pengguna yang menginginkanpelayanan bermutu prima, serba cepat danberteknologi tinggi. Riset pengembanganini akan dibagi menjadi 4 tahapan kegiatanyaitu Tahap pengkajian berbagai aspekpelaksanaan layanan di Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar mulai dari sumber-daya manusia, fasilitas dan sarana,organisasi dan dana hingga penatalak-sanaan jasa layanan. Melalui analisiskondisi internal tersebut, peneliti besertaseluruh komponen yang terlibat dalampengembangan ini mengkaji aspekkelemahan dan kekuatan serta hambatandan peluang pengembangan layanan agardicapai suatu titik temu tentang perlunyaotomasi layanan di Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar. Selanjutnya penelitimelaksanakan kegiatan observasi langsungdi Unit Perpustakaan Poltekkes Denpasaruntuk memahami secara rinci alur kerjadi Unit Perpustakaan Poltekkes Denpasar.Pengamatan dilakukan terhadap semuaaspek penyelenggaraan layananperpustakaan mulai dari inventarisasi bukuhingga sistem pelayanan yang diterapkan.

Sebelum memasuki tahap pengembanganaplikasi, maka dipandang perlu untukmelaksanakan uji coba software. Padatahap ini selain dimaksudkan untukmembangun database Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar, juga diperlukanuntuk menguji ketrampilan penggunasoftware serta melaksanakan prosesdebugging system (menelusuri kesalahansoftware akibat pendefenisian syntaxpemrograman yang keliru). Uji coba inidimaksudkan agar aplikasi yang akandikembangkan dapat memenuhi standarkelayakan utamanya meminimalisirkesalahan pengguna (human error)sehingga dapat direncanakan paketpengembangan lebih luas (Expandableversion) di masa datang. Setelah semuabahan kajian dari tahap satu hingga tigaterkumpul lengkap, maka tahap selanjutnyaadalah menterjemahkan layanan di UnitPerpustakaan Poltekkes Denpasar kedalam bahasa pemrograman komputer.Tahap ini akan diakhiri dengan hasil suatupaket software otomasi yang siap pakaiuntuk diterapkan pada layanan di UnitPerpustakaan Poltekkes Denpasar.Sebagai saran untuk pengembangansoftware ini di masa mendatang, harusdikaji lebih dalam lagi kompatibilitassoftware dengan perkembangan operatingsystem di dunia teknologi komputer.Karena berdasarkan uji coba yandilakukan, terbukti sangat kompatibeldengan komputer yang berbasis windowsxp (operating system lama) tapi masihsedikit mengalami hambatan ketika diinstallpada komputer yang berbasis windowsvista atau windows seven (operatingsystem generasi baru).

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum SoftwarePerpustakaanPaket aplikasi software yang dirancangpada penelitian ini yaitu “Sistem Informasi

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 101-111

Page 9: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

107

Master Proses Laporan Utility

BukuAnggotaKeluar dr. Program

Katalog DigitalPeminjamanPengembalianPemeriksaan Stok

Cetak KatalogDaftar BukuDaftar AnggotaPeminjaman BukuDenda

ReindexPassword

HarianBulananTahunan

HarianBulananTahunan

SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN

Master Proses Laporan Utility

BukuAnggotaKeluar dr. Program

Katalog DigitalPeminjamanPengembalianPemeriksaan Stok

Cetak KatalogDaftar BukuDaftar AnggotaPeminjaman BukuDenda

ReindexPassword

HarianBulananTahunan

HarianBulananTahunan

SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN

Gambar 1Struktur Folder dan Modul Program yang terdapat pada

Paket Software Sistem Informasi Perpustakaan

Perpustakaan” dbuat berdasarkan designtemplate yang dirilis oleh Syaukani (2004)dengan beberapa perbaikan tampilan formdisesuaikan dengan kebutuhan sistempelayanan di Unit Perpustakaan PoltekkesDenpasar. Paket aplikasi ini terdiri atasempat menu utama yaitu menu master,proses, laporan dan utility.Masing-masing menu menyimpan modul-modul program dengan struktur folderseperti terlihat pada Gambar 1. Sepertinampak pada gambar tersebut, databaseperpustakaan yaitu daftar koleksi buku dandaftar anggota dikelola pada menuMASTER, pelayanan perpustakaan mulaidari penelusuran katalog secara digital,transaksi peminjaman dan pengembalianbuku, serta pemeriksaan stok koleksidikelola pada menu PROSES dan laporankegiatan perpustakaan seperti pencetakankatalog, laporan daftar koleksi dan daftaranggota, serta laporan peminjaman dandenda pengembalian buku dikelola padamenu LAPORAN. Khusus untuk laporanpeminjaman dan denda pengembalianbuku, laporan dibedakan dalam tigasubfolder meliputi laporan harian, bulanan

dan tahunan. Terakhir untuk dalam rangkapemeliharaan dan keamanan data jugadisediakan dua modul program yaituReindex dan Password yang disajikandalam satu menu yaitu menu UTILITY.

Cara Install Software PerpustakaanPaket aplikasi software Perpustakaan inidapat diinstall menggunakan programInstallshield Wizard versi Express yangkhusus digunakan (limited edition) untukdistribusi software yang dibangunmenggunakan bahasa SQL (structuredQuery Language) melalui bahasapemrograman Visual Foxpro (Chayo,2004). Melalui cara ini, softwarePerpustakaan hanya dapat diinstall secarastand alone (satu kali install untuk satuPC=personal computer).Apabila diinginkan untuk menjalankansoftware perpustakaan ini pada PC yanglain, maka proses install harus dilakukanlagi dari awal. Pemilihan proses installsecara stand alone dilakukan ataspertimbangan bahwa Unit PerpustakaanPoltekkes Denpasar terdiri atas lima subunit perpustakaan jurusan yang lokasinya

Putra, IGNP, IW Suwara, H Nursanyoto (Computer based system...)

Page 10: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

108

terpisah-pisah. Kelak bila PoltekkesDenpasar telah memiliki kampus terpadumaka akan dipilih proses shareware yangbersifat multiuser, sehingga software inihanya perlu ditanam sekali saja padamainframe dan masing-masing sub unitperpustakaan jurusan menjalankannyamelalui fasilitas Local Area Network.Sebagai catatan, berdasarkan hasil uji cobayang telah dilakukan oleh tim peneliti,software perpustakaan ini sangatkompatibel pada PC yang masihmenggunakan windows Xp sebagaioperating system-nya. Pada operatingsystem generasi baru yaitu Windows Vistadan Windows Seven, software ini masihdapat diinstall, hanya saja mengalamimasalah dalam rekompilasi data. Pada PCyang masih berbasis Windows Xp, jikaentry operator melakukan entry di duakomputer yang berbeda, prosespenggabungan data dari kedua komputertersebut dapat dilakukan secara mudahtanpa hambatan. Tidak demikian halnyajika entry operator bekerja pada PC yangmenggunakan Windows generasi baru(Vista atau Seven). Entry data hanya bisadilakukan di satu PC dan hasilnya tidakbisa digabungkan dengan hasil entry yangdilakukan di PC yang lain. Hinggapenelitian ini selesai, problem pengopera-sian software perpustakaan pada PC yangberbasis Windows Vista dan Seven inimasih belum dapat diatasi. Hal ini tentumenjadi pekerjaan rumah tersendiri bagipeneliti bagi pengembangan software inidi masa mendatang. Karena meskipunpada masa kini OS Windows Xp masihtetap eksis, namun lima hingga sepuluhtahun ke depan, sesuai perkembanganteknologi komputer, PC yang berbasisWindows Xp akan punah, sehingga harusdipikirkan dari sekarang cara installsoftware yang kompatibel dengan PCdengan basis operasi Windows Vista atauWindows Seven.

Cara Mengoperasikan SoftwarePerpustakaanSetelah diinstall, software perpustakaanini akan tertanam pada desktop komputer.Sama halnya dengan software yang lain,software ini dapat dieksekusi dengan caradouble click (klik ganda) pada iconperpustakaan yang tersaji pada desktop.Selanjutnya, software ini dirancang denganpola pengoperasian yang sangat mudahdan dapat dioperasikan sekalipun olehoperator komputer yang berketrampilanrendah (user friendly). Sebagai contoh,data utama yang harus dikelola pada suatuperpustakaan tentu saja data koleksi. Padasoftware ini pengelolaan data koleksidiaktifkan dengan memilih menuMASTER lalu memilih folder BUKU.Ketika diaktifkan, maka akan tampil formseperti tersaji pada gambar 2, tampilanform pengelolaan daftar koleksi disajikandengan cara menyajikan seluruh koleksibuku yang sudah dientry pada softwareperpustakaan. Pada saat pertama kalidiaktifkan daftar koleksi yang disajikanpada grid yang terdapat di bagian tengahform akan memuat koleksi di semua subunit perpustakaan. Bila operator inginmelihat daftar koleksi pada satu sub unitperpustakaan jurusan, maka operatorhanya perlu meng-klik combo lokasiperpustakaan yang terdapat pada bagianbawah form. Pilihlah sub unit perpustakaanjurusan yang diinginkan maka tampilanpada grid secara otomatis akan berubahmenjadi daftar koleksi yang terdapat padasub unit perpustakaan jurusan yang dipilih.Secara sepintas memang tidak nampakperubahan pada tampilan grid. Perubahannyata akan nampak pada informasitentang koleksi judul dan koleksi bukuyang terdapat pada bagian sebelah bawahcombo lokasi perpustakaan. Informasidata koleksi akan berubah sesuai dengantotal koleksi yang dimiliki oleh masing-masing sub unit perpustakaan jurusan.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 101-111

Page 11: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

109

Gambar 2Tampilan Pengelolaan Daftar Koleksi

Contoh kemudahan lain yang dimiliki olehsoftware ini adalah fasilitas katalog digital.Katalog digital merupakan fasilitas yangberfungsi membantu pengguna/klienperpustakaan untuk menelusuri koleksiperpustakaan sesuai dengan keinginannya.Pada software ini, proses penelusurandengan memanfaatkan fasilitas katalogdigital dapat diaktifkan dengan mengklik[PROSES] pada menu bar dan dilanjutkandengan mengklik [KATALOG DIGITAL]pada subfolder yang tersedia. Apabilafasilitas ini diaktifkan, maka komputer akanmenyajikan tampilan form seperti nampakpada gambar 3.Seperti nampak pada gambar 3, formpenelusuran katalog secara digitalditentukan berdasarkan 3 kriteriapencarian yaitu lokasi pencarian, indekskatalog, dan key index. Misalkanpengguna perpustakaan ingin melihatdaftar koleksi Perpustakaan Keperawatanuntuk buku dengan judul yang mengandungkata “nursing”. Maka pada combo lokasiperpustakaan harus menggantikan denganJKP, pada combo indeks katalog diganti

dengan Judul, dan pada field isian keyindex diketik kata “nursing”. Apabilaoperator menekan tombol [ENTER]setelah mengetik kata “nursing” pada fieldkey index, maka koleksi pertama yangsesuai dengan kriteria pencarian yangditetapkan oleh pengguna ditampilkandengan cara menyajikan katalog pertamadari koleksi yang sesuai dengan kriteriapencarian. Banyaknya koleksi yang sesuaidengan kriteria pencarian yang dimaksudditampilkan pada info total koleksi padabagian kanan atas katalog. Selanjutnyapengguna hanya perlu mengoperasi tombolkendali yang terdapat pada bagian kiriform katalog digital untuk melihat katalogkoleksi yang sesuai dengan kriteriapencarian. Apabila operator mengkliktombol [BERIKUTNYA] maka katalogakan berpindah ke koleksi selanjutnya darikoleksi yang sudah ditampilkan di layar.Tombol [SEBELUMNYA] digunakanuntuk melihat koleksi sebelumnya darikoleksi yang sudah ditampilkan di layar.Tombol [PERTAMA] dan [TERAKHIR]digunakan untuk melihat katalog awal dan

Putra, IGNP, IW Suwara, H Nursanyoto (Computer based system...)

Page 12: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

110

Gambar 3Tampilan Form Katalog Digital

terakhir dari koleksi yang sesuai dengankriteria pencarian. Sedangkan tombol[TUTUP] digunakan untuk menyudahiproses penelusuran pustaka denganbantuan fasilitas katalog digital.

Kesimpulan dan Saran

Sebenarnya masih terdapat banyak lagikelebihan dari berbagai fasilitas yangditanamkan pada software perpustakaanini yang akan terlalu berpanjang lebar biladiungkapkan pada artikel ini. Namun daripelaksanaan kegiatan penelitian inidiperoleh beberapa kesimpulan sebagaiberikut : 1) Diperoleh softwareperpustakaan yang dapat menjalankanfungsi Otomasi layanan perpustakaandalam upaya meningkatkan pendayagu-naan perpustakaan sebagai saranapenunjang proses belajar mengajar; 2)Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukansoftware ini terbukti dapat meningkatkanlayanan perpustakaan menjadi lebih efisiendan akurat; dan 3) Software perpustakaanini layak direkomendasikan sebagai upayapembaharuan sistem layanan perpustakaandi Poltekkes Denpasar.

Sebagai saran untuk pengembangansoftware ini di masa mendatang, harusdikaji lebih dalam lagi kompatibilitassoftware dengan perkembanganoperating system di dunia teknologikomputer. Karena berdasarkan uji cobayan dilakukan, terbukti sangat kompatibeldengan komputer yang berbasis windowsxp (operating system lama) tapi masihsedikit mengalami hambatan ketika diinstallpada komputer yang berbasis windowsvista atau windows seven (operatingsystem generasi baru).

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 101-111

Page 13: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

111

Daftar Pustaka

Chayo, Y., 2004, Membuat aplikasikartu stok barang dengan visualfxpro 8.0, Jakarta: PT Elex MediaKomutindo

Darmono, 2010, Pengembanganperpustakaan sekolah sebagaisumber belajar, available on : Http://[email protected]/images/gbjps/art=101dar

Kementrian Sekretaris Negara, 1980,Peraturan Pemerintah Nomor 5tahun 1980 tentang pokok-pokokorganisasi universitas atau institut.

Komputer, Wahana, 2003, Panduanaplikatif pemrograman visualfoxpro 7.0, Jogyakarta: Andi Offset

Pratiwi, D, 2007, Upaya mengembang-kan e-library di sekolah, availableon : http://[email protected]/media/dokumen=4466

Syaukani, M., Membangun aplikasidatabase dengan visual foxpro 8.0dan bahasa SQL, Jakarta : PT. ElexMedia Komputindo

Tri Hadinigtyas, 2008, PerpustakaanPerguruan Tinggi, Available on :h t t p : / / p u s t a k a . u n s . a c . i d /?menu=news&nid=78&option=detail.

Yuadi, I, 2010, Perpustakaan Digital :Paradigma, Konsep dan TeknologiInformasi yang Digunakan,available on : http://[email protected]/file_pdf/perpustakaan_digital

__________, Revitalisasi PeranPerpustakaan, Available on : http://www.beswandjarum .com/getcontent.php?page= berita&number=22&id=68

__________, Tahukah anda sejarahperpustakaan di Indonesia,available on : Sumber : http://www.akademik .uns r i . ac . id /j o u r n a l _ f i l e /bai_jurnal_vol_1_10_tahukah.

__________, Mengenal lebih dekatPerpustakaan Perguruan Tinggiatau Universitas, available on : http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php&&nomor urut_artikel=341

__________, Sistem InformasiPerpustakaan, available on : http://artikelit.com/artikel/sistem-informasi-perpustakaan

__________, Perpustakaan digitaluntuk kualitas layanan prima,Sumber : http://www.kamusilmiah.com/ it/perpustakaan-digital-untuk-kualitas-layanan-prima.

Putra, IGNP, IW Suwara, H Nursanyoto (Computer based system...)

Page 14: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

112

PERBEDAAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK SEKOLAHBERDASARKAN JENIS SARAPAN DAN FAKTOR KETURUNAN

Lely Cintari1, Ida Ayu Eka Padmiari2 dan I G A Sri Utami3

According to the American Journal of Clinical Nutrition, the people are neverto breakfast habit will have 4 most obesity risk. Breakfast habit can be todecreased weight,by nutritionist from Miami, Elisabeth Ward with 3000participants in her research. The aimed of the research is to know about obesityprevalence with heredity factor and type of Breakfast consumed by childschoolsat Denpasar. Methode of this research is observational with cross sectionalstudy. Statistical Analyzed for this research is independen samplet test dan chisquare. The result of the study is Obesity prevalence have diffrence with geneticobesity in family (p<0,05) but not difference for type of Breakfast consumed(p>0.05). In conclusion : genetic obesity in family can be influence obesity prevalence.

Keywords : Type of Breakfast consumed, heredity factor, obesity Prevalence

1,2,3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Jumlah penderita obesitas di Indonesiaterus bertambah dari tahun ke tahun.Berdasarkan data SUSENAS tahun1989, prevalensi obesitas di Indonesiaadalah 1,1% dan 0,7 %, masing-masinguntuk kota dan desa. Angka tersebutmeningkat hampir lima kali menjadi 5,3 %dan 4,3% pada tahun 1999 (Padmiari,2000). Hasil Pemantauan masalah gizilebih pada orang dewasa yang dilakukanoleh Departemen kesehatan tahun 1997menunjukkan prevalensi obesitas padaorang dewasa adalah 2,5 % pada pria dan5,9 % pada wanita. Hasil penelitian IdaAyu Eka Padmiari, dkk tahun 2004menemukan prevalensi gizi lebih padaorang dewasa di Propinsi Bali adalah20,1% dimana gemuk 10,6% dan obesitas9,5%. Meskipun jumlah orang yangmenjalani diet atau melakukan senamkebugaran bertambah, jumlah penderitakegemukkan terus meningkat.Hasil penelitian terbaru mengungkapkan,sarapan secara teratur dapat menurunkanresiko obesitas. Para peneliti dari divisikedokteran Pencegahan fakultasKedokteran Universitas Massachusetts,menemukan bukti bahwa pola makan,

frekuensi makan dan kebiasaan sarapanberkaitan erat dengan resiko menderitaobesitas(Demosthenes, 2008).Publikasi terbaru pada Journal of NutritionJanuari 2004 pada penelitian denganberjudul “The time of Day of Food IntakeInfluences Overall Intake in Humans”John M. DeCastro dari DepartemenPsikologi Universitas Texas, mengemu-kakan ritme Circadian mempengaruhiasupan zat gizi. Ritme Circadian artinyaadalah irama biologis yang mengaturrespons tubuh terhadap perubahanlingkungan (Demosthenes, 2008).Penelitian yang dilakukan di AmerikaSerikat pada 3000 sampel ternyatasarapan pagi dapat menurunkan Beratbadan serta orang yang tidak biasasarapan mempunyai resiko 4 kali lebihbesar untuk menjadi obesitas(Demosthenes,2008). Sampai saat ini diIndonesia belum ada penelitian tentangperbedaan kejadian obesitas berdasarkanjenis sarapan dan apakah dengan rutinmengkonsumsi makanan jenis tertentuuntuk sarapan dapat menurunkan beratbadan.

Page 15: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

113

Penelitian bertujuan untuk mengetahuiperbedaan kejadian obesitas berdasarkanjenis sarapan dan faktor keturunan padaanak SD di kota Denpasar.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitianobservasional dengan rancangan crosssectional. Penelitian dilakukan di beberapaSD di Kota Denpasar, yaitu di wilayahDenpasar Timur (SD N 17 Kesiman,Kertalangu), Denpasar Barat (SD N 1Pemecutan), Denpasar utara (SD N 5Tonja) dan Denpasar Selatan (SD N 7Pedungan). Waktu penelitian adalah bulanAgustus sampai Oktober 2010. Populasipenelitian ini adalah anak sekolah dasar dikota Denpasar. Sampel adalah sebagianpopulasi yang besarnya ditentukan denganrumus uji hipotesis terhadap dua proporsipopulasi dengan jumlah sampel minimal.Besar sampel dihitung dengan rumus :

( )( )221

222112

PPQPQPzPQz

n+

++= βα

Dimana : Zá = 1,96 ; Zâ = 0,842 ; P1 =0,50. Dari hasil perhitungan diperolehjumlah sampel minimal adalah 388 siswa.Metode pengambilan sampel yangdigunakan adalah two stage clustersampling, dimana dilakukan pengambilansampel secara random terhadap seluruhsekolah dasar yang ada di kota Denpasar.Dari tiap sekolah dipilih 50 siswa kelas 5dan 6 dengan cara random sampling.Data yang dikumpulkan adalah data primeryaitu identitas sampel dikumpulkan denganwawancara dengan kuesioner. Jenismakanan yang dikonsumsi saat makan pagi3 bulan terkhir dikumpulkan denganwawancara dengan form SQ FFQ. Beratbadan diukur dengan timbangan injak yangberkapasitas 200 kg dan memilikiketelitian 0,1 kg, Tinggi Badan diukurdengan Microtoise yang panjangnya 200cm dan memiliki ketelitian 0,1 cm.

Data sekunder diperoleh dengan melihatcatatan gambaran umum sekolah dasar diKota Denpasar.Pengumpulan data dilakukan oleh 3 orangpeneliti yang dibantu oleh satu orangpeneliti pembantu dan 5 orang tenagaenumerator yang telah mendapatkanpenjelasan tentang penelitian dan pelatihanpenggunaan instrumen penelitian.Datayang dikumpulkan diolah secara manualdengan cara ditabulasikan selanjutnyadikonversikan dan disajikan dengan jenisdata dan tujuan yang ingin dicapai.Data status gizi ditentukan dengan melihathasil pengukuran BB dan TB serta denganmelihat umur sampel kemudian diolahBerdasarkan indeks IMT/U denganmenggunakan baku WHO 2007, denganklasifikasi sebagai berikut : Obesitasapabila nilai z score ≥ 3 dan Non obesitasapabila nilai z score < 3Data jenis makanan dikumpulkan denganform SQ/FFQ, untuk memperoleh jenismakanan yang dikonsumsi setiap kalisarapan selama 3 bulan terakhir. Untukmemperjelas jenis makanan yang biasadikonsumsi setiap makan pagidikumpulkan dengan kuesioner denganpertanyaan tertutup mengenai jenismakanan yang biasa dikonsumsi saatmakan pagi. Setelah diperoleh data jenismakanan, selanjutnya diklasifikasikanberdasarkan 4 kategori yaitu dikatakanHidangan lengkap, terdiri dari : makananpokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuratau buah dan susu (≥4 jenis) dandikatakan Hidangan kurang lengkap (< 4jenis), apabila terdiri dari : a) makananpokok, lauk hewani/lauk nabati, sayur/buah (< 4 jenis); b) makanan pokok, laukhewani/lauk nabati; c) makanan pokokdan serba-serbi : roti dan selai , cereal dansusu, bubur kacang hijau bersantan, dll.dan d) Makanan pokok saja : bubur beras,mie, roti, biskuit, crackers, susu, pisang /singkong/ ubi rebus, jajan bali, juice buah.

Cintari, L., IA Eka Padmiari, IGA Sri Utami (Perbedaan Kejadian Obesitas...)

Page 16: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

114

Data riwayat obesitas (faktor keturunan)dikumpulkan melalui wawancara denganmenggunakan kuesioner.Analisis data dilakukan dengan komputer,untuk data asupan makanan menggunakanprogram Nutrisurvey. Selanjutnya datadianalisis dengan mempergunakan analisabivariat. Perbedaan antara variabel bebasdan variabel terikat yaitu kejadian obesitasdan kebiasaan sarapan dianaliisis denganuji beda. Perbedaan antara kejadianobesitas, aktivitas fisik dan tingkatkonsumsi energi dengan uji Independentsampel test. Untuk mengetahui perbedaanantara kejadian obesitas dan riwayatobesitas keluarga dengan uji Chi Square.

Hasil dan Pembahasan

Status gizi merupakan gambarankeseimbangan sebagai akibat konsumsimakanan dan pengguna zat-zat gizitersebut. Dalam penelitian ini status gizidikelompokkan menjadi dua yaituObesitas dan Non Obesitas. Dari hasilpenelitian sebagian besar sampel (88,1%)berstatus Non obesitas, sedangkan sisanyaberstatus Obesitas dengan persentase11,9%, atau dengan kata lain dapatdisimpulkan bahwa prevalensi obesitaspada anak Sekolah Dasar di KotaDenpasar adalah 11,9% (tabel 1).

f %Obesitas 46 11,9Non Obesitas 342 88,1

Total 388 100

Status GiziHasil

Pengamatan

Tabel 1Sebaran status gizi sampel

Penilaian status gizi berdasarkan indikatorTB/U untuk mengetahui riwayat gizi padamasa lampau dapat dikelompokkanmenjadi dua yaitu Stunted (Pendek) danNormal.

Dari hasil penelitian sebagian besar sampelberstatus Normal yaitu 348 sampeldengan persentase (89,7%), sedangkan40 orang berstatus Stunted denganpersentase 10,3%, atau dengan kata lainprevalensi Stunted pada anak SekolahDasar di Kota Denpasar adalah 10,3 %.Pola makan berlebihan cenderung dimilikioleh orang yang kegemukan. Orang yangkegemukan biasanya lebih responsifdibandingkan dengan orang yang memilikiberat badan normal terhadap isyarat lapareksternal, seperti rasa dan bau makanan,atau saatnya waktu makan. Merekacenderung makan bila ia merasa inginmakan, bukan makan pada saat ia lapar.Pola makan yang berlebihan inilah yangmenyebabkan mereka sulit untuk keluardari kegemukan apabila tidak memilikikontrol diri dan motivasi yang kuat untukmengurangi berat badan. Beberapa halberikut ini membahas mengenai jenissarapan yang biasa dikonsumsi saatsarapan dan riwayat obesitas (faktorketurunan) yang berkaitan dengankejadian obesitas.

Perbedaan kejadian obesitasberdasarkan jenis makanan yangdikonsumsi untuk sarapanSarapan menentukan peningkatan kadargula dalam darah, jika tidak sarapan,maka di saat beraktivitas (kerja) ataubelajar hingga kurang lebih pukul 10.00pagi, kadar gula darah akan menurun,secara serius dapat berdampak pada 5fungsi susunan otak. Dampaknya ada yangdenyut jantungnya cepat, kepala pusing,mata berkunang-kunang, bahkan pingsan.Karena itu, tidak saja harus sarapan,bahkan harus sarapan dengan menulengkap dan mewah dibandingkan menumakan siang dan malam.Sarapan pagi diharapkan bisa memasokkebutuhan tubuh akan zat-zat gizi gunamendapatkan energi untuk beraktifitas.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 102-118

Page 17: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

115

Sarapan pagi sedapat mungkinmengandung 25 % dari kebutuhan zat giziselama sehari, dengan susunan menu yangseimbang, yang berarti bahwa menusarapan mengandung zat-zat gizi lengkapyang jumlah serta mutunya seimbanghingga sesuai dengan kebutuhan tubuh.Jenis sarapan yang dikonsumsi oleh sampelyang obesitas sebagian besar lengkap yaitusebesar 5,9 %., sedangkan sampel yangtidak obesitas lebih banyak mengkonsumsisarapan yang terdiri dari makanan pokok,lauk,sayur yaitu sebesar 25,7%. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.

f % f % f %MP + L 33 12,1 2 0,7 35 12,8MP + S 7 2,6 0 0 7 2,6MP + L + S 70 25,7 4 1,5 74 27,2MP + L + S + B 8 2,9 6 2,2 14 5,1MP + L + S + B + Susu 47 17,3 16 5,9 63 23,2Mie 7 2,6 2 0,7 9 3,3Roti + susu 8 2,9 0 0 8 2,9Sereal + Susu 22 8,1 3 1,1 25 9,2Kue/Roti + Minuman/ Jus Buah 36 13,2 1 0,4 37 13,6

238 87,5 34 12,5 272 100

Tabel 2

Jenis Makanan Yang dikonsumsi untuk

Sarapan

Jumlah

Sebaran kejadian obesitas berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi untuk sarapan sampel

Kejadian Obesitas

Non Obesitas

Berdasarkan hasil penelitian diketahuibahwa sebagian besar sampel tidakmengalami obesitas (88,1 %). Jika dilihatdari jenis sarapan yang dikonsumsi olehsebagian besar sampel yang tidak obesitasadalah lebih banyak mengkonsumsisarapan yang terdiri dari makanan pokok,lauk dan sayur yaitu 25,7 %. Sebagianbesar sampel memilih makanan yangmemiliki kualitas yang baik karenamengandung : karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral yang berpengaruhpada proses metabolisme tubuh menjadilebih optimal sehingga mengurangiterjadinya obesitas. Jenis makanan yangdikonsumsi oleh sampel yang mempunyaikebiasaan sarapan terbanyak adalahMakanan pokok ditambah sayur dan lauksebesar 30,51% sedangkan sampel yangsarapannya dengan jenis makanan lengkap

cukup tinggi yaitu 15,49%. Untuk lebihjelas dapat dilihat pada tabel 2.Sejalan dengan hasil penelitian di Amerika,dengan rancangan RCT pada 1704 anakkelas 3 yang diberikan makanan menusehat dan lengkap dikombinasikan denganpemeberian konseling gizi serta latihanfisik, menunjukkan hasil yang signifikanterjadi penurunan persentase lemak tubuhdibandingkan kelompok kontrol yangmendapatkan makanan dengan kualitaskurang (Demosthenes, 2008).Lioret, et al (2007) dalam penelitiannyamengungkapkan jika ada hubungan secarabermakna antara jenis makanan menulengkap yang dikonsumsi saat sarapandengan kejadian overweight (p=0,0165).Jika mengkonsumsi makanan dengandengan kalori yang mencukupi saat sarapanmaka dapat mengurangi intake energi totalsehari, sehingga kejadian overweightdapat dicegah. Penelitian Lioret, et al.,(2007) yang melakukan penelitiannyapada anak usia 3 th s/d 11 th danmenunjukkan hasil bahwa ada hubungankonsumsi snack saat sarapan dengankejadian overweight pada anak-anak (p= 0,0161) tetapi tidak ada hubungan statusekonomi dengan kejadian overweight.Beberapa literatur menuliskan bahwamakanan dan minuman tinggi kalori,seperti konsumsi gula pada softdrink,konsumsi fast food menyebabkanobesitas pada anak. Penelitian pada 548anak selama 19 bulan diketahui bahwapemberian softdrink yang dikonsumsianak perhari meningkatkan kejadianobesitas 1,6 kali dibandingkan yang tidakmengonsumsi softdrink. Sebagian besarsampel tidak mengonsumsi makanan danminuman tinggi kalori sehingga prevalensiobesitas pada penelitian ini hanya 11,9 %dan 10,3 % disebabkan karena stunted(pendek) sehingga tampak gemuk.Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p= 0,285 (p>0,05) sehingga dapatdisimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

Cintari, L., IA Eka Padmiari, IGA Sri Utami (Perbedaan Kejadian Obesitas...)

Page 18: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

116

yang bermakna antara jenis makanansarapan sampel dengan status gizi sampelanak SD di Kota Denpasar. Sejalandengan hasil penelitian Demosthenes, etal.,(2008) menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara konsumsi sereal saatsarapan dengan kejadian obesitas. Dimanauntuk siswa laki-laki nilai adjusted OR =0,54 (95% CI : 0,45 – 1,29) dan untuksiswa perempuan nilai adjusted OR = 0,41(95% CI : 0,21 – 0,79).Didukung denganhasil penelitian pada 5106 anak yangdiberikan makanan menu lengkap,ternyata tidak berefek terhadap status gizi(BMI), kemungkinan waktu intervensiyang diberikan kurang lama.

Perbedaan kejadian obesitasberdasarkan riwayat obesitas dalamkeluarga (faktor keturunan)Obesitas juga dipengaruhi karena faktorgenetika atau keturunan. Sebagian besarsampel memiliki riwayat obesitas dalamkeluarga dengan persentase 56,3 % dansisanya yaitu 43,8% sampel tidak memilikiriwayat obesitas dalam keluarga Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

f %ada 218 56,2

Tidak 170 43,8Total 388 100

Riwayat Obesitas dalam Keluarga

Hasil Pengamatan

Tabel 3Sebaran riwayat obesitas dalam keluarga

sampel

Sampel yang tidak obesitas tidak memilikiriwayat obesitas dalam keluarga sebesar56,96 % sedangkan yang memiliki riwayatobesitas dalam keluarga 7,99%. Sampelobesitas yang paling banyak adalah yangmemiliki riwayat obesitas dalam keluargasebesar 7,99 %, sedangkan yang tidakada mengalami obesitas dalam keluarganya3,87 %. Untuk lebih jelas dapat dilihatpada tabel 4.

f % f % f %Non Obesitas 121 31,2 221 56,9 342 88,14

Obesitas 31 7,99 15 3,9 46 11,86Jumlah 152 39,18 236 60,82 388 100

Sebaran kejadian obesitas berdasarkan riwayat obesitas dalam keluarga sampel

Jumlah

Tabel 4

Kejadian Obesitas

Riwayat Keluarga yang Obesitas

Ada Tidak

Berdasarkan hasil penelitian diketahuibahwa sampel yang tidak obesitas tidakmemiliki riwayat obesitas dalam keluargasebesar 56,96% dan sampel obesitas yangmemiliki riwayat obesitas dalam keluargasebesar 7,99%. Sejalan dengan hasilpenelitian para ahli ternyata, bahwa jikasalah seorang dari kedua orang tua adayang gemuk maka besar kemungkinan sianak akan menjadi gemuk adalah 40% dan80%, jika kedua orang tuanya sama-samagemuk. Sedangkan jika kedua orang tuamemiliki berat badan normal, maka si anakhanya memiliki peluang 10 % saja untukmenjadi gemuk. Faktor genetik ini kanmembuat seseorang mudah menjadigemuk terutama bila dipengaruhi olehlingkungan yang favourable.Uji statistik dengan uji Chi Square (X2)diperoleh nilai p = 0,025 (p<0,05)sehingga dapat disimpulkan bahwa adaperbedaan yang bermakna antara sampelobesitas dengan riwayat keluarga yangobesitas dengan sampel non obesitastanpa riwayat keluarga yang obesitas padaanak SD di Kota Denpasar. Dapatdiasumsikan bahwa riwayat keluargamengalami obesitas berpengaruh terhadapkejadian obesitas. Sejalan dengan haltersebut terdapat hasil penelitian yangmenunjukkan bahwa kedua orang tuaobesitas 80 % akan memiliki anakobesitas dan 10 % - 20 % dengan beratbadan normal. Dapat dijelaskan bahwavariasi genetic kedua orang tua mengontrolhipotalamus yang berfungsi untuk appetitedan memiliki kecepatan metabolismerendah.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 102-118

Page 19: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

117

Dengan demikian obesitas dapat terjadiakibat kerusakan atau kelainanhipotalamus dan gangguan metabolisme(Haug,2009).Orang yang mempunyai kecepatanmetabolisme rendah cenderung lebihmudah gemuk dibandingkan dengan orangyang mempunyai metabolisme cepatkarena pada metabolisme rendah, energiyang dikonsumsi lebih lambat dipecahmenjadi glikogen sehingga lebih banyaklemak yang disimpan dalam tubuh. Semuaini dapat saja menjadi sebab adanyakegemukan.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis uji statistik yangtelah dilakukan dalam penelitian ini, makadisimpulkan bahwa: tidak ada perbedaankejadian obesitas berdasarkan jenismakanan yang dikonsumsi anak sekolahdasar di Kota Denpasar (P>0,05) namunada perbedaan kejadian obesitasberdasarkan riwayat keluarga anaksekolah dasar di Kota Denpasar(P<0,05). Perlu adanya suatu sosialisasipola hidup sehat dengan sarapan pagisesuai menu seimbang dengan memilihjenis sarapan yang memiliki densitas energiyang rendah dan disertai dengan aktivitasfisik yang cukup dan teratur kepadamasyarakat secara umum dan khususnyakepada anak sekolah dasar untukmencegah peningkatan risiko obesitas .Perlu adanya penilaian status gizi padaanak sekolah untuk dapat mendeteksikejadian obesitas lebih awal untuk dapatmelakukan tindakan pencegahan sehinggamencegah terjadinya obesitas dan penyakityang berkaitan dengan sindrom metabolik.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar IlmuGizi. Jakarta : PT. GramediaPustaka Utama

Arisman, MB. 2003. Gizi Dalam DaurKehidupan. Jakarta : EGC

Ayu Diah Krisna, I Gusti, 2000. HubunganAntara Fast Food DenganTerjadinya Obesitas Pada AnakSekolah Dasar Di KodyaDenpasar, Provinsi Bali. ProgramDiploma III Gizi Poltekkes DepkesDenpasar, Bali.

Baliwati, Yayuk Farida 2004. PengantarPangan dan Gizi. PenebarSwadaya, Jakarta.

Demosthenes, B. Panagiatakos,Antonogeorgos, G., Papadimitriou,Anastosios., 2008. Breakfast cerealis associated with a lowerprevalence of obesity among 10-12year-old Children: The PanaceaStudy.NMCD Journal.Greece. Vol.18. Issue 9.pg 606-612.

Ensminger, AH, M.E. Ensminger, J. EKonlande, J. K. Robson, 1995, TheConcise Encyclopedia of Foodsand Nutrition. CRC Press, Florida.

Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia. 2007. GiziDan Kesehatan Masyarakat. PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Gunawan. 2001. Makanan Tepat AwalTubuh Sehat. PT. Narya Gunatra,Jakarta.

Haug, Ellen, Rasmusses, M., Samdal O.Iannoti, R. 2009.Overweight inschool aged children and itsrelationship with lifestyle,d e m o g r a p h y c . H e a l t hbehaviour.IPH Journal. 54 (Suppl2): 167-179

Huriyati,Emy.2006.Studi KohoortPrevalensi Obesitas Siswa-SiswiSekolah Lanjut Tingkat Pertama(SLTP) kota Yogyakarta, volume 3Nomor 1, Program Studi Ilmu GiziKesehatan Fakultas KedokteranUniversitas GadjahMada,Yogyakarta.

Jaringan Informasi Pangan Dan Gizi, 1997,Vol. V No. 3, Jakarta, Depkes.

Cintari, L., IA Eka Padmiari, IGA Sri Utami (Perbedaan Kejadian Obesitas...)

Page 20: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

118

Kartika Dewi, Khomsiyah.2003. PolaKonsumsi Fast Food Dan StatusGizi Remaja Pengunjung BeberapaRestoran Fast Food Di Semarang.Program Pasca Sarjana UniversitasDiponegoro, Semarang.

Khomsan Ali, 2004. Pangan dan GiziUntuk Kesehatan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Kumpulan naskah diskusi pakar bidanggizi, tahun 2000.

Liorett, S., Touvier.M., Lionel. L2007.Dietary and Physical ActivityPatterns in French Children AreRelated to OW and SE status.NNE Jounal..French. vol.142.2.pg.101-110

Murti,bhisma.1996.Penerapan MetodeStatistik Non-Parametrik DalamIlmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : PTGrafindo Persada.

Nazir, Muhammad. 1998. MetodePenelitian. Jakarta : ghalia Indonesia

Nn,2008, Fast Food Calorie. http://www.fastfood.com/nutrition/diakses tanggal 17 Juli 2009.

Notoatmodjo,Soekidjo.2003.IlmuKesehatan Masyarakat.Jakarta: PT.Asdi Mahastya.

Purslow, Lisa R, Sandhu, Manjinder S.,Farouhi, Nita, Young, Elizabeth,2008. Energy Intake at Breakfastand Weight Change : ProspektifStudy of 6,754 Middle Aged Men– Women. American Journal ofEpidemiology.Johns HopkinsBloomberg School of Public Health.USA. Vol.167.no.2.

Padmiari, Ida Ayu Eka, 2000. PrevalensiObesitas dan Konsumsi Fast Foodsebagai Faktor Resiko TerjadinyaObesitas Pada Anak SD di KotaDenpasar, Provinsi Bali. ProgramPasca Sarjana Universitas GadjahMada, Yogyakarta.

Rocky.2007.Seluk Beluk obesitas. http://www.dr-rocky.com/layout-artikel-kesehatan/30-seluk-beluk-obesitasdiakses tanggal 25 November2008.

Supariasa, Bachyar dan Fajar. 2004.Penilaian Status Gizi. Penerbit BukuKedokteran, Jakarta.

Wilborn, Colin, Becham, J., Campbell,B.Harvey, T. 2005.Obesity :Prevalence, Theories, MedicalConsequences, Management andResearch Direction.ISSN Journal.Waco, Texas 2(2):4-31.

Wirakusumah, Emma S. 1994. CaraAman Dan Efektif MenurunkanBerat Badan. PT. GramediaPustaka Utama, Jakarta.

Wulan Sari, dkk. 2008. Bahaya MakananCepat Saji dan Gaya Hidup Sehat.Penerbit Buku O2, Yogyakarta.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 102-118

Page 21: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

119

FRUITS AND VEGETABLES CONSUMPTION PATTERNIN SCHOOL CHILDREN

Ni Made Dewantari1 dan Ari Widiani2

Abstract. Food consumption in school children is determined by their foodpattern and food preferences. This affects nutritional intake for their body.Many children like to consume fast food. As a result the consumption of fruitsand vegetables tend to below their requirements. Moreover, child who consumestoo much fast food could experience overweight/obesity much easier than he/she does not. This study aims is to determine fruits and vegetables consumptionpattern and its related factors in school children in SD Dajan Peken. This is across-sectional of 81 samples. The study found that 58,0% samples has beenintroduced to consume fruits and 66.7% vegetables in the age between 6 and9 months. Most samples (56.8%) have good knowledge in nutrition, but 9.9%samples have less knowledge. There are 91.4% samples who could providefruits and vegetables in family. There are 77.8% have good preferences in fruits,and 53.1% in vegetables. The school children that had good consumption infruits and vegetables are about 87.7%. There were about 80.2% samples havegood frequency in fruits and 6.2% in vegetables. It was about 51.8% samplesconsumed good types of fruits and 45.7% samples have good types ofvegetables.

Keywords: Pattern of consumption; fruit; vegetable

1 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar2 Alumni Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa,karena mereka adalah generasi penerusbangsa. Kualitas bangsa di masa depanditentukan kualitas anak-anak saat ini.Upaya peningkatan kualitas sumber dayamanusia harus dilakukan sejak dini,sistematis dan berkesinambungan. Tumbuhberkembangnya anak usia sekolah yangoptimal tergantung pemberian nutrisidengan kualitas dan kuantitas yang baikserta benar.Dalam menyusun makanan bagi anak usiasekolah hendaknya diterapkan pesan-pesan dalam pedoman umum giziseimbang. Makanan dengan kandungangizi yang seimbang, cukup energi dan zatgizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaksekolah memang dianjurkan. Makanantersebut harus terdiri dari makanan pokok,lauk-pauk, buah dan sayur.

Dewasa ini terdapat kecenderunganmenurunnya minat masyarakatmengonsumsi buah dan sayur sebagaibagian dari menu sehari-hari, khususnyadaerah perkotaan. Faktor pemicu dariperubahan kebiasaan makan masyarakattersebut adalah menjamurnya berbagaiproduk makanan luar negeri. Secara sadarmasyarakat sesungguhnya tahu bahwaproduk makanan yang ditawarkan tersebutmiskin akan bahan pangan sayur sebagaisumber vitamin, mineral, dan zat-zat non-gizi (Wirakusumah, 2006).Menurut Khomsan (2006), hal yang samajuga terjadi pada anak usia sekolah. Saatini, anak usia sekolah lebih cenderungmemilih makanan fast food karenarasanya yang lebih enak dan jugamengenyangkan dan kecendrunganrendahnya konsumsi buah dan sayur akan

Page 22: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

120

yang memberikan warna pada buah dansayuran. Senyawa alami ini tidak hanyamelindungi tumbuhan, tetapi jugamemberikan manusia perlindungan dariberbagai penyakit, mulai dari kanker,anti-penuaan, penyakit jantung, gangguanpenglihatan, dan lainnya.Fitonutrien atau fitokimia merupakankomponen-komponen pada tumbuhan(buah dan sayuran ) yang tidak termasukke dalam zat gizi, tetapi mempunyaiperanan yang sangat besar bagi kesehatan.Karena buah dan sayuran berwarnamengandung ratusan jenis fitokimia yangberbeda, tidak ada satu kelompok warnayang mempunyai fungsi lebih lengkapdibanding lainnya. Dengan mengkonsumsisemua kelompok warna: biru/ungu, hijau,putih, kuning/oranye, dan merah, anakakan mendapatkan perlindungankesehatan yang paling luas. Fitokimiabekerja secara alami dengan metode yangtidak bisa ditiru oleh suplemen.Pola konsumsi makan pada usia sekolahterbentuk dari kebiasaan makan, suka dantidak suka. Pemberian makan yang baikharus sesuai dengan jumlah, jenis danjadwal pada umur anak tertentu. Ketigahal tersebut harus terpenuhi sesuai usiaanak secara keseluruhan, bukan hanyamengutamakan jenis tapi melupakanjumlahnya atau sebaliknya memberikanjumlah yang cukup tapi jenisnya tidaksesuai untuk anak. Pemberian makananpada anak tidak selalu dapat dilaksanakandengan sempurna. Sering timbul masalahterutama dalam pemberian makanan yangtidak benar dan menyimpang. MerurutSuhardjo, dkk (1986), pola konsumsipangan dipengaruhi oleh banyak faktor danpemilihan jenis maupun banyaknya panganyang dimakan, dapat berlainan darimasyarakat ke masyarakat dan negara kenegara akan tetapi, faktor yang tampaknyasangat mempengaruhi konsumsi pangan dimana saja di dunia adalah tingkat

memicu terjadinya kegemukan pada anakusia sekolah. Di Indonesia, konsumsi rata-rata buah-buahan perkapita pertahun yaitu 40,06 kg dan konsumsi rata-rataperkapita per tahun sayur-sayuran yaitu37,94 kg sedangkan rekomendasi dariFAO adalah 65,75 kg pertahun. HasilSUSENAS 2004, sekitar 60,44%masyarakat Indonesia kurangmengonsumsi buah dan sayur. Rata-ratahanya mengonsumsi satu porsi buah setiaphari. Padahal porsi buah dan sayur yangdianjurkan bagi anak usia sekolah setiaphari adalah 3 porsi sayur (300 gram) dan3 porsi buah (300 gram).Para ilmuwan menganjurkan agar kitamengonsumsi makanan dengan beragamwarna agar kesehatan optimal. Piring kitaharus terlihat seperti pelangi yaitu biru/ungu, hijau, putih/kecoklatan, kuning,merah. Mengkonsumsi buah dan sayuranberwarna sebanyak lima porsi atau lebihadalah bagian penting dalam pola hidupsehat. Hal ini disebabkan buah dan sayuranyang berwarna memberikan berbagaimacam vitamin, mineral, serat dan fitokimiayang digunakan oleh tubuh untuk menjagakesehatan dan level energi, melindungitubuh dari efek penuaan, serta mengurangiresiko terkena beberapa jenis kanker(Judarwanto, 2008).Kandungan serat pada buah dan sayursangat berguna untuk melancarkanpencernaan sehingga zat-zat racun yangmembahayakan kesehatan dapat langsungkeluar dari tubuh. Umumnya orang yangmengonsumsi sayuran dan buah dalamjumlah yang cukup memiliki frekuensibuang air besar yang teratur 1-2 kali sehari(Harmanto, 2006).Selama ini kita selalu mendengar bahwasayuran hijau baik untuk kesehatan.Sekarang kita mengetahui bahwa sayuranbiru, ungu, merah, kuning, putih, coklat danbahkan putih pun baik untuk kesehatan.Hal ini disebabkan oleh fitokimia yaitu zat

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 119-125

Page 23: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

121

pendapatan, pengetahuan gizi, jenis danketersediaan pangan di masyarakatataupun keluarga. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pola konsumsi (jenis,frekuensi, jumlah) buah dan sayur padaanak sekolah dasar dan faktor-faktor yangmempengaruhinya.

MetodePenelitian ini merupakan jenis penelitianobservasional, dengan pendekatancrossectional. Dilaksanakan di tiga SD(SD 1, 4 dan 6) Dajan Peken Tabanan.Populasi penelitian adalah anak SD kelas4, 5, dan 6, yang berumur 9-12 tahun.Sampel yang diambil sebanyak 81 orang(dihitung dengan rumus M.Nazir, 2003).Pengambilan sampel pada masing-masingSD dan kelas dilakukan secaraproporsional.Data pola konsumsi (jenis, frekuensi danjumlah) buah dan sayur diukur denganmenggunakan SQ-FFQ. Jenis buah dansayur yang dikonsumsi dikategorikanmenjadi baik bila ≥4 jenis warna buah dansayur, cukup bila 2-3 jenis warna dankurang bila ≤1 jenis warna. Frekuensimengonsumsi buah dan sayur dikate-gorikan menjadi baik bila ≥3 kali sehari,cukup bila 2 kali dan kurang bila d” 1 kalisehari. Jumlah konsumsi buah dan sayurdikategorikan baik jika ≥300 gram sehari,kurang jika < 300 gram sehari. Datafaktor-faktor yang mempengaruhi polakonsumsi buah dan sayur dikumpulkandengan wawancara dengan menggunakankuesioner. Faktor tingkat pengetahuandikategorikan baik bila persentase 80-100, cukup bila persentase 60-79 dankurang bila persentase < 60. Faktor tingkatkesukaan buah dan sayur dikategorikanbaik bila ≥11 jenis, cukup 6-10 jenis dankurang ≤5 jenis. Data dianalisis secaradeskriptif dengan tabel distribusi frekuensi.

Hasil dan Pembahasan

Pola Konsumsi Buah dan Sayur

JenisLebih dari separuh siswa (51,8%) memilikikebiasaan mengkonsumsi buahberdasarkan jenisnya dalam kategori baikyaitu mengkonsumsi 4 jenis warna buahatau lebih, namun masih ada 12,4% biasamengkonsumsi buah berdasarkan jenisnyadalam kategori kurang (d” 1 jenis warnabuah). Jenis buah yang dikonsumsiselengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

f %Baik 42 51,8Cukup 29 35,8Kurang 10 12,4Jumlah 81 100,0

Hasil PengamatanJenis Buah Yang

Dikonsumsi

Tabel 1Sebaran jenis buah yang dikonsumsi

sampel

Semakin beragam jenis makanan yangdikonsumsi semakin banyak jenisantioksidan baik nutrient atau non nutrientyang dikonsumsi. Antioksidan alami sepertivitamin A, Vitamin C dan vitamin E sertafitokimia bisa diperoleh dari makananterutama buah-buahan dan sayuran. Jenisbuah yang sering dikonsumsi siswa adalahapel, semangka, pisang, jeruk, dan melon,karena jenis buah ini yang seringdisediakan di rumah maupun di kantinsekolah dan siswa memang menyukai jenisbuah tersebut.

f %Baik 37 45,7Cukup 27 33,3Kurang 17 21,0Jumlah 81 100,0

Tabel 2Sebaran jenis sayur yang dikonsumsi

sampel

Jenis Sayur Yang Dikonsumsi

Hasil Pengamatan

Dewantari, NM., A. Widiani (Fruits and Vegetables...)

Page 24: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

122

Berdasarkan tabel 2 diketahui 45,7%siswa, jenis sayuran yang dikonsumsitergolong baik (≥4 jenis warna). Jenissayuran yang sering dikonsumsi siswaadalah kangkung, bayam, buncis, tomat,nangka muda, wortel, labu siam, kacangpanjang, terong, daun singkong dan tauge.Namun masih ada sebanyak 17 siswa(21,0%) jenis sayuran yang dikonsumsidengan kategori kurang (≤1 jenis warnasayur). Hal ini disebabkan karena jenissayuran yang disediakan di rumah darimakan pagi sampai malam adalah samahanya satu jenis.

FrekuensiSebagian besar siswa (80,2%)mengonsumsi buah berdasarkan frekuensidalam kategori baik (≥3 kali sehari) danhanya 3 orang (3,7%) memiliki frekuensimengonsumsi buah dengan kategorikurang (≤1 kali sehari). Distribusi sampelmenurut frekuensi mengonsumsi buahselengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.

f %Baik 65 80,2Cukup 13 16,1Kurang 3 3,7Jumlah 81 100,0

Frekuensi Mengonsumsi Buah

Hasil Pengamatan

Tabel 3Sebaran frekuensi mengonsumsi buah

sampel

Hal ini sangat didukung oleh kantin sekolahyang menyediakan buah-buahan beruparujak, disamping jenis makanan yang lain.Berbeda dengan buah, frekuensimengonsumsi sayur hanya 5 siswa (6,2%)dengan kategori baik (≥3 kali sehari) danyang paling banyak adalah mengonsumsisayur 2 kali sehari. Hal ini disebabkankarena sebagian besar siswa pada pagihari tidak mengonsumsi sayur. Siswa padaumumnya mengonsumsi sayur pada sianghari di kantin sekolah maupun di rumah.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel 4.

f %Baik 5 6,2Cukup 67 82,7Kurang 9 11,1Jumlah 81 100,0

Frekuensi Mengonsumsi Sayur

Hasil Pengamatan

Tabel 4Sebaran frekuensi mengonsumsi

sayur sampel

Jumlah konsumsi buah dan sayurSebagian besar siswa (87,7%) jumlah buahyang dikonsumsi termasuk kategori baik(≥300 gram sehari) dan 10 orang (12,3%)mengonsumsi buah dengan kategorikurang (<300 gram sehari). Hal inididukung oleh frekuensi siswamengkonsumsi buah dua kali atau lebihdalam sehari, karena kantin sekolah ikutberkontribusi dengan menyediakanmakanan berupa rujak.Jumlah sayur yang dikonsumsi siswadengan kategori baik (≥300 gram sehari)dan kategori kurang (< 300 gram sehari)hampir sama yaitu dengan persentasemasing-masing 56,8% dan 43,2%. Halini disebabkan sebagian siswa tidakmengkonsumsi sayur pada pagi hari danjumlah yang dikonsumsi setiap kali makantidak mencapai satu porsi (100 gram).Disamping itu pula ada beberapa siswamemang tidak suka makan sayur. MenurutMeryana (2007), bila orang tua seganmengenalkan makanan sejak dini padaanak, besar kemungkinan si kecil pun ogahmenyentuhnya. Itu sebabnya, orang tuaperlu mengenalkannya sejak dini, sejakanak belum berumur satu tahun.

Faktor – faktor yang MempengaruhiPola Konsumsi Buah Dan Sayur

Pengenalan buah dan sayurSebanyak 47 orang (58,0%), telahdikenalkan buah pertama kali pada umur6-9 bulan dan namun ada pula yangmengenalkan buah dibawah umur 4 bulan.Untuk lebih jelasnya lihat tabel 5.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 119-125

Page 25: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

123

f %< 4 bulan 7 8,74 – 5 bulan 27 33,36 – 9 bulan 47 58,0Jumlah 81 100,0

Sebaran umur pemberian buah pada sampel

Umur Pemberian Buah

Hasil Pengamatan

Tabel 5

Sebagian besar siswa yaitu sebanyak 54orang (66,7%) dikenalkan sayur padaumur 6-9 bulan dan 27 orang (33,3%)dikenalkan sayur pada umur 4-5 bulan.Faktor pengenalan terhadap buahmerupakan faktor yang berpengaruh padapola konsumsi buah karena sebagian siswayang dikenalkan buah pada umur 6-9bulan memiliki pola konsumsi yang baik(jumlah, frekuensi, dan jenis), yaitu sekitar52,4% jumlah buah yang dikonsumsitermasuk kategori baik; 55,4% frekuensimengonsumsi buah tergolong baik dansebanyak 47,6% jenis buah yangdikonsumsi juga tergolong baik. MenurutSoekirman,dkk (2006) pengenalan anekaragam bahan makanan pada anak sangatpenting. Jika tidak dikenalkan sejak usiabalita, lantaran tidak mengenal rasanya,anak akan susah menerima makanantersebut selanjutnya. Pengenalan sayurpertama dilakukan setelah umur 6 bulandalam bentuk sari sayur dan nasi timsaring, dan pada usia 10 bulan diberi nasitim cincang dan pada usia satu tahun masukpola makanan keluarga.

Tingkat pengetahuanPada tabel 6 terlihat lebih dari separuhsiswa (56,8%) memiliki pengetahuan gizidengan kategori baik dan hanya 9,9 %memiliki pengetahuan gizi kurang. MenurutSuhardjo,dkk (1986), pendidikan gizimerupakan salah satu upaya penanggu-langan masalah gizi. Dengan perbaikanpendidikan gizi diharapkan terjadiperubahan prilaku ke arah perbaikankonsumsi pangan dan status gizi.

f %Baik 46 56,8Cukup 27 33,3Kurang 8 9,9Jumlah 81 100,0

Tingkat pengetahuanHasil

Pengamatan

Tabel 6Sebaran tingkat pengetahuan ttentang

gizi sampel

Prilaku konsumsi pangan adalah caraseseorang dalam memilih danmenggunakan pangan. Apabila panganyang tersedia tidak banyak berarti tanpapengetahuan gizi yang baik. Sebaliknya,pendidikan gizi tidak akan berhasil sepertiyang diharapkan bila pangan tidak tersediadan penduduk dalam kondisi miskin.

Ketersediaan buah dan sayur dikeluargaSebagian besar orang tua siswa yaitu 74orang (91,4%) menyediakan buah dansayur di keluarga setiap harinya dan hanya7 orang (8,6%) tidak menyediakan buahdan sayur di keluarganya. MenurutSuhardjo,dkk (1986), kebiasaan makan(pola makan) dipengaruhi olehketersediaan pangan baik ditingkatmasyarakat ataupun keluarga. Terjadinyamasalah gizi di beberapa daerahdisebabkan oleh kurang cukupnya panganuntuk pertumbuhan normal kesehatan dankegiatan normal, maka ketersediaanpangan merupakan bahan pemikiranutama. Menurut Baliwati,dkk (2004),mutu gizi pangan seseorang dapatdiperbaiki dengan diversifikasi konsumsipangan. Untuk mencapai hal tersebutdiperlukan diversifikasi pangan yaitumenyediakan berbagai ragam pangan ditingkat keluarga.

Tingkat kesukaan terhadap buah dansayurBerdasarkan tabel 7 dapat diketahuisebagian besar siswa (77,8% ) memilikitingkat kesukaan terhadap buah dengan

Dewantari, NM., A. Widiani (Fruits and Vegetables...)

Page 26: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

124

kategori baik dan hanya 1,2% yangmemiliki tingkat kesukaan kurang.

f %Baik 63 77,8Cukup 17 21,0Kurang 1 1,2Jumlah 81 100,0

Sebaran tingkat kesukaan terhadap buah pada sampel

Tingkat Kesukaan Terhadap Buah

Hasil Pengamatan

Tabel 7

Jenis buah yang disukai oleh siswa adalahapel, semangka, pisang, jeruk, melon,salak, mangga, nangka, anggur, pepaya,rambutan, dan manggis.Sebanyak 43 siswa (53,1%) memilikitingkat kesukaan terhadap sayur yangbaik dan hanya 7 siswa (8,6%) yangmemiliki tingkat kesukaan kurang. Untuklebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.

f %Baik 43 53,1Cukup 31 38,3Kurang 7 8,6Jumlah 81 100,0

Tingkat Kesukaan Terhadap Sayur

Hasil Pengamatan

Tabel 8Sebaran tingkat kesukaan terhadap

sayur pada sampel

Jenis sayuran yang disukai siswa adalahkangkung, bayam, buncis, tomat, nangkamuda, wortel, labu siam, kacang panjang,terong, daun singkong ,tauge, dan sawihijau. Menurut Suhardjo (1986), jikaterdapat berbagai pangan yang berbedatersedia dalam jumlah yang cukup,biasanya orang memilih pangan yang telahdikenal dan disukai. Menurut Pipes andTrahms (1993), pola konsumsi makananpada usia sekolah terbentuk darikebiasaan makan, suka dan tidak suka.Hal inilah yang akan memberikan pengaruhpada kebiasaan makan serta masukan zatgizi dimasa depan.Dengan demikian faktor-faktor yang dapatmempengaruhi pola konsumsi khususnyapola konsumsi buah dan sayur pada anak

sekolah yaitu tingkat pengetahuan gizi,tingkat kesukaan terhadap buah dan sayur,ketersediaan buah dan sayur di keluargaserta pengenalan buah dan sayur pertamakali.Selain faktor-faktor tersebut terdapatbeberapa faktor yang kemungkinanmempengaruhi pola konsumsi buah dansayur yaitu faktor lingkungan, sosialbudaya, musim yang mempengaruhiketersediaan bahan makanan dikeluargadan tingkat pendapatan keluarga.

Kesimpulan dan Saran

Hal yang daat disimpulkan dari hasilpenelitian ini adalah : 1) Lebih dari separuhsiswa SD (51,8%) mengonsumsi buahberdasarkan jenisnya dalam kategori baik,35,8% cukup dan 12,4% kurang.Sedangkan jenis sayur yang dikonsumsi45,7% dengan kategori baik, 33,3%cukup dan sebanyak 21,0% kurang; 2)Sebagian besar siswa SD (80,3%)mengonsumsi buah berdasarkan frekuensitermasuk kategori baik, 16,1% cukup dan3,7% kurang. Namun hanya 6,2%mengonsumsi sayur berdasarkan frekuensidengan kategori baik, sebagian besar(82,7%) cukup dan 11,1% kurang; 3)Sebagian besar siswa SD (87,7%) jumlahbuah yang dikonsumsi termasuk kategoribaik dan 12,3% kurang. Sebanyak 56,8%jumlah sayur yang dikonsumsi termasukbaik dan 43,3% kurang; dan 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsibuah dan sayur pada siswa SD adalahpengenalan terhadap buah dan sayur,ketersediaan buah dan sayur di keluarga,tingkat pengetahuan gizi dan tingkatkesukaan terhadap buah dan sayur.Berdasarkan hal tersebut maka perlupeningkatan pengetahuan gizi kepada anakSD akan pentingnya konsumsi buah dansayur dengan cara menyisipkan materi giziseimbang pada kegiatan kurikuler maupunekstrakurikuler. Dengan demikian anakmengetahui manfaat dari buah maupunsayur sehingga akan lebih mudah untuk

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 119-125

Page 27: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

125

membiasakan anak mengonsumsi buah dansayur dengan jenis warna yang beranekaragam, minimal 3 porsi (300 gram) setiaphari untuk memenuhi kebutuhan zat giziterutama vitamin dan mineral serta zat nongizi yang penting untuk kesehatan yaituserat dan fitonutrien.

Daftar Pustaka

Baliwati, Y.F., Khomsan, A., dan Dwiriani,M. 2004. Pengantar Pangan danGizi. Jakarta : Penebar Swadaya.

BPS. 2004. SUSENAS. Jakarta: BPSJudarwanto, W. 2008 “Panduan

Pemberian Buah dan Sayuranpada Anak”, (online) available:[http://www.sehatgroup.web.id /artikel/1415.asp] (16 November2008.)

Harmanto. 2006. Indahnya Hidup SehatAneka Terapi untuk Mencegahdan Mengatasi Penyakit. Jakarta:Agromedia Pustaka.

Khomsan, A. 2006. Solusi makananSehat. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Meryana. 2007. “Mulailah Kenalkan SiKecil pada Sayur Mayur”, (online)available:[ http://www1.surya.co.id/v2/?p=2829 ] (30 Juli 2009)

Nasir, M. 2003. Metode Penelitian.Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pipes, L. P., and Trahms, C. M., 1993,Nutrition in infancy andchildhood. United state of America: Mosby – year Book, Inc.

Soekirman, Susana, H., Giarno, Lestari,Y. 2006. Hidup Sehat Gizi dalamSiklus Kehidupan Manusia.Jakarta : PT. Primamedia Pustaka.

Suhardjo, Harper, L. J., Deaton, B. J.,Driskel, J. A. 1986. Pangan, Gizidan Pertanian. Jakarta : PenerbitUniversitas Indonesia.

Wirakusuma, E. S. 2006. Buah dan Sayuruntuk Terapi. Jakarta : PenebarSwadaya.

Dewantari, NM., A. Widiani (Fruits and Vegetables...)

Page 28: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

126

PERAWATAN HALITOSIS

Asep Arifin Senjaya1

Abstract. Bad breath (halitosis) ia a problem that concern almost everyone.Bad breath is not uncommon to distance the owner of the association in hisneighborhood. Halitosis is a term used to describe unpleasant breath odoremitted when breathing. Halitosis is estimated about 50%-65% of thepopulation. The main cause of halitosis is bacteria and VSC’s. Ninety percentof patients had halitosis from the mouth causes such as as poor oral hygiene,periodontal disease, a layer on the surface tongue, impacted food, dirtydentures, mouth cancer, and sore throat (The California Breath Clinic). Severalmethod for measuring halitosis, as follows: organoleptic test, chromatogaraphygas. halimeter, Bana testing, and chemiluminescence. Prof. Mel Rosenberg.Ph.D from the Faculty of Dentistry, University of Tel Aviv (citet ChudahmanManan), recommends halitosis prevention by: 1)consult to the dentist regularly.2)clean between teeth with dental floss, choose a neutral unscented. Checkthe smell. Clean again if smell. 3)brush your teeth and gums clean regularly.4)a lot of dringking. 5)sugar free chewing gum for 1-2 minutes, especially ifthe mouth feels dry. 6)rinse and brush your teeth after eating or drinking milkproduct, fish, and meat. 7)ask your dentist which mouthwash clinically provenits effectiveness in combating bad breath. Its best to use it just before sleep atnight. 8)eat fresh and has fibers vegetables. 9)do not smoke because it heightensthe risk of bad breath. 10)if you wear dentures, at night soak dentures inantiseptic solution, unless you forbid dentist. The conclusion is: halitosis orbad breath can develop all the people. The main source of halitosis is in themouth, that is the volatile sulphur compounds (VSC’s). This compounds isproduced from decomposition of protein by anaerobic bacteria.

Keywords: halitosis

1 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar

Jarang sekali orang menyadari bahwa,mulutnya mengeluarkan hawa tak sedap,karena memang sulit mengecek bau mulutsendiri. Bau mulut merupakan masalahyang hampir menyangkut setiap orang(Manan C). Bau mulut tidak jarangmenjauhkan sang empunya dari pergaulandi lingkungannya. Pengidap bau mulut barutahu saat semua orang tiba – tiba pergi saatia datang atau dengan refleks orangmenutup hidung ketika ia tiba. Sudah tentukita tidak ingin mempunyai gangguan mulutseperti ini (www.mixfm-medan.com).Penyebab bau mulut (halitosis) bisa sangatsederhana dan langsung, misalnya makan

petai, jengkol, durian, bawang putih. Tetapibau mulut dapat terjadi oleh berbagaikarena penyebab lain (Manan C). Lebihdari 90% kasus bersumber dari mulut dan10 % berasal dari kelainan sistemik (http://myhealth.uscd.edu-Health).Halitosis diperkirakan mengenai 50% -65% dari penduduk (http://indrax.wordpress.com). Menurut TheCalifornia Breath Clinic, diperkirakan50% penduduk mengalami halitosisdengan tingkat keparahan yang bervariasi.Halitosis memiliki dampak yang signifikanbaik secara pribadi maupun sosial. Nafasbau juga dapat menjadi menetap (chronic

Page 29: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

127

Penyebab halitosisNafas bau secara mendasar disebabkanoleh dua hal, yaitu: fisiologis dan patologis.Sumber fisiologis dari nafas bau berasaldari kondisi pada permukaan dari lidah.Bakteri yang dijumpai pada permukaanlidah pasien yang sehat berbeda denganpasien pengidap halitosis. Sumberpatologis melibatkan keparahan saku gusi,yang dikenal dengan penyakit periodontal.Penyebab utama halitosis adalah bakteridan VSC’s. Sembilan puluh persen pasienhalitosis mempunyai penyebab dari mulutseperti: kebersihan mulut yang jelek,penyakit periodontal, lapisan padapermukaan lidah, sisa makanan yangterbenam, gigi tiruan lepasan yang kotor,kanker di mulut, dan radang tenggorokan(The California Breath Clinic).Penyebab halitosis sangat beragam.Menurut doktermu.com, penyebab baumulut adalah: 1) kurangnya kebersihanmulut; 2) pola makan merupakanpenyebab utama halitosis yaitu prosespenguraian protein oleh bakteri..Penguraian protein oleh bakteri inimenghasilkan gas yang berbau, seperti:hidrogen sulfida, metil mercaptan, kadaver,skatol, dan putricine. Sehingga produkmakanan yang kaya protein dapatmenyebabkan bau mulut. Mengkonsumsimakanan tertentu, seperti bawang mentah,akan menghasilkan bau yang khas; 3)biofilm (lapisan biologis) pada mukosamulut yang mengandung jutaan bakteri;4) karies gigi; 5) radang gusi; 6) resesigusi; 7) plak dan karang gigi; 8)lesi/ lukadalam mulut; 9) penyakit kelenjar ludah;10) tonsilitis/ pembengkakan amandel; 11)plak tonsilar dan cairan tonsilar; 12)faringitis dan abses faringeal; 13) gigi palsuyang kotor; 14) tembakau; 15) merokok;16) lesi di hidung dan telinga; 17 ) kencingmanis; 18) demam; 19) puasa dandehidrasi; 20) pasien rawat inap; 21)penyakit perut dan esofagus; 22) penyakit

bad breath), ini merupakan kondisi yangserius, sementara mempengaruhi 25% daripenduduk dengan tingkatan yangbervariasi. Pada kebanyakan kasus (85%-90%), bau mulut atau halitosis dimulai darimulut sendiri. Lokasi dari mulut yang palingumum yang berhubungan dengan halitosisadalah lidah. Bakteri di lidah menghasilkansenyawa – senyawa bau busuk dan asamlemak, dan ini dilaporkan berhubungandengan 80% - 90% dari seluruh kasus baumulut (Wikipedia).Penulisan ini bertujuan untuk memberikangambaran mengenai halitosis, sehinggapembaca dapat memahami segala sesuatutentang halitosis.

Pembahasan

Pengertian HallitosisHalitosis adalah istilah yang digunakanuntuk menggambarkan nafas bau yangtidak sedap yang dikeluarkan saat bernafas(Wikipedia). Halitosis adalah nafas bauyang tidak enak, tidak menyenangkan danmenusuk hidung (http://www.medicalera.com). Halitosis adalah istilah teknis darinafas bau (http://myhealth.uscd.edu-Health). Menurut The California BreathClinic, halitosis adalah istilah untuk nafasbau yang diakibatkan volatile sulphurcompounds (VSC’s).Istilah halitosis pertama digunakan tahun1870-an. Halitosis berasal dari bahasaLatin ’halitus’ yang berarti nafas dan ’osis’dari bahasa Yunani, yang diartikankeadaan medis tertentu. Nafas bau bukanistilah baru. Catatan menunjukan istilahnafas bau sudah ada sejak tahun 1550 SM(http://en.wikipedia.org). Menurut AgusDjaja (2000), terdapat beberapa istilahbau mulut yang dipergunakan di duniailmiah atau di masyarakat sehari – hari.Istilah tersebut adalah: halitosis, fetor oris,fetor ex ore, bau mulut, nafas tak sedap,oral malodor, bad breath, dragonbreath, dan jungle mouth.

Senjaya, AA., (Perawatan Halitosis)

Page 30: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

128

usus; 23) penyakit paru – paru; 24)gangguan hati/ liver; 25) pasien psikiatris;dan 26) kelainan somatis.Para pakar biologi pada pertemuanPerhimpunan Riset Dental Amerika diDallas, melaporkan hasil temuan merekabahwa, bakteri penyebab bau mulut adalahSolobacterium moorei (http://nias-online.net). Rongga mulut berisikan jutaanbakteri anaerob yang mengolah proteindari makanan dan menguraikannya,seperti Fusobacterium dan Actinomyces.Proses penguraian protein tersebutmenghasilkan bau (http://www.doktermu.com). Penyebab paling mendasar darinafas bau adalah adanya lapisan yangmenutupi permukaan bagian belakanglidah. Lebih tepatnya nafas baudisebabkan oleh bakteri yang hidup dilapisan tersebut. Penyebab mendasarkedua adalah akumulasi bakteri dalammulut seseorang (http://www.animated-teeth.com). Nilai pH dalam rongga mulutumumnya 6,5. Bila nilai tersebutbertambah banyak atau mengandungmateri lain maka, akan berubah menjadialkali dan menimbulkan bau busuk, apalaginilai pH mencapai 7,2 ke atas, akan lebihmendorong pertumbuhan kuman negatifGranstrom, sehingga memungkinkanpenguraian protein melepaskan bau busuk.Terlebih bila yang dilepaskan sulfida yangmudah menguap maka, bau mulut akanlebih tidak menyedapkan. Selain itu ketikamulut kering atau kurang melakukan gerakpenelanan mudah menimbulkan mulutberbau busuk (http://www.mixfm-medan.com).

Pemeriksaan halitosisBanyak cara objektif untuk bisa menciumnapas sendiri, antara lain: untuk mengetahuibau lidah bagian depan jilatlah pergelangantangan, tunggu sekitar lima detik,sementara air liur agak mengering, dankemudian mencium baunya. Caraberikutnya, yaitu: memeriksa bau yang

terkait dengan bagian belakang lidah.Ambil sendok, putar terbalik, danmenggunakannya untuk mengikis/mengeruk bagian paling belakang lidah.Lihatlah materi yang menempel padasendok, biasanya itu berupa bahan putihdan tebal. Kemudian cium baunya (http://www.animated-teeth.com).Menurut Prof. Mel Rosenberg, Ph.D. dariFakultas Kedokteran Gigi Universitas TelAviv (citet Chudahman Manan) sebelumke ahli yang lain, sebaiknya konsultasi duluke dokter gigi. Bila tidak menemukanmasalah pada gigi dan mulut, saatnya kitaberkonsultasi ke dokter spesialis THT. Bilabelum juga ditemukan masalahnya, barulahke dokter ahli penyakit dalam, karenadikhawatirkan bau mulut itu merupakanbagian dari kelainan organ dalam tubuh.Ketika akan berkonsultasi ke dokter gigi,jangan gunakan obat kumur, obatpengharum mulut, merokok, mengunyahpermen, makan, dan minum. Usahakanbau yang nanti dihadapi oleh dokter gigi,memang bau yang tipikal kita idap,sehingga pelacakan sumber baunya dapatdilakukan dengan benar.Beberapa peneliti menggunakan beberapametode yang berbeda untuk mengukurhalitosis, seperti dikutip dari http://www.animated-teeth.com , sebagaiberikut:

Pengujian OrganoleptikMenilai nafas seseorang dengan carapengujian organoleptik berarti bahwa,peneliti hanya melakukan evaluasi nafasmenggunakan penciuman hidung sebagaisarana untuk membuat penilaian.Berdasarkan sejarah pengujian nafasseperti ini telah menjadi pilihan yang seringdigunakan peneliti gigi. Pemeriksaan inimurah dan mudah, karena tidakmemerlukan alat khusus. Hidung mampumendeteksi sampai 10.000 bau yangberbeda-beda. Permasalahan yang terkaitdengan pemeriksaan organoleptik yaitu:

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 126-131

Page 31: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

129

tehnik ini tidak benar – benar obejektif.Selain itu faktor- faktor lain di luar nafasbau dapat mempengaruhi evaluasiorganoleptik. Sebagai contoh: penelitian –penelitian telah menunjukan bahwa, faktor– faktor seperti kelaparan, siklusmenstruasi, posisi kepala dapatmempengaruhi penilaian. Selain itukonsumsi kopi, teh, jus, produk tembakau,dan kosmetik beraroma oleh subjeksebelum pengujian organoleptik dapatmempengaruhi hasil pengujian.Pengukuran organoleptik ini tidak bisamengukur tingkat lemah, kuat atau rata –rata halitosis.

Gas KromatografiKromatografi adalah memanfaatkan gasuntuk mengidentifikasi senyawa yangditemukan dalam sampel. Kromatografitelah dimanfaatkan dibeberapa bidangkeilmuan. Gas kromatografi juga telahdipakai dokter gigi untuk studi halitosis dandapat mengkuantifikasi tingkat yang tepatdari berbagai senyawa yang ada dalamnafas seseorang. Gas kromatografi inidianggap sebagai gold standard atau caraterbaik untuk pengukuran halitosis. Namunbelum secara luas dipergunakan dalampenelitian, sebab relatif mahal, untukmengoperasikannya memerlukan pelatihankhusus, dan memerlukan waktu yangbanyak dalam setiap pengukuran nafas.

HalimeterHalimeter adalah suatu monitor khusussenyawa sulfida, yang bisa mengkuan-tifikasi aspek tertentu dari nafas seseorang.Alat ini pertama kali diperkenalkan tahun1991 untuk mengukur tingkat gas sulfida,seperti hidrogen sulfida dan metilmerkaptan, yang disebut sebagai senyawa- senyawa belerang atsiri atau VSC’s(Volatile Sulphur Compounds), inidikenal sebagai bahan penyebab baumulut. Halimeter menunjukan tingkatsulfida dalam nafas seseorang.

Ini menunjukan tingkat VSC’s yang sesuaiyang ada dalam mulut. Halimeter tidakdapat menguji jenis VSC”s secara khusus.Halimeter menghasilkan pengukuran yangkurang definitif dari bau mulut seseorangdibandingkan dengan gas kromatografi.Selain itu senyawa seperti etanol danminyak esensial (termasuk yang ditemukandi obat kumur) mengganggu kemampuanhalimeter dalam membuat pengukuran.Keuntungan penggunaan halimeter untukpenelititan dibandingkan dengan gaskromatografi, yaitu: halimeter tidakmemerlukan pelatihan khusus, bersifatportable, pengukuran cepat, dan relatiflebih murah.

Pengujian BANABeberapa bakteri penyebab penyakitperiodontal (penyakit gusi) menghasilkanproduk – produk limbah yang cukupberbau, dan memberi kontribusi terhadapmasalah nafas seseorang. Keberadaanbeberapa jenis bakteri dapat diuji denganmelakukan tes Bana. Bakteri tersebutmempunyai karakteristik yang mampumenghasilkan enzim yang merendahkan“Benzoil senyawa-D, L-arginin-naphthylamida” disingkat Bana. Ketikasebuah sampel air liur pasien yangmengandung bakteri diuji dengan senyawaBana, akan menyebabkan perubahanwarna pada media pengujian.

ChemiluminescenceSalah satu metode yang barudikembangkan untuk pengujiankeberadaan senyawa terkait denganhalitosis dengan menggunakan prinsipchemiluminescence. Jenis pengujian inipertama kali dipergunakan pada tahun1999. Ketika sebuah sampel yangmengandung senyawa - senyawa belerang(seperti VSC’s – jenis senyawa yangmenyebabkan bau mulut) dicampurdengan senyawa merkuri, reaksi yangdihasilkan menyebabkan fluoresensi.

Senjaya, AA., (Perawatan Halitosis)

Page 32: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

130

(hindari odol berisi sodium laryl sulphate);10) Pakai obat kumur yang berisi dioksidaklor; dan 11) Penggunaan pengikis lidah(mengikis lidah/ menyikat lidah dengansikat gigi) untuk menyingkirkan lapisanputih pada permukaan lidah; 12)Pembersihan gigi tiruan dengan teratur; 13)Minum banyak air putih; dan 14) Lakukanpengobatan pada penyakit primer, seperti:radang gusi, radang lambung, kencingmanis, dan sebagainya.Prof. Mel Rosenberg, Ph.D. dari FakultasKedokteran Gigi Universitas Tel Aviv (citetChudahman Manan), menganjurkanperawatan halitosis yang baik setiap hari,yaitu: 1) Periksakan gigi ke dokter gigisecara teratur; 2) Bersihkan sela-sela gigidengan dental floss, pilih yang netraltanpa pengharum. Periksa baunya.Bersihkan lagi kalau masih berbau; 3)Gosok gigi dan bersihkan gusi secarateratur; 4) Banyak minum; 5) Kunyahpermen karet bebas gula selama 1 – 2menit, terutama bila mulut terasa kering.Bisa juga kunyah daun peterselli, bungacengkeh, atau biji adas; 6) Berkumur dangosok gigi setelah makan atau minumproduk susu, ikan, dan daging; 7)Tanyakan kepada dokter gigi, obat kumurmana yang secara klinis telah terbuktiefektivitasnya dalam melawan bau mulut.Paling baik menggunakannya di saatmenjelang tidur malam; 8) Makan lalapsayuran segar yang berserat; 9) Tidakmerokok karena mempertinggi risikotimbulnya bau mulut; dan 10) Jika Andamemakai gigi palsu, saat malam harirendam gigi palsu dalam cairan antiseptik,kecuali bila dokter gigi anda melarangnya.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pembahasan di atas dapatdisimpulkan halitosis atau bau mulut dapatdialami semua orang. Sumber utamahalitosis adalah di dalam mulut, yaituadanya senyawa-senyawa belerang yangmudah menguap atau volatile sulphur

Kekuatan metodologi chemiluminescenceyaitu dapat memberikan selektifitas dankepekaan lebih baik dibandingkanhalimeter.

Pencegahan, pengobatan, danperawatan halitosisLangkah pencegahan dan pengobatanhalitosis, seperti di kutip dari http://www.mixfm-medan.com, antara lainsebagai berikut: 1) Ingat berkumur setelahmakan, menggosok gigi selama tiga menitsetelah makan, perhatikan kebersihan gigipalsu dan dilepas waktu tidur. Jaga selalukebersihan rongga mulut dan perlumelakukan pemeriksaan rongga mulutsecara rutin; 2) Jangan makan terlalukenyang, apalagi makan malam, dandianjurkan makan hidangan yang agaktawar dan tidak terlalu berminyak, janganmakan kudapan menjelang tidur, kurangilahkonsumsi alkohol dan tidak merokok; 3)Cegah sembelit, dan jaga kelancaranbuang air besar; 4) Orang setengah bayadan lanjut usia dianjurkan banyakmengkonsumsi buah-buahan segar danminum teh untuk menggairahkan sekresiludah; 5) Setiap pagi minum segelas airhangat ditambah sedikit garam dalamkeadaan perut kosong, berfungsi untukmengatur fungsi lambung, ini juga dapatmengurangi timbulnya halitosis; 6) Bidaramerah dan hitam dapat meringankanhalitosis yang ditimbulkan karena makanbrambang dan bawang serta makananpedas lainnya. Selain itu, minum teh kentaljuga dapat meringankan bau bawang; 7)Mengulum permen vitamin C atau permenkaret, menggunakan pasta gigi yangmengandung fluorin atau obat tradisionalTiongkok dan mengunyah daun teh jugadapat menghilangkan halitosis; 8) Dalamkeadaan biasa, halitosis dapat dicegahdengan memperhatikan kebersihan ronggamulut dan memelihara kebiasaan baikperawatan gigi; 9) Menyikat dan bersihkansela-sela gigi memakai odol dioksida klor

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 126-131

Page 33: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

131

compounds (VSC’s). Senyawa inidihasilkan dari proses penguraian proteinoleh bakteri anaerob, khususnya padapermukaan lidah bagian belakang.Untuk terhindar dari halitosis, disarankanagar melakukan berbagai upayapencegahan dan perawatan seperti yangtelah disampaikan di atas.

Daftar Pustaka

Djaja A, 2000, Halitosis, Jakarta, PTDENTAL LINTAS MEDIA-TAMA.

The California Breath Clinic, Bad Breathand Halitosis Reseach, tersedia dihttp://www.haalitosisresearch.com,diakses tanggal 25 Maret 2011.

Penyebab Bau Mulut, tersedia di http://www.doktermu.com, diakses 20Maret 2011.

Wikipedia, Halitosis, tersedia di http://en.wikipedia.org, diakses 19 Maret2011

Manan C, Menyiasati Bau Mulut,tersedia di http://indrax.wodrpress.com, diakses 20 Maret2011

Bau mulut, tersedia di http://www.medicalera.com, diakses 20Maret 2011

Fresh breath, tersedia di http://myhealth.uscd.edu-Health, diakses19 Maret 2011

Bakteri penyebab halitosis, tersedia dihttp://niasonline.net, diakses 20Maret 2011

Bad breath, tersedia di http://www.animated-teeth.com, diakses20 Maret 2011

Bau mulut, tersedia di http://www.mixfm-medan.com, diakses 20 Maret2011

Senjaya, AA., (Perawatan Halitosis)

Page 34: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

132

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERAPANKEWASPADAAN UNIVERSAL BIDAN PRAKTIK SWASTA (BPS) DI

WILAYAH KOTA DENPASAR

NW Ariyani1, NN Suindri2, NLP Sri Erawati3

Abstract. Infection is the interaction of microorganisms with the hostvulnerable. Method of transmission of microorganisms can occur via blood,air or Airborne droplet, and by direct contact. Universal precautions aredesigned to reduce the risk of transmission of microorganisms in health carefacilities. The purpose of this study was determine the factors to affect theapplication of universal precautions in private practice midwives. The designwas analytic observational study approach to cross sectional. Spearman rankanalysis result significant relationship between knowledge of midwives (Rs =0509, p = 0,006), the status of midwives (Rs = 0445, p =0,018) and longworking midwife (Rs = 0449; p = 0,007) with the application of universalprecautions. Binary Logistic Regression analysis results, showing theindependent variables that significantly influence to the application of universalprecautions was knowledge and status of midwives (significant Wald <0.05).Variable working time does not affect to the application of universalprecautions. Expectations test results (B) of the significant variables indicatevariables knowledge to make greater contributions to the application ofuniversal precautions as compared with the variable status ofmidwives.

Keywords : knowledge, midwives, working time, universal precautions

1,2,3 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Denpasar

Data yang dikeluarkan United NationsAquired Immuno Deficiency Syndrom(UNAIDS) pada 2006, dari prevalensi(angka kejadian) HIV/AIDS yangmencapai 40 juta orang, sekitar 75persennya berada di Asia dan Afrika.Prevalensi kasus HIV/AIDS yang terjadidi Indonesia periode Januari sampaidengan Maret 2007 sebesar 440 orangtertular virus HIV dan 794 orang lainnyamenderita penyakit AIDS dengan jumlahkematian sebesar 123 orang. Kasuspenyakit hepatitis B di Indonesia 2007berjumlah 13,3 juta penderita, dengantingkat prevalensi mencapai 5-10%.(Ditjen PPM dan PL Depkes R.I, 2007).Bidan di Indonesia mempunyaikewenangan memberikan asuhankebidananan pada wanita dalam sikluskehidupannya.

Penerapan praktik kebidanan dalammemberikan asuhan memiliki risikoterjadinya infeksi penyakit dari pasien kepetugas dan juga infeksi yang terjadi antarpasien. Tahun 1997 Center For DeseaseControl (CDC) melaporkan ada 52 kasuspetugas kesehatan lain HIV akibatkecelakaan di tempat kerja, sedangkan114 orang petugas kesehatan lain di dugaterinfeksi ditempat kerja. Sekitar 19-35%semua kematian pegawai kesehatanpemerintah di Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Sedangkan di Indonesia data inibelum terlaporkan. Namun dari kejadiantersebut, risiko perawat/bidan mempunyairisiko tinggi tertular akibat terpapar cairandan tertusuk jarum, sehingga berkembangupaya untuk mencegah terinfeksi daripaparan HIV (Ditjen PPM dan PLDepkes R.I, 2007).

Page 35: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

133

Sejak AIDS di kenal, kebijakan baru yangbernama kewaspadaan universal atauuniversal precaution dikembangkan.Kebijakan ini memandang bahwa setiapdarah dan cairan tertentu dapatmenyebabkan infeksi. Ada beberapamacam infeksi menular yang terdapatdidalam darah dan cairan tubuh lain yangterdapat pada seseorang di antaranyaadalah HIV, Hepatitis B, dan C.Kewaspadaan universal dirancang untukmengurangi risiko penularanmikroorganisme di fasilitas pelayanankesehatan baik dari sumber infeksi yangdiketahui maupun yang tidak diketahui(Tietjen,1992).Pengetahuan, pengalaman, sarana danprasarana yang dimiliki bidan akanberpengaruh terhadap perilaku bidandalam menerapkan kewaspadaan universalPenelitian bertujuan untuk mengetahuipengaruh pengetahuan, lama kerja danstatus bidan terhadap penerapankewaspadaan unversal BPS di WilayahKota Denpasar.

Metode

Penelitian ini adalah Analitik Observasionaldengan rancangan cross sectional.dilaksanakan pada BPS diwilayah KotaDenpasar pada Mei 2009. PengetahuanBPS diperoleh melalui pengisian kuisioner,penerapan prosedur kewaspadaanuniversal BPS diobservasi dengan bantuanceklis, dilaksanakan oleh mahasiswayang sedang praktik pada BPS tersebut.Observasi dilaksanakan secara tersamar.Populasi penelitian adalah seluruh BPSyang terdapat diwilayah Kota Denpasar.Kriteria inklusi adalah BPS di wilayah KotaDenpasar yang menjadi wahana praktikMahasiswa Poltekkes Denpasar SemesterV. Teknik sampling pada penelitian iniadalah nonprobabilitas, yakni denganpurposive sampling. Seluruh bidan yangmenjadi tempat praktik MahasiswaPoltekkes Denpasar Semester V diguna-

kan sebagai sampel penelitian. Dari 38orang BPS yang direncanakan, BPS yangdigunakan sebagai wahana praktikberjumlah 27 orang. Analisis bivariatdigunakan untuk menganalisis seberapabesar kekuatan hubungan antara satuvariabel bebas dan dan satu variabelterikat. Dengan menggunakan uji korelasiSpearman Rank. Untuk menganalisis polahubungan antara variabel bebas dan terikatdengan menggunakan uji regresi logistikbinary, karena variabel – variabel prediktor(bebas) merupakan variabel kategori,serta variabel terikat yang semuladirancang dengan tiga kategori, tetapi hasiltemuan penelitian hanya dua kategori.(Ghozali ,2006)

Hasil Dan Pembahasan

Kota Denpasar adalah merupakan ibukota Propinsi Bali. Kota Denpasarmemiliki empat kecamatan, kecamatanDenpasar Timur, Kecamatan DenpasarSelatan, Kecamatan Denpasar Utara danKecamatan Denpasar Barat. Sebagai ibukota propinsi , maka kota Denpasarmerupakan daerah tujuan urban, sehinggasituasi tersebut merupakan peluang besarbagi para penjual jasa untuk mencobaperuntungannya di Kota ini. Bidan adalahsalah satu propesi yang menjual jasapelayanan di bidang kesehatan. Di KotaDenpasar terdapat 120 BPS, 22 BidanDelima dan sisanya adalah BPS biasa.Jumlah BPS yang menjadi tempat praktikMahasiswa Poltekkes Depkes DenpasarJurusan kebidanan semester limasebanyak 27 orang.Ditinjau dari tingkat pendidikan sebagianbesar ( 85,2) jenjang pendidikan subjekpenelitian adalah Diploma III, sedangkansisanya adalah Diploma I. Dari segi usiaditemukan sebanyak 51,9 % berusia 20 –35 tahun, 2 % berusia 36 – 50 tahun dan11 % berusia > 50 tahun.

Ariyani, NW., NN Suindri, NLP Sri Erawati (Faktor-faktor yang...)

Page 36: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

134

Penerapan Kewaspadaan UniversalBPS

Baik Cukup KurangMelaksanakan Prosedur Mencuci

70% 26% 4%

Menggunakan Alat Perlindungan Diri

19% 48% 33%

Pemrosesan Alat Habis Pakai

88% 12% 0

Melepas sarung 92% 8% 0Melakukan Pemrosesan Sampah

96% 4% 0

Penanganan Lingkungan dan Linen

96% 4% 0

Tabel 1Deskripsi penerapan kewaspadaan universal

BPS

Indikator Yang Diamati

Proporsi Tingkat Penerapan

Kewaspadaan Universal (%)

Pada tabel 1 terlihat hasil pengamatantentang penerapan kewaspadaan universaldalam mencuci tangan menunjukan,sebagian besar berada dalam kategori baik(70%). Namun masih terdapat 4% dengankategori kurang dan sisanya adalah cukup.Mencuci tangan dimaksudkan untukmencegah infeksi yang ditularkan melaluitangan dengan menghilangkan semuakotoran dan debris serta menghambat ataumembunuh mikroorganisme pada kulit.Mikroorganisme ini tidak hanya sebagianbesar organisme permanen yang tinggal dilapisan terdalam kulit. Mencuci tanganidealnya pada air mengalir denganmenggunakan sabun dan digosok –gosokan selama 15 – 20 detik. Padapenelitian ini masih ditemukan sebanyak22% BPS, yang mencuci tangan tidak padaair mengalir.( Depkes RI , 2007)Pada penelitian ini ditemukan hampirsetengah (48%) masih dalam kategoricukup dalam penerapan kewaspadaanuniversal menggunakan alat perlindungandiri, dan hanya 19% dengan kategori baikserta sisanya masih terdapat 33% adalahdalam kategori kurang.

Alat perlindungan diri yang dimaksudadalah sarung tangan, masker, kaca matatopi, apron, dan pelindung kaki. Padapenelitian ini juga ditemukan, 48% BPStidak menggunakan sepatu tertutup,44,4% tidak menggunakan pelindungkepala atau topi serta 51,9% tidakmenggunakan kaca mata dan masker.Pemakain alat perlindungan diri dimaksud-kan untuk mencegah penularan penyakitinfeksi dari pasien ke petugas, dan jugadari petugas ke pasien. ( Depkes RI ,2007) Penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilaksanakan oleh Sulastritahun 2001, yang menemukan sebagianbesar petugas kesehatan belum patuhdalam menggunakan alat pelindung diri.Penerapan kewaspadaan universal dalampemrosesan sampah, menunjukkan hasilyang baik. Hampir semua BPS (96%)pada kategori baik, sedangkan sisanyaadalah cukup. Tidak terdapat padakategori kurang. Pada penelitian iniditemukan bahwa seluruh BPS telahmenggunakan cairan klorin untuk tempatsampah medis. Temuan yang masih kurangmemuaskan adalah masih terdapat 18%BPS yang tidak memproses sampahdengan incenerator. Hasil pengamatantentang pemrosesan alat habis pakaisebagian besar adalah dalam kategori baik(88%), dan hanya (12%) pada kategoribaik, sedangkan dengan kategori kurangtidak ditemukan. Hampir semua BPS telahmerendam alat habis pakai dengan cairanklorin 5 % dengan benar (88,8%), sisanyamengerjakan tapi belum benar. Merendamalat dengan cairan klorin 5% selama 10menit bertujuan untuk membunuh virus danbakteri yang terdapat pada alat habispakai tersebut. Pengelolaan alat bertujuanuntuk mencegah penyebaran infeksi melaluialat tersebut, menjamin alat tersebut dalamkondisi steril dan siap pakai. ( DepkesRI, 2007). Hasil penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilaksanakan olehHunun dan Supratman tahun 2008,

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 132-137

Page 37: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

135

ditemukan sebagian besar petugaskesehatan telah melakukan pemrosesanalat habis pakai dengan baik.Penanganan lingkungan dan linen, 96 %pada kategori baik sedangkan sisanyaadalah kategori cukup. Sebagian besartelah membilas percikan cairan tubuhdengan cairan klorin dan merendamlinendengan cairan klorin. Prosedurkewaspadaan universal menjamin agarlingkungan dan linen tidak menjadi mediapenyebaran infeksi. .( Depkes RI , 2007)Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianyang dilaksanakan oleh Hunun danSupratman tahun 2008, ditemukansebagian besar petugas kesehatan telahmelakukan penanganan lingkungan danlinen dengan baik.

Hubungan Pengetahuan BPSTentang Kewaspadaan UniversalDengan Penerapan KewaspadaanUniversalHasil analisis hubungan antara pengetahuanBPS tentang kewaspadaan Universaldengan penerapan kewaspadaan universaldengan menggunakan uji korelasiSpearman Rank, ditemukan nilai Rs =0.509 ; p = 0.006. Hasil analisis inimenunjukkan terdapat korelasi yang kuatdan signifikan (p<0.05) antarapengetahuan BPS tentang KewaspadaanUniversal dengan Penerapan Kewaspa-daan Universal. Penelitian ini sejalandengan penelitian yang dilaksanakan olehSulastri tahun 2001, yang menemukanterdapat hubungan pengetahuan dengankepatuhan penerapan kewaspadaanuniversal. Ditemukan juga responden yangmemiliki pengetahuan kurang berpeluanguntuk tidak patuh hampir 2 kalidibandingkan yang memiliki pengetahuanbaik.

Hubungan Status Bidan DenganPenerapan Kewaspadaan UniversalHasil analisis hubungan antara status bidandengan penerapan kewaspadaan universaldengan menggunakan uji korelasiSpearman Rank, ditemukan nilai Rs =0.445 ; p = 0.018. Hasil analisis inimenunjukkan terdapat korelasi yang kuatdan signifikan (p<0.05) antarapengetahuan BPS tentang KewaspadaanUniversal dengan PenerapanKewaspadaan Universal. Terdapatnyahubungan antara status bidan denganpenerapan kewaspadaan universal terkaitdengan perbedaan standar dari keduastatus bidan tersebut. Status Bidanpraktik swasta dibedakan menjadi dua :BPS biasa dan BPS Delima. Indikatorpenilaiannya pada indikator alat, tempat,kualitas pelayanan dan SDM. BidanDelima memliki standar yang lebih tinggipada semua indikator tersebut. BidanDelima adalah suatu program terobosanstrategis yang mencakup : a) Pembinaanpeningkatan kualitas pelayanan bidandalam lingkup Keluarga Berencana (KB)dan Kesehatan Reproduksi; b) MerkDagang/Brand; c) Mempunyai standarkualitas, unggul, khusus, bernilai tambah,lengkap, dan memiliki hak paten; d)Rekrutmen Bidan Delima ditetapkandengan kriteria, system, dan proses bakuyang harus dilaksanakan secara konsistendan berkesinambungan; e) Menganutprinsip pengembangan diri atau selfdevelopment, dan semangat tumbuhbersama melalui dorongan dari diri sendiri,mempertahankan dan meningkatkankualitas, dapat memuaskan klien besertakeluarganya; dan f) Jaringan yangmencakup seluruh Bidan Praktek Swastadalam pelayanan Keluarga Berencana danKesehatan ReproduksiBerdasarkan terobosan yang telahditerapkan pada bidan delima, terlihatsangat mendukung peningkatan kinerja

Ariyani, NW., NN Suindri, NLP Sri Erawati (Faktor-faktor yang...)

Page 38: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

136

bidan, dan termasuk dalam hal penerapankewaspadaan universal.

Hubungan Lama Kerja denganPenerapan Kewaspadaan UniversalHasil analisis hubungan antara lama kerjabidan dengan penerapan kewaspadaanuniversal dengan menggunakan uji korelasiSpearman Rank, ditemukan nilaiRs=0.449 ; p=0.007. Hasil analisis inimenunjukkan terdapat korelasi yang kuatdan signifikan antara pengetahuan BPStentang Kewaspadaan Universal denganPenerapan Kewaspadaan Universal.Pengalaman belajar dalam bekerja yangdikembangkan memberikan pengetahuandan keterampilan profesional sertapengalaman belajar selama bekerja akandapat mengembangkan kemampuanmengambil keputusan yang merupakanmanifestasi dari keterpaduan menalarsecara ilmiah dan etik yang bertolak darimasalah nyata dalam bidang keperawatan.Semakin lama seorang berkarya dalamsuatu organisasi maka semakin tinggi pulaproduktivitasnya .Juga dijelaskan bahwaada dua perbedaan antara tenaga kerjayang masih baru dengan tenaga kerja yangmasa kerjanya lama atau berpengalamandalam menghasilkan produk, makin lamamasa kerja seseorang maka makinberpengalaman dan makin tinggiproduktifitasnya (Jones dan Beck,dalamRoeshadi, 2006,)

Pengaruh Pengetahuan, StatusBidan dan Lama Kerja TerhadapPenerapan Kewaspadaan Universal.Untuk menganalisis pengaruh variabelbebas (pengetahuan, lama kerja dan statusbidan) terhadap variabel terikat(penerapan kewaspadaan universal).menggunakan model regresi logistik biner.Untuk menilai ketepatan model uji RegresiLogistik Binary dalam penelitian diukurdengan nilai chi square dengan ujiHosmer dan Lemeshow.

Hasil analisis dengan Hosmer danLemeshow, diperoleh nilai chi square0.748 dengan tingkat kemaknaan 0.690.Angka tersebut lebih besar dari 0.05,maka hal ini berarti model RegresiLogistik Binary dengan variabel terikatkewaspadaan universal adalah sesuaidengan data sehingga layak untukdilakukan analisis lebih lanjut.

Variabel B Wald PKonstanta -7.663 5.471 0.019Status Bidan 2.490 4.244 0.039Pengetahuan 2.809 5.309 0.021

Tabel 2Uji Koefisien regressi binary logistik

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwaberdasarkan analisis Regresi LogistikBinary, variabel bebas yang berpengaruhsignifikan terhadap penerapankewaspadaan universal hanya dua, yaitupengetahuan dan status bidan ( waldsignifikan < 0.05). Sedangkan variabellama kerja tidak berpengaruh terhadappenerapan kewaspadaan universal.Artinya bahwa variabel pengetahuan danstatus bidan.

Variabel Bebas Nilai Ekspektasi BPengetahuan 16.595Status Bidan 12.056

Tabel 3Hasil Uji Ekspektasi koefisien B

Berdasarkan uji Regresi Logistik Binarydiperoleh hasil uji ekspektasi (B) darivariabel yang signifikan. Melihat nilaiekspektasi (B) pada tabel 3 diatas,menunjukkan bahwa variabel pengetahuanmempunyai nilai ekspektasi (B) lebihbesar=16.595 terhadap penerapankewaspadaan universal dibandingkandengan variabel status bidan =12.056. Halini menunjukkan variabel pengetahuanmemberikan kontribusi lebih besardibandingkan dengan variabel status bidan.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 132-137

Page 39: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

137

Seseorang berperilaku didasari olehadanya pengetahuan dan kesadaransehingga perilakunya dapat bersifatlanggeng (longlasting) dan makin tahusesuatu maka seseorang akan lebihtermotivasi untuk melakukan hal yangpositif untuk dirinya. (Luhulima, 2001).Penerapan pengetahuan digunakan padasituasi tertentu setelah diolah menjadi sikapdan perilaku. Perilaku yang didasari olehpengetahuan akan lebih langgeng dari padapengetahuan yang tidak didasaripengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Kesimpulan Dan Saran

Penerapan kewaspadaan universal yangpaling baik dalam hal pemrosesan alathabis pakai dan linen, sedangkan yangkurang baik adalah dalam melaksanakanprosedur perlindungan diri.TerdapatHubungan antara pengetahuan denganpenerapan kewaspadaan universal.Terdapat hubungan antara status bidandengan penerapan kewaspadaan universal.Terdapat hubungan anatar lama kerjadengan penerapan kewaspadaan universal.Faktor pengetahuan dan status bidanberpengaruh terhadap penerapankewaspadaan universal. Pengaruhpengetahuan lebih besar dibandingkandengan status bidan. Perlu melakukanupaya – upaya peningkatan komitmendalam penerapan kewaspadaan universaloleh semua pemberi pelayanan kesehatandalam bidang kebidanan.

Daftar Pustaka

Anita, D, A. 2004. PenatalaksanaanKasus HIV / AIDS di KamarBersalin. Bagian Obstetri danGinekologi Rumah Sakit PerjanHasan Sadikin. Bandung.

Brunner & Suddart. 2002. Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah. Edisi8 Alih Bahasa; Agung Waluyu.Jakarta. EGC.

Depkes RI . JHPIEGO Corporation .PERDALIN. 2007. Pedomanpencegahan dan pengendalianinfeksi di rumah sakit danfasilitas pelayanan kesehatanlainny. Jakarta . Depkes RI

Ditjen PPM dan Penyehatan LingkunganDep Kes R.I. 2007. Statistik KasusHIV / AIDS di Indonesia. Jakarta.

Ghozali. 2006. Aplikasi Analisi Multivariatdengan SPSS, UniversitasDiponogoro

Hunun S & Supratman, 2008. GambaranKewaspadaan universal di RSUDMurwodadi Surakarta. Berita IlmuKeperawatan. Surakarta

Luhulima, J.W. 2001. Pendidikan dalamKeperawatan. FakultasKedokteran UNHAS. Makassar.

Notoatmojo,S. 2003. Perilaku Pendidikandan Perilaku Kesehatan. Jakarta.Rineka

Cipta.Roeshadi.2006. Peran Perawat Dalam

Pengendalian Infeksi Nosokomial.Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta

St Georges Healthhcare, 2007. UniversalPrecautions for the Prevention ofOccupation Exposure to Bloodborne Viruses

Sulastri.2001. Faktor-faktor yangBerhubungan dengan TingkatKepatuhan Petugas dalammenerapkan KewaspadaanUniversal. Thesis

Tietjen LGW and Tosh NM, 1992.Processing instruments, glovesand other items, in infectionPrevention guidelines For familyPlaning programs. EMS IncDurant, OK

Ariyani, NW., NN Suindri, NLP Sri Erawati (Faktor-faktor yang...)

Page 40: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

138

POTENSI EKSTRAK KUNYIT DAN KENCUR SEBAGAI ANTIMIKROBADAN ANTIOKSIDAN

Badrut Tamam1, Suratiah2, Ni Nyoman Astika Dewi1

Abstract. Turmeric and galingale are kinds of spices that are often used infood processing as natural food additives. It is supposed that active compoundsof turmeric (e.g. curcumoid) and galingale (e.g. caemferol) have abilities ininhibiting the growth of bacteria (anti-bacterial effect). The main aim of thisresearch is to know the inhibition effect of turmeric and galingale extracts(solved by methanol 96%) on the growth of Escherichia coli and Staphylococcusaureus as well as the capacity of antioxidant of both spices. The method ofthis research was in vitro with random group design. The assays that wereused in this research are inhibition test using agar diffusion, total phenolicanalysis (Folin-Ciocalteu method) and antioxidant capacity usingspectrophotometer. This research showed that the highest ekstract yield wasgotten from wet turmeric extract, while the lowest yield was from dried turmericextract (13,3 % and 2,9 % respectively). This research has not found theinhibition effect of both turmeric and galingale extracts on the growth ofEschericia coli and Staphilococcus aureus. The total fenolic content on turmericextract was higher than galingale extract. The treatment of drying on turmerichad higher total phenolic content than other treatments such as grilling andfresh (332,55 mg/ml, 287,74 mg/ml, dan109,08 mg/ml respectively). Theantioxidant capacity of dried turmeric extract was highest (80,67 %) thanother treatments. In conclucion, eventhough there are no inhibition effects ofturmeric and galingale extracts (solved by methanol 96%) in inhibiting thegrowth of Eschericia coli and Staphilococcus aureus, this research shows thatthere is antioxidant potential on dried turmeric in decreasing the oxidationreaction and free radical attacks.

Keywords: turmeric, galingale, antibacterial, antioxidant

1,3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar2 Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Denpasar

Umbian rempah banyak dimanfaatkansebagai bumbu masakan yaitu sebagaibahan tambahan makanan (BTM) alami.Meskipun sedikit jumlah yang ditambahkandalam pengolahan makanan tapikomponen aktif di dalamnya, dalambentuk senyawa aromatik dan fitokimia,mampu meningkatkan cita rasa (flavourenhancer), aroma, antioksidan, danbahkan antibakteri (bakteriostatik danbakteriosidal) (Tapsell, 2006).Kunyit dan kencur adalah umbian rempahyang banyak digunakan dalam proses

pembuatan bumbu masakan. Di sampingitu kunyit banyak digunakan untuk peredabeberapa penyakit, seperti penyakitlambung, anti gatal, anti kejang, danmenghilangkan bengkak. Sedangkan,diantara penyakit yang umumnya diobatidengan kencur adalah radang lambung,radang anak telinga, influenza, masukangin, sakit kepala, diare, dan penambahnafsu makan (Rahayu, t.t.).Diduga senyawa aktif yang terkandungpada kunyit (seperti kurkumoid), dankencur (seperti caemferol) memiliki

Page 41: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

139

kemampuan dalam menghambatpertumbuhan dan membunuh bakteri(anti-bacterial effect). Prosespenghambatan terhadap mikroba tersebutdiduga karena aktifitas senyawa bioaktifyang memiliki gugus hidroksil (OH)bereaksi dengan komponen bahan dalamsel mikroorgansime tersebut. Sehinggamikroba tersebut tidak lagi memilikiaktifitas dan akhirnya mati (Parwata danDewi, 2006). Pada penelitian inimenggunakan dua jenis bakteri yangmemiliki pengecatan Gram berbeda yaitubakteri Escherichia coli (Gram negatif)dan Staphylococcus aureus (Gram positif)yang sering mengkontaminasi makanan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuisejauhmana efek penghambatan ekstrakkunyit dan kencur (dengan menggunakanmethanol 96%) pada pertumbuhan bakteriEscherichia coli dan Staphylococcusaureus serta kapasitas antioksidan ekstrakkunyit dan kencur.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian in vitrodengan rancangan acak kelompok (RAK)tiga kali ulangan. Dilaksanakan diLaboratorium Mikrobiologi Jurusan GiziPoltekkes Denpasar dan LaboratoriumMikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas Udayana Denpasar. Penelitianberlangsung selama tiga bulan, sejak Julisampai September 2011.Bakteri Escherichia coli danStaphilococcus aureus didapat dariFakultas Kedokteran UniversitasUdayana. Uji aktifitas penghambatandigunakan dengan metode difusi agar.Medium yang digunakan adalah agarMueller Hinton II suplementasi Ca2+ danMg2+. Agar Mueller Hinton II dituang kedalam petri dish. Biakan murni Eschericiacoli dan Staphilococcos aureusdipindahkan ke dalam tabung reaksi yangmengandung medium TSB (Tripticase

Soy Broth) untuk mendapatkan jumlahkultur sel senilai Mac Farland ½ atau 108

sel. Kultur sel Eschericia coli danStaphilococcus aureus masing-masingdioleskan di atas permukaan MuellerHinton II agar. Kertas saring sterildicelupkan selama 30 menit ke dalamlarutan ekstrak. Selanjutnya, kertas saringtersebut ditempelkan di atas permukaanMueller Hinton II agar selama 5 menit.Petri dish yang berisi kultur sel tersebutdiinkubasi di dalam inkubator pada suhu37oC selama 24 jam. Setelah inkubasi,daya hambat ekstrak diukur.Sedang untuk uji Analisis Total Fenolik(metode: Folin-Ciocalteu) dilakukandengan cara Melarutkan sebanyaksampel dalam metanol 85 %, kemudiandisentrifuge 4000 rpm. Supernatanditambah reagan folin dan Na2CO3 5%hingga homogen. Pembacaan absorbansimenggunakan spektrofotometer padapanjang gelombang 760 nm. Dan pada UjiKapasitas Antioksidan MetodeSpektrofotometer, Sampel diencerkandalam metanol 96 %. Disentrifuge 3000rpm kemudian disaring. Filtrat dipipet danditambah reagen DPPH hingga homogen.Pembacaan absorbansinya pada panjanggelombang 517 nm.Data yang didapat dari percobaantersebut diolah dengan menggunakanmicrosoft office excel 2003. Selanjutnyadianalisis dengan menggunakan ujiANOVA. Jika ditemukan perbedaansignifikan (P<0.05) dilanjutkan denganTukey’s post-hoc test.

Hasil dan Pembahasan

Rendemen EkstrakRendemen ekstrak (dengan pelarutmetanol 96%) yang terbesar adalahekstrak kunyit segar (13,3%) dan yangterendah ektrak kunyit kering (2,9%).Rendemen ekstrak kunyit dan kencurselengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tamam, B., Suratiah, NN Astika Dewi (Potensi Ekstrak Kunyit...)

Page 42: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

140

Rendemen(%)

Kunyit ekstrak kering 2,9Kunyit ekstrak segar 13,3Kunyit ekstrak panggang 11,1Kencur ekstrak kering 5,0Kencur ekstrak segar 12,0Kencur ekstrak panggang 10,0

Jenis ekstrak

Tabel 1Randemen ekstrak dengan pelarut metanol

96%

Padmawinata dan Soediro (1988)mengungkapkan bahwa ekstraksimerupakan cara untuk menarik komponenkimia yang terdapat dalam bahan denganmenggunakan pelarut sesuai. Metanoladalah pelarut polar yang mampu mengikatfase air dari bahan. Disebutkan pulabahwa pelarut polar akan melarutkan solutyang polar dan pelarut non polar akanmelarutkan solut yang non polar ataudisebut dengan “like dissolve like”.Kunyit dan kencur segar memilikikandungan air yang tinggi dibandingkandengan bahan yang dikeringkan. Karenakandungan air yang masih tinggi, metanolsebagai pelarut polar mengikat juga airyang dikandung bahan tersebut.Akibatnya rendemen ekstrak bahan segarlebih tinggi dibandingkan bahan kering.

Penghambatan Ekstrak Kunyit danKencur (dengan Pelarut Metanol96%)Dari penelitian ini tidak ditemukanpenghambatan ekstrak kunyit maupunkencur terhadap pertumbuhan Eschericiacoli dan Staphilococcus aureus.Sedangkan penghambatan ciproproxa-zone terhadap Escherichia coli danpenghambatan sulfametaxazole terhadapStaphilococcus aureus cukup besarterlihat dengan adanya warna terangpenghambatan selebar 22 mm,sebagaimana tampak pada tabel 2.

E. coli St.aureusStandard ciproproxazone 22 -Standard sulfametaxazole - 22Ekstrak kunyit kering - -Ekstrak kunyit segar - -Ekstrak kunyit panggang - -Ekstrak kencur kering - -Ekstrak kencur segar - -Ekstrak kencur panggang - -

Campuran ekstrak kunyit dan kencur segar

- -

Campuran ekstrak kunyit dan kencur panggang

- -

Diameter zona penghambatan

(mm)

Campuran Ekstrak kunyit dan kencur kering

- -

Perlakuan

Tabel 2Penghambatan berbagai perlakuan ekstrak kunyit

dan kencur tanpa pelarut

Dari penelitian ini, ekstrak kunyit dankencur dengan pelarut metanol 96% belummenunjukkan efek penghambatan bakteriEscherichia coli dan Staphilococcusaureus. Diduga bahwa ekstraksi kunyitdan kencur tanpa pelarut dan denganpelarut metanol 96 % belum optimalmengeluarkan bahan bioaktif untuk dapatmenghambat pertumbuhan bakteri-bakteritersebut seperti senyawa fenolik, flavonoid,alkaloid dan sesquiterpenoid. Hal lainadalah bahwa konsentrasi senyawa aktifdi dalam ekstrak masih rendah, ataudengan kata lain bahwa ekstrak tersebutadalah ekstrak kasar (terdiri dari berbagaikomponen-komponen lain yang larutdalam air). Sehingga kadar senyawabioaktif yang memiliki efek anti bakterirelatif kecil di dalam ekstrak kunyit dankencur tersebut.

Total Fenolik pada Ekstrak Kunyitdan KencurBerdasarkan hasil uji total fenolik terhadapekstrak kunyit dan kencur (yang diekstrakdengan metanol 96%), kandungansenyawa fenolik pada ekstrak kunyit lebihtinggi dari pada ekstrak kencur. Diantaraperlakuan terhadap ekstrak kunyit,

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 138-142

Page 43: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

141

perlakuan ekstrak kering memilikikandungan total fenolik lebih tinggidibandingkan dengan perlakuan ekstraklainnya (ekstrak panggang dan segar) yaitumasing-masing 332,55 mg/ml, 287,74 mg/ml, dan109,08 mg/ml. Demikian halnyadengan kencur, perlakuan ekstrak keringmemiliki total fenolik lebih tinggidibandingan dengan perlakuan dipanggangdan segar, yaitu 118,51 mg/ml, 40.09 mg/ml dan 24,17 mg/ml. Lebih jelasnya dapatdilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Uji Kapasitas Antioksidan terhadap EkstrakKunyit dan Kencur yang Diekstrak dengan

Metanol 96%

Pada penelitian ini rerata jumlah phenolikekstrak kunyit dan kencur menunjukkanperbedaan yang nyata (signifikan) di antaraperlakuan. Hal ini menunjukkan bahwakadar air bahan sebelum ekstraksi danjenis bahan mempengaruhi jumlah senyawaphenolik yang dihasilkan.

Kapasitas antioksidan pada ekstrakHasil uji kapasitas antioksidan atau jugadisebut uji penghambatan radikal bebasmenunjukkan bahwa kunyit ekstrak keringmemiliki kapasitas antioksidan tertinggi(80,67 %) dibandingan perlakuan ekstraklainnya dari jenis kunyit maupun kencur.Sedangkan untuk kencur, perlakuanekstrak kering memiliki kapasitasantioksidan lebih tinggi (34,6 %)dibandingkan ekstrak segar maupunpanggang. Lebih jelasnya dapat dilihatpada gambar 2.

Gambar 2Uji Kapasitas Antioksidan terhadap EkstrakKunyit dan Kencur yang Diekstrak dengan

Metanol 96%*) IC = Inhibition Concentration (setara

dengan kapasitas antioksidan asam gallat)

Ini menunjukkan bahwa potensiantioksidan kunyit sangat besar untukmengurangi timbulnya reaksi oksidasi danmenangkap radikal-radikal bebas. Untukmemiliki efek yang besar yaitu nilai ICdiatas 50 % maka ekstrak kencur harusditingkatkan konsentrasinya, karenakapasitas antioksidan kencur relatif rendah.

Kesimpulan dan Saran

Tidak ada penghambatan ekstrak kunyitmaupun ekstrak kencur tanpa meng-gunakan pelarut tersebut terhadappertumbuhan Eschericia coli danStaphilococcus aureus. Karena didugakonsentrasi senyawa aktif di dalam ekstrakmasih rendah, atau dengan kata lain bahwaekstrak tersebut adalah ekstrak kasar.Diantara perlakuan terhadap ekstrakkunyit dan kencur, perlakuan ekstrakkering memiliki kandungan total fenoliklebih tinggi dibandingkan denganperlakuan ekstrak lainnya (ekstrakpanggang dan segar). Kunyit ekstrakkering memiliki kapasitas antioksidantertinggi dibandingan perlakuan ekstraklainnya dari jenis kunyit maupun kencur.Ini menunjukkan bahwa potensiantioksidan kunyit kering sangat besaruntuk mengurangi timbulnya reaksioksidasi dan menangkap radikal-radikalbebas.

Tamam, B., Suratiah, NN Astika Dewi (Potensi Ekstrak Kunyit...)

Page 44: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

142

Daftar Pustaka

Padwinata, K., dan Soediro, I. 1988.Flavonoid. Pusat AntarUniversitas, Bidang Ilmu Hayati,ITB. Bandung.

Parwata, OA. & Dewi FS. 2006. IsolasiDan Uji Aktivitas AntibakteriMinyak Atsiri Dari RimpangLengkuas (Alpinia galanga L.).Jurnal Kimia, Volume 2 (2).Hal.100-104.

Rahayu, S.E. Tanpa tahun. Kencur(Kaempferia galanga). PusatPenelitian dan PengembanganTumbuhan Obat UNAS (P3TOUNAS). kambing.ui .ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman _obat/unas/Kencur.pdf . Diakses tanggal17 Mei 2010.

Tapsell LC. 2006. Health Benefits ofHerbs and Spices: the Past, thePresent, the Future. MJA. p. 185.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 138-142

Page 45: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

143

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA JUMANTIK DALAMMEMANTAU JENTIK AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN DENPASAR

SELATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2009

I Wayan Sali1

Abstract. Dengue Haemorrhage Fever (DHF) is an endemic disease onDenpasar city which is the highest case in Bali. In to the prevention Programof DHF disease at Denpasar, as was formed Surveyor of mosquito larvaesince 2006 due to increase Free Number Larvae and to decrease the incidenceof DHF. But, during three years ago, the Number target and the incidence ofDHF was still high. That fact shown that the performance of the Surveyor ofmosquito larvae was not optimal. For those reasons, this research was toknow the performance level of the Surveyor of mosquito larvae and the factorto influence at South Denpasar District. This research was designed withanalytical crossectional from all the Surveyor of mosquito larvae (the totalsample) South Denpasar.District responsible and the factor which influence,including: individual factor, psychological factor, and organization factor. Thedata was collected administratively and factor which influence the performancewas analyzed by multiple regression linier. The result of the research shownthat there was no Surveyor of mosquito larvae that had the performance levelthat belong to very good level, a half of them belong to good level, and othersbelong to poor level. The performance level is good level 53,8 %, moderate28,8 %, and poor 17,3 %. The performance was influence by individual,psychological, and organization factors. From the three factors, psychologicalfactor was the biggest influence that affect the performance of Surveyor ofmosquito larvae in which the result was R2 = 0,978. To increase the cuccessfulof the prevention and the destruction program of DHF in Denpasar, the threefactor including individual, psychologist, and organization was increasedtrought training and evaluation

Keywords: Surveyor, mosquito larvae, DHF, performance

1 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

Penyakit Demam Berdarah Dengue(DBD) masih menjadi masalah kesehatandi Indonesia bahkan di Asia Tenggara.Selama 2006 jumlah penderita DBD diAsia Tenggara sebanyak 188.684 , danlebih dari separuh (57%) dari jumlal kasustersebut berasal dari Indonesia.(WHO,2007). Penyakit DBD di wilayah PropinsiBali ditemukan pertama kali di KabupatenBadung yang pada waktu itu ibu kotanyaadalah Denpasar tahun 1973. Serupadengan di tingkat nasional, kasus DBD dipropinsi Bali jumlahnya terus meningkat

dan menyebar keseluruh Kabupaten ataukota yang ada di Bali. Selama tahun 2007tercatat jumlah kasus DBD adalah 6.348orang dan meningggal sebanyak 14 orang,sehingga angka kematian karena kasusDBD (CFR) = 0,22%.Kota Denpasar sebagai salah satukabupaten yang sekaligus sebagai ibu kotapropinsi selalu menduduki peringkatpertama dalam jumlah kasus DBD dalamtiap tahunnya. Jumlah kasus DBD selamatahun 2008 di kota Denpasar tercatatsebanyak 3.264 orang dengan kematian

Page 46: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

144

diserahkan kepada pemerintah daerahbaik propinsi maupun kabupaten/kota.Program jumantik di Kota Denpasardirealisasikan sejak tahun 2005 dengansumber dana dari APBD propinsi Bali.Sejak tahun 2007 kegiatan jumantikdianggarkan pada APBD kota Denpasar.Pada tahun 2007 diangkat sebanyak 215jumantik dan pada tahun 2008 diangkatlagi 215 jumantik. Sehingga jumlahjumantik keseluruhan di kota Denpasarsebanyak 403 orang yang tersebar pada43 desa pada 430 banjar. Setiap petugasjumantik mendapat honor atau uang jalansebanyak Rp. 450.000 dan premium 10liter per bulan. Pada tahun 2008 diangkatjuga supervisor jumantik sebanyak 43orang yang tersebar pada 43 desa/kelurahan yang ada di kota Denpasar.Supervisor jumantik diberikan honor Rp.750.000,- ditambah dengan premium 10liter per bulan.Dengan dibentuknya jumantik diharapkandapat menurunkan populasi nyamukpenular penyakit DBD dan akhirnyamenurunkan jumlah kasus DBD di kotaDenpasar. Namun kenyataannya pada 4tahun terakhir tetap terjadi peningkatanjumlah kasus dari tahun 2006 sampaidengan tahun 2008. Kondisi ini dapatdipahami karena penurunan kasus DBDtidak cukup hanya dengan membentukjumantik. Terjadinya penyakit dalam halini kasus DBD merupakan hasil interaksiantara host, agent dan lingkungan.Keberadaan jumantik lebih menekankanpada pengawasan faktor lingkungan untukmeniadakan sarang nyamuk danmenggerakkan partisipasi masyarakatdalam PSN DBD.Sebenarnya tugas jumantik tidak hanyasekedar melaporkan hasil pemantauanjentik dengan mengisi form pemantauanjentik berkala. Seorang jumantikhendaknya memiliki pengetahuan yangcukup mengenai penyakit DBD karenamareka harus melakukan penyuluhan

sebanyak 10 orang sehingga CFR =0,31%.Pengendalian vektor yaitu populasinyamuk Aedes aegypti dapat dilakukandengan berbagai metode yaitu secarakimia, biologis, dan fisik melaluipengelolaan lingkungan, yang dilakukanuntuk mengurangi tempat perkembangbiakan nyamuk dengan mengikutsertakanmasyarakat secara aktif dalampembantasan sarang nyamuk (Suwasono,2004) Pemberdayaan masyarakat dalamkegiatan PSN dikenal dengan gerakan 3Myaitu menguras, menutup dan menguburtempat-tempat yang dapat menampung air,baik di dalam maupun di luar rumah.Kegiatan Pembrantasan Sarang NyamukDBD dengan gerakan menguras, menutupdan mengubur (3M) sasaran utamanyaadalah mengurangi dan menghilangkantempat hidup jentik nyamuk Aedes.eagypti. Gerakan 3 M merupakan upayaterpilih dalam menurunkan populasinyamuk Aedes aegypti dibandingkandengan metoda yang lain, karena lebihmurah, mudah melaksanakan dan tidakmenimbulkan pencemaran terhadaplingkungan. Sayangnya pelaksanaanprogram penanggulangan DBD lebihbanyak dilakukan dan dikendalikan olehpemerintah yaitu petugas kesehatan dankurang menempatkan masyarakat sebagaimitra dalam perencanaan dan pelaksanaanprogram. Sehingga yang muncul saat inidalam penanggulangan DBD bukangerakan masyarakat melainkan gerakanpetugas kesehatanUntuk memantau perkembangan jentikdan menggerakan partisipasi masyarakatdalam pelaksanaan PSN, maka dibentukjuru pemantau jentik (Jumantik).Pembentukan jumantik merupakan salahsatu kebijakan pemerintah pusat untukmeningkatkan pembrantasan penyakitDBD di Indonesia. Program inidilaksanakan sejak tahun 2004 danimpelementasinya di masing-masing daerah

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 143-149

Page 47: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

145

Data di atas menunjukkan bahwakecendrungan kinerja jumantik belummaksimal. Oleh karena itu pada penelitianini bermaksud menggali lebih dalam tentangtingkat kinerja dan faktor apa yangberpengaruh dalam memantau jentikAedes. Aegypti di Kecamatan DenpasarSelatan.

Metode

Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitikdengan rancangan crossectional Populasipenelitian adalah seluruh jumantik diKecamatan Denpasar Selatan yangberjumlah 104 orang. Instrumenpengumpulan data kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjajumantik menggunakan kuesioner. Ujivaliditas instrumen menggunakan ujiPearson Product Moment dan ujireliabilitas menggunakan koefisien AlphaCronbach (Nunnaly dalam Ghozali, 2002).Data tingkat kinerja dan faktor yangmempengaruhi kinerja diperoleh dari hasilobservasi dan wawancara denganjumantik. Analisis data diawali dengan ujinormalitas data menggunakan ujiKolmogorov-Smirnov dan uji linieritasdata menggunakan pendekatan analisistabel Anova. Dan dilanjutkan dengananalisis regresi linier berganda dengantingkat signifikansi “ = 5 % (p<0,05)

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian latar belakang pendidikanresponden ditemukan paling banyakadalah SMA (51,0%) lebih banyak 2 kalilipat dibanding yang berpendidikansarjana dan SMP. Sedangkan jeniskelamin responden yang berjenis kelaminperempuan sebanyak 84 responden(80,8%) lebih banyak 4 kali lipatdibandingkan dengan yang berjeniskelamin laki-laki. Menurut umurresponden sebanyak 44 orang (42,3%)berumur 31 – 40 tahun.

kepada masyarakat. Jumantik juga harusmempunyai persepsi yang positif danmotivasi yang tinggi dalam melaksanakantugas. Lebih dari itu seorang jumantikdituntut agar mampu menggerakkanmasyarakat untuk ikut berpartisipasi dalampelaksanaan PSN. Dalam menggerakkanpartisipasi masyarakat jumantikseharusnya melakukan 2 (dua ) kegiatanpokok yaitu kunjungan rumah untukmelakukan penyuluhan perorangan danpenyuluhan secara kelompok. Melaluikegiatan ini diharapkan partisipasimasyarakat dalam PSN DBD akansemakin meningkat.Upaya pencegahan dan pemberantasanpenyakit DBD berbasis masyarakat yangdilakukan di Kota Denpasar denganpembentukan Juru Pemantau Jentik(Jumantik) yang berasal dari desa/kelurahan bersangkutan, jumantikdibentuk sejak tahun 2006 tersebar diseluruh banjar yang ada di Kota Denpasar.Berdasarkan laporan tahunan DinasKesehatan Kota Denpasar, kecamatanDenpasar Selatan memiliki angkakesakitan DBD tertinggi dari 4 kecamatanyang ada di Kota Denpasar dari tahun2006 sampai dengan tahun 2008. Selainitu, dari distribusi kasus DBD berdasarkanpuskesmas, diketahui bahwa kasus DBDteringgi terjadi di puskesmas I, II dan IIIkecamatan Denpasar selatan denganjumlah kasus 2.623 kasus. Situasi jumlahkasus DBD di wilayah KecamatanDenpasar Selatan dalam tiga tahun terakhirmengalami peningkatan dan Angka Bebasjentik (ABJ) dari tahun 2006 sampaidengan tahun 2008 belum mencapai targetIndonesia sehat 2010 (> 95%). Datatersebut menunjukkan pelaksanaan PSNdi masyarakat belum berjalan dengan baik.PSN melalui gerakan 3 M memerlukanpartisipasi seluruh lapisan masyarakat,namun penggerakan peran sertamasyarakat dalam PSN DBD masih belumberhasil.

Sali, IW., (Faktor yang Mempengaruhi...)

Page 48: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

146

Distribusi kinerja jumantik menurutkelompok umur, jenis kelamin dan tingkatpendidikan disajikan selengkapnya padaTabel 1.

N % N % N %

< 20 tahun 0 0,0 0 0,0 2 100,0 221-30 tahun 7 22,6 9 29,0 15 48,4 3131-40 tahun 8 18,2 13 29,5 23 52,3 4441-50 tahun 1 4,8 6 28,6 14 66,7 21>50 tahun 2 33,3 2 33,3 2 33,3 6Jumlah 18 17,3 30 28,8 56 53,8 104

Laki-laki 7 35,0 85 40,0 5 38,5 13Perempuan 11 13,1 22 26,2 51 56,0 91Jumlah 18 17,3 30 28,8 56 53,8 104

SMP 11 37,9 11 38 7 24,1 29SMA 5 9,4 12 23 36 67,9 53Sarjana 2 9,1 7 32 13 59,1 22Jumlah 18 17,3 30 29 56 53,8 104

Tabel 1Sebaran Tingkat Kinerja Berdasarkan Karakteristik

Jumantik

Karakteristik Jumantik

Kelompok Umur

Jenis kelamin

TingkatPendidikan

Tingkat Kinerja (n=104)TotalKurang Cukup Baik

Tingkat kinerja jumantik di wilayahDenpasar Selatan menurut kelompok umurdari 104 orang jumantik sebanyak 56orang kinerjanya baik, separuhnyadinominasi oleh kelompok umur 31-40tahun. Proporsi kinerja baik pada jumantikperempuan lebih tinggi sepuluh kali lipatdibandingkan proporsi kinerja baik padalaki-laki. Makin tinggi tingkat pendidikanjumantik makin besar proporsi kinerja baikdari jumantik. Setelah dilakukan uji ChiSquare terhadap umur responden dengantingkat kinerja di peroleh hasil nilaiχ2=6,384 (p-value=0,604) sehinggadapat disimpulkan tidak ada hubunganantara umur dengan tingkat kinerjajumantik. Hubungan Jenis kelamin dengantingkat kinerja jumantik setelah dilakukanuji Chi Square di peroleh hasil nilaiχ2=9,373 (p-value=0,009) sehinggadapat disimpulkan ada hubungan antarajenis kelamin dengan tingkat kinerjajumantik. Jika dilihat hubungan pendidikandengan tingkat kinerja jumantik setelahdilakukan uji Chi Square di peroleh hasil

nilai χ2=18,304 (pvalue=0,001) sehinggadapat disimpulkan ada hubungan antaratingkat pendidikan dengan tingkat kinerjajumantik di wilayah Denpasar Selatan.Berdasarkan tingkat kinerja, dari 104orang jumantik yang ada di wilayahKecamatan Denpasar selatan yangtersebar pada 6 kelurahan dan 4 Desasebanyak 56 orang (53,8%) yaitu tingkatkinerja baik, 30 orang (28,8%) tingkatkinerja cukup, 18 orang (17,3%) tingkatkinerja kurang dan tidak ada kinerjajumantik sangat baik serta sangat kurang.Hasil analisis regresi linier berganda denganmetode enter dari sembilan variabel bebasyang diteliti yaitu dari faktor individu(kemampuan, keterampilan, pengalaman),faktor psikologis (peran, sikap, motivasi)dan faktor organisasi (struktur organisasi,desain pekerjaan, penghargaan) terdapathanya tujuh variabel bebas yangmempengaruhi tingkat kinerja jurupemantau jentik di wilayah kecamatanDenpasar Selatan. Faktor tersebut darifaktor individu adalah kemampuan,keterampilan dan pengalaman, faktorpsikologis adalah sikap, peran, motivasidan faktor organisasi adalah desainpekerjaan. Jadi persamaan regresi didapatsebagai berikut :

Y=9,359+0,515X1+0,668X2+0,416X3+0,201X4+2,311X5+1,288X6+0,007X7+

1,897X8+0,026 X9

Data hasil regresi linier berganda dapatdilihat pada tabel 02.

Partial Part

Kemampuan 0,515 3,569 0,001 0,345 0,055Ketrampilan 0,668 5,440 0,000 0,489 0,084Pengalaman 0,416 3,394 0,001 0,330 0,052Peran 0,201 2,002 0,048 0,202 0,031Sikap 2,311 11,076 0,000 0,752 0,171Motivasi 1,288 7,594 0,000 0,617 0,117Struktur 0,007 0,058 0,954 0,006 0,001Desain 1,897 9,977 0,000 0,717 0,154Penghargaan 0,026 0,124 0,901 0,013 0,002

t pKorelasi

Tabel 2Besarnya Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Jumantik

Variabel Beta

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 143-149

Page 49: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

147

Berdasarkan analisis regresi linierberganda besarnya pengaruh dari masing– masing variabel bebas terhadap kinerjajumantik di kecamatan Denpasar selatanyaitu variabel sikap memberi pengaruhpaling tinggi terhadap kinerja jumantikdengan nilai t sebesar 11,076 (75,2%)dan secara bersama-sama dengan faktoryang lain sebesar 17,1%. Dari 9 variabelbebas yang diteliti ada 2 variabel yang tidaksignifikan yaitu struktur organisasi danpenghargaan.Kemampuan memiliki korelasi yangbermakna terhadap kinerja (34,5%),didukung oleh hasil uji regresi yangmenunjukkan kemampuan berpengaruhsecara nyata terhadap kinerja (p<0,01).Konstanta 9,359 artinya jika tidak adakenaikan nilai kemampuan, maka skorkinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin kemampuan akan memberikenaikan skor kinerja sebesar 0,515.Temuan penelitian ini menunjukkan bahwakemampuan yang tinggi akan menghasilkankinerja yang tinggi. Kemampuan kerjaakan berpengaruh tidak saja pada hasilkuantitas dan kualitas, tetapi jugaberpengaruh terhadap keinginanmempertahankannya. Kemapuan kerjamemainkan peran yang penting dalamkinerja individu, karena kemampuan kerjamerupakan salah satu faktor yangberperan penting dalam meningkatkanprestasi kerja (Gibson and Dooolley,1996).Ketrampilan memiliki korelasi yangbermakna terhadap kinerja (48,9%),didukung oleh hasil uji regresi yangmenunjukkan ketrampilan berpengaruhsecara nyata terhadap kinerja (p<0,01).Konstanta 9,359 artinya jika tidak adakenaikan nilai ketrampilan, maka skorkinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin ketrampilan akan memberikenaikan skor kinerja sebesar 0,668.

Ketrampilan yang dimiliki oleh seseorangmenentukan kesiapan untuk melakukansuatu pekerjaan, tergantung daripendidikan yang telah diterima maupunyang telah didapat (Mathis & Jacson,2006). Ketrampilan kerja jumantikdipengaruhi oleh pendidikan . Pendidikanmerupakan bagian dari investasi sumberdaya manusia. Semakin lama waktu yangdigunakan seseorang untuk pendidikansemakin tinggi kemampuan ataukompetensinya dalam melakukanpekerjaan, dan dengan demikian semakintinggi kinerjanya. Ketrampilan kerja yangdimiliki jumantik juga didukung oleh umurdan pengalaman kerja. Umur respondenpaling banyak adalah 31-40 tahun(66,7%). Umur 31-40 tahun merupakanusia kerja dewasa, dimana jumantik padausia ini memiliki kecepatan, kecekatan,kekuatan yang oftimal untuk menunjangpekerjaan mareka (Robbins, 1998).Pengalaman memiliki korelasi yangbermakna terhadap kinerja (33,0%),didukung oleh hasil uji regresi yangmenunjukkan Pengalaman berpengaruhsecara nyata terhadap kinerja (p<0,01).Konstanta 9,359 artinya jika tidak adakenaikan nilai pengalaman, maka skorkinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin pengalaman akan memberikenaikan skor kinerja sebesar 0,416.Pengalaman kerja dapat memperdalamdan memperluas kemampuan kerja.Semakin sering seseorang melakukanpekerjaan yang sama, semakin terampildan semakin cepat dia menyelesaikanpekerjaan tersebut. Semakin banyakmacam pekerjaan yang dilakukanseseorang, pengalaman kerjanya semakinkaya dan luas, dan memungkinkanpeningkatan kinerjanya.Peran memiliki korelasi yang bermaknaterhadap kinerja (20,2%), didukung olehhasil uji regresi yang menunjukkan Peranberpengaruh secara nyata terhadap kinerja

Sali, IW., (Faktor yang Mempengaruhi...)

Page 50: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

148

tidak setuju. Sesuai dengan sikap yangtelah diambil maka individu akan bertindakdalam bentuk suatu perilaku. Sikapjumantik yang peduli terhadap tugas dantanggung jawab yang meliputipenanggulangan, pemberantasan,penyuluhan dan pertolongan pertama padapenderita tentunya akan bermaknamempengaruhi kinerja.Motivasi memiliki korelasi yang bermaknaterhadap kinerja (61,7%), didukung olehhasil uji regresi yang menunjukkan motivasiberpengaruh secara nyata terhadap kinerja(p<0,01). Konstanta 9,359 artinya jikatidak ada kenaikan nilai motivasi, makaskor kinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin motivasi akan memberi kenaikanskor kinerja sebesar 1,288. Motivasimerupakan keseluruhan proses pemberianmotif bekerja sedemikian rupa sehinggamareka mau bekerja dengan ikhlas demitercapainya tujuan organisasi denganeffisien dan dinamis.(Mangkunegara,2007) Sesuai dengan tugas dan tanggungjawab jumantik diantaranya mampumenggerakkan/memotivasi masyarakatdalam Pemberantasan Sarang NyamukDemam Berdarah Dengue (PSN-DBD)terutama di dalam rumah, tempatperindukan Aede. aegypti di dalam rumahternyata lebih besar daripada yang diluarrumah sehingga hal inilah menyebabkanmengapa nyamuk Aedes.aegypti terus-menerus selalu ada, terutama pada waktumusim kamarau (Seogijanto, 2006).Desain pekerjaan memiliki korelasi yangbermakna terhadap kinerja (71,7%),didukung oleh hasil uji regresi yangmenunjukkan desain pekerjaanberpengaruh secara nyata terhadap kinerja(p<0,01). Konstanta 9,359 artinya jikatidak ada kenaikan nilai desain pekerjaan,maka skor kinerjanya adalah 9,359.Setiap ada kenaikan karena penambahannilai positif satu poin desain pekerjaan akanmemberi kenaikan skor kinerja sebesar

(p<0,01). Konstanta 9,359 artinya jikatidak ada kenaikan nilai peran, maka skorkinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin Peran akan memberi kenaikanskor kinerja sebesar 0,201. Besarnyapengaruh peran karena peran jumantikakan maksimal kinerjanya apabilamasyarakat dapat membantukelangsungan dengan kesadaran untukmemberikan kesempatan kepada jumantikmemantau jentik dan sarang nyamuk dirumahnya (Depkes, 2004) .Peran adalah pola perilaku yangdiharapkan dari seseorang yang memilikistatus atau posisi tertentu dalam organisasi.(M. Manullang, 2008 ). Dalam penelitianini dilihat dari kehadiran jumantikmelaksanakan kegiatan organisasi yangmeliputi perencanaan kegiatan,pemeriksaan jentik dan penyuluhankelompok, pada tahap pertencanaanjumantik setidaknya dapat merencanakanpengaturan waktu dan merencanakanpenentuan rumah (sasaran) yang akandikunjungi pada periode tertentu.Sikap memiliki korelasi yang bermaknaterhadap kinerja (75,2%), didukung olehhasil uji regresi yang menunjukkan sikapberpengaruh secara nyata terhadap kinerja(p<0,01). Konstanta 9,359 artinya jikatidak ada kenaikan nilai sikap, maka skorkinerjanya adalah 9,359. Setiap adakenaikan karena penambahan nilai positifsatu poin sikap akan memberi kenaikanskor kinerja sebesar 2,311. Sikap dalamketerlibatan kerja mengukur sampaitingkat mana seseorang memihak padapekerjaannya, berpartisipasi aktifdidalamnya dan menganggap kinerjanyapenting bagi harga diri (Robbins, 1998) .Sikap merupakan suatu kesiapan individuuntuk bertindak tertentu terhadap hal-haltertentu. Jadi sikap ini selalu ditujukanterhadap suatu objek. Dengan demikian,terhadap suatu objek (norma/inovasi)seorang individu akan bersikap setuju atau

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 143-149

Page 51: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

149

1,879. Semakin dipahami desainpekerjaan akan dapat meningkatkankinerja jumantik. Desain pekerjaan yangdimaksud adalah terutama dalampencatatan dan pelaporan. Jumantikdiharapkan mampu mendesain pekerjaanmengarahkan terutama dalam alurpenemuan penderita DBD. Setiap unitpelayanan kesehatan yang menemukantersangka atau penderita DBD wajibsegera melaporkannya ke Dinas kesehatanKabupaten/kota setempat selambat-lambatnya dalam 24 jam dengan tembusanke Puskesmas wilayah tempat tinggalpenderita. (Depkes,2005) Laporantersangka DBD merupakan laporan yangdipergunakan untuk tindakan kewaspa-daan dan tindak lanjut penanggulangannya,yang diteruskan secara berjenjang dariPuskesmas sampai pusat.

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkatkinerja jumantik di wilayah KecamatanDenpasar Selatan tidak ada mempunyaikinerja sangat baik, sebagian sudahmemiliki kinerja baik dan sebagian lainnyamasih kurang. Tingkat kinerja baik 53,8%, kinerja cukup 28,8 %, kinerja kurang17,3 %. Kinerja jumantik laki berbedanyata (X2

2.0,05=9,37 P=0,009) denganjumantik perempuan kinerja perempuamhampir sepuluh kali lipatnya, dibandingkandengan kinerja laki-laki. Faktor-faktoryang mempengaruhi kinerja jumantik diwilayah Kecamatan Denpasar Selatanadalah faktor individu, faktor psikologisdan faktor organisasi dengan nilai koefisiendeterminasi (R2)= 0,978.Untuk meningkatkan keberhasilanprogram pencegahan dan penanggulanganDBD di Kota Denpasar, ketiga faktor :individu, psikologis dan organisasiditingkatkan melalui pelatihan berbasisketrampilan dan peningkatan jenjangpendidikan penting diteruskan untukmencapai kinerja jumantik yang tinggi.

Daftar PustakaDepkes, (2004 ) Petunjuk Teknis

Pembrantasan Sarang NyamukDemam BerdarahDengue olehJuru Pemantau Jentik ( Jumantik), Jakarta : Ditjen PPM & PL

_____ (2004 ) Modul Latihan JuruPemantau Jentik (Jumantik)dalam Pembrantasan SarangNyamuk Demam BerdarahDengue, Jakarta : Ditjen PPM & PL

_____(2004), Petunjuk PelaksanaanPembrantasan Sarang NyamukDemam Berdarah Dengue (PSNDBD) Jakarta : Ditjen PPM & PLP

______(2005) Pencegahan danPembrantasan Demam BerdarahDengue di Indonesia, Jakarta :Ditjen PPM & PLP

Ghozali, (2002.) Aplikasi AnalisisMultivariate Dengan ProgramSPSS. Edisi Kedua. Semarang :Universitas Diponogoro.

Gibson, & Dooolley, (1996), Organisasiperilaku dan proses, EdisiDelapan. Alih Bahasa NunukArdianin, Jakarta : PT Bina Akasara

Mangkunegara P. (2007), EvaluasiKinerja Sumber Daya Manusia,Bandung : PT Refika Aditama

M. Manullang (2008) ManajemenPersonalia, Yogjakarta : GadjahMada University Press

Mathis RL & Jacson .(2006) HumanResourse Management (Mana-gemen Sumber daya Manusia)Edisi 10. Penerjemah DianaAngelica : Jakarta

Robbins,S.P, (1998) OrganizationalBehavior:Concepts, Controversiesand Application, Eighth Edition,New Jersey.

Seogijanto, (2006) Demam BerdarahDengue, Edisi 2 , Surabaya,Airlangga University Press

WHO, (2007) Case Dengue In South EastAsia, [internet] Available from http:/www.who.int./EN/section 10/sectionhtm,[Accessed : 23 Juli 2007]

Sali, IW., (Faktor yang Mempengaruhi...)

Page 52: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

150

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSANMAHASISWA DALAM MEMILIH KULIAH DI POLTEKKES DENPASAR

I G. Sudarmanto1 dan I B. Oka Suyasa2

Abstract. Based on the report of Sipensimaru Diknakes Poltekkes Denpasarduring the last three years in 2007 until 2009 Academic year, showed thedecreasing number of students studying at Poltekkes Denpasar. During thosethree years the average of students studying at Poltekkes Denpasar just 243people. Analyzing the marketing factors from marketing mix variables thatinfluence student decisions to choose studying at Poltekkes Denpasar is a veryimportant thing for institution, as well as self-evaluation, can later be used asthe basis for developing marketing strategy for the institution in the effortactualize themselves to survive (exist).This research is analytical descriptive, cross sectional research design. Thesamples were students on second Semester, sorted by proportional randomsampling, physically fit, willing to become research subjects. Data collectionmethods used were interview methods. The resulting data is presented in tableform and teks, then processed and analyzed use processing software.The results obtained in this study, all variables marmix influence the decisionto choose studying in Poltekkes Denpasar. Partially, a significant marmixvariable that influence students decisions choose studying in PoltekkesDenpasar include promotion, school location, personal traits, learning process,physical evidence. Marketing mix variables that affect dominant against thedecision is the promotion by using brochures and banners, as evidenced by thevalue of Rs (0,666) and Sig (0,000).

Keywords: marketting mix, students decision

1,2 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

Salah satu masalah yang dihadapi bangsaIndonesia saat ini adalah masalah tenagakesehatan. Kelemahan pembangunankesehatan dari sudut tenaga kesehatanadalah yang menyangkut penyebaranbelum merata, mutu pendidikan yang belummemadai, komposisi tenaga kesehatanyang timpang karena masih sangatdidominasi oleh tenaga medis serta kinerjadan produktivitas yang masih rendah.Berdasarkan Kep.Menkes RI, Nomor284/Menkes/SK/IV/2006, tenagakesehatan adalah seseorang yangmengabdikan diri dalam bidang kesehatanyang memiliki pengetahuan dan keteram-pilan serta kewenangan dalam melakukanupaya kesehatan yang didapat melalui

pendidikan di bidang kesehatan.Dijelaskan pula bahwa tenaga kesehatanmerupakan salah satu unsur penting dalampelaksanaan upaya kesehatan untuk dapatmenyelenggarakan pelayanan yangprofesional. Agar tenaga tersebut dapatmelaksanakan tugasnya secaraprofesional, maka peranan lembagapendidikan tenaga kesehatan yang adasangat dibutuhkan sekali. Lembagapendidikan tenaga kesehatan yangdiharapkan tentunya adalah lembagapendidikan yang mampu memberikanpelayanan yang profesional.Sampai saat ini di Bali khususnya sudahberdiri banyak lembaga pendidikan tinggitenaga kesehatan yang memberikan

Page 53: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

151

Menganalisis faktor-faktor pemasaran darivariabel marketing mix yangmempengaruhi mahasiswa mengambilkeputusan memilih kuliah di PoltekkesDenpasar adalah suatu hal yang sangatpenting bagi lembaga pendidikan tinggi ini,karena disamping sebagai evaluasi diri,nantinya dapat digunakan sebagai strategidasar pengembangan pemasaran bagilembaga didalam upaya mengaktualisa-sikan diri untuk dapat tetap bertahan kuat(eksis).

Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif, dengandesain penelitian cross sectional, yaitupeneliti mempelajari hubungan antarvariable dengan melakukan pengukuransesaat, subjek tidak harus diukur padahari yang sama (pengambilan data sesaat).Populasi penelitian ini adalah mahasiswaPoltekkes Denpasar tahun akademik2009/2010, dimana rata-rata tiaptahunnya 243 orang (Laporan SipensimaruDiknakes Poltekkes Depkes Denpasar,2007 - 2009). Besar sampel diambilminimal 25% dari jumlah populasi(Suharsini A, 2008), dalam penelitian inidiambil 105 orang. Tehnik pengambilansampel yang digunakan adalah propor-sional random samplingMetode pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah metodewawancara. Data yang dihasilkan diolahdan dianalisis dengan bantuan softwarepengolah data.

Hasil Penelitian

Sampel penelitian ini adalah mahasiswaPoltekkes Denpasar. Jumlah sampelsebanyak 105 orang terdiri dari JurusanKeperawatan, Kebidanan, AnalisKesehatan 20 orang, dari JurusanKesehatan Lingkungan, Kesehatan Gigi,Gizi 15 orang.

harapan kepada masyarakat akan lahirnyaalumnus yang professional. Persainganantara lembaga pendidikan tinggi dalammenjaring mahasiswa untuk kuliah semakinbertambah ketat. Untuk dapatmemenangkan persaingan, masukanmasyarakat mengapa memilih kuliah disebuah lembaga tinggi merupakan halyang sangat penting sebagai dasarpengembangan strategi pemasaran.Tuntutan masyarakat telah berubah danmakin selektif terhadap jasa yangditawarkan perguruan tinggi. Bilaperguruan tinggi ingin tetap bertahan kuat,mutlak diperlukan inovasi pemasaran yangkreatif dalam menjawab tantangantersebut, untuk mengaktualisasikantuntutan pasar, dibutuhkan adanyasejumlah konsep dasar yang patutdipahami oleh setiap lembaga perguruantinggi dalam bentuk marketing mix, yangmeliputi : product, price, promosi, place,personal traits dan physical evidence.Berdasarkan Laporan SipensimaruDiknakes Poltekkes Depkes Denpasarselama tiga tahun terakhir (2007-2009),terjadi penurunan jumlah mahasiswa yangkuliah di Poltekkes Depkes Denpasarpadahal pendaftarnya mengalamipeningkatan. Pada tahun 2007 jumlahpendaftar 1596 orang, mahasiswanya 266orang, tahun 2008 jumlah pendaftar 1459orang, jumlah mahasiswa turun menjadi228 dan tahun 2009 jumlah pendaftar1859 orang tetapi mahasiswanya hanyaberjumlah 235. Rata-rata selama tiga tahuntersebut jumlah mahasiswa yang kuliah diPoltekkes Depkes Denpasar sejumlah 243orang. Apabila dilihat lebih detail ternyatapenurunan tersebut terjadi pada jumlahcalon mahasiswa yang diterima melaluijalur uji tulis dimana pada tahun 2007diterima 213, sedangkan tahun 2008 dan2009 diterima 158 dan 159. Calonmahasiswa yang diterima melalui jalurPMDP rata-rata selama tiga tahunsebanyak 61 orang per tahun.

Sudarmanto, IG., IB Oka Suyasa (Analisis faktor-faktor...)

Page 54: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

152

(p<0,05) yang berarti hasil pengamatantidak berdistribusi normal. maka untukselanjutnya dilakukan analisa dengan ujikorelasi berganda non parametrik.Berdasarkan analisis statistik komputerdiperoleh nilai Kendall’s tau_b sebesar0,643 sedangkan nilai Spearman’s rholebih tinggi yakni sebesar 0,779. Hal inimenunjukkan terdapatnya korelasi/hubungan positif antara penilaianmahasiswa terhadap variabel marmixsecara simultan dengan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Dilihat dari nilai koefisienkorelasi keduanya berada diatas 0,5 halini menunjukkan kuatnya hubunganpenilaian mahasiswa terhadap variabelmarmix secara simultan dengan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar.Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel marketing mix terhadapkeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar dilakukan uji korelasispearman dengan hasil seperti tersaji padatabel 2.

Marketing Mix Operasional Rs SigProduct Lulusan 0,149 0,129Price Biaya 0,035 0,723Promotion Promosi Institusi 0,515 0,000

Promosi Brosur, Spanduk 0,666 0,000Place Lokasi Tempat Kuliah 0,335 0,000Personal Traits Pelayanan 0,475 0,000Process PBM 0,311 0,001Physical Evidence Ruang Kuliah 0,555 0,000

Asrama 0,469 0,000Praktek 0,321 0,001Perpustakaan 0,37 0,000Tempat Parkir 0,362 0,000

Tabel 2Pengaruh variabel marketing mix secara parsial terhadap

keputusan memilih kuliah di Poltekkes Denpasar

Apabila dilihat secara parsial ternyatatidak seluruh variabel marketing mixsecara signifikan memberi pengaruhterhadap keputusan mahasiswa memilihkuliah di Poltekkes Denpasar. Variabel-variabel yang mempengaruhi keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar ditunjukkan dengan p<0,05

Sampel di peroleh dengan menggunakanteknik pengambilan sampel proporsionalrandom sampling. Gambaran umumsampel selengkapnya dapat dilihat padatabel 1.

n %Laki-laki 23 21,9Perempuan 82 78,1

Umur 17 1 1,018 17 16,219 81 77,120 5 4,821 1 1,0

Lokasi SMU Denpasar 46 43,8Badung 4 3,8Tabanan 10 9,5Gianyar 11 10,5Singaraja 5 4,8Klungkung 15 14,3Karangasem 3 2,9Bangli 3 2,9Negara 2 1,9Luar Bali 6 5,7

Pekerjaan PNS 49 46,7Orang Tua Swasta 22 21,0

BUMN 1 1,0Wiraswasta 33 31,4

Pendidikan Tidak Sekolah 2 1,9Orang Tua SD 5 4,8

SMP 8 7,6SMU/SMK 38 36,2Diploma 14 13,3S1 32 30,5S2 6 5,7

Tabel 1Sebaran Karakteristik Responden

Hasil PengamatanKarakteristik

Jenis Kelamin

Untuk melihat pengaruh variabel marmixsecara simultan terhadap keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar, data primer yang terdiri atasdata hasil penilaian mahasiswa terhadappenerapan variabel marmix dan data hasilkeputusan memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Kedua kelompok data tersebutdibuat total skor terlebih dahulu, karenasetelah diuji dengan metode statistikKolmogorov Smirnov (KS), baik penilaianmaupun keputusan mahasiswa dalammemilih kuliah di Poltekkes Denpasardidapatkan hasil yang significant

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 150-156

Page 55: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

153

Variabel Promotion, dalam penelitian inidibagi menjadi promosi institusi danpromosi menggunakan brosur danspanduk sama-sama signifikans (p< 0,05).Ini berarti promosi yang dilakukan memangmempengaruhi keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasar.Maksudnya apabila penilaian mahasiswaterhadap variabel promosi bertambah baikmaka perubahan tersebut akan dapatmempengaruhi atau mampu meningkatkankeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar.Variabel Place atau lokasi kuliah danPersonal Traits juga menunjukkan halyang signifikans (p< 0,05). Dengandemikian lokasi kampus ternyata jugamempengaruhi keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasar.Maksudnya apabila penilaian mahasiswaterhadap variabel place bertambah baikmaka perubahan tersebut dapatmempengaruhi atau mampu meningkatkankeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar.Variabel Process memiliki nilai korelasiyang juga signifikans (p< 0,05). Variabelini dapat mempengaruhi atau keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Artinya apabila penilaianmahasiswa terhadap variabel inibertambah baik maka perubahan tersebutdapat mempengaruhi atau mampumeningkatkan keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasar.Variabel Physical Evidence yang terdiridari ruang kuliah, asrama, fasilitas praktek,perpustakaan dan tempat parkir masing-masing memiliki nilai pvalue< 0,05 kecualifasilitas praktek dengan p-value<0,001.Ini berarti variabel ini mempengaruhikeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar. Maksudnya apabilapenilaian mahasiswa terhadap fasilitas yangdimiliki Poltekkes Denpasar bertambahbaik maka perubahan tersebut dapatmempengaruhi atau mampu meningkatkan

keputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar.Pada Tabel 2 terlihat nilai Rs pada variabelmarketing mix yang memiliki p-value<0,05 dimulai dari yang tertinggi sampaiyang terendah sebagai berikut : urutanpertama promosi menggunakan brosurdan spanduk (0,666), urutan kedua ruangkuliah (0,555), urutan ketiga promosiinstitusi (0,515). Urutan keempatpelayanan (0,475), urutan kelima asrama(0,469), urutan keenam perpustakaan(0,370), urutan ketujuh tempat parkir(0,362), urutan kedelapan lokasi kuliah(0,335), urutan kesembilan fasilitaspraktek (0,321) dan urutan kesepuluhPBM (0,311).Dengan demikian secara parsial promosidengan menggunakan brosur dan spandukuntuk memperkenalkan PoltekkesDenpasar merupakan variabel yangberpengaruh dominan terhadap keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar, dibuktikan dengan nilai Rs(0,666), artinya antara penilaian mahasiswaterhadap variable marketing mix dengankeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar memiliki hubunganyang sangat erat (nilai Rs 0,666 mendekati1,000). Apabila terjadi penambahan angkapada penilaian mahasiswa terhadapvariabel promosi menggunakan brosur danspanduk maka skor keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar akan meningkat pula (nilai Rspositif).

Pembahasan

Dari 105 orang responden sebagian besaradalah perempuan yaitu sebesar 82 orang(78,1 %), umur responden mulai dari 17– 21 tahun, umur 19 tahun yang berjumlahsebanyak 81 orang merupakan umurdengan prosentase tertinggi yaitu 77,1 %.Mereka sebagian besar bersekolah SMUdi Kota Denpasar (43,8%), namun adajuga yang berasal dari SMU di luar

Sudarmanto, IG., IB Oka Suyasa (Analisis faktor-faktor...)

Page 56: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

154

SMU, promosi menggunakan mediapromosi brosur,spanduk), place (lokasikuliah), personal traits (pelayanan yangdiberikan oleh pimpinan dan staff), process(proses belajar mengajar), physicalevidence (ruang kuliah, asrama, fasilitasruang praktek, perpustakaan, tempatparkir) berpengaruh terhadap keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar.Tetapi apabila dianalisa secara parsial,maka masing-masing variabel memilikikekuatan pengaruh yang berbeda-bedaterhadap keputusan mahasiswa memilihkuliah di Poltekkes Denpasar. Yang perludiperhatikan adalah variabel-variabel yangnilai p-value-nya di bawah 0,05 karenavariabel tersebut mampu meningkatkannilai keputusan mahasiswa memilih kuliahdi Poltekkes Denpasar. Artinya apabilainstitusi mampu memperbaiki kondisivariabel yang mengakibatkan mahasiswamerubah penilaian mereka lebih baikterhadap variabel tersebut makakeputusan mahasiswa untuk kuliah diPoltekkes Denpasar akan semakin kuat.Dengan kata lain variabel-variabel tersebutadalah variabel-variabel yang perludibenahi.Variabel Promotion, khususnya variabelpromosi menggunakan brosur danspanduk merupakan variabel dominanmempengaruhi keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasar.Poltekkes Denpasar perlu memperbaikistrategi promosi menggunakan spandukdan brosur ke sekolah-sekolah SMU.Responden lebih banyak menyatakanpromosi institusi menggunakan spandukdan brosur kurang. Untuk itu perlu dicetakbrosur dan spanduk lebih banyak dandidistribusikan ke SMU-SMU, tidakhanya di Kota Denpasar tetapi di seluruhKabupaten yang ada di Bali bahkan kalaumemungkinkan sampai di luar propinsiBali mengingat mahasiswa PoltekkesDenpasar ada yang berasal dari luar Bali.

Propinsi Bali (5,7%). Hal ini menandakanperempuan memiliki minat yang cukuptinggi kuliah di Poltekkes Denpasar danasal SMU dari mahasiswa sebagian besaradalah dari Kota Denpasar.Melihat data ini Poltekkes Denpasarsebaiknya lebih intensif melakukanpromosi menyasar kabupaten-kabupatenselain Kota Denpasar, bila memungkinkansampai di luar Propinsi Bali termasuk jugadalam hal melaksanakan pengabdianmasyarakat. Dengan demikian PoltekkesDenpasar akan semakin dikenal dimasyarakat luas. Sedangkan untukpeminat perempuan sepertinya tidak bisadipungkiri karena fakta menunjukkancalon mahasiswa yang yang diterima disalah satu jurusan adalah perempuan,contohnya Jurusan Kebidanan.Dari pekerjaan orang tua mahasiswa, rata-rata orang tua yang bekerja sebagai PNS(46,7%), menyekolahkan anaknya diPoltekkes Denpasar. Sebagian besarorang tua mahasiswa adalah tamatanSMU/SMK (38%). Tidak tertutupkemungkinan orang tua masih intervensiterhadap pilihan Perguruan Tinggi dariseorang calon mahasiswa, sehinggaPoltekkes perlu memperhatikan kelompokorang tua yang berprofesi PNS danberpendidikan SMU/SMK sebagaisasaran dari promosi Poltekkes Denpasar.Dari hasil analisis juga ditemukan adanyakorelasi/hubungan positif antara penilaianmahasiswa terhadap variabel marmixsecara simultan dengan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Nilai koefisien korelasikeduanya berada diatas 0,5 yangmenunjukkan kuatnya hubungan penilaianmahasiswa terhadap variabel marketingmix secara simultan dengan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Dengan demikian maka seluruhvariabel marketing mix yang terdiri dariproduct (lulusan), price (biaya),promotion (promosi dari institusi ke SMU-

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 150-156

Page 57: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

155

Promosi aktif yang dilakukan institusimelalui presentasi para dosen ke SMU-SMU ternyata juga kurang maksimalmendongkrak keputusan mahasiswa kuliahdi Poltekkes Denpasar. Hal inikemungkinan disebabkan karena biayanyacukup tinggi, waktunya cukup singkat danSMU yang disasar tidak begitu banyak.Variabel Place atau lokasi kuliah memilikinilai sig 0,000 (< 0,05). Apabila penilaianmahasiswa terhadap variabel placebertambah baik maka perubahan tersebutdapat meningkatkan keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasar.Lokasi masing-masing jurusan yang masingberdiri sendiri atau terpisah-pisah memberiefek kecilnya penilaian mahasiswaterhadap variabel ini. Ditambah lagisulitnya menjangkau lokasi kuliahdibeberapa jurusan dengan menggunakankendaraan umum. Perlu dimaklumi bahwatidak semua mahasiswa memilikikendaraan sendiri untuk kuliah. Masihbanyak yang menggunakan kendaraanumum. Hal ini bisa diatasi apabila jurusanmampu menyediakan asrama yangmencukupi.Variabel Personal Traits (Pelayanan yangdiberikan oleh pengelola akademik baikstaf maupun dosen) memiliki nilai sig 0,000(< 0,05). Rendahnya penilaian mahasiswaterhadap variabel ini karena kurangnyakoordinasi diantara petugas serta tidak adastandar pelayanan yang baku dalammelayani mahasiswa. Penguasaanteknologi dari para staf dinilai masihkurang. Apabila penilaian mahasiswaterhadap variabel ini bertambah baik makaperubahan tersebut dapat mempengaruhiatau mampu meningkatkan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar.Variabel Proses Belajar Mengajar memilikinilai sig 0,001 (< 0,05). Hal-hal yang tergalisaat wawancara dengan mahasiswaberkaitan variabel ini adalah sulitdipahaminya penjelasan dosen, pemberian

tugas yang tidak proporsional, banyakdosen ijin. Apabila penilaian mahasiswaterhadap variabel ini bertambah baik makaperubahan tersebut dapat mempengaruhiatau mampu meningkatkan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar.Variabel Physical Evidence memiliki nilaisig rata-rata 0,000 (< 0,05). Ruang kuliahmendapat penilaian kurang memadai darimahasiswa, hal ini karena dibeberapajurusan ruangan belajarnya masihberpindah-pindah, tempat duduknyabanyak coretan, warna cat ruangan sudahkusam. Kualitas asrama di masing-masingjurusan rata-rata kurang baik begitu puladari kuantitas kurang memenuhi kebutuhanmahasiswa akan asrama. Sampai saat inibaru jurusan kebidanan yang memilikifasilitas asrama yang dilihat dari kualitassudah cukup baik tetapi dilihat darikuantitas masih kurang, karena satu kamardiisi oleh 10 orang. Jurusan lain kondisiasrama meyebabkan mahasiswa enggantinggal diasrama padahal kebutuhanasrama cukup tinggi. Rendahnya penilaianmahasiswa terhadap variabel Alat, Bahan,Fasilitas Ruang Praktek karena fasilitasalat-alat laboratorium banyak yang lama,ruang kurang nyaman untuk praktek,bahankadang-kadang tidak ada sehinggaprakteknya tidak diberikan, hanyadiberikan secara teori saja. Perpustakaanbelum mampu menyediakan buku-bukuterbaru yang diperlukan mahasiswa,kadang-kadang perpustakan tutup padajam belajar. Tempat parkir mahasiswatidak memadai karena parkir di tempatterbuka, sehingga pada saat hujankendaraan jadi basah. Pengaturan tempatparkir kurang di tata, sehingga terkesanasal parkir. Apabila penilaian mahasiswaterhadap variabel ini bertambah baik makaperubahan tersebut dapat mempengaruhiatau mampu meningkatkan keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar.

Sudarmanto, IG., IB Oka Suyasa (Analisis faktor-faktor...)

Page 58: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

156

biaya kuliah di seluruh jurusan. Apabilamemungkinkan perencanaan kampusterpadu segera direalisasikan.

Daftar Pustaka

Bimbaum, 2008. The Modernization ofEducation in Globalization Word,Transformation of Journal,Birmingham, April 2008,18-24

Gitosudanno, Indriyo,1994. ManajemenPemasaran, BPFE Yogyakarta

Hassen, 2006. Marketing mixforSuccesfull Analiziz Organization,National Institute,London

Potton&Moelong,2001. MetodologyResearch Statistic,Boston,Londonpress,ltd

Qauliyah,asta, 2005. PengambilanKeputusan,(online),available : http:/www.astaqauliyah.com (10Nopember 2010)

Singgih Santoso, 2009. Statistik NonParametrik SPSS,CVCanisius,Yogyakarta

Sudarmanto IG,2002. Kelas JauhParadigma Baru Perguruan Tinggiyang Kebablasan,Denpasar Post

Suharsini H,2008, Statistik Sosial, CVKaninas,Yogyakarta

Sutojo Siswanto,1981. Kerangka DasarManajemen Pemasaran, LPPM

Sofjian, Assauri,1992. ManajemenPemasaran Dasar, Konsep danStrategi, Rajawali, Jakarta

Untuk variabel-variabel yang lain sepertiproduct (lulusan) dan Price (biaya) dalampenelitian ini memiliki nilai yang cukup baikdari mahasiswa. Variabel-variabel ini sudahtidak memberi pengaruh berarti terhadapkeputusan mahasiswa memilih kuliah diPoltekkes Denpasar, karena rata-ratajawaban mereka sudah menyatakan baik.Untuk variable lulusan agar terusdiupayakan menciptakan lulusan yang siappakai sesuai profesinya dan menguasaiIPTEK, untuk variabel biaya kuliah agardipertahankan sehingga PoltekesDenpasar terjangkau bagi masyarakat luas.

Kesimpulan dan Saran

Seluruh variabel marketing mixberpengaruh terhadap keputusanmahasiswa memilih kuliah di PoltekkesDenpasar. Secara parsial variabelmarketing mix yang signifikan dapatmempengaruhi keputusan mahasiswamemilih kuliah di Poltekkes Denpasarantara lain promotion (promosi dariinstitusi ke SMU-SMU, promosimenggunakan media promosi brosur,spanduk), place (lokasi kuliah), personaltraits (pelayanan yang diberikan olehpimpinan dan staff), process (prosesbelajar mengajar), physical evidence(ruang kuliah, asrama, fasilitas ruangpraktek, perpustakaan, tempat parkir).Variabel marketing mix yang berpengaruhdominan terhadap keputusan mahasiswadalam memilih kuliah di PoltekkesDenpasar adalah promosi denganmenggunakan brosur dan spanduk.Untuk meningkatkan minat siswa SMUmendaftar dan memutuskan untuk kuliahdi Poltekes Denpasar, diperlukan adanyakesungguhan dari Direktur besertajajarannya untuk mengevaluasi danmemperbaiki kualitas kegiatan promosimenggunakan media promosi, disampingitu juga wajib mempertahankan bahkankalau bisa meningkatkan kualitas lulusan,mempertahankan atau tidak meningkatkan

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 150-156

Page 59: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

157

OBSERVASI ANGKA KUMAN USAP ALAT MAKAN DI PANTI ASUHANTAT TWAM ASI RENON DENPASAR

I Wayan Merta1 dan Nyoman Mastra2

Abstract. Contaminated food can fuction as a deseases transmited media, it iscalled with “Food Borne Disease”. To defect contaminated food can be doneon taking a meal equip smear like (plate and drinking glass) nex they areinvestigated in laboratory.This reaearch is to analyse the condition of mealequipments (plate and drinking glass) that use by orphans children at orphaninstitution Tat Twam Asi Renon Denpasar. Research method is descriptive thatis only to describe the result research, and this results are compered withoperational standar populations are 45 plate and to drinking glasses . Platesampel are taken 15 by quota random sampling and for the drinking glassesare taken all (population). The result of investigation for 15 plate first stapshowed 3 (20%) plate microbe rates are fulfilled as minimal standard the isallowed and 12 (80%) plate. Its microbe rates are not fulfilled as minimalstandard. For the secand stap showed that 4 (26%) plates. Its microbe rates isfulfilled a minimal standard.The investigations for 10 drinking glasses for thefirst stap showed 3 (30%) drinking glasses, its microbe rates are fulfilled aminimal standard that is allowed and 7 (70%0 drinking glasses its microberates are not fulfilled a minimal standard. To the second stap showed that 4(40%) drinking glasses its microbe rate are fulfilled as a minimal standard and6(60%) drinking glasses are not fulfilled a minimal standard. From the resultstudy obove can be concluced that microbe level rate for plates and drinkingglasses at orphan institution Tat Twam Asi is not fulfilled health minimal standarthat applied that is 100 organism/cm2. So to exel this problem needed to developcontinously because to change the behaviour is very difficult and neededlongterm time.

Keywords : microbe rates of plates and drinking glasses.

1,2 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

Makanan adalah sesuatu yang sangatmutlak diperlukan dalam suatu kehidupanterutama manusia, disamping binatang dantumbuh-tumbuhan. Karena tanpa makanankehidupan tidak akan dapat berlangsung.Maka dari itu makanan harus dikeloladengan baik agar tidak mengalamipencemaran baik yang disebabkan olehmikroorganime maupun bahan-bahankimia tertentu (Dirjen PPM dan PLP,2003) Makanan tercemar menjadi mediapenularan penyakit dan ditularkan kepadaorang yang mengkonsumsi makanantersebut tanpa membedakan umur, jenis

kelamin, ras dan sebagainya. Untukmengetahui penyebab makanan tercemarperlu dilakukan berbagai carapengambilan sampel makanan, salahsatunya uji usap alat makan ( Dirjen PPMdan PLP, 1992 ). Pemeriksaan mengacupada ketentuan yang berlaku dandilakukan di laboratorium (Dirjen PPMdan PLP, 1991). Berdasarkan hasilpemeriksaan dapat dilakukan tindak lanjutsecara cepat dan tepat. Tat Twam Asiadalah salah satu Panti Asuhan yang adadi Kota Denpasar tepatnya berlokasi diJalan Jaya Giri.

Page 60: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

158

Yayasan ini berada di bawah Dinas SosialKota Denpasar. Jumlah anak yang adasebanyak 45 orang, berasal dari sembilanKabupaten / Kota di Propinsi Bali. Selamaberada di Panti Asuhan mereka disekolahkan sampai tamat SekolahMenengah Atas, setelah itu dipersilahkankeluar dari Panti Asuhan. Permasalahanyang dirasakan oleh ibu pembina secaraumum belum ada perubahan perilaku yangmenyangkut higene perorangan dansanitasi lingkungan. Berdasarkan hasilpengamatan ibu pembina dari 45 oranganak-anak Panti Asuhan diperkirkan 50%habis makan mencuci piring menggunakanair sumur dan tanpa menggunakan sabun.Semua piring dan gelas yang dipergunakanmakan oleh anak-anak ditaruh di salah saturuangan terbuka dan disebelahnyaterdapat tempat penampungan sampahsementara. Penyakit yang sering munculadalah diare dan pada tahun 2003sebanyak 15 orang (33,3%) menderitapenyakit diare tanpa dirujuk ke rumah sakitkarena telah disedikan obat-obat untukpertolongan pertama. Pada tahun 2006lagi muncul penyakit yang sama yaitu diaredengan jumlah penderita 12 orang(26,6%), 5 orang dirawat di Puskesmasdan 7 orang berobat jalan. Penyakit lainyang pernah ada adalah panas danpenyakit mata. Bertitik tolak dari latarbelakang masalah di atas, penulis tertarikmeneliti uji usap alat makan yaitu piring dangelas.

Metode

Penelitian ini termasuk jenis observasional,bersifat cross sectional karenapengamatan dilakukan sesaat danberdasarkan analisis data termasukdeskriptif ( Notoatmodjo, S. 1993).Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan TatTwam Asi Renon Denpasar. Populasipenelitian adalah piring sebanyak 45 buahdan gelas yang ada 10 buah. Untuk piringdiambil secara Quota Sampling yaitu

sebanyak 15 buah piring, ditentukansecara acak. Piring yang menjadi sampeldiberi tanda dengan tujuan pengambilansampel yang kedua kalinya juga harussama. Untuk gelas diambil total populasikarena jumlahnya 10 buah. Semua datayang terkumpul dilakukan pengelompok-kan data dan editing kemudian dianalisisdengan standar yang berlaku yaitupersyaratan angka kuman alat makanadalah 100 koloni /cm2 (Dirjen PPM danPLP, 1992).

Hasil dan Pembahasan

Pengambilan sampel untuk uji usap alatmakan piring dan gelas dilakukansebanyak dua kali. Hasil pemeriksaandibagi dua yaitu MS (memenuhi syarat)dan TMS (tidak memenuhi syaratkesehatan). Untuk pemeriksaan pertamadidapatkan hasil sesuai dengan tabel 1.

No. Piring

Jumlah Angka Kuman

Keterangan

1. 98 MS2. 115 TMS3. 99 MS4. 218 TMS5. 123 TMS6. 115 TMS7. 112 TMS8. 106 TMS9. 101 TMS

10. 113 TMS11. 195 TMS12. 111 TMS13. 99 MS14. 113 TMS15. 110 TMS

Sumber: Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 1Jumlah Angka Kuman pada

sampel piring

Tabel 1 menerangkan bahwa dari 15 piringyang diperiksa, didapatkan 3 piring (20%)angka kumannya memenuhi syaratkesehatan (angka kuman dibawah 100)dan 12 piring (80%) angka kumannya tidakmemenuhi syarat kesehatan (angka kumandi atas 100)

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 157-160

Page 61: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

159

No. Piring

Jumlah Angka Kuman

Keterangan

1. 92 MS 2. 122 TMS 3. 111 TMS 4. 98 MS 5. 117 TMS 6. 124 TMS 7. 99 MS 8. 132 TMS 9. 105 TMS 10. 145 TMS

Jumlah Angka Kuman pada sampel gelas

Sumber: Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 2

Tabel 2 menerangkan bahwa dari 10buah gelas yang diperiksa didapatkan hasil3 buah gelas (30%) memenuhi syaratkesehatan dan 7 buah gelas (70%) tidakmemenuhi syarat kesehatan. Hasil uji usapalat makan untuk pemeriksaan ulangdisajikan pada tabel 3.

No. Piring

Jumlah Angka Kuman

Keterangan

1. 90 MS 2. 112 TMS 3. 110 TMS 4. 148 TMS 5. 150 TMS 6. 97 MS 7. 115 TMS 8. 122 TMS 9. 95 MS 10. 111 TMS 11. 156 TMS 12. 108 TMS 13. 98 MS

14. 117 TMS 15. 116 TMSSumber: Hasil pemeriksaan

laboratorium

Tabel 3

Jumlah Angka Kuman pada sampel piring (Pengulangan)

Tabel 3 menggambarkan, dari 15 piringyang diperiksa 4 buah piring (26,6%)angka kumannya memenuhi syaratkesehatan dan 11 buah piring (73,4%)tidak memenuhi syarat kesehatan.

No. Piring

Jumlah Angka Kuman

Keterangan

1. 99 MS2. 125 TMS3. 112 TMS4. 96 MS5. 110 TMS6. 114 TMS7. 95 MS8. 120 TMS9. 115 TMS

10. 108 TMS

Tabel 4Jumlah Angka Kuman pada sampel gelas (Pengulangan)

Sumber: Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 4 di atas menggambarkan, dari 10gelas yang dilakukan uji alat makan,didapatkan 3 buah gelas (30%) memenuhisyarat kesehatan dan 7 buah gelas (70%)tidak memenuhi syarat kesehatan.

Uji usap alat makan (piring)Jumlah piring yang diperiksa sebanyak 15buah, didapat hasil sebagai berikut, padasaat pengambilan sampel pertama 3 buahpiring (20%) memenuhi syarat kesehatan,12 piring (80%) tidak memenuhi syaratkesehatan dan pada pengulangandidapatkan 4 buah piring (26%) memenuhisyarat kesehatan dan 11 piring (74%) tidakmemenuhi syarat.Hasil ini menunjukkanada peningkatan jumlah piring yangmemenuhi syarat kesehatan sebanyak 1buah piring (0,06 %).

Uji usap alat makan(gelas)Jumlah gelas yang diperiksa sebanyak 10buah, baik pada pengambilan sampelpertama maupun pada pengulangan. Hasilpemeriksaan pertama didapatkan 3 buahgelas (30%) memenuhi syarat kesehatandan 7 buah gelas (70%) tidak memenuhisyarat kesehatan. Hasil pemeriksaan padapengulangan didapatkan 4 buah gelas(40%) memenuhi syarat kesehatan dan 6buah gelas (60 %) tidak memenuhi syaratkesehatan.

Merta, IW., dan N Mastra (Observasi angka kuman...)

Page 62: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

160

Secara umum ada peningkatan jumlahgelas yang memenuhi syarat kesehatanyaitu dari 3 buah gelas menjadi 4 buahgelas memenuhi syarat kesehatan berartisudah terjadi peningkatan sebanyak 1 %.Hasil ini juga sama dengan uji usap alatmakan untuk piring yaitu terjadipeningkatan jumlah gelas yang memenuhisyarat kesehatan walaupun dalamprosentase relatif sedikit. Mengingat latarbelakang sosial ekonomi anak-anak pantirelatif rendah akan berhubungan denganperilakunya yang dibawa dari asal merekamasing-masing dan akan mengalamikesulitan merubahnya sehinggamemerlukan waktu yang cukup lamadalam hal mencuci piring, gelas dantermasuk yang lainnya. Jadi untukmengatasi masalah tersebut Ibu Asramasecara rutin melakukan pemantauan dansecara berkala mengundang Instansiterkait untuk melakukan pembinaantermasuk penyuluhan sehingga dalamwaktu tertentu bila dilakukan uji usap alatmakan seperti piring dan gelas yangdipakainya tidak ditemukan angkakumannya melebihi persyaratan yangditentukan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dapat dipetik dari hasil danpembahasan penelitian ini adalah sebagaiberikut: 1). Dari 15 buah piring yangdiperiksa pada pengambilan sampel tahappertama 3 buah piring (20%) memenuhisyarat kesehatan, pada pengulangan 4buah piring (26 %) memenuhi syaratkesehtan sehingga terjadi peningkatan 0,6%. 2). Dari 10 buah gelas yang diperiksapada pengambilan sampel tahap pertama3 buah gelas (30%) memenunuhi syaratkesehatan dan pada pengulangan 4 buahgelas 40%) memenuhi syarat kesehatanhal ini menunjukkan terjadi peningkatan 10%. 1) Hasil penelitian ini perludisosialisasikan kepada anak-anak panti

asuhan dengan harapan dapat merubahperilakunya kearah yang baik. 2). Agardiadakan penyuluhan atau pembinaansecara berkala dengan mengundanginstansi terkait. 3). Piring dan gelas ditaruhpada tempat yang terlindung.

Daftar Pustaka.

Dirjen PPM dan PLP. 1991. PetunjukPemeriksaan Mikrobiologi UsapAlat Masak dan Usap AlatMakan. Depkes RI Jakarta.

_____, 1992. Petunjuk PelaksanaanDalam Pengumpulan DataBakteriologis Usap Alat Makan/Masak, Usap Dubur Penjamah,Contoh Makanan Jadi danContoh Air, Depkes RI Jakarta.

_____, 1992. Persyaratan Angka KumanAlat Makan, Depkes RI.

_____, 2003. Pedoman PersyaratanHigene Sanitasi MakananJajanan, Depkes RI Jakarta.

Notoatmodjo,S.1993. MetodePenelitian Kesehatan, PT. RinekaCipta.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 157-160

Page 63: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

161

PEMBERIAN JUS TOMAT MEMPERCEPAT TERCAPAINYA DENYUTNADI PEMULIHAN DARIPADA AIR KELAPA MUDA

PADA ATLET TINJU

I Wayan Juniarsana1

Abstract. Boxing is a heavy sports and tends to cause fatigue earlier to theathlete due to more energy used and more of body fluid excretion such assweating, expiration and the increase of free radical production in the bodythat influence heart rate recovery after exercise. Adequate consumption ofelectrolyte fluid and nature antioxidant made of fruit such as tomato juice andyoung coconut fluid are the effective ways for heart rate recovery for theathlete. The aims of this study is to examine the effect of tomato juice andyoung coconut fluid consumption in heart rate recovery after boxing training.This experimental study is cross over design. All of 8 (eights) subjects (boxers)are selected and divided into two groups and consist of four boxers respectively.Group I was given tomato juice and Group II was given young coconut fluid.After washing out periods (7 days) the both groups were changed. Group I wasgiven young coconut fluid and Group II was given tomato juice. The datawere analyzed by using t-independent test and t-paired test. The result of this,tomato juice group showed significant different (p < 0,05) for heart raterecovery 1-, 2-, and 5-minute after training. On the other hand the result of t-independent test for heart rate recovery 3- and 4-minute showed no significanteffect (p>0,05) before and after tomato juice treatments. But the average ofheart rate recovery from 1 minute until 5 minute was smaller in tomato juicethan young coconut fluid treatment. Based on data analyses, hypothesis 1 and2 are proved that each treatment have influence for reaching heart raterecovery but tomato juice treatments faster than young coconut fluid forreaching heart rate recovery after exercise.

Keywords : Tomato Juice, Young Coconut Fluid, Heart Rate Recovery

1 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Olahraga tinju merupakan olahraga beratdan memerlukan kondisi fisik yang prima.Kebugaran fisik yang baik menentukanprestasi atlet. Jenis olahraga inimembutuhkan energi tinggi. Banyaknyaenergi yang dipergunakan mengeluarkancairan tubuh berupa keringat danpernafasan, keluarnya cairan dalam jumlahyang banyak meningkatkan suhu tubuhsehingga mengganggu proses metabolismedan mengakibatkan berkurangnya kadarelektrolit dan berdampak pada penurunankinerja fisik (Sofro, 1998). MenurutBorkowski, dkk (2001), banyaknya

cairan yang dikeluarkan oleh tubuhmengakibatkan kelelahan.Kehilangan cairan tubuh lebih 2 % dariberat badan menurunkan aktivitas fisik danmenjurus ke arah kekurangan cairan(Depkes RI, 2000). Tubuh banyakmengeluarkan garam dan elektrolit sertaberbagai kerugian lainnya akibatkehilangan cairan tubuh yang terlalu banyaksehingga menimbulkan kelelahan danmempengaruhi waktu pemulihan (Nala,1992)Kelelahan dapat diatasi denganpenyediaan cairan dan makanan yang

Page 64: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

162

adekuat serta segera menggantikan cairantubuh yang hilang melalui keringat. Cairandapat diberikan dalam bentuk air, elektrolitataupun jus buah. Minuman berelektrolitdengan rasa sedikit manis, sejuk dan segaralamiah bisa diperoleh dari sari buahseperti jus buah ; tomat, semangka, melon,jeruk dan air kelapa muda (Sofro, 1997).Kandungan zat gizi air kelapa muda sangatmendekati komposisi cairan isotonik, yaitucairan yang sesuai dengan komposisicairan tubuh dan banyak digunakansebagai minuman bagi para olahragawan(sport drinks). Hasil penelitianmenunjukkan, pemberian minuman airkelapa muda pada atlet pesilat pada saat,selama dan setelah latihan lebih cepatmemulihkan denyut nadi daripadapemberian minuman pocari sweat dan tehmanis (Atmaja, 2009).Menurut Keith (1999), olahraga beratseperti tinju dilakukan dalam durasi lamatanpa pemanasan serta perubahan yangcepat dari intensitas sub maksimal keperiode maksimal cenderung meningkat-kan produksi radikal bebas pada prosesmetabolisme pembentukan energi ATPsecara aerob di mitokondria. Tubuhmembentuk antioksidan endogen yangmembasmi kelebihan produksi oksidanuntuk mencegah kerusakan dalam tubuh.Antioksidan banyak terdapat pada sayurdan buah-buahan berwarna. Salah satubahan makanan yang banyak mengandungantioksidan adalah tomat.Tomat banyak mengandung vitamin C,vitamin A serta likopen sebagaiantioksidan. Kandungan likopen cukuptinggi pada tomat, yaitu 56,6 persen.Likopen merupakan pigmen yangmenyebabkan tomat berwarna merahseperti halnya beta karoten, likopentermasuk ke dalam golongan karotenoid.Likopen diketahui mempunyaikemampuan sebagai antioksidan. Tomatyang dihancurkan atau dimasakmerupakan sumber likopen yang lebih baik

dibandingkan dengan tomat mentahnya.Jumlah likopen dalam jus tomat bisamencapai lima kali lebih banyak daripadapada tomat segar (Ahuja, 2003).Penerapan pola makan yang mengandunglikopen seperti jus tomat, spaghetti dengansaus tomat dan ekstrak dari buah tomatkepada 19 orang sehat selama semingguterbukti mampu mengurangi kadarkolesterol LDL (Wiryanta, 2002).Keberadaan jus tomat dan air kelapa mudabiasa dikonsumsi dimasyarakat sebagaiminuman isotonik pengganti cairan tubuhsetelah aktivitas fisik maupun setelahberolahraga, oleh karena kedua bahanmakanan tersebut mudah didapat, tidaktergantung pada musim sehingga selalutersedia di masyarakat, harga relatifterjangkau, minuman yang alamiah, mudahdalam penyediaan. Disamping itu airkelapa muda adalah minuman yang amanuntuk dikonsumsi karena bersifat steril dantanpa proses pengolahan lebih lanjut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan denyut nadi pemulihan daripemberian jus tomat dengan air kelapamuda pada atlet tinju.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan rancangan crossover design (Poccock, 1983) dimanapengelompokan subjek dilakukan secararandom. Subjek dibagai atas duakelompok, yaitu ; kelompok I diberikanjus tomat, kelompok II diberikan airkelapa muda sebelum dan sesudah latihanselama 8 (delapan hari). Sebelumperlakuan kedua kelompok diberikan pretest dan dihitung rerata denyut nadipemulihan untuk masing–masingkelompok. Setelah perlakuan diberikanpost test untuk kedua kelompok. Waktuwashing out dilakukan selama 7 (tujuh)hari untuk masing-masing kelompok.Sebelum perlakuan setelah waktuwashing out dilakukan pre test dan

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 161-166

Page 65: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

163

2 menit (DNP2), 3 menit (DNP3), 4 menit(DNP4), dan 5 menit (DNP5).Pengukuran waktu untuk menghitung 10(sepuluh) denyut menggunakanstopwatch.Data yang diperoleh sejak persiapan danpelaksanaan (tes awal dan akhir) diprosesdengan program SPSS. Untuk mengetahuiperbedaan rerata hasil denyut nadipemulihan antar kelompok digunakan Ujit-independent.

Hasil dan Pembahasan

Subjek penelitian berjumlah 8 (delapan)orang yang memenuhi kriteria inklusi.Data karakteristik subjek penelitianmeliputi umur dalam tahun, berat badan(kg), tinggi badan (cm), indeks massatubuh (IMT), kebugaran fisik yangdinyatakan dalam waktu tempuh lari 2,4km (menit,detik). Karakteristik subjekpenelitian dari segi umur rerata 21,4+0,89tahun, rerata tinggi badan 164,2+4,05 cm,rerata berat badan 55,89+4,77 kg, reratakebugaran fisik dengan waktu tempuh lari2,4 km 8,93+0,84 menit, detik dan rerataIMT 20,69+1,37. Hasil uji Shapiro WilkTest terhadap karakteristik subjek sebelumperlakuan diperoleh distribusi datanormal dengan nilai p > 0,05. Hal inimenunjukkan karakteristik subjek beradadalam kondisi yang sama, dengan demikianperbedaan data di antara variabel umur,berat badan, tinggi badan, kebugaran fisikdan indeks massa tubuh tidakmenimbulkan efek yang signifikanterhadap hasil penelitian.

Uji Beda Rerata Denyut NadiSebelum PerlakuanUntuk mengetahui perbedaan reratadenyut nadi antar kelompok sebelumperlakuan digunakan uji t- sampelindependent pada á = 0,05 yang hasilselengkapnya tersaji pada Tabel 1.

dihitung rerata denyut nadi pemulihanmasing–masing kelompok. Setelahperlakuan selama 8 (delapan) hari berturut-turut dilakukan post test. Kemudiandihitung perbedaan rerata denyut nadipemulihan antara post test dan pre testdari masing-masing kelompok danperbedaan tersebut dibandingkan secarastatistik.Penelitian dilaksanakan di “Sasana AdiSwandana Boxing Club”, Denpasar dariApril - Mei 2010, sedangkan pengambilandata dilaksanakan 3 minggu pada saatperlakuan. Populasi dari penelitian iniadalah seluruh atlet tinju yang tergabungdalam sasana tersebut, sedangkan sampelpenelitian adalah sebagian populasi yangmemenuhi kriteria inklusi : bersedia sebagaisampel penelitian sampai selesai denganmenandatangani surat persetujuankesediaan sebagai sampel, sehatberdasarkan pemeriksaan dokter, berumur18 – 22 tahun, indeks masa tubuh (IMT)18,5 – 25 (Status Gizi Baik), kebugaranfisik katagori baik. Jumlah sampelsebanyak 8 orang pada masing-masingkelompok perlakuan, sehingga secarakeseluruhan berjumlah 16 orang.Data yang dikumpulkan meliputi ; umur,tinggi badan, berat badan. indeks massatubuh, kebugaran fisik, data denyut nadisebelum perlakuan (denyut nadi istirahat,denyut nadi latihan, dan denyut nadipemulihan) sebagai tes awal. Sedangkandata tes akhir meliputi denyut nadi istirahat,denyut nadi latihan dan denyut nadipemulihan 5 menit setelah aktivitas fisik/latihan sparing partner. Pengukurandenyut nadi istirahat dilakukan sebelummelakukan aktivitas fisik yaitu pada harike 8 (delapan) perlakuan. Pada saatberhenti latihan sparing partner dilakukanpengukuran denyut nadi latihan.Pengukuran denyut nadi pemulihan setelah5 menit melakukan aktivitas fisik/sparingpartner dengan 5 kali tahapanpengukuran yaitu setelah 1 menit (DNP1),

Juni Arsana, IW., (Pemberian jus tomat...)

Page 66: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

164

Variabel n Jus Tomat (Rerata)

Air Kelapa Muda (Rerata) P

DN Istirahat 8 53.25+4.13 50.75+3.53 0, 21DN Pemanasan 8 123.50+35.54 122.50+27.83 0, 95DN Latihan 8 161.94+14.04 163.52+12.96 0, 81DNP 1 menit 8 142.25+18.68 145.08+12.81 0, 73DNP 2 menit 8 124.54+13.45 126.45+9.92 0, 75DNP 3 menit 8 114.00+10.67 116.40+9.04 0, 63DNP 4 menit 8 104.45+11.01 110.22+10.03 0, 29DNP 5 menit 8 100.14+11.01 110.22+11.40 0, 68

Tabel 1Hasil uji rata-rata denyut nadi sebelum perlakuan

Dari hasil uji beda rerata denyut nadi antarkelompok sebelum perlakuan dengan ujit - sampel independent pada á = 0,05diperoleh hasil nilai p>0,05 berarti padasemua variabel sebelum perlakuan tidakberbeda secara signifikan. Berdasarkanhal tersebut berarti tidak ada perbedaanyang bermakna sebelum perlakuan padadenyut nadi pemulihan baik pada DNP 1,DNP 2, DNP 3, DNP 4 dan DNP 5. Halini menunjukkan rerata denyut nadisebelum perlakuan pada keadaan hampirsama pada kelompok jus tomat maupunair kelapa muda. Kecenderunganpencapaian denyut nadi pemulihansebelum perlakuan disajikan padaGambar 2.

Gambar 2Grafik Perbandingan Rerata Denyut Nadi

Sebelum Perlakuan

Berdasarkan hasil uji statistik dan grafikdiatas menunjukkan pemberian cairansebelum perlakuan tidak mempengaruhipencapaian denyut nadi pemulihan. Hal inidapat diakibatkan sebelum perlakuansubjek hanya mengkonsumsi air biasa/tawar untuk mengganti kehilangan cairanyang hilang selama latihan. Pencapaiandenyut nadi pemulihan yang hampir samapada kedua kelompok sebelum perlakuan

diakibatkan rendahnya kandunganelektrolit pada air biasa/tawar yangdikonsumsi pada saat latihan. Hal ini sesuaidengan penelitian yang menyatakan bahwaatlet yang melakukan olahraga sangat beratseperti olahraga tinju, pengeluaran keringatjumlahnya sangat banyak, selain air jugamengandung elektrolit (Primana, 2000).Penggantian cairan pada atlet bila hanyaminum air biasa/tawar dapat menyebab-kan hiponatremia sehingga mempengaruhipemulihan dan prestasi atlet. Oleh karenadalam tubuh, jumlah air dan sodium tidakseimbang. Untuk itu, pemberian cairanharus mengandung elektrolit. Hal inidimaksudkan selain untuk mencegahterjadinya hiponatremia, juga untukmencegah hipoglikemik (Primana, 2000).

Uji Beda Rerata Denyut NadiSetelah PerlakuanUntuk mengetahui perbedaan reratadenyut nadi antar kelompok setelahperlakuan digunakan uji t - sampelindependent pada á = 0,05 seperti tersajipada Tabel 2.

Variabel n Jus Tomat (Rerata)

Air Kelapa Muda (Rerata) p

DN Istirahat 8 49.25+1.48 49.25+1.83 1DN Pemanasan 8 111.25+8.34 116.25+11.87 0,34DN Latihan 8 168.37+7.72 167.84+8.29 0,89DNP 1 menit 8 141.04+2.65 154.92+9.99 0,01DNP 2 menit 8 128.35+7.04 138.86+11.11 0,04DNP 3 menit 8 118.19+8.46 128.66+12.08 0,06DNP 4 menit 8 108.54+9.25 118.71+12.90 0,09DNP 5 menit 8 99.65+6.83 111.94+11.52 0,02

Tabel 2Hasil uji rata-rata denyut nadi setelah perlakuan

Berdasarkan nilai rerata antara perlakuanjus tomat dengan air kelapa muda ternyatasetelah perlakuan rerata denyut nadi padakelompok jus tomat lebih kecil atau lebihrendah nilainya dibandingkan dengankelompok perlakuan air kelapa muda. Halini terlihat pada denyut nadi istirahat,denyut nadi pemanasan, denyut nadilatihan, DNP 1, DNP 2, DNP 3, DNP 4dan DNP 5.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 161-166

Page 67: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

165

Denyut nadi pemulihan pada menit ke-3dan 4 masih di bawah denyut nadi padakelompok air kelapa muda walaupun tidakberbeda bermakna. Hasil DNP padamenit ke-5 sebagai hasil akhir perlakuanjuga tidak terpengaruh oleh kenyataanbahwa DNP menit ke 3 dan 4 tidakberbeda bermakna.Hasil denyut nadi pemulihan 1 menit (DNP 1) yang berbeda secara signifikandan lebih rendah nilainya pada perlakuanjus tomat sangat bermanfaat bagi atlet tinjukarena waktu istirahat 1 menit setelahmasing–masing ronde pertandinganmemberi dampak pemulihan yang cukupbagi tubuh menuju ke denyut nadi latihansehingga lebih siap untuk mengikutipertandingan pada ronde selanjutnya. Halini sesuai dengan pendapat Nala (2002)yang menyatakan bahwa indikasi cepatlambatnya atlet mencapai masa pemulihansetelah berolahraga yaitu dengan melihatwaktu pemulihan denyut nadi setelahlatihan (Nala, 2002).Rerata denyut nadi pemulihan setelahperlakuan pada kelompok jus tomatmempunyai kecendrungan penurunanyang lebih tajam dibandingkan dengankelompok air kelapa muda. Hal tersebutdapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3Grafik Perbandingan Rerata Denyut Nadi

Setelah Perlakuan

Berdasarkan grafik diatas, pemberian justomat lebih cepat mencapai denyut nadipemulihan daripada pemberian air kelapamuda. Penurunan denyut nadi pemulihanyang lebih tajam setelah pemberian justomat diakibatkan karena jus tomat disamping mengandung cairan elektrolit yang

Dari hasil uji beda rerata denyut nadinilainya dari antar kelompok setelahperlakuan dengan uji t - independent padaá = 0,05 diperoleh hasil nilai p lebih besardari 0,05 (p>0,05) tidak berbeda secarasignifikan pada variabel denyut nadiistirahat, denyut nadi pemanasan, denyutnadi latihan, denyut nadi pemulihan 3 menit(DNP 3), denyut nadi pemulihan 4 menit(DNP 4). Namun nilai p lebih kecil dari0,05 (p<0,05) pada variabel denyut nadipemulihan 1 menit (DNP 1), denyut nadipemulihan 2 menit (DNP 2) dan denyutnadi pemulihan 5 menit (DNP 5) berbedasecara signifikan.Rerata denyut nadi pemulihan setelahperlakuan pada perlakuan jus tomatcenderung lebih rendah daripadaperlakuan air kelapa muda. Beda reratadenyut nadi pemulihan pada DNP 1 (p =0,01), DNP 2 (p = 0,04) dan DNP 5 (p =0,021) berbeda secara signifikan dengannilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan reratadenyut nadi pemulihan pada 1 menit, 2menit dan 5 menit setelah latihan denganpemberian jus tomat ataupun air kelapamuda dapat mempengaruhi tercapainyadenyut nadi pemulihan yang lebih cepat.Penelitian ini menunjukkan bahwa bedarerata denyut nadi pemulihan setelahperlakuan antara kelompok jus tomatdengan air kelapa muda pada DNP 3 (p= 0,06) dan DNP 4 (p = 0,09)menunjukkan tidak memiliki perbedaanyang signifikan (p > 0,05).Berdasarkan nilai pencapaian denyut nadipemulihan pada DNP 1, DNP 2 dan DNP5 ini kami melihat bahwa pemberianperlakuan jus tomat secara keseluruhanmemberikan efek pencapaian denyut nadipemulihannya yang lebih cepat, lebih baikdibandingkan air kelapa muda. Nilai DNP3 dan DNP 4 yang pada penelitian ini tidakberbeda bermakna menarik perhatiankami namun secara keseluruhan kami tidakmelihat adanya pengaruh hasil ini terhadappencapaian DNP pada menit ke-5.

Juni Arsana, IW., (Pemberian jus tomat...)

Page 68: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

166

dapat mengganti cairan yang hilang melaluikeringat, juga mengandung vitamin, mineraldan antioksidan tinggi. Ini sesuai dengananjuran agar mengkonsumsi jus buahuntuk mengganti cairan maupun elektrolityang hilang sehingga mempercepatpemulihan (Depkes RI, 2000).Di samping itu secara komunikasi personaldiperoleh ada kesan subyektif darisebagian besar subjek penelitian yangmenyatakan bahwa kondisi tubuh terasalebih bugar dan cepat pulih pada saatlatihan dan selesai latihan pada pemberianjus tomat dibandingkan dengan pemberianair kelapa muda.Berkaitan dengan hal tersebut pemberianjus tomat yang tinggi antioksidan sepertivitamin A, vitamin C dan likopen dapatmengikat elektron yang tidak berpasangandari radikal bebas sehingga mempertahan-kan proses pembentukan ATP secaraaerob di mitokondria. Hal ini mengakibat-kan denyut nadi pemulihan lebih cepattercapai dibandingkan dengan pemberianair kelapa muda.

Kesimpulan dan Saran

Pemberian jus tomat 220 cc diberikan 2kali per hari, 1 jam sebelum latihan dansegera sesudah latihan selama 8 (delapan)hari berturut-turut dapat mempercepattercapainya denyut nadi pemulihan padaatlet tinju, Pemberian jus tomat 220 ccdiberikan 2 kali per hari, 1 jam sebelumlatihan dan segera sesudah latihanselama 8 (delapan) hari berturut-turut lebihmempercepat tercapainya denyut nadipemulihan pada atlet tinju daripadapemberian air kelapa muda.Hal yang dapat disarankan dari hasilpenelitian ini adalah ; Pemberian jus tomatsecara rutin diberikan kepada atlet saatlatihan dan jika peraturan memungkinkanjus tomat diberikan sebelum dan pada saatpertandingan sehingga dapat menjaga danmeningkatkan prestasi atlet. Penanggalanatribut tinju seperti pelindung kepala dan

sarung tinju hendaknya dilakukan setelahmenit ke 5 denyut nadi pemulihan. Darihasil penelitian ini disarankan agarmemanfaatkan bahan baku alami sebagaiupaya peningkatan prestasi.

Daftar PustakaAhuja, 2003. Manfaat Tomat, Gaya hidup masa

kini. Your Life, Your Style, http://w w w . s o l u s i s e h a t . n e t /berita.php?id=782, Wednesday,04February 2009 07:46

Atmaja, I M. 2009. Pemberian Air Kelapa MudaLebih Cepat Memulihkan Denyut Nadidaripada Pemberian Minuman PocariSweat dan Teh Manis Pada Pesilat SiswaSMP Dwijendra Denpasar, ProgramMagister Fisiologi Olahraga, UNUD,Denpasar

Borkowski, L., Faff, J., Starezewska-Czapowska,J.2001. Evaluation of the Aerobic andAnaerobic fitness in judoists from thePolish national team, Biology of Sports18, 107-117

Depkes RI, 2000. Pedoman Pelatihan Gizi OlahRaga Untuk Prestasi, Direktorat JenderalBina Kesehatan Masyarakat.Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Keith, 1999. Exercise Physiology, Theory andapplication to Fitness andPerformance.

Nala, I G N., 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga,Denpasar : Komite Olahraga NasionalIndonesia Daerah Bali

Nala, I G N., 2002. Prinsip Pelatihan FisikOlahraga. Denpasar : Komite OlahragaNasional Indonesia Daerah Bali

Poccock, 1983. Clinical Trial, A PracticalApproach, New York : Willey MedicalPublication

Primana, Dadang A., 2000. Kebutuhan Air &Elektrolit Pada Olahraga, dalam PedomanPelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi,Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes RI,Jakarta

Sofro Z.M. 1997. Determining of ExerciseIntertensity based on Heart rate andLevel of Blood Lactic Acid The 19th

South East Asean Games ScientificSeminar.

Sofro Z.M. 1998. Hirarki Uji PembebananSebagai Upaya Untuk MeningkatkanPrestasi

Wiryanta, B.T. W., 2002. Bertanam Tomat,Jakarta : Agromedia Pustaka

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 161-166

Page 69: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

167

PERBEDAAN TERJADINYA KARANG GIGI PADA MASYARAKATPENGKONSUMSI AIR SUMUR DENGAN BUKAN AIR SUMUR

I Made Budi Artawa1 dan I G A A Pt.Swastini2

Abstract. Calculus is a factor of constant irritation to the gingiva that cancause inflamation of the gingiva. If not removed it will continue to buffertissue damage teeth and cause tooth to be rocking and the date. Kelan villageresidents consume most of the well water with high calculus content of 132.08mg/liter of water. The purpose of this research is to know the difference occurscalculus on people who consume water sourced from wells that are not fromwells in Kelan village Badung 2010. Populasi this study all the people who isliving a minimum of seven months in Kelan Village. Large Sample study of66 people, 33 respondents respectively. This study uses primary date, datecollected by interview and direct examination. Statistical analysis univariateand bivariate test T-test two different samples. The result of quantitative analysisof T-test two different samples showed t count with equal variance not assumedat 5.907 and the probability of 0.000. Therefore the probabilyti of <0.005.Then Ho is rejected or the second average score calculus on consuming watersourced from wells with wells thaqt are not really significantly different. Largedifferences lie between 0.52137-1.0543. The conclusions of this study wasthere a significant difference occurred calculus on people who consumerwater with non-water wells, it is suggested that more attention to cleaningteet and mouth, by way of brushing teeth immediately after eating at leasttwice a day, the morning after eating and at night before bed, diligent teethchecked and scalling in to dental health service at least six months.

Keywords: difference, calculus, well water

1,2 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar

Pemeliharaan kesehatan gigi sangatpenting, karena gigi bukan hanya sebagaialat pengunyahan melainkan lebih dari itu,maka sepatutnya gigi tersebutdipertahankan keberadaannya di dalamrongga mulut (Departemen KesehatanRI., 1995). Penyakit gigi dan mulutmerupakan penyakit yang tersebar luas dimasyarakat Indonesia. Penyebab daripenyakit gigi dan mulut dipengaruhi olehfaktor lingkungan, perilaku dan pelayanankesehatan gigi. Berbagai upaya untukmengatasi hal tersebut telah banyakdilakukan baik oleh pemerintah maupunswasta (Depkes RI., 2000).Karang gigi merupakan suatu faktor iritasiyang terus menerus terhadap gusi sehingga

dapat menyebabkan keradangan padagusi. Bila tidak dihilangkan maka akanberlanjut pada kerusakan jaringanpenyangga gigi dan lama-kelamaanmengakibatkan gigi menjadi goyang sertalepas dengan sendirinya (Tarigan,1999).Karang gigi adalah jaringan keras yangmelekat erat pada gigi yang terdiri daribahan-bahan mineral seperti Ca, Fe, Cu,Zn, dan Nitrat (Tarigan, 1989). MenurutHouwink (1993), karang gigi adalahmerupakan plak yang berkalsifikasi.Karang gigi terbentuk karena adanyapengendapan sisa makanan dengan airludah dan kuman, selanjutnya akan terjadiproses pengapuran yang lama kelamaanmenjadi keras (Tomasowa, 1995).

Page 70: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

168

Metode

Penelitian ini merupakan penelitiankomperasi dengan rancangan penelitianprosfektif. Penelitian ini dilakukan diDesa Kelan Kecamatan Kuta SelatanKabupaten Badung Provinsi Bali 2010.Populasi penelitian ini adalah semuamasyarakat yang tinggal menetap minimaltujuh bulan di Desa Kelan. Penelitian inimenggunakan dua sampel independenyaitu kelompok terpapar (pengkonsumsiair sumur) dan kelompok tidak terpapar(pengkonsumsi air bukan air sumur). Besarsampel penelitian sebanyak 66 responden.Penelitian ini menggunakan data primer,data dikumpulkan dengan cara wawancaradan pemeriksaan langsung. Keduakelompok sampel pada awal pengamatandilakukan pemeriksaan kalkulus indek,dan dilakukan pembersihan karang gigi.Pemeriksaan ulang dan menghitungkalkulus indek dilakukan setelah tiga bulan.Pengolahan data dilakukan denganbantuan komputer, dianalisis secarastatistik univariat dan bivariat denganuji T-test dua sampel berbeda.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian terhadap obyek penelitiankelompok pengkonsumsi air sumurmaupun yang bukan pengkonsumsi airsumur tentang keadaan karang gigi padaawal pengamatan dan akhir pengamatandisajikan pada tabel 1.

f %Baik 0.0-0,6 0 0,00Sedang 0,7-1,8 5 15,15Buruk 1,9-3,0 28 84,85Jumlah 33 100,00

Keadaan Karang Gigi Kelompok Pengkonsumsi Air Sumur pada

awal pengamatan

Tabel 1

Hasil pengamatanKriteriaKategori

Rata-rata 2,97

Karang gigi juga terbentuk oleh karenapengendapan kalsium pada plak basakemudian terjadi pengapuran danmengeras maka terbentuklah karang gigi(Be, 1997).Mineral kalsium dan phosphat sebagaipembentuk karang gigi dapat diperolehdari konsumsi makanan dan minuman.Sumur gali merupakan salah satu sumberair minum terutama bagi masyarakat yangberada di daerah dataran rendah sepertidi pesisir pantai. Salah satu desa yangberada di pesisir pantai adalah Desa KelanKecamatan Kuta Selatan. Berdasarkaninformasi dari dokter gigi yang praktekswasta di daerah tersebut, menyatakanbahwa banyak pasien yang berasal dariDesa Kelan datang dengan keluhangiginya mudah kotor oleh karang gigi.Hasil observasi dan wawancara terhadapbeberapa penduduk Desa Kelanmenyatakan sebagian besar masihmengkonsumsi air dengan menggunakansarana sumur gali atau sumur bor. Hasiltes laboratorium air dari 33 sumur di DesaKelan menunjukkan kandungan phosphatrata-rata 0,01 dan kalsium cukup tinggiyaitu yaitu rata-rata 132,09 mg/liter airdibandingkan dengan standar normalkalsium dalam air minum yaitu 100 mg/liter air (WHO, 1996). Konsentrasikalsium pada air minum yang melebihistandar apabila dikonsumsi terus menerusdapat menambah kepekatan air ludahsehingga kalsium bersama denganphosphat akan membentuk hablur danmenjadi karang gigi. Tetapi belumdiketahui apakah ada perbedaan terjadikarang gigi pada masyarakat yangmengkonsumsi air sumur dengan yangbukan air sumur. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui perbedaanterjadi karang gigi pada masyarakatpengkonsumsi air sumur dengan yangbukan air sumur di Desa Kelan KecamatanKuta Selatan Kabupaten Badung ProvinsiBali 2010.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 167-171

Page 71: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

169

Tabel 1 menunjukkan bahwa keadaankarang gigi responden yang mengkonsumsiair sumur paling banyak berada padakriteria buruk yaitu sebanyak 28 orang(84.85%) dan tidak ada responden yangmempunyai skor karang gigi dengankriteria baik. Nilai rata-rata sebesar 2,97(kriteria buruk).

f %Baik 0.0-0,6 18 54,55Sedang 0,7-1,8 13 39,39Buruk 1,9-3,0 2 6,06Jumlah 33 100,00Rata-rata 0,57

Keadaan Karang Gigi Kelompok Pengkonsumsi bukan Air Sumur

pada awal pengamatan

Kategori Kriteria Hasil

Tabel 2

Tabel 2 menunjukkan bahwa keadaankarang gigi responden yang mengkonsumsibukan air sumur paling banyak beradapada kriteria baik yaitu sebanyak 18 orang(54,55), dan paling sedikit berada padakriteria buruk yaitu sebanyak dua orang(06,06%), dan nilai rata-rata 0,57(kriteria baik).

f %Baik 0.0-0,6 0 0Sedang 0,7-1,8 2 6.06Buruk 1,9-3,0 31 93.94Jumlah 33 100,00

Kategori Kriteria Hasil

Rata-rata 2,97

Tabel 3Keadaan Karang Gigi Kelompok Pengkonsumsi Air Sumur pada

akhir pengamatan

Tabel 3 menunjukkan bahwa keadaankarang gigi responden yang mengkonsumsiair sumur paling banyak berada padakriteria buruk yaitu sebanyak 31 orang(93,94%) dan tidak ada responden yangmempunyai karang gigi kriteria baik. Nilairata-rata sebesar 2,97 (kriteria buruk).

f %Baik 0.0-0,6 17 51.52Sedang 0,7-1,8 14 42.42Buruk 1,9-3,0 2 6.06Jumlah 33 100,00Rata-rata 0,48

Tabel 4Keadaan Karang Gigi Kelompok Pengkonsumsi bukan Air Sumur

pada akhir pengamatan

Kategori Kriteria Hasil

Tabel 4 menunjukkan bahwa keadaankarang gigi responden yang mengkonsumsibukan air sumur paling banyak beradapada kriteria baik yaitu sebanyak 17 orang(51,52) dan paling sedikit berada padakriteria buruk sebanyak dua orang (6,06),dan nilai rerata 0,48 (kriteria baik).

F Sig t df Sig.Assumed 10,98 64 0,00Not Assumed 10,98 63,48 0,002,61 0,11

Equal VarianceLevene’s

Testt-test for Equality of

Means

Tabel 5Hasil Uji t sampel independen pada awal

pengamatan

Tabel 5 menunjukkan t hitung equalvarience not assumed sebesar 10,977dan probabilitas sebesar 0,000. Olehkarena probabilitas < 0,005, maka Hoditolak atau kedua rata-rata skor karanggigi pada masyarakat yang mengkonsumsiair sumur dengan yang bukan air sumur diDesa Kelan Kecamatan Kuta SelatanProvinsi Bali 2010 benar-benar berbedasecara signifikan. Besar perbedaannya1,39 berada diantara perbedaan rata-ratabagian bawah =1,14 dan perbedaan rata-rata bagian atas = 1,65.Tabel 6 menunjukkan t hitung equalvarience not assumed sebesar 5,907dan probabilitas sebesar 0,000. Olehkarena probabilitas < 0,005, maka Hoditolak atau kedua rata-rata skor karanggigi pada masyarakat yang mengkonsumsiair sumur dengan yang bukan air sumur di

Budi Artawa, IM., dan IGAAP Swastini (Perbedaan terjadinya karang gigi...)

Page 72: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

170

sebesar 1,39 berada diantara perbedaanrata-rata bagian bawah =1,14 danperbedaan rata-rata bagian atas = 1,65.Dan besar perbedaannya pada akhirpengamatan sebesar 0,79 berada diantaraperbedaan rata-rata bagian bawah =0,52dan perbedaan rata-rata bagian atas =1,05.Hasil analisis tersebut menunjukkanadanya perbedaan yang signifikanterjadinya karang gigi pada masyarakatyang mengkonsumsi air sumur denganyang bukan air sumur di Desa Kelan 2010.Perbedaan yang didapatkan antara lainpada responden yang mengkonsumsi airsumur nilai rata-rata karang gigi beradapada kriteria buruk sedangkan padaresponden yang mengkonsumsi bukan airsumur nilai rata-rata karang gigi beradapada kriteria baik. Hal ini mungkindisebabkan oleh karena kandungan airsumur yang dikonsumsi oleh respondenbanyak mengandung kalsium, sehinggaakan mempercepat pengapuran danpengendapan plak menjadi karang gigi.Hal ini didukung oleh hasil teslaboratorium air sumur Desa Kelanmenunjukkan kandungan rata-rata kalsiumcukup tinggi yaitu 132,08 mg/liter airdibandingkan dengan standar normalkalsium dalam air minum yaitu 100 mg/liter air (WHO, 1996). Pernyataan inididukung oleh pendapat Be Ken Nio,bahwa karang gigi terbentuk akibat darikalsium yang ada dalam air ludah akanmengendap pada lapisan plak, kemudianterjadilah pengapuran lapisan plak danmengeras maka terbentuklah karang gigi(Be, 1987). Hal ini didukung juga olehpernyataan Houwink (1993), yangmengatakan bahwa karang gigi terbentukkarena plak yang dibiarkan dalam waktulebih lama pada gigi dan akanberkalsifikasi. Konsentrasi kalsium padaair minum yang melebihi standar apabiladikonsumsi terus menerus dapatmenambah kepekatan air ludah sehingga

F Sig t df Sig.Assumed 5,91 64 0Not Assumed 5,91 63,48 0

Equal Variance Levene’s t-test for Equality of

2,61 0,11

Tabel 6Hasil Uji t sampel independen pada akhir

pengamatan

Desa Kelan Kecamatan Kuta SelatanProvinsi Bali 2010 benar-benar berbedasecara signifikan. Besar perbedaannya0,79 berada diantara perbedaan rata-ratabagian bawah =0,52 dan perbedaan rata-rata bagian atas = 1,05.Hasil penelitian terhadap 66 respondenyang terdiri dari 33 respondenpenkonsumsi air sumur dan 33 respondenpengkonsumsi bukan air sumur. Secaradeskriptif dapat dijelaskan antara lainkeadaan karang gigi pengkonsumsi airsumur pada awal pengamatan rara-rata2,97 berada pada kriteria buruk.Sedangkan keadaan karang gigi padapengkonsumsi bukan air sumurmenunjukkan nilai rata-rata 0,58 (kriteriabaik). Keadaan karang gigi respondenpengkonsumsi air sumur pada akhirpengamatan nilai rara-rata 2,97 (kriteriaburuk). Sedangkan keadaan karang gigipada responden pengkonsumsi bukan airsumur menunjukkan nilai rata-rata 0,48(kriteria baik).Hasil analisis data dengan menggunakanuji T- test dua sampel berbeda pada awalpengamatan didapatkan t hitung denganequal varience not assumed sebesar10,977 dan probabilitas sebesar 0,000.Dan hasil analisis data pada akhirpengamatan didapatkan t hitung denganequal varience not assumed sebesar5,907 dan probabilitas sebesar 0,000.Oleh karena probabilitas < 0,005, makaHo ditolak atau kedua rata-rata skorkarang gigi pada pengkonsumsi air sumurdengan yang bukan air sumur benar-benarberbeda secara signifikan baik pada awalpengamatan dan akhir pengamatan. Besarperbedaannya pada awal pengamatan

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 167-171

Page 73: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

171

kalsium bersama dengan phosphat akanmembentuk hablur dan menjadi karanggigi. Jenis karang gigi yang terbentuk adalahkarang gigi air ludah (salivary calculus)(Ariyantono, 2009).

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapatdisimpulkan bahwa terdapat perbedaanyang bermakna terjadi karang gigi padamasyarakat yang mengkonsumsi air sumurdengan yang bukan air sumur, di DesaKelan Kecamatan Kuta SelatanKabupaten Badung Provinsi Bali 2010.Sehingga disarankan kepada masyarakatDesa kelan pada umumnya danmasyarakat yang mengkonsumsi air sumurpada khususnya, agar lebihmemperhatikan kebersihan gigi danmulutnya, dengan cara menyikat gigisegera setelah makan minimal dua kalidalam sehari, yaitu pagi setelah makan danmalam sebelum tidur, rajin memeriksakangigi dan membersihkan gigi ke tempatpelayanan kesehatan gigi minimal enambulan sekali.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan RI., 1995a, TataCara Kerja Pelayanan AsuhanKesehatan Gigi dan Mulut diPuskesmas, Direktorat JendralPelayanan Medik, Jakarta.

———————, 2000, PedomanUpaya Pelayanan KesehatanGigi dan Mulut di Puskesmas,Depkes RI, Jakarta.

Tarigan, R., 1995, Kesehatan Gigi danMulut, ed.IV. EGC, Jakarta.

Tarigan, R., 1999, Kesehatan Gigi danMulut, ed.I. EGC, Jakarta.

Houwink, B.J. 1993, Ilmu KedokteranGigi Pencegahan, FakultasKedokteran Gigi UniversitasGadjah Mada, Yogyakarta.

Tomasowa, RA., 1995, PengetahuanDasar tentang Kesehatan Gigidan Mulut, Depkes RI, Jakarta.

Budi Artawa, IM., dan IGAAP Swastini (Perbedaan terjadinya karang gigi...)

Page 74: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

172

1 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar

PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAANALAT SISTEM TRAINER

Ni Made Widhiasti1

Abstract. Incompetent lips may contribute to protrusion of the teeth by reducingthe restricting pressure acting on the teeth from the lips. The lips that have noability to hold lip seal without strain that necessitate lip training using trainersystem as mofuncitonal appliance. The aim of this paper is to discuss the effectof trainer system treatment on icompetent lips correction. Lip muscles exerciseswith trainer system allow to bring lip musculature into normal and healthfunction, as they are important elements in aiding growth and development ofnormal occlusion. Trainer system as a suitable myofunctional appliance for liptraining to increase activity of lip musculature simultaneously during mandibularest position and decrease it during oral function.

Keywords: incompetent lips; trainer system, muscle activity

Pencapaian oklusi yang normal tidakhanya dipengaruhi oleh hubungan antaragigi dengan gigi, dan struktur tulang yangmendukungnya saja, tetapi juga ditentukanoleh keseimbangan otot-otot disekitarnyaserta pergerakan rahang bawah pada saatberfungsi. Gigi-gigi terletak diantara bibiratau pipi pada satu sisi dan lidah di sisilainnya. Gaya-gaya perlawanan atautekanan yang dihasilkan oleh organ-organtersebut menjadi faktor penentu utamafungsi gigi (Jung,dkk, 2003; Singh, 2004).Gaya intermiten yang dihasilkan oleh bibir,pipi, dan lidah saat berfungsi, sepertimenelan dan berbicara sama pentingnyadengan gaya kontinyu dari otot-otottersebut saat istirahat (Owman-Moll danIngervall, 1984; Proffit, 2000).Tonus otot bibir saat mandibula beradapada posisi istirahat seharusnyamenghasilkan kontak antara bibir atas danbawah yang ringan dan konstan. Jikakeadaan bibir saling terpisah, tidak mampuberkontak ringan maka bibir dikatakaninkompeten (Harty dan Ogstan, 1995;Singh, 2004). Individu dengan bibirinkompeten memiliki bibir bawah yangterletak di belakang gigi insisivus atas,

sementara bibir atas tampak pendek,hipotonus,, dan hampir tidak berfungsi.Saat berupaya menutup bibir, ototorbicularis oris dan mentalis berkontraksikuat, bibir bawah mendorong permukaanpalatal gigi insisivus atas. Bibir bawahseharusnya menutupi sepertiga insisalpermukaan labial gigi insisivus atas(Houston, 1990; Singh, 2004).Bibir inkompeten dapat disebabkankarena (1) morfologi bibir tidak adekuatyaitu, anatomi bibir atas pendek sehinggapada posisi istirahat bibir tidak dapatberkontak, (2) bibir tidak mampuberfungsi dengan baik karena gigi insisivusatas protrusif, misalnya pada kasusmaloklusi Angle klas II divisi 1 yangekstrem, dan (3) fungsi bibir yangabnormal diikuti dengan penelanan terbalik,seringkali terjadi pada individu dengankebiasaan bernafas melalui mulut(Moyers,1988).Bibir inkompeten dapat mengakibatkanprotrusi gigi-gigi karena kurangnya aksipenekanan gigi-gigi oleh bibir atas danbawah, penampilan menjadi tidak menarik(Owman-Moll dan Ingervall, 1984; Singh,2004;).

Page 75: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

173

ukuran dan kekuatannya, maka untukdaerah sekitar mulut lebih menekankanpada perbaikan fungsi dan tonus ototnya.Menurut Jung, dkk. (2003),ketidakmampuan untuk menggunakan ototdapat mengakibatkan hilangnya sifatelastisitas jaringan, kelemahan otot, danatrofi. Jika otot bekerja berat maka tonusotot-otot menjadi semakin kuat tetapi jikaotot-otot kurang berfungsi maka otot-ototmenjadi lunak, lemas, dan tidakberkembang (Mokhtar,1997).Melalui kemampuan otot yang tinggi untukberkontraksi, sel-sel otot mampumemendek dan membentuk tegangan,yang menghasilkan gerakan danmelakukan kerja. Kontraksi otot yangabnormal dan tidak harmonis akanmengganggu atau merintangiperkembangan yang normal dari tulang(Sherwood, 2001). Pertumbuhan tulangkraniofasial paling aktif terjadi pada usia5-15 tahun sementara pada usia 15-25tahun masih ada pertumbuhan pada tulangkraniofasial terutama pada mandibula(IOWA dalam Bishara, 2000).Seiring pertambahan usia individu akanterjadi penurunan masa otot rangkasecara lambat tetapi kontinu disertaipenurunan kekuatan otot. Mulai usia 30tahun, kekuatan, refleks, dan kelenturanotot berkurang. Serabut-serabut ototberkurang yang disebabkan karena atrofisehubungan dengan oksidasi serabut-serabut otot yang lambat. Penurunan inidisebabkan oleh perubahan-perubahanyang berkaitan dengan penuaan.Pertahanan terbaik melawan penurunankekuatan otot akibat penuaan adalahlatihan yang teratur. Perubahan adaptifpada usia lanjut kurang mencolokdibandingkan dengan orang muda karenaberkaitan dengan gangguan dalamkemampuan mensintesis protein-proteinotot baru (Sherwood, 2001; Tortora danDerrickson, 2006).

Inkompetensi bibir juga dapatmempengaruhi sistem mastikasi, terjadigangguan dalam pengunyahan makanandengan bibir yang tidak berkontak danseringkali mengeluarkan bunyi (Tomiyama,dkk., 2004).Secara visual, bibir inkompeten dapatdilihat pada individu yang mempunyaikebiasaan bernafas melalui mulut (Jung,dkk., 2003; Singh, 2004). Berdasarkanpencatatan EMG, aksi otot mentalis padabibir kompeten saat istirahat dari posisibibir tertutup ke posisi bibir terbukamengalami peningkatan sedangkan padabibir inkompeten mengalami penurunan(Yamaguchi, dkk., 2004). Melaluigambaran sefalometri, evaluasi postur bibirberdasarkan hubungan antara bibir atasdan bawah pada saat posisi bibir istirahatmdisebut dengan interlabial gap (ILG).Jarak interlabial gap normal adalah 0 –3 mm. Aktivitas otot mentalis yang kuatpada saat menutup mulut mengindikasikanjarak interlabial gap yang besar(Nanda,2005).Individu yang tidak mampumempertahankan penutupan bibirnyadapat dirawat dengan melakukan latihanotot bibir (Moyers, 1988; Owman-Moll,1984; Singh, 2004; Thüer dan Ingervall,1990; Usumez, dkk., 2004).Tujuan penulisan artikel ini adalah untukmemperkenalkan perawatan bibirinkompeten dengan penggunaan alat sistemtrainer.

Pembahasan

Latihan Otot Bibir InkompetenLatihan otot bibir diperlukan sebagaimekanika tambahan dalam koreksimaloklusi. Otot yang mengelilingi gigi-gigidianggap sebagai “pesawat ortodontikhidup”. Menurut Rogers (dalam Moyers,1988), meskipun pada umumnya latihanterhadap otot-otot yang terdapat dalamtubuh ditujukan untuk meningkatkan

Widhiasti, NM., (Perawatan bibir inkompeten...)

Page 76: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

174

hipotonus otot bibir (Graber, 1985; Singh,2004).Penelitian yang dilakukan oleh Ingervalldan Elliason (1982) menyebutkan bahwalatihan bibir aktif berpengaruh terhadapmorfologi bibir. Bibir atas dan bawahbertambah panjang dan interlabial gapberkurang. Rekaman EMG menunjukkantidak terdapat perubahan bermaknaterhadap fungsi bibir pada kelompok yangmelakukan latihan bibir, sementara padakelompok kontrol menunjukkanbertambah buruknya fungsi bibir.Giancometti (dalam Owman-Moll danIngervall, 1984) melaporkan adanyapeningkatan kekuatan bibir saat istirahatsetelah latihan dengan oral screen.Berbeda dengan Eismann (dalamOwman-Moll dan Ingervall, 1984) yangmenyatakan tidak terdapat peningkatankekuatan bibir saat istirahat setelah latihandengan oral screen. Berdasarkanrekaman EMG dari penelitian yangdilakukan oleh Stavridi dan Ahlgren(1992) menunjukkan penurunan yangbermakna aktivitas otot mentalis pada saatmenelan dan adanya peningkatan aktivitasotot mentalis saat istirahat setelahperawatan dengan oral screen pada bibirinkompeten. Peneliti lain yaitu, Tallgren,dkk. (1998) menyatakan bahwaperawatan dengan menggunakan oralscreen pada bibir inkompetenmenunjukkan adanya penurunan aktivitasotot mentalis selama berfungsi.Menurut Thüer dan Ingervall (1990),latihan otot bibir dengan oral screenmenyebabkan berkurangnya jarak gigitdan panjang lengkung gigi atas tetapikembali meningkat setelah pemakaianoral screen dihentikan. Kekuatan bibirmeningkat selama perawatan tetapiberkurang setelah perawatan.Produk miofungsional modern denganfungsi yang sama dengan oral screen yaitu,trainer telah dirancang untuk melatih otot-otot perioral dan posisi lidah secara aktif

Tujuan terapi miofungsional adalahmendapatkan fungsi otot-otot orofasialyang normal dan sehat sebagai elementambahan yang penting dalampertumbuhan dan perkembangan oklusiyang normal (Singh, 2004). Latihan ototdilakukan untuk memberi arahperkembangan oklusi, mendapatkan polapertumbuhan yang optimal danmenghasilkan retensi dan stabilitas padaakhir perawatan ortodontik (Singh, 2004).Melalui berbagai jenis latihan akanmenghasilkan pola lepas muatan neuronyang berbeda-beda ke otot yangbersangkutan. Neuron-neuron motorikyang mempersyarafi suatu otot tidak sajapenting untuk memulai kontraksi tetapijuga dalam mempertahankan integritasdan komposisi kimiawi otot. Bergantungpada pola aktivitas saraf, perubahanadaptif jangka panjang terjadi pada seratotot, memungkinkan otot bereaksi dengancara yang paling efisien terhadap berbagaijenis fungsi yang dikenakan kepadanya.Perubahan-perubahan adaptif yang terjadidi otot secara bertahap berbalik kekeadaan semula dalam periode beberapabulan apabila program latihan teratur yangmenimbulkan perubahan tersebutdihentikan (Sherwood, 2001).

Sistem TrainerLatihan bibir aktif dapat dilakukan tanpamenggunakan alat atau denganmenggunakan alat. Penggunaan alatmiofungsional telah dilakukan sejakbeberapa tahun. Oral screen merupakanalat yang sesuai untuk latihan bibir, terbuatdari akrilik sesuai dengan vestibulumdigunakan diantara bibir dan gigi-gigisehingga udara tidak dapat masuk melaluimulut. Terjadi peningkatkan kekuatanbibir secara maksimal, dapat digunakanuntuk mengoreksi kebiasaan menghisapjari menghisap bibir, menjulurkan lidahtermasuk penelanan terbalik, bernafasmelalui mulut dan kelemahan atau

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 172-177

Page 77: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

175

dan lip bumper sehingga dapat mencakuptiga keutungan utama efek miofungsionalyaitu, penyusunan gigi, pelatihanmiofungsional, dan perbaikan posisi rahang(Myofunctional Research, Co., 2000).Bibir harus tetap berkontak sehingga efekdari sistem trainer dapat tercapai dankontak bibir dapat ditingkatkan.Kekuatan otot bibir yang dihasilkanmenjadi seimbang. Otot bibir akankontraksi dan relaksasi secara simultan.Semakin sering digunakan maka akanmeningkatkan efektivitasnya. Bibir tetaptertutup dan dengan adanya screendipaksa untuk bernafas melalui hidung,mencegah kontak antara lidah dan bibirbawah saat menelan sehingga akanmendorong lidah ke posisinya yang benar,yaitu di bagian atas maksila danmenggerakan mandibula ke posisi yangbenar yaitu kelas I. Lidah dilatih ke posisiyang benar dengan diletakkan diatastongue tag dari trainer. Tongue guardakan menghentikan kebiasaan lidah yangmenjulur diantara gigi-gigi. Lip bumper,akan memecah hiperaktivitas otot mentalissehingga didapatkan kontraksi ototmentalis yang minimal pada saat bibir atasdan bawah berkontak (MyofunctionalResearch, Co., 2000; Singh, 2004).Pemakaian alat sistem trainer juga dapatmencegah dan merawat gangguan padaTMJ karena memiliki basis aerofoil yanglembut dimana bagian posteriornyamempunyai ketebalan 3,2 mm sedangkanbagian anterior 2 mm sehingga mengurangitekanan terhadap sendi temporomandi-bula sebagai kompensasi dari oklusi yangtidak harmonis. Bagian posterior yanglebih tebal tersebut juga dapat digunakanuntuk mengatasi masalah bruxism(Myofunctional Research, Co., 2000).Soo dan Moore (dalam Grossen danIngervall, 1995), menyatakan bahwatekanan bibir terhadap gigi anterior bawahberkurang setelah pemakaian lip bumper.

selama penelanan serta memaksa bibiruntuk tetap berkontak sehinggamengembangkan kebiasaan bernafasdengan hidung (Quadrelli, dkk.,2002;Usumez, dkk., 2004; Singh, 2004).Dewasa ini telah diperkenalkan alat yangmemiliki struktur sama dengan oral screentetapi lebih lembut dan efektif serta dapatditerima oleh pasien, yaitu alat sistemtrainer. Alat ini ini merupakan alat pasif,yang terdiri dari cekungan tempat gigi-gigirahang atas dan bawah yang dihubungkanmenjadi satu, terbuat dari non-thermoplastic silicone atau polyurethaneyang fleksibel tetapi tetap pada bentuknya,Sistem trainer dikembangkan untukmemenuhi filosofi terapi miofungsionaldengan tidak menggunakan kekuatanmekanik tetapi melanjutkan kekuatan-kekuatan dari otot-otot sekitar mulut ketulang alveolus dan gigi-gigi. Pemakaiantrainer akan menghasilkan kekuatan ototyang seimbang (Singh,2004;Myofunctional Research Co., 2000).Terdapat beberapa jenis alat yangtermasuk sistem trainer yaitu, Trainer forKids (T4K) / Pre-Orthodontic Trainermerupakan trainer untuk anak-anak usia6-12 tahun, efektif pada masa gigibercampur awal untuk panduan erupsi gigidan koreksi kebiasaan miofungsional,Trainer for Alignment (T4A) merupakantrainer untuk penyusunan, memilikibanyak kesamaan dengan T4K namundirancang untuk pasien usia 12 - >15tahun dengan gigi permanen, Trainer forBraces (T4B) merupakan trainer selamapemakaian alat cekat untuk pasien usia 12- >15 tahun, dan Trainer for Class II(T4CII) merupakan alat yang spesifikuntuk perawatan maloklusi klas II yangberat sebelum dan selama pemakaian alatortodontik cekat (MyofunctionalResearch, Co., 2000).Efek miofungsional disertakan dalamsemua alat sistem trainer karena memilikifitur screen, tongue tag, tounge guard,

Widhiasti, NM., (Perawatan bibir inkompeten...)

Page 78: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

176

Gambar 1Alat Sistem Trainer (Myofunctional Research,

Co., 2000)Keterangan Gambar :1. Saluran untuk gigi 4. Lip bumper2. Tongue tag 5. Screen3. Tongue guard 6. Basis aerofoil

Penelitian yang dilakukan oleh Quadrelli,dkk. (2002) terhadap pasien denganmaloklusi Klas II divisi 1 disertai disfungsijaringan lunak, setelah pemakaian pre-orthodontic trainer didapatkan fungsiotot menjadi normal, termasuk adanyaperbaikan pada penelanan terbalik dankebiasaan bernafas melalui hidung.Penelitian yang dilakukan Widhiasti, dkk.(2010) menunjukkan bahwa pemakaianTrainer for Braces sebagai alatmiofungsional pada individu dengan bibirinkompeten selama 3 bulan dapatmeningkatkan potensial aksi otot mentalispada posisi bibir terbuka dan menurunkanpotensial aksi otot mentalis pada posisibibir tertutup.Durasi pemakaian alat miofungsional setiaphari yaitu sepanjang malam dan minimal 2jam pada siang hari (minimal 12 jam setiaphari) Semakin sering digunakan maka akanmeningkatkan efektivitasnya. Setelahpemakaian trainer, dilakukan observasiuntuk mengetahui adanya perubahan mukayang menunjukkan adanya perbaikanmasalah miofungsional. Perubahantampak 2 – 3 bulan setelah pemakaiantrainer, atau dapat lebih cepat(Myofunctional Research, Co., 2000;Singh, 2004).

Kesimpulan dan Saran

Sistem trainer sebagai alat miofungsionaldapat digunakan pada koreksi bibirinkompeten dengan meningkatkanaktivitas otot bibir secara simultan saatmandibula berada pada posisi istirahat danmengurangi aktivitas otot bibir yang besarpada saat mulut berfungsi. Diperlukankooperatif pasien untuk mendapatkan hasilyang optimal. Perubahan-perubahanadaptif yang terjadi di otot secara bertahapberbalik ke keadaan semula dalam periodebeberapa bulan apabila program latihanteratur yang menimbulkan perubahantersebut dihentikan.

Daftar Pustaka

Bishara, S.E., 2000, Facial and DentalChanges in Adolescents and TheirClinical Implications, AngleOrthod., 70: 471-483.

Grossen, J. and Ingervall, B., 1995, Theeffect of a lip bumper on lowerdental arch dimensions and toothpositions, Eur. J. Orthod. 17: 129-134.

Harty, F.J. dan Ogstan, R., 1995, KamusKedokteran Gigi (terjemahan),EGC, Jakarta, h. 166.

Houston, W.J.B., 1990, Ortodonti Walter(terjemahan), Edisi ke 4,Hipokrates, Jakarta, h. 23-26.

Ingervall, B. and Elliasson, G.B., 1982,Effect of Lip Training in Childrenwith Short Upper Lip, AngleOrthod., 52 (3): 222-233.

Jung, M., Yang W., Nahm, D., 2003,Effect of Upper Lip Closing Forceon Craniofacial Structures, Am. J.Orthod. Dentofacial Orthop.,123 (1): 58-63.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 172-177

Page 79: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

177

Tallgren, A., Christiansen, R.L., Ash,M.M., 1998, Effects ofMyofunctional Appliance onOrofacial Muscle Activity andStructures, Angle Orthod., 68 (3):249-258.

Thüer, U. and Ingervall, B., 1990, Effectof Muscle Exercise with Oral Screenon Lip Function, Eur. J. Orthod.,12 (2): 198-208.

Mokhtar, M., 1998, Dasar-DasarOrtodonti Perkembangan danPertumbuhan KraniodentofasialBagian 6: Sistem Stomatognasi,Edisi 1, Yayasan Penerbitan IkatanDokter Indonesia, Jakarta, h. 6-13.

Moyers, R.E., 1988, Handbook ofOrthodontics, 3rd ed., Year BookMedical Publishers Inc., p. 325-332.

Myofunctional Research Co., 2000,Trainer: Treatment ProcedureManual, Myofunctional ResearchCo, Queensland, p. 2-19.

Nanda, R., 2005, Biomechanics andEsthetic Strategies in ClinicalOrthodontics, Elsevier Saunders,St. Louis, p. 51-53.

Owman-Moll, P. and Ingervall, B., 1984,Effect of Oral Screen Treatment onDentition, Lip Morphology, andFunction in Children withIncompetent Lips, Am. J. Orthod.,85 (1): 37-46.

Proffit, W.R., 2000, ContemporaryOrthodontics, 3rd ed., Mosby YearBook, St. Louis, p. 117, 128, 160-162.

Quadrelli, C., Gheorgiu, M., Marchetti, C.,2002, Early MyofunctionalApproach to Skeletal Class II,Mondo Ortodontico, 2: 109-122.

Sherwood, L., 2001, Fisiologi Manusia:dari Sel ke Sistem (terjemahan),Edisi ke 11, EGC, Jakarta, h. 213,231-237,253.

Singh, G., 2004, Textbook ofOrthodontics, 1st ed., JaypeeBrothers Medical Publishers Ltd.,New Delhi, p. 66, 517, 528-533,548-562.

Stavridi,R. and Ahlgren, J., 1992, MuscleResponse to The Oral ScreenActivator. An EMG Study of TheMasseter, Buccinator, and MentalisMuscle, Eur. J. Orthod., 14(5):339-345.

Widhiasti, NM., (Perawatan bibir inkompeten...)

Page 80: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

178

KUALITAS UDARA DALAM RUANG KERJA

Ida Ayu Made Sri Arjani1

Abstract. Indoor air quality is a factor that can affect the health workforce.Low air quality within a building closely associated with the occurrence ofproblems Sick Building Syndrome (SBS) and Building Related Illeness (BLI).Factors that influence the level of air quality in the work space is indoor aircontaminants, physical factors including air temperature, humidity and velocityof air movement and air ventilation systems are used. A workspace is occupiedby many people with various health conditions it may be exposed to risk ofinfection through contact with others is very great. Work space is too crowdedand air conditioning systems that are less well maintained with inadequate aircirculation will increase the risk of health problems. Taking into account thequality of the air that meets the sanitary requirements and security is necessaryfor all the occupants of the room (the employee) then always must be maintainedand stays within the range that is comfortable to work.

Keywords: work space, air quality and ergonomics.

1 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

Beberapa penelitian menunjukkan bahwakualitas udara yang tidak memenuhi syaratmenyebabkan biaya tinggi yang meliputibiaya pemeliharaan kesehatan langsung,kerusakan bahan dan peralatan serta biayakehilangan produksi. Di Amerika Serikatdiperkirakan bahwa kehilangan produksimendekati lima kali dari biayapemeliharaan kesehatan (WHS,1992).Ketidaknyamanan atau gangguankesehatan yang disebabkan karenakualitas udara dalam kenyataan di lapanganmenunjukkan, bahwa akibatketidaknyamanan, gangguan kesehatandan kecelakaan tidak saja memperlambatpelayanan atau ketepatan waktu produksi,tetapi juga dapat mengurangi kepercayaanpelanggan.Berdasarkan laporan dari Lieckfield danFarrar (1991) dikutif dari WHO (1983)bahwa kualitas udara yang rendah dalamsuatu bangunan berhubungan erat terhadapterjadinya problem Sick BuildingSyndrome (SBS) dan Building RelatedIlleness ( BLI). SBS yang di definisikanoleh WHO yaitu sebagai suatu komplain

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologidi dunia telah membawa dampak padaperubahan peradaban masyarakat. Di eraglobalisasi seperti sekarang inimenunjukkan perubahan yang sangat cepatdari peradaban masyarakat industrimenuju masyarakat informasi. Salah satuciri dari masyarakat informasi adalahmenghabiskan sebagian besar waktunyauntuk bekerja di dalam gedung denganmenggunakan ventilasi buatan seperti AirConditioning (AC). Kualitas udara dalamsuatu ruangan merupakan faktor yangsignifikan yang dapat mempengaruhiderajat kesehatan tenaga kerja. Haltersebut menurut Morey et all (1991)disebabkan oleh keadaan-keadaansemakin meningkatnya jumlah orang yangmenghabiskan waktunya di dalamruangan, konstruksi – konstruksi bangunangedung yang dirancang tidakmenggunakan jendela yang dapat dibuka,meningkatnya penggunaan teknologi barudan bahan-bahan sintetis dan sarana energikonservasi yang dapat menurunkan jumlahudara dari luar yang disirkulasikan.

Page 81: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

179

yang tidak spesifik ditandai denganfrekuensi tinggi dari gejala iritasi pada mata,hidung, tenggorokan dan saluran nafasbagian bawah, reaksi kulit, kepenatan,pusing atau sakit kepala diantara orangyang tinggal dalam satu bangunan tertentu.Sedangkan BLI merupakan problemgangguan keseharan dan dapat dikenalisebagai suatu penyakit yang agak spesifikdiduga berhubungan dengan pemaparanudara dalam ruangan, seperti penyakitlegionnaire, asma, dermatitis dll. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kualitasudara dalam suatu ruangan kerja yangdapat menyebabkan probem SBS danBRI adalah ; pertama, kontaminan udaradalam ruangan seperti : kontaminanbiologis, formaldehid, bahan-bahan yangmudah menguap, sisa hasil pernafasan, sisahasil pembakaran dan partikel-partikeldalam udara. Kedua faktor fisik meliputi :suhu udara, kelembaban dan kecepatangerakan udara untuk sirkulasi. Ketiga,sistem ventilasi udara yang digunakan.Suatu ruangan kerja yang ditempati olehbanyak orang dengan berbagai kondisikesehatan maka kemungkinan untuk dapatterpapar oleh resiko infeksi melalui kontakdengan orang lain sangat besar. Ruangkerja yang terlalu padat penghuninya dansistem AC yang kurang terawat dengansirkulasi udara yang kurang memadai akandapat meningkatkan resiko timbulnyagangguan kesehatan. Resiko tersebutkemungkinan dapat lebih terpapar olehkondisi seperti : asap rokok dalamruangan, bahan-bahan bangunan (furniture,peralatan-peralatan modern), produk-produk pembersih ruangan dan bahan-bahan pencemar udara dari luar ruangan.Mengingat kualitas udara yang memenuhisyarat kesehatan dan keselamatan sangatdiperlukan oleh semua penghuni ruangan(karyawan) maka harus selalu dijaga dandiupayakan tetap dalam kisaran yangnyaman untuk bekerja.

Konsentrasi Oksigen (O2)

Oksigen merupakan komponen udarayang dapat mempengaruhi tingkat kualitasudara dalam ruangan. Gedung-gedungyang menggunakan sarana pengatur suhuruangan (AC) dengan sistem sirkulasiudara mempunyai kelemahan yaitusemakin lama pengaliran udara akansemakin berkurang pula konsentrasioksigennya (Soedirman,1991). Haltersebut disebabkan karena oksigen selaludibutuhkan oleh proses pernafasanmanusia. Pada kondisi normal udaramengandung oksigen sekitar 20,9%.Standar minimum yang ditetapkan olehNIOSH (1984) untuk ruang tertutup danber-AC adalah 19,5%. Apabilakonsentrasi O2 disuatu ruangan beradapada konsentrasi di bawah kadar tersebutdapat mengakibatkan gangguan kesehatanberupa ; pusing, mudah mengantuk,pernafasan menjadi sesak, dll.(Tarwaka &Bakri,2001).

Kontaminasi Udara dalam RuangKerja

Pada suatu ruangan kerja, dimanaditempati oleh banyak orang denganberbagai kondisi kesehatan yang berbedatentunya kemungkinan besar untuk dapatterpapar oleh resiko infeksi sangat tinggi.Biasanya dalam suatu observasi lapangankita sering terpaku hanya kepadapemaparan bahan –bahan kimia tertentusaja yang kadarnya cukup tinggi dan dapatmenyebabkan keracunan, menimbulkanpenyakit yang parah atau bahkanmenyebabkan kematian. Sementara itupemaparan terhadap kadar kontaminasiyang rendah yang dapat menyebabkanganguan kesehatan meskipun tidak beratmasih sering diabaikan. Padahal apabilatelah terjadi akumulasi dari bahan-bahanpenemar meskipun kadarya rendah, akandapat menyebabkan gangguan kesehatanyang bersifat kronis.

Sri Arjani, IAM., (Kualitas udara dalam...)

Page 82: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

180

konsentrasi rendah. Menurut WH0 (1992)bahwa ozon dapat menyebabkan iritasipada mata dan saluran pernafasan. Olehkaren ozon merupakan gas yang sangatmudah bereaksi, pada umumnya hanyadapat dijumpai dekat dengan sumbernyadan hanya mempunyai pengaruh yang kecilpada ligkungan udara dalam ruang kerja.

Partikel-partikel dalam udara ruangkerjaPartikel-partkel yang biasanya terdapat didalam ruangan kerja meliputi : hasilpembakaan dari proses memasak danmerokok, debu dari pakaian, kertas dankarpet, serat asbes dari bahan banunan,serat fiberglass yang terdapat dalamsaluran pipa AC.Secara umum kadar partikel yangberlebihan dapat menyebabkan reaksialergik seperti mata kering, problemkontak lensa mata, iritasi hidung,tenggorokan dan kulit, batuk-batuk ansesak nafas. Pada gedung-gedungperkantoran rerata partikel debu padaruangan non – smoking area adalah 10 µg/m³ sedangkan pada smoking area berkisarantara 30 – 100 µg/m³ (Morey et al.,1991). Standar maksimum partikel debuuntuk ruang kerja perkantoran ternyataberagam. WHO (1976) menetapkanrerata kadar debu dalam setahun adalah40 µg/m³ dan kadar maksimum 24 jamadalah 120 µg/m³ , NH & MRC (1985)menetapkan rerata kadar dalam setahunadalah 90 µg/m³ . Sedangkan SAA (1980)menetapkan rerata kadar dalam setahunadalah 60 µg/m³ µg/m³ dan kadarmaksimum 24 jam adalah 150 µg/m³.

Produk hasil PembakaranMenurut Hau (1997) bahwa produk sisahasil pembakaran dapat meliputi karbonmonoksida (CO), nitrogen oksida (NO &NO2) dan hidro karbon (HC). Gas-gastersebut dapat bersumber dari dalambangunan itu sendiri seperti: pembakaran

Beberapa jenis kontaminan atau bahanpencemar yang sering dapat menurunkankualitas udara dalam suatu ruang kerja,yaitu :

Karbon Dioksida (CO2)Kadar CO2 merupakan indikator untukmengetahui efektif tidaknya sistem ventilasidalam ruangan yang bersangkutan. KadarCO2 dalam suatu ruangan harusdiusahakan < 1.000 ppm. Apabila kadarCO2 melebihi batas tersebut makamemberikan indikasi bahwa jumlah udarasegar yang dialirkan melalui sistem ventilasitidak mencukupi. ASHRAE Standar 62-1989 merekomendasikan untuk ruangkerja perkantoran harus mempunyai rata-rata aliran udara masuk sekurang-kuranna10 l/det/orang untuk mempertahankankadar CO2 d ibawah 1000 ppm. Dari hasilpenelitan Tarwaka & Bakri (2001)dilaporkan bahwa suatu ruangan dengankonsentrasi karbon dioksida diatas 1000ppm menyebabkan ganguan kesehatan dankeyamanan pekerjanya.

FormaldehidFormaldehid merupakan gas yang tidakberwarna dengan bau yang cukup tajam.Formaldehid biasanya dihasilkan daribahan-bahan bangunan seperti plywood,karpet, furniture, Urea- FormaldebydeFoam Insulation (UFFI). Pemaparanformaldehid pada kadar yang cukuprendah 0,05 – 0,5 ppm dapatmenyebabkan mata terbakar, iritasi padasaluran nafas bagian atas dan dicurigaisebagai karsinogen (Heryuni,1993).

Ozon (O3)Berbagai proses kegiatan dan peralatanyang menggunakan sinar ultraviolet (UV)atau menyebabkan ionisasi udara mungkinmenghasilkan Ozon. Peralatan kerja yangdapat mengeluarkan ozon antara lain:printer laser, lmpuUV, mesin photocopydan ioniser. Ozon merupakan gas yangsangat beracun dan mempunyai efek pada

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 178-183

Page 83: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

181

Cuaca Kerja

Cuaca kerja merupakan kombinasi darikomponen suhu udara, kecepatan gerakanudara dan kelembaban udara. Komponen– komponen tersebut dapat mempengaruhipersepsi kualitas udara dalam ruangankerja, sehingga harus selalu dijaga agarberada pada kisaran yang dapat diterimauntuk kenyamanan penghuninya. Untukmendapatkan tingkat kenyamanan yangdapat diterima oleh semua karyawan makaperpaduan antara suhu udara, kecepatangerakan udara dan kelembaban udaraharus diatur sesuai dengan standar yangditetapkan.Komplain tentang ketidaknyamanan suhuudara dalam ruang kerja sering terjadi padapenghuni gedung-gedung perkantoran.Masalah kualitas udara dalam ruangantersebut biasanya disebabkan karenakelembaban dan gerakan udara di luarbatas yang dianjurkan. Didasarkan padarekomendasi NIOSH (1984), tentangkriteria untuk suhu nyaman ; suhu udaradalam ruang yang dapat diterima adalahberkisar antara :20-24oC untuk musimdingin berkisar antara : 23-26oC untukmusim panas pada kelembaban 35-65%.Rata-rata gerakan udara untuk ruang yangditempati tidak melebihi 0,15m/det untukmusim dingin dan 0,25 m/det untuk musimpanas. Kecepatan udara dibawah 0,07 m/det akan memberikan rasa yang tidak enakdi badan dan rasa tidak nyaman. WHO(1976) memberikan rekomendasi tentangkecepatan gerakan udara dan kelembabanyang harus disesuaikan dengan kondisiudara setempat untuk mendapatkan udarayang nyaman.

Pengujian Kualitas Udara

Untuk mengetahui dan menilai kondisikualitas udara dalam ruangan maka faktor-faktor yang harus diuji setidaknya meliputiparameter faktor fisik lingkungan kerjaseperti suhu (basah & kering), Indek Suhu

akibat proses masak memasak, merokokdalam ruang kerja. Timbal (Pb) merupakanbahan pencemar yang potensial yangsering ditemukan dalam kadar cukup tinggidi ruangan kerja dekat dengan parkir.Sumber-sumber bahan pencemaran yangberasal dari luar bangunan biasanyadibawa masuk ke dalam ruangan melaluialiran udara ventilasi. CO yang terikatdalam darah terutama haemoglobin akanmenghambat fungsi oksigen dalamsirkulasi. Pada konsentrasi tinggi COdapat menyebabkan kematian, sedangkanNO dapat menyebabkan iritasi pada matadan saluran pernafasan. Mesin-mesinpembangkit yang sering digunakan sepertigenerator, mesin diesel, kompresor dll,harus ditempatkan pada ruang yangterpisah dengan gedung induk dandipelihara agar pekerja tidak terpaparolehgas emisi dari mesin-mesin tersebut.

Pencemaran MikrobiologiKelembaban udara yang tinggi, sirkulasiudara yang tidak seimbang, bangunan yangterlalu rapat satu sama lain, sistem AC yangmenggunakan air dan kondensasi akanmerangsang tumbuh dan berkembangnyamikrobiologi seperti pirus, bakteri, jamur,protozoa dll.Virus, bakteri dan jamur dapatmenyebabkan infeksi dan reaksi alergikpada lingkungan dalam ruangan tertutup.Infeksi oleh bakteri tertentu sepertipenyakit legionnaire dapat disebarkanmelalui sistem AC yang menggunakancooling towers (Lieckfild & Farrar, 1991).Pemeliharaan yang kurang bagus darisistem ventilasi tersebut akan membantupertumbuhan organisme mikrobiologi.Sedang pemaparan untuk waktu yang lamaoleh jamur dan mikroorganisme lainnyadapat menyebabkan alergi atau reaksiasmatik bagi penghuni gedung ber-AC.

Sri Arjani, IAM., (Kualitas udara dalam...)

Page 84: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

182

Kesimpulan

Perhatian utama ergonomi adalah padamanusia dan interaksinya denganlingkungan tempatnya bekerja. Tujuanutamanya untuk meningkatkankeselamatan, keamanan, kepuasanbekerja dan kualitas hidup sertamengurangi kelelahan dan stress manusia,dengan segala kemampuan danketerbatasannya. Faktor manusiamemegang peranan penting pada masalahkeselamatan dan kesehatan pekerjadengan memperhatikan lingkungan fisiknyatermasuk kualitas udaranya dalam ruangkerjanya. Beberapa jenis kontaminan ataubahan pencemar yang sering dapatmenurunkan kualitas udara dalam suaturuang kerja, yaitu : Karbon Dioksida(CO2), Formaldehid, Ozon (O3),Partikel-partikel dalam udara ruang kerja,Produk hasil Pembakatan danPencemaran Mikrobiologi. Untukmengatasi masalah tersebut makadiperlukan langkah-langkah pengen-daliannya seperti : pemindahan ataupenggantian sumber pencemaran,modifikasi tempat atau proses kerja danmendesain sistem ventilasi udara.

Basah dan Bola (ISBB), kelembabanrelatif dan kecepatan gerakan udara (m/det) dan kontaminan udara yang meliputipartikel (debu), hasil pernafasan (karbondioksida), pembakaran gas-gas (karbonmonoksida, nitrogen dioksida dan sulfurdioksida), konsentrasi Oksigen (O2) diudara, Ozon (O3) dan formaldehid(HCHO). Ada beberapa langkah yangdipergunakan dalam pengujian udaraseperti pertama, melakukan survey awalyang meliputi mengidentifikasi tanda-tanda,gejala dan keluhan yang dalami olehsebagian besar karyawan, membagikankuesioner tentang keluhan subyektifkaryawan dan pengujian awal terhadapparameter suhu udara, kelembaban danaliran atau sirkulasi udara. Kedua, surveylengkap yang meliputi penilaian sistemventilasi, pengujian suhu udara,kelembaban udara, aliran udara danpengambilan sampel gas-gas dan partikeludara yang diduga sebagai penyebabrendahnya kualitas udara ruangan kerjaseperti kadar O2, O3, CO, NO2, SO2,formaldehid, debu dll.

Langkah-Langkah AlternatifPengendalian

Apabila kualitas udara dalam ruang kerjatelah diidentifikasi dan dinilaikeberadaannya, maka apabiladiketemukan hal-hal yang dapatmenurunkan kualitas udara dalam suaturuangan harus segera dilakukan perbaikansebagai upaya pengendalian. Pengendalianterhadap kualitas udara dalam ruang kerjadapat ditempuh melalui cara pemindahanatau penggantian sumber pencemarandimana dimaksudkan untuk menurunkanatau menggantikan bahan-bahan yanglebih berbahaya dengan yang kurangberbahaya. Disamping itu dapat jugadengan modifikasi tempat atau proseskerja, mendesain sistem ventilasi udaraagar dicapai kualitas udara yangdiinginkan.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 178-183

Page 85: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

183

Daftar Pustaka

Hau,E,1997. Lecture and practical sessionon Indoor Air Quality, TheUniversity of Queensland, Australia.

Heryuni,S.,1993. Kualitas LingkunganKerja Perkantoran dan Standarnya,Majalah Hiperkes danKeselamatan Kerja, Jakarta,XXVI(2dan3): 11-27.

Morey,P.R., & Singh, J. 1991. Indoor AirQuality in NonindustrialOccupational Environment. Patty’sIndustrial Hygiene andToxicology, 4 th Edt. USA.

Mutchler,J.E. & Golenblewski,M.A.1991. Air Pollution Control.In: Clayton, G.D. & Clayton, F.E.Eds. Patty’s Industrial Hygieneand Toxicology, General Principles4th Edt. Vol I (A), John Wiley &Sons, Inc, Amerika.

Standards Association of Australia (SAA),1980. Mechanical Ventilation andAir Conditioning Code, part 2,Australia

Tarwaka & Bakri, S.A 2001. Kurangnyasirkulasi udara menyebabkangangguan kesehatan dankenyamanan Karyawan diBasemen Hotel. Majalah Hiperkesdan keselamatan Kerja, Jakarta:XXXIV (3): 26-33.

World Health Organisation (WHO),1976. Suess, M.J. & Craxford,Eds. Manual on Urban AirQuality Management,Copenhagen.

Workplace Health and Safety ( WHS),1992. Indoor Air Quality, Aguidefor Healthy and Safe Workplaces,Queensland Government, Australia

Sri Arjani, IAM., (Kualitas udara dalam...)

Page 86: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

184

THE STUDENT’S RESPONSE TO THE LECTURER’S PERFORMANCE INAREA OF THE HEALTH POLYTECHNIC OF KEMENKES DENPASAR

IN 2010

I Wayan Jana1, Ni Nengah Ariati2, Ida Ayu Made Sri Arjani3

Abstract. The improvement of education services especialy in health field moreincrease become the public’s attention that it is led to intense competition inthe quality of education services. The health polytechnic of Denpasar is one ofsome college in the health field that exist under the ministry of health andhave status of public. The health polytechnic of Denpasar still have to payattention to quality and service in order to remain competitive with othercollege. Therefore, carried out a research to know how does the student’s respondto the lecturer’s performance so that it can be used as reference to makeimprovements to the institution. This research was a descriptive research withmain objective to create an overview about a condition objectively. Thepopulation in this research were the students in second and fourth semester inacademic year of 2009/2010 with number of sample equal to 213 people. Thecollection of data were by distributing questionnaires to 5 Likert scale to thesample. Data of student’s response to the lecturer’s performance was processedby looking for the mean score of each question and calculate the grand meanby the way sum average score each item divided by the number of items. Theresults shows that the lecturer’s performance in the nursing major was sufficientcategory with percentage 71.25%, the lecturer’s performance in midwiferymajor was good category (83.59%), the lecturer’s performance in the dentalhealth major was sufficient category with percentage of 77.38%; the lecturer’sperformance in the nutrition major was sufficient category with percentage72.03%; and the lecturer’s performance in the sanitation major was sufficientwith percentage of 75.56%. The leaders party should be more motivate thelecturer in the field of health polytechnic Denpasar to more improve itsperformance by conducts supervision, improve facilities and infrastructure andtraining in order to support the lecturer performance.

Keywords: The Lecturer’s Performance

1,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar2 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Perkembangan dan peningkatan jasapelayanan pendidikan khususnya di bidangkesehatan semakin menjadi perhatianmasyarakat menyebabkan ketatnyapersaingan kualitas pelayanan pendidikantersebut. Sementara itu sikap danpengetahuan masyarakat sebagaikonsumen semakin kritis menimbulkantuntutan-tuntutan untuk mendapatkanpelayanan yang berkualitas tinggi.

Komitmen akan kualitas pelayanan yangberorientasi pada konsumen merupakanprasyarat utama dalam menunjangkeberhasilan usaha, terutama pada usahadi bidang jasa. Kualitas jasa sangattergantung dari siapa dan bagaimana jasatersebut diberikan (Hasan, 2009).Salah satu upaya untuk meningkatkankualitas institusi pendidikan yaitu melaluipeningkatan kinerja dosen dalam

Page 87: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

185

Berdasarkan data yang terekam di BagianAkademik Poltekkes Denpasar, padaperencanaan proses belajar mengajarsebagian besar dosen tidak membuat SAP(Satuan Acara Pembelajaran). Pada awalPBM hanya sebagian dosen yangmemberikan silabus sebagai rencanapembelajaran yang akan dicapai dansebagian menyerahkan setelah PBMberjalan serta ada yang tidak memberikansilabus sampai kuliah berakhir.Berdasarkan latar belakang tersebut perludilakukan penelitian mengenai tanggapanmahasiswa terhadap kinerja dosen dilingkungan Poltekkes Denpasar.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen di Jurusan Keperawatan,Kebidanan, Kesehatan Gigi, Gizi, danKesehatan Lingkungan.Penelitian ini diharapkan dapat memberimasukan bagi Jurusan dan Direktoratmengenai tanggapan mahasiswa terhadapkinerja dosen dan di masing-masingjurusan di lingkungan Poltekkes Denpasar,di pakai sebagai acuan dalampengembangan pendidikan di PoltekkesDenpasar dan dijadikan acuan untukpenelitian sejenis.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif menggunakan pendekatan crosssectional, dimana peneliti mempelajarihubungan antara variabel denganmelakukan pengukuran sesaat, dimanasubjek tidak harus diperiksa pada hari atausaat yang sama, tetapi variabel hanyadinilai satu kali saja (Sastroasmoro, 1995dan Budiarto, 2003).Penelitian dilaksanakan di JurusanKeperawatan, Kebidanan, KesehatanGigi, Gizi, dan Kesehatan Lingkunganpada bulan Juli s/d September 2010dengan populasi terjangkau adalah seluruhmahasiswa program Reguler semester IIdan IV.

melaksanakan proses belajar mengajar.Kualitas institusi pendidikan sangatdipengaruhi oleh masukan bagi sistempendidikan diantaranya adalah mahasiswa,dosen dan fasilitas saranan pendukungproses belajar mengajar. Ketiga faktortersebut saling tergantung danmempengaruhi satu sama lain dalammenciptakan proses belajar mengajar yangberhasil.Poltekkes Denpasar merupakan lembagapendidikan di bidang kesehatan yangmenyelenggarakan pendidikan vokasionalprogram diploma kesehatan. Adapuntujuan Pendidikan Poltekkes Denpasaradalah menghasilkan tenaga Ahli MadyaKesehatan bidang Keperawatan,Kebidanan, Kesehatan Gigi, Gizi,Kesehatan Lingkungan, dan AnalisKesehatan sebagai tenaga profesionalyang beriman dan bertaqwa kepada TuhanYang Maha Esa, berjiwa Pancasila,berperilaku, berperibahasa, berperiakal,kreatif, dinamis, inovatif, memiliki integritasdan kepribadian tinggi terbuka dantanggap terhadap perubahan dankemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologiserta tanggap terhadap seni dan berbagaimasalah di masyarakat khususnya yangberkaitan dengan bidang kesehatan(Depkes RI, 2009a)Poltekkes Denpasar didukung oleh tenagapengajar yang kompeten dibidangnya,tenaga administrasi dengan latar belakangpendidikan tinggi (minimal SMA), saranaprasarana memadai, status di bawahnaungan Kementrian Kesehatan, sertalokasi yang strategis sehingga mudahdijangkau oleh mahasiswa. KeunggulanPoltekkes Denpasar bukan hanyaberstatus sebagai Perguruan TinggiNegeri, biaya pendidikan juga relatifmurah. Hal tersebut menjadi daya tariktersendiri bagi masyarakat untukmemasukkan anaknya di PoltekkesDenpasar.

Jana, IW., NN Ariati, IAM Sri Arjani (The student’s response...)

Page 88: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

186

Perhitungan jumlah sampel menggunakanrumus Nasir (2003) dengan jumlah sampelmasing-masing jurusan adalah: JurusanKeperawatan 53 orang, Kebidanan 45orang, Kesehatan Gigi 30 orang, Gizi 46orang dan Kesehatan Lingkungan 39orang. Perhitungan jumlah sampel untukmasing-masing jurusan dihitung denganrumus jumlah populasi per kelas/tingkatdibagi total populasi dikali jumlah sampelyang diinginkan. Pengambilan sampeldilakukan secara acak sederhana.Data yang dikumpulkan adalah data primerdan data sekunder. Data primer meliputidata tanggapan mahasiswa terhadapkinerja dosen pada proses belajarmengajar di lingkungan PoltekkesDenpasar dikumpulkan dengan menyebar-kan kuesioner pada sampel. Sedangkandata sekunder meliputi data gambaranumum dan data sarana dan prasaranaPoltekkes Denpasar diperoleh melaluipencatatan laporan tahunan.Pengolahan data tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen dianalisis secaradeskriptif. Adapun langkah-langkahnya: 1)Menentukan rerata skor masing-masingitem pertanyaan pada kinerja dosendengan cara menjumlah skor satu item darisemua responden berdasarkan masing-masing karakteristik kemudian total skordibagi jumlah sampel; 2) Menghitung grandmean dari tanggapan mahasiswa terhadapkinerja dengan cara menjumlahkan rerataskor masing-masing item dibagi denganjumlah item; dan 3) Memprosentasekanrerata skor masing-masing item dan grandmean dengan cara: rerata skor masing-masing item/grand mean dibagi 5 (nilai skortertinggi) x 100%. Selanjutnya datadiinterpretasikan berdasarkan kriteriasebagai berikut: a) Jika 80-100%tanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen baik; b) Jika 60-<80% tanggapanmahasiswa terhadap kinerja dosen cukup;dan c) Jika <60% : tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen kurang.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum lokasi penelitianPenelitian dilaksanakan di lima Jurusan dilingkungan Poltekkes Denpasar meliputiJurusan Keperawatan, Kebidanan,Kesehatan Gigi, Gizi, dan KesehatanLingkungan.Politeknik Kesehatan Denpasar yangdisingkat Poltekkes Denpasar merupakanPendidikan Tinggi Profesional BidangKesehatan milik Kementerian KesehatanRepublik Indonesia berdasarkan SKMenKes RI Nomor 298/Menkes-Kesos/SK/IV/2001 tanggal 16 April 2001diperbaharui dengan Peraturan MenkesRI Nomor 890/Menkes/Per/VIII/2007tanggal 2 Agustus 2007. DirektoratPoliteknik Kesehatan KemenkesDenpasar berkantor di Jl. Sanitasi No.1Sidakarya Denpasar Selatan merupakangabungan dari 6 (enam) Jurusan yangmemiliki identitas dan satuan kerja masing-masing dengan SK pendirian yangberbeda-beda (Depkes RI, 2009b).Selain menyelenggarakan Program StudiDiploma III, sejak tahun 2006 PoltekkesDenpasar juga menyelenggarakan ProgramStudi Diploma IV. Jurusan yang telahmenyelenggarakan Program StudiDiploma IV adalah Jurusan Keperawatan,Kebidanan, Gizi, dan KesehatanLingkungan. Keadaan mahasiswa padatahun ajaran 2009/2010 secarakeseluruhan per Agustus 2010 berjumlah1005 orang dengan rincian mahasiswaProgram Studi Diploma III Regulerberjumlah 586 orang, Non Reguler 140orang, Program Khusus 211 orang, danProgram Studi Diploma IV sebanyak 68orang. Lulusan yang telah di wisuda (ProdiD-III Reguler, Progsus dan Prodi D-IV)dari tahun 2002 s/d April 2010 berjumlah3.218 orang dengan rincian 3.074 orangAhli Madya Kesehatan dan 144 orang AhliKesehatan (Depkes RI, 2009b).

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 184-190

Page 89: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

187

Ketenagaan di lingkungan PoliteknikKesehatan Kemenkes Denpasar perDesember 2009 terdiri dari tenagafungsional dosen sebanyak 130 orang danpegawai/staf struktural 138 orang.Berdasarkan jumlah mahasiswa regulerdan dosen di lingkungan PoltekkesKemenkes Denpasar pada tahun 2009,maka diperoleh rasio sebagai berikutJurusan Keperawatan 1:4, Kebidanan1:7, Kesehatan Gigi 1:3, Gizi 1:5, danKesehatan Lingkungan 1:3 (Depkes RI,2009b).Politeknik Kesehatan KemenkesDenpasar memiliki fasilitas gedung sendiriuntuk kelas perkuliahan dan gedungperkantoran, perpustakaan, laboratorium,fasilitas komputer, aula, asrama, sertasarana persembahyangan.

Karakteristik subjek penelitianSubjek dalam penelitian ini adalahmahasiswa Poltekkes KemenkesDenpasar Semester II dan IV ProgramStudi Diploma III Reguler tahun ajaran2009/2010. Jumlah populasi target padapenelitian ini yaitu 374 orang. Untuk lebihjelasnya karakteristik subjek penelitianseperti pada tabel 1.

II IV Jml II IV JmlKeperawatan 58 50 108 28 25 53Kebidanan 39 41 80 22 23 45Kesehatan Gigi 22 19 41 16 14 30Gizi 40 42 82 22 24 46Kesehatan Lingkungan 35 28 63 22 17 39Total 194 180 374 111 102 213

Tabel 1Distribusi Subjek Penelitian per Jurusan

JurusanPopulasi per

semesterSampel per semester

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlahsubyek penelitian terbanyak adalahmahasiswa Jurusan Keperawatan yaitusebanyak 53 orang dan yang terkeciladalah Jurusan Kesehatan Gigi sebanyak30 orang.

Hasil pengamatan tanggapanmahasiswa terhadap kinerja dosen

Jurusan Keperawatan

Berdasarkan hasil analisis tentangtanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen di Jurusan Keperawatan, dapatdiketahui bahwa rata-rata secarakeseluruhan tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen adalah cukupdengan prosentase rata-rata 71,25%.Berdasarkan pernyataan yang diajukan,13 pernyataan mendapat tanggapan cukupdan 2 pernyataan mendapat tanggapankurang dari mahasiswa. Pernyataan yangmendapat tanggapan kurang darimahasiswa diantaranya adalah kemudahandalam menghubungi dosen dan ketepatanpenggunaan waktu oleh dosen dalamperkuliahan. Ini menunjukkan kualitaskinerja dosen di Jurusan Keperawatanperlu ditingkatkan.Hal yang paling penting untuk diperhatikandi Jurusan Keperawatan adalahKemudahan dalam menghubungi dosendan ketepatan penggunaan waktu olehdosen dalam perkuliahan karena keduapernyataan tersebut mendapat tanggapankurang dari mahasiswa dengan skor58,87% dan 57,74%. Keadaan ini dapatdisebabkan oleh keberadaan programkhusus yang diampu oleh JurusanKeperawatan cukup banyak disampingprogram non reguler dan Diploma IVsehingga jumlah tenaga dosen yang adatidak mampu melayani mahasiswa secaraoptimal. Selain menangani programtersebut, dosen di Jurusan Keperawatanbanyak mengajar di Sekolah TinggiKesehatan lainnya, hal tersebutmenyebabkan mahasiswa seringmengalami kesulitan dalam menghubungidosen karena dosennya sibuk menanganiprogram yang ada dan mengajar disekolah swasta.Ketepatan penggunaan waktu oleh dosendalam perkuliahan juga mendapat

Jana, IW., NN Ariati, IAM Sri Arjani (The student’s response...)

Page 90: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

188

tanggapan kurang dari mahasiswa. Sesuaidengan yang diungkapkan oleh Alma(2008) bahwa mahasiswa lebih senangdengan dosen yang disiplin, selalu hadirdalam memberi kuliah, berwibawa, dandatang tepat waktu. Jika dosenberhalangan hadir, hendaknyamemberitahukan lebih dulu sehinggamahasiswa tidak membuang waktupercuma.

Jurusan KebidananBerdasarkan hasil analisis tentangtanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen di Jurusan Kebidanan, dapatdiketahui bahwa rata-rata secarakeseluruhan tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen adalah baik denganprosentase rata-rata 83,59%.Berdasarkan pernyataan yang diajukan,12 pernyataan mendapat tanggapan baikdan 3 pernyataan mendapat tanggapancukup dari mahasiswa. Pernyataan yangmendapat tanggapan cukup yaitukesesuaian soal ujian dengan materi kuliahyang diberikan, kenyamananberkomunikasi dengan dosen, dankemudahan dalam menghubungi dosen.Soal ujian dengan materi kuliah yangdiberikan di Jurusan Kebidanan dirasakantidak sepenuhnya sesuai oleh mahasiswa,hal ini kemungkinan disebabkan olehmahasiswa terlalu terpaku pada materi apayang diajarakan oleh dosen, mereka tidakberusaha mengembangkan materi tersebutdan mencari penjelasan lebih lengkapnyapada literatur lain sehingga pada saat dosenmengeluarkan soal yang tidak sempatdisinggung pada saat perkuliahan, merekatidak siap untuk menjawabnya. Penyebablainnya adalah kurangnya komunikasiantara dosen dengan mahasiswamenyebabkan ada beberapa dosen yangtidak menyampaikan kisi-kisi soal kepadamahasiswa sehingga mahasiswa merasakesulitan untuk menjawab.

Pernyataan lain yang mendapat tanggapancukup adalah mahasiswa merasa kurangnyaman berkomunikasi dengan dosen.Mahasiswa di Jurusan Kebidanan sangatdisiplin dalam mentaati aturan, merekasangat menghormati dosen dan kelompoksenior mereka. Rasa hormat berlebihandapat mengakibatkan suasana komunikasiyang kaku, sehingga timbul rasa kurangnyaman. Hal ini perlu di ubah dan diatasimisalnya dengan menanamkan rasapercaya diri pada mahasiswa sehinggatercipta suasana yang akrab dankekeluargaan antara mahasiswa dengandosen.Mahasiswa merasakan cukup sulitmenghubungi dosen di Jurusan Kebidanan.Hal ini dapat disebabkan karena paradosen di Jurusan Kebidanan cukup sibukdisamping jadwal mengajar yang cukuppadat, mereka juga harus melayanipengobatan masyarakat di Pos PraktekTerpadu. Banyaknya Program yangdiampu dengan jumlah dosen yang terbatasmenyebabkan dosen cukup sibuk sehinggamahasiswa yang membutuhkan bimbinganmerasa kesulitan menghubungi dosennya.Rasio perbandingan dosen denganmahasiswa pada tahun ajaran 2009/2010per Juli 2010 diperkirakan: 16:220 atau1:12-13 artinya satu orang dosen melayani12-13 orang mahasiswa.

Jurusan Kesehatan GigiBerdasarkan hasil analisis tentangTanggapan Mahasiswa terhadap KinerjaDosen di Jurusan Kesehatan Gigi, dapatdiketahui bahwa rata-rata secarakeseluruhan tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen adalah cukupdengan prosentase rata-rata 77,38%.Berdasarkan pernyataan yang diajukan, 3pernyataan mendapat tanggapan baik dan12 pernyataan mendapat tanggapan cukupdari mahasiswa. Pernyataan yangmendapat tanggapan baik dari mahasiswayaitu penguasaan ilmu pengetahuan dosen

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 184-190

Page 91: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

189

mengajar, mampu mengendalikan emosi,dan disiplin terhadap waktu. Namun Padakenyataannya banyak dosen mengalamimasalah diantaranya adalah: kurangreferensi bahan perkuliahan, literatur yangdibaca kurang bervariasi, terbitan tahunlama, sehingga dosen kekurangan bahandalam mengisi perkuliahan. Permasalahanlain yang sering dialami dosen adalahkemampuan berbahasa asing terutamaBahasa Inggris sangat rendah sehinggamenyulitkannya menelaah literatur asing.Jika dibandingkan dengan standar yangditetapkan pada Undang-Undang Nomor14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen(Pusdiknakes, 2009), Jurusan Gizi sudahmemenuhi syarat dimana hampir 95%dosen yang ada memiliki kualifikasiakademik minimum lulusan ProgramMagister. Poltekkes Kemenkes Denpasarsecara bertahap telah melakukanpeningkatan sumber daya manusiakhususnya bagi para dosen untukmengikuti pendidikan tinggi program pascasarjana termasuk bagi dosen di JurusanGizi.

Jurusan Kesehatan LingkunganBerdasarkan hasil analisis tentangTanggapan Mahasiswa terhadap KinerjaDosen di Jurusan Kesehatan Lingkungan,dapat diketahui bahwa rata-rata secarakeseluruhan tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen adalah cukupdengan prosentase rata-rata 75,56%.Berdasarkan pernyataan yang diajukan, 3pernyataan mendapat tanggapan baik dan12 pernyataan mendapat tanggapan cukupdari mahasiswa. Pernyataan yangmendapat tanggapan baik dari mahasiswayaitu penguasaan ilmu pengetahuan dosendalam memberikan materi, kesesuaian soalujian dengan materi kuliah yang diberikan,dan kerapian penampilan dosen saatmengajar.Pada umumnya peserta didik sangatmengidamkan dosennya memiliki sifat-sifat

dalam memberikan materi, kesesuaian soalujian dengan materi kuliah yang diberikan,dan Kerapian penampilan dosen saatmengajar, sedangkan yang lainnyamendapat tanggapan cukup. Hal ini bisaterjadi karena kualifikasi dosen sudahcukup baik sehingga menjadikan penilaianterhadap aspek ini baik. Hal ini sesuaidengan pernyataan Alma (2008) bahwamahasiswa mempunyai pandangan tentangdosen yang baik jika dosen memilikikompetensi keilmuan diantaranyamenguasai ilmu dan materi yang diajarkan,dosen tampil dengan penuh percaya diri,serta tidak ragu-ragu. Dalam Pusdiknakes(2009) disebutkan bahwa secara idealdosen yang diharapkan adalah dosen yangmemiliki kemampuan mewujudkan kinerjaterutama tercermin melalui keunggulannyadalam mengajar, meneliti, mengabdikepada masyarakat, hubungan denganmahasiswa, hubungan dengan sesamadosen, hubungan dengan pihak lain, sikapdan ketrampilan profesionalnya.

Jurusan GiziBerdasarkan hasil analisis tentangTanggapan Mahasiswa terhadap KinerjaDosen di Jurusan Gizi, dapat diketahuibahwa rata-rata secara keseluruhantanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen adalah cukup dengan prosentaserata-rata 72,03%.Berdasarkan pernyataan yang diajukan,semua pernyataan mendapat tanggapancukup dari mahasiswa. Ini menunjukkanbahwa mahasiswa belum sepenuhnyamerasa senang terhadap kinerja dosen diJurusan Gizi terlihat dari hasil tanggapanmereka terhadap pernyataan kinerjadosen. Perguruan Tinggi dapat membentukcitra baik terhadap publik apabila kualitas/mutu dosennya baik dan mutuakademiknya dapat dibanggakan. Dosenyang bermutu menurut Alma (2008)adalah dosen yang menguasai ilmu,terampil mengajar, menguasai metode

Jana, IW., NN Ariati, IAM Sri Arjani (The student’s response...)

Page 92: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

190

yang ideal sebagai sumber keteladanan,bersikap ramah dan penuh kasih sayang,penyabar, menguasai materi ajar, mampumembelajarkan mahasiswa secarainteraktif, inspiratif, menyenangkan,menantang, memotivasi mahasiswa untukberpartisipasi aktif serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa,kreativitas dan kemandirian mahasiswa(Pusdiknakes, 2009). Berdasarkantanggapan mahasiswa terhadap kinerjadosen dapat dikatakan bahwa dosen diJurusan Kesehatan Lingkungan belummenjadi sosok dosen ideal seperti yangdiungkapkan oleh Pusdiknakes (2009)karena mahasiswa baru menanggapi baikpada pernyataan penguasaan materi,kesesuaian materi dengan soal ujian danpenampilan dosen yang menarik.Pernyataan yang lain seperti metodemengajar, penggunaan alat peraga, bahanrujukan yang digunakan, kesesuaian materidengan silabus, kesesuaian materi denganIPTEK, kenyamanan berkomunikasidengan dosen, kemudahan menghubungidosen dan ketepatan waktu yangdigunakan oleh dosen di tanggapi cukupoleh mahasiswa.

Kesimpulan dan Saran

Hasil analisis tanggapan mahasiswaterhadap kinerja dosen di JurusanKeperawatan adalah cukup (71,25%),kinerja dosen di Jurusan Kebidanan adalahbaik (83,59%), kinerja dosen di JurusanKesehatan Gigi adalah cukup (77,38%),kinerja dosen di Jurusan Gizi adalah cukup(72,03%), dan kinerja dosen di JurusanKesehatan Lingkungan adalah cukup(75,56%). Hal yang dapat disarankanantara lain : Pihak pimpinan yaitu KetuaJurusan maupun Direktur dan jajarannyahendaknya lebih memotivasi dosen-dosendi lingkungan Poltekkes KemenkesDenpasar untuk lebih meningkatkankualitas kinerjanya. Pudir I besertajajarannya hendaknya lebih sering

mengadakan supervisi dan evaluasi keJurusan sehingga diketahui kendala-kendala maupun masalah yang dihadapipara dosen yang berkaitan dengan prosespembelajaran.

Daftar Pustaka

Alma, B. dan Ratih Hurriyati. 2008.Manajemen Corporate danStrategi Pemasaran JasaPendidikan. Bandung: PenerbitAlfabeta.

Budiarto. 2003. Metode PenelitianKedokteran Sebuah pengantar.Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2009a. Statuta PoliteknikKesehatan Kemenkes Denpasar.Denpasar: Kemenkes RI PoliteknikKesehatan Kemenkes Denpasar.

Depkes RI. 2009b. Laporan TahunanPoltekkes Denpasar Tahun 2009.Denpasar: Politeknik KesehatanDenpasar.

Hasan, A. 2009. Marketing. Yogyakarta:Med Press.

Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Pusdiknakes. 2009. Standar DosenPendidikan Tenaga Kesehatan.Jakarta: Badan PPSDM Kes.Depkes RI.

Sastroasmoro,S dan Ismael,S. 1995.Dasar-Dasar MetodologiPenelitian Klinis. Jakarta:Binaputra Aksara.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 184-190

Page 93: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

191

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SARINGANSADAS AON UNTUK MENYARING AIR PDAM DI DESA SUKAWATI DAN

GUWANG KEC. SUKAWATI TAHUN 2010

I Wayan Suarta Asmara1, I Nyoman Sujaya2, I Nyoman Purna3

Abstract. Increasing social economic status clean water use will increase aswell. Various ways to use the community to meet the needs of clean water,among others, from dug wells, boreholes, springs, or from the Municipal WaterCompany (Perusahaan Daerah Air Minum/PDAM). Communities in Sukawativillage and Guwang village still doing the processing of clean water from PDAMlike a sieve Cadas Aon, because the water from PDAM people complain aboutthe smell of chlorine. Cadas Aon filter in Sukawati village found as many as1272 units and in the Village Guwang many as 876 units (a total of 2148.units).This study is qualitative phenomenology is to explain or reveal the meaning ofthe concept / phenomena of experience are constituted by the consciousnessthat occurs in some individuals on situations that naturally so there is norestriction in meaning or understanding the phenomena in society who usefilters Cadas Aon. The results obtained by interview to use a list of questionsto find the factors affecting the use of Cadas Aon filter to filter water fromPDAM such as turbidity, chlorine smell, taste, and bacteriological factors.Chlorine smell factor that most affects the use of filters Cadas Aon is 35.2%.Also why use a filter that causes Cadas Aon is continuing the tradition, sincethe water from the topo taste fresher. The results of laboratory examination ofwater samples taken at the filter Cadas Aon Coli form bacteria indicate theaverage over 50 / 100 ml of water. Conclusions factor turbidity, chlorine smell,taste and bacteriological not be the main reason for using a sieve Cadas Aon,but rather.continue.the.previous.tradition.

Keywords: Factors, clean water, Cadas Aon.

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar

sebagai air bersih yang memenuhipersyaratan air minum sesuai Permenkes416/Menkes/Per/1990, yaitu memenuhisyarat fisik, kimia dan bakteriologisternyata masih diolah/disaringmenggunakan saringan cadas aon, karenaair PDAM dikeluhkan masyarakatmengandung bau kaporit. Saringan cadasaon banyak di temukan di Desa Sukawati1272 buah dan di Desa Guwangsebanyak 876 buah. Menurut Aryanadalam laporan penelitian risbinakes Tahun2000 yang berjudul Efektifitas saringancadas aon terhadap penurunan warna airlimbah industri pencelupan tekstil pada

Penggunaan air yang semakin meningkatseiring dengan peningkatan berbagaikeperluan masyarakat karena majunyateknologi menyebabkan keperluanan akanair bersih bertambah, sehingga berbagaicara yang digunakan masyarakat untukmemenuhi kebutuhan air untuk kehidupanantara lain, dari sumur gali, sumur bor,mata air, maupun dari PDAM (PerusahanDaerah Air Minum). Kecamatan Sukawatidengan jumlah penduduk 41. 586 jiwa,dimana salah satu sumber air untuk rumahtangga berasal dari PDAM. Akan tetapiair yang berasal dari PDAM yangseharusnya bisa digunakan langsung

Page 94: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

192

ketebalan cadas aon 15 cm dapatmenurunkan warna sebasar 73,42 %.Tujuan penelitian untuk mengetahuiFaktor-faktor yang mempengaruhipenggunaan saringan cadas aon untukmenyaring air PDAM di Desa Sukawatidan Desa Guwang.

Metode

Penelitian ini bersifat KualitatifFenomenologi yaitu mencoba menjelaskanatau mengungkap makna konsep /fenomena pengalaman yang didasari olehkesadaran yang terjadi pada beberapaindividu. Penelitian dilakukan pada situasiyang alami sehingga tidak ada batasandalam memaknai atau memahamifenomena yang dikaji pada masyarakatyang menggunakan saringan cadas aonuntuk menyaring air PDAM di DesaSukawati dan Desa Guwang KecamatanSukawati Kabupaten Gianyar. ProvinsiBali.Alokasi waktu penelitian mulai bulan Junisampai Oktober 2010. Populasi padapenelitian ini adalah 2148 KK yangmenggunakan saringan cadas aon untukmenyaring air PDAM di Desa Sukawatidan Desa Guwang. Menurut Sugiono(2003) menjelaskan dalam penentuansampel dengan populasi yang diasumsikanberdistribusi normal maka dapat digunakantabel penentuan sampel pada tingkatkesalahan 10 %. Sesuai dengan tabeljumlah populasi 2148 KK didapat jumlahsampel 215 KK (responden) dengantingkat kesalahan 10 %. Untukpemeriksaan kualitas bakteriologis diambil20 % dari responden = 40 sampel airyang mewakili masyarakat yangmenggunakan saringan cadas aon di DesaSukawati dan Desa Guwang. TeknikSampling yang digunakan dalam penelitianini ádalah random sampling, yaitu denganmelakukan pengundian nomor registerKK di masing-masing Banjar Dinas untukdua Desa, dengan cara menjatuhkan uang

logam sebanyak 5 (lima) kali dimana 3 kalididapat nomor ganjil, maka setiap nomorganjil di masing-masing banjar dinasdijadikan sampel sampai mendapatkan215 sampel. Teknik pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini adalahmenggunakan daftar pertanyaan(kuisioner), wawancara mendalam (in-depth-intervew) dan pengambilan sampelair sebelum dan setelah penggunaansaringan cadas aon. Data akan diperolehdari kuisioner ádalah Nama, umur, JenisKelamin, dan faktor-faktor yangmempengaruhi penggunaan saringan cadasaon serta data yang langsung dan segeradiperoleh dari sumber asli selanjutnyadikumpulkan secara khusus sebagijawaban respon. Data yang sudahterkumpul ditabulasi dan diedit, lalu diolahdicari presentase masing-masing faktortesersebut. Teknik analisis menggunakanpendekatan Fenomenologi yaitu :mengorganisasikan, memberi catatankhusus, mengelompokan semua datatentang fenomena yang dikumpulkan.

Hasil dan Pembahasan

Luas wilayah Desa Sukawati adalah 735Ha, dengan kemiringan 0–20% (relatiflandai), curah hujan pada musim kemaraupaling rendah 100 mm dan pada musimhujan paling tinggi 3200 mm yang memilikiketinggian dari muka laut 10–15 m.Dengan temperatur minimum rata-rata 27–33o C (Profil Desa Sukawati tahun 2007)Desa Sukawati dan Desa Guwangdidukung oleh sarana kesehatan seperti didesa Sukawati anatara lain; PukesmasPembantu 1 buah, 13 buah posyandu danPuskesmas Sukawati I dan di DesaGuwang 1 buah Puskesmas Pembantu, dan7 buah posyandu. Penyakit diare ada 720kasus dan penyakit kulit 713 kasus(laporan Puskesmas Sukawati I tahun2009) tingginya kasus diare merupakanindikasi kebersihan lingkungan danpenyediaan air bersih perlu ditingkatkan.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 191-195

Page 95: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

193

Penyediaan air bersih seperti Topo/Jempeng untuk desa Sukawati sebanyak1272 buah dan desa Guwang sebanyak876 buah. Karakteristik respondenberdasarkan jenis kelamin 178 orang laki-laki dan 37 orang perempuan jadiresponden yang berjenis laki-laki lebihtanggap atau koopertif dalam memberikanrespon dan informasi dibandingkan denganresponden berjenis perempuan.Sedangkan berdasarkan umur, umurresponden yang paling banyak antara umur35 -50 tahun 187 orang. Menurut tingkatpendidikan responden yang paling banyakSLTP dan SLTA sebanyak 167 orangselebihnya SD dan Sarjana. Topo/Jempeng sebagai saringan cadas aon yangdigunakan untuk menyaring air PDAMoleh masyarakat di Desa Sukawati dan diDesa Guwang sebagian besar berbentukslinder dengan dengan ketebalanberpariasi dari 5 – 10 cm, dengan volumerata-rata 20 liter. Cara kerja saringancadas aon, Topo/Jempeng sebelumdigunakan terlebih dahulu dicuci bersih,setelah dicuci lalu dikeringkan. Topo/Jempeng akan ditempatkan pada bak segiempat panjang yang sebelumnya telah diisiair PDAM. Air PDAM akan masuk atautersaring melalui pori-pori cadas aon. Airyang telah tersaring akan diambil denganmenggunakan centong yang terbuat daripelastik.Faktur-faktor yang mempengaruhipenggunaan saringan cadas Aon/Toposeperti ;

Faktor kekeruhanKekeruhan walaupun tidak besarprosentasenya yaitu sebesar 28 % tetapikekeruhan yang tinggi memungkinkan lebihbanyak bakteri yang dikandung dankemungkinan kontak antara desinfektandengan bakteri lebih kecil, selain itu jugadisebabkan oleh zat-zat organic yangterlarut atau tersuspensi di dalam air akandapat dikurangi dengan cara menyaring

air tersebut, dengan saringan pasir cepat,saringan pasir lambat, bahkan dapatdikurangi dengan saringan cadas aon.

Bau kaporitDari 215 responden yang menjawab yasebanyak 76 responden sekitar 35,2 %,factor bau kaporit termasuk yang palingbanyak untuk mempengaruhi masyarakatmenggunakakan saringan cadas aon untukmenyaring air dari PDAM di DesaSukawati dan Desa Guwang. PenggunaanChlor yang berlebih dapat menyebabkanrasa tidak enak pada air bersih.Pengolahan air bersih denganmenggunakan chlor (kaporit) sangatdiperlukan untuk membunuh kuman/bakteri phatogen yang terdapat di dalamair. Sebagai pedoman untuk menentukandosis chlor = DPC + Sisa chlor(Mohammad Razif Diktat Pengolahan Airminum TP-FTSP – ITS, 1985) DPCadalah singkatan dari daya pengikat chlor(chlorine demand) mg/l, chlor yangdiperlukan untuk mengoksidir reduktordan membunuh bakteri dalam air, nilai inidapat ditentukan di laboraturim. Besarnyasisa chlor tergantung dari jarak yangditempuh oleh air di dalam pipa sampai dikonsumen. Untuk jarak yang tidak terlalujauh sisa chlor cukup 0,2 – 0,4 mg/l . Halini sangat baik digunakan dalam desifeksiair pada topo yang volume airnya relatidapat ditentukan. Misalnya DPC = 1,4mg/l, sisa chlor yang diinginkan 0,4 mg/l,jadi dosis chlor = 1,8 mg/l, jikamenggunakan kaporit yang mengandung60% chlor, maka dosis kaporit = 100/60x 1,8 mg/l = 3 mg/l. atau 3 cc yang artinyasetiap 1 liter air diperlukan 3 mg kaporit.Penggunaan pasir karbon/arang batokkelapa dapat juga mengurangi bau yangtidak enak di dalam air bersih. Didukunghasil penelitian Aryana I Ketutmengunakan arang batok kelapa untukmenurunkan bau limah potong ayam diBanjar Pande Renon Denpasar tahun

Suarta Asmara, IW., IN Sujaya, IN Purna (Faktor-faktor yang Mempengaruhi...)

Page 96: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

194

Desa Sukawati dan Desa Guwangmenggunakan saringan cadas aon karenaair saringan cadas aon rasa airnya lebihsegar dan sebagian besar tidak dilakukanpengolahan lagi seperti didesifeksi maupundirebus sebelum diminum. Hal lainsebelum masuknya air dari PDAMmasyarakat terlebih dahulu menggunakanair dari sungai yang disaring denganmenggunakan saringan cadas aon. Olehkarena bak yang sudah ada sebelumnyatetap dimanfaatkan untuk menyaring airPDAM sebelum diminum. Keterangandari responden sebagian besarmelanjutkan tradisi yang sudah adasebelumnya, Model saringan cadas aonyang dapat di kembangkan atau digunakanuntuk menyaring air perlu dimodifikasi agarkualitas air yang disaring menjadi bebasdari bau, maupun kuman pathogen, danperlu ditambahkan saluran yang dilengkapidengan kran, agar tidak menggunakanciduk/centong untuk mengambil air didalam Topo. Dapat juga dimasukan arangbatok kelapa dalam bak sebelum airtersebut disaring dengan topo, karenaarang batok kelapa dapat menyerap bauyang tidak diinginkan. Kecepatanpenyaringan atau filter dari cadas aonsangat tergantung dari ketebalan dinding,dan porositas atau diameter pori dari topotersebut. Istilah jumlah air yang tersaringsering disebut dengan debit. Perhitunganuntuk menghitung debit saringan cadas aonyang ada di Desa Sukawati dan DesaGuwang dapat dilakukan dengan cara ;a.menghitung volume dari pada topo,misalnya 10 liter air. b.menghitung waktuyang diperlukan untuk memenuhi volumetopo tersebut, misal 2 jam (120 menit).Jadi debit saringan cadas aon tersebut =10 liter : 120 menit = 0,08 liter/ menit.Kecepatan penyaringan dari topo/jempengdi Desa Sukawati dan Desa Guwangdapat dilakukan penelitian lebih lanjut, agarkeperluan air minum setiap harinya dapatterpenuhi.

2007, dikatakan arangbatok kelapa dapatmenurunkan bau sampai 60 %.

Rasa airRasa air PDAM tidak terlalu berpengaruhterhadap penggunaan saringan cadas aon,dimana responden yang menjawab yasebanyak 15 responden yang berarti hanyasebesar 7 % responden yang mengatakanbahwa rasa dapat dapat mempengaruhipenggunaan saringan cadas aon di DesaSukawati dan Desa Guwang, selain dosischlor yang berlebih. Tingkat pencemaranair yang tinggi dapat juga menyebabkanair bersih menjadi berasa.

Faktor biologiPengambilan sample air oleh petugaskesehatan biasanya kalau ada kasus diareyang meningkat secara tiba-tiba.Masyarakat di Desa Sukawati dan DesaGuwang sebagian besar tidak merebus lagiair dari Topo, diman masyarakat yangmerebus air sebelum diminum sebayak 78orang dari 215 responden atau sekitar36,3 %.Dari hasil pemeriksaan laboratorim secarabakteriologis 40 sampel yang diperiksamasih ditemukan adanya bakteri coli formyang artinya air dari cadas aon perludilakukan desinfeksi sebelum air tersebutdiminum misalnya air tersebut harusdirebus sebelum diminum. Sedangkanmenngenai E. Coli semua sampeldinyatakan negative.

Sosial budayaBeberapa masalah yang peneliti temukan,penggunaan alat untuk mengambil airsering digunakan untuk keperluan lainseperti untuk minum, menyikat gigi, danpenenpatan centong pelastik kurang baik.Air yang tertampung di bak atau air yangakan disaring belum dilengkapi dengantutup, sehingga nyamuk memilikikesempatan untuk bertelur dan telurnyamenetas menjadi jentik. Fenomena yangpeneliti temukan kenapa masyarakat di

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 191-195

Page 97: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

195

Adnyana Enteg I Made, 1979, Dayakerja Jempeng Saringan BatuCadas Sebagai SaringanSederhana Untuk Menyaring AirMinum di Desa KerobokanKecamatan Kuta KabupatenBadung.

Arikunto, Suharsni, 2006, ProsedurPenelitian, Suatu PendekatanPraktik, edisi RevisiV, CetakanKedua belas, Jakarta, RinekaCipta.

Depkes RI Ditjen PPM dan PLPDirektorat Penyehatan Air, 1991,Pedoman Teknis PerbaikanKualitas Air, Bagi PetugasPembina Keshatan Lingkungan,Jakarta.

Djoko Sasongko, 1986, Teknik SumberDaya Air, Edisi ke tiga, JakartaErlangga.

Rasif M, 1985, Pengolahan Air Minum,Teknik Penyehatan, FakultasTeknik Sipil ITS.

Sanropie, Djasio,dkk, 1984, PedomanBidang Studi Penyehatan AirBersih Akademi PenilikKesehatan Teknologi Sanitasi(APK-TS) Proyek PengembanganTenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.

Supranto,J,MA, 1997, Metode Riset,Aplikasi Dalam Pemasaran,Jakarta Rineka Cipta.

Sugiyono, 2002, Metodelogi PenelitianBisnis, Cetakan pertama, BandungAlpha Beta.

Wisnuprapto, 1989, Analisa Air danPengolahan Air Bersih, TeknikLingkungan, Fakultas Teknik SipilITB.

Kesimpulan dan Saran

Secara umum air PDAM kualitasnyacukup jernih, tapi kadang-kadang sajaagak keruh, faktor kekeruhan, bau, danrasa tidak menjadi unsur pokok olehmasyarakat Desa sukawati dan DesaGuwang untuk menggunakan saringancadas aon untuk menyaring air PDAM.Kebersihan peralatan untuk mengambil air,seperti centong pelastik perlu diperhatikankebersihannya, agar air bisa bebas daripengotoran, karena hasil pemeriksaan airTopo di laboratorim dari 40 sampel airyang diperiksa 39 sampel masihditemukan Coli form. Fenomenapenggunaan saringan cadas aon lebihbanyak meneruskan tradisi, karena cadasaon dan bak penampungan air telah adasejak puluhan tahun. Saran kepadaPemerintah dalam hal ini petugaskesehatan di Puskesmas mengambilsampel air secara berkala, setiap 3 bulansekali atau 6 bulan sekali. Bak air sebagaipenampungan air sebelum disaring dengancadas aon sebaiknya dilengkapi dengantutup agar tidak menjadi tempat untukberkembangbiaknya nyamuk aedesAegyptiSaringan cadas aon sebaiknya dilengkapidengan saluran dan kran untuk mengambilair agar terbebas dari pencemaran.

Daftar Pustaka

Aryana, I Ketut, 2000, EfektivitasKetebalan Cadas Aon TerhadapPenurunan Warna Air LimbahIndustri Pencelupan Tekstil diBanjar Pemogan Desa PemoganKecamatan Denpasar Barat KotaDenpasar.

Aryana, I Ketut, 2007, EfektivitasArang Batok Kelapa terhadappenurunan bau limbah potongayam di Bajar Pande RenonDenpasar Kecamatan DenpasarSelatan.r.

Suarta Asmara, IW., IN Sujaya, IN Purna (Faktor-faktor yang Mempengaruhi...)

Page 98: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

196

UPAYA PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN POLTEKKESDENPASAR BERDASARKAN KEPUASAN PENGGUNA LULUSAN

Ida Ayu Dewi Kumala Ratih1

Abstract. Currently there are nine school of health that became a competitorof Polytechnic of Health Denpasar, in order to win the competition, then thePolytechnic of Health Denpasar manager should be able to recognize theinterests of the graduates users. Graduates users who are satisfied with theservice graduates are expected to become a loyal customer and wouldultimately prefer to choose the graduates of Polytechnic of Health Denpasaras employees. The aims of this research are to answer the question what factorsinfluence the satisfaction of the users and what their expectations. This researchwas conducted with a qualitative approach. By asking to the officers of healthdistricts, government and private hospitals, health service centers and dentalpolyclinics. The result of this research is knowing the things that make theusers of graduates satisfied with their staff are physical appearance, neatness,and skills of its graduates. While the things that make them unsatisfied aregraduates still lack awareness of assessed cleanliness, friendliness, confidence,ability to speak applied English, the effectiveness of communication, and theirhabits to postpone the work. The efforts to improve the quality of educationthat needs to be developed is the ability to be able to increase the sensitivity ofstudents in social interaction, leadership, identify problems, find alternativesolutions to problems, and make decisions. The advice can be given is foreducational programs not only emphasizes the increase of knowledge, andskills only. But also the need to balance it with a good attitude, making lifelonglearners, and easy to interact socially.

Keywords: Development; Satisfaction; Graduates.

1 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar

sekedar penyelenggaraan pendidikantetapi pendidikan yang bermutu, baik padainput, proses, output, maupun outcome(Suhardan, 2009).Ada yang mensinyalir bahwa ketrampilanlulusan saat ini lebih rendah dibandinglulusan tahun-tahun sebelumnya, sehinggaPoltekes Denpasar membutuhkanpenyusunan strategi yang lengkap untukmenemukan persyaratan yang diinginkanpelanggan oleh karena mutu ditentukanoleh pelanggan.Mutu adalah suatu terminologi subyektifdan relatif yang dapat diartikan sebagaiberikut : 1) mutu meliputi usaha memenuhiatau melebihi harapan pelanggan, 2) mutu

Satu kata yang menjadi benang merahdalam konsep mutu, baik menurutkonsumen maupun produsen adalahkepuasan. Barang atau jasa dikatakanbermutu apabila dapat memberikankepuasan pada konsumen maupunprodusennya. Tantangan yang dihadapisetiap perusahaan pada abad 21, terfokuspada pelayanan kebutuhan pelangganyang dapat memuaskan mereka. Pemecahan masalah nasional maupunpemenangan persaingan global menuntutdimilikinya SDM yang kompeten dibidangnya, disertai dengan akhlak mulia.Sumbangan pendidikan terhadappembangunan bangsa tentu bukan hanya

Page 99: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

197

tepat, serta jadwal dilaksanakan dengantepat; 3) Responsiveness (daya tangkap),meliputi : kemampuan dokter dan perawatcepat tanggap dalam menyelesaikankeluhan pasien, petugas memberi informasiyang jelas dan mudah dimengerti, dantindakan cepat pada saat pasienmembutuhkan; 4) Assurance (jaminan),meliputi : pengetahuan dan kemampuanpara dokter menetapkan diagnosispenyakit, ketrampilan para dokter,perawat, dan petugas lainnya dalambekerja, pelayanan yang sopan dan ramah,jaminan keamanan pelayanan kesehatandan kepercayaan terhadap pelayanan; 5)Emphaty (kemampurasaan), meliputi :memberikan perhatian secara khususkepada pasien, memberikan perhatianterhadap keluhan pasien, serta memberi-kan pelayanan kepada pasien tanpamemandang status sosial, dan lain- lain.Adapun tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengidentifikasi hal-hal yangmembuat para pengguna lulusan puas danmenyusun konsep pengembangan mutupendidikan berdasarkan temuan terhadaphal-hal yang membuat para penggunalulusan puas.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan desain kualitatifverifikatif, dan pendekatan waktupenelitian secara cross sectional. Sampelkonstruksi, sebagai informan adalah atasanlangsung dari lulusan. Penentuan sumberdata pada orang yang diwawancaraidilakukan secara purposive. Tehnikpengambilan sampel yang digunakanadalah snowball sampling.Pengumpulan data menggunakan sumberprimer, dan sumber sekunder. Sumberprimer adalah sumber data yang langsungmemberikan data kepada pengumpul datameliputi para atasan langsung penggunalulusan. Sedangkan sumber sekundermerupakan sumber yang tidak langsung

mencakup produk, jasa, manusia, prosesdan lingkungan, 3) mutu merupakan kondisiyang selalu berubah (misalnya sesuatudianggap bermutu saat ini mungkin akandianggap kurang bermutu pada masamendatang (Hedwig dan Polla, 2006).Suhardan (2009) menyatakan beberapakomponen mutu yang menjadi pendukungdan prasyarat mutu, adalah : 1)kepemimpinan yang berorientasi padamutu; 2) pendidikan dan latihan; 3) strukturpendukung; 4) komunikasi; 5) ganjarandan pengakuan.Secara umum ada empat pilar yangdijadikan oleh peserta didik sebagai tujuanbelajar, yaitu 1) Belajar agar bisamengetahui (learn how to know); 2)Belajar agar bisa mengerjakan (learn howto do); 3) Belajar agar bisa menjadi sepertiapa yang diinginkan (learn how to be);4) Belajar untuk suatu kebersamaan(learn how to live together). Pilarpertama dan kedua dikenal sebagai hardskill, sedangkan pilar ketiga dan keempatdikenal dengan sebutan soft skill. Softskill adalah kemampuan seseorang untukbisa beradaptasi dan berkomunikasidengan baik di lingkungan dimana diaberada.Kepuasan adalah perasaan senang ataukecewa seseorang yang muncul setelahmembandingkan antara persepsi/kesannyaterhadap kinerja (hasil) suatu produk danharapan-harapannya (Kotler, 2002).Kepuasan pelanggan dapat ditingkatkandengan cara meningkatkan kualitas podukkepada pelanggan. Alat ukur kepuasanpelanggan di Rumah Sakit, menurutSupranto (2001) sebagai berikut: 1)Tangible (bukti langsung), meliputi : alat-alat yang digunakan siap, lengkap danbersih, kerapian dan kebersihanpenampilan petugas, ruangan bersih dannyaman; 2) Reliability (keandalan),meliputi : Prosedur penerimaan pasiencepat dan tepat, pelayanan pemeriksaan,pengobatan dan perawatan cepat dan

Kumala Ratih, IAD. (Upaya pengembangan mutu...)

Page 100: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

198

Dinas Kesehatan Gianyar menyarankan:perlu ditekankan pada pendidikan bahwapenampilan, bukan hanya fisik tapi mentaljuga harus bagus, “Inner beauty” Janganmenambah sakit orang yang sudah sakit.Informan Rawat Inap Lantai II RS SuryaHusada mengatakan: “Mereka yang masakerjanya kurang dari tiga tahun, masihharus diingatkan sapa-salam.

Kebersihan lingkunganDari segi kepedulian terhadap kebersihanlingkungan, Sebagian besar mengeluhkankepedulian lulusan terhadap kebersihanlingkungan, sifat care-nya masih kurang.Para atasan masih harus seringmengingatkan agar lulusan mau menjagakebersihan, masa kerja kurang dari tigatahun masih perlu disupervisi.

KeandalanKomentar yang muncul dari para narasumber Dinas Kesehatan Kota Denpasarmengatakan: “Dari segi kecepatanpelayanan saya kurang puas, dari RSSurya Husada menyampaikan: untuklulusan yang masa kerjanya kurang daritiga tahun, masih perlu disupervisi/dibimbing. Informan Puskesmas IVDenpasar Selatan menyampaikan: “Darisegi keandalan, terkadang saya harusmemberitahu mereka apa-apa yang harusmereka kerjakan, termasuk proteksi diri,saya nilai mereka masih kurang disiplin.

TanggapInforman Rumah Sakit Surya Husadamenyampaikan: sekarang sepertinyasupervisi dosennya kurang, kayaknyaseperti itu, pendampingannya kurang.Sebelum ke pasien mantapkan ilmu dulu,yang berperan adalah dosennya, bukan CI.Pemilik Poliklinik Gigi menyampaikan:.Ada tiga hal untuk bisa dijadikan masukanyakni (1) kemampuan berbahasa Inggristerapan agar bisa berkomunikasi denganpasien setelah menjalani perawatan, (2)kebiasaan menggunakan alat proteksi diri,

memberikan data yaitu : Kepala DinasKesehatan Gianyar, Kepala DinasKesehatan Kota Denpasar, DirekturUtama R.S. Surya Husada, atasan dariatasan langsung pegawai.Peneliti menggunakan teknik Triangulasi(Sugiyono, 2010) untuk mendapatkandata dari sumber yang sama. Analisisdalam penelitian kualitatif ini bermuarapada pendekatan fenomenologi,berdasarkan pada fakta/data/informasiyang diperoleh.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian terhadap kepuasan penggunalulusan Poltekkes Denpasar dilaksanakandengan berfokus kepada lima parameteryang digunakan sebagai indikator agarresponden mudah mendiskripsikan hal-halyang dirasakan, yaitu: penampilan fisik,keandalan, tanggap, jaminan, dankepedulianBerdasarkan hasil wawancara dengannarasumber bahwa hal- hal yang membuatpengguna lulusan puas adalah sebagaiberikut : 1) Pada umumnya para penggunalulusan Poltekkes Denpasar sejauh inimerasa puas dengan penampilan fisikmereka yang memiliki tinggi badan danberat badan proporsional, tidak terlalugemuk atau terlalu kurus. Tinggi badanmereka minimal 155 cm untuk perempuandan 160 cm untuk laki-laki dinilai bagus;2) Informan RS Surya Husadamengatakan: “Untuk kerapian, saya puas,penampilan fisik memang sangat berpenga-ruh, bila inner beauty-nya muncul, pasienmenjadi tertarik; 3) Puskesmas IVDenpasar Selatan menyampaikan: “Darisegi keandalan, semua tenaga kesehatandi sini sudah trampil melaksanakantugasnya. Beberapa pernyataanketidakpuasan pengguna adalah :

Keramah-tamahanbeberapa informan yang masih kurangpuas seperti pernyataan berikut:Informan

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 196-199

Page 101: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

199

melatih ketrampilannya, untuk dapatmelayani pasien dengan cepat dan tepat,melaksanakan supervisi, pengawasan danpembinaan secara berkelanjutan.Pengembangan soft skills di PoltekkesDenpasar untuk mengimbangi hard skillsberupa : a) meningkatkan peran asrama,dikelola dengan lebih baik, mahasiswa ikutterlibat mengelola asrama untuk melatihkepemimpinan, berinteraksi sosial, etikapergaulan maupun etika profesi,menanamkan disiplin, peduli kebersihanlingkungan dengan membiasakanmahasiswa membersihkan kamar dankamar mandinya sendiri; b) menambahkanmateri / mata kuliah muatan lokal tentangpengembangan kepribadian; c) pelatihandisiplin; d) pelatihan servis excelentkepada calon wisudawan untukmembekali calon wisudawan

Daftar Pustaka

Elfindri, 2010, Soft Skills, Panduan bagiPerawat dan Bidan, Batam:Baduosa Media.

Engkoswara dan A. Komariah, 2010,Administrasi Pendidikan,Bandung: Alfabeta.

Indrajit. RE., dan Djokopranoto. R.,2000, Manajemen PerguruanTinggi Modern, Yogyakarta : CVAndi.

Kotler P, 2002, Manajemen Pemasaran,Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Sugiyono, 2010, Metode PenelitianKuantitatif, Kualitatif, dan R&D,Bandung: Alfabeta.

Suhardan, 2009, ManajemenPendidikan, Bandung: Alfabeta.

Supranto J., 2006, Pengukuran TingkatKepuasan Pelanggan, Jakarta,Rineka Cipta.

karena saya masih harus seringmengingatkan, dan (3) ketrampilanmengaduk, dental assistance, khususnyadental material.

JaminanInforman dari Dinas Kesehatan Denpasarmenyampaikan saya belum puas, merekabelum bisa memberikan jaminan keamanansaat ditinggal tugas luar, mereka tidakpercaya dengan kemampuan yang merekamiliki.

KepedulianInforman dari Dinas Kesehatan KabupatenGianyar menginformasikan bahwakepedulian staf kepada pelanggan, danteman sekerja belum memuaskan.

Kesimpulan dan Saran

Hal yang membuat para pengguna lulusanpuas dengan lulusan Poltekkes Denpasarsebagai staf mereka adalah penampilanfisik, kerapian, kekompakan danketrampilan para lulusan. Sedangkan halyang membuat mereka tidak puas adalahlulusan Poltekkes Denpasar dinilai kurangpeduli terhadap kebersihan, rasa percayadirinya kurang, kurang ramah,kemampuan berbahasa Inggris terapan(sesuai tugas) masih kurang, efektifitaskomunikasinya masih kurang, dan sukamenunda pekerjaan.Upaya peningkatan mutu pendidikan yangperlu dikembangkan adalah kemampuanuntuk bisa meningkatkan sensitifitasmahasiswa dalam interaksi social,kepemimpinan, mengidentifikasipermasalahan, mencari alternativepemecahan masalah, dan mengambilkeputusan.Beberapa hal yang dapat disarankan darihasil penelitian ini antara lain adalah :Pimpinan Poltekkes Denpasar mempunyaikomitmen kuat untuk menghasilkan lulusanyang bermutu, menggunakan metodependidikan agar mahasiswa lebih banyak

Kumala Ratih, IAD. (Upaya pengembangan mutu...)

Page 102: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

200

STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN POLA PENYAPIHAN DANKARAKTERISTIK KELUARGA DI KELURAHAN GIANYAR KABUPATEN

GIANYAR PROVINSI BALI

I Wayan Ambartana1, Ida Ayu Eka Padmiari2, Ni Made Yuni Gumala3

Abstract. The purpose of this study was to determine differences in nutritionalstatus of children based on the patterns of weaning and weaning to know therelationship between patterns of children under five with family characteristics.The study was observational with cross-sectional. The population is all childrenregistered in the village center in Gianyar who meet the criteria insklusi. Whilethe sample is the total population. Nutritional status is determined based onthe BB/U, the threshold using the Z-score, the classification using the WHOclassification. The pattern of weaning include age, how and why weaning.Family characteristics include age, occupation, education and family sizemother. Processing data using SPSS, then the results are presented in tabularform and narrated. To analyze the differences in nutritional status based onweaning patterns independent t test was used to test and to analyze therelationship between patterns of weaning with maternal characteristics, useChi-Square Test. The results showed no association between maternal age withweaning patterns, there is a relationship work patterns of mothers with weaning,there was no relationship between maternal education with weaning patterns,and there is a correlation between the number of family members of motherswith weaning patterns and nutritional status of children there are differencesbased on the patterns of weaning . Suggested to health workers to provide thebest solutions to the mother who is busy working for the initiation ofbreastfeeding to keep running properly, one of which is the initiation of breastmilk through a bottle. In this way, expected to mothers who work outside thehome can still be breastfeeding her child.

Keywords: nutritional status, breastfeeding, child under five year old

1,2,3 Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar

Salah satu faktor yang mempengaruhistatus gizi anak adalah pemberian Air SusuIbu (ASI), karena dalam ASI banyakterkandung zat-zat gizi yang dibutuhkanoleh anak (DEPKES RI,1992). Secaraalamiah ASI memang mempunyaikeunggulan komparatif yang tidaktertandingi oleh susu formula. Dua zat giziutama pada ASI yaitu karbohidrat ASI(laktosa) dan protein ASI (laktalbumin)secara biokimia telah lama dikenal sebagaijenis gula dan protein yang mempunyainilai biologis paling tinggi sehingga mudahdicerna oleh bayi sekalipun.

Mineral penting yaitu zat besi pada ASIjuga terdapat dalam bentuk yang mudahdiserap. Biovaibilitas zat besi pada ASIrata-rata mencapai 49%, bandingkandengan susu formula yang biovaibilitasnyahanya mencapai 4% (Suradi, R.., 2003)Tahap akhir dari menyusui adalahpenyapihan. Penyapihan adalah masalahyang kritis bagi kehidupan balita.Penyapihan berarti memutuskan tali kasihsayang antara ibu dan balita. Bila balitadisapih berarti balita mendapat susuformula dan sudah mulai diberikanmakanan tambahan.

Page 103: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

201

indeks antropometri berat badan menurutumur (BB/U), ambang batas mengguna-kan Standar Deviasi (SD) Unit atau Z-skor, sedangkan klasifikasi status gizimenggunakan klasifikasi WHO untuk anakumur 5 tahun ke bawah, dengan klasifikasi:a) Gizi baik (kode 1), apabila z-skorterletak antara ≥ - 2 SD s/d + 2 SD; b)Gizi kurang (kode 2), apabila z-skorterletak antara ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD; c)Gizi buruk (kode 3), apabila z-skorterletak < - 3 SD; dan d) Gizi Lebih (kode4), apabila z-skor terletak > + 2 SD. 2)Pola Penyapihan, dikatakan baik (kode2) apabila semua sub variabel (umur,alasan dan cara penyapihan) termasukdalam katagori baik. Pola penyapihandikatakan tidak baik (kode 1) apabilapaling sedikit satu sub variabel termasukdalam katagori tidak baik. UmurPenyapihan: dikategorikan menggunakankatagori Moehji (1992) menjadi dua:Katagori Baik jika penyapihan dilakukanpada umur 2 tahun. Katagori Tidak baikjika penyapihan dilakukan kurang ataulebih dari umur 2 tahun. AlasanPenyapihan: dikatagorikan menjadi:Alasan baik jika menyapih karena anaksudah berumur 2 tahun. Alasan tidak baikjika menyapih karena ibu sibuk bekerja,ibu takut payudara lembek, ibu hamil lagi,ibu sudah punya anak lagi, ASI keluarsedikit, ibu sakit, anak sakit, dan lain-lain(selain alasan pada katagori baik). Carapenyapihan: dikatagorikan menjadi:Katagori baik jika cara penyapihandilakukan dengan cara salah satu ataubeberapa cara: 1) Memberikan makananpengganti ASI secara bertahap,2)Memberikan empeng atau dot disertaipemberian makanan pengganti ASI,3)Menjarangkan waktu pemberian ASI,pemberian makanan pengganti ASIdipersering, 4)Menyetop ASI secaramendadak karena anak telah berusia 24bulan, selanjutnya digantikan denganmakanan pengganti ASI. Katagori tidak

Namun hingga kini masih banyak ibu yangtidak menyadari bahaya susu formula(Siahaan, 2009)Di masyarakat khususnya di masyarakatperkotaan, ibu balita cenderung lebihmengutamakan pekerjaan dibandingkandengan memberikan ASI kepada anakbalitanya. Salah satunya adalah diKelurahan Gianyar, dari datakependudukan Kelurahan Gianyar Tahun2009, diketahui bahwa 74% pendudukwanita adalah golongan umur 20 tahunsampai 45 tahun. Golongan usia inimerupakan usia subur dan usia produktifseorang ibu, dan dari jumlah tersebut 82%bekerja. Pekerjaan yang paling banyakdigeluti, hampir sebagian besar (80%)adalah di sektor perdagangan dan jasaseperti berdagang di pasar/di toko,pelayan toko, pelayan hotel dan restoran.Pekerjaan ini umumnya membutuhkanPenelitian ini bertujuan untuk mengetahuiperbedaan status gizi balita berdasarkanpola penyapihan dan mengetahui hubunganantara pola penyapihan balita dengankarakteristik keluarga balita. Hasilpenelitian dapat dijadikan sebagai dasarumtuk melakukan tindak lanjut dalammemperbaiki pola penyapihan ibuterhadap anaknya sehingga menurunkanbalita yang mengalami masalah gizi.

Metode

Penelitian ini termasuk jenis penelitianObservasional dengan rancangan Cross-Sectional, mengambil lokasi penelitian diKelurahan Gianyar Kabupaten GianyarProvinsi Bali yang merupakan Kelurahanyang terletak di pusat kota dan pusatpemerintahan. Sebagai populasi penelitianadalah seluruh balita yang terdaftar diposyandu pada tiap banjar di wilayahKelurahan Gianyar, sedangkan jumlahsampel adalah total populasi yangberjumlah 165 orang sampel.Data yang dikumpulkan meliputi : 1)Status gizi balita, ditentukan berdasarkan

Ambartana, IW., IA Eka Padmiari, NM Yuni Gumala (Status gizi balita...)

Page 104: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

202

baik jika penyapihan dilakukan dengancara: 1)Mengoleskan obat merah, jamu,brotowali/kantawali, kopi dan sejenisnyapada putting, 2)Memberi perban/plesterpada putting, 3)Menyetop ASI secaramendadak sebelum usia anak dua tahunmisalnya : menitipkan ke rumah kakekneneknya, memarahi atau mengalihkanperhatian setiap menginginkan ASI dansejenisnya, 4) Dan lain-lain (selain cara-cara pada katagori baik).Karakteristik Keluarga, meliputi: a.Pekerjaan Ibu, dikatagorikan menjadi:tidak bekerja dan bekerja. b. PendidikanIbu dikatagorikan menjadi: (1) pendidikandasar, bila tamat SD atau tamat SLTP,dan (2) pendidikan tinggi, bila tamat SLTAatau tamat diploma atau tamat sarjana. c.Umur Ibu dikategorikan menjadi: (1) ≤≤≤≤≤30tahun dan (2) >30 tahun. d. Jumlahanggota keluarga: dikategorikanmenjadi: (1) ≤≤≤≤≤ 3 orang dan (2) > 3 orang.Untuk menganalisis perbedaan status giziberdasarkan pola penyapihan digunakanuji Independent t Test dan untukmenganalisis hubungan pola penyapihandengan karakteristik ibu, digunakan ujiChi-Square Test.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum sampelGambaran umum sampel meliputi: umursampel, jenis kelamin sampel, umur ibu,pekerjaan ibu, pendidikan ibu, jumlahkeluarga, status gizi sampel dan polapenyapihan. Untuk lebih jelasnya dapatdilihat pada tabel 1.Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihatbahwa sebagian besar sampel berumurantara 24 – 36 bulan yaitu sebanyak 76orang (46,1%), sedangkan persentaseterkecil berumur > 49 bulan yaitu sebanyak16 orang (9,7%). Untuk umur ibu,pekerjaan ibu dan pendidikan ibu, sebagianbesar berumur > 30 tahun, yaitu sebanyak83 orang (50,3%), sebagian besar bekerja

n %>24 – 36 bulan 76 46,1>36 – 48 bulan 73 44,2>48 – 60 bulan 16 9,7? 30 tahun 82 49,7> 30 tahun 83 50,3Bekerja 83 50,3Tidak bekerja 82 49,7Pendidikan Dasar 74 44,8Pendidikan Tinggi 91 55,2? 3 orang 92 55,8> 3 orang 73 44,2Gizi Baik 157 95,2Gizi Kurang 4 2,4Gizi Buruk 1 0,6Lebih 3 1,8Baik 97 58,8Tidak baik 68 41,2

Status gizi

Pola penyapihan

Tabel 1Sebaran Karakteristik Sampel dan Keluarga Sampel

Umur ibu

Pekerjaan ibuPendidikan ibuJumlah keluarga

Variabel Kategori Hasil Pengamatan

Umur

yaitu sebanyak 83 orang (50,3%). dansebagian besar berpendidikan tinggi yaitusebanyak 91 orang (55,2%). Untukjumlah keluarga, persentase terbesaradalah jumlah keluarga ≤≤≤≤≤3 orang yaitusebanyak 92 orang (55,8%). Untuk statusgizi sampel, persentasenya terbesar adalahberstatus gizi baik, yaitu sebanyak 97orang (58,8%) dan untuk pola penyapihan,sebagian besar ibu sampel polapenyapihannya termasuk dalam katagoribaik yaitu sebanyak 97 orang (58,8%).

Hubungan Umur Ibu dengan PolaPenyapihanPada umumnya semakin berumur seorangibu kemampuan dalam mengasuh danmemperlakukan anaknya semakin baikpula, termasuk dalam hal menyapih anak.Tetapi pernyataan tersebut tidak berlakupada hasil penelitian yang ditunjukkan padaTabel 2.

n % n % n %? 30 tahun 52 53,6 30 44,1 82 49,7> 30 tahun 45 46,4 38 55,9 83 50,3JUMLAH 97 100 68 100 165 100

Tabel 2Sebaran Pola Penyapihan berdasarkan Umur Ibu

UMUR IBUPOLA PENYAPIHAN JUMLAHBaik Tidak Baik

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 200-206

Page 105: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

203

Dari Tabel 2, terlihat bahwa dari 97 ibuyang menyapih anaknya dalam katagoribaik, 52 orang (53,6%) dilakukan oleh ibuyang berumur ≤≤≤≤≤ 30 tahun, lebih banyakdibandingkan pada ibu yang berumur > 30tahun yang hanya berjumlah 45 orang(46,4%).Demikian juga pada katagoripola penyapihan tidak baik, dari 68 ibu,terdapat 38 orang (55,9%) berasal dariibu yang berumur >30 tahun. Hal inimenunjukkan bahwa tabulasi silang padaTabel 2 tidak memperlihatkan adanyakecendrungan hubungan antara polapenyapihan dengan umur ibu. Hasilpengujian statistik dengan menggunakanUji Chi-Square diperoleh p-value =0,23,sehingga H0 diterima, maka hasil inimemperkuat kembali bahwa polapenyapihan pada anak tidak tergantungpada umur ibu. Hasil ini sesuai denganpendapat bahwa pada masyarakat yanglatar belakang kehidupan sosial budayadan agamanya masih kuat, adakecendrungan lebih sulit untuk menerimainovasi-inovasi baru walaupun padadasarnya mereka mengetahui bahwa halitu menguntungkan mereka (Jellife, 1994).

Hubungan Pekerjaan Ibu denganPola PenyapihanIbu yang sibuk bekerja untuk menafkahikeluarga pada umumnya mempunyai hanyasedikit waktu untuk menyusui bayinya.Biasanya ASI hanya diberikan pada pagisebelum kerja dan sore hingga malamharinya. Karena kesibukan ini, tidak sedikitibu yang menyapih bayinya sebelumwaktunya (Tabel 3).

n % n % n %Bekerja 35 36,1 48 70,6 83 50,3Tidak 62 63,9 20 29,4 82 49,7JUMLAH 97 100 68 100 165 100

POLA PENYAPIHAN JUMLAHBaik Tidak BaikPekerjaan ibu

Tabel 3Sebaran Pola Penyapihan berdasarkan Pekerjaan Ibu

Dari Tabel 3 terlihat bahwa dari 97 orangibu dengan pola penyapihan baik, 62 orang(63,9%) dilakukan oleh ibu yang tidakbekerja, lebih banyak dibandingkandengan ibu yang bekerja yaitu 35 orang(36,1%). Sebaliknya, pada polapenyapihan tidak baik, terdapat ibu yangbekerja lebih banyak jumlahnyadibandingkan dengan yang tidak bekerja,masing-masing 48 orang (70,6%) dan 20orang (29,4%). Berdasarkan tabulasisilang pada Tabel 3 di atas menunjukkanada kecendrungan hubungan antara polapenyapihan dengan pekerjaan ibu. Hasilpengujian statistik dengan menggunakanUji Chi-Square diperoleh p-value =0,00,sehingga H0 ditolak, maka hasil inimempertegas bahwa pola penyapihanpada anak tergantung pada pekerjaanyang ditekuni oleh ibunya. Sesuai denganLaporan WHO yang menyatakan bahwabayi dengan ibu yang harus bekerjakembali setelah melahirkan cenderungmengalami penyapihan dini. Ibu yangterpaksa meninggalkan bayinya di rumahmengalami kenaikan resiko penyapihandini 3 kali lebih cepat (Kalbe, 2009)

Hubungan Pendidikan Ibu denganPola PenyapihanIbu yang berpendidikan biasanya lebihmengetahui dan memahami polapenyapihan yang baik, seperti yang dipaparkan dalam Tabel 4.

n % n % n %Tinggi 51 52,6 40 58,8 91 55,2Dasar 46 47,4 28 41,2 74 44,8JUMLAH 97 100 68 100 165 100

Pendidikan Ibu

Tabel 4Sebaran Pola Penyapihan berdasarkan

Pendidikan Ibu

POLA PENYAPIHAN JUMLAHBaik Tidak Baik

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwapada kelompok pola penyapihan katagoribaik, terdapat 51 orang (52,6%) ibuberpendidikan tinggi, lebih banyak

Ambartana, IW., IA Eka Padmiari, NM Yuni Gumala (Status gizi balita...)

Page 106: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

204

dibandingkan dengan yang berpendidikandasar dengan jumlah 46 orang (47,4%).Demikian pula pada pola penyapihankatagori tidak baik, terdapat lebih banyakpada ibu yang berpendidikan tinggidibandingkan yang berpendidikan dasar,masing-masing berjumlah 40 orang(58,8%) dan 28 orang (41,2%). Hal inimenunjukkan tidak ada kecendrunganhubungan antara pola penyapihan denganpendidikan ibu. Hasil pengujian statistikdengan menggunakan Uji Chi-Squarediperoleh p-value =0,427 lebih besar dariá =0,05, sehingga H0 diterima, maka hasilini menguatkan data yang disajikan dalamTabel 4 bahwa pola penyapihan pada anaktidak berhubungan atau tidak tergantungpada tingkat pendidikan yang dimiliki olehibunya.

Hubungan Jumlah AnggotaKeluarga dengan Pola PenyapihanSeorang ibu biasanya lebih berperandalam mengurus kebutuhan sehari-harianaknya dibandingkan seorang ayah.Dengan bertambahnya jumlah anggotakeluarga tentunya perhatian dan waktu ibuakan terbagi untuk setiap anggota keluarga.Hal inilah yang biasanya menyebabkankurangnya perhatian ibu terhadap sibungsu termasuk dalam menyusui, sepertiyang ditunjukkan pada Tabel 5.

n % n % n %> 3 orang 36 37,1 37 54,4 73 44,2? 3 orang 61 62,9 31 45,6 92 55,8JUMLAH 97 100 68 100 165 100

JUMLAH ANGGOTA KELUARGA

POLA PENYAPIHAN JUMLAHBaik Tidak Baik

Tabel 5Sebaran Pola Penyapihan berdasarkan Jumlah

Anggota Keluarga

Berdasarkan Tabel 5 di atas, diketahuibahwa dari 97 orang ibu dengan polapenyapihan baik, 61 orang (62,9%)diantaranya memiliki jumlah anggotakeluarga ≤≤≤≤≤3 orang, lebih banyakdibandingkan dengan yang jumlah anggota

keluarganya > 3 orang yaitu sebanyak 36orang (37,1%). Sedangkan pada polapenyapihan tidak baik, terdapat jumlahyang lebih banyak pada kelompok ibuyang mempunyai anggota keluarga > 3orang dibandingkan dengan kelompokyang anggota keluarganya d” 3 orang,yaitu masing-masing sebesar 37 orang(54,4%) dan 31 orang (45,6%). Jadi,berdasarkan Tabel 5 di atas menunjukkanada kecendrungan hubungan antara polapenyapihan dengan jumlah anggotakeluarga sampel. Hasil pengujian statistikdengan menggunakan Uji Chi-Squarediperoleh p-value =0,028, sehingga H0ditolak. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa pola penyapihan padaanak berhubungan atau tergantung padajumlah anggota keluarganya. Dari hasilwawancara diketahui bahwa ibu menyapihkarena lebih ke alasan kesibukandibandingkan ke alasan produksi ASIyang kurang sehingga hal ini sesuaipendapat dari Soetjiningsih (1997) bahwaperbedaan produksi ASI berdasarkanumur dan jumlah anak tidak cukupbermakna.

Hubungan Status Gizi dengan PolaPenyapihanBerdasarkan Tabel 6 diketahui bahwahampir sebagian besar sampel berstatusgizi baik yakni berjumlah 157 orang(95,2%).

n % n % n % n % n % Baik 94 60 1 25 0 0 2 67 97 59Tidak Baik 63 40 3 75 1 100 1 33 68 41JUMLAH 157 100 4 100 1 100 3 100 165 100

Pola Penyapihan

Tabel 6Sebaran Status Gizi berdasarkan Pola Penyapihan

STATUS GIZI JumlahBaik Kurang Buruk Lebih

Pada balita yang berstatus gizi baik,terdapat lebih banyak jumlahnya padakelompok yang pola penyapihannya baikdari pada kelompok yang polapenyapihannya tidak baik, masing-masing

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 200-206

Page 107: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

205

sebesar 94 orang (59,9%) dan 63 orang(40,1%). Berdasarkan perbandingan inimenunjukkan ada kecendrungan hubunganantara status gizi dengan pola penyapihan.Hasil pengujian statistik denganmenggunakan Uji Levene’s Test untukmenentukan kesamaan variance,dilanjutkan dengan Uji IndependentSamples Test diperoleh p value =0,042,sehingga H0 ditolak, maka dapat disimpul-kan bahwa ada perbedaan status gizi padasampel berdasarkan pola penyapihan yangdilakukan oleh ibunya.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yangdiperoleh, dapat diambil beberapakesimpulan : 1) Tidak ada hubungan antaraumur ibu dengan pola penyapihan (p-value=0,23), ada hubungan pekerjaan ibudengan pola penyapihan (p-value = 0,00),tidak ada hubungan antara pendidikan ibudengan pola penyapihan (p-value= 0,427)dan ada hubungan antara jumlah anggotakeluarga ibu dengan pola penyapihan (p-value = 0,028); 2) Ada perbedaan statusgizi balita berdasarkan pola penyapihan (pvalue = 0,042).

Berdasarkan hasil penelitian disarankanbeberapa hal sebagai berikut : Mengingatfaktor utama ibu-ibu menyapih anaknyasecara tidak baik adalah karena faktorpekerjaan, maka diharapkan petugaskesehatan memberikan solusi kepada ibuyang sibuk bekerja agar inisiasi ASI dapattetap berjalan sebagaimana mestinya, salahsatunya yaitu inisiasi ASI melalui botolsusu. Dengan cara ini, diharapkan ibu yangbekerja di luar rumah anaknya tetap dapatdiberikan ASI.

Daftar Pustaka

Anonim, 2006. Pola Asuh dalamHubungannya dengan Status GiziAnak Balita. (on line) available:http://www.blogger.com/email-post(21 Oktober 2010).

Arisman, 2004. Gizi dalam DaurKehidupan. Jakarta : EGC

Departeman Kesehatan RI. 1992Manajemen Laktasi. Jakarta :Depkes RI.

Ester, L. 2005. Cara Aman dan EfektifMenyapih Si Kecil. (online)available : http://www.tabloidnikita.com/ artikel.php3? edisi=07331&rubrik=balita. (7 Oktober 2010).

Ambartana, IW., IA Eka Padmiari, NM Yuni Gumala (Status gizi balita...)

Page 108: Jurnal Skala Husada - Politeknik Kesehatan Denpasar V8N2.pdf · PERAWATAN BIBIR INKOMPETEN DENGAN PENGGUNAAN ALAT SISTEM TRAINER Ni Made Widhiasti 172-177 KUALITAS UDARA DALAM RUANG

206

Harmani, N., 1999. Faktor-faktor yangBerhubungan dengan PolaMenyusui di Wilayah PemukimanKumuh. Jakarta : UniversitasIndonesia.

Jellife, D.B., 1994. Kesehatan Anak diDaerah Tropis. Jakarta : BinaAksara.

Kalbe, 2009. (online) available : http://w w w. t a b l o i d n i k i t a . c o m /a h l i . p h p 3 ? e d i s i = 0 7 3 4 3 &rubric=ahli.(16 Agustus 2009)

_____,2009(online) available :.http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/145_15makananpendampingASI.pdf/ 145_15makanan pen-damping ASI.html. (23 Desember2009)

Maman. 1993. Perbandingan StatusGizi Balita yang UmurPenyapihan Berbeda di Desa LasiKecamatan Kilo, KabupatenDompu Propinsi Nusa TenggaraBarat. Karya Tulis Ilmiah JurusanGizi.

Murbari,s.1997.Pola Menyusui danMakanan Sehat.Laporan SurveiDemografi KependudukanIndonesia.

Roesli, U., 2000. Mengenal ASI Ekslusif.Jakarta : Trubus Agriwidja.

Siahaan, R., 2009. Pendamping ASICegah Kekurangan Gizi. (online)available : http://www.humanmedicine.net (10 Januari 2010).

Soetjiningsih.1997.ASI petunjuk untukTenaga Kesehatan.Jakarta:ECG.

Supariasa,I Dewa Nyomandkk.2002.Penilaian StatusGizi.Jakarta:ECG

Suradi,R.(eds).2003.Bahan BacaanManajemen Laktasi, PerkumpulanPetinatologi Indonesia,Jakarta.

Jurnal Skala Husada Volume 8 Nomor 2 September 2011 : 200-206