Jurnal 2009210002 Gracia Stephani Lauwrensius

8
Hal - 1 REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL MENJADI LAPORAN KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh BADAN TERHUTANG PADA PT FAJAR SELATAN PALEMBANG Gracia Stephani Lauwrensius ([email protected]) Siti Khairani, M. Ridhwan Jurusan Akuntansi STIE MDP Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan besarnya jumlah pajak penghasilan terutang perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal pada PT Fajar Selatan Palembang. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan hasil perhitungan rekonsiliasi (koreksi) fiskal terhadap Laporan Keuangan perusahaan berupa Laporan Laba/ Rugi dan menghitung besarnya laba kena pajak serta menentukan pajak penghasilan pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan antara laba menurut akuntansi dan laba untuk tujuan perpajakan. Laba komersial untuk tahun 2011 sebesar Rp 705.218.989, sedangkan laba fiskal sebesar Rp 769.709.997 dan pajak penghasilan terhutang pada PT Fajar Selatan Palembang sebesar Rp 142.789.000 Kata kunci : Rekonsiliasi, Koreksi Fiskal, Pajak Penghasilan Badan Abstract : Determine the amount of income tax due by the company to reconciliation the financial statements to be fiscal financial statement of PT Fajar Selatan Palembang was the purpose of this research. This research used the qualitative research to describe the results of calculation of reconciliation (correction) of the company's financial statement fiscally a income statement and calculate the amount of taxable income as well as determine the income tax in 2011. The results of this research indicate the existence of differences between accounting profit and profit according to for the purpose of taxation. Commercial profit for 2011 Rp 705.218.989 and Rp 769.709.997 fiscal profit and tax due PT Fajar selatan palembang to Rp 142.789.000. Key words : Reconciliation, Fiscal Correction, Corporate Tax 1 PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan bangsa membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara Indonesia sumber pembiayaan pembangunan berasal dari penerimaan pajak salah satunya pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh pada tahun pajak. Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah subjek pajak badan. Dalam Undang Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha (badan) wajib menyelenggarakan pembukuan berupa laporan Keuangan. Laporan keuangan digunakan untuk menggambarkan tentang informasi keuangan serta hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan yang disusun perusahaan biasanya harus disesuaikan dengan peraturan perpajakan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan perusahaan disusun sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dimana terdapat perbedaan antara penghasilan dan biaya – biaya yang diperkenankan atau tidak diperkenankan dalam peraturan perpajakan.

description

referensi

Transcript of Jurnal 2009210002 Gracia Stephani Lauwrensius

Hal - 1

REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGANKOMERSIAL MENJADI LAPORAN KEUANGAN

FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh BADANTERHUTANG PADA PT FAJAR SELATAN

PALEMBANG

Gracia Stephani Lauwrensius ([email protected])Siti Khairani, M. Ridhwan

Jurusan AkuntansiSTIE MDP

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan besarnya jumlah pajak penghasilan terutangperusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskalpada PT Fajar Selatan Palembang. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif denganmendeskripsikan hasil perhitungan rekonsiliasi (koreksi) fiskal terhadap Laporan Keuangan perusahaanberupa Laporan Laba/ Rugi dan menghitung besarnya laba kena pajak serta menentukan pajakpenghasilan pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perbedaan antara laba menurutakuntansi dan laba untuk tujuan perpajakan. Laba komersial untuk tahun 2011 sebesar Rp 705.218.989,sedangkan laba fiskal sebesar Rp 769.709.997 dan pajak penghasilan terhutang pada PT Fajar SelatanPalembang sebesar Rp 142.789.000

Kata kunci : Rekonsiliasi, Koreksi Fiskal, Pajak Penghasilan Badan

Abstract : Determine the amount of income tax due by the company to reconciliation the financialstatements to be fiscal financial statement of PT Fajar Selatan Palembang was the purpose of thisresearch. This research used the qualitative research to describe the results of calculation ofreconciliation (correction) of the company's financial statement fiscally a income statement and calculatethe amount of taxable income as well as determine the income tax in 2011. The results of this researchindicate the existence of differences between accounting profit and profit according to for the purpose oftaxation. Commercial profit for 2011 Rp 705.218.989 and Rp 769.709.997 fiscal profit and tax due PTFajar selatan palembang to Rp 142.789.000.

Key words : Reconciliation, Fiscal Correction, Corporate Tax

1 PENDAHULUANKemajuan suatu bangsa dapat diukur

dari kemajuan bangsa membiayaipembangunan sendiri. Bagi negaraIndonesia sumber pembiayaanpembangunan berasal dari penerimaanpajak salah satunya pajak penghasilan.Pajak penghasilan adalah pajak yangdikenakan terhadap subjek pajak ataspenghasilan yang diterima atau diperolehpada tahun pajak. Yang menjadi fokusdalam penelitian ini adalah subjek pajakbadan.

Dalam Undang – Undang tentangKetentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,

Wajib Pajak yang melakukan kegiatanusaha (badan) wajib menyelenggarakanpembukuan berupa laporan Keuangan.

Laporan keuangan digunakan untukmenggambarkan tentang informasikeuangan serta hasil usaha perusahaan.Laporan keuangan yang disusun perusahaanbiasanya harus disesuaikan denganperaturan perpajakan. Hal ini disebabkankarena laporan keuangan perusahaandisusun sesuai Standar AkuntansiKeuangan (SAK), dimana terdapatperbedaan antara penghasilan dan biaya –biaya yang diperkenankan atau tidakdiperkenankan dalam peraturan perpajakan.

Hal - 2

Penyesuaian ini membuat perusahaanmelakukan rekonsiliasi (koreksi) fiskaluntuk memenuhi kebutuhan pelaporanperpajakan.

Rekonsiliasi fiskal dilakukan agarlaporan keuangan komersial sesuai denganketentuan perpajakan, sehingga dapatditerima sebagai laporan keuanganperpajakan.

Dari latar belakang di atas, makapenulis tertarik melakukan penulisandengan judul “Rekonsiliasi Fiskal AtasLaporan Keuangan Komersial MenjadiLaporan Keuangan Fiskal untukMenghitung PPh Badan Terhutang padaPT Fajar Selatan Palembang”.

2 LANDASAN TEORI

2.1 Perpajakan

Menurut S. I. Djajadiningrat dalamResmi (2011,h.1). Pajak sebagai suatukewajiban menyerahkan sebagian darikekayaan ke kas negara yang disebabkansuatu keadaan, kejadian, dan perbuatanyang memberikan kedudukan tertentu,tetapi bukan sebagai hukuman, menurutperaturan yang ditetapkan pemerintah sertadapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasatimbal balik dari negara secaralangsung,untuk memelihara kesejahteraansecara umum.

Menurut Prof Dr. MJH. Smeetsdalam Agoes dan Estralita Trisnawati(2010,h.4). Pajak adalah prestasi kepadapemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dapat dipaksakan, tanpaadanya kontraprestasi yang dapatditunjukan secara individual; maksudnyaadalah untuk membiayai pengeluaranpemerintah.

2.1.1 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi yang sangatstrategis bagi berlangsungnyapembangunan suatu negara. Pajak antaralain memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)Pajak mempunyai fungsi budgetair,

artinya pajak merupakan salah satu

sumber penerimaan pemerintah untukmembiayai pengeluaran baik secararutin maupun pembangunan.

2. Fungsi Mengatur (Regularend)Pajak mempunyai fungsi pengatur,

artinya sebagai alat untuk mengaturatau melaksanakan kebijakanpemerintah dalam bidang sosial danekonomi, serta mencapai tujuan-tujuantertentu di luar bidang keuangan.

2.1.2 Jenis Pajak

Jenis pajak dapat dikelompokkanmenjadi tiga, yaitu menurut golonganmenurut sifat, dan menurut lembagapemungutanya.

1. Menurut Golongana. Pajak Langsung: pajak yang

dipikul atau ditanggung sendirioleh Wajib Pajak dan tidak dapatdilimpahkan atau dibebankankepada orang lain atau pihak lain.

b. Pajak Tidak Langsung: pajakyang pada akhirnya dapatdibebankan atau dilimpahkankepada orang lain atau pihakketiga.

2. Menurut Sifata. Pajak Subjektif: pajak

pengenaannya memperhatikankeadaan pribadi Wajib Pajak ataupengenaan pajak yangmemperhatikan keadaansubjeknya.

b. Pajak Objektif: pajak yangpengenaannya memperhatikanobjeknya baik berupa benda,keadaan, perbuatan, atau peristiwayang mengakibatkan timbulnyakewajiban membayar pajak, tanpamemperhatikan keadaan pribadiSubjek Pajak (Wajib Pajak)maupun tempat tinggal.

3. Menurut Lembaga Pemunguta. Pajak Negara (Pajak Pusat): pajak

yang dipungut oleh pemerintahpusat dan digunakan untukmembiayai rumah tangga negarapada umumnya.

b. Pajak Daerah: pajak yangdipungut oleh pemerintah daerahbaik daerah tingkat I (pajak

Hal - 3

provinsi) maupun daerah tingkatII (pajak kabupaten/ kota) dandigunakan untuk membiayairumah tangga daerah masing–masing.

2.2 Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak penghasilan menurut Resmi(2011,h.74). Pajak penghasilan adalah pajakyang dikenakan terhadap subjek pajak ataspenghasilan yang diterima ataudiperolehnya dalam suatu tahun pajak.

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan

Peraturan perundangan yangmengatur Pajak Penghasilan di Indonesiaadalah Undang-Undang No 7 Tahun 1983yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang No 7 Tahun 1991, Undang-UndangNo 10 Tahun 1994, Undang-Undang No. 17Tahun 2000, Undang-Undang No. 36Tahun 2008, Peraturan Pemerintah,Keputusan Presiden, Keputusan MenteriKeuangan, Keputusan Direktur JenderalPajak maupun Surat Edaran DirekturJenderal Pajak.

2.2.2 Subjek Pajak

Subjek pajak dapat diartikansebagai orang atau badan atau pihak yangdituju oleh Undang-Undang untuk dikenaipajak. Pajak penghasilan dikenakanterhadap subjek pajak berkenaan denganpenghasilan yang diterima ataudiperolehnya dalam tahun pajak. Subjekpajak diatur dalam Undang-Undang PajakPenghasilan Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2dan 3.

2.2.3 Objek Pajak

Objek pajak dapat diartikansebagai sasaran pengenaan pajak dan dasaruntuk menghitung pajak terhutang. Objekpajak untuk Pajak Penghasilan (PPh) adalahpenghasilan. Objek pajak diatur dalamUndang-Undang Pajak Penghasilan Nomor36 Tahun 2008 pasal 4.

2.2.4 Tarif Pajak

Sesuai Pasal 17 ayat (1) tarifpajak penghasilan (PPh) badan dalamnegeri dan bentuk usaha tetap yaitu sebesar28% (dua puluh delapan persen) untuktahun pajak 2009 dan 25% (dua puluh limapersen) untuk tahun pajak 2010 danseterusnya.

Wajib Pajak badan dalam negeridengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliarrupiah) mendapat fasilitas berupapengurangan tarif sebesar 50% (lima puluhpersen) dari tarif dasar yang dikenakan atasPenghasilan Kena Pajak dari bagianperedaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapanratus juta rupiah) bedasarkan Pasal 31EUndang-Undang Pajak Penghasilan.

2.3 Laporan Keuangan Komersial danLaporan Keuangan Fiskal

2.3.1 Definisi Laporan KeuanganKomersial dan Laporan KeuanganFiskal

Menurut Suandy (2011,h.81)Laporan keuangan komersial merupakanlaporan keuangan yang disusun sesuaiStandar Akuntansi Keuangan (SAK).Sedangkan Laporan keuangan fiskal adalahlaporan yang disusun sesuai peraturanperpajakan dan digunakan untuk keperluanpenghitungan pajak. Undang – undangtidak mengatur secara khusus bentuk darilaporan keuangan fiskal, hanya memberikanpembatasan untuk hal-hal tertentu, baikdalam pengakuan penghasilan maupunbiaya.

2.3.2 Hubungan Laporan KeuanganKomersial dan Laporan KeuanganFiskal

Laporan keuangan komersialdengan laporan keuangan fiskal memilikiperaturan masing-masing dalammenentukan penghasilan dan biaya. Jikalaporan keuangan komersial disusunbedasarkan Standar Akuntansi Keuanganuntuk memberikan informasi mengenai

Hal - 4

kinerja perusahaan dalam jangka waktutertentu, maka laporan keuangan fiskaldisusun bedasarkan peraturan perpajakanyang digunakan untuk menghitungbesarnya pajak yang harus dibayar,sehingga terjadi perbedaan antara laporankeuangan komersial dan laporan keuanganfiskal.

Untuk mencocokan perbedaanyang terdapat dalam laporan keuangankomersial dan laporan keuangan fiskalperlu dilakukan rekonsiliasi fiskal. Ada duacara untuk menyusun laporan keuanganfiskal. Pertama, pendekatan terpisah(separated approach) dimana wajib pajakmembukukan segala transaksi berdasarkanprinsip pajak untuk menghitung PPhterutang dan bedasarkan prinsip akuntansiuntuk keperluan komersial.. Pendekatankedua, extra-compatible approach dimanawajib pajak membukukan semua transaksihanya bedasarkan prinsip akuntansi,kemudian pada akhir tahun wajib pajakmelakukan koreksi terhadap laporankeuangna komersial tersebut agar sesuaidengan Undang-Undang Pajak Penghasilanyang digunakan untuk menghitung PPhterhutang. Jadi laporan keuangan komersialterkait dengan laporan keuangan fiskalkarena laporan keuangan komersialdigunakan oleh wajib pajak sebagai dasarmelakukan rekonsiliasi fiskal untukmenghasilkan laporan keuangan fiskal.

2.4 Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal

2.4.1 Definisi Rekonsilasi (koreksi)Fiskal

Menurut Agoes dan EstralitaTrisnawati (2010,h.218) Rekonsiliasi(koreksi) fiskal adalah penyesuaian ataslaba komersial yang berbeda denganketentuan fiskal untuk menghasilkanpenghasilan neto/laba yang sesuai denganketentuan perpajakan.

Menurut Muljono dan BaruniWicaksono (2009,h.59) Koreksi fiskaladalah koreksi perhitungan pajak yangdiakibatkan oleh adanya perbedaanpengakuan metode, masa manfaat, danumur dalam menghitung laba secarakomersial dengan secara fiskal.

2.4.2 Koreksi Fiskal Positif danKoreksi Negatif

Jenis koreksi fiskal dibedakanmenjadi dua yaitu koreksi fiskal positif dankoreksi fiskal negatif.

a. Koreksi PositifMenurut Wahono (2012,h.106)

Koreksi fiskal positif bersifatmenambah atau memperbesarpenghasilan bedasarkan laporankeuangan komersial atau mengurangibiaya-biaya komersial yang akibatnyaakan menambah jumlah pajak yangterutang.

Menurut Agoes dan EstralitaTrisnawati (2010,h.219) Koreksipositif terjadi apabila laba menurutfiskal bertambah. Koreksi positifbiasanya dilakukan akibat adanya:

1. Beban yang tidak diakui olehpajak.

2. Penyusutan komersial lebih besardari penyusutan fiskal.

3. Amortisasi komersial lebih besardari amortisasi fiskal.

4. Penyesuaian fiskal positif lainnya.b. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif bersifatmengurangi atau memperkecilpenghasilan berdasarkan laporankeuangan komersial atau menambahbiaya-biaya komersial, yang akibatnyaakan mengurangi jumlah pajakterutang. (Wahono 2012,h.106).

Menurut Agoes dan EstralitaTrisnawati (2010,h.219) Koreksinegatif terjadi apabila laba menurutfiskal berkurang. Koreksi negatifbiasanya dilakukan akibat adanya:

1. Penghasilan yang tidak termasukobjek pajak.

2. Penghasilan yang dikenakan PPhbersifat final.

3. Penyusutan komersial lebih kecildaripada penyusutan fiskal.

4. Amortisasi komersial lebih kecildaripada amortisasi fiskal.

5. Penghasilan yang ditangguhkanpengakuannya.

6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.

Hal - 5

3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan PenelitianMenurut Sugiyono (2007,h.11)

pendekatan penelitian dapat dikelompokanmenjadi tiga macam, yaitu:

1. Penelitian DeskriptifPenelitian deskriptif adalah

penelitian yang dilakukan untukmengetahui nilai variabel mandiri, baiksatu variabel atau lebih (independen)tanpa membuat perbandingan, ataumenghubungkan dengan variabel yanglain.

2. Penelitian KomparatifPenelitian komparatif adalah suatu

penelitian yang bersifatmembandingkan

3. Penelitian AsosiatifPenelitian asosiatif merupakan

penelitian yang bertujuan untukmengetahui antara dua variabel ataulebih.

Dari definisi di atas pendekatanpenelitian yang dilakukan dalam penelitianini yaitu pendekatan penelitian deskriptif.Penelitian ini dilakukan melalui penelitianstudi kasus dalam suatu perusahaan untukmendapatkan gambaran umum tentangperusahaan serta laporan keuangan berupalaporan laba rugi.

3.2 Objek/ Subjek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti dalampenelitian ini adalah PT Fajar SelatanPalembang yang beralamat di JL Pasar 16Ilir 161 C, Ilir Timur 1 Palembang. Subjekpenelitian dalam penelitian ini berupa dataLaporan Keuangan perusahaan yaituLaporan Laba Rugi.

3.3 Jenis Data

Menurut Sekaran (2009,h.77), jenisdata dapat dikelompokan menjadi duamacam yaitu data sekunder dan data primer.

1. Data SekunderData sekunder adalah data yang

diperoleh melalui sumber yang ada.Yaitu data yang telah ada dan tidakperlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.

a. Gambaran umum PT Fajar SelatanPalembang, yang terdiri dari:

1. Sejarah Perusahaan2. Struktur Organisasi3. Pembagian Tugas4. Aktivitas Perusahaan

b. Laporan Keuangan PT FajarSelatan Palembang, berupa LaporanLaba/ Rugi tahun 2011.

2. Data PrimerData primer adalah data yang

dikumpulkan untuk penelitian daritempat aktual terjadinya peristiwa.Data primer dalam peneitian inidiperoleh dengan melakukanwawancara kepada pihak yang terkaitdan melakukan dokumentasi sertaobservasi.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis dibagi menjadi duayaitu analisis data kualitatif dan anaisis datakuantitatif.

a. Analisis Data KuantitatifMenurut Sugiyono (2007,h.13)

Analisis data kuantitatif adalah datayang berbentuk kata, kalimat, skemadan gambar.

b. Analisis KualitatifMenurut Hasan (2002,h.98)

Analisis kualitatif adalah analisisyang tidak menggunakan modelmatematik, model statistik danekonometrik atau model-modeltertentu lainnya. Analisis data yangdilakukan terbatas pada teknikpengolahan datanya, seperti padapengecekan data dan tabulasi, dalamhal ini sekedar membaca tabel-tabel,grafik-grafik atau angka-angka yangtersedia, kemudian melakukan uraiandan penafsiran.Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis kualitatif,dimana peneliti akan melakukan danmendeskripsikan hasil perhitunganrekonsiliasi (koreksi) fiskal terhadapLaporan Keuangan perusahaan berupaLaporan Laba/ Rugi serta menghitungbesarnya laba kena pajak dan menentukanjumlah pajak penghasilan pada tahun 2011.

Hal - 6

4 PEMBAHASAN

Dari data perusahaan berupalaporan keuangan komersial yaitu laporanlaba/ rugi perusahaan, maka penulismelakukan rekonsiliasi (koreksi) ataslaporan keuangan komersial menjadilaporan keuangan fiskal untuk menentukanlaba kena pajak yang berguna untukmenghitung Pajak Penghasilan (PPh) badan.

4.1 Rekonsiliasi (koreksi) FiskalLaporan Keuangan

Terdapat perbedaan dalam laporankeuangan komersial dan laporan keuanganfiskal. Perbedaan tersebut terjadi karenaperbedaan pengakuan pendapatan dan biaya.Oleh karena itu perlu diadakan suaturekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskallaporan keuangan PT Fajar Selatan tahun2011:

a. Beban PengobatanSesuai Pasal 9 ayat (1) huruf e,

biaya pengobatan merupakanimbalan yang diberikan perusahaandalam bentuk kenikmatan sehinggaharus dikoreksi.

b. Beban PerjalananBeban perjalanan dikoreksi positif

sebesar Rp.38.750.000 karena dalambeban perjalanan terdapat biaya

perjalanan untuk kepentingn pribadipemilik perusahaan. Sesuai denganPasal 9 ayat (1) huruf b, biaya untukperjalanan untuk kepentingan pribaditidak dapat dibebankan sebagai biaya.

c. Beban ListrikDikoreksi fiskal positif sebesar Rp.

4.225.728 karena merupakan suatubentuk kenikamtan yang diberikanperusahaan kepada salah salah satukaryawan (direktur). Sesuai denganUndang-Undang Pasal 9 ayat (1)huruf e, penggantian/ imbalansehubungan dengan pekerjaan/ jasayang diberikan dalam bentuk naturadan kenikmatan merupakan biayayang tidak boleh dikurangkan.

d. Beban Telepon dan FaxBeban telepon dan fax

dikoreksi sebesar Rp. 1.125.600karena terdapat biaya teleponrumah pemilik perusahaan. DalamPasal 9 ayat (1) huruf e,penggantian/ imbalan sehubungandengan pekerjaan/ jasa yangdiberikan dalam bentuk natura dankenikmatan merupakan biaya yangtidak boleh dikurangkan.

e. Beban PAMTerdapat biaya PAM rumah

pemilik perusahaan sebesarRp.1.058.200 sehingga harusdikoreksi positif sesuai denganpasal 9 ayat (1) huruf e, penggatianimbalan yang diberikan dalambentuk natura dan kenikmatanmerupakan biaya yang tidak bolehdikurangkan.

f. Beban Pemeliharaan & BBMKendaraan

Dikoreksi sebesar Rp.6.368.750 karena terdapat biayaBBM kendaraan untuk pemilikperusahaan. Bedasarkan KeputusanDirektur Jenderal Pajak NomorKEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April2002 tentang perlakuan biayakendaraan perusahaan yang dimilikidan dipergunakan perusahaan untukpegawai tertentu karena jabatanatau pekerjaannya, dapatdibebankan sebagai biayaperusahaan sebesar 50%.

Hal - 7

g. PajakDikoreksi sebesar Rp

31.166.100 karena pajak yangdibayarkan oleh perusahaan berupaangsuran PPh Pasal 25. DalamPasal 9 ayat (1) UU PPh, PajakPenghasilan yang dibayarkan olehWajib Pajak tidak bolehdikurangkan dari penghasilan bruto.

h. Beban EntertaimentSesuai dengan SE-

27/PJ.22/1986, syarat biayaentertaiment dapat dikurangkan daripenghasilan apabila terdapat bukti-bukti yang mendukung pengeluarantersebut. Sedangkan perusahaantidak memiliki bukti/ perincian ataspengeluaran biaya entertaimentsehingga harus di koreksisepenuhnya.

i. Penyusutan Aset TetapDikoreksi negatif sebesar Rp.

76.766.915 (penyusutan menurutkomersial sebesar Rp 246.226.710dengan penyusutan menurut fiskalsebesar Rp 322.993.625) karenaadanya perbedaan umur ekonomisyang digunakan perusahaan denganperaturan perpajakan yang diaturdalam pasal 11 Undang-UndangPajak Penghasilan.

j. SumbanganDikoreksi sepenuhya karena

sumbangan merupakan biaya yangtidak dapat dikurangkan daripenghasilan bruto perusahaan,sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) hurufg.

k. Penghasilan BungaBedasarkan Undang-Undang

PPh Pasal 4 ayat (2) huruf a, bungadeposito dikoreksi negatif sebesarRp. 2.752.455 karena bungadeposito/tabungan termasuk PPhFinal. Penghasilan yang dikenakanPPh final dikoreksi negatif karenabunga deposito tersebut telahdikenakan PPh pada saat bungadeposito/tabungan tersebut diterima.

l. Penghasilan Sewa BangunanSesuai Undang-Undang PPh

Pasal 4 ayat (2) huruf d,

penghasilan sewa dikoreksi negatifsebesar Rp. 18.540.000 karenapendapatan sewa gedung termasukPPh Final. Penghasilan yangdikenakan PPh final dikoreksinegarif karena pendapatan sewagedung tersebut telah dikenakanPPh pada saat pendapatan sewatersebut diterima.

4.1.1 Pajak Penghasilan (PPh)

Dari pembahasan di atas, makaPajak Penghasilan Badan bedasarkan labakomersial yang telah di koreksi fiskaladalah sebagai berikut:A. PPh Terutang

Dari laba kena pajak, maka dapatdihitung Pajak Penghasilan Badan TerutangPT Fajar Selatan tahun 2011 bedasarkanketentuan pajak yang berlaku sebagaiberikut:

a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak daribagian peredaran bruto yangmemperoleh fasilitas= (Rp4.800.000.000 : Peredaran

Bruto) x Penghasilan Kena Pajak= (Rp 4.800.000.000 : Rp

9.303.698.248) x Rp 769.709.997= Rp 397.111.760

b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak daribagian peredaran bruto yang tidakmemperoleh fasilitas= Penghasilan Kena Pajak –

Peredaran Bruto yangmemperoleh fasilitas

= Rp 769.709.997 – Rp 397.111.760= Rp 372.598.237

PPh Terutang:= {(50% x 25%) x Rp 397.111.760} +

{25% x Rp 372.598.237}= Rp 49.638.970 + Rp 93.149.559,25= Rp 142.788.529,3PPh terutang tahun 2011 (pembulatan)=Rp 142.789.000

B. PPh Kurang atau Lebih Bayar

PPh terutang Rp 142.789.000PPh pasal 22 tahun 2011 (Rp 109.928.268)PPh pasal 25 tahun 2011 (Rp 31.166.100)PPh kurang bayar Rp 1.694.632

Hal - 8

C. Angsuran PPh Pasal 25

Pajak terutang Rp 142.789.000PPh dipotong pihak lain (Rp 109.928.268)Dasar perhitungan Rp 32.860.732angsuran

Angsuran PPh Pasal 25 bulanan tahun2012:

= Rp 32.860.732 : 12= Rp 2.738.394,333= Rp 2.738.000 (pembulatan)

Dari perhitungan yang telahdilakukan pada Tabel 4.3, maka dapatdilihat terjadi koreksi fiskal positif sebesarRp 64.491.008 yang mengakibatkan labafiskal sebesar Rp 769.709.997 sedangkanlaba komersial sebesar Rp 705.218. Denganrekonsiliasi (koreksi) fiskal ini dapatdiketahui PPh terutang PT Fajar Selatantahun 2011 sebesar Rp 142.789.000, sertabesarnya PPh kurang bayar sebesar Rp1.694.632 dan angsuran pasal 25 yangdibayar perusahaan setiap bulan pada tahun2012 sebesar Rp 2.738.000.

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bedasarkan pembahasan yangdiuraikan pada bab sebelumnya, penulismenarik kesimpulan bahwa jumlah labadalam laporan keuangan komersial denganjumlah laba dalam laporan keuangan fiskalberbeda, hal ini disebabkan karena terdapatbiaya/ penghasilan yang tidak diperkenankan dalam perpajakan. Perbedaanbiaya/ penghasilan tersebut menyebabkankoreksi fiskal positif dimana jumlah labapada PT Fajar Selatan menurut komersialsebesar Rp 705.218.989, sedangkan labamenurut fiskal (Penghasilan Kena Pajak)sebesar Rp 769.709.997, yang berarti fiskalbertambah sebesar Rp 64.491.008. Setelahdilakukan rekonsiliasi (koreksi) fiskal,maka PPh terutang badan pada PT FajarSelatan sebesar Rp 142.788.529,3(dibulatkan menjadi Rp 142.789.000)dengan angsuran PPh yang dibayar olehperusahaan setiap bulan pada tahun 2012

sebesar Rp 2.738.394,333 (dibulatkanmenjadi Rp 2.738.000).

5.2 Saran

Bedasarkan kesimpulan yang telahpenulis kemukakan di atas, maka penulismencoba untuk memberikan beberapa saranyang mungkin bermanfaat bagi PT FajarSelatan bagi PT Fajar Selatan hendaknyalebih memahami dan mengikuti setiappembaharuan/ perubahan mengenaiketentuan perpajakan yang berlaku terutamamengenai tarif pajak penghasilan sertapenghasilan/ biaya yang boleh atau tidakboleh dikurangkan dari penghasilan bruto.Dalam penyusunan laporan keuangan selaindidasarkan pada Standar Akuntansi,sebaiknya perusahaan juga menyesuaikandengan undang-undang perpajakan yangberlaku.

Daftar Pustaka

Agoes, Sukrino dan Estralita Trisnawati2010, Akuntansi Perpajakan, Edisi 2Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Hasan, M. Iqbal 2002, Pokok-pokok MateriMetodologi Penelitian dan Aplikasinya,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Muljono, Djoko dan Baruni Wicaksono,2009, Akuntansi Pajak Lanjutan, Andi,Yogyakarta.

Resmi, Siti 2011, Perpajakan: Teori danKasus, Buku 1, Edisi 6, Salemba Empat,Jakarta.

Suandy, Erly 2011, Perencanaan Pajak,Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono 2007, Metode Penelitian Bisnis,Cetakan 10, CV Alfabeta, Bandung.

________ 2012, Metode Penelitian Bisnis,Cetakan 12, CV Alfabeta, Bandung.

Undang – Undang Nomor 36 tahun 2008,Tentang Pajak Penghasilan.