Jurnal Breast Cancer
Click here to load reader
Transcript of Jurnal Breast Cancer
Detil JurnalLihat Daftar
Volume : Vol. II, No. 3, 2001Judul : Rancang Bangun Alat Pembuat Model Peraga Periksa Payudara Sendiri
(sadari) Untuk Meningkatkan Jangkauan/ Kuantitas Dan Efektifitas Penyuluhan Deteksi Dini Kanker Payudara Di Masyarakat
Isi Jurnal RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT MODEL PERAGA
PERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) UNTUK MENINGKATKAN JANGKAUAN/ KUANTITAS DAN
EFEKTIFITAS PENYULUHAN DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI MASYARAKAT
JB. Soebroto, Ahmad Ghozali, Evi Yuliati R.
UGM
ABSTRAK
Penyuluhan gerakan pemasyarakaan SADARI dengan leaflet, poster, lembar balik belum menunjukkan hasil optimal. Hal ini dikarenakan media tersebut kurang menarik perhatian. Prosedur SADARI melalui cara melihat bentuk payudara, memencet puting susu, meraba payudara benjolan di payudara (sebagai tanda utama kanker) tidak bisa diperagakan secara nyata.
Kegiatan VUCER ini bertujuan membuat rancang bangun alat pembuat peraga SADARI, sehingga penyuluhan lebih mudah dilaksanakan, mudah dipahami, dimengerti sampai mencapai tingkat perubahan sikap, perilaku. dan keterampilan SADARI
Metode yang digunakan berupa pendekatan ilmiah praktis teknik SADARI, yang ditransfer ke imajinasi model peraga SADARI. Pembuatan model peraga ditawarkan ke mitra industri kecil dress former (Sanggar Desaku di Sleman) untuk mendisain rancang bangun teknologi tepat guna sekaligus produksinya. Berbagai variasi model peraga SADARI didiskusikan dan diujicobakan untuk penyuluhan khalayak sasaran ibu-ibu, disertai kelompok kontrol. Hasil manfaat tingkat pengetahuan, sikap, perilaku dan ketrampilan tentang SADARI diukur dengan instrumen kuesioner dan pengamatan langsung, dievaluasi dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Di dalam rancang bangun ini telah berhasil didesain model peraga SADARI orisinal. suatu boneka setengah badan dengan payudara montok masing-masing berisi benjolan "tumor". Ukuran model peraga 83 cm x 35 cm x 22 cm, berat 8,8 kg, biaya produksi
Rp.250.000-.
PENDAHULUAN
Permasalahan
Kanker payudara menduduki peringkat nomer dua di bawah kanker leher rahim di Indonesia. Sebagian besar kasus datang ke pelayanan medis terlambat atau dalam stadium lanjut, akibatnya beban biaya pengobatan, tingkat penderitaan dan angka kematiannya sangat tinggi. hal ini bisa dimaklumi, karena kanker payudara dalam stadium dini praktis tidak menimbulkan gejala atau keluhan bagi penderita. Satu-satunya cara deteksi dini kanker payudara yang murah namun praktis dan akurat adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), yang saat ini telah berkembang dan dirasakan menjadi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini tenaga bidan yang didukung oleh pengurus ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan TPPKK, dinilai menduduki posisi strategis sebagai ujung tombak upaya pemasyarakatan pemeriksaan SADARI tersebut. Program ini menjadi prioritas penanggulangan Kanker Terpadu Paripuma (PKTP) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia pada tahun 1995.
Penyuluhan pemasyarakatan SADARI dengan leaflet, poster, lembar balik yang telah dilaksanakan sampai saat ini belumlah memperoleh hasil yang diharapkan. Salah satu penyebab adalah belum tersedianya model peraga dan teknik penyuluhan yang memadai (Soebroto, 1997-1998). Yayasan Kanker Kucala Yogyakarta pernah memperoleh sumbangan peraga SADARI dari Belanda., namun alat tersebut cepat rusak di daerah tropis, dan harganya terlalu mahal. Ide orisinal dalam pertimbangan rancang bangun ini adalah boneka dengan ukuran, berat, keawetan, dan harga yang proporsional serta dilengkapi benjolan "tumor".
Tinjauan Pustaka
Salah satu penyakit yang banyak menyerang wanita adalah penyakit kanker payudara. Penyakit kanker payudara merupakan penyakit ganas pada wanita yang paling sering dijumpai di negara maju. Di Belanda penyakit kanker payudara menduduki tempat teratas dalam urutan daftar sebab kematian yang telah dikoreksi berdasarkan umur. Sebanyak 27 tiap 100.000 wanita setahunnya, dan kira-kira 5% dari seluruh wanita Belanda memerlukan pengobatan kanker payudara (Zwaveling. 1976).
Di Indonesia sebagai negara berkembang, telah pula terjadi pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi mengarah ke penyakit non infeksi dan penyakit degeneratif, sehingga penyakit kanker terus meningkat seperti di negara maju. Data menunjukkan bahwa 18,7% dari semua kanker yang menyerang wanita adalah kanker payudara, menempati urutan ke-2 setelah kanker leher rahim (Depkes R, 1993). Insidensi kanker payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita. Insidensi seluruh kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk (Sukaradja, 1993. Cit Haryana dkk, 1993). Sayangnya yang sudah pada stadium III dan IV sukar atau tidak dapat disembuhkan lagi
dan diakhiri dengan kematian (Arjoso, 1992).
Untuk daerah Kotamadya Yogyakarta, kanker payudara menempati urutan pertama dengan angka 15,6% dan semua kasus terbanyak berdasarkan lokasi (Lab. Patologi Anatomik FK UGM, 1993), Data terakhir menunjukkan kenaikan ASR pada perempuan yaitu 12,54 pada tahun 1995, menjadi 25,92 pada tahun 1996 masing-masing per 100.000 penduduk (Litbangkes & Lab. PA FK UGM, 1996).
Kanker payudara bukanlah suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun fakor paling besar yang mempengaruhi hasil pengobatan ialah stadium kanker pada saat mendapat pengobatan yang tepat dan memadai. Makin dini stadiumnya makin baik hasilnya, dan makin besar pula kemungkinan penderita itu dapat disembuhkan, Di negara maju seperti Jepang, sebagian besar penderita kanker payudara datang berobat masih dalam stadium dini, yaitu stadium I: 43,3%, stadium II: 30,6%, stadium III: 22,3% dan stadium lV 3,7 % dan sebanyak 101.591 kasus dalam tahun 1963-1973 (Fujimori, 1974 cit Sukaradja, 1984). Demikian pula halnya di Amerika Serikat, menurut Donegan 1979 (cit Sukaradja 1984) dan 2.424 kasus kanker payudara dari tahun 1940-1965, ditemui stadium I: 28%, stadium II: 53 %, stadium III: 28% dan stadium IV: 2%.
Salah satu upaya penanggulangan kanker payudara adalah deteksi sedini mungkin, untuk menentukan tingkat klinis dan perangai histologik. Namun yang paling penting dari semua itu adalah meningkatkan pengetahuan ibu akan kanker payudara, sehingga para ibu dapat mengenal gejala-gejalanya secara dini dan tindakan pertolongan yang harus dilakukan. Cara yang telah diakui manfaatnya, praktis dan akurat, adalah Periksa Payudara Sendiri (SADARI) (Sukaradja 1984). Dalam hal ini perlu adanya suatu pendidikan kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu tersebut (Notoatmodjo 1993).
Pendidikan kesehatan adalah bagian dari seluruh upaya kesehatan yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku sehat. Perilaku sescorang dapat merupakan penyebab utama timbulnya masalah kesehatan, namun juga merupakan kunci utama pemecahannya. Pendidikan kesehatan diperlukan untuk mendorong perilaku untuk menunjang kesehatan, yaitu mencegah serta mengobati penyakit, membantu pemulihan, dan meningkatkan pemanfaatan dan pelayanan kesehatan yang ada. Kebutuhan dan minat individu, keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat adalah inti dari upaya pendidikan kesehatan. Informasi yang benar adalah dasar pendidikan kesehatan (WHO, 1992).
Salah satu metoda yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah metoda ceramah. Metoda ini merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu metoda ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah dengan peserta, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Green 1980)
Ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Agar ceramah lebih bersifat mendidik, maka sebaiknya dikombinasikan dengan metode lainnya, terutama alat bantu pandang seperti poster, tayangan (slides) dan gambar flanel (Alcoe-SY 1996).
Metode yang banyak juga dipakai dalam pendidikan kesehatan adalah Metode pelatihan yaitu teknik pemodelan perilaku (behavior modeling). Metode ini adalah salah satu cara untuk mempelajari dan atau meniru tindakan (perilaku), dengan mengobservasi dan meniru model-model. Biasanya model-model perilaku yang harus diobservasi dan ditiru diproyeksikan dalam video tape, atau langsung dipraktekkan (Sarwono dkk, 1984). Metode pelatihan dengan teknik pemodelan perilaku, antara lain dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan cara pemeriksaan sendiri; salah satu contohnya yang populer adalah Periksa Payudara Sendiri (SADARI). Pelatihan SADARI, sampai saat ini diberikan dengan diperagakan olce seorang yang telah terlatih, dan peserta mengikutinya dengan dibantu leaflet dan brosur (Cornain 1989, Prabandari 1993).
Masalahnya, penyuluhan pemasyarakatan SADARI di DI Yogyakarta dengan leaflet, poster, lembar balik yang telah dilaksanakan sampai saat ini, belumlah memperoleh hasil yang diharapkan. Mengingat tujuan penyuluhan SADARI adalah sampai tingkat tindakan dan perilaku, maka diperlukan model latihan tindakan peraga SADARI (Soebroto, 1997-1998).
Perumusan Masalah
1. Penyuluhan SADARI dengan leaflet, poster, lembar balik yang menekankan pada prosedur: bercermin, memijat., meraba perlu divisualisasikan dengan peraga yang lebih nyata.
2. Mengingat tanda-gejala pertama dan utama kanker payudara adalah massa/benjolan, perlu dibuat peraga payudara berukuran proporsional yang berisi benjolan ("tumor jinak dan ganas"), yang bisa diraba langsung oleh responden pada saat penyuluhan;
3. Model peraga Pemeriksan Payudara Sendiri (SADARI) tersebut sangat diperlukan sebagai sarana peningkatan kuantitas dan efektifitas penyuluhan pemasyarakatan SADARI.
4. Sangat dibutuhkan atat dan industri pembuat model peraga SADARI standar yang berkualitas, untuk mendukung penerapan IPTEKS bagi peningkatan pemasyarakatan SADARI. Model peraga SADARI tersebut perlu diproduksi massal, untuk didistribusikan lewat Yayasan Kanker Indonesia dan Departemen Kesehatan/ Program PKTP.
Tujuan
Dengan kegiatan penerapan IPTEKS akan dapat diciptakan kondisi baru. yakni terjaminnya pengadaan dan pengedaran model peraga SADARI yang berkualitas dan
harganya lebih murah di pasaran, sehingga peningkatan penyuluhan SADARI di masyarakat baik jangkauan kuantitas maupun kualitasnya akan dapat diarnin.
Manfaat
Program Vucer ini mendukung langsung program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna (PKTP) Pemerintah di dalam hal ini peningkatan luas jangkauan kuantitas dan kualitas penyuluhan SADARI di masyarakat, sehingga upaya deteksi prakanker dan kanker payudara secara dini dapat disosialisasikan dan diintegrasikan dengan program Yayasan Kanker Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, TPPKK, Kanwil Departemen Kesehatan. Dengan demikian, program akan mendukung pemberdayaan masyarakat di dalam menurunkan angka penderita, tingkat penderitaan, biaya pengobatan dan angka kematian akibat kanker payudara.
METODE
Metode
Evaluasi kembali poster penyuluhan gerakan SADARI (terlampir) Dibuat desain model peraga SADARI dengan benjolan (massa) payudara Ditawarkan pada industri kecil untuk membuat cetakannya Dikaji bahan karet (latek) atau karet sintesis yang paling tepat guna Kajian dikerjakan dua tahap. Setiap model peraga yang diproduksi diuji coba oleh
bidan untuk penyuluhan dua kelompok di masyarakat. Pada kelompok kontrol dilakukan penyuluhan tanpa model peraga SADARI. Penilaian dilakukan dengan instrumen kuesioner pengetahuan, perilaku dan sikap terhadap SADARI.
Hasil retensi/pemahaman penyuluhan pada dua kelompok dievaluasi setelah 3 (tiga) bulan, dan hasilnya dibandingkan.
Bahan dan Proses Pembuatan
1. Proses pembuatan cetakan boneka peraga:
a) Bahan dasar: tanah liat dan air
Bahan campuran: resin, tepung pengikat, katalis, tinner, serat fiber (net) dan minyak pelumas
Peralatan: sekrap, wahana untuk mix, peralatan mematung, kwas, mesin gerinda dan gunting
b) Proses pembuatan:
Tanah liat dibentuk sesuai disain dan ukuran standard model SADARI yang telah disepakati
Resin, katalis, tinner dan tepung pengikat dicampur dan diaduk sampai rata hingga
membentuk semacam bubur Serat fiber dipotong-potong dan ditempelkan pada patung tanah liat yang sudah
diolesi dengan minyak pelumas. Campuran bahan yang sudah membentuk bubur (mix) dituangkan ke seluruh
permukaan patung secara merata hingga ketebalan kurang lebih 2 cm. Ditunggu kurang lebih 6 jam (menyesuaikan cuaca), cetakan baru memotong sisi-
sisinya hingga menjadi dua bagian, depan dan belakang. Cetakan tersebut dibersihkan pembersih dan dihaluskan dengan mesin gerenda. Dibuat lubang-lubang tempat baut 3 buah di setiap sisinya, sebagai fiksator
(pengencang) di saat cetakan tersebut dipergunakan untuk mencetak.
2. Rancang bangun boneka peraga
a. Peralatan dan bahan
Peralatan: cetakan rangka dasar, skraf, pisau cutter, bahan untuk mencampur jenangan, Kwas, obeng dan gunting
Bahan rangka dasar: resin, serat fiber/net, minyak pelumas, katalis, serbuk pengikat dan cairan pembersih
Bahan penunjang: lem, herin, busa tebal 4 cm, busa tebal 3 cm, busa tebal 1 cm, busa berbentuk cup, bola karet diameter 1 ,5", bola karet diameter 3", bola karet diameter 0,5", kain kaos (knit fabric), kain felt dan lid pcnutup.
Kemasan: plastik khusus, stiker dan pita pengikat
b. Proses pembuatan
Setelah rangka dasar keluar dari cetakan, dicuci dengan cairan pembersih untuk
rnenghilangkan segala kotoran yang berrbau minyak, dan keringkan. Ditempelkan busa setebal 4 cm, yang sudah dibentuk dengan lem yang sudah
dicampur herin. Ditempelkan bola karet diameter 3" yang sudah dibagi dua di salah satu sisi bagian
atas (sebagai ilustrasi tumor ganas) Ditempelkan lapisan berikutnya busa dengan tebal 3 cm yang sudah dibentuk. Ditempelkan bola karet diameter 1,5" di bagian atas sisi lainnya (sebagi ilustrasi
tumor jinak) Ditempelkan busa berhentuk cup yang ditengahnya sudah dipasang karet diameter
0,5" (sebagi ilustrasi puting susu) Seluruh body dibungkus dengan busa tebal 1 cm Sebagai penutup akhir, digunakan kain kaos (knit fabric) yang dijahitkan sesuai
bentuk body. Bagian atas ditutup dengan lid khusus Bagian bawah ditutup dengan kain felt
c. Lama proses pembuatan 1(satu) unit boneka
Proses cetak rangka dasar 1 (satu) hari pembuatan sampai finishing 1 (satu) hari Tenaga kerja 3 (tiga) orang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi Analisis Fisik Boneka Peraga
Warna boneka peraga
Dibuat warna hitam dan putih. Ternyata baik bidan, TPPKK maupun ibu-ibu responden lebih memilih warna putih yang mendekati warna asli rata-rata orang Indonesia.
Bentuk payudara boneka peraga
Baik bidan, TPPKK maupun ibu-ibu responden lebih memilih bentuk payudara yang mendekati montok, sehingga lebih menarik perhatian.
Ukuran boneka peraga
Dengan pertimbangan portabilitas, dapat dilihat/diamati sampai radius penyuluhan ±5 meter, maka ditetapkan boneka peraga SADARI dengan ukuran lebar x panjang x tinggi 35 cm x 22 cm x 83 cm, berat 8,8 kg.
Biaya produksi boneka peraga
Setelah dilakukan perhitungan biaya produksi, ternyata setiap boneka peraga SADARI membutuhkan biaya produksi Rp. 250.000,-. Biaya ini telah diperhitungkan relatif murah untuk dipasarkan secara massal, dibanding terhadap manfaat dan daya tahan/keawetan produk.
Evaluasi Analisis hasil Uji Lapangan
Ceramah penyuluhan SADARI
Dilaksanakan melalui: 1) cara konvensional (tanpa boneka peraga SADARI) pada 25 ibu-ibu, sebagai kelompok kontrol; dan 2) dengan boneka peraga SADARI pada 25 ibu-ibu, sebagai kelompok perlakuan.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden ditinjau berdasar umur, pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, pernah tidaknya peserta mendapatkan ceramah tentang kanker payudara. Ditinjau dari umur, rerata umur kelompok perlakuan =30,44; kontrol =31,05. Walaupun terdapat perbedaan rerata umur antara kelompok, namun hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0.05).
Hash uji chi-square terhadap karakteristik responden yang meliputi pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, pernah tidaknya mendapat ceramab tentang kanker payudara, menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna, yang artinya terdapat homogenitas antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. (Tabel 1)
Hasil Pre-test
Hasil analisis jumlah nilai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu dalam upaya deteksi dini kanker payudara (SADARI) pada keadaan pre-test menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0,05), artinya antara ibu pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang seimbang pada saat awal. Hal ini memenuhi syarat penelitian eksperimental yang ingin dibandingkan. (Tabel 2)
Hasil Post-test
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan pada post-test menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Ketiga variabel tersebut lebih tinggi pada kelompok perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa ceramah disertai peragaan dengan model boneka SADARI lebih efektif dibandingkan ceramah konvensional dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan responden. Menurut asumsi peneliti, pada kelompok perlakuan dengan boneka SADARI lebih menarik perhatian, lebih jelas/mudah dibayangkan/mudah diretensi/mudah diingat dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan responden. Meskipun perbedaan antara kelompok tidak menyolok bila dilihat rata-ratanya, namun secara statistik kedua kelompok berbeda, Perlu dukungan data lebih lanjut, terutama secara kualitatif, untuk lebih mengungkap perbedaan yang tidak menyolok tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Gallen (cit. Suromo, 1991), yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan dengan melibatkan peserta secara aktif dapat meningkatkan pengetahuan. (Tabel 3)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Telah diselesaikan rancang bangun dan produksi model peraga SADARI, berupa boneka dengan ukuran 83 cm x 35 cm x 22 cm, berat 8,8 kg, biaya produksi Rp. 250.000,- yang pada uji lapangan dapat menghasilkan peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan SADARI secara bermakna. Ditargetkan hasil VUCER ini bisa disempurnakan, diakui hak patennya, diproduksi dan dipakai untuk penyuluhan massal guna mendukung gerakan deteksi dini kanker payudara program Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna pemerintah.
Saran
Model peraga SADARI tersebut:
Perlu diuji coba lanjut. Diupayakan pembuatan dengan konsistensi payudara yang lebih tebal, lunak
mendekati payudara yang sesungguhnya. Dimintakan hak paten. Diproduksi massal, dipasarkan lewat Yayasan Kanker, Dinas Kesehatan dan Tim
PKTP. Dipakai secara luas dan dievaluasi untuk disempurnakan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih sebesar-besarnya disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, yang telah membiayai program ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alcoe-SY. 1996. "From Attending a Class on Breast Self-Examination (BSE) to Coping with Breast Cancer (The Experiences of Eight Women)", dalam Patient Educ Couns. July, 28 (2): 133-48.
Arjoso,S. 1992. Penyuluhan Yayasan Kanker Indonesia untuk Pencegahan dan Penemuan Dini kanker. Rapat Kerja Nasional. YKI Pusat. Jakarta.
Cornain, S. dkk. 1989. "Penelitian Dampak Penyuluhan Kanker Pada Masyarakat", dalam Penanggulangan Kanker, Penemuan Dini Pencegahan, Pengurangan Nyeri, YKI Pusat, Jakarta.
Depkes RI. 1983. Registrasi Kanker di 15 Pusat Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran. Rumah Sakit Di Indonesia, Jakarta.
Green, LW. 1980. Health Education Planning. A Diagnostic Approach, 1st ed., Palo Alto: Mayfield Pub. Co.
Notoatmodjo. S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Yogyakarta: Andi Offset.
Prabandari. Y.S. 1993. Pendidikan Kesehatan melalui Seminar dan Diskusi sebagai Alternatif Penanggulangan Perilaku Merokok pada Remaja Pelajar SLTLA di Kodya Yogyakarta, Tesis, tidak diterbitkan.
Sukaradja. IDG. 1984. Deteksi Dini Kanker buah Dada di Jawa Timur, Pengaruh Pendidikan Kesehatan Kepada Masyarakat. Disertasi Doktor dalam Ilniu Kedokteran pada Universitas Airlangga 21 Juli 1984, Surabaya: Airlangga Universitas Press.
Soebroto, JB. 1997. Rancang Bangun Mesin Pembuat Spatula Pengambil Spesimen PAP Smear Untuk Meningkatkan Pemasyarakatan dan Efektifitas, Deteksi Dini Kanker Payudara. Program Vucer, LPM - UGM, 1997/98. "Penelitian Pusat Studi Wanita" Universitas Gajah Mada
Zwaveling, A. et als. 1985. Onkologi, Alih Bahasa oleh Team Kanker Fakultas Kedokteran UGM, Jakarta: PN Balai Pustaka.