Referat SAM

37
Referat Dengue Shock Syndrome Pembimbing: Dr. Martine Natasuria Samual Palawa Saman 11.2012.114

description

ddk

Transcript of Referat SAM

Page 1: Referat SAM

ReferatDengue Shock Syndrome

Pembimbing: Dr. Martine Natasuria

Samual Palawa Saman 11.2012.114

Page 2: Referat SAM

Demam Dengue

Adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue, yang bermanifestasi mulai dari demam hingga syok berat yang dapat berujung ke kematian.

Dibagi: Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue

Page 3: Referat SAM

Menurut WHO, Dengue dibagi menjadi Dengue dengan atau tanpa tanda bahaya dan dengue berat.

Tanda-tanda bahaya pada Dengue berupa:Nyeri atau nyeri tekan abdomen, muntah persisten, terdapat tanda-tanda penumpukan cairan secara klinis, perdarahan mukosa, letargi, gelisah, pembesaran liver > 2 cm, dan secara laboratoris terdapat peningkatan hematokrit yang diikuti dengan penurunan cepat dari trombosit.

Page 4: Referat SAM

Derajat Penyakit DBD (WHO 1997)

Derajat I Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan ialah uji Torniquet

Derajat II Seperti derajat I, disertai perdarah spontan di kulit dan

atau perdarahan lain

Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)

atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin

dan lembab, dan anak tampak gelisah

Derajat IV Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba

dan tekanan darah tidak terukur

Page 5: Referat SAM

EPIDEMIOLOGI

Penyakit utama kedua penyebab dirawat inap pada rumah sakit dengan jumlah kasus sebanyak 156 ribu kasus di seluruh Indonesia dan memiliki case fatality rate (CFR) mencapai 0,87%. Angka CFR ini lebih menurun dibanding tahun 2006 (1,04%) namun kasus DBD yang didapat lebih tinggi dari tahun 2006.

Provinsi yang paling banyak terkena kasus DBD adalah di provinsi Jawa Timur, sedangkan daerah dengan CFR tertinggi adalah di provinsi Maluku (16,67%).

Page 6: Referat SAM

ETIOLOGI Demam Dengue dan demam berdarah Dengue

disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4.

Infeksi terhadap satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain terserbut.

Serotipe Den-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinik yang berat.

Page 7: Referat SAM

Cara Penularan Terdapat tiga faktor yaitu manusia, virus, dan

vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain juga dapat menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.

Nyamuk Aedes tersebut dapat mengundang virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incbation period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Page 8: Referat SAM

Cara Penularan Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat

ditularkan kepada telurnya (transovarian transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).

Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 haru (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit.

Page 9: Referat SAM

Gejala Klinis Setelah masa inkubasi, terjadi gejala prodromal.

Tanda khas dari DD adalah peningkatan suhu mendadak, kadang-kadang disertai menggigil, nyeri kepala, dan flushed face (muka kemerahan).

Dalam 24 jam terasa nyeri di belakang mata terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata ditekan, fotofobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah anoreksia, konstipasi, nyeri perut/kolik, nyeri tenggorokan, dan depresi (biasanya terdapat pada pasien demam).

Page 10: Referat SAM

Gejala Klinis Gejala klinis DBD diawali dengan demam

mendadak, disertai dengan muka kemerahan (flushed face) dan gejala klinis lain yang tidak khas, menyerupai gejala demam dengue, seperti anoreksia, muntah, nyeri kepala, dan nyeri pada otot dan sendi.

Gejala lain yaitu perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkungan iga kanan, kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut.

Page 11: Referat SAM

Gejala Klinis Gejala demam pada DBD awalanya didahului oleh

demam tinggi yang mendadak, terus menerus, berlangsung 2-7 hari, naik turun tidak mempan dengan obat antipiretik.

Akhir fase demam merupakan fase kritis pada DBD. Pada saat fase demam mulai cenderung menurun dan pasien tampak seakan sembuh, hati-hati karena fase tersebut dapat sebagai awal kejadian syok.

Biasanya pada hari ketiga dari demam. Hari ke 3,4,5 adalah fase kritis yang harus dicermati pada hari ke 6 dapat terjadi syok. Kemungkinan terjadi perdarahan dan kadar trombosit sangat rendah (<20.000/µl).

Page 12: Referat SAM

Pem. Penunjang pada Dengue

• Awalnya jumlah leukosit normal, tapi biasa menurun dengan dominasi sel neutrofil. Pada akhir fase demam, jumlah leukosit dan sel neutrofil bersama-sama menurun hingga jumlah sel limfosit secara relatif meningkat.

• Pada umumnya trombositopeni terjadi sebelum adanya peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit <= 100.000/µl biasanya ditemukan antara hari sakit ketiga sampai ketujuh

• Peningkatan kadar hematokrit

Pem. Hematologi

Page 13: Referat SAM

• Pemeriksaan radiologis pada pasien DBD derajat III/IV dan sebagian derajat II didapatkan efusi pleura, terutama di sebelah hemithoraks kanan.

• Asites dan efusi pleura dapat dideteksi dengan pemeriksaan ultra sonografi.

Pem. Radiologis

• Uji hemaglutinasi inhibisi (HI), komplemen fiksasasi (Complement Fixation Test CFT), uji neutralisasi, IgM ELISA (Mac Elisa) dan IgG Elisa. Untuk pemeriksaan IgM ELISA sebaiknya dilakukan pada hari ke-4 dan ke-5 infeksi virus dengue.

Pem. Serologis

Page 14: Referat SAM

Pilihan laboratori diagnostik pada pasien curiga Dengue

Page 15: Referat SAM

Patogenesis

Hipotesis infeksi sekunder

(secondary heterologous

infection theory)

Hipotesis immune

enhancement

Page 16: Referat SAM

Hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory)

Pasien mengalami

infeksi kedua dengan

serotipe yang heterolog

Ab heterolog mengenal

virus tersebut, membentuk

kompleks Ag-Ab

Berikatan dengan

reseptor Fc dari membran

leukosit terutama makrofag

Page 17: Referat SAM

Hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection theory)

Virus tidak dinetralisir dalam sel,

terjadi replikasi dalam sel

makrofag – terjadi ADE

Sekresi mediator vasoaktif

Peningkatan permeabilitas

pembuluh darah

Page 18: Referat SAM

Diagnosa Banding

Leukemia

Infeksi Bakteri

Demam Chikungun

ya

ITP

Page 19: Referat SAM

Penatalaksanaan Demam Dengue

Tirah baring

Obat antipiretik, kompres hangat

Pemberian paracetamo

l. Asetosal/sali

silat kontraindika

si

Pemberian cairan dan elektrolit per oral

Monitor shu, jumlah

trombosit dan Ht

sampai fase konvalesen

Page 20: Referat SAM
Page 21: Referat SAM
Page 22: Referat SAM

Penatalaksanaan DBD Fase Demam –

Tatalaksana DBD fase demam tidak berbeda dengan tatalaksana DD, bersifat simtomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.

Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat mengurangi lama demam pada DBD.

Steroid tidak memperpendek lamanya penyakit atau memperbaiki prognosis pada anak yang mendapat terapi pendukung (suportif) yang teliti.

Page 23: Referat SAM

Penggantian Volume Plasma Dasar pengobatannya adalah penggantian

volume plasma yang hilang. Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam

pertama, sedangkan pada kasus syok mungkin lebih sering (setiap 30-60 menit). Tetesan dalam 24-28 jam berikutnya harus selalu disesuaikan dengan tanda vital, kadar hematokrit, dan jumlah volume urin.

Penggantian volume cairan harus adekuat, seminimal mungkin mencukupi kebocoran plasma. Secara umum volume yang dibutuhkan adalah jumlah cairan rumatan ditambah 5-8%.

Page 24: Referat SAM

Penggantian Volume Plasma Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari

derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam larutan NaCl 0,45%. Bila terdapat asidosis, diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2 ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.

Apabila terdapat hemokonsentrasi 20% atau lebih maka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma.

Page 25: Referat SAM

Kebutuhan cairan rumatan Pasien harus dirawat dan segera diobati bila

dijumpai tanda-tanda syok!

Berat Badan

(Kg)

Jumlah Cairan

(ml)10 100/kgBB

10-20 1000 + 50 x kg ( BB >

10)

>20 1000 + 20 x kg (BB >

20)

Page 26: Referat SAM

Sindrom Syok Dengue Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan

pengganti adalah pengobatan yang utama yang berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan cepat mengalami syek dansembuh kembali bila diobati segera dalam 48 jam.

Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur dan tekanan nadi < 20 mm Hg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam seiama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kgBB.

Page 27: Referat SAM

Penggantian Volume Plasma Segera Pengobatan awal cairan intravena larutan

ringer laktat >20 ml/kgBB. Tetesan diberikan secepat mungkin maksimal 30 menit. Bila tidak ada perbaikan pemberian cairan kristoloid ditambah cairan koloid.

Apabila syok belum dapat teratasi setelah 60 menit beri cairan kristaloid dengan tetesan 10 ml/kgBB/jam bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid dan beri cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kgBB/jam. Pada umumnya pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kgBB..

Page 28: Referat SAM

Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma

Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, dibandingkan nilai Ht sebelumnya. Jumlah urin/ml/kg BB/jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaaan sirkulasi membaik.

Pada umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam syok teratasi.

Page 29: Referat SAM

Koreksi Gangguan Metabolik dan Elektrolit Hiponatremia dan asidosis metabolik sering

menyertai pasien DBD/SSD, maka analisis gas darah dan kadar elektrolit harus selalu diperiksa pada DBD berat.

Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dan dilakukan koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahan sebagai akibat KID, tidak akan tejadi sehingga heparin tidak diperlukan.

Page 30: Referat SAM

Pemberian Oksigen Terapi oksigen 2 liter per menit harus selalu

diberikan pada semua pasien syok. Dianjurkan pemberian oksigen dengan mempergunakan masker, tetapi harus diingat pula pada anak seringkali menjadi makin gelisah apabila dipasang masker oksigen.

Page 31: Referat SAM

Transfusi Darah Pemeriksaan golongan darah cross-matching

harus dilakukan pada setiap pasien syok, terutama pada syok yang berkepanjangan (prolonged shock). Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi perdarahan yang nyata.

Kadangkala sulit untuk mengetahui perdarahan interna (internal haemorrhage) apabila disertai hemokonsentrasi.

Pemberian darah segar dimaksudkan untuk mengatasi pendarahan karena cukup mengandung plasma, sel darah merah dan faktor pembesar trombosit.

Page 32: Referat SAM

MonitoringTanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah:

Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.

Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan klinis pasien stabil.

Setiap pasien harus mempunyai formulir pemantauan, mengenai jenis cairan, jumlah, dan tetesan, untuk menentukan apakah cairan yang diberikan sudah mencukupi.

Jumlah dan frekuensi diuresis.

Page 33: Referat SAM

Kriteria Memulangkan Pasien Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini :

Tampak perbaikan secara klinis Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan

oleh efusi pleura atau asidosis) Hematokrit stabil Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/pl Tiga hari setelah syok teratasi Nafsu makan membaik

Page 34: Referat SAM

Komplikasi Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopato dengue diduga terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan, disfungsi hati, udem otak, perdarahan kapiler serebral, gangguan metabolik seperti hipoksemia atau hiponatremia serta trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular diseminata (KID).

Kelainan GinjalGagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.

Page 35: Referat SAM

Komplikasi Udem Paru

Udem pari adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan yang berlebihan (overload).

Page 36: Referat SAM

Prognosis Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD

dirawat di ruang perawatan biasa. Bila tidak disertai renjatan dalam 24 – 36 jam, biasanya prognosis akan menjadi baik.

Penyebab kematian demam berdarah dengue cukup tinggi yaitu 41,5 %. penderita dengan syok, tetapi dengan perawatan intensif yang cukup kematian akan kurang dari 2%. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin penderita demam berdarah dengue, tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada anak perempuan daripada laki – laki.

Ketahanan hidup secara langsung terkait dengan manajemen awal dan intensif.

Page 37: Referat SAM

TERIMA KASIH