Jurnal Dr.fido
-
Upload
irene-djedoma -
Category
Documents
-
view
44 -
download
5
Transcript of Jurnal Dr.fido
Infeksi Traktus Urinarius pada Wanita
Abstrak
Infeksi Saluran kencing (ISK) merupakan kondisi yang sering dikeluhkan oleh wanita baik
dalam populasi umum maupun di rumah sakit. Diperkirakan satu dari tiga wanita akan
mengalami minimal satu episode ISK selama hidupnya. Literatur komperhensif yang
mengulas studi eksperimental dan studi klinik terpublikasi tentang ISK yang dilaporkan oleh
perpustakaan elektronik Universitas Insubria (SFX Bicocca- Insubria) yaitu melalui
penelitian silang tujuh database medis yang berbeda (AMED, BIOSIS Previews on Web of
Knowledge, Cochrane Library, Embase and Medline on Web of Knowledge, OvidSP, dan
PubMed). Kami bertujuan untuk menggambarkan sebuah panduan klinis manajemen ISK,
berdasarkan bukti terbaru.
Kasus yang dicurigai infeksi saluran kencing (ISK) merupakan kasus yang paling sering
dikonsulkan dalam praktek ginekologi rutin. Dalam kenyataannya, ISK merpakan infeksi
yang pertama tercatat di lingkungan rumah sakit dan yang kedua di lingkungan komunitas
sosial. Diperkirakan lebih dari sepertiga dari populasi wanita pernah mengalami minimal satu
episode ISK selama hidupnya. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meninjau literatur
internasional yang tersedia untuk menyediakan panduan klinis praktis dalam manajemen ISK.
Untuk tujuan tersebut, kami memutuskan untuk menelaah isi dokumen ini melalui divisi
akademik skematik.
METODE
2.1. Kriteria Tinjauan
Telaah literatur komperhensif ekperimen dan studi klinis yang terpublikasi tentang
ISK yang diajukan oleh University of Insubria melalui studi silang tujuh database medis yang
berbeda (Allied and Complementary Medicine Database (AMED), BIOSIS, Preview on Web
of Knowledge, Cochrane Library, Embase Medline on Web of Knowledge, OvidSP and
Pubmed). Batas waktu penelitian dari data yang digunakan berkisar antara Januari 1999
hingga Oktober 2010 dengan tujuan untuk menyediakan bukti terbaru tentang isu tersebut.
Penelitian-penelitian dicari dengan menggunakan katakunci berikut dalam kombinasi
bervariasi: “urinary/urinary tract/urine”; “infection/ infections/ bacteriuria/ cystitis”;
“treatment/ recurrence/ recurrent/ children/ female/ women/ pregnant/ pregnancy/ elderly/
menopause/ asymptomatis”.
Dari seribu artikel yang ditemukan, kami mendapatkan beberapa naskah yang lebih
relevan untuk tujuan tinjauan ini dan menyajikan hasil dari serial kasus dan/ atau temuan
konseptual. Apabila naskah-naskah tersebut sesuai dengan tujuan tinjauan kami, relevansi
klinis naskah-naskah tersebut akan dipertimbangkan dari segi keaslian, desain penelitian,
(metaanalisis versus random versus prospektif versus retrospektif), metode yang digunakan,
level evidence, dan besar sampel. Relevansi jurnal berdasarkan skor faktor dampak aktual
digunakan sebagai kriteria pokok , jika diperlukan. Apabial satu penulis mempublikasikan
lebih dari satu naskah pada suatu populasi yang sama, maka hanya satu penelitian saja yang
dimasukkan ( yang pertama atau yang paling spesifik).
Studi silang manual yang lebih jauh mengenai referensi-referensi dari masing-masing
artikel akan dilakukan untuk mengidentifikasi lebih jauh penelitian yang tidak terdeteksi oleh
pencarian online tetapi berpotensi relevan terhadap tinjauan ini. Hnaya artikel- artikel yang
dipublikasikan dengan bahasa Inggris yang dipertimbangkan.
DEFINISI
ISK merupakan infeksi bakteri tersering pada wanita; kemungkinan seorang wanita menderita
ISK diperkirakan lebih dari 40-60% selama hidupnya. ISK dapat melibatkan saluran kensing
bawah dan/ atau atas(1). ISK secara skematik dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
berbeda berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
Bakteriuria asimtomatis : terdapat 100.000 colony dorming unit (CFU)/ ml pada
wanita tanpa gejala; bila pasien simtomatis, terdapat 100 CFU/ml sudah cukup untuk
didiagnosis bakteriuria.
Sindrom uretra akut : gejala berupa disuria,. frekuensi dan / atau piuria tanpa adanya
bukti bakteriuria yang signifikan, sering berhubungan dengan vaginitis atau uretritis.
Sistitis: gejala berupa disuria, frekuensi, dan urgensi dan terkadang terdapat nyeri
suprapubis.
Pielonefritis akut: infeksi parenkim ginjal dan sistem pelvikokaliks dengan
bakteriuria, biasanya disertai demam dan nyeri pinggang.
ISK rekuren (RUTI) : ISK simtomatis yang mengikuti gejala sebelumnya yang sudah
mengalami resolusi. Juga bila terdapat bakteri yang sama dengan infeksi yang
pertama yang diisolasi setelah terapi antibiotik adekuat, dapat dinyatakan sebagai
relaps dan biasanya resiten terhadap obat-obatan. Sebaliknyareinfeksi didiagnosis bila
infeksi yang kedua ditemukan setelah terapi antibiotik efektif dengan kultur urin
negatif yang mengikuti; hal ini dapat disebabkan oleh bakteri yang sama selam a dua
minggu pertama setelah terapi atau dari bakteri yang berbeda (1) dan biasanya
pekaterhadap obat-obatan. Sebagian besar episode sistouretritis berulang disebabkan
oleh reinfeksi.
ISK dapat dipertimbangkan mengalami komplikasi bila berhubungan dengan gejala
infeksi saluran kencing bagian atas atau bila mengenai pasien dengan kondisi umum yang
compromised ( termasuk abnormalitas struktural saluran kencing, pielonefritis
sebelumnya, gejala yang berlangsung lebih dari 14 hari, diabetes, kehamilan, atau supresi
imun). Episode refrakter terhadap terapi, sering menyebabkan relaps dan terkadang
menyebabkan sekuele signifikan seperti sepsis, anses metastasis, dan kasus jarang seperti
gagal ginjal akut.
PREVALENSI, EPIDEMIOLOGI, DAN BIAYA
Prevalensi ISK lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria: sekitar 81% ISK terjadi
pada eanita, dengan puncak pada usia 16-35 tahun. Kira-kira 27% wanita dengan episode
pertama ISK tercatat mengalami rekurensi dalam waktu 6 bulan, dan 48% wanita dalam satu
tahun. Beberapa infeksi tertentu menyebabkan 6 hari disabilitas per episode, dengan
peningkatan morbiditas di Amerika Serikat. Kasus ISK bertanggungjawab etrhadap 15%
kejadian peresepan semua antibiotik pada komunitas dengan jumlah pengeluaran lebih dari
1,6 juta dolar aetiap tahun. ISK menyebabkan sekitar 7 juta kunjungan ke klinik, dengan
tambahan 1 juta kinjungan ke ruangan gawatdarurat yang menyebabkan lebih dari 100.000
kasus rawat inap setiap tahun di Amerika Serikat.
PATOFISIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI
ISK biasanya terjadi akibat ascending infection dari uretra ke kandung kencing, tetapi
terkadang menyebabkan terjadinya penyebaran hematogen dan limfogen. Bukti peneltian
menyatakan terdapat predisposisi genetik yang menyeabkan terhjadinya ISK; nonsekretor
antigen golongan darah ABH, treutama pada wanita premenopause, yang secara genetik
merupakan faktor determinan predisposisi berkembangnya ISK. Hal yang sama terjadi pada
penelitian yang dilakukan pada tikus dalam membuktikan peran innate imunity yang
dimodulasi oleh ekspresi berbeda dari chemokine receptor CXCR1, yang terlibat dalam
aktivasi neutrofil.
Sekitar 80-90% kasus ISK disebabkan oleh Escherichia coli. Sebuah penelitian
randomized control trial menunjukkan 77% pasien dengan RUTI mengalami relaps rantai
E.coli infeksi primer dan 23% mengalami reinfeksi dengan rantai E. coli yang berbeda;
opiniyang berkembang menyatakan bahwa rantai E. coli berasal dari flora yang terdapat
dalam saluran gastrointestinal dengan menggunakan hipotesis rute infeksi fekal-vaginal-
periuretral: kelompok E. coli filogenetik B2 dan D yang berasal terutama dari rantai fekal
dan virulensi kelompok B2 yang sangat erat kaitannya dengan fecal abundance, dominance,
dan pauciclonality. Mekanisme utama invasi uretoepitelium terlihat berhubungan dengan
proses adhesi yang dimediasi oleh fimbria bakteri yang menyebabkan penetrasi E. coli ke sel
epitel kandung kemih. Selama fase replikasi, bakteri memproduksi niches intraseluler, yang
dikenal sebagai pabrik bakterial, yang membangun reservoir yang stabil untk kolonisasi pada
pada kandung kemih. Dalam kondisi ini, bakteri juga memproduksi bio-film yang
menyediakan proteksi efektif melawan agen inflamasi sekitar. Eksperimen in vitro dan pada
tikus mengkonfirmasi bahwa pengobatan dengan mecillinam dapat mengeradikasi E.coli pada
urine tanpa mempengaruhu reservoir kandung kemih, sehingga dapat me- restart infeksi.
Sekitar 5-10% ISK disebakan oleh Staphylococcus saprophyticus, sedangkan kasus
yang berlangsung lama disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, dan
Enterobacter : infeksi- infeksi ini jarang terjadi dan berhubungan dengan abnormalitas
struktural saluran kencing, indwelling catheter, dan kalkulus renal, sedangkan Streptococcus
grup B secara umum berhubungan dengan infeksi fungi pada wanita yang dirawat di rumah
sakit.
FAKTOR RISIKO
Abnormalitas anatomi kongenital, kalkuli saluran kencing, gangguan neurologi, diabetes,
kondisi medis yang menyebabkan patensi atau kateterisasi kandung kemih berulang
merupakan faktor resiko yang paling sering. Trauma pada dasar panggul/ pelvic floor juga
berkontribusi terhadap terjadinya ISK, sebanding dengan multiparitas dan prolaps organ
pelvis. Selain itu, pada wanita muda, sejumlah faktor risiko penting terjadinya sistitis akut
rekuren telah diketahui, termasuk riwayat ISK sebelumnya, usia muda saat ISK, frekuensi
atau riwayat berhubungan seksual sebelumnya, dan penggunaan spermisida, terutama bila
dikombinasikan dengan diafragma. Berkemih jarang, asuapan cairan kurang, dan retensi feses
fungsional juga diidentifikasikan sebagai abnormalitas perilaku yang memfasilitasi ISK pada
wanita muda.
DIAGNOSIS
ISK bagian bawah secara umum mncul dengan gejala disuria, frekuensi, da urgensi,
terkadang berhubungan dengan nyeri suprapubis atau tekanan dan pada kasus yang jarang
berupa hematuria. Demam sangat jarang terjadi dan biasanya berhubungan dengan bentuk
ISK terkomplikasi, seperti disebutkan sebelumnya. Kemungkinan kondisi yang mendasari
seorang wanita muncul dengan gejala tersebut adalah ISK sekitar 50% kasus pada layanan
kesehatan primer, kemungkinan ini meningkat menjadi 84-92% ketika wanita tersebut
mengeluhkan gejala tersebut dengan riwayat RUTI sebelumnya.
ISK bagian atas muncul dengan nyeri pinggang yang menjalar hingga ke pangkal
paha, yang disertai dengan demam dan menggigil. ISK bagian atas sering ditemukan dan
berhubungan dengan gejala ISK bagian bawah.
Wanita tua dengan ISK biasanya bersifat asimtomatis, mengeluhkan hanya
inkontinensia urin. Syok septik (urosepsis) jarang terjadi, ttetapi dapat muncul sebagai onset
pada sebagaian besar kasus penelantaran. Pada wanita postmenopause, ISK dapat
meningkatkan hilangnya urin yang terjadi dalam periode 3 hari post ISK.
Studi pencitraan dan/ atau sistoskopi diwajibkan bila terdapat hematuria. Walaupun
demikian, diagnosis ISK. Dari sistitis sederhana hingga pielonefritis terkomplikasi dengan
sepsis, dapat ditegakkan dengan keyakinan absoluthanya pada kultur urin kuantitatif.
Evaluasi Laboratorium
Bakteriuria didefinisikan sebagai adanya 100.000 bakteri yang terisolasi/ml yang
dikumpulkan dari sampel urin pancuran tengah yang jernih. Pda wanita muda dengan gejala
sistitis, ambang batas untuk kultur urin dapat lebih rendah hingga 1000 bakteri/ml,
meningkatkan sensitivitas dan menurunkan spesifisitas.
Tes dipstick urin untuk leukosit esterase, darah atau nitrit, sangatlah cepat dan
ekonomis, dengan sensitivitas 77% dan spesifisitas 70%; positive predictive value 81% dan
negative predictive value 65%. Diagnosis diprediksikan melalui 3 variabel secara
independen: nitrit lebih prediktif untuk ISK, diikuti oleh leukosit, dan adanya darah dalam
urin.
TERAPI
Standar baku terapi simtomatis untuk sistitis akut tanpa komplikasi adalah terapi selama 3
hari dengan trimetophrim-sulfamethoxazole, dengan persentase kecepatan eradikasi sebesar
90%. Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin, dan gatifloxacin memberikan kece[atan
eradikasi yang sebanding setelah dilakukan terapi selama 3 hari. Pilihan terapi jangka pendek
ini mencapai hasil yang serupa dengan yang diperoleh dari terapi jangka panjang, dan
menurunkan efek samping serta biaya. Fosfomycin tromethamine dapat digunakan dalam
dosis tunggal, sedangkan nitrofurantoin monohydrate macrocrystal diberikan selama tujuh
hari terapi, dua kali sehari.
Terapi selama satu hari mampu menyembuhkan 80-100% wanita muda dengan sistitis
akut tanpa komplikasi dalam periode waktu yang singkat, tetapi menyebabkan terjadinya
RUTI yang lebih tinggi di kemudian hari: data ini menunjukkan bahwa dosis tunggal tidak
cukup untuk mengeradikasi secara komplit reservoir infeksi vagina dan periuretra. Regimen
antibiotik selama 7 hari dapat digunakan pada minoritas wanita yang menderita kondisi
imunosupresi atau yang sedang merencanakan kehamilan, gejala yang berlangsung lama
( lebih dari tujuh hari), riwayat ISK sebelumnya, usia di atas 65 tahun dalam rangka untuk
mencapai eradikasi bakteri yang komplit.
Manajemen pielonefritis akut membutuhkan skema terapi selama 14 hari antibiotik
oral dan parenteral dengan persentase eradikasi yang meningkat hingga 100%. Amoxicillin
atau amoxicillin yang dikombinasikan dengan asam klavulanat sangatlah berguna. Pasien
yang memerlukan rawat inap di rumah sakit, walaupun demikian, harus diterapi inisial
dengan cephalosporin generasi ketiga atau flouroquinolone dan gentamicin. Apabila tidak
terdapat komplikasi, terapi lanjutan selama 2 minggu dapat diselesaikan dengan
menggunakan terapi oral.
Selama terapi RUTI, tiga hari terapi dapat menurunkan gejala tetapi pemberian dalam
jangka waktu yang lama (lima hari atau lebih) dilakukan untuk mencapai eradikasi komplit
infeksi tersebut. Demi alasan eradikasi bakteriologis dengan pemberian antibiotik selama 7
hari harus dipertimbangkan sebagai standar baku dalam manajemen RUTI pada wanita.
Pada wanita postmenopause, regimen 3 hari dianjurkan, sama baiknya seperti
suplementasi hormon lokal.
Lebih dari 90% wanita memiliki gejala yang membaik dalam 72 jam paska awal
pemberian terapi antibiotik. Rentangan resistensi didasarkan atas usia pasien: wanita yang
lebih muda tercatat memiliki resistensi yang tinggi terhadap ampicillin dan trimethoprim-
sulfamethoxazole dibandingkan dengan usia tua ( 45-31% versus39-14%). Sebaliknya angka
resistensi terhadapa nitrofurantoin dan flouroquinolone lebih tinggi terjadi pada kelompok
usia yang lebih tua dibandingkan pada remaja (1,8-1,7% versus 16-10%). Angka resistensi
lebih dari 15-20% membutuhkan pilihan terapi antibiotik dengan kelas yang berbeda. Oleh
karena itu, penilaian pola resistensi lokal sangatlah diperlukan untuk memandu terapi
empiris.
Terapi Grup Spesifik
Anak
ISK mengenai hampir 10% populasi anak. Bila dibandingkan dengan kelompok usia
dewasa, anak- anak lebih cenderung memilki abnormalitas anatomi dan/ atau refluks
vesikouretra yang merupakan predisposisi terjadinya ISK. Di samping itu, ISK sering
diidentifikasikan pada anak preverbal, yaitu belum mampu membedakan dan menunjukkan
gejala infeksi. Karena alasan inilah, American Academy of Pediatrics merekomendasikan
bayi dan balita menerima regimen 7-14 hari terapi antikroba. Data tersebut telah dikonfirmasi
oleh penelitian metaanalisis yang membandingkan terapi antibiotik jangkla pendek dan
jangka panjang untuk terapi ISK pada anak, yang menunjukkan bahwa regimen 7-14 hari
memiliki kegagalan terapi yang lebih sedikit tanpa adanya peningkatan reinfeksi yang terjadi
bersamaan. Lebih dari itu, bakteriuria asimtomatis pada anak perempuan usia prasekolah dan
anak usia sekolah dapat menandakan refluks vesikouretra yang mendasarinya. Oleh
karenaitu, bakteriuria asimtomatis harus dideteksi secara rutin dan diterapi dengan evaluasi
urologi setelah 6 minggu.
Kehamilan dan Menyusui
Bakteriuria pada awal kehamilan harus dipertimbangkan sebagai ISK tanpa
komplikasi. Pada kehamilan, efek hormobnal menyebabkan penurunan tonus otot otonom dan
stasis traktus genitourinaria dan oleh karena itu bakteriuria harus dipertimbangkan sebagai
ISK dengan komplikasi. Selama kehamilan bakteriuria asimtomatis harus diterapi dengan
menurunkan resiko pielonefritis dan persalinan preterm. Nitrofurantoin, antimikroba β-
lactam, termasuk penicillin dan cephalosphorine, dan fosfomycin trometamol
dipertimbangkan aman digunakan saat kehamilan.
Selama menyusui, trimetophrim dan sulfamethoxazole dapat digunakan, tetapi dengan
perhatuian khusus pada bayi yang diketahui memiliki defisit G6PD; nitrofurantoin,
ciprofloxacin, dan ofloxacin diperbolehkan selama menyusui walaupun data yang tersedia
penggunaan obat-obat tersebut pada manusia masih terbatas.
Diabetes
Wanita dengan diabetes tercatat memiliki frekuensi ISK simtomatis yang lebih tinggi
dibandingkan populasi umum. Hal yang sama terjadi pada ISK dengan komplikasi yang
disertai keterlibatan renal bilateral lebih sering dilaporkan. Lebih dari itu, pada pasien
diabetes di bawah terapi regimen insulin beresiko mengalami bakteriuria asimtomatis dan
ISK yaitu tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan populasi yang sehat.
Sebuah randomized prospective trial membandingkan terapi antimikrobial dengan
terapi nonantimikrobial pada wanita dengan diabetes dan bakteriuria asimtomatis : tidak ada
keuntungan yang diperoleh dari skrining kontinyu versus strategi terapi bakteriuria
asimtomatis; variabel spesifik diabetes yang berhubungan dengan infeksi simtomatis adalah
neuropati dan glikosuria. Terapi antimikroba sebelumnya dan komplikasi makrovaskular
dilaporkan pula sebagai faktor resiko.
Spinal Cord Injury (SCI), Kuadriplegia, dan High Level Spinal Cord Injuries
Kira0kira 40% pasien dengan SCI meninggal akibat konsekuensi kondisi yang
berkaitan dengan faktor renal. E. coli tetap merupakan uropatogen tersering di antara pasien
SCI, selain Ebterococci, Pseudomonas, dan Proteus mirabilis, yang kerap kali
dipresentasikan. Faktor yang meningkatkan kerentanan terhadap ISK termasuk : overdistensi
kandung kemih, gangguan berkemih, dan peningkatan resiko batu renal. Hal yang sama
terjadi pada kuadriplegia dan pasien dengan high level SCI beresiko tinggi mengalami ISK
karena disrefleksia otonom dan kebutuhan untuk indwelling catheterizations. Bukti terkini
menyatakan bahwa 14 hari terapi untuk manajemen ISK.
ISK merupakan infeksi nosokomial yang paling sering terjadi di lingkungan ICU, di
mana pasien sebagian besar membutuhkan indwelling catheter. Pada kondisi tersebut
sangatlah sulit untuk membedakan bakteriuria asimtomatis dengan ISK simtomatis yang
membutukan pelepasa kateter dan terapi antibiotik spesifik, karena multidrug resistance
menunjukkan masalah yang signifikan. Strategi yang ditargetkan untuk mencegah ISK akibat
penggunaan kateter termasuk membatasi penggunaan dan durasi kateterisasi dengan
perhatian khusus pada teknik aseptik saat pemasangan kateter. Terapi empiris infeksi ini
serupa dengan terapi ISK dengan komplikasi dan pasien yang berespon cepat terhadap 7 hari
terapi.
Kateterisasi Intermiten
Kateterisasi intermiten merupaka hal yang krusial pada dalam perawatan kesehatan individu
dengan pengososngan kandung kemih yang inkomplit dan diketahui sebagai penyebab ISK.
Kateterisasi merupakan sumber penyebab infeksi nosokomial tersering dengan resiko yang
secara proporsional meningkat seiring dengan jumlah dan durasi prosedur kateterisasi. Saat
ini, bukti bahwa tipe kateter, teknik atau strategi yang dapat mencegah ISK masih sangat
kurang.
PENCEGAHAN
Hubungan Seksual
Bgai wanita yang meiliki hubungan yang jelas antara hubungan seksual dan sistitis yang
mengikutinya, penggunaan profilaksis post-koitus dapat sangat berguna. Menghindari
postkoitus tidak mencegah sistitis. Pda wanita seksual aktif yang menggunakan spermisida
vagina atau diafragma dengan riwayat RUTI , metode alternatif kontrasepsi disarankan.
Terapi Antibiotik Dosis Rendah
Pada wanita dengan keluhan ≥2x ISK selama periode 6 bulan atau ≥3x infeksi lebih dari
periode 12 bulan, profilaksi dengan antibiotik dosis rendah satu kali sehariu dapat digunakan,
mampu menurunkan rekurensi sebesar 95%. Agen antimikroba yang disarankan adalah
nitrofurantoin, norfloxacin, ciprofloxacin, trimetoprhim dan trimetophrim-sulfamethoxazole,
dilanjutkan selama 6-12 bulsn. Trimetophrim-sulfamethoxazole dosis rendah, sedikitnya
setengah tablet (trimetophrim 40 mg, sulfamethoxazole 200 mg) 3 kali seminggu sebelum
tidur, berhubungan dengan frekuensi infeksi kurang dari 0,2 per pasien per tahun.
Probiotik
Lactobacilli adalah probiotik, yang digolongkan sebagai mikroorganisme hidup yang
menguntungkan tubuh inangnya. Probiotik diketahui dapat mencegah kolonisasi patogen
pada vagina dan kandung kemih. Lactobacilli menghasilkan komponen antimikrobial seperti
asam laktat, bakteriosin, dan hidrogebn peroksida yang toksik terhadap banyak
mikroorganisme pada konsentrasi vagina. Sebagai tambahan, lactobacilli memproduksi
biosurfaktan yang menghambat adesi uropatogen ke permukaan sel dan berkontribusi
terhadap augmentasi nonspesifik respon innate immunity.
Penggunaan lactobacillus melalui supositoria vagina telah diuji untuk mencegah
RUTI. Sebuah penelitian yang membahas tentang obat supositoria yang mengandung
Lactobacillus crispatus GAI 98332 menunjukkan penurunan yang RUTI yang signifikan
setelah 12 bulan pengobatan. Di samping itu, peningkatan secara berangsur-angsur
lactobacilli pada vagina menginduksi respon inflamasi ringan pada kandung kemih dan
mukosa vagina, terkadang menyebabkan pengeluaran discharge vagina yang diikuti oleh
iritasi genital eksterna dan kandidiasis vagina. Peran lactobacilli terhadap profilaksis ISK
membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
Faktor Diet, Cranberry, dan Lingonberry
Buah beriseperti cranberry dan lingonberry mengandung proanthocyanidins, tanin
yang mampu mencegah ekspresi P fimbriae E.coli, sehingga menghambat sintesis dinding sel
bakteri dan ekspresi seluler molekul adesi. Blok fimbriae E. coli memiliki peran penting
dalam mencegah kolonisasi meskipun efek tersebut bersifat dose-dependent. Penelitian
random menyimpulkan bahwa dosis harian 50 mL konsentrat jus cranberry/
lingonberryselama 6 bulan dapat menurunkan resiko RUTI secara signifikan. Hal yang sama
juga terjadi pada randomized controlled trial yang membandingkan efek jus cranberry setiap
hari dibandingkan dengan plasebo pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih drai 16
minggu, yang menunjukkan efek protektif pemberian cranberry yang mampu melawan ISK
asimtomatis dan bakteriurua, meskipun kepatuhan terapi pada wanita hamil merupakan
keterbatasan temuan ini.
Tinjauan yang dilakukan Cochrane pada tahun 2008 mengidentifikasikan 10
penelitian penggunaan cranberry untuki mencegah ISK dan menyoroti bahwa cranberry
efektif untuk mencegah RUTI, terutama pada wanita muda seksual aktif.
Sebuah penelitian randomized control trial yang meliputi wanita usia >45 tahun yang
membandingkan penggunaan 100 mg trimetophrim versus 500 mg ekstrak cranberry,
menyimpulkan bahwa penggunaan antibiotik memiliki keuntungan yang terbatas bila
dibandingkan dengan ekstrak cranberry dengan efek samping yang lebih banyak. Faktor diet
berkontribusi dalam mencegah ISK pada wanita usia subur: konsumsi jus segar, terutama jus
berry, dan produk susu yang difermentasi yang mengandung bakteri probiotik dapat
menurunkan RUTI. Sebaliknya tidak ada hubungan yang ditunjukkan dengan konsumsi kopi,
teh, atau minuman bersoda ataupun implementasi vitamin atau volume konsumsi cairan
harian.
Defisiensi Estrogen
Terapi estrogen menunjukkan peningkatan pH vagina dan mampu menangkal perubahan
mikrobiologi yang terjadi pada lingkungan vagina selama periode menopause. Setelah
menopause, defisiensi estrogen menyebabkan perubahan atropik pada saluran urogenital yang
sering berhubungan dengan gejala urinarius seperti frekuensi, urgensi, nokturia, inkontinensia
urin, dan RUTI. Pada penelitian randomized trial, 72 wanita postmnenopause dengan RUTI
diberikan oral estriol versus plasebo; setelah 6 bulan terapi tidak ada perbedaan yang
ditemukan pada kedua kelompok tersebut dalam konteks frekuensi terjadinya RUTI.
Penelitian randomized trial lainnya, yang mengikutsertakan 2763 wanita, membandingkan
efek 4 tahun terapi dengan estrogen terkonjugasi ditambah medroxypregesterone acetate
versus placebo; dari penelitian ini disimpulkan bahwa terapi sulih hormon tidak
mempengaruhi hasil akhir frekuensi terjadinya ISK. Sebaliknya, penelitian randomized
placebo-controlled trial yang berbeda menunjukkan estradiol-releasing silicine vaginal ring
pada wanita postmenopause dengan riwayat RUTI merupakan pilihan yang efektif karena
mampun menurunkan rekurensi ISK dalam setahun dan interval yang memanjang antara
episode infeksi. Temuan ini telah dikonfirmasi oleh data lainnya yang mencatat penurunan
RUTI setelah pemberian estrogen melalui vagina.
Profilaksis Imunoaktif
Peningkatan jumlah laporan yang membahas keuntungan yang dihasilkan oleh lysate
bakterial. Rasionalitas biologis terapi ini yaitu dengan pemberian lysate bakterial harus
mengurangi kerentanan terhadap infeksi ( termasuk RUTI), memperkuat pertahanan imun.
Metanalisis pada subjek ini menunjukkan bahwa pemberian imunostimulan oral (OM-89)
menurunkan kecepatan trejadinya RUTI sebesar 36%. Data ini telah dikonfirmasi oleh
penelitian double blind randomized yang melaporkan efisiasi vaksin bakterial multivalen
imunogen mukosa pada wanita (dari remaja tua hingga awal usia 70) dalam menurunkan
terjadinya RUTI. Banyak vaksin lainnya yang saat ini telah dicoba pada binatang.
Konflik
Tidak ada