PDF Jurnal

20
“PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA BIDANG KAJIAN FISIKA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015” MASTARI AR NPM : 10.01.03.0392 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Samawa Sumbawa Besar Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015; 2) Perbedaan Mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajia fisika antara kelas yang diajar melalui metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang diajar melalui metode demonstrasi. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design.. metode pembelajaran inquiry- discovery yang merupakan variabel bebas dan hasil belajar kognitif siswa yang menjadi variabel terikat. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara teknik kelompok atau rumpun (cluster). Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol sebanyak 31 orang dan kelas VIII.4 kelas ekperimen sebanyak 31 orang. Teknik analisis data dengan menggunakan uji One Sampel Z-Test untuk uji hipotesis pertama dan uji hipotesis kedua menggunaka uji Independen Sampel Z-Test. Hasil uji One Sampel Z-Test menunjukkan nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji Independen Sampel Z-Test menujukkan signifikansi 0,020 < 0,025,yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) metode pembelajaran inquiry-discovery berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015; 2) terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi. Kata kunci: inquiry-discovery, hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Oemar Hamalik, 2011: 79). Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sebagai suatu bangsa, Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

description

skripsi

Transcript of PDF Jurnal

  • PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DISCOVERY

    TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA BIDANG KAJIAN FISIKA SISWA

    KELAS VIII MTs NEGERI SUMBAWA BESAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

    MASTARI AR NPM : 10.01.03.0392

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

    Universitas Samawa Sumbawa Besar

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015; 2) Perbedaan Mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajia fisika antara kelas yang diajar melalui metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang diajar melalui metode demonstrasi.

    Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang menggunakan desain penelitian Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design.. metode pembelajaran inquiry-discovery yang merupakan variabel bebas dan hasil belajar kognitif siswa yang menjadi variabel terikat. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara teknik kelompok atau rumpun (cluster). Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol sebanyak 31 orang dan kelas VIII.4 kelas ekperimen sebanyak 31 orang. Teknik analisis data dengan menggunakan uji One Sampel Z-Test untuk uji hipotesis pertama dan uji hipotesis kedua menggunaka uji Independen Sampel Z-Test. Hasil uji One Sampel Z-Test menunjukkan nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil uji Independen Sampel Z-Test menujukkan signifikansi 0,020 < 0,025,yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) metode pembelajaran inquiry-discovery berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015; 2) terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi.

    Kata kunci: inquiry-discovery, hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika PENDAHULUAN

    Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Oemar Hamalik, 2011: 79).

    Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sebagai suatu bangsa, Indonesia mempunyai tujuan pendidikan yang dinyatakan dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 yaitu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

  • menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Agama RI, 2007: 5).

    Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataran guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan khusunya meningkatkan mutu pendidikan di bidang studi fisika. Dengan ini, diharapkan dapat dihasilkan manusia kreatif yang sesuai dengan tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia dapat meningkat.

    Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), terutama pembelajaran fisika yang berkaitan dengan mencari tahu tentang alam, peserta didik bukan hanya memerlukan penguasaan terhadap kumpulan fakta, konsep atau prinsip akan tetapi juga membutuhkan suatu proses penemuan dan pemecahan masalah. Untuk menunjang proses belajar yang maksimal diperlukan keaktifan dan keterampilan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari konsep yang telah diajarkan pada siswa, guru memberikan masalah pada peserta didik untuk dapat diselesaikan.

    Dalam proses pembelajaran fisika sangat diperlukan suatu penerapan metode dan model mengajar yang bervariasi dimana metode tersebut dapat membangkitkan semangat dan kemampuan berpikir siswa sehingga mereka bisa percaya diri dan mampu memecahkan masalah. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dapat berakibat pada rendahnya minat belajar yang berdampak pada hasil belajar siswa dalam menerima pembelajaran. Oleh sebab itu, guru harus menerapkan metode belajar yang tepat agar dapat membantu siswa dalam mengembangkan hasil belajar siswa serta dapat menerapkan konsep yang telah diajarkan di dalam kehidupan sehari-hari.

    Permasalahan di atas adalah permasalahan yang terjadi di MTs Negeri Sumbawa Besar. Pembelajaran yang dilaksanakan masih kurang efektif dikarenakan masih kentalnya peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran disana masih berpusat pada guru, sehingga dalam pelaksanaan pembelajarannya, siswa cenderung tidak aktif dalam proses belajar di kelas karena guru hanya menjadi mediator dalam penyampaian materi pelajaran. Guru hanya mengarahkan siswa untuk dapat memahami materi pelajaran dengan memperhatikan penjelasannya, melatih siswa mengerjakan soal-soal di dalam buku paket, dan mengerjakan soal di papan tulis. Selain itu, apabila dilihat dari hasil belajar siswa masih ada beberapa siswa yang berada di bawah kriteria ketuntasan Minimal yaitu 70 (perhatikan tabel 1).

    Tabel 1 Nilai Ujian Semester Siswa Mata Pelajaran Fisika Kelas VIII 1VIII 5 Tahun Pelajaran

    2013/2014 Kelas Jumlah

    siswa Jumlah Nilai

    Nilai Rata-rata

    Kriteria Porsentase Ketuntasan

    Tuntas Tidak tuntas

    VIII- 1 30 orang 1823.5 60,78 12 18 40%

    VIII-2 29 orang 1690.2 58,28 9 20 31%

  • VIII-3 28 orang 1937.9 69,21 19 9 68%

    VIII-4 29 orang 1828.3 63,04 14 15 48%

    VIII-5 29 orang 1999.6 68,95 19 10 65%

    (Sumber: rekap nilai kelas VIII Tahun 2013/2014 MTs Negeri Sumbawa Besar)

    Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi, salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode pembelajaran Inquiry-Discovery. Metode pembelajaran inquiry-discovery adalah pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Dalam proses belajar mengajar, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan solusinya sendiri. Teknik inquiry merupakan suatu teknik pembelajaran yang bertujuan, agar siswa dapat menemukan suatu konsep atau pemecahan masalah. Konsep yang diperoleh siswa mengarah pada satu pokok permasalahan. Pada metode ini siswa dibiasakan untuk mandiri, lebih aktif dari guru dalam proses pembelajaran untuk mencari solusi sebuah permasalahan dalam mata pelajaran fisika. Serta siswa tertantang dan tertarik terhadap pelajaran tersebut sehingga tidak ada peluang siswa untuk acuh terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Sehingga penggunaan metode ini lebih efektif digunakan dalam proses pembelajaran.

    Inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri (Gulo dalam Wiwin Ambarsari dkk, 2013: 83). Pendapat lain mengatakan bahwa Inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingi melakukan sesuatu, mengajukan pertenyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apayang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain(Mulyasa, 2009: 108).

    Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Inquiry adalah suatu model pembelajaran dimana siswa sangat berperan aktif dalam proses pemecahan masalah karena siswa dituntut untuk mencari, merumuskan sendiri penemuan, mencari jawabannya sendiri, dan menyelidiki serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain.

    Metode Discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode ini lebih mengutamakan proses dari pada hasil belajar (Mulyasa, 2009: 110). Metode pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan mengenai metode Discovery yaitu metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung bagi siswa dan mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa menemukan pengetahuan yang sebelumnya belum

  • diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, namun seluruhnya ditemukan sendiri melalui pengalamannya.

    Inquiry-discovery merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang baru sebagai hasil belajar. Inquiry dan discoveri merupakan dua pendekatan yang satu sama lain tak dapat dipisahkan. Pembelajaran inquiry dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan kemampuannya berdiscovery dan kemampuan lainnya (Oemar Hamalik, 2008: 220). Menurut (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 19) inquiry discovery adalah belajar mencari dan menemukan sendiri.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inquiry discovery adalah pembelajaran yang didalam prosesnya siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri mengenai informasi yang diperlukan untuk memecahkan suatu persoalan.

    Dalam metode Inquiry-discovery learning siswa dituntut untuk belajar mencari dan menemukan sendiri informasi yang berkaitan dengan pembelajaran. Adapun secara garis besar prosedur atau langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    1. Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

    2. Problem statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

    3. Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi.

    4. Data processing, semua informasi yang dihasilkan kemudian diolah, diklasifikasikan, ditabulasi dan jika perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

    5. Verification atau pembuktian, berdasarkan hasil pengolahan dan informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan kemudian dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

    6. Generalization, berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 20)

    Menurut Syaiful Sagala (2008: 197) ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan Inquiry-discovery yakni: 1). Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa; 2). Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis; 3). Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan; 4). Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi; 5).mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru.

    Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dari pembelajaran Inquiry-discovery adalah guru mengajuka pertanyaan (masalah) yang akan dipecahkan oleh siswa, siswa menetapkan jawaban sementara mengenai masalah yang diberikan, siswa mencari informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, informasi yang

  • dihasilkan kemudian diolah, diklasifikasikan, serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu, menarik kesimpulan jawaban dari permasalahan.

    Acuan seorang guru untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam diri siswa adalah prestasi atau hasil belajarnya. Purwanto (2011:44) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional dan hasil menyatakan perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods).

    Menurut Mulyasa (2009:212), hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Lebih lanjut, Nana Sudjana (2004:102) menjelaskan bahwa hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang diperoleh akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses belajar yang mengakibatkan suatu perubahan, baik perubahan perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik siswa. Sejalan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul, pengaruh penggunaan metode pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif ipa bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014/2015.

    METODE

    Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif. Dalam pelaksanaannya, penelitian kuantitatif

    ini menggunakan pendekatan quasi eksperimen. Menurut Ronny Kountur (2009: 136) disebut quasi eksperiment karena tidak memungkinkan dilakukan penempatan kelompok mana yang mendapatkan perlakuan dan kelompok mana yang merupakan pengendali secara random. Menurut Ronny Kountur (2009: 136) ada beberapa desain eksperimen yang tergolong pada quasi eksperiment yaitu: Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design dan The Time Series Design. Desain eksperimen yang digunakan oleh peneliti adalah Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design. Desain Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design ini hampir sama dengan desain Pretest-Posttest Equivalent-Group, perbedaanya penempatan grup tidak dapat dilakukan dengan random. Dengan kata lain pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain eksperimen Pretest-Posttest Nonequivalent-Group Design ini digambarkan sebagai berikut:

    O1a X O1b

    O2a O2b

  • Keterangan:

    O1a = observasi yang dilakukan kepada kelompok pertama sebelum perlakuan

    O1b = Observasi yang dilakukan kepada kelompok pertama setelah perlakuan

    O2a = Observasi yang dilakukan kepada kelompok kedua sebelum diberikan placebo

    O2b = Observasi yang dilakukan kepada kelompok kedua setelah diberikan placebo

    X = Perlakuan yang diberikan kepada kelompok pertama

    = Pemberian placebo (seolah-olah mendapatkan perlakuan tetapi sebenarnya tidak) yang merupakan kelompok pengendali.

    (Ronny Kountur, 2009: 136-137).

    Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu metode pembelajaran inquiry-discovery yang merupakan variabel bebas dan hasil belajar kognitif siswa yang menjadi variabel terikat sedangkan yang menjadi variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu pendidik, materi dan durasi waktu pembelajaran.

    Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3, VIII-4.

    Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster sampling. Teknik kelompok atau rumpun (cluster) digunakan apabila populasi atau sampel yang tersedia adalah berupa unit-unit rumpun dalam populasi. Dalam penelitian eksperimental tentang pengaruh metode mengajar biasanya menggunakan kelas-kelas atau kelompok-kelompok, dan tidak mungkin mengambil secara acak setiap individual anak dari setiap kelas. Kelompok-kelompok sampel penelitian, diambil secara berjenjang atau bertingkat (stratum). Syarat-syarat pengambilan sampel ini bahwa sampel yang diambil memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang merupakan sifat pokok populasi. Jadi, tidak bisa dengan sembarang begitu saja mengambilnya (Punaji Setyosari, 2010: 172). Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah peserta didik kelas VIII.1 sebagai kelas kontrol sebanyak 31 orang dan kelas VIII.4 kelas ekperimen sebanyak 31 orang di MTs Negeri Sumbawa Besar Tahun Pelajaran 2014/2015. Karakteristik sampel berdasarkan hasil tes kemampuan awal peserta didik seperti pada Tabel 2.

    Tabel 2. Karakteristik sampel

    Kelas eksperimen Kelas kontrol

    Mean 43.45 43.45

    Std. Deviation 12.40 10.03

    Minimum 17.65 17.65

    Maximum 70.59 64.71

    Data kemampuan awal digunakan untuk menguji homogenitas varians dan kesamaan mean kedua kelas. Menguji kesamaan varians kedua kelas digunakan uji Levene Test. Kesamaan mean kedua kelas digunakan uji beda mean dengan uji Independent Sampel Z-Test. Hasil uji homogenitas secara varians kedua kelas disajikan pada Tabel 3.

  • Tabel 3. Uji Homogenitas Varians kedua kelas

    Levene Statistic df1 df2 Sig.

    1.383 1 60 .244

    Tabel 3 di atas adalah tabel hasil uji homogenitas varians menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan menggunakan uji Levene Test, menunjukkan bahwa probabilitas atau signifikansi yang diperoleh pasangan kemampuan awal adalah 0,244. Nilai ini lebih besar dari 0,05. Karena nilai signifikansi (0,244) lebih dari 0,05 maka varians kemampuan awal kedua kelas memiliki varians yang sama (homogen). Hasil uji kesamaan mean kedua kelas disajikan pada Tabel 4.

    Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Mean z-test for equality of mean

    Z Df Sig. (2-tailed) .000 60 1,000 .000 57.502 1,000

    Tabel 4 di atas adalah tabel hasil uji kesamaan mean menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan menggunakan Independent Sampel Z-Test menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 1,000 dan bernilai lebih besar dari 0,025. Karena nilai signifikansi 1,000 > 0,025 maka tidak terdapat perbedaan mean kedua kelas. Oleh karena itu, kedua kelas memiliki mean yang sama. Kedua kelas tersebut berdasarkan data tes kemampuan awal telah dilakukan uji homogenitas varians dan kesamaan mean. Hasil uji homogenitas varians dan kesamaan mean menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki varians yang homogen dan mean yang sama.

    Dalam penelitian ini peneliti menetapkan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006 : 150). Sesuai dengan teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data hasil belajar siswa, adapun instrumen yang digunakan adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda (Multiple Choices Test) untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada standar kompetensi Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari dan kompetensi dasar Menerapkan hukum Newton untuk menjelaskan berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode tes ini ada dua teknik pengumpulan data yang digunakan,yaitu : Pre-tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika peserta didik sebelum diadakan perlakuan pada kedua kelas penelitian yaitu kelas VIII.1 kontrol sebagai kelas dan kelas VIII.4 sebagai kelas eksperimen dan Post-tes digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif setelah di berikan perlakuan pada mata pelajaran IPA bidang kajian fisika.

    Instrument pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar tes. Lembar tes tertulis dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu tes essay dan tes obyektif. Tes essay adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan (uraian kata), sedangkan tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif (Suharsimi Arikunto, 2006: 162). Tes objektif yang digunakan yaitu berupa soal pilihan ganda (multiple

  • choice test). Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168) soal pilihan ganda terdiri dari bagian keterangan dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Option terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

    Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan lembar tes obyektif berupa pilihan ganda (multiple choice test) untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Tes berupa soal pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk memperoleh data yang tepat dan cermat, maka peneliti perlu menyusun sebuah rancangan instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi.

    Untuk mengetahui layak atau tidaknya soal, maka perlu diuji instrument data penelitian. Syarat sebuah instrumen harus valid dan reliabel, maka perlu diketahui valid dan reliabel suatu instrument. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2008: 121). Pendapat lain juga mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 168).

    Dalam menguji validitas, peneliti menggunakan 2 cara pengujian yaitu dengan menguji validitas isi yakni uji judgment expert oleh validator dimana yang menjadi validator adalah Bapak Khaeruddin, M.Pd. Hasil menunjukkan bahwa secara isi instrumen hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika dinyatakan valid dengan melakukan revisi. Revisi disesuaikan dengan saran dan masukan ahli pada saat expert judgment. Selanjutnya menguji validitas empiris dengan menggunakan bantuan program MicroCat Iteman versi 3.00 dan menggunakan rumus korelasi point biserial:

    Keterangan :

    rpbis = Koefisien korelasi point biserial

    Mp = Mean skor dari subyek-subyek yang menjawab betul Mt = Mean skor total (skor total dari seluruh pengikut tes) St = Standar deviasi skor total

    P = Proporsi subyek yang menjawab betul Q = 1 p (Suharsimi Arikunto, 2006 : 283)

    rpbis atau rhitung kemudian dikonsultasikan dengan rtabel (angka kritik pada tabel) dan dengan taraf signifikan sebesar 5%. Adapun kriteria kevalidannya, antara lain: a. Jika rhitung > rtabel, maka data yang dihasilkan dinyatakan valid atau berkorelasi. b. Jika rhitung < rtabel, maka data yang dihasilkan dinyatakan tidak valid atau tidak ada

    korelasi yang signifikan. Anas Sudijono (2009: 258) Untuk memudahkan uji validitas instrument, digunakan bantuan program

    MicroCat Iteman versi 3.00 dengan kriteria menurut Suharsimi (2006 : 210-213) pada tabel 5.

  • Tabel 5 Kriteria Analisis Validasi Butir Soal Tingkat kesukaran

    (Prop. Correct) Kategori Soal Daya pembeda (

    Point Biser) Kategori Soal 0,00 0,30 Sangat Sukar

    Dibuang / perlu revisi total

    0,00-0,20 Sangat Rendah Dibuang / perlu

    direvisi total

    0,31 - 0,70 Cukup / Baik 0,21 - 0,40 Rendah / Perlu direvisi

    0,71 1,00 Mudah / Perlu direvisi

    0,41 - 0,70 Sedang/ Sedikit atau tanpa revisi

    0,71 1,00 Tinggi / Bagus Sekali

    Berdasarkan kriteria analisis validasi butir soal pada tabel 5, kriteria validnya instrumen dalam penelitian ini dilihat dari tingkat kesukaran (Prop. Correct) yang digunakan adalah 0,31-0,70. Sedangkan untuk Daya pembeda (Point Biser) yang digunakan adalah 0,410,70 dan 0,71-1,00. Dari hasil analisis uji coba soal tes hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika dengan jumlah 25 soal dengan menggunakan MicroCat Iteman versi 3.00 didapatkan soal yang valid sebanyak 17 soal dan 8 soal dinyatakan tidak valid Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut.

    Tabel 6. Hasil perhitungan Validitas Soal Tes hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika

    Keputusan Nomor Soal Jumlah

    Valid 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17,

    19, 21, 22 17

    Tidak Valid 4, 7, 12, 18, 20, 23, 24, 25 8 Jumlah 25

    Setelah instrumen tes dipastikan kevalidannya, selanjutnya instrumen harus diuji reliabilitasnya.Instrument dikatakan reliabel apabila instrument tersebut konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya (Triyanto, 2010: 271). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half), KR 20, KR 21, dan Anova Hoyt. Untuk menguji realibilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Kuder- Richardson atau K-R21 untuk mengetahui realibilitasnya, adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

    = 1 1 ( ) Keterangan: k = Jumlah item dalam instrument M = Mean skor total s2t = Varians total (Sugiyono, 2007: 361).

    Untuk memudahkan uji reliabilitas instrument, digunakan bantuan program MicroCat Iteman version 3,00 Untuk menentukan reliabilitas skor tes tersebut adalah dengan membandingkan harga rhitung (alpha pada Iteman) dengan rtabel (r product moment) dengan taraf signifikan sebesar 95 %. Suatu tes dikatakan reliabel jika rhit > rtab. Dari perhitungan menggunakan program MicroCat Iteman diperoleh nilai rhitung (alpha) = 0.816. Selanjutnya harga r dikonsultasikan dengan tabe r product moment dengan kriteria terima reliabel jika rhitung > rtabel.Untuk harga rtabel diperoleh dari daftar r product moment dengan taraf signifikan sebesar 95

  • % dan N=30 yaitu 0,349. Maka dapat diperoleh rhit > rtab , yaitu soal tes tersebut secara keseluruhan adalah reliabel, dan untuk tingkat ketepatan tes adalah 81,6 %.

    Adapun teknik analisa data, yang digunakan dalam penelitian kuantitatif yaitu menggunakan analisis statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. 1. Analisis Deskriptif

    Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 142). Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui perhitungan modus, median, mean, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar defiasi. a. Nilai Rata-Rata (Mean)

    Menurut Ronny Kountur (2007: 206) mean adalah ukuran rata-rata untuk variabel dengan skala interval/rasio yang diperbolehkan dengan cara jumlah nilai dari setiap item dibagi dengan jumlah itemnya.

    Keterangan: M= Mean = jumlah dari semua nilai mentah N = jumlah item

    b. Nilai Rata-rata Pertengahan (Median) Median adalah nilai yang berada ditengah-tengah, setelah nilai data diurutkan dari

    yang terkecil sampai yang tebesar (Rony Kountur, 2007: 208). Untuk memudahkan proses analisis data digunakan bantuan program SPSS versi 16.0 for Windows.

    c. Modus/mode Mode adalah nilai yang paling banyak terjadi. Misalnya 3, 5, 4, 3. Modenya adalah

    3 sebab nilai inilah yang terbanyak terjadi (Rony Kountur, 2007: 209). Untuk memudahkan proses analisis data digunakan program SPSS versi 16.0.for Windows.

    2. Analisis Inferensial

    a. Uji Persyaratan Analisis 1) Uji normalitas data

    Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui tingkat normalitas sebaran data antara nilai yang paling tinggi sampai dengan nilai yang paling rendah pada sampel. Terdapat beberapa tekhnik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data antara lain dengan kertas peluang dan chi kuadrat. Namun dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Chi Kuadrat. Adapun rumus Chi-kuadrat sebagai berikut:

    =

  • 2

    = ( )! Keterangan

    2 = Chi Kuadrat

    Fo = Frekuensi hasil penelitian Fh = Frekuensi hasil yang diharapkan

    Untuk uji normalitas data hasil penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS 16.00 for windows. Kriteria pengujian menggunakan Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 200. Pedoman pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi < 0,05 data tidak normal dan sebaliknya jika nilai signifikansi 0,05 data dikatakan normal.

    2) Uji Homogenitas Disamping pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada sampel,

    perlu kiranya peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan (homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Dalam penelitian ini pengujian homogenitas sampel menjadi sangat penting apabila ingin melakukan generalisasi untuk hasil penelitian.

    Untuk mengetahui homogenitas penelitian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol maka diadakan pre-tes dan pos-tes. Untuk mencari homogenitas kedua kelas tersebut dicari dengan menggunakan F

    hitung sebagai berikut:

    F = "!!! Keterangan :

    S12 = Varians kelompok 1 (varian terbesar) S22 = Varians kolompok 2 (varian terkecil)

    Sumber, (Sugiyono, 2008: 197) Selanjutnya harga F hitung tersebut dibandingkan dengan harga F tabel

    dengan dk pembilang dan dk penyebut. Berdasarkan dk tersebut dan untuk kesalahan 5% ternyata harga F hitung lebih kecil dari F tabel maka dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok data yang akan dianalisis adalah homogen. Bila F hitung lebih besar dari F tabel, maka varian tidak homogen (Sugiyono, 2008: 197).

    Untuk memudahkan penghitungan maka digunakan bantuan program SPSS.16.0 for windows. Pedoman pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi (sig) 0,05 maka data tidak homogen dan sebaliknya jika nilai signifikansi (sig) 0,05 maka data dikatakan homogen.

    Untuk memudahkan analisis kesamaan mean, digunakan SPSS 16.0 for windows menggunakan independen sampel Z test dengan kriteria keputusan, mean dikatakan sama jika nilai signifikansi > 0,05.

    b. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis. Untuk menguji hipotesis-hipotesis

    tersebut maka digunakan 2 rumus statistik yaitu menggunakan one sampel z-test untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan metode pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan two smple z-tes uji beda mean untuk mengetahui adanya perbedaan hasil

  • belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang telah diberikan perlakuan dengan kelas yang menggunakan metode yang ada sebelumnya (yang tidak dibelum diberikan perlakuan). 1) Hipotesis 1

    Untuk menguji hipotesis pertama pada rumusan masalah dalam penelitian ini, digunakan rumus one sampel z-test. Dengan rumus seperti berikut ini:

    Keterangan: z = nilai z yang dihitung x

    = nilai rata-rata o = nilai yang dihipotesiskan

    S = simpangan baku sampel n = jumlah anggota sampel (Sugiyono, 2007: 96).

    Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah nilai zhitung >

    ztabel, maka H0 ditolak, dan jika nilai zhitung < ztabel, maka H0 diterima. o (nilai yang dihipotesiskan) dalam penelitian ini adalah 72. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah : Hipotesis Nol : metode pembelajaran inquiry-discovery tidak berpengaruh

    terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014/2015

    Hipotesis Alternatif : metode pembelajaran inquiry-discovery berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTs Negeri Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014/2015.

    Secara statistik dapat ditulis : Ho : 0 72

    Ha : 0 > 72

    Jika nilai yang dihipotesiskan lebih kecil dari atau sama dengan 72 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatifnya ( Ha) ditolak, begitu juga sebaliknya apabila nilai yang dihipotesiskan lebih besar dari 72 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima.

    Untuk memudahkan penghitungan maka digunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows. Kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) dapat diterima. Begitu pun sebaliknya jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatifnya ( Ha) ditolak.

    2) Hipotesis 2 Untuk menguji hipotesis kedua pada rumusan masalah dalam penelitian ini,

    digunakan rumus two smple z-tes. Dengan rumus seperti berikut ini:

    z = #$"#$!%"!&"'%!

    !&!

    n

    s

    xZ o

    =

  • Keterangan : z = koefisien z ( = varian sampel 1 = varian sampel 2 $(= mean sampel 1 $= mean sampel 2 )(= Jumlah kasus sampel 1 ) = Jumlah kasus sampel 2 (Yatim Riyanto, 2001: 107)

    Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah apabila nilai z/2 zhitung z/2, maka H0 diterima dan jika nilai zhitung > z/2 atau zhitung < - z/2, maka H0 ditolak, maka kesimpulan hipotesis akhirnya akan menjadi: Hipotesis Nol : Tidak terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang

    kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode demonstrasi.

    Hipotesis Alternatif : Terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi.

    Secara statistik dapat ditulis:

    Ho: 0 = 1

    Ha : 0 1

    Di dalam pengujian hipotesis ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS 16.00 for windows. Dengan kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas. Sedangkan pada hipotesis yang kedua, uji yang dilakukan two tailed (dua sisi atau dua arah) jika nilai probabilitas > 0,025 maka Ho diterima dan jika nilai probabilitas < 0,025, maka Ho ditolak.

    HASIL A. Analisis Deskriptif

    Adapun diskripsi data tes hasil belajar kogntif Fisika kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 7.

    Tabel 7. Deskripsi Data Kedua Kelompok Setelah Perlakuan No Deskripsi Metode Pembelajaran Metode Pembelajaran

    Demonstrasi inquiry-discovery

    Pretest Postest Pretest Postest

    1 Mean 43,45 74,76 43,45 81,97

    2 Median 41,18 76,47 47,06 82,35

    3 Modus 41,18 64,71 47,06 76,47

    4 St. deviasi 10,04 12,73 12,40 11,05

    5 Varians 100,76 161,93 153,82 122,14

    6 Nilai Maks 64,71 94,12 70,59 100,00

  • 7 Nil

    8 Porsentas

    9 PeniKet

    Berdasarkan menunjukkan bahweksperimen sebesapada kelompok eks

    Gambaran hidapat dilihat pada G

    Gambar 1. Grafik

    Gambar 2. Gra

    Deskripsi datTabel 8.

    Tabel 8.

    No D

    1 M

    2 M

    3 M

    4 M

    5 M

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    180

    0

    50

    100

    150

    200

    ilai Min 17,65 47,0

    tase Ketuntasan 0% 58,06

    ningkatan etuntasan

    58,06%

    n analisis data statistik deskriptif sepehwa rata-rata hasil belajar kognitif IPAsar 81,97 dan kelompok kontrol sebesksperimen sebesar 80,64% dan kelompohistogram deskripsi data kedua kelom

    Gambar 1 dan Gambar 2.

    fik Histogram Deskripsi Data Kedua

    rafik Histogram Deskripsi Data Kedu

    data selisih nilai pretest-postest pada k

    . Selisih Nilai Pretest dan Postest paDeskripsi Nilai Pretest Postest Mean 43,45 81,97

    Median 47,06 82,35

    Modus 47,06 76,47

    Minimum 17,65 58,82

    Maksimum 70,59 100,00

    Mean Median Modus St.

    deviasi

    Varians Nilai

    Maks

    7,06 17,65 58,82

    ,06% 0% 80,64%

    80,64%

    eperti yang ditunjukkan pada Tabel 8A bidang kajian fisika pada kelompokesar 74,76 serta porsentase ketuntasanpok kontrol sebesar 58,06%.

    ompok sebelum dan setelah perlakuan

    a Kelompok Sebelum Perlakuan

    dua Kelompok Setelah Perlakuan

    a kelas eksperimen dapat dilihat pada

    pada Kelas Eksperimen

    Selisih Keterangan

    38,52 Meningkat

    35,29 Meningkat

    29,41 Meningkat

    41,17 Meningkat

    29,41 Meningkat

    ilai

    aks

    Nilai

    Min

    Eksperimen

    Kontrol

    EKSPERIMEN

    KONTROL

    63

    8 ok

    an

    an

    da

  • Berdasarkan kajian fisika pada pretest hingga poste

    Gambaran seperlakuan dapat dil

    Gambar 3.

    Deskripsi datTabel 9.

    No D

    1 M

    2 M

    3 M

    4 M

    5 M

    Gambar

    perlakuan dapat d

    Gambar 4. Gra

    Perbedaan

    dapat dilihat pada T

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    n deskripsi data untuk pretest dan postda kelas eksperimen, diperoleh data bstest mengalami peningkatan.

    selisih nilai pretest-postest pada keladilihat pada Gambar 3.

    . Grafik Selisih Nilai Pretest dan Pos

    data selisih hasil pretest dan postest pa

    Tabel 9. Selisih Nilai Pretest dan Postest pad

    Deskripsi Nilai Pretest Postest Mean 43,45 74,76

    Median 41,18 76,47

    Modus 41,18 64,71

    Minimum 17,65 47,06

    Maksimum 64,71 94,12

    aran histogram selisih nilai pada k

    t dilihat pada Gambar 4.

    rafik Selisih Nilai Pretes dan Postest pSetelah Perlakuan

    aan selisih niai pretest dan postest pada

    a Tabel 10.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Mean Median Modus Nilai

    Tertinggi

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Mean Median Modus Nilai

    Tertinggi

    stest hasil belajar kognitif IPA bidang berdasarkan pengamatan bahwa nilai

    elas eksperimen sebelum dan setelah

    ostest pada Kelas Eksperimen

    pada kelas kontrol dapat dilihat pada

    ada Kelas Kontrol

    Selisih Keterangan

    31,31 Meningkat

    35,29 Meningkat

    23,53 Meningkat

    29,41 Meningkat

    29,41 Meningkat

    kelas kontrol sebelum dan setelah

    pada Kelas Kontrol Sebelum dan an

    da kelas kontrol dan kelas eksperimen

    Nilai

    Terendah

    Postest

    Pretest

    Selisih

    ggi

    Nilai

    Terendah

    Postest

    Pretest

    Selisih

    ng

    lai

    ah

    da

    ah

    en

  • Perbedaan Selisi

    No Deskripsi

    1 Mean

    2 Median

    3 Modus

    4 Minimal

    5 Maksimal

    Berdasarkan kelas kontrol dan kelas kontrol (38,5selisih nilai medianbesar dari kelas kobesar dari kelas kondengan selisih nilai

    Gambaranterendah juga dapat

    Gambar

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    Tabel 10. isih Nilai Pretest dan Postest pada Kel

    Selisih Nilai Pretest dan Postest

    Kelas Kontrol

    Kelas Eksperimen

    31,31 38,52 Nilaikontr

    35,29 35,29 Nilaikelas

    23,53 29,41 Nilaikelas

    29,41 41,17 Nilaikelas

    al 29,41 29,41 Nilaikelas

    n Tabel 10 di atas terdapat perbedaan n kelas eksperimen. Selisih nilai mean

    8,52 > 31,31), selisih nilai median keian kelas kontrol (35,29 = 35,29), selisihkontrol (29,41 > 23,53), dan selisih ni

    kontrol (41,17 > 29,41), selisih nilai maklai maksimum kelas kontrol (29,41 = 29ran histogram selisih nilai mean, medipat dilihat pada Gambar 5.

    ar 5. Grafik Histogram Selisih Nilai Eksperimen dan

    elas Kontrol dan Kelas Eksperimen

    Selisih

    lai mean kelas eksperimen > kelas ntrol

    lai median kelas eksperimen = las kontrol

    lai modus kelas eksperimen > las kontrol

    lai minimum kelas eksperimen > las kontrol

    lai maksimum kelas eksperimen = las kontrol

    n selisih yang cukup signifikan antara

    ean kelas eksperimen lebih besar dari kelas eksperimen sama besar denganisih nilai modus kelas eksperimen lebihnilai minimum kelas eksperimen lebihaksimum kelas eksperimen sama besar

    29,41). dian, modus, nilai tertinggi dan nilai

    ai Pretest dan Postest pada Kelas n Kelas Kontrol.

    Selisih kelas

    kontrol

    Selisih kelas

    eksperimen

    ra

    ari

    an

    ih

    ih

    ar

    lai

  • B. Analisis Inferensial 1. Uji Sebelum Perlakuan

    a. Uji Normalitas Tabel 11.

    Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol sebelum diberikan Perlakuan

    Shapiro-Wilk Statistic df Sig.

    Kelas eksperimen 0.964 31 0.377

    Kelas kontrol 0.936 31 0.064

    Berdasarkan Tabel 11 pada kolom Shapiro-Wilk terlihat bahwa data pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,377 > 0,05 yang menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen terdistribusi normal, sedangkan data pada kelas kontrol menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,064 > 0,05 yang menunjukkan bahwa data pada kelas kontrol terdistribusi normal.

    2. Uji Setelah Perlakuan a. Uji Normalitas

    Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol setelah diberikan

    Perlakuan Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Kelas eksperimen 0.942 31 0.097 Kelas kontrol 0.943 31 0.102

    Berdasarkan Tabel 12 pada kolom Shapiro-Wilk terlihat bahwa data pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,097 > 0,05 yang menunjukkan bahwa data pada kelas eksperimen terdistribusi normal, sedangkan data pada kelas kontrol menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0,102 > 0,05 yang menunjukkan bahwa data pada kelas kontrol terdistribusi normal.

    b. Hasil Uji Hipotesis 1 (One Sampel Z-Test) Tabel 13. Hasil Uji One Sampel Z-Test

    Test Value = 72

    t df Sig. (2-tailed) Kelas eksperimen 5.025 30 0.000

    Berdasarkan analisis data menggunakan one sampel z-test dengan SPSS 16.00 for windows di atas, diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran inquiry-discovery berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar tahun ajaran 2014/2015.

  • c. Uji Beda Mean Tabel 14. Uji Beda Mean

    t Df Sig. (2-tailed) 2.382 60 .020

    Uji Independent Sampel z-test digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel tersebut terdapat beda mean atau tidak. Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui nilai signifikansi 0,020 < 0,025, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi.

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini diadakan selama 1 bulan di MTs Negeri Sumbawa Besar tahun pelajaran 2014/2015. Dengan judul Pengaruh penggunaan metode pembelajaran inquiry-discovery terhadap hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan variabel yang diteliti adalah metode pembelajaran inquiry-discovery yang merupakan variabel bebas dan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa yang menjadi variabel terikat.

    Berdasarkan deskripsi data untuk posttest pada kelas eksperimen diperoleh peserta didik yang tuntas sebanyak 25 orang dari 31 peserta didik (porsentase ketuntasan sebesar 80,64%. Ini diperkuat dengan hasil uji One sampel Z-test, menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0.000) < 0.05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran inquiry-discovery mempengaruhi hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar Tahun Ajaran 2014/2015. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dalam piramida pembelajaran bahwa dengan bereksperimen peserta didik dapat meningkatkan daya serapnya dalam memahami pembelajaran hingga 75%.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran inquiry-discovery dapat meningkatkan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa, karena metode ini lebih membiasakan peserta didik untuk membuktikan sesuatu mengenai materi pelajaran yang dipelajari dengan melakukan penyelidikan sendiri oleh siswa di bimbing oleh guru, sehingga pengembangan kognitif siswa lebih terarah dan dalam kehidupan sehari-hari dapat diaplikasikan secara motorik.

    Berdasarkan tabel deskripsi data, pada tabel 7 dapat dilihat bahwa mean kelas eksperimen (81,97) lebih besar dari mean kelas kontrol (74,76), median kelas eksperimen (82,35) lebih besar dari median kelas kontrol (76,47), modus kelas eksperimen (76,47) lebih besar dari modus kelas kontrol (64,71), nilai minimum kelas eksperimen (58,82) lebih besar dari nilai minimum kelas kontrol (47,06), dan nilai maksimum kelas eksperimen (100.00) lebih besar dari nilai maksimum kelas kontrol (94,12). Ini diperkuat dengan hasil Uji Independen Sampel Z-Test menunjukkan bahwa nilai signifikansi (0.020) < 0.05. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha yang berbunyi bahwa terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran Inquiry discovery dengan kelas yang menggunakan metode

  • pembelajaran demonstrasi diterima. Hal ini juga sesuai dengan piramida pembelajaran yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran demonstrasi dapat meningkatkan daya serap dan daya ingat peserta didik sebesar 30% sedangkan pembelajaran dengan bereksperimen dapat meningkatkan daya serap dan daya ingat peserta didik lebih tinggi dari demonstrasi yaitu sebesar 75%.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat rekomendasi bahwa untuk meningkatkan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika peserta didik pada mata pelajaran fisika pokok bahasan Hukum Newton dapat melakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan motode pembelajaran Inquiry discovery. KESIMPULAN

    Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Metode pembelajaran Inquiry discovery berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif IPA

    bidang kajian fisika siswa kelas VIII MTsN Sumbawa Besar Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Terdapat perbedaan mean hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika antara kelas yang

    menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran demonstrasi.

    SARAN

    Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik harus berperan aktif dan lebih fokus dalam pembelajaran tanpa ada rasa

    takut atau malu serta dapat menghargai guru dan sesama peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga proses pembelajaran lebih optimal dan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika siswa itu sendiri.

    2. Bagi Pendidik agar lebih melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya dalam pembelajaran. Pendidik juga harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dalam kelas, sehingga peserta didik lebih meningkatkan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika dalam pembelajaran dan untuk dapat menggunakan metode pembelajaran inquiry-discovery dalam pelajaran fisika untuk meningkatkan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika peserta didik.

    3. Bagi Pemerintah sebagai penentu kebijakan khususnya di sektor pendidikan melalui Dinas Pendidikan Nasional agar dapat memberikan pembinaan sekaligus pengawasan yang berkaitan dengan metode mengajar dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika, yang nantinya dapat memberikan peningkatan hasil belajar kognitif IPA bidang kajian fisika peserta didik. Diperlukan perhatian untuk kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya mata pelajaran fisika yang memerlukan media pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan efektif.

    4. Pada penelitian ini metode pembelajaran Inquiry discovery hanya diteliti masalah hasil belajar kognitifnya. Untuk penelitian selanjutnya mengenai metode pembelajaran Inquiry discovery ini dapat dikembangkan lebih luas untuk diteliti mengenai motivasi siswa dalam belajar fisika, kreativitas siswa, keaktifan siswa, daya retensi siswa, dan kemampuan siswa

  • dalam berkomunikasi, serta disarankan mengambil konsep lain, supaya dapat terlihat apakah metode pembelajaran Inquiry discovery berhasil juga untuk konsep lain selain hukum newton, serta dapat dikembangkan untuk jenis mata pelajaran lainnya selain fisika.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anas Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Faridah. 2010. Efektivitas Metode Pembelajaran Inquiry Discovery Learning Terhadap Hasil

    Belajar Mata Pelajaran Pai Pada Siswa Kelas VIII Semester 1 SMP Nu 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2010-2011. Skripsi Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang

    J Danusantoso. 1997. Kamus Lengkap Fisika. Jakarta: Erlangga.

    M Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa, 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Nana Sudjana. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

    Oemar Hamalik. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan pengembangan. Jakarta: Kencana

    Prenada Media Group

    Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ronny Kountur. 2009. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta:

    Percetakan Buana Printing

    .2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi Dan Tesis. Jakarta: PPM

    Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. S Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

    Sugijono, dkk. 2002. Petunjuk Guru Fisika SLTP. Surakarta : PT Wangsa Jatra Lestari. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta

    2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : CV Alfabeta . 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

    Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Sumaji, dkk. 1997. Pendidikan Sains Yang Humanitis. Yogjayarta : Gramedia. Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. 2006. Jakarta : PT. Asdi

    Mahasatya Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. . 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Provesi Pendidikan &

    Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

    Wina sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Wiwin Ambarsari ddk. 2013. Penerapan Pembelajaran Inquiry Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar Pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII Smp Negeri 7 Surakarta. Pendidikan Biologi FKIP UNS. Volume 5, Nomor 1 Januari 2013. Halaman 81-95

    Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: ISC.