Jual beli & hukumnya leasing - murabahah

36
al - Bay ( Jual Beli ) & Telaah Kasus ( Jual Beli Secara Kredit , Leasing, Murabahah )

Transcript of Jual beli & hukumnya leasing - murabahah

al-Bay’

(Jual Beli)&

Telaah Kasus

(Jual Beli Secara Kredit, Leasing,

Murabahah)

al-Bay’

Definisi

mubâdalah mâl bi mâlin tamlîkan wa tamallukan ‘alâ sabîl at-tarâdhiy

(pertukaran harta dengan harta sebagai pertukaran pemilikanberdasarkan kerelaan)

RUKUN

1. Al-’Âqidân (penjual dan pembeli)

2. Shighat (Ijab dan Qabul)

3. Al-Ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu al-mabî’ (barang yang dijual-belikan)

Bay’ sah jika

memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.

Syurûth al-Bay’

Syarat-Syarat Bay’

Syarat al-’âqid

Harus berakal atau minimal mumayyiz. Akad anak kecil yang mumayyiz sah tetapi bergantung kepada izin dari wali, mushiatau orang yang bertanggungjawab terhadapnya

Syarat al-Ma’qûd ‘alayh

1. Suci zatnya

2. Secara syar’i bisa dimanfaatkan

3. Kepemilikan al-’âqid –kecuali dalam bay’ as-salaf atau al-istishnâ’

4. Kemampuan al-’âqid untuk menyerahkannya

5. Jelas (ma’lûm)

6. Memenuhi ketentuan tentang al-qabdh

1. Suci Zatnya

عها إن الذي حرم شرب ها حرم ب ي Sesungguhnya yang Allah haramkan meminumnya, Allah haramkan

menjualnya (HR. Malik, Muslim, an-Nasai, Ahmad)

2. Boleh Dimanfaatkan

ال ت نتفعوا من الميتة بشيء Janganlah kalian memanfaatkan bangkai dengan jalan apapun

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah dan al-Bayhaqi)

3. Milik al-’âqid

وال ب يع اال فيما يلك Tidak boleh ada jual beli kecuali dalam apa-apa yang dimiliki

(HR. Abu Dawud dan Ibn Majah)

« ال تبع ما ليس عندك » Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu

(HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi)

Syurûth al-Bay’

4. Kemampuan al-’âqid menyerahkan barang

عليه وسلم ب يع الغرر ن هى رسول الل صلى الل

Rasulullah melarang bay’ al-gharar (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)

ال تشت روا السمك ف الماء فانه غرر Jangan kalian membeli ikan yang masih di dalam air karena itu adalah gharar

(HR. Ahmad dan al-Bayhaqi)

5. Jelas (ma’lûm)Karena kemajhulan al-mabî’ atau harga bisa menyebabkan bay’ menjadi

batil atau fasad

5. Sesuai ketentuan al-qabdhadanya qabdh menjadikan pemindahan pemilikan atas suatu menjadi

sempurna

Syurûth al-Bay’

Kaedah

باحة إال شرط الصل ف الشروط ف المعامالت ال الشر ال ا Hukum asal syarat dalam mu’amalah adalah boleh kecuali syarat yang

menyalahi syara’

Syurûth fi al-Bay’

كتاب الل اب الل ما كان من شرط ليس ف ما بال رجال يشتطون شروطا ليست ف كت ق وشرط الل أوثق ف هو باطل وإن كان مائة شرط قضاء الل أح

Tiada gunanya orang mempersyaratkan syarat-syarat yang tidak ada di dalam

kitabullah. Syarat apapun yang tidak ada di dalam kitabullah adalah batil

meskipun seratus syarat. Ketetapan Allah lebih layak (diikuti) dan syarat Allah

lebih kuat (dipegangi) (HR. Bukhari, Malik, Ibn Majah)

Makna laysa fî kitâbillâh: tidak ada dalam hukumnya, yakni menyalahi nas,

hukum syara’ atau konsekuensi hukum atau akad yang ditetapkan oleh syara’

Boleh mensyaratkan syarat apapun, asal tidak menyalahi syariat atau

muqtadha al-’aqd

Syurûth fi al-Bay’ Syarat yang Sah dan Mengikat:

Syarat yang diharuskan oleh akad, mis. Syarat jaminan terhadap

cacat, syarat penyerahan harga, dsb

Syarat untuk kemaslahatan salah satu pihak, dimana ia tidak mau

menerima akad kecuali syarat itu terpenuhi. Mis, syarat tentang

karakteristik barang, waktu dan cara pembayaran

Syarat bukan muqtadha al-‘aqd dan tidak menyalahi muqtadha al-

’aqd dan bagi salah satu atau kedua pihak terdapat maslahat di

dalamnya. Mis, seseorang menjual mobil dan mensyaratkan ia

kendarai sampai tempat tertentu baru diserah terimakan

Syarat yang batil, sementara akadnya tetap sah

Yaitu syarat yang menyalahi hukum dan muqtadha al-’aqd

Mis, syarat agar pembeli tidak menghibahkan barang yang di beli,

sayrat yang membatasi tasharruf pembeli atas barang yang dia beli

dan telah sempurna

Syurûth fi al-Bay’

Syarat yang membatalkan akad :

Syarat yang membatalkan akad sejak asalnya. Yaitu syarat yang berupa

akad lain. Mis, saya jual barang ini dengan syarat anda menjadi makelar

saya untuk cari pelanggan

وب يع وال شرطان ف ب يع ال يل سلTidak halal salaf dan jual beli dan tidak pula dua syarat dalam satu jual beli

(HR. Nasai, Tirmidzi dan Daruquthni)

Syarat yang dengannya tidak terakadkan akad. Mis, syarat dalam kasus

‘aqd al-mu’allaq mis: jual beli masih menggantung

Syarat yang tak jelas dan tak tertentu. Mis, jual beli sesuatu dengan syarat

bisa mengembalikannya kapan saja tanpa ada batasan waktu yang jelas.

دارا واشت رط سكناها ف اري با ل الرسول الب يع والشر ان تيما الد ط معا ابBahwa Tamim ad-Dari menjual rumah dan mensyaratkan ia menempatinya,

lalu Rasul membatalkan jual beli itu beserta syaratnya (HR. Ibn Abiy Syaibah)

Jenis al-Bay’

Jenis-Jenis Bay’ dari sisi barang dagangan:

Bay’ al-Muthlaq (jual beli mutlak) yaitu jual beli uang denganbarang

Bay’ ah-Sharf, yaitu jual beli antara mata uang, emas, perak, gandum, kurma, jewawut, garam

Syarat harus serah terima kontan (kecuali gandum, kurma, garam dan jewawut)

Jika sama jenisnya harus sama, tidak boleh saling berlebih

Bay’ as-Salam (jual beli pesanan) yaitu barangnya yang termasuk yang standarnya takaran, timbangan, hitungan (al-makil, al-mawzun, al-ma’dud)

Bay’ al-Istishna’ yaitu barangnya barang shina’ah(manufakturing)

Bay’ al-Muqayadah (Barter) yaitu jual beli barang denganbarang

Jenis al-Bay’

Jenis-Jenis Bay’ dari sisi harga dan tawar menawar:

Bay’ al-Mu’athâ, yaitu bay’ dimana tidak perlu ada tawarmenawar karena harga sudah diketahui secara umum. Biasanyauntuk barang yang tidak mahal

Bay’ al-Musâwamah, yaitu bay’ yang bersifat tawar menawar

Bay’ al-Muzayadah (jual beli lelang)

Bay’ al-Amânah yaitu bay’ dimana harga dikaitkan denganharga awal/modalnya. Macamnya:

Bay’ al-Wadhî’ah, yaitu bay’ dengan harga awal disertaikerugian yang disepakati penjual dan pembeli

Bay’ at-Tawliyah, yaitu bay’ dengan harga pembelianawal

Bay’ al-Murâbahah, yaitu bay’ dengan harga awal dankeuntungan yang disepakati penjual dan pembeli

Jenis-Jenis Bay’ dari Sisi Cara Pembayaran :

Bay’ un hâlun, dimana jual beli secara kontan, barang dan hargadiserahkan pada saat akad di majelis akad

Bay’ as-Salaf atau Bay’ as-Salam, dimana harga dibayarkanpada saat akad dan barang dengan spesifikasi yang dijamin olehpenjual diserahkan setelah tempo tertentu. Hanya untuk barangyang termasuk al-ma’dûd wa al-makîl wa al mawzûn

Termasuk al-Istishnâ’, pesan sesuatu yang termasuk barangshinâ’ah (dibuat lebih dahulu), dimana harga dibayar olehmustashni’ (pemesan) pada saat akad baik seluruhnya atausebagiannya dan lunas saat serah terima barang, sedangkanbarang dengan spesifikasi yang dijamin oleh Shâni’ diserahkansetelah tempo tertentu.

Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth (Jual Beli Secara Kreditdan Angsuran), dimana barang diserahkan di depan pada saatakad, sedang harga dibayar setelah tempo tertentu baik sekaligusatau dengan diangsur

Jenis al-Bay’

al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth

Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu diserahkan oleh penjual; harus ma’lûm (jelas)

Al-mabî’ harus milik penjual

Lâ tabi’ mâ laysa ‘indaka, makna laysa ‘indaka:

• milik orang lain

• Belum dimiliki

• Dibeli tetapi perpindahan pemilikan belum sempurna karena belum terjadi qabdh

Agar sempurna harus memenuhi ketentuan al-qabdh

Harga dibayar setelah tempo tertentu, sehingga menjadi utang (dayn) pembeli kepada penjual

Tempo harus ma’lûm (jelas)

Harus dengan satu harga dan satu tempo

«عن صفقت ي ف صفقة واحدة ن هى رسول الل » Rasulullah saw melarang dua transaksi dalam satu akad

(HR. Ahmad, al-Bazar dan ath-Thabrani)

، وال ربح م » وب يع وال شرطان ف ب يع يضمن، وال ب يع ما ليس عندك ال يل سل «ا Tidak halal salaf dan jual beli, tidak halal dua syarat dalam satu jual beli,

tidak halal keuntungan selama (barang) belum didalam tanggungan dan

tidak halal menjual apa yang bukan milikmu

(HR. an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan ad-Daruquthni)

Tidak terjadi bay’atayn fî bay’ah

عة ن هى رسول الل » عت ي ف ب ي «عن ب ي Rasulullah saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli

(HR, Ahmad, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban)

عت ي ف له أوكسهما أو الر با » ب ي «من باSiapa saja yang menjual dengan dua jual beli, maka baginya harga

yang lebih rendah atau riba (HR. Abu Dawud)

al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth

Bay’ al-Murâbahah

Jual beli dengan harga awal ditambah keuntungan yang disepakati

Sah jika memenuhi rukun (‘aqidân, shighât dan mahal al-’aqd) dan syaratnya

Bay’ al-Murâbahah bisa dilakukan secara kontan maupun kredit

Syarat terkait al-mabî’:

Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu diserahkan oleh penjual; harus ma’lûm (jelas)

Milik penjual

Mis, “saya beli HP ini 1 juta dan saya jual ke Anda dengan keuntungan 50 ribu”

Bay’ al-Murâbahah

Syarat terkait harga:

harga awal harus disebutkan dan jelas bagi pembelikarena termasuk bay’ al-amânah yang didasarkan padaharga awal

Keuntungan harus disebutkan dan jelas karenakeuntungan itu adalah bagian dari harga

Harga awal dari jenis yang sama dengan harga kedua

Harga awal haruslah bukan merupakan kompensasiterhadap jenis harta yang sama yang termasukkomoditas riba.

Akad pembelian awal harus merupakan akad yang sah.Jika akad tersebut fasad maka barang yang dibeli itutidak boleh dijual secara murâbahah karena murâbahahmerupakan jual beli dengan harga awal disertaitambahan keuntungan.

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

Di sini terjadi :

Tahap kesepakatan saling berkomitmen –marhalah at-tawâ’ud–

Tahap pembelian barang oleh si B dari si C

Tahap si B menjual barang secara kredit ataumurabahah secara kredit kepada si A

Yang Banyak Terjadi:

Si A ingin membeli barang milik si C tetapi uangnya tidak cukup, lalu ia

datang kepada si B, dan si A berjanji (berkomitmen) jika B mau

membeli barang dari C lalu menjualnya secara kredit maka A berjanji

akan membelinya dari B secara kredit. Si B setuju dan berjanji akan

membeli barang dari si C dan akan menjualnya secara kredit kepada A.

Lalu B membeli barang si C dan setelah itu menjualnya secara kredit

kepada si A

2. Pembelian B kepada C:

Harus sah dan sempurna bukan hanya formalitas danbarang sempurna berpindah kepemilikannya dari Ckepada B

Yang Harus Diperhatikan Dalam Kasus Ini:

1. Tentang Janji (Komitmen) itu:

Tidak bersifat mengikat (ghayr mulzim) tidak bersifat wajib

Tidak dinilai di dalam akad jual beli yang terjadi nanti

Karena tidak mengikat, jika ada sejumlah uang yang dibayarsering disebut uang muka, tidak boleh disepakati jika bataluang itu untuk pedagang (B)

Tetapi orang yang berkomitmen (A) boleh memberi B sebagaihibah, untuk penawar hati

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

ي إال قد اقي من مسك وال أرى النجاش إن قد أهديت إل النجاشي حلة وأو ال وكان كما إن ردت علي فهي لك ق مات وال أرى إال هديت مردودة علي ف

عليه وسل ى كل امرأة من م وردت عليه هدي ته فأ قال رسول الل صلى الل عى أم سلمة ب قية المسك واللة نسائه أوقية مسك وأع

“Aku telah mengirimkan hadiah kepada Najasi dua buah pakaian dan

beberapa uqiyah parfum, dan aku melihat bahwa Najasi telah meninggal

dan hadiahku akan dikembalikan kepadaku, jika hadiah itu dikembalikan

kepadaku maka itu untukmu.” Ummu Kultsum binti Abi Salamah berkata:

“benar seperti kata Rasulullah, Najasi meninggal dan hadiah itu

dikembalikan kepada beliau. Maka beliau memberi setiap orang dari isteri

beliau satu uqiyah parfum dan parfum sisanya dan dua pakaian diberikan

kepada Ummu Salamah”

(HR. Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibn Hibban dan ath-Thabrani. Al-

Hakim berkata: “hadis ini sanadnya sahih, tapi Bukhari dan Muslim tidak

mentakhrijnya)

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

3. Penjualan B Kepada A:

Barang harus sudah sah dan sempurna menjadi milik B

Tidak harus dengan alasan komitmen sebelumnya,artinya B boleh saja menjualnya kepada orang lain

Si A dan si B sama-sama memiliki hak khiyar

Tidak memperhitungkan komitmen sebelumnya

Boleh terjadi tawar menawar. Boleh kontan ataupunkredit. Jika kredit harus memenuhi ketentuan jual belisecara kredit

Boleh secara murabahah baik kontan ataupun kredit,dan harus memenuhi ketentuan murabahah

Begitu sempurna transaksi jual belinya, kepemilikanbarang berpindah dari B kepada A

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

Rahn - Agunan

Sah jika memenuhi rukun dan syaratnya

Syarat : harus ada qabdh atas al-marhûn dari ar-Râhinkepada al-Murtahin

Definisi

Harta yang dijadikan jaminan utang/pinjaman agar utang atau

pinjaman itu bisa dibayar dengan harganya jika tidak bisa dibayar

oleh pihak yang wajib membayarnya

Rukun

1. âqidân (ar-Râhin dan al-Murtahin)

2. Shighât

3. al-Marhun (harta yang diagunkan) dan al-Marhûn bihi (yaitu utang yang ada)

... فرهان مقبوضة...

maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh

yang berpiutang). (TQS. al-Baqarah [2]: 283)

Rahn - Agunan

Rahn boleh dengan syarat terdapat kepastian adanya utang (qardh atau dayn). Sesuai QS. 2 : 282-283

Al-Marhûn harus milik ar-Râhin

وإن كنتم ع ... إل أجل مسمىإذا تداي نتم بدين يا أي ها الذين آمنوا لى سفر وفرهان مقبوضة تدوا كاتبا

Wahai orang-orang beriman, jika kalian bermuamalah tidak secara tunai (secara utang) sampai tempo tertentu … dan jika kalian sedang dalam perjalanan sedangkan kalian tidak menemukan penulis maka hendaknya ada agunan yang diserahkan (QS al-

Baqarah: 282-283)

« ال تبع ما ليس عندك » Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu

(HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi,

Ahmad dan al-Baihaqi)

Rahn - Agunan

عا من أجل ورهنه در اشت رى من ي هودي طعاما إل أن رسول الل » «حديد

Bahwa Rasulullah saw membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo dan beliau mengagunkan baju

besi (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam jual beli secara kredit rahn boleh dan sah jika terdapat kepastian adanya dayn (utang), artinya :

Harga telah tetap menjadi hak penjual,

Barang sempurna menjadi milik pembeli

Rahn - Agunan

Jika barang yang dibeli diagunkan kembali kepada penjualnya:

1. Belum pasti ada dayn (utang)

2. Harga belum pasti menjadi hak penjual karena barang

belum sempurna menjadi milik pembeli

3. Jika dalam akad bay’ bi ad-dayn itu, disyaratkan Barang

diagunkan kepada penjualnya, maka sama saja

mensyaratkan pembatasan tasharruf pembeli terhadap

Barang. Syarat demikian adalah syarat yang batil

Agunan harus barang lain, bukan barang yang dibeli

Rahn - Agunan

Eksekusi terhadap agunan:

1. Debtor tak sanggup bayar dan kreditor tidak memberi

kelonggaran

2. Agunan dijual dg izin debitor melalui penjualan yang wajar

menurut pasar

3. Hasil penjualan untuk melunasi utang, jika ada kelebihan

dikembalikan kepada debitor, dan jika masih kurang

kekuarangannya tanggung jawab debitor

«، له غنمه وعليه غرمه ال ي غلق الرهن من صاحبه الذي رهنه »Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah

mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya, dan

wajib menanggung kerugian (penyusutan)-nya.

(HR. Syafi’i, al-Bayhaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

Definisi

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara

sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala(kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) )

Macam :

Operating lease

Finance Lease : Dengan hak Opsi atau Tanpa hak Opsi

Yang umum dilakukan

Finance Lease dengan hak Opsi, dimana di akhir jangka waktu leasing pemilikan barang otomatis berpindah dari Lessor kepada Lessee

Sering dikatakan sebagai kredit atau jual beli kredit

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

Ketentuan Leasing –umumnya- :

1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat mengadakan Barang sesuai yang diminta oleh Lessee (nasabah)

2. Lessor sepakat setelah Barang dia beli, dia sewakan kepada Lessee selama jangka waktu Leasing

3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas dibayar, Lessee akan langsung memiliki Barang itu.

4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran lunas, Barang itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas, pemilikan Barang langsung berpindah kepada Lessee

5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung Lessee

6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi Leasing tersebut

7. Jika Lessee (Fulan) telat mengangsur dikenakan denda dan ganti kerugian.

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

Muamalah Leasing seperti ini secara syar’i batil, karena :

1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad (shafqatayn fî

shafqah wâhidah), yaitu akad ijârah (sewa) dan akad

tamlîk (pemindahan pemilikan) baik dalam bentuk bay’,

hibah atau hadiah

2. Akad tamlîk bukan dalam bentuk ‘aqd al-munjaz, tetapi

dalam bentuk ‘aqd al-mu’allaq sekaligus ‘aqd al-mudhâf.

Secara sya’i akad tamlîk harus dalam bentuk ‘aqd al-

mujaz

3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah, tapi

dalam praktek menyalahi ketentuan akad ijârah yaitu

barang yang disewakan sepenuhnya menjadi tanggung

jawab pemiliknya yaitu pihak yang menyewakan

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan)

a. Rahn harus dipastikan ada dayn, sementara dalam Leasing ini tidak ada dayn

b. Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat tentangnya

7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh al-Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan sesuatu (secara bay’, hibah atau hadiah) yang belum dimiliki oleh penjual, pemberi hibah atau hadiah.

4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah

5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atauuang muka pembelian

Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)

PENGERTIAN :

• ل السلم هو بيع شيء موصوف في الذ ة الى اجل بشيء معج م

"SALAM ADALAH MENJUAL SUATU BARANG YANG

DIJELASKAN SIFATNYA DALAM TANGGUNGAN (TIDAK

HADIR) HINGGA TEMPO TERTENTU DENGAN HARGA

YANG DIBAYARKAN DI DEPAN.“

HUKUMNYA : BOLEH. MERUPAKAN PERKECUALIAN DARI

MENJUAL SESUATU YANG TIDAK DIMILIKI YG DILARANG

BERDASARKAN HADIS : ال تبع ما ليس عندك

"JANGANLAH KAMU MENJUAL APA YANG TIDAK ADA DI

SISIMU." (HR KHAMSAH, SAHIH)

Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)

DALIL BOLEHNYA SALAM :

لوم ال اجل ل معلوم ووزن مع من اسلم ف ليسلم ف كي معلوم

"BARANGSIAPA MELAKUKAN SALAM, HENDAKLAH DIA MELAKUKAN SALAM PADA

TAKARAN YANG DIKETAHUI DAN TIMBANGAN YANG DIKETAHUI, HINGGA TEMPO YANG

DIKETAHUI." (HR BUKHARI)

Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)

SYARAT-SYARAT SAH SALAM :

SYARAT PADA BARANG OBJEK SALAM

(MUSLAM FIIHI) :

1. BARANG OBJEK SALAM HARUS DIKETAHUI DGN

JELAS (MA'LUM) SIFATNYA (TAKARAN ATAU

TIMBANGANNYA). MISAL : SATUANNYA HARUS JELAS

BERAPA KILOGRAM, ATAU BERAPA TON, DSB.

2. BARANGNYA TERMASUK BARANG YANG DIHITUNG,

DITAKAR, DITIMBANG. Contoh : gula, beras, dll. Tidak

boleh salam pada barang yg tak dihitung, ditakar,

ditimbang, mis : tanah, bangunan, mobil, dsb.

3. BARANGNYA DIJUAL SECARA BERTEMPO (ILA AJAL)

(DISERAHKAN KEMUDIAN)

Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)

SYARAT-SYARAT HARGA (RA`SUL MAL):

1. HARGANYA HARUS JELAS DIKETAHUI

(MA'LUM)

2. HARGANYA HARUS DISERAHKAN DI DEPAN

(DI MAJELIS AKAD)

3. HARGANYA TIDAK MENGALAMI GHABAN

FAHISY (JAUH LEBIH TINGGI/RENDAH DARI

HARGA PASAR)

Bay’ al-Istishna’

PENGERTIAN :

يه العمل على الستصنا هو عقد على مبيع ف الذمة شرط فوجه خمصوص بثمن معلوم

'ISTISHNA' = AKAD ATAS SUATU BARANG DALAM TANGGUNGAN (TIDAK HADIR/ADA) YANG MENSYARATKAN ADANYA PEKERJAAN

[pembuatan barang], MENURUT CARA TERTENTU, DENGAN HARGA TERTENTU.”

Bay’ al-Istishna’

DALIL KEMUBAHANNYA :

ن املرأة أن تأمر أن النيب صلى هللا عليه وسلم طلب مغالمها بصنع المنب

“BHW NABI SAW PERNAH MEMERINTAHKAN SEORANG WANITA, AGAR MENYURUH BUDAK LAKI-LAKINYA MEMBUATKAN MIMBAR BAGI

NABI SAW." (HR BUKHARI)

Bay’ al-Istishna’

APAKAH ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI ATAU

TERMASUK IJARAH ?

JIKA BAHANNYA BERASAL DARI SHANI' (PEMBUAT

BARANG), MAKA TERMASUK JUAL BELI.

JIKA BAHANNYA BERASAL DARI MUSTASHNI'

(YANG MINTA DIBUATKAN BARANG), MAKA

TERMASUK IJARAH.

JIKA TERMASUK JUAL BELI, APAKAH TERMASUK

SALAM?

MENURUT MAZHAB HANAFI => ISTISHNA'

MERUPAKAN AKAD TERSENDIRI.

MENURUT MAZHAB JUMHUR (MALIKI, SYAFII,

HAMBALI) => ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI

SALAM.

Bay’ al-Istishna’

Persamaan Bay’ as-Salam dan al-Istishna’:• Barang diserahkan setelah tempo tertentu

Perbedaan Bay’ as-Salam & al-Istishna’:

As-Salam Al-Istishna’

Barang Ditakar, ditimbang,

dihitung

Barang manufaktur

(madah ash-shina’ah)

Harga Harus dibayar di

depan

Boleh dibayar di

depan, atau dengan

tempo