Jurnal BM

5
Gangguan Kuantitatif Platelet Beberapa penyakit bawaan menyebabkan trombositopenia, termasuk immune thrombocytopenia purpura (ITP) dan thrombotic thrombocytopenia purpura (TTP). Contoh dari trombositopenia yang diperoleh secara sekunder terhadap gangguan medis lain termasuk pengasingan platelet pada pasien splenomegali, kegagalan produksi platelet pada penyakit myeloproliferatif seperti leukemia, AIDS yang berhubungan dengan trombositopenia, yang tergantung pada efek HIV pada megakaryosit. Iatrogenik menginduksi trombositopenia, sehingga terjadi penekanan pada sum-sum tulang akibat kemoterapi dan kadang terlihat sebagai komplikasi dari terapi heparin. Perawatan untuk pasien trombositopenia biasanya meliputi transfusi platelet. Gangguan Kualitatif Platelet Gangguan kualitatif platelet bawaan terjadi bersamaan dengan von Willebrand’s disease. Faktor von Willebrand mempunyai peran pada perlekatan platelet dan pada keseimbangan faktor VIII, sehingga pasien dengan von Willebrand’s disease memiliki gangguan perlekatan kualitatif platelet. Gangguan kualitatif platelet sekunder pada kondisi medis lainnya terlihat pada pasien urenik dengan gagal ginjal yang memperlihatkan penurunan perlekatan platelet. Iatrogenik menginduksi perubahan kualitas platelet yang terjadi bersamaan dengan clopidogrel (Plavix) dan dengan pengobatan non-steroidal anti-inflammatory (NSAID). Aspirin menjadi perhatian khusus karena efek terhadap perlekatan platelet yang irreversibel. Untuk membalikkan efek aspirin, penggunaan aspirin harus dihentikan dalam waktu yang cukup

description

jurnal

Transcript of Jurnal BM

Page 1: Jurnal BM

Gangguan Kuantitatif Platelet

Beberapa penyakit bawaan menyebabkan trombositopenia, termasuk immune

thrombocytopenia purpura (ITP) dan thrombotic thrombocytopenia purpura (TTP). Contoh

dari trombositopenia yang diperoleh secara sekunder terhadap gangguan medis lain termasuk

pengasingan platelet pada pasien splenomegali, kegagalan produksi platelet pada penyakit

myeloproliferatif seperti leukemia, AIDS yang berhubungan dengan trombositopenia, yang

tergantung pada efek HIV pada megakaryosit. Iatrogenik menginduksi trombositopenia,

sehingga terjadi penekanan pada sum-sum tulang akibat kemoterapi dan kadang terlihat

sebagai komplikasi dari terapi heparin. Perawatan untuk pasien trombositopenia biasanya

meliputi transfusi platelet.

Gangguan Kualitatif Platelet

Gangguan kualitatif platelet bawaan terjadi bersamaan dengan von Willebrand’s disease.

Faktor von Willebrand mempunyai peran pada perlekatan platelet dan pada keseimbangan

faktor VIII, sehingga pasien dengan von Willebrand’s disease memiliki gangguan perlekatan

kualitatif platelet. Gangguan kualitatif platelet sekunder pada kondisi medis lainnya terlihat

pada pasien urenik dengan gagal ginjal yang memperlihatkan penurunan perlekatan platelet.

Iatrogenik menginduksi perubahan kualitas platelet yang terjadi bersamaan dengan

clopidogrel (Plavix) dan dengan pengobatan non-steroidal anti-inflammatory (NSAID).

Aspirin menjadi perhatian khusus karena efek terhadap perlekatan platelet yang irreversibel.

Untuk membalikkan efek aspirin, penggunaan aspirin harus dihentikan dalam waktu yang

cukup agar produksi jumlah platelet menjadi adekuat. Perawatan dari masalah kualitatif

platelet biasanya mencakup perawatan etiologi yang mendasar (misalnya dialisis untuk

mengkoreksi uremia atau pantangan mengkonsumsi aspirin selama 7-10 hari sebelum

melakukan pembedahan). Untuk von Willebrand’s disease, DDAVP (desmopressin, analog

sintesis vasopressin) efektif, sebagaimana menginduksi pelepasan faktor von Willebrand dari

sel endotel yang segera meningkat pada faktor von Willebrand.

Gangguan Faktor Koagulasi

Banyak kondisi yang terlihat secara umum pada faktor koagulasi termasuk hemofilia A

(defisiensi faktor VII), hemofilia B (defisiensi faktor IX) dan von Willebrand’s disease

(ketidakstabilan faktor VIII). Koagulapati bawaan dikoreksi dengan kombinasi ulang

pergantian faktor (VIII atau IX) dengan plasma beku atau dengan cryoprecipitate.

Penambahan untuk menghasilkan pelepasan faktor von Willebrand dari sel endotelial,

Page 2: Jurnal BM

DDAVP juga menyebabkan faktor VIII dilepaskan dari hati, menghasilkan 3-5 peningkatan

dalam plasma faktor VIIIdalam 30 menit, jadi DDAVP bermanfaat dalam hemofilia A (tapi

tidak pada hemofilia B). von Willebrand’s disease mempunyai banyak subtipe dan DDAVP

bermanfaat untuk beberapa subtipe tapi tidak untuk jenis lain. Kondisi medis lainnya

mempengaruhi koagulasi protein termasuk defisiensi vitamin K dan gagal ginjal kronis

seperti penjelasan sebelumnya. Iatrogenik menginduksi koagulapati terlihat pada efek dari

warfarin (mempengaruhi koagulasi jalan ekstrinsik dan diukur dari prothrombin time (PT)

dan INR) dan dengan heparin (mempengaruhi koagulasi jalan intrinsik dan diukur dengan

partial thromboplastin time (PTT) aktif).

Pada pasien dengan kondisi hematologi mempengaruhi perdarahan yang berlebihan, bedah

oral dan maksilofasial dapat juga mempertimbangkan pengukuran lokal untuk mencegah

kerusakan lanjut dari pembekuan darah. Sebagai contoh, asam epsilon aminokaproik dan

asam traneksamik (agen fibrinolitik) keduanya dapat digunakan secara topikal sebagai obat

kumur intra oral.

Sistem Imunologi

HIV/AIDS

HIV adalah retrovirus yang berikatan dengan reseptor CD4 dari sel pejamu, termasuk

leukosit, menyebabkan kerusakan dalam imunitas sel mediasi. Pasien dengan

immunokompresi memiliki resiko terhadap bakteri oportunistik, virus, jamur dan infeksi

protozoa (contohnya sarkoma kaposi, limfoma non-Hodgkin). HIV ditularkan melalui

mekanisme darah dan kontak seksual mempengaruhi beberapa sistem organ dengan

komplikasi jantung dan pernapasan, saraf (contoh AIDS, demensia), gangguan ginjal (HIV

yang berhubungan dengan nepropati), kelainan hematologi (AIDS yang berhubungan dengan

trombositopenia) dan yang lainnya. Walaupun waktu paparan HIV dengan waktu

perkembangan HIV berlangsung jauh dan sangat lama, masa periode inkubasinya dilaporkan

sekitar 10 tahun. Obat yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS bertujuan untuk

menghambat transkripsi, inhibisi protease virus dan menutup jalan HIV ke sel.

Dua tes spesifik yang sering digunakan pada pasien HIV/AIDS. Pengukuran virus sangat

penting, tidak hanya untuk mendiagnosa penyakit tapi juga memantau efektifitas dari terapi

antivirus. Level dari immunosupresi dievaluasi dari perhitungan CD4 dimana berkorelasi

dengan faktor resiko infeksi oportunistik. Perhitungan CD4 juga penting dalam menentukan

Page 3: Jurnal BM

kapan waktu untuk terapi antivirus selanjutnya. Jumlah CD4 normal 600 sel/µl. Pada pasien

asimtomatik, terapi antivirus dianjurkan ketika jumlah CD4 350 sel/µl.

Pada pasien AIDS yang akan dilakukan pembedahan oral dan maksilofasial diperlukan tes

laboratorium sebelum bedah. Termasuk pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi hati, tes

koagulasi, blood urea nitrogen (BUN), kadar kreatinin untuk mengevaluasi HIV yang

berhubungan dengan neuropati, radiografi dada dan EKG untuk mengevaluasi komplikasi

jantung dan pernafasan, dan perhitungan CD4 untuk pasien dengan penyakit imun. Pada

pasien dengan virus yang diketahui rendah atau tidak terdeteksi dan normal CD4 tidak ada

penanganan khusus untuk pembedahan. Bagaimanapun, pasien dengan jumlah CD4 yang

rendah harus dilindungi dengan antibiotik profilaktik.

Sistem Saraf

Kelainan Seizure (Kejang)

Kejang terbagi menjadi berbagai variasi, dapat berupa generalisata atau lokalisata, tonic-

clonic (grand mal) atau absence (petite mal). Kejang tonic-clonic generalisata dapat

ditentukan dalam banyak kondisi, seperti demam tinggi (khususnya anak-anak), hipoksia

serebral, celah intra kranial, lesi okupasi (contohnya tumor otak), trauma kepala, stroke,

meningitis, obat inhalasi (etanol), overdosis anastesi lokal, dan lain-lain. Epilepsi adalah

kelainan saraf yang sering kambuh yang berhubungan dengan aktifasi abnormal dari jalan

kortikal.