Jurnal HIV

9
Artikel Penelitian Studi Mengenai Manifestasi Oral HIV/ AIDS Lalit Shrimali Abstrak Latar belakang: Di India, pasien yang terkena infeksi Human Immunodefficiency Virus (HIV) meningkat dan sekitar 30-80% dari pasien menunjukkan terdapat manifestasi oral dari penyakit tersebut dan hanya beberapa studi yang telah dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari observasi ini. Objektif: Secara klinis untuk melihat dan mengevaluasi kebenaran adanya lesi oral pada pasien dengan infeksi HIV. Metode: Secara klinis kasus- kasus yang diduga diagnosanya HIV dilakukan dua tes skrining berturut- turut, menggunakan teknik Enzyme-linked Immunosorbent assay (ELISA). Biopsi insisi dilakukan untuk meyakinkan diagnosis klinis dari lesi yang relevan. Seluruh kasus diperiksa sesuai dengan kriteria WHO. Sebelum pemeriksaan, pasien telah melakukan konseling. Hasilnya: dari 50 kasus, 31 (62%) adalah pria dan 19 (38%) adalah wanita dengan usia rata-rata 20-59 tahun (mean = 36,6 tahun). Dari keseluruhan kasus, pasien memiliki penyakit periodontal, lebih dari 72% memiliki candidiasis, 32 % xerostomia, 42 % limfadenopathy dan angular cheilitis terdapat pada 36 % kasus tersebut. Kondisi lainnya yang terlihat yaitu ulserasi oral yang persisten sebanyak 22 %, oral hairy leukoplakia 2 %. Herpes zoster 8 %, patromegaly 10% dan facial palsy 8%. Kesimpulan: Untuk mengurangi angka kesakitan/ morbidittas dari HIV maka deteksi dini diperlukan, oleh karena itu dokter ahli harus mencari manifestasi oral dari kasus yang diduga

description

pembimbing drg erna

Transcript of Jurnal HIV

Page 1: Jurnal HIV

Artikel PenelitianStudi Mengenai Manifestasi Oral HIV/ AIDSLalit Shrimali

AbstrakLatar belakang: Di India, pasien yang terkena infeksi Human Immunodefficiency Virus (HIV)

meningkat dan sekitar 30-80% dari pasien menunjukkan terdapat manifestasi oral dari

penyakit tersebut dan hanya beberapa studi yang telah dilakukan untuk membuktikan

kebenaran dari observasi ini. Objektif: Secara klinis untuk melihat dan mengevaluasi

kebenaran adanya lesi oral pada pasien dengan infeksi HIV. Metode: Secara klinis kasus-

kasus yang diduga diagnosanya HIV dilakukan dua tes skrining berturut- turut, menggunakan

teknik Enzyme-linked Immunosorbent assay (ELISA). Biopsi insisi dilakukan untuk

meyakinkan diagnosis klinis dari lesi yang relevan. Seluruh kasus diperiksa sesuai dengan

kriteria WHO. Sebelum pemeriksaan, pasien telah melakukan konseling. Hasilnya: dari 50

kasus, 31 (62%) adalah pria dan 19 (38%) adalah wanita dengan usia rata-rata 20-59 tahun

(mean = 36,6 tahun). Dari keseluruhan kasus, pasien memiliki penyakit periodontal, lebih

dari 72% memiliki candidiasis, 32 % xerostomia, 42 % limfadenopathy dan angular cheilitis

terdapat pada 36 % kasus tersebut. Kondisi lainnya yang terlihat yaitu ulserasi oral yang

persisten sebanyak 22 %, oral hairy leukoplakia 2 %. Herpes zoster 8 %, patromegaly 10%

dan facial palsy 8%. Kesimpulan: Untuk mengurangi angka kesakitan/ morbidittas dari HIV

maka deteksi dini diperlukan, oleh karena itu dokter ahli harus mencari manifestasi oral dari

kasus yang diduga merupakan HIV yang membantu dalam diagnosa awal dan perawatannya.

Kata kunci: Manifestasi oral; HIV; AIDS; Oral Candidiasis;

Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008 sekitar 33,8 juta jiwa di

seluruh dunia hidup dengan Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dimana 3,8 juta

darinya terdapat di India. Manifestasi oral terlihat pada 30-80% pasien HIV. Studi telah

menunjukkan bahwa 90 % dari pasien HIV akan memiliki paling sedikit satu manifestasi oral

selama perjalanan penyakit. Manifestasi oral memberi kesan yaitu: penurunan cluster

differentiated 4 (CD4 +) jumlah sel T, (5) dan meningkatnya muatan virus, (6) yang mungkin

dapat membantu dalam diagnosis, perkembangan, dan prognosis dari penyakit tersebut. (7-8)

Resiko dari komplikasi oral meningkat dengan kemunduran imunologik, karenanya

pemeriksaan oral sangat berguna pada diagnosis awal yang dapat memperpanjang periode

Page 2: Jurnal HIV

asimptomatik, menunda perkembangan penyakit, mencegah infeksi oportunistik dengan

edukasi yang tepat dan konseling pada pasien.

Metode

Pada studi ini, 50 pasien dipilih yang usianya berada diantara 20-59 tahun. Pasien juga

memiliki manifestasi sistemik seperti gastroentiritis kronis, dysphasia, wasting syndrome,

pneumonia dan disseminated tuberculosis. Pasien didiagnosa dengan dua test skrining ELISA

berturut- turut. Konseling yang tepat tlah dilakukan untuk mendidik pasien. Pemeriksaan oral

dilakukan sesuai dengan kriteria WHO. Biopsi insisi dan sampel mirobiologis diambil untuk

pemeriksaan histopatologis dan mikrobiologis dengan menggunakan haematoxylin dan

penambhan zat warna eosin untuk mengatur masing-masing kultur. Semua lesi dievaluasi

secara klinis dan dicatat menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)

klasifikasi pasien dengan infeksi HIV.

Hasil

Umur rata-rata dari subjeknya adalah 36,6 tahun (kisaran usia 20-59 tahun). Kisaran usia 30-

49 tahun merupakan 44% sampel dari studi tersebut. 62 % dari kasus adalah pria dan 38 %

adalah wanita. 82 % dilaporkan kontak heteroseksual sebagai rute dari infeksi HIV.

Manifestasi oral dicatat 76% dari pasien dengan 72 % memiliki candidiasis. 76 % pasien

yang memiliki lesi oral sangat tidak nyaman selama menyikat gigi, mengunyah dan menelan,

mulut kering, sensasi terbakar khususnya saat mengonsumsi makanan asin dan pedas ( Tabel

1)

Gambaran No. Subjek Persentase

Page 3: Jurnal HIV

Usia (tahun)

20-29

30-49

40-49

50-59

04

22

16

8

08

44

32

16

Jenis Kelamin

Pria : Wanita 31:19 62:38

Cara infeksi HIV

Heteroseksual

Ibu ke anak

Tidak diketahui

41

0

09

82

0

18

Adanya lesi oral

Ya

Tidak

38

12

76

24

Ketidaknyamanan pada

Mulut

Menyikat gigi

Mengunyah

Menelan

Minum

Berbicara

32

14

11

9

5

64

28

22

18

10

Tabel 1: Distribusi dari usia, jenis kelamin, cara infeksi, lesi oral dan ketidaknyamanan dari

subjek.

Distribusi dari manifestasi oral pada subjek, termasuk oral candidiasis pada 72 % pasien

dengan varian utamanya adalah tipe hiperplastik, erythematous dan pseudomembranous.

Dicatat terdapat lymphadenophaty pada 42 %, angular cheilitis 36%, xerostomia pada 32%,

ulserasi apthous rekuren 22 %, oral hairy leukoplakia 2%, herpes zoster 8%, parotomegaly

10% dan facial palsy 8%. Beberapa subjek memiliki manifestasi oral lebih dari satu. (Tabel

2)

Gambaran No. Subjek Persentase

Page 4: Jurnal HIV

Candidiasis

Hiperplastik

Erythematous

Pseudo membranous

Angular cheilitis

Xerostomia

Reccurent apthous

Ulserasi

Atypical ulcers

Parotomegaly

Necrotizing gingivitis

Herpes Zoster

Herpes Labialis Rekuren

Facial Palsy

Necrotizing periodontitis

Oral Hairy Leukoplakia

Kaposi’s sarcoma

Lesi-lesi non spesifik

36

18

11

8

18

16

11

5

5

4

4

4

4

1

1

0

2

72

36

22

16

36

32

22

10

10

8

8

8

8

2

2

0

4

Distribusi dari manifestasi sistemik pada pasien HIV adalah 60% gastroenteritis kronik, 22%

menunjukkan adanya 22% dysphasia dengan hasil berkurangnya berat badan dan lelah, 50%

memiliki infeksi traktus respiratory, 16% memiliki tuberculosis pulmonary dan 10 %

memiliki manifestasi pada sistem saraf pusat yang terdiri dari sakit kepala kronik,

kebingungan, kehilangan ingatan dan paralisis saraf kranial (Tabel 3)

Gambaran No subjek Persentase

Gastroentritis kronis

Infeksi Traktus Respiratorius

Dysphasia

Tuberkulosis Pulmonary

Manifestasi Sistem Saraf

Pusat

30

25

11

8

5

60

50

22

16

10

Tabel 3: Distribusi dari Manifestasi Sistemik pada Pasien penderita HIV

Diskusi

Page 5: Jurnal HIV

Manifestasi oral umum terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV dan biasanya menjadi

indikator utama dari perkembangan penyakit simptomatik. Tampilan klinis mulai dari

asimptomatik hingga tampilan klinis yang berat dan imunodefisiensi. (12) Hal ini terlihat

dengan perkembangan penyakit, manifestasi oral yang lebih sering dan mengindikasikan

diagnosis yang buruk. Tidak terdapat lesi oral pathognomic yang dikaitkan dengan HIV-

AIDS, tetapi beberapa lesi seperti oral candidiasis sering dikaitkan. Oral candidiasis

merupakan prediktor dari perkembangan penyakit HIV. Candida albicans adalah faktor

etiologi utama dari oral candidiasis, walaupun spesies lain dari candida dapat terlihat.

Candidiasis umumnya jenis hiperplastik , erythematous dan pseudomembranous , temuan ini

sama dengan yang ditemukan pada studi di Afrika, seperti pada negara Kenya (13), Zaiere

(14), Afrika Selatan (15) dan Zimbabwe .(15) Erythematous candidiasis tampil sebagai lesi

merah rata pada palatum keras ataupun lunak dan lidah. Pseudomembranous candidiasis

tampil sebagai white curd seperti lesi yang terdapat pada mukosa bukal dan lidah. Angular

cheilitis dengan gambaran kemerahan, ulcerasi, fisur sepanjang mulut, dalam penelitian ini

terlihat 36 %. Angular cheilitis terjadi dengan atau tanpa erythematous atau

pseudomembranous candidiasis.

Ulserasi apthous rekuren terlihat pada 22% pasien, yang ada sebagai lesi yang sangat

menyakitkan pada labial, mukosa bukal dan palatum lunak. Terlihat sebagai minor, mayor

apthous herpetiform. Minor ulser biasanya sembuh tanpa adanya jaringan parut, sedangkan

herpetiform tampil sebagai potongan lesi kecil. Ulser apthous rekuren yang berat biasanya

memberi kesan perkembangan penyakit HIV dan terlihat saat limfosit CD4+ kurang dari 100

sel/ul.

Penyekait periodontal umumnya pada kedua pasien HIV simptomatik dan

asimptomatik., biasanya terlihat sebagai necrotizing ulcerative periodontitis dan linear

gingival erythema, dengan serangan tiba-tiba dengan hilangnya tulang dan jaringan lunak.

Pada linear gingival erythema terdapat 2-3 mm pita merah sepanjang gingival margin. Pada

necrotizing ulcerative gingiva terdapat ulser yang mengelupas dan nekrosis dari satu atau

lebih interdental papilla dengan kehilangan yang cepat dari jaringan lunak dan gigi yang

berkaitan dengan nyeri, perdarahan, dan halitosis. Necrotizing ulcerative periodontitis

biasanya mengindikasikan supresi imun yang berat, yang ditampilkan sebagai nyeri berat,

hilangnya gigi, perdarahan, bau busuk, jaringan lunak dan tulang yang hilang dengan cepat.

Xerostomia mungkin menjadi faktor yang bertanggung jawab pada kerusakan gigi. Ini

mungkin efek samping dari obat atau karena proliferasi dari sel CD8+ pada kelenjar saliva.

Xerostomia terjadi pada tahap akhir penyakit ini.

Page 6: Jurnal HIV

Bagaimanapun, pengenalan dari pengobatan antiretroviral dari manifestasi oral telah

menurun. Dengan terapi oral candidiasis antiretroviral, oral hairy leukoplakia, Kaposi’s

sarcoma dan HIV yang berhubungan dengan penyakit periodontal telah dilaporkan menurun,

berlawanan dengan penyakit HIV-kelenjar saliva , Human Papiloma Virus berkaitan dengan

lesi oral termasuk papiloma, condylomas da focal epithelial hyperplasia, xerostomia dan

ulserasi oral rekuren yang meningkat. Oral hairy leukoplakia dapat didiagnosa dengan

ketiadaan penyebab lain yang diidentifikasi menyebabkan immunosuppresion. Laporan

prevalensi dari lesi ini dapat 42% tapi dalam penelitian ini hanya 2%.

Kaposi’sarcoma terlihat pada 15% pasien dengan AIDS dan banyak dari pasien ini

memiliki lesi oral tetapi dalam penelitian ini tidak ada kasus yang ditemukan. Hasil yang

sama telah terlihat pada studi yang dilakukan di India, yang menunjukkan insidensi yang

sangat rendah di India dengan hanya 9 kasus yang dilaporkan sampai selesai.

Pasien dengan HIV mungkin tidak melakukan pemeriksaan ke dokter gigi yang rutin,

sehingga ahlinya harus melakukan pemeriksaan secara teratur pasien yang diduga HIV untuk

manifestasi oralnya dan membuat hubungan kerja yang kuat dengan dokter gigi untuk

menyediakan diagnosa yang berwawasan dan pengobatan yang bernilai.

Kesimpulan

Hampir seluruh pasien dengan infeksi HIV akan mengidap penyakit oral selama perjalanan

penyakit dan terapi antiretroviral telah ditandai menurun pada manifestasi oral. Untuk

mengurangi morbiditas dari HIV , deteksi awal diperlukan oleh karena itu, ahli harus mencari

manifestasi oral pada kasus yang diduga yang akan membantu diagnosa awal dan

pengobatannya.