Jurnal Sam

43
PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA DALAM HAL MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN SAMSUDIN PURWANTO HASAN Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (B11108063) ABSTRAK Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara dalam Hal Memperoleh Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dalam menyikapi amanat konstitusi ini, Telah membuat kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Daerah No 06 tahun 2007 tetang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah dan Peraturan Bupati Nomor 07 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja UPTD Balai Pengelolaan Jaminan Kesehatan Daerah (Bapel Jamkesda), Kendala – kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemenuhan hak konstitusional warga negara dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan di Pemerintah kabupaten Hal-Sel mengakibatan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabuapaten halmahera selatan berjalan tidak sebagai mana mestinya. Dikarenakan keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang belum mencukupi untuk mendukung pelayanan kesehatan, etika dan moral serta tanggung jawab profesi petugas pelayan kesehatan yang perlu diperbaiki, letak geografis dan wilayah daerah kabupaten halmahera selatan yang merupakan daerah kepulauan, dan juga kurangnya kestabilan

Transcript of Jurnal Sam

PEMENUHAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA DALAM HAL MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN

SAMSUDIN PURWANTO HASANMahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin(B11108063)ABSTRAKPemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara dalam Hal Memperoleh Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dalam menyikapi amanat konstitusi ini, Telah membuat kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Daerah No 06 tahun 2007 tetang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah dan Peraturan Bupati Nomor 07 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja UPTD Balai Pengelolaan Jaminan Kesehatan Daerah (Bapel Jamkesda), Kendala kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemenuhan hak konstitusional warga negara dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan di Pemerintah kabupaten Hal-Sel mengakibatan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah kabuapaten halmahera selatan berjalan tidak sebagai mana mestinya. Dikarenakan keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang belum mencukupi untuk mendukung pelayanan kesehatan, etika dan moral serta tanggung jawab profesi petugas pelayan kesehatan yang perlu diperbaiki, letak geografis dan wilayah daerah kabupaten halmahera selatan yang merupakan daerah kepulauan, dan juga kurangnya kestabilan anggaran dalam mendukung kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten halmahera selatan.A. PENDAHULUANNegara Indonesia tidak saja sebuah organisasi yang hanya dapat dilihat dari aspek fisik semata. Namun negara Indonesia juga merupakan organisasi ideologis. Sebagai organisasi ideologis, negara melalui aparatur ideologis yang dimilikinya, mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan tindakantindakan menurut apa yang diyakininya benar. Terkadang, keyakinan akan pembenaran terhadap sebuah tindakan membuat negara melenceng dari ranah perlindungan hakhak sosial kependukuan. Kewenangan dalam menjalankan kekuasaannya yang terkadang melampaui batas, membuat negara berisiko melakukan pelanggaran atas hakhak asasi manusia pada warganya.Sebagai sebuah negara, Indonesia juga merupakan negara hukum yang terkait dengan konsep rechtsstaat dan the rule of law, juga berkaitan dengan konsep nomocracy yang berasal dari perkataan nomos dan cratos atau kratien dalam demokrasi. Nomos berarti norma, sedangkan cratos adalah kekuasaan. Hal ini dibayangkan sebagai faktor penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma dan hukum. Karena itu istilah nomokrasi berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi, sehingga dapat mencapai kesejahteraan rakyat sebagai bentuk keadilan (Welfarestate).[footnoteRef:2] [2: Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Jakarta; Icthiar, 1962), Hal 9.]

Menurut Julius Stahl, konsep negara hukum yang disebutnya dengan istilah rechtsstaat itu mencakup empat elemen penting, yaitu : (1). Perlindungan Hak Azasi Manusia; (2). Pembagian kekuasaan; (3) Pemerintahaan berdasarkan undang undang; (4). Peradilan tata usaha negara . sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap negara hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule of Law, yaitu ; (1) Supremacy of Law; (2). Equality Before The Law; (3). Due Process of Law.[footnoteRef:3] [3: Jimly Asshidiqqie. Menuju Negara Hukum Yang Demokrasi. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer. 2009 hal 396]

Dari elemen elemen yang terkait dengan konsep Rechtsstaat menurut Julius Stahl dan The Rule of Law, menurut A.V. Dicey dapat digabungkan untuk menandai ciri-ciri negara hukum disaat ini. Bahkan, oleh The International Commision of Jurist, prinsip prinsip Negara Hukum itu ditambah lagi dengan prinsip peradilan bebas dan tidak memihak (independence and impartiality of judiciary) saat ini makin mutlak diperlukan dalam setiap negara demokrasi modern. Prinsip prinsip yang dianggap ciriciri penting Negara Hukum menurut The International Commision of Jurist itu adalah ; (1). Negara harus tunduk pada hukum; (2). Pemerintah menghormati hak hak individu; (3). Peradilan yang bebas dan tidak memihak. Dalam konteks rechtsstaat dan the rule of law. Negara Indonesia dapat dikatakan bahwa secara simbolik, yang dinamakan kepala negara dalam sistem presidensial itu adalah konstitusi. Dengan perkataan lain, kepala negara dari negara konstitusional Indonesia adalah UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sedangkan Presiden dan Wakil presiden beserta semua lembaga negara atau subjek hukum tata negara lainnya haruslah tunduk kepada konstitusi sebagai the symbolic head of state. Presiden dan Wakil presiden cukup dengan seperangkat hak dan kewajibannya masing masing atau tugas dan kewenangannya masingmasing. Tidak ada keperluan untuk membedakan kapan ia bertindak sebagai kepala negara dan kapan ia berperan sebagai kepala pemerintahan seperti kebiasaan dalam sistem pemerintahan parlementer. Oleh karena itu, dalam sistem kenegaraan Indonesia dapat sebut contitutional democratic republic, yang mana kedudukan konstitusi bersifat sangat sentral dan pada dasarnya merupakan kepala negara yang sesungguhnya.Negara demokrasi modern seperti Indonesia saat ini berdiri diatas basis kesepakatan umum mayoritas rakyat tentang bentuk negara yang diidealkan. Agar kepentingan rakyat dapat dilindungi atau dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme negara. Negara diberi kekuasaan untuk mengatur pemenuhan kepentingan warga negara bahkan membatasi jika dapat merugikan warga negara lain.Sebagai dasar hukum yang mengikat di Indonesia pada dasarnya Konstitusi berlaku dan didasarkan pada kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan rakyat yang dianut saat ini. Dasar keberadaan konstitusi adalah kesepakatan umum atau persetujuan (consensus) diantara seluruh rakyat mengenai bangunan yang di-idealkan berkenaan dengan negara. Konstitusi merupakan konsensus bersama atau general agreement seluruh warga negara agar kepentingan bersama dapat dilindungi dan dipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme yang disebut negara.sehubungan dengan itu kepentingan paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan terhadap hakhaknya sebagai manusia, yakni Hak Asasi Manusia (HAM), yang merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.[footnoteRef:4] [4: Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. ]

Oleh karena itu Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan materi inti dari naskah UUD Negara Modern. Terkait hubungan antara konstitusi dengan hak asasi manusia dapat dilihat dari peristiwa penting, yakni kemenangan demokrasi atas pemerintahan diktator dan fasis Jerman, Italia, dan Jepang pada Perang Dunia ke II. Dengan berakhirnya Perang Dunia ke II dan kemenangan yang berada pada pihak Sekutu, maka melalui Perserikatan BangsaBangsa (PBB), disepakatilah suatu Universal Declaration of Human Right di Paris pada tahun 1948, Meskipun Universal Declaration of Human Right tersebut tidak mengikat bagi negaranegara yang menandatangi, namun diharapkan agar negaranegara anggota PBB dapat mencantumkannya dalam UUD masingmasing atau peraturan perundangundangan lainnya, sehingga norma hukum yang terkandung didalamnya dapat diberlakukan sebagai hukum domestik masingmasing negara anggota. Kemudian pada tahun 1950 Indonesia secara lengkap memuat ketentuan yang terdapat dalam Universal Declaration of Human Right di Undang Undang Dasar Sementara (UUDS) Negara Republik Indonesia.[footnoteRef:5] [5: Asshidiqqie,op cit., hal 419]

Diketahui sebelumnya bahwa HAM merupakan materi dari naskah UndangUndang Dasar (UUD) negara modern. Demikian pula hak dan kewajiban merupakan salah satu materi pokok yang diatur dalam setiap UUD sesuai dengan paham konstitusi negara modern. Namun perlu diketahui HAM ( the human rights ) berbeda dari pengertian hak warga negara ( the citizens rights ). Karena di Indonesia HAM itu telah tercantum dengan tegas dalam UUD NRI 1945, sehingga telah resmi menjadi hak konstitusional setiap warga negara atau constitutional rights. Maka secara yuridis, hak asasi manusia di dalam UUD NRI 1945 dapat dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu hak sipil dan politik; hak ekonomi, sosial dan budaya; hak atas pembangunan dan hak khusus lainnya; serta tanggungjawab negara dan kewajiban asasi manusia. Selain itu, terdapat hak yang dikategorikan sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (non deregable rights) meliputi hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut, atas dasar hukum yang berlaku surut.[footnoteRef:6] [6: Jimly Asshidiqie (Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi), PelaksanaanHAM Selama Era Reformasi: Capaian dan Tantangannya, makalah sambutan dalam lokakarya VII HAM yang dilaksanakan Komnas HAM, 8-11 Juli 2008, Hotel Borobudur Jakarta, 2008 ]

Tetapi harus dipahami bahwa tidak semua constitutional rights identik dengan human rights. Terdapat hak konstitusional warga negara ( the citizens constitutional right) yang bukan atau tidak termasuk dalam pengertian HAM (human rights). Misal, hak setiap warga negara untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan adalah the citizens contitutional rights, tetapi tidak berlaku bagi setiap orang yang bukan warga negara. Karena itu, tidak semua the citizens rights adalah the human rights tetapi dapat dikatakan bahwa semua semua the human rights juga adalah sekaligus merupakan the citizens rights [footnoteRef:7] [7: Asshidiqqie, op cit., hal 431]

Pengertianpengertian mengenai hak warga negara juga harus dibedakan pula antara hak konstitusional dan hak legal. Hak konstitusional (constitutional rights) adalah hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh UUD NRI 1945, sedangkan hak-hak hukum (legal rights) timbul berdasarkan jaminan undang-undang (UU) dan peraturan perundang-undangan dibawahnya (Subordinate Legislations). Dengan demikian ketentuan tentang HAM dan Hak asasi warga negara dapat dikaitkan dengan pengertian constitutional rights yang dijamin dalam UUD NRI 1945. Selain itu, setiap warga negara Indonesia juga memiliki hak-hak yang lahir dari peraturan perundang-undangan lain yang lebih rendah. Hak-hak yang lahir dari peraturan diluar UUD disebut hak-hak hukum (legal rights), bukan hak konstitusional (constitutional rights)[footnoteRef:8]. [8: Asshidiqqie,op cit., hal 432]

Terlihat sangat jelas pengertian mengenai hak konstitusional yakni hak-hak yang dijamin di dalam dan oleh UUD NRI 1945, yang memuat tentang hak-hak asasi manusia bagi warga negara Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut yang perlu diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat oleh pemerintah sehingga tidak menimbulkan perlakuan diskriminasi bagi seluruh warga negara di Indonesia, maka hal yang sangat penting bagi masyarakat adalah kesehatan yang layak, yang merupakan salah satu hak asasi warga negara yang patut untuk lebih diperhatikan, walaupun sudah terjamin di dalam UUD NRI 1945, yakni setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.[footnoteRef:9] Dengan jaminan UUD NRI 1945 ini merupakan pertanda bahwa negara telah menjamin warga negara Indonesia, sehingga dapat memperoleh pelayanan kesehatan. [9: Pasal 28H ayat (1) UUD NRI 1945.]

Sehubungan dengan pelayanan kesehatan pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin, sangat sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin memburuk karena mahalnya biaya kesehatan, dengan keadaan yang demikian, keterlibatan pemerintah dalam hal ini yakni sebagai penanggung jawab di bidang pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum yang merupakan amanat UUD NRI 1945 dan tujuan nasional yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia memiliki peranan penting. Untuk mewujudkan kondisi ideal agar masyarakat miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan amanat konstitusi fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara[footnoteRef:10], maka aparatur pemerintah sebagai perencana dan pelaksana suatu model kebijakan pelayanan publik, di harapkan mampu memberikan suatu bentuk peningkatan pelayanan, khususnya peningkatan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan yang menyebutkan bahwa kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa dan mempunyai peranan penting dalam penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia. [10: Pasal 34 ayat (1) UUD NRI 1945]

Maka pemerintah harus mengusahakan bidang kesehatan dengan sebaik-baiknya, yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai dan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat umum. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat dan Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya[footnoteRef:11]. [11: Pasal 14 dan pasal 16 UU RI No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan.]

Untuk itu Pemerintah telah melakukan upaya-upaya untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan dan melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, dimulai dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin (2005-2007) yang kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. Mengenai Jamkesmas Kementrian kesehatan telah melaksanakannya hingga pada tahun 2010 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, namun karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dilapangan menteri kesehatan memutuskan untuk mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010 dan digantikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas.JPKMM/Askeskin, maupun Jamkesmas kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi kesehatan sosial. Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, yaitu dikelola secara nasional, nirlaba, portabilitas, transparan, efisien dan efektif[footnoteRef:12]. [12: PerMenKes RI No. 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jamkesmas]

Pelaksanaan program Jamkesmas tersebut merupakan upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan diserahkannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sehubungan dengan hal itu, guna melaksanakan program Jamkesmas di daerahdaearah yang ada di Indonesia, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, melakukan penyerahan peralihan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi atau biasa disebut Otonomi, yaitu penyerahan urusan pemerintah kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintah.[footnoteRef:13] [13: Widjaya, HAM. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: Raja Grafindo.2004, hal 21]

Desentralisasi kewenangan yang diberikan kepada pemerintah daerah guna pelaksanaan program Jamkesmas ini merupakan hal yang tepat untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat miskin dan masyarakat tidak mampu di Indonesia, dalam hal ini pemerintah daerah berkemampuan untuk melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Maka suatu keharusan bagi pemerintah daerah agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dimana pelayanan kesehatan ini peduli dan terpusat pada tiap individu, kebutuhan, serta harapan bagi masyarakat miskin.Perlu diakui bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan selama ini masih meninggalkan keadaan lingkungan yang kurang stabil, perencanaan serta penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang kurang ditopang oleh analisa dampak lingkungan dan sasaran untuk melayani masyarakat miskin yang tidak tepat serta tindak lanjut implementasi yang kurang cermat sehingga kesemuanya itu menjadi pokok permasalahan yang secara otomatis dapat menggangu kualitas lingkungan masyarakat. Permasalahan diatas di kategorikan sebagai salah satu permasalahan yang rentan terjadi dalam proses pelayanan kesehatan di Kabupaten Halmahera Selatan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka keberhasilan pembangunan Kabupaten Halmahera Selatan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara dan pembangunan Nasional. Untuk keberhasilannya, penyenyelenggaraan pealayanan kesehatan masyarakat tidak dapat diupayakan tersendiri tanpa integrasi dengan disiplin ilmu lain, menjamin dengan cabang-cabang usaha kesehatan masyarakat lainnya dan masih dipengaruhi pada apa yang dicapai di sektor-sektor lain.Maka dari itu, dalam tujuannya, pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Halmahera Selatan dan dibantu oleh pemerintah kecamatan setempat serta pihak-pihak terkait serta masyarakat yang ikut berpartisipasi dan berswasembada di bidang kesehatan, diharapkan mampu dalam pencapaian pembangunan dan peningkatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin di Kabupaten Halmahera Selatan. Pencapaian tujuan tersebut harus disertai dengan keingninan pemerintah daerah setempat untuk membangun tingkat pelayanan kesehatan masyarakat miskin.A. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Daerah Tentang Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan (Perda No. 06 tahun 2007). Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) merupakan bagian dari program kesehatan gratis yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan. Dan merupakan program andalan pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan dalam menangani masalah kesehatan masyarakat di kabupaten halmahera selatan. Program ini termaktub dalam Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kabupaten Halamahera Selatan. Dalam pelaksanaan Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) tersebut, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi jalannya program Jaminan Kesehatan Daerah, dengan menganalisis halhal yang terkait dengan kurang maksimalnya jenis pelayanan yang diberikan oleh pelayan kesehatan, disposisi atau sikap yang diberikan pada pelayanan kesehatan yang dianggap sebagian masyarakat kurang baik, ketersediaan tenaga kesehatan, sarana dan prasarana penunjang pelayanan kesehatan, serta masalah-masalah lain yang akan di bahas selanjutnyaBerikut ini adalah hasil yang dapat peneliti sampaikan mengenai Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara Dalam Hal Memperoleh Pelayanan Kesehatan di kabupaten halmahera selatan yang dilaksanakan dengan menggunakan Peraturan Daerah No. 6 tahun 2007 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda)a) Proses pelayananPelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan memberikan yang terbaik untuk masyarakat, karena merupakan proses untuk menuju pelayanan secara rutin dan berkesinambungan dalam masyarakat. Untuk itu perubahan akan manajemen pelayanan kesehatan perlu dilakukan jika rasa puas masyarakat akan suatu pelayanan kesehatan yang baik belum terwujud. Melalui Pelayanan kesehatan gratis dan adanya Sistem Jaminan Kesehatan daerah memulai proses perubahan dalam prosedur pelayanan kesehatanSeperti yang dikatakan Wakil Direktur Jamkesda Hal-sel Bapak Salim Ali, M.Kes, beliau mengatakan : untuk proses pelayanan dalam hal ini mengenai informasi dan persyaratan yang menyangkut dengan pelayanan kesehatan telah diumumkan pada tiap papan informasi yang terdapat pada instansi kesehatan yang berada di kabupaten halmahera selatan dimulai dari pendaftaran, kemudian sistem antrian sampai dengan pengambilan obat, selain itu menajemen pelayanan kesehatan pada tiap instansi kesehatan yang berada di kabupaten halmahera selatan terhadap masyarakat, dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan didukung oleh program pemerintah, mulai dari biaya yang telah digratiskan, berlakunya waktu 24 jam pelayanan terhadap masyarakat, serta jumlah tenaga kesehatan dan sarana dan prasarana yang memadai walaupun belum maksimal.(18 juli 2012) Perubahan prosedur pelayanan kesehatan tersebut diakui informan selain biaya yang telah digratiskan, manajemen pelayanan dari waktu ke waktu mulai berubah, yang dulunya setiap pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas dimulai dari pagi sampai pada jam kerja berlangsung, namun sekarang waktu pelayanan kesehatan berubah menjadi 1 x 24 jam dalam sehari, jadi walaupun pasien tidak sempat lagi memeriksakan dirinya di puskesmas pada pagi hari, pasien bisa datang di rumah tenaga medis pada malam harinya. Berikut penuturan salah satu peserta jamkesda ibu Mardia asal desa Wayahua saya lihat ada perubahan dalam proses pelayanan dan ini terjadi di rumah sakit saat saya datangi untuk berobat, mulai dari tidak adanya biaya yang dipungut dari pemeriksaan sampai pada pelayanan terhadap obat di apotik, dokter dan perawat juga ramah terhadap kami dan setelah saya berobat dokter menyarankan untuk kerumah dinasnya jika masih terdapat keluhan pada penyakit saya.(27 juli 2012)Sama halnya dengan ibu Djubaedah yang ditemui di rumah dinas yang ditempati Dr. Dedi Kamarullah dilabuha, menuturkan saat ini pada waktu sore dan malam hari ketika jam kerja kantor sudah tutup saya tetap bisa memeriksakan kesehatan saya di rumah dokter yang ditugaskan oleh puskesmas, ditambah lagi seperti halnya di puskesmas, saya tidak membayar untuk mengambil obat dari dokter atau bidan desa tersebut.(27 juli 2012) Dari keterangan yang diperoleh dari ketiga orang diatas, diperoleh hasil bahwa proses pemberian pelayanan yang diberikan telah mengalami peningkatan manajemen pelayanan kesehatan, seperti pemberian layanan kesehatan gratis yang menyeluruh terhadap masyarakat serta peningkatan waktu pelayanan kesehatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan masyarakat lebih maksimal dan menyeluruh terhadap masyarakat yang membutuhkan. b) Cakupan PelayananMenurut Bapak Salim Ali M.Kes yang menjabat sebagai Wakil Direktur Jamkesda Kab. Halmahera Selatan yang ditemui d ruang kerjanya pada tanggal 18 juli 2012, mengatakan bahwa : mengenai cakupan pelayanan kesehatan mengacu pada semua jenis pelayanan Kesehatan yang masuk dalam Jaminan Kesehatan Daerah yang terdapat dalam Peraturan Daerah No 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah, Meliputi : a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP); b. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL); c. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) d. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) e. Persalinan f. Pelayanan Obat dan Bahan medis Habis Pakai g. Rujukan Selanjutnya dalam terdapat Jenis Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Peraturan Daerah ini meliputi : a. Konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan b. Pemeriksaan dan pengobatan c. Penunjang diagnostic d. Tindakan medis dan rehabilitasi medis e. Pelayanan Obat f. Administrasi Dari keterangan lain diperoleh dari Bapak Elia Pelavo. yang berdomisili di desa Panambuang beliau, mengatakan : yang saya ketahui terdapat beberapa item pelayanan kesehatan yang masuk dalam program jaminan kesehatan daerah, seperi pelayanan rawat jalan di puskesmas dan rumah sakit, rawat inap di rumah sakit, perawatan terhadap Bayi dan Ibu Hamil serta pelayanan terhadap pengambilan obat di apotik puskesmas maupun Rumah Sakit Umum Daerah. Saya dan keluarga adalah pengguna dari program Jamkesda dan saya pernah melakukan pemeriksaan di puskesmas dengan mengambil rujukan untuk pemeriksaan selanjutnya di rumah sakit, dan itu gratis tanpa ada pungutan sepeserpun dari petugas pelayan kesehatan.(30 Juli 2012)Senada halnya dengan Bapak Elia Pelavo, Bapak Salim Hatalla yang berdomisilli di bacan timur menuturkansaya telah menjadi peserta Jamkesda dari tahun 2008, dan saya merasa dengan adanya program Jamkesda ini saya lebih mudah pergi berobat di Puskesmas maupun di Rumah Sakit Umum Daerah dan selalu mendapatkan kemudahan dalam pelayanan obat di apotik karena biaya obat kesehatan sudah digratiskan.(31 juli 2012)Masyarakat yang ditemui mengaku sangat bersyukur dengan adanya Progrm semacam ini, mereka menganggap program pemerintah ini dapat meringankan beban mereka dalam memperoleh jenis layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Mereka juga menganggap jenis-jenis pelayanan yang diberikan seperti medical check up dan pemeriksan terhadap ibu hamil merupakan jenis layanan kesehatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat ini membuktikan bahwa jenisjenis layanan kesehatan yang ditawarkan melalui Sistem Jaminan Kesehatan Daerah sangatlah dibutuhkan dan perlu mendapatkan peningkatan.c) Syarat Pelayanan Jamkesda Halmahera Selatan Pemerintah Daerah melalui Sistem jaminan Kesehatan Daerah telah memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis di seluruh fasilitas kesehatan milik pemerintah di Kabupaten Halmahera Selatan yang sumber pendanaannya berasal dari pemerintah melalui APBN dan APBD. Adapun jenis pelayanan kesehatan yang diberikan secara gratis yaitu masih berupa pelayanan dasar bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan. Guna kelancaran proses mendapatkan pelayanan kesehatan dengan sistem jaminan kesehatan daerah pengguna layanan kesehatan gratis harus membawa serta kelengkapan syarat administrasi seperti memiliki KTP, KK, dan atau Kartu Anggota Jamkesda bagi yang telah memilikinya. Maka dari itu, diperoleh suatu anggapan bahwa dalam memperoleh layanan kesehatan gratis seluruh fasilitas kesehatan harus melengkapi persyaratan administrasi tersebut harus memiliki KTP, KK, dan atau Kartu Anggota Jamkesda. Seperti yang ditegaskan oleh Wakil Direktur Jamkesda Bapak Salim Ali M.Kes syarat mendapatkan Pelayanan Kesehatan dengan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) ialah semua warga yang berdomisili dan memiliki KTP, KK dan atau Kartu Anggota Peserta Jamkesda sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga masyarakat yang belum memiliki sistem jaminan kesehatan lainnya seperti ASKES dan lain-lain. Harus diketahui bahwa tidak semua penyakit yang masuk dalam daftar pelayanan kesehatan Jamkesda, penyakit seperti pemasangan cincin jantung, kateter jantung, pemasaagan kaki palsu, pemasangan gigi palsu, city scan saat ini masih diluar dari kemampuan badan pengelola jamkesda dan fasilitasnya belum ada. (18 Juli 2012)Sesuai menurut Peraturan Daerah Nomor 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan peserta jaminan kesehatan daerah adalah semua warga Kabupaten Halmahera Selatan yang mendaftarkan diri dan keluarganya atau didaftar oleh petugas sebagai peserta ke Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Daerah dengan iuran Jaminan Kesehatan Daerah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh pemerintah dengan membawa Kartu Anggota Peserta Jamkesda, Kartu Keluarga (KK) dan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP).d) Etika dan Moral Dalam Pemberian Pelayanan KesehatanEtika dan moral dalam pemberian pelayanan merupakan bagian yang terpenting dalam memberikan suatu pelayanan yang baik terhadap masyarakat. Assurance atau etika dan moral ini berhubungan dengan sikap atau disposisi yang ditunjukan oleh tenaga pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Jika etika dan moral yang ditunjukan oleh tenaga pelayanan kesehatan baik, maka masyarakat akan merasa puas dengan segala bentuk pelayanan yang diberikan, begitupun sebaliknya. Namun fakta lapangan membuktikan, terdapat beberapa orang yang beranggapan bahwa proses pelayanan kesehatan masih sama adanya sebelum di berlakukannya program Jamkesda dipengaruhi oleh sikap/disposisi dan tingkah laku pemberi pelayanaan kesehatan yang kurang ramah ketika mereka berobat. Walaupun mereka mengakui adanya perubahan dalam manajemen pelayanan. Berikut hasil yang dapat paparkan terkait faktor Disposisi/Sikap yang mencerminkan etik dan moral tenaga kesehatan yang terjadi pada salah satu fasilitas kesehatan di kabupaten halmahera selatan yakni di Puskesmas Labuha. Seperti yang diungkapkan salah seorang pasien pengguna Jamkesda yang ditemui setelah berobat di Puskesmas Labuha. Ibu Rhusnia, berikut penuturannya : Saya tidak mengerti dengan sikap yang di tunjukan perawat tadi, tidak ramah, tidak memandang kami sebagai pasien yang membutuhkan sebuah pelayanan yang baik. Mungkin Perawat tadi menganggap kita berobat di sini gratis, jadi- pelayanan yang diberikan juga pas-passan (7 agustus 2012). Sebelumnya Ibu ini terlihat sedikit ribut dengan salah satu perawat yang melayani rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Labuha. Menurut Keterangan yang saya dapatkan dari perawat yang melayani Ibu Rhusnia tadi : Ibu itu lupa membawa persyaratan untuk rujukan ke Rumah Sakit yang seharusnya persyaratan itu selalu beliau bawa setiap-akanmelakukan rujukan ke Rumah Sakit. Saya hanya menghimbau kepada ibu tadi untuk kembali ke rumah agar bisa mengambil persyaratan yang terlupa tadi, tapi beliau langsung naik pitam dan terjadilah kejadian tadi. Kesalahan bukan dari kami, kami hanya melayani sesuai dengan proses dan ketentuan yang ada. Dari peristiwa yang telah dipaparkan dia atas dapat dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi karena tidak adanya kesadaran dari pengguna jasa Jamkesda, harusnya dia lebih sadar ketika akan melakukan rujukan, segala persyaratan harus di bawa serta. Selain itu, perawat yang pada hakikatnya adalah seorang pemberi pelayanan kesehatan harusnya bersikap lebih sabar dalam menghadapi pasien yang seperti itu. Di lokasi berbeda yaitu di Desa Belang-belang ketika dianalisis kurangnya minat warga Desa Belang-Belang untuk datang berobat di rumah bidan yaitu disebabkan karena faktor ketidakpuasan terhadap sikap yang ditunjukan Bidan desa kepada masyarakat, masyarakat menilai bidan tersebut tidak ramah, dan pilih kasih terhadap masyarakat. Informasi yang didapatkan dari Bapak Badarudin salah satu warga desa belangbelang , mengatakan : kami sudah tidak mau lagi datang berobat di rumah bidan tersebut, kami tidak suka dengan sikapnya, selalu pilih kasih terhadap masyarakat. Yang kami mau, kalau memang bidan tersebut tidak mau kami datang berobat ke rumahnya dengan alasan ketenangan di rumahnya menjadi terganggu, cobalah untuk mendatangi kami setiap kami ada keluhan.Terpaksa jika dia tidak mau melayani, kami harus datang ke Puskesmas Labuha untuk berobat. ( 6 Agustus 2012)Ketika hendak ditemui perawat yang bersangkutan enggan dan menutup rumahnya, jadi penulis tidak dapat mendapatkan sedikitpun keterangan dari perawat tersebut.Peristiwa yang terjadi di desa Belang-belang yang oleh peneliti telah di konfirmasi kepada Kepala Puskesmas Labuha Drg. Prabowo Kaliman, beliau mengatakan : Di Pustu Belang-belang, masyarakat sering mengeluh kekurangan tenaga kesehatan seperti bidan dan dokter. Untuk bidan kami memang mempunyai satu orang bidan desa yang bertugas di sana, tetapi untuk dokter jalan hanya datang berkunjung setiap ada jadwal pemeriksaan kesehatan. Itu yang menjadi masalah kenapa masyarakat desa selalu berobat ke Puskesmas di wilayah Kecamatan Bacan Barat yang berlokasi di desa Bajo atau datang sendiri ke Puskesmas Labuha. Selain itu mereka juga sering mengeluh sikap yang ditunjukan Bidan Desa tersebut. Untuk ketidaknyamanan masyarakat atas sikap bidan tersebut, kami telah berkali-kali memanggil Bidan yang bertugas tersebut dan memberikan pemahaman, tetapi faktanya dia masih berulah. Kami dari pihak Puskesmas Labuha masih harus berkodinasi dengan pihak dinas kesehatan tentang masalah ini.( 7 Agustus 2012) Peristiwa yang terjadi di Desa Belang-Belang, dikarenakan kurangnya etika atau tingkah laku yang diberikan oleh petugas pelayanan kesehatan mengindikasikan bahwa masyarakat akan tertekan dan mencari solusi lain dalam memperoleh suatu pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Solusi yang dimaksud dapat berupa mencari fasilitas kesehatan lain yang diluar desa mereka atau melalui pengobatan traditional. Ini membuktikan belum maksimalnya pemberian layanan kesehatan yang baik bila etika dan tingkah laku dari seorang pemberi layanan tidak baik terhadap masyarakat.e) Kualitas dan Kuantitas Pelayanan KesehatanKabupaten Halmahera Selatan dijadikan sebagai acuan dalam menetapkan suatu pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkelanjutan agar kehidupan masyarakat dikabupaten halmahera selatan memiliki keadaan kesehatan yang baik. Di Kecamatan Bacan Tengah merupakan satu dari keseluruhan wilayah yang ada di kabupaten halmahera selatan yang mempunyai fasilitas kesehatan yang lumayan memadai, mulai dari sarana prasarana sampai kepada sumber daya manusia. Akan tetapi terlepas dari layaknya fasilitas serta tenaga kesehatan yang memadai, perlu lagi ada peningkatan pada kedua kebutuhan masyarakat tersebut kaitannya dengan proses pelayanan kesehatan yang berjangka panjang. Menurut kepala bagian pelayanan kesehatan masyarakat dr. Titin Andriyanti : Terkait dengan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan melalui program Jamkesda dirasa sudah maksimal. Dilihat dari kesiapan pemerintah daerah sebelum dan sesudah kebijakan itu dikeluarkan, kesiapan dari sarana dan prasarana maupun tenaga kesehatan. dan kalau ada yang mengatakan belum maksimal dalam pelaksanaannya mungkin karena kelengkapan fasilitas dan tenaga kesehatan yang belum lengkap membuat anggapan bahwa belum terlalu maksimal, selain itu faktor disposisi atau sikap yang ditunjukan oleh pelayanan kesehatan yang masih menjadi kekurangan dalam pelayanan kesehatan, tetapi sesungguhnya pemerintah daerah telah berusaha semaksimal mungkin dalam proses pelaksanaannya, tetapi dari segi anggaran pemerintah belum terlalu maksimal.(25 juli 2012)Dari penyampaian tersebut, dapat dikatakan bahwa masih terdapat kekurangan pada kualitas pelayanan kesehatan baik dari segi anggaran dan tenagatenaga kesehatan yang bertugas di pulau-pulau terpencil, hal yang demikian membuat sebagian masyarakat lebih memilih alternatif lain untuk mencari dokter ke pulau seberang yang memang ada dokternya. Menurut keterangan yang di dapat dari salah seorang Ibu masyarakat desa belang-belang, Ibu Nahla : kami masyarakat desa belang-belang sangat mengharapkan ada dokter yang tinggal di sini, dokternya hanya datang kalau ada jadwal pemeriksaan kesehatan, terpaksa kami memilih untuk datang berobat di Puskesmas Bajo, di sana ada dokter yang siap melayani keluhan kami atau ke Puskesmas Labuha.(6 Agustus 2012) Kualitas dan kuantitas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan Jamkesda terdapat pada kurangnya ketersediaan tenaga kesehatan di pulau-pulau yang jauh dari dari ibu kota kecamatan, serta sarana dan prasarana kesehatan yang belum mampu melengkapi kekurangan di berbagai wilayah. Hal ini ketika di konfirmasi kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ibu Karima Nasaruddin, S.Si, Apt, mengatakan: Untuk kasus kurangnya tenaga medis di pulau-pulau terpencil, kami telah dengan bijak membagi tenaga-tenaga medis yang di tugaskan di beberapa pulau terpencil di Kabupaten Halmahera Selatan, namun yang menjadi kendala kurangnya tenaga medis seperti dokter yang mau di tempatkan di daerah terpencil seperti itu. Untuk dokter telah ada Dokter yang berstatus PTT.Daerah dan PTT.Pusat yang telah ditempatkan di wilayah-wilayah terpencil, tetapi mereka tidak menetap, ada jadwal kunjungan kesehatan yang diberikan sesuai kontrak kerja yang ada.(26 Juli 2012)Selain masalah ketersediaan SDM dan fasilitas kesehatan yang terkait dengan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, masalah lain yang mempengaruhi jalannya implementasi program Jamkesda ini yaitu Kelengkapan Adiministrasi masyarakat berupa pendistribusian kartu anggota Jamkesda ke beberapa wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan. Pelayanan Kesehatan dengan Sistem Jaminan Kesehatan Daerah adalah merupakan program yang juga bisa disebut dengan Pelayanan Kesehatan Gratis. Syarat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dengan Jamkesda bagi masyarakat Halmahera Selatan yaitu memperoleh kelengkapan administasi seperti Kartu Jaminan Kesehatan daerah. Syarat mutlak untuk memperoleh kartu angoota Jamkesda yaitu masyarakat Halamahera selatan yang hanya terdaftar sebagai peserta Jamkesda dengan melengkapi syarat administrasi seperti KTP dan KK. Seperti yang diungapkan Wakil Direktur Jamkesda, Salim Ali, M.Kes : syarat utama masyarakat Halmahera Selatan memperoleh Jaminan Kesehatan Daerah yaitu dengan memiliki kartu anggota Jamkesda dengan melengkapi syarat administrasi berupa KTP dan KK sebagai bukti administasi bahwa benar adalah masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Halmahera Selatan dan untuk Kartu anggota Jamkesda telah ada, namun yang menjadi kendala adalah pendistribusian kartu kepesertaan tersebut. Masih wilayah yang baru terdistribusi, artinya masih banyak daerah yang belum terbagi kartu Jamkesdanya. (18 Juli 2012)Keterbatasan dalam pembagian kartu peserta Jamkesda bukan sematamata karena kelalaian dari petugas Jamkesda sendiri, akan tetapi dilihat dari kondisi geografis Kabupaten Halmahera Selatan yang merupakan daerah kepulauan, yang memungkinkan pembagian kartu Jamkesda menjadi terhambat di akibatkan karena jarak Ibu kota Kabupaten dengan pulau-pulau tersebut cukup jauh. Keterangan yang peneliti dapatkan dari seorang yang berdomisi di Desa Tabamoy Bapak Muchlis Yusup beliau menyebutkan :yang saya ketahui mengenai Kartu anggota Jamkesda untuk wilayah Desa Tabamoy telah di bagi keseluruh masyarakat melalui petugas desa. Jika memang belum ada yang kebagian, mungkin mereka belum mendaftarkan diri kepada petugas kesehatan (9 Agustus 2012)Dari keterangan tersebut penulis menyimpulkan bahwa pembagian kartu anggota peserta jamkesda telah berjalan meskipun belum terbagi secara keselurahan, dan pembagian kartu anggota Jamkesda ke seluruh masyarakat di kabuapaten halmahera selatan sebagai syarat administrasi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dengan Jaminan Kesehatan Daerah.B. Faktor faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Kebijakan Pemda Kab. Halmahera Selatan Tentang Pelayanan Jamkesda. Dalam pelaksanaan sebuah kebijakan tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, begitupun dengan pelaksanaan kebijakan Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Halmahera Selatan. Sesuai dengan tujuan awal penelitian ini, yaitu hendak melihat bagaimana faktorfaktor pendukung dan faktorfaktor kendala yang dihadapi pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan dalam menjalankan amanat konstitusi negara yakni pelaksanaan pemenuhan hak konstitusional warga negara dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan, akan terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat terhadap pelaksanaan implmentasi Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di Kabupaten Halmahera selatan. Adapun hasil wawancara dan observasi peneliti dapat dijabarkan sebagai berikut :a) Faktor Pendukung1. Tingginya Minat Masyarakat akan Kebutuhan Pelayanan KesehatanMeningkatnya angka partisipasi dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat merupakan faktor yang mendukung jalannya kebijakan pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan. Pada tahun 2011 angka peserta Jamkesda per puskesmas yang berada dikabupaten halmahera selatan mencapai angka 118.602 Pasien, berbanding jauh dari peserta Askes dan Jamkesmas yang masing masing hanya 1905 pasien dan 845 pasien. Ini dipengaruhi oleh tingginya partisipasi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang menggunakan Jamkesda.Sementara untuk peserta Askes mereka lebih tertarik memakai jasa Dokter Keluarga yang dijamin oleh PT. Askes untuk memperoleh kesehatan yang lebih memadai, kalupun itu mereka harus ke Puskesmas, hanya untuk-mengambil rujukan ke Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit di luar Kab. Halmahera Selatan dari keadaan kunjungan rawat jalan di di tiap Puskesmas yang berada Kab. Halmahera Selatan dengan persentase 81%, ini dipengaruhi karena pada kebutuhan akan pelayanan kesehatan meningkat atau bisa dibilang pada tahun Penerapan Perda No. 06 tahun 2007 masih gencargencarnya di terapkan dari mulai program tersebut di canangkan.

2. Kondisi Lingkungan Pelayanan Kesehatan Faktor lingkungan merupakan faktor pendukung selanjutnya dalam kebijakan pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten halmahera selatan. Seperti yang di ketahui, lingkungan merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas maupun balaibalai pengobatan yang berada di kabupaten halmahera selatan. Jika lingkungan yang menjadi tempat pelayanan kesehatan buruk, maka akan mempengaruhi proses pelayanan dan kesehatan masyarakat itu sendiri, begitupun sebaliknya. Berikut pendapat Drg. Faisal Prabowo Kaliman yang menjabat sebagai kepala puskesmas labuha mengenai kondisi lingkungan pelayanan kesehatan di puskesmas labuha, berikut penuturannya : Mengenai kondisi lingkungan dipuskesmas, Alhamdulillah baik di dalam maupun di luar cukup di bilang baik. Namun lingkugan yang berada di luar kiranya masih harus di benahi, tampak rumput hijau yang berada di pekarangan belakang keliatan sangat tidak terawat. Begitupun keadaan lingkungan di dalam Puskesmas, sesuai yang anda lihat sendiri, tampak agak kotor, namun petugas cleaning servis yang bertugas sudah melaksanakan tugas sebagai mana mestinya, tetapi kurangnya kesadaran pegunjung akan lingkungan yang bersih yang membuat tempat ini begitu tampak seperti tidak terawat (7 Agustus 2012)Pernyataan dari kepala Puskesmas tadi menurut peneliti tidak adanya perhatian dari masyarakat untuk mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif sehingga kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas bisa berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Menurut keterangan yang saya dapatkan dari salah seorang pasien di RSUD Labuha, Ibu Boki Isk Alam, beliau menuturkan : Llingkungan sekitar RSUD Labuha harus di benahi, banyak rumput liar yang tumbuh di sekitar puskesmas. Kalau kami pasien di tanya apakah terganggu, kami lumayan merasa terganggu, apalagi dengan keadaan semak belukar yang ada di belakang puskesmas. Harusnya ada perhatian dari pemerintah atau petugas kebersihan puskesmas (7 Agustus 2012) Dari hasil wawancara yang didapatkan, kondisi lingkungan merupakan salah satu faktor pendukung dalam terselenggaranya suatu layanan kesehatan yang nyaman. Lingkungan yang bersih nyaman merupakan bagian dari faktor pendukung kebijakan yang mengedepankan suatu pelayanan kesehatan yang terbaik tehadap masayarakat.b) Faktor Penghambat1. Sumber Daya ManusiaSumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses implementasi suatu program atau kebijakan, dimana tanpa adanya dukungan dari sumber daya yang memadai, baik itu berupa jumlah maupun kemampuan ataupun keahlian implementor. Dalam implementasi suatu kebijakan tentu saja diperlukan pelaksana guna mendukung terlaksananya kebijakan dengan baik. Tanpa adanya personil untuk melaksanakan suatu program, maka kebijakan apapun tidak dapat berjalan dan hanya tinggal sebagai dokumen tanpa -ada realisasinya. Oleh karena itu ketersediaan pelaksana yang cukup berkompetensi dalam mendorong keberhasilan kebijakan tersebut. Seperti diketahui terdapat beberapa kasus yang sebelumnya telah di paparkan oleh peneliti.Pada kenyataannya kondisi ketenagaan atau tenaga kesehatan yang ada di seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Selatan jauh dari apa yang diharapkan. Di beberapa fasilitas kesehatan misalnya di Puskesmas, Pustus dan Polindes Tenaga Kesehatan masih sangat minim. Hanya terdapat 1 orang bidan atau perawat yang bertugas pada salah satu pustu atau polindes sementara jumlah penduduk di satu desa berkisar 525 jiwa atau diperkirakan kurang lebih terdapat 120 KK yang berdomisili di salah satu desa. Kondisi ini menjadi sangat memprihatinkan, yang pada akhirnya masyarakat sering kesulitan kalau bidan atau perawat pada salah satu desa sedang tidak ada di tempat dan ketika mereka sakit, mereka terpaksa lari ke Ibu kota Kecamatan atau ibu kota kabupaten yang berjarak cukup jauh dengan menggunakan alat transportasi darat dan laut .Tidak adanya perawat tambahan yang bertugas di polindes menurut salah seorang warga Bapak Agus Romatora yang kami temui di desa Sumae : kami kesulitan jika seorang anggota keluarga sakit, ketika bidan tidak ada di tempat. Untuk memeriksakan sakit anggota keluarga kami, kami harus ke puskesmas yang ada di Ibu Kota Kecamatan atau lebih dekat lagi kami memeriksakan ke Puskesmas di kecamatan Bacan Barat yang berada di Desa Bajo yang tak jauh dari desa kami, kami mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah daerah agar adanya penambahan petugas kesehatan untuk memudahkan kami mengakses pelayanan kesehatan, sehingga kami tak perlu susah lagi kalau Bidan desa sedang tidak ada di tempat (14 Agustus 2012).Begitupun juga yang diungkapkan salah seorang Informan yang ditemui di desa sumae Bapak At Suraji : di desa kami, hanya terdapat 1 orang bidan desa yang bertugas di sini. Bidan tersebut tidak tinggal di sini, dia berdomisili di desa belang - belang yang berjarak sekitar 20 Km dari desa kami, kalau ada warga yang membutuhkan tenaganya, bidan tersebut dihubungi melalui telpon seluler dan langsung meluncur ke desa kami untuk melakukan pelayanannya (14 Agustus 2012).Menurut keterangan yang didapat dari Kepala Pengembangan Bidang Sumber Daya Manusia Ibu Karima Nasaruddin S.si, Apt : memang untuk kondisi ketenagaan kesehatan di seluruh wilayah Halmahera Selatan cukup memprihatinkan, pemerintah kabupaten melalui dinas kesehatan telah berupaya membuka lowongan bagi sarjana kesehatan untuk dikontrak dan ditempatkan di wilayah kepulauan di Halmahera Selatan, tetapi yang menjadi kendala- adalah sangat minim sarjana kesehatan seperti Dokter, Perawat, Bidan dan sebagainya untuk mendaftar sebagai pegawai kontrak. Namun pemerintah daerah tidak tinggal diam, baru-baru ini dinas kesehatan bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Banten dan Makassar untuk menawarkan kepada alumninya untuk dijadikan sebagai tenaga kontrak di wilayah Halmahera Selatan. Dan Alhamdulillah ada- sekitar 100 orang lebih tenaga kesehatan untuk di tempatkan di wilayah terjauh sebagai petugas kesehatan yang siap melayani. Untuk daerah Sumae, kami masih belum mendapat laporan dari pejabat desa setempat mengenai kondisi tersebut (13 Agustus 2012).Keterangan tersebut di iyakan kepala dinas kesehatan kabupaten halmahera selatan Dr. Musriyono Nabiu M.Kes. yang ditemui dikantornya, menerangkan bahwa : sangat kurangnya tenaga kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Halamahera Selatan khususnya. Terdapat beberapa Pustu dan Polindes yang hanya di huni paling sedikit 1 orang petugas kesehataan, dipengaruhi oleh kurangnya minat sarjana kesehatan yang mau di tugaskan di desa-desa terpencil yang berada diwilayah Kabupaten Halmahera Selatan (15 Agustus 2012).Berdasarkan keterangan dari informan dapat dikatakan di kabupaten halmahera selatan masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan terutama di kecamatan terluar kabupaten dan hal ini merupakan salah satu faktor penghambat yang mempengaruhi proses pelaksanaan terhadap kebijakan pemerintah kabupaten halmahera selatan.2. Sarana dan Prasarana Fasilitas KesehatanDalam aspek sumber daya juga perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program dimaksud. kondisi sarana dan prasarana pada fasilitas kesehatan yang ada di kabupaten halmahera selatan yaitu Puskesmas Pustu dan Polindes. Dari hal tersebut peneliti melihat kurangnya sarana dan prasarana kesehatan memungkinkan terjadinya suatu pelayanan kesehatan masyarakat yang kurang baik.Mengacu pada panyampaian dari Dr. Titin Ariyanti terkait dengan sarana dan prasarana mengatakan : sarana, prasarana serta fasilitas kesehatan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan sudah bisa di katakan cukup, tetapi masih harus ada peningkatan lagi, karena diketahui di Kabupaten Halmahera Selatan hanya terdapat 1 Puskesmas Pelayanan rawat jalan yang berada di setiap Kecamatan, untuk kedepannya Pemerintah Daerah berencana membangun beberapa Puskesmas rawat inap di daerah terpencil untuk memudahkan masyarakat mengakses pelayanan kesehatan di daerah mereka. Sedikit menyinggung di Kabupaten Halmahera Selatan, terdapat 1 unit Malaria Centre yng terdapat di Desa Tomori Kecamatan Bacan Tengah (25 juli 2012). Pendapat serupa diungkapkan Kepala Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan Dr. Musriyono Nabiu. M.Kes :selain kekurangan tenaga medis, di Kecamatan Bacan juga sangat minim sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan lainnya, seperti diketahui untuk Pustu dan Polindes, hanya beberapa desa yang memilikinya, sedangkan alat-alat ksehatan hanya puskesmas yang memilikiny, itupun jauh dari pada standar pelayanan kesehatan(25 juli 2012). Sarana dan prasarana di beberapa fasilitas kesehatan sesuai fakta di lapangan belum terlalu memadai. Terdapat beberapa kekurangan di beberapa desa terkait keberadaan Sumber Daya Manusia dan fasilitas kesehatan. Maka dari itu, peneliti menganggap berlum terpenuhinya Suber Daya Manusia dan Fasilitas kesehatan sebagai faktor penghambat dalam memperoleh suatu layanan kesehatan yang baik dan menyeluruh.3. Akses dalam memperoleh Informasi pelayanan kesehatan Masyarakat dalam memperoleh informasi pelayanan kesehatan di kabupaten halmahera selatan melalui dinas kesehatan dan badan pengelola jamkesda mengacu yang pada peraturan daerah Tentang Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan (Perda No. 06 tahun 2007) telah melakukan sosialisasi atau memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang program jaminan kesehatan daerah yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini sesuai yang tercantum dalam pasal 11 point (2) yang menyebutkan bahwa : Badan Penyelenggra Jaminan Kesehatan Daerah wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan.Adapun hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Wakil Direktur Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Salim Ali M.Kes, sebagai berikut: sosialisasi Perda No. 06 tahun 2007 sudah dilakukan. Sosialisasi tentang pelayanan kesehatan gratis atau Jamkesda sudah di mulai sejak program kebijakan ini kami laksanakan yaitu secara serempak pada tanggal 01 Mei 2006 di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, namun hal ini masih perlu dilakukan karena selama ini masih ada daerah pedesaan yang berada jauh dari pusat kota kabupaten belum mengetahui adanya Perda No. 06 tahun 2007 tentang jamkesda hal-sel ini (18 juli 2012). Tanggapan masyarakat tentang adanya pemberian informasi berupa sosialisasi Perda No 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah, terdapat beberapa orang masyarakat yang mengaku memperoleh informasi akan adanya Perda tersebut. Melalui sosialisasi yang dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan yang dilakukan di desa-desa pada tiap kecamatan yang ada di kabupaten halmahera selatan. Meskipun begitu, terdapat juga beberapa orang masyarakat yang mengaku mengetahui adanya sosialisasi semacam itu.Seperti yang disampaikan oleh bapak Darwis Basrah yang di desa waykion kecamatan gane barat :Saya tidak pernah mengatahui adanya sosialisasi semacam itu, mungkin karena kesibukan saya di kebun, dan ketika saya bertanya tentang apakah Ibu mengetahui tentang adanya Program Jamkesda? beliau mengatakan kalau program Jamkesda saya tau, dari Pemerintah Daerah yang bertujuan memberikan pelayanan dalam hal pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan yang ada di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan yang diberikan ke masyarakat secara gratis (22 Agustus 2012) Pernyataan tersebut juga ditambahkan oleh 2 orang yang ditemui di tempat dan waktu yang berbeda, mengaku belum pernah mengikuti Sosialisasi tentang Perda No. 06 tahun 2007 tentang Jamkesda dengan alasan kesibukan pekerjaanSedangkan, beberapa Informan mengaku telah mengetahui dan mendapatkan sosialisasi adanya Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di semua sarana kesehatan atau tempat berobat yang merupakan bagian dari Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan Seperti yang diungkapkan salah satu informan bernama Bapak Nafis yang berdomisili di Desa Amasing Kali :sosialisai tentang program Jamkesda sudah penah dilakukan di desa Amasing Kali, sosialisasi tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan yang bertempat di kantor Desa Amasing Kali Kec. Bacan Tengah. Pada saat mengetahui adanya kebijakan tersebut, kami merasa bersyukur, kami menilai bahwa adanya perhatian penuh dari Pemerintah Daerah dalam menangani masalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Halmahera Selatan melalui Program Jaminan Kesehatan Daerah (28 Agustus 2012)Pernyataan serupa diungkapkan beberapa informan lain seperti Bapak Herman yang berdomisi di Desa Belang-Belang, Bapak Sakai yang berdomisili di Desa Marabose, Ibu Uly yang berdomisili di Desa Indomut, Ibu Paulina yang berdomisi di Desa Amasing Kota, serta beberapa Informan lain yang mengaku telah mendapatkan sosialisasi Peraturan Daerah No. 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah di desa masing-masing. Dari berbagai keterangan yang didapatkan maka dikatakan bahwa, kendala yang dihadapi dari pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan mengenai jamkesda yang selama ini di berikan dengan mengacu pada Peraturan Daerah No 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah adalah berada pada sumber daya yang berupa tenaga kesehatan yang belum tercukupi, Sarana dan prasaranan pada fasilitas kesehatan yang belum memadai, lingkungan pelayanan kesehatan yang perlu dukungan kesadaran masyrakat, serta akses dalam mendapatkan informasi pelayanan kesehatan yang akan menciptakan suatu pelayanan kesehatan yang terpadu bagi Kabupaten Halmahera SelatanPelaksanaan kebijakan program Jaminan Kesehatan Daerah yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan dalam pelayanan kesehatan masyarakat serta merupakan amanat konstitusi negara di Kabupaten Halmahera Selatan sebagaimana telah diamanahkan dalam Peraturan Daerah No. 06 tahun 2007 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Daerah telah berjalan sebagai mana mestinya. Namun disisi lain masih banyak kekurangan dalam mendukung terciptanya suatu pelayanan yang prima terhadap masyarakat. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kekurangan SDM, sarana dan prasarana, kondisi lingkungan, serta akses untuk mendapatkan informasi yang menjadi faktor yang mempengaruhi kurang efektifnya perjalanan program tersebut. Selain itu hal yang paling utama yakni sikap yang ditunjukan dalam pelayanan kesehatan harus baik sesuai dengan etika dan tanggung jawab profesi yang telah mereka dapatkan selama menempuh pendidikan sebagai tenaga kesehatan.

4. Kesimpulan. 1. Pemenuhan Hak Konstitusional Warga Negara dalam Hal Memperoleh Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah kabupaten halmahera selatan dalam menyikapi amanat konstitusi ini telah membuat suatu kebijakan dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Jaminan Kesehatan Daerah dan Peraturan Bupati Nomor 07 tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi Tata Kerja UPTD Balai Pengelolaan Jaminan Kesehatan Daerah (Bapel Jamkesda) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, 2. Kendala kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pemenuhan hak konstitusional warga negara dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan di Pemda Kab. Hal Sel adalah : a) Keberadaan fasilitas dan tenaga kesehatan yang dianggap masih belum tercukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang memadai. Seperti penambahan jumlah dokter, perawat, bidan serta petugas kesehatan lainnya dan pengadaan Puskesmas Pembantu di beberapa desa yang dianggap jauh dari kecamatan masing-masing b) Faktor Etika dan Moral serta Tanggung Jawab petugas kesehatan yang dinilai sebagian masyarakat masih kurang atau jauh dari harapan lumayan baik.c) Letak wilayah daerah kabupaten halmahera selatan yang merupakan daerah kepulauan merupakan kendala bagi petugas dinas kesehatan dalam membagikan kartu anggota peserta jamkesda dan menyampaikan informasi terkait dengan jamkesda ke masyarakat.5. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan agar :1. Pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan tetap mempertahankan beberapa kebijakan yang terkait pemenuhan hak konstitusional warga negara dalam hal memperoleh pelayanan kesehatan.2. Pemerintah daerah kabupaten halmahera selatan dapat memberikan pembinaan terkait dengan etika dan moral serta tanggung jawab profesi petugas kesehatan yang ditugaskan.3. Dapat meningkatkan cakupan layanan kesehatan, tidak harus bertahan pada pelayanan dasar jenis-jenis layanan kesehatan yang ditawarkan melalui Sistem Jaminan Kesehatan Daerah, namun sangatlah dibutuhkan dan perlu mendapatkan peningkatan jenis jenis layanan kesehatan tersebut.4. Pemerintah kabupaten halamhera selatan dapat meningkatkan bantuan atau menganggarkan biaya yang besar dalam persoalan pelayanan kesehatan di kabupaten halmahrera selatan, mengingat masih minimnya Sarana dan prasaranan pada fasilitas kesehatan yang berada kabupaten halmahera selatan.