jurnal-2-Naskah_5_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf

download jurnal-2-Naskah_5_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf

of 5

description

jurnal 2 Naskah 5 JURNAL PDGI Vol 60

Transcript of jurnal-2-Naskah_5_JURNAL_PDGI_Vol_60.pdf

  • 20

    Komplikasi post odontektomi gigi molar ketigarahang bawah impaksi

    (Complication post-odontectomy of lower third molar impacted)

    Adisti Dwipayanti*, Winny Adriatmoko**, dan Abdul Rochim**

    * Mahasiswa PPDGS Orthodonsia FKG Universitas Airlangga Surabaya** Dosen Ilmu Bedah Mulut Universitas Negeri Jember

    Correspondence: Adisti Dwipayanti, Bagian Orthodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Jln. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo no. 47

    Surabaya 60132, Indonesia. Email: [email protected]

    Abstract

    Background: Lower third molar teeth had interference in eruption frequently like impaction. Odontectomy oftencauses pain, trismus and swelling. Purpose: The aim of this study is to compare percentage of complication afterodontectomy lower third molar based on sex, age and a level of difficulty, also the most common complication.Methods: Study design used analytic observational, data gathered from subjective and objective examination afterodontectomy in oral surgery department FKG Jember University. Result: From 63 patients, the complication afterodontectomy lower third molar impacted more fragile in woman than man, age group 20-21 years old and moderatedifficulty level. Conclusion:The most common complication after odontectomy is swelling with trismus.

    Keywords: complication, odontectomy, lower third molar impacted

    Pendahuluan

    Perkembangan dan pertumbuhan gigi geligiseringkali mengalami gangguan erupsi, baik padagigi anterior maupun posterior. Frekuensi gangguanerupsi terbanyak pada gigi molar ketiga baik dirahang atas maupun di rahang bawah diikuti gigikaninus rahang atas. Gigi dengan gangguan letaksalah benih akan menyebabkan kelainan padaerupsinya, baik berupa erupsi di luar lengkung yangbenar atau bahkan terkadi impaksi.1 Gigi dinyatakanimpaksi apabila setelah mengalami pembentukanakar sempurna, gigi mengalami kegagalan erupsike bidang oklusal.2

    Berdasar teori filogenik, gigi impaksi terjadikarena proses evolusi mengecilnya ukuran rahangsebagai akibat dari perubahan perilaku dan polamakan pada manusia. Beberapa faktor yang didugajuga menyebabkan impaksi antara lain perubahanpatologis gigi, kista, hiperplasi jaringan atau infeksilokal.2

    Gigi molar ketiga rahang bawah impaksi dapatmengganggu fungsi pengunyah dan seringmenyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasiyang terjadi dapat berupa resorbsi patologis gigiyang berdekatan, terbentuknya kista folikular, rasasakit neuralgik, perikoronitis, bahaya fraktur rahangakibat lemahnya rahang dan berdesakan gigianterior akibat tekanan gigi impaksi ke anterior.3

    Dapat pula terjadi periostitis, neoplasma dankomplikasi lainnya.4

    Adanya komplikasi yang diakibatkan gigiimpaksi maka perlu dilakukan tindakanpencabutan. Pencabutan dianjurkan jika ditemukanakibat yang merusak atau kemungkinan terjadinyakerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigibenar-benar tidak berfungsi. Upaya mengeluarkangigi impaksi terutama pada molar ketiga rahangbawah dilakukan dengan tindakan pembedahanyang disebut sebagai odontektomi. Odontektomisebaikya dilakukan pada saat pasien masih muda

    Vol. 58, No. 2, Mei 2009, hal. 20-24 | ISSN 0024-9548

  • 21

    yaitu pada usia 25-26 tahun sebagai tindakanprofilaktik atau pencegahan terhadap terjadinyapatologi.5

    Pencabutan molar ketiga rahang bawah secarapembedahan sering menyebabkan rasa sakit, trismusdan pembengkakan. Lamanya pembedahan, insisidan bentuk mukoperiosteal flap mempengaruhiintensitas dan frekuensi keluhan post operasi.6

    Penelitian ini bertujuan mengetahui komplikasiyang paling sering terjadi post odontektomi molarketiga rahang bawah impaksi di Rumah Sakit Gigidan Mulut (RSGM) FKG Universitas Negeri Jemberdimana akan dibandingkan berdasar umur, jeniskelamin dan tingkat kesulitan, yang nantinya dapatdijadikan bahan pertimbangan dalam pencegahanterjadinya komplikasi yang lebih berat danpenanganan lebih lanjut dari komplikasi yang seringterjadi post odontektomi.

    BAHAN DAN METODE

    Jenis penelitian adalah observasional analitik denganpendekatan cross sectional. Pengambilan sampeldilakukan dengan accidental sampling padapenderita gigi molar ketiga rahang bawah impaksiyang menerima perawatan odontektomi di bagianBedah Mulut RSGM FKG Universitas Negeri Jemberselama bulan April sampai Juni 2005.

    Pemeriksaan yang dilakukan berupapemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan subyektifdan obyektif. Pemeriksaan subyektif dilakukan untukmemperoleh data tentang keluhan penderita postodontektomi dan pemeriksaan obyektif dilakukanuntuk memperoleh data komplikasi postodontektomi yang memerlukan pemeriksaan secarafisik antara lain trismus, dry socket, dan edema.

    Alat-alat yang digunakan adalah seperangkatalat dasar seperti kaca mulut, sonde, pinset dan

    jangka sorong. Bahan yang digunakan adalahalcohol handscoone, masker dan blangkopengambilan data.

    Penderita mengisi lembar persetujuan(informed consent) dan dilanjutkan pengisianblangko pengambilan data yang dibedakanberdasar usia, jenis kelamin dan derajat kesulitan.Pengambilan data post operatif dilakukan saatkontrol hari ke-1 dan hari ke-4.

    Data yang didapat di tabulasi dan kemudiandianalisa secara statistik menggunakan uji chi-square.

    HASIL

    Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juni2005 didapatkan 63 penderita gigi molar ketigarahang bawah impaksi yang dilakukanodontektomi. Terdiri dari 23 penderita laki-laki dan40 penderita perempuan.

    Berdasarkan jenis kelamin, komplikasi postodontektomi yang terjadi pada hari ke-1didapatkan 13 penderita laki-laki (20,63%) dan 30penderita perempuan (47,62%). Pada hari ke-4didapatkan 2 penderita laki-laki (3,175%) dan 21penderita perempuan (33,33%) masih mengalamikomplikasi.

    Data penelitian menunjukkan, dari 63penderita odontektomi terdapat 24 penderita usia20-21 tahun, 14 penderita usia 22-23 tahun, 14penderita 24-25 tahun, 8 penderita usia 26-27tahun, 1 penderita usia 30-31 tahun dan 2 penderitausia 32-33 tahun. Berdasarkan uji chi- square padahari ke-1, komplikasi post odontektomi terbanyakpada kelompok usia 20-21 tahun (28,6%). Pada harike-4 terjadi penurunan yang masih mengalamikomplikasi, paling besar terjadi pada kelompokusia 20-21 tahun (19%).

    Tabel 1. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan jenis kelamin pada hari ke-1

    Ada 13 20.63 30 47.62 43 68.25

    Trismus 2 4.65 2 4.62 4 9.30

    Edema (EO) 5 11.63 6 13.95 11 25.58

    Trismus + EO 6 13.95 20 46.51 26 60.47

    Paraestesi 0 0.00 2 4.65 2 4.65

    Tidak ada 10 15.87 10 15.87 20 31.75

    Total 23 36.507 40 63.492 63 100

    KomplikasiTotal

    Jumlah %

    Perempuan

    Jumlah %

    Laki-laki

    Jumlah %

    Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

    Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 2009

  • 22

    Berdasar data penelitian, dari 63 penderitaodontektomi terdapat 24 penderita memiliki kasusderajat kesulitan ringan, 38 penderita denganderajat kesulitan sedang dan 1 penderita denganderajat kesulitan berat. Hasil uji chi-squre pada harike-1 berdasarkan derajat kesulitan, komplikasisebagian besar terjadi pada derajat kesulitan sedangsebanyak 26 penderita (41,3%) dan pada hari ke-4terjadi pada derajat kesulitan sedang sebanyak 15penderita(23,8%).

    Tabel 2. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan jenis kelamin pada hari ke-4

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwakomplikasi post odontektomi lebih sering terjadipada perempuan daripada laki-laki. Uji chi squremenunjukkan nilai p=0,328 (p>0,05) pada hari ke-1dan p=0,746 (p>0,05) pada hari ke-4 yang berartiterdapat perbedaan yang tidak signifikan antaralaki-laki dan perempuan.

    Tabel 3. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan usia pada hari ke-1

    Ada 18 28.6 10 15.9 9 14.3 4 6.3 0 0.00 0 0.00 2 3.2 0 0.00 43 68.3

    Trismus 2 4.7 1 2.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.3 0 0.00 4 9.3

    Edema (EO) 4 9.3 2 4.7 1 2.3 3 7.0 0 0.00 0 0.00 1 2.3 0 0.00 11 25.6

    Trismus+EO 11 25.6 7 16.3 7 16.3 1 2.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 26 60.5

    Paraestesi 1 2.3 0 0.00 1 2.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 4.7

    Tidak Ada 6 9.5 4 6.3 5 7.9 4 6.3 0 0.0 1 1.6 0 0.0 0 0.0 20 31.7

    Total 24 38.1 14 22.2 14 22.2 8 12.7 0 0 1 1.59 2 3.17 0 0 63 100

    KomplikasiUsia

    20-21

    Ada 2 3.1476 21 33.33 23 35.61

    Trismus 0 0.0000 2 8.70 2 8.70

    Edema (EO) 1 4.3500 4 17.39 5 21.74

    Trismus + EO 1 4.3500 13 56.52 14 60.87

    Paraestesi 0 0.0000 2 8.70 2 8.70

    Dry Socket 0 0.0000 0 0.00 0 0.00

    Tidak ada 21 33.333 19 30.16 40 63.49

    Total 23 36.507 40 63.492 63 100

    KomplikasiTotal

    Jumlah %

    Perempuan

    Jumlah %

    Laki-laki

    Jumlah %

    Total

    %22-23 %

    24-25 %

    26-27 %

    28-29 %

    30-31 %

    32-33 %

    34-35 % %

    Tabel 4. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan usia pada hari ke-4

    Ada 12 19.0 4 9.5 6 9.5 1 1.6 0 0.00 0 0.00 2 3.2 0 0.00 23 36.5

    Trismus 2 8.7 0 0.0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.3 0 0.00 2 8.7

    Edema (EO) 4 17.4 1 4.3 0 2.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 1 2.3 0 0.00 5 21.7

    Trismus+EO 5 21.7 3 13.0 5 16.3 1 4.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 14 60.5

    Paraestesi 1 4.3 0 0.00 1 2.3 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 2 8.7

    Dry Socket 0 0 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00

    Tidak Ada 12 19.0 10 15.9 8 12.7 7 11.1 0 0.0 1 1.6 2 3.2 0 0.0 40 63.5

    Total 24 38.1 14 22.2 14 22.2 8 12.7 0 0 1 1.59 2 3.17 0 0 63 100

    KomplikasiUsia

    20-21

    Total

    %22-23 %

    24-25 %

    26-27 %

    28-29 %

    30-31 %

    32-33 %

    34-35 % %

    Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

    Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 2009

  • 23

    Hal ini sesuai dengan pendapat Martin bahwaterdapat perbedaan yang tidak signifikanberdasarkan jenis kelamin.6 Jumlah penderita gigiimpaksi yang dilakukan odontektomi lebih banyakpada perempuan, hal ini sesuai dengan anggapanbahwa jenis kelamin berpengaruh terhadapkecepatan erupsi gigi dimana perempuan memilikipergerakan erupsi yang lebih cepat daripada laki-laki.7

    Berdasarkan usia komplikasi post odontektomisebagian besar terjadi pada usia 20-21 tahun karenasebagian besar penderita impaksi yang dilakukanodontektomi berada pada usia muda. Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p=0,283 (p>0,05) pada harike-1 dan nilai p=0,679 (p>0,05) pada hari ke-4 yangberarti terdapat perbedaan yang tidak signifikanantara kelompok usia.

    Pencabutan molar ketiga rahang bawahmempunyai batasan maksimal antara usia 21-25tahun dan dominan sampai usia 35 tahun.2

    Pencabutan dapat menimbulkan masalah dikelompok usia yang lebih tua. Odontektomi dini akanmengurangi morbiditas dan penyembuhan yangterjadi akan lebih baik. Penyembuhan jaringanperiodontal juga lebih baik karena regenerasi tulanglebih baik dan sempurna dan reattachment gingivalterhadap gigi juga lebih baik.8 Odontektomi sesudahusia 25-26 tahun mengakibatkan pencabutan lebihsulit dan lebih traumatic karena terjadi mineralisasitulang dan celah ligamen periodontium/folikularmengecil atau tidak ada.5

    Hasil uji chi-square komplikasi postodontektomi berdasarkan derajat kesulitan,didapatkan nilai p=0,946 (p>0,05) pada hari ke-1 danp=0,827 (p>0,05) pada hari ke-4 yang berarti terdapatperbedaan tidak signifikan berdasarkan derajatkesulitan. Hal ini dikarenakan sebagian besarpenderita berada pada derajat kesulitan ringan dansedang.

    Komplikasi yang terjadi juga bergantung padareaksi individual. Secara umum semakin dalamletak gigi impaksi dan semakin banyak tulang yangmenutupinya serta makin besar penyimpanganangulasi gigi impaksi dari kesejajaran terhadapsumbu molar kedua, makin sulit pencabutannya.5

    Komplikasi post odontektomi yang palingsering terjadi adalah edema disertai dengantrismus. Komplikasi lainnya berupa edema, trismusdan paraesthesi. Edema sebagai akibat traumasetempat seperti odontektomi terjadi sebagai tandaproses radang dengan disertai kemerahan dan rasasakit. Edema dapat melibatkan jaringan di dalamrongga mulut dan melibatkan otot-otot pipi dansekitarnya yang mengakibatkan pembengkakanpipi.9 Edema merupakan reaksi normal jaringan daricedera pada setiap pencabutan dan pembedahangigi.5

    Trismus dapat disebabkan oleh edema pascabedah.10 Hal ini didukung pendapat Osmani, edemasekitar bekas pembedahan molar ketiga akanmeyebabkan perubahan jaringan sekitarnya danmuskulus pengunyahan mengalami kontraksisehingga akan menimbulkan trismus.11 MenurutVriezen, trismus terjadi bukan karena meningkatnyavolume dari muskulus karena edema dan infiltratetetapi lebih disebabkan karena reaksi atas rasa sakityang disebabkan oleh gerakan rahang.9

    Terdapat 2 penderita yang mengalamiparaesthesi. Paraesthesi sendiri terjadi karenaadanya kerusakan nervus. Nervus yang palingsering cedera selama pencabutan dan pembedahangigi adalah n. alveolaris inferior dan n. lingualis.5

    Secara umum terjadi penurunan jumlahkomplikasi pada hari ke-1 dan hari ke-4 seiringdengan proses penyembuhan. Proses penyembuhandapat terhambat karena adanya komplikasiterutama trismus. Keterbatasan membuka mulutmenyebabkan penurunan nutrisi, kesulitan menelan

    Tabel 5. Komplikasi post odontektomi molar ketiga rahang bawah impaksi berdasarkan derajat kesulitan pada hari ke-1

    Ada 16 25.4 26 41.3 1 1.6 43 68.3

    Trismus 2 4.7 2 4.7 0 0.00 4 9.3

    Edema (EO) 5 11.6 4 14.0 0 0.00 11 25.6

    Trismus + 8 18.6 17 39.5 1 1.6 26 60.5

    Paraestesi 1 2.3 1 2.3 0 0.00 2 4.7

    Tidak ada 8 12.7 12 19.0 0 0.00 20 31.7

    Total 24 38.1 38 60.3 1 1.6 60 100

    KomplikasiDerajad Kesulitan

    Ringan

    Total

    %Sedang

    %Berat

    % %

    Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

    Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 2009

  • 24

    dan kebersihan mulut yang jelek. Nutrisi berperanterhadap proses penyembuhan.12

    Dapat disimpulkan, komplikasi postodontektomi molar ketiga rahang bawah lebihbanyak dialami oleh perempuan, pada kelompokusia 20-21 tahun dan pada derajat kesulitan sedang.Komplikasi yang paling sering terjadi adalah edemaekstraoral yang disertai trismus.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Istiati S. Hubungan antara molar ketiga impaksi denganimunilogik psikoneurotik dan psikoneuroimunologik.Majalah Ilmiah KG, FKG USAKTI 1996; 2 (Edisi KhususForil V): 630.

    2. Tetsch P, Wagner W. 1982 Pencabutan gigi molar ketiga.Agus Djaya, editor. Operative extraction of wisdomteeth. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1992.h. 1-130.

    3. Schuurs AHB. 1988. Patologi gigi geligi: Kelainan-kelainan jaringan keras gigi. Sutatmi Suryo, editor.Gebitspathologie: afwijikingen van de hardetandweefsels. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress; 1993. h.125-28.

    4. Hasyim, Raimud D. Keberhasilan tindakan bedah gigimolar tiga bawah impaksi dengan modifikasi flap:pengalaman klinik. Semarang: Kumpulan MakalahIlmiah Kongres PDGI XVIII. 1992. h.192.

    5. Pedersen GO. 1988. Bedah mulut. Purwanto,Basoeseno, editor. Oral surgery. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC; 1996. h. 60-100.

    6. Villena, Mario RM. Complication after extraction of thethird molar: a series of 379 extraction. Avalaible from:URL:http://www.seychelles.net/sdmj/orig7.htm.Diakses tahun 1999.

    7. Faiez N, Hattab, Irbid J. Positional changes and eruptinof impacted mandibular third molar in young adult: Aradiographic 4-years follow up study. Journal OralSurgery Oral Medicine Oral Pathology 1997; 84(6):82.

    8. Sulistyani, Lilis D. Metode praktis pengangkatan molartiga bawah. Jakarta: Kumpulan Makalah KPPIKG XFKG Universitas Indonesia; 1994. h. 44-47.

    9. Asmordjo, Muchlis. Hubungan antara pembengkakanpipi dengan trismus pasca odontektomi impaksi gigimolar ketiga. Semarang: Kumpulan Makalah ilmiahKongres PDGI XVIII; 1992. h. 521.

    10. Soemartono. Penggunaan mouth gage sederhana untukperawatan trismus pasca pencabutan gigi. MajalahKedokteran Gigi 2003; Edisi Khusus Temu IlmiahNasional III:323.

    11. Osmani, Shaukat. Efek pemberian dexamethason untukmencegah terjadinya trismus pasca odontektomi molarketiga rahang bawah terpendam. Dentika DentalJournal 2001; 6(1):260.

    12. Lawler W, Ali A, William J. Buku pintar patologi untukkedokteran gigi. Agus Djaya, editor. Essential pathologyfor dental students. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC; 1992. h. 9-15.

    Adisti Dwipayanti et al : Komplikasi post odontektomi gigi molar ketiga rahang bawah impaksi

    Jurnal PDGI 58 (2) hal 20-24 2009