Jurnal
-
Upload
harmiyati-gappar -
Category
Documents
-
view
216 -
download
2
description
Transcript of Jurnal
Rendahnya Prevalensi Pertumbuhan Gingival Overgrowht Dihubungkan Pemberian Imunosupresif Baru Dengan Siklosporin
Liuz Augusto wentz(a) Sara Cioccari Oliveira(a) Carlos Heitor Cunha Moreira(b)
Cassino Kuchenbecker Rosing(c)
Abstrak: Gingival overgrowth (GO) sering ditemukan pada pasien yang diberi siklosporin/ cyclosporine (CsA). Penelitian ini menyelidiki prevalensi dan keparahan GO pada pasien yang menerima transplantasi ginjal dan terapi CsA, serta hubungan faktor farmakologis dan klinis. Penelitian cross-sectional terdiri atas 63 penerima transplantasi ginjal yang diberikan CsA di sebuah rumah sakit universitas. Data demografik, farmakologis, dan periodontal dikumpulkan. Variabel primer ialah GO. Uji sampel t- independen dan chi square digunakan untuk membandingkan rata-rata antara kelompok dengan dan kelompok tanpaGO. Tingkat respon sebesar 86.3%. Secara keseluruhan, 40% pasien memiliki berbagai derajat GO. 11 individu memperlihatkan skor GO>10% dan 5 individu mencapai 30%. Persentasi rata-rata GO rendah (6.79±15.83%). Pasien yang secara bersamaan mengkonsumsi nifedipine menunjukkan kecenderungan yang tidak signifikan untuk mengalami prevalensi GO yang lebih besar. Dosis rata-rata dari CsA dan kadar serum ialah 3.20±0.94 mg/kg/d dan 156.12±162.75 ng/mL. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara pasien dengan atau tanpa GO dan antara kelompok yang menerima nifedipine, tidak ada obat, atau verapamil. Prevalensi GO dan tingkat keparahan lebih rendah dari yang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya dan tampaknya tidak berpengaruh terhadap interaksi obat-obatan.
Kata Kunci: Penyakit mulut; Gingival overgrowth; Penyakit gingival, Penelitian epidemiologis; Transplantasi ginjal
Pendahuluan
Gingival overgrowth (GO) merupakan efek negatif yang sering ditemukan pada
pasien yang menerima transplantasi ginjal dan mengalami penekanan sistem imun
akibat siklosporin-A (CsA). Sejak CsA diperkenalkan pada tahun 1980an, tingkat
kesuksesan dan pertahanan organ meningkat secara signifikan. Transplantasi organ
solid dan jaringan telah mengalami perkembangan, dan CsA masih menjadi obat yang
digunakan secara luas. Namun, CsA dapat menyebabkan dampak lain yang
merugikan seperti nefrotoksisiti, hepatotoksiti, hipertensi, dan gingival overgrowth
(GO). GO merupakan suatu kondisi yang menyulitkan dan menganggu yang dapat
mempengaruhi fungsi bicara, mastikasi, oral hygiene, dan estetik. Prevalensi GO
ialah dari 25% sampai 81% bergantung pada populasi penelitian, indeks, dosis, kadar
serum, durasi perawatan, dan interaksi dengan obat-obat yang diberikan bersamaan.
1
Mekanisme yang diajukan untuk menjelaskan terjadinya GO mengarah pada
model multifaktorial. Faktor lain yang tampaknya berhubungan ialah GO dan terapi
siklosporin. Beberapa penulis telah meneliti etiologi GO pada pasien yang menerima
bedah transplantasi ginjal dan perawatan imunosupresif. Penelitian telah menilai
hubungan antara GO dengan bakteri plak, penyakit periodontal, pemberian dosis dan
durasi, konsentrasi plasma, penggunaan yang bersamaan dengan calcium channel
blockers (CCBs), dan kerentanan genetik. Greenberg dkk baru-baru ini meneliti
sampel dari 115 pasien yang telah menjalani transplantasi ginjal dan menemukan
prevalensi GO yang ditemukan pada sampel tersebut ialah 53% yang menerima CsA.
De Oliveira Costa dkk, tidak menemukan adanya hubungan antara GO dan faktor
demografis atau farmakologis. Peneliti tersebut hanya menemukan indeks perdarahan
papilla, dosis azathioprine, dan penggunaaan bersama CCBs yang secara signifikan
berhubungan dengan prevalensi dan keparahan GO.
Protokol imunosupresif terbaru menjelaskan adanya kewenangan untuk
meresepkan imunosupresan khusus dan dosis yang diberikan. Tujuan dari protokol
baru ini ialah untuk menurunkan konsentrasi plasma CsA sebanyak mungkin tanpa
menghilangkan efek imunosupresi yang diinginkan. Inti protokol ini ialah konsep
yang memaksimalkan pengaruh sambil meminimalkan resiko. Tujuan dari penelitian
ini ialah untuk menentukan apakah kondisi periodontal pasien yang telah menjalani
transplantasi ginjal berhubungan dengan obat-obatan yang mereka gunakan pada
masa perawatan.
Metodologi
Populasi Penelitian
Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada pasien rawat jalan di bagian
nefrologi dari sebuah rumah sakit universitas dari bulan Januari sampai September
2009. Seluruh penerima transplantasi ginjal yang memenuhi syarat yang datang
dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian (n=73). Pasien berkunjung secara regular
2
untuk kontrol perawatan farmakologis dan untuk memonitor ketahanan organ.
Kriteria yang harus dipenuhi ialah:
- Transplantasi paling lambat 6 bulan sebelum penelitian
- Berusia 18 tahun pada saat penelitian
- Menerima perawatan imunosupresif dengan CsA selama 6 bulan
- Memiliki ≥6 dari 12 gigi anterior, dan
- Tidak menjalani perawatan periodontal 6 bulan sebelum pemeriksaan
Selama 9 bulan pengumpulan data, pasien yang memenuhi kriteria inklusi
diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian. Evaluasi dilakukan pada hari mereka
melakukan kunjungan medis rutin yang telah dijadwalkan dan pada partisipan
tertentu berdasarkan kemampuan mereka. Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik
Penelitian dari Universitas Santa Maria, Brazil. Seluruh pasien telah menandatangani
formulir informed consent.
Pengumpulan Data
Pasien yang memenuhi syarat menjawab kuesioner terstruktur dan menjalani
pemeriksaan klinis yang dilakukan oleh dua orang pemeriksa yang telah dilatih dan
dikalibrasi. Nila Kappa (±1mm) untuk probing kedalaman poket (PPD) dan
kehilangan perlekatan klinis ialah secara berturut-turut 0.98 dan 0.89, untuk
pemeriksa 1 (LAW); dan 0.95 dan 0.91, untuk pemeriksa 2 (SCO). Persetujuan antar
pemeriksa secara berturut-turut 0.94 dan 0.78. Seluruh gigi, kecuali molar tiga,
diperiksa. Variabel klinis yang diperiksa, antara lain: indeks plak/plaque index (PI),
indeks gingival / gingival index (GI), dan faktor retensi plak/plaque retention faktors
(PRF) pada empat daerah di setiap gigi. Perdarahan pada saat probing/bleeding on
probing (BoP), PP dan tingkat perlekatan klinis/clinical attachment level (CAL)
dievaluasi pada enam daerah dengan menggunakan probe periodontal manual (PCP
UNC 15 Trinity, São Paulo, Brazil). Pasien diwawancarai untuk memperoleh
informasi demografis, perilaku, dan riwayat medis. Grafik kesehatan direview untuk
3
mengecek kebenaran informasi yang diperoleh pasien. evaluasi dan klasifikasi
keparahan GO dibuat oleh pemeriksa yang sama yang diperoleh dari inspeksi visual
dan yang dicatat. Skor untuk GO didasarkan indeks yang dijelaskan oleh Seymour
dkk untuk pemeriksa yang telah dilatih.
Data medis dan farmakologis diperoleh kembali dari rekam klinis (yaitu grafik
kesehatan) dari setiap sampel. Grafik diperiksa dengan teliti dan data yang ada
kemudian dikonfirmasi dengan tim medis yang menangani pasien. Data yang
dimasukkan ialah data terakhir yang akan digunakan untuk analisis.
Berdasarkan penggunaan CCB, pasien dibagi ke dalam dua kelompok; kelompok
satu menggunakan nifedipin (obat yang berhubungan dengan GO) dan kelompok
lainnya ialah yang menerima verapamil atau obat-obatan non CCB lainnya.
Analisis Statistik
Data dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 13.0 (SPSS Inc.,
Chicago, USA). Data gambaran periodontal (PI, GI, PRF, PPD, CAL, dan BoP)
dihitung dan dievaluasi berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi. Data
demografis, perilaku dan transplantasi dijelaskan berdasarkan nilai mutlak dan
persentasi yang berhubungan. Prevalensi GO dihitung untuk pasien yang menerima
transplantasi dan diklasifikasikan ke dalam kelompok berdasarkan persentase rata-
rata. Kelompok GO dibandingkan berdasarkan kadar plasma CsA dan dosis dengan
menggunakan uji t independen. Hubungan antara kelompok GO dan penggunaan
CCB dievaluasi dengan uji chi square. Tingkat signifikansi diatur pada nilai 5%.
Hasil
Dari 102 pasien penerima transplantasi ginjal yang secara berkala datang ke
Bagian Pelayanan Rawat Jalan Nefrologi dari Rumah Sakit Universitas Santa Maria,
Brazil, 29 individu dieksklusikan dari penelitian ini karena alasan berikut:
- Tidak ada gigi (n=5)
4
- < 6 gigi (n=3)
- Tidak menggunakan CsA (n=16), dan
- Transplantasi dilakukan < 6 bulan sebelum penelitian dimulai (n=5).
Dari 73 pasien yang tersisa yang memenuhi kriteria inklusi, 10 orang tidak
berpartisipasi dalam penelitian. Enam pasien menjawab kuesioner, tetapi tidak
menjalani pemeriksaan oral karena berbagai alasan:
- Kendala transportasi
- Masalah kesehatan yang menghalangi pemeriksaan, dan
- Penolakan untuk menjalani pemeriksaan
Empat pasien tidak dapat dihubungi, meskipun sudah dicoba beberapa kali untuk
menghubunginya. Oleh karena itu, 63 pasien yang dihubungi, menjalani pemeriksaan
oral lengkap, dan menjawab kuisioner. Populasi penelitian dijelaskan dalam tabel 1.
Hampir semua partisipan dalam penelitian ini ialah laki-laki (n=39) dan berkulit putih
n=48. Umur berkisar antara 23 sampai 74 tahun. Pasien sebagian besar berasal dari
kelas menengah (n=48) dan telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar. Sekitar
60% pasien tidak pernah merokok (n=37). Rata-rata jumlah gigi ialah 21.57 (rentang;
6 sampai 28). Perdarahan gingival dilaporkan pada 28 pasien dan sekitar 75% dari
mereka tidak merasa mengalami GO.
5
Tabel 1. Data demografis, perilaku, dan transplantasi (n=63)
6
Data mengenai organ yang ditransplantasi menunjukkan bahwa sampai penelitian
dilakukan, 60 pasien hanya mengalami 1 transplantasi, sedangkan 3 orang mengalami
> 1 transplantasi akibat terjadi penolakan. Waktu transplantasi berkisar antara 6 bulan
sampai 18 tahun. Seluruh partisipan penelitian kecuali satu orang menjalani follow up
regular pada bagian rawat jalan nefrologi tempat penelitian dilakukan, dan frekuensi
konsultasi yang paling umum ialah 3 bulan (rentang: 1 sampai 6 bulan). Tabel 2
menjelaskan kondisi klinis periodontal, frekuensi GO, dan obat yang digunakan.
Secara keseluruhan , 40% pasien memiliki berbagai derajat GO. Indeks Seymour
mulai dari 0 sampai 47. Skor rata-rata untuk 11 pasien ialah >10%. Hanya 5 pasien
(8%) yang memiiki nilai rata-rata GO >30%. Rata-rata nilai PI, IG, dan CAL tidak
barbeda secara statistik antara pasien dengan dan tanpa GO (titik potong ≥10%)
Seluruh penerima transplantasi dalam penelitian ini menggunakan CsA yang
dikombinasikan dengan obat imunosupresif lainnya. Aturan pemberian obat yaitu
prednisone dosis rendah (5 mg/d) dan kombinasi CsA dengan mycophenolate mofetil
(MMF) atau azathioprine. Pasien dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan
penggunaan CCB:
1. CCB (nifedipin) dan\
2. Tidak mendapatkan CCB (atau verapamil)
Sekitar 75% dimasukkan ke dalam kelompok kedua dan 17 pasien menggunakan
nifedipine secara bersamaan. Dosis rata-rata CsA ialah 3.20 ± 0.94 mg/kg/d (rata-rata
nilai: 1.57 sampai 6 mg/kg/d). Rata-rata (±SD) dan median kadar serum CsA ialah
secara berturut-turut 156.12 ± 162.75 ng/mL dan 121 ng/mL. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan secara statistik pada dosis CsA (mg/kg/d) atau kadar serum
(ng/mL) antara pasien yang memperoleh CCB atau verapamil dan pasien yang
mendapatkan nifedipine (Tabel 3).
Ketika kadar serum dan dosis harian (mg/g/d) dibandingkan pada analisis ada atau
tidaknya GO, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik di antara
kedua kelompok. Prevalensi GO yang lebih besar ditemukan pada pasien yang
7
menggunakan nifedipin, tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik. (Tabel
3).
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada PI atau GI yang terlihat
antara kelompok pasien dengan GO <10% dengan mereka yang GO ≥10% (Gambar
1). Indeks peradangan (PPD dan BoP) meningkat pada kelompok pasien dengan GO.
Untuk individu pada kelompok dengan GO<10% atau ≥10%, rata-rata nilai PPD ialah
2.04 mm dan 3.27 mm dan rata-rata persentase BoP ialah 9.39% dan 42.41%, secara
berturut-turut. Untuk kedua parameter, diperoleh perbedaan yang signifikan secara
statistik (p<0.05).
Tabel 2. Evaluasi gingival overgrowth, kondisi periodontal, dan interaksi obat
pada individu yang menerima transplantasi ginjal (n=63)
PI (plaque indeks/indeks plak); GI (gingival index/indeks gingival); PRF (plaque retention
faktor/faktor retensi plak); PPD(periodontal pocket dept; kedalaman poket periodontal); CAL(clinical
attachment level/tingkat perlekatan klinis); BOP (bleeding on probing/perdarahan pada saat probing);
CCB(calcium channel blocker).
8
Tabel 3. Hubungan antara dosis dan kadar plasma CsA, interaksi obat, dan
berdasarkan keparahan GO
Gambar 1- rata-rata skor dan standar deviasi nilai PI dan GI untuk pasien dengan GO<10% dan
GO ≥10%
9
Diskusi
Prevalensi GO sebesar 40% dan keparahan rata-rata 6.79% ditemukan pada
pasien penerima transplantasi ginjal yang diberikan CsA, dengan atau tanpa CCB.
Hasil ini dapat dijelaskan melalui penggunaan protokol baru imunosupresi, yang
tampaknya berpengaruh pada dosis ketergantungan dan sebaliknya dengan dosis yang
lebih rendah, meskipun beberapa penelitian telah gagal untuk membenarkan
hubungan ini. Dengan meratakan dosis CsA pada setiap pasien, protokol baru
menjamin bahwa dosis CsA lebih rendah dari dosis yang diberikan ketika obat
pertama kali diperkenalkan di pasaran.
Pada penelitian ini, penggunaan obat antibiotik atau antiinflamasi tidak dianggap
sebagai kriteria eksklusi karena obat ini secara normal memilik efek yang berbatas
pada waktu (waktu paruh) dan tidak secara langsung mempengaruhi terjadinya GO.
Aturan imunosupresif sebelumnya menggunakan dosis oral 10 sampai 20 mg/kg/d
selama fase pemeliharaan organ. Dosis rata-rata CsA dalam penelitian ini ialah 3.2
mg/kg/d (atau 220 mg/d). Nilai ini konsisten dengan yang dilaporkan pada penelitian
sebelumnya, tetapi lebih kecil dari nilai median yang dilaporkan dalam penelitian
Thomason dkk (350 mg/d untuk kelompok CsA+CCB, dan 300 mg/hari untuk
kelompok CsA). Somacarrera dkk menyimpulkan bahwa kadar serum CsA
merupakan faktor terpenting dalam keparahan GO. Di antara penerima transplantasi
yang dites, penerima transplantasi ginjal memiliki kadar CsA terendah dan secara
signifikan lebih sedikit GO. Penelitian ini kemungkinan dapat berhubungan dengan
fakta bahwa pasien ini memiliki konsentrasi CsA darah yang lebih rendah (260-340
ng/mL) daripada penerima transplantasi hati (550-670 ng/mL). Dalam penelitian
kami, rata-rata konsentrasi CsA darah ialah 156 ng/ml yang sama dengan nilai yang
dilaporkan dalam penelitian terbaru. Kami menemukan tidak ada hubungan antara
kadar serum dan dosis CsA pada pasien dengan atau tanpa GO. Hasil ini dapat
dijelaskan dengan adanya fakta bahwa dosis CsA tergolong rendah.
10
Berbagai nilai prevalensi GO pada pasien yang menerima CsA telah dilaporkan.
Thomason dkk menemukan prevalensi 47.82% (skor ≥30%) ketika CsA dan
nifedipine dikombinasikan dan 37.5% bila hanya CsA yang diberikan. Hasil yang
dilaporkan Oliveira Costa dkk dan Paixão dkk di Brazil secara berturut-turut
menunjukkan GO yang signifikan (skor ≥30%) dalam 38.1% dan 17.4% pasien yang
diberikan CsA. Penelitian kami menemukan persentasi yang lebih rendah (8%) dari
pasien dengan menggunakan titik potong GO yang sama; ketika titik potong
direndahkan sampai >10%, prevalensi GO sebesar 17.5%.
Daley dkk melaporkan bahwa 70% pasien yang dievaluasi selama 2.5 tahun
mengalami GO. Hasil mereka menunjukkan bahwa GO berkembang dalam hitungan
bulan dan mencapai puncaknya setelah 1 tahun diberikan CsA. Percobaan lain
dilakukan untuk menunjukkan kemungkinan pengaruh waktu dalam prevalensi GO.
Dalam penelitian kami, prevalensi GO tidak barbeda dengan waktu pada saat awal
transplantasi atau masa pemberian CsA (data tidak diperlihatkan). Penjelasan yang
memungkinkan dari penemuan negatif ini ialah dapat terletak pada kriteria inklusi
penelitian, yang menetapkan minimum penggunaan CsA ialah 6 bulan (yang
merupakan waktu yang cukup untuk timbulnya GO).
Hubungan antara plak gigi dan GO masih kontroversi. Tyldesley dan Rotter,
Thomason dkk, dan Greenberg dkk, telah menyatakan bahwa GO dihasilkan dari
kontrol plak yang tidak adekuat. Plak yang berlebih (PI≥ 2 dalam 40% daerah) yang
behubungan dengan resiko GO sebesar 5.4 kali lebih tinggi. Namun, berdasarkan
Seymour dan Smith, kontrol plak yang optimal tidak cukup untuk mencegah GO.
Hasil kami menunjukkan rata-rata nilai PI yang rendah (0.88) dan GI (0.84), dan
tidak menunjukkan adanya hubungan antara parameter ini dengan terjadinya GO.
Nifedipin yang merupakan obat antagonis kalsium, telah dihubungkan dengan
terjadinya GO lebih sering daripada verapamil (dengan tingkat prevalensi secara
berturut-turut 6-15% dan <5%). Verapamil telah dilaporkan memiliki pengaruh yang
rendah pada prevalensi atau keparahan dari GO yang dipicu oleh siklosporin. Dalam
11
penelitian ini, pasien yang menggunakan nifedipin menunjukkan kecenderungan
untuk memiliki skor GO lebih besar tidak signifikan.
Salah satu kemungkinan keterbatasan dari penelitian ini ialah bahwa jumlah
pasien dari setiap kelompok tidak sebanyak yang diharapkan. Namun, kami mencoba
untuk memeriksa seluruh pasien di semua bagian rumah sakit dengan karakteristik
sensus. Kecenderungan yang tidak signifikan diperoleh kemungkinan dapat menjadi
pengaruh yang signifikan pada penelitian multi-institusional yang lebih besar.
Namun, inklusi individu dari pusat transplantasi lain dapat meningkatkan sumber
bias.
Hasil prevalensi GO yang dilaporkan disini sesuai dengan laporan penelitian
sebelumnya. Greenberg dkk menemukan bahwa prevalensi GO lebih besar pada
pasien yang menggunakan CsA dan CCB (76%) daripada pasien yang tidak
menggunakan keduanya (13%). Keparahan GO juga meningkat pada kelompok yang
menggunakan CsA dan CCB. Peningkatan skor GO dapat menjadi efek sinergis dari
obat CCB. Dalam penelitian kami, parameter peradangan, seperti PPD dan BoP lebih
besar pada kelompok pasien dengan GO (>10%). Pada penelitian terbaru, Guo dkk
menggunakan karet untuk memicu inflamasi pada tikus uang menerima perawatan
dengan atau tanpa Csa. Mereka menyimpulkan bahwa CsA memicu GO yang dapat
diperparah oleh inflamasi lokal. Namun, hubungan double dapat terjadi: GO, yang
menyebabkan PPD yang lebih besar, juga menghasilkan lingkungan yang sesuai
untuk terjadinya inflamasi.
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terdapat kesamaan antara GO yang
dilaporkan sendiri dan rata-rata GO>10% di antara pasien yang kami teliti. Meskipun
keparahan GO tidak tinggi, hal tersebut tampaknya cukup serius untuk disadari oleh
pasien. Sebagian besar penelitian telah memeriksa pengaruh CsA dan GO dengan
penelitian cross-sectional, dan salah satu keterbatasan penelitian tersebut ialah
hubungan sebab-akibatnya tidak dapat disimpulkan. Namun, desain penelitian ini
tidak menjelaskan terjadinya dan keparahan GO pada pasien setelah pemberian awal
imunosupresif, yang dapat menunjukkan hubungan parameter klinis dan
12
farmakologis. Dalam penelitian kami, metode dikontrol secara hati-hati untuk
mengurangi bias. Tingkat respon tinggi (86.30%) dan pemeriksa sudah dilatih dan
dikalibrasi. Selain itu, terdapat akses untuk memperoleh grafik kesehatan yang dapat
mengkonfirmasi dosis yang digunakan oleh pasien.
Kesimpulan|
Protokol farmakologi terbaru untuk penggunaan CsA tampaknya menyebabkan
prevalensi dan keparahan GO yang lebih rendah, tanpa memperhatikan interaksi
dengan obat lainnya. Meskipun demikian, harus ada tindakan untuk melindungi
kesehatan periodontal pasien yang menggunakan CsA setelah transplantasi.
13