JURNAL -ANGGA NUGRAHA

14
ANALISIS KAFEIN DALAM BIJI KOPI (Coffea sp.) TERHADAP INFERTILITAS WANITA ANGGA NUGRAHA Fakultas Kedokteran Universitas Lampung No. Telpon: 085363047351. Email: [email protected] Kopi merupakan komoditas unggulan perkebunan Provinsi Lampung, dalam secangkir kopi mengandung sekitar 85mg kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid dengan nama 1, 3, 7 - trimethylxanthine atau 1, 3, 7 trimetil 2 , 6 dioxopurin. Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan efek kafein terhadap infertilitas pada wanita.. Metode penulisan dengan cara informasi data sekunder dari beberapa hasil penelitian serta penelusuran pustaka. Dari hasil penelitian dan penelusuran pustaka didapatkan bahwa kafein memiliki efek penurunan infertilitas pada wanita dengan cara menghambat kontraksi otot polos dinding tuba fallopi dan menimbulkan efek psikis berupa kecemasan yang mengganggu hormon kehamilan pada wanita. Kata kunci : kafein, tuba fallopi, infertilitas, cemas. PENDAHULUAN Penggunaan tanaman yang memiliki khasiat pengobatan telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini didukung oleh wilayah Indonesia yang beriklim tropis sehingga memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tanaman kopi cukup dikenal masyarakat Indonesia, terutama pemanfaatan biji kopi yang diolah menjadi minuman berbagai kalangan. 1

description

jurnal

Transcript of JURNAL -ANGGA NUGRAHA

Page 1: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

ANALISIS KAFEIN DALAM BIJI KOPI (Coffea sp.) TERHADAP

INFERTILITAS WANITA

ANGGA NUGRAHAFakultas Kedokteran Universitas Lampung

No. Telpon: 085363047351. Email: [email protected]

Kopi merupakan komoditas unggulan perkebunan Provinsi Lampung, dalam secangkir kopi mengandung sekitar 85mg kafein. Kafein merupakan senyawa alkaloid dengan nama 1, 3, 7 - trimethylxanthine atau 1, 3, 7 – trimetil – 2 , 6 – dioxopurin. Penulisan ini bertujuan untuk menginformasikan efek kafein terhadap infertilitas pada wanita.. Metode penulisan dengan cara informasi data sekunder dari beberapa hasil penelitian serta penelusuran pustaka. Dari hasil penelitian dan penelusuran pustaka didapatkan bahwa kafein memiliki efek penurunan infertilitas pada wanita dengan cara menghambat kontraksi otot polos dinding tuba fallopi dan menimbulkan efek psikis berupa kecemasan yang mengganggu hormon kehamilan pada wanita.

Kata kunci : kafein, tuba fallopi, infertilitas, cemas.

PENDAHULUAN

Penggunaan tanaman yang memiliki khasiat

pengobatan telah lama digunakan oleh

masyarakat Indonesia. Hal ini didukung

oleh wilayah Indonesia yang beriklim tropis

sehingga memiliki kekayaan alam yang

melimpah. Tanaman kopi cukup dikenal

masyarakat Indonesia, terutama

pemanfaatan biji kopi yang diolah menjadi

minuman berbagai kalangan.

Dari Data statistik Dinas Perkebunan

Provinsi Lampung menunjukan kopi

merupakan komoditas unggulan pada tahun

2009 dengan luas lahan 162,954 Ha. dan

hasil produksi mencapai 145,191 ton.

(Dinas Perkebunan Provinsi Lampung,

2009)

Pada data Statistik Perkebunan 2009-2011

Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal

Perkebunan mengatakan bahwa pencapaian

produksi kopi Lampung pada tahun 2010

mencapai 145.053 ton. (Kementrian

Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan,

Statistik Perkebunan 2009-2011)

1

Page 2: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa

Provinsi Lampung memiliki potensi besar

dalam bidang perkebunan kopi,

pemanfaatan kopi sebagai minuman

memiliki keuntungan dan kerugian

tersendiri. Jika dikonsumsi dalam batas

sewajarnya kopi justru memiliki efek yang

menguntungkan tetapi apabila dikonsumsi

berlebihan, kandungan kafein dalam kopi

bisa menyebabkan beberapa gangguan

dalam tubuh.

Kafein (C8H10N4O2) yang juga dikenal

dengan nama 1, 3, 7 - trimethylxanthine

atau 1, 3, 7 – trimetil – 2 , 6 – dioxopurin

diklasifikasikan sebagai alkaloid. Kafein

merupakan produk akhir dari metabolisme

nitrogen pada beberapa tanaman. Kafein

dalam bentuk murni sebagai kristal putih,

memiliki massa molar 194,19 gram /mol,

mudah larut dalam air dan dalam banyak

pelarut organik. Dan lebih dari enam puluh

tanaman, termasuk kopi, teh, biji kola, dan

coklat, menghasilkan kafein dari purin

xanthine. Dengan demikian, kafein

merupakan kandungan alami dalam kopi,

teh, cokelat, dan minuman cola. (BPOM-RI

2012).

Dari beberapa literatur, diketahui bahwa

kopi dan teh banyak mengandung kafein

dibandingkan jenis tanaman lain, karena

tanaman kopi dan teh menghasilkan biji

kopi dan daun teh dengan sangat cepat,

sementara penghancurannya sangat lambat.

Berikut adalah kandungan kafein dalam

beberapa produk :

Tabel 1Kandungan Kafein dalam

Makanan/Minuman

ProdukKandungan

kafein

Secangkir Kopi

Secangkir Teh

Sebotol Coco cola

Minuman energy

(kratingdaeng, M-150,

Galin Bugar, dll )

85 mg

35 mg

35 mg

50 mg

(Putra dan Hermanto, 2003).

Batas konsumsi kafein maksimum yang di

anjurkan oleh BPOM-RI dalam Surat

2

Page 3: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

Keputusan Kepala Badan POM adalah 150

mg/hari dibagi minimal dalam 3 dosis. Kopi

dapat mengandung 50-200 mg kafein per

cangkir tergantung penyeduhan. Untuk teh

dapat mengandung 40-100 mg kafein per

cangkir. Berdasarkan Surat Keputusan

tersebut diatas, batas kandungan kafein

dalam minuman adalah 50 mg per sajian.

(BPOM-RI, 2004)

Sebuah studi tentang hubungan antara

penurunan kesuburan wanita terhadap

konsumsi kafein di Amerika Serikat

menunjukan bahwa wanita yang

mengkonsumsi kafein 300 mg/hari atau

setara dengan tiga cangkir kopi memiliki

resiko penurunan kesuburan hingga 27%

dan wanita yang mengkonsumsi kafein

kurang dari 300 mg/hari hanya mengalami

penurunan fertilitas sekitar 10%. (Hatch EE

dan Bracken MB. 1993). Bukan hanya

penurunan kesuburan pada wanita tetapi

konsumsi kafein dalam dosis yang tinggi

oleh wanita hamil juga bisa menyebabkan

keguguran, hal ini telah diteliti oleh De-

Kun Li, dkk dalam American Journal of

Obstetrics and Gynecology pada tahun

2008.

Kafein mempunyai efek relaksasi otot

polos, terutama otot polos bronchus,

merangsang susunan saraf pusat, otot

jantung, dan meningkatkan diuresis.

a. Jantung, kadar rendah kafein dalam

plasma akan menurunkan denyut

jantung, sebaliknya kadar kafein dan

teofilin yang lebih tinggi menyebabkan

tachicardi, bahkan pada individu yang

sensitif mungkin menyebabkan aritmia

yang berdampak kepada kontraksi

ventrikel yang premature.

b. Pembuluh darah, kafein menyebabkan

dilatasi pembuluh darah termasuk

pembuluh darah koroner dan pulmonal,

karena efek langsung pada otot

pembuluh darah

c. Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh

darah otak naik disertai pengurangan

aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga

3

Page 4: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

merupakan refleksi adanya blokade

adenosine oleh Xantin (Farmakologi UI,

1995)

Infertilitas didefinisikan sebagai

ketidakmampuan untuk mengandung

(hamil) setelah selama 12 bulan melakukan

hubungan seksual tanpa pengaman (alat

kontrasepsi). Spektrum infertilitas

mencakup berkurangnya laju konsepsi atau

dibutuhkannya intervensi medis hingga

penyebab infertilitas yang ireversibel

(sterilitas). (Siti, 2009)

Fungsi menstruasi yang abnormal

merupakan penyebab tersering infertilitas

pada perempuan. Kelainan tersebut dapat

bermanifestasi sebagai menore atau siklus

menstruasi yang pendek atau tidak teratur.

Penyakit tuba dapat disebabkan oleh

penyakit panggul inflamasi, apenditis,

endometriosis, perlengketan daerah

panggul, operasi daerah tuba dan riwayat

penggunaan spiral/intrauterine device

(IUD). Endometriosis didefinisikan sebagai

adanya kelenjar atau stroma endometrial di

luar rongga endometrium dan otot uterus.

Endometriosis mungkin pula tidak

menunjukan manifestasi klinis dan hanya

bisa disingkirkan secara tepat dengan

laparoskopi. (Siti, 2009)

Penelitian kedokteran juga menemukan

bahwa peningkatan kadar prolaktin dan

kadar Lutheinizing Hormon (LH)

berhubungan erat dengan masalah psikis.

Kecemasan dan ketegangan cenderung

mengacaukan kadar LH, serta kesedihan

dan murung cenderung meningkatkan

prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat

mengganggu pengeluaran LH dan menekan

hormon gonadotropin yang mempengaruhi

terjadinya ovulasi. (Kasdu, 2001)

Kesuburan wanita secara mutlak

dipengaruhi oleh proses-proses fisiologis

dan anatomis, di mana proses fisiologis

tersebut berasal dari sekresi internal yang

mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini

kesuburan wanita itu merupakan satu unit

4

Page 5: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh

bermacam-macam faktor psikis dan faktor

organis atau fisis. Kesulitan- kesulitan

psikologis ini berkaitan dengan koitus dan

kehamilan, yang biasanya mengakibatkan

ketidakmampuan wanita menjadi hamil.

(Purba, 2011)

Oleh sebab itu, penulis melakukan

penelusuran pustaka efek kafein terhadap

infertilitas wanita. Bentuk penelusuran

pustaka terutama yang berhubungan dengan

penelitian-penelitian efek antiimplantasi,

efek estrogenik dan faktor psikis yang

ditimbulkan kafein terhadap fertilitas

wanita.

PEMBAHASAN

Salah satu faktor yang berhubungan dengan

infertilitas telah disepakati bahwa

penghantaran oocyte melalui tuba fallopi

(Croxatto, 2002). Pada mencit, tuba fallopi

menunjukan aktifitas elektrik spontan atau

disebut dengan slow waves. (Dixon dkk.,

2009). Dalam studi yang sama

menunnjukan bahwa gelombang lambat

yang dihasilkan oleh populasi sel

pacemaker yang disebut dengan Oviduct

Interstitial Cells of Cajal (ICC-OVI).

Normalnya, pada siklus bulanan, satu ovum

dikeluarkan dari folikel ovarium masuk ke

dalam rongga abdomen didekat dua tuba

fallopi yang mempunyai ujung berfimbria.

Ovum ini kemudian berjalan melewati salah

satu tuba fallopi menuju uterus; jika ovum

tersebut sudah dibuahi oleh sperma, akan

tertanam dalam uterus, tempat ovum

tersebut akan berkembang menjadi fetus,

plasenta, dan membran fetus dan akhirnya

menadi seorang bayi. (Guyton, 2007).

Kafein merupakan obat yang banyak

digunakan untuk studi otot polos, dan

diketahui minimal memiliki tiga efek besar:

1. Stimulasi pelepasan Ca2+ dari reseptor

ryanodine (RyR) di kanal membran

plasma sel atau store-operated calcium

channels (SOC channels).

2. Penghambatan reseptor IP3.

5

Page 6: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

3. Penghambatan nukleotida siklik

phosphodiesterases (PDEs).

Pada penelitian lain mengemukakan bahwa

efek kafein pada otot tuba fallopi tidak

dipengaruhi oleh ryanodine, hal ini

menunjukan bahwa efek ini terutama bukan

karena stimulasi obat sehingga melepaskan

ion Ca2+. Lebih jauhnya, berbeda dengan

hiperpolarisasi yang disebabkan oleh

kafein, reseptor IP3 antagonis 2-aminoethyl

diphenylborinate (2-APB) menyebabkan

depolarisasi. (Dixon dkk. 2011)

Dalam beberapa studi sebelumnya tentang

dinding otot polos, peningkatan cAMP

mengakibatkan hiperpolarisasi dan

penghambatan aktifitas listrik dan akitifitas

mekanik secara spontan. (Von der Weid

dkk, 1996)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Dixon dkk pada tahun 2011, ia menemukan

pemberian kafein pada myosalpinx

menyebabkan hiperpolarisasi membran

tergantung dosis dan penurunan frekuensi

pacemaker myosalpinx pada tuba fallopi.

Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa

kafein menghambat kontraksi otot tuba

fallopi yang merupakan efek peningkatan

kadar cAMP sitosol ketika kafein

menghambat pada PDEs. Saat

hiperpolarisasi yang disebabkan oleh

pembukaan kanal Katp , membran potensial

mengalami pergeseran dan juga membuka

kanal Ca2+ sehingga terjadi relaksasi.

Hiperpolarisasi yang menyebabkan aktifasi

kanal Katp tersebut menyebabkan

penghambatan kontraksi otot tuba fallopi

secara spontan yang merupakan mekanisme

penting untuk menghantar telur sepanjang

tuba fallopi. Oleh karena itu jelaslah

mengapa wanita yang mengkonsumsi

kafein tinggi memakan waktu lebih lama

untuk hamil dibanding wanita yang tidak

mengkonsumsi kafein.

Selain itu, efek konsumsi kafein dapat

menimbulkan kecemasan dan gangguan

tidur. (MediaKom KemenKes-RI, 2011)

6

Page 7: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

Penelitian kedokteran juga menemukan

bahwa peningkatan kadar prolaktin dan

kadar Lutheinizing Hormon (LH)

berhubungan erat dengan masalah psikis.

Kecemasan dan ketegangan cenderung

mengacaukan kadar LH, serta kesedihan

dan murung cenderung meningkatkan

prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat

mengganggu pengeluaran LH dan menekan

hormon gonadotropin yang mempengaruhi

terjadinya ovulasi (Kasdu, 2001)

Keadaan wanita yang lebih rileks ternyata

lebih mudah hamil dibandingkan dengan

wanita yang selalu dalam keadaan stres.

Adapun perasaan tertekan atau tegang yang

dialami wanita tersebut berpengaruh

terhadap fungsi hipotalamus yang

merupakan kelenjar otak yang mengirimkan

sejumlah sinyal untuk mengeluarkan

hormon stres keseluruh tubuh. Hormon

stress yang terlalu banyak keluar dan lama

akan mengakibatkan rangsangan yang

berlebihan pada jantung dan melemahkan

sistem kekebalan tubuh. Kelebihan hormon

stres juga dapat mengganggu keseimbangan

hormon, sistem reproduksi ataupun

kesuburan. Pernyataan ini seperti

dikemukakan oleh Mark Saver pada

penelitiannya tahun 1995, mengenai

Psychomatic Medicine yang menjelaskan

bahwa wanita dengan riwayat tekanan jiwa

kecil kemungkinan untuk hamil

dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalaminya. Hal ini terjadi karena

wanita tersebut mengalami

ketidakseimbangan hormon (hormon

estrogen). Kelebihan hormon estrogen akan

memberikan sinyal kepada hormon

progesteron untuk tidak berproduksi lagi

karena kebutuhannya sudah mencukupi.

Akibatnya akan terjadi kekurangan hormon

progesteron yang berpengaruh terhadap

proses terjadinya ovulasi. (Kasdu, 2001)

Efek psikis terutama yang ditimbulkan oleh

konsumsi kafein ini juga berdampak pada

kesuburan wanita, sehingga dapat

mempengaruhi proses kehamilan.

7

Page 8: JURNAL -ANGGA NUGRAHA

KESIMPULAN

Kafein memiliki efek penghambatan

kontraksi dinding otot tuba fallopi melalui

konduktans regulasi cAMP dan

menimbulkan efek psikis berupa kecemasan

yang mengganggu hormon kehamilan pada

wanita.

DAFTAR RUJUKAN

Badan POM. 2004. Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.23.3644 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Suplemen Makanan. Tanggal Akses 24 Juni 2012.

Badan POM. 2012. Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman. Tanggal Akses 24 Juni 2012.

Croxatto HB. 2002. Physiology of gamete and embryo transport through the fallopian tube. Reprod Biomed Online 4: 160–169.

De-Kun Li, dkk. 2008. Maternal caffeine consumption during pregnancy and the risk of miscarriage: a prospective cohort study. Tanggal Akses 25 Juni 2012.

Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2009. 7 Komoditas Unggulan Provinsi Lampung. Tanggal Akses 24 Juni 2012.

Dixon. Dkk. 2009. Inhibitory effect of caffeine on pacemaker activity in the oviduct is mediated by cAMP-regulated conductances. Tanggal Akses 3 Juli 2012.

Farmakologi UI ; 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi ke 4, Percetakan Gaya Baru. Jakarta.

Guyton, Arthur C. Dkk. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Terjemahan

Awal Luqman dkk. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Hatch EE, Bracken MB (1993). Association of delayed conception with caffeine consumption. Am J Epidemiol 138: 1082–1092. Diakses Tanggal 25 Juni 2012

Kasdu, D. 2001. Kiat Sukses Pasangan Memperoleh Keturunan, Jakarta : Puspa Swara.

MediaKom Kementerian Kesehatan RI. 2011. Majalah MediaKom Edisi XXVIII. Jakarta. Tanggal Akses 28 Juli 2012.

M. Wien Winarno, Dian Sundari. 1997. Analisis Informasi Tanaman Obat untuk Kontrasepsi Tradisional. Jakarta.

Purba, Amril. 2011. Analisis Histopatologi Plasenta Mencit (Mus Musculus Strain DD Webster) pasca pemberian kafein. Universitas Sumatera Utara, Medan. Tanggal akses 8 Juli 2012.

Putra Evan Sinly, dan Hermanto Sindhu. 2003. Kafein, Senyawa bermanfaat atau beracunkah . Diakses Tanggal 24 Juni 2012

Siti setiati. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Interna Publishing. Jakarta.

Statistik Perkebunan Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Potensi Kopi di Lampung. Tanggal Akses 24 Juni 2012.

von der Weid PY (1998). ATP-sensitive K+ channels in smooth muscle cells of guinea-pig mesenteric lymphatics: role in nitric oxide and beta-adrenoceptor agonist-induced hyperpolarizations. Br J Pharmacol 125: 17–22.

8