jurnaL geoMorfologi

16
KEPUSTAKAAN Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu sebagai akibat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga eksogen. Proses endogen termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses pembentukan perbukitan dan pegunungan, yang akan mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena aktifitas gunung api, tektonik, maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur geologi maupun geomorfologi. Struktur geologi merupakan faktor penontrol yang dominan di dalam evolusi bentuk lahan dan sturktur geologi dicerminkan oleh bentuk lahannya. Dalam mempelajari suatu geomorfologis, harus mempelajari sejarah perkembangannya saat tersier hingga pleistosen dengan memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi. Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, menekankan cara pembentukannya serta konteks ke lingkungannya. Di dalam mempelajari geomorfologis yang sangat penting adalah aspek utama geomorfologi, antara lain: a. Aspek Morfologi mencakup morfometri yaitu aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur penyusun bentuk lahan serta morfografi yang merupakan susunan dan objek alami yang ada di permukaan bumi sesuai dengan proses pembentukannya. b. Aspek Morfogenesa yaitu asal usul pembentukan bentuk lahan dan perkembangannya sehingga menghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda. c. Aspek Morfokronologi merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil proses geomorfologis sehingga menyebabkan terjadinya perbedan urutan umur bentuk lahan. d. Aspek Morfo – Asosiasi merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan yang lain dalam susunan keruangan/sebarannya di permukaan bumi. Ini sangat penting karena pembentukan lahan

description

proses dan struktur geomorfologi

Transcript of jurnaL geoMorfologi

Page 1: jurnaL geoMorfologi

KEPUSTAKAAN

Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu

sebagai akibat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga eksogen. Proses

endogen termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses pembentukan perbukitan

dan pegunungan, yang akan mengakibatkan perubahan bentuk permukaan bumi karena

aktifitas gunung api, tektonik, maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur

geologi maupun geomorfologi.

Struktur geologi merupakan faktor penontrol yang dominan di dalam evolusi

bentuk lahan dan sturktur geologi dicerminkan oleh bentuk lahannya. Dalam mempelajari

suatu geomorfologis, harus mempelajari sejarah perkembangannya saat tersier hingga

pleistosen dengan memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi.

Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang

bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di bawah permukaan

air laut, menekankan cara pembentukannya serta konteks ke lingkungannya. Di dalam

mempelajari geomorfologis yang sangat penting adalah aspek utama geomorfologi,

antara lain:

a. Aspek Morfologi

mencakup morfometri yaitu aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur penyusun

bentuk lahan serta morfografi yang merupakan susunan dan objek alami yang ada di

permukaan bumi sesuai dengan proses pembentukannya.

b. Aspek Morfogenesa

yaitu asal usul pembentukan bentuk lahan dan perkembangannya sehingga

menghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda.

c. Aspek Morfokronologi

merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil proses

geomorfologis sehingga menyebabkan terjadinya perbedan urutan umur bentuk lahan.

d. Aspek Morfo – Asosiasi

merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan yang lain dalam susunan

keruangan/sebarannya di permukaan bumi. Ini sangat penting karena pembentukan lahan

Page 2: jurnaL geoMorfologi

di permukaan bumi ditentukan oleh berbagai faktor seperti topografi, bahan, iklim,

organisme, vegatasi, dan waktu.

Klasifikasi bentuk lahan yang didasarkan pada genesis, proses, dan batuan,

dikemukakan oleh Versteppen (1985) terdapat 9 bentuk lahan, antara lain:

a. Bentuk lahan asal Volkanis

b. Bentuk lahan asal Strutural

c. Bentuk lahan asal Denudasional

d. Bentuk lahan asal Fluvial

e. Bentuk lahan asal Marine

f. Bentuk lahan asal Eoalian

g. Bentuk lahan asal Pelarutan

h. Bentuk lahan asal Glasial

i. Bentuk lahan asal Aktivitas Oraganisme

Sedangkan bentuk lahan pada daerah sekitar Parangtritis diklasifikasikan menjadi

5 bentuk lahan, antara lain:

a. Bentuklahan Asal Struktural

Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen yaitu proses

tektonik atau diastropisme yang meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak

bumi sehingga terbentuk struktur geologi yaitu lipatan dan patahan. Selain itu, terdapat

pula struktur horizontal, yang mana dengan adanya tenaga endogen maka terjadi

deformasi sikap perlapisan batuan (dip dan strike) yang menjadi miring atau bahkan

tegak dan membentuk lipatan. Selain itu juga, disebabkan tekanan dari lapisan yang ada

di atasnya tebal ke arah vertikal (bawah) sehingga massa sedimen yang lemah dan lunak

di bawahnya tertekan.

Beberapa contoh Bentuklahan asal struktural antara lain:

a. perbukitan

antiklinal

b. perbukitan

sinklinal

c. perbukitan

monoklinal

d. pegunungan

antiklinal

e. pegunungan

sinklinal

f. pegunungan

monoklinal

g. cuesta

Page 3: jurnaL geoMorfologi

h. hogback dan

flatiron

i. perbukitan

/pegunungan

dome

j. perbukitan/pegun

ungan blok

k. gawir

l. igir, lembah

sinklinal

m. igir lembah

antiklinal

n. graben

o. sembul

p. nyaris dataran /

peneplain

q. perbukitan

monoklinal

r. pegunungan

monoklinal

b. Bentuklahan Asal Karst

Syarat untuk berkembangnya topografi karst sebagai berikut:

• terdapat batuan yang mudah larut

• batu gamping dengan kemurnian tinggi

• mempunyai lapisan batuan yang tebal

• terdapat banyak retakan

• pada daerah tropis basah

• vegetasi penutup yang lebat

Kenampakan topografi karst sangat spesifik, baik yang ada di permukaan maupun

yang ada di bawah permukaan tanah. Batuan yang membentuk daerah karst sangatlah

medah larut di dalam air.

Tektonisme menjadi faktor penentu pula, fault, dan joint menjadi faktor utama.

Menurut Faniran dan Jeje (1983), kekar-kekar yang terdapat pada batuan itu memnerikan

regangan mekanik sehingga memudahkan gerakan air melalui batuan itu. Adanya kekas

maupun sesar ini memudahkan perkembangan pelarutan di dalam batuan.

Adanya karstifikasi yang merupakan proses kerja oleh air terutama secara

kimiawi, meskipun secara mekanik juga, yang menghasilkan kenampakan-kenampakan

topografi karst (Ritter, 1979).

Bentuk lahan karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu

Bentuk lahan negatif, yaitu bentuk lahan yang berada di bawah rata-rata permukaan

setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan, maupun terban. Bentuk lahan

tersebut antara lain: doline, uvala, polye, cockpit, dan blindvalley.

Page 4: jurnaL geoMorfologi

Bentuk lahan positif

Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst positif yaitu

Kygelkarst merupakan satu bentuk lahan karst tropik yang dicirikan oleh sejumlah

bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit.

Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill,

pepinohill, atau pinacle karst. Turmkarst terdiri dari perbukitan berlereng curan

atau vertikal yang menjulang tersendiri diantara dataran aluvial

c. Bentuklahan Asal Fluvial

Bentuklahan yang terbentuk karena adanya proses

• Erosi

• Transportasi

• Deposisi/Sedimentasi

Ketiga proses ini tidak dapat terpisahkan sehingga dikenal dengan istilah ”Three Phases

O Single Activity” dengan tenaga geomorfologis yang utama adalah air. Berbagai contoh

bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut:

1. dataran aluvial

2. dasar sungai

3. rawa belakang

4. dataran banjir

5. tanggul alam

6. lakustrin

7. ledok fluvial

8. gosong lengkung dalam

(ponit bar)

9. teras fluvial

10. kipas alluvial

11. crevasse splaye

12. delta dengan berbagai

tipenya

13. igir fluvial

d. Bentuklahan Asal Aeolian

Bentang lahan daerah kering terjadi oleh bentukan yang asalnya karena proses

angin (aeolian) dan gabungan pelapukan dengan aliran air. Adapun ciri-ciri alam yang

bisa menyebabkan terbentuknya daerah aride/aeolian:

1 Curah hujan rendah, aride ≤ 250 mm/tahun, semi aride = 250-500 mm/tahun.

Page 5: jurnaL geoMorfologi

2 Fluktuasi temperatur harian besar (10 – 400C)

3 Langit cerah, sehingga terjadi periode kering yang panjang.

4 Penguapan tinggi, yang menyebabkan terjadinya pelapukan mekanik di daerah

bayngan hujan.

5 Vegetasi jarang, sehingga gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi.

Letak geografis daerah kering (daerah aride) di dunia:

• Daerah sekitar 300 LU/LS. Di tempat ini udara turun di garis balik utara dan

selatan menekan lapisan udara di bawahnya sehingga makin panas.

• Daerah bayangan hujan, udara panas di balik pegunungan karena angin turun dari

lereng depan sudah tidak mengandung uap air (proses diabatis kering)

• Daerah pedalaman benua, angin sudah kering karena kehabisan uap air dari laut

• Daerah pantai yang berdekatan dengan arus laut dingin, angin bertiup ke darat

sehingga udara menjadi semakin panas.

Syarat Terbentuknya Lahan Asal Aeolian

1. Tersedianya material berukuran pasir halus-kasar dalam jumlah banyak

2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas

3. Adanya angin yang mampu mengangkat dan mengendapkan bahan pasir tersebut

4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi/objek lain

Adapun bentuk-bentuk hasil pengendapan oleh angin ialah:

• Loess, merupakan endapan oleh angin berupa debu, padsa umumnya berwarna

kekuningan, tersusun dari berbagai mineral tidak berlapis-lapis tetapi cukup kuat

terikat

• Endapan pasir

• Gumuk pasir (dunes) dibagi antara lain;

a. Gumuk Pasir Sabit (Barchan)

Gumuk pasir sabit cenderung pada daerah yang vegetasinya berbatas dengan

sedikit vegetasi. Ketinggian 5-15 meter, maksimum 30 m.

Page 6: jurnaL geoMorfologi

b. Gumuk Pasir Melintang (Transversal Dunes)

Gumuk pasir melintang cenderung terbentuk pada daerah yang banyak cadangan

pasirnya dan sedikit tumbuhan. Gumuk ini sering meliputi daerah luas dan

berkembang berbentuk seperti ombak dengan punggung melengkung dan melintang

tegak lurus terhadap arah angin yang umum. Ketinggian pada umumnya antara 5-15

meter, maksimum sekitar 100 meter.

c. Gumuk Pasir Parabolic (Parabolic Dunes)

Gumuk pasir parabolic dapat terbentuk karena blow out.

Page 7: jurnaL geoMorfologi

d. Gumuk Pasir Memanjang (Longitudinal Dunes/Seif)

berupa gundukan pasir yang hampir lurus sejajar arah angin. Terjadi karena

pengaruh angin yang kuat terkumpul dan berhembus dengan arah tetap.

Penampang gumuk simetris, ukuran lebar beberapa kali ketinggian.

e. Whaleback Dunes

adalah Gumuk pasir longitudinal yang sangat besar, puncaknya datar dan di

atasnya dapat berbentuk Barchan dan Seif kecil-kecil.

Salah satu contoh Gumuk Pasir yang terdapat di Indonesia adalah Gumuk Pasir

yang terdapat di Parangtritis. Wisata alam berupa pemandangan alam pantai dengan

gelombang besar dan latar belakang perbukitan batugamping dan gumuk pasir. Gumuk

pasir yang banyak dijumpai di Parangtritis, dekat muara Kali Opak ini merupakan satu-

satunya fenomena di Indonesia bahkan di daerah tropis basah (humid).

Proses terjadinya gumuk-gumuk pasir yang terdapat di Parangtritis ini terjadi dari

dengan proses, yaitu :

1. Pasir yang terbawa ke laut oleh Kali Opak dari material vulkanik hasil letusan

Gunungapi Merapi.

2. Pasir tersebut terendapkan di muka muara sungai terutama pada saat musim hujan.

3. Dengan bantuan arus laut sepanjang pantai (longshore current) pasir ini tersebarkan

di sepanjang pantai dan membentuk gisik (beach).

4. Pasir yang sudah berada di gisik ini dengan bantuan angin yang pada musim kemarau

dimana angin datang dari arah tenggara bergerak ke arah darat dan akhirnya

membentuk gumuk pasir.

Page 8: jurnaL geoMorfologi

Gumuk pasir yang terbentuk ini meluas ke arah barat daya sepanjang pantai selatan

Yogyakarta hingga di wilayah kepesisiran Kulonprogo yang material hasil aktivitas

volkannya dibawa oleh aliran Sungai Progo dan Bogowonto.

Seperti disebutkan di atas bahwa vegetasi juga mempengaruhi terhadap

pembentukan gumuk pasir. Ini terbukti apabila tiupan angin pembawa pasir ini terhalang

oleh vegetasi kecil maka akan terjadi pengendapan butir pasir dibagian teduh angin. Ini

mengakibatkan akan terbentuknya gumuk pasir yang disebut dengan Gumuk lidah.

Tetapi apabila vegetasi tidak menghalangi tiupan angin yang membawa material

penyusun tersebut maka akan terbentuk gumuk yang disebut dengan Gumuk Pasir Sabit

(Barchan). Barchan biasanya hanya terbentuk di daerah gurun (arid) dan ternyata hanya

satu-satunya di daerah tropis dapat terbentuk gumuk pasir barchan yaitu di Parangtritis.

Gumuk Pasir di Parangkusumo

Pembentukan gumuk pasir di Parangtritis juga dipengaruhi oleh Gelombang laut.

Gelombang laut yang terjadi di Parangtritis tersebut mempunyai karakteristik yang

khusus, yaitu adanya rip current.

Fenomena rip current tersebut terbentuk oleh adanya gelombang di tengah lautan dengan

gerakan air turun naik membentuk puncak dan lembah gelombang. Jarak puncak

gelombang yang satu ke puncak gelombang yang lain disebut panjang gelombang (L).

Jika kedalaman laut kurang dari setengah panjang gelombang maka gelombang akan

Page 9: jurnaL geoMorfologi

pecah dan jatuh ke arah pantai, maka terjadilah breaker yang nampak sebagai buih

sepanjang pantai. Setelah gelombang pecah kemudian bergerak ke arah pantai yang

sering disebut surf. Surf yang telah mencapai daratan akan bergerak diatas pasir sebagai

swash yang kemudian mengalir kembali ke arah laut sebagai back swash. Kalau proses

ini terjadi di bagian pantai yang cekung maka back swash akan mengumpul dan

membentuk arus ke arah laut yang bergerak sangat cepat yang disebut rip current (arus

yang membelah jalur breaker). Hal ini menunjukkan bahwa dimana ada rip current justru

disana tidak akan kelihatan ada breaker, tetapi ada arus menuju laut dengan kecepatan

tinggi. Arus inilah yang biasa menghanyutkan orang yang mandi di bagian pantai itu.

Swash dan back swash dalam gerakannya akan membawa pasir dan batu pantai

dengan cara bergeser sehingga pasir atau batu pantai berbentuk pipih. Pasir yang digeser

oleh swash dan back swash sepanjang pantai, dibagian muara-muara sungai di sepanjang

pantai selatan ini akan tertimbun di bagian tepi timur yang menyebabkan sungai-sungai di

sepanjang pantai selatan ini dipaksa membelok ke barat.

Selain itu, pembentukan gumuk pasir juga dipengaruhi adanya cliff di sebelah

timur Parangtritis. Dinding terjal (cliff) ini terbentuk akibat hempasan gelombang ke

dinding batugamping. Di depan cliff terbentuk rataan yang disebut flat form ke arah darat.

Ini dapat diperhatikan dengan adanya sesar engsel.

Sehingga cliff dan sesar engsel mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam

pembentukan gumuk pasir di daerah Parangtritis tersebut. Dengan adanya cliff dan sesar

engsel di sebelah timur Parangtritis ini menyebabkan angin yang bertiup dari tenggara

pada musim kemarau terkumpul di daerah Parangtritis dengan kecepatan tinggi dan

memungkinkan terbentuknya gumuk pasir.

e. Bentuklahan asal Pantai dan Laut

sebagian Indonesia khususnya di pesisir selatan Jawa Tengah, proses Marine yang

terbentuk ini merupakan hasil dari kombinasi dengan proses aeolian. Medan yang

terbentuk dari kombinasi ini mempunyai sifat lahan yang karakteristik.

Page 10: jurnaL geoMorfologi

Terdapat enam tipe pantai di Indonesia :

1. Wave Erosion Coast

Pantai dengan tipologi Wave Erosion Coast merupakan pantai yang umumnya terbentuk

akibat aktivitas erosi gelombang. Karakteristik fisik (abiotik) ditandai dengan bentuk

morfologi pantai yang terjal (cliff), lereng berteras dan berbukit. Pantai dengan tipologi

Wave Erosion Coast dapat dijumpai di Pura Uluwatu yang berbukit terjal

2. Coast Built by Organism

Tipe pantai ini dibentuk oleh organisme laut, sehingga terlihat dataran pantai yang relatif

luas, berwarna keputihan, dan diselang-seling oleh bongkahan organisme laut yang sudah

membatu. Tanaman bakau relatif banyak ditemui. Tipe pantai ini dapat dijumpai di

Tanjung Panto, wilayah Kecamatan Malingping, Propinsi Jawa Barat.

3. Volcanic Coast

Tipologi pantai Volcanic Coast merupakan pesisir yang terbentuk sebagai akibat

proses volkanik. Tipe pantai seperti ini biasanya platform-nya landai dan memungkinkan

tumbuhnya karang, sehingga lautnya cukup jernih seperti dijumpai di Pantai Pasir Putih,

Situbondo. Air laut relatif tenang dengan ketersedian airtanah yang cukup baik dan tidak

asin.

4. Marine Deposition Coast

Tipologi pantai Marine Deposition Coast adalah pantai atau pesisir yang dibentuk

oleh proses deposisi material sedimen marin. Termasuk dalam kategori ini adalah pesisir

berpenghalang (barrier coast), seperti barrier beaches, barrier island, barrier spits and

bays, cuspate foreland, beach plains, coastal sand plains tanpa lagoon, dan rataan

lumpur (mud flat) atau rawa garam (salt marsh).

5. Structurally Shaped Coast

Tipologi structurally shaped coast yaitu pesisir yang terbentuk akibat proses

patahan, lipatan, atau intrusi batuan sedimen, seperti kubah garam atau kubah lumpur

Page 11: jurnaL geoMorfologi

dangkal (salt domes atau mud lumps). Karakteristik fisik tipe pantai structurally shaped

coast, ditandai dengan bentuk morfologi pantai yang tidak teratur dan terjal.

Tipologi pantai ini dapat dijumpai di Probolinggo (Gunung Bentar)

6. Sub-aerial deposition Coast

Pantai dengan tipologi sub-aerial depositon coast, merupakan pantai yang umumnya

terbentuk akibat akumulasi bahan-bahan sedimen sungai yang membentuk delta dengan

rataan pasang surut (tidal flat).

Berdasarkan bentang alamnya tersebut serta pemahaman mengenai geomorfologi

pantai menurut Villes & Spencer (1995, dengan modifikasi), maka lingkungan fisik

wilayah Pantai Parangtritis dan sekitarnya, dapat diklasifikasikan menjadi 4 subbentang

alam geologi pantai (coastal geological landscape) antara lain:

1 Tectonic cliffts coastal geological landscape

2 Coastal wateshed – floodplain geological landscape

3 Coastal – marine geological landscape

4 Coastal sanddune geological landscape

Page 12: jurnaL geoMorfologi

PEMBAHASAN

Dalam jurnal yang berjudul “Kondisi Geologi Untuk Penanganan Permasalahan

Lingkunagn Fisik Pantai Parangtritis, Yogyakarta” yang ditulis dengan

1. Agus Hendratno, Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi –

Pascasarjana UGM

2. Sukandarrumidi, Guru Besar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik

UGM

3. Dwikorita Karnawati, Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknik UGM

ABSTRAK

Pada bagian abstrak, penulis telah memaparkan secara jelas dan detail dari isi

jurnal tersebut sehingga pembaca dapat memahami isi jurnal tersebut secara garis besar.

PENGANTAR

Dalam bagian pengantar, penulis menjelaskan tentang latar belakang penelitian

tersebut beserta tujuan dan harapan dari penelitian tersebut sehingga dapat dirasakan

manfaat penelitian tersebut nantinya baik mahasiswa, penulis, instansi yang terkait,

pemerintah ataupun universitas itu sendiri.

WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Secara deskripsi, penulis telah berhasil menjabarkan waktu dan lokasi penelitian,

tetapi untuk lebih baiknya penulis melampirkan peta lokasi penelitian secara rinci dengan

skala yang sesuai disertai dengan titik lokasi penelitian secara rinci. Ini bertujuan agar

pembaca mengerti tentang lokasi penelitian tersebut secara jelas.

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bagian ini, penulis telah mendeskripsikan secara jelas baik secara geologi

maupun geomorfologis Pantai Parangtritis sehingga nantinya dapat dikaji untuk

pengembangan lingkungan fisik. Tetapi tinjauan pustaka yang ditulis penulis kurang

Page 13: jurnaL geoMorfologi

lengkap sehingga masih diperlukan referensi-referensi lainnya mengenai penelitian

tersebut. Sehingga pembaca dapat mengetahui tentang dasar penelitian yang terdapat di

jurnal tersebut sehingga nantinya dalam pembahasan ataupun hasil penelitian di jurnal

tersebut dapat dengan mudah dimengerti.

HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini telah sesuai dengan permasalahan

yang diangkat dalam judul penelitian dalam jurnal ini.

CARA PENELITIAN

Cara penelitian dalam jurnal tersebut telah dideskripsikan dengan jelas hingga

analisis penelitian juga telah lengkap dijabarkan secara terperinci.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian yang telah ditulis oleh tiga penulis tersebut telah menjawab dan

menjelaskan tentang permasalahan yang diteliti dalam penelitian tersebut baik secara

kondisi geologis dan geomorfologis serta pengembagan wilayah/lokasi penelitian

tersebut.

Dalam penelitian juga telah memberikan hasil penelitian tentang kondisi geologis

dan geomorfologis tentang bentang alam maupun bentuk lahan Pantai Parangtritis serta

pengembangan Pantai Parangtritis tersebut.

Selain itu juga telah dijelaskan tentang ciri-ciri/karakteristik subbentang alam

geologi Pantai Parangtritis, dasar klasifikasi dan penamaan karakteristik geomorfologi

wilayah pantai sekitar Pantai Parangtritis, Yogyakarta, profil Pantai Parangtritis meliputi

arus gelombang pantai dan litologi pantai, serta manajemen pantai yang dibahas secara

mendetail sesuai dengan kondisi geologi Pantai Parangtritis. Dari itulah semua, maka

permasalahan yang diangkat peneliti yaitu tentang permasalahan lingkungan fisik di

sekitar wilayah Pantai Parangtritis dapat diketahui solusi atau alternatif penanganan dari

berbagai macam permasalahan yang timbul. Sehingga nantinya dapat dijadikan

rekomendasi untuk pengembangan wilayah daerah tersebut baik untuk pemerintah

maupun instansi yang terkait dengan hak tersebut.

Page 14: jurnaL geoMorfologi

KESIMPULAN

Dengan adanya kesimpulan maka dapat diketahui secara jelas mulai dari awal

hingga akhir penelitian tersebut sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami

dan mengetahui hasil akhir dari penelitian ini.

SARAN TINDAK LANJUT

Dengan adanya bagian daran tindak lanjut, maka pembaca dapat mengetahui

harapan penulis untuk merekomendasikan hasil penelitian tersebut dengan dijadikan

salah satu referensi dalam pembangunan dan pengelolaan pantai di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

KEPUSTAKAAN

Daftar pustaka yang diambil untuk mendukung dalam penulisan penelitian

tentang jurnal tersebut sangatlah lengkap sehingga dapat membantu dengan mudah,

cepat, dan lengkap secara detail. Dengan adanya daftar pustaka trsebut nantinya dapat

dijadikan salah satu pilihan referensi untuk berbagai macam penulisan yang berkaitan

dengan bidang ini.

Page 15: jurnaL geoMorfologi

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam jurnal yang berjudul “Kondisi Geologi Untuk Penanganan Permasalahan

Lingkungan Fisik Pantai Parangtritis, Yogyakarta” yang ditulis dengan

4. Agus Hendratno, Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi –

Pascasarjana UGM

5. Sukandarrumidi, Guru Besar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik

UGM

6. Dwikorita Karnawati, Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknik UGM

Pembaca dapat mengetahui dengan lengkap, kronologis, komunikatif tentang

pembahasan dalam penelitian tersebut. Pembaca juga dapat menambah pengetahuan

tentang bentang alam maupun bentuklahan dalam Pantai Parangtritis, Yogyakarta serta

pengembangan fisik Pantai Parangtritis tersebut. Dari penelitian tersebut, banyak manfaat

yang dapat diperoleh untuk berbagai pihak khususnya dalam pengembangan fisik Pantai

Parangtritis.

Saran Dan Kritik

1. Agar para penulis ataupun peneliti dapat melampirkan peta lokasi penelitian serta

titik - titik lokasi yang diteliti sehingga dapat mempermudah dalam memahami

jurnal tersebut.

2. Agar penulis untuk lebih melengkapi kajian pustaka dalam jurnal tersebut.

Page 16: jurnaL geoMorfologi

DAFTAR PUSTAKA

Dibyosaputro, Suprapto, Drs, M.Sc. 1998. Geomorfologi Dasar. Yogyakarta:

Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.

Herlambang, Sudarno. 1995. Dasar – Dasar Geomorfologi Bagian I. Malang:

Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Malang.

Herlambang, Sudarno. 2006. Geomorofologi Umum. Malang: UM Press.