Jurnal awjd

17
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung Muhammad Izzuddin Faizal ABSTRAK Hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu dikelola secara intensif agar meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat meningkatkan supply kayu dari hutan rakyat. Intensitas pengelolaan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh karakteristik petani, persepsi, dan motivasi petani terhadap pembangunan dan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu strategi yang tepat dengan memperhatikan faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan hasil perumusan strategi dengan metode analisis Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menunjukan bahwa prioritas strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah : 1) Membangun kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu. 2) Penyerapan sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3) Penambaham jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) 4) Pemaksimalan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program pemerintah. Kata kunci: hutan rakyat, intensitas, motivasi, persepsi, strategi Pendahuluan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki luas hutan tropis terluas ke-3 di dunia dianggap memiliki andil besar terhadap laju pemanasan global yang saat ini menjadi pokok bahasan seluruh belahan dunia. Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130.61 juta ha. Luas kawasan hutan tersebut mencapai 68.6% dari total luas daratan Indonesia sehingga menjadi salah satu potensi sumberdaya alam yang rawan terjadi kerusakan karena kepentingan manusia dalammemenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi sumberdaya hutan Indonesia berupa kayu sangat melimpah,maka tidak salah jika dahulu saat zaman orde baru sektor kehutanan mampu menjadi salah satu tulang punggung pendapatan negara. Hingga pada akhirnya saat ini disadari bahwa pengelolaan hutan alam yang lebih berorientasi pada sektor ekonomi justru terbukti menyebabkan kerusakan hutan yang sangat parah.

description

fakjsdnjasnrkjunasdasdfb akhdbkabadaskdhabdkhasndjknkasdj

Transcript of Jurnal awjd

Page 1: Jurnal awjd

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Pengelolaan Hutan Rakyat dan Strategi Pengembangan Hutan Rakyat di Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung

Muhammad Izzuddin Faizal

ABSTRAK

Hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu dikelola secara intensif agar meningkatkan produktifitas lahan sehingga dapat meningkatkan supply kayu dari hutan rakyat. Intensitas pengelolaan hutan rakyat dapat dipengaruhi oleh karakteristik petani, persepsi, dan motivasi petani terhadap pembangunan dan pengembangan hutan rakyat. Pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung perlu strategi yang tepat dengan memperhatikan faktor lingkungan strategis baik internal maupun eksternal. Berdasarkan uji korelasi menunjukkan bahwa persepsi dan motivasi petani berpengaruh nyata terhadap tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat. Sedangkan hasil perumusan strategi dengan metode analisis Internal Factor Evaluation - External Factor Evaluation, analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) menunjukan bahwa prioritas strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah : 1) Membangun kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu. 2) Penyerapan sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat. 3) Penambaham jumlah tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan) 4) Pemaksimalan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program pemerintah.

Kata kunci: hutan rakyat, intensitas, motivasi, persepsi, strategi

PendahuluanIndonesia sebagai salah satu negara

yang memiliki luas hutan tropis terluas ke-3 di dunia dianggap memiliki andil besar terhadap laju pemanasan global yang saat ini menjadi pokok bahasan seluruh belahan dunia. Luas kawasan hutan Indonesia tahun 2012 mencapai 130.61 juta ha. Luas kawasan hutan tersebut mencapai 68.6% dari total luas daratan Indonesia sehingga menjadi salah satu potensi sumberdaya alam yang rawan terjadi kerusakan karena kepentingan manusia dalammemenuhi kebutuhan hidupnya. Potensi sumberdaya hutan Indonesia berupa kayu sangat melimpah,maka tidak salah jika dahulu saat zaman orde baru sektor kehutanan mampu menjadi salah satu tulang punggung pendapatan negara. Hingga pada akhirnya saat ini disadari bahwa pengelolaan hutan alam yang lebih berorientasi pada sektor ekonomi justru terbukti menyebabkan kerusakan hutan yang sangat parah.

Salah satu dari dampak tingginya laju deforestasi adalah supply kayu hutan alam yang semakin berkurang, padahal demand terhadap kayu justru semakin meningkat. Hal ini menyebabkan harga kayu di pasaran meningkat. Meningkatnya harga pasaran kayu ternyata menimbulkan masalah baru di dunia kehutanan. Kasus illegal logging meningkat dimana-mana. Sehingga diperlukan solusi

yang komprehensif yang mampu menjawab tantangan dunia kehutanan kedepannya.

Salah satu solusi permasalahan supply kayu yang saat ini gencar dijalankan di beberapa daerah adalah pembangunan hutan rakyat. Hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, karenanya hutan rakyat disebut juga hutan milik. Jenis kayu yang ditanam pada hutan rakyat umumnya merupakan jenis kayu cepat tumbuh, seperti kayu sengon, sungkai, manglid, mindi, mangium, dan gmelina.

Keberhasilan pengembangan hutan rakyat tergantung pada intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani. Namun dalam pengelolaan hutan rakyat sampai saat ini masih dilakukan secara sederhana. Teknik silvikultur yang diperoleh secara turun–temurun dapat berakibat terhadap tingkat produktivitas kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat yang masih rendah, sehingga berdampak pada pendapatan yang diperoleh. Produktivitas kayu yang dihasilkan dipengaruhi oleh intensitas dalam pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung,

Page 2: Jurnal awjd

Jawa Timur. Penelitian berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2014. Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji keterkaitan persepsi petani terhadap hutan rakyat, motivasi petani dalam membangun hutan rakyat, dan karakteristik petani hutan rakyat terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Untuk merumuskan strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, penulis ingin mengkaji faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap pembangungan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor internal terdiri atas faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat berupa adanya tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapangan), tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap kehutanan, dan adanya kelompok tani hutan rakyat. Faktor kelemahan yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat, masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR, data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat, dan kurang intensifnya penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL.

Faktor eksternal terdiri atas faktor peluang dan faktor ancaman yang berpengaruh dalam pembangunan hutan rakyat. Faktor peluang yang mempengaruhi pembangunan hutan rakyat antara lain adanya kebun bibit rakyat, prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, dan adanya program BLU (Badan Layanan Umum). Faktor ancaman yang muncul adalah murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, administrasi surat kepemilikan tanah, dan mahalnya biaya pembuatan SKAU (Surat Keterangan Asal Usul) kayu khususnya untuk hasil hutan rakyat berupa kayu jati.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari masyarakat melalui wawancara, kuesioner, dan observasi di lapangan. Sementara data sekunder berupa data kondisi lingkungan fisik, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat, serta data terkait lokasi penelitian.

Penentuan contoh terpilih dilakukan dengan purposive sampling atau contoh diarahkan dengan memperhatikan keberadaan hutan rakyat yang dicirikan dengan luas hutan rakyat serta posisi lokasi terhadap wilayah Kabupaten Tulungagung. Pengambilan contoh responden menggunakan metode pengambilan contoh tiga tingkat (three stage sampling). Satuan contoh tingkat pertama adalah kecamatan, satuan tingkat kedua adalah desa dan satuan contoh ketiga adalah rumah tangga. Dikarenakan keterbatasan sumber daya dan waktu penelitian maka pada satuan contoh tingkat pertama hanya dipilih satu kecamatan yaitu Kecamatan Sendang yang memiliki potensi hutan rakyat paling besar dinilai oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Tulungagung memiliki peningkatan luas hutan rakyat yang paling tinggi dibanding kecamatan-kecamatan lain. Selain itu dipilihnya Kecamatan Sendang dikarenakan Kecamatan Sendang sering mendapatkan program bantuan terkait pembangunan hutan rakyat.

Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dipilih karena mewakili desa-desa lainnya dalam hal kelas ketinggian wilayah dan memiliki potensi hutan rakyat terbesar dibandingkan desa-desa lainnya. Wilayah Desa Dono terletak di kelas ketinggian 100–500 mdpl, wilayah desa Nglurup masuk dalam kelas ketinggian 500–1000 mdpl, dan Desa Krosok wilayahnya masuk dalam ketinggian di atas 1000 mdpl. Selanjutnya diambil masing-masing 20 petani hutan rakyat dari setiap desa sebagai responden. Keseluruhan responden berjumlah 60 responden. Kriteria responden adalah petani yang aktif membudidayakan tanaman kayu-kayuan (tanaman kehutanan di lahan miliknya).

Untuk responden penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, terdiri dari Kepala Dishutbun Kabupaten Tulungagung, Kepala Sie Perlindungan dan Konservasi Dishutbun Kabupaten Tulungagung, tiga orang ketua kelompok tani hutan rakyat dari tiga desa contoh (Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok) dan koordinator tenaga PKL di Kecamatan Sendang, sehingga terdapat enam responden untuk penyusunan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Page 3: Jurnal awjd

Analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik petani yang membudidayakan tanaman kayu-kayuan di lahan miliknya. Karakteristik petani yang dianalisis meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan per tahun, lama usaha tani, dan luas lahan yang dimiliki.

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan di analisis secara deskriptif dan secara statistik. Intensitas pengelolaan hutan rakyat diukur berdasarkan jumlah skor dari 6 pertanyaan tentang kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan petani hutan rakyat dengan menggunakan skala Likert.

Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan di analisis secara deskriptif dan secara statistik. Persepsi pembangunan hutan rakyat diukur berdasarkan jumlah skor dari 14 pertanyaan tentang persepsi petani terhadap pembangunan hutan rakyat dengan menggunakan skala Likert.

Dalam uji reliabilitas, nilai korelasi dikatakan reliabel, apabila ri semakin mendekati 1 atau mempunyai cronbach alpha lebih dari 0.6 (Sarwono 2006). Dalam pengujian validitas dan reliabilitas menggunakan bantuan software Microsoft excel dan software SPSS 17.0 for windows. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada seluruh pertanyaan terkait persepsi yang valid diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.897. Sedangkan untuk nilai Cronbach’s Alpha pada seluruh pertanyaan terkait motivasi yang valid diperoleh nilai sebesar 0.859. Maka dapat disimpulkan pertanyan-pertanyaan tersebut reliabel.

Uji korelasi Non-parametrik Spearman digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk Ordinal. Dalam penelitian ini, setiap variabel yang berupa tingkat persepsi, tingkat motivasi dan karakteristik dari masing-masing responden dicari koefisien hubungan dan signifikansi hubungannya terhadap variabel tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat.

Persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan

(penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Persepsi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang persepsi masyarakat tentang pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Data kualitatif yang diperoleh melalui wawancara yang diolah dengan cara tabulasi dan dianalisis secara deskriptif dan secara statistik. Motivasi diukur berdasarkan jumlah skor dari pertanyaan tentang motivasi petani dalam membangun hutan rakyat.

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk merumuskan strategi pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung adalah analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2005) analisis SWOT merupakan instrumen untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang ada pada sebuah organisasi dan menekan dampak serta ancaman yang timbul. Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis SWOT adalah:

1. Analisis faktor internal dan faktor eksternal. Analisis faktor internal digunakan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Selanjutnya dievaluasi menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation). Analisis faktor eksternal menggunakan matriks EFE (External Factor Evaluation).

2. Menentukan posisi organisasi pada kuadran analisis SWOT dengan menggunakan selisih antara total skor kekuatan dengan total skor kelemahan untuk sumbu (X) dan selisih antara total skor peluang dengan total skor ancaman untuk sumbu (Y).

Page 4: Jurnal awjd

3. Penentuan skala prioritas dengan Analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Distribusi responden berdasarkan umur, pendapatan petani per tahun, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, luas hutan rakyat yang dimiliki, dan pengalaman usaha tani tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik individu

Karakteristik individu Selang Jumlah (orang) Presentase (%)

Umur <47 20 3348-58 28 47>58 7 12

pendapatan petani per tahun> 46.8 Juta 8 1331.3 Juta – 46.8 Juta 29 48< 31.2 Juta 23 38

Tingkat pendidikan formalD3/S1 6 10SMP/SMA 44 73SD 10 17

Jumlah anggota keluarga >7 0 05 – 7 13 222 – 4 47 78

Luas hutan rakyat yang dimiliki >1 6 100.6 – 1 21 35<0.6 33 55

Pengalaman usaha tani21 – 30 tahun 10 711 – 20 tahun 41 68< 10 tahun 9 15

Pembangunan Hutan Rakyat Di Kecamatan Sendang

Hutan rakyat di Kecamatan Sendang umumnya memiliki pola tanam tumpangsari antara tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian . Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan hasil yang didapatkan dari lahan hutan rakyat yang dimiliki oleh petani. Dengan pola tumpang sari diharapkan produktifitas lahan meningkat dan petani dapat memperoleh manfaat dari lahan sambil menunggu masa tebang hutan rakyat.

Jenis tanaman kehutanan yang berada di lahan milik sebagai tanaman pokok adalah sengon (Paraserianthes falcataria), jabon (Anthocepalus cadamba) dan jati (Tectona grandis) sedangkan tanaman pertanian adalah singkong, pisang, talas, gadung, umbi porang, camcau, dan rumput odot yang ditanam sebagai tanaman sela. Kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Sendang meliputi :

a. Pengadaan bibit

Petani mendapatkan bibit sengon dan jati yang akan ditanam dengan cara membeli bibit dalam polybag dengan harga Rp 1 000–1 500 per polybag untuk bibit sengon dan Rp 3 000 – 4 500 per polybag untuk bibit jati. Bibit dibeli dari pedagang yang khusus menjual bibit pohon yang didapat di luar Kecamatan Sendang.

Pembelian bibit ada yang dilakukan secara kolektif oleh kelompok tani dan ada yang membeli secara mandiri. Pada tahun 2011 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung memberikan bantuan bibit kepada tiga kelompok tani di Desa Nglurup, Desa Dono, dan Desa Krosok dalam proyek Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL). Bibit yang diberi berupa tanaman sengon sebanyak 6 000 batang tiap kelompok tani.

b. PenanamanPenanaman dilakukan saat musim

penghujan tiba. Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, petani melakukan persiapan lahan yang biasanya dilakukan satu minggu sebelum

Page 5: Jurnal awjd

penanaman. Persiapan lahan yang dilakukan adalah membersihkan lahan dari tumbuhan lain yang berpotensi mengganggu pertumbuhan pohon seperti rumput dan alang-alang. Setelah lahan dibersihkan dilakukan pembuatan lubang tanam yang kemudian diberi pupuk kandang dan dipasang ajir. Penentuan jarak tanam yang digunakan petani berbeda-beda, ada yang menggunakan jarak tanam 2m x 2m, 3m x 3m, dan 5m x 5m.

c. PemeliharaanPemeliharaan yang dilakukan petani

pada hutan rakyat milik mereka masih sangat sederhana. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi kegiatan pemupukan, pemangkasan, dan penjarangan. Pada kegiatan pemupukan, sebagian besar petani menggunakan pupuk kandang yang diperoleh dari ternak peliharaan. Selain pupuk kandang, petani hutan rakyat juga menggunakan pupuk urea setiap enam bulan sekali sampai usia dua tahun. Sebagian besar kegiatan pemangkasan dilakukan oleh petani tiap empat bulan sekali hingga tanaman berusia dua tahun.

d. PemanenanKegiatan pemanenan kayu dilakukan

saat daur yang dikehendaki oleh petani sudah tercapai (5 hingga 8 tahun untuk jenis sengon dan jabon, dan 10 tahun untuk jenis jati), namun banyak juga yang memanen kayu dengan sistem tebang butuh yaitu saat petani membutuhkan biaya mendesak untuk sekolah anak atau untuk keperluan hajatan. Kegiatan pemanenan kayu dilakukan sendiri oleh

pembeli kayu yang dalam hal ini kebanyakan dilakukan oleh tengkulak. Sedangkan komoditas tanaman sela yang ditanam di sela-sela pohon dipanen untuk tambahan kebutuhan sehari-hari dan pakan ternak yang dimiliki.

e. Pemasaran hasilPemasaran hasil hutan rakyat di

Kecamatan Sendang saat ini masih bergantung kepada tengkulak dalam mendistribusikan hasil tanamannya ke industri. Sistem pembelian yang digunakan tengkulak adalah sistem borongan. Dalam penentuan harga, kebanyakan petani tidak tahu harga batangan dari ukuran diameter dan tinggi pohon, sehingga para tengkulak berani memberi harga rendah kepada petani.

Tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kecamatan Sendang

Intensitas pengelolaan hutan rakyat merupakan curahan waktu yang digunakan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di lahan milik mereka. Dalam penelitian ini kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang diidentifikasi untuk diketahui intensitasnya adalah kegiatan perencanaan dan kegiatan pelaksanaan. Kegiatan perencanaan mencakup kegiatan penentuan jenis bibit, penentuan jarak tanam, dan perencanaan pemasaran hasil. Sedangkan kegiatan pelaksanaan mencakup kegiatan pemupukan, penjarangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Sebaran responden dalam intensitas pengelolaan hutan rakyat berdasarkan tahapan kegiatannya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan tahapan pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan

Tahapan Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)Perencanaan 3–5 (rendah) 10 17

6–8 (sedang) 41 68>8 (tinggi) 9 15

Pelaksanaan 3–5 (rendah) 40 676–8 (sedang) 11 18>8 (tinggi) 9 15

Perencanaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang akan dilakukan untuk menjalankan suatu usaha pada periode tertentu, mencakup pengelolaan usaha, hasil produksi yang dijual, pasar dan pemasaran serta proyeksi keuangan (Simanjuntak 2004). Intensitas kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh petani hutan rakyat memiliki

kategori sedang, yaitu sebanyak 41 responden (68%). Hal ini disebabkan karena petani rata-rata langsung melakukan kegiatan pelaksanaan, sehingga kegiatan perencanaan tidak dilakukan secara matang dan biasanya dibicarakan dalam kelompok tani. Pada tahap kegiatan pelaksanaan, sebanyak 40 responden

Page 6: Jurnal awjd

(67%) memiliki tingkat intensitas pengelolaan yang rendah.

Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan kategori intensitas pengelolaan hutan rakyat

Variabel Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

Intensitas pengeloaan hutan rakyat > 13 (tinggi) 17 2810–13 (sedang) 33 556–9 (rendah) 10 17

Jumlah 60 100Rata-rata 12.8

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat secara umum bahwa tingkat intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berada di kategori sedang, yaitu sebanyak 33 responden (55%) yang melakukan kegiatan pengelolaan hutan rakyat dengan cukup intensif.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Petani Dalam Mengelola Hutan

Rakyat

Persepsi Petani Terhadap Pembangunan Hutan Rakyat

Dalam pengertian psikologi, persepsi merupakan proses perencanaan informasi untuk dipahami. Penginderaan (penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain) merupakan alat untuk untuk memperoleh informasi tersebut. Untuk memahami informasi tersebut diperlukan kesadaran atau kognisi (Sarwono 2002). Pengukuran tingkat persepsi petani hutan rakyat terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 14 pertanyaan valid penduga persepsi yang diukur dengan skala Likert seperti tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan tingkat persepsi petani

Kategori Skor Jumlah (orang) Presentase (%)Buruk 14–23 9 15Cukup 24–32 17 28Baik > 32 34 57

Jumlah 60 100Rata-rata 30.4

Dari Tabel 4 dapat diketahui mayoritas responden (57% responden) memiliki persepsi yang baik terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Namun skor rata-rata dari keseluruhan responden terkait persepsi mereka terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menunjukkan tingkat persepsi yang cukup. maka dapat disimpulkan persepsi petani hutan rakyat termasuk dalam kategori cukup.

Motivasi Petani Dalam Membangun Hutan Rakyat

Motivasi menurut Sudaryanto et al (1987) adalah faktor dalam (endogen) yang tumbuh dalam diri manusia yang berupa nilai–nilai yang mendorong untuk memanfaatkan

kesempatan dan atau mengambil manfaat dari kondisi–kondisi yang menguntungkan. Pengukuran tingkat motivasi petani dalam membangun hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilihat dari total skor 8 pertanyaan valid penduga motivasi yang diukur dengan skala Likert sperti tercantum dalam Tabel 5.

Page 7: Jurnal awjd

Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan tingkat motivasi petani

Kategori Skor Jumlah (orang) Presentase (%)Rendah 8 – 13 8 13Sedang 14 – 18 12 20Tinggi > 18 40 67Jumlah 60 100Rata-rata 19.47

Berdasarkan Tabel 5 sebanyak 67% responden memiliki tingkat motivasi yang tinggi terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat, maka dapat disimpulkan tingkat motivasi petani

hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyat termasuk dalam kategori tinggi.

Pengaruh faktor karakteristik responden dalam intensitas pengelolaan hutan rakyat

Tabel 6. Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat

Karakteristik responden Intensitas pengelolaan hutan rakyat

Koefisien korelasi Sig. (2-tailed)Umur -0.005 0.971Tingkat pendidikan -0.068 0.606Jumlah anggota keluarga -0.221 0.090Luas hutan rakyat 0.131 0.318Pendapatan per tahun 0.182 0.164Pengalaman usaha tani 0.175 0.181

Pada Tabel 6 tersaji hasil uji antara faktor karakteristik responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung menggunakan uji korelasi Spearman. Menurut Sarwono (2006) dalam uji korelasi antar variabel, jika nilai koefisien lebih dari 0.25 maka tingkat keeratan hubungannya dapat dikatakan cukup erat. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa karakter umur, tingkat pendidikan, dan jumlah anggota keluarga dan pengalaman usaha tani berkorelasi negatif terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat.

Karakteristik berupa luas hutan rakyat yang dikelola, pendapatan per tahun dan pengalaman usaha tani dari petani memiliki korelasi positif terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat. Dari keseluruhan karakteristik tersebut tidak ada karakteristik yang secara signifikan berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat.

Pengaruh faktor persepsi dan motivasi responden dalam intensitas pengelolaan

hutan rakyat

Tabel 7. Faktor persepsi dan motivasi responden yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat

Faktor Intensitas pengelolaan hutan rakyatKoefisien korelasi Sig. (2-tailed)

Persepsi 0.271* 0.034Motivasi 0.263* 0.042

* korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed)

Page 8: Jurnal awjd

Pada Tabel 7 tersaji hasil uji korelasi antara faktor persepsi dan faktor motivasi yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Terlihat faktor persepsi dan motivasi mempunyai korelasi positif yang secara signifikan pada taraf kepercayaan 95% berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung.

PERUMUSAN STRATEGI PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT DI

KABUPATEN TULUNGAGUNG

Faktor Lingkungan StrategisPembangunan hutan rakyat di

Kabupaten Tulungagung secara langsung dinilai mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara ekonomi maupun ekologi. Hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari faktor

lingkungan strategis yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan strategis tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor InternalFaktor internal yang berpengaruh

terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Faktor kekuatan meliputi : 1) Tersedianya tenaga penyuluh di 12 kecamatan yang khusus menangani hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung, 2) Tingginya komitmen pemerintah daerah terhadap pembangunan kehutanan, 3) Mulai munculnya kesadaran dari masyarakat untuk menjaga sumber air. Adapun faktor kelemahan meliputi :1) Data lahan potensial hutan rakyat masih belum akurat, 2) Masih rendahnya tingkat pengetahuan petani dalam mengelola hutan rakyat.

Tabel 8. Analisis Faktor Internal

Faktor Internal Bobot Peringkat SkorKekuatan (S)

1. Adanya tenaga PKL 0.212 4 0.8482. Komitmen tinggi pemerintah daerah terhadap

pembangunan kehutanan0.17 3 0.51

3. Adanya kelompok tani hutan rakyat 0.224 4 0.896Kelemahan (W)

1. Masih minimnya tingkat pengetahuan masyarakat terkait pengelolaan HR

0.13 2 0.26

2. Data lahan kritis dan potensial hutan rakyat belum akurat

0.104 1 0.104

3. Penyuluhan dan pendampingan dari tenaga PKL kurang intensif

0.16 3 0.48

Faktor EksternalFaktor eksternal yang berpengaruh

terhadap pembangunan hutan rakyat terdiri dari peluang dan ancaman. Faktor peluang meliputi : 1) Adanya kebun bibit rakyat, 2) Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik, 3)

Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah, 4) Adanya program BLU. Sedangkan faktor ancaman meliputi : 1) Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak, 2) Administrasi surat kepemilikan tanah, 3) Mahalnya biaya pembuatan SKAU

Tabel 9. Analisis Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Peringkat SkorPeluang (O)

1. Adanya kebun bibit rakyat 0.09 2 0.182. Prospek ekonomi hutan rakyat cukup baik 0.208 4 0.8323. Adanya sumber dana dari pemerintah pusat dan

daerah0.132 3 0.396

4. Adanya program BLU 0.256 4 1.024Ancaman (T)

1. Murahnya harga yang ditawarkan oleh para tengkulak

0.196 3 0.588

2. Administrasi surat kepemilikan tanah 0.074 1 0.0743. Mahalnya biaya pembuatan SKAU 0.044 1 0.044

Page 9: Jurnal awjd

Alternatif Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung

Tabel 10. Hasil analisis faktor eksternal dan faktor internal

Internal Factor Attractive Score/IFAS 3.09 Eksternal Factor Attractive Score/EFAS 3.13Total skor kekuatan (S) 2.25 Total skor peluang (O) 2.43Total skor kelemahan (W) 0.84 Total skor ancaman (T) 0.7

S-W 1.41 O-T 1.72

Gambar 2. Kuadran analisis SWOT stakeholder pengembangan hutan rakyat

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa titik koordinat posisi kelembagaan stakeholder yang berpengaruh terhadap pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung pada titik-titik variabel sumbu (X) 1.41 dan sumbu (Y) 1.72. Koordinat tersebut berada di kuadran I, sehingga memerlukan strategi progresif dalam pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Berikut adalah alternatif strategi yang bisa dilakukan :

1. Menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. (S3-O3)

2. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU. (S1-O4)

3. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan

pendampingan petani hutan rakyat. (W1-O3)

4. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. (S3-T1)

Prioritas Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung

Perumusan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung dilakukan dengan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan lanjutan dari analisis perumusan alternatif strategi dengan analisis SWOT . Alternatif strategi yang memiliki total nilai kemenarikan (Total Attractive Score / TAS) tertinggi merupakan prioritas strategi pembangunan hutan rakyat yang diutamakan untuk diimplementasikan. Urutan prioritas strategi pembangunan hutan

Page 10: Jurnal awjd

rakyat di Kabupaten Tulungagung dapat diketahui pada Tabel 11.

Tabel 11. Prioritas Strategi Pembangunan Hutan Rakyat di Kabupaten Tulungagung Berdasarkan Hasil Analisis QSPM.

Strategi Bobot AS TAS PrioritasMenambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah

0.71 3 2.13 3

Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU

0.95 2 1.9 4

Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat

0.94 4 3.76 2

Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu

1.1 4 4.4 1

Strategi yang memiliki nilai TAS (Total Attractive Score) tertinggi sebesar 4.4 adalah kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu. Strategi ini menjadi strategi utama dalam pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Hal ini disebabkan oleh masalah utama yang masih menghambat pertumbuhan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berupa rendahnya harga yang diterima petani hutan rakyat. Diharapkan dengan terjalinnya kerja sama antara kelompok tani hutan rakyat dengan industri pengolahan kayu hutan rakyat dapat meningkatkan harga kayu dan meningkatkan minat untuk membangun hutan rakyat.

Strategi kedua menjadi prioritas strategi adalah menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat dengan nilai TAS 3.76. Strategi ini menitikberatkan pada upaya pemerintah daerah untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan pengalaman petani hutan rakyat sehingga hasil yang didapatkan dari pengelolaan hutan rakyat bisa optimal. Peran tenaga PKL (Penyuluh Kehutanan Lapang) dalam strategi ini sangat penting sebagai perpanjangan tangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dalam pendampingan petani hutan rakyat.

Strategi ketiga yang menjadi prioritas strategi adalah menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan daerah dengan nilai TAS 2.13. Dengan sumber dana yang ada, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tulungagung dapat melakukan

perekrutan tambahan untuk tenaga PKL yang hingga saat ini dirasa masih kurang jumlahnya. Selain itu dana tersebut bisa digunakan untuk melakukan program pengayaan kepada petani hutan rakyat sehingga program-program yang sudah ada bisa lebih maksimal dirasakan manfaatnya oleh petani hutan rakyat.

Strategi lain yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU dengan nilai TAS 1.9. Strategi ini dimaksudkan untuk lebih menyosialisasikan program BLU kepada petani hutan rakyat agar memiliki motivasi lebih dalam mengembangkan hutan rakyat yang sudah dikelolanya.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Faktor–faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat adalah persepsi, motivasi dan karakteristik responden. Berdasarkan uji korelasi bahwa faktor persepsi mempunyai korelasi positif yang secara signifikan berpengaruh terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Faktor motivasi juga memiliki korelasi positif yang berpengaruh pada intensitas pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung. Karakteristik responden berupa luas hutan rakyat yang dikelola, pendapatan per tahun dan pengalaman usaha tani berkorelasi positif terhadap intensitas pengelolaan hutan rakyat. Dan karakteristik berupa umur, jumlah anggota keluarga dan tingkat pendidikan memiliki korelasi negatif terhadap intensitas

Page 11: Jurnal awjd

pengelolaan hutan rakyat yang dilakukan oleh petani hutan rakyat.

Strategi pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Tulungagung berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan antara lain:

1. Menambah jumlah tenaga PKL dengan menggunakan sumber dana dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah

2. Memaksimalkan peran tenaga PKL dalam mensosialisasikan program BLU.

3. Menyerap sumber dana pemerintah pusat dan daerah untuk sosialisasi dan pendampingan petani hutan rakyat.

4. Kelompok tani hutan rakyat menjalin kerja sama dengan industri pengolahan kayu.

SaranPerlu dilakukan peneltian lanjutan

terkait faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas pengelolaan hutan rakyat Kabupaten Tulungagung. Kegiatan pelatihan dan pendampingan petani hutan rakyat perlu lebih diintensifkan. Selain itu perlu adanya apresiasi pemerintah terhadap petani untuk meningkatkan motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat.

DAFTAR PUSTAKAIrianto A. 2004. Statistik : Konsep Dasar,

Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta : Kencana.

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung : Andi.

Sarwono SW. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Simanjuntak IM. 2004. Solusi Jitu Bagi Pengusaha Kecil dan Menengah: Pedoman Menjalankan Usaha. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Sudaryanto, Ahmad H, Andi S. 1987. Persepsi Hak Pengusahaan Hutan Terhadap Sistem Tebang Pilih Indonesia. Penelitian Pengelolaan Sumber Kehutanan Berwawasan Lingkungan Kerjasama Proyek Pengembangan Efisiensi Penggunaan Sumber

Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Suhaimin T. 2005. Teori Motivasi, Prestasi, dan Kepuasan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Suharjito D. 2000. Hutan Rakyat di Jawa Perannya Dalam Perekonomian Desa. Program Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Masyarakat. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Tampang BL. 1999. Persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara dan kebisingan energi diesel: kasus Kabupaten Bogor [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.