JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 -...

119
JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 PENGURUS VOL. 12, NO. 1, JANUARI 2015 Penanggung Jawab Zainuddin Ketua Penyunting Safrilsyah Sekretaris Penyunting Mulyadi Abd Anggota Penyunting Hisyami bin Yazid Damanhuri Basyir Agusni Yahya Taslim H.M.Yasin Abd. Wahid Samsul Bahri Muhammad Zaini Lukman Hakim Muslem Djuned Finansial Nuraini Sirkulasi Zulihafnani Muhammad Iqbal Diterbitkan Oleh: SEAR FIQH, Banda Aceh Alamat Redaksi: Kantor SEAR FIQH Jl. Tgk. Chik Pantekulu No. 13 Dusun Utara, Kopelma Darussalam, Kota Banda Aceh, 23111, telp. 08126950111 Email: [email protected], Website: al-muashirah.com Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif

Transcript of JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 -...

Page 1: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562

TERBIT 2 KALI SETAHUN PADA BULAN JANUARI DAN JULI

PENGURUS

VOL. 12, NO. 1, JANUARI 2015

Penanggung JawabZainuddin

Ketua PenyuntingSafrilsyah

Sekretaris PenyuntingMulyadi Abd

Anggota PenyuntingHisyami bin YazidDamanhuri Basyir

Agusni YahyaTaslim H.M.Yasin

Abd. WahidSamsul Bahri

Muhammad ZainiLukman HakimMuslem Djuned

FinansialNuraini

SirkulasiZulihafnani

Muhammad Iqbal

Diterbitkan Oleh: SEAR FIQH, Banda AcehAlamat Redaksi:

Kantor SEAR FIQH Jl. Tgk. Chik Pantekulu No. 13 Dusun Utara, Kopelma Darussalam,Kota Banda Aceh, 23111, telp. 08126950111

Email: [email protected], Website: al-muashirah.com

Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif

Page 2: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, Januari 2015 (i)

Issn 1693-7562

Vol. 12, Nomor 1, Januari 2015

Daftar Isi

Daftar Isi, I

Burhanuddin Banta Cut: Pemikiran An-Na’im Seputar Kehujjahan Hadis Ahad >> 1

Hamdiah : :تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة12, الفكر الليربايل اإلنندونيسي كموضوع دراسي

Soufyan Ibrahim : Pencatatan Hadits Di Masa Hidup Nabi Saw >> 21

Nasaiy Aziz : Diam Gadis Sebagai Indikasi Persetujuan Nikah: SuatuKajian terhadap Pemahaman Ulama Hadis secara Tekstualdan Kontekstual >> 27

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib Baiturrahman Edisi 8Tahun 2012 >>41

Nurdinah Muhammad : Konsep Al-Qur’an Sebagai Modal Membangun InteraksiSosial Yang Harmonis dalam Pluralisme Agama DiIndonesia >> 57

Suhaimi : Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Quran(Kajian Analisis Terhadap Kitab Al-Burhan Fi `Ulum Al-Quran) >> 73

Arfah Ibrahim : ‘Aqiqah Dalam Perspektif Hadis Nabi Saw >> 88

A. Shamad : Memahami Hadis-Hadis Tentang Tanda-Tanda DatangnyaHari Kiamat >> 104

Pedoman Penulisan>> 116

Page 3: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 1

PEMIKIRAN AN-NA’IM SEPUTAR KEHUJJAHAN HADIS AHAD

Burhanuddin Banta CutFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABSTRAKSebagian besar ulama hadits menyerukan kepada orang yang menolak

Hadîts Ahâd agar mengalihkan perhatian mereka kepada hadits, baik untukmengumpulkan, menelusuri jalur-jalurnya, mengenali kondisi para periwayat danbiografi mereka, serta menjadikan hal itu sebagai tumpuan tuntutan dan akhirtujuan mereka. Bila hal ini diakukan, maka ketika itu mereka akan mengetahuibahwa Hadîts Ahâd tersebut dapat memberikan informasi ilmu kepada kita.Sedangkan bila kita menanggapinya tanpa keseriusan, maka sudah tentu ia tidakakan memberikan informasi ilmu kepada kita. Abdullah Ahmad An-Na'imterkenal sebagai salah satu ulama modern, yang menolak hadis Ahad. Pada sisiyang lain, para ulama jumhur sebenarnya menerima hadis Ahad sebagai pedomanyang sifat dhanni dalalah, tidak qat'iy dalalah. Bagaiman argumen An-Naimberpendapat seperti itu? Tulisan ini mencoba mengupas dengan membandingkanpendapat tersebut dengan pendapat ulama modern lain.

Kata Kunci: Ahmed Abdullah An-Nai'm, Hadis Ahad, Dhanni Dalalah

PENDAHULUANPembahasan seputar Hadîts Ahâd sudah menjadi polemik sepanjang masa.

Selama para pengikut masing-masing pihak yang berpolemik masih ada, makaselama itu pula perdebatan seputar hal itu tetap berlangsung, kecuali sampai batasyang dikehendaki oleh Allah. Sekalipun demikian, yang menjadi tolok ukur suatukebenaran adalah sejauh mana keberpegangan kepada al-Qur'an dan as-Sunnahmelalui argumentasi-argumentasi yang kuat, valid dan meyakinkan.

Ada golongan yang berkeyakinan bahwa Hadits Ahâd bukan hujjah bagi'aqidah. Karena menurut mereka, Hadits Ahâd itu bukan Qath'iy ats-Tsubût(keberadaan/sumbernya pasti), maka mereka menganggap hadits tersebut tidakdapat memberikan informasi pasti (yang bersifat keilmuan dan yaqin).

An-Na’im merupakan tokoh kontroversial dengan bukunya denganberbagai ide sekulernya. Di antara buku terbarunya yang cukup menyentakkanperhatian berbagai kalangan berjudul “Islam dan Negara Sekuler”. Melaluibukunya, An-Naim menafikan apa yang disebut Negara Islam dan pelaksanaanSyari’at Islam dan ia cenderung berpendirian bahwa Islam tidak menghendakiadanya Negara berdasarkan agama. Menurutnya urusan Negara merupakanpersoalan duniawi yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan akhirat(agama). Tulisan ini ingin mengkaji sejauh mana An-Na’im berpedoman kepadahadits dan bagaimana pendiriannya tentang otoritas hadits, dan khususnya otoritashadits ahad.

Page 4: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Burhanuddin Banta Cut : Pemikiran An-Na'im seputar Kehujjahan Hadis Ahad2

KEHUJJAHAN HADITS AHADHadits Ahâd1 menurut Muhadditsin (para ahli hadits) dan Jumhur

(mayoritas) ulama muslimin, wajib diamalkan apabila memenuhi syaratkeshahihan dan diterimanya hadits itu.2 Dalam hal ini, terdapat 3 pendapatseputar masalah apakah Hadîts Ahâd dapat memberikan informasi yang pasti(bersifat keilmuan dan yaqin)?Pendapat Pertama:

Hadîts Ahâd dapat memberikan informasi yang pasti (bersifat keilmuandan yaqin) secara mutlak/total. Ini adalah pendapat yang dinisbahkan (dilekatkan)kepada Imam as-Sunnah, Imam Ahmad dan Madzhab Ahl azh-Zhâhir (Zhâiyyah),namun penisbahan ini ditolak oleh sebahagian besar ulama hadits.

Imam Ahmad dikenal sebagai Ahli al-Jarh wa at-Ta'dîl (ulama kritikusHadits) dan tidak dapat dihitung berapa banyak bantahan beliau terhadap hadits-hadits yang diriwayatkan para periwayat kategori lemah. Hal ini cukup sebagaibantahan terhadap apa yang dituduhkan kepada dirinya itu.Sedangkan Ibn Hazm, sebagai salah seorang Ahl azh-Zhâhir mengaitkanberfungsinya Hadîts Ahâd sebagai pemberi informasi ilmu (hal yang yaqin danpasti) dengan 'adâlah (keadilan) sang perawi hadits.

Argumen yang dikemukakan oleh ulama yang menolak pendapat pertamadi atas antara lain menyebutkan bahwa pendapat tersebut cenderung tidak dapatditerima akal, sebab dalam penelusuran para ulama rijal hadits, ternyata tidaksemua mereka memiliki reputasi yang dapat dipertanggung jawabkan tentangkejujuran mereka, di samping itu tdak sedikit juga yang dinilai sebagai orang-orang yang dianggap lalai dan sering mengalami kealpaan. Karena itu,penerimaan yang mutlak terhadap hadits ahad tidak dapat dipertahankan dandapat merusak ajaran Islam ketika terdapat hadits yang tidak mencukupi syaratsebagai hadits yang maqbul.

Pendapat Kedua:Hadîts Ahâd tidak dapat memberikan informasi yang pasti (bersifat

keilmuan dan yaqin) secara mutlak/total. Ini adalah pendapat sebagian AhliKalam (Mutakallimin) dan Ulama Ushul Fiqh (Ushuliyyun) sekalipun sebagiandari ulama Ushul ini seperti al-Juwainiy dan Abu Manshur al-Baghdadiy telahmenyebutkan di dalam sebagian kitab mereka pendapat yang justeru sepakatdengan pendapat ketiga nanti. Demikian juga, penisbahan pendapat ini kepadamayoritas Ahli Fiqih dan Ahli Hadits perlu dikritisi dan diberikan catatan terlebihdahulu.

Karena itu, sebagian besar ulama hadits menyerukan kepada orang yangmenolak Hadîts Ahâd tersebut agar mengalihkan perhatian mereka kepada hadits,baik untuk mengumpulkan, menelusuri jalur-jalurnya, mengenali kondisi paraperiwayat dan biografi mereka, serta menjadikan hal itu sebagai tumpuan tuntutandan akhir tujuan mereka. Bila hal ini diakukan, maka ketika itu mereka akan_____________

1 Hadits Ahad atau disebut juga khabar al-wahid adalah hadits yang periwayatannya tidakmencapai jumlah banyak orang, hingga tidak mencapai mutawâtir (yaitu kebalikannya). HaditsAhad yang diriwayatkan oleh satu orang pada setiap jenjangnya maka dinamakan hadits gharîb.Bila diriwayatkan oleh dua orang pada setiap jenjangnya disebut dengan Hadits 'Azîz. SedangkanHadits Ahâd yang diriwayatkan oleh jama'ah (banyak orang) namun tidak mencapai derajatmutawatir disebut Hadits Masyhûr. Jadi, Hadits Ahâd itu hadits yang tidak sampai pada syarat-syarat mutawatir.

2 Buletin an-Nur, tahun VI, No. 247/Jum'at I/Jumadal ula 1421 H.

Page 5: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 3

mengetahui bahwa Hadîts Ahâd tersebut dapat memberikan informasi ilmukepada kita. Sedangkan bila kita menanggapinya tanpa keseriusan, maka sudahtentu ia tidak akan memberikan informasi ilmu kepada kita.Pendapat Ketiga:

Hadîts ahâd memberikan informasi yang pasti (bersifat keilmuan danyaqin) secara bersyarat. Pendapat ini merupakan pendapat yang didukung olehmayoritas ulama hadits. Karena itu, perlu ditegaskan kepada umat Islam bahwameyakini bahwa pendapat inilah lebih mendekati kebenaran. Khabar yangdimaksud di sini adalah Khabar (berita) yang dipertegas dengan Qarâ`in (dalil-dalil penguat), sementara Qarînah bisa jadi terkait dengan khabar itu sendiri; bisajadi terkait dengan Mukhbir (pembawa berita) dan bisa jadi terkait dengan kedua-duanya. Termasuk dalam hal ini, Khabar Mustafîdl (berita yang demikian banyak,tak terhingga) yang pada awalnya hanya diriwayatkan oleh seorang, lalu menjadibanyak dan masyhur dan khabar yang sudah mendapatkan penerimaan dari umat(al-Khabar al-Mutalaqqa 'Indal Ummah bi al-Qabûl), atau oleh sebagian ulamaterkait di bidangnya yang di antaranya ada diriwayatkan oleh asy-Syaikhân (ImamBukhariy dan Muslim) atau salah seorang dari keduanya, di antaranya juga adayang merupakan hadits Musalsal (bermata rantai) dengan para Imam yang Hâfizhseperti Imam Malik dari Nafi' dari Ibn 'Umar. Khabar ini dan sejenisnya jelasmemberikan informasi ilmu menurut jumhur Ahli Hadits, Ahli Ushul, mayoritasAhli Kalam, semua Ulama Salaf dan para Ahli Fiqih umat. Dalam masalah ini,antara ulama Salaf tidak terdapat perselisihan pendapat.

Adapun dalil-dalil (argumentasi-argumentasi) bagi pendapat ketiga inibanyak sekali, di antaranya:

1. Ada ulama yang berpendapat bahwa membeda-bedakan antara HadîtsAhâd dan Hadits Mutawatir di dalam menginformasikan ilmu merupakanperistilahan (term) yang dibuat-buat, tidak didukung oleh dalil dariKitabullah, sunnah Rasul-Nya, tidak pernah dikenal oleh para shahabatataupun para Tabi'in. 3

Realitasnya, informasi yang disampaikan langsung oleh NabiMuhammad Saw. dibenarkan oleh kaum Mukminin (para shahabat) tanpamereka perlu mendapatkannya melalui pembawa-pembawa berita yangmutawatir (dalam jumlah banyak). Demikian pula sebaliknya, NabiMuhammad sendiri membenarkan berita/informasi yang disampaikan olehpara shahabatnya. Para shahabat, satu sama lainnya juga salingmembenarkan, demikian pula dengan para tabi'in, mereka membenarkanberita yang dibawa oleh para shahabat dan sejawat-sejawat mereka. Tidakada seorang pun dari mereka yang berkata terhadap orang yangmemberikan informasi kepada mereka dengan perkataan: "Khabar yangkamu bawa adalah Khabar Ahâd, tidak memberikan informasi pasti (yangbersifat keilmuan dan yaqin)… sehingga kemudian ia bisa menjadiMutawatir.

Masalah adanya di antara mereka, orang yang abstain (tawaqquf)terhadap suatu informasi hingga mendapatkan penegasan dari orang lain,tidak berarti sama sekali bahwa mereka semua menolak Khabar Ahâd.

_____________3 http://www.alsofwah.or.id.

Page 6: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Burhanuddin Banta Cut : Pemikiran An-Na'im seputar Kehujjahan Hadis Ahad4

Hanya saja, memang dalam momen yang amat jarang, mereka sangatekstra hati-hati di dalam menerima informasi.

Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa Khabar Ahâd memberikaninformasi pasti (yang bersifat keilmuan dan yaqin) secara bersyarat. Sebab,pendapat yang menyatakan bahwa Khabar Ahâd tidak memberikaninformasi ilmu secara mutlak justeru dapat memandegkan urusan agamadan dunia sekaligus. Upaya ini juga dapat dianggap sebagai bentukpembatalan yang terang-terangan terhadap ijma' para shahabat, Tabi'in danpara ulama setelah mereka.

2. Nabi Muhammad Saw. pernah mengirimkan para shahabatnya kepada pararaja dan penguasa untuk menyampaikan risalah Rabb-nya secara orangper-orang (Ahâd). Andaikata khabar yang mereka bawa tidak memberikaninformasi pasti (yang bersifat keilmuan dan yaqin), tentu beliau tidak akanpernah mengirimkan mereka secara per-orangan seperti itu, sebab jelas halitu perbuatan sia-sia yang amat jauh dari kepribadian seorang pembawaRisalah yang seharusnya bersih dari melakukan kesia-siaan seperti itu.

3. Ketika ada seorang yang memberitakan kepada kaum Muslimin saatmereka sedang shalat shubuh (atau shalat lainnya) di Quba` bahwa kiblattelah dialihkan ke arah Ka'bah, mereka serta-merta menerima khabar yangdibawanya dan meninggalkan hujjah yang masih mereka pegang danbersifat pasti, lalu mereka memutar ke belakang mengarah ke Kiblatsebagai pemenuhan terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya yangdisampaikan kepada mereka sekalipun hanya melalui jalur satu orang.Kenyataannya, Rasulullah tidak mengingkari sikap mereka terhadap halitu, bahkan sebaliknya, berterimakasih atas tindakan mereka tersebut.

Berhujjah Dengan Hadits Ahad Di Dalam Masalah 'AqidahPara pemegang pendapat kedua diatas, yang menyatakan bahwa Hadîts

Ahâd tidak memberikan informasi pasti (yang bersifat keilmuan dan yaqin),melandasi pendapat mereka tersebut dengan kerangka berfikir: tidak bolehberhujjah dengannya di dalam masalah 'Aqidah karena masalah 'Aqidah bersifatYaqiniyyah yang hanya memerlukan sesuatu yang pasti (Qath'iy).Dalam hal ini, Kaum Mu'tazilah tidak menerima Hadîts Ahâd di dalam masalah'Aqidah kecuali bila sealur dengan Akal/logika, baru dapat dijadikan argumentasitetapi itupun hanya dalam rangka sebagai penegas/penguat bukan hujjah. Jikatidak demikian, maka khabar seperti itu ditolak dan dianggap bathil, kecuali bilamengandung interpretasi yang bukan dipaksa-paksakan.

Teori berfikir kaum Mu'tazilah ini diamini oleh kebanyakan kaum AhliKalam (Mutakallimin) dari tokoh Asyâ'irah (Madzhab Asy'ariyyah) seperti Abual-Ma'âliy al-Juwainiy dan al-Fakhr ar-Râziy. Untuk membantah pendapat ini,cukup dengan menyatakan pernyataan sebelumnya bahwa Hadîts Ahâd yangdipertegas dengan Qarâ`in (dalil-dalil penguat) dapat memberikan informasi pasti(yang bersifat keilmuan dan yaqin) sebab alasan utama yang dijadikan peganganoleh mereka yang menolak tersebut hanyalah: Hadîts Ahâd tidak boleh dijadikanhujjah di dalam masalah-masalah 'Aqidah karena informasi yang diberikannyabersifat Zhanniy (tidak pasti) dan tidak dapat memberikan informasi ilmu.

Argumentasi-Argumentasi Pendapat Ketiga (Madzhab Salaf)

Page 7: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 5

1. Membeda-bedakan antara masalah-masalah 'aqidah dan hukum di dalamberargumentasi dengan Hadîts Ahâd merupakan perbuatan bid'ah (mengada-ada)yang tidak pernah dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu (Salaf). Bahkan biografidan karya-karya tulis mereka menunjukkan hal yang amat kontras sama sekalidengan hal itu. Para shahabat, Tabi'in, Tabi'ut Tabi'in dan Ahl al-Hadits dan as-Sunnah masih senantiasa berhujjah dengan khabar-khabar seperti itu di dalammenetapkan masalah Shifat Allah, Qadar, Asmâ`, Hukum-hukum, dan lainsebagainya.2. Adanya khabar-khabar (hadits-hadits) yang mutawatir dari Nabi Shallallâhu'alaihi Wa Sallam tentang tindakan beliau mengirimkan para utusan dan Da'ibeliau ke pelbagai pelosok negeri, demikian juga kepada para raja, kisra, kaisardan selain mereka dalam rangka mendakwahi mereka kepada Allah. Sudah barangtentu, hal pertama yang disampaikan oleh mereka ketika itu adalah masalah'Aqidah.Diantara indikasinya adalah sabda beliau Shallallâhu 'alaihi Wa Sallam kepadaMu'adz bin Jabal ketika hendak mengutusnya ke negeri Yaman:

: ويف رواية . - عز وجل- إنك تقدم على قوم أهل الكتاب، فليكن أول ما تدعوهم إليه عبادة هللا ..."" فادعهم إىل شهادة أن ال إله إال هللا

Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan Ahli Kitab;maka hendaklah hal pertama yang engkau dakwahi/ajak mereka kepadanya(adalah) agar beribadah kepada Allah 'Azza Wa Jalla."Di dalam riwayat yang lain, "…Maka, ajaklah mereka agar bersaksi bahwa TiadaIlah (Tuhan) -yang haq disembah- selain Allah."

4. Membeda-bedakan antara masalah 'Aqidah dan Hukum di dalamberargumentasi dengan Hadîts Ahâd pada dasarnya hanya berpijak padakerangka berfikir bahwa: amal perbuatan tidak ada kaitannya dengan'Aqidah dan 'Aqidah tidak ada kaitannya dengan hukum-hukum'amaliyyah (praktis). Kedua statement ini adalah Bathil dan termasukbid'ah (hal yang diada-adakan) oleh Ahli Kalam. Islam justeru membawahal yang amat kontras dengan itu semua; Tidak ada hukum yang bersifat'amaliy (praktis) kecuali ia selalu berkaitan dengan dasar-dasar 'aqidah,yaitu Iman kepada Allah; bahwa Dia telah mengutus Rasul-Nya agarmenyampaikan dari-Nya hukum ini; beriman akan kebenaran Rasul,amanahnya di dalam menyampaikan risalah kemudian beriman kepadakonsekuensi-konsekuensi dari hukum 'amaliy tersebut yang berupa pahalaatau dosa; kesenangan atau kesengsaraan. Hal ini sebagaimana firmanAllah Ta'ala:"Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihankepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah…"Ayat diatas menunjukkan hukum 'amaliy, kemudian Allah Ta'alaberfirman :

"…jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat…" (Q.s., an-Nûr :2)

Page 8: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Burhanuddin Banta Cut : Pemikiran An-Na'im seputar Kehujjahan Hadis Ahad6

Jadi, (dalam penutup ayat ini) Allah Ta'ala mengaitkan hukum 'amaliydengan 'aqidah beriman kepada Allah dan Hari Akhir.4

Sekilas Tentang pandangan Imam Asy-Syafi'iyImam asy-Syâfi'iy dijuluki oleh kalangan Ahlu al-Hadîts sebagai Nâshir

as-Sunnah (pembela as-Sunnah). Ini tentu saja merupakan penghargaantertinggi terhadap sosoknya dan bukan hanya sekedar simbol belaka. Sikap,ucapan dan karya-karya tulisnya menjadi saksi untuk itu.Di masa hidupnya, timbul bermacam-macam aliran keagamaan yangmayoritasnya selalu menyerang as-Sunnah. Mereka dapat dibagi menjadi tigakelompok: Pertama, mengingkari as-Sunnah secara keseluruhan. Kedua, tidakmenerima as-Sunnah kecuali bila semakna dengan al-Qur'an. Ketiga,menerima as-Sunnah yang mutawatir saja dan tidak menerima selain itu aliasmenolak Hadits Ahâd.

Ia menyikapi ketiga kelompok tersebut dengan tegas; kelompok pertamadan kedua tersebut secara terang-terangan ingin merontokkan as-Sunnah dantidak menganggapnya sebagai salah satu sumber utama hukum Islam yangbersifat independen sementara kelompok ketiga, tidak kurang dari itu.Terhadap kelompok pertama, ia menyatakan bahwa tindakan mereka tersebutamat berbahaya karena dengan begitu rukun Islam, seperti shalat, zakat, hajidan kewajiban-kewajiban lainnya menjadi tidak dapat dipahami bila hanyaberpijak kepada makna global dari al-Qur'an kecuali dari makna secaraetimologisnya saja. Demikian pula terhadap kelompok kedua, bahwaimplikasinya sama saja dengan kelompok pertama.

Sedangkan terhadap kelompok ketiga, ia membantah pendapat merekadengan argumentasi yang valid dan detail. Di antara bantahan tersebut adalahsebagai berikut:1. Di dalam mengajak kepada Islam, Nabi Muhammad mengirim para utusan

yang jumlahnya tidak mencapai angka mutawatir. Maka bila memangangka mutawatir tersebut urgen sekali, tentu Rasulullah tidak merasacukup dengan jumlah tersebut sebab pihak yang dituju oleh utusan tersebutjuga memiliki hak untuk menolak mereka dengan alasan tidak dapatmempercayai dan mengakui berita yang dibawa oleh mereka.

2. Bahwa di dalam peradilan perdata dan pidana yang terkait dengan harta,darah dan nyawa harus diperkuat oleh dua orang saksi padahal yangmenjadi landasannya adalah khabar (hadits) yang diriwayatkan olehjumlah yang tidak mencapai angka mutawatir alias Hadits Ahâd tetapimeskipun demikian, asy-Syâri' (Allah Ta'ala) tetap mewajibkan hal itu.

3. Nabi Saw. membolehkan orang yang mendengar darinya untukmenyampaikan apa yang mereka dengar tersebut meskipun hanya olehsatu orang saja. Nabi bersabda: "Mudah- mudahan Allah memperbaikiakhlaq dan derajat seseorang (seorang hamba) yang mendengar hadits darikami lantas menghafalnya hingga menyampaikannya; (sebab) betapabanyak orang yang membawa ilmu (hanya berilmu dan tidak lebihilmunya namun dia menghafal dan menyampaikannya) kepada orang yanglebih berilmu darinya dan betapa banyak orang yang membawa ilmu tetapi

_____________4 'Utsman 'Ali Hasan, Mashâdir al-Istidlâl 'Ala Masâ`il al-I'tiqâd , Hal.42-48.

Page 9: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 7

dia tidak berilmu (namun mendapatkan pahala menyampaikannya).(H.R.Abu Daud)

4. Para shahabat menyampaikan hadits-hadits Nabi secara individu-individudan tidak mensyaratkan harus diriwayatkan oleh orang yang banyak sekali.Demikianlah diantara bantahan beliau di dalam menegaskan wajibnya

menerima hadits Ahâd.5

Fatwa Ulama KontemporerSyaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn ditanya tentang orang yang

menganggap hadits-hadits Ahâd tidak dapat dijadikan landasan dalam masalah'aqidah menjawab:

"Tanggapan kami terhadap orang yang beranggapan bahwa hadits-haditsAhad tidak dapat menjadi landasan dalam masalah 'aqidah dengan alasan ia hanyamemberikan informasi secara zhann (tidak pasti) sedangkan masalah 'aqidah tidakdapat dilandasi oleh sesuatu yang bersifat zhann adalah bahwa pendapat semacamini tidak tepat sebab dilandaskan kepada sesuatu yang tidak tepat pula. Ini dapatdibuktikan dengan beberapa tinjauan:

1. Pendapat bahwa hadits Ahad hanya memberikan informasi secara zhanntidak dapat digeneralisir sebab ada banyak khabar/berita yang bersifatAhâd (individuil) dapat memberikan informasi secara yakin, yaitu bila adaqarâ-in (dalil-dalil penguat) yang mendukung kebenarannya seperti iatelah diterima secara luas oleh umat. Contohnya, hadits yang diriwayatkanoleh 'Umar bin al-Khaththab radhiallaahu 'anhu: "Sesungguhnya semuapekerjaan itu tergantung kepada niat" .

Ini merupakan khabar Ahâd, meskipun demikian kita tahu bahwaNabi Shallallâhu 'alaihi wasallam -lah yang mengucapkannya. Statementseperti ini telah dianalisis oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah, al-HâfizhIbnu Hajar, dan lainya.

2. Bahwa Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam mengirimkan individu-individu(orang per-orang) guna mengajarkan permasalahan 'aqidah yang prinsipil(Ushûl al-'Aqîdah), yakni dua kalimat syahadat (Lâ ilâha illallâh ,Muhammad Rasûlullâh) sedangkan pengiriman yang dilakukan oleh beliaumerupakan hujjah yang tidak dapat ditolak. Indikatornya, beliaumengirimkan Mu'adz bin Jabal ke negeri Yaman. Mu'adz menganggappengiriman dirinya sebagai hujjah yang tidak dapat ditolak oleh pendudukYaman dan harus diterima.

3. Bila kita mengatakan bahwa masalah 'aqidah tidak dapat dilandaskankepada khabar Ahâd, maka berarti bisa dikatakan pula bahwa al-Ahkâmal-'Amaliyyah (hukum-hukum yang terkait dengan perbuatan/aktivitas)tidak dapat juga dilandaskan kepada khabar Ahâd sebab al-Ahkâm al-'Amaliyyah selalu disertai oleh suatu 'aqidah bahwa Allah Ta'alamemerintahkan begini atau melarang begitu. Bila pendapat semacam ini(yang mengatakan bahwa al-Ahkâm al-'Amaliyyah tidak dapat jugadilandaskan kepada khabar Ahâd) diterima, tentu banyak sekali hukum-hukum syara' yang tidak berfungsi. konsekuensinya, bila pendapatsemacam ini harus ditolak, maka tentunya pendapat yang mengatakan

_____________5Penggalan dari materi Buletin an-Nur, dengan tema: Imam asy-Syafi'iy; pembelaannya

terhadap as-Sunnah)

Page 10: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Burhanuddin Banta Cut : Pemikiran An-Na'im seputar Kehujjahan Hadis Ahad8

bahwa masalah 'aqidah tidak dapat dilandaskan kepada khabar al-Ahâdharus ditolak pula karena tidak ada bedanya.

4. Bahwa Allah Ta'ala memerintahkan orang yang jahil/tidak tahu agarmerujuk kepada pendapat Ahl al-'Ilm (ulama) terhadap salah satupermasalahan 'aqidah yang maha penting, yaitu tentang risalah. AllahTa'ala berfirman: "Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecualiorang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; makabertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidakmengetahui". (Q.,S. 16/an-Nahl: 43)… dan hal ini mencakup pertanyaanyang diajukan oleh individu atau kelompok. 6

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bila ada qarâ-in yangmendukung kebenaran khabar al-Ahâd/al-Wâhid, maka ia dapatmenginformasikan ilmu pasti (yang bersifat keilmuan dan yaqin) dan dapatdijadikan landasan dalam al-Ahkâm al-'Amaliyyah dan 'Ilmiyyah. Sedangkanorang yang membedakan antara kedua hukum ini tidak memiliki dalil untukmembedakannya, bila dia menisbatkan pendapat ini kepada salah seorang imam(ulama mazhab yang empat, misalnya -red) tentang adanya pembedaan antarakeduanya, maka dia harus menguatkan statementnya itu dengan sanad (landasan)yang shahîh dari imam tersebut, kemudian juga menjelaskan landasan yangdijadikannya sebagai dalil.

PANDANGAN AN-NA’IM TENTANG HADITSAbdullahi Ahmed An-Na’im adalah seorang pemikir asal Sudan yang kini

menetap di AS. Sebuah Buku yang kontroversi bertajuk “Islam dan NegaraSekuler” merupakan hasil penelitian selama lebih kurang tiga tahun (2004-2006)yang dilakukannya di beberapa negara Muslim termasuk Turki, Mesir, Sudan,Indonesia, Nigeria, dan lain-lain. Jika kita mencermati pemikiran Prof An Naimselama ini, sebenarnya tidak ada yang baru. Ia hanya ingin menegaskan kembaliapa yang pernah diungkapkannya dalam karyanya Towards an IslamicReformation (1990) yang intinya menolak intervensi negara dalam penerapansyariat Islam karena hal itu dinilainya bertentangan dengan sifat dan tujuan syariatitu sendiri yang hanya bisa dijalankan dengan sukarela oleh penganutnya.Menurut An Naim, syariah akan kehilangan otoritas dan nilai agamanya biladiterapkan melalui negara. Ia menekankan perlunya menjaga netralitas negaraterhadap agama dan pemisahan secara kelembagaan antara Islam dan negara, agarsyariah bisa berperan positif dan mencerahkan bagi kehidupan umat danmasyarakat Islam.7

Ia juga mengingkari institusi mufti yang dalam salah satu diskusidikecamnya sebagai very unIslamic (sangat tidak Islami). Bagi An Na'im, syariahadalah persoalan hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Dalam kontekstersebut, murid Mahmud Muhammad Taha ini sepertinya berpijak pada pemikiranpostmodernis yang menolak segala bentuk otoritas.

_____________6Fahd bin Nâshir bin Ibrâhîm al-Sulaimân (editor), Majmû' Fatâwa wa Rasâil Fadlîlah

asy- Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn, (Riyadl: Dâr at-Tsurayya, 1414 H/1994 M), Cet.II, hal. 31-32.

7 Abdullahi Ahmed An-Na’im, Islam dan Negara Sekular: Menegosiasikan Masa DepanSyariah, terj. Sri Murniati, (Bandung: Mizan, 2007), hal. 18.

Page 11: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 9

Na'im selanjutnya menegaskan relativitas syariah, karena ia merupakanproduk pikiran manusia terhadap Alquran dan Sunnah, dan oleh sebab itu ia tidakbisa terlepas dari pengaruh ruang dan waktu, konteks historis, sosial, dan politikpenafsirnya. Syariah dengan demikian tidak suci, apalagi kekal dan permanenyang bisa berlaku untuk semua waktu dan tempat. Di sini Na'im seolah-olahmengasumsikan bahwa setiap orang memiliki kemampuan mengakases,memahami, dan berinteraksi dengan Alquran dan Sunnah.

Na'im menawarkan kemungkinan penerapan syariah melalui jalurdemokrasi. Ia mengatakan bahwa untuk menjadikan hukum Islam sebagaiperaturan dan hukum publik, ia hendaklah mendapatkan approval dari apa yangdisebutnya sebagai public reason. Bagaimanapun, Naim dengan cepatmengikatnya dalam bingkai konstitusionalisme modern dan prinsip HAMinternasional.

Sepintas konsep Na’im ini seperti logis dan menyejukkan. Ia memberikanangin segar bagi umat Islam untuk menjalankan syariahnya. Apalagi Na'imdengan tegas menyatakan bahwa setiap perundangan dan peraturan publikharuslah merefleksikan keyakinan dan nilai-nilai masyarakatnya. Logikanya, jikapublik menghendaki penerapan hukum qishash, hudud, poligami, dan berbagaiproduk hukum lain yang selama ini dikecam keras, seharusnya hukum itu diadopsidan dijadikan peraturan serta hukum publik. Tapi ternyata Na'im menolak haltersebut. Karena dalam penilainnya, hukum-hukum tersebut bertentangan dengannorma, nilai, dan prinsip HAM.8

Di sini Na'im terlihat tidak konsisten. Pada satu sisi ia menginginkandemokrasi, tapi pada tarikan napas yang sama ia juga bersifat otoriter, karenamemaksakan sesuatu yang tidak diinginkan masyarakat. Na'im juga terlihat tidakkonsisten dalam mengapresiasi prinsip HAM. Apa yang mendorong Na’immengabsolutkan dan mengidealkan International Convention of Human Rights.Bukankah ia juga produk pikiran manusia yang dipengaruhi oleh setting sosial-politik dan kerangka filosofis religius sekuler para pencetusnya.

Atas alasan apa Na’im kemudian menjadikan HAM tersebut memilikikekuatan hukum yang mengikat (binding) atas masyarakat dunia lain. BukankahNa’im percaya bahwa sebuah hukum harus lahir dari nilai masyarakat itu sendiri?Bukankah pemaksaan convention ini sama dengan pengingkaran atas nilai-nilaiyang diyakini masyarakat.9

Dari uraian di atas, paling tidak terdapat gambaran kecil tentangpandangan An-Na’im berkaitan dengan dalil-dalil keagamaan. Pernyataannyamengenai syariah merupakan produk manusia mengenai al-Qur'an dan sunnah,agaknya menjadi salah satu indikasi bahwa ia mendudukkan kedua sumber dasartersebut pada tempat yang asli. Dengan kata lain, ia menginginkan setiap orangdari ummat Islam mampu mencerna secara langsung ungkapan-ungkapan yangterdapat dalam al-Qur'an maupun hadits Nabi tanpa harus mengikuti penafsiranatau pensyarahan dari para ulama. Namun, realitasnya hal ini tidak mungkinterjadi mengingat tidak semua orang mempunyai keahlian memahami teks-teks

_____________8Farid Wadjdi, Gagasan Usang Negara Sekuler An-Na’im, www. Khalidwahyudin.

wordpress.com.9Nirwan Syafri, www. Republika.co.id. Edisi Januari 2003.

Page 12: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Burhanuddin Banta Cut : Pemikiran An-Na'im seputar Kehujjahan Hadis Ahad10

dari al-Qur'an dan hadits tersebut tanpa perantaraan para ahli dalam kedua bidangtersebut.

Mengenai bagaimana sikapnya terhadap hadits ahad, sejauh ini belumditemukan pernyataannya secara khusus, apakah ia menempatkannya sebagai dalilyang dapat diyakini atau sebaliknya. Hanya saja, ketika ia membahas tentangpemerintahan Abu Bakar. Menurutnya, ketundukan para sahabat kepadapemerintahan Abu Bakar merupakan keputusan politis para sahabat demikemaslahatan umat. Padahal, keputusan Abu Bakar dimaklumi dan dipahami olehsahabat sebagai suatu kekeliruan. Namun alasan relegius juga bisa dikemukakanuntuk memperkuat faktor-faktor tersebut seperti: QS. An-Nisa: 59. Ia jugamengedepankan satu hadits riwayat Muslim: “Kewajiban seorang muslim adalahmendengar dan taat dalam melakukan perintah yang disukai ataupun yang tidakdisukai, kecuali bila diperintahkan melakukan maksiat. Bila diperintahkanmelakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar serta taat.”10

Hadits riwayat Muslim di atas merupakan hadits ahad, yang diriwayatkanoleh Ibnu Umar. Oleh karena itu, analisis An-Na’im tentang ketaatan para sahabatkepada Abu Bakar berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim, boleh jadi sebagaiindikator awal namun mendasar, bagi posisi An-Na’im berkenaan dengan haditsNabi. Dengan kata lain, An-Na’im tidak menolak hadits namun iamemposisikannya sejajar dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia yangmencakup kesetaraan hak setiap warga tanpa membedakan mereka dari segiapapun. Di samping itu, ia juga mensejajarkan dalil-dalil naqli (al-Qur'an danhadtis) tersebut dengan analisis-analisisnya dalam berbagai pendekatan.

Sehubungan dengan persoalan penolakan An-Naim tentang syari’at, adayang berpendapat bahwa “Pemahaman Naim tentang syariat itu sendiri jugakeliru. Dalam wawancara dengan Koran The Jakarta Post, edisi 26 Juli 2007,Naim menyatakan, bahwa syariah adalah produk interpretasi akal dan pengalamanmanusia. Karena itu, katanya, syariah tidak memiliki unsur ketuhanan, sehinggabersifat relatif, tidak abadi, dan tidak mengikat.” (But it must be the product ofhuman interpretation, human reason and human experience. So when we say thatsharia is divine it is misleading. Since sharia is the product of humaninterpretation, any understansing of it is not divine, not eternal and not binding).

Para ulama Islam memahami syariah tidak seperti Naim. Bagi kaumMuslim, hukum-hukum Islam jelas-jelas dipahami sebagai ketentuan Allah danRasul-Nya. Bukan hukum karangan ulama. Para ulama hanyalah menggali danmerumuskan hukum-hukum Allah yang tercantum dan bersumberkan pada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Oleh karena itu, seorang Muslim yang bermazhabSyafii, misalnya, ketika melaksanakan shalat, ia yakin benar, bahwa syarat danrukun shalat yang dia kerjakan bukanlah karangan dan rekaan Imam Syafii atauulama lain. Tetapi, syarat dan rukun itu memang secara tegas disebutkan dalamwahyu (Al-Quran dan Sunnah). Karena itu, hukum tentang wajibnya shalat,wajibnya zakat, haramnya zina, haramnya khamr, haramnya daging babi, dansebagainya, jelas-jelas merupakan hukum Allah yang bersifat abadi dan mengikatkaum Muslim. Akal ulama siapapun – asalkan bukan merupakan ulama yang jahat(ulama su’) – pasti akan mengatakan bahwa shalat lima waktu adalah wajib, syirikadalah jahat, dan durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Itu semua

_____________10 Imam Muslim, Shahih Muslim, Hadits No. 3423.

Page 13: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 11

merupakan hukum dan ketentuan Allah. Bukan rekaan para ulama. Karena itu,syariah memang memiliki unsur ketuhanan (divine) dan bersifat abadi sertamengikat.

Di zaman sekarang ini, kita mewarisi agama Islam, Al-Quran dan SunnahRasul, jelas melalui akal manusia, yaitu akal para sahabat Nabi, dan para ulamasesudahnya. Sebab, Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir. Para ulama-lahyang kemudian melanjutkan risalah kenabian. Kita menerima hadits Rasulullahjuga berdasarkan periwayatan yang disampaikan oleh para perawi hadits yangmereka juga manusia. Allah mengkaruniai kita dengan akal pikiran yang mampumenyeleksi, mana informasi yang benar dan mana yang salah. Mana ulama yangberkualitas, dan mana yang dipaksakan sebagai ulama. Karena itu, dengan akalkita, kita mampu menerima mana berita yang salah dan mana yang pastikebenarannya.11

KESIMPULANAn-Na’im, sejauh ini tidak termasuk dalam rangkaian ulama yang bergelut

dalam bidang hadits, sehingga reputasinya tentang ini sulit diteliti danmenghasilkan suatu kesimpulan yang tegas. Lebih jauh dapat dikatkaan bahwaAn-Na’im merupakan seorang pemikir yang cenderung memposisikan al-Qur'andan sunnah sejajar dengan beberapa aspek kehidupan manusia seperti prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia dan prinsip-prinsip lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi Ahmed An-Na’im, Islam dan Negara Sekular: Menegosiasikan MasaDepan Syariah, terj. Sri Murniati, Bandung: Mizan, 2007.

Buletin an-Nur, tahun VI, No. 247/Jum'at I/Jumadal ula 1421 H.

Fahd bin Nâshir bin Ibrâhîm al-Sulaimân (editor), Majmû' Fatâwa wa RasâilFadlîlah asy- Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn, Riyadl: Dâr at-Tsurayya, 1414 H/1994 M, Cet. II.

Farid Wadjdi, Gagasan Usang Negara Sekuler An-Na’im, www. Khalidwahyudin.wordpress.com.

Nirwan Syafri, www. Republika.co.id. Edisi Januari 2003.

'Utsman 'Ali Hasan, Mashâdir al-Istidlâl 'Ala Masâ`il al-I'tiqâd .

www.hidayatullah.com

www.alsofwah.or.id.

_____________11 www.hidayatullah.com

Page 14: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

12تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة: حمدیة

:تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنةالفكر الليربايل اإلنندونيسي كموضوع دراسي

HamdiahFakultas Tarbiyah Keguruan (FTK)

UIN Ar-Raniry Banda AcehKopelma Darussalam Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh

[email protected]

ABSTRACTThis article deals with the development of liberal Islam in Indonesia by

concentrating on the group Jaringan Islam Liberal (Liberal Islam Network;henceforward JIL). The term of liberal Islam refers to a trend among a particulargroup of Muslims who argue that understanding the text of Islamic teachingsshould be complemented by the context in which it is being reinterpreted becausethe text does not exhaust all the meanings of the revelation. This group alsospreads basic ideas such as the opening of the gates of ijtihad, stressing the spiritof religious ethics, pluralism and relativism, the support of minorities andreligious freedom. The presence of this group has aroused many responses to theideas that it promotes. One of the responses and critics is inadequate method thatJIL used in order to reach an authoritative understanding. Besides, the using ofpublic interest argument (mashlahah) in improper way has driven into a fallacyconclusion in the spirit of Islamic renewal of thought in Indonesia.

الفكر الليربايل، فكرة التجديد، املصلحة: الكلمات االسرتشادية

مقدمةم الذين اجتمعوا حتت لواء 2001الشبان املثقفني اإلندونيسيني منذ بداية سنة ظهور

فكار جتديدية أدت إىل هزة فكرية شدة (Jaringan Islam Liberal)" شبكة اإلسالم الليربايل" لدعم املايل . بني املسلمني يف إندونيسيا م على أساس إعادة التجديد الفكر اإلسالمي ينبىن فكر

الكايف من املمولني املدعمني من اخلارج، أخذ بنشر فكرة حترير املسلمني من التخلف و اجلمود إىل دعوة أمهية إنعاش —عرب وسائله املعلوماتية من الصحف والكتب وشبكة اإلنرتنت—واجلهل

على االجتهاد لتجديد أفكار القدامى لكى تتناسب الوقت الراهن املعاصر الذي نعيش فيه عالوة ت القرآنية خاصة فيما يتعلق بعالقة املسلمني وغريهم أمهية إحياء الفكر وإعادة النظر يف تفسري اآلوغري ذلك من املسائل املستحدثة حول حرية التعبري وحرية التدين حىت نسبية املفاهيم عن الدين

.احلق

Page 15: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 13

ا أن فكرة التجديد يف ذا إىل التاريخ، لوجد ملنا ونظر ليست من اجلديد، إذ حيث لوها يف احلديث النبوي الشريف أن هللا سيبعث على هلا فصوهلا اخلاصة يف كل قرن كما وعدها هللا إ

ودعوة التجديد وأمهية إحياء االجتهاد يف . رأس كل مائة سنة من جيدد هلا أمر دين هذه األمةط وتتدهور بظهور العصر االستعمار احلقيقة يتوافق مع واقع وتطلبات هذه األمة إذ بدأت تنح

اية القرن التاسع عشر امليالدي مما حث الغريب إىل العامل اإلسالمي وسقوط اخلالفة اإلسالمية منذ العلماء واملفكرين املسلمني إىل التفحيص اجلاد ألسباب تدهور وختلف املسلمني علميا وعمليا

يف الوقت الراهن ب اال, يف هذه النقطة1.وعسكر جتهاد بعد فإن إحياء الفكر اإلسالمي وفتح انغالقها وانسدادها من األمور املسلمة بني اجلميع عرب العامل اإلسالمي إلعادة بناء حضارة اإلسالم

. واملسلنيغري أن نشأة وظهور شبكة اإلسالم الليربايل يف إندونيسيا بدأت تسوق ببعيد إىل اصطدام

ماسلم من الدين كاملسائل القطعية بزعم حتقيق املصلحة املقب فبدأ يبدي فكرة . ولة يف الدين والشريعةتعطيل إجياب حجاب املرأة والقصاص واعفاء اللحية للرجال و حد قطع يد السارق والرجم الزاين

ا ليست من الدين بل من تقاليد العرب دعاء وزعم إنعاش 2.حيث يرى أ إضافة إىل ذالك، املفهوم الديين وجتديد الفكر اإلسالمي وحتقيق املصلحة لألمة دعا إىل إعادة توقيت مواسم احلج للحجة كما كانت جتنبا وخوفا من وقوع لقعدة وذ ا ليست مقتصرة على شهور شوال وذ

ماكن املقدسة، لذالك فأوقات مواسم احلج ميكن أن متتد كوارث من احلجاج الزدحامهم يف األلك، ظهر وتطور أيضا جهود إعادة فكرة وفهم الناسخ واملنسوخ من إلضافة إىل ذ. 3وتتبدل

ا عرب الزمان رأ األحكام الشرعية خالفا ملاجاء به وذهب إليه أئمة املذاهب الفقهية املعرتف ومنهجا وأحكاما مما أدى يف النهاية إىل تشكيك وارتياب الفكر اإلسالمي وعدم صالحيته

. ةلألوقات الراهنة املتطورانطالقا من مظاهر تطور الفكر الليربايل يف إندونيسيا، فإن هذا البحث املتواضع يهتم ببيان

. وحتليل اآلراء واألفكار اليت طرحتها شبكة اإلسالم الليربايل بطريقة الدراسات املكتبية دراسة نقدية

_____________1 وانظر . 1965دار الحیاة، الطبعة الثانیة، : یب أرسالن، لماذا تأخر المسلمون وتقدم غیرھم، بیروتأمیر شك: أنظر

:أیضا للمقارنةMuhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam, Stanford University

Press, 20132 : أنظرUlil Absar Abdalla, "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam", Kompas, 18 November

20023 :أنظرWawancara Masdar F. Mas'udi, "Waktu Pelaksanaan Haji Perlu Ditinjau Ulang" dalam

situs www.islamlib.com, diakses pada 21 Agustus 2010

Page 16: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

14تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة: حمدیة

مل، فإن االنتقاد ميكن أن يوجه إىل عدم وجود املنهج املوثق ا ملستخدم لديهم ومغالطات ألمور القطعية إضافة إىل تساهلهم يف استخدام صطدام ماسلم يف الدين األفكار التجديدية

سيكون هذا البحث ببيان معىن املصلحة ومدى . قاعدة املصلحة لتربير آرائهم بدون ضبط ودقةنتقاد زعم املصلحة استعماهلا يف الفكر اإلسالمي، ويليه الفكر واملفهوم الليربايل عن املصلحة متبعا

خلالصة . عند الليرباليني يف الفكر اإلسالمي وخمتتما

تعريف املصلحة ومدى استخدامها يف الفكر اإلسالميمن خاصية هذا الدين وصالحيته عرب القرون واألمكنة أن شريعته الغراء تنبىن على إجياد

فإن حقيقة هذا الدين جلب املصلحة ودفع املضرة . ألمة واإلنسان واإلنسانيةاملصلحة وحتقيقها ل:كما كتبه ابن القيم يف كتابه

فإن الشريعة مبناها وأساسها على احلكم ومصاحل العباد يف املعاش واملعاد، وهي “عدل كلها، ورمحة كلها، ومصاحل كلها، وحكمة كلها، فكل مسألة خرجت عن

، وعن الرمحة إىل ضدها، وعن املصلحة إىل املفسدة، وعن العدل إىل اجلورلتأويل 4."احلكمة إىل العبث، فليست من الشريعة، وإن أدخلت فيها

ئر التكاليف سواء أكانت بناء على إجياد وحتقيق املصلحة حلياة اإلنسان املكلف، فإن سامن املأمورات أو املنهيات يف الدين اإلسالمي موجهة إىل جلب املصاحل ودرإ املفاسد مبنيا على

ين موافقا للقرآن والسنة فقضية حتقيق املصلحة ودرإ املفسدة هي أكرب قضية بل . إرشاد وتوجيه رأهم قضية يف الدين اإلسالمي ألن مقاصده كلها جتمع يف . جلب املصاحل ودرإ املفاسد: هذه العبارة

وكذالك احلال يف الفكر اإلسالمي حيث يهدف إىل إجياد املصاحل وعدم املفاسد بتطويره مبا يوافق األسس القرآنية والسنة االنبوية كما فعله الصحايب اجلليل، معاذ بن جبل حني بعثه الرسول صلى هللا

ا يقضي؟ فأجاب بكتاب هللا مث فبسنة رسول هللا، ويف حالة عليه وسلم قاضيا إىل اليمن فسأله مبعدم وجود دليل معني سواء كانت من القرآن أو السنة فأضاف فجملة ". أجتهد رأيي وال آلو: "

تكون رمزا وإرشادا يف بناء وتطوير الفكر اإلسالمي حيث يكون القرآن " أجتهد رأيي وال آلو"يف والسنة مقوما وإطارا فكر توجيهه إىل مسلكه الصحيح القومي ألجل حتقيق مصاحل اإلنسان

. واإلنسانية

_____________4 3/3، 1973دار الجیل، : ابن القیم الجوزیة، إعالم الموقعین عن رب العالمین، بیروت

Page 17: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 15

هناك تعاريف عدة للمصلحة عند العلماء واملفكرين املسلمني منذ أمد بعيد، منها للغزايل أما املصلحة فهي عبارة يف األصل عن جلب منفعة أو دفع : "، حيث يقول فيه"املستصفى"يف

به ذلك، فإن جلب املنفعة ودفع املضرة مقاصد اخللق، وصالح اخللق يف حتصيل ولسنا نعين. مضرةملصلحة احملافظة على مقصود الشرع ومقصود الشرع من اخللق مخسة وهو : مقاصدهم، لكنا نعين

أن حيفظ عليهم دينهم ونفسهم وعقلهم ونسلهم وماهلم، فكل مايتضمن حفظ هذه األصول فالغزايل هنا 5".ايفوت هذه األصول فهو مفسدة ودفعها مصلحةاخلمسة فهو مصلحة، وكل م

أعطى تعريفني للمصلحة واملفسدة، حيث األول لغوي عريف، بينما الثاين ميكن اعتباره تعريفا .اصطالحيا شرعيا

عد قرن من الغزايل، فاستعمل تعريفا ذاع واشتهر يف كتابه مث بعد ذلك أتى الفخر الرازي باملصلحة المعىن هلا إال اللذة أو مايكون وسيلة إليها، واملفسدة ال معىن هلا : "، فقال فيه"احملصول"

ذا التعريف، لكنه أضفى ." إال األمل وما يكون وسيلة إليه مث جاء عزالدين ابن عبد السالم فأخذ ت اليت جتعله أوضح وأمت وأسلم من االعرتاض حيث قال عزالدين ابن عبد عليه بعض اإلضافا

ا: املصاحل أربعة أنواع": "قواعد األحكام"السالم يف ا، واألفراح وأسبا واملفاسد . اللذات وأسباا: أربعة أنواع ا، والغموم وأسبا 6".وهي منقسمة إىل دنيوية وأخروية. اآلالم وأسبا

إىل شيء البد من التنبيه عليه، وهو إقامة وبناء على التعاريف السابقة للمصلحة، يقودإذ املصاحل االعتبار والوزن الثقيل للمصاحل، سواء أكانت معنوية أو مادية، بل مصاحل معنوية أوىل

املادية الحتتاج إىل كثري كالم وال بيان وال دفاع حيث املصاحل املادية تفرض نفسها بشكل قوي على م وصحتهم ومايدفع جوعهم وآالمهم اإلنسان وغريزته وأعرافه، فالناس يطلبون مايقيم حيا

ث واملأكوالت واملراكب وغري وأمراضهم، ويبحثون تلقائيا عن املتع واملصاحل املادية يف املباين واألبينما ما حيتاج إىل عناية ورعاية هي املصاحل املعنوية خاصة يف التكاليف الشرعية اليت كثرت . ذلك

ا حىت ال تضيع إصابة الضمور واإلغفال واإلمهال فيها، لذلك وجب التنبيه عليها واالحتفاء 7.وتنبذ

لذكر هنا ما كتبه ابن وحىت اليغيب املعىن احلقيقي الكامل للمصلحة الشرعية، فجدير تيمية إذ ينتقد من يركزون على املصاحل املادية واملصاحل الظاهرة اليت تضمنها الدين، ويغفلون املصاحل

وكثري من الناس يقصر نظره عن معرفة ماحيبه هللا ورسوله من : "ولواملفاسد املعنوية الباطنة، فيق... مصاحل القلوب والنفوس ومفاسدها، وماينفعها من حقائق اإلميان ومايضرها من الغفلة والشهوة

_____________5 م1997مؤسسة الرسالة، . اإلمام الغزالي، المستصفى في علم أصول الفقھ، ط6 م2000دار القلم، الطبعة األولى، . السالم، قواعد األحكام في مصالح األنام، تحقیق كمال حماد، طعزالدین ابن عبد7 131، ص 2014دار الكلمة للنشر والتوزیع، : قاھرةأحمد الریسوني، محاضرات في مقاصد الشریعة، ال

Page 18: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

16تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة: حمدیة

فتجد كثريا من هؤالء يف كثري من األحكام ال يرى من املصاحل واملفاسد إال ما عاد ملصلحة املال ذيب األخالق مببلغهم من العلم والبدن، وغاية كثري منهم إذا تعدى ذلك ينظر إىل سياسة النفس و

8".كما يذكر ذلك املتفلسفة والقرامطة من أصحاب رسائل إخوان الصفا وأمثاهلم

يت تقسيمات للمصلحة إىل ثالثة أنواع مصلحة معتربة، ومصلحة ملغاة، : من هنا، ذه األمساء الثالثة أطلقه اإلمام الغزايل يف . ومصلحة مرسلة ، وبعده سار "املستصفى"هذا التقسيم

.عليه األصوليون وأصبح من االصطالحات األساسية يف هذا البابوهذا يدخل فيه مجع ما امر به . حة املعتربة معناها أن الشارع اعتربها، واعتربها معناهفاملصل

، فكل ما أمر به الشرع وحث عليه، فهو مصلحة معتربة، أو فيه مصلحة أو ند الشرع، وجوحه بصريح العبارة، ألن هناك املباحات املسكوت عنها . معتربة، وكذالك كل ما أ

ا غري مقبولة وغري مشروعة وغري بينما املصلحة امل لغاة هي اليت نص عليها الشرع على أوبعبارة أخرى، املصلحة امللغاة ". املصلحة امللغاة"فمن هنا جاء هذا االسم . جائزة، أي أنه ألغاها

هي يف احلقيقة املصلحة اليت فيها من الفساد اكثر مما فيها من الصالح، وفيها من الضرر أكثر مما فإلغاء هذا النوع من املصاحل ليس النعدام الصالح والنفع فيه، وإمنا لغلبة الفساد . ن النفعفيها م

: فيه، وما غلب ضرره وزاد على نفعه، فهو مفسدة المصلحة كما جاء يف قوله تعاىل يف سورة البقرةنك عن اخلمر يسئلو: (( عن اخلمر وامليسر إذ فيهما إمث كبري ومنافع للناس كما قال هللا تعاىل219

لرغم فيه نوع من صالح )). وامليسر قل فيهما إمث كبري ومنافع للناس وإمثهما أكرب من نفعهما وونوع منفعة وفائدة إال أن الضرر يصري أكرب وأشد، أكرب من املنفعة واملصلحة القليلة، فتلغى

.املصلحة وحيكم بتحرميهمر بفعله والينهى عنهأما املصلحة املرسلة هي املصلحة اليت سكت الشرع . عنها، فلم

فاملصلحة املعتربة . واإلرسال هو عكس التقييد يف اللغة، شيء مرسل أو مطلق، وعكسه شيء مقيدا ا أو ند واألخرى قيدت حبكم هو إبطاهلا وحظرها، . قيدت حبكم معني هو مشروعيتها أو وجو

9.وما بقي فهو مرسل، أي ليس فيه حكم يقيده

وعلى الرغم من ذلك، فإن معيار املصلحة املرسلة البد أن تكون وفق مقومات عامة . مستنبطة من القرآن والسنة كمصدرين أساسيني يف الدين والفكر اإلسالمي والجيوز تعارضهما

_____________8 توزیع رئاسة إدارة البحوث العلمیة والدعوة واإلفتاء : ابن تیمیة، مجموع الفتاوى، المملكة العربیة السعودیة

)32/233(ه، 1389، واإلرشاد9 139-134یسوني، محاضرات في مقاصد الشریعة، ص أحمد الر

Page 19: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 17

عن املصلحةفكرة اإلسالم الليربايل اإلندونيسي قبل احلوض ببعيد إىل فكرة وآراء طرحتها شبكة اإلسالم الليربايل، فإن وضع واستعمال

وهذا . يف نفس الوقت يؤدي إىل التوهم وتشويه املفاهيم عن اإلسالم" الليربايل"و" اإلسالم"مصطلح ريخ عريق عرب الزم ان منذ بداية مااعرتف به مؤلف وواضع هذا املصطلح أن الفكر الليربايل له

م كما ادعاه تشارليز كورزمان 1924القرن العشرين امليالدي بسقوط اخلالفة العثمانية يف (Charles Kurzman)فبدأ كتابه بذكر علي عبد الرازق يف مصر بطرح عدم . يف كتابه الشهري

وما لقيصر لقيصر ). وم العلمانيةمفه(مفهوم التيوقراطية يف اإلسالم فتحتاج إىل فصل ما هو مث تواىل و تتابع بعد ذلك املفكر الليربايل وامتدت الفكرة بكل أنواعها املختلفة عرب العامل شرقا وغر

Nurcholis) حىت وصل إىل إندونيسيا املتمثل يف فكرة التجديد اليت طرحها نورخالص ماجد

Madjid)من هذه البدور، ترعرع وتطور فكرة اإلسالم 10.يف أوائل السبعينيات يف إندونيسيامسها 11".شبكة اإلسالم الليربايل"الليربايل يف إندونيسيا حت أصبحت جمموعة متمثلة

يت جبديد سوى انتقاد أما ما طرحته هذه الشبكة من أفكار جتديد املفهوم الديين فإنه الوهذه اخلالصة تتجلى فيما . علم من الدين نقدا صداما وخالفا ملاجاء به من النصوص الشرعيةما

عتماد على فكرة كتبه رائد هذه الشبكة يف مقالته أن حماولة إنعاش املفوم الديين ال تتحقق إال كي واقع هذه األمة أحوج إىل تفسري سياقي ل) 1: (قبول املتغريات على أساس املصلحة، منها

األمة حتتاج إىل تفسري تفصيلي تفريقا لكل من العناصر ) 2(تتالئم مع تطورات احلياة املتغرية، لتطوير حالتها حنو التقدم، فإن األمة املسلمة حتتاج إىل أن تكون ) 3(التقاليدية و األمور الدينية،

س من زواج املرأة يف التمزج مع غريها من سائر األمم، بناء على هذا، فال مانع" أمة مفتوحة" وال التفريق بني السلطة ) 4(غري املسلمة على أساس املصلحة لتحقيق أهداف األمة اإلنسانية، و

12).فكرة العلمانية(الدينية والسلطة احلكومية

نهج املوثق، فإن هذه الشبكة طرحت الفكر الليربايل إىل أبعد ماكان حيث بدون دعم املحت مايراه مصلحة للناس بدون اعتمدت على أساس املصلحة على حسب مايراه أنه مصلحة فأ

_____________10 :ار، أنظرلمزید من االستفسCharles Kurzman, Liberal Islam A Source Book, ed. Charles Kurzman, New York:

Oxford University Press, 199811 :أنظرGreg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neo-Modernisme

Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib dan Abdurrahman Wahid 1968-1980, Jakarta:Paramadina, 1999

12 : أنظرUlil Absar Abdalla, "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam", Kompas, 18 November

2002

Page 20: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

18تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة: حمدیة

م على . التفات إىل نص شرعي عن أحكامه وهذا الفكر الليربايل اإلندونيسي الذي ينبين فكريبدو وضوحا يف طرح فكرة امتداد توقيت مواسم احلج —موثقبدون منهج —أساس املصلحة

للحجة كما كانت جتنبا وخوفا من وقوع لقعدة وذ ا ليست مقتصرة على شهور شوال وذكوارث من احلجاج الزدحامهم يف األماكن املقدسة، لذالك فأوقات مواسم احلج ميكن أن متتد

هذا وغري ذلك من فكرة انتقاد ملا علم من الدين انتقادا صداما مما أدى يف النهاية إىل 13.وتتبدلم حبط عشواء اخلالصة أن اإلسالم ا لليربايل اإلندونيسي يعتمد على أساس املصلحة يف فكر

14.وبدون منهج علمي موثق قابل للنقد

ميزان الفكر اإلسالميانتقاد زعم املصلحة عند الليرباليني يففإن فكرة اإلسالم الليربايل اإلندونيسي على الرغم من انتشاره والدعم املايل الكايف إال أنه

م املؤسسة على املصلحة نقدا بناءا من قبل املفكرين املسلمني منها ) 1: (الختلو من انتقاد فكرنطقيا وعمليا، فيكون أساس املصلحة عدم قابلية تعريف املصلحة لدى املفكرين املسلمني علميا وم

عدم استخدام ودعم املنهج ) 2(يف بناء آرائهم وأفكارهم حسب مايراه الناس مصلحة ومنفعة فقط، األخطاء واملغالطات واملفاهيم املشوهة ملا علم من الدين ) 3(املوثق علميا يف بيان قاعدة املصلحة، و

. سائل الدينيةلضرورة وملا علم من األمور القطعية يف املم يف دعوة إحياء االجتهاد يف األمور التوقيفية هذا وغري ذلك من االنتقادات على جرأا مبنية يف احلقيقة على االتباع واالمتثال وعدم قابلية االجتهاد مع منها يف مسائل العبادة مع أ

هور وانتشار فكرة إلضافة إىل ذالك، فإن ظ". الاجتهاد مع النص"وجود النص حيث القاعدة خر املسلمني من اجلهل اإلسالم الليربايل يبدو أكثر وضوحا كرد الفعل على حالة ختلف و واملسكنة ومجود الفكر وعدم اإلبتكار، أكثر من حماولة إعادة بناء بنية احلضارة اإلسالمية املنبثقة

جلديد األ صيل املفهوم الديين الصحيح واألخذ واالمتزاج صلح لكي تتوافق وتتالئم تعاليم على 15.دين اإلسالم مع روح الزمن املتطور

_____________13 :أنظرWawancara Masdar F. Mas'udi, "Waktu Pelaksanaan Haji Perlu Ditinjau Ulang" dalam

situs www.islamlib.com, diakses pada 21 Agustus 201014 :أنظرHamdiah A. Latif, "Konsep Mashlahat dan Tafsir Kaum Liberal", Jurnal Al-Mu'ashirah,

Vol. 7, No. 2, Juli 201015 :أنظرAdian Husaini, Membedah Islam Liberal: Memahami dan Menyikapi Manuver Islam

Liberal di Indonesia, Jakarta: Syamil Cipta Media, 2003; Sohirin Mohammad Solihin, Emergenceand Development of Liberal Islam in Indonesia: A Critical Evaluation, Kuala Lumpur: IIUMPress, 2009; Adian Husaini & Nuim Hidayat, Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan,

Page 21: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 19

خالصةقاعدة املصلحة كما عرفها الغزايل يف احلقيقة هي عبارة يف األصل عن جلب منفعة أو دفع

ملصلحة احملافظة على مقصود الشرع ومقصود الشرع من اخللق مخسة. مضرة وهو أن حيفظ : ونعين م، فكل مايتضمن حفظ هذه األصول اخلمسة فهو عليهم دينهم ونفسهم وعقلهم ونسلهم وماهل

.مصلحة، وكل مايفوت هذه األصول فهو مفسدة ودفعها مصلحةفاملصلحة املعتربة معناها أن . معتربة وملغاة ومرسلة: واملصلحة منقسمة إىل ثالثة أنواع

ا غري مقبولة بينما املصلحة امللغاة هي اليت نص عليها الشرع ع. الشارع اعتربها، واعتربها معناه لى أمر . وغري مشروعة وغري جائزة أما املصلحة املرسلة هي املصلحة اليت سكت الشرع عنها، فلم

وعلى الرغم من ذلك، فإن معيار كل من املصلحة البد أن تكون وفق مقومات . بفعله والينهى عنهالمي والجيوز عامة مستنبطة من القرآن والسنة كمصدرين أساسيني يف الدين والفكر اإلس

. تعارضهماظهور و تطور الفكر الليربايل يف إندونيسيا الذي يدعو إىل أمهية إنعاش االجتهاد لتجديد أفكار القدامى لكى تتناسب الوقت الراهن املعاصر الذي نعيش فيه عالوة على أمهية إحياء الفكر

لواهنة حيث عدم وجود املنهج وإنعاش االجتهاد املؤسس على قاعدة املصلحة مبنيا على األدلة األمور القطعية صطدام ماسلم يف الدين املوثق املستخدم لديهم ومغالطات األفكار التجديدية

. إضافة إىل تساهلهم يف استخدام قاعدة املصلحة لتربير آرائهم بدون ضبط ودقة

مراجع:مراجع عربية

سة إدارة البحوث العلمية والدعوة : وديةابن تيمية، جمموع الفتاوى، اململكة العربية السع توزيع ره1389واإلفتاء واإلرشاد،

1973دار اجليل، : ابن القيم اجلوزية، إعالم املوقعني عن رب العاملني، بريوت2014دار الكلمة للنشر والتوزيع، : أمحد الريسوين، حماضرات يف مقاصد الشريعة، القاهرة

خر دار احلياة، الطبعة الثانية، : املسلمون وتقدم غريهم، بريوتأمري شكيب أرسالن، ملاذا 1965 .

dan Jawabannya, Jakarta: GIP, 2002; Adian Husaini, Islam Liberal, Pluralisme Agama &Diabolisme Intelektual, Risalah Gusti, 2005

Page 22: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

20تطبيق قاعدة املصلحة يف ميزان القرآن والسنة: حمدیة

م، حتقيق كمال محاد، ط دار القلم، . عزالدين ابن عبد السالم، قواعد األحكام يف مصاحل األم2000الطبعة األوىل،

م1997مؤسسة الرسالة، . اإلمام الغزايل، املستصفى يف علم أصول الفقه، ط

:مراجع أجنبيةAdian Husaini & Nuim Hidayat, Islam Liberal: Sejarah, Konsepsi,

Penyimpangan, dan Jawabannya, Jakarta: GIP, 2002

-----, Islam Liberal, Pluralisme Agama & Diabolisme Intelektual, Risalah Gusti,2005

-----, Membedah Islam Liberal: Memahami dan Menyikapi Manuver IslamLiberal di Indonesia, Jakarta: Syamil Cipta Media, 2003

Charles Kurzman, Liberal Islam A Source Book, ed. Charles Kurzman, New York:Oxford University Press, 1998

Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neo-ModernismeNurcholis Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib dan AbdurrahmanWahid 1968-1980, Jakarta: Paramadina, 1999

Hamdiah A. Latif, "Konsep Mashlahat dan Tafsir Kaum Liberal", Jurnal Al-Mu'ashirah, Vol. 7, No. 2, Juli 2010

Masdar F. Mas'udi, " Wawancara Waktu Pelaksanaan Haji Perlu Ditinjau Ulang"dalam situs www.islamlib.com, diakses pada 21 Agustus 2010

Muhammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam, StanfordUniversity Press, 2013

Sohirin Mohammad Solihin, Emergence and Development of Liberal Islam inIndonesia: A Critical Evaluation, Kuala Lumpur: IIUM Press, 2009

Ulil Absar Abdalla, "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam", Kompas, 18November 2002

Page 23: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 21

PENCATATAN HADITS DI MASA HIDUP NABI SAW

Soufyan IbrahimFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABSTRAKPada satu sisi, terdapat Hadits Nabi yang secara tegas melarang mencatat

dan menuliskan sesuatu dari Nabi selain Al-Quran, atau tegasnya melarangmenulis dan mencatat Hadits. Larangan Rasullullah SAW tersebut mungkindipengaruhi oleh berbagai faktor berikut. Pertama : Amat sedikit para sahabat diwaktu itu yang mampu menulis, pada hal usaha pencatatan dan penulisan Haditsadalah suatu kerja besar yang memerlukan banyak sekali tenaga mereka. Kedua :adalah selayaknya, jika usaha penulisan dan pencatatan Al-Quran sebagai sumberpokok ajaran islam didahulukan pelaksanaannya, sehingga generasi berikutnyadapat dengan mudah menyusun kembali tanpa kekurangan satu hurufpun. Ketiga :Sifat ummi bangsa Arab pada waktu itu, yang hanya mengandalkan kekuatanhafalan, mengharuskan mereka mendahulukan penghafalan Al-Quran dari hadits.Adapun untuk melakukannya bersama-sama adalah suatu pekerjaan yang amatberat. Keempat : adalah kerena adanya kekhawatiran akan terjadinyapencampuran antara Al-Quran dan Hadits, yang pada akhirnya akan membukapeluang bagi musuh-musuh Islam untuk meragukan Kitab Allah tersebut.

Kata Kunci: Sunnah, Kodifikasi, Periode Awal Islam

PENDAHULUAN

Hadits tersebut secara tegas melarang mencatat dan menuliskan sesuatudari Nabi selain Al-Quran, atau tegasnya melarang menulis dan mencatat Hadits.Larangan Rasullullah SAW tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktorberikut. Pertama : Amat sedikit para sahabat di waktu itu yang mampu menulis,pada hal usaha pencatatan dan penulisan Hadits adalah suatu kerja besar yangmemerlukan banyak sekali tenaga mereka. Kedua : adalah selayaknya, jika usahapenulisan dan pencatatan Al-Quran sebagai sumber pokok ajaran islamdidahulukan pelaksanaannya, sehingga generasi berikutnya dapat dengan mudahmenyusun kembali tanpa kekurangan satu hurufpun. Ketiga : Sifat ummi bangsaArab pada waktu itu, yang hanya mengandalkan kekuatan hafalan, mengharuskanmereka mendahulukan penghafalan Al-Quran dari hadits. Adapun untukmelakukannya bersama-sama adalah suatu pekerjaan yang amat berat. Keempat :adalah kerena adanya kekhawatiran akan terjadinya pencampuran antara Al-Qurandan Hadits, yang pada akhirnya akan membuka peluang bagi musuh-musuh Islamuntuk meragukan Kitab Allah tersebut.

Al-Quran Al-Karim dan Hadits Al-Syarif adalah merupakan petunjuk yangdiwariskan Rasul kepada umatnya Beliau telah menegaskan bahwa barang siapa

Page 24: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Soufyan Ibrahim : Pencatatan Hadis masa Hidup Nabi22

yang selalu berpegang teguh dengan keduanya. Niscaya akan selalu ada dalampetunjuk dan hidayah Allah SWT. Sebagaimana tersebut dalam sabdanya :

ما كتاب هللا وسنة رسوله .تركت فيكم أمرين لن تضلو إن متسكتم Artinya : Aku wariskan dua hal kepada kalian, yang kalian tidak akan sesat

selama berpegang teguh dengan keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah (Hadits) Rasul-Nya.

Al-Quran telah mendapat perhatian penuh untuk pencatatan danpenulisannya sejak hayat Rasul SAW. Para sahabat diwaktu itu sesuai denganpetunjuk rasul selain menghafal setiap ayat yang diturunkan, juga menulis danmencatatkannya. Hanya saja yang belum dilakukan pada waktu itu adalahmengumpulkannya dalam satu mushaf.

Berbeda halnya Hadits, keadaannya sangat berbeda dengan Al-Quran. Disatu sisi ditemukan berbagai dalil yang melarang penulisan dan pencatatannya,akan tetapi di sisi lain juga didapatkan berbagai bukti yang membenarkan bahwapencatatan dan penulisan Hadits telah dilakukan sejak hayat Rasul SAW.

Pertentangan dua hal ini, mendorong kita untuk mengkajinya lebih jauh,sehingga pada akhirnya diharapkan akan ditemukan perpaduan antara dua segiyang nampak bertentangan tersebut, sekaligus juga dengan menggunakan metodediskriptis analisis ingin dibuktikan bahwa usaha penulisan dan pencatatan Haditstelah dilakukan sejak hayat Rasul SAW, sekalipun dalam bentuk tidak resmi.

DALIL-DALIL PENULISAN HADITS MASA NABI MUHAMMADJika penulisan dan pencatatan Al-Quran telah dilakukan sejak masa Rasul,

dan untuk itu hanya ditemukan dalil-dalil yang memerintahkan hal tersebut, makaberbeda halnya dengan penulisan dan pencatatan Hadits, yang dalam hal ituditemukan dua bukti yang nampak seperti saling bertentangan, yaitu di satu pihakterdapat bukti bahwa Nabi melarang setiap usaha untuk mencatat dan menulisHadits, akan tetapi dipihak lain, juga tidak sedikit bukti-bukti yangmengisyaratkan bahwa beliau membolehkan hal tersebut.

Di dapat bukti bahwasanya Rasullullah SAW melarang sahabatnyamenuliskan sesuatu dari beliau selain Al-Quran. Hal ini ditegaskan dalam Haditsyang diriwayatkan Muslim :

ال تكتبــوا عــىن ومــن كتــب عــين غــري القــرآن فليمحــه وحــدثوا عــىن وال حــرج ومــن كــذب علــي متعمــدا .فليتبواء مقعده من النار

Artinya: Jangan engkau tulis sesuatu dariku, barang siapa yang telahmenuliskannya selain Al-Quran, maka hendaklah dihapuskannya. Danceritakanlah dariku, Tidak ada larangan bagimu untuk melakukan halitu. Barang siapa yang dengan sengaja berdusta terhadap diriku,hendaklah dia bersedia menempati tempatnya di neraka.

Hadits tersebut secara tegas melarang mencatat dan menuliskan sesuatudari Nabi selain Al-Quran, atau tegasnya melarang menulis dan mencatat Hadits.Larangan Rasullullah SAW tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktorberikut. Pertama : Amat sedikit para sahabat di waktu itu yang mampu menulis,pada hal usaha pencatatan dan penulisan Hadits adalah suatu kerja besar yangmemerlukan banyak sekali tenaga mereka. Kedua : adalah selayaknya, jika usaha

Page 25: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 23

penulisan dan pencatatan Al-Quran sebagai sumber pokok ajaran islamdidahulukan pelaksanaannya, sehingga generasi berikutnya dapat dengan mudahmenyusun kembali tanpa kekurangan satu hurufpun. Ketiga : Sifat ummi bangsaArab pada waktu itu, yang hanya mengandalkan kekuatan hafalan, mengharuskanmereka mendahulukan penghafalan Al-Quran dari hadits. Adapun untukmelakukannya bersama-sama adalah suatu pekerjaan yang amat berat. Keempat :adalah kerena adanya kekhawatiran akan terjadinya pencampuran antara Al-Qurandan Hadits, yang pada akhirnya akan membuka peluang bagi musuh-musuh Islamuntuk meragukan Kitab Allah tersebut.

Di samping adanya larangan Rasul untuk menulis dan mencatat Haditsdimasa hayat beliau, juga didapati bukti-bukti yang membolehkan hal itu. Bukti-bukti dimaksud dapat berupa perintah Nabi untuk menuliskannya, persetujuanbeliau kepada para sahabat yang dengan prakarsa sendiri menulis atau mencatatHadits ataupun berupa surat-surat beliau kepada penguasa diwaktu itu dan kepadapetugas-petugas beliau di daerah.

Di antara perintah Rasul SAW untuk menuliskan Hadits terjadi pada tahunpenaklukan Mekkah, seperti tersebut berikut ini :

أن خزاعة قتلوا رجال من بين ليث عام فـتح مكـة بقتيـل مـنهم قتلـوه فـأخرب بـذلك : عن أيب هريرة قال الـيمن فقـل اكتـب فجاء رجل مـن أهـل. . . النيب صلى اللهم عليه وسلم فركب راحلته فخظب فقل

رسول هللا فقل اكتبوا أليب فالن )رواه البخارى ( يل Artinya : Dari Abi Hurairah r.a. berkata : bahwasanya golongan Khuzaah

membunuh seseorang dari Bani Laits pada tahun penaklukan Mekkahdisebabkan oleh suatu pembunuhan yang dilakukan Bani Laitssebelumnya. Hal itu diberitahukan kepada Nabi SAW, maka denganmengendarai kendaraannya beliau berkhutbah sabdanyaLalu datanglah seorang penduduk Yaman, ia berkata : Tulislah untukkuYa Rasulullah lalu Nabi bersabda : Tulislah untuk Abu Fulan. (HR.Bukhari)

Hadits di atas menjelaskan tentang perintah Rasul kepada para sahabatnyauntuk menuliskan khutbah beliau memenuhi permintaan seorang laki-laki dariYaman yang telah meminta beliau melakukan hal itu.

Dalil lain tentang adanya penulisan dan pencatatan Hadits dimasa hidupNabi adalah berupa persetujuan beliau kepada sahabatnya untuk menulis danmencatat Hadits, seperti tersebut di bawah ini :

أريـد حفظـه فنهتـين قـريش عن عبد هللا بن عمرو قل كنت أكتب كل شيء أمسعه من رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلصوقـــالوا أتكتـــب كـــل شـــيء مسعتـــه مـــن رســـول هللا عليـــه وســـلم ورســـول هللا ملسو هيلع هللا ىلص بـــشر يـــتكلم يف الغـــضب ـــه فقـــال اكتـــب صـــبعه إىل في ـــاب فـــذكرت ذلـــك لرســـول هللا ملسو هيلع هللا ىلص فأومـــا والرضـــا فأمـــسكت عـــن الكت

)واه ابو داودر. (فوالذي نفسي بيده ما خيرج منه إال حق Artinya : Dari Abdullah bin Amr katanya : Adalah saya menulis segala sesuatu

yang saya dengar dari Rasulullah SAW, saya bermaksudmenghafalnya, orang-orang Quraisy melarang saya melakukan hal itu.Mereka mengatakan : Anda menulis semua yang anda dengar dari

Page 26: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Soufyan Ibrahim : Pencatatan Hadis masa Hidup Nabi24

Rasulullah SAW, padahal beliau seorang manusia yang berbicarapada waktu marah dan juga pada waktu senang. Lalu saya hentikanpencatatan dan hal itu saya sampaikan kepada Rasulullah SAW, makabeliau mengisyaratkan dengan tangan ke mulutnya, lalu beliaubersabda : Tulislah : Demi yang diri ku di dalam kekuasaanNya, tidakada apapun yang keluar dari padanya kecuali kebenaran. (HR. AbuDaud)

Abdullah ibn Amir ibn Ash yang tersebut dalam Hadits di atas adalah seorangsahabat Rasul yang banyak menulis dan mencatat Hadits. Sebagai tergambar dalampengakuan Abu Hurairah berikut :

مــا مــن أصــحاب النــىب ملسو هيلع هللا ىلص احــد اكثـــر حــديثا عنــه مــىن إال مــا كــان مـــن عبــد هللا بــن عمــر فإنــه كـــان .يكتب وال أكتب

Artinya: Tidak ada seorangpun dari sahabat Nabi SAW yang paling banyakmempunyai Hadits melebihi dari yang aku punya, kecuali apa yangada pada Abdullah ibn Amr. Kerena dia mencatat, sedangkan sayatidak melakukan seperti itu.

Kumpulan catatan Abdullah ibn Amr ini dikenal dengan nama ShahifahAl-Shadiqah, memuat tidak kurang dari seribu Hadits. Shahifah ini dipandangpenting, kerena secara khusus mendapat keizinan Rasul untuk pencatatan danpenulisannya.

Bukti lain bahwa pencatatan dan penulisan Hadits telah dilakukan sejakmasa Nabi adalah, pertama : Surat Nabi kepada Raja Himyar, yang isinyamenjelaskan berbagai hal sehubungan dengan islamnya Raja tersebut. Kedua :Surat Nabi kepada Khalid ibn Walid Panglima perang yang diutus ke Najran padabulan Rabiul Akhir tahun 10 Hijriah. Surat tersebut menggambarkan tentang telahditerimanya surat Khalid sebelumnya dan hal-hal lain sehubungan dengan telahislamnya Bani Hirs tanpa harus diperangi. Ketiga : Surat Nabi yang dikirimkankepada Amr ibn Hazm, salah seorang petugas yang beliau utus ke Yaman, berisiberbagai hal dalam hubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.

ANALISIS Dalam uraian terdahulu telah dijelaskan bahwasanya Nabi melarang

sahabatnya mencatat dan menulis Hadits, dan seiring dengan itu, pada waktu yangbersamaan beliau juga membolehkan hal itu dilakukan para sahabatnya. Berbagaipendapat para ulama dalam menemukan perpaduan dua hal yang nampakbertentangan itu.

Asqalani, mengelompokkan berbagai pendapat dimaksud kepada dua.Pendapat pertama, mengabungkan antara Hadits yang melarang danmembolehkan, dengan kemungkinan salah satu hal tersebut ini. (a) Larangandikhususkan hanya pada saat Al-Quran diturunkan, karena dikhawatirkan akanterjadi pencampuran antara Al-Quran dengan yang lain; Sedangkan keizinandiberikan pada waktu selain itu; (b) Larangan diperlakukan apabila di lakukanpada suatu tempat bersama Al-Quran, dan diizinkan penulisan dan pencatatannya,apabila dilaksanakan pada tempat terpisah; (c) Hadits yang melarang dibatalkanoleh Hadits yang membolehkan. Pendapat lain senada dengan ini mengemukakanbahwa larangan diperuntukkan bagi mereka yang dikhawatirkan bercampur aduk

Page 27: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 25

catatannya, tanpa hafalan, sedang keizinan diberikan kepada yang dapatmengamankan hal itu.

Pendapat kedua, menyatakan bahwa Hadits yang melarang yang diterimadari Abi Said Al-Khudry sebagai Hadits Mauquf.

Al-Qadhi, sebagaimana dijelaskan oleh An-Nawawi, berpendapat bahwamemang ada perbedaan pendapat antara boleh dan tidaknya penulisan Hadits padamasa hidup Nabi, akan tetapi pada akhirnya kaum muslimin sependapat bahwa halitu kemudian dibolehkan. Lalu perbedaan pendapat timbul tentang apa yangdimaksudkan oleh Hadits larangan, dan untuk ini, ia mengelompokkan perbedaantersebut dalam tiga hal.

Pendapat pertama, mengemukakan bahwa larangan itu ditujukan kepadaorang-orang yang mampu menghafal dan kalau ia catat, dikhawatirkan bercampurbaur dengan yang lain. Dan keizinan diberikan kepada mereka yang tidak mampumenghafal.

Pendapat kedua, mengemukakan bahwa Hadits yang melarang yangdikeluarkan karena kekhawatiran bercampurnya Hadits dengan Al-Quran,dibatalkan oleh Hadits yang membolehkan penulisan, kerena kekhawatirantersebut telah teratasi.

Pendapat ketiga, mengatakan bahwa yang dilarang adalah menuliskanHadits bersama Al-Quran pada suatu tempat, dan membolehkannya, jika hal itudilakukan terpisah.

Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa para ulama tak melihat adanyapertentangan antara dalil-dalil yang melarang dan membolehkan penulisan Hadits.Pendapat yang mengemukakan bahwa Hadits larangan yang diterima dari AbiSaid Al-Khudry sebagai mauquf ditolak oleh Dr. Muhammad Ujjaj Khatib. Beliauberpendapat sebagai berikut :1. Bahwa larangan penulisan Hadits diperlakukan pada mereka yang menuliskannya

pada suatu tempat bersama Al-Quran, karena dikhawatirkan akan bercampur baurantara keduanya.

2. Atau juga bukan tak mungkin bahwa larangan itu diperlakukan di masa permulaanIslam, dengan maksud supaya umat tidak menyibukkan diri dengan Hadits.

3. Adalah juga mungkin bahwa penulisan Hadits diizinkan kepada mereka yang tidakdikhawatirkan ketelitiannya, sehingga bercampur baur dengan Al-Quran dapatdihindari. Atau hal ini diperkenankan bagi mereka yang tak mampu menghafal,sehingga perlu dibantu dengan catatan.

Hal lain yang perlu dikemukakan bahwa berdasarkan Hadits yang diriwayatkanoleh Bukhary, dijelaskan pada saat menjelang Rasulullah SAW wafat, telah ada penegasantentang keizinan menulis dan mencatat Hadits, sehingga jika pun ada yang memahamisecara mutlak larangan menulis dan mencatat Hadits berdasarkan Hadits dari Abi Said Al-Khudry, maka dengan Hadits terakhir itu, terhapuslah larangan sebelumnya.

KESIMPULANBahwa larangan penulisan dan pencatatan Hadits dimasa Rasulullah SAW

adalah bersifat umum, dengan pengertian bahwa beliau tidak pernah menyuruhsahabatnya menulis dan mencatat Hadits, sebagaimana beliau memerintahkanmereka menulis dan mencatat Al-Quran. Adapun keizinan penulisan danpencatatan Hadits dimasa hidup beliau adalah bersifat khusus, dengan pengertianbahwa Nabi secara khusus membolehkan para sahabatnya melakukan hal itu,karena tuntutan suatu keadaan tertentu.

Page 28: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Soufyan Ibrahim : Pencatatan Hadis masa Hidup Nabi26

Referensi :1. Mohd Fuad Abd. Baqi , Al-Muwatta’. Juz II. Isa Al-Baby Al-Halaby. 1951. Hal. 899

2. Penegasan Al-Quran antara lain terdapat dalam surat An-Nahl ayat 64

وما أنزلنا علیك لكتٱ ب إال لتبین لھم لذى ٱ ختلفواٱ فیھ وھدى ورحمة لقوم یؤمنون )٦٤:النھل (

3. Pengumpulan Al-Quran dalam suatu mushhaf dilakukan pada masa pemerintahanKahalifah Usman bin Affan (Ahmad Amin, Fajr Al-Islam. 1965. Hal. 195 )

4. Hadits menurut para muhadditsin adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAWberupa perkataan, perbuatan, penetapan, kepribadian, akhlaq dan sejarah kehidupannya,baik itu dilakukan sebelum atau sesudah beliau diutus sebagai Rasul Allah ( musthafaAs-Shiba’iy, As-Sunnah Wa Makanatuha fi al-Tasyriil al-Islamy. 1966. Hal. 53).Adapun Ahmad Amin menjelaskan bahwa Hadits atau Sunnah adalah : segala sesuatuyang datang dari Rasulullah SAW berupa perkataan, perbuatan atau penepatannya.Setelah masa Rasul, yang dimaksud dengan Hadits adalah juga semua yang datang darisahabat, sebab mereka selalu bergaul dengan beliau, mendengarkan perkataannya danjuga menyaksikan perbuatan beliau. (Ahmad Amin, Fajr Al-Islam. 1965. Hal. 208).

5. Ahmad Amin, Fajr Al-Islam, Maktabah wa Mathbaah Sulaiman mar’iy, Singapore, 1965.hal. 195.

6. Muslim, Shahih Muslim, Juz II, Dahlan Bandung, t.t., hal. 598.7. Musthafa As-Shiba’iy, As-Sunnah Wa Makannatuha fi al-Tasyri’iy al-Islamy. Dan Al-

Qafamiyah li Al-Thabah wa Al-Nasyr, Qairo, 1966. hal. 63.8. Ibnu Hajr, Fath Al-Bary, Juz I, Mathbaah Musthafa Al-Baby Al-Halaby, Mesir, 1959.

hal. 216-217.9. Lelaki dari Yaman yang dimaksudkan dalam Hadits tersebut adalah Abu Syah. (Ibid.)10.Al-Darimy, Sunan Al-Darimy, Juz I, Mathbaah Al-Haditsah, Damsyik, 1349. hal. 125.11.Al-Zahaby, Tazkirat Al-Huffadl, Juz I, Darirat Al-Ma’arif Al-Usmany, Hudrabad, India,

1955. hal. 4212.Bukhary, Shahih Bukhary, Juz I Dar wa Mathabi’al-Sya’by, t.t., hal. 39.13.Muhammad Ujjaj Khatib, Ushul Al-Hadits, Ulumuhu wa Musthalahuhu, Dar Al-Fikr,

1975. hal. 194.14.Ibn Hisyam, Sirat Al-Nabi SAW, Juz IV, Maktabah Hijazi, Qairo, t.t., hal. 258-260.15.Ibid., hal. 262.16.Ibid., hal. 265-26617.Ibn Hajar, Op, Cit., hal. 218.18.Al-Nawawy, Shahih Muslim, Juz XVIII, Maktabah Al-Mishriyah, 1924. hal. 129-130.19.Ibid.20.Muhammad Ujjaj Khatib, Op, Cit., hal. 150.21.Bukhary, Op, Cit., hal. 3922.Ibn Hajar, Op, Cit., hal. 220.

Page 29: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 27

DIAM GADIS SEBAGAI INDIKASI PERSETUJUAN NIKAH: Suatu Kajian Terhadap Pemahaman Ulama Hadis

secara Tekstual dan Kontekstual

Nasaiy AzizFakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABSTRAKPersetujuan calon pengantin perempuan atau gadis dalam sebuah

pernikahan diukur dengan sikap diam. Hal ini lebih didasarkan kepadapemahaman secara tekstual terhadap hadis-hadis yang berkaitan dengan perllunyapersetujuan calon pengantin perempuan ketika diajak menikah yang terdapatdalam kitab al-Kutub al-Sittah . Justru itu, para wali menganggap diamnya ituadalah persetujuan gadis tersebut untuk dinikahkan. Akan tetapi kalau hadistersebut dipahami secara kontekstual dan dihubungkan dengan keadaan gadis padasaat mau dinikahkan bahwa persetujuan gadis itu tidak selamanya diukurberdasarkan sikap diam mereka, karena boleh jadi diam itu bermaksud tidaksetuju sesuai dengan indikasi yang ditunjukkan oleh gadis dimaksud.

Kata kunci: Sikap diam, Calon pengantin perempuan,Para Wali dan dianggap setuju

PENDAHULUANDalam sebuah pernikahan, salah satu unsur yang sangat penting yang harus

dipenuhi dan bahkan merupakan salah satu syarat sahnya pelaksanaan akad nikahialah adanya pernyataan setuju pihak yang ingin melangsungkan pernikahan,bukan karena ada tekanan atau paksaan dari pihak lain.

Calon pengantin perempuan yang ingin melangsungkan pernikahan,keizinannya cukup diketahui melalui sikap diamnya pada saat ia dimintakanpersetujuannya. Hal ini berdasarkan pemahaman secara tekstual terhadap haditsRasulullah SAW berkaitan dengan pernikahan yang terdapat dalam beberapariwayat.

Namun apabila hadis-hadis tersebut dipahami secara kontektual denganmelihat dan mempertimbangkan situasi yang berkembang di saat hadis itudipahami akan diperoleh arti lain. Ddalam arti diammya gadis ketika ditanya waliuntuk menikah belum tentu semuanya terindikasi setuju untuk menikah. Hal iniseperti yang tergambar pemahaman ahli hadis yang terdapat dalam al-Kutub al-Sittah yang sekaligus menjadi tujuan utama dari tulisan ini.

Page 30: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…28

HADIS-HADIS YANG TERINDIKASIDIAM GADIS SETUJU UNTUK MENIKAH

Sebelum melihat lebih jauh berkaitan dengan hadis-hadis yang berkaitandengan diam gaddis untuk persetujuan nikah kiranya tidak salah di sini jikaterlebih dahulu dijelaskan sedikit pengertian diam.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengartikan diam dengan tidak bersuara(berbicara).1.

Machnun Husein, yang dikutip melalui tulisan di dalam blognya, diam itudiartikan dengan tidak berbicara atau bersuara atau tidak berbuat atau bergerak.Machnun juga memaknakan diam itu sebagai salah satu alat komunikasi ataubahasa isyarat. Namun, ia tetap berbeda dengan bahasa lisan atau tulisan yangsudah jelas maksudnya. Sedangkan makna diam ini tidak jelas dan lebihcenderung berbeda-beda.2

Machnun menambahkan, diam juga merupakan gejala fisik ataujasmaniah. Namun ia didorong atau dimotivasi oleh faktor psikologis, dan bahkanmerupakan manifestasi dari gejala kejiwaan orang yang bersangkutan. Olehkarena itu, untuk mengetahui sebab-sebab atau maknanya perlu dilakukanpenelitian terhadap faktor-faktor kejiwaan yang melatarbelakanginya. Denganperkataan lain, tulisan ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan,“mengapa orang yang bersangkutan diam?” Selain itu, faktor-faktor non-kejiwaanjuga ikut berperan, terutama yang berkaitan dengan pemuasan atau pemenuhankebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik-material ataupun sosial,seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Itulah alasan mengapasering didapati orang tidak mengemukakan pendapat atau diam, karena dia merasabahwa tindakan atau sikapnya itu ada kaitannya secara langsung atau tidaklangsung dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut.3

Oleh karena itu diam di sini dapat diartikan dengan tidak bersuaranyaseorang gadis bila diajak wali untuk menikah baik dalam bentuk lisan maupundalam bentuk tulisan

Terdapat sejumlah hadis yang dijadikan dasar oleh ahli hadis dan fuqaha`dalam melihat diam seorang gadis sebagai indikasi setuju untuk menikah yaituhadits-hadits yang diriwayatkan oleh penyusun kitab al-Kutub al-Sittah sepertiberikut.

Hadits Riwayat Bukhari:

هريرة حدثهم، أن النيب ملسو هيلع هللا ىلص قال وال تنكح البكر , نكح األمي حىت تستأمرال ت: عن أيب سلمة أن أا؟ قال, رسول هللا: قالوا . حىت تستأذن 4).متفق عليه(. أن تسكت: وكيف اذ

Artinya: Dari Abu Salamah, sesungguhnya Abu Hurairah menceritakan kepadamereka, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Perempuan janda tidakdinikahkan hingga diajak musyawarah dan perempuan perawan tidak

_____________1Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Badan

Pustaka, 2005), hlm. 261.2Machnun Husein, Diam dan Maknanya, Sebuah Kajian Psikologi Agama. Diakses pada tanggal

22 April 2013 dari situs: http://baninadiah.blogspot.com/2009/09/diam-dan-maknanya-sebuah-kajian.html.3Ibid.4Imam Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Bi Syarh Shahih al-Bukhari, Jilid 10,

(Beirut: Dar al-Fikr,1993), hlm. 240.

Page 31: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 29

dinikahkan hingga dimintai izin” , Mereka berkata, “ Wahai Rasulullah,bagaimana izinnya? Beliau bersabda, “Dia diam.” (HR : Bukhari).

Hadits Riwayat Abu Daud:

والبكر , األمي أحق بنفسها من وليها: قال رسول هللا ملسو هيلع هللا ىلص : عن ابن عباس رضي هللا عنهما قالا, تستأمر ىف نفسها ا صما 5).رواه ابو داود(.وإذ

Maksudnya: Dari Ibnu Abbas Ra., beliau berkata bahwa Rasulullah SAWbersabda: “Janda lebih berhak terhadap dirinya daripada walinya,sedangkan seorang gadis dimintai izinnya. Dan diamnya seoranggadis menunjukkan izinnya” . (H.R. Abu Daud).

Hadis riwayat Abu Daud:

ا إقرار: عن عائشة قالت 6).رواه ابو داود.(هارسول هللا إن البكر تستحي أن تتكلم قال سكا

Artinya: Dari Aisyah r.a dia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya seorang wanitayang perawan malu untuk berbicara” . Kemudian Nabi SAW menjawab,“Diamnya berarti izinnya (persetujuannya).” (H.R.Abu Daud).

Hadits Riwayat Muslim yaitu:

الثيب أحق بنفسها من وليها، والبكر : أن النيب ملسو هيلع هللا ىلص قال : عن ابن عباس رضى هللا عنه قالا، ا صما ا أبوها يف نفسها، وإذ 7).رواه مسلم(.وصمتها إقرارها: ورمبا قاليستأذ

Artinya: Dari Ibnu Abbas Ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Seorang jandalebih berhak atas dirinya dibandingkan dengan walinya, sedangkanseorang gadis hendaknya sang bapak meminta izinnya, dan izinnyaadalah diamnya.” Boleh jadi Rasulullah berkata, “dan diamnya adalahpersetujuannya.” (H.R. Muslim).

Semua hadits-hadits tersebut di atas secara tekstual dijadikan sebagai dalilbahwa diamnya seorang gadis atau calon pengantin perempuan berarti dia setujuuntuk dinikahkan. Pemahaman yang terdapat dalam hadits di atas menjadi sumberpegangan masyarakat khususnya para wali yang mau menikahkan anak gadismereka. Mereka berpendapat walaupun telah bertanya atau meminta izin terlebihdahulu kepada gadis yang dilamar, namun sikap diamnya gadis tersebut telahmenjadi ukuran persetujuan, serta sebagai cara pemberian izin dalam pernikahan.

Sebagaimana halnya juga diamnya Fatimah, putri Rasulullah SAW,dalam menyikapi lamaran saidina Ali, Rasulullah SAW segera melangsungkanmajlis pernikahan putrinya dengan Saidina Ali. Menurut Rasulullah SAW, reaksidiam Fatimah itu menunjukkan bahwa dia menyetujui lamaran yang telah dibuatoleh Saidina Ali terhadapnya. Sekiranya Fatimah tidak setuju pasti dia akanmenutup tirai kamarnya sebagai tanda tidak setuju atau tidak suka. Dari perbuatan

_____________5Abi Dawud Sulaiman bin as-Asy as-Sajistany, Sunan Abi Dawud, Jilid 2, (Beirut: Dar al-Fikr,

2003), hlm.197.6Abi Dawud Sulaiman bin as-Asy as-Sajistany, Sunan Abi Dawud, Jilid 2, (Beirut: Dar al-Fikr,

2003), hlm. 196.7Imam Abi Husaini Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Jilid 2,

(Kaherah, Dar al-Hadits, 1997), hlm. 474.

Page 32: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…30

atau sikap Fatimah itu juga dapat dijadikan alasan bahwa diam itu merupakantanda persetujuan gadis yang akan dinikahkan.8

KRITERIA DIAM SEBAGAI TANDA SETUJU DALAM PERNIKAHANUntuk menentukan sikap diam gadis itu setuju atau sebaliknya di saat

ditanya wali untuk menikah, perlu dilihat kepada kriterianya. Kriteria inilah yangakan menentukan bahwa diam itu dianggap setuju atau tidak setuju. Diam yangmenunjukkan tanda setuju memang telah dinyatakan dalam beberapa haditsRasulullah SAW. Namun pada dasarnya Rasulullah SAW menyatakan gadis perludimintakan izinnya secara lisan. Akan tetapi karena menurut Aisyah r.a, gadis-gadis yang ada pada waktu itu malu untuk memberi jawaban secara lisan, makaRasulullah SAW menyatakan keizinannya cukup dengan diamnya saja. Itulahyang menjadikan diamnya perawan itu sebagai persetujuannya.

Namun dalam kenyataannya tidak semua sikap diam gadis itumenunjukkan persetujuannya, terutama gadis-gadis masa kini dimana sebagiandari mereka terkadang tidak merasa malu untuk memberikan jawaban langsung,tetapi karena faktor-faktor lain, seperti karena takut dimarahi orang tuanya ataukarena segan pada orang tuanya sehingga membuat mereka diam. Hanya sajadiamnya itu dibarengi dengan eksperasi wajah yang menunjukkanketidaksenangannya dengan calon yang dinikahkan. Itulah sebabnya persetujuangadis tidak cukup dilihat pada sikap diamnya saja, tetapi perlu dilihat kepadaindikasi-indikasi lain yang menyertai sikap diamnya gadis tersebut, yang dalambahasa usul fiqih disebut dengan ‘al-siyak’ (konteks peristiwa).

Dalam hal ini dikenal sebuah kaedah yang berbunyi: 9.السياق من املقيدات

Artinya: Konteks atau indikasi-indikasi yang menyertai sebuah peristiwa, menjadipembatas dari peristiwa itu.

Dengan kata lain, ‘siyak’ itu adalah sesuatu yang memberi petunjuktentang makna yang sebenarnya. Sebagaimana yang dicontohkan di dalam kitabDurus al-Syaykh Abu Ishak al-Hawaini, yaitu tentang senyum. Ada dua jenissenyum, yaitu senyum dengan maksud ridha atau setuju dan senyum denganmaksud marah, tidak menyetujui atau membantah.10 Sebagai contoh senyumdengan maksud marah, hal ini dilihat pada peristiwa yang terjadi pada Kaab BinMalik semasa perang tabuk. Ia tidak bersama Rasulullah SAW ketika peperangantabuk, sekembalinya Rasulullah SAW dari medan peperangan tersebut, ia lantasmenemui Rasulullah SAW. Ketika bertemu baginda Rasulullah SAW, Kaab BinMalik memberikan gambaran bahwa Rasulullah SAW menunjukkan senyumanyang berarti kemarahan kepadanya karena ia tidak ikut serta dalam peperangantabuk.11 Hal ini memberikan gambaran bahwa senyuman Rasulullah SAW itutidak memberikan maksud senyum yang sebenarnya tetapi mengandung rasamarah dan sindiran kepada Kaab Bin Malik.

_____________8Alyahya.blogspot, Hak Wanita Memilih Jodoh, Diakses pada tanggal 9 Desember 2012, dari situs:

http:alyahya.blogspot.com/2011/08/hak-wanita-memilih-jodoh.html.

9Abu Ishak Al Hawaini al-Asri Hijazi Muhammad Syarif, Durus al-Syaykh Abu Ishak al-Hawaini,Jilid 92, (Durus Soutiyah Koma Bitafrighiha Mauki’u as-Syabkah al-Islamiyah: Maktabah Syamilah, t.t),hlm. 11.

10Ibid.11Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari Buku 25, hlm. 380.

Page 33: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 31

Sedangkan contoh senyum yang menunjukkan keridhaan, kagum atausebagai tanda menyukai adalah seperti satu kisah tentang Nabi Sulaiman AlaihiSalam dan semut, yang diabadikan dalam Al-Quran surat Al-Naml, ayat 19,berikut:

وتـفقد الطيـر فـقال ما يل ال أرى اهلدهد أم كان من الغائبني Maksudnya: Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar)

perkataan semut itu. Dan dia berdoa: "Ya Tuhanku anugerahkanlahaku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkauanugerahkan kepadaku dan kepada dua orang tuaku dan agar akumengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah akudengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yangsaleh". (Qs. An Naml: 19).

Ayat di atas ada yang mengatakan bahwa, Nabi Sulaiman senyum danketawa ketika mendengarkan perkataan semut itu menunjukkan bahwa bagindakagum dengan perkataan semut tersebut dan tidak memarahi semut dimaksud,malah baginda bersyukur kepada Allah SWT atas kelebihan yang dimiliki olehbaginda. Oleh karena itu Senyumnya Nabi Sulaiman itu tidak menunjukkan tandamarah, karena ada juga senyum tetapi bermaksud mencela atau marah.12 Justru,apabila dikembalikan kepada permasalahan diam, ia juga sama seperti senyum diatas, dapat disimpulkan bahwa diam yang menunjukkan setuju atau tidak setujuitu mempunyai kriteria-kriteria tersendiri. Itulah yang menjadi asas penting untukmenentukan bahwa seorang gadis atau perawan itu setuju atau tidak untukmenikah dengan lelaki yang melamarnya.

Selain itu, kriteria diam yang menunjukkan tanda tidak setuju jugadidasarkan kepada peristiwa yang terjadi kepada Rasululllah SAW seperti yangtelah dirangkumkan penjelasannya yang panjang dalam kitab Shahih Bukhari,13

yaitu setelah Nabi Muhammad SAW menceraikan istrinya Hafsah, karena istrinyatelah melakukan kesalahan yang mengundang kemurkaan baginda. Berita tersebutsampai kepada Saidina Umar r.a, maka Umar r.a pergi berjumpa denganRasulullah SAW pada waktu pagi. Pada waktu itu Rasulullah SAW mengasingkandiri dalam sebuah kamar dan memberitahukan kepada pembantu baginda agartidak membolehkan siapa pun masuk ke kamar tersebut untuk bertemu denganbaginda. Ketika itu, Umar r.a menemui pembantu baginda untuk meminta izinmasuk bertemu dengan baginda. Namun setelah pembantu Rasulullah SAWbertemu dan menyatakan hajat Umar tersebut, Rasulullah SAW hanya diam dantidak berkata apa pun. Hanya setelah beberapa hari, akhirnya Rasulullah SAWmau bertemu dengan saidina Umar r.a. 14

Dari peristiwa itu, saidina Umar r.a memahami bahwa diamnya RasulullahSAW ketika disampaikan keinginannya untuk bertemu dengan beliau merupakandiam karena marah. Kondisi Rasulullah SAW yang sedang marah itumenyebabkan baginda diam dan diam dengan sebab marah tjidak dapatdiindikasikan ssebagai setuju, bahkan menunjukkan sebaliknya. Hal ini sama

_____________12Abu Ishak al-Hawaini al-Asri Hijazi Muhammad Syarif, Durus al-Syaykh Abu Ishak Al-Hawaini,

hlm. 11.13Abi Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Matan al-Bukhari Maskul, Jilid 3, ( Dar Syu’b:

Bierut, t.t), hlm 208-209.14Abu Ishak al-Hawaini al-Asri Hijazi Muhammad Syarif, Durus al-Syaykh Abu Ishak al-Hawaini,

Jilid 17, hlm 4.

Page 34: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…32

seperti melihat persetujuan gadis dalam pernikahannya. Meskipun gadis tersebutdiam, itu tidak boleh langsung dianggap setuju sebelum dipastikan maksud dibalikdiamnya tersebut .

Tetapi, Saidina Umar menganggap diam Rasulullah SAW ketika itusebagai tanda setuju dan mengizinkan beliau menyambung bacaannya. Olehkarena itu hadits tersebut menjadi dalil bahwa diam Rasulullah SAW ketika itutidak berarti setuju. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbuatan diam yangmembawa maksud tidak setuju atau tidak memberikan keizinan. Namun tetap sajatidak berlawanan dengan hadits Rasulullah SAW tentang keizinan perawan itudengan diam, tetapi ia menjadi bukti bahwa adanya diam yang menunjukkansebagai tidak setuju.

Selanjutnya, dalam kitab Fath Al-Bari juga dinyatakan bahwa para ulamaberbeda pendapat apabila si gadis tidak berbicara atau bahkan memperlihatkantanda-tanda marah dan suka sekaligus, misalnya tersenyum atau menangis.Menurut Malikiyah, jika dia lari atau menangis atau berdiri, atau memperlihatkantanda ketidak senangan yang lain maka ia tidak boleh dinikahkan. Sedangkanmenurut Asy-Syafi’yah, semua itu tidak memberi pengaruh terhadap laranganpernikahan, kecuali misalnya ia menangis disertai berteriak atau menjerit.Sebagian mereka membuat perincian, bila air matanya hangat maka inimenunjukkan tidak setuju, bila air mata itu dingin maka itu menunjukkan tandapersetujuan.15

Dalam kitab fiqih karangan Wahbah az-Zuhaili, dinyatakan bahwa jikaseorang perempuan perawan, maka rasa ridhanya dia ungkapkan dengan caradiam, karena anak perawan biasanya merasa malu untuk mengungkap rasaridhanya untuk kawin secara terang terangan. Dia cukup tunjukkan rasa ridhadengan diamnya untuk menjaga rasa malunya. Menurut Mazhab Maliki,disunahkan memberitahu kepadanya bahwa diamnya adalah tanda keridhaan danizinnya. Karena dia tidak dikawinkan jika dia menolak. Perumpamaan diamadalah setiap perbuatan yang menunjukkan rasa ridha, seperti tertawa bukandengan nada ejekan. Tersenyum dan menangis dengan tanpa suara, atau teriakanatau memukul pipi. Jika senyuman atau tertawa dengan tujuan untuk mengejek,dan tangisan dengan teriakan atau pukulan pipi, tidak cukup dan tidak dianggapsebagai izin ataupun jawaban karena dia berasa tidak rela. Jika diamengungkapkan rasa ridhanya secara terang terangan setelah itu makaterlaksanalah akad pernikahan.16

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dinyatakan di sinni bahwa kriteriadiam itu perlu dilihat dari dua sisi, yaitu diam tanda setuju dan diam tanda tidaksetuju. Kriteria di antara keduanya adalah berbeda, karena diam tanda setuju itubiasanya akan disertai ciri-ciri yang menunjukkan seorang gadis itu setuju danmenyukai akan pernikahannya itu, seperti menangis disertakan dengan air matadingin dan dia hanya tunduk atau tersenyum malu. Demikian juga kriteria diamyang merupakan tidak setuju, maka ciri-cirnya akan memperlihatkan bahwa gadistersebut tidak menyukai pernikahan dimaksud. Sebagai contoh, gadis tersebutmenjerit-jerit, menangis disertai dengan memukul badannya atau tidakmenunjukkan minat pada pernikahannya.

_____________15Falih bin Muhammad bin Falih Ash-Shughayyir, Majelis Wanita Pesan dan Wasiat Rasulullah

Untuk Kaum Wanita, hlm. 329.16Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, hlm. 200.

Page 35: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 33

PEMAHAMAN AHLI HADITS17 TENTANG MAKNA SUKUT (DIAM)SECARA KONTEKSTUAL.

Andaikata hadits-hadits yang berbicara tentang keizinan gadis untukmenikah di atas hanya dipahami secara tekstual, maka sudah cukup jelas bahwatanda persetujuan seorang gadis itu cukup dilihat kepada sikap diam mereka. Parafuqaha juga sudah jelas mengatakan bahwa indikasi setuju mereka diukur padadiam tersebut, karena secara umum diangga seorang gadis sangat malu dalam soalpernikahannya. Namun sebaliknya, bila hadits-hadits tersebut, dipahami secarakontekstual, munkin ada makna lain di balik sikap diam seorang perawan itusendiri .

Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab syarahnya Fathul Baari, menjelaskanbahwa pembahasan tentang diam ini dinyatakan oleh imam al-Bukhari dalam bab“Seorang bapak dan selainnya tidak boleh menikahkan perempuan perawanmaupun janda kecuali atas keridhaan keduanya”. Hal ini karena al-Bukharibertujuan untuk menyebutkan persyaratan keridhaan perempuan yang hendakdinikahkan. Sebagaimana diketahui, izin dari seorang perawan itu adalah dengansikap diamnya, itulah yang dipahami dari makna teks hadits, karena rasa maluyang senantiasa menghambat para perawan untuk berbicara secara terus terang.Oleh karena itu banyak dari mereka lebih bersikap diam. Namun, ia masih tampaktidak jelas, maka lebih baik mereka diberi tempo waktu atas sikap diamnya itu,sehingga dapat diyakini bahwa diamnya itu benar-benar merupakan tandakeizinan dan keridhaan darinya, Sehingga saat itu para wali tidak ada hambatanlagi untuk menikahkannya.18

Dalam penjelasan hadits Shahih Bukhari juga disebutkan pendapat IbnuMunzir yang menyatakan bahwa perlunya diketahui bahwa diamnya perawantersebut benar-benar menunjukkan keridhaannya. Sebab pemberitahuan kepadagadis sebelum dinikahkan bahwa diam tersebut menunjukkan setuju merupakansuatu anjuran saja. Akan tetapi apabila ia menyatakan tidak mengetahui bahwadiamnya dianggap ridha pada saat telah dinikahkan, pernikahan itu tetap sahmenurut jumhur ulama. Namun menurut sebagian ulama Malikiyah pernikahantersebut menjadi batal. Ini menunjukkan bahwa, Ibnu Munzir meyakini bahwaadanya diam yang bukan bermaksud setuju dari perawan tersebut. Sementara IbnuSyu’ban salah seorang dari ulama madzhab mereka menambahkan, hendaknyaditanya kepada perawan tersebut sebanyak tiga kali, jika sekiranya perawantersebut ridha, maka hendaknya dia diam, namun jika tidak, hendaknya gadis ituberbicara atau mengatakan langsung.19 Selain itu, sebagian lagi ulama dari merekaberkata, “hendaklah diperlama keberadaan di sisinya agar tidak merasa malu, dan

_____________17Ibnu Taimiyah menjelaskan Ahli hadits ialah orang-orang yang memerhatikan hadits Rasulullah

SAW, baik dari segi riwayat maupun dari segi dirayah. Mereka mencurahkan segala kemampuan untukmengkaji hadits-hadits nabi dan periwayatannya, mengikuti isinya berupa ilmu dan amal, serta menjalankansunnah dan menjauhi bid’ah. Beliau juga menambahkan bahwa ahli hadits itu bukan terbatas pada orang-orang yang mendengar, menulis atau meriwayatkan hadits saja, tetapi mencakupi semua orang yang lebihpatut memelihara, mengetahui, memahami dan mengikutinya secara lahir batin. Lihat, Abdul Rahman binMuhammad bin Qasim al-A’shimi an-Najdi Hanbali, Majmu’ Fatawa Syaikh Islami Ahmad bin Taimiyah,Jilid 4, (hlm. 91-95.

18Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari, (terj. Amiruddin), (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), hlm. 313.

19Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, Subulus as-Salam Syarah Bulughul Maram, (terj.Muhammad Isnan, Ali Fauzan, Darwis), Cet. 6, (Jakarta: Darus Sunnah, 2011), hlm. 631.

Page 36: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…34

rasa malu itu dapat mencegahnya memberikan jawaban secepatnya”20 yangmungkin akan menyebabkan dia keliru atau salah dalam memberikan jawaban.

Hal ini memberikan gambaran bahwa para wali tidak boleh langsungberkesimpulan bahwa diam anak mereka itu sebagai tanda persetujuannya, tetapiseharusnya perlu diberi waktu untuknya berpikir secara rasional serta tidakterburu-buru dalam membuat keputusan. Menanyakan kepada perawan sebanyaktiga kali itu adalah untuk memastikan bahwa setiap jawaban yang diberikan olehperawan itu adalah yang betul dan tidak dipengaruhi oleh unsur lain sepertipemaksaan atau tekanan.

Selain itu, jika sekiranya para wali ingin menikahkan anaknya denganseorang lelaki yang datang melamar, maka para wali sebaiknya tidak hanyasekadar meminta persetujuan dari anaknya saja, tetapi haruslah memberitahupengenalan secara menyeluruh, tentang calon lelaki yang melamarnya itu sepertiusia, keelokan, kedudukan, nasab, profesi dan lain-lainnya yang dapatmendatangkan kemaslahatan untuk perawan dimaksud.21 Hal ini akan memberipengaruh kepada persetujuan atau tidaknya perawan tersebut, karena mereka jugamempunyai hak untuk memilih dan mendapatkan yang terbaik untuk diri merekasendiri.

Sebagian pengikut mazhab al-Zhahiri juga mengatakan bahwa hadits diatas tidak boleh dijadikan landasan untuk menikahkan perempuan hanyaberdasarkan makna zahir sabda nabi tersebut yaitu “izinnya adalah diam”.22

Walaupun tiada penjelasan yang lebih lanjut tentang pendapat pengikut al-Zhahiriini, namun dari kalangan mereka yang memahami secara tekstual jugamemberikan gambaran bahwa diam itu tidak hanya menunjukkan persetujuanperawan dalam pernikahannya.

Menurut Imam Nawawi, dalam syarah Shahih Muslim, mengenai haditsRasulullah SAW yang mengatakan izinnya adalah diamnya bermaksud bahwadiamnya seorang perawan itu sudah cukup dianggap sebagai izinnya secarazahirnya. Hal ini karena mayoritas ulama berpendapat diam perawan itu sudahcukup sebagai izin karena perawan itu kebiasaannya adalah pemalu. Hal ini lebihkhusus sekiranya wali perawan tersebut adalah ayah atau kakeknya. Namunsekiranya, yang menjadi wali itu bukan ayah atau kakeknya, maka sang perawanharus berbicara untuk menunjukkan keizinannya. Ini karena rasa malu yangdimiliki seorang perawan terhadap ayah dan kakeknya lebih besar daripada yanglainnya. Tetapi tetap saja pendapat yang shahih itu menurut mayoritas ulamaadalah bahwa diam itu sudah cukup sebagai izin perawan dan ia berlaku untuksemua wali tanpa membedakan siapapun walinya.23

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslimjuga sangat jelas membedakan antara seorang perempuan janda dan perawan,yaitu seorang janda itu lebih berhak atas dirinya daripada walinya, sedangkanseorang perawan itu harus dimintai persetujuannya. Walaupun pendapat yangshahih menurut Imam Nawawi yaitu diamnya perawan itu menunjukkan tandasetuju namun ia hanya berdasarkan keumuman hadits tersebut. Hal ini_____________

20Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari Buku 25, hlm. 315.21Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim, (terj. Kathur

Suhardi), Cet. 4, (Jakarta: Darul Falah, 2005), hlm. 762.22Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih al-Bukhari Buku 25, hlm. 319.23Imam An-Nawawi, Shahih Muslim Bi Syarh an-Nawawi, (terj. Ahmad Khotib), Cet. 1, (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2011), hlm. 577-579.

Page 37: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 35

menunjukkan bahwa ada maksud lain yang tidak disebutkan secara khusus tentangmaksud hadits itu.24 Di sinni dapat dipahami bahwa keumuman tersebut sebagaimakna teks hadits.

Sedangkan, menurut mazhab Maliki yang dikutip dalam kitab ‘AunulMa’bud syarah Sunan Abu Dawud, disunahkan untuk memberitahu kepadaperawan bahwa diamnya itu adalah tanda keridhaannya, karena dia tidak akandinikahkan jika dia menolak atau dengan berkata “aku tidak merasa ridha”, atau“aku tidak mau kawin” atau kalimat lain yang memiliki makna yang sama.Mazhab ini juga mengumpamakan diam itu sebagai perbuatan yang menunjukkanrasa ridha, seperti tertawa dengan bukan nada ejekan, tersenyum dan menangisdengan tanpa suara, atau teriakan atau pukulan pipi. Namun, jika senyuman atautertawa itu dengan tujuan untuk mengejek, dan tangisan dengan teriakan ataupukulan pipi, maka ia tidak dianggap sebagai izin ataupun jawaban keridhaanperawan tersebut.25 Namun menurut madzhab syafi’I, hal-hal tersebut tidakmemberi pengaruh apapun, kecuali jika tangisan disertai teriakan, atau yangsepertinya. Sebagian lainnya membedakan hal ini dengan air mata, apabila panasberarti dia menolak dan jika dingin berarti dia ridha.26 Sementara Ibnu Abdil Barrmenukilkan dari Malik, bahwa diamnya seorang gadis sebelum pemberian izindan penyerahan diri kepada walinya untuk dinikahkan tidak berarti persetujuandarinya, tetapi jika hal itu dilakukan setelah penyerahan diri kepada walinya, diamitu adalah tanda setuju.27

Imam Malik juga membahas tentang persetujuan atau keridhaan perawandalam kitab al-Mudawwanah al-Kubra. Dalam bab keridhaan perawan dan janda,beliau menyatakan bahwa diam perawan itu adalah redha yang bermaksud setuju,dan sekiranya seorang ayah menikahkan anak gadisnya maka pernikahan tersebutsah walaupun anak gadis tersebut mengingkari pernikahan dimaksud. Namundijumpai riwayat lain yang juga dari riwayat Malik, diamnya seorang gadis itudikatakan ridha atau setuju apabila disertai dengan syarat, yaitu apabila gadistersebut mengetahui bahwa diamnya itu bermakna setuju.28

Selanjutnya, Imam Malik menyebutkan, dalam pernikahan dini yaituseorang perempuan dinikahkan sewaktu usianya masih dini. Oleh karena diamasih seorang yang dini, maka dia tidak tahu bahwa diamnya dia ketika walinyamau menikahkannya itu merupakan tanda persetujuannya. Maka, sewaktupernikahannya, dia melarikan diri karena dia sebenarnya tidak setuju untukdinikahkan. Beliau juga menyatakan mengenai wali yang menikahkan tanpasepengetahuan perempuan tersebut. Walinya setuju untuk menikahkan anakperempuannya selepas mengadakan musyawarah dengan pihak lelaki, namunmusyawarah tersebut tidak disertai oleh perempuan yang akan dinikahkan.29 Halini baru diketahui oleh perawan tersebut ketika sudah selesai diijabkabulkan.Berdasarkan pendapat Imam Malik di atas, maka ia menunjukkan bahwa Imam

_____________24Ibid.25Abi Tayyib Muhammad Shamsul Hak al-Azim Abadi, ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abu Dawud,

Jilid 6, (Li al-Thaba`Ah Wa Al-Nasru Wa al-Tauri’: Dar al-Fikr, t.t), hlm. 119.26Ibid.27Imam Muhammad asy-Syaukani, Nailul Authar, Jilid 6, (terj. KH. Adib Bisri Musthofa dkk),

(Semarang: CV. Asy-Syiafa’, 1994), hlm. 483.28Imam Malik bin Anas al-Asbahi, al-Mudawwanah al-Kubra, Jilid 2, (Beirut: Dar al-Kutb al-

Ilmiyah, t.t), hlm. 102.29Ibid.

Page 38: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…36

Malik berpandangan tidak hanya tertumpu kepada makna zahir hadits sematayang menyatakan bahwa diamnya perawan itu merupakan tanda setuju.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, ahli hadits serta ulama tidaksekadar memahami hadits-hadits yang terdapat dalam kitab al-Kutub al-Sittah ituseperti yang terdapat pada teks hadits saja, yaitu diam perawan itu merupakan izinatau keridhaan dia untuk dinikahkan oleh walinya, namun mereka juga memahamimakna secara kontekstual hadits-hadits tersebut yang menyatakan diam itu bukansekadar tanda setuju bahkan kadang-kadang juga mengandung pengertiansebaliknya.

Terlepas dari itu semua di sini dapat dinyatakan bahwa diam si gadis ataucalon pengantin perempuan ketika diajak wali untuk menikah belum berarti diasetuju. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktir yang dihadapinya,misalnya saja keterbatasannya atau ketidaktahuan dia mengenai diam itubermaksud setuju. Boleh jadi juga faktor-faktor kejiwaan yang menyebabkan diatidak mau berbicara seperti perasaan takut, karena terpaksa, cemas dansebagainya. Justru itulah perlunya kepada penelitian terhadap faktor-faktorkejiwaan tersebut. Sekiranya diamnya itu disebabkan ketidaktahuannya, makadiam itu bermaksud netral yaitu bukan setuju dan juga bukan tidak setuju. Namun,sekiranya diamnya itu disebabkan oleh perasaan takut, terancam, tertekan,terpaksa dan sebagainya, berarti diam itu bermaksud penolakan atauketidaksetujuan secara tidak terang-terangan.

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial masyarakat arab pada masa itu,terutama golongan perawan atau anak gadis adalah pemalu, apalagi gadis padawaktu itu dipingit dan tidak banyak bergaul dengan masyarakat luar. Mereka tidakmengikuti perkembangan sosial diluar dari rumah mereka. Namun Setelah dewasadan tiba saat dinikahkan, ia menjadi penyebab kesukaran untuknya menentukansendiri calon suami, akibat tidak mendapat pendedahan atau pengetahuan yangluas tentang laki-laki dan hal yang berkait dengan pernikahan.

Banyak di antara umat Islam yang menggunakan pemahaman hadis-hadistersebut secara tekstual semata dibandingkan dengan menilai dan meneliti denganlebih mendalam dan cermat hadits tersebut. Apalagi untuk diaplikasikan padamasyarakat sekarang yang mayoritasnya lebih bersifat terbuka serta yangperempuannya tidak lagi sekadar menjadikan rumahnya adalah dunia mereka.Menurut penulis, hadits ini jika dipahami secara kontekstual, akan menampakkanbahwa Islam itu memberi penghormatan yang cukup besar kepada wanitasehingga dalam urusan pernikahannya, ia tidak menjadi milik mutlak seorang waliatau penjaga seperti yang dipahami sebelumnya. Meskipun wali itu mempunyaihak atas wanita yang masih perawan, namun dalam Islam telah digariskan bahwawanita juga mempunyai hak dalam urusan pernikahannya. Dia berhak untuksetuju atau tidak setuju dengan pilihan walinya.

Selain itu, persetujuan gadis atau perawan dengan tanda diam juga perludilihat dari dimensi yang berbeda dari pandangan fuqaha terdahulu. Karena,memahami hadits-hadits tersebut secara mutlaq merupakan suatu faktor yangmungkin akan berdampak negatif yang bukan sedikit risiko yang terpaksaditanggung oleh gadis tersebut sekiranya pernikahannya dengan orang yang tidakdisetujuinya berakhir dengan perceraian. Apalagi jika dinilai dari sudut pandangmasyarakat pada hari ini, golongan perempuan itu tidak lagi seperti kebanyakanperempuan pada waktu dahulu yang mana, kehidupan mereka banyak bergantung

Page 39: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 37

kepada orang tuanya, lebih lagi berkaitan dengan soal pernikahan. Masyarakatdahulu juga menilai perempuan itu, tidak pantas untuk membuat berbagaikeputusan karena mereka tidak banyak terjun dalam dunia luar yangmengakibatkan pengetahuan mereka tidak berkembang. Namun pada hari ini,kondisi golongan perempuan adalah sebaliknya. Malah jika dilhat pada realitasnyasekarang, golongan perempuan, kalaupun tidak dikatakan seluruhnya, sudah terjundalam berbagai aktivitas kehidupan baik perseorangan maupun berorganisasi.

Ukuran persetujuan calon seorang gadis atau perawan dalam pernikahantidak boleh lagi dengan perbuatan diam. Perbuatan diam itu tidak membuat maknasesuai dengan keinginan calon perempuan tersebut. Hal yang seharusnya terjadiialah, ia perlu pernyataan yang tegas agar keinginan hatinya itu sesuai denganperbuatannya, karena hakikat pernikahan tersebut bukanlah suatu ikatansementara. Akan tetapi ia merupakan ikatan untuk seumur hidup. Oleh karena itunaif sekali jika pernikahan yang dijalani bukan merupakan keinginan yangseharusnya dinikmati oleh pihak yang melangsungkan pernikahan tersebut.

Pada zaman dan suasana yang serba moderen seperti sekarang ini, tidaksalah kalau ada pendapat yang menyatakan bahwa para wali hanya sekadardisunatkan meminta izin dari perawan untuk menikahkannya tidak sesuai lagiuntuk digunakan sebagai dasar bagi golongan yang berpendapat bahwa yangmenentukan pilihan suami terhadap perawan itu adalah walinya, karena perubahanhukum itu bisa terjadi seiring dengan perubahan zaman. Menurut Abu Yusufsahabat Abu Hanifah, apabila sesuatu hukum itu ditetapkan berdasarkan uruf,maka apabila uruf itu berubah, hukum juga akan ikut berubah.30 Begitu jugahalnya dengan persoalan diam yang menjadi tanda persetujuan perawan dalampenikahan, ia sudah menjadi uruf yang dipraktekkan pada sebagian masyarakatdahulu sehingga hari ini.

Islam sangat memperhatikan masalah pernikahan gadis atau wanita danmenjaga dari hal-hal yang memungkinkan dapat menimbulkan dampak negatifbagi dirinya, menetapkan batasan-batasan dalam pernikahannya, menjagakehormatan dirinya dan mencegah dari timbulnya sesuatu yang menjadi benturandi tengah-tengah institusi keluarganya. Karena itu Islam menetapkan hak seorangwali dalam pernikahannya, namun setelah dia menyatakan keridhaannya. Islamjuga melarang para wali memaksakan pernikahan anak gadisnya tanpapersetujuannya demi kemaslahatan anak gadis tersebut.

Seandainya para wali tidak meminta persetujuan anaknya terlebih dahulu,dan anaknya itu tidak setuju atau tidak memberikan izinnya maka akanmenimbulkan pemaksaan dalam pernikahan.

Terlepas itu semua, hadits-hadits yang dipahami secara kontekstual ini,sesuai dikelompokkan sebagai hadits yang tidak universal dan yang tidak berlakuumum, ia termasuk hadits lokal, dan lebih spesifik seperti kondisi gadis yangpemalu dan hanya diam ketika ditanyakan soal lamaran kepadanya. Oleh karenademikian, hadits-hadits tersebut juga tidak boleh dinilai dengan sesuatu yangmudah tetapi harus dengan penjelasan yang teliti.

Setelah memerhatikan permasalahan yang terjadi serta menganalisishadits-hadits tersebut, di sini dapat dinyatakan bahwa tidak memadai keizinangadis itu dijadikan satu tuntutan sunat dan mubah karena ia merupakan hal yang_____________

30Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid al-Siwasi al-Ma’ruf Ibn al-Humam, Fathul Qadir,(Beirut: Dar al-Fikr, t.t. hlm. 460.

Page 40: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…38

terpenting dalam pernikahannya. Pentingnya persetujuan dari perawan dilihat darisudut yang akan menikah itu adalah perawan tersebut bukan walinya, perawanitulah yang nantinya akan melalui kehidupan bersama dengan laki-laki yang diatidak sukai sebagai suaminya. Lalu, bagaimana konsep keluarga yang sakinah,mawaddah warahmah akan terwujud seandainya pernikahan itu bukan didasarkanatas kemauan salah satu pasangan yang menikah.

Justru itu, di sini dapat dinyatakan bahwa diam itu dikatakan sebagai tandasetuju yang terdapat dalam hadits-hadits al-Kutub al-Sittah itu, bukan sekedardipahami secara tekstual saja oleh masyarakat pada zaman sekarang, karenahadits-hadits tersebut mempunyai sebab wurudnya, dimana dalam haditsdimaksud , nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa gadis itu pada asalnyaharus dimintakan keizinannya. Inilah pernyataan awal dari nabi MuhammadSAW, artinya memang perlu ada keizinan dari gadis-gadis tersebut. Akan tetapipada saat saidatina Aisyah r.a menyatakan bahwa ada gadis yang malu untukmenyatakan kemauannya, pada saat itulah nabi Muhammad SAW menyatakan “Kalau begitu, diamnya cukup dengan tanda setuju.” Justru, hal ini bukanbermaksud semua gadis yang ingin dinikahkan itu mempunyai sikap malu, malahada juga yang lebih senang berterus terang. Oleh karena itu, belum tentu sikapdiam dari semua gadis itu menunjukkan rasa setuju dan diamnya itu karena malu,tetapi boleh jadi karena rasa takut dimarahi oleh orang tua, segan untukmembantah apa yang dihajatkan oleh keluarga atau tidak ingin dianggap sebagaianak durhaka menjadikan mereka lebih memilih diam dari berterus terang.

KESIMPULANDari semua uraian dan penjelasan di atas, di sini dapat disimpulkan seperti

berikut:1. Diamnya gadis ketika diminta perstujuan untuk menikah tidak semmata-mata dapat

dijadikan sebagai ukuran setuju sebagaimana yang dipahami oleh ulama dalamhadits-hadits al-kutub al-sittah serta hadits-hadits yang diriwayatkan oleh yang lain,karena diam itu boleh saja bermaksud setuju atau tidak setuju dengan melihat kepadaindikasi-indikasi yang terdapat pada si gadis tersebut.

2. Dalam memahami konsep diam dalam hadits-hadits tersebut, peredaran zaman atauberubahnya waktu juga telah mempengaruhi maksud hadits pada masa kini, diam itutidak boleh lagi dinilai sebagai tanda persetujuan gadis. Ianya juga tidak boleh lagidipahami berdasarkan teks hadits semata, namun harus dilihat melalui kontekstualhadits tersebut.

3. Sekalipun bukan syarat mutlak pernyataan setuju harus dunyatakan dengan ucapan, ,namun persetujuannya atau keizinannya tetap tidak ssemata-mata bisa diukur dengandiam.

Page 41: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 39

DAFTAR PUSTAKA

Abi Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini, Shahih Sunan Ibnu Majah, Jilid3, Kaherah: Dar al-Hadits, 1998.

Abi Bakar Ahmad bin al-Husin bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, Jilid 7,Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1994.

Abi Tayyib Muhammad Shamsul Hak al-Azim Abadi, ‘Aunul Ma’bud SyarahSunan Abu Dawud, Jilid 6, Li al-Thaba`Ah Wa al-Nasru Wa al-Tauri’: Daral-Fikr, t.t.

Abu Hasan Ubaidillah bin Muhammad Abdul Salam bin Khan Muhammad,Mir’atul Mafatih Syarah Miskat al-Masābih, Jilid 1, Maktabah Syamilah,1984.

Abu Ishak Al Hawaini al-Asri Hijazi Muhammad Syarif, Durus al-Syaykh AbuIshak al-Hawaini, Jilid 92, (Durus Soutiyah Koma Bitafrighiha Mauki’u as-

Abdurrahman bin Shalih Ali Bassam, Syarah Hadits Pilihan Bukhari-Muslim,(terj. Kathur Suhardi), Cet. 4, Jakarta: Darul Falah, 2005.

Abdul Rahman bin Muhammad bin Qasim al-A’shimi an-Najdi Hanbali, Majmu’ FatawaSyaikh Islami Ahmad Bin Taimiyah, Jilid 4.

Imam Abi Husaini Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim,Jilid 2, Kaherah, Dar al-Hadits, 1997.

Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Musnad, Jilid 17 (Kairo: Dar al-Hadits, 1995.

Imam Malik bin Anas al-Asbahi, Mudawwanah al-Kubra, Jilid 2, Beirut: DarulKutb al-Alamiyah, t.t.

Imam Hafiz Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Baari bi Syarh Shahihal-Bukhari, Jilid 10, Beirut: Dar al-Fikr, 1993.

Kamaluddin Muhammad bin Abdul Wahid al-Siwasi al-Ma’ruf Ibnu Humam, FathulQadir, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Syaikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (terj. M. Abdul Ghoffar,EM.), Cet. 1,Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2001.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3,(Jakarta: Badan Pustaka, 2005), hlm. 261.

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (terj. Abdul Hayyie Al-Kattani),Cet.1, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Page 42: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nasaiy Aziz : Diam Gadis sebagai Indikasi Persetujuan Nikah…40

Machnun Husein, Diam Dan Maknanya, Sebuah Kajian Psikologi Agama.Diakses pada tanggal 22 April 2015 dari situs:http://baninadiah.blogspot.com/2009/09/diam-dan-maknanya-sebuah-kajian.html.

Alyahya.blogspot, Hak Wanita Memilih Jodoh, Diakses pada tanggal 9 Desember2014, dari situs: http:alyahya.blogspot.com/2011/08/hak-wanita-memilih-jodoh.html.

Syabkah al-Islamiyah: Maktabah Syamilah, t.t.

Page 43: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 41

KLARIFIKASI BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMANEDISI 8 TAHUN 2012

Nuraini dan ZulihafnaniFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Banda Aceh

ABSTRAKBuku Suara Khathib Baiturrahman merupakan kumpulan naskah teks

khutbah Jum’at pada Mesjid Raya Baiturrahman. Tentunya buku tersebutmerupakan pedoman umat, sehingga diharapkan data-data dalam buku tersebutbenar-benar dapat dipertanggung jawabkan terutama dalil berupa ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi Saw. Khususnya hadis Nabi Saw yang seharusnyadiangkat adalah hadis-hadis yang jelas kemaqbulannya. Akan tetapi kebanyakanhadis-hadis tersebut tidak ada sumbernya dan dalam beberapa tempat tidak jelasdisebutkan apakah hadis tersebut marfu’, mauquf, maupun maqthu’. Dari 15 hadisyang diambil sebagai sampel terdapat 10 hadis berstatus maqbul yaitu hadis yangterdapat pada halaman 6, 21, 62, 78, 97, 100, 102, 116, 119 dan 133. 4 hadisberstatus dhaif yakni hadis yang terdapat pada halaman 63, 77, 101 dan 131.Sedangkan 1 hadis lagi tidak ditemukan sebagai hadis marfu’ tetapi sebagaiperkataan ulama.

Kata kunci: Hadis, Klarifikasi, Kualitas

PENDAHULUANHadis merupakan kumpulan teks sunnah Rasulullah yang memberitakan

prinsip dan doktrin ajaran Islam. Meyakini hadis sebagai sumber ajaran Islam,mempengaruhi umat Islam untuk turut melestarikan dan menyelamatkan khazanahhadis. Pelestarian dan penyelamatan terhadap hadis telah dilakukan sejak masaRasulullah masih hidup sampai sekarang, hanya saja metode dan pendekatannyaberbeda sesuai dengan kondisi dan tujuan yang hendak dicapai.

Sempurnanya pengkodifikasian hadis bukan berarti terhentinya usahapelestarian dan penyelamatan hadis. Hal ini lebih disebabkan oleh faktorbanyaknya kajian hadis yang dilakukan dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda,juga pendekatan yang berbeda yang tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yangbergelut dalam disiplin ilmu hadis, kondisi ini melahirkan karya-karya yangberagam dan mutu yang berbeda pula.

Usaha pelestarian dan penyelamatan hadis dalam berbagai karya(buku/kitab) dalam ilmu hadis memiliki disiplin ilmu tersendiri, yaitu Ilmu Tahqiqal-Hadis. Tahqiq al-Hadis merupakan salah satu usaha pelestarian danpenyelamatan khazanah hadis baik dari aspek terjaminnya pengutipan hadis sesuaidengan kitab hadis maupun dalam hal memberikan informasi tentang kualitashadis tertentu. Dengan demikian, usaha tahqiq merupakan sebuah usaha yangpada dasarnya wajib dilakukan sebelum sebuah karya disebarkan kepada

Page 44: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…42

masyarakat umum agar data-data yang ada tidak salah apalagi jika karya tersebutmerupakan pedoman umat dalam beramal seperti buku Suara KhatibBaiturrahman.

Buku Suara Khatib Baiturrahman adalah sebuah buku kumpulan tekskhutbah Jum’at yang disampaikan oleh para khatib di mimbar Masjid RayaBaiturrahman.1 Isi khutbah tersebut tidak hanya diketahui oleh masyarakat yangshalat Jum’at di Masjid Raya Baiturrahman, tetapi juga hampir seluruhmasyarakat Aceh. Hal ini karena buku Suara Khatib Baiturrahman pada setiapedisinya dicetak sebanyak 1000 examplar untuk disebarkan ke kabupaten-kabupaten dan ke berbagai perpustakaan yang ada di Aceh. Bahkan buku tersebutjuga dihadiahkan sebagai cendramata bagi tamu resmi yang datang berkunjung keMasjid Raya Baiturrahman baik yang datang dari daerah, luar Aceh maupun tamudari luar negeri.2 Mengingat begitu pentingnya buku tersebut, maka perludilakukan penelitian ulang terhadap hadis-hadis yang disebutkan, padapembahasan ini edisi yang diteliti adalah edisi 8 tahun 2012.

LATAR BELAKANG PENERBITAN BUKU SUARA KHATIBBAITURRAHMAN

Ada dua hal yang melatarbelakangi terpublikasinya naskah teks khutbahJum’at dalam bentuk buku. Pertama, dokumen khutbah lebih terjaga danterpelihara. Kedua, pesan-pesan yang disampaikan dapat disebarluaskan padaobjek yang lebih luas, tidak hanya untuk skala daerah dan nasional, tetapi jugadapat dibaca oleh para tamu yang datang dari luar negeri, khususnya dariMalaysia. Para tamu dari Malaysia termasuk yang paling sering datangberkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman. Sebelumnya, naskah teks khutbahJum’at hanya dipublikasikan melalui Tabloid Gema Baiturrahman, biasanyatabloid tersebut sering tidak diarsipkan setelah dibaca oleh jamaah. Atas dasarpemikiran tersebut, maka direncanakan untuk dicetak naskah teks khutbahtersebut dalam bentuk buku.

Proposal penerbitan buku diajukan kepada pemerintah daerah danmendapat sambutan positif dengan diberikan alokasi dana setiap tahunnya.Cetakan perdananya adalah pada tahun 2005 terhitung edisi pertama masa BapakAbdullah Puteh menjabat sebagai gubernur Aceh. Pada tahun 2012 telah dicetakedisi 8. Setiap tahun dicetak berkisar 800 s/d 1500 eksemplar dan didistribusikanke seluruh kabupaten/ kota yang ada di Aceh. Buku cetakan Masjid RayaBaiturrahman tidak diper-jualbelikan karena tidak bersifat provit oriented.3

Menurut sekretaris tim editing4 buku Suara Khatib Baiturrahman, setiapkhatib diminta untuk menyerahkan soft copy kepada tim editing buku SuaraKhatib Baiturrahman untuk disimpan dan naskah tersebut akan diproses padatahun selanjutnya, misalnya naskah khutbah Jum’at tahun 2010 akan diprosespada bulan Juni tahun 2011 dan target selesai pada bulan November 2011.

_____________1Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, Suara Khatib Baiturrahman, edisi 7 (Banda Aceh:

Masjid Raya Baiturrahman, 2011), h. ix.2Hasil wawancara dengan Sekretaris Tim Editing buku Suara Khatib Baiturrahman,

tanggal 20 Maret 2012.3Hasil wawancara dengan M. Nur AR, Staf Sekretariat Masjid Raya Baiturrahman,

tanggal 17 Oktober 2012.4Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 oktober 2012.

Page 45: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 43

Sebelum naskah-naskah tersebut dicetak, terlebih dahulu di lay out lalu diprintsementara untuk dinilai kembali oleh tim editing. Khusus materi khutbah Jum’attahun 2011 prosesnya lebih cepat sudah selesai cetak April 2012, menurutsekretaris tim editing hal ini karena fasilitas yang tersedia sudah sangat lengkaphanya saja program hadis yang belum ada.5

Dalam hal ini, tim editing tidak bertanggung jawab terhadap substansikhutbah, masalah substansi masih tanggung jawab penuh para khatib. Tim editinghanya menyempurnakan sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis yang belumlengkap atau yang belum jelas sumbernya, setelah terlebih dahulu meng-konfirmasikannya kepada para khatib, jika tim editing kesulitan melacak hadisyang disebutkan maka tim editing mengambil hadis lain yang senada atau yangberdekatan maknanya. Untuk sementara ini, tim editing memang sangat kesulitandalam melacak hadis-hadis yang disebutkan karena belum tersedianya programhadis6, menurut peneliti hal inilah yang membuat hadis-hadis dalam buku SuaraKhatib Baiturrahman masih banyak yang belum tercantumkan sumber hadisnya.

Menurut sekretaris tim editing buku Suara Khatib Baiturrahman padaawalnya hadis-hadis tersebut ada sanad-sanad akan tetapi untuk memudahkanpembaca maka sanad-sanad tersebut sengaja dipotong, sedangkan menyangkutdengan ayat-ayat al-Qur’an yang terjemahnya tidak sesuai dengan lafadh ayat al-Qur’an yang dicantumkan, maka itu diakui sebagai kekeliruan tim editing,menurut sekretaris editing seharusnya dicantumkan titik 3 kali sebagai tandaadanya kalimat yang tidak dicantumkan sebelum atau setelah kalimat tertentu.7

Pengurus Masjid Raya Baiturrahman untuk sementara ini belummenekankan kepada para khatib untuk memperhatikan kebenaran data-data yangakan disampaikan, hal ini terlihat dari surat undangan untuk menjadi khatibBaiturrahman. Dalam undangan tersebut hanya ditentukan tanggal, materikhutbah dan penekanan untuk tidak membahas masalah yang bernuansa politik.8

Menurut tim editing buku, untuk sementara ini masih tahapan publikasi belummenyentuh sepenuhnya masalah kualitas isi baik dari aspek tekhnik dan substansi,untuk cetakan ke depan akan diperhatikan tanggung jawab akademik baik dalambentuk foot note, maupun kebenaran semua data yang ada dalam nasakah tersebut.

Dengan demikian, kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam buku SuaraKhatib Baiturrahman, baik kekeliruan dari aspek tekhnik maupun substansi masihdapat dipahami, karena materi-materi buku tersebut berasal dari naskah tekskhutbah Jum’at asli yang secara otomatis langsung dipergunakan untukditerbitkan dalam bentuk buku, tanpa ada perubahan atau perbaikan dari naskahyang disampaikan di mimbar. Karena itu, ketika sedang membaca buku SuaraKhatib Baiturrahman seakan-akan sedang mendengar langsung khutbah Jum’at,bila dilihat dari bentuk isi buku tersebut lebih tepat jika buku tersebut disebutsebagai kumpulan khutbah Jum’at.

Dengan demikian, sebaiknya ada tim pentahqiq yang akan mentahqiqmateri khutbah tersebut sebelum dibukukan. Mengingat, para khatib berasal dariberbagai latar belakang ilmu dan profesi yang kemungkinan tidak cukup waktuuntuk menulis dengan seksama. Apalagi mengingat sebagian khatib tidak terbiasa

_____________5Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 oktober 2012.6Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 oktober 2012.7Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 oktober 2012.8Hasil wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.

Page 46: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…44

menulis. Menurut Azman Ismail, ada sebagian dari para khatib tersebut tidakterbiasa menulis tetapi bisa langsung khutbah.9 Melihat dari eksistensi danmoment yang dipergunakan, sudah seharusnya buku tersebut hadir dengantampilan yang menarik dengan keunggulan kualitas isi yang tangguh. Mengingatbuku tersebut tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi juga luar Indonesia, ketikaada tamu luar yang datang dan dihadiahkan sebagai cendramata berupa bukutersebut.

Buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 8 tahun 2012 juga merupakankumpulan teks naskah khutbah Jum’at yang disampaikan oleh para khatib Jum’atselama tahun 2011. Secara sistematis terdapat perbedaan antara edisi 7 tahun 2011dengan edisi 8 tahun 2012, pada edisi 7 tahun 2011 memiliki bidang-bidang kajiandan materi-materinya disesuaikan dengan bidang-bidang yang telah ditentukan,sementara pada edisi 8 tahun 2012 tidak lagi dibatasi oleh bidang-bidang kajiantertentu, akan tetapi materi-materi khutbah tersebut disusun secara acak. Dari segidesain sampul juga berbeda hanya latar gambarnya yang konsisten yaitu bermotifMasjid Raya Baiturrahman. Demikian juga dengan cover belakang buku padaedisi 7 tahun 2011 berisi tentang deskripsi buku, sedangkan edisi 8 tahun 2012hanya terdapat tulisan judul buku yaitu Suara Khatib baiturrahman. Menurutsekretaris tim editing10 buku Suara Khatib Baiturrahman hal ini disebabkanadanya evaluasi dari tim pada setiap sesudah ada hasil cetak untuk dinilai dandiperbaiki penampilannya.

Pada edisi ini terdapat 34 buah materi khutbah,11 berarti dari aspek isi jugaterjadi penurunan. Buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 7 tahun 2011 terdapat38 buah materi kajian. Sedangkan dalam buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 8tahun 2012 hanya terdapat 34 buah materi khutbah. Menurut sekretaris timediting, berkurangnya 4 buah materi khutbah disebabkan oleh adanya tamu luaratau pejabat yang secara transedental menjadi khatib sehingga tidak ada naskahteks khutbah Jum’at.12

Buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 8 tahun 2012 membahas tentangKewajiban Menegakkan Kebenaran, Meningkatkan Kepedulian Umat terhadapAjaran Tauhid, Membentuk Umat Berwibawa, Nasehat Allah kepada Hamba-Nya,dengan Iman dan Taqwa kita Beramal Shaleh, Nikmat Allah Swt kepada Manusia,Aktualisasi Syari’at Islam, Panggilan Berzakat, Berbisnis secara Islami,Mensucikan Diri dengan Zakat Fitrah, Mewujudkan Nilai-nilai Qurban dalamKehidupan, Mewujudkan Persatuan Umat, Hari ini Harus Lebih Baik dari HariKemaren, Husnul Khatimah, Tujuan Hidup Seorang Muslim, Mutiara Berhargadari Rasulullah Saw, Akhlak Pilar segala Urusan, Menyambut Bulan KelahiranRasulullah Saw, Ikhlas Modal Mencapai Keridhaan, Kewajiban MengembanAmanah.Prinsip-prinsip Kepemimpinan dalam Islam, Cara Terbaik MembinaAnak Shaleh, Anak Yatim menjadi Tokoh Masyarakat, Aamul Huzni danHubungannya dengan Kondisi Aceh saat ini, Pendidikan Dayah Aceh danTantangan Modernitas, Marhaban ya Ramadhan, Membangun Sikap Adil danJujur, Beberapa Ciri Pemimpin Umat, Mempererat Ikatan Silaturrahman sesama

_____________9Hasil diskusi pada seminar proposal penelitian di Lemlit pada tanggal 25 Juni 2012.10Hasil Wawancara dengan Lukmanul Hakim tanggal 14 Oktober 2012.11Pengurus Masjid Raya Baiturrahman, Suara Khatib …, h. ix-x.12Hasil Wawancara dengan Lukmanul Hakim, tanggal 14 Oktober 2012.

Page 47: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 45

Muslim, Hidup Damai menurut Ajaran Islam, Mari Merperbanyak Amal Shalehdan materi terakhir adalah tentang Harmonisasi Kehidupan Bermasyarakat.

KLARIFIKASI ISI BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMAN EDISI 8TAHUN 2012

Sebagaimana dalam buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 7 tahun 2011,pada edisi 8 ini yang menjadi rujukan utama terhadap materi khutbah adalah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis, yang secara kuantitas juga lebih banyak merujuk kepadaayat dibandingkan hadis. Secara keseluruhan edisi 8 tahun 2012 ini sudah lebihbaik dibandingkan dengan edisi 7 tahun 2011. Namun demikian, masih jugaterdapat beberapa kekeliruan-kekeliruan baik tekhnik maupun substansi.

KEKELIRUAN TEKHNIKSecara tekhnik terdapat ketidakkonsistenan dalam penulisan seperti yang

terdapat pada halaman 11 ada dua model penulisan ummat dan umat. Pada edisiini terdapat juga keragaman bentuk penulisan nama surah dan ayat al-Qur’andalam bahasan materi khutbah, ada 6 macam bentuk penulisan dalam hal ini,seperti yang terdapat pada hal. 8, QS. An-Nahl ayat 36; hal. 15, Surah Fussilatayat 41; hal. 88 Q.S.Adz-Dzariyat 56; hal. 114 surah alAhzab, ayat 72; hal. 138,surat Ali Imran: 19; dan halaman 165, al-Maidah ayat 8.

Demikian juga dengan beragamnya penulisan nama surah dan ayat al-Qur’an setelah pencantuman teks ayat, ada 14 macam penulisan seperti yangterdapat pada hal. 1, (QS. Al Baqarah : 147); hal. 3, (QS. Al-Baqarah : 42); hal. 8,69, tidak disebutkan surat dan ayat; hal. 9, (QS Nuh:6); hal. 10, (QS. Maryam 42-46); hal. 13, (al Baqarah 136); hal. 26, (Al-Bayyinah: 7-8); hal. 34, (Al-Baqarahayat 15); hal. 35, (QS.Kahfi:110); hal. 76, (QS: Al Baqarah: 284); hal. 80, (Q.S.Al-A’raf:34); hal. 96, (QS:Ali Imran:159); hal. 192, (Q.S Al-Kahfi:110); dan hal.193, (Q.S al-Baqarah:30).

Keragaman bentuk tulisan mengenai keterangan perawi hadis juga lebihbanyak daripada edisi sebelumnya, ada 7 ragam keterangan seperti yang terdapatpada hal. 5, (HR. Muslim, Nasai dan Ahmad dari Aisyah); hal. 6, (H.R. Ahmad);hal. 7, (HR. Bukhari Muslim); hal. 56, (HR:Muslim); hal. 74, (HR Muslim no.2564; dan lainnya dari Abu Hurairah); hal. 177, H.R . Muslim); dan hal. 177,(H.R. Bukhari dan Muslim).

Penulisan teks hadis dalam buku Suara Khatib Baiturrahman pada edisiini, sudah lebih seragam, mayoritas hadis yang ditampilkan tidak dicantumkanperawi hadis atau sumbernya, hanya ada 3 hadis yang menyebutkan perawi atausumber hadis, yaitu pada hal. 177 (2 hadis) dan 188. Begitu juga denganpencantuman sahabat yang meriwayatkan hadis, hanya ada 3 hadis yangmenyebutkannya, yaitu pada halaman 124 dan 177 (2 hadis), selain hadis tersebutlangsung pada matan hadis.

Banyak tempat yang kosong, seharusnya masih bisa diisi dengan tulisan,seperti yang terdapat pada hal. 4, 16-17, 34-35, 47, 62, 91. Huruf Arabpun tidaksama antara satu ayat al-Qur’an dengan ayat lain, seperti yang terdapat pada hal.34 dan 35. Kekeliruan secara tekhnik ini di samping membingungkan juga dapatmengurangi keindahan buku.

Page 48: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…46

KEKELIRUAN SUBSTANSISecara substansi kekeliruan yang terdapat pada buku Suara Khatib

Baiturrahman edisi 8 tidak terlalu banyak lagi, berkisar masalah pengutipan hadistanpa sumber, kekeliruan dalam penyebutan surah dan ayat al-Qur’an danterjemah ayat al-Qur’an yang tidak sempurna sesuai dengan teks ayat al-Qur’anyang dicantumkan.

Mengenai kekeliruan penulisan nama surah dan penomoran ayat al-Qur’an, hanya terdapat 3 kesalahan, yaitu pada hal. 10, dicantumkan ayat danketerangannya adalah surah Maryam ayat 42-46, tetapi ayat tersebut hanya 1 ayatsaja, yaitu Maryam ayat 42, bukan 5 ayat sebagaimana keterangannya. Ayattersebut adalah:

أبت مل تـعبد ما ال يسمع وال يـبصر وال يـغين عنك شيـئا إذ قال ألبيه Pada hal. 34, disebutkan bahwa ayat yang dicantumkan dalam bahasan materikhutbah terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 15, namun teks ayat yangdicantumkan adalah:

م جنات جتري من حتتها األنـهار خالدين فيها وأزواج مطهرة و للذين اتـقوا عند ر وا رضوان من ا لعباد بصري

Setelah diteliti, sebenarnya ayat tersebut terdapat pada surah Ali Imran ayat 15.Pada hal. 107, disebutkan bahwa ayat yang dicantumkan adalah surah al-Hajj ayat22, tetapi setelah diteliti ternyata ayat tersebut terdapat dalam surah al-Hajj ayat32.

Pada terjemah ayat al-Qur’an juga terdapat kekeliruan dan ada juga yangtidak lengkap. Artinya tidak sesuai dengan ayat al-Qur’an yang dicantumkanseperti yang terdapat pada hal. 2, tertulis “Yang demikian adalah karenasesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka”. Akan tetapi terjemahyang sesuai dengan teks ayat adalah “Yang demikian adalah karenasesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang bathil dan sesungguhnya orang-orang mukmin mengikuti yang haq dari Tuhan mereka. Demikianlah Allahmembuat untuk manusia perbandingan-perbandingan bagi mereka”.

Hadis yang terdapat dalam buku edisi 8, baik dengan mencantumkan teksArab maupun dengan mencantumkan terjemah saja sebanyak 46 buah hadis. Dari46 buah hadis terdapat 24 buah hadis tanpa penyebutan perawinya dan sumberkitabnya seperti pada hal. 18, 21, 27, 29, 63, 68, 76, 77, 78, 81, 82, 90, 100, 106,111, 127, 114, 119, 131, 133, 141, 149, 171, 172.

Setelah diteliti hadis yang terdapat pada hal. 18 diriwayatkan oleh Muslim,hal. 21 diriwayatkan oleh al-Turmudzi dan Ahmad, hal. 27 diriwayatkan oleh al-Baihaqi, hal. 29 diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, al-Turmudzi,dan Ahmad, hal. 63 diriwayatkan oleh al-Darimi, hal. 68 adalah hadis maudhu’yang tidak diketahui asalnya, hal. 76, tidak diketahui asalnya ada sebagian ulamamengatakan dha’if, bahkan sebagian lain mengatakan maudhu’.

Hadis yang terdapat pada hal. 77 diriwayatkan oleh al-Turmudzi, IbnuMajah, dan Ahmad, hal. 78 diriwayatkan oleh Ahmad, hal. 81 tidak diketahui dantidak didapatkan sanad untuk hadis ini, hal. 82 diriwayatkan oleh al-Bukhari,Muslim, Ibnu Majah, Ahmad dan al-Darimi, hal. 100 diriwayatkan oleh Ahmad,

Page 49: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 47

hal. 106 diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad, hal. 111 diriwayatkan oleh al-Hakim, hal. 119 diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Hadis yang terdapat pada hal. 127 diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hal. 131diriwayatkan oleh tidak diketahui dan didapatkan sanad untuk hadis ini, hal. 133diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hal. 141 diriwayatkan oleh imam Malik, hal. 149diriwayatkan oleh al-Baihaqi, hal. 171 diriwayatkan oleh al-Bukhari Muslim, AbuDaud, al-Nasa’i, al-Turmudzi, Ibnu Majah, dan Ahmad, dan hal. 172 diriwayatkanoleh al-Turmudzi.

Dari penelusuran 46 buah hadis ini, maka 42 buah hadis yang diketahuijelas sumbernya, sementara 2 buah hadis yaitu hadis yang terdapat pada hal. 81dan 131 tidak diketahui sumbernnya. Sedangkan 2 buah hadis lagi yaitu hadisyang terdapat pada hal. 68 dan 76 adalah hadis maudhu’.

Terdapat 22 buah hadis hanya disebutkan perawi, tetapi tidak disebutkansumber kitabnya seperti yang terdapat pada hal. 4, 5, 6, 7, 19, 56, 62, 74 (hadis inidijelaskan nomor hadisnya, tetapi tidak disebutkan kitabnya), 94 (pada halamanini terdapat 2 buah hadis), 97, 101, 102, 116, 117, 124, 177 (pada halaman initerdapat 2 buah hadis), 112, 149, 158, 159.

Selanjutnya sebagaimana pada edisi sebelumnya, edisi ini juga terdapatkekeliruan dalam penyebutan perawi hadis dan sumber kitab hadis, seperti yangterdapat pada hal. 7, hadis yang disebutkan pada halaman ini, diriwayatkan olehal-Bukhari dan Muslim. Al-Bukhari memang meriwayatkan hadis tersebut, akantetapi al-Bukhari tidak meriwayatkan dengan redaksi seperti yang disebutkandalam pembahasan. Redaksi yang didapat dalam Shahih al-Bukhari adalah:

مر هللا : معاوية قال أنه مسع مسعت النيب صلى هللا عليه و سلم يقول ال يزال من أميت أمة قائمة يت أمر هللا وهم على ذلك م وال من خالفهم حىت 13ما يضرهم من كذ

Sedangkan hadis yang tercantum pada halaman tersebut adalah:

تى أمر ال تـزال طائفة من أمىت ظاهرين على احلق ال يضرهم من خذهلم حىت 14ا

Pada hal. 124 dalam bahasan disebutkan bahwa hadis tersebut diriwayatkan olehMuslim, namun redaksi hadis yang dicantumkan dalam pembahasan kurang tepat,karena redaksi yang terdapat dalam Shahih Muslim adalah:

أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إذا مات اإلنسان انقطع عنه عمله إال من : عن أيب هريرة 15ثالثة إال من صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صاحل يدعو له

Sedangkan redaksi yang tertulis adalah:

أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال إذا مات اإلنسان انقطع عنه عمله إال من : عن أيب هريرةأو ولد صاحل يدعو لهثالثة صدقة جارية أو علم ينتفع به

Terdapat juga penjelasan yang disandarkan kepada Rasul tanpamenyebutkan teks hadis, namun hanya menyebutkan nama perawinya, seperti_____________

13Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, kitab al-manaqib, bab fi lailatin mudhlimatin wama’ahuma mitslu al-mishbahain, hadis nomor 3684.

14Muslim, Shahih Muslim, kitab al-imarah, bab qaul Nabi Saw la tazalu thaifah..., hadisnomor 5059.

15Muslim, Shahih Muslim, kitab al-washiyah, bab ma yalhaqu al-insan min al-tawwab minal-wafati, hadis nomor 4310.

Page 50: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…48

yang terdapat pada hal. 4. Demikian beberapa hal yang perlu diklarifikasi daripenjelasan yang sudah dipaparkan, terlihat bahwa kesalahan dan kekeliruan bukuSuara Khatib Baiturrahman pada edisi 8 tahun 2012 ini jauh lebih sedikit, jikadibandingkan dengan edisi 7 tahun 2011.

KUALITAS HADIS DALAM BUKU SUARA KHATIB BAITURRAHMANEDISI 8 TAHUN 2012

Pada buku Suara Khatib Baiturrahman edisi 8 ini, ditemukan 28 hadisyang dicantumkan dengan teks Arabnya. Sementara hadis yang dicantumkanterjemahnya saja sebanyak 18 hadis. Berbeda dengan edisi sebelumnya, pada edisiini jumlah hadis yang bukan diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim lebihbanyak, yaitu berjumlah 15 hadis. Sedangkan yang diriwayatkan oleh dua imamtersebut berjumlah 13 hadis. Pada edisi ini, hadis yang akan diteliti juga hadis-hadis yang diriwayatkan oleh selain al-Bukhari dan Muslim yang berjumlah 15buah hadis.

Hadis-hadis yang akan diteliti pada edisi ini adalah hadis-hadis yangterdapat pada:1. Hal. 6, hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad

على حدثىن أىب حدثـنا يزيد بن هارون وعفان قاال حدثـنا محاد بن سلمة قال أخبـر حدثـنا عبد ا بن زيد عن أىب نضرة عن أىب س عيد قال خطبـنا رسول ا ن - ملسو هيلع هللا ىلص- خطبة بـعد العصر إىل مغري

الشمس حفظها منا من حفظها ونسيـها منا من نسى فحمد ا قال عفان وقال محاد وأكثـر - حفظى أنه قال مبا هو كائن إىل يـوم القيامة فحمد ا وأثـىن عليه مث قال - أما بـعد فإن الدنـيا «

مستخلفكم فيها فـناظر كيف تـعملون أال فاتـقوا الدنـيا واتـ خضرة حلوة وإن ا قوا النساء أال إن بىن آدم خلقوا على طبـقات شىت منـهم من يولد مؤمنا وحييا مؤمنا وميوت مؤمنا ومنـهم من يولد كافرا

وحييا كافرا وميوت كافرا ومنـهم من يولد مؤمنا وحي يا مؤمنا وميوت كافرا ومنـهم من يولد كافرا وحييا كافرا وميوت مؤمنا أال إن الغضب مجرة توقد ىف جوف ابن آدم أال تـرون إىل محرة عيـنـيه وانتفاخ

أوداجه فإذا وجد أحدك م شيئا من ذلك فاألرض األرض أال إن خيـر الرجال من كان بطىء الغضب سريع الرضا وشر الرجال من كان سريع الغضب بطىء الرضا فإذا كان الرجل بطىء الغضب بطىء

الفىء وسريع ا ا أال إن خيـر التجار من كان حسن القضاء حسن لغضب سريع الفىء فإنـها

الطلب وشر التجار من كان سيئ القضاء سيئ الطلب فإذا كان الرجل حسن القضاء سيئ الطلب أو ك ا أال إن لكل غادر لواء يـوم القيامة بقدر غدرته أال ان سيئ القضاء حسن الطلب فإنـها

حل وأكبـر الغدر غدر أمري عامة أال ال مينـعن رجال مهابة الناس أن يـتكلم ق إذا علمه أال إن أفضل اجلهاد كلمة حق عند سلطان جائر ن الشمس قال . » فـلما كان عند مغري أال إن مثل ما بقى «

من الدنـيا فيما مضى منـها مثل ما بقى من يـومكم هذا

فيما مضى منه «.16

_____________16Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, hadis nomor 10716.

Page 51: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 49

“…Ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya jihad yang paling baik adalahmenyerukan perkataan yang hak (kebenaran) kepada penguasa yang zalim…”

Selain diriwayatkan oleh imam Ahmad, seperti yang tercantum dalambuku tersebut, hadis ini juga diriwayatkan ashab al-sunan, yaitu Abu Daud, al-Turmudzi, al-Nasa’i dan Ibnu Majah, dengan redaksi sanad dan matan hadis yangberbeda, dan sudah dishahihkan oleh al-Albani.

2. Hal. 21, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

حدثـنا أمحد بن منيع حدثـنا زيد بن احلباب حدثـنا على بن مسعدة عن قـتادة عن أنس قال قال ملسو هيلع هللا ىلص رسول ا كل بىن : آدم خطاء وخيـر اخلطائني التـوابون

17

“Setiap bani Adam pernah berbuat salah, sebaik-baik orang yang berbuat salahadalah orang yang bertaubat”.

Selain Ibnu Majah, Abu Daud dan al-Turmudzi juga meriwayatkan denganredaksi hadis yang berbeda. Al-Hakim memberi penilaian pada hadis ini, iaberpendapat bahwa hadis ini shahih. Pada hadis ini, al-Zahabi berpendapat bahwa

salah seorang perawi bernama Ali bin Mas’adah bersifat lunak (لني), salah satu

sifat rawi yang menunjukkan kelemahannya, namun sifat ini masih dekat dengansifat adil. Dan perawi yang disifati dengan sifat ini masih bisa dipergunakanhadisnya sebagai i’tibar.

3. Hal. 62, hadis yang diriwayatkan oleh imam Ahmad

بن عياش عن عبد الرمحن األعرج حدثـنا أبو بكر بن أىب شيـبة حدثـنا زيد بن احلباب حدثـنا عبد ا عن أىب هريـرة أن رسول قال - ملسو هيلع هللا ىلص-ا من كان له سعة ومل يضح فال يـقربن مصال« «.

“Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yangmempunyai kemampuan tetapi tidak melakukan (ibadat) korban, maka janganlahdia mendekati tempat shalat kita.”

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Hakim, dan dia berkatashahihul isnadnya dan disahihkan oleh al-Albani.

4. Hal. 63, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

يزيد بن هارون عن شريك عن ليث عن عبد الرمحن بن سابط عن أىب أمامة قال قال رسول أخبـر من مل مينـعه من احلج حاجة ظاه« :- ملسو هيلع هللا ىلص- ا رة أو سلطان جائر أو مرض حابس فمات ومل حيج

وإن شاء نصرانيا فـليمت إن شاء يـهود «.Ada beberapa ulama yang meriwayatkan hadis ini, seperti al-Baihaqi dan

al-Darimi. Namun dengan sanad hadis seperti di atas, yang diriwayatkan olehSyarik bin Laits, hadis ini dicantumkan dalam al-Mudhu’at oleh Ibn al-Jauzi. Al-Zahabi menyebutkan bahwa hadis ini munkar. Al-Albani mencantumkan hadis inidalam Dhaif Targhib wa Tarhib.

5. Hal. 77, hadis ini tidak disebutkan perawinya._____________

17Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, no. 4392. Abu Daud dan Turmudzi, dengan redaksihadis yang berbeda.

Page 52: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…50

بن عبد حدثـنا سفيان بن وكيع حدثـنا عيسى بن يونس عن أىب بكر بن أىب مرمي ح وحدثـنا عبد ا ابن المبارك عن عمرو بن عون أخبـر الرمحن أخبـر أىب بكر بن أىب مرمي عن ضمرة بن حبيب عن

شداد بن أوس عن النىب قال - ملسو هيلع هللا ىلص- الكيس من دان نـفسه وعمل لما بـعد الموت والعاجز من « أتـبع نـفسه هواها ومتىن على 18»ا

“ Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya, dan beramaluntuk kehidupan sesudah mati. Dan orang lemah adalah orang memperturutkannafsunya dan berangan-angan mendapat kebaikan Allah”

Hadis ini hasan menurut al-Turmudzi, dalam Riyadhu al-Shalihin hadis inimenjadi salah satu hadis dhaif karena salah seorang rawi yang bernama AbuBakar bin Abi Maryam, dikenal dhaif mukhtalith. Selanjutnya Dzahabi menolakdan mengkritiknya, dengan berkata, “Demi Allah, Abu Bakar adalah orang yangsuka menduga-duga dalam meriwayatkan hadis. Ada Syahid untuk hadis tersebutdari Anas RA, yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, tetapibeliau berkata, “Tetapi dalam sanad hadis ini ada perawi bernama Aun binAmmarah, dia orang yang dhaif dalam periwayatannya.”19

6. Hal. 78, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

حدثىن أىب حدثـنا حم حدثـنا عبد ا ن بن إسحاق عن الصباح بن حممد عن مد بن عبـيد حدثـنا أ ملسو هيلع هللا ىلص بن مسعود قال قال رسول ا مرة اهلمداىن عن عبد ا قسم بـيـنكم أخالقكم كما « إن ا

عز وجل يـعطى الدنـيا من حيب ومن ال حيب وال يـعطى الدين إال لمن ق سم بـيـنكم أرزاقكم وإن ا الدين فـقد أحبه والذى نـفسى بيده ال يسلم عبد ح أحب فمن أعطاه ا ىت يسلم قـلبه ولسانه وال

من جاره بـوائقه يـؤمن حىت «20

Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad dan al-Hakim. Al-Hakim dalamkitabnya al-Mustadrak, menyebutkan bahwa hadis ini shahih al-isnad dan jugadishahihkan oleh al-Albani.

7. Hal. 81, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

الدنيا مزرعة األخرةTidak ditemukan hadis ini dalam penelusuran, sebagian berpendapat

bahwa ini adalah hikmah atau perkataan para ulama, bukan hadis, namun penulis(khatib) menyebutnya sebagai sabda Rasulullah.8. Hal. 97, hadis yang diriwayatkan oleh al-Tabrani

لف و لف وال يؤلف وخري الناس أنفعهم للناس املؤمن يؤلف وال خري فيمن ال _____________

18Al-Turmudzi, Sunan al-Tumudzi, kitab shifat al-qiyamah, bab al-kaisu man dananafsahu, hadis nomor 2647.

19Silsilah al-Ahadis al-Dha‘ifah, hadis no. 5319; Dha’if al-Jami’ al-Shaghir no. 4305;Dha’if Sunan al-Turmudzi hadis no. 436; Dha’if Sunan Ibnu Majah hadis no. 930; Takhrij Riyadhal-Shalihin hadis no. 66 oleh Syaikh Syu’aib al-Arnauth.

20Ahmad bin hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, musnad Abdullah bin Mas’ud, hadisnomor 3744.

Page 53: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 51

”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak adakebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusiaadalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” Hadis ini telah dishahihkanoleh al-Albani.

9. Hal. 100, hadis yang diriwayat oleh al-Tabrani

حدثـنا ابن أىب عمر حدثـنا سفيان حدثـنا عمرو بن دينار عن ابن أىب مليكة عن يـعلى بن مملك عن أم الدر داء عن أىب الدرداء أن النىب ملسو هيلع هللا ىلص قال ما شىء أثـقل ىف ميزان المؤمن يـوم القيامة من خلق «

ليـبـغض الفاحش البذىء حسن وإن ا «“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat timbangannya bagi seorang mukmin dihari kiamat dari akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah sangat membenciorang-orang yang berbuat jahat dan keji”. Hadis ini dinilai hasan shahih.

10. Hal. 101, hadis yang diriwayat oleh al-Tabrani

تـعاىل عنـهما، قال عن ابن عباس رضي ا عليه وسلم: صلى ا قال رسول ا اخللق احلسن : كما يذيب الماء اجلليد، واخللق السوء يـفسد العمل يذيب اخلطا كما يـفسد اخلل العسل .21

“Akhlak yang baik mencairkan dosa seperti air mencairkan gumpalan salju,sedangkan akhlak yang buruk merusak amal shaleh seperti cuka merusak madu”.

Hadis yang diriwayatkan oleh al-Tabrani ini, berbeda redaksinya denganyang dicantumkan dalam buku, dan peneliti tidak menemukan al-Baihaqimeriwayatkan hadis ini, seperti keterangan yang dicantumkan pada hadis ini.Hadis yang tertulis yaitu:

اخللق يذيب اخلطيإن حسن ئة و إن السوء اخللق يـفسد العمل كما يـفسد اخلل العسل Hadis ini dha’if karena salah satu perawi bernama Isa bin Maimun dinilai dha’ifoleh para ulama. Al-Tabrani meriwayatkan hadis ini dalam Mu’jam al-Kabir danAusath.

11. Hal. 102, hadis yang diriwayat oleh Abu Ya’laموالكم ولكن ليسعهم منكم بسط الوجه وحسن اخللق إنكم ال تسعون الناس

Hadis ini selain diriwayatkan oleh Abu Ya’la juga diriwayatkan oleh al-Hakim, al- Baihaqy dan al-Suyuti, menurut al-Hakim hadis ini shahih.

12. Hal. 116, hadis yang diriwayatkan oleh al-Tabrani

ن الواسطي قال : حدثنا دمحم بن عبد هللا احلضرمي قال شريك ، عن عبد هللا بن : دمحم بن أاإلمارة أوهلا ندامة : ال أدري رفعه أم ال قال : عيسى ، عن أيب صاحل ، عن أيب هريرة ، قال شريك

22ذاب يوم القيامة ، وأوسطها غرامة ، وآخرها ع

Ibnu Hibban dan al-Hakim juga meriwayatkan hadis ini, mereka menilaibahwa hadis ini shahih, walaupun gharib.

_____________21Al-Tabrani, Mu’jam al-Kabir, hadis nomor 10626.22Al-Tabrani, Mu’jam al-Ausath, hadis nomor 5774.

Page 54: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…52

13. Hal. 119, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

وحدثين إبراهيم بن املنذر قال حدثنا دمحم بن فليح ) . ح ( ثنا فليح حدثنا دمحم بن سنان قال حدبينما النيب صلى : قال حدثين أيب قال حدثين هالل بن علي عن عطاء بن يسار عن أيب هريرة قال

فمضى رسول هللا صلى . هللا عليه و سلم يف جلس حيدث القوم جاءه أعرايب فقال مىت الساعة ؟ . وقال بعضهم بل مل يسمع . ث فقال بعض القوم مسع ما قال فكره ما قال هللا عليه و سلم حيد

رسول هللا قال ) . السائل عن الساعة- أراه -أين ( حىت إذ قضى حديثه قال فإذا (قال ها أإذا وسد األمر إىل غري أهله فانتظر ( قال كيف إضاعتها ؟ قال) . ضعيت األمانة فانتظر الساعة

) الساعة“.... Apabila amanah telah disia-siakan, maka nantikanlah tibanya hari kiamat.Ada yg bertanya: Wahai Rasulullah apa yg dimaksud dengan menyia-nyiakanamanah? Beliau menjawab ”Apabila perkara itu diserahkan kepada selain ahlinyamaka nantikanlah tibanya hari kiamat”.

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari ashab sittah hanya al-Bukhariyang meriwayatkan hadis ini. Dengan demikian hadis ini sudah jelaskeshahihannya, tidak perlu ditakhrij lagi.

14. Hal. 131, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

دييبأد بين ريب فأحسن “Rabb (Tuhan)ku telah mendidikku dan membaguskan pendidikanku”.

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa tidak diketahui adanya sanad yangteguh pada hadis ini. Walaupun lemah, namun hadis ini ternyata juga dijadikanhujjah oleh ulama dalam menjelaskan ketinggian akhlak Rasulullah, bahkanMuhammad Rasyid Ridha dalam tafsir al-Manar memakainya dalam kontekspendidikan.23 Jika memang hadis ini lemah tanpa syawahid ataupun kebenaranmakna, tentu ulama tidak akan menggunakannya, tetapi menurut al-Sakhawimeskipun sanadnya munqati (terputus) karena di dalam sanadnya ada seorangrawi yang tidak diketahui, akan tetapi maknanya benar dan terdapat beberapasyawahid untuk hadis tersebut. Sedangkan Ibnu Hajar hanya menghukuminyagharib, berarti sebenarnya tidak terputus tetapi dalam salah satu tingkatanperiwayatannya (thabaqat) hadis ini hanya diriwayatkan oleh seorang rawisaja. Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa hadis ini tetap bisa dijadikanlandasan bagi konsep ta’dib.

15. Hal. 133, hadis ini tidak disebutkan perawinya.

حدثـنا على بن حممد حدثـنا حيىي بن آدم حدثـنا ابن المبارك عن سعيد بن أىب أ يوب عن حيىي بن أىب سليمان عن زيد بن أىب عتاب عن أىب هريـرة عن النىب قال - ملسو هيلع هللا ىلص- خيـر بـيت ىف المسلمني «

بـيت فيه يتيم حيسن إليه وشر بـيت ىف المسلمني بـيت ف يه يتيم يساء إليه «.24

_____________23Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, h. 15224Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, kitab adab, bab hak anak yatim, hadist nomor 3669.

Page 55: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 53

“… Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnyaanak yatim yang diperlakukan dengan baik. Dan seburuk-buruk rumah kaumMuslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itudiperlakukan dengan buruk”.

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Ahmad, dan beberapa ulamahadis lainnya. Ada beberapa penilaian ulama yang berbeda terhadap salah satuperawi hadis ini, yaitu Yahya bin Sulaiman. Ibnu Hibban menilainya tsiqah,demikian juga dengan Ibnu Khuzaimah mengambil hadis ini dalam Shahihnya,karena menurutnya perawi tersebut adil tidak terdapat jarhnya. Sedangkan al-Bukhari menilai perawi tersebut munkar al-hadis, Abu Hatim menilai mudhtharabal-hadis, dan al-Albani menilai hadis ini dha’if.25

Dari 15 hadis yang diteliti di atas terdapat 10 hadis berstatus hadis maqbulyaitu hadis yang terdapat pada hal. 6, 21, 62, 78, 97, 100, 102, 116, 119 dan 133. 4hadis berstatus dhaif yakni terdapat pada hal. 63, 77, 101 dan 131. Sedangkan 1hadis lagi tidak ditemukan sebagai hadis marfu’ tetapi sebagai perkataan ulama.

KESIMPULANHasil penelitian terhadap pengutipan ayat-ayat al-Qur’an, diketahui ada 3

kali penyebutan ayat al-Qur’an yang keliru dalam penulisan surah dan penomoranayat al-Qur’an, yaitu terdapat pada hal. 10, 34 dan 107. Terdapat 1 ayat al-Qur’anyang keliru atau tidak lengkap diterjemah yaitu yang terdapat pada hal. 2.

Pada edisi ini terdapat 46 hadis baik dengan dicantumkan teks Arabnyamaupun terjemahnya saja. Dari 46 hadis tersebut terdapat 24 hadis yang tidakdisebutkan perawi dan sumber kitabnya, yaitu hadis yang terdapat pada hal. 18,21, 27, 29, 63, 68, 76, 77, 78, 81, 82, 90, 100, 106, 111, 127, 114, 119, 131, 133,141, 149, 171, dan 172. Setelah diteliti 24 buah hadis tersebut ada 2 buah hadisyang maudhu’, yaitu hadis yang terdapat pada hal. 68 dan 76, dan ada 2 buahhadis yang tidak diketahui sanadnya, yaitu terdapat pada hal. 81 dan 131. Ada 2buah hadis yang keliru penyebutan perawinya, yaitu hadis yang terdapat pada hal.7, dan 124. Terdapat penjelasan yang disandarkan kepada Rasulullah tanpa teksatau terjemah hadis akan tetapi dicantumkan perawinya, yaitu terdapat pada hal. 4.

Sedangkan 22 hadis lagi hanya disebutkan perawi, tetapi tidak jelassumber kitabnya seperti yang terdapat pada hal. 4, 5, 6, 7, 19, 56, 62, 74 (hadis inidijelaskan nomor hadisnya tapi tidak disebutkan kitabnya), 94 (pada halaman initerdapat 2 buah hadis), 97, 101, 102, 116, 117, 124, 177 (pada halaman initerdapat 2 buah hadis), 112, 149, 158, dan 159.

Dari 15 hadis yang diambil sebagai sampel terdapat 10 hadis berstatushadis maqbul yaitu hadis yang terdapat pada hal. 6, 21, 62, 78, 97, 100, 102, 116,119 dan 133. 4 hadis berstatus dhaif yakni hadis yang terdapat pada hal. 63, 77,101 dan 131. Sedangkan 1 buah hadis lagi tidak ditemukan sebagai hadis marfu’tetapi sebagai perkataan ulama.

Hasil wawancara mengenai usaha pengurus penerbitan buku Suara KhatibBaiturrahman tentang menjaga kualitas isi buku baik edisi 7 maupun edisi 8,maka diketahui bahwa untuk sementara belum sepenuhnya pada tahap menjagakualitas, untuk ke depan telah direncanakan dalam bentuk tanggung jawabakademik baik masalah foot note maupun kebenaran semua data yang ada dalam

_____________25Muh. Nashiruddin al-Albani, Silsilah al-Ahadis al-Dha’ifah, hadis nomor 1637.

Page 56: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…54

buku tersebut. Dari pihak Pengurus Masjid Raya Baiturrahman juga belummenegaskan kearah tersebut hal ini terlihat dari undangan yang disampaikankepada para calon khatib yang hanya ditentukan tanggal, materi dan menekankanuntuk tidak membahas masalah yang bernuansa politik.

Page 57: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 55

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mustafa Ya’qub, 2003, Hadis-hadis Bermasalah, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Atar Semi, Kritik Sastra, Bandung: Angkasa, 1987.

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, 2004. Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Depdikbud, 1988. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

Hans Wehr, 1970. A Dictionary of Modern Written Arabic, London: George Allen& Unwa Ltd.

Hasjim Abbas, 2004. Kritik Matan Hadis, Yogyakarta: Teras.

Ibnu Hajar al-Asqalani, 1348 H. Fath al-Bari bi Syarah Shahih al-Bukhari,Mesir: Maktabah al-Bahiyah.

, 1992. Tahzib al-Tahzib, Beirut: Dar al-Fikr.

, 1995. Taqrib al-Tahzib, Beirut: Dar al-Fikr Muktabah al-Tijariyah.

Ibnu Shalah, 1999. Muqaddimah fi Ulum al-Hadis, Beirut: Muassasah al-Kitab al-Tsaqafiyah.

Kamaruddin Amin, 2009. Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis,Jakarta: Hikmah.

Kanwil Kemenag, 2009. Masjid Bersejarah Di Nanggroe Aceh, jilid I, Aceh:Penamas.

Khatib Syarbaini, 2003. Muqni al-Muhtaj, Beirut: Dar al-Fikr.

Manna’ al Qattan, 2005. Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka al Kautsar.

Moh. Anwar, 1981. Ilmu Musthalah Hadis, Surabaya: al Ikhlas.

Muhammad Fuad Syakir, 2006. Laisa min Qaulin Nabi, terj. M. Zacky Mubarak,Jakarta: Pustaka Kautsar.

Muhammad Mustafa al-A’zami, 1982. Manhaj al-Naqd ‘inda al-Muhadditstsin,Riyadh: Al-Munawiyah.

Muh. Nashir al-Din al-Albani, 1992. al-Silsilah al-Ahadis al-Dhaifah wa al-Maudhu’ah, Jilid 1, Riyadh: Maktabah al-Ma'rif.

, 2004. Silsilah al-Ahadis al-Shahihah, Riyadh: Maktabah al-Ma’arif.Muhammad Syuhudi Ismail, 1992. Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan

Bintang.

, 1995. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis, Jakarta: Bulan Bintang.

, 1999. Cara Praktis Mencari Hadis, Jakarta: Bulan Bintang.

Nuruddin Itr, 1979. Manhaj an-Naqd, Damaskus: Dar al-Fikr.

Pengurus Masjid Baiturrahman, Suara Khatib Baiturrahman, edisi 7, BandaAceh: Masjid Raya Baiturrahman, 2011.

Page 58: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nuraini dan Zulihafnani: Klarifikasi Buku Suara Khatib…56

Salahuddin bin Ahmad al-Adlabi, 2004. Metodologi Kritik Matan Hadis, terj.H.M. Qodirun Nur, Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Kamus Besar BahasaIndonesia, edisi III, Jakarta: Balai Pustaka.

Widodo, dkk, Kamus llmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2002.

Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, Medan: Pustaka Iskandar Muda.

Page 59: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 57

KONSEP AL-QUR’AN SEBAGAI MODAL MEMBANGUNINTERAKSI SOSIAL YANG HARMONIS DALAM

PLURALISME AGAMA DI INDONESIA

Nurdinah MuhammadFakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry

Darussalam-Banda AcehEmail: [email protected]

ABSTRAKSetiap agama memiliki kebenaran. Keyakinan tentang yang benar itu

didasarkan kepada Tuhan sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Dalamtataran sosiologis, klaim kebenaran berubah menjadi simbol agama yangdipahami secara subjektif oleh setiap pemeluk agama. Ia tidak lagi utuh danabsolut. Pluralitas manusia menyebabkan wajah kebenaran itu tampil beda ketikaakan dimaknai dan dibahasakan. Sebab, perbedaan ini tidak dapat dilepaskanbegitu saja dari berbagai referensi dan latar belakang yang diambil peyakin darikonsepsi ideal turun ke bentuk-bentuk normatif yang bersifat kultural. Hal iniyang biasanya digugat oleh berbagai gerakan keagamaan pada umumnya. Sebab,mereka mengklaim telah memahami, memiliki, dan bahkan menjalankan nilai-nilai suci itu secara murni dan konsekuen. Sepanjang sejarah, gagasan danketentuan keagamaan telah mengilhami individu dan kaum berimanmeninggalkan semua kepentingan pribadi yang sempit demi terciptanya nilai dankebenaran yang lebih tinggi. Sebagai ideologi dan gerakan politik, pluralismepernah diteladankan oleh Rasulullah Saw kepada Umar dan diteruskan kepadapara khalifah, untuk menyatukan kelompok-kelompok agama yang beragama dandari berbagai suku bangsa di bawah sistem kemasyarakatan Islami yang modrenadil dan toleran dengan persamaan hak dan kewajiban.

Kata kunci : Al-qur’an, Modal, Pluralisme, Indonesia

PENDAHULUANHubungan antara manusia dan agama merupakan hubungan totalitas. Atau

dalam pengertian lain, bagaimanapun, manusia tidak bisa dipisahkan denganagama. Kedua sifat tersebut dihayati oleh manusia sekaligus dalam menempuhkehidupan di dunia.

Namun, karena agama yang dianut manusia tidak hanya satu, maka tentusaja klaim kebenaran dari masing-masing agama akan selalu muncul kepermukaan. Jika klaim itu dihadapkan pada penganut agama lain, maka sudahdapat diduga akan terjadi benturan antar penganut agama, yang masing-masingmemiliki klaim kebenaran. Namun seiring dengan bangkitnya agama-agama itu, kejahatan dankekerasan dalam beragam bentuknya juga mengalami eskalasi yang cukupmengagetkan. Saat ini misi pendewasaan dan pencerahan manusia yang bersifattransformatif dalam rangka menuju kehidupan yang damai, kasih,dan penuh

Page 60: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……58

rahmat yang diemban agama nyaris tidak menemukan lahan yang cukup subur dibumi ini.

Yang tampak ke permukaan, dari sisi lain bahwa terjadinya konflik antaragama bisa sebagai akibat kesenjangan ekonomi (kesejahteraan). Perbedaankepentingan politik, ataupun perbedaan etnis. Akhirnya, konsep kebenaran dankebaikan yang berakar dari ideologi politik atau wahyu Tuhan sering menjadialasan pembenar penindasan kemanusiaan.1

Sejarah menunjukkan bahwa cinta kasih, pengorbanan diri, danpengabdian kepada orang lain sering kali barakar begitu mendalam padapandangan dunia keagamaan. Pada saat yang sama, sejarah dengan jelasmenunjukkan bahwa agama sering kali dikaitkan secara langsung dengan contohterburuk prilaku manusia. Kedengarannya usang, tetapi sayang, jika dikatakandalam sejarah manusia, perang, membunuh orang, kini semakin banyak lagikejahatan lebih sering dilakukan atas nama agama dibandingkan atas namakekuatan institusional lain. Akibatnya, mereka menjadi makhluk yang sangatrentan, dan emosional, yang lebih mengedepankan kekuatan otot dan tindakkekerasan dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi dibandingkandengan penyelesaian yang manusiawi, sistematis dan berjangkauan jauh ke depan.

Melihat fenomena yang berkembang tersebut, telaah kritis atas konsep Al-Qur’an mengenai pluralisme perlu diangkat ke permukaan. Dari pandangan itu,kita mencoba memahami akar-akar kekerasan, terutama yang dikaitkan denganagama. Dari sini, rencana strategis ke depan dalam rangka memutus, minimalmengurangi kekerasan menjadi niscaya untuk dibahas secara arif, kritis, sertapenuh keterbukaan.

PENGERTIAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PLURALISMEAGAMA

Pluralisme, berasal dari kata “plural” yang berarti “banyak” atau“berbilang” atau bentuk kata yang digunakan untuk menunjukkan “lebih darisatu”. Pluralisme dalam filsafah adalah pandangan yang mengakui hakikat duniaterdiri dari banyak unsur. Istilah ini sering dilawankan dengan monisme yangmenekankan kesatuan dalam banyak hal atau dualisme yang meyakini duniaterdiri dari dua hal yang berbeda2.

Meskipun pluralisme merupakan istilah yang berkembang dan populerakhir-akhir ini, namun kenyataannya pluralisme itu telah ada sejak keberadaanalam semesta (makhluk) sebagaimana Tuhan menciptakannya. Juga termasukkeanekaragaman manusia dengan berbagai aspeknya (suku, bangsa, bahasa,agama, kelompok, profesi, dan sumber daya).3 Hal ini jelas termaktub dalamfirman Allah SWT dalam surat al-Hujarat: 13 tentang jenis manusia (laki-laki danperempuan) serta pengelompokan-pengelompokan lainnya supaya manusia salingmengenal dan berinteraksi (ta’arafu).

_____________1 Azyumardi Azra, et. all, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam : Bingkai gagasan yang

Berserak, Cet. I, (Bandung : Nuansa, 2005), hal. 1352 Azyumardi, Nilai-Nilai..., hal.68.3 Azyumardi,...,hal. 211

Page 61: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 59

خلقناكم من ذكر وأنـث أيـها الناس إ وقـبائل لتـعارفوا إن أكرمكم عند ا ى وجعلناكم شعو عليم خبري أتـقاكم إن ا

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yangpaling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagiMaha Mengenal.”

Gambaran di atas menjelaskan pengertian pluralisme sebagai ajaran yangmenekankan keanekaragaman manusia dalam berbagai aspek kehidupan padaumumnya. Namun dalam pembahasan selanjutnya pluralisme lebih diarahkanpada realitas beragama yang tumbuh dalam masyarakat. Dalam hal ini terlebihdahulu perlu dilihat kembali sejarah peradaban lama yang menunjukkan adanyaakulturasi budaya dengan agama yang membawa perkembangan agama dalammasyarakat, yang lahir dari sebuah proses panjang peradaban agama.

Melihat fakta historis tersebut, Nurcholish Masjid berpendapat bahwasistem nilai plural adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak mungkinberubah, diubah, dilawan, dan diingkari. Barang siapa yang mencoba mengingkarihukum kemajemukan budaya maka akan timbul fenomena pergolakan yang tidakberkesudahan. Boleh dikatakan bahwa memahami pluralitas agama dan budayamerupakan bagian dari memahami agama. Sebab, memahami agama padadasarnya juga memahami kebudayaan masyarakat secara menyeluruh. Langkahkebijaksanaan bagi setiap umat adalah belajar dari kenyataan sejarah, yaitu sejarahyang mendorong terwujudnya masyarakat plural dan integratif4.

Pemikiran pluralisme agama muncul pada masa yang disebut pencerahan(Enlightenment) Eropa, tepatnya pada abad ke-18 Masehi, masa yang seringdisebut sebagai titik permulaan bangkitnya gerakan pemikiran modern. Yaitumasa yang diwarnai dengan wacana-wacana baru pergolakan pemikiran manusiayang berorientasi pada superioritas akal (rasionalisme) dan pembahasan akal darikungkungan-kungkungan agama. Di tengah hiruk-pikuk pergolakan pemikiran diEropa yang tibul sebagai konsekuensi logis dari konflik-konflik yang terjadiantara gereja dan kehidupan nyata di luar gereja, muncullah suatu paham yangdikenal dengan “liberalisme”, yang komposisi utamanya adalah kebebasan,toleransi, persamaan dan keragaman.

Oleh karena paham “liberalisme” pada awalnya muncul sebagai mazhabsosial politis, maka wacana pluralisme yang lahir dari rahimnya, termasukgagasan pluralisme agama, juga lebih kental dengan nuansa dan aroma politik.Maka tidaklah aneh jika kemudian gagasan pluralisme agama itu sendiri munculdan hadir dalam kemasan “pluralisme politik” (political pluralism), yangmerupakan produk dari “liberalisme politik” (political liberalism). MuhammadLegenhausen, seorang pemikir Muslim kontemporer, juga berpendapat bahwamunculnya faham “liberalisme politik” di Eropa pada abad ke -18 , sebagian besardi dorong oleh kondisi masyarakat yang carut-marut akibat memuncaknya sikap-sikap intoleran dan konflik-konflik etnis dan sektarian yang pada akhirnya

_____________4 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 174

Page 62: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……60

menyeret kepada pertumpahan darah antar ras, sekte dan mazhab pada masareformasi keagamaan5.

Jelas bahwa, faham “liberalisme” tidak lebih merupakan respons politisterhadap kondisi sosial masyarakat Kristen Eropa yang plural dengan keragamansekte, kelompok dan mazhab. Namun kondisi pluralistik semacam ini hanyalahterbatas dalam masyarakat Kristen Eropa untuk sekian lama, baru kemudian padaabad ke- 20 berkembang hingga mencakup komunitas-komunitas lain di dunia.

Selama dua dekade terakhir abad ke-20 yang lalu, gagasan pluralismeagama telah mencapai fase kematangannya, dan pada gilirannya, menjadi sebuahdiskursus pemikiran tersendiri pada dataran teologi modern. Fenomena sosialpolitik akhir abad 20 ini juga mengetengahkan realitas baru kehidupan antaragama yang lebih nampak sebagai penjabaran kalau bukan dampak dari gagasanpluralisme agama ini. Dalam kerangka teoretis, pluralisme agama, pada masa initelah dimatangkan oleh pemikir-pemikir teolog modern dengan konsepsi yanglebih diterima oleh kalangan antar agama. John Hick telah merekonstruksilandasan-landasan teoritis pluralisme agama sedemikian rupa. Sehingga menjadisebuah teori yang baku dan populer yang sangat kental melekat dengan namanya.

Yang perlu digaris bawahi di sini, gagasan pluralisme agama sebenarnyabukan hanya hasil dominasi pemikir Barat. Namun juga mempunyai akar yangcukup kuat dalam pemikiran agama Timur, khususnya dari India, sebagaimanayang muncul pada gerakan-gerakan pembaharuan sosio-religious si wilayah ini.Beberapa peneliti dan sarjana Barat, seperti Parrinder dan Sharpe, justrumenganggap bahwa pencetus gagasan pluralisme agama adalah tokoh-tokoh danpemikir-pemikir yang berbangsa India6. Rammohan Ray (1772-1833) pencetusgerakan Brahma Samaj yang semula pemeluk agama Hindu, telah mempelajarikonsep keimanan terhadap Tuhan dari sumber-sumber Islam, sehingga iamencetuskan pemikiran Tuhan Satu dan persamaan antar agama.

Sementara itu, dalam diskursus pemikiran Islam, pluralisme agama, masihmerupakan hal baru dan tidak mempunyai akar ideologi atau bahkan teologi yangkuat. Gagasan pluralisme agama yang muncul lebih merupakan perspektif baruyang ditimbulkan oleh proses penetrasi kultural Barat modern dalam dunia Islam.Pendapat ini diperkuat oleh realita bahwa gagasan pluralisme agama dalamwacana pemikiran Islam, baru muncul pada masa-masa pasca-Perang DuniaKedua, yaitu ketika mulai terbuka kesempatan besar bagi generasi muda Muslimuntuk mengenyam pendidikan di Universitas-universitas Barat sehingga merekadapat berkenalan dan bergesekan langsung dengan budaya Barat.

Kemudian di lain pihak gagasan pluralisme agama menembus danmenyusup ke wacana pemikiran Islam melalui karya-karya pemikir-pemikirmistik Barat Muslim seperti Rene Guenon (Abdul Wahid Yahya) dan FrithjofSehuon (Isa Nuruddin Ahmad)7. Karya-karya mereka ini sangat sarat denganpemikiran dan gagasan yang menjadi inspirasi dasar bagi tumbuh-kembangnyawacana pluralisme agama di kalangan Islam.

_____________5 Muhammad Legenhausen, Islam And ReligiOne Pluralisme, dalam Al-Tauhid, Vol. 14,

No. 3, 1997, hal. 115.6 Buddhy Munawar Rachman, Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum Beriman, Cet.I

(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 607 Buddhy Munawar Rachman,...hal 62-63

Page 63: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 61

Seyyed Hossein Nasr.8, seorang tokoh muslim Syi’ah moderat, merupakantokoh yang bisa dianggap paling bertanggung jawab dalam memopulerkangagasan pluralisme agama di kalangan Islam tradisional-suatu prestasi yangkemudian mengantarkannya pada sebuah posisi ilmiah kaliber dunia yang sangatbergensi bersama-sama dalam deretan nama-nama besar seperti Ninian Smart,John Hick, dan Annemarie Schimmel.

NILAI-NILAI PLURALISME DALAM AL- QUR’AN Al- Qur’an, sebagai wahyu Allah, dalam pandangan dan keyakinan umatIslam adalah sumber kebenaran dan mutlak benarnya. Meskipun demikian,kebenaran mutlak itu tidak akan nampak manakala Al-Qur’an tidak berintraksidengan realitas sosial, atau menurut Quraish Shihab,9 dibumikan : dibaca,dipahami, dan diamalkan. Ketika kebenaran mutlak itu disikapi oleh parapemeluknya dengan latar belakang kultural atau dengan latar belakangpengetahuan yang berbeda, akan muncul kebenaran- kebenaran parsial. Sehinggakebenaran yang diperoleh manusia menjadi relatif, sedangkan kebenaran mutlaktetap milik Tuhan. Untuk menggambarkan ini, pada hal-hal tertentu, misalnya, “kebenaran agama” Nahdlatul Ulama (NU), tidak berarti akan diterima pulasebagai “kebenaran agama” Muhammadiyah; begitu pula sebaliknya. Yang jelas-jelas dipandang sebagai tidak benar adalah ketika yang satu menyalahkan yanglain, atau saling menyalahkan tanpa argumentasi yang akurat. Inilah yangdiingatkan Allah dalam ( Q.S.49: 12 ) ketika melarang orang-orang yang berimanberprasangka, sebab sebagian prasangka adalah dosa.

Demikian pula sebaliknya, menganggap diri paling benar, juga tidakdiperkenankan Allah mengingatkan dalam firmannya ( Q.S.53 : 32)

الذين جيتنبون كبائر اإلمث والفواحش إال اللمم إن ربك واسع المغفرة هو أعلم بكم إذ أنشأكم من األرض وإذ أنـتم أجنة يف بطون أمهاتكم فال تـزكوا أنـ فسكم هو أعلم مبن اتـقى

Artinya :“(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji

yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha LuasampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Diamenjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu;Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahuitentang orang yang bertakwa.” Dengan sikap seperti itu, tidak berarti kita harus berdiam diri terhadapkemungkinan kesalahan orang lain atau lingkungan disekitar. Umat Islam harusbersikap kritis dan melakukan koreksi terhadap segala bentuk patologi social.Dalam doktrin Islam, sikap korektif ini disebut amar ma’ruf nahy munkar. Al- Qur’an mengkui masyarakat terdiri atas berbagai macam komunitasyang memiliki orientasi kehidupan sendiri-sendiri. Manusia harus menerimakenyataan- keragaman budaya dan Agama serta memberikan toleransi kepada

_____________8 Nasr, Seyyed Hossein, Ideals an Realities Of Islam (Lahore : Suhail Academy, 1994), hal.

169 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Msyarakat , ( Bandung : Mizan, 1997).

Page 64: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……62

masing-masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya. Sebagaimana dijelaskandalam firmannya ( Q.S. 2: 148 )

على كل شيء مجيعا إن ا ت بكم ا ولكل وجهة هو موليها فاستبقوا اخليـرات أين ما تكونوا

قدير Artinya :

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadapkepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana sajakamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Dalam hal itu, kecurigaan tentang sifat Islam yang anti plural, sangatlahtidak beralasan dari segi idiologis. Bila setiap muslim memahami secaramendalam etika pluralitas yang terdapat dalam Al-Qur’an, tidak perlu lagiketegangan, permusuhan, dan konflik dengan agama-agama lain, selama merekatidak saling memaksakan. Sebagai idiologi dan gerakan politik, pluralisme pernah diteladankan olehRasulullah Saw kepada Umar dan diteruskan kepada khalifah. Bukti-bukti empirispluralisme Islam terjadi dalam kehidupan social, budaya dan politik yang kongkritdi Andalusia, Spanyol, pada masa pemerintahan khalifah Umawi. Sejarahmencatat bahwa kedatangan Islam di Spanyol telah mengakhiri politik monoreligisecara paksa oleh penguasa sebelumnya. Pemerintah Islam yang kemudianberkuasa selama 500 tahun telah menciptakan masyarakat Spanyol yangpluralistis, sebab para pemeluk tiga agama- Islam, Kristen, dan Yahudi dapathidup saling berdampingan dan rukun. Mereka menghargai eksistensi kebudayaanlain diluar Islam, seperti Kristen dan Yahudi. Dalam hal ini, Munir Mulkhanmengutip pendapat Mak Dimont berpendapat bahwa era pemerintahan KhalifahUmawi di Spanyol dapat di pandang sebagai rahmat yang mengakhiri zamankezaliman penguasa yang dominatif.10

Demikian juga, ketika Rasulullah Saw berada di Madinah. Apa yang diajarkan Nabi Muhammad Saw bukanlah upaya meligitimasi agama resmi Negarasaat itu, dan bukan pula alat pemaksa agar orang-orang memeluk Islamseluruhnya. Dengan mengikuti prinsip universal keadilan Ilahi saja, kita ketahuibersama bahwa perbedaan latar belakang pendidikan, lingkungan social budaya,dan kesempatan seseorang, meniscayakan diferensiasi penerimaan konsep tentangTuhan dan Agama.

Hamid Al-Husaeni mengutip pendapat Murtadha Muthahari melihatbahwa selama memerintah di Madinah, Rasulullah Saw tidak pernah memaksakanmasyarakat non-muslim untuk mengikuti agama penguasa. Bahkan, melaluiperjanjian di antara semua penduduk madinah ditetapkan dasar-dasar toleransidemi terwujudnya perdamaian dan kerukunan. Salah satu isi perjanjian dengankaum Yahudi menyebutkan : ‘orang Yahudi yang turut dalam perjanjian dengankami berhak memperoleh pertolongan dan perlindungan ; tidak akan diperlakukanzalim. Agama Yahudi bagi orang-orang Yahudi dan agama Islam bagi orang-

_____________10 A. Munir Mulkhan, Atas Nama Agama, ( Bandung : Pustaka Hidayah,1998), hal. 65.

Page 65: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 63

orang Islam. jika ada diantara mereka berbuat zalim, itu hanya akan mencelakandirinya dan keluarganya.11

Dalam Al-Quran, ayat yang terkenal: “Bagimu Agamamu. BagikuAgamaku” (Q.S. 109: 5-6).

وال أنـتم عابدون ما أعبد لكم دينكم ويل دين ) 5( )6(Artinya :

“Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang akusembah(5). Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (6)

Dengan demikian, agama di gunakan Rasulullah Saw sebagai sumberutama kekuatan moral. Perilaku yang murni religius lebih diinginkan dari padaformalisasi agama. Islam, melalui wacana Al-Quran tersebut, dengan mudah dipahami telah mendukung etika perbedaan dan toleransi. Dalam firman Allahtersebut tidak hanya mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaandan keragaman dalam masyarakat manusia. Prulalitas (keragaman) adalah bagiandari kehendak Allah dan tujuan penciptaan itu sendiri. Sebagaimana termaktubdalam dua firman-Nya berikut ini : (Qs al-Hujurat [49]: 13), dan dalam surat yanglain Allah menjelaskan : (Qs Hud [11]: 118-119)

وقـ خلقناكم من ذكر وأنـثى وجعلناكم شعو أيـها الناس إ بائل لتـعارفوا إن أكرمكم عند ا عليم خبري أتـقاكم إن ا

Artinya :“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yangpaling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantarakamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

ولو شاء ربك جلعل الناس أمة واح دة وال يـزالون خمتلفني إال من رحم ربك ولذلك خلقهم ) 118( ومتت كلمة ربك ألمألن جهنم من اجلنة والناس أمجعني

Artinya :

“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umatyang satu, tetapi mereka Senantiasa berselisih pendapat,(118). Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. dan untuk Itulah Allah menciptakanmereka. kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: Sesungguhnya akuakan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka)semuanya.(119)”

Selain itu, Al-Qur’an juga menerima pandangan yang lebih spesifiktentang pluralitas keyakinan dan hukum agama. Kendati, secara tegas Al-Qur’anmengklaim bahwa Islam merupakan kebenaran Ilahiah tetapi Al-Qur’an juga tidaksepenuhnya menghapus kemungkinan adanya jalan lain menuju keselamatan. Al-Qur’an mengakui adanya berbagai keyakinan dan hukum agama yang sah.Bahkan, bisa saja kaum non- Muslim mendapat keselamatan.

_____________11 Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidpan Nabi Besar Muhammad Saw, (Jakarta : Yayasan

al-Hamidy, 1992), Hal. 477.

Page 66: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……64

Dalam dua ayat yang lain Allah berfirman : (Qs Al-Maidah [5]: 48)

حلق مصدقا لما بـني يديه من الكتاب ومهيمنا عليه فاحكم بـيـنـهم مبا أنـزل وأنـزلنا إليك الكتاب و ا جلعلكم ال تـتبع أهواءهم عما جاءك من احلق لكل جعلنا منكم شرعة ومنـهاجا ولو شاء ا

مرجعكم مج كم فاستبقوا اخليـرات إىل ا أمة واحدة ولكن ليـبـلوكم يف ما آ يعا فـيـنـبئكم مبا كنـتم فيه ختتلفون

Artinya :“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa

kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yangditurunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Makaputuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlahkamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telahdatang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan danjalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nyasatu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nyakepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lahkembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamuperselisihkan itu”

Selanjutnya dalam (Qs Al-Maidah [5]: 69) Allah menjelaskan:

واليـوم إ ن الذين آمنوا والذين هادوا والصابئون والنصارى من آمن اآلخر وعمل صاحلا فال خو ف عليهم وال هم حيزنون

Artinya :“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan

orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, Makatidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

dan Al-Baqarah [2]: 62) berbunyi:

واليـوم اآلخر وعمل صاحلا فـلهم إن الذين آمنوا والذين هادوا والنصارى والصابئني من آمن م وال خوف عليهم وال أجرهم عند ر هم حيزنون

Artinya :“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang

Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benarberiman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerimapahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak(pula) mereka bersedih hati.”

Itulah beberapa pandangan dari ayat-ayat yang memungkinkan hidupbersama dalam keragaman. Kalau etika pluralism ini dapat ditegakkan, tidak perluterjadi rangkaian kerusuhan, pertikaian dan perusakan tempat-tempat ibadah. Jikaorang melakukannya, berarti dia tidak memahami ideologi pluralisme, atau tidakmemahami agamanya sendiri.

Page 67: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 65

Demikianlah Rasulullah saw, memberikan sunnah dan teladan yang muliadalam menyatukan kelompok-kelompok agama yang beragam; Yahudi, Kristen,dan Majusi, di bawah sistem kemasyarakatan Islami yang modern adil dan tolerandengan persamaan hak dan kewajiban. Lebih dari itu, setiap kelompok agamadiberikan kebebasan mengamalkan agama dan keyakinannya, dan diberikan status“otonomi” untuk mengatur urusan kehidupan masyarakatnya sesuai dengankonsep dan sistem yang di yakini.

Oleh karena itu, diakui bahwa dengan penetapan (arrengement) itu, NabiMuhammad berhasil membangun masyarakat yang bersatu dari keragamanagama: Muslim, Yahudi, dan penganut Paganisme. Ini tidak lain karena NabiMuhammad Saw tatkala membuat Pigam tersebut bukan hanya memperhatikankepentingan dan kemaslahatan masyarakat Muslim, melainkan jugamemperhatikan kemaslahatan masyarakat Non-Muslem. Dengan kata lain,paradigma sosial yang digunakan Nabi, baik dalam membaca realitas maupunmengambil keputusan politik, adalah inklusifisme-egaliterianisme. Hal ini jugadiperkuat dengan kenyataan adanya pengakuan bahwa kebiasaan-kebiasaan(tradisi, konvensi) masyarakat Madinah sepenuhnya diakui sebagai hukum yanghidup oleh Piagam Madinah. Oleh karenanya, ketetapan-ketetapan PiagamMadinah menjamin hak semua kelompok sosial dan persamaan hukum dalamsegala urusan publik. Fakta historis ini, menurut Phillip K.Hitti, merupakan buktinyata kemampuan Muhammad melakukan negosiasi dan konsolidasi denganberbagai golongan masyarakat Madinah.12

Maka tidak apologetis, apabila piagam ini dinyatakan mempunyai angan-angan sosial-politik untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan semua unsurpluralisme (suku, agama, golongan, dan kepentingan) menjadi satu bangsa(ummat) untuk hidup berdampingan secara damai, menjunjung tinggi moralitas,ketentuan-ketentuan hukum, dan keadilan sosial atas dasar keimanan danketakwaan. Dengan kata lain, angan-angan sosial-politik Islam adalah suatumasyarakat yang ultramodern di dalam segala hal, di mana berlaku nilai-nilaiIslam secara konsisten, harmonis dengan sifat asasi manusia. Yakni, suatumasyarakat egaliter, adil dan makmur, dan sejahtera bagi setiap warganya, tanpaperbedaan apapun di mata hukum. Di dalam tatanan masyarakat demikian ini akanhidup dengan rukun dan damai segala macam ragam manusia dari seluruh aliranagama dan suku bangsa.

Prinsip-prinsip substansial ini memang sungguh-sungguh terefleksikansecara eksplisit dalam diktum naskah Piagam Madinah. Namun, beberapa ahli,seperti Muhammad Khalid 13, Muhammad Jalal al-Din Surur, Hasan IbrahimHasan, dan Maulvi Muhammad Ali, serta Zainal Abidin Ahmad, Ahmad Sukarjadan J. Suyuthi Pulungan, dalam bukunya masing-masing berbeda dalammerumuskan prinsip-prinsip dasar “kehidupan demokratis” dalam angan-angansosial-politik Piagam Madinah yang hanya berjumlah 47 Pasal. Namun, darikeragaman rumusan ini secara singkat dapat ditarik poin-poin umum bahwaprinsip-prinsip dasar yang menjadi landasan bagi kehidupan demokratis untuksegala zaman dan tempat itu adalah:

1. Prinsip kesatuan umat, bangsa, dan komunitas (ummat wahidah)_____________

12 Phillip K. HItti, Capital Cities of Arab Islam, (Minuapolis: University of Minuesofa,1973), hal. 35-36

13 Azyumardi Azra, et.all, Nilai-Nilai Pluralisme..., hal.103-104

Page 68: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……66

2. Kolektivitas dan solidaritas sosial3. Perlindungan dan pembelaan terhadap yang lemah dan tertindas4. Keadilan sosial5. Perdamaian antar sesama dan lingkungan6. Persamaan di depan hukum7. Kebebasan berpendapat, berorganisasi, berekspresi, dan beragama8. Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia9. Nasionalisme10. Equalitas sosial11. Musyawarah

Dalam konteks ini Al-Qur’an tampaknya memang mendesain untuk bisamenata kehidupan sosial yang pluralistik. Sebagaimana bisa dilihat dalamperumusan dan pelaksanaan butir-butir Piagam Madinah, paradigma pluralismeini merupakan sebuah terobosan yang luar biasa maknanya dalam mengarahkansejarah kemanusiaan. Piagam Madinah hadir mempertahankan “gagasan baru”bagi suatu bentuk tatanan “masyarakat baru” yang disebut ummat (community)dalam sejarah umat manusia.

Prinsip-prinsip di atas pada dasarnya adalah prinsip universal yang diakuioleh kalangan internasional sebagai prasyarat untuk mewujudkan kehidupansosial- politik yang egaliter dan demokratis. Akhirnya dalam menegaskan pentingnya Islam Pluralis, bangsa Indonesiabisa menyebut juga bahwa Pancasila adalah sumber segala sumber pandangankemasyarakatan dan kenegaraan, karena ia adalah dasar negara. Lepas darikenyataan bahwa ungkapan-ungkapan serupa itu, terdengar sloganistik dan klise,namun jelas tetap mengandung kebenaran. Masalahnya di sini ialah bagaimanamelihatnya secara relevan. Ini mulai dengan menyadari bahwa nilai-nilaiPancasila adalah “titik temu” semua pandangan hidup yang ada di negeri kita,termasuk pandangan hidup yang dirangkum oleh agama-agama di Indonesia. Dannilai-nilai Pancasila itu, baik potensial maupun aktual, telah terkandung dalamajaran semua agama yang ada (jika tidak, maka bagaimana mungkin kitamendapatkan makna dan tujuan hidup dalam agama itu dapat menerima nilai-nilaiPancasila). Oleh karena itu, Pancasila dapat dipandang sepenuhnya sebagai titiktemu agama-agama di Indonesia juga. Dan karena mencari, menemukan danmengajak kepada titik temu antara umat yang berbeda-beda itu sendiri adalahperintah agama, (yang dalam Alquran, perintah untuk menuju kepada titik temuitu dinyatakan dalam surat Ali Imran (3):64),

وال نشرك به شيـئا وال يـتخذ أهل الكتاب تـعالوا إىل كلمة سواء بـيـنـنا وبـيـنكم أال نـعبد إال ا قل فإن تـولوا فـقول من دون ا بـعضنا بـعضا أر مسلمون وا اشهدوا

Artinya:“Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat

(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kitasembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dantidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selainAllah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah,bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Page 69: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 67

Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam suku,warna kulit, agama, maupun aspirasi politik. Dalam sudut pandang Islam, hal itudianggap sebagai sebuah sunnatullah atau hukum alam yang harus kita hargai dankita biarkan berkembang sesuai khittah-nya masing-masing. Namun di sisi lain,faktanya yang menjadi keprihatinan kita, akhir-akhir ini sering kita menyaksikanhubungan antara penganut agama mulai goyah, setidaknya mulai terusik bahkan dibeberapa daerah konflik di Poso, Ambon, Pontianak, dan lain-lain telah menelanbanyak korban, anak-anak dan perempuan, tidak terhitung juga beberapa milyaryang harus dibayar karena konflik ini. Pertanyaannya adalah, ke mana nurani dankultur kita yang selama ini dikenal dengan negara yang memiliki toleransi dantingkat kerukunan antar umat beragama dan seolah hilang di tengah krisis multidimensional yang telah melanda negeri ini. Kenyataan tersebut sungguh sangatironis. Terjadinya di saat demokrasi didengungkan di berbagai kalangan. Namundibalik itu suatu kenyataan negara Indonesia adalah salah satu contoh dari banyaknegara di dunia ini, yang umat beragamanya mengembangkan sikap hidup salingtoleransi. Di Indonesia terdapat enam agama resmi yang diakui pemerintah.Keenam agama tersebut adalah Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budhadan Konghucu. Keenam agama itu hidup berdampingan, saling rukun, damai dansaling menyapa satu sama lain. Agama Islam secara positif juga sangat mendukung kerukunan hidupberagama. Sikap kerukunan hidup yang tenteram dalam setiap pribadi muslimdidasarkan pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Allah SWT berfirman bahwa bagikami amalan-amalan kami dan bagi kamu amalan kamu. Tidak ada pertengkaranantara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan pada Nya-lah kitakembali Syura’ ayat 15,

من كتاب وأمرت ألعدل فلذلك فادع واستقم كما أمرت وال تـتبع أهواءهم وقل آمنت مبا أنـزل ا ربـنا وربكم لنا أعمالنا ولكم أعمالكم ال حج بـيـنكم ا جيمع بـيـنـنا وإليه المصري ة بـيـنـنا وبـيـنكم ا

Artinya :“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan (tetaplah dalam

agama dan lanjutkan berdakwah) sebagai mana diperintahkan kepadamu danjanganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan Katakanlah: "Aku beriman kepadasemua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya Berlaku adildiantara kamu. Allah-lah Tuhan Kami dan Tuhan kamu. bagi Kami amal-amalKami dan bagi kamu amal-amal kamu. tidak ada pertengkaran antara Kami dankamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".

Zakiah Daradjat juga mengatakan:Jadi Umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk hidup rukun

bersama umat agama lain. Dan dalam berdakwah pun orang Islam diberikan garisyang jelas yaitu tidak melakukan pemaksaan untuk menarik orang yang berlainanagama menjadi penganut agama Islam14

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah, apabila konsep pluralismeagama di atas hendak diterapkan di Indonesia maka ia harus bersyaratkan satu hal,yaitu komitmen yang kokoh terhadap agama masing-masing. Seorang pluralis,dalam berinteraksi dengan aneka ragam agama, tidak saja dituntut untuk

_____________14 Zakiah Daradjat, dkk, perbandingan...hal 143.

Page 70: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……68

membuka diri, belajar dan menghormati mitra dialognya. Tetapi yang terpentingia harus committed terhadap agama yang dianutnya. Hanya dengan sikap demikiankita dapat menghindari relativisme agama yang tidak sejalan dengan semangatBhinneka Tunggal Ika.

Tantangan yang dihadapi oleh umat beragama di Indonesia tidaklah kecil.Kalau sampai saat ini kita dapat berbangga atas prestasi yang telah dicapai dalammembina dan memupuk kerukunan antar umat beragama, namun tugas yangterbentang di hadapan kita masih jauh dari rampung. Adalah tanggung jawab kitabersama untuk membudayakan sikap keterbukaan, menerima perbedaan, danmenghormati kemajemukan agama, dibarengi loyalitas dan komitmen terhadapagama masing-masing.15

Pengertian pluralisme agama yang bersyarat inilah yang terekam dalamanjuran Allah dalam Al-Qur’an surah Saba’: 24-26, dan Al-Baqarah: 148.pluralisme sebagai ideologi dan gerakan politik juga pernah diteladankan olehNabi Muhammad SAW kepada Umar dan diteruskan kepada para Khalifahlainnya. Bukti-bukti empiris pluralisme Islam terjadi dalam kehidupan sosial,budaya dan politik di Andalusia, Spanyol, pada masa pemerintahan KhalifahUmawi. Pemerintahan tersebut secara konsisten menegakkan nilai-nilai pluralberdasarkan Al-Qur’an dan Hadist yang menciptakan iklim kemajemukan dalammasyarakat. Mereka menghargai eksistensi kebudayaan lain di luar Islam sepertiKristen dan Yahudi16.

Pada masa modern keberagaman semacam itu merupakan anutanmayoritas umat Islam di Indonesia. Salah satu organisasi sosial keagamaanterbesar di Indonesia, Nadhatul Ulama (NU) yang didirikan pada tahun 1926,sangat mengedepankan prinsip keberagaman yang mengedepankan nilai-nilai daripola tawassuth (moderat), i’tidal (proporsional), tasamuh (toleran), dan tawazum(keseimbangan).17 Melalui pola keberagaman yang disebut Ahli Sunnah walJama’ah (Aswaja) ini, NU menyatakan bahwa Indonesia dalam bentuk negarayang berdasarkan UUD 1945 merupakan bentuk final bagi umat IslamIndonesia.18 Penerimaan dan Pengakuan NU terhadap Negara Kesatuan RepublikIndonesia tersebut merupakan bentuk konkrit dari sikap moderasi keberagamanNU yang menggambarkan secara jelas tentang pluralisme yang dianutnya.

Terkait dengan itu, konsep persaudaraan dalam perspektif NU merupakanikatan universal yang meliputi persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyah),persaudaraan kebangsaan (ukhuwah Wathaniyyah), dan persaudaraankemanusiaan (ukhuwah Basyariyyah)19. Hal ini memperlihatkan secara nyatatentang komitmen NU untuk mengembangkan kehidupan yang penuh moderasidan toleransi dalam seluruh aspek kehidupan. NU diyakini oleh banyak kalangan

_____________15 Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, (Bandung:

Mizan, 2001), hal. 4016 M. Qurais Shihab, et.all, Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog “Bebas”

Konflik,(Bandung: Pustaka Hidayah, cet.I 1998), hal. 16517 Said Aqiel Siradj, “Ahlusunnah wal-jamaah di awal abad XXI” dalam Imam Baehaqi

(ed), kontroversi Aswaja: Aula Perdebatan dan Reinterprestasi, cet I (Jogjakarta :LKIS, 1999), hal139.

18Andre Frillard, “Nahdhatul Ulama dan Negara: Fleksibelitas, Legitimasi danPembaruan, cet.I (Jogjakarta :LKIS,1994) hal, 26

19 Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian Wacana Baru, cet.I, (Jogjakarta: LKIS-Pustaka Pelajar , 1994) hal. 146-147

Page 71: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 69

sebagai kelompok yang sangat menekankan pluralisme dan toleransi, yangmeletakkan pluralisme dan kemajemukan sebagai perbedaan alami yang harusdihormati dan tidak boleh dipertentangkan. Semua itu ditujukan dalam rangkapengembangan kehidupan yang penuh kedamaian, dan kesejahteraan.

Tanpa menafikan adanya perbedaan antara NU dan Muhammadiyah, polakeberagaman yang bernuansa pluralistik itu juga menjadi panutan dariMuhammadiyah. Sebagaimana dinyatakan Streenbrink yang dikutip Azra,kemunculan organisasi-organisasi modern Islam, khususnya Muhammadiyah,adalah dalam rangka memelihara hubungan baik dengan pihak-pihak non-Muslim, terutama Kristen.20 Dengan demikian, Muhammadiyah bersama NU sebagai duaorganisasi yang dianut mayoritas umat Islam Indonesia sampai batas-batastertentu mepresentasikan Islam Indonesia sebagai Islam yang berwajah ramah,toleran, dan pluralistik.

Dari gambaran-gambaran di atas dapat di pahami bahwa makna atau pesan“Piagam Madinah” sangat membawa pengaruh yang besar terhadap pluralisme diIndonesia seperti tercermin dalam hukum yang berlaku di Indonesia sesuai denganPancasila dan UUD 1945 adalah bahwa hubungan (agama dan negara) ini dalamperspektif Indonesia secara substansial didasari beberapa hal sebagai berikut:Pertama, negara berlandaskan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga dalampengelolaan negara, sudah selayaknya diatur dalam koridor norma yang tidakbertentangan dengan nilai ketuhanan (keagamaan). Kedua, negara menjaminsetiap warga negara untuk memilih dan beribadah menurut agama dankepercayaannya. Dengan demikian negara tidak berhak untuk membatasi, danapalagi melarang setiap warga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininyasejauh tidak berada dalam ruang publik dan memaksakan aturan agama tertentupada pemeluk agama lain. Ketiga, negara mempunyai kewajiban untuk melayanihajat keberagaman warganya secara adil tanpa diskriminasi.

Dengan demikian dalam kehidupan agama di Indonesia yang pluralistis,sebagaimana yang diungkapkan di atas, bahwa nilai yang tertinggi dipilih adalahkebebasan atau kemerdekaan, suatu nilai yang menyentuh keluhuran martabatmanusia.

KESIMPULANPluralisme adalah gagasan atau pandangan yang mengakui adanya hal-hal

yang sifatnya banyak dan berbeda-beda (heterogen) di suatu komunitasmasyarakat. Semangat pluralisme sebagai penghargaan atas perbedaan-perbedaandan heterogenitas merupakan moralitas yang harus dimiliki manusia. Terlebih-lebih di Indonesia, proses membumikan semangat pluralisme menjadi urgenmengingat fenomena sosio-historis, kultural, dan geografis masyarakat Indonesiasarat dengan heterogenesis yang ditandai dengan banyaknya pulau, perbedaanadat istiadat, agama, dan kebudayaan.

Terlebih-lebih di Indonesia yang secara sosio-historis masyarakatnyaheterogen, yang terdiri atas berbagai macam suku, adat istiadat, agama danbudaya, persamaan status, serta perlakuan secara konstitusional bagi semua wargatanpa memandang asal usul agama dan etnis harus tetap dijadikan perhatian utamaseluruh komponen bangsa._____________

20 Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Cet.I. (Jakarta,Penerbit Pramodina,1999) hal 40

Page 72: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……70

Melihat fakta historis itu, bahwa sistem nilai plural adalah sebuah aturanTuhan (sunnatullah) yang tidak mungkin berubah, diubah,, dilawan, dandiingkari. Barang siapa yang mencoba mengingkari hukum kemajemukan budaya,maka akan timbul fenomena pergolakan yang tidak berkesudahan. Bolehdikatakan bahwa memahami pluralitas agama dan budaya merupakan bagian darimemahami agama. Sebab, memahami agama pada dasarnya juga memahamikebudayaan masyarakat secara menyeluruh. Dan, jika agama dipahami secaraintegral dengan kondisi sosial kulturalnya, pada saat itu pula akan tampak dengansendirinya mana aspek budaya yang selaras dengan nilai agama dan mana yangtidak.

Islam mengakui bahwa “Piagam Madinah”, merupakan instrumen hukumpolitik yang membuat komunitas Islam dan non-Islam saat itu menuai kebebasandan kemerdekaan di bawah kepemimpinan Nabi Saw. Bahkan. Oleh, sebagianpakar ilmu politik, “Piagam Madinah” dianggap sebagai konstitusi atau undang-undang dasar pertama bagi ‘negeri Islam’ yang didirikan Nabi Saw di Madinnah.

Piagam Madinah sumber Islam itu hanya memberikan pedoman ajaranberupa seperangkat prinsip, dan tata nilai, etika bagi kehidupan bermasyarakat danbernegara. Prinsip-prinsip yang dimaksud sesuai dengan watak dasar Islam yangtranshistoris dan Eternal. Demikian juga Piagam Madinah yang dirumuskanRasulullah Saw bersama warganya. Piagam ini sama sekali tidak mencerminkansebuah sistem negara atau pemerintahan yang baku, melainkan jugamenggambarkan secara luas sehingga dapat dipahami sebagai modal dalammembangun intraksi social yang harmonis dalam pluralism Agama.

Jika Muhammaadiyah dan Nahdhatul Ulama dapat dijadikan representasiumat Islam Indonesia, maka Islam yang akan berkembang di Indonesia adalahIslam yang berwajah toleransi, ramah, santun, bahkan pluralis. Selainkeberagaman semacam itu memiliki akar-akar yang kuat dalam sejarah yangdilalui, komitmen dan upaya pengembangan keberagaman yang mencerahkan danhumanistis itu terus dilakukan kedua organisasi itu di berbagai tingkatannya,secara kultural maupun struktural.

Menyikapi hal itu, organisasi sosial-keagamaan semisal NU danMuhammadiyah yang sejatinya merupakan embrio civil society di Indonesia perlumenjadi event garde dalam pengembangan masyarakat semacam itu. Politikpraktis yang kini terus membayang-bayangi lembaga sosial-keagamaan tersebutperlu diarahkan menjadi pengembangan politik transformatif yang dapatmecerahkan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Pada saat yang sama,kedua pilar penyangga umat Islam Indonesia itu dituntut untuk lebih kreatif,intens, dan sistematis melakukan penguatan ekonomi dan pendidikan

Page 73: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 71

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yusuf Ali, Quran Terjemahan dan Tafsirnya, Juz I-XV, terj. Ali AudahJakarta: Pustaka Firdaus, 1993

Abdurrahman Wahid, Demokrasi, Keadilan, dan Keterwakilan, dalam ImamAnshori Shaleh, Islam, Negara, dan Demokrasi : Himpunan PercikanPerenungan Gus Dur Jakarta : Erlangga, 1999

Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama, Bandung:Mizan, 2001.

Andre Frillard, “Nahdhatul Ulama dan Negara: Fleksibelitas, Legitimasi danPembaruan, cet.I Jogjakarta :LKIS,1994.

A. Munir Mulkhan, Atas Nama Agama, Bandung : Pustaka Hidayah,1998

Azyumardi Azra, et. all, Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam : Bingkai gagasanyang Berserak, Cet. I, Bandung : Nuansa, 2005.

Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Cet.I.Jakarta, Penerbit Pramodina,1999.

Buddhy Munawar Rachman, Islam Pluralis Wacana Kesetaraan Kaum Beriman,Cet.I Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002.

Harold Coward, Pluralisme, Tantangan bagi Agama-agama, Yogyakarta :Kanisius, 1989.

Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidpan Nabi Besar Muhammad Saw, Jakarta :Yayasan al-Hamidy, 1992

J Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam MadinahDitinjau Dari Pandangan Al-Qur’an, Jakarta: LSIK, 1994.

M. Mansyur Amin (ed), Moralitas Pembangunan : Perspektif Agama-agama diIndonesia (Jakarta: Pustaka Pelajar, 1994).

M. Qurais Shihab, et.all, Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog“Bebas” Konflik, Bandung: Pustaka Hidayah, cet.I 1998.

Martin Van Bruinessen, NU, Tradisi, Relasi-relasi Kuasa, Pencarian WacanaBaru, cet. I, Jogjakarta: LKIS-Pustaka Pelajar , 1994.

Page 74: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Nurdinah Muhammad: Konsep Al-Qur'an sebagai Modal Membangun……72

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalamKehidupan Msyarakat , ( Bandung : Mizan, 1997).

Muhammad Legenhausen, Islam And ReligiOne Pluralisme, dalam Al-Tauhid,Vol. 14, No. 3, 1997.

Nasr, Seyyed Hossein, Ideals an Realities Of Islam Lahore : Suhail Academy, 1994..

Phillip K. HItti, Capital Cities of Arab Islam, Minuapolis: University ofMinuesofa, 1973.

Said Aqiel Siradj, “Ahlusunnah wal-jamaah di awal abad XXI” dalam ImamBaehaqi (ed), kontroversi Aswaja: Aula Perdebatan dan Reinterprestasi,cet I (Jogjakarta :LKIS, 1999.

Victor I. Tanja, Pluralisme Agama dan Problema Sosial: Diskursus TeologiTentang Isu-isu Kontemporer, (Jakarta : PT. Pustaka CINDESINDO,1998.

Zakiah Daradjat, dkk, Perbandingan Agama 2, Jakarta : Bumi Aksara, 1984.

Page 75: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 73

PANDANGAN IMAM ZARKASYITERHADAP MAJAZ DALAM AL-QURAN

( Kajian Analisis Terhadap Kitab al-Burhan fi `Ulum al-Quran)

SuhaimiFakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry

Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh

ABSTRAKMajaz merupakan penggunaan suatu lafaz untuk makna yang bukan

sebenarnya. Majaz menjadi salah satu gaya bahasa dalam mengungkapkan maknayang indah. Kajian tentang majaz ternyata bukan hanya dilakukan oleh merekayang mengkonsentrasikan diri ke dalam ilmu bahasa, melainkan juga oleh merekayang menekuni ilmu al-Quran dan ushul fiqh. Hal tersebut tidak mengherankan,karena semua itu saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.Artikel ini diupayakan dapat menyingkap pandangan salah seorang ulama al-Quran yaitu Imam Zarkasyi tentang majaz dalam al-Quran guna untukmenyingkap lebih mendalam tentang sisi-sisi keindahan bahasa Al-Quransekaligus sebagai bukti kemukjizatannya dari segi gaya bahasa yangdigunakannya. Kajian yang dilakukan terhadap kitab Al-Burhan yang menjadisalah satu karya monumental beliau ternyata menunjukkan banyak sekali ayat-ayat Al-Quran yang mengandung majaz dalam berbagai variasinya, baik yangtergolong majaz fi al-ifrad maupun majaz fi al-murakkab. Semua itu tentu sajadapat dijadikan salah satu pedoman dalam memahami atau menafsirkan kitab sucitersebut secara lebih sempurna. Dengan demikian, pemikiran yang menolakadanya majaz dalam Al-Quran secara jelas dapat terbantahkan.

Kata kunci: Al-Quran, Majaz, Al-Zarkasyi

PENDAHULUANAl-Quran merupakan Kitab suci ummat Islam yang penuh mu`jizat baik

dari sisi konten (isi) maupun dari sisi bahasa yang digunakannya. Kemu`jizatanal-Quran tersebut bersifat abadi, dan berbeda dengan mukjizat rasul-rasulsebelumnya. Hal itu bukan hanya diakui oleh ummat Islam melainkan juga diakuioleh sebagian ummat lain yang mau berfikir dan menggunakan akal sehatnya,1

pengakuan tersebut bukan pula atas dasar doktrin dan fanatisme melainkan atasdasar bahwa ia (al-Quran) telah terbukti dalam sejarah mengungguli semua kitabagama-agama yang pernah ada di muka bumi ini baik samawi apalagi yang ardhi.Di antara sisi kemu`jizatan al-Quran ditinjau dari segi bahasanya adalah terkait

_____________1 Sebagai salah satu contoh adalah John.L.Esposito dimana secara jelas dia mengakui

kehebatan al-Quran. Al-Quran, katanya adalah kitab suci muslim. Ia berisi wahyu yang diterimaoleh Nabi Muhammad dari Allah melalui malaikat Jibril....Pembacaan al-Quran dalam bahasaArab, katanya lebih lanjut, adalah suatu bentuk seni dan pembaca al-Quran sangat dihargai sepertibintang opera di Barat....Ada banyak contoh sepanjang sejarah dari mereka yang tertarik danpindah ke agama Islam setelah mendengar al-Quran dibacakan (John L.Esposito, Islam Aktual,Inisiasi Press, Depok, 2005, hal.8-10).

Page 76: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……74

dengan keindahan susunan atau uslubnya,2 dan salah satunya adalah mengenaimajaz.

Uslub atau gaya bahasa al-Quran - termasuk yang berupa majaz - tersebuttelah mengungguli gaya bahasa yang digunakan oleh orang-orang Arab pra-Islam,lalu dengan kedatangan al-Quran, maka orang Islam Arab bertambah memilikikekayaan atau khazanah kebahasaan yang luar biasa,3 dan bahkan al-Quran sendirimenantang para pakar bahasa kaum kafir untuk mendatangkan semisal satu suratsaja yang semisalnya (al-Baqarah: 23), namun al-Quran juga telah dengan lantangmenjamin bahwa hal itu adalah sesuatu yang tidak mungkin mampu merekalakukan. (al-Baqarah:24).

Tantangan al-Quran untuk mendatangkan yang semisalnya tersebutmembuktikan bahwa al-Quran telah dijamin oleh Allah swt sebagai kitab suciyang paling sempurna untuk dijadikan pedoman hidup orang-orang yang inginkeselamatan dan kebahagiaan yang hakiki dan abadi, dan isyarat itu tidak bisaditangkap kecuali oleh orang-orang yang mau berfikir. Karena itu, banyak ulamayang telah menggunakan daya pikir mereka untuk berupaya menjelaskan berbagaiuslub dan kandungan serta rahasia-rahasia kitab suci tersebut dari berbagai sisisesuai kepakaran mereka masing-masing, di antara mereka adalah Imam Zarkasyi,dimana beliau terlihat lebih banyak memfokuskan kajiannya terkait dengan temailmu-ilmu al-Quran termasuk gaya baahasanya, seperti tasybih, majaz, kinayah,istifham dan lain-lain.

Sebetulnya kajian tentang majaz dalam al-Quran jauh sebelum ImamZarkasyi sudah dilakukan oleh ulama-ulama lain, bahkan menurut Yaqut dalamkitabnya Mu`jam al-Udaba, sebagai yang dinukilkan oleh Abdullah AliMuhammad Husain, bahwa orang yang pertama sekali menulis tentang majazadalah Abu Ubaidah pada tahun 188 H.4 Demikian pula katanya pandangan IbnuTaimiyah yang menyebutkan bahwa Abu Ubaidah dikenal sebagai orang yangpertama membicarakan tentang majaz melalui kitabnya5 (yaitu majaz al-Quran).

RIWAYAT HIDUP SINGKAT IMAM ZARKASYINama lengkapnya adalah Muhammad bin Bahadir bin Abdullah al-

Zarkasyi al-Mishri, yang digelar dengan Badruddin Abu Abdillah. Dia dilahirkandi Cairo pada tahun 745 H. Dia pernah pergi ke Aleppo untuk menuntut ilmukepada Syeikh Syihabuddin al-Azra`i dan juga pernah menuntut ilmu hadiskepada ulama di kota Damaskus._____________

2 Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani telah menguraikan kemukjizatan al-Quran yang padagaris besarnya tidak terlepas dari tiga aspek, yaitu: Pertama adalah aspek pemberitaan mengenaihal-hal ghaib; Kedua adalah sisi keummian Nabi saw dan dalam hubungannya dengan beritatentang sejarah Nabi-Nabi terdahulu dimana Nabi saw tidak mungkin mengetahuinya kalau bukanmelalui wahyu. Ketiga adalah sisi keindahan susunan al-Quran itu sendiri yang penuhmenakjubkan dalam hal kebalaghahannya. Lihat: I`jaz al-Quran, hal. 12-13. Khusus terkaitdengan kemu`jizatan al-Quran dalam hal kebalaghahannya, al-Baqillani lebih lanjut dalam kitabtersebut menyebutkan tidak kurang dari sepuluh macam, yaitu: ijaz, tasybih, isti`arah, tala-um,fawashil, tajanus, tashrif, tadhmin, mubalaghah dan terakhir husnu al-bayan. (lihat hal. 78).

3 Lihat: Manna` Qaththan, Mabahis fi `Ulum al-Quran, Dar al-Rasyid, tt., hal. 265.4 Abdullah Ali Muhammad Husain, Al-Bahtsu al-Balaghi Wa Marahil Tathawwurihi, al-

Amanah, Mesir, 1992, hal. 44.5 Ibid, hal. 45. Kiranya perlu ditambahkan bahwa majaz menurut Abu Ubaidah masih

dipahami sebagai sekumpulan makna-makna dan lafaz-lafaz yang menjadi istilah dalam balaghah,termasuk seperti istilah taqdim dan takkhir beliau masukkan juga sebagai bagian dari majaz.

Page 77: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 75

Guru-gurunya antara lain adalah Sirajuddin al-Bulqini, Jamaluddin al-Isnawi, Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Abu al-Fida` Ibnu Katsir dan Syihabuddin al-Azra`i. 6

Beliau merupakan salah seorang ulama fikih mazhab Syafi`i abad ke 8yang melalui karya-karya yang dihasilkannya, dia menjadi salah seorang ulamaMesir dan cendikiawan muslim yang terkenal hingga sekarang. Imam Al-Zarkasyitelah mengarang berbagai kitab yang tidak kurang dari 32 kitab dan telah menjadirujukan yang sangat berharga bagi para pencinta ilmu, di antara karyanya adalahal-Bahru al-Muhith dan Salasil al-Dzahab di bidang ushul fiqh ; al-Burhan fiUlum al-Quran dan Tafsir al-Quran dalam bidang ilmu al-Quran dan Tafsir,Syarh al-Arba`in al-Nawawiyah dan Syarh al-Bukhari dalam bidang hadis danlain-lain.

Adapun murid-murid beliau yang terpengaruh dengan pola pikir beliauantara lain adalah Syamsuddin al-Barmadi (w.830) dan Najmuddin bin Haji al-Dimasyqi (w.831). Imam al-Zarkasyi wafat pada usia 49 tahun tepatnya padatahun 794 H.

Melalui karya-karyanya, Zarkasyi menjadi terkenal sehingga tidakmengherankan bila ada ulama yang memujinya, seperti Imam Jalaluddin al-Suyuthi setelah membaca kitab Al-Burhan fi `Ulum al-Quran berkata: Tatkalasaya mengetahui kitab ini, saya bertambah gembira dan saya banyak memujiAllah, lalu tekat untuk merealisasikan apa yang terbetik dihatiku menjadi kuat,kemudian saya karanglah sebuah kitab dengan menyusun urutannya yang lebihsesuai dari sistimatika kitab al-Burhan dan menambah dimana perlu, lalu sayaberi nama dengan “Al-Itqan fi `Ulum al-Quran”. 7 Ini artinya Imam Suyuthisedikit banyaknya terlihat telah terpengaruh dan terinspirasi dari pemikiranZarkasyi, walau tidak secara langsung beliau mengatakan demikian.

SEKILAS TENTANG MAJAZ DALAM ILMU BALAGHAH.Sebelum menguraikan pandangan Imam Zarkasyi tentang majaz dalam al-

Quran, kiranya perlu diuraikan terlebih dahulu secara umum mengenai konsepmajaz dalam ilmu balaghah, karena majaz merupakan sebuah istilah yang tidakbisa dipisahkan dari ilmu balaghah itu sendiri.

Ilmu Balaghah merupakan salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang objekkajiannya terkait dengan cara menyampaikan makna yang indah melalui ungkapanyang jelas dan benar, sehingga penyampaian makna tersebut berpengaruh kedalam jiwa mukhathab atau audien (baik pembaca maupun pendengar), sertamemiliki relevansi dengan situasi dan kondisi dimana ungkapan itu disampaikan.8

Salah satu topik bahasan dalam ilmu balaghah adalah mengenai majaz.Majaz merupakan lawan dari hakikat. Bila hakikat dipahami sebagai

penggunaan suatu lafaz dengan makna yang sebenarnya, maka majaz adalahkebalikan dari itu; yaitu menggunakan suatu lafaz untuk bukan makna yang

_____________6 Penulis tidak banyak mendapatkan riwayat hidup beliau, sehingga terpaksa hanya

menukilkan dari apa yang tertera di awal kitab Al-Burhan fi Ulum al-Quran sendiri yang ditahqiqoleh Abu al-Fadhal al-Dimyathi, cetakan Dar al-Hadis, Cairo.

7 Jalaluddin al-Suyuthi, Al-Itqan fi `Ulum al-Quran, 1, Maktabah Taufiqiyah, Cairo, hal.29

8 Ali Jarim dan Mushthafa Amin, Al-Balaghah al-Wadhihah, Dar al-Ma`arif, Mesir, tt.,hal. 8.

Page 78: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……76

sebenarnya, karena adanya qarinah atau alasan yang menghalangi penggunaanmakna yang sebenarnya itu,9 namun antara makna sebenarnya dan makna yangbukan sebenarnya itu terdapat `alaqah (hubungan) baik berupa persamaanmaupun lainnya, salah satu contoh adalah penggunaan lafaz asad (singa) dalamkalimat berikut:

رأيـت أسـدا خيـطـب على املنـبـر

Artinya : Saya melihat singa sedang berpidato di atas mimbar.

Kata-kata asad atau singa dalam kalimat di atas bukanlah berarti singasebenarnya, melainkan adalah orang yang diserupakan dengan singa, karenaantara keduanya memiliki hubungan persamaan yakni sama-sama memiliki sifatberani. Kalimat itu bila dirubah menjadi kalimat yang tidak mengandung majaz,maka dapat diungkapkan dengan redaksi berikut:

نربرأيـت الرجل مثل األسـد يف الشجاعـة خيطب على املArtinya: Saya melihat orang yang menyerupai singa dalam hal keberaniannya

sedang berpidato di atas mimbar.Jadi, penggunaan kata-kata asad dengan makna orang berani merupakan

gaya bahasa yang berupa majaz, dan gaya bahasa semacam ini dalam ilmubalaghah ada beberapa bentuk, sehingga oleh sebagian ahli balaghah seperti Al-Qizwaini telah membagi majaz itu kepada dua macam, yaitu majaz mursal danisti`arah.10 Sedangkan sebagian yang lain membaginya menjadi 4 macam yaitumajaz mufrad mursal, majaz mufrad bi al-isti`arah, majaz murakkab mursal,majaz murakkab bi al-isti`arah. Semuanya tergolong majaz lughawi, selain itu adalagi majaz yang disebut dengan majaz `aqli. 11 Sementara Ali Jarim dan MustafaAmin secara singkat membaginya menjadi majaz lughawi dan majaz `aqli. Majazlughawi dapat dibedakan lagi antara isti`arah dan majaz mursal.12 Demikian pulaAbdul Qadir Husein yang membagi majaz menjadi dua macam yaitu majaz fi al-ifrad atau al-kalimah dan majaz fi al-tarkib atau al-isnad. Majaz fi al-ifrad disebutjuga dengan majaz lughawi, sedangkan majaz fi al-isnad disebut juga denganmajaz `aqli.13

Majaz yang terkatagori isti`arah adalah majaz yang hubungan antaramakna sebenarnya dengan makna lain (yang bukan sebenarnya) merupakanhubungan persamaan (`alaqah musyabahah), sehingga majaz jenis ini dapat puladikatakan sangat dekat dengan tasybih, hanya saja ia berbeda dengan tasybih darisisi bahwa dalam isti`arah tidak lagi disebutkan kedua-dua rukun tasybih yangpokok (yaitu musyabbah dan musyabbah bih-nya), melainkan yang disebut hanyasalah satunya saja, bisa hanya musyabbah atau hanya musyabbah bihnya.

_____________9 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia,

1960, hal. 290-291.10 Al-Khathib al-Qizwaini, Al-Idhah fi `Ulum al-Balaghah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah,

Bairut, tt., hal. 276.11 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, hal. 291.12 Ali Jarim dan Mushthafa Amin, Al-Balaghah al-Wadhihah, hal. 69-11713 Abdul Qadir Husein, Al-Quran wa al-Shurah al-Bayaniyah, Dar al-Nahdhah, Mesir, tt.,

hal. 121.

Page 79: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 77

Sedangkan majaz mursal merupakan majaz yang hubungan antara maknasebenarnya dan makna lainnya bukanlah hubungan persamaan, melainkanhubungan selain itu, seperti hubungan antara sebab dan akibat, atau juz-i dan kulli,tempat dan yang menempati, dan lain sebagainya.14 Sebagai contoh dapatdipahami dari ucapan Mutanabbi berikut:

د علي سابغة أعـد منها وال أعـددهـا له أArtinya: Dia memiliki tangan yang banyak atas diriku, jika aku menghitungnya

niscaya aku tidak mampu untuk menghitungnya.Lafaz ayadin dalam ungkapan di atas dimaksudkan bukanlah tangan

sebenarnya, tetapi yang dimaksudkan adalah pemberian, sedangkan antara tangandan pemberian jelas mempunyai hubungan yang sangat erat, yakni hubungansebab dan akibat. Karena itu, alaqah dalam majaz yang tersebut dalam ucapanMutanabbi itu disebut sababiyah, karena lafaz yang menjadi majaz adalah lafazyang merupakan sebab bagi adanya akibat yaitu pemberian.

Contoh lain dari majaz mursal dan `alaqahnya kulli adalah :

شربت ماء البحرArtinya: Saya minum air laut.

Ungkapan ma-a al-bahri atau air laut tidaklah dimaksudkan keseluruhan,melainkan yang dimaksudkan hanyalah sebagiannya, karena tidak mungkinmeminum keseluruhannya. Demikian pula ungkapan firman Allah berikut inimerupakan majaz mursal yang `alaqahnya bukan musyabahah, melainkanmahalliyah:

واسـئـل الـقـرية اليت كنا فيها Artinya: Tanyailah kepada negeri yang pernah kita diami. (QS.Yusuf: 82)

Kata-kata al-qaryah yang berarti sebenarnya adalah kampung atau negeritentulah tidak mungkin bisa ditanyai, karenanya kata-kata itu dalam ayat tersebutharuslah dipahami sebagai makna lain atau majaz yaitu penduduk kampung (ahlual-qaryah), sebab merekalah yang bisa ditanyai.

Selain majaz bi al-isti`arah dan majaz mursal, dikenal pula adanya majaz`aqli yaitu menyandarkan fi`il atau yang mengandung makna fi`il kepada sesuatubukan seharusnya, karena adanya `alaqah dan qarinah yang menghalangi isnad(penyandaran) itu sebagai penyandaran yang sebenarnya.15 Adapun `alaqah dalammajaz `aqli itu ada beberapa macam, dan yang paling terkenal adalah berupa isnadkepada waktu, isnad kepada tempat, isnad kepada sebab, isnad kepada mashdar,isnad bina fa`il untuk maf`ul dan isnad bina maf`ul untuk fa`il.16

PANDANGAN AL-ZARKASYI TENTANG MAJAZ DALAM AL-QURAN.Sebagai telah disinggung di atas bahwa salah satu karya penting imam

Zarkasyi adalah kitabnya al-Burhan fi Ulum al-Quran. Dari judul kitab itu, sudahtergambar bagi pembacanya bahwa ia berisi sejumlah ilmu yang terkait denganupaya memahami kitab suci ummat Islam itu, dan hal tersebut terbukti benaradanya karena ketika dibaca maka di dalamnya kita menemukan berbagai ilmu

_____________14 Lihat: Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, hal. 291.15 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, hal. 296.16 Ibid. Lihat juga: Ali Jarim dan Mustafa Amin, Al-Balaghah al-Wadhihah, hal. 117.

Page 80: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……78

seperti ilmu tentang sebab turun al-Quran, tentang munasabah antara ayat-ayat,fashilah-fashilahnya, mutasyabih, mubham, hakikat dan majaz, `Am dan khash,makkiyah dan madaniyah serta lain-lainnya.

Dengan demikian, terlihat bahwa dari kesekian bahasan kitab tersebut kitamenemukan begitu banyak penjelasan yang terkait dengan gaya bahasa yangdigunakan al-Quran, dan salah satunya adalah tentang majaz.

Khusus terkait dengan majaz, imam Zarkasyi telah menguraikannya secaragamblang dan panjang lebar dalam bagian ke empat puluh tiga dari kitab al-Burhan tersebut. Beliau menolak pendapat sejumlah ulama yang mengingkariadanya majaz dalam al-Quran dengan mengatakan: Seandainya al-Quran itu harusdikosongkan dari majaz, maka al-Quran itu harus dilepaskan pula dari taukit danhazf , kalau majaz dihilangkan dari al-Quran, maka akan hilanglah sebagiankeindahannya.17

Karena itu, imam Zarkasyi tetap pada pendiriannya bahwa dalam al-Quranterdapat banyak majaz, sehingga keindahan al-Quran itu tidak berkurangsedikitpun.

Dalam menguraikan pendapatnya tentang majaz, Zarkasyi membaginyamenjadi dua macam, karena memiliki dua sebab; Pertama yaitu al-Syibhu yangdinamai juga dengan majaz lughawi yang juga menjadi perbincangan di kalanganahli ushul.18 Kedua adalah al-Mulabasah (kesesuaian) yang menjadi perbincangandi kalangan ahli bahasa, dan majaz dengan sebab yang kedua ini disebut jugadengan istilah majaz aqli. Selanjutnya majaz jenis pertama disebut juga denganmajaz fi al-ifrad, sedangkan majaz jenis kedua disebut juga dengan majaz fi al-murakkab19 atau majaz isnad. Perbedaan antara majaz ifrad dan majaz murakkabyang paling menonjol adalah majaz ifrad terdapat atau berlaku pada kata-kata,sedangkan majaz murakkab atau majaz isnad terdapat atau berlaku pada kalam(kalimat).20

Imam Zarkasyi menyebutkan banyak ayat al-Quran sebagai contoh yangmengandung majaz dalam berbagai bentuknya, dan dari sekian bentuk majaz yangdiungkapkan ternyata majaz yang terkatagori majaz ifrad yang sangat banyak,sampai-sampai beliau menyatakan bahwa bentuk majaz ifrad dalam al-Quranbanyak sekali bahkan tidak terhitung banyaknya. Beliau telahmengklasifikasikannya berdasarkan `alaqahnya tidak kurang dari 26 variasi, danmasing-masing variasi itu beliau kemukakan contohnya Untuk lebih jelasnya,berikut ini dikemukakan sebagian variasi majaz ifrad yang dimaksudkan beliauberikut dengan contoh yang beliau berikan:1. Menempatkan akibat di tempat sebab; sebagai contoh dalam surat al-A`raf ayat

26 disebutkan :

قـد أنـزلـنا عـلـيـكم لـباسا

_____________17 Al-Zarkasyi, Al-Burhan Fi Ulum al-Quran, hal, 474-475.18 Pembahasan tentang majaz oleh ahli ushul dapat dicermati antara lain dalam kitab Al-

Mustashfa karya Imam Abu Hamid al-Ghazali Juz 1 halaman 277 dan 278. Selain itu, bahasanyang lebih panjang lagi terdapat dalam kitab Ushul al-Sarakhsi karya Abu Bakar Muhammad binAhmad al-Sarakhsi, Juz 1 halaman 170 sampai 187.

19 Al-Burhan, hal. 475.20 Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, hal. 291.

Page 81: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 79

Sesungguhnya yang diturunkan adalah sebabnya yaitu air. Dikatakan demikian,karena yang diturunkan bukanlah pakaian yang sebenarnya, melainkan air yangmenjadi sebab adanya pakaian. Betapa tidak, karena air menjadi sebab adanyakehidupan manusia dan tumbuh-tumbuhan, lalu dari itu manusia bisa membuatpakaian sehingga bisa menutup auratnya. Dengan demikian penyebutan lafaz“libas” dalam ayat tersebut merupakan majaz.

2. Menempatkan sebab di tempat akibat; sebagai contoh adalah ayat 282 surat Al-Baqarah:

أن تضل إحـداهـما فـتـذكر إحـداهـما األخرىDijadikan dua orang wanita untuk mengingatkan apabila terjadi kesalahan ataulupa, bukan karena kesalahan pasti akan terjadi. Dengan demikian kesalahanmerupakan sebab untuk mengingatkan, lalu ditempatkanlah sebab (yaitukesalahan) ditempat akibat (yaitu mengingatkan).

3. Menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian; sebagai contoh ayat 19surat al-Baqarah:

م من الصواعـق جيعلون أصابعهم يف آذاDisebutkan semua jari, tapi dimaksudkan sebagiannya saja. Dikatakandemikian, karena tidak mungkin semua jari bisa dimasukkan ke dalam telinga.

4. Menyebutkan sebagian tapi dimaksudkan keseluruhan, seperti dalam ayat 283surat al-Baqarah:

فـإنـه آثـم قـلـبـهDalam ayat hanya disebutkan sebagian anggota tubuh yaitu hati, padahaldimaksudkan bukan hanya hati yang berdosa, melainkan seluruh tubuh turutberdosa, penyebutan hati hanyalah karena ia menjadi sentral (tempat) bagikeyakinan tentang dosa dan kebaikan.

5. Menyebutkan malzum atas yang lazim. Sebagai contoh dalam surat al-An`amayat 39 disebutkan:

صم و بكم يف الظـلـمـات

Asalnya adalah: عـمـي yaitu buta sesuai dengan firman-Nya di ayat lain yaitu

di surat al-Baqarah ayat 18: -tetapi diungkapkan dengan kata ,صم بكم عـمي

kata dzulumat, karena lafaz tersebut merupakan lawazim dari al-`umyu .

6. Menyebutkan lazim atas malzum. Contohnya surat al-Shaffat ayat 143:

فـلوال أنـه من املسبحـيـنAdapun yang dimaksud dengan al-musabbihin di sini adalah al-mushallin(yaitu orang-orang yang shalat).

Page 82: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……80

7. Menyebutkan muthlaq atas muqayyad, contoh surat al-A`raf ayat 77:

فـعـقـروا الـنـاقـة 8. Menyebutkan muqayyad atas muthlaq, contohnya dalam surat Ali Imran ayat

64 :

تـعـالـوا إىل كلمـة سـواء بيننـا وبينكـمYang dimaksudkan dengan lafaz kalimah di sini adalah al-syahadah (kalimahsyahadah), dan ia terdiri dari beberapa kata atau kalimah.

9. Menyebutkan khash, dimaksudkan adalah `Am. Contohnya dalam ayat 1 suratal-Ahzab:

أيهـا النيب اتـق هللا وال تـطـع الكافرينKhithab dalam ayat tersebut disebutkan khusus untuk Nabi, tetapi yangdimaksudkan adalah `am yaitu untuk manusia semuanya.

10. Menyebutkan `Am dan dimaksudkan adalah Khash (khusus), seperti dalamayat 5 surat al-Syura:

ويستغفرون ملن يف األرضOrang yang ada di bumi merupakan `am, sedangkan yang dimaksudkan didalam ayat tersebut hanyalah khusus untuk orang-orang mukmin. ImamZarkasyi berdalil dengan firman Allah swt dalam surat Ghafir ayat 7 yangmenyatakan secara jelas tentang keampunan yang mintakan itu adalah untukorang yang beriman.

11. Menyebutkan lafaz jamak (untuk banyak), tapi dimaksudkan untuk dua orang,seperti surat al-Tahrim ayat 4 :

فـقـد صـغـت قـلـوبـكـمـاLafaz qulub dalam ayat tersebut tidak dimaksudkan dengan makna banyakhati melainkan hanya dua hati, karena masing-masing orang hanya ada satuhati.

12. Ada yang mahzuf atau tidak disebutkan dalam kalimat, tetapi yang tidakdisebut itulah yang dimaksudkan, seperti dalam surat Yusuf ayat 82:

وسـئـل الـقـريـةDalam ayat itu tidak disebut lafaz “ahlu” yang berarti penduduk, tetapi yangdimaksudkan adalah penduduk negeri, karena negeri (kampung) tidakmungkin ditanyai.

13. Ada penambahan kata (ziyadah), seperti dalam surat al-Syura ayat 11:

ليس كمثلـه شيئ

Page 83: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 81

Dalam ayat tersebut lafaz “kaf” dan lafaz “mitsl” bermakna sama, karena itudipandang yang satunya hanya ziyadah atau tambahan saja. Hanya saja ulamaberbeda pendapat dalam menetapkan lafaz mana yang menjadi ziyadah dalamcontoh di atas. Satu pendapat menyebutkan yang menjadi ziyadah adalahlafaz “mitsl”, sehingga ayat tersebut bermakna: laisa ka huwa syaiun.Sedangkan pendapat lain menetapkan lafaz “kaf” yang menjadi ziyadah,sehingga ayat tersebut bermakna: laisa mitsluhu syaiun.21

14. Menyebutkan sesuatu dengan apa yang kembali kepadanya, seperti dalamsurat Nuh ayat 27 yang berbunyi:

وال يـلـدوا إال فـاجـرا كـفـاراAyat tersebut mengungkapkan kecemasan Nabi Nuh terhadap kaumnya,seandainya mereka dibiarkan dalam kesesatan, lalu menyatakan bahwamereka akan melahirkan orang-orang yang akan menjadi maksiat dan kafir.Lafaz “fajir” dan “kafir” sebenarnya bermakna orang yang sudah jelasmenjadi kafir, tetapi anak yang baru lahir tentu tidak bisa dikatakan sudahkafir, karena sesuai hadis Nabi saw dan ayat 30 surat al-Rum bahwa semuaanak manusia yang dilahirkan adalah fitrah atau suci dan membawa agamatauhid. Akan tetapi dalam ayat itu diungkapkan dengan lafaz “fajir” dan“kafir” secara majaz karena anak yang dilahirkan oleh kaum Nabi Nuh yangdurhaka dan kafir itu sangat berpotensi untuk kembali menjadi kafir sepertiorang tuanya, seandainya para orang tuanya yang maksiat dan kafir itu masihdibiarkan Tuhan hidup di bumi ini.

15. Menyebutkan sesuatu dengan apa yang telah terjadi, seperti dalam surat al-Nisak ayat 2 yang memandang orang yang sudah baligh sepertinya masihyatim:

وآتـوا الـيـتـامى أمـوالـهمPenyebutan lafaz “yatama” dalam ayat tersebut bukanlah dimaksudkan anakyatim sesungguhnya dan yang belum baligh, karena kalau masih yatim yangbelum dewasa tidak mungkin kepadanya diserahkan hartanya untuk diakelola, melainkan yang dimaksud dalam ayat adalah orang yang dulunyayatim tetapi saat dia sudah dewasa barulah hartanya diberikan kepadanya.Jadi penyebutan “yatama” di ayat tersebut dipandang majaz.

16. Menyebutkan tempat sedangkan yang dimaksud adalah yang menempati,seperti dalam surat Yusuf ayat 82:

ـقـريـةوسـئـل ال17. Menyebutkan keadaan tetapi dimaksudkan adalah tempat, seperti dalam surat

Ali Imran ayat 107:

وأما الـذين ابيضت وجوههم ففي رمحة هللا هم فيها خالدون

_____________21 Al-Burhan, hal. 485-486.

Page 84: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……82

Lafaz “ fi rahmatillah” dimaksudkan adalah di dalam syurga, karena syurgamerupakan tempat rahmat.

18. Menyebutkan alat dari sesuatu yang dimaksud, seperti dalam surat Ibrahimayat 4:

وما أرسلنـا من رسول إال بـلسان قـومـهLafaz “lisan” di ayat tersebut bermakna lughah atau bahasa, karena lisanmerupakan alat mengungkapkan bahasa.

19. Menyebutkan dua hal yang berlawanan, atau sebaliknya, sebagai contohfirman Allah Ta`ala dalam surat al-Syura ayat 40:

وجـزاء سـيـئـة سـيـئـة مـثـلـهـاLafaz “sayyiah” bermakna keburukan, dan keburukan tersebut berasal darimanusia, bukan dari Allah swt., karena dari Allah swt tidak ada keburukan,yang ada hanyalah kebaikan. Hanya saja digunakan lafaz yang sama, walaumakna yang diinginkan adalah berbeda atau berlawanan. Adapun contoh yangsebaliknya adalah seperti dalam surat al-Rahman ayat 60:

إلحـسـان إال اإلحـسـان هـل جـزاء اLafaz “ihsan” dalam ayat tersebut yang pertama bermakna ketaatan,sedangkan lafaz “ihsan” yang kedua bermakna pahala, dengan demikian,menurut Zarkasyi, seolah-olah Allah swt berfirman: Tiadalah balasanketaatan melainkan dengan pahala.22

20. Menyebutkan dorongan kepada sesuatu dengan lafaz penolakan, sepertidalam ayat 12 surat al-A`raf:

مـا مـنـعـك أال تـسـجــدAyat tersebut bermakna: apa yang mendorongmu sehingga kamu tidak mau

bersujud?

21. Menyebutkan suatu shighah (bentuk kata) pada tempat lain, bentuk inibermacam-macam, seperti menempatkan isim fa`il untuk makna isim maf`ul,contohnya dalam surat Hud ayat 43 dimana lafaz “ la `ashim al-yauma“ harusdipahami dengan makna “ la ma`shum al-yauma“. Demikian pula lafaz“radhiyah” dalam ayat 21 surat al-Haqqah dimaksudkan untuk makna“mardhiyah”. Selain itu ada juga seperti menyebutkan bentuk khabar23sedangkan yang dimaksudkan adalah amar atau nahi, contoh yangdimaksudkan berupa amar seperti dalam surat al-Baqarah ayat 233:

_____________22 Al-Burhan, hal. 491 .23 Khabar dalam kajian ilmu balaghah adalah kalimat berita atau kalam yang

mengandung kemungkinan benar atau dusta, berbeda dengan insyak yaitu kebalikan dari khabar,karena kalam insyak adalah kalam yang tidak mengandung benar atau dusta. Kalam insyak adayang berupa Amar, Nahi, Nidak, Istifham, ta`ajjub dan lain-lain.

Page 85: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 83

والـوالـدات يـرضـعـن أوالدهـنLafaz “yurdhi`na” adalah shighat mudhari` yang dalam ayat tersebutterkatagori khabar, tetapi yang diinginkan adalah bermakna amar yaitu:hendaklah mereka (para ibu-ibu) itu menyusukan anak-anak mereka.Sedangkan contoh khabar, tetapi yang diinginkan adalah insyak berupa nahiantara lain ayat 83 surat al-Baqarah:

ال تـعـبـدون إال هللاLafaz “ta`buduna” dalam ayat tersebut diungkapkan dengan shigat mudhari`yang diiringi oleh huruf nafi, sehingga kalamnya berupa khabar, tetapi yangdiinginkan dalam ayat tersebut, menurut Zarkasyi, adalah makna insyakberupa nahi yaitu: “Jangan kamu menyembah selain Allah” .24

Selain menguraikan majaz ifrad dalam berbagai variasi `alaqahnyaseperti tersebut di atas, Imam Zarkasyi juga menguraikan contoh-contoh ayat Al-Quran yang mengandung majaz murakkab, sebagai contoh dapat dilihat ayat 2surat al-Anfal:

آيـاتـه زادتـهـم إيـمـانـاوإذا تـلـيـت عـلـيـهـمDalam ayat di atas penambahan iman itu disandarkan atau

dihubungkan kepada ayat-ayat, padahal yang menambahnya itu sesungguhnyaadalah Allah swt, bukan ayat-ayat, hanya saja ayat-ayat itu menjadi sebabnya.Dengan demikian isnad atau penyandaran fi`il (kata kerja) dalam ayat itu bukankepada fa`il yang sebenarnya, sehingga isnad yang demikian dikenal dengan isnadmajazi.

Contoh lain adalah ayat 4 surat al-Qashash:

يـذبح أبـنـآءهـم Dalam ayat itu pelaku pembunuhan atau penyembelihan itu

disandarkan kepada Fir`un, padahal pembunuh yang sebenarnya bukanlah Fir`unitu sendiri, melainkan orang-orang suruhannya, namun karena yangmemerintahkan membunuh itu adalah Fir`un, maka fi`il itu disandarkanlahkepadanya sebagai isnad majazi.

Dari uraian di atas terlihat ada sesuatu yang menarik dimana ImamZarkasyi dalam menjelaskan majaz ifrad ternyata tidak menyinggung-nyinggungistilah isti`arah, kalau dilihat sepintas sepertinya isti`arah bukan bagian darimajaz. Akan tetapi pandangan beliau sesungguhnya terlihat bukanlah demikian,karena menurut beliau isti`arah tetap merupakan bagian dari majaz,25 hanya sajamasalah isti`arah beliau bahas tersendiri dan menjadi bagian dari tema yang

_____________24 Al-Burhan, hal. 495.25 Al-Burhan, hal. 893.

Page 86: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……84

terkait dengan uslub al-Quran dan funun balaghahnya.yaitu tema yang ke 46 darikitab al-Burhan.

Menurut Zarkasyi bahwa substansi isti`arah itu adalah meminjamkata-kata dari sesuatu yang sudah dikenal untuk digunakan pada sesuatu yangbelum dikenal, hikmahnya adalah menyatakan sesuatu yang tersembunyi ataukurang jelas. Sebagai contoh menyatakan sesuatu yang tersembunyi adalah suratal-Zukhruf ayat 4 yang berbunyi:

وإنـه يف أم الـكـتـابDalam ayat itu lafaz “ ummu” dipinjam untuk makna “ashl” , karena

anak-anak lahir dari ibu, sebagaimana furu` (cabang) lahir dari ushul (pokok). 26

Zarkasyi lebih lanjut mengungkapkan bahwa isti`arah tersebut adabeberapa macam, antara lain ada yang disebutnya sebagai isti`arah murasysyahah,tajridiyah dan isti`arah bi al-kinayah.27 Pembagian isti`arah seperti tersebut tidakjauh berbeda dengan pandangan ahli Balaghah umumnya. Isti`arah murasysyahahadalah isti`arah yang bertumpu dengan memandang pada sisi musta`ar minhu 28 ,seperti dalam ayat 16 surat Al-Baqarah:

هلـدى فـمـا رحبـت جتـارتـهـم أولـئـك الـذين اشـتـروا الضـاللـة Musta`ar minhunya adalah “syara” atau membeli, lalu didatangkan

atau disebutkan bersamanya sesuatu yang menjadi mulaimnya yaitu “al-ribhu” dan“al-tijarah”, sehingga ia dikenal dengan murasysyahah.

Sedangkan isti`arah tajridiyah adalah isti`arah yang lebih melihatkepada musta`ar lahnya, kemudian didatangkan apa yang sesuai dengannya,seperti dalam surat al-Nahlu ayat 112 yaitu:

فـأذاقـهـا هللا لـبـاس الـجـوع واخلـوفMusta`arnya adalah “libas” , dan musta`arlahnya adalah “al-ju`” , di

sini yang menjadi perhatian adalah musta`arlah yang berupa makna yaitu al-ju`,karena lapar itu (sakitnya) dirasakan bukan dipakai.

Adapun isti`arah bi al-kinayah yaitu isti`arah yang tidak secara sharih(jelas atau tegas) menyebutkan musta`arnya, tetapi (dalam kalimat itu) disebutkan

_____________26 Al-Burhan, hal. 892.27 Al-Burhan, hal. 895-896.28 Mengingat isti`arah adalah majaz yang `alaqahnya musyabahah, karena asalnya adalah

tasybih, maka perlu diingat bahwa Ketika berbicara tentang isti`arah, berarti di situ terdapat tigarukun, yaitu musta`ar minhu yang merupakan juga musyabbah bih, kedua adanya musta`ar lahyang dikenal sebagai musyabbah dan yang ketiganya adalah musta`ar yaitu lafaz manqul atauyang dinukilkan. ( lihat: Al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, hal. 304. ). Imam Zarkasyimenambahkan bahwa musta`ar dan musta`ar minhu berupa lafaz, sedangkan musta`ar lah adalahberupa makna. ( lihat: al-Burhan, hal. 894).

Page 87: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 85

sebagian lawazimnya yang menjadi indikasi atau pertanda adanya musta`artersebut, misalnya surat maryam ayat 4:

واسـتـعـل الـرأس شـيـبـاIsti`al atau menyala-nyala merupakan lawazim ( kebiasaan ) dari pada

bahan bakar atau api, tetapi dalam contoh ayat di atas disebutkan “kepala”, iniartinya bahwa “kepala” diserupakan dengan “api atau bahan bakar”, hanya sajalafaz “api atau bahan bakar” yang menjadi musyabbahbihnya tidak disebutkan,sehingga isti`arahnya disebut makniyah atau bi al-kinayah.

Di sisi lain, Zarkasyi membagi isti`arah menjadi 5 macam, yaitu:29

a. Isti`arah hissi li hissi bi wajhin hissiyin, misalnya dalam surat Maryamayat 4

b. Isti`arah hissi li hissi bi wajhin `aqliyyin, misalnya dalam al-Zariyat ayat41.

c. Isti`arah ma`qul li ma`qul, misalnya dalam surat al-A`raf ayat 154.d. Isti`arah mahsus li ma`qul, misalnya dalam al-Baqarah ayat 214.e. Isti`arah ma`qul li mahsus, misalnya dalam surat al-Haqqah ayat 11.

Jelasnya, banyak contoh-contoh dari berbagai ayat al-Quran yangmengandung majaz bi al-isti`arah tersebut telah dikemukakan oleh imamZarkasyi dan tidak mungkin menyebutkan dalam artikel sederhana ini satupersatu. Semua itu merupakan bukti nyata bahwa perhatian Zarkasyi terhadap al-Quran serta kandungan balaghahnya terlihat cukup besar. Beliau telah berupayamenggiring berbagai teori balaghah dan khususnya tentang majaz untuk tidakhanya sekedar teori dalam ilmu bahasa, melainkan semuanya diaplikasikan dalamberbagai ayat al-Quran, sehingga bantahan beliau terhadap orang yang menolakmajaz dalam al-Quran telah beliau pertahankan dengan argumen yang kuat sertadengan contoh-contoh yang konkrit dan jelas.

KESIMPULANPandangan imam Zarkasyi mengenai majaz dalam al-Quran sebetulnya

tidak berbeda jauh dengan pandangan ulama balaghah umumnya, hanya sajadalam menggunakan istilah-istilah terkadang ada sedikit perbedaan, danperbedaan tersebut merupakan sesuatu yang wajar dalam dunia ilmiyah, bahkankemampuan berbeda dalam mengekspressikan istilah serta menghubungkannyadengan berbagai ayat al-Quran tersebut merupakan suatu inovasi yang cemerlang,sehingga hal tersebut perlu dihargai dan diapresiasi semua orang yang cinta ilmu.

Ada sesuatu yang menarik ketika mengkaji pemikiran Zarkasyi tentangmajaz, dimana Imam Zarkasyi terlihat hampir tidak pernah menggunakan istilahmajaz mursal dalam pembagian majaz yang dikemukakannya, demikian pulamengenai penyebutan istilah qarinah baik berupa lafziyah maupun haliyah hampirtidak didapati dalam uraian beliau tentang majaz sebagaimana lazimnyadigunakan dalam kitab-kitab balaghah. Namun demikian, contoh-contoh majaz

_____________29 Al-Burhan, hal. 897-898

Page 88: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Suhaimi: Pandangan Imam Zarkasyi terhadap Majaz dalam Al-Qur'an……86

dari ayat Al-Quran yang beliau kemukakan terlihat tetap saja mengacu pada teoridalam ilmu balaghah, di sinilah terlihat keunikan pandangan Zarkasyi ketikamembahas tentang majaz dalam Al-Quran. Hal tersebut nampaknya terjadidikarenakan beliau bukan ingin berteori, melainkan lebih kepada mengaplikasikanmajaz dengan berbagai variasinya dalam melihat dan mencermati ayat-ayat Al-Quran itu sendiri.

Page 89: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 87

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ali Muhammad Husain, Al-Bahtsu al-Balaghi Wa Marahil Tathawwurihi, al-Amanah, Mesir, 1992

Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-Sarakhsi, Ushul al-Sarakhsi, Juz I, Dar al-Kitab al-Arabi, Cairo, 1272.

Abdul Qadir Husein, Al-Quran wa al-Shurah al-Bayaniyah, Dar al-Nahdhah,Mesir, ttAbu Hamid al-Ghazali, Al-Mustashfa min `Ilm al-Ushul, I, Dar Shadir, Bairut, 1995.

Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah, Dar Ihya al-Kutub al-Arabiyah, Indonesia,1990.

Al-Khathib al-Qizwaini, Al-Idhah fi `Ulum al-Balaghah, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Bairut,tt

Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani, I`jaz al-Quran , Dinamika Berkat Utama, Jakarta, tt.

Badruddin Muhammad Abdullah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Quran, Dar al-Hadis,Cairo,2006.

Jalaluddin al-Suyuthi, Al-Itqan fi `Ulum al-Quran, 1, Maktabah Taufiqiyah, Cairo

John L.Esposito, Islam Aktual, Inisiasi Press, Depok, 2005

Manna` Qaththan, Mabahis fi `Ulum al-Quran, Dar al-Rasyid, Mesir, tt.

Page 90: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi88

‘AQIQAH DALAM PERSPEKTIF HADIS NABI SAW

Arfah IbrahimSTAI Al-Washliyah Banda Aceh

Lam Ara – Rukoh Kota Banda Aceh

ABSTRAKAtas dalalah (petunjuk) hadis, para ulama telah menetapkan juga waktu

pelaksanaan ’aqiqah. Mereka juga menetapkan waktu yang baik untukpenyembelihan hewan ’aqiqah atau pemotongan rambut dilakukan pada hariketujuh dari kelahiran anak. Imam Malik menganggap ’aqiqah menjadi kadaluarsaapabila dilaksanakan sesudah hari ketujuh, begitu juga bagi bayi yang telahdilahirkan kemudian meninggal sebelum hari ketujuh maka hilanglah tanggungan(beban) melaksanakan ’aqiqahnya. Meneurut para mujtahid sunnah melaksanakan’aqiqah pada hari ketujuh, namun apabila tidak memungkinkan untukmelaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh dilaksanakan pada minggu keduaatau hari keempatbelas, dan apabila juga tidak memungkinkan maka bolehdilakukan pada minggu ketiga atau hari kedua puluh satu. Pendapat inisebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ImamBaihaqy.

Kata Kunci: 'Aqiqah, Hadis Nabi

PENDAHULUAN‘Aqiqah yang memiliki arti menyembelih hewan yang dilakukan karena

lahirnya anak merupakan amalan yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagiorang tua si anak yang baru dilahirkan tersebut. Masalah ‘aqiqah ini dibahasdalam berbagai kitab Fiqh Islam berikut dengan argumen naqli yang dikemukakanpara imam mazhab. Dari hasil kajian terhadap kitab-kitab fiqh tersebut diperolehinformasi bahwa para imam mazhab berbeda pendapat mengenai hukummelaksanakan ‘aqiqah dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.1

Dalam konteks Indonesia, meskipun mayoritas rakyatnya beragama Islam,namun praktek ‘aqiqah yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW ini tampaknyabelum begitu mendapat perhatian serius sehingga masih banyak yang belummemahaminya dan melaksanakannya. Hal ini kemungkinan disebabkan beberapafaktor, di antaranya:1. Karena adanya salah pengertian sebagian umat Islam Indonesia, di mana

sebagian masyarakat memandang bahwa menyembelih binatang qurban padahari raya ‘idul adha lebih penting dari pada ‘aqiqah karena pahalanya yanglebih besar, sehingga jumlah penyembelih hewan qurban setiap tahun terusbertambah.

2. Karena umat Islam Indonesia sebagian besar hidup dalam keadaan miskinsehingga tidak mampu melaksanakan ‘aqiqah pada saat kelahiran anak

_____________1Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: dar al-Kurtub al’Ilmiyyah, 1422 H/2001 M), h.

140

Page 91: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 89

mereka. Kemampuan mereka hanya mengadakan syukuran sederhana padasaat mencukur rambut anak maupun penabalan namanya.

3. Lebih dari itu, karena adanya beraneka macam tradisi yang menyertai acara‘aqiqah yang mana tradisi satu daerah tidak sama dengan daerah lain, yangterkadang acara tradisi itu dipandang oleh sementara anggota masyarakatcukup memberatkan atau dipandang bertentangan dengan ajaran Islam.

Sampai di sini kiranya dapat dipahami bahwa merupakan suatu kewajibanmoral bagi setiap muslim untuk melakukan ‘aqiqah sesuai dengan yangdicontohkan oleh Rasulullah SAW melalui Sunnahnya. Oleh karena itu pula,maka kajian tentang praktek ‘aqiqah menurut perspektif Sunnah Nabi SAWsangat menarik untuk dibahas.

Tulisan ini mencoba untuk mengkaji ‘aqiqah menurut hadis Nabi SAW.Hadits-hadits dengan tema “áqiqah” yang akan dikaji dalam penelitian inimeliputi hadits-hadits tentang: 1. Dasar hukum ‘áqiqah; 2. Kegiatan yangmengiringi acara ‘áqiqah; 3. Tata cara ‘áqiqah.

PENGERTIAN ‘AQIQAHSecara bahasa ‘aqiqah berasal dari kata العقـة yang berarti rambut anak

yang baru dilahirkan.2 Pengertian bahasa ini tampaknya relevan dengan ritualyang biasa dilakukan pada saat acara ‘aqiqah, yakni mencukur rambut bayi yangbaru lahir. Adapun secara istilah ‘aqiqah adalah menyembelih hewan pada hariketujuh atau beberapa hari dari hari lahirnya anak, baik laki-laki atau perempuan.3

Untuk anak laki-laki disembelih dua ekor kambing, sedangkan untuk anakperempuan seekor kambing saja

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa ’aqiqah merupakanpenyembelihan binatang (kambing) sebagai rasa syukur terhadap anak yang telahdilahirkan dari kandungan ibunya, baik anak laki-laki maupun perempuan.Melaksanakan acara ’aqiqah yang dimaksudkan adalah memotong bersih rambutanak yang baru dilahirkan, dan membersihkan semua kotoran yang menempel diatas kepalanya, bahkan harus dibersihkan rambutnya sekaligus tidak terdapatkotoran di atasnya.4

Sebagian ulama telah menetapkan pelaksanaan ’aqiqah itu merupakansuatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan, dengan alasan bahwa bayi yangdilahirkan itu statusnya masih tergadaikan dengan ’aqiqah, yakni bayi itu tidakboleh diberi nama dan tidak boleh dicukur bersih rambutnya sebelum dilakukanupacara ’aqiqah dengan pemotongan hewan ’aqiqah. Oleh karena itu ImamAhmad bin Hanbal berpendapat bahwa bayi yang terlebih dahulu meninggalsebelum dilaksanakan ’aqiqah untuknya, maka anak tersebut tidak dapat memberisyafa’at kepada kedua orang tuanya.5

Pendapat ini dikuatkan oleh golongan Zahiriyyah yang telah menetapkanatas kewajibannya untuk segera dilaksanakan ’aqiqah. Pendapat Ahmad bin

_____________2Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir (Yogyakarta: Pesantren Kerapyak,

1990), h. 9563Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 4794Ibid.,5Asy-Syaukani, Nail al-Authar bi Syarh Muntaqa al-Ahbar Juz V(Mesir: Syirkah

Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi, t.th), h. 141

Page 92: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi90

Hanbal itu didasarkan atas suatu hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqy dari‘Atha’ al-Khurasany serta ditakhrijkan oleh Ibnu Hazm dari Buraidah al-Aslamysebagai berikut:

ان الناس يعرضون يوم القيامة علي العقيقة كما يعرضون علي الصلوات اخلمس

Artinya:”Sesungguhnya manusia kelak di hari kiamat akan diperhatikankarena ’aqiqah sebagaimana diperhatikannya shalat lima waktu”.6

Atas dalalah (petunjuk) hadis di atas para ulama telah menetapkan jugawaktu pelaksanaan ’aqiqah. Mereka juga menetapkan waktu yang baik untukpenyembelihan hewan ’aqiqah atau pemotongan rambut dilakukan pada hariketujuh dari kelahiran anak. Imam Malik menganggap ’aqiqah menjadi kadaluarsaapabila dilaksanakan sesudah hari ketujuh, begitu juga bagi bayi yang telahdilahirkan kemudian meninggal sebelum hari ketujuh maka hilanglah tanggungan(beban) melaksanakan ’aqiqahnya. Meneurut para mujtahid sunnah melaksanakan’aqiqah pada hari ketujuh, namun apabila tidak memungkinkan untukmelaksanakannya pada hari ketujuh maka boleh dilaksanakan pada minggu keduaatau hari keempatbelas, dan apabila juga tidak memungkinkan maka bolehdilakukan pada minggu ketiga atau hari kedua puluh satu. Pendapat inisebagaimana telah disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ImamBaihaqy sebagai berikut:

العقيقة تذبح لسبع وألربع عشرة وال حدي وعشرينArtinya:”Penyembelihan hewan ’aqiqah dilakukan pada hari ketujuh

(minggu pertama) atau hari keempat belas (minggu kedua) atau hari kedua puluhsatu (minggu ketiga)”.

HADIS TENTANG DASAR HUKUM ’AQIQAHDalil naqli yang menjadi dasar hukum pelaksanaan ‘aqiqah adalah

didasarkan kepada hadis Nabi SAW sebagai berikut:

حدثـنا مسدد حد بت عن أم كرز قالت بن أيب يزيد عن سباع بن ثـنا محاد بن زيد عن عبـيد ا ن مثالن وعن اجلارية شاة عليه وسلم عن الغالم شا صلى ا قال رسول ا قال أبو داود هذا هو

احلديث وحديث سفيان وهم 7

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakankepada kami Hammad bin Zaid, dari 'Ubaidullah bin Abu Yazid, dari Siba' binTsabit, dari Ummu Kurz, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Untuk anaklaki-laki dua kambing yang sama dan untuk anak perempuan satu kambing." AbuDaud berkata; ini adalah hadits yang benar sedangkan hadits Sufyan adalahsalah.

_____________6Ash-Sahn’aniy, Subul al-Salam, Juz IV (Mesir: Syirkah Mathba’ahMustafa al-Babi al-

Halabi, t.th), h. 987Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Jastany al-Azdiy, Sunan Abu Daud, Juz III (Cet. I;

Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1411 H/1991 M), Nomor hadis. 2453

Page 93: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 91

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Turmuzi dari ’Aisyah denganlafaz berbunyi: ن مكافائتان شا

أقروا الطريعلي مكا نتها قالت ومسعته : عليه وسلم يقول عن أم كرز قالت مسعت النيب صلي هللا ن مثالن وعن اجلارية شاة : يقول )رواه أبو داود(عن الغالم شا

Artinya: “Nabi SAW telah bersabda, “Hendaklah kalian menempatkanburung terlebih dahulu”, lalu Umi Karzin berkata:”Rasulullah SAW befrsabda,untuk seorang anak laki-laki diberikan ’aqiqah dua ekor kambing, sedang untukseorang anak perempuan satu ekor kambing. (H.R. Abu Daud).

Hadis di atas menjelaskan bahwa bagi anak yang telah dilahirkandisyari’atkan untuk dilakukan upacara ’aqiqah, baik anak laki-laki maupunperempuan, dan untuk seorang anak laki-laki disyari’atkan memotong dua ekorkambing, sedang anak perempuan satu ekor kambing. Hal demikian itu dilakukansebagai rasa syukur terhadap kelahiran seorang anak. Pengertian ini dipahami daribunyi matan hadis:

ن مثالن وعن اجلارية شاة عن الغالم شا Adapun hadis yang kedua menjelaskan bahwa memberikan ’aqiqah terhadap

anak yang baru lahir adalah merupakan syari’at Nabi SAW, baik anak laki-lakimaupun perempuan. Bagi anak laki-laki dianjurkan untuk memotong hewanberupa dua ekor kambing, sedang untuk anak perempuan cukup satu ekorkambing saja. Jenis kelamin kambing yang dipotong itu boleh jantan atau betinadengan syarat hewan itu harus cukup umur. Pengertian ini dipahami dari bunyimatan hadis:

كـن ن وعن اجلارية شاة ال يضركم أذكـرا ا قالت ومسعته يـقول عن الغالم شا أقروا الطيـر على مكنا أم إ

Menurut jumhur ulama bahwa pelaksanaan ’aqiqah atau menyembelihhewan ’aqiqah adalah sebagai amalan sunnah, sedangkan menurut golonganzahiriyyah dan Hasan al-Bashri merupakan hal yang wajib sebagaimana telahditunjuki oleh nash hadis itu sendiri. Sedangkan Abu Hanifah tidakmenganggapnya sebagai sesuatu yang fardhu (wajib) atau juga sunnah, bahkan diamenilainya hanya sebagai amalan ibadah biasa (jaiz). Jumhur ulama menetapkanhal itu sebagai amalan sunnat dengan dalil pada hadis yang bersumber dari NabiSAW yang diriwayatkan oleh Imam Malik sebagai berikut:

حـدثين حيـ ىي عـن مالـك عـن زيـد بـن أسـلم عـن رجـل مـن بـين ضـمرة عـن أبيـه أنـه قـال سـئل رسـول ا عليـه وســلم عـن العقيقــة فـقـال ال أحــب العقـوق وكأنــه إمنـا كــره االسـم وقــال مـ صـلى ا ن ولــد لـه ولــد

فأحب أن يـنسك عن ولده فـليـفعل 8

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Zaid binAslam dari seseorang dari Bani Dlamrah dari Bapaknya ia berkata; "RasulullahSAW pernah ditanya tentang hukum aqiqah. Beliau menjawab; 'Saya tidak sukaaqiqah (seakan-akan beliau membenci penamaan tersebut) . Beliau bersabda:

_____________8Imam Malik, Al-Muwaththa’ Imam malik Juz II (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1411

H/1991 M), Nomor hadis. 945

Page 94: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi92

"Barangsiapa dikaruniai seorang anak, lantas dia berkeinginan untukmenyembelih kambing untuk anaknya maka laksanakanlah."

Dari hadis ini oleh jumhur ulama diambil suatu dalalah untuk menetapkankesunnatan pelaksanaan ’aqiqah, bukan sebagai perintah yang wajib berdasarkanqarinah-qarinah yang terdapat pada hadis tersebut. Berkaitan dengan hadits iniAbu Hanifah menetapkan ’aqiqah sebagai amal ibadah yang hukumnya jaiz,bukan termasuk wajib (fardhu) dan bukan juga sunnah.9

HADITS-HADITS TENTANG KEGIATAN YANG MENGIRINGIACARA ’AQIQAH

Di dalam banyak hadis disebutkan beberapa hal yang mengiringi acara’aqiqah, di antaranya adalah hadis-hadis sebagai berikut:

1. Mencukur Rambut Anak

حــدثـنا أبــو النـعمــان حــدثـنا محــاد بــن زيــد عــن أيــوب عــن حممــد عــن ســلمان بــن عــامر قــال مــع الغــالم عقيقة وقال حجاج حدثـ أيوب وقـتادة وهشام وحبيب عن ابن سـريين عـن سـلمان عـن نا محاد أخبـر

ب عليــه وســلم وقــال غيـــر واحــد عــن عاصــم وهــشام عــن حفــصة بنــت ســريين عــن الــر النــيب صــلى ا عن سلمان عليه وسلم ورواه يزيـد بـن إبــراهيم عـن ابـن سـريين عـن بن عامر الضيب عن النيب صلى ا

سـلمان قـولــه وقــال أصــبغ أخبــرين ابــن وهــب عــن جريـر بــن حــازم عــن أيـوب الــسختياين عــن حممــد بــن سـريين حـدثـنا سـلمان بـن عـامر الـضيب قـال عليـه وسـلم يـقـول مـع الغـالم صـلى ا مسعـت رسـول ا عقيقة فأهريقوا عنه دما وأميطوا عنه األذى 10

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man berkata, telahmenceritakan kepada kami Hammad bin Zaid dari Ayyub dari Muhammad dariSulaiman bin Amir, ia berkata, "Pada anak lelaki ada kewajiban akikah." DanHajjaj berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad berkata, telahmengabarkan kepada kami Ayyub dan Qatadah dan Hisyam dan Habib dari IbnuSirin dari Salman dari Nabi SAW. Dan berkata tidak satu orang dari Ashim danHisyam dari Hafshah binti Sirin dari Ar Rabab dari Salman bin Amir AdlDlabiyyi dari Nabi SAW. Dan Yazid bin Ibrahim juga menceritakan dari IbnuSirin dari Salman perkataannya, dan Ashbagh berkata, telah mengabarkankepadaku Ibnu Wahb dari Jarir bin Hazim dari Ayyub As Sakhtiyani dariMuhammad bin Sirin berkata, telah menceritakan kepada kami Salman bin AmirAdl Dlabbi ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Pada anaklelaki ada kewajiban 'akikah, maka potongkanlah hewan sebagai akikah danbuanglah keburukan darinya." (H.R. Bukhary)

2. Memberi Nama yang Baik dan BersedekahSelanjutnya, hadis yang berhubungan dengan masalah ini adalah sebagai

berikut:_____________

9Al-Syaukani, Nail al-Authar bi Syarh Muntaqa al-Ahbar, Juz V (Mesir: SyirkahMathba’ah Musthafa al-Babiy al-Halabiy, t.th), h. 140

10Abu ‘Abdullah ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn Mugirah ibn Barzabah al-Bukhary, Shahihal-Bukhary, Jilid III (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1442 H/1992 M), Nomor Hadits 5049.

Page 95: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 93

حدثـنا ابن الم ثـىن حدثـنا ابن أيب عدي عن سعيد عن قـتادة عن احلسن عن مسرة بن جندب أن عليه وسلم قال كل غالم رهينة بعقيقته تذبح عنه يـوم سابعه وحيلق وي صلى ا رسول ا سمى قال

س ابن دغفل وأشعث عن احلسن أبو داود ويسمى أصح كذا قال سالم بن أيب مطيع عن قـتادة وإ عليه وسلم وي قال ويسمى ورواه أشعث عن احلسن عن النيب صلى ا سمى

11

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ibnu Al Mutsanna, telahmenceritakan kepada kami Ibnu Abu Adi, dari Sa'id dari Qatadah dari Al Hasandari Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah SAW berkata: "Setiap anaktergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya,dicukur rambutnya dan diberi nama." Abu Daud berkata; dan kata yusamma(diberi nama) adalah lebih benar. Demikianlah yang dikatakan Sallam bin AbuMuthi' dari Qatadah serta Iyas bin Daghfal, dan Asy'ats, dari Al Hasan, iaberkata; dan diberi nama. Dan hadis tersebut diriwayatkan oleh Asy'ats dari AlHasan dari Nabi SAW dan ia diberi nama.” (H.R. Abu Daud).

Hadis lain yang menjelaskan tentang kegiatan atau praktek yangmengiringi acara ‘aqiqah adalah sebagai berikut:

و حــدثين عــن مالــك عــن جعفــر بــن حممــد عــن أبيــه أنــه قــال صــلى ا وزنــت فاطمــة بنــت رســول ا ه وسلم شعر حسن وحسني وزيـنب وأم كلثوم فـتصدقت بزنة ذلك فضةعلي

12

Artinya: “Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ja'far binMuhammad dari Bapaknya ia berkata; " Fatimah puteri Rasulullah SAW pernahmenimbang rambut Hasan, Husain, Zainab dan Ummu Kultsum, lalumensedekahkan perak yang sama dengan berat timbangan rambut tersebut."

3. Mengumandangkan Azan Di Telinga Anak

حدثـنا حممد بن ب سـفيان عـن عاصـم شار حـدثـنا حيـىي بـن سـعيد وعبـد الـرمحن بـن مهـدي قـاال أخبــر عليــه وســل صــلى ا بــن أيب رافــع عــن أبيــه قــال رأيــت رســول ا عــن عبـيــد ا بــن عبـيــد ا م أذن يف

لـصالة قـال أبـو عيـسى هـذا حـديث حـسن صـحيح والعمـل أذن احلسن بن علي حني ولدته فاطمة عليــه وســلم مــن غــري وجــه عــن ال يف العقيقــة علــى مــا روي عــن النــيب صــلى ا ن مكافئـتــان غــالم شــا

عليـه وسـلم أيـضا أنـه عـق عـن احلـسن بـن علـي بـشاة وقـد وعن اجلارية شاة وروي عـن النـيب صـلى ا

ذهب بـعض أهل العلم إىل هذا احلديث 13

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyarberkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dan 'Abdurrahman binMahdi keduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Ashim binUbaidullah dari Ubaidullah bin Abu Rafi' dari Bapaknya ia berkata, "Aku melihat

_____________11Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Jastany al-Azdiy, Sunan Abu Daud, Juz III…,

Nomor hadits 245512Imam Malik, Al-Muwaththa’ Imam malik Juz II…, Nomor hadits 94613Abu ‘Isa Muhammad ibn ‘Isa al-Turmuzi, Sunan al-Turmuzi, Juz III (Beirut: Dar al-

Kutub al-‘Ilmiyah, t. th), Hadis Nomor 1436

Page 96: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi94

Rasulullah SAW mengumandangkan adzan -shalat- pada telinga Hasan bin Alisaat ia dilahirkan oleh Fatimah." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasanshahih. Dan pelaksanaan dalam akikah adalah sebagaimana yang diriwayatkandari Nabi SAW dari jalur yang banyak, yaitu dua ekor kambing yang telah cukupumur untuk laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan. Diriwayatkan puladari Nabi SAW, Bahwasanya beliau pernah mengakikahi Al Hasan bin Ali dengansatu kambing. Dan sebagian ulama berpegangan dengan hadits ini."

Ibnu Sinni meriwayatkan juga dari Husein bin Ali dengan lafaz sebagaiberikut:14

من ولد له مولود فأذن يف أذن اليمين وأقام يف اليسري مل تضره أم الصبيان

Artinya: Barangsiapa yang baginya telah lahir seorang anak makahendaknya dibacakan azan pada telinganya yang kanan dan dibacakan iqamahpada telinganya yang kiri agar anak itu tidak dimasuki jin.”

4. Memberikan Makanan Yang Manis Ke MulutnyaHadis lain yang hampir semakna dengan hadis di atas diriwayatkan oleh

Imam al-Bukhariy sebagai berikut:

بن عون عـن أنـس بـن سـريين عـن أنـس عبد ا حدثـنا مطر بن الفضل حدثـنا يزيد بن هارون أخبـر بن مالك رضي ا عنه قال كان ابن أليب طلحة يشتكي فخرج أبو طلحـة فـقـبض الـصيب فـلمـا رجـع

أبو طلحة قال ما فـعل ابين قالت أم سليم هـو أسـكن مـا كـان فـقربـت إليـه العـشاء فـتـعـشى مث أ صـاب عليـه وسـلم فـأخبـره صـلى ا منـها فـلما فـرغ قالت واروا الصيب فـلما أصـبح أبـو طلحـة أتـى رسـول ا

رك هلما فـولـدت غالمـ فـقال أعرستم الليـلة قال نـعم قال اللهم يت ا قـال يل أبـو طلحـة احفظـه حـىت عليـه وسـلم وأرسـلت معـه بتمـرات فأخـذه النـيب عليـه وسـلم فـأتى بـه النـيب صـلى ا به النـيب صـلى ا

عليه وسلم فـقال صلى ا عليه وسلم فمـضغها مث أمعه شيء قالوا نـعم مترات فأخذها النيب صلى ا أخذ من فيه فجعلها يف يف الصيب وحنكه به ومساه عبد 15

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Mathar Ibnul Fadll berkata,telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun berkata, telah mengabarkankepada kami Abdullah bin Aun dari Anas bin Sirin dari Anas bin Malikradliallahu 'anhu, ia berkata, "Anak Abu Thalhah sedang sakit, ketika AbuThalhah keluar anaknya meninggal. Dan ketika Abu Thalhah kembali ia bertanya,"Bagaimana keadaan anakku?" Ummu Sulaim menjawab, "Dia lebih tenang darisebelumnya." Ummu Sulaim kemudian menyuguhkan makan malam, maka AbuThalhah pun makan malam kemudian bersetubuh dengannya. Setelah selesai(dari jima') Ummu Sulaim berkata, "Anakmu telah dikuburkan." Maka diwaktupagi, Abu Thalhah mendatangi Rasulullah SAW dan mengabarkan kejadiantersebut. Beliau bertanya: "Kalian tadi malam menjadi pengantin?" Abu Thalhahmenjawab, "Ya." Beliau pun berdoa: "Ya Allah, berkahilah keduanya." Ummu

_____________14Al-Syaukani, Nail al-Authar bi Syarh Muntaqa al-Ahbar, Juz V…, h. 14515Abu ‘Abdullah ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn Mugirah ibn Barzabah al-Bukhary, Shahih

al-Bukhary, Jilid III…, Hadis Nomor 5048

Page 97: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 95

Sulaim kemudian melahirkan seorang anak, lalu Abu Thalhah berkata kepadaku,"Jagalah ia hingga engkau bawa ke hadapan Nabi SAW." Anas kemudianmembawa bayi tersebut kepada Nabi SAW, dan Ummu Sulaim membekalinyadengan beberapa kurma. Nabi SAW kemudian meraih bayi Abu Thalhah, beliaulalu bertanya: "Apakah ia (Anas) membawa sesuatu?" para sahabat menjawab,"Ya. Beberapa butir kurma." Nabi SAW kemudian mengambil kurma danmenguyahnya, kemudian beliau ambil kunyahan dari mulutnya danmemasukkannya ke dalam mulut sang bayi, baru setelah itu memberinya namaAbdullah."

Dua hadis pertama di atas menjelaskan bahwa setiap bayi yang dilahirkandisyari’atkan untuk disambutnya dengan upacara ’aqiqah, yaitu denganmenyembelih hewan tepatnya di hari ketujuh dari kelahirannya disertai denganupaya pemotongan rambut bayi itu secara keseluruhan dan sekaligus diberi namadengan nama yang baik dengan maksud agar kelak si anak itu menjadi anak yangbaik dan shalih.

Hadis yang ketiga menjelaskan bahwa dalam upacara ‘aqiqah dianjurkanuntuk memberikan shadaqah baik berupa emas atau perak dengan berat yang samadengan timbangan rambut anak yang telah dicukur bersih, di sampingmengadakan pemotongan hewan dan pemberian nama terhadap anak yangdilahirkan.

Adapun pada hadis keempat dianjurkan untuk melaksanakan azan padatelinga anak yang telah dilahirkan. Azan ini termasuk tata cara menyambutkehadiran seorang anak bayi yang dilahirkan sebagaimana yang berlaku pada‘aqiqah, pemberian nama, dan pemotongan rambut.

Sementara itu pada hadis kelima dijelaskan bahwa Rasulullah SAWpernah menyuapi atau memberikan buah kurma yang sudah halus kepada anakyang baru dilahirkan dengan tujuan untuk memberikan rasa manis ke dalam mulutanak itu, agar dapat menimbulkan rangsangan untuk menerima sesuatu yangsesuai dengan kondisinya, dan di samping itu untuk mendapatkan berkah dariAllah SWT.

Berdasarkan kedua hadis pertama di atas para ulama telah menetapkanhukum-hukum yang berkaitan dengan masalah ’aqiqah, mereka telah sepakatbahwa ’aqiqah itu diperuntukkan sebagai penghormatan terhadap anak yang telahdilahirkan. ’Aqiqah (dalam pengertiannya yaitu hewan sembelihan yang dipotonguntuk bayi yang dilahirkan) disebut ’aqiqah karena pada asalnya lafaz ’qqabermakna “pecah” atau “putus”. Diartikan juga lafaz ’aqiqah dengan pengertianmelepaskan rambut anak yang dilahirkan dari rahim ibunya. Demikian asal makna’aqiqah yang dikemukakan oleh Zamakhsyary.16

Menurut pendapat golongan Hanabilah pemotongan hewan ’aqiqahdilaksanakan pada hari-hari tertentu (minggu-minggu tertentu) sesuai dengandalalah dari hadis. Sedangkan menurut pendapat golongan Syafi’iyah bahwadisebutnya hari-hari dalam nash hadits secara tertentu itu untuk ikhtiyary(memilih), bukan kepastian, yakni pelaksanaan pemotongan hewan ’aqiqah yaitusejak hari ketujuh hingga hari kedua puluh satu dari kelahiran. Imam Syafi’iberpendapat pengertian dari lafaz tuzbahu ’anhu yauma sabi’ihi menunjukkanpada dalalah ikhtiyary dan tidak boleh diakhirkan dari ketentuan yang sudah ada,_____________

16Ash-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV (Mesir: Syirkah Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi, t.th), h. 97

Page 98: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi96

apabila diakhirkan hingga anak tersebut balig (remaja) maka gugurlah beban’aqiqah, tetapi ’aqiqah yang diperuntukkan bagi dirinya sendiri diperbolehkan(dinilai shah).

Di kalangan para ulama terdapat perbedaan pendapat mengenai bebanmelaksanakan ’aqiqah, sebagian ulama berpendapat bahwa tanggungan ’aqiqah ituterdapat pada setiap orang Islam yang terhadapnya bayi itu dilahirkan. Menurutpendapay Syafi’iy tanggungan ’aqiqah itu ditentukan bagi setiap orang yangmempunyai kewajiban langsung untuk memberi nafkah kepada anak itu. Adapunmenurut pendapat Hanabilah tanggungan itu dibebankan kepada ayah saja kecualidia meninggal atau ada hal-hal lain. Di samping itu ada pula yang membolehkanbagi orang lain yang, menjadi wali anak tersebut, sebagaimana seorang kerabatmenjadi wali anak yang dilahirkan tadi dikarenakan hubungan kerabat atau oranglain yang menjadi wali bagi anak tersebut.17

Dari dalil hadis di atas para ulama juga mengambil kandungan hukumyang berkenaan dengan pemotongan rambut serta pemberian nama terhadap anakyang telah dilahirkan. Para ulama sepakat mensunnatkan pemotongan rambutdilakukan pada hari ketujuh, dan berdasarkan atas teks hadits itu maka mencukurrambut bayi itu berlaku umum bagi setiap bayi, baik bayi laki-laki maupunperempuan. Menurut al-Mazari, makruh hukumnya mencukur rambut untuk anakperempuan, sedangkan golongan Hanabilah menetapkan secara mutlak dari dalilhadits di atas, yakni untuk anak laki-laki maupun perempuan.

Disunnatkan juga memberi nama untuk anak itu bersamaan denganpelaksanaan ’aqiqah, tepatnya dilakukan pada hari ketujuh. Demikian pendapatsebagian ulama yang didasarkan pada dalil suatu hadits yang ditakhrij oleh IbnuAbi Syaibah melalui sanad Hamman dari Qatadah yang mengatakan:disebutkaannya nama anak itu karena nama itu harus disebut dalam upacara

penyembelihan ’aqiqah seperti dalam lafaz: Adapun dari sanad . بـسم هللا عقيقـة فـالن

Said, Qatadah mengatakan:

أللهم منك ولك عقيقة فالن بسم هللا أكرب

Artinya:”Ya Allah, ini ’aqiqahnya si Fulan, dari Engkau dan untukEngkau dengan nama Allah Yang Maha Besar”.18

Para ulama juga memberikan ketetapan dalam hal memberikan namakepada anak dengan nama yang baik. Hal ini sesuai dengan perintah RasulullahSAW supaya anak itu diberi nama yang baik, dan beliau melarang menamainyadengan nama yang memiliki makna yang jelek atau menyamai nama sifat Allahseperti nama “Malikul Muluk”. Para ulama menilai haram memberi nama anakdengan nama yang mengandung menyamai nama Allah seperti “Qadhi al-Qudhadh”. Demikian juga dimakruhkan memberi nama kepada anak yang barudilahirkan dengan nama yang jelek. Nama-nama yang diperuntukkan kepada anakdan dinilai baik oleh Allah adalah nama yang memakai ’Abdullah atau’Abdurrahman dan yang semisalnya. Tidak dimakruhkan dalam memberi namakepada anak dengan nama-nama Nabi seperti Yasin, Tha-ha, atau yang terdapat

_____________17Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Juz V…, h. 14118Ibid.,

Page 99: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 97

dalam al-Qur’an. Namun Imam Malik tidak sependapat dengan pendapat ini,dengan dalil hadits Nabi sebagai berikut:

من كان له ثالثة من الولد مل يسم احدمها مبحمد فقد جهلArtinya:”Barangsiapa yang telah dikaruniai tiga orang anak dan di

antara salah satunya tidak ada yang diberi nama Muhammad, maka orang itudianggap bodoh”.19

Pendapat para ulama yang telah menetapkan larangan memberi namakepada anak dengan nama-nama yang jelek itu didasarkan pada sejumlah hadisyang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:

بن يونس حدثـنا زهيـر حدثـنا منصور عن هالل بن يساف عن ربيع بن حدثـنا أمحد بن عبد ا عميـلة عن مسرة بن جندب قال أربع عليه وسلم أحب الكالم إىل ا صلى ا قال رسول ا

يهن أكبـر ال يضرك وا وال إله إال ا واحلمد سبحان ا بدأت وال تسمني غالمك يسارا وال حا وال جنيحا وال أفـلح فإنك تـقول أمث هو فال يكون فـيـقول ال إمنا هن أربع فال تزيدن علي ر و

حدثـنا إسحق بن إبـراهيم أخبـرين جر ير ح و حدثين أمية بن بسطام حدثـنا يزيد بن زريع حدثـنا روح وهو ابن القاسم ح و حدثـنا حممد بن المثـىن وابن بشار قاال حدثـنا حممد بن جعفر حدثـنا شعبة

كلهم عن م سناد زهري فأما حديث جرير وروح فكمثل حديث زهري بقصته وأما حديث نصور شعبة فـليس فيه إال ذكر تسمية الغالم ومل يذكر الكالم األربع

20

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Abdullah binYunus; Telah menceritakan kepada kami Zuhair; Telah menceritakan kepadakami Manshur dari Hilal bin Yasaf dari Rabi' bin 'Umailah dari Samurah binJundab ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: "Ada empat ucapan yang paling disukai Allah SWT; 1) Subhanallah, 2) Al Hamdulillah, 3) Laa ilaaha illallah, 3)Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai. Selainitu, janganlah kamu memberi nama anakmu dengan nama; Yasar, Rabah, Najih,atau Aflah. Karena, jika kamu bertanya; 'Apakah memang demikian (keadaanmusesuai dengan namamu) dan ternyata tidak seperti itu, maka ia akan menjawab;'Tidak.' Hanya empat itulah kalimat yang saya dengar maka janganlah sekali-kalikamu menambahkannya atas namaku.' Dan telah menceritakan kepada kamiIshaq bin Ibrahim; Telah mengabarkan kepadaku Jarir; Demikian juga telahdiriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan kepada kami Umayyahbin Bistham; Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Zurai'; Telahmenceritakan kepada kami Rauh yaitu Ibnu Al Qasim; Demikian juga telahdiriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah menceritakan kepada kamiMuhammad bin Al Mutsanna dan Ibnu Basysyar keduanya berkata; Telahmenceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far; Telah menceritakan kepadakami Syu'bah seluruhnya dari Manshur dari jalur Zuhair. Adapun Hadits Jarirdan Rauh isinya sebagaimana Hadits Zuhair. Sedangkan Hadits Syu'bah isinyahanya menyebutkan empat nama yang dilarang, tanpa menyebutkan empatkalimat yang disukai Allah.”_____________

19Ash-Sahn’aniy, Subul al-Salam, Juz IV…, h. 10020Ibid., Nomor Hadits 3985

Page 100: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi98

حدثـنا عمرو الناقد حدثـنا هاشم بن القاسم حدثـنا الليث عن يزيد بن أيب حبيب عن حممد بن عمرو بن عطاء قال مسيت ابـنيت بـرة فـقالت يل زيـنب بنت أيب سلمة عليه صلى ا إن رسول ا

عليه وسلم ال تـزكوا أنـفسكم ا صلى ا وسلم نـهى عن هذا االسم ومسيت بـرة فـقال رسول ا هل الرب منكم فـقالوا مب نسميها أعلم قال مسوها زيـنب 21

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami 'Amru An Naqid; Telahmenceritakan kepada kami Hasyim bin Al Qasim; Telah menceritakan kepadakami Al Laits dari Yazid bin Abu Habib dari Muhammad bin 'Amru bin 'Atha diaberkata; "Aku menamai anak perempuanku 'Barrah'. Maka Zainab binti AbuSalamah berkata kepadaku; 'Rasulullah SAW telah melarang memberi nama anakdengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah SAW bersabda:'Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Ta'ala-lah yang lebih tahusiapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.' Parasahabat bertanya; 'Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? 'beliau menjawab: 'Namai dia Zainab.'

Berdalil kepada hadis keempat di atas para ulama telah menetapkanbeberapa keputusan hukum berkenaan dengan mengucapkan lafaz azan padatelinga anak bayi. Sebagian ulama mensunnatkan membaca azan pada telingaanak sesudah dibersihkan dari kotoran sesuai dengan pendapat Hasan al-Bashri,beliau juga mensunnatkan membaca iqamah pada telinga kiri dengan dalil yangpernah dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz.

Para ulama juga telah mengambil suatu kesepakatan mengenai dalil hadiskelima di atas sebagai hujjah untuk menetapkan suatu keputusan bahwa anak yangbaru saja dilahirkan dari kandungan ibunya disunnatkan untuk diberi atau disuapidengan kurma yang telah dihaluskan, apabila hal itu tidak memungkinkan makadapat diganti dengan lainnya yang mengandung rasa manis. Mereka jugamensunnatkan juga agar yang memberikan suapan kurma atau selainnya yangrasanya manis itu dilakukan oleh seorang ulama atau orang yang shalih, karenadaripadanya diharapkan Allah memberikan berkah untuk anak tersebut.

HADITS-HADITS TENTANG TATA CARA ‘AQIQAHHadis-hadis dalam tema ini dapat diklasifikasikan, sesuai dengan bentuk

peristiwanya, kepada beberapa bagian sebagai berikut:

عليـه وسـل حدثـنا القعنيب حدثـنا داود بن قـيس عن عمرو بن شعيب أن النيب صـلى ا م ح و حـدثـنا حممــد بــن ســليمان األنـبــاري حــدثـنا عبــد الملــك يـعــين ابــن عمــرو عــن داود عــن عمــرو بــن شــعيب عــن

عليــه وســلم عــن ا صــلى ا أبيــه أراه عــن جــده قــال ســئل رســول ا العقــوق لعقيقــة فـقــال ال حيــب ا ن مكافئـتــان كأنـه كــره االسـم وقــال مــن ولـد لــه ولــد فأحـب أن يـنــسك عنـه فـليـنــسك عــن الغـالم شــا

وعن اجلارية شاة وسـئل عـن الفـرع قـال والفـ ابـن خمـاض أو رع حـق وأن تـتـركـوه حـىت يكـون بكـرا شـغز _____________

21Ibid., Nomor Hadits 3992

Page 101: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 99

ءك خيـر من أن تذحبـه فـيـلـزق حلمـه بـوبره وتكفـأ إ ابن لبون فـتـعطيه أرملة أو حتمل عليه يف سبيل ا وتوله قـتك 22

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Al Qa'nabi, telahmenceritakan kepada kami Daud bin Qais, dari 'Amr bin Syu'aib, bahwa NabiSAW, dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepadakami Muhammad bin Sulaiman Al Anbari, telah menceritakan kepada kami AbdulMalik bin 'Amr, dari Daud dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya, aku diberitahudari kakeknya, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ditanyamengenai aqiqah, kemudian beliau berkata: "Allah tidak menyukai tindakkandurhaka." Sepertinya beliau tidak menyukai nama tersebut. Dan beliau berkata:"Barangsiapa yang anaknya telah dilahirkan dan ia ingin menyembelih untuknyamaka hendaknya ia menyembelih untuk anak laki-laki dua ekor kambing yangsama dan untuk anak wanita satu ekor kambing." Dan beliau ditanya mengenaifara' (anak unta yang pertama kali lahir). Beliau berkata: "Dan fara' adalah hak,sedangkan kalian membiarkannya hingga menjadi dewasa kuat berumur satutahun masuk dua tahun atau berumur dua tahun masuk tiga tahun kemudianengkau berikan kepada seorang janda atau engkau bebani di jalan Allah adalahlebih baik daripada engkau menyembelihnya sehingga dagingnya menempeldengan bulunya, dan engkau penuhi bejanamu dan engkau kagetkan untamudengan kematian anaknya."

Hadis berikutnya yang menjelaskan tentang tata cara pelaksanaan ’aqiqahadalah sebagai berikut.

بــت حــدثـنا علــي بــن احلــسني حــدثين حــدثـنا أمحــد بــن حممــد بــن بــن بـريــدة قــال أيب حــدثـنا عبــد ا مسعت أيب بـريدة يـقول غـالم ذبـح شـاة ولطـخ رأسـه بـدمها فـلمـا جـاء كنا يف اجلاهلية إذا ولد ألحد

إلسالم كنا نذبح شاة وحن ا لق رأسه ونـلطخه بزعفران 23

Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad binTsabit, telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Husain, telah menceritakankepadaku ayahku telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah, iaberkata; saya mendengar ayahku yaitu Buraidah berkata; dahulu kami padamasa jahiliyah apabila salah seorang diantara kami terlahirkan anak laki-lakinyamaka ia menyembelih seekor kambing dan melumuri kepalanya dengan darahnya.Kemudian tatkala Allah datang membawa Islam maka kami menyembelih seekorkambing dan mencukur rambutnya serta melumurinya dengan za'faran.”

حدثـنا يـعقوب بن محي بن وهب حدثين عمرو بن احلارث عـن أيـوب بـن د بن كاسب حدثـنا عبد ا موسى أنه حدثه أن يزيد بن عبد المزين حدثه عليه وسلم قـال يـعـق عـن الغـ أن النيب صلى ا الم وال

ميس رأسه بدم 24

_____________22Abu Daud, Sunan Abu Daud, Juz III, Nomor Hadits 245923Ibid., Nomor Hadits 246024Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Nomor Hadits 3157

Page 102: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi100

Artinya: ”Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Humaid bin Kasibtelah menceritakan kepada kami Abdullah bin Wahb telah menceritakan kepadaku'Amru bin Al Harits dari Ayyub bin Musa bahwa dia menceritakan kepadanyabahwa Yazid bin Abdul Muzani menceritakan kepadanya, bahwa Nabi SAWbersabda: "Seorang anak diaqiqahi dan kepalanya tidak perlu disentuh (dilumuri)dengan darah (hewan kurbannya)."

Hadis pertama menjelaskan bahwa pemberian nama atau pengistilahanhewan korban yang disembelih untuk menyambut anak yang dilahirkan sebaiknyadengan sebutan ”nasikah”, bukan dengan sebutan ”’aqiqah”, karena istilah’aqiqah itu disebutkan sebagai pemotongan terhadap rambut anak kecil atau istilahuntuk membersihkan kotoran yang ada di atas kepalanya, sedangkan nasikahdisebutkan untuk istilah pemotongan hewan korban pada acara ’aqiqah. Meskipundemikian, perbedaan ini tampaknya hanya terdapat pada istilah penyebutan saja,tidak sampai kepada penghapusan hukumnya.

Pada hadis kedua dijelaskan bahwa tradisi yang berlaku di masa jahiliyahadalah masih juga ada yang berlaku pada masyarakat muslim. Demikian inisebagaimana yang telah diungkapkan oleh Buraidah dalam hadits kedua di atas.Sebagaimana bunyi teks hadis: Buraidah berkata; dahulu kami pada masajahiliyah apabila salah seorang diantara kami terlahirkan anak laki-lakinya makaia menyembelih seekor kambing dan melumuri kepalanya dengan darahnya.Kemudian tatkala Allah datang membawa Islam maka kami menyembelih seekorkambing dan mencukur rambutnya serta melumurinya dengan za'faran.

’Aqiqah dapat dikatakan sebagai bentuk upacara, di samping sebagai namasuatu istilah korban yang berkaitan dengan dilahirkannya seorang anak darikandungan ibunya. Kedua bentuk itu mempunyai tujuan yang sama yaitu untukmensyukuri bayi yang lahir. Dengan demikian ’aqiqah mempunyai bentukserangkaian upacara untuk menyambut bayi yang dikategorikan sebagai upacarayang mengandung makna ibadah.

Berdasarkan kedua hadis di atas oleh para ulama diambil beberapaketetapan hukum yang berkaitan dengan upacara ’aqiqah, yaitu dengandisepakatinya melakukan upacara ’aqiqah secara sunnat. Menurut para ulamabahwa hewan yang disembelih untuk ’aqiqah adalah harus sudah mencukupi umuryakni untuk anak laki-laki ’aqiqahnya dua ekor kambing yang telah cukupumurnya. Menurut al-Khaththabi kedua kambing itu harus sama-sama umurnya,tidak boleh di antara salah satunya kurang dari umur, atau keduanya sudah daraserta telah menyusui atau sesuai dengan batas-batas hewan kurban, begitu jugakambing yang digunakan ’aqiqah untuk anak perempuan yang jumlahnya cukupsatu ekor. Adapun kambing yang disembelih itu boleh jantan atau betina.

Menurut Hadawiyah dan Imam Malik cukup satu ekor saja untuk masing-masing anak, baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan menurut jumhurulama (Syafi’i, Abu Daud, Abu Tsaur, dan Ahmad) ditetapkan untuk anak laki-laki dua ekor dan untuk anak perempuan satu ekor. Imam malik dan Hadawiyahberdalil pada hadits ’Aisyah tadi secara umum yang telah diriwayatkan olehTurmuzi mendapat sorotan dari para ulama bahwa pendapat itu berdasarkan padahadits qauliyah, sedangkan yang lainnya pada hadits ’amaliyah, namun yangdianggap lebih kuat dari kedua bentuk dasar itu adalah yang berdasarkan padahadits qauliyah. Selain itu ada yang mensunnatkan dua ekor kambing, namunapabila dilaksanakan dengan memotong satu ekor saja dianggap boleh

Page 103: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 101

berdasarkan pada amalan yang pernah dikerjakan oleh Nabi SAW yaitu beliaupernah menyembelih satu ekor domba untuk Husein (cucunya). Berdasarkan ataskemuthlakan hadits maka hewan yang disembelih itu disyaratkan berupa kambing,tidak seperti yang disyaratkan pada hewan korban.25

Para ulama juga menetapkan larangan menetesi darah hewan ’aqiqah keatas kepala anak, namun cukup dengan mencukur bersih rambutnya saja, karenadalam suatu hadis diriwayatkan:

عليه وسلم قال يـعق عن الغال أن النيب صلى ا م وال ميس رأسه بدم Artinya: ”Nabi SAW bersabda: anak yang di’aqiqah kepalanya tidak perlu

diusapi darah hewan ’aqiqah.”Sanad hadis ini termasuk hasan, karena rawi yang bernama Ya’qub bin

Humaid diperselisihkan statusnya, sedangkan rawi-rawi lainnya dalam sanad itudinilai memenuhi kriteria persyaratan Bukhari dan Muslim.26

Di kalangan para ulama telah terjadi perselisihan penetapan mengenaihewan ’aqiqah, sebagian tidak membolehkan selain kambing dengan dalil hadisyang dinukil oleh Ibnu Munzir dari Hafshah bin ’Abdurrahman bin Abi Bakar.Menurut Imam Malik bahwa menyembelih hewan korban untuk ’aqiqah selainkambing diperbolehkan, namun yang dianggap lebih utama adalah kambingdomba. Jumhur ulama memperbolehkan memotong hewan ’aqiqah dengandomba, sapi atau unta. Pendapat mereka ini didasarkan kepada suatu riwayat yangditakhrij oleh al-Thabrani dan Abu Syeikh dari Anas bin Malik secara marfu’,yaitu:

يعق عنه من االبل والبقر والغنمArtinya: “Aqiqah dengan unta, sapi, dan kambing”Ahmad bin Hanbal memberikan komentar bahwa hewan yang disembelih

berdasarkan hadits Anas tersebut harus unta yang gemuk atau lembu ataukambing, diutamakan unta yang habis masa menyusui yang pertama (badanah)atau lembu yang sudah mencukupi umurnya. Al-Rafi’i menerangkan bahwa satuekor unta atau lembu berlaku sama dengan tujuh ekor kambing seperti yangberlaku dalam korban, sehingga menyembelih satu ekor unta atau lembu dapatuntuk ‘aqiqah tujuh anak.

Adapun syarat-syarat yang diperlukan terhadap yang dikorbankan untuk‘aqiqah menurut golongan Syafi’iyyah ada dua pendapat:

1. Jika berdalil pada kemuthlakan hadits maka tidak diperlukan syarat-syarat,dan pendapat ini dinilai sebagai pendapat yang benar

2. Pendapat yang tidak menilai bahwa hadits itu sebagai bentuk yangmuthlak, namun karena tidak adanya hadits-hadits yang menerangkantentang syarat-syarat dan ’illatnya sebagaimana yang diberlakukan kepadahewan kurban, dan hal ini sebagai hukum syara’ yang ditetapkan dengandalil.Di kalangan pengikut Malikiyyah terdapat perbedaan pendapat mengenai

awal waktu penyembelihan hewan ’aqiqah. Sebagian menetapkan pada saatsebelum waktu dhuha dimulai, sebagian lain memperbolehkan pada malamharinya dan sebagian lainnya menetapkan bahwa waktu penyembelihan hewan

_____________25Ash-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV…, h. 9826Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz II, h. 1057

Page 104: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Arfah Ibrahim: 'Aqiqah dalam Perspektif Hadits Nabi102

’aqiqah boleh setiap saat, boleh malam hari, siang hari, ataupun pagi hari, danpendapat inilah yang dianggap paling umum walaupun ditetapkannya tidakdengan dalil khusus, melainkan diqiyaskan dengan pelaksanaan kurban pada hariraya ’idul adha.27

Dengan demikian, hasil pengkajian dan pembahasan terhadap hadis-hadisyang berkaitan dengan persoalan ’aqiqah sudah tentu diharapkan adanya manfaatyang luas walaupun masih terdapat kekurangan yang bersifat kekhilapan.

KESIMPULANTulisan ini membahas masalah ’aqiqah. Hadis-hadis yang dikaji dalam

tulisan ini adalah hadis-hadis tentang: 1. Dasar hukum áqiqah; 2. Kegiatan yangmengiringi acara áqiqah; 3. Tata cara áqiqah. Dari uraian-uraian pembahasanmengenai ‘aqiqah dapat ditetapkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

‘Aqiqah merupakan suatu bentuk upacara ibadah yang sunnah hukumnyasesuai dengan dalil-dalil yang bersumber sunnah Nabi SAW. Pada prakteknya,pelaksanaan ‘aqiqah diiringi dengan:

1. Pelaksanaan pemotongan hewan yang terdiri atas dua ekor kambing untukanak laki-laki dan satu ekor kambing untuk anak perempuan, dan hewanyang disembelih itu haruslah sudah cukup umur. Pemotongan hewandilakukan pada hari ketujuh setelah saat kelahiran.

2. Pemberian nama terhadap anak yang telah dilahirkan dengan nama yangmengandung makna yang baik, tidak diperbolehkan memberi nama yangmempunyai makna “Maha” sebagaimana sifat Allah SWT seperti nama“Malikul Muluk”.

3. Disunnahkan membersihkan (mencukur) rambut anak itu pada saatmelaksanakan upacara ‘aqiqah tepatnya pada hari ketujuh.

4. Terhadap bayi yang dilahirkan disunnahkan dibacakan lafaz azan daniqamah pada dua telinga anak itu.

_____________27Al-Syaukani, Nail al-Authar, Juz V…, h. 146-147

Page 105: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 103

DAFTAR PUSTAKA

CD Program Hadis Kutub al-Tis’ah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet.II, Jakarta: balai Pustaka, 1990)

Ibnu Hajar al-‘Asqalany, Tahzib al-Tahzib (Beirut: Dar al-Fikr, t.th)

-----------------------------, Fath al-Bary (Mesir: Mathba’ah Salafiyah, 1374)

Jalaluddin Al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawy, Juz I(Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1972)

Fred N. Kerlinger, Fondation of Behavioral Research (New York: Holt, Rinehartand Winston, Inc., 1973), h. 525

Lihat M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi (cet. I, Jakarta: BulanBintang, 1992), h. 42

------------------------------, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: BulanBintang, 1988)

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1989)

Shubhi Shalih, ‘Ulum al-Hadits Wa Mushthalahuhu diterjemahkan oleh TimPenerjemah Pustaka Firdausn dengan judul :” Membahas Ilmu-IlmuHadits”, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993)

Ash-Shan’any, Subul al-Salam (Mesir: Syirkah Mathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi, t.th)

Asy-Syaukany, Nail al-Authar bi Syarh Muntaqa al-Ahbar (Mesir: SyirkahMathba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi, t.th)

Az-Zahaby, Mizan al-I’tidal fi naqd al-Rijal (Mesir: Mathba’ah Sa’diyah, 1325)

Page 106: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat104

MEMAHAMI HADIS-HADIS TENTANG TANDA-TANDADATANGNYA HARI KIAMAT

A. ShamadSTAI Al-Washliyah Banda Aceh

Lam Ara – Rukoh Kota Banda Aceh

ABSTRAKHadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhary memberi informasi bahwa

tidak ada satu negeri pun di bumi ini yang tidak didatangi oleh Dajjal kecualiMekah dan Madinah, karena setiap lobang tanahnya dijaga oleh Malaikatberbaris-baris. Sementara dalam riwayat Ibnu Majah ada tambahan informasibahwa malaikat membawa pedang dalam menjaga kota itu. Ketika nanti kota itubergoncang tiga kali, maka orang kafir dan munafik dikeluarkan oleh Allah darisana. Isu penting tentang Dajjal antara lain, semua Nabi SAW memperingatkankepada umatnya akan datangnya Dajjal bila hari kiamat sudah semakin dekat.Secara fisik Dajjal dilukiskan sebagai orang yang matanya buta sebelah. Hadislain yang nilainya shahih menyebutkan sifat tercela pada diri Dajjal adalah iamakhluk pembohong. Jumlah mereka mencapai 30 orang, masing-masingmengaku sebagai utusan Allah.

Kata Kunci: Kiamat, Hadis Nabi, Dajjal

PENDAHULUANInformasi keagamaan tentang tanda-tanda dekatnya hari kiamat seperti

datangnya Ya’juj dan Ma’juj, Dajjal, Imam Mahdi dan lain-lain tampaknyamenarik perhatian dalam masyarakat Islam, utamanya ulama hadis. Semua merekameriwayatkan hadis tema ini dalam kitab mereka kendati kadar keshahihan dankelengkapannya tidak sama. Sekiranya kita tidak memperhatikan akurasiperiwayatan, apa yang termuat dalam kitab hadis langsung kita terima, bahkansecara harfiyah, niscaya kita mendapatkan gambaran kongkrit tentang tematersebut. Tetapi karena akal pikiran ikut berbicara kritis, tidak secara apriorimenerima atau menolak hadis, maka persoalan ini menjadi menarik untukdidiskusikan. Banyak hal yang dapat dipertanyakan dari kandungan hadis-hadistersebut karena bila dipahami secara harfiyah bisa menimbulkan pemahaman yangtidak masuk di akal.

Dari sudut pandang keagamaan, tema hari kiamat memang termasukkawasan ilmu akidah. Persoalan akidah memerlukan dalil-dalil qath’i(mutawatir). Hadis yang tidak mutawatir maka tidak dapat memaksa orang lainuntuk mempercayainya. Karena hadis-hadisnya tidak mutawatir maka bolehdiambil dan boleh ditolak. Agaknya persoalannya bukan terletak pada statusmutawatir atau ahad, namun karena orang Islam percaya kepada RasulullahSAW, maka mereka merasa berkewajiban untuk mengindahkan ajaran-ajaran danketeladanannya. Bagi mereka yang meyakini hadis itu berasal dari RasulullahSAW, apakah melalui jalan mutawatir atau ahad, dengan sendirinya akan

Page 107: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 105

menempatkannya sebagai ajaran dan petunjuk. Bagi yang menolaknya, tentumasalahnya sudah selesai. Bagi yang mengambilnya tadi, perlu memahami hadistersebut dengan penyesuaian agar informasi keagamaan dapat diterima tanpamenimbulkan masalah.

Matan hadis-hadis tentang tanda-tanda kiamat kiranya perlu disikapidengan bijaksana. Hadis-hadis yang begitu populer di kalangan umat Islambelakangan ini tampaknya kurang populer di kalangan sahabat Nabi SAW. Begitupenting dan dahsyatnya informasi yang terkandung di dalamnya, hanya segelintirkecil sahabat yang meriwayatkan masing-masing hadis tersebut. Seharusnyainformasi penting semacam ini diketahui para sahabat secara merata denganindikasi mutawatir. Karena, meskipun di kalangan sahabat hadis yangmengandung informasi ”ramalan” itu tidak mutawatir, tetapi pada generasiberikutnya diriwayatkan secara mutawatir. Terlepas dari tawatur tidaknya riwayattersebut, terdapat sanad shahih yang membawa informasi tersebut, sehingga cukupalasan mempercayai hadis-hadis yang sulit dijangkau akal itu.

Berangkat dari realitas di atas, tulisan ini mencoba untuk membahastentang bagaimana memahami hadis-hadis tentang tanda-tanda dekatnya harikiamat. Hadis-hadis dengan tema “berbagai kejadian menjelang hari kiamat” yangmenjadi objek bahasan dalam tulisan ini meliputi hadis-hadis tentang: 1.Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj; 2. Kedatangan Dajjal; 3. Kedatangan Imam Mahdi.

HADIS-HADIS TENTANG YA’JUJ DAN MA’JUJInformasi tentang Ya’juj dan Ma’juj tidak hanya terdapat di dalam al-

Qur’an (Q.S. Al-Kahfi (18): 93-98), tetapi juga terdapat di dalam kitab-kitab hadisdengan redaksi yang sama. Hadis di seputar persoalan Ya’juj dan Ma’juj iniselengkapnya sebagai berikut:

فع و غريواحد قالوا حـد ثنا سـفيان بـن عيينـة عـن حدثنا سعيد بن عبد الرمحن املخزومي وأبوبكر بن الزهري عن عروة بن الزبري عن زينب بنت أيب سلمة عن حبيبة عن أم حبيبـة عـن زينـب بنـت جحـش قالــت اســتيقظ رســول هللا صــلي هللا عليــه وســلم مــن نــوم حممــرا وجهــه وهــو يقــول الالــه االهللا يرددهــا

جـوج ومـأج وج مثـل هـذه وعقـد عـشرا ثالث مرات ويل للعرب من شر قد اقرتب فتح اليوم من ردم رسول هللا أفنهلك وفينا الصاحلون قال نعم اذا كثر اخلبث قالت زينب قلت

Artinya: Dari Zainab binti Jahsyin berkata: Nabi SAW bangun dari tidur danseketika mukanya memerah sambil mengucap La ilaha illa Allah tiga kali,kemudian beliau berkata: selakalah orang Arab karena akan ditimpa bahayadengan kedatangan Ya’juj dan Ma’juj, sebagai tanda hari akhirat sudah dekat.Lalu Zainab bertanya, “Apakah bahaya itu juga menimpa kami, sementara diantara kami banyak orang yang shalih?” Beliau menjawab, “Ya, apabila kotoranmoral (khabats) menjadi banyak dan telah mewabah”.

Hadis tersebut di atas terdapat dalam sejumlah kitab sumber hadis yangpopuler, yaitu: dalam Sunan Al-Turmuzi,1 dalam Sunan Ibn Majah2. dalam Shahih

_____________1CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan al-Turmuzi, Hadis No. 2113.2CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Ibnu Majah No Hadis 3943.

Page 108: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat106

Muslim3. Hadis di atas ditemui juga dalam Shahih al-Bukhari4 dan dalam MusnadAhmad.5

Teks hadits di atas mengandung makna bahwa Nabi SAW ketika mukanyamemerah mengucap La ilaha illa Allah, kemudian menyatakan bahwa orang Arabakan ditimpa bahaya dengan kedatangan Ya’juj dan Ma’juj, sebagai tanda hariakhirat sudah dekat. Lalu ada yang bertanya, “Apakah bahaya itu juga menimpakami, sementara di antara kami banyak orang yang shalih?” Beliau menjawab,“Ya, apabila kotoran moral (khabats) menjadi banyak dan telah mewabah”.

Mengenai Ya’juj dan Ma’juj ini, Al-Qur’an menyebutkan istilah Ya’jujdan Ma’juj di dua tempat, dalam surah al-Kahfi ayat 94 dan surah al-Anbiya’ ayat96. Sekiranya isu tentang Ya’juj dan Ma’juj itu tidak penting niscaya tidakdisebutkan dalam al-Qur’an, meskipun hanya sekilas. Di sana Ya’juj dan Ma’jujdikaitkan dengan Zulqarnain.

Dalam surah al-Kahfi disebutkan, Rasulullah akan ditanya tentangZulqarnain. Kemudian diceritakan oleh al-Qur’an bahwa Zulqarnain itu duluberada di lokasi tertentu dengan segala keistimewan dan kiprahnya yang sangathebat. Orang-orang berkata, ”Hai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj ituorang-orang yang berbuat kerusakan di bumi, maka dapatkah kami memberikanpembayaran sesuatu kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kamidengan mereka”. Zulqarnain berkata,”Apa yang telah dikuasakan Tuhankukepadaku itu lebih baik dari apa yang kamu upahkan”. Maka tolonglah akudengan kekuatan manusia dan alat-alatnya agar aku membuatkan dinding antarakamu dengan mereka. Berilah aku potongan-potongan besi.”Ketika besi itu telahrata dengan dua puncak gunung, Zulqarnain berkata,”Tiuplah api itu”. Ketika besiitu menjadi merah seperti api, ia berkata, ”Berilah aku tembaga yang mendidihuntuk kutuangkan ke atas besi panas itu. Sehingga mereka (Ya’juj dan Ma’juj)tidak bisa mendakinya dan tidak pula dapat melobanginya.”Kata Zulqarnainselanjutnya, ”Dinding ini adalah rahmat Tuhanku. Bila sudah datang janjiTuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, dan janji Tuhanku adalah benar.

Selanjutnya dalam surah al-Anbiya’ al-Qur’an memperingatkan bahwasemua orang akan menerima balasan dariNya. Tidak mungkin penduduk suatunegeri yang telah dibinasakan oleh Tuhan itu tidak kembali kepadaNya. Sehinggaapabila dibukakan tembok Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dariseluruh tempat yang tinggi, dan telah dekatlah janji yang benar.

Dari ayat yang terkandung dalam surat al-Kahfi dapat diketahui bahwaYa’juj dan Ma’juj adalah makhluk yang sudah dikenal setidaknya sejak zamanZulqarnain. Diyakini tampaknya bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah perusak. Suratal-Anbiya’ membentuk opini bahwa mendekati akhir zaman, Ya’juj dan Ma’jujakan muncul bersamaan dengan terbukanya tembok. Tampaknya tembok iniadalah yang dibuat oleh Zulqarnain bersama masyarakat sekitarnya. Informasiyang terbatas ini memancing orang bertanya, apa sebenarnya makhluk pegrusakitu. Para ahli tafsirpun berupaya keras menelusuri informasi ini dengan membuka-buka kitab-kitab hadis dan informasi keagamaan di luar Islam.

Salah satu cara yang dipakai oleh al-Qur’an dalam menyampaikan misinyaadalah berkisah. Ya’juj dan Ma’juj disinggung oleh al-Qur’an dalam bentuk kisah,_____________

3CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Muslim, Hadis No. 51284CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Bukhary, Hadis No. 33315CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Musnad Ahmad, Hadis No. 26145

Page 109: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 107

kemudian hadis membantu menjelaskan. Dalam hal kisah, lokasi dan waktuterjadinya peristiwa tidak menjadi prioritas pembicaraan, bahkan tokohnya. Bolehjadi tokohnya fiktif, yang penting dalam kisah adalah misi dan ajaran dibalikkisah. Ini sejalan dengan teori bahwa agama sering menggunakan bahasa-bahasasimbol. Orang boleh berimajinasi tentang dialog antara Tuhan, Adam danmalaikat, apakah diimajinasikan di surga, di bumi, atau dimana. Tetapi yangpenting adalah pelajaran yang dipetik dari kisah tersebut. Misalnya, dari kisah itudapat dipetik pelajaran bahwa manusia berpotensi untuk berbuat kerusakan.

Dengan demikian, hadis tentang Ya’juj dan Ma’juj sebagai penjelasanterhadap ayat-ayat al-Qur’an yang membicarakannya, tampaknya dapatditempatkan sebagai metode menjelaskan misi agama. Ya’juj dan Ma’jujmerupakan simbol perusak, dan sudah dikenal lama. Dengan pemahaman iniorang akan menjauhi perusakan, takut dituding sebagai Ya’juj dan Ma’juj.Terlebih-lebih di dalam era yang setiap orang sepertinya boleh berprilakusemaunya sendiri. Konsep tentang Ya’juj dan Ma’juj yang tersosialisasi dapatmengurangi brutalisme yang amat susah diatasi.

HADIS-HADIS TENTANG DAJJALDi dalam banyak hadis disebutkan beberapa hal yang berkaitan dengan

Dajjal sebagai berikut:1. Semua Nabi mengingatkan umatnya akan datangnya Dajjal. Ada beberapahadis tentang masalah ini yang dapat dikutip, di antaranya sebagai berikut:

Imam Muslim meriwayatkan sebagai berikut:6

حدثين حرملة بن حيي بـن عبـدهللا بـن حرملـة بـن عمـران التحيـيب أخـربين ابـن وهـب أخـربين يـونس عـن …ابــن شــهاب عــن ســامل بــن عبــدهللا عبــدهللا بــن عمــر فقــام رســول هللا صــلي هللا عليــه قــال ســامل قــالوسلم يف الناس فأثين علـي هللا مبـا هـو أهلـه مث ذكردجـال فقـال اين ألنـذركموه مـامن نـيب اال وقـد أنـذره قومه لقد أنـذره نـوح قومـه ولكـن أقـول لكـم فيـه قـوال مل يقلـه نـيب لقومـه تعلمـوا أنـه أعـور وأن هللا تبـارك عــور .وتعــايل لــيس بــت األنــصاري أنــه أخــربه بعــض أصــحاب قــال ابــن شــهاب وأخــربين عمــر ابــن رسول هللا صلي هللا عليـه وسـلم أن رسـول هللا صـلي هللا عليـه وسـلم قـال يـوم حـذر النـاس الـدجال انـه مكتوب بني عينيه كافر يقرؤه من كره عمله أو يفرؤه كل مؤمنArtinya: Dari ‘Abdullah ibn ‘Umar berkata: ketika Nabi SAW berdiri di depanorang banyak dan beliau memuji Allah, kemudian berbicara tentang Dajjal danberkata: Saya akan mengingatkan kamu terhadap sesuatu yang semua nabimengigatkan umatnya akan bahaya Daajjal seperti nabi Nuh mengingatkanumatnya. Hanya saja Nabi SAW mengatakan apa yang tidak disebutkan oleh paranabi bahwa Dajjal itu buta sebelah, Tuhan tidak.

Selanjutnya Imam al-Bukhary meriwayatkan sebagai berikut:7

_____________6CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Muslim, Hadis No. 52157CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Bukhary, Hadis No. 5707

Page 110: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat108

شـــعيب عـــن الزهـــري قـــال أخـــربين ســـامل بـــن عبـــد هللا أن عبـــدهللا بـــن عمـــر حـــدثنا أبـــو اليمـــان أخـــرباين أنـذركموه ومـا مث ذكـر الـدجال فقـال…فقام رسـول هللا صـلي هللا عليـه وسـلم يف النـاس…أخربه

لقومـه تعلمـون من نيب اال وقد أنذره قومه لقد أنذره نوح قومه ولكين سأقول لكم فيه قوال مل يقلـه نـيب عور أنه أعور وأن هللا ليس

Imam Al-Turmuzi meriwayatkan:8

حدثنا عبدهللا بن معاوية اجلماحي حدثنا محاد بن سلمة عن خالد احلذاء عـن عبـدهللا بـن شـقيق عـن انــه مل يكــن ة بــن اجلــراح قــال مسعــت النــيب صــلي هللا عليــه وســلم يقــولعبــدهللا بــن ســراقة عــن أيب عبيــد

نيب بعد نوح اال و قد أنذرالدجال قومه واين أنذركموه فوصفه لنا رسول هللا صلي هللا عليه وسلم

Informasi penting yang terkandung dalam riwayat Imam Muslim adalah,ketika Nabi SAW berdiri di depan orang banyak, berbicara tentang Dajjal danmenyatakan bahwa semua Nabi seperti Nabi Nuh, mengingatkan umatnya akanbahaya Daajjal. Hanya saja Nabi SAW mengatakan apa yang tidak disebutkanoleh para nabi bahwa Dajjal itu buta sebelah, Tuhan tidak. Adapun informasi darihadits jalur Imam Bukhary dan Turmuzi bahwa semua nabi terdahulu setidaknyasesudah Nabi Nuh pernah mengingatkan kepada umatnya tentang Dajjal. Di sinitidak disebut informasi tambahan, misalnya sifat Dajjal yang nanti akanmengklaim dirinya sebagai nabi atau tuhan. Dengan demikian ada hadis yanginformasinya lengkap, ada pula yang sepotong karena kepentingan periwayatan.Dari periwayatan berbagai jalur itu diketahui, sebuah peristiwa diriwayatkanbeberapa orang dengan cara riwayat bi al-makna.

2. Hari kiamat tidak datang sebelum muncul Dajjal Pembohong yang berjumlahtigapuluhan.

Ada beberapa buah hadis yang menjelaskan tentang masalah ini, diantaranya:

Imam Muslim meriwayatkan:9

وقــال زهريحــدثنا عبــد الــرمحن وهــو ابــن حــدثين وهــريبن حــرب واســحاق بــن منــصورقال اســحاق أخــربد عن األعرج عن أيب هريرة عن النيب صلي هللا عليه وسـلم قـال ال تقـوم مهدي عن مالك عن أيب الزالساعة حيت ينبعث دجالون كذبون قريب من ثالثني كلهم يزعم أنه رسول هللا

Artinya: Dari Abi Hurairah dari Nabi SAW bersabda: Hari kiamat itutidak datang sebelum muncul Dajjal si pendusta yang jumlahnya disebutkan tigapuluhan orang, masing-masing mereka mengaku sebagai rasulullah.

Imam al-Bukhary meriwayatkan:10

_____________8CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan al-Turmuzi, Hadis No. 21609CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Muslim, Hadis No. 520510CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Bukhary, Hadis No. 6588

Page 111: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 109

د عن عبدالرمحن عن أيب هريرة أن رسـول هللا صـلي هللا شعيب حدثنا أبو الز حدثنا أبو اليمان أخربمــا عليــه وســلم قــا ل ال تقــوم الــساعة حــيت تقتتــل فئتــان عظيمتــان يكــون بينهمــا مقتلــة عظيمــة دعو

لون كذبون قريب من ثالثني كلهم يزعم أنه رسول هللاواحدة وحيت يبعث دجاArtinya: Dari Abu Hurairah dari Nabi SAW bersabda: Hari kiamat itu

tidak datang hingga sebelum ketika itu terjadi peperangan dua kelompok besaryang memperjuangkan ide yang sama hingga muncul Dajjal si pendusta yangjumlahnya disebutkan tiga puluhan orang, masing-masing mereka mengakusebagai rasulullah.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhary dan Muslim, seperti yangtersebut di atas, berisi informasi bahwa hari kiamat itu tidak datang sebelummuncul Dajjal si pendusta yang jumlahnya disebutkan tiga puluhan orang. Adaperbedaan kecil pada redaksi tetapi tidak pada isinya. Pada riwayat al-Bukharyterdapat tambahan informasi bahwa ketika itu terjadi peperangan dua kelompokbesar yang memperjuangkan ide yang sama. Agaknya dimaksudkan adalahmasing-masing mengaku membela kebenaran, membela rakyat dan membelaagama Islam, tetapi saling berperang karena berbeda “baju”. Istilah “pendusta” initampaknya disebut dalam riwayat Ibn Majah (Hadits nomor 4067) dengan“mengaku sebagai Nabi, bahkan sebagai tuhan”.

3. Bentuk-bentuk kebohongan Dajjal.Kalau hadis-hadis tentang kebohongan Dajjal menunjukkan

kebohongannya karena mengaku sebagai Nabi, maka ada hadis yang informasinyasebagian sama dengan hadis-hadis di atas (seperti Dajjal itu buta sebelah)ditambah dengan informasi bahwa ia akan datang membawa semacam “surga”dan “neraka”. Apa yang seperti surga sebenarnya neraka, dan apa yang sepertineraka sebenarnya surga. Hadis-hadis dimaksud selengkapnya sebagai berikut:

Dalam Shahih al-Bukhary disebutkan:11

قــال قــال رســول هللا صــلي هريــرة حــدثنا أبــونعيم حــدثنا شــيبان عــن حيــي عــن أيب ســلمة مسعــت أانــه جيــيء معــه مبثــال هللا عليــه وســلم أال أحــدثكم حــديثا عــن الــدجال مــا حــدث بــه نــيب قومــه انــه أعور

ا اجلنة هي النار نذركم كما أنذربه نوح قومهواين أاجلنة والنارفاليت يقول ا

Dalam shahih Muslim12 disebutkan:

هريـرة قـال حدثين دمحم بن رافع حدثنا حسني عن دمحم حدثنا شيبان عن حيي عن أيب سلمة مسعـت أأعورانـه كم عن الدجال حديثا ما حدثه نيب قومـه انـه قال رسول هللا صلي هللا عليه وسلم قال أال أخرب

ا اجلنة هي النار واين أنذرتكم به كما أنذربه نوح قومهجييء معه مبثال اجلنة والنارفاليت يقول اIbnu Majah meriwayatkan:13

_____________11CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Bukhary, Hadis No. 309012CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Muslim, Hadis No. 522713CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Ibnu Majah, Hadis No. 4067

Page 112: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat110

حـدثنا عبـد الـرمحن احملـاريب عـن امساعيـل بـن رافـع أيب رافـع عـن أيب زرعـة الـسيباين حدثنا علي ابن دمحمحيــي بــن أيب عمــروعن عمــروبن عبــدهللا عــن أيب أمامــة البــاهلي قــال خطبنــا رســول هللا صــلي هللا عليــه ه فكان من قوله أن قـال انـه مل تكـن فتنـة وسلم فكان أكثر خطبته حديثا حدثناه عن الدجال وحذر

را فنـاره جنـة …األرض منذ ذرأ هللا ذرية أدم أعظم من فتنة الدجاليف وان من فتنته أن معـه جنـة وهللا وليقـرأ فـواتح الكهـف فتكـون عليـه برداوسـالما كمـا كانــت ر فمـن ابتلـي بنـاره فليـستغث وجنتـه

…النار علي ابراهيمDi sini kelihatan bahwa informasinya sudah dimuat pada hadis-hadis

sebelumnya. Hanya saja, ada tambahan informasi seperti yang diberi tanda garisbawah. Untuk riwayat Ibn Majah terdapat sedikit tambahan informasi, bilamenghadapi kepalsuan Dajjal supaya kita memohon pertolongan Allah danmembaca permulaan surah al-Kahfi agar suasana menjadi dingin.

4. Dajjal tidak masuk ke kota Makkah dan MadinahHadis-hadis tentang tema ini terdapat dalam beberapa kitab hadis sebagai

berikut:Imam al-Bukhari meriwayatkan:14

عــن النــيب صــلي حــدثنا ابــرهيم بــن منــذر حــدثنا أبــوعمرو حــدثنا اســحاق حــدثين أنــس بــن مالــك ــا نقــب اال هللا عليــه وســلم قــال لــيس مــن بلــد اال ســيطئه الــدجال اال مكــة واملدينــة لــيس لــه مــن نقا

هلها ثال ا مث ترجف املدينة ث رجفات فيخرج هللا كل كافرومنافقعليه املالئكة صافني حيرسوIbnu Majah meriwayatkan:15

عبـد الـرمحن احملـاريب عـن امساعيـل بـن رافـع أيب رافـع عـن أيب زرعـة الـسيباين حـدثنا علـي بـن دمحم حـدثناأيب أمامــة البــاهلي قــال خطبنــا رســول هللا صــلي هللا عليــه حيــي بــن أيب عمــروعن عمــروبن عبــدهللا عــن

ـــه ـــدجال وانـــه ال يبقـــي شـــيء مـــن األرض اال وطئ ـــه حـــديثا حـــدثناه عـــن ال وســـلم فكـــان أكثـــر خطبتلسيوف صلتة حيت ينـزل وظهرعليه اال ا اال لقيته املالئكة تيهما من نقب من نقا مكة واملدينة ال

هلهــا ثــالث رجفــات فــال يبقــي منــافق وال عنــد الظريــب األمحرعنــد منقطــع ا لــسبخة فرتجــف املدينــة منافقة

Dengan redaksi yang sedikit berbeda, hadis yang diriwayatkan oleh Imamal-Bukhary ini memberi informasi bahwa tidak ada satu negeri pun di bumi iniyang tidak didatangi oleh Dajjal kecuali Mekah dan Madinah, karena setiaplobang tanahnya dijaga oleh Malaikat berbaris-baris. Sementara dalam riwayatIbnu Majah ada tambahan informasi bahwa malaikat membawa pedang dalammenjaga kota itu. Ketika nanti kota itu bergoncang tiga kali, maka orang kafir danmunafik dikeluarkan oleh Allah dari sana.

Isu penting tentang Dajjal antara lain, semua Nabi SAW memperingatkankepada umatnya akan datangnya Dajjal bila hari kiamat sudah semakin dekat._____________

14CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih Bukhary, Hadis No. 512815CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Ibnu Majah, Hadis No. 4067

Page 113: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 111

Secara fisik Dajjal dilukiskan sebagai orang yang matanya buta sebelah. Hadislain yang nilainya shahih menyebutkan sifat tercela pada diri Dajjal adalah iamakhluk pembohong. Jumlah mereka mencapai 30 orang, masing-masingmengaku sebagai utusan Allah.

Di samping itu dilukiskan pula bahwa Dajjal akan membawa kepalsuan.Apa yang sepertinya surgawi adalah menuju neraka, apa yang sepertinya apiadalah menuju surga. Isyarat yang ditangkap dari hadits ini, Dajjal menampilkandan menawarkan kepalsuan yang menggiurkan. Itu sebabnya diingatkan,seringkali yang menggiurkan itu merangsang diikuti hawa nafsu menggelincirkanorang ke neraka. Kalau disebutkan Dajjal itu matanya buta sebelah, di keningnyaada tulisan kafir adalah sebuah kiasan bahwa nanti ada komunitas yangmemandang sesuatu secara tidak utuh, tidak adil, yang prilakunya menyimpang(kufur) dari kebenaran. Kandungan hadits seperti ini tidak bertentangan denganajaran al-Qur’an.

Pada hadis berikutnya disebutkan, Dajjal itu tidak dapat masuk kotaMakkah dan Madinah. Hadis ini memberi informasi bahwa tidak ada satunegeripun di bumi ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah,karena setiap lobang tanahnya dijaga oleh para malaikat berbaris-baris. Sementaradalam riwayat Ibnu Majah ada tambahan informasi bahwa malaikat membawapedang dalam menjaga kota itu. Ketika nanti kota itu bergoncang tiga kali, makaorang kafir dan munafik dikeluarkan oleh Allah dari sana.

Sifat Dajjal yang disebut dalam hadits ini mirip dengan sifat Ya’juj danMa’juj, berbuat kerusakan. Maka muncul pertanyaan, apakah Dajjal denganYa’juj dan Ma’juj itu berbeda? Dikaitkan dengan akidah, menganggap sama atauberbeda antara Ya’juj dan Ma’juj dengan Dajjal tidak mengurangi keimananseseorang.

Secara garis besar, kandungan hadis di atas mengingatkan orang agarmenjauhi dan anti perusakan. Ajaran ini sejalan dengan ajaran al-Qur’an,melarang berbuat zalim, kerusuhan, dan sejenisnya. Hadis ini tampil denganmetode tertentu, memakai bahasa simbol. Apa yang terkandung dalam hadis dapatdiperkirakan bahwa peringatan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakatjahiliyah yang dihadapi oleh Nabi SAW. Mereka, baik masyarakat perkotaanmaupun masyarakat nomad, sulit diatur. Sistem dan struktur sosial yangmementingkan kelompoknya atau keluarganya sangat rentan dan rawan denganpeperangan. Masyarakat nomad dikenal dengan pekerjaan pokok merampok.Agaknya, kandungan hadis itu mengandung maksud mengurangi kadar perusakanseperti yang terjadi dalam struktur sosial jahiliyah.

Hadis lain yang berbicara tentang Dajjal menyebutkan bahwa Dajjal akanturun ke bumi mengambil lokasi antara Syam dan Irak. Berdasarkan hasilpenelusuran sanad, hadis tersebut tidak shahih, karenanya tidak bisa dijadikandalil menguatkan keyakinan. Jika dilihat dari kepentingan tertentu, boleh jadihadis ini maudhu’ (palsu). Biasanya, hadis yang menyebut lokasi, apakah dalamrangka memuji atau mencela, hadis itu maudhu’ (palsu). Pembawa hadis, karenatidak senang dengan lokasi tersebut, ingin menunjukkan bahwa lokasi itu tidakterpuji, ditandai dengan turunnya Dajjal di sana.

Dengan demikian, hadis yang menyebutkan lokasi, yang tidak adasignifikansinya dengan wahyu biasanya ditolak oleh ulama hadis, dan dianggapsebagai maudhu’ (palsu).

Page 114: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat112

KEDATANGAN IMAM MAHDIAl-Turmuzi meriwayatkan hadis tentang datangnya Imam Mahdi sebagai

berikut:16

الــصديق حــدثنا دمحم بــن بــشارحدثنا دمحم بــن جعفرحــدثنا شــعبة قــال مسعــت زيــدا العمــي قــال مسعــت أن يكون بعد نبينـا حـدث فـسألنا نـيب هللا صـلي هللا الناجي حيدث عن أيب سعيد اخلدري قال خشينا أ

عليــه وســلم فقــال ان يف أمــيت املهــدي خيــرج يعــيش مخــسا أو ســبعا أو تــسعا زيــد الــشاك قــال قلنــا ومــا ـــه يف نومـــه ذاك مهـــدي أعطـــين أعطـــين قـــال فيحـــشي ل ـــه رجـــل فيقـــول قـــال ســـنني قـــال فيجـــيء الي

مااستطاع أن حيمله Artinya: Dari Abu Sa’id al-Khudry dari Nabi SAW bersabda: pada

umatku nanti ada al-Mahdi, tinggal selama lima, atau tujuh atau sembilan tahun.Kedatangannya di bumi membawa kesenangan, kenikmatan dan kemakmuran.

Ibnu Majah juga meriwayatkan:17

حــدثنا نــصر بــن علــي اجلهــضمي حــدثنا دمحم بــن مــروان العقيلــي حــدثنا عمــارة بــن أيب حفــصة عــن زيــد العمــي عــن أيب صــديق النــاجي عــن أيب ســعيد اخلــدري أن النــيب صــلي هللا عليــه وســلم قــال يكــون يف

مل ينعمــــوا مثلهــــا قــــط تــــؤيت أكلهــــا وال أمــــيت املهــــدي ان قصرفــــسبع واال فتــــسع فتــــنعم فيــــه أمــــيت نعمــــة مهدي أعطين فيقول خذتدخرمنهم شيأ واملال يومئ ذ كدوس فيقوم الرجل فيقول

Hadits tersebut menerangkan bahwa pada umat Muhammad nanti ada al-Mahdi, tinggal selama lima, atau tujuh atau sembilan tahun. Kedatangannya dibumi membawa kesenangan, kenikmatan dan kemakmuran.

Di dalam hadis lain disebutkan bahwa al-Mahdi itu keturunan Nabimelalui jalur Fathimah. Abu Daud meriwayatkan:18

نا عمـران القطـان عـن قتـادة عـن أيب نـضرة عـن أيب سـعيد اخلـدري حـدثنا سـهل ابـن متـام بـن بزيـع حـدثقــال قــال رســول هللا صــلي هللا عليــه وســلم املهــدي مــين أجلــي اجلبهــة أقــين األنــف ميــأل االرض قــسطا

.وعدال كما ملئت جورا وظلما ميلك سبع سننيد بـن حدثنا أمحد بن ابراهيم حدثنا عبد هللا بن جعفر الرقي حدثنا أبو امللـيح احلـس ن بـن عمـر عـن ز

بيـان عـن علــي بـن نفيـل عــن سـعيد بــن املـسيب عـن أم ســلمة قالـت مسعـت رســول هللا صـلي هللا عليــه امللــيح يثــين علــي وســلم يقــول املهــدي مــن عــرتيت مــن ولــد فاطمــة قــال عبــد هللا بــن جعفــر ومسعــت أ

ذكر منه صالحاعلي بن نفيل ويAda sebuah hadis yang menyatakan bahwa al-Mahdi itu Isa ibn Maryam

sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebagai berikut:19

_____________16CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Shahih al-Turmuzi, Hadis No. 215817CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Ibnu Majah, Hadis No. 407318CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Abu Daud, Hadis No. 373619CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, Sunan Ibnu Majah, Hadis No. 4029

Page 115: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 113

ن حدثنا يونس بن عبـد األعلـي حـدثنا دمحم بـن ادريـس الـشافعي حـدثين دمحم بـن خالـد اجلنـدي عـن أرســول هللا صــلي هللا عليــه وســلم قــال ال يــزداد األمــراال حلــسن عــن أنــس بــن مالــك أن بــن صــاحل عــن ا

را وال النــــاس اال شــــحا وال تقــــوم الــــساعة اال علــــي شــــرارالناس وال املهــــدي اال شــــدة وال الــــدنيا اال ادعيسي ابن مرمي

Isu menarik lain dalam kitab-kitab hadis adalah tentang turunnya Nabi Isakelak. Di dalam kitab hadis disebutkan bahwa ketika Nabi Isa turun ke bumimemerintahkan agar sebuah pintu dibuka. Setelah dibuka, dibalik pintu munculDajjal bersama 70.000 orang Yahudi yang siap dengan pedang masing-masing.Manakala melihat Isa, Dajjal mencair seperti garam mencair di air. Agaknyadimaksudkan di sini Dajjal membaur dengan orang banyak kemudian lari takutberhadapan dengan Nabi Isa. Di samping itu diperintahkan agar orang Islammembunuh Yahudi. Diriwayatkan pada hadis lain, Nabi Isa turun di bumi memilihtempat turun di mesjid bermenara putih sebelah Timur Damaskus. Selanjutnyadiriwayatkan bahwa Nabi Isa kelak akan memecah-mecah salib, membunuh babi,menegakkan keadilan serta membebaskan kewajiban pajak. Dengan inikemakmuran melimpah, tidak seorangpun merasa berhak menerima pemberianseperti shadaqah.

Lebih masuk akal bila hadis-hadis ini dipahami sebagai bahasa simbol.Nabi Isa merupakan simbol perjuangan yang hak, melawan segala kebatilan yangdibawa oleh orang Yahudi yang dalam hadis itu dilukiskan bekerjasama denganDajjal. Agaknya hadis ini meminta agar pembela kebenaran berhati-hati dan tidakboleh lengah berhadapan dengan zionisme dan Yahudi.

Beberapa hadis menyebut akan datang al-Mahdi dengan membawaketentraman dan kedamaian. Karena al-Mahdi berdasarkan hadis ini adalahketurunan Fathimah, dan ia tiada lain Isa as, maka tidak heran kalau kaum syi’ahsangat antusias menyongsong kedatangannya. Hadis tentang kedatangan Isa ataual-Mahdi di kalangan luar syi’ah juga dikenal, tetapi antusiasme penyambutannyakurang semarak. Agaknya disebabkan oleh status haditsnya yang dha’if atauhasan.

KESIMPULANHadis tentang tanda-tanda dekatnya hari kiamat dalam tulisan ini meliputi:

1. Ya’juj dan Ma’juj; 2. Dajjal; 3. Al-Mahdi; Kendati hadis-hadis ini terkadangdiriwayatkan oleh para penulis kitab hadis semisal al-Bukhari, Muslim, AbuDaud, Ahmad, dan lain-lain, tetapi tidak satupun yang berderajat mutawatir.Kendati tidak mutawatir, banyak yang shahih atau hasan, tidak dapat dihalangiorang yang mempercayainya.

Ketika hadis-hadis itu dipahami apa adanya, ada beberapa kesulitan.Misalnya Nabi Isa yang turun dengan tugas memecah salib dan membunuh babidiimajinasikan sebagai sosok yang berkeringat, ke sana ke mari dengan membawapalu godam dan senjata perang. Pada kening Dajjal ada tulisan k f r (kafir). Inisemua sulit diterima akal. Karenanya, analisis bahwa agama sering menggunakanbahasa simbol sangat membantu memahami hadis-hadis tersebut.

Dalam banyak agama dikenal ajaran messianisme, sebuah ajaranmembangkitkan optimisme bagi kaum tertindas. Kesengsaraan yang sedang

Page 116: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

A. Shamad: Memahami Hadis-Hadis tentang tanda-tanda Datangnya kiamat114

melanda akan diusir oleh juru selamat. Kesengsaran dan kekacauan disimbolkandengan tingkah Ya’juj – Ma’juj dan Dajjal. Adapun juru selamat disimbolkandengan sosok Nabi Isa atau al-Mahdi.

Adalah tidak terbantahkan bahwa orang Yahudi merasa lebih ungguldibanding dengan manusia bangsa lain di bumi. Sejarah menunjukkan, rasaunggul itu ditampilkan dengan keangkuhannya. Mereka paling pantas mengaturdunia ini. Semua aliran dan kekuatan politik yang tidak sejalan dengan merekadihambat berkembang, bahkan dihancurkan. Maka cukup alasan bagi orang nonYahudi menyebut mereka sebagai Dajjal atau Ya’juj dan Ma’juj. Lebih dari itu,siapa saja yang selalu menciptakan pertengkaran, memprovokasi orang lain agarterjadi konflik, tidak senang melihat kedamaian, digolongkan oleh para ulamasebagai kawan-kawan Yahudi, Dajjal, dan Ya’juj – Ma’juj.

Page 117: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, januari 2015 115

DAFTAR PUSTAKA

CD Program Hadis Kutub al-Tis’ah

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet.II, Jakarta: balai Pustaka, 1990)

Jalaluddin Al-Suyuthi, Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawy, Juz I(Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1972)

M. Syuhudi Ismail, Metode Penelitian Hadis Nabi (cet. I, Jakarta: BulanBintang, 1992), h. 42

------------------------------, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis (Jakarta: BulanBintang, 1988)

Muhammad ‘Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1989)

Shubhi Shalih, ‘Ulum al-Hadits Wa Mushthalahuhu diterjemahkan oleh TimPenerjemah Pustaka Firdausn dengan judul :” Membahas Ilmu-IlmuHadits”, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993)

Page 118: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, Januari 2015116

PEDOMAN PENULISAN

1. Artikel dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, Arab atau Inggeris, denganmengikuti kaidah kebahasaan yang baku dan berlaku dalam dunia ilmiah.

2. Artikel diketik 1,5 spasi pada kertas ukuran A4 dan dikirim dalam bentuk cetak(print out) sebanyak 1 eksemplar beserta CD, atau dikirim melalui email kealamat: [email protected] atau [email protected]. Panjang tulisan12-20 halaman. Tulisan diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum jurnalditerbitkan setiap edisinya.

3. Artikel konsepsional meliputi judul, nama penulis, Abstrak yang berkisar 100 –150 kata, kata kunci, pendahuluan, isi atau pembahasan, penutup, catatan kakidan daftar rujukan.

4. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris, kecuali untuk tulisan yang berbahasaInggris dan Arab, abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia.

5. Artikel merupakan tulisan konsepsional atau hasil penelitian berkaitan dengan al-Qur’an atau hadits dalam berbagai perspektif.

6. Nama penulis artikel (tanpa gelar akademik, jabatan atau kepangkatan)dicantumkan disertai alamat korespondensi, alamat e-mail, dan/atau nomortelepon kantor, rumah atau telepon seluler.

7. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama dan indentitas peneliti, abstrak (100-150 kata), kata kunci, pendahuluan (masalah, tujuan dan manfaat penelitian),metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan dan saran, catatanakhir, dan daftar rujukan.

8. Kutipan ayat al-Qur'an harus menuliskan ayat dan terjemahnya sertamencantumkan nama surat dan nomor ayat.

9. Kutipan Hadits ditulis secara lengkap teks dan terjemahnya serta sumbernya.

10. Artikel yang memenuhi syarat diseleksi dan diedit penyunting untukpenyeragaman format dan gaya penulisan tanpa mengubah isinya.

11. Penulisan catatan kaki/footnote dan daftar rujukan berbeda. Perbedaannya dapatdiketahui pada contoh berikut:

a. Catatan kaki/footnote

1 Philip K. Hitti, History of The Arabs (London: the Macmillan Press Ltd,1970), 87

2 Mohammad Arkoun, Islam al-Akhlaq wa al-Siyasiyah (Beirut: Markaz al-Inna al- Qawmi, 1990), 172-173

3 Crane Brinton, “Eglightement”, dalam Encyclopedia of Philosopy, vol. 2(New York: Macmillan and the Free Press, 1967), 521

4 M. Syamsul Huda, “Rasionalisme Telaah Pemikiran Imre Lakatos”, dalamwww. Geocities. Com/HotSprings/6774/j-40

Page 119: JURNAL ILMIAH ISSN 1693-7562 - Al-Muashirahal-muashirah.com/wp-content/uploads/2015/09/cetak-30-eks-a4-dof-3...Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif. Al-Mu‘ashirah

Al-Mu‘ashirah Vol. 12, No. 1, Januari 2015 117

5 M. Amin Abdullah, “Dialektika Agama antara Profanitas dan Sakralitas”,dalam Moh. Shofan, Jalan Ketiga Pemikiran Islam Mencari SolusiPerdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme (Yogyakarta: IRCiSoD,2006)

b. Daftar Pustaka

Abdullah, M.Amin, “Dialektika Agama antara Profanitas dan Sakralitas”,dalam Moh.Shofan, Jalan Ketiga Pemikiran Islam Mencari SolusiPerdebatan Tradisionalisme dan Liberalisme. Yogyakarta: IRCiSoD,2006

Arkoun, Mohammad. Islam al-Akhlaq wa Siyasah. Beirut: Markaz al-Inma’al-Qawmi, Macmillan and the Free Press, 1967.

Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: the Macmillan Press Ltd., 1970

Huda, M.Syamsul. “Rasionalisme Telaah Pemikiran Imre Lakatos”, dalamwww.geocities.com/6774/j-40.