PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di...

101
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN PADA YAYASAN BAITUL MAAL BANK RAKYAT INDONESIA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam. Jakarta, 08 Ramadhan 1429 H 08 september 2008 M Mengesahkan, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN MUNAQASAH 1. Ketua : Drs. A. Basiq Djalil, SH, MA. (...............................) NIP. 150 169 102 2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag. MH (...............................) NIP. 150 285 972 3. Pembimbing I : Dr. A. Sudirman Abbas, MA (...............................) NIP. 150 294 051 4. Pembimbing II: Alimin, M.Ag. (...............................) NIP. 150 299 473 5. Penguji I : Sri Hidayati, M.Ag. (...............................) NIP. 150 282 403 6. Penguji II : Dra. Hj. Halimah Ismail . (...............................) NIP. 150 075 192

Transcript of PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di...

Page 1: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN PADA

YAYASAN BAITUL MAAL BANK RAKYAT INDONESIA telah diujikan dalam

sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 September 2008. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada

Program Studi Ahwal al-Syakhshiyah Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam.

Jakarta, 08 Ramadhan 1429 H 08 september 2008 M Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASAH

1. Ketua : Drs. A. Basiq Djalil, SH, MA. (...............................) NIP. 150 169 102

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag. MH (...............................) NIP. 150 285 972

3. Pembimbing I : Dr. A. Sudirman Abbas, MA (...............................) NIP. 150 294 051

4. Pembimbing II: Alimin, M.Ag. (...............................) NIP. 150 299 473

5. Penguji I : Sri Hidayati, M.Ag. (...............................) NIP. 150 282 403

6. Penguji II : Dra. Hj. Halimah Ismail. (...............................) NIP. 150 075 192

Page 2: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 8 September 2008

Abdul Barri

Page 3: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Shalawat

serta salam kita mohonkan kepada Allah semoga selalu tercurah kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya yang selalu

istiqomah.

Skripsi ini merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan studi di kampus UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan segala kemampuan penulis dan berkat dukungan

dari berbagai pihak alhamdulillah tugas ini dapat terselesaikan. Salam ta’dzim dan

ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada orangtuaku tercinta Bpk H. Buchori

bin H. Abdul Ghani dan Ibu Hj. Mayati binti H. Abul Hasan, juga buat kakak-

kakakku Lilis Hariyanti dan suami Rahardi, Rahmawati dan suami Restu Hendarsyah,

S.Komp dan adikku Yuliana, tak lupa pula keponakan-keponakanku Muhammad

Wildan Al-Dzaky, Nayla Haura Zahida, Muhammad Fadhlan Al-Dzaky, yang

senantiasa memberikan inspirasi dalam segala hal dan mampu memberikan harapan

serta semangat hidup tersendiri.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum

Page 4: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

2. Ketua Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah Bapak Drs.H. A. Basiq Djalil, SH, MA dan

Sekretaris Jurusan Bapak Kamarusdiana, S.Ag. MH.

3. Pembimbing Dr. Ahmad Sudirman Abbas, MA. dan bapak Alimin, M.Ag. yang

telah memberikan arahan dan masukan yang bermanfaat kepada penulis.

4. Semua Dosen Fakultas Syariah dan Hukum beserta petugas akademik, juga

pimpinan dan karyawan perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum maupun

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia.

6. Bapak H. Moh. Nasir Tajang selaku Ketua Pelaksana Harian Yayasan Baitul

Maal Bank Rakyat Indonesia dan Ahmad Faqih selaku Staf Pendayagunaan, yang

telah membantu penulis memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam

penyusunan skripsi.

7. Neng Vera Fachriyah

8. Teman-teman mahasiswa AKI angkatan 2004/2005………………..

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah khasanah

ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan pembaca sekalian umumnya.

-Amin Ya Rabbal A’lamin.

Jakarta : 15 September 2008 15 Ramadhan 1429

Penulis

Abdul Barri

Page 5: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………………………………………............1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………………9

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian…………………………...10

D. Metode Penelitian dan Teknik

Penulisan………………………….....11

E. Sistematika Penulisan……………………………………………......12

BAB II : TINJAUAN ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Zakat……………………………………………………..13

B. Kedudukan Zakat Dalam Hukum Islam……………………………..15

C. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Zakat

Dalam Hukum Islam………………………………………………....22

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN BAITUL

MAAL BANK RAKYAT INDONESIA (YBM BRI)

A. Profil YBM BRI……………………………………………………..43

B. Struktur Organisasi YBM BRI………………………………………50

C. Sumber dan Penggunaan Dana YBM BRI…………………………..56

D. Kendala-kendala Yang Dihadapi YBM BRI………………………...59

BAB IV : ANALISA TERHADAP PEMBERDAYAAN ZAKAT

Page 6: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

MODERN YBM BRI

A. Strategi Dalam Menghimpun Dana ZIS……………………………..61

B. Program Pendayagunaan

Melalui Efektifitas Pengelolaan Dana ZIS…………………………..63

C. Pemberdayaan Zakat Modern YBM BRI

Ditinjau Dari Hukum Islam……………………………………….....72

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………..81

B. Saran-Saran…………………………………………………………..82

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….83

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN PADA YAYASAN BAITUL MAAL

BANK RAKYAT INDONESIA (YBM BRI)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah menciptakan umat manusia dan segala apa yang ada di bumi

dan langit serta diantara keduanya. Karena itu Dialah pemilik mutlak segala isi bumi,

isi langit dan diantara keduanya itu, tidak ada sekutu dalam pemilikannya. Seperti

yang tertera dalam al-Quran surat Yunus : 55

)١٠:۵۵ / يونس( ☺

Artinya: “Ingatlah sesungguhnya kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan dibumi. Ingatlah sesungguhnya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya”.1(Yunus / 10 : 55).

1 Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata

Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), h.157.

Page 8: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dia menciptakan segala isi bumi ini bagi kepentingan kehidupan seluruh umat

manusia, ciptaanNya. Hal ini tertera dalam al-Quran surat Al-Baqarah : 29

⌧ )

)٢:٢٩/ البقرة

Artinya:“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan dia berkehendak menuju langit lalu dijadikannya tujuh langit, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.(al-Baqarah / 2 : 29).

Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah harta benda (materi). Manusia

cenderung untuk mengumpulkan dan menguasai harta benda tersebut tanpa batas,

sampai ia menemui ajalnya. Kerakusan dan ketamakan manusia dalam dan menguasai

harta benda tersebut, kadang-kadang melampaui batas, melebihi nafsu binatang, yang

dapat menurunkan martabat nilai-nilai kemanusiaannya.2 Dalam rangka menciptakan,

menjaga dan memelihara kemaslahatan hidup serta martabat kehormatan manusia,

Allah SWT menciptakan syariat yang mengatur tata cara mendapatkan dan

memanfaatkan harta benda. Tata aturan ini antara lain syariat zakat.

2 Ibid. h. 158.

Page 9: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Harta benda tidak boleh hanya dinikmati oleh pemilik (nisbi) harta tersebut,

namun juga harus dinikmati oleh orang lain, sesuai dengan cara yang telah diatur oleh

Allah SWT. Pada setiap pemilikan seseorang, selalu ada hak orang lain didalamnya,

jadi fungsi sosial (haq al-jama’ah), karena pada dasarnya harta itu diperuntukkan bagi

kepentingan seluruh umat manusia. Pemanfaatan harta tersebut disamping bisa

dirasakan oleh pemiliknya, juga bisa dirasakan oleh manusia lainnya.

Karena harta benda itu diperuntukkan bagi seluruh umat manusia, maka Allah

SWT menentukan cara pemanfaatan harta tersebut, agar bisa dirasakan manfaatnya

oleh seluruh umat manusia. Cara pemanfaatan harta benda itu ialah melaui zakat,

infak, sadaqah, wakaf, kurban, wasiat. Dengan demikian maka zakat merupakan salah

satu bentuk ibadat maaliyah, yaitu bentuk ibadat yang dilakukan melalui pengeluaran

atau pemanfaatan harta benda yang dimiliki oleh seseorang. Zakat sebagai bentuk

ibadat amaliyah mempunyai kedudukan sebagai salah satu rukun Islam atau sendi-

sendi Islam, disamping rukun Islam lainnya yaitu syahadatain, shalat, shaum, dan

haji.

Pada dasarnya semua isi alam ini diciptakan oleh Allah SWT bagi

kepentingan seluruh umat manusia. Keadaan tiap manusia berbeda, ada yang

memiliki harta benda sampai batas nishab zakat (kaya), ada yang memiliki harta

benda tapi tidak sampai batas nishab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

benda, atau harta benda yang dimilikinya itu tidak mampu memenuhi keperluan

hidupnya (mustahiq zakat seperti fuqara, masakin dan seterusnya).

Page 10: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Menurut konsep syariah, dalam setiap rezeki yang diperoleh seseorang,

melekat hak orang-orang miskin. Prinsip inilah yang merupakan cirri khas dari

syariah Islam yang menekankan pada prinsip keadilan dan kemaslahatan seluruh

umat. Hal ini berbeda dengan prinsip yang digunakan dalam konsep ekonomi barat,

yang menganggap bahwa hak milik bersifat absolute, dapat dipertahankan terhadap

setiap orang kapan saja dan bersifat mengikuti orang yang memilikinya (droit de

suit).3

Tidak seluruh hak milik itu merupakan kekuasaan absolute dari pemiliknya,

tetapi sebagian dari hak milik tersebut adalah hak orang lain dank arena itu wajib

diberikan kepada fakir miskin. Tujuan dari konsep zakat ini adalah untuk

membersihkan harta yang dimiliki oleh seseorang itu dari unsure-unsur negatif yang

melekat pada harta itu, dan juga merupakan konsep untuk mengentaskan kemiskinan

melalui pendistribusian aset dari pihak yang mampu kepada golongan ekonomi

lemah. Hal ini merupakan konsep pencapaian kesejahteraan bersama.

Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga

amil zakat sejak berdirinya Dompet Dhuafa pada tahun 1993. Sebelumnya memang

sudah lebih dulu ada BAZIS DKI yang dikelola Pemda DKI namun belum

merupakan gerakan masyarakat, atau YDSF Surabaya yang berbasis masjid dan

jamaah. Kelahiran lembaga-lembaga amil zakat professional dan kiprahnya yang

semakin massif di masyarakat selanjutnya mendorong lahirnya FOZ (forum zakat)

3 Mahkamah Agung RI, Kapita Selekta Perbankan Syar’iah Menyongsong Berlakunya UU.

No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1989 Perluasan Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta Pusdiklat Mahkamah Agung RI, 2007), h. 125.

Page 11: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

yang merupakan asosiasi lembaga-lembaga zakat di Indonesia. Bangunan gerakan

zakat semakin lengkap dengan lahirnya IMZ pada akhir tahun 2000 yang berfungsi

mendorong kinerja lembaga dan melahirkan amil zakat professional. Saat ini muncul

nama-nama lembaga yang dikenal dimasyarakat seperti Dompet Dhuafa, PKPU,

Rumah Zakat, DPU Daarut Tauhid, YDSF, Al-Azhar, dll.4

Dengan lahirnya berbagai lembaga yang mengelola harta ZIS, maka timbul

suatu pertanyaan, apakah pelaksanaan ZIS selama ini telah dikelola secara efektif dan

seefisien mungkin oleh lembaga-lembaga yang ada. Sehingga indikasi yang timbul

adalah kerancuan-kerancuan didalam pengelolaan zakat dan tidak jarang terjadi

perbenturan kepentingan dan keinginan hawa nafsu dalam mendistribusikan harta

zakat.

Di Indonesia, peranan organisasi pengelola zakat telah diatur dalam Undang-

undang. Munculnya Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat

telah memberikan kepastian hukum terhadap status organisasi pengelola zakat. Dalam

Undang-undang tersebut dikenal dua macam oraganisasi pengelola zakat yaitu Badan

Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ)

yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah. Dengan

adanya organisasi pengelola zakat maka pengaturan penarikan dan distribusi zakat

dapat lebih dikelola.

4 Artikel diakses pada 13 februari 2008 dari http:// Www.id.wikipedia.org/wiki/Zakat-46k-

Tembolok,

Page 12: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Organisasi pengelola zakat dalam tugasnya hanya memiliki dua fungsi yaitu

pengumpul dana dan penyalur dana. Untuk bisa melaksanakan keduanya menurut

Keputusan Menteri Agama No 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang

No 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, sebuah organisasi pengelola zakat

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) berbadan hukum.

2) memiliki data muzakki dan mustahiq.

3) memiliki program kerja.

4) memiliki pembukuan.

5) melampirkan surat persyaratan bersedia diaudit.

Dalam pengelolaan zakat maka organisasi pengelola zakat harus

mengelolanya dengan amanah, professional dan transparan. Ketiga hal tersebut oleh

Institut Manajemen Zakat disebut dengan “Good Organization Governance”.5

Dalam rangka mengelola dan memberdayakan potensi zakat sebagai kekuatan

ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga publik yang

ada di masyarakat menjadi sangat penting. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Yusuf Qardawi: “Zakat bukan hanya sekedar kemurahan individu, melainkan sistem

tata sosial yang dikelola oleh negara melalui aparat tersendiri. Aparat ini mengatur

5 (Fossei kita) “Zakat dan Masyarakat Indonesia”, artikel diakses pada 13 Februari 2008 dari

http://www.mail archive.com/[email protected]/msg01325.html-16k-Tembolok.

Page 13: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

semua permasalahannya, mulai dari pengumpulan dari para wajib zakat hingga

pendistribusiannya kepada mereka yang berhak”.6

Kesadaran akan pentingnya mengelola dana zakat, infak, dan shadaqah secara

professional sebenarnya sudah lama muncul sejak lama. Hal ini karena kaum muslim

sadar bahwa potensi ekonomi zakat muslim Indonesia sangat besar. Namun, belum

terdapat sebuah upaya sistematik untuk mengelola potensi ekonomi yang demikian

besar itu. Dengan demikian, dana zakat yang demikian besar itu tidak terkelola

dengan baik. Zakat, infak, shadaqah sebagian besar hanya didistribusikan secara

tradisional sehingga dana-dana itu hanya dimanfaatkan secara konsumtif oleh para

mustahik.7

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu pengelolaan yang

mampu mendayagunakan seluruh potensi zakat. Sedang untuk mendistribusikan dan

mengelola dana zakat tersebut diperlukan penanganan konsep manajemen yang tepat

dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola pelaksana

sistem zakat.

Pada prinsipnya, zakat harus diterima secara langsung oleh mustahik.

Meskipun demikian, memang diperlukan suatu kebijakan dan kecermatan dalam

mempertimbangkan kebutuhan nyata dari mereka, termasuk kemampuan mereka

dalam menggunakan dana zakat yang mengarah pada peningkatan kesejahteraan

6 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: “Studi Komparatif mengenai status dan filsafat zakat

berdasarkan Quran dan Hadits”, (Bandung : Penerbit Mizan, 1999), cet ke 5 h. 18. 7 Kusmana, Bungai Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : IAIN Indonesian

Social Equity Project, 2006), h. 23-24.

Page 14: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

hidupnya, sehingga pada gilirannya yang bersangkutan tidak lagi menjadi mustahik

zakat, tetapai mungkin menjadi pemberi zakat (muzakki).

Jadi, zakat diarahkan untuk bukan semata-mata keperluan sesaat yang sifatnya

konsumtif. Seyogianya mustahik tidak diberi zakat lalu dibiarkan tanpa ada

pembinaan yang mengarah pada peningkatan yang telah disebutkan tadi.

Sebenarnya, bila kita memperhatikan keadaan fakir miskin maka tetap ada

zakat konsumtif, walaupun ada kemungkinan melaksanakan zakat produktif.

Contohnya, seperti anak-anak yatim, maka zakat konsumtif tidak bisa dihindari,

mereka wajib disantuni dari sumber-sumber zakat dan infaq lainnya. Kemudian bagi

mereka yang masih kuat bekerja dan bisa mandiri dalam menjalankan usaha, maka

menurut hemat penulis, dapat ditempuh dengan cara memberi modal yang sifatnya

produktif, untuk diolah dan dikembangkan.8

Kini, setelah adanya Undang-undang No 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat, memberi peluang besar untuk pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat

secara professional. Maka dikampanyekanlah zakat produktif untuk membangun

ekonomi mustahik yang diharapkan suatu saat bisa menjadi muzakki, bukan mustahik

lagi.

Pada tahun 2001, tahun di mana bangsa kita dilanda krisis ekonomi yang

berkepanjangan dengan bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia, dan dengan

melihat besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI yang belum optimal. Maka pada

8 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada, 2000), cet 3 h. 22-23.

Page 15: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

tahun tersebut dengan diprakarsai BAPEKIS BRI dan dengan diilhami oleh semangat

keagamaan, kepedulian sosial yang tinggi dan dorongan Bapak Rudjito sebagai Dirut

BRI Bank BRI dipandang perlu dibentuk Yayasan tersendiri yang khusus mengelola

dana ZIS.

Yayasan Baitul Maal BRI berpegang teguh pada prinsip fastabiqul khairaat

dalam mengangkat martabat mustahik (penerima zakat). Dengan komitmen

“Mengubah Mustahik Menjadi Muzakki”. Disamping itu dimaksudkan agar supaya

para pekerja BRI selalu peduli terhadap kewajibannya sebagai muslim/muslimat dan

juga peduli kepada lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya sebagai wujud

implementasi slogan BRI “Besar Bersama Rakyat”.

Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu Lembaga

Amil Zakat Nasional berusaha mengimplementasikan visi pengelolaan yang amanah,

profesional, dan berkesesuaian dengan syariat Islam. Eksistensi Yayasan Baitul Maal

Bank Rakyat Indonesia dapat dilihat dari keberhasilan penghimpunan dan penyaluran

dana ZIS, jangkauan dalam pendistribusian dan program kerja dalam mengangkat

martabat mustahik. Dari uraian diatas, penulis tertarik menyusun skripsi dengan judul

“PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN PADA YAYASAN BAITUL MAAL

BANK RAKYAT INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penulisan skripsi ini akan dibatasi pada masalah seputar pemberdayaan zakat

yang dikelola oleh Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM BRI) yang

Page 16: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

sejalan dengan perkembangan zaman dewasa ini dan manfaatnya terhadap

masyarakat. Dengan melihat hal tersebut di atas, maka ada beberapa hal yang perlu

untuk diangkat kepermukaan sebagai rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana upaya YBM BRI dalam menjalankan programnya baik dalam hal

penghimpunan maupun pendayagunaan dana zakat?

2. Bagaimana pengelolaan zakat yang dilakukan oleh YBM BRI dalam hal

pendayagunaan zakat untuk kepentingan masyarakat?

3. Apakah penghimpunan dan pengelolaan zakat YBM BRI sesuai dengan Hukum

Islam?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui Upaya YBM BRI dalam menghimnpun dan mendayagunakan dana

zakat.

2. Mengetahui manfaat pengelolaan zakat yang dilakukan oleh YBM BRI dalam hal

pendayagunaan zakat untuk kepentingan masyarakat.

3. Mengetahui kesesuaian pengelolaan zakat yang dilakukan oleh YBM BRI dengan

hukum Islam.

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini merupakan latihan teknis dalam membandingkan teori-teori yang

diperoleh pada masa perkuliahan dengan aplikasi yang sebenarnya terjadi,

terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti. Dan bagi

Page 17: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

penulis merupakan suatu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan serta

meningkatkan khasanah keilmuan.

2. Mengetahui kiprah Lembaga Amil Zakat dalam upaya memberdayakan

perekonomian masyarakat.

D. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan

1. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu dengan cara

observasi ke YBM BRI dengan melakukan wawancara kepada pengurus atau

person yang berkompeten dengan persoalan yang diteliti.

2. Sebagai data primer, penulis mengacu pada data-data yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten di YBM BRI berupa

dokumen-dokumen tertulis, dan sebagai data sekunder penulis melakukan

penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan mengambil bahan-bahan

bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Setelah data terkumpul, penulis menganalisa data yang ada. Dalam hal ini penulis

menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan tentang

pengelolaan dan pendistribusian ZIS di YBM BRI dan analisa tentang zakat

dalam peranannya terhadap masyarakat, kemudian melakukan analisa data

melalui proses induktif yaitu proses pengambilan kesimpulan dari khusus ke

umum.

4. Adapun teknik penulisan mengacu pada buku-buku pedoman penulisan skripsi,

tesis, dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kecuali terjemahan ayat-ayat

Page 18: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

al-Quran dan Hadits Nabi SAW, dalam penulisannya diketik dengan satu spasi

walaupun kurang dari enam baris. Begitu juga dengan sistematika penulisan

daftar pustaka, sumber dari al-Quran ditulis pada urutan pertama, kemudian

disusul dengan sumber berikutnya sesuai dengan urutan alphabet.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan

sitematika pembahasan yang terdiri dari lima bab, dengan susunan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar

mengenai latar belakang penelitian yang merupakan alasan pemilihan judul, rumusan

masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

teknis penulisan, sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM, dalam ini penulis

menerangkan pengertian zakat, kedudukan zakat dalam hukum Islam, beberapa

ketentuan umum tentang zakat dalam hukum Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN BAITUL MAAL BANK

RAKYAT INDONESIA, dalam bab ini penulis menerangkan profil YBM BRI,

struktur organisasi YBM BRI, sumber dan penggunaan dana ZIS YBM BRI, kendala-

kendala yang dihadapi YBM BRI.

BAB IV : ANALISA TERHADAP PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN YBM

BRI, dalam bab ini penulis menerangkan, strategi dalam menghimpun dana ZIS,

Page 19: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Program Pendayagunaan melalui efektifitas pengelolaan dana ZIS, pemberdayaan

zakat modern YBM BRI ditinjau dari hukum Islam.

BAB V : PENUTUP, yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 20: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

BAB II

TINJAUAN ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Zakat

Kata zakat merupakan masdar dari fiil madhi (kata kerja lampau)زآى dan fiil

mudhori (kata kerja sedang atau akan datang) yang يزآى secara etimologis berarti

berkah, tumbuh, bertambah, bersih dan baik. Sesuatu yang dikatakan “zaka” berarti

tumbuh dan berkembang, dan seorang itu “zaka” berarti orang itu baik.9

Makna dari kata “zaka” (sebagaimana digunakan dalam al-Quran) adalah suci

dari dosa. Jika pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut Islam harta

yang dizakati menjadi suci dan menjadi berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan

kehidupan muzakki).10

Zakat menurut syara : Al-Mawardi berpendapat dalam kitab Al-Hawi :

الزآاة اسم ألخذ شيئ مخصوص من مال مخصوص على أو صا ف مخصوص لطا ئفة مخصوصة

“Zakat itu sebutan untuk pengambilan tertentu dari harta yang tertentu,

menurut sifat-sifat yang tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu”.11

9 A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta : PP. Al-Munawwir, 1984). 10 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, (Beirut : Dar al-Kutub al-Limiyah, tth), Juz II, h. 433. 11 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang, PT.Pustaka Rizki

Putra, 1999), h. 3-5.

Page 21: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Sayid Sabiq, mendefinisikan :

إلى الفقرا ء الزآاة اسم لما يخرجه االنسان من حق اهللا تعالى“Zakat adalah nama bagi harta yang dikeluarkan oleh seseorang dari haq

Allah Ta’ala kepada orang-orang fakir”.12 Lili Bariadi dalam bukunya zakat dan wirausaha mendefinisikan :

اسم لقدر مخصوص من مال مخصوص يجب صر فه إلى اصنا ف مخصوصة بشرائط

“Zakat adalah nama (sebutan) bagi sejumlah harta tertentu yang wajib

dikeluarkan oleh seorang muslim kepada yang berhak menerimanya”.13

Jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang

dikeluarkan itu menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan

itu dari kebinasaan” demikian Nawawi mengutip pendapat Wahidi.14

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Republik Indonesia nomor 38

tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, disebutkan bahwa : “Zakat adalah harta yang

wajib disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim

sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.15

12 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut : Dar al -Ihya, 1973), Jilid 1, h. 397. 13 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta :Centre For Entreneurship Development,

2005), h. 6. 14 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Litera Antar Nusa dan Mizan, 1999), h. 34. 15 Departemen Agama RI, Undang-undang RI, Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat, pasal 1 ayat 2.

Page 22: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar nampaknya terdapat

kesamaan dalam mendefinisikan makna dari kata zakat, meskipun redaksinya berbeda

tetapi intinya sama.

B. Kedudukan Zakat Dalam Hukum Islam

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga. Sebagai sebuah rukun

Islam maka dalam pelaksanaannya merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini

ditegaskan dalam al-Quran surat At Taubah : 103

) ١٠٣ :٩ / التوبة( ☺

Artinya: “Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”.

Dalam rukun Islam, zakat mempunyai karakteristik ibadah yang berbeda

dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena zakat memiliki dua aspek ibadah

yaitu aspek vertikal (habluminallah) dan aspek horizontal (habluminannas). Aspek

vertikal yaitu aspek perintah Allah kepada manusia untuk melaksanakan

kewajibannya. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka akan mendapat dosa.

Page 23: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Bahkan menurut Qardawi, orang yang tidak membayar zakat akan

digolongkan kepada golongan kafir. Sedangkan aspek horizontal adalah aspek

hubungan dengan sesama manusia. Dalam QS At Taubah ayat : 60 dijelaskan tentang

siapa saja yang berhak menerima zakat. “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah

untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus (amil) zakat, para

muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak. Orang-orang yang

berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai

suatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha

Bijaksana”.16

Berdasarkan ayat tersebut, telah dijelaskan bahwa pertama kali orang yang

berhak menerima zakat adalah golongan fakir. Hal ini jelas menunjukkan dimensi

sosial yang ada dalam zakat. Mengingat pentingnya zakat dalam sistem

perekonomian Islam (disamping riba) maka tidak heran kalau perintah zakat dalam

al-Quran sebanyak 30 kali kata zakat dalam bentuk ma’rifat (khusus) dan sebanyak

27 kali disandingkan dengan shalat. Selain itu, contoh kejadian yang tercatat dalam

sejarah Islam telah membuktikan bahwa orang yang tidak membayar zakat harus

diperangi. Dalam beberapa riwayat sahabat disebutkan, seorang Abu Bakar As-

Shidieq yang lembut dan penuh kasih sayang, ketika menjadi khalifah yang pertama

kali beliau lakukan adalah memerangi orang yang ingkar terhadap zakat.

16 (Fossei kita) “Zakat dan Masyarakat Indonesia”, artikel diakses pada 13 Februari 2008 dari

http://Www.mail-archive.com/[email protected]/msg01325.html-16k-Tembolok.

Page 24: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

“Beliau berpendapat, kalau suatu kaum sudah berani melalaikan kewajiban

membayar zakat yang merupakan salah satu fundamen Islam, mereka akan berani

melalaikan kewajiban lainnya.

Marcel A. Boisard mengungkapkan bahwa, zakat merupakan penegasan

kembali kenyataan bahwa semua harta benda yang dimiliki manusia hanya memiliki

hak guna saja, karena itu zakat tak lebih dari mengembalikan sebagian harta itu

kepada pemiliknya yang asli (Allah), demi menghindarkan diri dari penderitaan yang

akan ditimbulkan kelak di akhirat.17

Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 Hijrah, sementara shadaqoh fitrah pada

tahun ke-2 Hijrah. Akan tetapi ahli hadits memandang zakat telah diwajibkan

sebelum tahun ke-9 Hijrah ketikan Maulana Abdul Hasan berkata zakat diwajibkan

setelah hijrah dan dalam kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan,

zakat bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.

Peraturan mengenai pengeluaran zakat di atas muncul pada tahun ke-9 Hijrah ketika

dasar Islam telah kokoh, wilayah Negara berekspansi dengan cepat dan orang

berbondong-bondong masuk Islam. Peraturan yang disusun meliputi system

pengumpulan zakat, barang-barang yang dikenai zakat, batas-batas zakat dan tingkat

presentase zakat untuk barang yang berbeda-beda.18

17 HM. Rasidi, Humanisme Dalam Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), cet I h. 65. 18 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2007), h. 233.

Page 25: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Sama halnya dengan shalat, zakat penyebutannya dalam banyak ayat al-Quran

selalu dirangkaikan dengan shalat, pada dasarnya dan dalam kenyataannya juga

merupakan ibadah yang disyariatkan Allah kepada para nabi/rasul Nya yang lain jauh

sebelum nabi Muhammad saw dengan kalimat lain, sama dengan rukun-rukun Islam

yang lain khususnya shalat, zakat telah memiliki lika-liku sejarah yang sangat

panjang. Memang tidaklah mudah untuk menelusuri sejarah panjang pensyariatan

zakat ini, tetapi yang sudah pasti, sejumlah ayat al-Quran dengan jelas

mengisyaratkan kepada kita bahwa kewajiban zakat juga telah disyariatkan kepada

nabi-nabi/rasul-rasul Allah terdahulu sebelum nabi Muhammad saw. Ayat-ayat al-

Quran di bawah ini secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, mengisyaratkan

sejarah panjang pensyariatan zakat.

)٢:٨٣/البقرة (

Page 26: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Artinya: “Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu) : “jangalah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin; serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia (orang lain). Tegakkanlah shalat, dan tunaikanlah zakat. Kemudian, kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil (saja) daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. (al-Baqarah : 2 / 83).

)٣۶ :٩ /التوبة ( ⌧

Artinya: “Hai orang-orang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani, itu benar-benar memakan harta orang lain dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, serta tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih (dari Allah)”. (at-Taubah : 9 / 34).19

Pelaksanaan zakat didasarkan pada firman Allah swt yang terdapat dalam QS

At-Taubah ayat 60 yang menjelaskan pentingnya zakat untuk diambil, maka

pelaksanaannya bukanlah sekedar amal karitatif (kedermawanan), tetapi merupakan

kewajiban yang bersifat otoritatif (ijbari), zakat tidaklah seperti shalat, puasa dan

19 Muhammad Amin Suma, 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tangguh, (Jakarta : Kholam Publishing 2007), cet ke 1, hal 106-107.

Page 27: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

ibadah haji yang pelaksanaannya diserahkan kepada individu masing-masing, tapi

juga disertai keterlibatan aktif para petugas yang amanah, jujur, terbuka dan

professional yang disebut amil. Asas pelaksanaan zakat tidak mengabaikan sifat dan

kedudukan zakat itu sendiri sebagai ibadah madha yang harus dilaksanakan atas dasar

keikhlasan dan ketakwaan seseorang terhadap Allah swt.

Seruan untuk berzakat sebetulnya sudah ada jauh sebelum Nabi Muhammad

saw, dengan diturunkannya ayat yang secara eksplisit dan jelas mengisyaratkan

kepastian adanya syariat zakat tertuang dalam firman Allah swt.

)٢:۶٣/البقرة (

Artinya: “Dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah kamu bersama orang-orang yang rukuk”. (al-Baqarah : 2 / 43).

Namun banyak terjadi pengingkaran pensyariatan zakat terhadap umat-umat

sebelum Nabi Muhammad hingga pada zaman Nabi Muhammad dan sesudahnya.

Kemudian mendorong khalifah Abu Bakar pengganti Nabi Muhammad mengambil

keputusan untuk memerangi para pembangkang zakat. Kebijakan Nabi Muhammad

dan khalifah Abu Bakar tentang pengelolaan dana zakat kemudian dikembangkan

oleh para khalifah yang menggantikannya yakni Umar Bin Khatab, Ustman Bin

Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Bahkan di zaman Umar Bin Khatab dan khususnya

Page 28: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Ustman, administrasi pengelolaan zakat mencapai puncak kemajuan dan kejayaan

seiring dengan kemajuan tata administrasi Islam diberbagai bidang.20

Di zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin yaitu dimasa Abu Bakar

memegang laju pemerintahan Negara Islam, beliau bertindak tegas terhadap golongan

orang-orang yang enggan membayar zakat. Beliau telah memerintahkan bala

tentaranya untuk memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat diseluruh

semenanjung tanah arab dan merampas harta benda mereka. Langkah Abu Bakar

telah berjaya menarik lebih orang yang berkemampuan untuk membayar zakat yang

merupakan salah satu rukun Islam yang lima. Seterusnya langkah tersebut membawa

kejayaan untuk mengukuhkan kedudukan ekonomi orang-orang Islam diman sumber

zakat adalah salah satu faktor yang penting di dalam fungsinya untuk membangun

masyarakat Islam.

Berbagai hadis shahih dari Rasulullah saw menunjukkan bahwa zakat diambil

dari orang-orang kaya di suatu negeri dan diberikan kepada orang-orang fakir dari

penduduk negeri itu. Jika tidak ditemukan orang yang berhak mendapatkan zakat di

tempat itu, maka melihat kepada negeri yang lebih dekat.

Abu Ubaid berkata bahwa dalam masalah itu adalah hadis Rasulullah saw

dalam wasiatnya kepada Muadz ketika beliau mengutusnya ke Yaman untuk

mengajak mereka masuk ke dalam Islam dan mengerjakan shalat. Rasul berkata, “jika

mereka mengingkarkan keIslamannya, maka katakan kepada mereka bahwa Allah

20 Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), h.

69.

Page 29: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

mewajibkan kepada kalian untuk menzakatkan harta-harta kalian yang diambil dari

orang-orang kaya diantara kalian dan dibagikan kepada orang-orang fakir”. Ini

tidaklah bertentangan, para petugas pengumpul zakat membawa kepada Rasulullah

saw sebagian zakat yang mereka ambil karena bagian penerima zakat adalah delapan

kelompok. Pengembalian zakat kepada orang-orang fakir hanya merupakan bagian

zakat mereka saja bukan selainnya, karena terkadang penduduk suatu negeri adalah

orang-orang kaya, yang tidak ditemukan di dalamnya orang-orang fakir yang berhak

mendapatkan zakat.21

C. Beberapa Ketentuan Umum Tentang Zakat Dalam Hukum Islam

1. Syarat Wajib Zakat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kewajiban zakat dapat

dibebankan pada harta yang dipunyai oleh seorang muslim. Syarat-syarat itu adalah :

1) Pemilikan yang pasti. Artinya sepenuhnya berada dalam kekuasaan yang punya,

baik kekuasaan pemanfaatan maupun kekuasaan menikmati hasilnya.

2) Berkembang. Artinya harta itu berkembang, baik secara alami berdasarkan

sunnatullah maupun bertambah karena ikhtiar atau usaha manusia.

3) Melebihi kebutuhan pokok. Artinya harta yang dipunyai seseorang itu melebihi

kebutuhan pokok yang diperlukan oleh diri dan keluarganya untuk hidup wajar

sebagai manusia.

21 Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi, Keuangan dan

Sistem Administrasi, Diterjemahkan dari kitab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2007), h. 253.

Page 30: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

4) Bersih dari hutang. Artinya harta yang dipunyai oleh seseorang itu bersih dari

hutang, baik hutang kepada Allah (nazar, wasiat) maupun hutang kepada sesame

manusia.

5) Mencapai nisab. Artinya mencapai jumlah minimal yang wajib dikeluarkan

zakatnya.

6) Mencapai haul. Artinya harus mencapai waktu tertentu pengeluaran zakat,

biasanya dua belas bulan atau setiap kali setelah menuai atau panen.22

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat dalam al-Quran disebut sebanyak 82 kali, ini menunjukkan hukum

dasar zakat yang sangat kuat, antara lain :

البقرة ( ☺ ☺

/٢:١١٠(

Artinya: "Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan".

22 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomin Islam : Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI Prees,

1998), cet 1 h. 41.

Page 31: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

التوبة ( ☺

/٩:١١(

Artinya: "Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang Mengetahui".23

Agama Islam telah menyatakan dengan tegas, bahwa zakat merupakan salah

satu rukun dan fardhu yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang hartanya sudah

memenuhi kriteria dan syarat tertentu. Otoritas fikih Islam yang tertinggi, Alquran

dan Hadis menyatakan hal tersebut dalam banyak kesempatan. Jumhur ulama pun

sepakat, bahwa zakat merupakan suatu kewajiban dalam agama yang tak boleh

diingkari (Ma’lim min al-Din bi al-Dharurah). Artinya, siapa yang mengingkari

kewajiban berzakat, maka ia dihukum telah kufur terhadap ajaran Islam.24

Semua ulama sepakat dalam menetapkan zakat sebagai salah satu dari kelima

arkan al-Islam. Adapun tentang dasar hukumnya, banyak dijumpai ayat al-Quran dan

matan hadis yang mamarintahkan kewajiban zakat. Ayat di bawah ini menunjukkan

hal itu :

23 Lili Bariadi, Zakat dan Wirausaha, h. 7-8. 24 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam, (PT Raja Grafindio Persada, 2007), h. 58.

Page 32: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

☺ ☺

☺ ⌧

)٢:٢٦٧/البقرة ( ☺

Artinya: “Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu; dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk untuk kemudian kamu menafkahkan daripadanya (kepada orang lain), padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (al-Baqarah / 2 : 267).25

Menurut catatan sejarah, pensyariatan atau tepatnya pewajiban zakat kepada

nabi Muhammad saw dan kaum muslimin baru disyariatkan pada tahun ke-2 atau ke-

3 Hijriah. Adapun dasar hukum zakat di dalam hadis-hadis rasul Allah saw

diantaranya :

1) Dari Ibni Abbas r.a., sesungguhnya nabi saw pernah mengutus Mu’adz bin Jabal

ke Yaman, kemudian dia (Mu’adz) membacakan hadis itu secara lengkap, dan di

dalamnya dinyatakan bahwasanya Allah telah mewajibkan kepada mereka

25 Suma, 5 Pilar Islam,h. 109.

Page 33: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

sedekah terhadap harta kekayaan mereka, yang dipungut / diambil dari orang-

orang kaya mereka (untuk) kemudian didistribusikan kepada orang-orang fakir

yang ada di tengah-tengah mereka”.

2) Dari Ibn Umar r.a., dia berkata, rasul Allah saw mewajibkan (pengeluaran) zakat

fitrah, (dengan ketentuan) satru takaran (sha’) kurma atau satu takaran gandum,

(bagi setiap orang) budak maupun merdeka, laki-laki maupun erempuan, dan

kecil (anak-anak) maupun besar (dewasa) dari semua kaum Muslimin; dan rasul

memerintahkan agar zakat fitrah itu dibayarkan sebelum orang-orang keluar

rumah untuk melakukan shalat (Id).26

3) Dari Ibn Abbas r.a., dia berkata, rasul Allah saw mewajibkan zakat fitrah sebagai

(sarana) penyucian bagi orang yang puasa dari (kemungkinan) permainan dan

rafats (berkata/berbuat keji), dan (dalam rangka) memberikan makan kepada

orang-orang miskin. Siapa yang membayarkan zakat fitrahnya sebelum shalat Id,

maka zakat fitrahnya diterima; dan siapa yang membayarkannya usai pelaksanaan

shalat Id, maka pembayarannya itu dikategorikan ke dalam sedekah biasa

sebagaimana sedekah-sedekah yang lain pada umumnya.

3. Jenis-Jenis Zakat

26 Ibid. h. 110.

Page 34: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Secara umum zakat terbagi menjadi dua : pertama, zakat yang berhubungan

dengan badan atau disebut zakat fithrah. Kedua, zakat yang berhubungan dengan

harta atau zakat maal.27

a. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dibayarkan oleh setiap orang Islam, baik

laki-laki maupun perempuan, sudah dewasa maupun masih remaja, anak-anak, kanak-

kanak, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun, jika mereka menjumpai bagian akhir

bulan Ramadhan (sebelum terbenamnya matahari) dan awal bulan syawal (sesudah

terbenamnya matahari akhir bulan Ramadhan), serta memiliki kemampuan untuk

membayarkan zakat fitrah, mereka wajib membayarkannya. Dengan demikian zakat

fitrah merupakan kewajiban agama yang merata bagi setiap orang Islam.28

Dalam Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat

penjelasan pasal 13 disebutkan bahwa: “Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan

pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan, oleh setiap orang muslim bagi dirinya

dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk

sehari pada hari raya Idul Fitri”.29

Zakat ini disebut zakat al-fithr sehubungan dengan mengeluarkannya yaitu

waktu berbuka (al-fithr) setelah selesai puasa pada bulan Ramadhan, dan disebut

27 Lili Bariadi, h. 9. 28 M. Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa-fatwa Aktual, (Jakarta : PT Al-

Mawardi Prima, 2003), h. 96 29 Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata

Hukum Indonesia, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002), h. 172.

Page 35: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

zakat fithrah, karena dikaitkan dengan diri (al-fithrah) seseorang, bukan dengan

hartanya.30

Zakat fitrah dinamakan juga zakat an-nafs, artinya zakat untuk menyucikan

jiwa pada akhir bulan Ramadhan, yaitu dengan mengeluarkan sebagian bahan

makanan yang dapat mengeyangkan menurut ukuran yang ditentukan oleh syara.

Allah berfirman di dalam Al-Quran :

⌧ ⌧

)١٥-١٤ :٨٧ /األعلى(

“Sungguh menanglah orang-orang yang telah membersihkan dirinya, serta menyebut nama Allah kemudian ia mendirikan shalat”.31 Banyaknya zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha (kira-kira 3,5

liter), zakat fitrah itu wajib atas seseorang baik itu untuk dirinya, maupun untuk

keluarga yang menjadi tanggugannya seperti anak dan istrinya, begitu pula pembantu

yang mengurus pekerjaan dan urusan rumah tangga.32

b. Zakat Maal (Harta)

Zakat maal adalah kadar harta kekayaan yang wajib dikeluarkan oleh

seseorang dari hartanya untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak

30 Lahmuddin Nasution, Fiqh (Jakarta : Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, tth), h. 168. 31 Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’I, (Bandung : Pustaka Setia, 2005), h.

536 32 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut : Dar al-Fikr, 1983), Jilid 1, h. 394.

Page 36: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

menerimanya. Karena menyimpan (memiliki) harta (uang, emas, dsb), yang cukup

dengan syarat-syaratnya.33

Menurut Muhammad Daud Ali, zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan

seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang

tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal

tertentu.34

Menurut Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dalam

penjelasan pasal 11, zakat maal adalah “bagian harta yang disisihkan oleh seorang

muslim, atau badan yang dimiliki orang orang muslim sesuai dengan ketentuan

agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”.35

Zakat maal wajib dikeluarkan oleh orang-orang yang memiliki harta atau

kekayaan yang telah memenuhi syarat, seperti telah mencapai nishab, kepemilikannya

sempurna, cukup haul (berlalu waktu satu tahun).36

Zakat harta (maal) terdiri dari 5 macam , yaitu :

1) Zakat emas dan perak

Nishab kewajiban mengeluarkan zakat emas adalah 20 dinar atau 85 gram

emas murni (1 dinar sama dengan 4,25 gram emas murni), dan zakat perak adalah

33 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 34 Lili Bariadi, h. 10. 35 Usman, Hukum Islam, h.172. 36 Gustian Djuanda, dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, (Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada, 2006), h. 10.

Page 37: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

200 dirham atau setara dengan 672 gram perak. Apabila seseorang telah memiliki

emas seberat 85 gram atau memiliki perak seberat 672 gram, maka telah wajib

mengeluarkan zakat sebesar 2,5%.37 Allah berfirman :

)٣٥ /٩:التوبة (

Artinya: “Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, Lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." 2) Hasil pertanian

Nishab hasil pertanian adalah 5 washq atau setara dengan 750 kg. Namun,

kadar yang harus dikeluarkan dalam menunaikan zakatnya terbagi kepada dua bagian,

yaitu pertama apabila pertanian itu diairi dengan air hujan atau sungai, maka zakan

yang harus dikeluarkannya sebesar 10%, kedua apabila pertanian itu diairi dengan

cara disiram, maka zakat yang harus dikeluarkannya sebesar 5%.

3) Harta Perniagaan dan Perusahaan

Harta dari hasil perniagaan melalui perdagangan, industri, jasa, dan sejenisnya

bila telah sampai pada nishab wajib pula untuk dizakati. Nishab dari harta hasil

37 A. Djazuli, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), Ed. 1, Cet. 1 h. 44.

Page 38: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

perniagaan ini di qiyaskan pada nishab emas, yakni 85 gram sebesar 2,5%. Apabila

sebuah perniagaan pada akhir tahun atau tutup buku telah memiliki harta kekayaan

(modal dan keuntungan) senilai 85gram, maka perniagaan itu telah wajib untuk

mengeluarkan zakat sebesar 2,5% dari seluruh harta perniagaan.38

4) Hasil Peternakan

Yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah ternak yang telah dipelihara setahun

di tempat pengembalaan dan tidak dipekerjakan sebagai tenaga pengangkutan dan

sebagainya, dan sampai nishabnya. Ternak yang dizakati di Indonesia adalah

kambing atau biri-biri, sapid an kerbau. Nishab (a) kambing atau biri-biri adalah 40

ekor. 40 sampai 120, zakatnya 1 ekor kambing, 121 sampai dengan 200, zakatnya 2

ekor, 201 sampai 300, zakatnya 3 ekor. Selanjutnya setiap pertambahan 100 ekor,

zakatnya tambah 1 ekor kambing. Nishab (b) sapi adalah 30 ekor. 30 sampai 49,

zakatnya 1 ekor sapi berumur dua tahun lebih, 40 sampai 59, zakatnya 1 ekor sapi

berumur dua tahun lebih, 60 sampai 69, zakatnya 2 ekor sapi berumur satu tahun

lebih, 70 sampai 79, zakatnya 2 ekor sapi, 1 ekor berumur setahun dan 1 ekor lagi

berumur dua tahun lebih. Selanjutnya setiap tambahan 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi

berumur setahun lebih dan seterusnya. Nishab (c) kerbau, sama dengan sapi,

demikian juga kadar zakatnya.39

5) Hasil Tambang dan Barang Temuan

38 Ibid, h. 44. 39 Daud Ali, Sistem Ekonomin Islam. h. 45-46.

Page 39: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dalam kitab-kitab (fikih) Islam barang tambang yang wajib dizakati hanyalah

emas dan perak saja. Demikian juga dengan barang temuan yang wajib dizakati

terbatas pada emas dan perak saja. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang-barang

tambang adalah setiap kali barang itu selesai dibersihkan (diolah). Nishab (a) barang

tambang adalah sama dengan nishab emas (96 gram) dan perak (672 gram), kadarnya

pun sama, yaitu dua setengah persen. Kewajiban untuk menunaikan zakat barang

temuan adalah setiap kali orang menemukan barang tersebut. Nishab (b) barang

temuan sama dengan nishab emas dan perak, demikian juga kadarnya.40

4. Orang- Orang Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat terbagi atas delapan golongan.

Sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam al-Quran surah At-Taubah / 9 : 60,

dengan firmannya :

⌧ ⌧ ☺

40 Ibid, h. 47.

Page 40: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

)٩:٦٠/التوبة (

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para pengurus zakat, orang kafir yang tertarik kepada Islam, hamba sahaya, orang-orang yang berhutang, orang-orang yang berjuang fii sabilillah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. 1) Golongan Pertama dan Kedua (Fakir dan Miskin)

Seperti yang telah disebutkan, sasaran (masarif) zakat sudah ditentukan dalam

Surah Taubah, yaitu delapan golongan. Yang pertama dan yang kedua, fakir dan

miskin. Mereka itulah yang pertama diberi saham harta zakat oleh Allah. Ini

menunjukkan, bahwa sasaran pertama zakat ialah hendak menghapuskan kemiskinan

dan kemelaratan dalam masyarakat Islam.

Abu Yusuf, pengikut Abu Hanifah, dan Ibn Qasim pengikut Malik

berpendapat, bahwa kedua golongan itu (fakir dan miskin) sama saja.41

Tetapi pendapat Jumhur, justru berbeda. Sebenarnya keduanya adalah dua

golongan tapi satu macam. Yang dimaksud adalah mereka yang dalam kekurangan

dan dalam kebutuhan. Tetapi para ahli tafsir dan ahli fikih berbeda pendapat pula

dalam menentukan secara definitiv arti kedua kata tersebut secara tersendiri, juga

dalam menentukan apa makna kata itu.

41 Qardawi, Hukum Zakat, h. 510.

Page 41: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Pemuka ahli tafsir, Tabari menegaskan, bahwa yang dimaksud dengan fakir,

yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak minta-minta. Sedang

yang dimaksud dengan miskin, yaitu orang yang dalam kebutuhan, tapi suka

merengek-rengek dan minta-minta.

Pengertian fakir menurut mazhab Hanafi ialah orang yang tidak memiliki apa-

apa dibawah nilai nishab menurut hukum zakat yang sah, atau nilai sesuatu yang

dimiliki mencapai nishab atau lebih, yang terdiri dari perabot rumah tangga, barang-

barang, pakaian, buku-buku sebagai keperluan pokok sehari-hari.42 Sedang pengertian

miskin menurut (mazhab Hanafi) ialah mereka yang tidak memiliki apa-apa. Inilah

pendapat yang masyhur.

Para ulama Hanafi masih berbeda pendapat mengenai penentuan nishab yang

dimaksud, yakni apakah nishab uang tunai sebanyak dua ratus dirham atau nishab

yang sudah dikenal dari harta apapun juga. Jadi golongan mustahik zakat dalam arti

fakir atau miskin menurut mereka ialah ; (a) yang tidak punya apa, (b) yang

mempunyai rumah, barang atau perabot yang tidak berlebihan, (c) yang memiliki

mata uang kurang dari nishab, (d) yang memilliki kurang dari nishab selain mata

uang, seperti empat ekor unta atau tiga puluh sembilan ekor kambing yang nilainya

tak sampai dua ratus dirham.

Ada lagi bentuk lain yang masih diperselisihkan, yakni : barangsiapa memiliki

nishab selain mata uang seperti lima ekor unta atau empat puluh ekor kambing dan

42 Ibid. h. 511-512.

Page 42: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

nilainya tidak mencapai nishab dalam keadaan tunai.43 Ada juga yang mengatakan,

boleh menerima zakat, tapi juga diharapkan mengeluarkan zakat. Yang lain berkata,

ia termasuk kaya dan harus mengeluarkan zakat, tak boleh menerima zakat.

Menurut ketiga Imam, fakir dan miskin itu adalah mereka yang kebutuhannya

tak tercukupi. Yang disebut fakir, ialah mereka yang tidak mempunyai harta atau

penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya : sandang, pangan, tempat tinggal

dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk diri sendiri ataupun bagi mereka yang

menjadi tanggungannya. Misalnya orang memerlukan sepuluh dirham perhari, tapi

yang ada hanya empat, tiga atau dua dirham.

2) Golongan Ketiga (Amil Zakat)

Amil adalah lembaga atau badan hukum yang mengurusi zakat. Tentu saja

badan ini mempergunakan pribadi untuk melaksanakan tugasnya.44 Para amil zakat

mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan semua berhubungan dengan

pengaturan soal zakat.

Yaitu soal sensus terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat

yang diwajibkan padanya, juga besar harta yang wajib dizakat, kemudian mengetahui

para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka, serta besar

43 Qardawi, Ibid. h. 513. 44 Pemerintah DKI Jakarta, Rekomendasi dan Pedoman Pelaksanaan Zakat, (Jakarta : Bazis

DKI Jakarta, 1987), cet ke-4, h. 74.

Page 43: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu

ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya.

Menurut Afzalurrahman mendefinisikan amil sebagai pengumpul (collector)

yang meliputi semua pegawai baik pengumpul, distributor, akuntan, pengawas, yang

mengurusi administrasi dan pengelolaan zakat.45 Tentunya para petugas ini dipilih

dari mereka yang dikenal jujur dan amanah, memiliki kemampuan pengelolaan serta

melaksanakan tugas dengan transparani dan tanggung jawab yang tinggi.

Seorang amil zakat hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) hendaknya dia seorang muslim, karena zakat itu urusan kaum muslimin, maka

Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka. Dari uraian tersebut dapat

dikecualikan tugas yang tidak berkaitan dengan soal pemungutan dan pembagian

zakat misalnya penjaga gudang dan sopir. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh

Ahmad dibolehkan dalam urusan zakat menggunakan amil bukan muslim

berdasar atas pengertian umum dari kata “Al ‘amilina alaiha”, sehingga termasuk

didalamnya pengertian kafir dan muslim. Juga harta yang diberikan kepada amil

itu adalah upah kerjanya. Oleh karena itu tidak ada halangan baginya untuk

mengambil upah tersebut seperti upah-upah lainnya dan dianggap sebagai

toleransi yang baik. Akan tetapi yang lebih utama hendaklah segala kewajiban

Islam hanya ditangani oleh orang Islam lagi. Ibnu Qudamah berkata : “Setiap

pekerjaan yang memerlukan syarat amanah (kejujuran) hendaknya disyaratkan

45Afzalurrahman, Doktrin ekonomi Islam Jilid III (Economic Doctrines Of Islam),

terjemahan, Soeroyo dan Nastangin (Yogyakarta : Dana Bhakti, 1996), Jilid III h. 301.

Page 44: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Islam bagi pelakunya seperti menjadi saksi. Karena itu urusan kaum muslimin,

maka pengurusannya tidak dapat diberikan kepada orang kafir, seperti halnya

urusan-urusan lain. Orang yang bukan ahli zakat tidak boleh diserahi urusan

zakat, seperti halnya kafir musuh. Karena orang kafir itu tidak akan dapat

dipercaya.46 “Bertalian dengan hal itu, Umar berkata : “Janganlah engkau

serahkan amanah itu kepada mereka, karena mereka telah berbuat khianat kepada

Allah.” Umar telah menolak seorang Nasrani yang dipekerjakan oleh Abu Musa

sebagai penulis zakat. Karena zakat itu adalah rukun Islam yang utama.

b) hendaklah petugas zakat itu seorang mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal

fikirannya.

c) petugas zakat itu hendaklah orang jujur, karena ia diamanati harta kaum

Muslimin. Janganlah petugas zakat itu orang yang fasik lagi tak dapat dipercaya,

misalnya ia akan berbuat zalim kepada para pemilik harta atau ia akan berbuat

sewenang-wenang terhadap hak fakir miskin, karena mengikuti keinginan hawa

nafsunya atau untuk mencari keuntungan.

d) memahami hukum-hukum zakat. Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu

paham terhadap hukum zakat, apabila ia diserahi urusan umum. Sebab bila ia

tidak mengetahui hukum tak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya, dan

akan lebih banyak berbuat kesalahan. Masalah zakat membuatkan pengetahuan

tentang harta yang wajib dizakat dan yang tidak wajib dizakat. Juga urusan zakat

memerlukan ijtihad terhadap masalah yang timbul untuk diketahui hukumnya.

46 Qardawi, Hukum Zakat , h. 551.

Page 45: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Apabila pekerjaan itu menyangkut bagian tertentu mengenai urusan pelaksanaan,

maka tidak disyaratkan memiliki pengetahuan tentang zakat kecuali sekedar yang

menyangkut tugasnya.

e) kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas zakat hendaklah memenuhi

syarat untuk dapat melaksanakan tugasnya, dan sanggup memikul tugas itu.

Kejujuran saja belum mencukupi bila tidak disertai dengan kekuatan dan

kemampuan untuk bekerja.

f) amil zakat disyaratkan laki-laki. Sebagian ulama mensyaratkan amil zakat itu

harus laki-laki. Mereka tidak membolehkan wanita dipekerjakan sebagai amil

zakat, karena pekerjaan itu menyangkut urusan sedekah.

3) Golongan Keempat (Muallaf)

Yang dimaksud dengan golongan muallaf, antara lain adalah, mereka yang

diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap

Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka terhadap kaum Muslimin atau harapan

akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum Muslimin

dari musuh.47

47 Qardawi, Ibid. h. 563.

Page 46: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Golongan ini dikatakan juga sebagai golongan yang dipandang negara bahwa

jika mereka diberi zakat maka keyakinan mereka akan Islam akan semakin

bertambah.48

Sebagian besar dari dana zakat telah digunakan untuk disumbangkan kepada

kelompok ini pada zaman Rasulullah saw tetapi jumlah tersebut telah dikurangi pada

jaman khalifah Abu Bakar. Namun demikian, khalifah kedua, yaitu ‘Umar dan

penerusnya telah menghentikan pembelanjaan (anggaran) ini ketika Islam telah

semakin kuat dan sejak saat itu anggaran untuk kelompok ini telah dimasukkan ke

dalam dana zakat. Tetapi jika diperlukan suatu bantuan untuk orang-orang yang baru

memeluk Islam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hingga mereka mampu

mandiri, atau untuk menarik mereka agar mereka cenderung kepada agama Islam,

atau terus mengganggu keamanan negara, pengunaan dana zakat tersebut dapat

dihidupkan kembali.49

Dengan menempatkan golongan ini sebagai sasaran zakat, maka jelas bagi

kita, sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa zakat dalam pandangan Islam

bukan sekedar ibadah yang dilakukan secara pribadi, tetapi juga tugas penguasa atau

mereka yang berwenang mengurus zakat, terutama permasalahan sasaran zakat untuk

golongan muallaf ini, yang menurut kebiasaan tidak mungkin dapat dilakukan secara

perseorangan.

48 Taqiyuddin An Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, (An

Nidhamul Iqtishad Fil Islam), terjemahan M. Maghfur Wachid, (Surabaya : Risalah Gusti, tth, 1999), cet ke 4 h. 257.

49 Afzalurrahman, Doktrin ekonomi Islam, (Yogyakarta : Dana Bhakti, 1996), Jilid III h. 302.

Page 47: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

4) Golongan Kelima (Riqab)

Mereka yang masih dalam perbudakan, dinamai riqab. Disebutkan dalam

Muntaqal Akhbar ; golongan ini meliputi golongan mukatab yaitu, budak yang telah

dijanjikan oleh tuannya akan dilepaskan jika ia dapat membayar sejumlah tertentu

dan termasuk pula budak yang belum dijanjikan untuk dimerdekakan.

Menurut tiga Imam yaitu, Hanafi, Hanbali, dan Syafi’I riqab adalah hamba

yang dijanjikan tuannya bahwa ia boleh menebus dirinya.50 Fungsi dana zakat

baginya adalah untuk memerdekakan dirinya. Ini merupakan salah satu cara yang

dilakukan oleh Islam dalam rangka menghapuskan perbudakan.

Untuk riqab ditambahkan pengertian lain yakni dana untuk membebaskan

petani, pedagang dan nelayan keci dari hisapan lintah darat, pengijon, rentenir.51

Meskipun penggunaan dana zakat untuk keperluan ini telah lama dihapus,

dana ini boleh diadakan kembali (asalkan tujuannya tidak bertentangan dengan al-

Quran dan Sunnah) dengan membantu pengrajin dan pengusaha kecil untuk

membangun industri kecil mereka sendiri daripada membiarkan mereka terus bekerja

sebagai buruh. Ini bukan saja membantu mereka menjadi pemilik industri mereka

sendiri, tetapi juga memberi tambahan yang besar terhadap kekayaan negara .52

5) Golongan Keenam (Gharimin)

50 Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1990), hal 185-197. 51 Daud Ali, Sistem Ekonomin Islam. h. 68. 52 Afzalurrahman, Doktrin ekonomi Islam, h. 303.

Page 48: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Gharimin ialah mereka yang mempunyai hutang, tak dapat lagi membayar

hutangnya, karena telah jatuh fakir. Termasuk kedalamnya, mereka yang berhutang

untuk kemaslahatan sendiri, mereka yang berhutang karena kemaslahatan umum, dan

kemaslahatan bersama yang lain, seperti mendamaikan persengketaan, menjamu

tamu, memakmurkan masjid, membuat jembatan dan lain-lain.

Hanya mereka yang berhutang untuk kemaslahatan diri, baru boleh meminta

hak ini, bila mereka sendiri telah fakir, telah jatuh miskin tak sanggup lagi

membayarnya.

Adapun mereka yang berhutang karena kemaslahatan umum, maka ia boleh

minta dari bagian ini buat pembayaran hutangnya, guna mendamaikan orang yang

berselisih umpamanya. Dan berhutang karena kemaslahatan bersama seperti

mendirikan jembatan, sama hukumnya walaupun dia orang kaya, dengan berhutang

lantaran kemaslahatan sendiri. Dan ahli fiqih mensyaratkan hutang yang diperbuat

itu, jangan dengan jalan maksiat melainkan apabila telah diketahui, bahwa ia telah

bertaubat dari maksiatnya.53

6) Golongan Ketujuh (Fii Sabilillaah)

Makna sabilillaah (jalan Allah) adalah jalan yang mengantarkan kepada

keridhaan Allah, baik berupa ilmu atau amal. Mayoritas ulama berpendapat bahwa

yang dimaksud dengan fii sabilillaah disini adalah berperang. Bagian zakat untuk

53 Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat, h. 185.

Page 49: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

fiisabilillaah diberikan kepada para relawan yang berperang dan tidak mendapatkan

gaji tetap dari pemerintah.54

Fisabilillaah meliputi banyak perbuatan, meliputi berbagai bidang perjuangan

dan amal ibadah, baik segi agama pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian,

termasuk mendirikan rumah sakit, penerbitan mushhaf dan sebagainya.55

Salah satu perkara paling penting dalam kategori fii sabilillaah pada zaman

kita adalah menyiapkan dan mengirim para da’i ke negeri-negeri kafir, melalui

lembaga-lembaga yang terorganisir untuk menyiapkan dana yang cukup bagi mereka.

Demikian pula membiayai sekolah-sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama dan

selainnya, sehingga tercapailah kemaslahatan umum.

Rasulullah saw juga menjadikan haji dan umrah sebagai fii sabilillah.

Keduanya disamakan dengan seorang yang berjuang di jalan Allah swt berdasarkan

hadis Mi’qal al-Asadiyah, “Bahwa suaminya ingin menyedekahkan unta mudanya di

jalan Allah swt, sedangkan ia ingin menunaikan umrah. Ia meminta kepada suaminya

unta tersebut dan suaminya menolak. Kemudian, perempuan tersebut datang

menemui Nabi dan menceritakan hal itu. Nabi memerintahkan suaminya untuk

memberikan unta itu kepada isterinya,” dan Nabi berkata, “Haji dan umrah termasuk

fii sabilillah”. Sebagian berpendapat bahwa fii sabilillah mencakup segala

54 Syaikh as-Sayyid Sabiq, Panduan Zakat Menurut al-Quran dan as-Sunnah, (Bogor,

Pustaka Ibnu Katsir, 2005), h. 158. 55 Lili Bariadi, h. 15.

Page 50: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

kemaslahatan umat Islam dan semua aspek kebaikan seperti mengkafani jenazah,

membangun benteng, membangun masjid.56

7) Golongan Kedelapan (Ibnu Sabil/Musafir)

Ibnu Sabil ialah, segala mereka yang kehabisan belanja dalam perjalanan dan

tak dapat mendatangkan belanjanya dari kampungnya, walaupun ia orang yang

berharta dikampungnya.

Begitu juga dinamakan ibnu sabil adalah orang yang jauh dari keluarganya

atau berada dirantau orang, yang telah kehabisan belanja atau kehabisan

perbekalannya.57

Para ulama sepakat bahwa musafir yang jauh dari negerinya boleh menerima

zakat dengan jumlah yang cukup untuk membantunya sampai ketujuan jika harta

yang dibawanya tidak cukup, mengingat sifat kefakiran yang menimpanya.

Mereka mensyaratkan bahwa perjalanan itu untuk ketaatan atau bukan dalam

rangka maksiat. Lalu mereka berbeda pendapat jika perjalanan itu untuk perkara yang

mubah. Pendapat yang terpilih dikalangan Syafi’iyah adalah ia boleh menerima zakat,

meskipun perjalanan tersebut untuk sekedar rekreasi.58

Pada masa sekarang ini cakupan Ibnu Sabil bukan hanya orang yang penting

dalam perjalanan saja, tetapi juga mencakup pengertian seperti untuk pelajar yang

diberikan beasiswa guna kelancaran pendidikannya bahkan pemberian zakat untuk

56 Qutb Ibrahim Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi,), h. 249-250. 57 Ibnu Mas’ud, Zainal Abidin, Fiqh Madzhab Syafi’I (Bandung : Pustaka Setia, 2005), h.

558. 58 Syaikh as-Sayyid Sabiq, Ibid, h. 159.

Page 51: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

beasiswa sangatlah positif karena dengan pendidikan tersebut umat Islam dapat

mengeksploitasikan kemampuannya dan kekuatan dirinya.59

59 Sofwan Idris, Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Jakarta : PT Cita Putra Bangsa, 1992), cet ke-1 h. 168.

Page 52: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

BAB III

GAMBARAN UMUM TENTANG YAYASAN BAITUL MAAL BANK

RAKYAT INDONESIA

A. Profil Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia60

1. Sejarah Singkat Berdirinya YBM BRI

Pada tahun 1990-an semangat ke-Islaman masyarakat muslim Indonesia kian

beranjak naik, demikian pula semangat untuk melaksanakan ajaran-Nya. Contohnya,

kewajiban membayar zakat yang sekian lama rukun Islam nomor empat ini

termajinalkan, sehingga aspek sosial yang terkandung di dalamnya tak mempunyai

arti sedikitpun, kini masyarakat sudah mulai sadar mengeluarkan zakat bahkan

sebagian besar mengerti bahwa di dalam zakat terdapat potensi besar yang bisa

dikembangkan, khususnya bagi delapan ashnaf (golongan) yang berhak menerima

zakat. Kondisi ini ditandai dengan bermunculnya lembaga-lembaga pengelola ZIS di

berbagai perusahaan swasta maupun BUMN.

Semangat ke-Islaman dan kesadaran akan besarnya potensi zakat, infaq dan

shadaqah tersebut juga terjadi di komunitas lingkungan BRI. Pada tahun 1992 dengan

diprakarsai oleh Bapak Winarto Soemarto yang waktu itu menjabat sebagai salah satu

direksi telah melakukan langkah-langkah dasar dengan memasukkan zakat sebagai

60 Selanjutnya disingkat YBM BRI

Page 53: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

salah satu bagian dari program kerja BAPEKIS. Waktu itu dinamai seksi sosial dan

zakat.

Namun perkembangan selanjutnya sampai menjelang masuk tahun 2000

belum optimal, hal ini disebabkan salah satunya adalah belum dikelola secara khusus

dan dengan pekerja yang khusus pula.

Selanjutnya pada tahun 2001, tahun di mana bangsa kita dilanda krisis

ekonomi yang berkepanjangan dengan bertambahnya jumlah orang miskin di

Indonesia, dan dengan melihat besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI yang belum

optimal. Disamping itu tuntutan profesionalisme dan besarnya permasalahan yang

melingkupi pengelolaan ZIS, maka pada tahun tersebut dengan diprakarsai BAPEKIS

BRI dan dengan diilhami oleh semangat keagamaan, kepedulian sosial yang tinggi

dan dorongan Bapak Rudjito sebagai Dirut BRI Bank BRI dipandang perlu dibentuk

Yayasan tersendiri yang khusus mengelola dana ZIS.

Dalam proses awal upaya optimalisasi zakat di lingkungan BRI dan sebelum

disepakati untuk mendirikan Yayasan tersendiri yang khusus mengelola zakat,

BAPEKIS berkonsultasi dengan para tokoh zakat yang terdiri dari Bapak Eri Sodewo

(CEO Dompet Dhuafa Republika), Bapak KH. Dr. Didin Hafiduddin (Ahli Zakat dan

Dewan Syariah DD Republika), Bapak Dr. Said Agil Husain Al Munawar (Guru

Besar IAIN Syarif Hidayatullah), disamping itu mengadakan kunjungan ke BAMUIS

BNI 46.61

61 Dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan Undang-

undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang

Page 54: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Hasil dari konsultasi tersebut dirumuskan oleh BAPEKIS dan dikonsultasikan

ke direksi BRI. Para direksi sangat merespon usulan tersebut dan meminta BAPEKIS

untuk segera menyiapkan segala persyaratan pendirian Yayasan.62

Maka pada tanggal 10 Agustus 2001 para direksi yang terdiri dari Bapak H.

Rudjito (Dirut), Bapak H. Akhmad Amien Mastur, Bapak H. Ahmad Askandar,

Bapak Hendrawan Tranggana, Bapak Krisna Wijaya, Ibu HJ. Gayatri Rawit Angreni

(Direktur), pengurus BAPEKIS BRI KANPUS, Pemimpin wilayah dan para pejabat

di KANPUS yang bertempat di ruang rapat direksi sepakat mendirikan Yayasan yang

dinamai Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia Akte Notaris No.52 Tahun

2001 di Notaris Agus Madjid SH. Dengan Bapak H. Purwanto sebagai Ketua

Yayasan.

Pada waktu disepakati pendirian YBM BRI dalam hitungan menit pada waktu

itu terkumpul dana sebesar Rp 122.000.000,- (seratus dua puluh dua juta rupiah) yang

diperuntukkan untuk dana abadi Yayasan.

Setelah pendirian Yayasan, langkah selanjutnya yang ditempuh BAPEKIS

adalah membuat Surat Edaran yang isinya himbauan kepada semua pekerja muslim

dimaksud dengan Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam.

62 Adapun maksud dan tujuan didirikannya YBM Bank Rakyat Indonesia tersebut antara lain adalah : Menghimpun Dana Zakat, Infak, Shadaqah dari pegawai PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero), Lembaga-lembaga PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan masyarakat pada umumnya serta pegawai anak perusahaan lingkungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), dan mengelola dana tersebut menurut cara-cara yang sah serta menyalurkan kepada yanf berhak menerimanya sesuai dengan hukum Islam dan hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia, Menyalurkan Dana ZIS yang dihimpun oleh Badan Pembina Kerohanian Islam Bank Rakyat Indonesia (BAPEKIS BRI) sesuai dengan hukum Islam yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Page 55: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

BRI untuk mengisi Surat Kuasa pemotongan gaji untuk zakat dan infaq dengan tim

konseptor yang terdiri dari Bapak H. Sarwono Sodarto, Bapak H. Purwanto, Bapak

H. Prayogo Sedjati mewakili pengurus BAPEKIS dan Bapak Misbahul Munir dan H.

Ahmad Mujahid sebagai pelaksana. Dan sebagai bentuk dukungan dan rasa

kepedulian yang tinggi Surat Edaran tersebut ditandatangani oleh para direksi.

Menyikapi Surat Edaran tersebut berbagai komentarpun mengalir dari para

pekerja BRI, baik yang sangat mendukung maupun yang sangat keberatan. Bentuk

keberatan tersebut ada yang melalui lisan bahkan sampai ada yang menulis surat

keberatan. Tapi perlu digarisbawahi, bahwa keberatan para pekerja tersebut pada

intinya bukan keberatan tentang kewajiban zakat itu sendiri atau keberatan terhadap

keberadaan YBM BRI, tapi lebih kepada mereka sudah menyalurkan langsung

kepada mustahik dan adanya kekhawatiran tidak optimalnya penyaluran.

“Keberatan tersebut harus dijawab dengan prestasi dan dengan kinerja yang

baik. Yang penting niat kita baik, ikhlas dan untuk mengemban amanat saudara-

saudara kita yang lemah. Insya Allah, semuanya akan berakhir dengan baik. Segala

rintangan dan keberatan harus dianggap sebagai cobaan untuk meningkatkan syiar

zakat dan untuk berbuat yang terbaik”. Demikian sikap yang diambil para pendiri

YBM BRI dalam menyikapi keberatan tersebut.

Perkembangan selanjutnya setelah dana terkumpul relativ besar, pengurus

BAPEKIS memutuskan untuk merebut orang yang khusus dan sudah berpengalaman

mengelola dana zakat dan kegiatan sosial lainnya dan memberikan otonomi penuh

kepada YBM BRI untuk mengelola dana ZIS tersebut.

Page 56: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dalam jangka satu tahun, tepatnya pada tanggal 6 November 2002 YBM BRI

dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional dengan No.

SK 445. 63 dengan pengukuhan tersebut berarti YBM BRI sudah mendapat legalitas

untuk mengelola dana zakat, infaq, shadaqah tidak hanya terbatas dari zakat pekerja

BRI tetapi juga dari masyarakat luar di seluruh Indonesia. Dan dengan pengukuhan

tersebut YBM BRI menjadi salah satu dari 14 Lembaga Zakat di seluruh Indonesia

yang berskala Nasional.

Dengan didirikannya Yayasan Baitul Maal BRI, diharapkan dapat melengkapi

lembaga-lembaga yang telah ada lebih dulu. Seraya berpegang teguh pada prinsip

fastabiqul khairaat dalam mengangkat martabat mustahik (penerima zakat). Dengan

komitmen “Mengubah Mustahik Menjadi Muzakki”. Disamping itu dimaksudkan

agar supaya para pekerja BRI selalu peduli terhadap kewajibannya sebagai

muslim/muslimat dan juga peduli kepada lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya

sebagai wujud implementasi slogan BRI “Besar Bersama Rakyat”.

2. Visi Dan Misi YBM BRI

Yang menjadi visi YBM BRI adalah menjadi pengelola ZIS terkemuka di

Indonesia yang amanah, profesional dan sesuai dengan syariat Islam.64

63 Aspek Legal : 10 Agustus 2001 para direksi, pemimpin wilayah dan para pejabat di

KANPUS mendirikan YBM BRI dengan Akte Notaris No.52 Tahun 2001 di Notaris Agus Madjid SH, Tanggal 6 November 2002 YBM BRI dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional dengan No. Sk 445.

64 Dalam pelaksaan kegiatannya, Lembaga Amil Zakat YBM BRI dilakukan secara professional dan transparan dengan diaudit laporan keuangannya oleh akuntan publik. Disamping

Page 57: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Adapun Misi YBM BRI adalah :

1) Mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran ZIS di lingkungan BRI dan umat

Islam pada umumnya.

2) Meningkatkan pemanfaatan ZIS secara tepat guna dan berhasil guna.

3) Menyelenggarakan kegiatan dengan memperhatikan prinsip-prinsip GCG.

3. Keunggulan Berzakat Melalui YBM BRI

1. Menyalurkan zakat dengan efisien, efektif, dan menjangkau daerah-daerah yang

terpencil dan minus di seluruh Indonesia

a. Memfungsikan BRI Cabang dan Unit sebagai mitra salur yang tersebar

diseluruh pelosok Nusantara.

b. Melibatkan seluruh pekerja BRI muslim seluruh Indonesia dalam program

“Agen Sosial” dalam bentuk merekomendasikan, monitoring dan membina

mustahik yang ada dilingkungan tempat tinggal para pekerja.

c. Prioritas daerah-pemanfaatan Peran Kanwil / Kanins / Kanca / Unit BRI

seluruh Indonesia.

2. Pembinaan yang Berkesinambungan dan Terukur

a. Merekomendasikan binaan YBM BRI untuk mendapatkan KTA (Kredit

Tanpa Anggunan).

berupaya semaksimal mungkin sesuai dengan syariat Islam dengan Pembina Syariah Prof.Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM.

Page 58: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

b. Pengenalan binaan pada proses permodalan dari perbankan (membina usaha

kecil menjadi bankable).

c. Mengikutkan binaan usaha YBM BRI untuk mengikuti pelatihan usaha kecil

yang diadakan Kantor Cabang BRI.

3. Mewujudkan masyarakat seimbang dari segi ekonomi, rohani, duniawi, dan

ukhrawi.

a. Mustahik yng dapat dibantu YBM BRI adalah yang mendapatkan

rekomendasi dari masjid sebagai jamaah aktif.

b. Dibina langsung baik yang berkenaan dengan keagamaan maupun manajemen

usaha oleh pekerja BRI yang merekomendasikan.

c. Dibina dan dimonitor oleh masjid yang merekomendasikan mustahik tersebut.

4. Transparan dan Kesesuaian dengan Syariah

a. Pengawasan Internal melalui dewan pengawas.

Cara kerja :

1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.

2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan

Dewan Pertimbangan.

3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,

yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah.

b. Diaudit Akuntan Publik.

Cara Kerja :

Page 59: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

1) Melakukan Pencatatan, pendokumentasian dan pengarsipan transaksi

dana ZIS.

2) Melakukan pemeriksaan Pengelolaan dana ZIS apakah telah sesuai

dengan ketentuan syariah dan prinsip akuntansi yang berlaku.

3) Penerbitan laporan keuangan berkalayang diaudit oleh lembaga.

c. Pengawas Syariah melalui Pembina Syariah.

Cara Kerja :

1) Memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan unit usaha

syari’ah dan pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syari’ah

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syari’ah.

2) Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif terutama

dalam pelaksanaan fatwa Dewan Syari’ah Nasional serta memberikan

pengarahan / pengawasan atas produk / jasa dan kegiatan usaha agar

sesuai dengan prinsip syari’ah.

3) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan Dewan

Syari’ah Nasional dalam mengkomunikasikan usul dan saran

pengembangan produk dan jasa dari lembaga keuangan syari’ah yang

memerlukan kajian dan fatwa dari Dewan Syari’ah Nasional.

B. Struktur Organisasi YBM BRI

Sebagai sebuah lembaga swadaya masyarakat, Lembaga Amil Zakat memiliki

struktur organisasi. Berikut struktur organisasi pada YBM BRI, tugas dan fungsinya.

Page 60: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

1. Badan Pembina beranggotakan ; H. Sopyan Basir, H.Sarwono Sudarto,

H.Sulaiman Arief Arianto, H. Bambang Soepeno, Lenny Sugihat, H. Abdul

Salam, H. A. Toni Sutirto. Mempunyai Fungsi memberikan pertimbangan fatwa,

saran, dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas dalam

pengelolaan Lembaga Amil Zakat, meliputi aspek syari’ah dan aspek

manajerial.65

Adapun tugas pokok Badan Pembina :

a) Memberikan garis-garis kebijakan umum Lembaga Amil Zakat.

b) Mengesahkan rencana kerja Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas.

c) Mengeluarkan fatwa syari’ah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hukum

zakat yang wajib diikuti Lembaga Amil Zakat.

d) Memberikan pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan

Komisi Pengawas baik diminta mapun tidak.

e) Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dan

Komisi Pengawas.

f) Menunjuk Akuntan Publik.66

65 Pengurus YBM BRI adalah yang berada di kantor pusat. YMB BRI mengadakan rapat pengurus dan pelaksana setiap 5 tahun sekali untuk membahas kinerja para pengurus, struktur kepengurusan ini cendrung tetap, pergantian pengurus terjadi apabila ada pengurus yang dimutasi ke daerah. Selain itu rapat 5 tahunan sekali ini juga membahas program-program yang telah dilaksanakan dan menyusun program yang akan dilaksanakan.

66 Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002).

Page 61: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

2. Pengawas Yayasan yang beranggotakan ; H. Sultan Hamid, H. Johari Subrata,

Alimudin, Dony Prihatwati, Djoko Retnadi. Mempunyai fungsi sebagai pengawas

internal lembaga atas operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana.

Adapun tugas pokok Pengawas Yayasan :

a) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.

b) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dewan

Pertimbangan.

c) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana, yang

mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.

d) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah.

3. Pembina Syariah pada YBM BRI adalah Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma,

SH, MA, MM. Fungsi pembina syariah sebagai perwakilan Dewan Syari’ah

Nasional yang ditempatkan pada lembaga keuangan syari’ah wajib ;

a) Mengikuti fatwa Dewan Syariah Nasional.

b) Merumuskan permasalahan yang memerlukan pengesahan Dewan Syariah

Nasional.

c) Melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan lembaga keuangan syariah yang

diawasinya kepada Dewan Syariah Nasional sekurang-kurangnya satu kali dalam

setahun.

Page 62: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Adapun tugas pokok Pembina Syariah :67

a) Memberikan nasihat dan saran kepada direksi, pimpinan unit usaha syari’ah dan

pimpinan kantor cabang lembaga keuangan syari’ah mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan aspek syari’ah.

b) Melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun secara pasif terutama dalam

pelaksanaan fatwa Dewan Syari’ah Nasional serta memberikan pengarahan /

pengawasan atas produk / jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip

syari’ah.

c) Sebagai mediator antara lembaga keuangan syariah dengan Dewan Syari’ah

Nasional dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan

jasa dari lembaga keuangan syari’ah yang memerlukan kajian dan fatwa dari

Dewan Syari’ah Nasional.

4. Pengurus yang beranggotakan ; H. Purwanto, SE, Ir. Wasi Kirana, Hj. AM. Nova

Cristiana, Agus Noorsanto, H. A. Solichin L, H. Eko Bambang Suharno, Irianto.

Fungsi dari pengurus adalah sebagai pelaksana pengelolaan zakat.

Adapun tugas pokok Pengurus :

a) Membuat rencana kerja

b) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja yang telah

disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

67 Mahkamah Agung RI, Kapita Selekta Perbankan Syar’iah Menyongsong Berlakunya UU.

No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1989 Perluasan Wewenang Peradilan Agama, (Jakarta Pusdiklat Mahkamah Agung RI, 2007), h. 428-429

Page 63: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

c) Menyusun laporan tahunan

d) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah.

e) Bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Lembaga Amil Zakat ke

dalam maupun ke luar.

5. Ketua Pelaksana Harian, yang saat ini tugasnya diemban oleh H. Moh. Nasir

Tajang. Fungsi dari Ketua Pelaksana Harian adalah merencanakan,

mengkordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan utama / program

lembaga dan kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan

program tersebut dalam upaya mecapai target. Sebagai pimpinan organisasi yang

diangkat oleh Badan Pembina, memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:

a) Bertanggung jawab atas kelangsungan hidup lembaga.

b) Membuat perumusan dan tujuan, rencana dan kebijakan umum serta

mengevaluasi seluruh kegiatan lembaga.

c) Pengambil keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi jalannya kegiatan

lembaga.

6. Bagian Penghimpunan. Saat ini posisinya ditempati oleh Anwar Sadat.

Mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan

penghimpunan dana baik pada tingkat internal maupun dalam kerjasama dengan

pihak ketiga / kantor layanan.

Adapun tugas pokok Bagian Penghimpunan :

Page 64: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

a) Sosialisasi ZIS

b) Layanan Konseling ZIS

c) Layanan penerimaan dana ZIS termasuk donasi kemanusiaan dan program

tanggung jawab social lembaga yang dikerjasamakan.

d) Layanan muzaki / donator.

7. Bagian Keuangan & Administrasi. Saat ini posisinya ditempati oleh Yunni

Partina. Mempunyai fungsi mengatur dalam pelaksanaan dan penyelesaian tugas-

tugas administrasi, keuangan dan kepersonaliaan lembaga untuk mencapai

kelancaran dan pertumbuhan kegiatan yang optimal.

Adapun tugas pokok Bagian Keuangan & Administrasi :

a) Pencatatan, pendokumentasian dan pengarsipan transaksi dana ZIS.

b) Pengelolaan dana ZIS sesuai ketentuan syariah dan prinsip akuntansi yang

berlaku.

c) Penerbitan laporan keuangan berkala, termasuk yang diaudit oleh akuntan publik.

8. Bagian Pendayagunaan. Saat ini posisinya ditempati oleh Ahmad Faqih.

Mempunyai fungsi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan

pendayagunaan dana baik pada tingkat internal maupun dalam kerjasama dengan

pihak ketiga / kantor layanan.

Adapun tugas pokok Bagian Pendayagunaan :

a) Pelayanan sosial untuk kebutuhan kritis dan mendesak.

b) Pengembangan ekonomi masyarakat.

Page 65: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

c) Pengembangan sumber daya masyarakat.

Struktur pengurus YBM BRI dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

C. Sumber Dan Penggunaan Dana ZIS YBM BRI

Sumber dana YBM BRI terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :

Badan Pembina

Pembina Syariah Pengawas Yayasan

Pengurus YBM BRI

Ketua Pelaksana

Bagian Penghimpunan

Bagian Keuangan & Administrasi

Bagian Pendayagunaan

Page 66: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

1. Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Abadi, dan Bergulir.68

a. Sumber dari Donatur dan Bagi Hasil Bank Syariah.

• Penerimaan dari zakat perusahaan dan karyawan

• Penerimaan Dana Abadi

• Penerimaan dari bagi hasil Bank Syariah

b. Sumber dari Non Donatur

• Pengembalian Dana Bergulir

• Penerimaan Lain-lain

c. Penggunaan Dana

1) Penyaluran pada Fakir/Miskin

2) Penyaluran pada FiiSabilillaah

• Penyaluran pada Muallaf

• Penyaluran pada Gharimin

• Penyaluran pada Ibnu Sabil

• Biaya Amilin

• Biaya Operasional Amilin

2. Sumber dan Penggunaan Dana Infaq, Shodaqoh, dan Amilin

a Sumber dari Donatur dan Bagi Hasil Bank Syariah

• Penerimaan Dana Infaq dan Shodaqoh

68 Pada tahun 2004 YBM BRI mendapat penghargaan sebagai pemenang I Zakat Award

Kategori Pendayagunaan Zakat, Tahun 2005 pemenang II Zakat Award Kategori Penghimpun Dana Tertinggi, Tahun 2005 pemenang II Zakat Award Kategori Pendayagunaan Zakat.

Page 67: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

• Penerimaan Dana Amilin

• Penerimaan dari bagi hasil Bank Syariah

b Sumber dari Non Donatur

1) Penerimaan Lain-lain

c Penggunaan Dana

• Penyaluran pada Fakir/Miskin

• Penyaluran pada FiiSabilillaah

• Biaya Gaji dan Tunjangan Amil

• Biaya Perlengkapan kantor

• Biaya Pelatihan, Seminar, dan Jasa Konsultan

• Biaya Sosialisasi Zakat

• Biaya Telekomunikasi

• Biaya Transportasi dan Akomodasi

• Biaya Konsumsi dan Rumah Tangga

• Biaya Penyusutan

3. Sumber dan Penggunaan Dana Non Syariah

a Sumber Dana

• Penerimaan Bunga dari Dana Zakat, Abadi dan Bergulir

• Penerimaan Bunga dari Dana Infaq

• Penerimaan Bunga dari Dana Amilin

b Penggunaan Dana

Page 68: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

• Biaya Bank-Dana Zakat, Abadi dan Bergulir

• Biaya Bank-Dana Infaq

• Biaya Bank-Dana Amilin

• Biaya Lain-lain

D. Kendala-kendala Yang Dihadapi YBM BRI

Kendala yang dihadapi dalam upaya pelembagaan YBM BRI selama ini

antara lain :

1. Pemahaman Zakat

Yang dimaksud dengan pemahaman disini adalah pengertian umat Islam

tentang zakat itu, pengertian mereka sangat terbatas kalau dibandingkan dengan

pengertian mereka tentang shalat dan puasa. Misalnya ini disebabkan karena

pendidikan keagamaan Islam di masa lampau kurang menjelaskan pengertian dan

masalah zakat ini. Akibatnya karena kurang paham, umat Islam kurang pula

melaksanakannya.69

2. Sikap Kurang Percaya

Disamping kesadaran yang makin tumbuh dalam masyarakat Islam Indonesia

tentang pelaksanaan zakat, dalam masyarakat ada juga sikap kurang percaya terhadap

69 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomin Islam : Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI Prees,

1998), cet 1 h. 53.

Page 69: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

penyelenggaraan zakat itu. Sikap ini sesungguhnya ditujukan kepada orang atau

sekelompok orang yang mengurus zakat, misalnya masyarakat kurang percaya

terhadap YBM BRI, antara lain karena pengelola YBM BRI kurang professional serta

kurang terbuka dalam pengelolaan ZISnya.

3. Sikap Tradisional

Kebiasaan para wajib zakat dan pada masyarakat umumnya menyerahkan

zakatnya tidak kepada delapan kelompok atau beberapa dari delapan golongan yang

berhak menerima zakat, tetapi kepada para pemimpin agama setempat (kepada

kyai/tokoh masyarakat). Pemimpin agama ini tidak bertindak sebagai amil yang

berkewajiban membagikan atau menyalurkan zakat kepada mereka yang berhak

menerimanya, tetapi bertindak sebagai mustahik (orang yang berhak menerima zakat)

sendiri dalam kategori Sabilillaah yakni orang yang berjuang di jalan Allah. Cara dan

sikap ini tidak sepenuhnya salah. Namun sikap demikian tersebut seyogyanya

ditinggalkan, diantaranya untuk menghindari penumpukan harta (zakat) pada orang

tertentu. Padahal salah satu tujuan zakat adalah pemerataan rezeki untuk mencapai

keadilan.

Page 70: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

BAB IV

ANALISA TERHADAP PEMBERDAYAAN ZAKAT MODERN

YBM BRI

A. Strategi Dalam Menghimpun Dana ZIS

YBM BRI memiliki strategi khusus untuk pengelolaan dana ZIS yang

meliputi penghimpunan, pendistribusian sampai ke proses pendayagunaan. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh oleh YBM BRI dalam menghimpun dana ZIS

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi aktif dengan BRI berupa laporan kegiatan yang telah, sedang dan

akan dilakukan, dengan begitu para pekerja semakin yakin akan keberadaan YBM

BRI karena segmen pasar YBM BRI adalah pegawai BRI, disamping masyarakat

luas pada umumnya.70

2. Membentuk Jaringan

Jaringan yang dimaksud disini adalah jaringan keseluruhan pihak yang terkait

dalam ibadah maaliyah ini yang terdiri dari :

a. Jaringan Mustahik. YBM BRI memandang bahwa mustahik bukanlah sebagai

objek melainkan sebagai salah satu subjek penting dalam penyaluran dana

maupun pelaksanaan program. YBM BRI bekerjasama antara lain dengan ;

70 Wawancara dengan Bpk, H. Moh. Nasir Tajang (Ketua Pelaksana Harian YBM BRI), Jakarta, 31 Maret 2008.

Page 71: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Foundation Nusantara, AFKN (al-Faadh Kafa’ah Nusantara, Yayasan al-

Mubarokah, Yayasan al-Hikmah, Yayasan al-Fallah, Masjid al-Husna, Masjid

as-Shurah.

b. Jaringan Amil

YBM BRI yakin dalam kegiatannya membutuhkan sinergi dari berbagai

pihak, oleh karena itu kerjasama antar amil mutlak diperlukan, YBM BRI

menjalin kerjasama dengan pihak yang memiliki visi yang sama.

c. Jaringan Muzakki

Jaringan muzakki yang ingin dibentuk adalah jaringan muzakki yang aktif

dan peduli atas kesejahteraan umat, maka dari itu YBM BRI membentuk

pengurus ditingkat cabang untuk memudahkan dalam pelaksanaan program

dan pendistribusian dana ZIS.

3. Mengoptimalkan cabang.

Bagi pemohon yang berasal dari daerah, YBM BRI di tingkat cabang turun

kelapangan untuk melakukan survey untuk selanjutnya dilaporkan ke tingkat

pusat.

4. Melibatkan para pekerja dalam hal penyaluran dana dalam program agen sosial.

Para pekerja BRI melaporkan kepada YBM BRI apabila dilingkungan tempat

tinggal mereka ada yang memerlukan bantuan, karena merekalah yang

mengetahui lingkungan tempat tinggal mereka.

5. Kemudahan akses keuangan.

Page 72: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dalam bentuk laporan keuangan untuk donator dan masyarakat luas, termasuk

yang diaudit oleh akuntan publik.

6. Adapun strategi yang kemungkinan sedang diupayakan oleh YBM BRI adalah

berzakat melalui via sms, via Internet, tentunya bekerjasama dengan pihak-pihak

yang berkompeten dalam dibang tersebut.71

B. Program Pendayagunaan Melalui Efektifitas Pengelolaan Dana ZIS

Untuk mencapai hasil yang maksimal, efektif dan efisien serta tercapainya

sasaran dan tujuan zakat, maka pendayagunaannya lebih baik diarahkan ke arah yang

produktif. Pemanfaatan dan pendayagunaan alokasi dana zakat dapat digolongkan ke

dalam empat kategori, sebagai berikut :

1. Konsumtif Tradisional

Dalam hal ini zakat hanya dapat dimanfaatkan oleh mustahiq secara langsung dan

hanya cukup memenuhi kebutuhan sesaat. Bentuk ini lebih sesuai diberikan

kepada yang benar-benar tidak mampu berusaha mencari rizki disebabkan,

misalnya, sudah sangat tua dan lemah badannya, atau halangan lain yang dapat

diterima akal.

2. Konsumtif Kreatif

Dalam hal ini mustahiq dapat mengembangkan dan memanfaatkan zakat,

misalnya untuk pembelian alat-alat sekolah, bea siswa, dan lain-lain.

71 Wawancara dengan Ahmad Faqih (Staf Pendayagunaan), Jakarta 19 Mei 2008.

Page 73: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Pendistribusian seperti ini lebih relevan dilaksanakan untuk mereka yang

kekurangan tetapi mempunyai potensi untuk mengembangkan diri.

3. Konsumtif Tradisional

Dimana zakat dapat diberikan dalam bentuk barang produktif, seperti bantuan

ternak seperti, kambing, sapi. Pemberian pupuk untuk petani dengan harga

murah. Bentuk seperti ini lebih sesuai diberikan kepada mereka yang tergolong

mustahiq yang mau, mampu dan kuat berusaha.

4. Produktif Kreatif

Dimana zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan, baik untuk membangun

proyek sosial atau untuk menambah modal bagi para pedagang kecil.72

Model pemanfaatan dan pendayagunaan dana zakat secara produktif-kreatif

merupakan model yang paling signifikan dalam mengalokasikan pendayagunaan dana

zakat. Hal ini dilakukan oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang

menyerupai sebuah badan usaha ekonomi atau Baitul Maal yang membantu

permodalan dalam berbagai bentuk kegiatan ekonomi masyarakat dan pengembangan

usaha-usaha golongan ekonomi lemah, terutama fakir miskin yang umumnya

menganggur / tidak bisa berusaha secara optimal karena kekurangan dan ketiadaan

modal.

72 Syahrin, Syahrin, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta : PT Tiara

Wacana Yogya, 1999), cet 1, h. 103-104.

Page 74: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Konsep pendayagunaan zakat produktif kreatif inilah yang dianggap paling

memungkinkan efektifnya tujuan zakat adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan,

yaitu mewujudkan keadilan sosial dalam upaya pengentasan kemiskinan. Oleh karena

itu kebijakan pendayagunaan zakat harus relevan dengan efektivitas dan produtifitas

zakat itu sendiri.

Di dalam undang-undang nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.

Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat :

1. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik dilakukan berdasarkan

persyaratan sebagai berikut :

a) Hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahik delapan ashnaf yaitu fakir,

miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu sabil.

b) Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan

dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.

c) Mendahulukan mustahik dalam wilayahnya masing-masing.

2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan

berdasarkan persyaratan sebagai berikut :

a) Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sudah

terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.

b) Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.

c) Mendapat persetujuan tertulis dari dewan pertimbangan.

Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif

ditetapkan sebagai berikut ; melakukan studi kelayakan, menetapkan jenis usaha

Page 75: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

produktif, melakukan bimbingan dan penyuluhan, melakukan pemantauan,

pengendalian dan pengawasan, mengadakan evaluasi, membuat laporan.

Program kerja YBM BRI.

1. Hadir di Tengah Musibah

YBM BRI selalu berusaha berada di lokasi musibah untuk meringankan beban

korban yang terkena musibah. Baik tim langsung dari Jakarta maupun melalui Kantor

Wilayah, Kantor Cabang, maupun Kantor Unit BRI di seluruh pelosok Nusantara.

Selama ini, YBM BRI telah ikut membantu saudara-saudara yang ditimpa

musibah mulai dari bencana akibat gelombang tsunami di Aceh, banjir di Riau, banjir

bandang dan longsor di Bohorok, banjir bandang di Jember, longsor di Banjarnegara,

hingga gempa di Nabire. Tidak terhitung peristiwa bencana akibat kebakaran di

berbagai daerah, juga banjir dan gempa di seluruh pelosok Indonesia.

Bantuan yang diberikan pun beragam. Mulai dari bantuan makanan. Peralatan

masak, layanan kesehatan, serta berbagai kebutuhan lainnya di tengah bencana. Kami

bersama dengan seluruh jajaran BRI selalu siap memberi bantuan kepada korban

bencana.

2. Menjawab Kebutuhan Masyarakat

Banyak saudara kita yang menderita karena ketidakmampuan fisiknya. Ada

yang tidak bisa melihat karena katarak atau terserang berbagai jenis penyakit ganas

seperti tumor dan berbagai penyakit mengerikan lainnya. YBM BRI selalu berupaya

membantu mereka berupa bantuan biaya operasi.

Page 76: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Mereka yang sakit atau punya penyakit berat tak lepas dari sasaran bantuan

YBM BRI. Cukup banyak frekuensi operasi orang sakit yang dibiayai YBM BRI.

Mulai dari operasi bibir sumbing, tumor, bahkan berbagai penyakit berat lainnya.

Pelayanan gizi kepada masyarakat juga menjadi bagian dari kegiatan YBM

BRI untuk membantu kesehatan masyarakat, terutama di daerah yang mengalami gizi

buruk. Dan tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan Cuma-Cuma yang

secara periodik dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan.

Sebagai wujud kepedulian terhadap kesehatan masyarakat, YBM-BAPEKIS-

CSR BRI menyelenggarakan road show pengobatan. Program ini diberi nama Bakti

Insani. Menurut Nasir, program ini diselenggarakan mengingat biaya pengobatan

sangatlah mahal, sehingga banyak masyarakat tidak mampu berobat. “Banyak

masyarakat tidak mampu yang tidak bisa berobat”, katanya.73

Dalam program ini YBM BRI bertindak sebagai pelaksana dibantu Bapekis

BRI, sedangkan dana diambil dari CSR BRI. Mengingat dana yang dipakai adalah

diambil dari CSR (Corporate Social Responsibility) BRI, maka dimaksudkan pula

untuk menggerakkan komunitas BRI. “agar kedermawanan dan kepekaan sosial dari

para karyawan BRI terus terasah melalui kegiatan seperti ini”, tutur Nasir berfilsafat.

Bayangkan, jika 40 ribu karyawan BRI yang muslim mempunyai rasa kepedulian di

lingkungan seperti itu, berapa ratus ribu warga kurang mampu yang akan terbantu.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di empat lokasi. Lokasi pertama di Kelurahan

Cawang gang arus. Di kawasan ini banyak komunitas pendatang dari kalangan tidak

73 INFOZ, Edisi II/Th II/ April-Mei 2007.

Page 77: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

mampu. Sebagian besar padagang kecil, baik pedagang sayur, pedagang es dan

pedagang keliling lainnya. Berikutnya diselenggarakan di Makaliwe, Grogol, Jakarta

Barat. Kawasan ini merupakan kawasan padat penduduk. Kebersihan lingkungan dan

sanitasi sangat tidak terawat, alasan itulah YBM memilih tempat ini untuk dijadikan

lokasi pengobatan.

Ketiga, dilaksanakan di Depok. Pengobatan missal di Depok mendapat

sambutan cukup meriah. Bukan hanya ribuan warga yang hadir, namun Wali Kota

Depok, Nur Mahmudi Ismail juga hadir memberi bantuan. Lokasi ke empat di

Cimande, Bogor.

3. Mendukung Pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu fokus perhatian YBM BRI. Sebab,

pendidikan merupakan wahana untuk memperbaiki generasi mendatang. Bila potensi

zakat dapat digali secara maksimal, kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dapat

diatasi dengan baik. Menurut data sementara, potensi zakat Indonesia tercatat besar,

yakni sekitar 7,5 triliun pertahun. Itu masih bisa bertambah jika pengelolaan zakat

dilakukan secara professional dan serius. Mengingat pentingnya peranan zakat untuk

membantu masyarakat kurang mampu inilah YBM BRI bergiat dalam menggali dana

zakat di lingkungan BRI dan menyalurkannya kepada masyarakat tidak mampu dan

membutuhkan.

Komitmen untuk membantu kalangan tidak mampu itu diwujudkan YBM BRI

dalam bentuk pemberian beasiswa. Pada tahun ajaran baru 2006, penerima beasiswa

YBM BRI telah berjumlah 1535 anak yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai

Page 78: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

tingkat SD sampai Perguruan Tinggi. Bahkan jika dilihat perkembangan dari tahun ke

tahun cendrung meningkat. Tahun 2002 sebanyak 333, tahun 2003 sebanyak 615,

tahun 2004 sebanyak 983, tahun 2005 sebanyak 1120 dan tahun 2006 sebanyak 1535.

Meningkatnya penerima beasiswa dikarenakan kondisi ekonomi bangsa yang belum

pulih. Sehingga banyak anak usia sekolah yang terancam putus sekolah.

Para penerima beasiswa di YBM BRI, menurut Ahmad Fakih, dikelompokkan

menjadi empat komponen, pertama komponen institusional lembaga pendidikan,

kedua, sinergi dengan lembaga lain, ketiga, rekomendasi dari karyawan dan relawan

BRI, keempat, dari masyarakat umum.74

Adapun periode penerimaan beasiswa, lanjut Fakih, dilakukan setiap bulan

Januari dan Juli. Namun biasanya lebih difokuskan pada bulan Juli karena

berbarengan dengan tahun ajaran baru sedang bulan Januari sifatnya mengevaluasi

saja. “Jika prestasinya bertahan atau bahkan meningkat maka beasiswa dapat

dilanjutkan tapi jika turun maka akan dievaluasi dulu, “ungkapnya. Evaluasi

dilakukan dalam rangka memotivasi anak dan untuk meningkatkan prestasinya,

sehingga memiliki nilai yang bagus dan dapat diterima di sekolah negeri.

Dana beasiswa perbulan untuk tingkat SD sebesar Rp 40 ribu, SMP 60 ribu,

SMA 75 ribu dan Perguruan Tinggi 150 ribu. Memang secara nominal tidak besar

tapi cukup untuk meringankan kebutuhan rutin mereka. Terutama untuk membeli

buku-buku paket pelajaran dan biaya transportasi. Penerima beasiswa tingkat

Perguruan Tinggi mendapat tugas tambahan dari YBM. Mereka diminta memberi

74 Ahmad Fakih, Staf Pendayagunaan YBM BRI.

Page 79: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

bimbingan belajar bagi tingkat di bawahnya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk

menguatkan tali silahturrahmi antar penerima beasiswa sekaligus memberi tambahan

belajar baik agama maupun pelajaran umum bagi siswa tersebut.

Selain bantuan pendidikan kepada siswa, YBM BRI juga memberi bantuan

kepada sekolah. Bentuknya juga beragam mulai dari perlengkapan belajar hingga

sarana fisik penunjang pendidikan seperti bangunan ruang kelas, perpustakaan, dan

kebutuhan lainnya.

4. Memberdayakan Masyarakat

Upaya pemberdayaan masyarakat juga menjadi bagian aktivitas YBM BRI.

Bantuan diberikan berupa modal usaha bagi para pedagang kecil, petani, peternak,

atau usaha produktif lainnya. Bantuan tentu diberikan dengan perhitungan dan kriteria

yang memenuhi syarat sesuai dengan peruntukan dana yang diamanahkan.

Menurut Ahmad Fakih bantuan berupa modal usaha yang diberikan berkisar

antara Rp. 1 juta sampai Rp 2 juta. Seperti bantuan untuk membuat gerobak, atau

untuk usaha seperti, pedagang es, pedagang sayur dan sebagainya, dan modal tersebut

dikembalikan dengan cara diangsur free tanpa bunga selama 20 bulan, besarnya

tergantung modal usaha yang diberikan. Mustahik juga bisa mengajukan peminjaman

modal kembali untuk mengembangkan usahanya setelah angsuran selesai dibayarkan.

Bantuan bukan hanya modal usaha melainkan juga kesempatan berpameran

serta bentuk bantuan lainnya yang bisa meningkatkan kemandirian para penguasaha

kecil dan mikro. Dengan bantuan ini diharapkan banyak masyarakat yang bisa

Page 80: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

berusaha dan hidup mandiri. Sehingga mereka, yang semula masuk kriteria mustahik,

dengan usahanya tersebut bisa berubah menjadi muzakki.

Dari permasalahan yang terjadi di YBM BRI, maka YBM BRI membuat

langkah konkrit untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di YBM BRI.

Langkah-langkah konkrit tersebut adalah :

1) Melaksanakan pelatihan keterampilan.

2) Memberikan pinjaman modal bergulir.

3) Memberikan pinjaman modal usaha.

4) Melaksanakan kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan dan memperluas

jaringan pemberdayaan ekonomi mandiri.

5) Membentuk cabang/unit kerja dipelosok nusantara.

6) Melibatkan seluruh pekerja BRI muslim seluruh Indonesia dalam program “Agen

Sosial”.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap efektifitas pengelolaan

dana ZIS pada YBM BRI maka dapat dikatakan semua berjalan sesuai dengan apa

yang telah diprogramkan, misalnya saja dalam penyaluran dana zakat, disebutkan,

bahwa dalam pemberian bantuan harus berdasarkan rekomendasi dari masjid sebagai

jamaah aktif, karena lembaga tersebut melakukan kerjasama salah satunya dengan

pihak masjid sebagai mitra kerja.

Begitu juga halnya dengan penyaluran dana zakat, YBM BRI, tidak hanya

berprinsip sekedar menyalurkan saja, akan tetapi mengusahakan agar dana ZIS yang

disalurkan dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat. YBM BRI berharap

Page 81: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

agar para mustahik tidak terus menerus menjadi mustahik, akan tetapi suatu waktu

nanti mereka dapat pula menjadi muzakki dan menjadi donatur tetap di YBM BRI.

Pendistribusian/penyaluran dana zakat kepada delapan golongan mustahik

dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :

a) Kelompok Permanen

Termasuk dalam kelompok ini adalah fakir, miskin, amil, dan muallaf. Empat

golongan mustahik ini diasumsikan akan selalu ada di wilayah kerja organisasi

pengelola zakat dan karena itu penyaluran dana kepada mereka akan terus

menerus atau dalam waktu lama walaupun secara individu penerima berganti-

ganti.

b) Kelompok Temporer

Termasuk dalam kelompok ini adalah riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu sabil.

Empat golongan mustahik ini diasumsikan tidak selalu ada di wilayah kerja suatu

organisasi pengelola zakat. Kalaupun ada maka penyaluran dana kepada mereka

tidak akan terus menerus atau tidak dalam waktu panjang sesuai dengan sifat

permasalahan yang melekat pada empat golongan ini.75

C. Pemberdayaan Zakat Modern YBM BRI Ditinjau dari Hukum Islam

Salah satu yang dinilai sangat besar pengaruhnya terhadap zakat, adalah

menyangkut aspek pengelolaannya. Selama ini, pendayagunaan zakat masih saja

75 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta :Centre For Entreneurship Development,

2005), h. 23.

Page 82: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

berkutat dalam bentuk konsumtif-karitatif yang kurang atau tidak menimbulkan

dampak sosial yang berarti, dan hanya bersifat temporary relief.76 Yaitu peringanan

beban sesaat yang diberikan kepada fakir miskin.77

Akibatnya pembayaran wajib zakat umat Islam yang masuk kedalam kegiatan

ibadah dilakukan secara sukalera atas kesadarang masing-masing sehingga potensi

umat yang sebenarnya cukup besar itu terbagi-bagi dalam serpihan kecil yang kurang

berarti.78

Membayar zakat melalui Lembaga Amil Zakat memiliki efek yang jauh lebih

baik daripada membayar zakat secara perorangan. Ini juga harus dibuktikan melalui

pengelolaan zakat yang amanah, profesional dan transparan sehingga tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga Amil Zakat semakin baik. Selain itu,

pemanfaatan zakat melalui program yang produktif, juga menentukan masyarakat

dalam menjatuhkan pilihannya untuk membayar zakat melalui lembaga. Sehingga

diperlukan kecerdasan amil dalam mengelola dana zakat dan menelurkan program

pendayagunaan zakat itu sendiri.

Karena bila zakat tidak diberdayakan secara produktif bagi dhuafa, justru

hanya akan menimbulkan penyakit baru di masyarakat, yakni “kebudayaan

menunggu bantuan tanpa berusaha” (cargo cult mentality). Kalau program yang yang

76 M.Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Mengurangi Kemiskinan (Jakarta :

Nuansa Madani Publisher, 2004), cet 1, h. 113-114. 77 Yusuf Qardawi, h. 27. 78 Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok : Usaha

Kami, 1996), h. 116

Page 83: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

dijalankan Lembaga Amil Zakat membuat para mustahik menjadi kreatif, maka hal

ini sudah sejalan dengan prinsip zakat itu sendiri yaitu “Mengubah mustahik menjadi

muzakki”. Karena pada hakikatnya, zakat itu memberdayakan dhuafa.

Prinsip-prinsip dasar tentang hakikat tujuan diturunkannya syari’at Islam (al-

maqasid al- syari’ah) sesungguhnya juga berorientasi pada penciptaan kesejahteraan

dan perlindungan kaum dhuafa.79

Namun perlu dipahami, bahwa zakat juga ada yang bersifat konsumtif

disamping yang produktif. Jumlah pemberdayaan dana zakat di sektor produktif mesti

digalakkan agar prinsip zakat tadi benar-benar terwujud. Contohnya, pembangunan

pabrik dengan menggunakan dana zakat yang keuntungan dan kepemilikannya

mengedepankan kepentingan dhuafa agar mereka bisa diberdayakan menjadi pribadi-

pribadi yang kreatif.80

Ditinjau dari hukum Islam apa yang dilakukan YBM BRI dalam hal

penyaluran dana ZIS telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, bagi mustahik yang

belum bisa berusaha (mandiri), orang sakit atau cacat YBM BRI memberikan bantuan

hidup yang sifatnya konsumtif dan bagi mereka yang masih kuat bekerja dan bisa

mandiri dalam menjalankan usaha dalam hal keterampilan, YBM BRI

memberdayakan mereka dengan bantuan modal untuk usaha agar tercipta

kemandirian.

79 Kusuma, Bungai Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, (Jakarta : IAIN Indonesian

Social Equity Project, 2006), h. 40. 80http://www.file:///F:/Karena%20Zakat%20Memberdayakan%20Dhuafa%20

%C2%AB.htm. Diakses tanggal 31 mei 2008.

Page 84: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Penyaluran zakat secara produktif ini pernah terjadi di zaman Rasulullah

SAW. Dikemukakan dalam sebuah hadis riwayat Imam muslim dari Salim bin

Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah telah memberikan zakat

kepadanya lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.81 Bahkan

khalifah Umar bin Khatab pernah menyerahkan zakat berupa tiga ekor unta sekaligus

kepada salah seorang mustahik yang sudah rutin meminta zakat kepadanya, tetapi

nasibnya belum berubah. Pada saat penyerahan unta tersebut, khalifah mengharapkan

agar yang bersangkutan tidak datang lagi sebagai penerima zakat, tetapi diharapkan

sebagai pembayar zakat. Keinginan khalifah tersebut ternyata menjadi kenyataan,

karena pada tahun berikutnya orang tersebut datang bukan untuk meminta zakat,

tetapi untuk menyerahkan zakat.82

Kalau kita melihat pengelolaan zakat pada masa Rasulullah saw dan para

sahabat kemudian diaplikasikan pada kondisi sekarang kita dapati bahwa penyaluran

zakat dapat kita bedakan dalam dua bentuk; yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan.

Bantuan sesaat bukan berarti bahwa zakat hanya diberikan kepada seseorang satu kali

atau sesaat saja. Bantua sesaat dalam hal ini berarti bahwa penyaluran kepada

mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan)

mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi

81 http://www.nu.or.id/page.php?=Id&Menu=news_view&news_Id=8203. Diakses tanggal 29

mei 2008. 82Irfan M. Ra’ana, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar bin Khatab, alih bahasa

Mansyuruddin Djoely, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1979), h. 88.

Page 85: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

mandiri seperti pada diri para orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang cacat

yang tidak memungkinkan untuk mandiri.83

Adapun pemberdayaan adalah penyaluran zakat yang disertai target merubah

keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada golongan fakir miskin) dan kondisi

kategori mustahik menjadi muzakki. Target ini adalah target besar yang tidak dapat

dicapai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Untuk itu, penyaluran zakat

disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang ada pada

penerima. Apabila permasalahan adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab

kemiskinan tersebut sehingga kita dapat mencari solusi yang tepat demi tercapainya

target yang telah dicanangkan.

Penyaluran dalam dua bentuk di atas umumnya disertai dengan sifat

penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran idealnya adalah

hibah. Adapun untuk pemberdayaan, dana yang disalurkan identik dengan pinjaman.

Ada tiga sifat penyaluran dana dalam pemberdayaan; hibah, dana bergulir (qordhul

hasan), dan pembiayaan. Tiga sifat penyaluran ini dibedakan antara dana zakat

dengan dana bukan zakat. Untuk penyaluran dana bukan zakat penyaluran berupa

hibah, dan bergulir (qordhul hasan) dapat dilakukan.

Zakat pada dasarnya diberikan berupa hibah. Artinya tidak ada ikatan antara

pengelola dengan mustahik setelah penyerahan zakat. Perkembangannya zakat dapat

diberikan berupa dana bergulir (pinjaman) oleh pengelola kepada mustahik dengan

83 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta :Centre For Entreneurship Development,

2005), h. 25.

Page 86: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

catatan berupa qordhul hasan. Artinya tidak boleh ada kelebihan yang harus diberikan

oleh mustahik kepada pengelola ketika pengembalian pinjaman tersebut. Besar

pengembalian sama persis dengan jumlah yang dipinjamkan.

Penyaluran dana zakat, baik untuk pihak diluar pengelola maupun untuk

pengelola sendiri, harus dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Kehati-hatian

ini bukan berarti mempersulit, karena itu perlu adanya suatu panduan berupa prosedur

baku. Yang membantu bagian pendayagunaan sebagai pemegang dana dalam

memenuhi atau menolak permintaan. Di pihak lain, prosedur baku juga akan

membuat pihak yang mengajukan permintaan akan menerima apabila permintaannya

dipenuhi dalam waktu tertentu atau bahkan ditolak sekalipun.84

Para ulama seperti Imam Syafi’I, an-Nasa’I, dan lainnya menyatakan bahwa

jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi

modal usaha yang memungkinkannya memperoleh keuntungan yang dapat memnuhi

kebutuhan pokoknya. Demikian juga jika yang bersangkutan memiliki keterampilan

tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan produksi yang sesuai dengan

pekerjaannnya.85

Upaya pendayaguaan harta zakat pada usaha-usaha yang bersifat produktif itu

dimaksudkan agar mustahik tidak di didik menjadi masyarakat yang bersifat

konsumtif. Ketika diberi harta dari zakat, maka mustahik berfikir bagaimana

84 Ibid, 26. 85 Hafidhuddin, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak, Sedekah Kami Menjawab, (Badan Amil

Zakat Nasional, 2005), h. 190-191.

Page 87: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

memanfaatkan harta zakat itu menjadi modal usaha. Dengan begitu, pada saat

pembagian zakat berikutnya ia tidak lagi menjadi mustahik, malah kalau mungkin

menjadi muzakki (orang yang mengeluarkan zakat).

Jadi seharusnya, peran Lembaga Amil Zakat yang ada sekarang jangan hanya

memberikan zakat konsumtif karena hal itu tidak akan mendidik mustahik untuk

merubah kondisinya (miskin), tetapi dengan mengoptimalkan harta zakat untuk di

distribusikan kepada fakir miskin untuk bantuan usaha (zakat produktif).86

Selain itu, mengenai profesionalisme juga perlu mendapat perhatian khusus.

Berbicara mengenai profesionalisme sangat erat kaitannya dengan siapa saja tim yang

menjalankan Lembaga Amil Zakat YBM BRI, tentu saja yang menjadi objek dari

observasi adalah orang-orang yang secara struktural berada pada lini badan

pelaksana. Mereka yang berada dilembaga tersebut minimal berpendidikan strata dan

dibayar secara professional, meskipun mereka bukanlah orang-orang yang

menyandang predikat Sarjana Ekonomi Islam, namun para personil selalu

mendapatkan pelatihan-pelatihan tambahan yang berkaitan dengan pengelolaan

Lembaga Amil Zakat yang tentunya sedikit banyak dapat menunjang kinerja mereka

dilapangan maupun di kantor.

Lembaga amil zakat yang memegang amanah untuk mengelola harta agama

tersebut harus merupakan lembaga keuangan dan pengembangan yang sifatnya

professional dan permanen. Sifat professional sebagai salah satu syarat pelaksanaan

86http://www.target-jo8.blogspot.com/2007/11/zakat produktif/solusi pengurangan.html.

Diakses tanggal 29 mei 2008.

Page 88: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

amanah sesuai dengan hadis Nabi Muhammad saw. agar suatu tugas atau pekerjaan

itu diserahkan kepada orang yang memiliki keahlian dibidangnya. Sedangkan sifat

permanent karena selain untuk mencapai tujuan jangka panjang, juga harus

melakukan tugas terus menerus sejak penelitian dan pengembangan, perencanaan,

implementasi serta pemantauan, dan evaluasi sebagai perwujudan profesionalisme.87

Yang tidak kalah pentingnya dari keberadaan suatu lembaga pengelola dana

umat adalah transparansi. Hal ini dapat dilihat pada unsur-unsur berikut :

a. Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas.

Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan

dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis, sehingga keberlangsungan

lembaga tidak bergantung pada figur seseorang, tetapi kepada sistem.

b. Manajemen Terbuka

Karena Lembaga Amil Zakat tergolong lembaga publik, sudah selayaknya jika

menerapkan manajemen terbuka, disinilah transparansi dari Lembaga Amil Zakat

dapat terlihat. Upaya yang ditempuh seperti adanya hubungan timbal balik antara

amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat (baik muzakki maupun

mustahik). Sistem ini pun dianut oleh YBM BRI hal ini terwujud di dalam sebuah

situs pribadi mereka yang dapat diakses oleh siapapun.

c. Publikasi

87 Warkum Sumitro, Perkembangan Hukum Islam di Tengah Dinamika Sosial Politik

Indonesia, (Malang : Bayu Media Publishing, 2005), h. 231

Page 89: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Semua yang telah dilaksanakan harus disampaikan kepada publik, sebagai bagian

dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Biasanya YBM BRI

menggunakan media internal untuk mempublikasikan kegiatan mereka melalui ;

majalah seperti BRI BRITAMA, INPRESARIO, MIKRO BANKING.

Page 90: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan penulis, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia sebagai salah satu Lembaga Amil

Zakat Nasional berusaha mengimplementasikan visi pengelolaan yang amanah,

professional, dan berkesesuaian dengan syariat Islam.

2. Dalam fiqh dijelaskan, bahwa harta zakat itu hendaknya bersifat produktif.

Artinya, menyalurkan harta zakat kita kepada Lembaga Pengelola Zakat, karena

lembaga tersebut sudah jelas, terorganisir dan lembaga tersebut sudah banyak

bekerjasama dengan lembaga lain baik lembaga pendidikan maupun lembaga

ekonomi, sehingga dana ZIS tersebut bisa tersalurkan dengan baik kepada para

mustahiq, dilihat dari sisi kelayakannya sebagai mustahiq. Tidak hanya itu

diharapkan dengan dana ZIS tersebut dapat membuka terciptanya lapangan

pekerjaan sehingga kehidupan ekonomi umat untuk bisa merata

3. Ditinjau dari hukum Islam apa yang dilakukan oleh Yayasan Baitu Maal Bank

Rakyat Indonesia dalam hal pengelolaan dan pendistrbusian dana ZIS telah sesuai

Page 91: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

dengan ketentuan syari’ah. Pendistribusian dana ZIS secara produktif ini pun

telah terjadi di masa Rasulullah saw dan Sahabat.

B. Saran-Saran

1. Untuk pengelolaan dana ZIS hendaklah diperlukan kerjasama dengan berbagai

pihak yang terkait, terutama pihak berwenang, dalam hal ini pemerintah. Sebab

adanya sinergi antara pihak swasta dan pemerintah merupakan salah satu langkah

menuju efesiensi dan efektifitas dari pengelolaan dana ZIS yang bermuara pada

tepatnya alokasi dana ZIS yang tentunya berdasarkan hukum positif di Indonesia

yaitu Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, dan

bedasarkan hukum Islam.

2. Pertahankan pelayanan yang memuaskan terhadap mustahiq, sehingga YBM BRI

menjadi kepercayaan para muzaki dan mustahiq di Jakarta.

3. Program-program yang belum terlaksana di YBM BRI untuk diprogramkan

kembali tahun berikutnya. Apabila tidak berhasil diganti dengan program-

program lain yang bisa memenuhi kebutuhan mustahiq.

Page 92: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Economic Doctrines Of slam), terjemahan,

Soeroyo dan Nastangin, Yogyakarta : Dana Bhakti, 1996, Jilid 3. Ali, Muhammad Daud, Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf , Jakarta : UI Press,

1998, cet 1. An-Nabhani, Taqiyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam,

(An Nidhamul Iqtishad Fil Islam), terjemahan M. Maghfur Wachid, Surabaya : Risalah Gusti, tth, 1999, cet ke 4.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Zakat, Semarang : PT.

Pustaka Rizki Putra, 1999. Bariadi, Lili, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta, Centre For Entreneurship

Development, 2005, cet ke 1. Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999

Tentang Pengelolaan Zakat. Djazuli, A, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2002, Ed. 1, Cet. 1 Djuanda, Gustian, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak Penghasilan, Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2006, ed. 1. Doa, Djamal, M, Menggagas Pengelolaan Zakat Oleh Negara, Jakarta : Nuansa

Madani, 2001. Hafidhuddin, Didin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani

Press, 2002.

Page 93: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

----------------, Anda Bertanya Tentang Zakat, Infak, Sedekah Kami Menjawab, Badan Amil Zakat Nasional, 2005.

HM. Rasidi, Humanisme Dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1980, cet I. Harahap, Syahrin, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Yogyakarta : PT

Tiara Wacana Yogya, 1999, cet 1. Hasan, M, Ali, Masail Fiqhiyah : Zakat, Pajak Asuransi dan Lembaga Keuangan,

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000, cet 3. Ibrahim, Qutb Muhammad, Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi, Keuangan

dan Sistem Administrasi, Diterjemahkan dari kitab al-Siyasah al-Maliyah li al-Rasul, Jakarta : Gaung Persada Press, 2007.

Idris, Sofwan, Gerakan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Jakarta : PT

Cita Putra Bangsa, 1992, cet ke-1 Kusmana, Bungai Rampai Islam dan Kesejahteraan Sosial, Jakarta : IAIN Indonesian

Social Equity Project, 2006. Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Jakarta : Kalam Mulia, 1994. Mahfudh, Sahal, MA. Nuansa Fiqh Sosial, Yogyakarta : PT Ukis Yogyakarta

bekerjasama dengan Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1994, cet ke-1. Mahkamah Agung RI, Kapita Selekta Perbankan Syar’iah Menyongsong Berlakunya

UU. No. 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan UU. No. 7 Tahun 1989 Perluasan Wewenang Peradilan Agama, Jakarta Pusdiklat Mahkamah Agung RI, 2007.

Mas’ud Ibnu, Abidin, Zainal, Fiqh Madzhab Syafi’I, Bandung : Pustaka Setia, 2005. Mujahidin, Akhmad, Ekonomi Islam, PT Raja Grafindio Persada, 2007, Munawwir, A.W, Kamus al-Munawwir, Yogyakarta : PP Al-Munawwir, 1984. Nasution Lahmuddin, Fiqh, Jakarta : Logos Wacana Ilmu dan Pemikiran, tth. Perwataatmadja, Karnaen, A, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok :

Usaha Kami 1996. Qardawi, Yusuf, Hukum Zakat (Stusi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat

Berdasarkan Qu’ran dan Hadis), Litera Antar Nusa dan Penerbit Mizan, 1999.

Page 94: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Qudamah, Ibnu, al-Mughni, Beirut : Dar al-Kutub al-Limiyah, tth, Juz II. Ra’ana, M. Irfan, Sistem Ekonomi Pemerintahan Umar bin Khatab, alih bahasa

Mansyuruddin Djoely, Jakarta : Pustaka FIrdaus, 1979. Rasyid M. Hamdan, Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa-fatwa Aktual, Jakarta : PT Al-

Mawardi Prima, 2003, Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung : Sinar Baru, 1990. Suma, Muhammad, Amin, 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tangguh, Jakarta :

Kholam Publishing, 2007, Cet ke 1. Sumitro, Warkum, Perkembangan Hukum Islam di Tengah Dinamika Sosial Politik

Indonesia, Malang : Bayu Media Publishing, 2005. Sabiq, as-Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Beirut : Daar al-Fikr, 1998, Jilid 1. Sabiq, as-Sayyid, syaikh, Panduan Zakat Menurut al-Quran dan as-Sunnah, Bogor :

Pustaka Ibnu Katsir, 2005. Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta : Ekonisia

Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2007. Suryanegara, Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam,

Bandung : Mizan, 1995. Syafi’I, Sofyan, Akuntansi Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1991. Usman, Suparman, Hukum Islam (Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam

dalam Tata Hukum Indonesia), Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002. Wawancara dengan Ketua Pelaksana Harian, Bapak H. Nasir Tajang, 14 Mei 2008. Wawancara dengan Staf Pendayagunaan, Ahmad Fakih, 19 Mei 2008 Widodo, Hertanto, Kustiawan, Teten, Akuntansi dan Manajemen Keuangan untuk

Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta : Institut Manajemen Zakat, 2001. Yafie, Alie, Problema zakat kontemporer artikulasi proses social politik bangsa,

forum zakat (FOZ), Jakarta, 2003.

Page 95: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Website : Internet:http://Www.mail-archive.com/[email protected]/msg01325.html-

16k-Tembolok {Fossei Kita} Zakat dan Masyarakat Indonesia. (Wed, 13 Feb 2008 22:11:03)

Internet:http:// Www.id.wikipedia.org/wiki/Zakat-46k-Tembolok, (Wed, 13 Feb 2008

22:11:03) Internet:http://www.file:///F:/Karena%20Zakat%20Memberdayakan%20Dhuafa%20

%C2%AB.htm. Diakses tanggal 31 mei 2008.

Internet:http://www.nu.or.id/page.php?=Id&Menu=news_view&news_Id=8203.

Diakses tanggal 29 mei 2008. Internet:http://www.target-jo8.blogspot.com/2007/11/zakat produktif/solusi pengurangan.html.

Diakses tanggal 29 mei 2008.

Page 96: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Pedoman Wawancara Tanya : Kapan didirikannya YBM BRI dan apa yang melatarbelakangi berdirinya? Jawab : Pada tahun 1990-an semangat ke-Islaman masyarakat muslim Indonesia kian beranjak naik, demikian pula semangat untuk melaksanakan ajaran-Nya. Contohnya, kewajiban membayar zakat yang sekian lama rukun Islam nomor empat ini termajinalkan, sehingga aspek sosial yang terkandung di dalamnya tak mempunyai arti sedikitpun, kini masyarakat sudah mulai sadar mengeluarkan zakat bahkan sebagian besar mengerti bahwa di dalam zakat terdapat potensi besar yang bisa dikembangkan, khususnya bagi delapan ashnaf (golongan) yang berhak menerima zakat. Kondisi ini ditandai dengan bermunculnya lembaga-lembaga pengelola ZIS di berbagai perusahaan swasta maupun BUMN. Semangat ke-Islaman dan kesadaran akan besarnya potensi zakat, infaq dan shadaqah tersebut juga terjadi di komunitas lingkungan BRI. Pada tahun 1992 dengan diprakarsai oleh Bapak Winarto Soemarto yang waktu itu menjabat sebagai salah satu direksi telah melakukan langkah-langkah dasar dengan memasukkan zakat sebagai salah satu bagian dari program kerja BAPEKIS. Waktu itu dinamai seksi sosial dan zakat. Namun perkembangan selanjutnya sampai menjelang masuk tahun 2000 belum optimal, hal ini disebabkan salah satunya adalah belum dikelola secara khusus dan dengan pekerja yang khusus pula. Selanjutnya pada tahun 2001, tahun di mana bangsa kita dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan dengan bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia, dan dengan melihat besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI yang belum optimal. Disamping itu tuntutan profesionalisme dan besarnya permasalahan yang melingkupi pengelolaan ZIS, maka pada tahun tersebut dengan diprakarsai BAPEKIS BRI dan dengan diilhami oleh semangat keagamaan, kepedulian sosial yang tinggi dan dorongan Bapak Rudjito sebagai Dirut BRI Bank BRI dipandang perlu dibentuk Yayasan tersendiri yang khusus mengelola dana ZIS. Dalam proses awal upaya optimalisasi zakat di lingkungan BRI dan sebelum disepakati untuk mendirikan Yayasan tersendiri yang khusus mengelola zakat, BAPEKIS berkonsultasi dengan para tokoh zakat yang terdiri dari Bapak Eri Sodewo (CEO Dompet Dhuafa Republika), Bapak KH. Dr. Didin Hafiduddin (Ahli Zakat dan Dewan Syariah DD Republika), Bapak Dr. Said Agil Husain Al Munawar (Guru Besar IAIN Syarif Hidayatullah), disamping itu mengadakan kunjungan ke BAMUIS BNI 46. Hasil dari konsultasi tersebut dirumuskan oleh BAPEKIS dan dikonsultasikan ke direksi BRI. Para direksi sangat merespon usulan tersebut dan meminta BAPEKIS untuk segera menyiapkan segala persyaratan pendirian Yayasan.

Page 97: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Maka pada tanggal 10 Agustus 2001 para direksi yang terdiri dari Bapak H. Rudjito (Dirut), Bapak H. Akhmad Amien Mastur, Bapak H. Ahmad Askandar, Bapak Hendrawan Tranggana, Bapak Krisna Wijaya, Ibu HJ. Gayatri Rawit Angreni (Direktur), pengurus BAPEKIS BRI KANPUS, Pemimpin wilayah dan para pejabat di KANPUS yang bertempat di ruang rapat direksi sepakat mendirikan Yayasan yang dinamai Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia Akte Notaris No.52 Tahun 2001 di Notaris Agus Madjid SH. Dengan Bapak H. Purwanto sebagai Ketua Yayasan. Pada waktu disepakati pendirian YBM BRI dalam hitungan menit pada waktu itu terkumpul dana sebesar Rp 122.000.000,- (seratus dua puluh dua juta rupiah) yang diperuntukkan untuk dana abadi Yayasan. Setelah pendirian Yayasan, langkah selanjutnya yang ditempuh BAPEKIS adalah membuat Surat Edaran yang isinya himbauan kepada semua pekerja muslim BRI untuk mengisi Surat Kuasa pemotongan gaji untuk zakat dan infaq dengan tim konseptor yang terdiri dari Bapak H. Sarwono Sodarto, Bapak H. Purwanto, Bapak H. Prayogo Sedjati mewakili pengurus BAPEKIS dan Bapak Misbahul Munir dan H. Ahmad Mujahid sebagai pelaksana. Dan sebagai bentuk dukungan dan rasa kepedulian yang tinggi Surat Edaran tersebut ditandatangani oleh para direksi. Menyikapi Surat Edaran tersebut berbagai komentarpun mengalir dari para pekerja BRI, baik yang sangat mendukung maupun yang sangat keberatan. Bentuk keberatan tersebut ada yang melalui lisan bahkan sampai ada yang menulis surat keberatan. Tapi perlu digarisbawahi, bahwa keberatan para pekerja tersebut pada intinya bukan keberatan tentang kewajiban zakat itu sendiri atau keberatan terhadap keberadaan YBM BRI, tapi lebih kepada mereka sudah menyalurkan langsung kepada mustahik dan adanya kekhawatiran tidak optimalnya penyaluran. “Keberatan tersebut harus dijawab dengan prestasi dan dengan kinerja yang baik. Yang penting niat kita baik, ikhlas dan untuk mengemban amanat saudara-saudara kita yang lemah. Insya Allah, semuanya akan berakhir dengan baik. Segala rintangan dan keberatan harus dianggap sebagai cobaan untuk meningkatkan syiar zakat dan untuk berbuat yang terbaik”. Demikian sikap yang diambil para pendiri YBM BRI dalam menyikapi keberatan tersebut. Perkembangan selanjutnya setelah dana terkumpul relativ besar, pengurus BAPEKIS memutuskan untuk merebut orang yang khusus dan sudah berpengalaman mengelola dana zakat dan kegiatan sosial lainnya dan memberikan otonomi penuh kepada YBM BRI untuk mengelola dana ZIS tersebut. Dalam jangka satu tahun, tepatnya pada tanggal 6 November 2002 YBM BRI dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional dengan No. SK 445. dengan pengukuhan tersebut berarti YBM BRI sudah mendapat legalitas untuk mengelola dana zakat, infaq, shadaqah tidak hanya terbatas dari zakat pekerja BRI tetapi juga dari masyarakat luar di seluruh Indonesia. Dan dengan pengukuhan tersebut YBM BRI menjadi salah satu dari 14 Lembaga Zakat di seluruh Indonesia yang berskala Nasional.

Page 98: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Dengan didirikannya Yayasan Baitul Maal BRI, diharapkan dapat melengkapi lembaga-lembaga yang telah ada lebih dulu. Seraya berpegang teguh pada prinsip fastabiqul khairaat dalam mengangkat martabat mustahik (penerima zakat). Dengan komitmen “Mengubah Mustahik Menjadi Muzakki”. Disamping itu dimaksudkan agar supaya para pekerja BRI selalu peduli terhadap kewajibannya sebagai muslim/muslimat dan juga peduli kepada lingkungan sosial masyarakat di sekitarnya sebagai wujud implementasi slogan BRI “Besar Bersama Rakyat”. Tanya : Siapa sajakah pendirinya? Jawab : Bapak H. Rudjito (Dirut), Bapak H. Akhmad Amien Mastur, Bapak H. Ahmad Askandar, Bapak Hendrawan Tranggana, Bapak Krisna Wijaya, Ibu HJ. Gayatri Rawit Angreni (Direktur), pengurus BAPEKIS BRI KANPUS, Pemimpin wilayah dan para pejabat di KANPUS yang bertempat di ruang rapat direksi sepakat mendirikan Yayasan yang dinamai Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia Akte Notaris No.52 Tahun 2001 di Notaris Agus Madjid SH. Dengan Bapak H. Purwanto sebagai Ketua Yayasan. Tanya : Berapa jumlah karyawan Bank BRI? Jawab : Saat ini jumlah karyawan Bank BRI sekitar 45 ribu karyawan muslim. Tanya : Salah satu sumber dana ZIS pada YBM BRI adalah berasal dari karyawan BRI, lalu bagaimana dengan karyawan non muslim apakah mereka dikenakan wajib zakat sebagaimana karyawan muslim? Jawab : Untuk karyawan non muslim tidak diwajibkan untuk menyalurkan dananya ke YBM BRI kalaupun ada sumbangan dana yang berasal dari karyawan itu dikategorikan sebagai sumbangan kemanusiaan. Tanya : Apa yang menjadi program YBM BRI sebagai bukti bahwa pengelolaan zakat melalui Lembaga Amil Zakat itu efektif? Jawab : 1. Hadir di Tengah Musibah YBM BRI selalu berusaha berada di lokasi musibah untuk meringankan beban korban yang terkena musibah. Baik tim langsung dari Jakarta maupun melalui Kantor Wilayah, Kantor Cabang, maupun Kantor Unit BRI di seluruh pelosok Nusantara. Selama ini, YBM BRI telah ikut membantu saudara-saudara yang ditimpa musibah mulai dari bencana akibat gelombang tsunami di Aceh, banjir di Riau, banjir bandang dan longsor di Bohorok, banjir bandang di Jember, longsor di Banjarnegara, hingga gempa di Nabire. Tidak terhitung peristiwa bencana akibat kebakaran di berbagai daerah, juga banjir dan gempa di seluruh pelosok Indonesia. Bantuan yang diberikan pun beragam. Mulai dari bantuan makanan. Peralatan masak, layanan kesehatan, serta berbagai kebutuhan lainnya di tengah bencana. Kami bersama dengan seluruh jajaran BRI selalu siap memberi bantuan kepada korban bencana.

Page 99: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

5. Menjawab Kebutuhan Masyarakat Banyak saudara kita yang menderita karena ketidakmampuan fisiknya. Ada yang tidak bisa melihat karena katarak atau terserang berbagai jenis penyakit ganas seperti tumor dan berbagai penyakit mengerikan lainnya. YBM BRI selalu berupaya membantu mereka berupa bantuan biaya operasi. Mereka yang sakit atau punya penyakit berat tak lepas dari sasaran bantuan YBM BRI. Cukup banyak frekuensi operasi orang sakit yang dibiayai YBM BRI. Mulai dari operasi bibir sumbing, tumor, bahkan berbagai penyakit berat lainnya. Pelayanan gizi kepada masyarakat juga menjadi bagian dari kegiatan YBM BRI untuk membantu kesehatan masyarakat, terutama di daerah yang mengalami gizi buruk. Dan tak kalah pentingnya adalah pelayanan kesehatan Cuma-Cuma yang secara periodik dilakukan di daerah-daerah yang membutuhkan. 6. Mendukung Pendidikan Biaya pendidikan merupakan salah satu fokus perhatian YBM BRI. Sebab, pendidikan merupakan wahana untuk memperbaiki generasi mendatang. Bentuk bantuan pendidikan yang diberikan terutama adalah beasiswa bagi siswa dari keluarga tidak mampu. Selain bantuan pendidikan kepada siswa, YBM BRI juga memberi bantuan kepada sekolah. Bentuknya juga beragam mulai dari perlengkapan belajar hingga sarana fisik penunjang pendidikan seperti bangunan ruang kelas, perpustakaan, dan kebutuhan lainnya. 7. Memberdayakan Masyarakat Upaya pemberdayaan masyarakat juga menjadi bagian aktivitas YBM BRI. Bantuan diberikan berupa modal usaha bagi para pedagang kecil, petani, peternak, atau usaha produktif lainnya. Bantuan tentu diberikan dengan perhitungan dan kriteria yang memenuhi syarat sesuai dengan peruntukan dana yang diamanahkan. Bantuan bukan hanya modal usaha melainkan juga kesempatan berpameran serta bentuk bantuan lainnya yang bisa meningkatkan kemandirian para penguasaha kecil dan mikro. Dengan bantuan ini diharapkan banyak masyarakat yang bisa berusaha dan hidup mandiri. Sehingga mereka, yang semula masuk kriteria mustahik, dengan usahanya tersebut bisa berubah menjadi muzakki. Tanya : Apa Visi dan Misi YBM BRI? Jawab : Visi Adalah menjadi pengelola ZIS terkemuka di Indonesia yang amanah, profesional dan sesuai dengan syariat Islam.

Page 100: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Adapun Misi YBM BRI adalah : 4) Mengoptimalkan pengumpulan dan penyaluran ZIS di lingkungan BRI dan umat

Islam pada umumnya. 5) Meningkatkan pemanfaatan ZIS secara tepat guna dan berhasil guna. 6) Menyelenggarakan kegiatan dengan memperhatikan prinsip-prinsip GCG. Tanya : Prestasi apa saja yang telah diraih oleh YBM BRI? Jawab : Pemenang I Zakat Award 2004 kategori Pendayagunaan Zakat Pemenang II Zakat Award 2004 kategori Penghimpunan Dana Tertinggi Pemenang II Zakat Award 2005 kategori Pendayagunaan Zakat. Tanya : Apakah dana ZIS pada YBM BRI bisa untuk membantu kegiatan mahasiswa seperti KKN / Seminar? Jawab : Kegiatan KKN / seminar yang orientasinya bersifat sosial YBM BRI berpartisipasi, tentunya dengan mengajukan proposal kegiatan yang akan dilaksanakan dan menyerahkan laporan seusai kegiatan dilaksanakan. Tanya : Apa yang menjadi indikator bahwa pengelolaan zakat melalui Lembaga Amil Zakat itu efektif? Jawab : Melihat dari jangkauan kepada mustahik yang menjadi sasaran yang sesuai dengan al-Quran dan Sunnah. Tanya : Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan zakat? Jawab : Pengelolaan dana zakat dikelola secara sistematis untuk disalurkan kepada mustahui. Tanya : Terhadap siapakah sasaran pemberdayaan zakat tersebut? Jawab : Yang menjadi sasaran pemberdayaan zakat adalah delapan ashnaf yang telah dijelaskan oleh al-Quran dan Sunnah. Tanya : Apa tujuan dari pemberdayaan zakat tersebut? Jawab : Tujuan pemberdayaan zakat tersebut adalah untuk merubah kondisi seseorang yang tadinya mustahik menjadi muzakki.

Page 101: PENGESAHAN PANITIA UJIANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7562/1...Gerakan zakat di Indonesia dimulai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga amil zakat sejak berdirinya

Jakarta, 10 Juli 2008

Yang Diwawancarai Pewawancara

Ahmad Faqih Abdul Barri (Staf Pendayagunaan)