Jurnal anestesi ocyn
-
Upload
cynthia-oktarisza -
Category
Documents
-
view
56 -
download
7
Transcript of Jurnal anestesi ocyn
Kualitas Analgetik Lidokain dengan atau tanpa Midazolam untuk Anestesi Regional Intravena
Abstrak
Tujuan Midazolam memiliki efek analgesik yang dimediasi oleh reseptor gamma
aminobutyric acid-A. Penelitian ini di rancang untuk mengevaluasi efek midazolam pada
kualitas anestesi dan analgesia saat di tambahkan lidokain intravena untuk anestesi regional.
Metode empat puluh pasien yang menjalani operasi lengan secara acak dibagi menjadi dua
kelompok yang menerima anestesi regional intravena (IVRA). Grup kontrol menerima
3mg/kg lidokain 2% yang diencerkan dengan saline dengan total volume 40 ml, dan grup
yang menerima tambahan midazolam 50mg/kg. Yang diamati adalah jangka waktu blok saraf
sensorik dan motorik dan waktu pemulihan, nyeri touriquet, keperluan analgesik
intraoperatif, sedasi dan kualitas anestesi. Nyeri postoperatif dan skor sedasi, waktu yang
dibutuhkan untuk analgesik pertama, analgesik yang digunakan dalam 24 jam pertama, dan
efek samping juga diamati.
Hasil Jangka waktu blok saraf sensorik dan motorik serta waktu pemulihannya tidak berbeda
secara signifikan antar dua kelompok. Skor nyeri tourniquet rendah yaitu 10, 15, 20, dan 30
menit (P\0.0001) pada grup midazolam. Tiga (15%) pasien pada grup midazolam diperlukan
fentanyl untuk nyeri tourniquet dibandingkan dengan tigabelas (65%) pasien pada grup
kontrol (P=0,02). Pasien pada kedua kelompok tersebut menerima fentanyl satu kali.
Kelompok midazolam menunjukkan bahwa pasien kurang signifikan memerlukan diclofenac
untuk analgesik post operatif (P\0.01) dan analgesik bebas periode selama pasca operasi
24jam pertama secara signifikan lebih lama ((726.8 ± 662.8 min vs. 91.0 ± 35.9 min, P\
0.0001). Skor nyeri post operatif lebih rendah (P\0.0001) dan skor sedasi lebih tinggi (P\0.05)
untuk 2 jam pertama pada kelompok midazolam.
Kesimpulan Penambahan midazolam pada lidokain untuk IVRA meningkatkan kualitas
anestesi dan meningkatkan analgesia intraoperatif dan postoperatif tanpa menimbulkan efek
samping.
Kata kunci Teknik anestesi · IV regional · Lidocaine · Midazolam
Pendahuluan
Anestesi regional Intravena (IVRA) sederhana dan efektif untuk operasi ektremitas. Namun,
IVRA terbatas oleh nyeri touniquet dan ketidakmampuannya untuk analgesik post operatif.
Berbagai obat tambahan telah dievaluasi dan hubungannya dalam anestesi lokal untuk
meningkatkan kualitas blok IVRA dengan hasil yang bervariasi. Midazolam, turunan
benzodiazepin, memiliki efek analgesik yang dimediasi oleh gamma aminobutyricacid-A
(GABA-A) reseptor benzodiazepine di sumsum tulang belakang. Reseptor GABA juga
ditemukan di saraf perifer. Midazolam mengurangi aktifitas serabut saraf delta-A dan
meningkatkan aktivitas serabut saraf C. Terjadi penurunan intraartikular nyeri pada post
operasi setelah bedah atrhoskopi lutut. Midazolam yang dikombinasikan dengan bupivakain
akan meningkatkan kualitas efek analgesia ketika digunakan untuk mengahmbat pleksus
brakialis. Penambahan midazolam dengan lidokain untuk IVRA belum diteliti. Penelitian ini
dirancang untuk mengevaluasi pengaruh anestesi dan kualitas analgesia midazolam ketika
ditambahkan pada lidokain untuk IVRA. Tujuan utama adalah untuk menilai nyeri
tourniquet. Tujuan kedua adalah untuk menilai nyeri dan sedasi intra-operasi dan pasca
operasi, kualitas anestesi, dan onset serta waktu pemulihan untuk hambatan saraf sensorik
dan motorik.
Metode dan Material
Empat puluh pasien American Society of Anesthesiologi (ASA) status fisik I-II diprogram
untuk operasi regio lengan dan lengan bawah (carpal tunnel, trigger finger, tendon release)
dimasukkan ke dalam penelitian prospektif, studi acak dan penelitian double blinded. Dan
sudah mendapatkan persetujan tertulis oleh pasien dan persetujuan komite etik. Kriteria
eksklusi yaitu pasien dengan penyakit Raynaud, anemia sel sabit, sindrom penyakit kronik,
gangguan psikologis, epilepsi, leukemia, penyakit autoimun, diabetes, ibu hamil atau ibu
menyusui, konsumsi analgesik atau obat sedatif 24 jam sebelum operasi, atau riwayat alergi
obat. Pasien di tempatkan secara acak menjadi dua kelompok. Tidak diberikan premedikasi
sebelumnya. Setelah pasien telah dibawa ke ruang operasi, Tekanan darah arteri rata-rata
(MAP), saturasi oksigen perifer (SpO2), dan nadi dipantau. Infus dua arah ditempatkan di
vena dorsalis tangan yang dioperasi dan infus kristaloid ditempatkan di tangan lainnya.
Tangan yang akan dioperasi diangkat selama 2 menit kemudian di fiksasi dengan perban
Esmarch, double-cuff pneumatic tourniquet ditempatkan di sekitar lengan atas, dan inflasi
tekanan proksimal menjadi 250 mmHg (minimal 100 mm Hg di atas tekanan darah sistolik
untuk semua pasien).
Fiksasi sirkulasi dapat diverifikasi oleh pemeriksaan inspeksi, tidak terabanya denyut
arteri radialis, dan penurunan tekanan oksimetri di jari telunjuk ipsilateral. IVRA dapat
diberikan dengan 3 mg/kg lidokain 2% diencerkan dengan normal saline sampai volume 40
ml dalam kelompok kontrol(n = 20) atau dengan 50 mg / kg midazolam ditambah 3 mg/kg
lidokain 2% diencerkan dengan normal saline untuk sampai volume 40 ml pada kelompok
midazolam (n = 20). IVRA tersebut disuntikkan lebih dari 90 detik oleh anesthesiologist.
Penilaian hambatan saraf sensorik dinilai oleh pinprick yang dilakukan dengan jarum
shortbeveled 22 setiap 30 detik. Respon pasien dievaluasi dalam distribusi sensorik
dermatomal dari antebrachial medial dan lateral, saraf ulnaris, median dan saraf radial. Waktu
terjadinya hambatan sensorik didefinisikan sebagai waktu yang terpakai dari injeksi obat
untuk hilangnya sensasi pinprick di semua distribusi saraf. Hambatan motorik dinilai secara
obyektif sebagai berikut : abduksi jari (saraf ulnar), Pergerakan setiap jari (saraf median), dan
ekstensi lengan dan pergelangan tangan(saraf radialis). Blokade motorik dinilai pada skala 3-
point (0 = pergerakan jari normal, 1 = penurunan pergerakan, 2 = blokade motorik lengkap).
Onset blok motorik yaitu waktu yang dimulai dari injeksi obat sampai hambatan motorik
yang lengkap.
Setelah blok sensorik dan motorik yang dicapai, tourniquet distal telah meningkat
menjadi 250 mmHg dan tourniquet proksimal di lepaskan. MAP, HR, SpO2, penilaian nyeri
subyektif menggunakan skala skor numerik (NRS) dari 0 (tidak nyeri) sampai 10 (sangat
nyeri), dan derajat sedasi (skala1-5, 1 = sadar, 2 = sadar tetapi mengantuk, 3 =tertidur namun
responsif terhadap perintah verbal, 4 = tertidur namun responsif terhadap stimulus taktil, 5 =
tertidur tetapi tidak responsif terhadap rangsangan apapun) dimonitor sebelum dan saat 1,5,
10, 15, 20, dan 30 menit setelah inflasi tourniquet distal. Variabel yang diukur setelah
pelepasan tourniquet dan pasca operasi 1, 2, 4, 6, 12, dan 24 jam. Saat terjadi nyeri
tourniquet pada skor >4 pada NRS, pasien diberikan fentanyl 1µg/kg, yang diulang setelah 5
menit jika nyeri tidak ada perbaikan, dan tercatat jumlah pasien yang memerlukan fentanyl.
Tidak ada obat penenang tambahan diberikan selama pada periode intraoperatif. Pada akhir
operasi, pasien ditanyakan untuk mengetahui kondisi operasi seperti, nyeri tourniquet atau
nyeri insisi, sesuai dengan skala numerik : Sangat baik(4) = tidak ada keluhan dari nyeri, baik
(3)=sedikit keluhan nyeri namun tidak memerlukan tambahan analgesik, Sedang (2)= Adanya
keluhan nyeri dan memerlukan tambahan analgesik, Tidak berhasil (1)= pasien diberikan
anestesi umum. Saat akhir operasi, Dokter bedah menilai kondisi operasi pada kelompok
yang diteliti dengan skala numerik : 0=Tidak berhasil, 1=Buruk, 2=Sedang, 3=baik, 4=sangat
baik.
Tourniquet itu tidak mengempis sebelum 30 menit dan tidak meningkat lebih dari 1
jam. Pada akhir operasi, deflasi tourniquet dilakukan dengan teknik deflasi siklik [tourniquet
mengempis tiga kali dengan periode deflasi tetap (10 detik) diselangi oleh periode 1 menit
dari reinflasi]. Waktu pemulihan sensorik didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
setelah deflasi tourniquet hingga pemulihan nyeri di semua dermatom ditentukan dengan uji
pinprick. Waktu pemulihan blok motorik dimulai dari setelah deflasi tourniquet sampai
adanya pergerakan jari.
Pasien diberikan diklofenak, 75 mg im, pada interval 8 jam jika skor nyeri NRS >4.
Periode bebas analgesik selama 24 jam pertama pasca operasi (waktu dimulai setelah
pelepasan tourniquet sampai permintaan analgesik pada pasien pertama) telah tercatat.
Semua evaluasi yang dilakukan oleh residen anestesi pada studi kelompok penelitian. Sakit
kepala, pusing, ruam kulit, mual, muntah, dan efek samping lainnya yang ditercatat saat 24
jam pasca operasi. Ukuran sampel dari 20 pasien dari kelompok diharapkan adekuat untuk
menunjukkan pengurangan nyeri tourniquet 25% dengan skor = 0,05 dan kekuatan 80%.
Evaluasi statistik diuji dengan SPSS 10,0 forWindows (SPSS Inc Chicago, IL, USA). Test
independent sampel digunakan untuk mengevaluasi data demografis,data hemodinamik
intraoperatif dan pascaoperasi, waktu onset dan waktu pemulihan blok motorik dan sensorik,
operasi dan durasi tourniquet. Uji Z digunakan membandingkan kelompok independen untuk
perbandingan. . The Mann-Whitney U test digunakan untuk skor nyeri NRS dan skor sedasi
intraoperasi dan pasca operasi, durasi analgesia, dan kualitas anestesi. Analisis varians untuk
pengukuran berulang pada skor nyeri NRS, dilanjutkan dengan uji Bonferroni untuk beberapa
perbandingan. Komplikasi dan jenis operasi dibandingkan dengan Uji Fisher’s exact.
Signifikansi ditentukan pada tingkat P=0,05
Hasil
Semua 40 Pasien telah di teliti. Kedua grup memiliki karakteristik yang sama dan data
operasi (Tabel 1). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok dalam MAP,
HR, dan SpO2 saat periode intraoperatif dan pasca operasi.
Jangka waktu blok sensorik dan motorik dan waktu pemulihan blok tidak bermakna
secara signifikan antara kedua kelompok (P>0,05; Tabel 2). Skor nyeri tourniquet NRS
menurun secara signifikan pada kelompok midazolam (P<0.0001) pada 10, 15, 20 dan 30
menit setelah inflasi tourniquet (P value = 0.0001; Tabel 3). Tiga pasien (15%) pada
kelompok midazolam membutuhkan fentanyl untuk nyeri tourniquet dibandingkan dengan
tigabelas (65%) pada kelompok kontrol (P=0.02). Pasien pada kedua kelompok menerima
fentanyl satu kali. Tidak ada pasien yang mengalami nyeri insisional saat operasi pada kedua
kelompok. Kualitas anestesi [median (range)] seperti yang ditentukan oleh [4 (3–4) vs. 3
(3–4)] dan ahli bedah [4 (3–4) vs. 3 (2–4)] secara statistik lebih baik midazolam daripada
kelompok kontrol (P = 0,01 dan 0.003 ; Tabel 4).
Tabel 1 Karakteristik Pasien dan data operasi
Kelompok Midazolam(n = 20)
Kelompok Kontrol(n = 20)
Usia (Tahun) 42.5 ± 13.2 45.3 ± 12.6
Jenis Kelamin (L/P) 14/6 13/7
BB (kg) 78.2 ± 9.4 76.4 ± 10.5
Waktu Operasi (menit) 34.1 ± 6.5 32.5 ± 8.6
Waktu Tourniquet (menit) 45.6 ± 7.4 43.9 ± 9.3
Jenis operasi bedah (carpaltunnel/trigger finger/tendon
release)
14/5/1 12/6/2
Values are number or mean ± standard deviationTidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok
Tabel 2 Onset dan waktu pemulihan blok sensorik dan motorik
Kelompok Midazolam(n = 20)
Kelompok Kontrol(n = 20)
Sensory block onset time
(min)
4.7 ± 1.3 5.4 ± 1.
Sensory block recovery
time (min)
4.2 ± 1.2 3.7 ± 1.1
Motor block onset time
(min)
4.9 ± 1.4 5.7 ± 1.5
Motor block recovery
time (min)
4.6 ± 1.3 4.0 ± 1.2
Values are mean ± standard deviationNo significant differences were found between the two groups
Skor nyeri NRS post operasi secara signifikan lebih rendah (P<0.0001) untuk 2 jam
pertama post operasi pada kelompok midazolam (P value = 0.006; Table 3). Waktu yang
diperlukan untuk analgesik pertama postoperasi secara signifikan lebih lama (P<0.0001) pada
kelompok midazolam (726.8 ± 662.8 min) dibandingkan dengan kelompok kontrol (91.0
±35.9 min).Sebelas pasien pada kelompok midazolam dan 20 pasien di kelompok kontrol
memerlukan diclofenac untuk nyeri postoperasi (P<0.01). 11 pasien (55%) pada kelompok
midazolam mendapatkan diclofenac hanya satu kali dibandingkan 16 pasien (80%) pada
kelompok kontrol yang menerima diclofenac satu dan empat orang (20%) yang menerima
diclofenac dua kali meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan. Skor sedasi post operasi
[median (kisaran interkuartil) ] secara signifikan lebih tinggi saat 1 dan 2 jam setelah operasi
pada kelompok midazolam [2 (2–3) vs. 1 (1–1) and 1 (1–2) vs. 1(1–1), dengan (p<0.05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada kelompok midazolam tidak ada yang
membutuhkan bantuan pemeliharaan jalan nafas akibat efek sedasi. Tidak ada perbedaan
skor sedasi intraoperasi antar kedua kelompok. Tidak ada efek samping yang timbul saat
periode studi 24 jam dalam kedua kelompok tersebut; hanya tiga pasien pada kelompok
kontrol yang mual dan membutuhkan terapi antiemetik.
Table 3 Intraoperative and postoperative pain scores
Kelompok Midazolam(n = 20)
Kelompok Kontrol(n = 20)
Before tourniquetAfter
tourniquet
1
5
10
15
20
30
0
1 (0–2)
1 (0–2)
1 (0–3)*
1 (0–3)*
1 (0–3)*
2 (1–4)*
0
1 (0–2)
1 (0–3)
3 (1–4)
3 (1–5)
3 (1–5)
3 (2–5)
After surgery
1 h
2 h
4 h
6 h
12 h
24 h
1 (0–3)*
2 (0–4)*
3 (1–4)
3 (1–4)
2 (0–3)
1 (0–2)
3 (1–5)
3 (2–5)
3 (2–4)
3 (2–4)
2 (1–3)
1 (0–3)
Values are median (range)* P\0.0001 compared with the control group
Tabel 4. Kualitas anestesi yang dinilai dari pasien dan ahli bedah
Kelompok Midazolam(n = 20)
Kelompok Kontrol(n = 20)
Quality of
anesthesia (patient)
Quality of
anesthesia
(surgeon)
4 (3–4)*
4 (3–4)* *
3 (3–4)
3 (2–4)
Values are median (range)* P = 0.01, ** P = 0.003 compared with the control group
Pembahasan
Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa penambahan 50 µg/kg midazolam pada
lidokain intuk IVRA menurunkan nyeri tourniquet, meningkatkan kualitas analgeesia, dan
menurunkan konsumsi analgesik intraoperatif dan post operasi tanpa menyebabkan efek
samping. Nyeri tourniquet adalah masalah umum yang sulit dalam penggunaan tourniquet
pneumatik selama prosedur bedah yang melibatkan ekstremitas atas atau bawah. Nyeri
neuropatik yang dihasilkan oleh kompresi saraf merupakan penyebab yang paling penting.
Peranan serat delta-A dan serat C unmielinisasi mungkin terlibat dalam nyeri tourniquet.
Selain itu, tourniquet pneumatik menyebabkan iskemia, yang mendistorsi penetrasi saraf oleh
stres oksidatif dan merusak barrier darah-saraf. Benzodiazepin cenderung menekan aferen
membangkitkan eksitasi di substansia gelatinosa dan penggerak motorik, dan menyebabkan
efek antinosiseptif. Reseptor agonis GABA pada tulang belakang, muscimol, dan
isoguvacine, menurunkan perilaku allodynia dan hiperanalgesia pada cedera saraf. Efek dari
midazolam pada GABAergic sistem mungkin efektif dalam mengurangi nyeri neuropatik.
Koninen dan Dickenson menunjukkan bahwa midazolam menurunkan serabut saraf delta-A
dan meningkatkan aktivitas serat delta-C dan allodynian mekanik setelah ligasi saraf spinal.
Analgesia Midazolam-induced juga telah dikaitkan dengan mekanisme nonl-opioid, mungkin
melalui reseptor k opioid. Selain itu, midazolam meningkatkan beberapa aktivitas
antioksidan invitro yang diukur dengan proteksi dari kerusakan flouroesensi dari
phycoerythrin. Studi klinis telah menunjukkan peningkatan efek dari analgesik midazolam
ketika mengatur rute centroneuraxial dalam kombinasi dengan bupivacaine. Batra et al
menunjukkan bahwa midazolam secara intraartikular dapat mengurangi nyeri post operasi
beberapa hari setelah operasi lutut arthroscopic. Penambahan midazolam dengan bupivacaine
untuk hambatan pleksus brakialis, meningkatkan terjadinya hambatan pada saraf sensorik dan
motorik serta meningkatkan efek analgesik post operasi yang dinyatakan dengan skor nyeri
yang rendah, efek berkepanjangan, dan mengurangi kebutuhan analgesik.
Dari studi menunjukkan penambahan midazolam 50µg/kg dengan lidokain utnuk
IVRA dapat meningkatkan analgesik intraoperasi dan meningkatkan kualitas anestesi. Hal
ini dapat terjadi karena efek lain dari midazolam pada penempatan tourniquet dapat
mencegah distribusi midazolam ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Terjadinya sedasi dan
peningkatan analgesik postoperasi setelah deflasi tourniquet pada kelompok midazolam dapat
terjadi karena efek sistemik midazolam pada penambahan efek analgesik lain.
Pada percobaan binatang, secara sistematik midazolam memiliki efek antinosiseptif
pada akut termal, akut mekanikal, dan inflamasi akut yang diinduksi nosiseptif. Shrimali et
al melaporkan bahwa midazolam yang diberikan secara intravena menunjukkan efek
analgesik yang sangat baik untuk pasien yang menjalani biopsi prostat ultrasound transrectal.
Dalam penelitian ini, jangka waktu hambatan saraf sensorik dan motorik lebih pendek
dan memperpanjang waktu pemulihan pada kelompok midazolam dibandingkan dengan
kelompok kontrol, tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik. Midazolam
pada dosis yang tinggi dapat menimbulkan efek yang lebih baik. . Sajedi and Islami
menunjukkan bahwa midazolam dapat meningkatkan durasi dari hambatan sensorik dan
motorik lidokain pada epidural yang menunjukkan bahwa dosis 5 mg bekerja lebih baik
daripada dosis 3 mg. Dosis terpilih midazolam yang digunakan dalam penelitian kami
berdasarkan pada studi sebelumnya tidak terdapat efek samping. Studi lebih lanjut
diperlukan untuk mengevaluasi efek dari berbagai dosis midazolam dalam jenis prosedur
bedah ortopedi dan teknik lain yang berbeda.
Kesimpulan, penambahan midazolam 50µg/kg pada lidokain untuk IVRA
meningkatkan kualitas anestesi dan meningkatkan analgesia Intraoperatif dan pasca-operasi
tanpa menimbulkan efek samping.