Jurnal Ekoper.pdf

10
ANALISIS KERAGAMAN BENTOS, PLANKTON, DAN FISIKOKIMIA SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI KECAMATAN BATU AMPAR, KALIMANTAN BARAT SANDRA WELYA 1 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Tanjungpura ABSTRACT Pengamatan bentos dan plankton menjadi penting untuk menentukan kualitas perairan pulau Padang Tikar. Sampel air diambil di tiga lokasi yaitu dermaga Padang Tikar 2 titik, Sungai Nipah Panjang 3 titik, dan Pantai Kupang 3 titik. Hasil pengamatan ditemukan berbagai macam bentos dengan keragaman 0.47 1.8 decits/ind yang menunjukkan bahwa perairan ini keragaman bentosnya sedang. Bentos dan plankton menunjukkan bahwa perairan ini tergolong perairan tercemar sedang karena bentos tertentu yang dapat hidup. Kata kunci: bentos, Padang Tikar, perairan, plankton PENDAHULUAN Ekosistem merupakan lingkup kehidupan yang terdiri dari faktor biotik, abiotik, dan interaksi di dalamnya. Faktor- faktor pembatas pada ekosistem akuatik adalah 1) temperature, mempunyai sifat sebagai stabilisator temperature karena sifatnya yang bipolar; 2) transpirasi, daya tembus cahaya dalam air dipengaruhi oleh zat yang terlarut dan yang tersuspensi; 3) kekeruhan, dipengaruhi oleh banyak lumpur dan pasir halus dalam air; 4) arus, dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, makanan, dan organism dalam air; 5) oksigen; 6) karbondioksida; 7) fosfor (Heddy, 1994). Fauna bentos adalah organisasi yang hidup meletakkan diri pada suatu perairan (Odum, 1996). Keberadaan makrozoobentos yang mendiami perairan menunjukkan bahwa adanya kehidupan yang dinamik terjadi interaksi antar perairan dan biota-biota laut, terutama saling memanfaatkan dan saling membutuhkan dalam proses pertumbuhan dan berkembang biak. Adapula komunitas bentos yang memliki peranan penting bagi kepentingan manusia misalnya sebagi makanan manusia, sebagai mata rantai makan di laut dan sebagai indikator suatu perairan. Dengan demikian menunjukan bahwa pada daerah pesisir perairan

description

sopan

Transcript of Jurnal Ekoper.pdf

  • ANALISIS KERAGAMAN BENTOS, PLANKTON, DAN FISIKOKIMIA SEBAGAI

    INDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI KECAMATAN BATU AMPAR,

    KALIMANTAN BARAT

    SANDRA WELYA1

    1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Tanjungpura

    ABSTRACT

    Pengamatan bentos dan plankton menjadi penting untuk menentukan kualitas perairan

    pulau Padang Tikar. Sampel air diambil di tiga lokasi yaitu dermaga Padang Tikar 2 titik,

    Sungai Nipah Panjang 3 titik, dan Pantai Kupang 3 titik. Hasil pengamatan ditemukan

    berbagai macam bentos dengan keragaman 0.47 1.8 decits/ind yang menunjukkan bahwa

    perairan ini keragaman bentosnya sedang. Bentos dan plankton menunjukkan bahwa perairan

    ini tergolong perairan tercemar sedang karena bentos tertentu yang dapat hidup.

    Kata kunci: bentos, Padang Tikar, perairan, plankton

    PENDAHULUAN

    Ekosistem merupakan lingkup

    kehidupan yang terdiri dari faktor biotik,

    abiotik, dan interaksi di dalamnya. Faktor-

    faktor pembatas pada ekosistem akuatik

    adalah 1) temperature, mempunyai sifat

    sebagai stabilisator temperature karena

    sifatnya yang bipolar; 2) transpirasi, daya

    tembus cahaya dalam air dipengaruhi oleh

    zat yang terlarut dan yang tersuspensi; 3)

    kekeruhan, dipengaruhi oleh banyak

    lumpur dan pasir halus dalam air; 4) arus,

    dapat mempengaruhi distribusi gas

    terlarut, garam, makanan, dan organism

    dalam air; 5) oksigen; 6) karbondioksida;

    7) fosfor (Heddy, 1994).

    Fauna bentos adalah organisasi yang

    hidup meletakkan diri pada suatu perairan

    (Odum, 1996). Keberadaan

    makrozoobentos yang mendiami perairan

    menunjukkan bahwa adanya kehidupan

    yang dinamik terjadi interaksi antar

    perairan dan biota-biota laut, terutama

    saling memanfaatkan dan saling

    membutuhkan dalam proses pertumbuhan

    dan berkembang biak. Adapula komunitas

    bentos yang memliki peranan penting bagi

    kepentingan manusia misalnya sebagi

    makanan manusia, sebagai mata rantai

    makan di laut dan sebagai indikator suatu

    perairan. Dengan demikian menunjukan

    bahwa pada daerah pesisir perairan

  • memiliki potensi yang cukup besar untuk

    dikelola dan di manfaatkan oleh

    masyarakat serta menunjang produksi

    perikanan di wilayah pesisir (Barkat,

    2013).

    Struktur komunitas zoobentos

    dipengaruhi berbagai faktor lingkungan

    abiotik dan biotik. Secara abiotik, faktor

    lingkungan yang mempengaruhi

    keberadaan makrozoobentos adalah faktor

    fisika-kimia lingkungan perairan,

    diantaranya; penetrasi cahaya yang

    berpengaruh terhadap suhu air; substrat

    dasar; kandungan unsur kimia seperti

    oksigen terlarut dan kandungan ion

    hidrogen (pH), dan nutrien. Sedangkan

    secara biologis, diantaranya interaksi

    spesies serta pola siklus hidup dari

    masing-masing spesies dalam komunitas

    (Winasis, 2012).

    Plankton merupakan kelompok

    organisme yang hanyut bebas dalam laut

    dan sangat lemah daya renangnya sehingga

    mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan-

    gerakan air. Plankton merupakan

    penyumbang fotosintesis terbesar di laut.

    Di dalam plankton terdapat bagian terbesar

    energy matahari yang berturut-turut

    dipindahkan ke komunitas lainnya.

    Plankton berperan sebagai pengikat awal

    energy matahari (Murtiani, 2013).

    Sub grup dari plankton adalah

    zooplankton (golongan hewan) dan

    fitoplankton (golongan tumbuh-

    tumbuhan). Zooplankton termasuk

    golongan hewan perenang aktif yang dapat

    mengadakan migrasi secara vertikal pada

    beberapa lapisan perairan. Menurut Laili

    (1997, dalam F.S Fello dan N.V

    Hulisehan, 2006) mengatakan

    fitoplankton selain merubah bahan

    anorganik menjadi bahan organik,

    fitoplankton juga berperan sebagai bahan

    makanan langsung bagi ikan dan biota

    perairan lainnya. Sehingga dapat dikatakan

    jika suatu perairan tersebut kelimpahan

    dari fitoplanktonnya tinggi, maka hal ini

    dapat dijadikan indikator bahwa perairan

    ini tingkat keaanekaragamannya juga

    tinggi.

    Pulau Padang Tikar merupakan

    daerah yang perairannya masih jarang diuji

    kualitas airnya. Dengan keadaan perairan

    yang pada bagian pesisir pulau terdapat

    hutan mangrove menjadi daya tarik untuk

    menganalisis struktur komunitas bentos,

    plankton, dan kaitannya dengan faktor

    fisikokimia di perairan pulau Padang

    Tikar, Kecamatan Batu Ampar,

    Kalimantan Barat.

    METODOLOGI

    Penelitian ini dilakukan di kawasan

    perairan pulau Padang Tikar Kecamatan

  • Batu Ampar kabupaten Kubu Raya.

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal

    10 Januari 2015. Bahan yang dibutuhkan

    adalah formalin 4 %, dan akuades. Alat

    yang digunakan adalah Ekman Grab,

    saringan, botol sampel, pinset, pipet,

    mikroskop dan alat-alat tulis. Pengamatan

    dilaksanakan dengan meninjau langsung

    lokasi penelitian dan menentukan titik-titik

    peletakan plot pada tiap stasiun. Jumlah

    plot ada 2 dan 3 pada tiap stasiun. Total

    plot pada semua stasiun adalah 8 plot.

    Pengambilan sampel bentos dilakukan

    pada pagi hari di bagian tepi perairan.

    Sampel hewan bentos pada dasar sungai

    diambil dengan Ekman Grab. Sampel

    yang terambil disaring dengan saringan

    bertingkat dengan ukuran mata saringan

    berturut-turut dari atas ke bawah 2,36 mm,

    1,49 mm dan 0,52 mm, sehingga dengan

    penyaringan ini lumpur akan lolos,

    sedangkan hewannya tertinggal bersama

    kotoran-kotoran kasar lainnya.

    Selanjutnya kotoran kasar dibuang dan

    bentos yang didapatkan dimasukkan ke

    dalam botol sampel yang sudah berisi

    formalin 4% dan diberi label. Identifikasi

    bentos dilakukan di laboratorium

    Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan

    dan Ilmu Pendidikan, Universitas

    Tanjungpura, Pontianak.

    Pengamatan parameter lingkungan

    meliputi:

    a. Mengukur suhu air perairan dan suhu

    udara dengan menggunakan

    thermometer.

    b. Mengukur laju arus perairan.

    c. Mengukur kedalaman yang dicatat

    langsung pada lokasi penelitian.

    Data yang diperoleh dari hasil penelitian

    selanjutnya dianalisis dengan

    menggunakan rumus :

    - Kelimpahan bentos dihitung dengan

    menggunakan rumus Welch (1984) yaitu :

    Kelimpahan spesies ke I (individu/m2) =

    Jumlah total spesies ke i

    Jumlah plot dimana terdapat spesies ke i

    Indeks Keanekaragaman dari tiap stasiun

    ditentukan dengan indeks keanekaragaman

    Shannon-Wiener (H), yaitu:

    H = - Pi log pi

    Dimana :

    Pi = ni/N

    ni = jumlah spesies ke i

    N = jumlah total seluruh spesies

    Indeks Dominansi dihitung berdasarkan

    rumus indeks of dominance dari Simpson

    (Odum dalam Sagala, 1971) yaitu:

    ID = (

    )2

    =1

    Dimana:

  • ID = Indeks Dominansi

    ni = jumlah individu tiap spesies

    N = jumlah total spesies

    Pengambilan sampel dilakukan di

    atas perahu motor dengan menggunakan

    plankton net. Sampel air dmasukkan ke

    dalam botol film sebanyak 3 botol dengan

    1 botol untuk 1 stasiun. Setiap sampel

    ditambahkan formalin sebanyak 5 tetes.

    Penambahan formalin bertujuan untuk

    mengawetkan fitoplankton yang berada

    dalam sampel-sampel air. Parameter

    lingkungan yang diamati antara lain suhu

    udara, suhu air, dan kecepatan arus air

    yang diukur sebanyak 3 (tiga) kali

    ulangan.

    Sampel-sampel air yang disimpan

    pada botol film dibawa ke laboratorium P.

    Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan, Universitas Tanjungpura.

    Pengamatan fitoplankton di dalam sampel

    air dilakukan menggunakan mikroskop

    olympus dengan perbesaran lensa sampai

    100 kali. Hasil pengamatan dicatat dan

    diidentifikasi berdasarkan buku panduan

    fitoplankton.

    Analisis data dilakukan melalui

    pendekatan univariat. Pendekatan analisis

    univariat digunakan untuk mengukur

    beberapa indeks keanekaragaman yaitu H'

    (Shannon - Weaver), d(indeks kekayaan

    Margalef) dan Indeks kemerataan Pielou J'

    dengan rumus :

    = ()

    = ( 1)

    log

    =

    log

    dimana :

    pi = proporsi jurnlah spesies ke-i dengan

    jumlah total

    S = jumlah spesies (taxa)

    N = jumlah individu

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pengambilan sampel air dilakukan

    pada tiga stasiun yaitu di dermaga desa

    Padang Tikar, sungai Nipah Panjang, dan

    pantai Kupang. Parameter yang diukur

    adalah faktor fisika berupa suhu air, suhu

    udara, intensitas cahaya, kecepatan arus,

    dan kedalaman; kimia berupa pH, salinitas,

    kekeruhan, dan kandungan COD; dan

    faktor biologi adalah pengambilan sampel

    bentos dan plankton.

  • Table 1. Hasil analisis sampel di Dermaga Desa Padang Tikar (titik 1)

    No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2

    1. Suhu air 290C 290C

    2 Suhu udara 270C 270C

    3 pH 7 6

    4 Intensitas cahaya 3304 lux 1900 lux

    5 Salinitas Asin Asin

    6 Kekeruhan 36 35

    7 Kcepatan Arus 6,03 s 6,02 s

    8 Kedalaman 1,60 m 1,50 m

    9 Pengambilan sampel plankton

    a. Vertikal

    b. Horizontal Closterium

    kuetzinggi

    Cerotium fusus

    10 Pengambilan sampel bentos Characium

    longipes Rab (3) ,

    Nitzschin

    closterium (15),

    Mycrocystus

    flosagus kirch (1),

    Polyedrium

    lobulatum Nneg

    (6),Rhapidium

    polymorphum

    Kuert

    z(1),Polyedrium

    trigonum Nneg

    (4), Sorastrum

    indicus Bermard

    (2),Stouroneis

    parculum(6),Bacte

    riastrum deliantus

    (4),

    Rhizosolenia alala

    forma grallima ,

    Rhizosolenia

    stoltorforthi

    ,Pleurosigma

    angulatum

    Var.steigosa

    11 Kandungan senyawa dalam air

    COD

    Ulangan 1

    Ulangan 2

    0,8 ppm

    0,12ppm

    0,6 ppm

    1 ppm

    Pada tabel 1 hasil pengamatan di

    dermaga desa Padang Tikar terbagi atas

    dua titik. Suhu air, suhu udara dan salinitas

    memiliki nilai yang sama baik pada titik

    satu maupun pada titik dua. Suhu udara

    sekitar perairan adalah 27C, suhu ini

    cukup rendah untuk suhu air normal. Suhu

    yang rendah ini diukur pada saat masih

    pagi sekitar jam 6 pagi. Sementara suhu air

    akan dipengaruhi oleh suhu udara karena

    air akan menyerap panas sinar matahari

    langsung. Namun suhu air 29C

  • merupakan suhu air yang masih dalam

    keadaan baik. Hasil ini sesuai dengan

    pernyataan Yhanie (2012) kisaran suhu air

    yang baik dalam perairan dan kehidupan

    ikan yaitu berkisar antara 23-32C.

    pH 7 dari titik satu stasiun satu

    merupakan ph netral yang baik untuk

    pertumbuhan biota laut. Sedangkan pH 6

    berarti perairan pada dermaga bersifat

    sedikit asam. Hal ini manandakan bahwa

    perairan di dermaga mengalami

    pencemaran yang kecil. Kondisi perairan

    yang bersifat sangat asam maupun sangat

    basa akan membahayakan kelangsungan

    hidup organisme karena akan

    menyebabkan terjadinya gangguan

    metabolisme dan respirasi serta dapat

    meningkatkan konsentrasi ammonia yang

    bersifat sangat toksik bagi organisme.

    Intensitas cahaya pada titik 1 dan titik 2

    stasiun 1 menunjukkan bahwa intensitas

    cahaya pada titik satu lebih tinggi nilainya

    dibanding dengan titik dua. Hal ini

    sebabkan karena pengambilan sampel air

    pada titik satu agak keluar menjauhi laut,

    sedangkan sampel titik dua di dekat hutan

    mangrove sehingga suhunya tidak setinggi

    dengan di laut. Pengamatan kekeruhan air

    dilakukan dengan menggunakan keping

    secchi, semakin dalam keping secchi

    dimasukkan ke dalam air maka

    kekeruhannya rendah. Sedangkan

    kekeruhan pada tabel satu menunjukkan

    bahwa titik dua lebih keruh dibanding titik

    satu.

    Arus merupakan faktor pembatas

    yang mempunyai peranan sangat penting

    dalam perairan, baik pada ekosistem

    mengalir (lotic) maupun ekosistem

    menggenang (lentic). Hal ini disebabkan

    karena adanya arus akan mempengaruhi

    distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan

    mineral yang terdapat di dalam air. Arus

    dari tabel satu masih memiliki arus rendah

    dan diantara dua titik ini kecepatan

    arusnya tidak jauh berbeda. Selanjutnya

    kedalaman perairan berkaitan dengan

    komposisi komunitas. Kandungan

    senyawa COD dalam air merupakan

    kandungan CO2 yang terkandung dalam

    air. Biasanya air dengan COD yang tinggi

    merupakan perairan yang tercemar.

    Table 2. Hasil analisis sampel di sungai Nipah Panjang (titik 2)

    No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2 Titik 3

    1. Suhu air 27oC 27,5oC 28oC

    2 Suhu udara 280C 280C 280C

    3 Ph 6 7 7

    4 Intensitas cahaya 1260 lux 1180 lux 950 lux

    5 Salinitas Asin Asin asin

  • 6 Kekeruhan 44 71 64

    7 Kcepatan Arus 10,11 s 8,825 s 15,55 s

    8 kedalaman 1,38 m 1,72 m 2,57 m

    9 Pengambilan sampel plankton

    a. Vertikal

    b. Horizontal Amoeba proteus Oscillatoria

    linnosa Ag

    Rabdonelln

    lohuaani

    10 Pengambilan sampel bentos Nittzcchia

    curvula (28),

    Gamphosphaeria

    aponina kc (1),

    Ceratium

    fusus (7),

    Pinnularin

    legumen

    (1),

    Synedern

    acus (1),

    Lacrimarin

    sp (1),

    Nitzsohia

    eosterium

    (1).

    Characium

    longipes

    rab (2),

    Sorastrum

    Indicus (3)

    11 Kandungan senyawa dalam air COD

    Ulangan 1

    Ulangan 2

    1 ppm

    0,6 ppm

    0,6 ppm

    0,6 ppm

    0,8 ppm

    0,6 ppm

    Pada tabel 2 hasil pengamatan di

    sungai desa Nipah Panjang terbagi atas

    tiga titik. Suhu udara dan salinitas

    memiliki nilai yang sama baik pada titik

    satu maupun pada titik dua. Suhu udara

    sekitar perairan adalah 28C, suhu ini

    cukup rendah untuk suhu air normal. Suhu

    yang rendah ini diukur pada saat masih

    pagi sekitar jam 6 pagi. Sementara suhu air

    akan dipengaruhi oleh suhu udara karena

    air akan menyerap panas sinar matahari

    langsung. Namun suhu air 27, 27.5, dan

    28C merupakan suhu air yang masih

    dalam keadaan baik. Hasil ini sesuai

    dengan pernyataan Yhanie (2012) kisaran

    suhu air yang baik dalam perairan dan

    kehidupan ikan yaitu berkisar antara 23-

    32C.

    pH 6 dan 7 dari titik satu stasiun satu

    merupakan ph netral yang baik untuk

    pertumbuhan biota laut. Sedangkan pH 6

    berarti perairan pada dermaga bersifat

    sedikit asam. Hal ini manandakan bahwa

    perairan di dermaga mengalami

    pencemaran yang kecil. Kondisi perairan

    yang bersifat sangat asam maupun sangat

    basa akan membahayakan kelangsungan

    hidup organisme karena akan

    menyebabkan terjadinya gangguan

    metabolisme dan respirasi serta dapat

    meningkatkan konsentrasi ammonia yang

    bersifat sangat toksik bagi organisme.

  • Intensitas cahaya pada titik 1 dan titik 2

    stasiun 1 menunjukkan bahwa intensitas

    cahaya pada titik satu lebih tinggi nilainya

    dibanding dengan titik dua. Hal ini

    sebabkan karena pengambilan sampel air

    pada titik satu agak keluar menjauhi laut,

    sedangkan sampel titik dua di dekat hutan

    mangrove sehingga suhunya tidak setinggi

    dengan di laut. Pengamatan kekeruhan air

    dilakukan dengan menggunakan keping

    secchi, semakin dalam keping secchi

    dimasukkan ke dalam air maka

    kekeruhannya rendah. Sedangkan

    kekeruhan pada tabel satu menunjukkan

    bahwa titik dua lebih keruh dibanding titik

    satu.

    Arus merupakan faktor pembatas

    yang mempunyai peranan sangat penting

    dalam perairan, baik pada ekosistem

    mengalir (lotic) maupun ekosistem

    menggenang (lentic). Hal ini disebabkan

    karena adanya arus akan mempengaruhi

    distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan

    mineral yang terdapat di dalam air. Arus

    dari tabel satu masih memiliki arus rendah

    dan diantara dua titik ini kecepatan

    arusnya tidak jauh berbeda. Selanjutnya

    kedalaman perairan berkaitan dengan

    komposisi komunitas. Kandungan

    senyawa COD dalam air merupakan

    kandungan CO2 yang terkandung dalam

    air. Biasanya air dengan COD yang tinggi

    merupakan perairan yang tercemar.

    Table 3. Hasil analisis sampel di pantai Kupang (titik 3)

    No Parameter Pengukuran Titik 1 Titik 2 Titik 3

    1. Suhu air 280C 300C 280C

    2 Suhu udara 270C 290C 270C

    3 pH 7 7 7

    4 Intensitas cahaya 5320 lux 1900 lux 1263 lux

    5 Salinitas Asin Asin asin

    6 Kekeruhan 24 cm 24 cm 38 cm

    7 Kcepatan Arus 18,37 s 7,06 s 8,17 s

    8 kedalaman 2,15 m 3,10 m 4,25 m

    9 Pengambilan sampel plankton

    a. Vertikal

    b. Horizontal Closterium

    kuetzinggii

    Nitzschia

    veruicularis,

    Rhizosolenia

    alata forma

    curvirolris(36)

    , Nitzschia

    veruicularis,

    Oscillntoria

    linnosa Ag

    (3),

    Chactoceros

    anaslomosans

  • (1), Chaero

    ceros indicium

    (1),

    Chaeloceros

    mitra (1)

    10 Pengambilan sampel bentos Pterrosagitta

    draca,

    Closterium

    kuetzinggii,

    Pleurosigma

    fasciola

    Ehenberg ,

    11 Kandungan senyawa dalam airCOD

    Ulangan 1

    Ulangan 2

    0,4 ppm

    0,4 ppm

    1 ppm

    2 ppm

    0,8 ppm

    0,8 ppm

    Berdasarkan bentos yang didapatkan

    dan hasil analisis pada lokasi satu

    menunjukkan bahwa bentos memiliki

    keragaman yang sedang yaitu 1.52

    decits/ind. Pada lokasi dua berdasarkan

    analisis bentos keragamannya tergolong

    sedang yaitu 1.8 decits/ind. Sedangkan

    pada lokasi tiga analisis bentos

    keragamannya tergolong rendah yaitu 0.47

    decits/ind. Berarti perairan ini tercemar

    sedang.

    KESIMPULAN

    Pada penelitian perairan di

    kecamatan Batu Ampar pulau Padang

    Tikar Kabupaten Kubu Raya terdapat

    sebanyak 22 spesies hewan benthos.

    Indeks keanekaragaman bentos berkisar

    antara 0.47 -1.8 decits/ind. Hal ini

    menunjukkan bahwa pada daerah perairan

    Batu Ampar pulau Padang Tikar tersebut

    digolongkan pada tingkat tercemar sedang.

    Adanya plankton turut menentukan tingkat

    kualitas perairan pulau padang tikar,

    sungai nipah panjang, dan pantai kupang.

    DAFTAR PUSTAKA

    Barkat, Sunardi. 2013. Komunitas

    Makrozoobentos pada Ekosistem

    Lamun. (online).

    https://serdaducemara.wordpress.co

    m/2013/02/11/komunitas-

    makrozoobentos-pada-ekosistem-

    lamun/. Diakses tanggal 20 Januari

    2015.

    Heddy. 1994. Prinsip-Prinsip Dasar

    Ekologi. Malang: Universitas Brawijaya.

    Winasis, Eko. 2012. Makrozoobentos

    Indikator Kualitas Perairan.

    (online).

    http://ewinasis.blogspot.com/2012/0

    6/makrozoobentos-indikator-

  • kualitas.html. diakses tanggal 20

    Januari 2015.

    Yhanie. 2012. Struktur Ekosistem Akuatik

    Danau Sungai. (online). http://unsa-

    yhanie.blogspot.com/2012/05/strukt

    ur-ekosistem-akuatik-danau-

    sungai.html. diakses tanggal 20

    Januari 2015.