Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

10
1 Analisis Kinerja Jaringan Berbasis DWDM 1 Gbps dengan Menggunakan Multiplexer Photonic Service Switch Irfan Irawan Program Studi Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional Jl Moh Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta 12640, Indonesia E-mail : [email protected] Abstrak Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut dapat ditransmisikan melalui sehelai serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultipleksikan sumber-sumber sinyal yang ada. Provider telekomunikasi mengadopsi teknologi terbaru dari DWDM yang bisa mentransmisikan data sampai dengan kecepatan 100 Gbps atau yang dikenal generasi 100G berbasis Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch. Diimplementasikan pada jaringan Cross-Site Bank Asing di Jakarta dari Sudirman ke German Center sejauh kurang lebih 13 Km, bandwidth yang disewa sebesar 1 Gbps, sisi provider menggunakan Alcatel Lucent PSS-32 dan sisi pelanggan menggunakan Alcatel Lucent PSS-1. Hasil yang didapatkan adalah kinerja jaringan yang maksimal dengan parameter latency sebesar 1.3 ms, throughput sebesar 1Gbps, frame loss 0%, back-to-back rata-rata sebesar 473959.14 frame/burst dan utilitas bandwidth sebesar 99.9997216 % yang terlihat pada aplikasi EXFO, SecureCRT dan MRTG. Hasil pengujian jaringan DWDM PSS menunjukan kinerja yang sesuai dengan SLA (Service Level Agreement) yang maksimal untuk pelanggan. Kata Kunci: DWDM, Serat Optik, Alcatel Lucent, Photonic Service Switch Abstract One of the technologies of technique transmission is using DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) which used different wavelength of light as channels information. After multiplexing phase already done all wavelengths transmitted into a single fiber optic. DWDM adopt system SDH (Synchronous Digital Hierarchy) which already exist by multiplexed source of signal at channel. Nowadays telecommunication provider used DWDM that can transmit more than 100 Gbps data in time, as popular heard Generation 100G based Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch. This network implemented at Cross-Site customer banking in Jakarta, from Sudirman to German Center for about 13 KM, with capacity bandwidth 1 Gbps. Provider using Alcatel Lucent PSS-32 and customer side using Alcatel Lucent PSS-1. After analyze the result of performance DWDM network maximal such as; latency 1.3 ms, throughput 1 Gbps, frame loss 0%, back-to-back 473959.14 frame/burst and utility of bandwidth 99.9997216 %. All result above tested using EXFO, SecureCRT and MRTG. All performance result of DWDM PSS is matched as SLA (Service Level Agreement) given by provider and matched with RFC 2544. Keywords: DWDM, Fiber Optic, Alcatel Lucent, Photonic Service Switch. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kapasitas kebutuhan bandwidth semakin hari semakin bertambah, sebagian besar digunakan untuk keperluan data transfer, video steaming, koneksi mobile, dan perkembangan teknologi informasi dan sistem cloud computing. DWDM (Dense Wavelenght Division Multiplexing) berkapasitas 100 Gbps menjadi solusi sepuluh tahun kedepan untuk negara yang terus berkembang pertumbuhan telekomunikasi, khususnya di Indonesia. Sebagai operator telekomunikasi nasional dan global, teknologi terbaru DWDM 100G berbasis Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch (PSS) ditawarkan kepada

description

Nowadays telecommunication provider used DWDM that can transmit more than 100 Gbps data in time, as popular heard Generation 100G based Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch. This network implemented at Cross-Site customer banking in Jakarta, from Sudirman to German Center for about 13 KM with capacity bandwidth 1 Gbps. After analyze the result of performance DWDM network maximal such as; latency 1.3 ms, throughput 1 Gbps, frame loss 0%, back-to-back 473959.14 frame/burst and utility of bandwidth 99.9997216 %. All result above tested using EXFO, SecureCRT and MRTG. All performance result of DWDM PSS is matched as SLA (Service Level Agreement) given by provider and matched with RFC 2544.

Transcript of Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

Page 1: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

1

2

Analisis Kinerja Jaringan Berbasis DWDM 1 Gbps

dengan Menggunakan Multiplexer Photonic Service Switch

Irfan Irawan

Program Studi Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi Nasional

Jl Moh Kahfi II, Jagakarsa, Jakarta 12640, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Salah satu teknologi dari teknik transmisi menggunakan serat optik adalah DWDM (Dense Wavelength

Division Multiplexing) yang memanfaatkan cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda sebagai

kanal-kanal informasi, sehingga setelah dilakukan proses multiplexing seluruh panjang gelombang tersebut

dapat ditransmisikan melalui sehelai serat optik. Teknologi DWDM adalah teknologi yang memanfaatkan

sistem SDH (Synchronous Digital Hierarchy) yang sudah ada dengan memultipleksikan sumber-sumber sinyal

yang ada.

Provider telekomunikasi mengadopsi teknologi terbaru dari DWDM yang bisa mentransmisikan data sampai

dengan kecepatan 100 Gbps atau yang dikenal generasi 100G berbasis Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service

Switch. Diimplementasikan pada jaringan Cross-Site Bank Asing di Jakarta dari Sudirman ke German Center

sejauh kurang lebih 13 Km, bandwidth yang disewa sebesar 1 Gbps, sisi provider menggunakan Alcatel Lucent

PSS-32 dan sisi pelanggan menggunakan Alcatel Lucent PSS-1.

Hasil yang didapatkan adalah kinerja jaringan yang maksimal dengan parameter latency sebesar 1.3 ms,

throughput sebesar 1Gbps, frame loss 0%, back-to-back rata-rata sebesar 473959.14 frame/burst dan utilitas

bandwidth sebesar 99.9997216 % yang terlihat pada aplikasi EXFO, SecureCRT dan MRTG. Hasil pengujian

jaringan DWDM PSS menunjukan kinerja yang sesuai dengan SLA (Service Level Agreement) yang maksimal

untuk pelanggan.

Kata Kunci: DWDM, Serat Optik, Alcatel Lucent, Photonic Service Switch

Abstract

One of the technologies of technique transmission is using DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing)

which used different wavelength of light as channels information. After multiplexing phase already done all

wavelengths transmitted into a single fiber optic. DWDM adopt system SDH (Synchronous Digital Hierarchy)

which already exist by multiplexed source of signal at channel.

Nowadays telecommunication provider used DWDM that can transmit more than 100 Gbps data in time, as

popular heard Generation 100G based Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch. This network

implemented at Cross-Site customer banking in Jakarta, from Sudirman to German Center for about 13 KM,

with capacity bandwidth 1 Gbps. Provider using Alcatel Lucent PSS-32 and customer side using Alcatel Lucent

PSS-1.

After analyze the result of performance DWDM network maximal such as; latency 1.3 ms, throughput 1 Gbps,

frame loss 0%, back-to-back 473959.14 frame/burst and utility of bandwidth 99.9997216 %. All result above

tested using EXFO, SecureCRT and MRTG. All performance result of DWDM PSS is matched as SLA

(Service Level Agreement) given by provider and matched with RFC 2544.

Keywords: DWDM, Fiber Optic, Alcatel Lucent, Photonic Service Switch.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapasitas kebutuhan bandwidth semakin hari semakin

bertambah, sebagian besar digunakan untuk keperluan

data transfer, video steaming, koneksi mobile, dan

perkembangan teknologi informasi dan sistem cloud

computing. DWDM (Dense Wavelenght Division

Multiplexing) berkapasitas 100 Gbps menjadi solusi

sepuluh tahun kedepan untuk negara yang terus

berkembang pertumbuhan telekomunikasi, khususnya di

Indonesia.

Sebagai operator telekomunikasi nasional dan global,

teknologi terbaru DWDM 100G berbasis Alcatel-Lucent

1830 Photonic Service Switch (PSS) ditawarkan kepada

Page 2: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

2

pelanggan sebagai solusi pengganti teknologi Metro

Ethertnet yang semakin banyak penggunaanya sehingga

kebutuhan bandwidth semakin bertambah. Metro

Ethernet mempunyai beberapa keterbatasan pada saat

jam sibuk dan trafik data penuh, sering kali didapatkan

packet loss pada sistem pelanggan. Sedangkan DWDM

mempunyai beberapa keuntungan yang didapatkan baik

dari sisi operator maupun pengguna layanan, diantaranya

kemudahan penambahan kapasitas yang terintegrasi

dengan teknologi terbaru dibandingkan pendahulunya

jaringan berbasis Metro Ethernet.

Oleh karena itu, pada tugas akhir dilakukan analisa

teknis kinerja jaringan berbasis DWDM (Dense

Wavelength Division Multiplexing) 1Gbps Alcatel-

Lucent 1830 Photonic Service Switch dengan parameter

throughput, latency, frame loss, dan back to back harus

sesuai standar rekomendasi ITU-T dan RFC2544 untuk

memastikan Service Level Aggreement (SLA) sesuai yang

dijanjikan kepada pelanggan

1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas pada

tugas akhir ini adalah:

1. Bagaimana infrastruktur dan cara kerja teknologi

berbasis DWDM Photonic Service Switch.

2. Bagaimana menganalisa kinerja jaringan berbasis

teknologi DWDM Photonic Service Switch

berdasarkan parameter SLA RFC2544.

3. Bagaimana menganalisa perbandingkan hasil

pengukuran kinerja jaringan DWDM dengan

jaringan Metro Ethernet.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang perlu ditentukan dalam tugas akhir

ini adalah sebagai berikut:

1. Perangkat multiplexer yang digunakan adalah Alcatel

Lucent 1830 dengan teknologi terbaru Photonic

Service Switch (PSS)

2. Alcatel Lucent yang digunakan di sisi provider

adalah seri PSS-32, sedangkan untuk sisi pelanggan

adalah seri PSS-1.

3. Pengujian kinerja jaringan DWDM Alcatel Lucent

PSS menggunakan aplikasi SecureCRT dan EXFO

untuk menampilkan data teknis seperti, latency,

throughput, frame loss, back-to-back menggunakan

standar RFC2554 dan efesiensi bandwidth.

4. Sedangkan untuk menampilkan pemakaian dan

efesiensi bandwidth menggunakan MRTG (Multi

Router Traffic Grapher).

5. Untuk mengetahui perbedaan kinerja digunakan

pembanding dengan jaringan berbasis Metro Ethernet

dengan besaran bandwidth yang sama (alokasi 1

Gbps).

2. STUDI PUSTAKA

2.1 Dasar DWDM

DWDM merupakan salah satu teknologi yang

dikembangkan saat ini untuk memenuhi kebutuhan

kapasitas, biaya, quality of service, dan service

convergence pada jaringan dari service ke core. Dengan

cara menggabungkan sinyal-sinyal optik dengan panjang

gelombang operasi yang berbeda-beda yang

ditransmisikan ke dalam sebuah serat optik tunggal

dengan memperkecil spasi antar kanal sehingga terjadi

peningkatan jumlah kanal yang mampu dimultiplekskan.

Gambar 2.1. Dasar DWDM

Perbaikan teknologi ini dipicu dengan adanya

perkembangan teknologi fotonik, seperti penemuan

EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier) sebagai penguat

optis, dan laser dengan presisi yang lebih tinggi.

Penemuan EDFA memungkinkan DWDM beroperasi

pada daerah 1550 nm yang memiliki attenuasi rendah.

Secara sederhana sebuah jaringan yang menggunakan

DWDM dapat digambarkan pada gambar di bawah ini

[1].

2.1.1 Spasi Kanal

Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang

gelombang agar tidak terjadi interferensi. Standarisasi

spasi perlu dilakukan agar sistem DWDM dari berbagai

vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi.

Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan

standarisasi kanal, yaitu menggunakan spasi lamda atau

spasi frekuensi. Hubungan antara spasi lamda dan spasi

frekuensi adalah [3]:

∆f - ∆λ

Dimana: λλc

f = Spasi Frekuensi (GHz)

λ = Spasi Lamda (nm)

λ = Panjang Gelombang Daerah Operasi (nm)

c = 3x108 m/s

2.1.2 Kelebihan Teknologi DWDM

- Kapasitas serat optik yang dipakai lebih optimal.

Dikarenakan DWDM dapat mengakomodir banyak

cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda

dalam sehelai serat optik, sedangkan teknologi serat

Page 3: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

3

optik konvensional hanya dapat mentransmisikan

satu panjang gelombang dalam sehelai serat optic.

- Instalasi jaringan lebih sederhana

- Penggunaan penguat lebih efisien.

Penguat optik yang digunakan dalam teknologi

DWDM adalah EDFA. EDFA (Erbium Doped Fiber

Amplifier) merupakan serat optik dari bahan silica

(SiO2) dengan intinya (core) telah dikotori dengan

bahan Erbium (Er3+), termasuk ke dalam golongan

Rare-Earth Doped Fiber Amplifier (EDFA)

- Bandwidth lebar, Noise Figure EDFA sangat kecil,

dan daya output yang besar

- Biaya pemasangan, pemeliharaan dan

pengembangan lebih efisien

2.1.3 Elemem Jaringan DWDM

Dalam aplikasi DWDM terdapat beberapa elemen yang

memiliki spesifikasi khusus disesuaikan dengan

kebutuhan sistem. Elemen tersebut adalah [4]:

1. Wavelength Multiplexer/Demultiplexer

Berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal panjang

gelombang optik yang akan ditransmisikan dalam

serat optik. Sedangkan wavelength demultiplexer

berfungsi untuk mendemultiplikasi kembali kanal

panjang gelombang yang ditransmisikan menjadi

kanal kanal panjang gelombang menjadi seperti

semula.

2. OADM (Optical Add/Drop Multiplexer)

OADM (Optical Add/Drop Multiplexer) berfungsi

untuk melewatkan sinyal dan melakukan fungsi add

and drop yang bekerja pada level optik.

3. OXC (Optical Cross Connect)

Perangkat OXC digunakan untuk proses switching

tanpa terlebih dahulu melakukan proses konversi

OEO (Optik-Elektrooptic) dan berfungsi untuk

merutekan kanal panjang gelombang.

4. OA (Optical Amplifier)

Merupakan penguat optik yang bekerja di level

optik, yang dapat berfungsi sebagai pre-amplifier, in

line-amplifier dan post-amplifier

2.1.4 Tipe DWDM dan Alokasi ITU-T Band di

DWDM

Dilihat dari jarak bentangan serat optik dari satu node

DWDM ke node lainya bisa dibagi menjadi tiga jenis

yaitu [6]:

1. LH (Long Haul) sampai dengan 80 Km dan

mempunyai 22 dB loss (0.28 x 80 = 22.4 dB)

2. VLH (Very Long Haul) sampai dengan 120 Km dan

mempunyai 33 dB loss

3. ULH (Ultra Long Haul) sampai dengan 160 Km

dan mempunyai 44 db loss

Sedangkan alokasi ITU-T Band untuk DWDM diatur

pada range wavelength berikut:

1. C band (Blue) - 1530 – 1542 ŋm

2. C band (Red) - 1547 – 1560 ŋm

3. L band 1560 – 1620 ŋm

4. Optical Supervisory band – 1500 – 1520 ŋm

Gambar 2.2 Alokasi Wavelenght Optic Band

2.2 Teknologi Photonic Service Switch

Teknologi Photonic Service Switching pertama

dikembangkan tahun 2001 dengan melakukan pendekatan

peerbased intelligent optical core network yaitu

mekanisme penggabungan power, multiplexing,

switching data yang ada pada jaringan digabungkan

dalam satu layanan transport (DWDM) sehingga semua

elemen jaringan terhubung semua elemen jaringan

lainnya [7].

3.

IP

DWDM

SONET

ATM

Traditional

Overley

IP ATM SONET

Service Layer

Optical Transport Layer

OXC (Lambda Management)

DWDM

Emerging Optical to Lambda

Switching ModelService Switched

Core

PSS

DWDM

Services

Transmission

Gambar 2.3 Perbandingan Sistem DWDM konvensional

dengan PSS

Pada teknologi awal perkembangan DWDM untuk

mencapai IP based harus melalui standard lainya seperti

pada gambar 2.5 yaitu melalui SONET, ATM dan baru

bisa diimplementasikan ke perangkat pelanggan seperti

router. Kemudian memasuki era penggabungan lambda

dalam sehelai core optik yang ter-switching

mempermudah pemaksimalan DWDM dengan bantuan

OXC (Optical Cross Connect) sehingga optical transport

layer dan service layer bisa di implementasikan lebih

beragam. Sedangkan perkembangan paling baru era PSS

(Photonic Service Switch) kesemuanya baik OXC, IP,

ATM, SONET, atau SDH bisa beroperasi langsung ke

pelanggan dalam satu alat, tentunya proses multiplelxing,

switching dan lainnya terpusat pada alat tersebut (PSS-32

dan PSS-1).

2.2.1 Teknologi Photonic Service Switch

Inovasi teknologi Zero Touch Photonic merubah semua

paradigma yang telah disebutkan sebelumnya, secara

spesifik fokus kepada kemudahan teknologi terbaru dan

Page 4: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

4

dari segi pembiayaaan yang dengan perincian sebagai

berikut [8]:

a. Phtonic Switching adalah perancangan Multi Degree

Tunable and Reconfigurable Optical Add-Drop

Multiplexing (T/ROADM) yang menawarkan

fleksibilitas penuh jaringan dimana semua client bisa

di tansportasikan ke semua panjang gelombang dari

arah manapun

b. Photonic Operation, Administration and

Maintenance (OA&M) adalah teknologi Wavelenght

Tracker atau pelacakan panjang gelombang sehingga

pengguna bisa memanfaatkan pengaturan power end-

to-end, memonitor, melacak dan melokalisir

gangguan dari masing - masing panjang gelombang

per kanal.

c. Flesibel dengan dukungan jaringan dengan densitas

tinggi dari interface pengguna atau kita kenal dengan

Coarse-WDM (CWDM) dan Dense-WDM

(DWDM) untuk bisa mengkases cakupan area

metro/regional/long-haul sampai dengan 2200 km

d. Mendukunng teknologi koheren 100G Polarization

Division Multiplexed Quadrature Phase-Shift Keying

(PDM-QPSK) dimana pada saat ini merupakan

utilisasi bandwidth tertinggi.

2.2.2 Alcatel Lucent 1830 PSS-1

Alcatel Lucent 1830 PSS-1 digunakan untuk terminasi

pelanggan, keluaran interface nya bisa bervariasi seperti

Ethernet, Gigabit Ethernet, Pacth Cord. Berikut fungsi

dari perangkat ini:

a. Memperluas keluarga Alcatel Lucent 1830 PSS ke

perangkat jaringan lainya

b. Mendukung range penuh dari topologi jaraingan

termasuk ring mesh dan point to point

c. Menawarkan keluarga interface jaringan dan

fungsinya tergantung dari penggunaanya termasuk

mendukung skalabel konfigurasi melalui

pengalamatan jaringan tuggal

d. PSS 1830 memungkinkan reliabel, fleksibel dan

pengaturan penuh terhadap penggunaan bandwidth

e. Mempercepat Time to Service dikarenakan

jaringan yang terintegrasi dan manajemen layer

photonic memudahkan pengguna untuk

mengaktifkan layanan ke NOC (Network

Operation Center) untuk menyalurkan layanan

secara cepat

f. Memudahkan perencanaan, komisioning dan

pengoperasian sistem.

g. Optimasi jaringan yang prima, artinya PSS 1830

menyediakan dukungan kamampuan colourless

dan directionless add/drop yang memungkinkan

restorsi pada layer photonic

h. Meningkatkan kinerja jaringan, kemampuan optik

dengan sifat colorless dan directionless nya bisa

menghasilkan utilisasi sumber yang lebih baik

2.2.3 Alcatel Lucent 1830 PSS-32

PSS-32 berada di gedung sentral operator penyedia

layanan, adapun fungsi dari perangkat ini adalah sebagai

berikut:

a. Mendukung persyaratan dan rekonfigurasi panjang

gelombang secara remote, sambil menambahkan

panjang gelombang tertentu fleksibel kepada

infrastruktur jaringan berteknologi T/ROADM

b. Menyediakan Optical Path Tracing dan pengawasan

penggunaan power, mengurangi kompleksitas

jaringan berbasis panjang gelombang, manajemenya

hampir sama dengan pengaturan trafik SONET/SDH,

memudahkan kepada teknisi ketika

mengimplementasikan dan memelihara jaringan

c. Menggunakan Wavelenght Tracker untuk mengawasi

dan melacak setiap panjang gelombang dari titik

manapunn dalam jaringan untuk memastikan

kestabilan jaringan

d. Menawarkan Cost Effective Gain Equalization dari

masing masing panjang gelombang dan meneruskan

teknologi Forward Error Correction (FEC) agar bisa

meningkatkan kinerja sistem dan meminimalisir

kebutuhan biaya ketika ada peningkatan di aplikasi

metro, memudahkan pengoperasian dan

meningkatkan Time to Service

2.3 Cara Kerja Teknologi Photonic Service Switch

Implementasi pada jaringan DWDM ini yaitu, panjang

gelombang backbone provider sebesar 1550 nm

sedangkan panjang gelombang dari kanal-kanal masukan

sisi pelanggan 1471 nm untuk λ1, 1471,13 nm untuk λ2 ,

1471,31 nm untuk λ3, 1471,37 nm untuk λ4. Spasi kanal

untuk frekuensi 100 GHz yang dikirim sebesar 0.8 nm.

Sama seperti definisi DWDM pada umumnya yaitu

teknologi jaringan transport yang mampun membawa

sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32 dan

seterusnya), dalam satu serat optik tunggal ini dipakai

empat panjang gelombang.

Teknologi Photonic Service Switch adalah solusi yang

terbaru untuk mengoperasikan dan mendistribusikan

teknologi ini sampai ke pelanggan, tentunya dibutuhkan

sistem yang terintegrasi dengan jaringan DWDM. PSS-

32 sisi provider umumnya dikonfigurasikan dengan

dengan jaringan optik sistem ring. Output interface dari

node PSS-32 adalah modul XFP (10-Gigabit Small Form

Factor Pluggable) yang kemudian di teruskan ke node

sisi pelanggan PSS-1 dengan interface modul SFP (small

form-factor pluggable) baru bisa di sesuaikan dengan

interface input dari Customer Ende (router) pelanggan

seperti Gigabit Ethernet atau Fiber Chanel. Jalur proteksi

nya sendiri berada dalam jalur yang berbeda dengan

system yang system utama (working). Sehingga jika

terjadi gangguan pada jalur utama, layanan akan terus

aktif dengan jalur proteksinya, seperti gambar di bawah

ini [9].

Page 5: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

5

Gambar 2.4 Konfigurasi Dasar Teknologi PSS

2.4 Alat Uji Kinerja DWDM

Alat uji pengukuran kinerja DWDM adalah sebagai

berikut:

a. SecureCRT

SecureCRT adalah telnet klien SSH dan emulator

terminal berbasis GUI untuk menampilkan daftar

informasi host gabungan yang mendukung protokol

yang luas dukungan (SSH1, SSH2, Telnet, Telnet

melalui SSL, rlogin, Serial, TAPI)

b. MRTG (Multi Router Traffic Grapher)

MRTG (Multi Router Traffic Grapher) adalah

aplikasi yang digunakan untuk memantau beban

trafik pada link jaringan. MRTG akan membuat

halaman HTML yang berisi gambar GIF yang

mengambarkan trafik melalui jaringan secara harian,

mingguan, bulanan dan tahunan

c. EXFO

EXFO adalah perusahaan yang memperuntukan

produksi alat instrumen pengujian jaringan

telekomunikasi, produk nya beragam mulai dari

optik, transport, datacom, 3G, LTE, xDSL, IMS dan

tester untuk platform VoIP.

2.5 Parameter Kinerja Jaringan DWDM

Parameter pengujian DWDM sesuai dengan RFC 2544

yaitu:

a. Throughput

Throughput merupakan jumlah total kedatangan

paket yang sukses yang diamati pada destination

selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi

interval waktu tersebut, kemampuan sebenarnya

suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data.

Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan

bandwidth. Karena throughput memang bisa disebut

juga dengan bandwidth dalam kondisi yang

sebenarnya.

Tes dimulai dengan throughput 100% dengan

mengirimkan frame dengan jumlah yang telah

ditentukan. Bila ada frame yang hilang, tes akan

dilanjutkan dengan throughput lebih rendah. Proses

ini akan diteruskan hingga didapat throughput

maksimum. Alat ukur EXFFO dapat diketahui

troughput maksimum dengan menggunakan frame

size 64, 128, 256, 512, 1024, 1280 dan 1580.

Rumus penghitungan manual throughput Metro

Ethernet adalah sebagai berikut [10].

T= (p x 8 x Np)/t bps………………………(2.2)

Keterangan

T = Throughput

p = Panjang frame yang datang

Np = Rata-rata jumlah frame yang datang

t = Delay (s)

b. Back to Back

Back-to-back frame testing dilakukan dengan

mengirim frame burst dengan minimal inter-frame

gaps dan menghitung jumlah frame yang dapat

diteruskan oleh DUT (Device Under Test)

c. Frame Loss

Frame loss diartikan persentasi dari frame-frame

yang harusnya di teruskan oleh perangkat jaringan

dalam keadaan load yang tetap, dan tidak bisa

diterukan ketika sumber daya nya kurang

d. Latency

Latency adalah interval waktu antara frame input dan

output yang dimulai saat bit terahir pada frame input

mencapai input port, dan mengakhirinya ketika bit

pertama dari output frame terlihat pada output port

e. Utilitas Bandwidth

Bandwidth adalah suatu ukuran dari banyaknya

informasi yang dapat mengalir dari suatu tempat ke

tempat lain dalam suatu waktu tertentu. Semakin

maksimum utilitas bandwidth yang didapat jaringan

DWDM maka semakin maksimal kinerja nya

2 METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah dengan melakukan:

1. Studi literatur dengan mempelajari buku referensi dan

mencari data yang berkaitan dengan pembahasan

tugas akhir

2. Studi lapangan (observasi), yaitu secara langsung

melihat infrastruktur jaringan provider di pelanggan,

kemudian menganalisa data teknis yang ada secara

remote agar sesuai dengan standar ITU-T, RFC 2544

dan Service Level Agreement yang diberikan provider

kepada pelanggan.

Page 6: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

6

3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Pengolahan data berdasarkan EXFO

Untuk analisa ini didapat dalam beberapa sumber

diantaranya hasil bertest EXFO, aplikasi SecureCRT,

MRTG, webUI Perangkat PSS-1 digunakan untuk

menganalisa performasi DWDM Photonic Service Switch

memenuhi standarisasi ITU-T dan SLA (Service Lever

Agreement)

Tabel 4.1 Tabel Konsumsi ower DWDM – MetroE

Teknologi

Semanggi

(Working

ANZ

Tower)

Karet

(ANZ-T

Protection)

Sigma

(Working

ANZ-

GC)

Protection

ANZ-GC

DWDM 17,90 17,02 17,08 17,26

MetroE 16,51 11,73 20,81 17,56

3.2 Pengambilan Data Berdasarkan SecureCRT

Ada beberapa data teknis yang sangat berbeda dengan

jaringan DWDM diantaranya TX Laser Wavelength yang

digunakan Metro Ethernet adalah 1310 nm, sedangkan

DWDM PSS menggunakan TX Laser Wavelength 1471

nm.

Metro sisi lawan berada di German Center dengan rincian

hampir sama dengan sisi ANZ Tower yaitu TX Laser

Wavelength: 1310 nm, Rx Optical Power (avg dBm): -

20.81

3.3 Pengambilan Data BERTest

Pada Gigabit Ethernet yang disalurkan melalui jaringan

DWDM, crosstalk panjang gelombang dan pengurangan

rate pada transponder akan mengurangi nilai throughput

dari jaringan tersebut. Sehingga untuk mengetahuinya

diperlukan Ethernet BERT yang fungsinya memvalidasi

tidak adanya error pada jaringan ring DWDM yang

hasilnya adalah zero bit error seperti tertera pada gambar

4.4.

Gambar 3.1 Hasil BERTES selama 2 hari 23 jam 17 menit

27 detik Tanpa Error

3.4 Pengambilan Data EXFO

Hasil pengukuran EXFO didapatkan nilai parameter

kinerja jaringan DWDM sebagai berikut.

3.4.1 Latency

Gambar 3.2 Hasil Pengukuran Latency Standar RFC 2544

Page 7: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

7

3.4.2 Back to Back

Gambar 3.3 Hasil Pengukuran Back-to-back

3.4.3 Throughput

Gambar 3.4 Hasil Pengukuran Throughput DWDM

Standar RFC 2544

3.4.4 Frame Loss

Gambar 3.5 Frame Loss ANZ Tower (Catuan Working

Semanggi) RFC 2544

3.4.5 Utilitas Bandwidth

Gambar 4.6 Pengukuran Utilitas Bandwidth

4 PENGUJIAN HIPOTESA

Efesiensi pemakain bandwidth ketika aktifitas trafik

padat menjadi salah satu pertimbangan mengapa

dilakukan migrasi layanan Metro Ethernet ke layanan

DWDM berbasis Photonic Service Switch. Pada layanan

DWDM lebih terfokuskan sampai layer kemudian

berinteraksi dengan perangkat pelanggan di layer 3 yaitu

router. Dengan hal ini, tentunya besarnya latency ataupun

throughput secara teoritis bisa lebih maksimal, seperti

standar komunikasi serat optik semakin kecil latency

semakin baik jaringan, dan semakin besar nilai

throughput semakin maksimal pula jaringan tersebut.

Page 8: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

8

5 ANALISIS

Dari pengujian dan perhitungan didapatkan hasil berikut

ini sesuai parameter yang diujikan. Terlihat kinerja

DWDM lebih efektif dan efisien mentransmisikan data

sesuai bandwidth yang disewa pelanggan sebesar 1Gbps.

Jika di berikan contoh frame size 1518KB, nilai

throughput dari DWDM murni di transmisikan 1Gbps

sedangkan MetroE hanya maksimal didapatkan

986Mbps. Nilai latency DWDM sebesar 1.37 ms

sedangkan Metro Ethernet sebesar 3.7 ms. Nilai Frame

Loss DWDM adalah 0% sama dengan nilai packet loss di

DWDM sebesar 0%. Sedangkan nilai back-to-back dari

DWDM sebesar 81275 fps.

Gambar 4.1Perbandingan Kinerja DWDM dengan Metro

Ethernet

5.1 Analisis Latency

Latency jaringan DWDM PSS didapatkan dari pngujian

alat ukur EXFO didapatkan nilai rata-rata sebesar

1.383714 ms sedangkan penghitungan manual latency

jaringan metro ethernet yang didapatkan sebesar

3.039771 ms. Latency jaringan DWDM lebih sedikit

dikarenakan efesiensi infrastruktur dan frame rate

perangkat aktif di pelanggan (PSS-1) dan perangkat aktif

di sisi provider (PSS-32) langsung ke interface pelaggan,

lain halnya dengan perangkat Metro Ethernet yang harus

melalui switch HP procurve terlebih dahulu sebelum

masuk ke interface pelanggan tentunya akan menambah

latency persekian ms.

Gambar 4.2 Grafik Pengukuran Latency DWDM standar

RFC 2544 dan Metro Ethernet

5.2 Analisis Back to back

Hasil pengukuran rata-rata Back-to-back sebesar

473959.14 frame/burst dilakukan dengan mengirim frame

burst dengan minimal inter-frame gaps dan menghitung

jumlah frame yang dapat diteruskan oleh DUT (Device

Under Test). Semakin kecil jumlah frame size yang

dikirim jumlah frame count yang diteruskan dari

perangkat aktif (node PSS-1 ANZ Tower sampai ke node

PSS-1 ANZ German Center) nilainya akan semakin

besar, begitu juga sebaliknya. Dari hasil ini didapatkan

kualitas transmisi yang maksimal. Artinya jika jumlah

frame yang di forward lebih sedikit dari jumlah yang

ditransmisikan. Nilai dari pengujian back-to-back adalah

sejumlah frame yang mempunyai burst terpanjang yang

diteruskan tanpa adanya frame yang hilang.

Gambar 4.3 Grafik Pengukuran Back-to-Back per

Satuan Unit Frame/Burst

5.3 Analisis Throughput

Throughput dari jaringan DWDM PSS sangat maksimal,

yaitu sebesar 1Gbps dari jumlah pengujian pengiriman

frame size yang beragam. Ini artinya jaringan DWDM

dapat merepresentasikan aktual pengiriman data sebesar

1Gbps dikirim langsung, jaringan secara teoritis tidak

terganggu, namun tentunya jarang sekali hal tersebut

terjadi dikarenakan pada prakiknya file sebesar apapun

harus dipecah ke dalam bentuk frame agar bisa diterima

oleh perangkat end user.

Sedangkan rata-rata throughput jaringan Metro Etheret

terdahulu sebesar 986.99 Mbps maksimal diambil

berdasarkan pengiriman sempel frame size 64, 128, 256,

512, 1024, 1280, 1518 KB yang mengindikasikan kondisi

jaringan 1Gbps sangat layak untuk mengirim jumlah

frame yang sangat besar secara simultan persatuan detik

nya. Secara umum Jaringan Metro Ethernet 1Gbps yang

diimplementasikan di pelanggan sangat layak baik dari

avaiability, recovery, dan performance jaringan nya.

Page 9: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

9

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Throughput DWDM

dengan Metro Ethernet (dalam satuan Mbps)

5.4 Analisis Frame Loss

Seperti pada tes throughput pengujian frame loss dimulai

dengan 100% frame rate dengan jumlah frame tertentu

dan dicatat jumlah frame yang hilang. Pada pengetesan

tidak ada frame yang hilang disebut zero frame loss.

Gambar 4.5 Perbandingan Frame Loss DWDM –

MetroEthernet

5.5 Analisis Utilitas Bandwidth

Dari pengujian alat ukur EXFO jaringan DWDM PSS

mempunyai utilisasi sebesar 99.9997216 % dengan

dengan kecepatan sampel frame rate 1488091 fps dan

throughput bandwidth sebesar 761.902656 Mbps untuk

kondisi bandwidth yang disewa sebesar 1Gbps. Hal ini

membuktikan bahwa jika pelanggan membutuhkan

utilitas bandwidth yang besar mencapai 1Gbps (seperti

laporan bulanan), jaringan DWDM PSS tidak mengalami

kendala. Sedangkan utilitas penggunaan bandwidth

pelanggan terhitung masih bisa dicover oleh Metro

Ethernet 1Gbps, adapun maksimal utilitas nya berkisar

976.10 Mbps pada real pemakain bulan Juli 2013.

Gambar 4.6 Pemakaian Bandwidth per bulan Juli sisi

German Center

Gambar 4.7 Pemakaian Bandwidth per Bulan Juli sisi

ANZ Tower

6 SIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat diperoleh dari

pembahasan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Dari pengukuran nilai throughput DWDM dapat

didaptkan secara maksimal yaitu 1Gbps lain dengan

hasil througput Metro Ethernet yang hanya mendekati

maksimal 986.99 Mbps, menunjukkan througput

DWDM lebih baik dibandingkan Metro Ethernet.

2. Dari pengukuran Frame loss DWDM yang

didapatakan adalah 0% atau Zero Frame Loss yang

menandakan tidak ada frame loss yang terjadi

3. Dari pengukuran latency DWDM sebesar 1,38 ms,

sedangkan latancy Metro Ethernet sebesar 3,7144 ms,

menunjukkan latency DWDM lebih baik

dibandingkan Metro Ethernet.

4. Hasil pengukuran back – to back pada ukuran frame

percobaan 1518 sebesar 81275 fps, menunjukkan

frame ditransmisikan utuh pada jaringan DWDM.

5. Efisiensi utilitas bandwidth 99.9997216 %

mendukung SLA 99.99 % yang dijanjikan Telkom,

sesuai rekomendasi standar ITU-T dan SFC2544.

6. Dari hasil pengukuran kinerja di atas diperoleh bahwa

jaringan DWDM Phononic Service Switch lebih

unggul dibandingkan jaringan lama yang

menggunakan teknologi Metro Ethernet.

DAFTAR PUSTAKA

Saydam, Gauzali. Prinsip Dasar Teknologi Jaringan

Telekomunikasi. Angkasa: Bandung. 1997.

Kazi, Khurram. Optical Networking Standard: A

Comprehensive Guide. Spring Street: New York.

2006.

Sri, Widodo. Komunikasi Optik. Andi Offset:

Yogyakarta. 1997.

Brunn, Ines. Dense Wavelength Digital Multiplexing

Pocket Guide. JDSU Postfach: Germany. 2012

Stern, T, and Bala, K. Multi Wavelenght Optical

Network: A Layered Approach, Addison Weasley:

New York. 1999.

Anonimous. Introduction to DWDM Technology. Cisco

Press: San Jose. 2001

Rao, Janardhana. Optical Communication. UBICC Press:

India. 2006

Page 10: Jurnal Kinerja DWDM Photonic Service Switch

10

Anonimous. Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service

Switch Metro/Regional/Long-Haul WDM Platform.

Paris, Perancis. 2011

Anonimous. Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service

Switch 1 (PSS-1) Release 1.0.0 MD4H Edge Device

User Guide. Paris, Perancis. 2012

Santoso, Harry. Model Pengukuran dan Perhitungan

Kinerja Layanan SMDS. Jurnal Teknik Elektro ITB

Vol.2 No.1, hal___32. 2001

Halabi, Sam. Metro Ethernet. Cisco Press: Indianapolis.