Jurnal Gita Resty Mokoagow

18
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN RESIDEN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA Di susun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Disusun Oleh: GITA RESTY MOKOAGOW 08130378 PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI

description

cc

Transcript of Jurnal Gita Resty Mokoagow

NASKAH PUBLIKASIHUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN RESIDEN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA

Di susun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta

Disusun Oleh:GITA RESTY MOKOAGOW08130378

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA2012

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahunnya Penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) semakin meningkat, dimana kasus penyalahgunaan narkoba dikenal dengan istilah fenomena Gunung Es (ice berg) yang artinya kasus yang tampak lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak tampak. Penyebaran Narkoba hampir tidak bisa dicegah, meningkat hampir keseluruh dunia, dimana penduduk bisa mendapatkan Narkoba dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab6. Menurut data UNDCP (United Nation Drug Control Program) lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia telah menggunakan jenis barang berbahaya ini, dari jumlah tersebut diperkirakan 1% (kurang lebih 200 juta orang) berada di Indonesia2.Sampai saat ini Narkoba masih mengancam masyarakat Indonesia meski telah berkomitmen bebas Narkoba dan HIV AIDS pada tahun 2015. Kasus penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA di Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pengguna Narkoba yang terus meningkat setiap tahunnya. Sebanyak 1,9 persen atau sekitar 3,1 juta hingga 3,6 juta penduduk Indonesia diperkirakan menjadi pengguna narkoba. Terbukti dari tahun 2008 angka prevalensi penyalahgunaan narkoba sebesar 1,9 persen dari jumlah penduduk atau setara dengan 3,3 juta jiwa. Jumlah tersebut pada tahun 2010 bertambah menjadi 2,21 persen3.Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki peringkat kedua setelah Jakarta dalam kasus penyalahgunaan Narkoba. Kasus narkoba di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu lima bulan terakhir pada tahun 2011 ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2010 yang lalu, dimana jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di DI Yogyakarta pada tahun 2010 tercatat sebanyak lebih kurang 78.081. Data menyebutkan pada lima bulan terkahir pada tahun 2011 ini terdapat 123 kasus dan pada bulan yang sama di tahun 2010 terdapat 161 kasus. Kepala Badan Narkoba Nasional Provinsi DIY mengatakan untuk kasus Psikotropika dari Januari hingga Mei 2011 terdapat 23 kasus dengan jumlah tersangka 26 orang, Narkotika 65 kasus dengan jumlah tersangka 78 orang dan Obat Berbahaya (Obaya) 20 kasus dengan tersangka 19 orang. Sehingga jumlah ada 123 tersangka4 .Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai beberapa panti rehabilitasi untuk residen penyalahgunaan Napza, diantaranya adalah Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta yang merupakan salah satu unit pelaksana oleh Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu program terpadu yang diselenggarakan di PSPP adalah penanganan masalah Napza mulai dari rehabilitasi medis (detoksifikasi) sampai rehabilitasi sosial mengembalikan ke lingkungan keluarga atau sosialnya, program dasar yang dilakukan yaitu mengubah sikap dan tingkah laku serta sosialisasi dengan pembinaan lanjut dengan tujuan agar penyalahguna mampu berperan aktif dan positif dalam lingkungan keluarga dan sosialnya dalam masyarakat.Salah satu dampak emosional yang dirasakan oleh individu pasca penyalahgunaan Narkoba adalah kecemasan. Kecemasan sangat berhubungan dengan perasaan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Keadaan emosi ini dirasakan secara subjektif, bahkan terkadang objeknya tidak jelas. Artinya, seseorang dapat menjadi cemas namun sumber atau sesuatu yang dicemaskan tersebut tidak tampak nyata1.Perasaan kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin merasa gelisah, seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama7 . Rasa cemas ini sering dirasakan oleh individu yang sedang mengalami masalah, misalnya pada individu yang terjerat kasus kriminal (penyalahgunaan Narkoba). Rasa cemas yang muncul antara lain kecemasan terhadap masa depan, oleh karena itu dibutuhkan dukungan keluarga untuk mengoptimalkan kembali perasaan emosional.Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang-orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan7. Dalam semua tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling tergantung10. Keluarga inilah yang membentuk unit dasar dari masyarakat, maka lembaga sosial yang paling banyak memiliki efek-efek yang paling menonjol terhadap anggotanya. Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil tidaknya kehidupan individu tersebut1.Dari hasil studi pendahuluan di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta terdapat 32 residen dengan kasus penggunaan Napza yang berbeda-beda. Dua dari 32 residen mengatakan bahwa saat pertama masuk panti sampai saat ini masih sering merasa cemas. Kecemasan yang dirasakan residen berbeda-beda, ada yang cemas karena perpisahan dengan keluarga, cemas karena tidak bisa melanjutkan pendidikan, dan ada juga yang cemas terhadap diri sendiri, bingung akan keadaan dan bagaimana nasib setelah keluar dari panti rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan petugas panti dalam mengurangi tingkat kecemasan residen diantaranya adalah dengan diadakannya family gathering atau kunjungan keluarga. Menurut salah seorang residen dengan dilakukannya kunjungan keluarga, dapat mendatangkan rasa aman, rasa puas, rasa nyaman, dan membuat yang bersangkutan merasa mendapatkan dukungan emosional yang akan mengurangi kecemasan serta membuat residen merasa dihargai. Dengan adanya dukungan keluarga sangat membantu dalam pembentukan keseimbangan mental dan kepuasan psikologis, serta menjadi motivasi kepada residen untuk segera sembuh dan kembali merasakan hidup bebas diluar panti.Dukungan yang diberikan petugas di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta berupa dukungan moral dan dukungan informasi, dimana informasi sangat di perlukan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan pada residen.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Residen Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.

B. METODE PENELITIAN1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif korelasi. Dalam hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan residen penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.

2. Populasi dan Sampela. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah semua residen penyalahgunaan Napza yang berada di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.b. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Pemilihan sampel menggunakan metode non probability sampling, dengan teknik Sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang, dimana pengumpulan sampel dilakukan selama 2 tahap yaitu pada tanggal 20 April 2012 dan 19 Mei 2012.

3. Variabel dan Definisi Operasionala. Variabel penelitian1) Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini adalah Dukungan Keluarga.2) Variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tingkat kecemasan.b. Definisi peristilahaan1) Residen: adalah pasien atau orang-orang yang sedang menjalani rehabilitasi sosial yang berada di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.2) Napza: singkatan dari Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.c. Definisi operasional 1) Dukungan keluarga adalah dukungan atau bantuan yang bermanfaat dan memberikan pengaruh positif yang diterima oleh residen penyalahgunaan Napza yang sedang menjalani rehabilitasi sosial di Panti Sosial Pamardi Putra baik dari orang tua, saudara, suami, istri, kakak atau adik. Jenis dukungan yang diterima berupa dukungan informatif, dukungan emosional, dukungan instrumental, dan dukungan penilaian. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner dengan skala data ordinal yang dikategorikan tinggi, sedang, rendah. Rentang skor berkisar antara 0 sampai dengan 15. Skor yang didapatkan kemudian digunakan untuk mengetahui dukungan keluarga yang dibedakan menjadi:Tinggi: Skor 11-15Sedang: Skor 8-10Rendah : Skor < 52) Kecemasan adalah perasaan gelisah, khawatir, dan kebingungan yang tak menentu terhadap sesuatu yang menekan yang dirasakan residen penyalahgunaan napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. Tingkat kecemasan diukur dengan mengggunakan instrumen kuesioner HARS dengan skala data ordinal yang dikategorikan tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, dan berat. Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil: Skor < 6 = tidak ada kecemasan. Skor 7 14 = kecemasan ringan. Skur 15 27 = kecemasan sedang. Skor > 27 = kecemasan berat.

d. Uji Validitas dan ReliabilitasSebelum kuesioner diberikan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas agar instrument yang digunakan benar-benar memenuhi syarat sebagai alat pengukur data. Kuesioner dukungan keluarga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena di adopsi dari penelitian sebelumnya yang sudah di uji validitas dan reliabilitas yaitu kuesioner dari Septa Dema dalam penelitian Hubungan antara Dukungan keluarga dengan motivasi lepas dari Napza. Kuesioner tingkat kecemasan yang digunakan tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena menggunakan kuesioner yang telah umum dipakai yaitu kuesioner HARS.

e. Analisis Dataa. Analisa UnivariatAnalisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel8.b. Analisi Bivariat Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi9. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kedua variabel, maka uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman Rank.Untuk menguji hipotesis di lakukan dengan cara menetapkan taraf signifikansi atau p-value < 0.05. Ketentuan yang berlaku adalah jika p-value > 0.05 maka H0 diterima, dan apabila p-value < 0.05 maka H0 ditolak atau Ha diterima.

C. Hasil Penelitian1. Karakteristik respondenTabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden No

Karakteristik respondenN%

1. Umur < 20 tahun 20 30 tahun 31 40 tahun > 40 tahunJumlah 1317153636.147.22.813.9100,0

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 36036100.0 0.0100.0

3. Status Lajang / belum kawinKawinJanda/Duda Jumlah30423683.311.15.6100,0

4. Pendidikan TerakhirSDSLTPSMASMK/STMD-1Jumlah413126136 11.1 36.1 33.3 16.72.8100,0

5. Lama Tinggal di Panti< 1 bulan1 6 Bulan7 12 Bulan1 2 TahunJumlah814953622.238.925.013.9100,0

6. Jenis Napza yang di KonsumsiNarkotika & Psikotropika Zat AdiktifJumlah 171936 47.252.8100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar residen di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta berumur antara 20 - 30 tahun yaitu sebanyak 17 orang (47,2%) yang semuanya adalah laki-laki atau tidak ada residen perempuan. Mayoritas residen berstatus belum kawin atau masih lajang sebanyak 30 orang (83,3%). Dari tingkat pendidikan terdapat 13 orang (36,1%) yang menempuh pendidikan sampai SLTP, dan ada 1 orang (2,8%) yang jenjang pendidikannya sampai pada D-1. Di lihat dari lama rehabilitasi atau lama residen tinggal di panti terdapat 14 orang (38,9%) yang menjalani rehabilitasi selama 1 6 bulan, dan ada 5 orang yang sudah menjalani rehabilitasi selama 1 2 tahun. Kemudian dilihat dari jenis Napza yang di konsumsi oleh 36 orang, terdapat 17 orang (47,2%) yang menggunakan Narkotika dan Psikotropika dan 19 orang (52,8%) menggunakan Zat Adiktif.2. Analisa Univariata. Dukungan Keluarga yang di terima respondenTabel 4.2 : Distribusi frekuensi Dukungan Keluarga yang diterima Responden Dukungan keluarga N %

Rendah 11 30.6

Sedang 15 41.7

Tinggi 10 27.8

Jumlah 36 100

Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan keluarga yang diterima sebagian besar responden adalah sedang yaitu sebanyak 15 responden (41,7%). Sedangkan sebanyak 10 responden (27,8%) memiliki dukungan keluarga dalam kategori tinggi.b. KecemasanTabel 4.3 : Distribusi frekuensi Tingkat Kecemasan respondenKecemasan NPersentase (%)

Tidak ada kecemasan 12 33.3

Kecemasan ringan 15 41.7

Kecemasan sedangKecemasan berat 9 0 25.0 0.0

Total 36 100

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 36 responden terdapat 15 responden yang mengalami kecemasan ringan atau sebesar 41,7%, dan sebanyak 9 responden atau sebesar 25,0% mengalami tingkat kecemasan dalam kategori sedang.

3. Analisa BivariatTabel 4.4 : Tabulasi silang Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat kecemasan Dukungan keluarga Tingkat kecemasanrhoP-Value

Tidak ada kecemasanKecemasan ringanKecemasan sedangTotal

N% N% N%N%

Rendah 25,6 25,6 719,41130,6

Sedang 411,1 925,0 25,61541,7-0,5230,001

Tinggi 616,7 411,1 00,01027,8

Total 1233,3 1541,7 925,036100.0

Hasil penelitian pada 36 responden menunjukkan bahwa terdapat 7 orang atau sebanyak 19,4% residen yang memiliki dukungan keluarga rendah dengan tingkat kecemasan sedang dan hanya terdapat 6 orang atau sabanyak 16,7% residen yang memiliki dukungan keluarga tinggi dan tidak mengalami gejala kecemasan.

Dari hasil uji korelasi spearman rank di peroleh nilai rho sebesar -0.523 dengan signifikasi atau p-value sebesar 0.001, yang mana nilai signifikasi atau p-value < 0.05. Ketentuan yang berlaku adalah jika p-value > 0.05 maka Ho diterima, dan apabila p-value < 0.05 maka Ho ditolak atau Ha diterima. Karena nilai p-value sebesar 0.001 < 0.05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan residen penyalahgunaan napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.

D. PEMBAHASAN Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan5. Dukungan keluarga dalam penelitian ini adalah dukungan atau bantuan yang bermanfaat dan memberikan pengaruh positif yang diterima oleh residen penyalahgunaan Napza yang sedang menjalani rehabilitasi sosial di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta baik dari orang tua, saudara, suami/istri, kakak, atau adik. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar residen mendapat dukungan keluarga dalam kategori sedang yaitu sebanyak 15 orang (41,7%). Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kurangnya peran serta keluarga(orang tua, saudara, suami/istri) dalam memberikan dukungan. Hal ini juga dapat di karenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti tingkat kesibukan keluarga.Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). Kecemasan dalam penelitian ini adalah perasaan gelisah, khawatir, dan kebingungan yang tak menentu terhadap sesuatu yang menekan yang dirasakan residen penyalahgunaan napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.Hasil penelitian dari 36 responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta memiliki tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak 15 orang (41,7%). Hal ini dikarenakan perasaan yang sampai saat ini masih di alami oleh residen penyalahgunaan napza adalah kecemasan.

Setelah dianalisis untuk masing-masing variabel dan dilakukan uji hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada residen penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta menggunakan pengujian statistik dengan uji Spearman Rank diperoleh nilai rho sebesar -0.523 dan p-value sebesar 0.001 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada hubungan negatif yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan residen penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para residen di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta memiliki dukungan keluarga yang sedang dan mengalami tingkat kecemasan ringan.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:1. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan residen penyalahgunaan Napza di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta yang ditunjukan dengan nilai p-value sebesar 0.001.2. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden atau sebanyak 15 orang (41,7%) mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori sedang.3. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian responden atau sebanyak 15 orang (41,7%) mengalami kecemasan dalam kategori ringan

DAFTAR PUSTAKA1. Asmadi. (2008). Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika.

2. Badan Narkotika Nasional, (2009). Pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

3. Badan Narkotika Nasional, (2011). 1,9 persen Penduduk Indonesia pakai narkoba. Di akses melalui www.nasional.kompas 22 November 2011

4. Badan Narkotika Nasional D.I.Yogyakarta, (2011). Kasus narkoba menurun di Yogyakarta. Di akses melalui www.nasional.vivanews.com 22 November 2011

5. Friedman,M.M (1998). Keperawatan keluarga Teori dan Praktik. Alih bahasa Edisi 3. Jakarta.EGC

6. Hawari, D. (2006). Penyalahgunaan dan ketergantungan Napza. Edisi 2. Jakarta. Gaya baru

7. Kaplan, H.I & Saddock, B.J. (2007). Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh. Jakarta: Alih Bahasa8. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Rineka Cipta

9. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan : Teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

10. Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi 1. Yogyakarta. Graha Ilmu