jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

10
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Semirata 2013 FMIPA Unila |83 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA 5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Mariani Natalina, Imam Mahadi, Anisa Carolina Suzane Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing pada kelas XI IPA 5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober - November 2011. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 5 SMAN 5 Pekanbaru yang berjumlah 36 orang. Parameter yang diukur adalah sikap ilmiah siswa yang terdiri dari 7 indikator dan hasil belajar siswa yang terdiri dari daya serap dan ketuntasan belajar siswa secara individual,. Rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 65.65%(cukup) meningkat pada siklus II dengan rata-rata sikap ilmiah yaitu 82.04% (baik). Daya serap siswa pada siklus I yaitu 75.81% (kurang) meningkat menjadi 81.83% (cukup). Ketuntasan belajar siswa dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada siklus I yaitu 52.78% (tuntas) meningkat pada siklus II menjadi 75% (tuntas). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Kata kunci: Inkuiri terbimbing, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar Biologi. PENDAHULUAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing- masing satuan pendidikan. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan. Dalam penyusunannya KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi (Mulyasa, 2007). SMA Negeri 5 Pekanbaru merupakan salah satu SMA di Pekanbaru yang telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana dalam penerapannya siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran namun berdasarkan observasi di SMA Negeri 5 Pekanbaru diperoleh informasi bahwa siswa cenderung pasif, tidak berani mengungkapkan pendapat, malu bertanya, sehingga kurangnya interaksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas, namun hanya beberapa siswa saja yang mengerjakan tugas tersebut, sementara yang lain tidak. Ini menandakan bahwa sikap kerjasama, toleransi, rasa keingintahuan dan tanggung jawab siswa dalam kelompok masih kurang. Siswa juga cenderung masih kurang teliti dan ceroboh dalam mengerjakan tugas dan sering

Transcript of jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Page 1: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |83

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK

MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5

PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

Mariani Natalina, Imam Mahadi, Anisa Carolina Suzane

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi

siswa dengan penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing pada kelas XI IPA5 SMAN

5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober -

November 2011. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru yang

berjumlah 36 orang. Parameter yang diukur adalah sikap ilmiah siswa yang terdiri dari 7

indikator dan hasil belajar siswa yang terdiri dari daya serap dan ketuntasan belajar siswa

secara individual,. Rata-rata sikap ilmiah pada siklus I yaitu 65.65%(cukup) meningkat pada

siklus II dengan rata-rata sikap ilmiah yaitu 82.04% (baik). Daya serap siswa pada siklus I

yaitu 75.81% (kurang) meningkat menjadi 81.83% (cukup). Ketuntasan belajar siswa dilihat

dari nilai ulangan harian siswa pada siklus I yaitu 52.78% (tuntas) meningkat pada siklus II

menjadi 75% (tuntas). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan penerapan model

pembelajaran Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar biologi

siswa kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011/2012.

Kata kunci: Inkuiri terbimbing, Sikap Ilmiah, Hasil Belajar Biologi.

PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-

masing satuan pendidikan. KTSP

merupakan paradigma baru pengembangan

kurikulum yang memberikan otonomi luas

pada setiap satuan pendidikan. Dalam

penyusunannya KTSP jenjang pendidikan

dasar dan menengah mengacu kepada

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi

untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah, dan peraturan menteri

pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006

tentang standar kompetensi (Mulyasa,

2007).

SMA Negeri 5 Pekanbaru merupakan

salah satu SMA di Pekanbaru yang telah

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), dimana dalam

penerapannya siswa dituntut untuk lebih

aktif dalam proses pembelajaran namun

berdasarkan observasi di SMA Negeri 5

Pekanbaru diperoleh informasi bahwa siswa

cenderung pasif, tidak berani

mengungkapkan pendapat, malu bertanya,

sehingga kurangnya interaksi baik antara

guru dengan siswa maupun siswa dengan

siswa. Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok untuk menyelesaikan tugas,

namun hanya beberapa siswa saja yang

mengerjakan tugas tersebut, sementara yang

lain tidak. Ini menandakan bahwa sikap

kerjasama, toleransi, rasa keingintahuan dan

tanggung jawab siswa dalam kelompok

masih kurang. Siswa juga cenderung masih

kurang teliti dan ceroboh dalam

mengerjakan tugas dan sering

Page 2: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

84|Semirata 2013 FMIPA Unila

mengumpulkan tugas tidak tepat pada

waktunya. Sikap ini menunjukkan bahwa

kecermatan bekerja dan disiplin siswa

masih kurang.

Rendahnya sikap ilmiah siswa terhadap

pembelajaran biologi ini dikarenakan proses

pembelajaran yang diterapkan selama ini

lebih mengutamakan hasil belajar, sehingga

nilai-nilai sikap ilmiah siswa kurang

mendapat perhatian.Sikap ilmiah tersebut

mengakibatkan hasil belajar siswa rendah,

hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa

yaitu 67.36. Hasil belajar siswa kurang

memuaskan, karena tidak semua siswa yang

mencapai nilai KKM 78 yang sudah

ditetapkan oleh sekolah sehingga perlu

usaha perbaikan agar siswa dapat bersikap

ilmiah dalam proses pembelajaran yang

pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Penyebab rendahnya nilai rata-rata hasil

belajar karena metode yang digunakan

selama ini hanyalah metode ceramah yang

cenderung monoton. Guru cenderung

melaksanakan pembelajaran dengan strategi

yang kurang bervariasi dan tidak

menerapkan model pembelajaran inovatif

sehingga pembelajaran pada umumnya

masih terpusat pada guru dan tidak semua

siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

Guru kurang membimbing siswa untuk

memperoleh pengetahuan secara mandiri,

siswa terbiasa menerima pengetahuan yang

disampaikan guru, siswa tidak mampu

menemukan konsep melalui

pengalamannya sendiri yang berpengaruh

pada sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

Sikap ilmiah dan hasil belajar siswa

dapat meningkat apabila guru memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada siswa

dalam melakukan kegiatan-kegiatannya

sehingga dapat membangkitkan minat

siswa, meningkatkan rasa ingin tahu siswa

dengan menggunakan berbagai macam

model pembelajaran, mendorong siswa

berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

aktif mengolah informasi dan terhindar dari

cara belajar menghafal. Salah satu alternatif

untuk pemecahan masalah tersebut adalah

dengan menggunakan model pembelajaran

inkuiri terbimbing.

Menurut Lestari (2009), Pembelajaran

melalui inkuiri terbimbing mengarahkan

siswa untuk menemukan konsep-konsep

sains sendiri. Artinya, siswa tidak hanya

pasif sebagai penerima konsep, melainkan

aktif untuk menemukan suatu konsep. Hal

ini sesuai dengan pendekatan

konstruktivisme yang menyatakan bahwa

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

saja dari pikiran guru ke pikiran siswa.

Pembelajaran yang mengacu kepada teori

belajar konstruktivisme lebih memfokuskan

pada kesuksesan siswa dalam

mengorganisasikan pengalaman mereka.

(Iskandar, 2009).

Berdasarkan permasalahan tersebut

penulis tertarik untuk menerapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided

Inquiry). Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar

biologi siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 5

Pekanbaru dengan penerapkan model

pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided

Inquiry).

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan di SMA Negeri 5 Pekanbaru

pada bulan oktober sampai november 2012.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas XI IPA5 tahun ajaran 2011/2012

dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri

dari 18 orang laki – laki dan 18 orang

perempuan.

Parameter dan Instrumen penelitian dalam

penelitian ini terdiri atas :

1. Sikap ilmah dalam proses pembelajaran

meliputi tanggung jawab, keingintahuan,

kerjasama, teliti, disiplin, toleransi, dan

Page 3: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |85

percaya diri diamati dengan

menggunakan lembar observasi.

2. Hasil belajar meliputi daya serap dan

ketuntasan belajar dengan menggunakan

tes tertulis

Prosedur penelitian terdiri dari empat

tahapan utama penelitian tindakan kelas

yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan

refleksi.

Tahap Perencanaan

Menetapkan kelas, jadwal dan jumlah

siklus. Menetapkan materi dan media dalam

proses pembelajaran yaitu

Siklus I. Jaringan Hewan (2 kali pertemuan)

Siklus II. Sistem Gerak (4 kali pertemuan)

Menyusun perangkat pembelajaran,

meliputi : Silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar post test dan

ulangan harian siswa, Lembar observasi

sikap ilmiah siswa.

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan proses pembelajaran

dilaksanakan siswa dengan lima tahapan

model pembelajaran inkuiri terbimbing

yaitu:

Penyajian masalah

Pengumpulan data

Penyajian data

Menarik kesimpulan

Analisis terhadap proses inkuiri

Tahap Observasi

Tahap observasi dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan untuk

mengamati sikap ilmiah siswa dalam proses

pembelajaran. Tahap Refleksi

Perolehan data pada setiap pertemuan

pada siklus I dianalisis bersama oleh semua

anggota tim peneliti, hasilnya dijadikan

acuan untuk melakukan perbaikan tindakan

pada siklus II.

Teknik Analisa Data

Analisa deskriptif meliputi sikap ilmiah

siswa dan hasil belajar. Sikap ilmiah siswa

diamati dengan menggunakan lembar

observasi, data hasil observasi

dikelompokkan berdasarkan kategori

sebagai berikut: 86 – 100 = sangat baik, 76

– 85 = baik, 60 – 75 = cukup, dan <59 =

kurang. Hasil belajar siswa dinilai dari

siklus I dan siklus II dengan menggunakan

kriteria sebagai berikut: 94 – 100 = sangat

baik, 86 – 93 = baik, 78 – 85 = cukup, dan

<78 = kurang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sikap Ilmiah

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah Siswa

Untuk Setiap Pertemuan

Data sikap ilmiah siswa melalui

penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing tiap pertemuan pada siklus I

dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sikap ilmiah siswa pada siklus I dan siklus II setelah penerapan model pembelajaran

Inkuiri Terbimbing N

o

Kategori Siklus I Rata

-rata

Siklus II Rata

-rata Pertemuan Pertemuan

1 2 1 2 3 4

1 A - 1(2.86) 7(20.00) 11(31.43) 17(47.22) 17(47.22)

2 B 1(2.78) 6(17.14) 8(22.86) 10(28.57) 13(36.11) 14(38.89)

3 C 23(63.89) 22(62.86) 19(54.29) 14(40.00) 4(11.11) 4(11.11)

4 K 12(33.33) 6(17.14) 2(2.86) 0(0) 2(5.56) 1(2.78)

Rata-rata(%) 62.00 69.29 65.6

5

78.16 82.55 85.42 86..61 82.0

4

Kategori C C C B B B A B

Keterangan:

A : Sangat Baik

B : Baik

Page 4: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

86|Semirata 2013 FMIPA Unila

C : Cukup

K : Kurang

Dari tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa

rata-rata sikap ilmiah siswa mengalami

peningkatan pada setiap pertemuan, dimana

pada siklus I rata-rata sikap ilmiah siswa

yaitu sebesar 65.65% (cukup) meningkat

menjadi 82,04% (baik). Meningkatnya

sikap ilmiah dari kategori cukup ke baik

karena inkuiri terbimbing melatih siswa

melakukan penyelidikan fenomena alam,

menggunakan latar belakang pengetahuan

dan pengalaman. Para siswa mengajukan

pertanyaan, memecahkan masalah, dan

menemukan jawaban atau generalisasi.

Menurut Staver dan Teluk dalam Colburn

(1997) inquiri terbimbing memberikan

suatu masalah untuk dipecahkan, bahan

yang diperlukan, tetapi bukan hasil yang

diharapkan. Siswa dapat menemukan

hubungan dan generalisasi dari data yang

dikumpulkan.

Prayitno dalam Noerhaidan (2008),

mengemukakan bahwa dalam proses

pembelajaran melalui kegiatan inkuiri

terbimbing, siswa perlu dimotivasi untuk

mengembangkan keterampilan-

keterampilan inkuiri sehingga dapat

menghasilkan sikap ilmiah seperti

menghargai gagasan orang lain, terbuka

terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur

dan kreatif.

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah Siswa

Untuk Setiap Indikator

Data hasil observasi diperoleh rata-rata

persentase sikap ilmiah siswa selama 2

siklus untuk setiap indikator dapat dilihat

pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Sikap Ilmiah Siswa Melalui Penerapan model pembelajaran Inkuiri

Terbimbing Setiap Indikator

Aspek

Siklus I Rata-

rata (%)

Ke

t

Siklus II Rata-

rata

(%)

Ket Pertemuan Pertemuan

1 2 1 2 3 4

I 63.19 66.43 64.81 C 78.57 80.00 80.56 84.72 80.96 B

II 53.47 60.00 56.74 K 75.00 78.57 83.33 81.94 79.71 B

III 65.28 75.71 70.50 C 82.14 85.71 88.89 91.67 87.10 A

IV 61.81 69.29 65.55 C 79.29 80.56 84.72 84.03 82.15 B

V 67.36 75.71 71.54 C 80.71 85.71 90.97 91.67 87.27 A

VI 69.44 78.57 74.01 C 80.00 85.71 88.89 90.28 86.22 A

VII 53.47 59.29 56.38 K 71.43 79.29 80.56 81.94 78.31 B

Rata-

rata 61.90 69.29 65.60 C 78.16 82.22 85.42 86.61 83.10 B

Kategori C C C

B B B A B

Keterangan:

I : Tanggung jawab A : Sangat Baik

II : Keingintahuan B : Baik

III : Kerjasama C : Cukup

IV : Teliti K : Kurang

V : Disiplin

VI : Toleransi

VII : Percaya diri

Page 5: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |87

Dari tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa

rata-rata persentase sikap ilmiah

berdasarkan indikator mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II. Rata-

rata indikator sikap ilmiah yang pertama

yaitu tanggung jawab, dimana rata-rata

pada siklus I adalah 64.81 % (cukup)

meningkat menjadi 83.10 % (baik). Pada

indikator tanggung jawab yang menjadi

acuan adalah sikap siswa untuk dapat

bertanggung jawab atas semua pekerjaan

yang dilakukannya.

Rata-rata persentase sikap ilmiah pada

indikator keingintahuan pada siklus I adalah

56.74 % (kurang), kemudian meningkat

menjadi 79.71 % (baik).

Pada hakekatnya siswa memiliki rasa

keingintahuan yang tinggi. Hal ini perlu

dimanfaatkan guru untuk memotivasi siswa

untuk mengajukan pertanyaan. Menurut

Udin dalam Paidi (2010) strategi inkuiri

terbimbing merupakan pembelajaran yang

mengajak siswa untuk mengembangkan

rasa ingin tahu atau objek – objek yang

dipelajari dan memberikan peluang bagi

siswa untuk menemukan sendiri jawaban

dipertanyaan / keingintauannya itu.

Rata-rata persentase sikap ilmiah pada

indikator kerjasama pada siklus I adalah

70.50 % (cukup), kemudian meningkat

menjadi 87.10 % (sangat baik). Inkuiri

terbimbing pada dasarnya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk

bekerjasama dalam membangun

pemahaman dan keterampilannya.

Rata-rata persentase sikap ilmiah pada

indikator ketelitian dan kecermatan pada

siklus I adalah 65.55 % (cukup), kemudian

meningkat menjadi 82.15 % (baik). Hal ini

menunjukkan bahwa ketelitian dan

kecermatan dalam bekerja mengalami

peningkatan. Dimana terlihat siswa semakin

teliti dan cermat dalam mengerjakan soal-

soal LKS. Menurut Ergul, et al (2011)

inkuiri terbimbing melibatkan siswa dalam

proses belajar yang ilmiah layaknya

seorang ilmuwan, memecahkan

permasalahan dengan observasi,

mengumpulkan data secara cermat dan

akurat. Siswa yang terlatih dengan model

inkuiri terbimbing akan lebih tinggi tingkat

ketelitiannya untuk memahami berbagai

konsep secara aktif sebagai usaha

memuaskan rasa ingin tahunya.

Rata-rata persentase sikap ilmiah pada

indikator disiplin pada siklus I adalah 71.54

% (cukup), kemudian meningkat menjadi

87.27% (sangat baik).

Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa

pada indikator sikap toleransi pada siklus I

adalah 74.01 % (cukup), kemudian pada

siklus II meningkat menjadi 86.22 %

(sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa

siswa mampu bertoleransi terhadap teman

kelompoknya dengan baik. Siswa memiliki

cara pandang yang berbeda melihat suatu

permasalahan. Cara pandang yang berbeda

membuat siswa memiliki pendapat yang

berbeda pula. Dalam banyaknya perbedaan

siswa mampu menunjukkan sikap

menghargai pendapat maupun jawaban

yang berbeda.

Rata-rata persentase sikap ilmiah siswa

pada indikator sikap percaya diri pada

siklus I yaitu 56.38 % (kurang), kemudian

meningkat pada siklus II menjadi 78.31 %

(baik). Menurut Sanjaya (2007) strategi

inkuiri melibatkan seluruh aktivitas siswa

yang diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari suatu

yang dipertanyakan sehingga diharapkan

dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

Hasil Belajar

Hasil Belajar Siswa Dilihat dari Nilai

Postest dan Ulangan Harian

Daya serap siswa pada siklus I dapat

dilihat pada tabel 3.

Page 6: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

88|Semirata 2013 FMIPA Unila

Tabel 3. Daya Serap Siswa Pada Siklus I setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dari Nilai Post Test dan Ulangan Harian Pada Siswa Kelas XI IPA5 SMAN

5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011-2012

No Interval Kategori Pertemuan UH 1

Jumlah (%) Post test 1

Jumlah (%)

Post test 2

Jumlah (%)

1 94 -100 Sangat baik - - -

2 86 – 93 Baik 3(8.33) 4(11.43) 3(8.33)

3 78 -85 Cukup 10(27.78) 15(42.86) 16(44.44)

4 < 78 Kurang 23(63.89) 16 (45.71) 17(47.22)

Jumlah siswa 36 35 36

Rata-rata 70.83 75.00 75.81

Kategori K K K

Keterangan:

K : Kurang

Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa

daya serap siswa siklus I setelah penerapan

pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami

peningkatan pada setiap kali pertemuan.

Rata-rata nilai ulangan harian sebelum

penerapan model inkuiri terbimbing adalah

67.36 kemudian pada siklus I meningkat

menjadi 75.81. Peningkatan ini karena

inkuiri terbimbing mendorong siswa secara

aktif menggali pengetahuannya sendiri

sehingga siswa dapat menjadi pribadi yang

aktif, mandiri, serta terampil dalam

memecahkan masalah berdasarkan

informasi dan pengetahuan yang mereka

dapatkan. Inkuiri terbimbing memberikan

siswa pengalaman yang nyata dan aktif

sehingga siswa dapat mengaitkan konsep

yang dasar yang sudah ada dengan konsep

baru berdasarkan pemahamannya sendiri.

Siswa menjadi memiliki pemahaman yang

lebih terhadap konsep yang dipelajari

melalui model inkuiri terbimbing. Menurut

Tursinawati (2012), yang menyatakan

strategi pembelajaran inkuiri mendorong

siswa berperan aktif, kreatif dan berfikir

kritis terhadap proses pengamatan –

pengamatan siswa sehingga pembelajaran

akan semakin bermakna.

Untuk mengetahui daya serap siswa

setelah penerapan pembelajaran inkuiri

terbimbing pada siklus II dapat dilihat pada

tabel 4.

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat

daya serap siswa setelah penerapan

pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami

peningkatan pada setiap pertemuan. Bila

dibandingkan nilai ulangan harian pada

siklus I 75.81 (kurang), ulangan harian pada

siklus II mengalami peningkatan yaitu

81.83 (cukup). Model pembelajaran inkuiri

terbimbing memberi stimulus kepada siswa

dengan menyajikan suatu permasalahan

yang berhubungan dengan fenomena yang

terjadi di kehidupan nyata. Siswa berusaha

mendapatkan jawaban dari proses berpikir

yang dialami serta memberikan tantangan

kepada siswa (Furtak, 2006).

Page 7: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |89

Tabel 4. Daya Serap Siswa Pada Siklus II setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing dari Nilai Post Test dan Ulangan Harian di Kelas XI IPA5 SMAN 5

Pekanbaru Tahun Ajaran 20011-2012

N

o

Interval

Kategori

Pertemuan

UH 2

Jumlah (%)

Post test

1

Jumlah

(%)

Post test

2

Jumlah

(%)

Post test

3

Jumlah

(%)

Post test

4

Jumlah

(%)

1 94 -100 Sangat baik - - 2(5.56) 4(11.11) 1(2.78)

2 86 – 93 Baik 5(14.29) 8(22.86) 9(25) 14(38.89) 10(27.78)

3 78 -85 Cukup 13(37.14) 15(42.86) 10(27.28) 10(27.28) 16(44.44)

4 < 78 Kurang 17(48.57) 12(34.29) 15(41.67) 8(22.22) 9(25.00)

Jumlah siswa 35 35 36 36 36

Rata-rata 74.57 78.29 77.22 84,00 81.83

Kategori K C K C C

Keterangan:

A : Sangat Baik

B : Baik

C : Cukup

K : Kurang

Ketuntasan Belajar Siswa Berdasarkan

Nilai Ulangan Harian I dan Ulangan Harian

II Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing

Ketuntasan belajar siswa secara

individual pada siklus I dan siklus II setelah

penerapan model pembelajaran inkuiri

terbimbing dilihat pada tabel 5.

Pada tabel 5 dapat dilihat ketuntasan

belajar siswa setelah penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami

peningkatan pada setiap siklus. Rata-rata

ketuntasan belajar siswa secara individual

pada siklus 1 yaitu 75.81, siswa yang tuntas

sebanyak 19 orang (52.78 %) orang dan

siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 orang

(47.22 %).

Pada siklus II ketuntasan belajar siswa

mengalami peningkatan dibandingkan

dengan nilai ulangan pada siklus I. dimana

jumlah siswa yang tuntas meningkat

menjadi 27 orang (75 % ) dan siswa yang

tidak tuntas menjadi 9 orang (25 %).

Kenaikan siswa yang tuntas dari siklus I ke

siklus II menjadi tuntas sekitar 50%.

Pembelajaran inkuiri terbimbing pada

umumnya menekankan pada pertanyaan-

pertanyaan dan ide-ide yang

memotivasi siswa untuk ingin mempelajari

lebih lanjut dan menciptakan cara untuk

berbagi apa yang telah mereka pelajari dan

membuat siswa berpikir lebih tinggi dan

belajar dengan fokus intervensi instruktif

pada setiap tahap proses penyelidikan.

Inkuiri terbimbing akan membuat siswa

siap akan menghadapi berbagai masalah

yang muncul dan mereka perlu untuk

menerapkan pengetahuan dan

pemahaman mereka dengan situasi dunia

nyata (Ketpichainarong, 2009).

Page 8: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Mariani Natalina, dkk : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR

BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA5 SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012

90|Semirata 2013 FMIPA Unila

Tabel 5. Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Setelah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing di Kelas XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran 2011-2012

Siklus

Pertemuan

Nilai Rata-

Rata

Ketuntasan belajar

Tuntas

Jumlah (%)

Tidak Tuntas

Jumlah (%)

Ulangan Harian

I 75,81 19 (52.78) 17 (47.22)

Ulangan Harian

II 81.83 27(75.00) 9 (25.00)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang

telah dilaksanakan dapat disimpulkan sikap

ilmiah siswa mengalami peningkatan dari

siklus 1 ke siklus II. Rata-rata sikap ilmiah

pada siklus 1 yaitu 65.65 % (cukup) dan

pada siklus II meningkat menjadi 82.04 %

(baik). Daya serap pada siklus I adalah

75.81 % (kurang) dan pada siklus II dari

nilai ulangan harian meningkat menjadi

adalah 81.83 % (cukup). Ketuntasan belajar

siswa pada siklus I yaitu 52.78 % dengan

nilai rata-rata 75,81% dan pada siklus II

meningkat menjadi 75 % dengan nilai rata-

rata 81.83%. Model pembelajaran inkuiri

terbimbing dapat meningkatkan sikap

ilmiah dan hasil belajar biologi siswa kelas

XI IPA5 SMAN 5 Pekanbaru Tahun Ajaran

2011/2012.

Model pembelajaran inkuri terbimbing

dapat dijadikan salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat membangun sikap

ilmiah siswa dan hasil belajar siswa.

Hubungan sosial (kerjasama) antar siswa

melalui model inkuiri terbimbing cukup

optimal oleh karena itu model pembelajaran

inkuiri terbimbing dapat digunakan guru

atau praktisi pendidikan di sekolah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Colburn, Alan. 1997. What Teacher

Educators Need To Know About Inquiry-

Based Instruction. California State

University.Retrieved on Desember 17,

2011 from

http://www.csulb.edu/~acolburn/AETS.h

tml

Ergul, R., Y. Simsekli, S. Calis, Z. Ozlidek,

S. Ozmencelebi, and M. Sanli. 2011. The

Effects Of Inquiry-Based Science

Teaching On Elementary School

Students‘ Science Process Skills And

Science Attitudes. Bulgarian Journal of

Science and Education Policy (BJSEP),

5 (1), Retrieved on Desember 21, 2011

from http://bjsep.org/getfile.php

Furtak, E.M. 2006. The Problem With

Answers: An Exploration Of Guided

Scientific Inquiry Teaching. Journal of

Science Education, 90, 453-467.

Retrieved on Desember 23 2011 from

www.colorado.edu/education/faculty/eri

nfurtak/docs/Furtak_The Problem with

Answers.pdf

Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.

Gaung Persada Press. Jakarta.

Ketpichainarong, W., B. Panijpan, and R.

Ruenwongsa. 2010.Enhanced Learning

Of Biotechnology Students By An

Inquiry-Based Cellulase Laboratory.

International journal of Environmental

and Science E, 5 (2), 169-187. Retrieved

on Desember 21, 2011

fromhttp://www.ijese.com/IJESE_v5n2_

Pintip.pdf.

Lestari. 2009. Inkuiri Terbimbing .

Retrieved on Maret 24, 2011 from

http://trilestarisman1kbm.blogspot.com.

Page 9: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |91

Mulyasa. E. 2003. Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan

Implementasi. Remosa Rosdakarya.

Bandung

Noerhaidan, Sandrawati. 2008. Analisis

Kemunculan Aspek-Aspek Inkuiri Dalam

Pembelajaran Biologi SMP Pada Materi

Organisasi Kehidupan. Fakultas

Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Universitas Pendidikan Indonesia.

Retrieved on Desember 17, 2011

fromhttp://repository.upi.edu/operator/up

load/s_d035_040300_chapter1.pdf

Paidi. 2010. Peningkatan Scientific Skill

Siswa Melalui Implementasi Metode

Guided Inquiry Pada Pembelajaran

Biologi Di SMAN 1 Sleman. Prosiding

Seminar Nasional Hasil Penelitian

MIPA dan Pendidikan MIPA. Tersedia

di http://staff.uny.ac.id. Diakses tanggal

30/04/2012.

Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran

Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Tursinawati. 2012. Penerapan Pembelajaran

Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan

Pemahaman Hakikat Sains Siswa. Jurnal

Pendidikan Serambi Ilmu. Volume 11.

Nomor 2. SSN 1693-4849. Tersedia di

http://fkip.serambimekkah.ac.id. Diakses

tanggal 25/10/2012.

Page 10: jurnal PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.pdf

92|Semirata 2013 FMIPA Unila