Jurnal Dr.fido

18
Infeksi Traktus Urinarius pada Wanita Abstrak Infeksi Saluran kencing (ISK) merupakan kondisi yang sering dikeluhkan oleh wanita baik dalam populasi umum maupun di rumah sakit. Diperkirakan satu dari tiga wanita akan mengalami minimal satu episode ISK selama hidupnya. Literatur komperhensif yang mengulas studi eksperimental dan studi klinik terpublikasi tentang ISK yang dilaporkan oleh perpustakaan elektronik Universitas Insubria (SFX Bicocca- Insubria) yaitu melalui penelitian silang tujuh database medis yang berbeda (AMED, BIOSIS Previews on Web of Knowledge, Cochrane Library, Embase and Medline on Web of Knowledge, OvidSP, dan PubMed). Kami bertujuan untuk menggambarkan sebuah panduan klinis manajemen ISK, berdasarkan bukti terbaru. Kasus yang dicurigai infeksi saluran kencing (ISK) merupakan kasus yang paling sering dikonsulkan dalam praktek ginekologi rutin. Dalam kenyataannya, ISK merpakan infeksi yang pertama tercatat di lingkungan rumah sakit dan yang kedua di lingkungan komunitas sosial. Diperkirakan lebih dari sepertiga dari populasi wanita pernah mengalami minimal satu episode ISK selama hidupnya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meninjau literatur internasional yang tersedia untuk menyediakan panduan klinis praktis dalam manajemen ISK. Untuk tujuan tersebut, kami memutuskan untuk menelaah isi dokumen ini melalui divisi akademik skematik. METODE

Transcript of Jurnal Dr.fido

Page 1: Jurnal Dr.fido

Infeksi Traktus Urinarius pada Wanita

Abstrak

Infeksi Saluran kencing (ISK) merupakan kondisi yang sering dikeluhkan oleh wanita baik

dalam populasi umum maupun di rumah sakit. Diperkirakan satu dari tiga wanita akan

mengalami minimal satu episode ISK selama hidupnya. Literatur komperhensif yang

mengulas studi eksperimental dan studi klinik terpublikasi tentang ISK yang dilaporkan oleh

perpustakaan elektronik Universitas Insubria (SFX Bicocca- Insubria) yaitu melalui

penelitian silang tujuh database medis yang berbeda (AMED, BIOSIS Previews on Web of

Knowledge, Cochrane Library, Embase and Medline on Web of Knowledge, OvidSP, dan

PubMed). Kami bertujuan untuk menggambarkan sebuah panduan klinis manajemen ISK,

berdasarkan bukti terbaru.

Kasus yang dicurigai infeksi saluran kencing (ISK) merupakan kasus yang paling sering

dikonsulkan dalam praktek ginekologi rutin. Dalam kenyataannya, ISK merpakan infeksi

yang pertama tercatat di lingkungan rumah sakit dan yang kedua di lingkungan komunitas

sosial. Diperkirakan lebih dari sepertiga dari populasi wanita pernah mengalami minimal satu

episode ISK selama hidupnya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meninjau literatur

internasional yang tersedia untuk menyediakan panduan klinis praktis dalam manajemen ISK.

Untuk tujuan tersebut, kami memutuskan untuk menelaah isi dokumen ini melalui divisi

akademik skematik.

METODE

2.1. Kriteria Tinjauan

Telaah literatur komperhensif ekperimen dan studi klinis yang terpublikasi tentang

ISK yang diajukan oleh University of Insubria melalui studi silang tujuh database medis yang

berbeda (Allied and Complementary Medicine Database (AMED), BIOSIS, Preview on Web

of Knowledge, Cochrane Library, Embase Medline on Web of Knowledge, OvidSP and

Pubmed). Batas waktu penelitian dari data yang digunakan berkisar antara Januari 1999

hingga Oktober 2010 dengan tujuan untuk menyediakan bukti terbaru tentang isu tersebut.

Penelitian-penelitian dicari dengan menggunakan katakunci berikut dalam kombinasi

bervariasi: “urinary/urinary tract/urine”; “infection/ infections/ bacteriuria/ cystitis”;

“treatment/ recurrence/ recurrent/ children/ female/ women/ pregnant/ pregnancy/ elderly/

menopause/ asymptomatis”.

Page 2: Jurnal Dr.fido

Dari seribu artikel yang ditemukan, kami mendapatkan beberapa naskah yang lebih

relevan untuk tujuan tinjauan ini dan menyajikan hasil dari serial kasus dan/ atau temuan

konseptual. Apabila naskah-naskah tersebut sesuai dengan tujuan tinjauan kami, relevansi

klinis naskah-naskah tersebut akan dipertimbangkan dari segi keaslian, desain penelitian,

(metaanalisis versus random versus prospektif versus retrospektif), metode yang digunakan,

level evidence, dan besar sampel. Relevansi jurnal berdasarkan skor faktor dampak aktual

digunakan sebagai kriteria pokok , jika diperlukan. Apabial satu penulis mempublikasikan

lebih dari satu naskah pada suatu populasi yang sama, maka hanya satu penelitian saja yang

dimasukkan ( yang pertama atau yang paling spesifik).

Studi silang manual yang lebih jauh mengenai referensi-referensi dari masing-masing

artikel akan dilakukan untuk mengidentifikasi lebih jauh penelitian yang tidak terdeteksi oleh

pencarian online tetapi berpotensi relevan terhadap tinjauan ini. Hnaya artikel- artikel yang

dipublikasikan dengan bahasa Inggris yang dipertimbangkan.

DEFINISI

ISK merupakan infeksi bakteri tersering pada wanita; kemungkinan seorang wanita menderita

ISK diperkirakan lebih dari 40-60% selama hidupnya. ISK dapat melibatkan saluran kensing

bawah dan/ atau atas(1). ISK secara skematik dapat dibagi menjadi beberapa kelompok

berbeda berdasarkan karakteristiknya, yaitu:

Bakteriuria asimtomatis : terdapat 100.000 colony dorming unit (CFU)/ ml pada

wanita tanpa gejala; bila pasien simtomatis, terdapat 100 CFU/ml sudah cukup untuk

didiagnosis bakteriuria.

Sindrom uretra akut : gejala berupa disuria,. frekuensi dan / atau piuria tanpa adanya

bukti bakteriuria yang signifikan, sering berhubungan dengan vaginitis atau uretritis.

Sistitis: gejala berupa disuria, frekuensi, dan urgensi dan terkadang terdapat nyeri

suprapubis.

Pielonefritis akut: infeksi parenkim ginjal dan sistem pelvikokaliks dengan

bakteriuria, biasanya disertai demam dan nyeri pinggang.

ISK rekuren (RUTI) : ISK simtomatis yang mengikuti gejala sebelumnya yang sudah

mengalami resolusi. Juga bila terdapat bakteri yang sama dengan infeksi yang

pertama yang diisolasi setelah terapi antibiotik adekuat, dapat dinyatakan sebagai

relaps dan biasanya resiten terhadap obat-obatan. Sebaliknyareinfeksi didiagnosis bila

infeksi yang kedua ditemukan setelah terapi antibiotik efektif dengan kultur urin

Page 3: Jurnal Dr.fido

negatif yang mengikuti; hal ini dapat disebabkan oleh bakteri yang sama selam a dua

minggu pertama setelah terapi atau dari bakteri yang berbeda (1) dan biasanya

pekaterhadap obat-obatan. Sebagian besar episode sistouretritis berulang disebabkan

oleh reinfeksi.

ISK dapat dipertimbangkan mengalami komplikasi bila berhubungan dengan gejala

infeksi saluran kencing bagian atas atau bila mengenai pasien dengan kondisi umum yang

compromised ( termasuk abnormalitas struktural saluran kencing, pielonefritis

sebelumnya, gejala yang berlangsung lebih dari 14 hari, diabetes, kehamilan, atau supresi

imun). Episode refrakter terhadap terapi, sering menyebabkan relaps dan terkadang

menyebabkan sekuele signifikan seperti sepsis, anses metastasis, dan kasus jarang seperti

gagal ginjal akut.

PREVALENSI, EPIDEMIOLOGI, DAN BIAYA

Prevalensi ISK lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria: sekitar 81% ISK terjadi

pada eanita, dengan puncak pada usia 16-35 tahun. Kira-kira 27% wanita dengan episode

pertama ISK tercatat mengalami rekurensi dalam waktu 6 bulan, dan 48% wanita dalam satu

tahun. Beberapa infeksi tertentu menyebabkan 6 hari disabilitas per episode, dengan

peningkatan morbiditas di Amerika Serikat. Kasus ISK bertanggungjawab etrhadap 15%

kejadian peresepan semua antibiotik pada komunitas dengan jumlah pengeluaran lebih dari

1,6 juta dolar aetiap tahun. ISK menyebabkan sekitar 7 juta kunjungan ke klinik, dengan

tambahan 1 juta kinjungan ke ruangan gawatdarurat yang menyebabkan lebih dari 100.000

kasus rawat inap setiap tahun di Amerika Serikat.

PATOFISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI

ISK biasanya terjadi akibat ascending infection dari uretra ke kandung kencing, tetapi

terkadang menyebabkan terjadinya penyebaran hematogen dan limfogen. Bukti peneltian

menyatakan terdapat predisposisi genetik yang menyeabkan terhjadinya ISK; nonsekretor

antigen golongan darah ABH, treutama pada wanita premenopause, yang secara genetik

merupakan faktor determinan predisposisi berkembangnya ISK. Hal yang sama terjadi pada

penelitian yang dilakukan pada tikus dalam membuktikan peran innate imunity yang

dimodulasi oleh ekspresi berbeda dari chemokine receptor CXCR1, yang terlibat dalam

aktivasi neutrofil.

Page 4: Jurnal Dr.fido

Sekitar 80-90% kasus ISK disebabkan oleh Escherichia coli. Sebuah penelitian

randomized control trial menunjukkan 77% pasien dengan RUTI mengalami relaps rantai

E.coli infeksi primer dan 23% mengalami reinfeksi dengan rantai E. coli yang berbeda;

opiniyang berkembang menyatakan bahwa rantai E. coli berasal dari flora yang terdapat

dalam saluran gastrointestinal dengan menggunakan hipotesis rute infeksi fekal-vaginal-

periuretral: kelompok E. coli filogenetik B2 dan D yang berasal terutama dari rantai fekal

dan virulensi kelompok B2 yang sangat erat kaitannya dengan fecal abundance, dominance,

dan pauciclonality. Mekanisme utama invasi uretoepitelium terlihat berhubungan dengan

proses adhesi yang dimediasi oleh fimbria bakteri yang menyebabkan penetrasi E. coli ke sel

epitel kandung kemih. Selama fase replikasi, bakteri memproduksi niches intraseluler, yang

dikenal sebagai pabrik bakterial, yang membangun reservoir yang stabil untk kolonisasi pada

pada kandung kemih. Dalam kondisi ini, bakteri juga memproduksi bio-film yang

menyediakan proteksi efektif melawan agen inflamasi sekitar. Eksperimen in vitro dan pada

tikus mengkonfirmasi bahwa pengobatan dengan mecillinam dapat mengeradikasi E.coli pada

urine tanpa mempengaruhu reservoir kandung kemih, sehingga dapat me- restart infeksi.

Sekitar 5-10% ISK disebakan oleh Staphylococcus saprophyticus, sedangkan kasus

yang berlangsung lama disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, dan

Enterobacter : infeksi- infeksi ini jarang terjadi dan berhubungan dengan abnormalitas

struktural saluran kencing, indwelling catheter, dan kalkulus renal, sedangkan Streptococcus

grup B secara umum berhubungan dengan infeksi fungi pada wanita yang dirawat di rumah

sakit.

FAKTOR RISIKO

Abnormalitas anatomi kongenital, kalkuli saluran kencing, gangguan neurologi, diabetes,

kondisi medis yang menyebabkan patensi atau kateterisasi kandung kemih berulang

merupakan faktor resiko yang paling sering. Trauma pada dasar panggul/ pelvic floor juga

berkontribusi terhadap terjadinya ISK, sebanding dengan multiparitas dan prolaps organ

pelvis. Selain itu, pada wanita muda, sejumlah faktor risiko penting terjadinya sistitis akut

rekuren telah diketahui, termasuk riwayat ISK sebelumnya, usia muda saat ISK, frekuensi

atau riwayat berhubungan seksual sebelumnya, dan penggunaan spermisida, terutama bila

dikombinasikan dengan diafragma. Berkemih jarang, asuapan cairan kurang, dan retensi feses

fungsional juga diidentifikasikan sebagai abnormalitas perilaku yang memfasilitasi ISK pada

wanita muda.

Page 5: Jurnal Dr.fido

DIAGNOSIS

ISK bagian bawah secara umum mncul dengan gejala disuria, frekuensi, da urgensi,

terkadang berhubungan dengan nyeri suprapubis atau tekanan dan pada kasus yang jarang

berupa hematuria. Demam sangat jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan bentuk

ISK terkomplikasi, seperti disebutkan sebelumnya. Kemungkinan kondisi yang mendasari

seorang wanita muncul dengan gejala tersebut adalah ISK sekitar 50% kasus pada layanan

kesehatan primer, kemungkinan ini meningkat menjadi 84-92% ketika wanita tersebut

mengeluhkan gejala tersebut dengan riwayat RUTI sebelumnya.

ISK bagian atas muncul dengan nyeri pinggang yang menjalar hingga ke pangkal

paha, yang disertai dengan demam dan menggigil. ISK bagian atas sering ditemukan dan

berhubungan dengan gejala ISK bagian bawah.

Wanita tua dengan ISK biasanya bersifat asimtomatis, mengeluhkan hanya

inkontinensia urin. Syok septik (urosepsis) jarang terjadi, ttetapi dapat muncul sebagai onset

pada sebagaian besar kasus penelantaran. Pada wanita postmenopause, ISK dapat

meningkatkan hilangnya urin yang terjadi dalam periode 3 hari post ISK.

Studi pencitraan dan/ atau sistoskopi diwajibkan bila terdapat hematuria. Walaupun

demikian, diagnosis ISK. Dari sistitis sederhana hingga pielonefritis terkomplikasi dengan

sepsis, dapat ditegakkan dengan keyakinan absoluthanya pada kultur urin kuantitatif.

Evaluasi Laboratorium

Bakteriuria didefinisikan sebagai adanya 100.000 bakteri yang terisolasi/ml yang

dikumpulkan dari sampel urin pancuran tengah yang jernih. Pda wanita muda dengan gejala

sistitis, ambang batas untuk kultur urin dapat lebih rendah hingga 1000 bakteri/ml,

meningkatkan sensitivitas dan menurunkan spesifisitas.

Tes dipstick urin untuk leukosit esterase, darah atau nitrit, sangatlah cepat dan

ekonomis, dengan sensitivitas 77% dan spesifisitas 70%; positive predictive value 81% dan

negative predictive value 65%. Diagnosis diprediksikan melalui 3 variabel secara

independen: nitrit lebih prediktif untuk ISK, diikuti oleh leukosit, dan adanya darah dalam

urin.

Page 6: Jurnal Dr.fido

TERAPI

Standar baku terapi simtomatis untuk sistitis akut tanpa komplikasi adalah terapi selama 3

hari dengan trimetophrim-sulfamethoxazole, dengan persentase kecepatan eradikasi sebesar

90%. Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin, dan gatifloxacin memberikan kece[atan

eradikasi yang sebanding setelah dilakukan terapi selama 3 hari. Pilihan terapi jangka pendek

ini mencapai hasil yang serupa dengan yang diperoleh dari terapi jangka panjang, dan

menurunkan efek samping serta biaya. Fosfomycin tromethamine dapat digunakan dalam

dosis tunggal, sedangkan nitrofurantoin monohydrate macrocrystal diberikan selama tujuh

hari terapi, dua kali sehari.

Terapi selama satu hari mampu menyembuhkan 80-100% wanita muda dengan sistitis

akut tanpa komplikasi dalam periode waktu yang singkat, tetapi menyebabkan terjadinya

RUTI yang lebih tinggi di kemudian hari: data ini menunjukkan bahwa dosis tunggal tidak

cukup untuk mengeradikasi secara komplit reservoir infeksi vagina dan periuretra. Regimen

antibiotik selama 7 hari dapat digunakan pada minoritas wanita yang menderita kondisi

imunosupresi atau yang sedang merencanakan kehamilan, gejala yang berlangsung lama

( lebih dari tujuh hari), riwayat ISK sebelumnya, usia di atas 65 tahun dalam rangka untuk

mencapai eradikasi bakteri yang komplit.

Manajemen pielonefritis akut membutuhkan skema terapi selama 14 hari antibiotik

oral dan parenteral dengan persentase eradikasi yang meningkat hingga 100%. Amoxicillin

atau amoxicillin yang dikombinasikan dengan asam klavulanat sangatlah berguna. Pasien

yang memerlukan rawat inap di rumah sakit, walaupun demikian, harus diterapi inisial

dengan cephalosporin generasi ketiga atau flouroquinolone dan gentamicin. Apabila tidak

terdapat komplikasi, terapi lanjutan selama 2 minggu dapat diselesaikan dengan

menggunakan terapi oral.

Selama terapi RUTI, tiga hari terapi dapat menurunkan gejala tetapi pemberian dalam

jangka waktu yang lama (lima hari atau lebih) dilakukan untuk mencapai eradikasi komplit

infeksi tersebut. Demi alasan eradikasi bakteriologis dengan pemberian antibiotik selama 7

hari harus dipertimbangkan sebagai standar baku dalam manajemen RUTI pada wanita.

Pada wanita postmenopause, regimen 3 hari dianjurkan, sama baiknya seperti

suplementasi hormon lokal.

Page 7: Jurnal Dr.fido

Lebih dari 90% wanita memiliki gejala yang membaik dalam 72 jam paska awal

pemberian terapi antibiotik. Rentangan resistensi didasarkan atas usia pasien: wanita yang

lebih muda tercatat memiliki resistensi yang tinggi terhadap ampicillin dan trimethoprim-

sulfamethoxazole dibandingkan dengan usia tua ( 45-31% versus39-14%). Sebaliknya angka

resistensi terhadapa nitrofurantoin dan flouroquinolone lebih tinggi terjadi pada kelompok

usia yang lebih tua dibandingkan pada remaja (1,8-1,7% versus 16-10%). Angka resistensi

lebih dari 15-20% membutuhkan pilihan terapi antibiotik dengan kelas yang berbeda. Oleh

karena itu, penilaian pola resistensi lokal sangatlah diperlukan untuk memandu terapi

empiris.

Terapi Grup Spesifik

Anak

ISK mengenai hampir 10% populasi anak. Bila dibandingkan dengan kelompok usia

dewasa, anak- anak lebih cenderung memilki abnormalitas anatomi dan/ atau refluks

vesikouretra yang merupakan predisposisi terjadinya ISK. Di samping itu, ISK sering

diidentifikasikan pada anak preverbal, yaitu belum mampu membedakan dan menunjukkan

gejala infeksi. Karena alasan inilah, American Academy of Pediatrics merekomendasikan

bayi dan balita menerima regimen 7-14 hari terapi antikroba. Data tersebut telah dikonfirmasi

oleh penelitian metaanalisis yang membandingkan terapi antibiotik jangkla pendek dan

jangka panjang untuk terapi ISK pada anak, yang menunjukkan bahwa regimen 7-14 hari

memiliki kegagalan terapi yang lebih sedikit tanpa adanya peningkatan reinfeksi yang terjadi

bersamaan. Lebih dari itu, bakteriuria asimtomatis pada anak perempuan usia prasekolah dan

anak usia sekolah dapat menandakan refluks vesikouretra yang mendasarinya. Oleh

karenaitu, bakteriuria asimtomatis harus dideteksi secara rutin dan diterapi dengan evaluasi

urologi setelah 6 minggu.

Kehamilan dan Menyusui

Bakteriuria pada awal kehamilan harus dipertimbangkan sebagai ISK tanpa

komplikasi. Pada kehamilan, efek hormobnal menyebabkan penurunan tonus otot otonom dan

stasis traktus genitourinaria dan oleh karena itu bakteriuria harus dipertimbangkan sebagai

ISK dengan komplikasi. Selama kehamilan bakteriuria asimtomatis harus diterapi dengan

menurunkan resiko pielonefritis dan persalinan preterm. Nitrofurantoin, antimikroba β-

Page 8: Jurnal Dr.fido

lactam, termasuk penicillin dan cephalosphorine, dan fosfomycin trometamol

dipertimbangkan aman digunakan saat kehamilan.

Selama menyusui, trimetophrim dan sulfamethoxazole dapat digunakan, tetapi dengan

perhatuian khusus pada bayi yang diketahui memiliki defisit G6PD; nitrofurantoin,

ciprofloxacin, dan ofloxacin diperbolehkan selama menyusui walaupun data yang tersedia

penggunaan obat-obat tersebut pada manusia masih terbatas.

Diabetes

Wanita dengan diabetes tercatat memiliki frekuensi ISK simtomatis yang lebih tinggi

dibandingkan populasi umum. Hal yang sama terjadi pada ISK dengan komplikasi yang

disertai keterlibatan renal bilateral lebih sering dilaporkan. Lebih dari itu, pada pasien

diabetes di bawah terapi regimen insulin beresiko mengalami bakteriuria asimtomatis dan

ISK yaitu tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan populasi yang sehat.

Sebuah randomized prospective trial membandingkan terapi antimikrobial dengan

terapi nonantimikrobial pada wanita dengan diabetes dan bakteriuria asimtomatis : tidak ada

keuntungan yang diperoleh dari skrining kontinyu versus strategi terapi bakteriuria

asimtomatis; variabel spesifik diabetes yang berhubungan dengan infeksi simtomatis adalah

neuropati dan glikosuria. Terapi antimikroba sebelumnya dan komplikasi makrovaskular

dilaporkan pula sebagai faktor resiko.

Spinal Cord Injury (SCI), Kuadriplegia, dan High Level Spinal Cord Injuries

Kira0kira 40% pasien dengan SCI meninggal akibat konsekuensi kondisi yang

berkaitan dengan faktor renal. E. coli tetap merupakan uropatogen tersering di antara pasien

SCI, selain Ebterococci, Pseudomonas, dan Proteus mirabilis, yang kerap kali

dipresentasikan. Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap ISK termasuk : overdistensi

kandung kemih, gangguan berkemih, dan peningkatan resiko batu renal. Hal yang sama

terjadi pada kuadriplegia dan pasien dengan high level SCI beresiko tinggi mengalami ISK

karena disrefleksia otonom dan kebutuhan untuk indwelling catheterizations. Bukti terkini

menyatakan bahwa 14 hari terapi untuk manajemen ISK.

ISK merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di lingkungan ICU, di

mana pasien sebagian besar membutuhkan indwelling catheter. Pada kondisi tersebut

Page 9: Jurnal Dr.fido

sangatlah sulit untuk membedakan bakteriuria asimtomatis dengan ISK simtomatis yang

membutukan pelepasa kateter dan terapi antibiotik spesifik, karena multidrug resistance

menunjukkan masalah yang signifikan. Strategi yang ditargetkan untuk mencegah ISK akibat

penggunaan kateter termasuk membatasi penggunaan dan durasi kateterisasi dengan

perhatian khusus pada teknik aseptik saat pemasangan kateter. Terapi empiris infeksi ini

serupa dengan terapi ISK dengan komplikasi dan pasien yang berespon cepat terhadap 7 hari

terapi.

Kateterisasi Intermiten

Kateterisasi intermiten merupaka hal yang krusial pada dalam perawatan kesehatan individu

dengan pengososngan kandung kemih yang inkomplit dan diketahui sebagai penyebab ISK.

Kateterisasi merupakan sumber penyebab infeksi nosokomial tersering dengan resiko yang

secara proporsional meningkat seiring dengan jumlah dan durasi prosedur kateterisasi. Saat

ini, bukti bahwa tipe kateter, teknik atau strategi yang dapat mencegah ISK masih sangat

kurang.

PENCEGAHAN

Hubungan Seksual

Bgai wanita yang meiliki hubungan yang jelas antara hubungan seksual dan sistitis yang

mengikutinya, penggunaan profilaksis post-koitus dapat sangat berguna. Menghindari

postkoitus tidak mencegah sistitis. Pda wanita seksual aktif yang menggunakan spermisida

vagina atau diafragma dengan riwayat RUTI , metode alternatif kontrasepsi disarankan.

Terapi Antibiotik Dosis Rendah

Pada wanita dengan keluhan ≥2x ISK selama periode 6 bulan atau ≥3x infeksi lebih dari

periode 12 bulan, profilaksi dengan antibiotik dosis rendah satu kali sehariu dapat digunakan,

mampu menurunkan rekurensi sebesar 95%. Agen antimikroba yang disarankan adalah

nitrofurantoin, norfloxacin, ciprofloxacin, trimetoprhim dan trimetophrim-sulfamethoxazole,

dilanjutkan selama 6-12 bulsn. Trimetophrim-sulfamethoxazole dosis rendah, sedikitnya

setengah tablet (trimetophrim 40 mg, sulfamethoxazole 200 mg) 3 kali seminggu sebelum

tidur, berhubungan dengan frekuensi infeksi kurang dari 0,2 per pasien per tahun.

Probiotik

Page 10: Jurnal Dr.fido

Lactobacilli adalah probiotik, yang digolongkan sebagai mikroorganisme hidup yang

menguntungkan tubuh inangnya. Probiotik diketahui dapat mencegah kolonisasi patogen

pada vagina dan kandung kemih. Lactobacilli menghasilkan komponen antimikrobial seperti

asam laktat, bakteriosin, dan hidrogebn peroksida yang toksik terhadap banyak

mikroorganisme pada konsentrasi vagina. Sebagai tambahan, lactobacilli memproduksi

biosurfaktan yang menghambat adesi uropatogen ke permukaan sel dan berkontribusi

terhadap augmentasi nonspesifik respon innate immunity.

Penggunaan lactobacillus melalui supositoria vagina telah diuji untuk mencegah

RUTI. Sebuah penelitian yang membahas tentang obat supositoria yang mengandung

Lactobacillus crispatus GAI 98332 menunjukkan penurunan yang RUTI yang signifikan

setelah 12 bulan pengobatan. Di samping itu, peningkatan secara berangsur-angsur

lactobacilli pada vagina menginduksi respon inflamasi ringan pada kandung kemih dan

mukosa vagina, terkadang menyebabkan pengeluaran discharge vagina yang diikuti oleh

iritasi genital eksterna dan kandidiasis vagina. Peran lactobacilli terhadap profilaksis ISK

membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.

Faktor Diet, Cranberry, dan Lingonberry

Buah beriseperti cranberry dan lingonberry mengandung proanthocyanidins, tanin

yang mampu mencegah ekspresi P fimbriae E.coli, sehingga menghambat sintesis dinding sel

bakteri dan ekspresi seluler molekul adesi. Blok fimbriae E. coli memiliki peran penting

dalam mencegah kolonisasi meskipun efek tersebut bersifat dose-dependent. Penelitian

random menyimpulkan bahwa dosis harian 50 mL konsentrat jus cranberry/

lingonberryselama 6 bulan dapat menurunkan resiko RUTI secara signifikan. Hal yang sama

juga terjadi pada randomized controlled trial yang membandingkan efek jus cranberry setiap

hari dibandingkan dengan plasebo pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih drai 16

minggu, yang menunjukkan efek protektif pemberian cranberry yang mampu melawan ISK

asimtomatis dan bakteriurua, meskipun kepatuhan terapi pada wanita hamil merupakan

keterbatasan temuan ini.

Tinjauan yang dilakukan Cochrane pada tahun 2008 mengidentifikasikan 10

penelitian penggunaan cranberry untuki mencegah ISK dan menyoroti bahwa cranberry

efektif untuk mencegah RUTI, terutama pada wanita muda seksual aktif.

Page 11: Jurnal Dr.fido

Sebuah penelitian randomized control trial yang meliputi wanita usia >45 tahun yang

membandingkan penggunaan 100 mg trimetophrim versus 500 mg ekstrak cranberry,

menyimpulkan bahwa penggunaan antibiotik memiliki keuntungan yang terbatas bila

dibandingkan dengan ekstrak cranberry dengan efek samping yang lebih banyak. Faktor diet

berkontribusi dalam mencegah ISK pada wanita usia subur: konsumsi jus segar, terutama jus

berry, dan produk susu yang difermentasi yang mengandung bakteri probiotik dapat

menurunkan RUTI. Sebaliknya tidak ada hubungan yang ditunjukkan dengan konsumsi kopi,

teh, atau minuman bersoda ataupun implementasi vitamin atau volume konsumsi cairan

harian.

Defisiensi Estrogen

Terapi estrogen menunjukkan peningkatan pH vagina dan mampu menangkal perubahan

mikrobiologi yang terjadi pada lingkungan vagina selama periode menopause. Setelah

menopause, defisiensi estrogen menyebabkan perubahan atropik pada saluran urogenital yang

sering berhubungan dengan gejala urinarius seperti frekuensi, urgensi, nokturia, inkontinensia

urin, dan RUTI. Pada penelitian randomized trial, 72 wanita postmnenopause dengan RUTI

diberikan oral estriol versus plasebo; setelah 6 bulan terapi tidak ada perbedaan yang

ditemukan pada kedua kelompok tersebut dalam konteks frekuensi terjadinya RUTI.

Penelitian randomized trial lainnya, yang mengikutsertakan 2763 wanita, membandingkan

efek 4 tahun terapi dengan estrogen terkonjugasi ditambah medroxypregesterone acetate

versus placebo; dari penelitian ini disimpulkan bahwa terapi sulih hormon tidak

mempengaruhi hasil akhir frekuensi terjadinya ISK. Sebaliknya, penelitian randomized

placebo-controlled trial yang berbeda menunjukkan estradiol-releasing silicine vaginal ring

pada wanita postmenopause dengan riwayat RUTI merupakan pilihan yang efektif karena

mampun menurunkan rekurensi ISK dalam setahun dan interval yang memanjang antara

episode infeksi. Temuan ini telah dikonfirmasi oleh data lainnya yang mencatat penurunan

RUTI setelah pemberian estrogen melalui vagina.

Profilaksis Imunoaktif

Peningkatan jumlah laporan yang membahas keuntungan yang dihasilkan oleh lysate

bakterial. Rasionalitas biologis terapi ini yaitu dengan pemberian lysate bakterial harus

mengurangi kerentanan terhadap infeksi ( termasuk RUTI), memperkuat pertahanan imun.

Metanalisis pada subjek ini menunjukkan bahwa pemberian imunostimulan oral (OM-89)

menurunkan kecepatan trejadinya RUTI sebesar 36%. Data ini telah dikonfirmasi oleh

Page 12: Jurnal Dr.fido

penelitian double blind randomized yang melaporkan efisiasi vaksin bakterial multivalen

imunogen mukosa pada wanita (dari remaja tua hingga awal usia 70) dalam menurunkan

terjadinya RUTI. Banyak vaksin lainnya yang saat ini telah dicoba pada binatang.

Konflik

Tidak ada