Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

9
Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 29 KAJIAN ASPEK ERGONOMI MIKRO PADA SISTEM KERJA AGRO INDUSTRI (Studi Kasus Pabrik Gula Pada Proses Tebang Angkut Dan Giling) Lamto Widodo 1) , Bambang Pramudya 2) , Sam Herodian 2) , M. Faiz Syu’aib 2) 1 ) Mahasiswa Program Doktoral Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin UNTAR Jakarta 2 ) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor ABSTRACT Agro-industrial work system, especially the sugar industry is a very complex work systems. In the approach to ergonomics, system components can be divided into human (workers), equipment and materials, physical environment and organizational environment. Each component interacts with the pattern of interrelation in the principle of autopoeisis (self- organizing system). Ergonomics analysis of the each component are needed in order to design or redesign the system, to ensure that work system can be sustainabe. This paper discusses some of the ergonomic aspects of work systems, among others, physical workload of manual harvesting, manual transporting of sugarcane and physical environmental conditions in the factory include vibration, temperature, noise, and lighting, as well as employee perceptions of work facing the system. Based on the comparison value IRHR (increase ratio of heart rate) for each job, the workload of manual harvesting categorized in moderate and severe categories (IRHR between 1.27 to 1.66) and manual transporting categorized in heavy and very heavy (IRHR between 1.43 to 1, 93). The physical condition of the factory there are some of the data beyond the allowed limit, for example, the highest temperature reached 37 0C, very low illumination of 7.5 lux, and the noise reached 93.2 dB. While the boiler operator workload is very heavy category (IRHR 1.67). From some of these results, it can be concluded that conditions are less ergonomic work systems, and requires some improvement in microergonomics aspects. Keywords : Agro-industrial work system, microergonomics, manual harvesting, manual transporting, factory conditions, workload. 1. PENDAHULUAN 1 Sebagai suatu sistem kerja yang besar dan bersifat sangat komplek, industri agro khususnya industri gula harus dirancang dengan memperhatikan seluruh pihak-pihak yang terlibat. Pihak-pihak tersebut antara lain pemilik/pengelola, pegawai, pasar dan regulator. Masing-masing pihak secara mendasar memiliki kepentingan yang berbeda, bahkan kadang-kadang saling bertentangan. Sesuai dengan definisi ergonomi, sebuah sistem kerja harus dapat menjamin keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta mampu memenuhi kebutuhan hidup mendasar. Sistem kerja yang ergonomis akan memberikan dampak terhadap hasil kerja tersebut, yaitu Korespondensi : Lamto Widodo E-mail : [email protected] meningkatnya efektifitas dan efisiensi industri. Dampak lainnya adalah sedikitnya absensi karyawan, kualitas produk meningkat, kecelakaan kerja berkurang, biaya kesehatan dan asuransi berkurang dan tingkat keluar masuk karyawan (turn- over) juga berkurang. Hasil akhir dari sistem yang ergonomis adalah meningkatnya pendapatan perusahan dan mengurangi pengeluaran (walaupun pada awalnya perlu investasi ergonomi). Dengan demikian rancangan sistem kerja dengan tingkat ergonomi yang baik berarti juga memiliki aspek ekonomi yang baik. Untuk mendukung proses perancangan sistem kerja industri agro sehingga menghasilkan sistem industri yang berkelanjutan, diperlukan suatu studi kondisi riil pekerjaan terutama yang terkait dengan beban kerja yang akan diterima operator atau manusia. Tulisan ini memaparkan beberapa temuan lapangan

Transcript of Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Page 1: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 29

KAJIAN ASPEK ERGONOMI MIKRO

PADA SISTEM KERJA AGRO INDUSTRI

(Studi Kasus Pabrik Gula Pada Proses Tebang Angkut Dan Giling)

Lamto Widodo1)

, Bambang Pramudya2)

, Sam Herodian2)

, M. Faiz Syu’aib2)

1) Mahasiswa Program Doktoral Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri – Jurusan Teknik Mesin – UNTAR Jakarta 2) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Agro-industrial work system, especially the sugar industry is a very complex work

systems. In the approach to ergonomics, system components can be divided into human

(workers), equipment and materials, physical environment and organizational environment.

Each component interacts with the pattern of interrelation in the principle of autopoeisis (self-

organizing system). Ergonomics analysis of the each component are needed in order to design

or redesign the system, to ensure that work system can be sustainabe. This paper discusses

some of the ergonomic aspects of work systems, among others, physical workload of manual

harvesting, manual transporting of sugarcane and physical environmental conditions in the

factory include vibration, temperature, noise, and lighting, as well as employee perceptions of

work facing the system. Based on the comparison value IRHR (increase ratio of heart rate) for

each job, the workload of manual harvesting categorized in moderate and severe categories

(IRHR between 1.27 to 1.66) and manual transporting categorized in heavy and very heavy

(IRHR between 1.43 to 1, 93). The physical condition of the factory there are some of the data

beyond the allowed limit, for example, the highest temperature reached 37 0C, very low

illumination of 7.5 lux, and the noise reached 93.2 dB. While the boiler operator workload is

very heavy category (IRHR 1.67). From some of these results, it can be concluded that

conditions are less ergonomic work systems, and requires some improvement in

microergonomics aspects.

Keywords : Agro-industrial work system, microergonomics, manual harvesting, manual

transporting, factory conditions, workload.

1. PENDAHULUAN1

Sebagai suatu sistem kerja yang besar

dan bersifat sangat komplek, industri agro

khususnya industri gula harus dirancang

dengan memperhatikan seluruh pihak-pihak

yang terlibat. Pihak-pihak tersebut antara

lain pemilik/pengelola, pegawai, pasar dan

regulator. Masing-masing pihak secara

mendasar memiliki kepentingan yang

berbeda, bahkan kadang-kadang saling

bertentangan.

Sesuai dengan definisi ergonomi,

sebuah sistem kerja harus dapat menjamin

keamanan, kesehatan dan keselamatan

kerja, serta mampu memenuhi kebutuhan

hidup mendasar. Sistem kerja yang

ergonomis akan memberikan dampak

terhadap hasil kerja tersebut, yaitu

Korespondensi :

Lamto Widodo

E-mail : [email protected]

meningkatnya efektifitas dan efisiensi

industri. Dampak lainnya adalah sedikitnya

absensi karyawan, kualitas produk

meningkat, kecelakaan kerja berkurang,

biaya kesehatan dan asuransi berkurang

dan tingkat keluar masuk karyawan (turn-

over) juga berkurang. Hasil akhir dari

sistem yang ergonomis adalah

meningkatnya pendapatan perusahan dan

mengurangi pengeluaran (walaupun pada

awalnya perlu investasi ergonomi). Dengan

demikian rancangan sistem kerja dengan

tingkat ergonomi yang baik berarti juga

memiliki aspek ekonomi yang baik.

Untuk mendukung proses perancangan

sistem kerja industri agro sehingga

menghasilkan sistem industri yang

berkelanjutan, diperlukan suatu studi

kondisi riil pekerjaan terutama yang terkait

dengan beban kerja yang akan diterima

operator atau manusia. Tulisan ini

memaparkan beberapa temuan lapangan

Page 2: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

30 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340

dari kondisi kerja mulai proses

penebanganan tebu, pengangkutan ke truk

serta kondisi di pabrik pengolahan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua

pabrik gula yaitu di PG Bunga Mayang (PG

BM) Lampung dan PG Jati Tujuh (PG JT)

Cirebon. Pemilihan dua pabrik tersebut

dengan pertimbangan satu di pulau Jawa

(lahan basah) dan satu di luar jawa (lahan

kering). Waktu penelitian keseluruhan

dimulai pada bulan September 2007 sampai

dengan November 2008.

Obyek Penelitian

Obyek yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah :

1. Sistem kerja di lahan budidaya pada

saat pemanenan/tebang

Penelitian difokuskan pada jumlah dan

kondisi pekerja karyawan, serta kondisi

beban fisik yang harus diterima.

2. Sistem kerja di tempat pabrikasi

Penelitian difokuskan pada jumlah dan

komposisi karyawan, shift kerja,

alat/mesin yang ditangani, lingkungan

kerja dan persepsi subyektif pekerja.

2. LANDASAN TEORITIS

Ergonomi berasal dari bahasa Latin

yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos

yang berarti hukum, sehingga dapat

didefinisikan sebagai studi tentang aspek-

aspek manusia dalam lingkungan kerjanya

yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan

desain atau perancangan. Di dalam

ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan

lingkungannya saling berinteraksi dengan

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana

kerja dengan manusianya (Nurmianto,

2004). Dengan demikian ergonomi

dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan

yang mempelajari manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaanya. Disiplin ini akan

secara khusus mempelajari kemampuan dan

keterbatasan manusia dalam berinteraksi

dengan teknologi dan produk-produk

buatannya. Disiplin ini berangkat dari

kenyataan bahwa manusia memiliki batas-

batas kemampuan baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang pada saat

berhadapan dengan lingkungan

pekerjaannya yang berupa perangkat keras

(mesin, peralatan kerja, dsb.) dan perangkat

lunak (metode kerja, sistem dan prosedur).

Pada bulan Agustus 2000 IEA Council

(International Ergonomics Association)

mendefinisikan bahwa Ergonomics (or

human factors) is the scientific discipline

concerned with the understanding of

interactions among humans and other

elements of a system, and the profession

that applies theory, principles, data and

methods to design in order to optimize

human well-being and overall system

performance. Dengan demikian ergonomi

adalah multidisiplin ilmu mencakup human

science, engineering science dan economic

and social science.

Dalam membahas penerapan ergonomi,

Schmidtke (1993) menyatakan bahwa

tujuan ergonomi adalah untuk

meningkatkan performansi seluruh sistem

kerja dan pada waktu yang sama

mengurangi ketegangan pekerja selama

melaksanakan pekerjaan tersebut dengan

cara menganalisa pekerjaan, lingkungan

kerja dan interaksi manusia mesin. Menurut

Bridger (1995) sistem kerja terdiri dari

beberapa sub sistem yaitu sub sistem

manusia, alat dan lingkungan. Masing-

masing sub sistem saling terkait dan saling

mempengaruhi sehingga jika dikehendaki

hasil yang maksimum dari sistem tersebut

harus dilakukan optimalisasi potensi sub

sistem. Sub sistem manusia mencakup

efektor, panca indra dan proses pendukung.

Sub sistem alat meliputi mekanisme alat,

pengendali dan display. Sedangkan sub

sistem lingkungan mencakup ruang kerja,

lingkungan fisik dan lingkungan organisasi.

Beban kerja merupakan suatu masalah

penting dalam analisa ergonomi karena

akan diterima langsung oleh

pekerja/manusia. Beban kerja yang amat

berat akan mengakibatkan kinerja manusia

menurun dengan drastis, dengan resiko

kelelaan dan kecelakaan kerja yang besar.

Beban kerja terdiri dari beban kerja fisik

dan non fisik dan secara akumulatif

diterima oleh tubuh manusia. Pengukuran

beban kerja fisik dapat dilakukan dengan

Page 3: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 31

memperhatikan empat parameter fisiologis

sebagai berikut (Zanders, 1972):

1. Suhu Tubuh

Peningkatan beban kerja akan

menaikkan suhu tubuh, sehingga suhu

tubuh dapat dijadikan parameter

pengukuran beban kerja fisik. Pada

pekerja yang bekerja pada suhu udara

tinggi, peningkatan suhu tubuh tidak

proporsional dengan laju konsumsi O2,

sifat ini dapat dijadikan indikasi

pengukuran heat stress.

2. Konsumsi Oksigen (O2)

Perubahan karbohidrat, lemak, dan

protein menjadi energi memerlukan O2,

dengan demikian konsumsi O2 dapat

dijadikan parameter untuk pengukuran

benda kerja, dengan mengequivalenkan

antara kebutuhan energi dan kebutuhan

O2 diperoleh hubungan yang nyata

antara keduanya. Konsumsi energi

bersih per kegiatan dapat diukur dengan

cara menguranginya dengan energi yang

diperlukan untuk metabolisme basal.

3. Laju Paru-Paru dan Frekwensi

Pernafasan

Laju paru-paru dan frekwensi

pernafasan seimbang dengan konsumsi

O2, sehingga dengan mengetahui laju

paru-paru dan frekwensi pernafasan

dapat dihitung besarnya konsumsi O2

dan dapat diketahui besarnya beban

kerja.

4. Denyut Jantung

Kerja jantung akan meningkat jika tubuh

melakukan tenaga mekanis. Laju denyut

jantung yang tinggi akan diikuti oleh

konsumsi O2 yang rendah, biasanya

menunjukkan kelelahan otot, terutama

untuk pekerjaan statis (Zander, 1972 dan

Sanders, 1987).

Indikator-indikator fisiologis beban

kerja dapat menentukan berapa lama

seseorang dapat bekerja, sesuai dengan

kapasitas kerjanya. Metode denyut jantung

mempunyai kelemahan, yaitu sering

diperolehnya hubungan yang tidak mantap

antara hasil pengukuran dengan

pengeluaran energi (Netty, 2003). Pada

dasarnya ada dua hal pokok yang dapat

mempengaruhi kemampuan kerja fisik

manusia dalam setiap aktivitasnya, yaitu

faktor personal dan faktor lingkungan

(Bridger, 1995).

Untuk menghindari subyektifitas nilai

denyut jantung yang umumnya sangat

dipengaruhi faktor-faktor personal,

psikologis, dan lingkungan, maka

perhitungan nilai denyut jantung harus

dinormalisasi agar diperoleh nilai denyut

jantung yang lebih obyektif (Syuaib, 2003).

Normalisasi nilai denyut jantung dilakukan

dengan cara perbandingan denyut jantung

relatif saat kerja terhadap denyut jantung

saat istirahat. Nilai perbandingan HR

tersebut dinamakan IRHR (Increase Ratio

of Heart Rate) atau dengan persamaan :

HRrest

HRworkIRHR

...................(1)

Pengukuran beban kerja fisik termudah

untuk dilakukan pada kondisi lapang adalah

menggunakan pengukuran denyut jantung.

Akan tetapi pengukuran ini memiliki

kelemahan, karena hasil pengukuran tidak

hanya dipengaruhi oleh usaha-usaha fisik,

melainkan juga oleh kondisi dan tekanan

mental. Kelemahan lainnya adalah

bervariasinya karakter denyut jantung pada

setiap orang, dan dapat pula terjadi

penyimpangan (Hayashi dalam Amelia

2003).

Salah satu metode yang dipergunakan

untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung

ini adalah dengan mempergunakan metode

step test atau metode langkah, selain dari

sepeda ergometer. Dengan metode step test,

dapat diusahakan suatu selang yang pasti

dari beban kerja dengan hanya mengubah

tinggi bangku step test dan intensitas

langkah. Metode ini juga lebih mudah,

karena dapat dilakukan dimana-mana,

terutama di lapang, dibandingkan dengan

menggunakan sepeda ergometer (Hayashi

dalam Amelia 2003).

Menurut (Hayashi dalam Amelia 2003),

denyut jantung sebanding dengan konsumsi

oksigen. Beban kerja yang pasti dapat

diketahui dengan mengkalibrasi antara

kurva denyut jantung saat bekerja dengan

beban kerja (denyut jantung) yang

ditetapkan sebelum bekerja (metode step

test).

Step test mempunyai komponen

pengukuran yang mudah, bisa dilakukan

dimana saja dan kapan saja, sehingga

dengan demikian dengan metode ini

ketidakstabilan denyut jantung seseorang

dapat dengan mudah dianalisa (Hayashi

Page 4: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

32 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340

dalam Amelia 2003). Dengan metode ini

beberapa faktor individual seperti umur,

jenis kelamin, berat dan tinggi badan, harus

diperhatikan sebagai faktor penting untuk

menentukan karakteristik individu yang

diukur (Herodian dalam Amelia 2003).

Faktor lingkungan kerja juga

merupakan hal yang harus diperhatikan

dalam rancangan sistem kerja. Lingkungan

terdiri dari dimensi dan lingkungan fisik,

serta lingkungan organisasi pada umumnya.

Lingkungan fisik meliputi temperatur,

pencahayaan, kebisingan, getaran,

kelembaban, polusi, dan kondisi cuaca pada

umumnya. Sedangkan faktor lingkungan

organisasi adalah sistem manajemen yang

diterapkan pada sistem tersebut dalam

mengatur hubungan manusia, alat, sistem,

material, informasi dan modal. Kepedulian

manajemen terhadap kondisi kerja termasuk

masalah K3 (kesehatan dan keselamatan

kerja) sangat diperhatikan dalam kajian

ergonomi.

3. PENGUMPULAN DAN

PENGOLAHAN DATA

a. Beban kerja tebang angkut

Beban kerja tebang angkut dihitung

dengan menganalisa pola denyut jantung

dari pekerja. Pengukuran denyut jantung

dilakukan pada beberapa aktivitas yang

berbeda tingkat kelelahan yang dapat

ditimbulkan, yaitu :

a) Pada saat melakukan penebangan

b) Pada saat melakukan pengangkutan

c) Pada saat melakukan step test

d) Pada saat pekerja beristirahat

Sebelum melakukan pengukuran

denyut jantung pekerja pada saat

melakukan penebangan dan pengangkutan,

terlebih dahulu dilakukan pengukuran

denyut jantung pada saat melakukan step

test. Step test dilakukan dengan cara

melangkah naik turun bangku step test

setinggi 30 cm dengan ritme kecepatan

langkah yang berbeda. Ritme kecepatan

langkah yang diukur yaitu 25 siklus/menit,

30 siklus/menit, dan 35 siklus/menit. Setiap

ulangan masing-masing ritme dilakukan

selama 3 menit dengan diselingi istirahat

selama ±5 menit. Pengukuran denyut

jantung pada saat tebang angkut dilakukan

sebanyak 4 kali ulangan untuk

meminimalkan kesalahan dalam

pengambilan data.

Data Responden

Pengukuran denyut jantung dilakukan

kepada tenaga tebang dan tenaga angkut

sebanyak 3 orang yang berpengalaman dan

3 orang tidak berpengalaman dengan jenis

kelamin pria. Adapun spesifikasi pekerja

yang menjadi subyek penelitian dapat

dilihat dari tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Spesifikasi subyek tenaga yang berpengalaman

Subyek Umur

(tahun)

Berat badan

(kg)

Tinggi badan

(cm)

Pengalaman kerja

(tahun)

1 31 54.7 163 20

2 32 59.2 162 16

3 50 48.7 152 20

Tabel 2. Spesifikasi subyek tenaga yang tidak berpengalaman

Subyek Umur

(tahun)

Berat badan

(kg)

Tinggi badan

(cm)

Pengalaman kerja

(tahun)

1 17 48.5 153 3

2 19 53.1 172 1

3 21 45.4 169 1

Pengukuran denyut jantung dilakukan

saat pekerja melakukan penebangan,

pengangkutan, istirahat dan step test.

Sebelum melakukan penebangan, pekerja

istirahat terlebih dahulu untuk mengetahui

nilai denyut jantungnya (HRrest).

Pengukuran denyut jantung masing-masing

pekerja yang pengalaman dan tidak

Page 5: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 33

pengalaman saat penebangan dilakukan

dengan 4 kali ulangan. Pengukuran

dilakukan pada pagi dan siang hari.

Beberapa contoh hasil pengukuran dapat

dilihat pada Gambar 1 sampai dengan

Gambar 4.

Gambar 1. Grafik denyut jantung pekerja

tiga berpengalaman saat step test

Gambar 2. Grafik denyut jantung pekerja

tiga berpengalaman saat tebang pagi

Gambar 3. Grafik denyut jantung pekerja

tiga berpengalaman saat angkut pagi

Gambar 4. Grafik denyut jantung pekerja

berpengalaman saat tebang siang

Setelah melakukan step test,

didapatkan nilai perbandingan antara

HRwork dan HRrest (IRHR) pada tabel 3

dan tabel 4 yang menunjukkan kategori dari

pekerjaan tebang dan angkut untuk masing-

masing pekerja. Untuk pekerja yang

berpengalaman pada pekerjaan tebang

termasuk kategori sedang, sedangkan

pekerja yang tidak berpengalaman termasuk

kategori sedang dan berat. Untuk pekerjaan

mengangkut pekerja yang berpengalaman

termasuk kategori sedang dan berat,

sedangkan pekerja tidak berpengalaman

termasuk kategori berat dan sangat berat

dengan nilai IRHR yang lebih besar.

Tabel 3. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR pekerja berpengalaman

Subyek Tebang Pagi Tebang Siang Angkut Pagi Angkut Siang

IRHR Kategori IRHR Kategori IRHR Kategori IRHR Kategori

1 1.30 sedang 1.44 sedang 1.64 berat 1.44 sedang

2 1.45 sedang 1.66 berat 1.33 sedang 1.58 berat

3 1.28 sedang 1.27 sedang 1.61 berat 1.43 sedang

60

80

100

120

140

160

180

0:00:00

0:02:00

0:04:00

0:06:00

0:08:00

0:10:00

0:12:00

0:14:00

0:16:00

0:18:00

0:20:00

0:22:00

0:24:00

0:26:00

0:28:00

0:30:00

0:32:00

0:34:00

Waktu (detik)

Den

yu

t jan

tu

ng

(d

en

yu

t/m

en

it)

Keterangan :

R : Istirahat ST2 : Step test 25 siklus/menit

ST1 : Step test 20 siklus/menit ST3 : Step test 30 siklus/menit

R ST1 R ST2 R ST3 R

60

70

80

90

100

110

120

130

0:0

0:0

0

0:0

2:3

0

0:0

5:0

0

0:0

7:3

0

0:1

0:0

0

0:1

2:3

0

0:1

5:0

0

0:1

7:3

0

0:2

0:0

0

0:2

2:3

0

0:2

5:0

0

0:2

7:3

0

0:3

0:0

0

0:3

2:3

0

0:3

5:0

0

0:3

7:3

0

Waktu (detik)

Den

yu

t ja

ntu

ng

(d

en

yu

t/m

en

it)

Keterangan :

R : Istirahat T : tebang

ST1 : Step test 20 siklus/menit

TST1 RR

100

110

120

130

140

150

160

0:3

8:2

5

0:4

0:5

5

0:4

3:2

5

0:4

5:5

5

0:4

8:2

5

0:5

0:5

5

0:5

3:2

5

0:5

5:5

5

0:5

8:2

5

1:0

0:5

5

1:0

3:2

5

1:0

5:5

5

1:0

8:2

5

1:1

0:5

5

1:1

3:2

5

Waktu (detik)

Den

yu

t ja

ntu

ng

(den

yu

t/m

en

it)

Keterangan:

A : Angkut

A

60

70

80

90

100

110

120

130

140

150

0:0

0:0

0

0:0

2:3

0

0:0

5:0

0

0:0

7:3

0

0:1

0:0

0

0:1

2:3

0

0:1

5:0

0

0:1

7:3

0

0:2

0:0

0

0:2

2:3

0

0:2

5:0

0

0:2

7:3

0

0:3

0:0

0

Waktu (detik)

Den

yu

t ja

ntu

ng

(d

en

yu

t/m

en

it)

Keterangan :

R : Istirahat T : tebang

ST1 : Step test 20 siklus/menit

R RST1 T

Page 6: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

34 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340

Tabel 4. Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR pekerja tidak berpengalaman

Subyek Tebang Pagi Tebang Siang Angkut Pagi Angkut Siang

IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi

1 1.50 berat 1.57 berat 1.73 berat 1.93 sangat berat

2 1.40 sedang 1.52 berat 1.50 berat 1.65 berat

3 1.26 sedang 1.49 sedang 1.61 berat 1.63 berat

Pekerjaan tebang ataupun angkut dapat

diketahui klasifikasinya berdasarkan

perbandingan nilai IRHR untuk masing-

masing pekerjaan termasuk kategori sedang

dan berat, sedangkan mengangkut termasuk

kategori berat dan sangat berat.

b. Kondisi lingkungan fisik dan beban

kerja di unit pabrikasi

Kondisi fisik di pabrik meliputi

pencahayaan, temperatur (suhu),

kelembaban, kebisingan dan getaran

disampaikan pada Tabel 5 sampai dengan

tabel 8. Sedangkan kondisi beban kerja

ditampilkan pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 5. Kondisi Fisik Stasiun Gilingan

Tabel 6. Kondisi Fisik Stasiun Pemurnian

Tabel 7. Kondisi Fisik Stasiun Penguapan

Tabel 8. Kondisi Fisik Stasiun Boiler

Ambang Batas PG BM PG JT PG BM PG JT PG BM PG JT

Illuminasi (lux)2.000-100.000 (sun)

50-500 (light) 1) 3598,1 4526,2 6863,3 5492,8 73,4 1871,8

Suhu (0C) 25-30

0C

2)30,1 36,9 35,7 35,9 29,9 30,0

Kelembaban (%) 50-70 3)

67,1 51,5 36,3 52,1 72,6 74,6

Kebisingan (dB) 85 2)

85,8 87,7 85,4 87,9 81,8 86,0

Getaran (m/s2) 4

2)1,1 3,9 1,6 3,9 1,2 3,8

1) Grandjean (1988)

2) Menaker (1999)

3) Sulistyadi (2003)

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

Ambang Batas PG BM PG JT PG BM PG JT PG BM PG JT

Illuminasi (lux)2.000-100.000 (sun)

50-500 (light) 1) 214,3 30,3 169,1 7,5 11,0 12,0

Suhu (0C) 25-30

0C

2)33,0 37,0 35,2 29,5 31,8 30,3

Kelembaban (%) 50-70 3)

51,1 42,3 39,0 65,2 63,8 68,0

Kebisingan (dB) 85 2)

86,3 88,7 87,8 87,4 87,1 86,7

Getaran (m/s2) 4

2)1,3 1,0 0,9 0,7 0,9 0,8

1) Grandjean (1988)

2) Menaker (1999)

3) Sulistyadi (2003)

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

Ambang Batas PG BM PG JT PG BM PG JT PG BM PG JT

Illuminasi (lux)2.000-100.000 (sun)

50-500 (light) 1) 214,3 30,3 169,1 7,5 11,0 12,0

Suhu (0C) 25-30

0C

2)33,0 37,0 35,2 29,5 31,8 30,3

Kelembaban (%) 50-70 3)

51,1 42,3 39,0 65,2 63,8 68,0

Kebisingan (dB) 85 2)

86,3 88,7 87,8 87,4 87,1 86,7

Getaran (m/s2) 4

2)1,3 1,0 0,9 0,7 0,9 0,8

1) Grandjean (1988)

2) Menaker (1999)

3) Sulistyadi (2003)

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

Ambang Batas PG BM PG JT PG BM PG JT PG BM PG JT

Illuminasi (lux)2.000-100.000 (sun)

50-500 (light) 1) 239,3 296,2 55,3 10,5 19,6 17,2

Suhu (0C) 25-30

0C

2)31,8 31,2 34,8 28,3 29,8 28,5

Kelembaban (%) 50-70 3)

45,9 62,0 31,7 63,3 57,9 64,7

Kebisingan (dB) 85 2)

90,1 93,2 90,3 93,1 91,6 92,9

Getaran (m/s2) 4

2)1,0 0,3 0,9 0,3 0,5 0,3

1) Grandjean (1988)

2) Menaker (1999)

3) Sulistyadi (2003)

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

Page 7: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 35

c. Beban kerja operator Stasiun Bolier

Beban kerja operator di dalam pabrik,

hanya diambil sampel pekerja stasiun boiler

kerja sebanyak 2 (dua) operator. Pemilihan

ini didasarkan pada kondisi lapangan bahwa

hanya pekerja di stasiun ini yang

melakukan pekerjaan manual secara rutin

yaitu mengaduk bagas yang digunakan

untuk bahan bakar di tungku boiler. Pekerja

ladi stasiun lebih banyak bekerja

mengawasi panel kendali (di ruang

operator) atau berkeliling mengawasi

kondisi stasiun secara berkala.

Sampel pengukuran dilakukan untuk 2

orang operator boiler di PG Jatitujuh dan 2

orang operator boiler di PG Bunga Mayang.

Metode pengukuran dengan cara yang sama

untuk pekerja tebang angkut, yaitu dengan

melakukan step test dan dilanjutkan

pengukuran denyut jantung saat bekerja.

Hasil dari pengukuran tersebut ditampilkan

pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Kategori beban kerja di Stasiun Boiler PG Jati Tujuh

Subyek

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi

1 1.46 Sedang 1.33 Sedang 1.42 Sedang

2 1.52 Berat 1.46 Sedang 1.55 Berat

Tabel 10. Kategori beban kerja di Stasiun Boiler PG Bunga Mayang

Subyek

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam

IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi IRHR Klasifikasi

1 1.42 Sedang 1.67 Berat 1.39 Sedang

2 1.33 Sedang 1.42 Sedang 1.48 Sedang

Dari hasil pengolahan data kondisi fisik

pabrik ada beberapa yang melewati batas

rekomendasi yang diijinkan, misalnya

temperatur tertinggi mencapai 37 0C,

illuuminasi sangat rendah 7,5 lux , serta

kebisingan mencapai 93,2 dB. Sedangkan

beban kerja operator boiler ada yang

mencapai kategori sangat berat yaitu IRHR

1,67.

d. Hasil kuisioner persepsi karyawan

Sebagai kelengkapan penelitian aspek

ergonomi, dilakukan survey persepsi

dengan pemberian kuisioner yang diisi

langsung oleh karyawan pabrikasi. Hasil

kuisioner mencerminkan pandangan

subyektif dari pekerja dan ditampikan pada

Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Kuisioner di PG Bunga Mayang dan PG Jati Tujuh

Page 8: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

36 Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340

Dari tabel kuisioner yang diberikan

kepada seluruh pekerja pabrik, sebagaian

besar menyatakan bahwa manajemen

sangat peduli dengan kesehatan dan

keselamatan kerja. Namun hal ini perlu

penelitian lebih lanjut karena terdapat

kontradiksi dengan persepsi karyawan

terhadap beban kerja, kelelahan dan

kecelakaan kerja, dengan menyatakan

beberapa parameter beban kerja dan

kelelahan dalam kategori berat. Jika benar

perusahaan sudah peduli seharusnya ketiga

parameter tersebut akan dipersepsikan

ringan atau maksimum sedang oleh pekerja.

4. KESIMPULAN

Kategori pekerjaan berdasarkan nilai

IRHR pekerjaan menebang termasuk

sedang untuk pekerja berpengalaman,

sedang dan berat untuk pekerja tidak

berpengalaman. Sedangkan pekerja

berpengalaman maupun yang tidak

berpengalaman termasuk kategori berat

untuk pekerjaan mengangkut.

Hasil penelitian menunjukkan

pekerjaan tebang ataupun angkut dapat

diketahui klasifikasinya berdasarkan

perbandingan nilai IRHR untuk masing-

masing pekerjaan termasuk kategori sedang

dan berat, sedangkan mengangkut termasuk

kategori berat dan sangat berat. Sedangkan

kondisi fisik pabrik ada beberapa yang

melewati batas rekomendasi yang

diijinkan, misalnya temperatur tertinggi

mencapai 37 0C, ilmuminasi sangat rendah

7,5 lux , serta kebisingan mencapai 93,2

dB. Sedangkan beban kerja operator boiler

ada yang mencapai kategori sangat berat

yaitu IRHR 1,67. Pandangan subyektif

karyawan bervariasi dari perasaan ringan

sampai dengan berat.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] __________, L.Saulia, dan K. Morgan.

1999. Pedoman Praktikum

Ergonomika. JICA-DGHE/IPB

Project/ ADAET. Bogor.

[2] Amelia, Tasia. 2003. Tingkat Beban

Kerja Operator Dan Antropometri

Traktor Roda Empat Yanmar Tipe YM

330T. Skripsi. Jurusan Teknik

Pertanian. IPB, Bogor.

[3] Bridger, R. S. 1995. Introduction to

Ergonomics. McGraw Hill. Singapore

[4] Hayashi, N., S. Moriizumi, dan H. Jin.

1997. The step test as a new type of

ergometer using both oxygen

consumption and heart rate.

Proceeding. XXVII CIOSTA CIGR V

Congress, Kaposvar, Hungary. 25-27

August 1997.

[5] Hendrawansyah. 1998. Penentuan

Koefisien Tenaga Manusia Dengan

Metode Step Test. Skripsi. Jurusan

Teknik Pertanian. IPB, Bogor.

[6] Herodian, S. 1997. Workload

calibration by using step test method.

Proceeding. XXVII CIOSTA CIGR V

Congress, Kaposvar, Hungary. 25-27

August 1997.

[7] Manuaba, Adnyana, 2002, ‘SHIP’

Approach Workshop On Democracy

And Human Rights, Prosiding

International Seminar On Egonomics

and Sport Physiology, Denpasar, 14-17

Oktober 2002, ISBN : 979-8286-54-5

[8] Manuaba, Adnyana, 2005, Pendekatan

Total Perlu Untuk Adanya Proses

Produksi Dan Produk Yang

Manusiawi, Kompetitif dan Lestari,

Prosiding Seminar Nasional 2005-

Perancangan Produk – Collaborative

Product Design, Atmajaya Yogyakarta,

16-17 Februari 2005, ISBN : 979-

9243-57-2

[9] Nagamachi, Mitsuo, 1996,

Relationship Between Job Design,

Macroergonomics, And Productivity,

Abstract, International Journal Of

Human Factor In Manufacturing, 1996

John Wiley and Sons, Volume 6 Issue

4, Pages 309 – 322, (published online

7 Dec 1998), downloaded 18 October

2005.

(http://www3.interscience.wiley.com/c

gi-bin/jissue)

[10] Netty, F. 2003. Modifikasi dan Uji

Performansi Alat Pemanen Buah

Rambutan (Paraserianthes falcataria

(L) NIELSEN) Secara Manual.

Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian.

IPB. Bogor.

Page 9: Jurnal Kajian Aspek Ergonomi Mikro Pada SIstem Kerja Agri Industri_29-37

Kajian Aspek Ergonomi Mikro (Lamto Widodo) 37

[11] Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi

Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi

Kedua. Guna Widya. Surabaya.

[12] Pulat, Babur Mustafa dan David C.

Alexander (Editors), 1991, Industrial

Ergonomics – Case Study, Mc Graw

Hill, Inc. New York, Pages: 6 – 11,

Pages:275-285

[13] Rasyani, L. 2001. Pengukuran Beban

Kerja Lokal Pada Otot Lengan dengan

Menggunakan Elektromiografi Pada

Operator Penggiling Jagung Semi

Mekanis, Skripsi. Jurusan Teknik

Pertanian. IPB, Bogor.

[14] Sanders, S. M. And Mc Cormick, E. J.

1982. Human Factior In Engineering

and Design Fifth Edition. McGraw

Hill. New Delhi.

[15] Stevenson, M. G. 1999. Notes On The

Principles Of Ergonomics. Australia

[16] Susanto, Haryadi. Kajian Tentang

Kondisi Penerangan. Jakarta : Institut

Teknologi Bandung, 1996.

[17] Syuaib, M. F. 2003. Ergonomic Study

on the Process of Mastering Tractor

Operation. Desertasi. Tokyo

University of Agriculture and

Technology. Tokyo. Japan

[18] Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi,

Studi Gerak Dan Waktu. Surabaya:

Guna Widya, 1995.

[19] Zander, J. 1972. Ergonomics In

Machine Design, N. V. Veeman and

Zonen, Wageningen.