Journal Pkp Hernayati

39
1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK PLASTISIN DI TK HARAPAN IBU PALEMBANG HERNAYATI NIM.820482479 [email protected] ABSTRAK Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk mendukung perkembangan selanjutnya. Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, mengenal angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dan lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk plastisin di TK Harapan Ibu Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui kegiatan bermain plastisin di TK Harapan Ibu Palembang.. Penelitian ini dilakukan di TK Harapan Ibu kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Harapan Ibu sebanyak 20 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 20 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 23% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus kedua mencapai 77% tingkat ketuntasan siswa dalam belajar. Kata Kunci : Kemampuan kognitif, mengenal konsep geometri.

Transcript of Journal Pkp Hernayati

Page 1: Journal Pkp Hernayati

1

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BENTUK GEOMETRI

MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK PLASTISIN DI TK HARAPAN IBU

PALEMBANG

HERNAYATINIM.820482479

[email protected]

ABSTRAK

Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk mendukung perkembangan selanjutnya. Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, mengenal angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dan lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk plastisin di TK Harapan Ibu Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui kegiatan bermain plastisin di TK Harapan Ibu Palembang.. Penelitian ini dilakukan di TK Harapan Ibu kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Harapan Ibu sebanyak 20 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 20 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 23% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus kedua mencapai 77% tingkat ketuntasan siswa dalam belajar.

Kata Kunci : Kemampuan kognitif, mengenal konsep geometri.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

Page 2: Journal Pkp Hernayati

2

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa

lainnya) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun.

Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil

belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan

untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi belajar

secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya

sendiri, orang lain dan lingkungan (id.wikipedia.org/wiki/

Pendidikan_anak_usia_dini).

Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting

untuk mendukung perkembangan selanjutnya. Sistem pendidikan pada saat ini,

menurut pendapat dari Supriyono (2009: 16) dalam bukunya (Cooperative

Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM) ditandai oleh kompetisi antara pencapaian

standart akademik dan tuntutan masyarakat. Hal ini terjadi karena selama ini

proses pembelajaran di negara Indonesia hanyalah proses-proses pengondisian-

pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami.

Perkembangan kognitif pada anak usia dini berada pada periode

praoperasional usia 2-6 tahun, yaitu tahapan dimana anak belum mampu

menguasai mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi disini adalah

kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental dan fisik. Periode ini ditandai

dengan berkembangnya representasional, atau “symbol funetion” yaitu

kemampuan menggunakan simbol-simbol (kata-kata, benda atau peristiwa).

Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting

mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini.

Elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga

sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% siasanya ditentukan selama sisa

kehidupannya setelah masa kanak-kanak dan tentu saja bentuk stimulasi yang

diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan

anak usia dini.(http://primazip.wordpress.com /2014/04/03/hakikat-

perkembangan-anak-usia-dini/)

Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, mengenal

ruang bangun, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dan

Page 3: Journal Pkp Hernayati

3

lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar

perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan

hidupnya.

Kemampuan kognitif anak pada tahap pengembangan geometri merupakan

kemampuan yang berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran.

Adapun kemampuan yang akan dikembangkan pada tahap ini, yaitu: memilih

benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, mencocokkan benda menurut

warna, bentuk, dan ukurannya, membandingkan benda menurut ukurannya (besar,

kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah), mengukur benda secara sederhana,

mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-rendah, dan

panjang-pendek, menciptakan bentuk dari kepingan geometri, menyebut benda-

benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri, mencontoh bentuk-

bentuk geometri, menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan segi empat,

menyusun menara dari delapan kubus, mengenal ukuran panjang, berat, dan isi,

meniru pola dengan empat kubus (http://kurikulumpaud.blogspot.com/2013/07

/pengertian-kognitif-pada-paud.html).

Menurut teori belajar Van Hielle (Matematika; Pembelajaran uniy 4.0),

mengenai mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami

geometri. Pada tahap awal atau pengenalan, anak usia dini hanya baru mengenal

bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun

geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan pada bangun-bangun geometri, anak

dapat menunjukkan bentuk segitiga. Namun pada tahap pengenalan anak belum

dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti dan diskusi dengan para guru, diperoleh

data awal bahwa Di TK Harapan Ibu Palembang dalam penyampaian materi

mengenai pengenalan bentuk geometri pada anak masih mengalami kesulitan.

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :

Pertama, dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajar anak belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Kelas B sendiri sebagian besar siswa belum

Page 4: Journal Pkp Hernayati

4

memahami kompetensi dasar materi konsep Geometri . Oleh karena itu guru

dituntut untuk dapat mengaktifkan anak agar benar-benar memahami materi dan

dapat menentukan konsep dengan tepat.

Kedua, kurang tersedianya media dalam pembelajaran menjadi salah satu

permasalahan yang menyebabkan kurang berhasilnya proses pembelajaran di TK

Harapan Ibu Palembang. Hal ini teridentifikasi dengan kondisi anak yang terlihat

pasif. Anak belum mampu mengenal bentuk-bentuk yang menyerupai geometri.

Ketiga, di TK Harapan Ibu Palembang, dalam pengenalan bentuk geometri

masih ditemukan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

tugas dari guru. Namun, terdapat beberapa anak yang sudah mengenal bentuk

geometri, tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan. Guru dalam

mengajarkan konsep-konsep mengenal bentuk geometri cenderung menekankan

pada praktek menulis di papan tulis. Tidak ada media yang digunakan, anak hanya

diberikan lembar kerja yang berisi gambar-gambar ruang atau geometri secara

bersama kemudian anak ditugaskan untuk menyebutkan bentuk dari gambar

tersebut. Hal ini mengakibatkan anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam belajar

bilangan.

3. Analisis Masalah

Berdasarkan fakta yang ada, maka peneliti berkeinginan untuk mencoba

meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dengan

pendekatan lain. Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan para guru, media

bermain dengan plastisin dengan membentuk segitiga, segi empat, bola dan lain-

lain ini sangat dimungkinkan dilaksanakan di TK tersebut karena anak secara

langsung dapat melihat dan merasakan bentuk-bentuk geometri secara dasar.

4. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Dengan melalui kegiatan pengembangan kognitif anak dalam mengenal

konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk plastisin di TK Harapan

Ibu Palembang ".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan

Page 5: Journal Pkp Hernayati

5

kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan

membentuk plastisin di TK Harapan Ibu Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif

anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk

plastisin di TK Harapan Ibu Palembang.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

1. Memperoleh gambaran tentang pengenalan konsep bentuk geometri anak

usia dini di TK Harapan Ibu Palembang.

2. Memperoleh gambaran tentang penggunaan model pembelajaran

kooperatif, bermain plastisin untuk meningkatkan pengenalan konsep

bentuk geometri di TK Harapan Ibu Palembang.

b. Bagi Guru

1) Mengembangkan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga

siswa dapat mengenal konsep bentuk geometri dengan baik.

2) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian dalam upaya

pengembangan profesionalisme guru.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di lembaga penyelenggaraan pendidikan pada umumnya

dan TK Harapan Ibu Palembang pada khususnya.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pengembangan Kognitif Anak

1. Pengertian Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk

berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) dalam

bukunya Perkembangan Anak Usia Dini, menjelaskan bahwa kognitif adalah

suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai,

Page 6: Journal Pkp Hernayati

6

dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif

berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang

dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.

Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak

dalam belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan

masalah berpikir. Menurut Ernawulan Syaodih dan Mubair Agustin (2008: 20)

dalam bukunya Bimbingan Konseling untuk Anak, menerangkan bahwa

perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana

kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam kehidupannya, mungkin saja anak

dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan.

Menyelesaikan suatu persoalan merupakan Langkah-langkah yang lebih

kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak

perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.

Husdarta dan Nurlan (2010: 169) dalam bukunya Pertumbuhan dan

Perkembangan Peserta Didik berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah

suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan)

dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Tahapan perkembangan kognitif anak menggambarkan tingkat kemampuan

anak dalam berpikir. Menurut Piaget yang dikutip dalam Yudha M. Saputra dan

Rudyanto (2005: 162) dalam bukunya Pembelajaran Kooperatif

UntukMeningkatkan Keterampilan Anak TK, menerangkan bahwa

“perkembangan kognitif anak terbagi menjadi 4 tahapan yaitu, sensorimotor (0-2

tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun) dan

operasional formal (11-6 tahun)”.

Sedangkan menurut Slamet Suyanto (2005: 55) dalam bukunya Dasar-dasar

Pendidikan Anak Usia Dini. pada tahapan praoperasional anak mulai

menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak sudah belajar nama-nama

benda, menggolong-golongkan, dan menyempurnakan kecakapan panca

inderanya. Sifat egosentrisnya sangat menonjol. Anak menunjukkan

kemampuannya melakukan permainan simbolis, misalnya anak menggerakkan

Page 7: Journal Pkp Hernayati

7

balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan-akan balok itu mobil. Pada

tahapan praoperasional, anak sudah menggunakan memorinya tentang mobil dan

menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuannya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan

perkembangan kognitif anak Usia Dini berada pada tahap praoperasional. Pada

tahap ini aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi tetapi

anak mulai bisa memahami realitas di lingkungannya. Kemampuan kognitif sering

disebut juga sebagai daya pikir.

B. Konsep Mengenal Bentuk Geometri

1. Pengertian

Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik,

bidang dan ruang. Sudut adalah besarnya rotasi antara dua buah garis lurus;

ruang adalah himpunan titik- titik yang dapat membentuk bangun- bangun

geometri; garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupkan

himpupnan titik- titik yang mempunyai sifat khusus; bidang adalah himpunan-

himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan datar, misalnya permukaan

meja (Negoro, 2003: 18). http://duniaanakbalita.

blogspot.com/2014/01/pengenalan-bentuk-geometri-pada-anak.html

Mengenal bentuk geometri anak usia dini adalah kemampuan anak

mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di

sekitar berdasarkan bentuk geometri.

2. Tahap-Tahap Belajar Geometri

Tahap pertama anak belajar geometri adalah topologis. Mereka belum

mengenal jarak, kelulusan dan yang lainnya, karena itu mulai belajar geometri

supaya tidak mulai dengan lurus- lurus, tetapi denga lengkung, misalnya

lengkungan tertutup, lengkungan terbuka daerah lengkungan, lengkungan

sederhana dan lainnya. Van Hiele dalam Ruseffendi, (1991 : 161-163) dalam

bukunya Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru berpendapat bahwa

ada lima tahapan anak belajar geometri, yaitu sebagai berikut.

Page 8: Journal Pkp Hernayati

8

a. Tahap Pengenalan

Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk- bentuk geometri,

seperti segitiga, kubus, bola, lingkaran, dan lian-lain, tetapi ia belum

memehami sifat- sifatnya.

b. Tahap Analisis

Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat- sifat konsep atau

bentuk geometri. Misalnya, siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi

panjang yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua

diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain sama panjang

dan lain- lain.

c. Tahap Pengurutan

Pada tahap ini, siswa sudah dapat mengenal bentuk- bentuk

geometri dan memahami sifat- sifat dan ia sudah dapat mengurutkan

bentuk- bentuk geometri yang satu sama lain berhubungan.

d. Tahap Dedukasi

Pada tahap ini, berpikir deduktifnya sudah mulai tumbuh, tetapi

belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu deduktif, karena

pengambilan kesimpulan, pembuktian dalil yang harus dilakukan secara

deduktif.

Pada tahap ini, siswa sudah dapat memehami pentingnya

pengambilan kesimpulan secara deduktif itu, karena misalnya ia dapat

melihat bahwa kwsimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa

keliru.

e. Tahap Keakuratan

Pada tahap ini, siswa dapat memahami bahwa adanya ketepatan

(presisi) dari yang mendasar itu penting. Van Hiele (Rueefendi, 1991: 163-

164) berpendapat mengenai pengajaran geometri ada tiga dalil,  yaitu:

Kombinasi yang baik antar waktu, materi pelajaran, dan metode

mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi.

Page 9: Journal Pkp Hernayati

9

Dua orang yang tahap berpikirnya berbeda dan bertukaran pikiran,

satu sam lain tidak akan mengerti.

Kegiatan belajar siswa harus memahami dengan pengertian untuk

memperluas pengalaman dan berpikir siswa, untuk meningkatkan berpikir

ke tahap yang lebih baik.

3. Tahap-Tahap Pengenalan Geometri Khusus Anak Usia Dini

Anak dapat memahami konsep melalui pengalaman bermain dan

guru membantu dalam mengenalkan konsep geometri. Membangun

konsep geometri anak usia dini dimulai dengan mengidentifikasi bentuk,

menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar. Anak dalam usia

dini mulai berusaha untuk mengenal dan memahami bentuk dasar (bentuk-

bentuk geometri) yang memiliki nama-nama tertentu seperti lingkaran,

persegi, segitiga, persegi panjang, dan lain sebagainnya menurut Wahyudi

(2005: 115) (yhanapratiwi.files.wordpress.com/2014/03/puzzle.pdf) yaitu:

a. Pengenalan bentuk dasar: lingkaran, persegi, segitiga

b. Membedakan bentuk

c. Memberi nama: menghubungkan bentuk dengan namanya

d. Menggolongkan bentuk dalam suatu kelompok sesuai dengan

bentukknya

e. Mengenali bentuk-bentuk benda yang ada di lingkungannya sendiri.

4. Manfaat Pengenalan Geometri

Pengenalan merupakan aspek yang sangat penting, karena salah satu

tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak mengenal apa yang telah anak

pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa konsep-konsep, teori dan

hokum yang ada. Pada saat guru menjelaskan tentang bentuk-bentuk

geometri, sebaiknya guru menggunakan media yang ril dan dekat dengan

anak, sehingga anak dapat melihat dan memanipulasi benda-benda yang

mempunyai bentuk geometri tersebut. Perkembangan anak berlangsung

secara berkesinambungan. Tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu

tahap diharapkan meninggkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif,

Page 10: Journal Pkp Hernayati

10

pada tahap selanjutnya. Menurut Wahyudi (2005: 109) bahwa pengenalan

geometri memberikan manfaat pada anak yaitu:

a. Anak akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga,

persegi dan persegi panjang

b. Anak akan membedakan bentuk-bentuk

c. Anak akan mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan

bentuknya

d. Akan akan memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran.

C. Membuat Bentuk Dengan Media Bermain Plastisin

1. Konsep Dasar Media Plastisin

Seperti telah dijelaskan pengembangan kreativitas dapat

dikembangkan dengan pusat anak (area) salah satu area yang dibutuhkan

adalah area seni. Anna Suhaenah,S 1998 dalam Badru Zaman (2009: 2.7)

berpendapat bahwa sumber belajar adalah manusia, bahan, kejadian,

peristiwa, setting, tehnik yang membangun, kondisi yang memberikan

kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan,

ketrampilan dan sikap.

Dengan media yang mudah didapat dan area yang dibutuhkan,

penulis mengambil plastisin dari tanah liat sebagai salah satu media

pembelajaran. Menurut Sumanto,(2005: 186) pembelajaran seni rupa di

TK harus sejalan dengan hakekat dan fungsi seni sebagai alat pendidikan

adalah dengan mempertimbangkan aspek edukatif, psikologis,

karakteristik materi dan ketersediaan sumber belajar.

Adapun aspek edukatif adalah pembelajaran yang dikembangkan

hendaknya dapat mendidik anak sejalan dengan perkembangannya. Aspek

psikologis yang dimaksud adalah perkembangan pikir, rasa dan emosional

yang berkaitan dengan karakteristik /sifat dasar anak yang serba ingin

tahu.

Aspek karakteristik materi disesuaikan dengan kurikulum yang ada,

sedangkan aspek ketersediaan sumber belajar adalah sumber / bahan yang

digunakan menarik bagi anak, mudah didapat, praktis, dan aman

Page 11: Journal Pkp Hernayati

11

penggunaannya. Di sini tersedia macam–macam alat / media bermain

salah satunya media plastisin dari tanah liat. Dengan media plastisin ini

anak dapat bermain sesuka hati sesuai dengan keinginan/ imajinasi anak

didik.

2. Tujuan Dan Manfaat Plastisin

Menurut Sumanto (2005: 191) dalam bukunya Pengembangan

Kreativitas Senirupa Anak TK tujuan dimanfaatkannya lingkungan alam

dan budaya dalam pembelajaran seni rupa di TK adalah:

a. Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan yang sudah

dikenal anak maka anak dapat menerima dan menguasai dengan baik

b. Agar pelajaran jadi relefan dengan kebutuhan siswa sesuai dengan

minat dan perkembangannya.

c. Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan menggunakan

bahan alam, seperti tanah liat.

d. Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui bermain maka

metode bermain plastisin sangat tepat untuk Langkah-langkah awal

pembentukan kreativitas karena diawali dengan proses melemaskan

plastisin dengan meremas, merasakan, menggulung, memipihkan.

III. PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia dini kelas B TK Harapan

Ibu sebanyak 22 orang.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini beralamat di Palembang, nama sekolah tempat

penelitian TK Harapan Ibu Palembang Kelas B dengan tema "Pekerjaan".

3. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan perbaikan tanggal 01 April s/d 19 April 2014.

Waktu pelaksanaan untuk siklus 1 mulai tanggal 01 April 2014 s/d 05 April

2014 dan Siklus II mulai tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014, mulai dari

Senin sampai Jum'at dengan rentang waktu mulai jam 7.30 - 10.00 WIB.

Page 12: Journal Pkp Hernayati

12

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan

1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Rancangan penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas

(PTK). Desain Perbaikan Pembelajaran digunakan desain PTK (Penelitian

Tindakan Kelas) atau CAR (Classroom Action Research). Pada

Pelaksanaan PTK ini terdiri dari beberapa siklus dan setiap siklus terdiri

dari : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada perbaikan

pembelajaran ini dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan teman

sejawat.

2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan

Prosedur penelitian yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan

setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan. Pada tiap siklus diterapkan langkah-

langkah berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan

evaluasi. Adapun gambaran masing-masing siklus meliputi :

Siklus I

a. Perencanaan

1) Rencana Tindakan

Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak

mengenal konsep mengenal bentuk geometri melalui penggunaan

media bermain plastisin .

2) Langkah-langkah-Langkah-langkah perbaikan

Perencanaan pada siklus I terdiri atas beberapa Langkah-langkah

yaitu:

a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan

tingkat minat baca anak dan pengamatan kegiatan guru;

b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum

tersedia yang berkaitan dengan keaksaraan;

c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat

kemampuan mengenal bentuk geometri seperti segiempat,

segitiga dan lingkaran pada anak TK melalui lembar

pengamatan.

Page 13: Journal Pkp Hernayati

13

d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan

media bermain plastisin serta berbagai kegiatan bermain

menggunakan media tersebut di sentra-sentra yang ada. Melalui

tema ‘pekerjaan’ pada siklus 1, pada sentra bahasa dilakukan

kegiatan mewarnai gambar ruang bangun, membaca puisi dua

mata, dan mencocokkan Gambar ruang bangun.

Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus I :

RKH 1yang meliputi; Menceritakan pengalaman jalan-jalan

ke Mall (B.7,) Membentuk segitiga, segiempat dan lingkaran

dengan media bermain plastisin (K.5) dan Mencetak bentuk-bentuk

segitiga, segiempat dan lingkaran dengan plastisin(S.4)

RKH 2 yaitu Menceritakan pengalaman "Naik Kendaraan"

(B.7) Mewarnai gambar mobil dan menyebutkan bentuk geometri

pada mobil(K.6), Meronce "kalung" dari media pipet (S.8)

RKH 3 yaitu Mendengarkan dan menceritakan kembali

tentang "pergi tamasya" (B.5), Menyusun bentuk geometri dengan

leggo(F.8) dan Mencocok gambar geometri (S.11)

RKH 4 yaitu Menunjuk dan memberikan keterangan posisi

tempat "benda-benda yang ada didalam kelas (B.10), Mengukur

panjang papan tulis dengan penggaris (K.23) dan Menggunting

bentuk pola segitiga, segiempat dan lingkaran (F.6).

RKH 5 yaitu Mencocok bentuk berbagai ukuran (S.17,

menghubungkan gambar geometri dengan benda sekitarnya

(K.23), Menirukan kembali 4-5 kata pergi tamasya bersama ibu

(B.2)

b. Pelaksanaan PTK

Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai I, Ibu Elly

Marlina, S. Ag. Sedangkan tugas Penilai I adalah menilai SKH/RK

yang dibuat oleh mahasiswa dan pelaksanaannya dengan menggunakan

APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan tugas supervisor adalah

memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat rekapitulasi nilai

Page 14: Journal Pkp Hernayati

14

praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan

laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.

Prosedur kegiatan pengembangan adalah :

1) Tahap Pengembangan

a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH

b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan

pengembangan yang dibuatkan atau dikelolanya.

c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada

kegiatan.

2) Tahap Pelaksanaan

Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pengembangan :

a. Pembukaan

Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak

masuk kelas selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa,

berbagi cerita, mengucapkan tata tertib kelas, absen dan

seterusnya

b. Kegiatan inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang

mencakup pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan

afektif yang terdiri dari :

1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui

pembahasan yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial,

emosional dan kemandirian

2) Bidang pengembangan kemampuan dasar, meliputi

kemampuan bahasa, kognitif, fisik dan motorik dan seni.

c. Istrirahat

Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena

akan makan bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di

luar atau di dalam kelas. Sebagai guru jangan lupa meminta

kepada anak untuk mengucapkan doa sebelum dan sesudah

makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap berada di

Page 15: Journal Pkp Hernayati

15

antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada

alat permainan yang disukai.

d. Kegiatan Akhir / Penutup

Dalam kegiatan penutup, ada baiknya bila anak diajak

mereview kegiatan sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir.

Setelah anak berkemas, doa bersama, dan pulang.

c. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data

Penyempurnaan dilaksanakan bersama dalam diskusi antara

peneliti dengan para guru. Sementara itu, Langkah-langkah observasi

pada Siklus I adalah:

1) Peneliti bersama guru yang tidak mengajar mengamati kegiatan

guru yang sedang mengajar dan kegiatan anak di sentra-sentra, lalu

mencatat hasil pengamatannya dalam format catatan lapangan;

2) Peneliti mengambil data tentang kemampuan mengenal konsep

mengenal bentuk geometri anak melalui lembar pengamatan ceklis

dan data tentang kegiatan penggunaan media melalui analisis

dokumen dan diskusi dengan guru Prosedur penelitian yang telah

dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 kali

pertemuan.

d. Rencana Refleksi

Tahap yang terakhir yaitu evaluasi dan refleksi pada siklus I

meliputi Langkah-langkah berikut:

1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data

tingkat kemampuan anak dalam mengenal konsep mengenal bentuk

geometri dan data perubahan sikap dan aktivias anak setelah

tindakan I;

2) Para guru bersama peneliti mendiskusikan kelemahan dan

kelebihan pelaksanaan tindakan I dilanjutkan dengan Langkah-

langkah perbaikan yang diperlukan.

Page 16: Journal Pkp Hernayati

16

Siklus II

a. Perencanaan

1) Rencana Tindakan

Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak

mengenal konsep mengenal bentuk geometri melalui penggunaan

media bermain plastisin .

2) Langkah-langkah-Langkah-langkah perbaikan

Perencanaan pada siklus II terdiri atas beberapa Langkah-langkah

yaitu:

a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan

tingkat minat baca anak dan pengamatan kegiatan guru;

b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum

tersedia yang berkaitan dengan keaksaraan;

c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat

membaca anak TK melalui lembar pengamatan; dan

d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan

media bentuk alat peraga dari plastisin serta berbagai kegiatan

bermain menggunakan media tersebut di sentra-sentra yang

ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus II, pada sentra

bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar ruang bangun,

membaca puisi dua mata, dan mencocokkan Gambar ruang

bangun.

Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus II :

RKH 1yang meliputi; Menceritakan tentang pak tani

menanam jagung (B.7) Menyebutkan ruang bangun segitiga,

segiempat, lingkaran sesuai dengan media bermain plastisin (K.5)

dan Melipat berbagai bentuk geometri dengan kertas origami (S.4)

RKH 2 yaitu Menceritakan "Pengalaman naik Bus" (B.7)

Menyebutkan ruang bangun sesuai dengan gambar (K.6),

Mewarnai gambar pesawat terbang (S.8)

Page 17: Journal Pkp Hernayati

17

RKH 3 yaitu Mengungkapkan cita-cita anak (B.5), Menyusun

balok ruang bangun (F.8) dan Mencocok gambar ruang bangun

(S.11)

RKH 4 yaitu Menunjuk jumlah benda yang lebih banyak atau

lebih sedikit(B.10), Menghitung jumlah ternak pak tani (K.23) dan

Menggunting bentuk pola ruang bangun (F.6).

RKH 5 yaitu Mencocok bentuk ruang bangun (S.17),

menghubungkan ruang bangun dengan jumlah benda yang ada di

media bermain plastisin (K.23), Menggambar rumah dengan

konsep ruang bangun (B.2)

b. Prosedur Pelaksanaan PTK

Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai II, Ibu Rusmiyati,

S. Pd. Sedangkan tugas Penilai II adalah menilai SKH/RK yang dibuat

oleh mahasiswa dan pelaksanaannya dengan menggunakan APKG

PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan tugas supervisor adalah memberi

orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat rekapitulasi nilai praktik

perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan laporan ke

UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.

Prosedur kegiatan pengembangan adalah :

1) Tahap Pengembangan

a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH

b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan

pengembangan yang dibuatkan atau dikelolanya.

c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada

kegiatan.

2) Tahap Pelaksanaan

Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan

pengembangan :

a) Pembukaan

Page 18: Journal Pkp Hernayati

18

Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak

masuk kelas selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa,

berbagi cerita, mengucapkan tata tertib kelas, absen dan

seterusnya

b) Kegiatan inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang

mencakup pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan

afektif yang terdiri dari :

1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui

pembahasan yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial,

emosional dan kemandirian

2) Bidang pengembangan kemampuan dasar, meliputi

kemampuan bahasa, kognitif, fisik dan motorik dan seni.

c) Istrirahat

Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena

akan makan bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di

luar atau di dalam kelas. Sebagai guru jangan lupa meminta

kepada anak untuk mengucapkan doa sebelum dan sesudah

makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap berada di

antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada

alat permainan yang disukai.

d) Kegiatan Akhir / Penutup

Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview

kegiatan sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah

anak berkemas, doa bersama, dan pulang.

c. Kegiatan Pengamatan dan Pengumpulan data

Selanjutnya, pada tahap observasi Siklus II, peneliti bersama

salah satu guru yang sedang tidak mengajar melakukan pengamatan

dengan catatan lapangan dan instrumen pengamatan terhadap

Page 19: Journal Pkp Hernayati

19

kemampuan anak dalam mengenal konsep mengenal bentuk geometri

yang telah diperbaharui sesuai tindakan baru yang disepakati.

d. Refleksi

Tahap yang terakhir yaitu refleksi pada Siklus II meliputi Langkah-

langkah-Langkah-langkah:

(1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan

data tingkat minat baca anak dan perubahan perilaku mereka

setelah Tindakan II; dan

(2) Peneliti dibantu guru meninjau ulang dampak dari Tindakan

Siklus II tersebut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Per Siklus

Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam

peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal geometri melalui

pengenalan ruang bangun, dilakukan serangkaian tindakan untuk mengatasi

permasalahan tersebut. Tindakan penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan

prosedur meliputi : penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan

dan refleksi. Adapun deskripsi masing-masing siklus adalah sebagai berikut :

1. Kondisi Awal

Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu

peneliti melakukan observasi kemampuan awal anak dalam mengenal

konsep geometri melalui pretest secara langsung kepada anak dengan

menyebutkan bentuk ruang bangun sesuai dengan media gambar yang

ditunjukkan oleh guru. Adapun tingkat kemampuan anak dalam mengenal

konsep ruang bangun sebelum perbaikan adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.2REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP

GEOMETRI

No Kategori Frekuensi Persentase

Page 20: Journal Pkp Hernayati

20

1. Baik 5 23 %

2. Cukup 2 9 %

3. Kurang 15 68 %

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan

mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu

Palembang masih sangat kurang dimana anak yang sudah dapat mengenal

konsep Geometri masih sangat kurang yaitu hanya 5 orang anak atau 23%

yang mampu mengenal dan membedakan bentuk geometri berupa ruang

bangun segitiga, persegi panjang dan segiempat, sedangkan anak yang

memiliki kemampuan cukup yaitu hanya mampu membedakan bentuk

geometri tetapi belum mengenal konsep ruang bangun ada sebanyak 2

orang anak (9%). Sedangkan anak yang sama sekali belum mampu

menyebutkan serta membedakan bentuk ruang bangun yaitu sebanyak 15

orang anak (68%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut ini

GAMBAR 4.1

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SAAT PRA SIKLUS

2. Deskripsi Siklus I

Page 21: Journal Pkp Hernayati

21

Implementasi kegiatan peningkatan kemampuan kognitif anak dalam

mengenal konsep Geometri geometri di Taman Kanak-Kanak Harapan Ibu

Palembang melalui media gambar sederhana terdiri dari dua siklus.

TABEL. 4.4

REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SIKLUS I

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 14 64 %

2. Cukup 6 27 %

3. Kurang 2 9 %

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan

mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu

Palembang pada siklus pertama masih rendah dimana kategori anak yang

sudah mampu mengenal konsep Geometri baru mencapai 14 orang atau 64

%, kategori cukup sebanyak 6 orang atau 27% dan dengan kategori kurang

sebanyak 2 orang (9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut

ini :

GAMBAR 4.2

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SAAT SIKLUS PERTAMA

Siklus II

Page 22: Journal Pkp Hernayati

22

Tabel. 4.6REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP

GEOMETRI PADA SIKLUS II

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 17 77 %

2. Cukup 5 23 %

3. Kurang 0 0 %

Jumlah 22 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan

mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu

Palembang pada siklus kedua sudah menunjukkan terjadinya peningkatan

dimana kategori anak yang sudah mampu memahami konsep Geometri dan

menyusun bentuk bangun ruang sebanyak 17 orang atau 77%, dengan

kategori cukup sebanyak 5 orang atau 23 % dan dengan kategori kurang

sudah tidak ada lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut ini

:

GAMBAR 4.3

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SIKLUS II

Page 23: Journal Pkp Hernayati

23

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2

siklus untuk mengetahui tingkat kemampuan anak didik kelompok B dalam

mengenal konsep geometri melalui media gambar. Dari penelitian ini terjadi

peningkatan hasil belajar anak usia dini dalam mengenal konsep geometri, karena

media yang digunakan cukup menarik perhatian anak didik sehingga tertarik

untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar selain itu konsep ruang bangun yang

diterapkan hanya merupakan konsep dasar bentuk segitia, segiempat dan persegi

panjang.

Pembahasan Siklus I

a. Analisis

Dari hasil data yang didapat oleh penulis, dari proses belajar mengajar

yang telah dilakukan dapat dapat dianalisis bahwa proses pembelajaran kurang

lancar karena anak didik kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, hal

ini kemungkinan disebabkan oleh media gambar yang kurang menarik.

Disamping itu juga, guru kurang memberikan arahan dan motivasi kepada

anak.

b. Sintetis

Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari

perencanaan sampai pada akhir kegiatan, ternyata belum dapat meningkatkan

pemahaman anak didik dalam memahami konsep geometri sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh penulis. Hal ini disebabkan karena masih adanya

kelemahan yang menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan pemahaman

siswa sehingga perlu dilakukan pembelajaran pada siklus II selanjutnya.

Dimana anak mengalami kesulitan dalam membedakan konsep persegi panjang

dengan segi empat, karena bentuk ruang bangun yang sama.

c. Evaluasi

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diperoleh, pada proses

pembelajaran siklus I ini memperlihatkan bahwa proses pembelajaran

memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman siswa secara klasikal masih di

bawah standar, yaitu dari 22 orang anak didik kelompok B di TK Harapan Ibu

Palembang hanya 64% atau 14 orang anak yang mampu memahami konsep

Page 24: Journal Pkp Hernayati

24

Geometri dengan baik dan mampu membedakan antara segiempat dengan

persegi panjang maupun segitiga serta lingkaran.

Pembahasan Siklus II

Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-

hal sebagai berikut :

a. Anak didik lebih aktif, hal ini disebabkan karena guru sudah banyak

memberikan bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.

b. Anak didik lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah

mencoba menerapkan model pembelajaran dengan media atau alat peraga

dipersiapkan lebih menarik lebih besar, konsep penggunaan materi gambar

serta kegiatan menyusun berbagai bentuk geometri menjadi sebuah bentuk

rumah atau mobil, secara tidak langsung menarik minat anak untuk

mengenal bentuk geometri, mereka mulai mampu membedakan berbagai

bentuk geometri yang ditunjukkan oleh guru.

Refleksi terdiri dari :

1. Analisis

Setelah diadakan siklus II yang diikuti, dengan kelas yang dilakukan

sesuai dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka proses

pembelajaran berjalan dengan baik dan sempurna serta suasana kelas yang

kondusif.

2. Sintetis

Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-

kelemahan dan kekurangan pada proses pembelajaran siklus I telah dapat

diatasi dengan baik. Dengan kata lain proses kegiatan belajar dan mengajar

sudah mulai baik dan terarah. Anak didik sudah mampu mengikuti

pembelajaran dengan media gambar yang menarik.

3. Evaluasi

Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah

mencapai ketuntasan minimal 75% karena dari hasil penilaian pada akhir

kegiatan diketahui bahwa 77 % anak didik (17orang) sudah mampu

mengenal konsep Geometri sedangkan 5 orang baru dalam kemampuan

cukup baik.

Page 25: Journal Pkp Hernayati

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian di atas,

dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar yang dilaksanakan

di TK Harapan Ibu Palembang telah dapat meningkatkan kemampuan kognitif

anak dalam mengenal konsep geometri. Hal ini dapat diketahui dari setiap

siklus perbaikan terjadi peningkatan yang cukup signifikan.

B. Saran Tindak Lanjut

Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian tersebut, dapat

disarankan hal-hal sebagai berikut:

(1) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia

pendidikan anak usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajarannya;

(2) Penerapan media gambar perlu dilakukan secara konsisten untuk

menstimulasi minat dan aktifitas anak di TK dalam mengikuti proses

pembelajaran, tidak hanya pada sentra atau bidang pengembangan tertentu

tetapi pada semua bidang pengembangan;

(3) Penerapan media gambar perlu disosialisasikan pada para pendidik anak

usia dini, baik guru maupun orang tua sehingga terjadi harmonisasi dalam

memberikan harapan yang wajar pada anak dan cara menstimulasi anak

agar dapat mengenal konsep Geometri melalui pengamatan secara

langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Page 26: Journal Pkp Hernayati

26

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada. Media Group

http:// id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini. diakses tanggal 14 April 2014.

http://kurikulumpaud.blogspot.com/2013/07 /pengertian-kognitif-pada-paud.html. diakses tanggal 14 April 2014.

http://primazip.wordpress.com/2014/04/03/hakikat-perkembangan-anak-usia-dini/). diakses tanggal 14 April 2014.

Husdarta, Nurlan. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta

Agustin, Mubair . 2008. Bimbingan Konseling untuk Anak, tidak diterbitkan

Negoro, 2003. Pengenalan geometri pada anak. http://duniaanakbalita. blogspot.com/2014/01/pengenalan-bentuk-geometri-pada-anak.html. diakses tanggal 14 April 2014.

Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Ruseffendi, 1991. Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung : Tarsito

Suyanto, Slamet. 2005.Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising

Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK

Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM

Wahyudi, 2005. Permainan Puzzle. http://yhanapratiwi.files.wordpress.com /2014/03/puzzle.pdf.

1