Journal PKP Hirni
Transcript of Journal PKP Hirni
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN
MEDIA GAMBAR DI TK PANCA KARSA PALEMBANG
HIRNI YUSNITANIM.821439193
ABSTRAK
Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget perubahan perilaku akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui penggunaan media gambar. Penelitian ini dilakukan di TK Panca Karsa kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Panca Karsa sebanyak 18 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 18 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 33% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 44% dan pada siklus kedua mencapai 88,9 % tingkat ketuntasan siswa dalam belajar.
Kata Kunci : Kemampuan kognitif, konsep bilangan menggunakan media gambar.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pendidikan berfungsi untuk menciptakan pembaharuan dalam pengetahuan,
perilaku dan sikap manusia terutama kaum generasi muda agar mereka siap menghadapi
perubahan yang sedang dan akan terjadi. Bahkan tidak hanya sekedar menyesuaikan diri
dengan perubahan, melainkan harus mampu menjadi aktor pembawa dan pengaruh
perubahan yang sehat dan konstributif bagi manusi, alam dan lingkungan. Dengan
demikian mereka akan mampu berperan aktif dalam keadaan seperti apapun, tak
terkecuali ketika masyarakat dunia memasuki panggung globalisasi dan ketika Indonesia
memasuki era desentralisasi (Lesibobi, 2012).
Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan di Indonesia yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spritual), Sosial emosional (sikap berprilaku serta beragama), bahasa
dan komonikasi sesuai dengan keunian dan tahp – tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak usia dini contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti
Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – anak (TK) atau Lembaga PAUD yang
berbasis pada kebutuhan anak (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan).
Anak usia dini (0-8 tahun) juga disebut usia emas atau golden age dan setelah
perkembangan ini lewat maka berapapun kecerdasan yang dicapai anak, tidak akan
mengalami peningkatan lagi. Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang
dengan optimal apabila distimulasi atau diberi rangsangan yang sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Oleh karena itu peranan guru sangat menentukan untuk
perkembangan kecerdasan anak di usia dini. Guru merupakan lapis kedua setelah
keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai peranan besar dalam tumbuh
kembang anak. Keberhasilan seorang anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh
didikan seorang guru, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada
seorangpun tokoh di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Seorang
anak tidak mungkin berhasil menjadi politikus handal, ilmuwan pintar, tentara yang
gagah berani, dan sebagainya kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru
(Zaroh, 2012).
Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting
untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget perubahan perilaku
akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak
untuk berpikir tentang lingkungan sekitarnya. Perkembangan kognitif anak dalam
mengenal angka sangat penting untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar
bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya di jenjang pendidikan
berikutnya . Pada awalnya, anak akan belajar nama-nama bilangan tetapi belum mampu
menilai lambang-lambangnya, misalnya mereka bisa menyebut, satu, dua, tiga, tetapi
tidak mampu memahami artinya. Seringkali bilangan disebut seperti rangkaian kata-kata
tanpa makna yang berkaitan dengan bilangan itu (www.
id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif).
Untuk itulah guru harus dapat meningkatkan semangat dan minat belajar anak-anak
usia dini. Minat belajar anak dapat tumbuh adanya penggunaan media pembelajaran,
karena media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/pesan
pembelajaran pada anak. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar,
diharapkan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar anak. Oleh karena
itu, guru seyogyanya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi
tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan pendapat Hamalik Oemar (2003 :12) yang
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru sebagai pendidik harus benar-
benar dapat memilih media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi anak,
supaya mereka merasa bahwa belajar tidak merupakan suatu beban. Serta dapat menggali
suatu potensi yang ada pada anak secara optimal. Bermula dari latar belakang tersebut di
atas, maka untuk menstimulasi kecerdasan anak dapat dilakukan dengan penggunaan
media gambar. Suatu belajar mengajar akan berhasil apabila yang disampaikan bisa
dimengerti oleh anak dan anak merasa senang dengan cara guru dalam meyampaikan
materi belajar .
Menurut Anggani Sudono (2006 :10), agar tujuan pembelajaran tercapai dan
terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan
media secara tepat. Menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran dapat
menjembatani antara konsep-konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dan anak dapat
memahami materi yang disajikan guru dengan mudah, untuk itu penggunaan media yang
tepat dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi tercapainya tujuan
pembelajaran secara optimal.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan peneliti dan diskusi dengan para guru, diperoleh data
awal bahwa Di TK Panca Karsa Palembang dalam penyampaian materi konsep
bilangan selalu menjadi problema. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini
yaitu :
Pertama, dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajar anak belum menunjukkan
hasil yang memuaskan. Kelas A sendiri sebagian besar siswa belum memahami
kompetensi dasar materi konsep bilangan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat
mengaktifkan anak agar benar-benar memahami materi dan dapat menentukan konsep
dengan tepat.
Kedua, kesalahan-kesalahan pola pembelajaran yang dilakukan guru selama ini
diantaranya penerapan metode, alat peraga yang kurang efektif, suasana kelas tidak
mendukung hingga pencapaian hasil belajar tidak maksimal dan tingkat keberhasilan
belum memenuhi. Oleh karena itu perlu diupayakan dengan menerapkan metode dan
menggunakan media pembelajaran yang tepat.
Ketiga, di TK Panca Karsa Palembang, dalam pengenalan berhitung masih
ditemukan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dari
guru. Namun, terdapat beberapa anak yang sudah lancar dalam menyebutkan urutan
bilangan 1-10, tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan, ketika diminta
untuk menunjukkan jumlah benda yang sesuai dengan bilangan tersebut. Guru dalam
mengajarkan konsep-konsep bilangan cenderung menekankan pada praktek menulis
di papan tulis. Tidak ada media yang digunakan, anak hanya diberikan lembar kerja
yang berisi angka ataupun menyebutkan bilangan 1-10 secara bersama kemudian anak
ditugaskan untuk menulis angka tersebut. Sehingga anak cenderung menghafal angka
1-10 namun anak tidak mengetahui betul bentuk angkanya. Hal ini mengakibatkan
anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam belajar bilangan.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan fakta yang ada, maka peneliti berkeinginan untuk mencoba
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dengan pendekatan
lain. Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan para guru, media gambar ini
sangat dimungkinkan dilaksanakan di TK tersebut. Para guru menyatakan siap untuk
berkreasi mencoba membuat sendiri media gambar yang dibutuhkan
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dengan melalui kegiatan pengembangan kognitif anak dalam mengenal konsep
bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa Palembang".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam
mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa
Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam
mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa
Palembang.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Bagi Siswa
a. Memberi motivasi dan dorongan untuk mengembangkan kemampuan mengenal
konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A
b. Dengan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10, diharapkan siswa mampu
memahami konsep berhitung pada tingkat pendidikan selanjutnya
c. Meningkatkan kemampuan berpikir kognitif, efektif dan psikomotorik
anak dalam konteks pembelajaran.
2. Guru dan orang tua:
Untuk menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan.
3. Pengelola TK :
Untuk memberikan alternatif pendekatan yang menyenangkan dan
mengembangkan potensi dasar anak mereka dapat menikmati masa TK dengan
berbagai kegiatan yang menyenangkan tetapi bermakna.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
1. Pengertian Perkembangan Koginitif
Husdarta dan Nurlan (2010: 169) berpendapat bahwa perkembangan kognitif
adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan
(kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya. Hasil-hasil tersebut
berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan yang lain. Anak akan melewati
tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode
perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya
dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan
pengakomodasian baru serta merupakan transformasi keperiode berikutnya.
2. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak TK
Menurut Slamet Suyanto (2005: 55) pada tahapan praoperasional anak mulai
menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak sudah belajar nama-nama benda,
menggolong-golongkan, dan menyempurnakan kecakapan panca inderanya. Sifat
egosentrisnya sangat menonjol. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan
permainan simbolis, misalnya anak menggerakkan balok kayu sambil menirukan
bunyi mobil seakan-akan balok itu mobil.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan
perkembangan kognitif anak TK kelompok A berada pada tahap praoperasional. Pada
tahap ini aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi tetapi anak
mulai bisa memahami realitas di lingkungannya. Kemampuan kognitif sering disebut
juga sebagai daya pikir yaitu, daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan
mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak
memperoleh pengetahuan baru. Ruang lingkup daya pikir yang ingin dicapai dalam
rangka pengembangan kemampuan daya pikir seperti digariskan oleh Departemen
Pendidikan Nasional yang dikutip dalam Siti Partini (2003: 9) meliputi: (1) menyebut
urutan bilangan; (2) membilang (mengenal konsep bilangan) dan benda-benda; (3)
menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak diuruh
menulis); (4) menciptakan berbagai bentuk dengan mengunakan benda sesuai dengan
konsep bilangan yang sudah diketahui anak; (5) mengenal konsep bilangan sama dan
tidak sama.
B. Konsep Bilangan
1. Pengertian Bilangan
Pengertian bilangan menurut menurut Suhendra (2005:13) adalah suatu ide
yang bersifat abstrak. Bilangan bukan simbol atau lambang, bukan pula lambang
bilangan. Bilangan memberikan keterangan mengenai banyak. Menurut Sitorus
(2008) bilangan adalah sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan,
suatu identitas abstrak dalam ilmu matematika. Setiap bilangan, misalnya bilangan
yang dilambangkan dengan angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tak
bisa tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal.
Bilangan atau biasa disebut angka tidak terlepas dari matematika. bilangan
merupakan bagian dari hidup kita, setiap hari kita selalu menemukan angka atau
bilangan, dimanapun dan kapanpun. Bilangan atau biasa disebut lambang bilangan
adalah suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. bilanganbilangan ini
mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan (Tajudin, 2008:23).
Menurut Permendiknas 58 tahun 2009 pengenalan bilangan meliputi membilang
dan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) 1 sampai 10,
menunjuk urutan benda untuk bilangan 1 sampai 10, membuat urutan bilangan 1
sampai 10, dan melakukan penjumlahan sederhana.
Jadi konsep bilangan merupakan ide atau rancangan pengetahuan dalam
memahami kumpulan angka-angka dan menyatakan nilai banyak anggota suatu
benda dalam matematika. Dalam penelitian ini yang dimaksud konsep bilangan
adalah mengenal bilangan melalui kemampuan menyebutkan bilangan, menunjukkan
bilangan dan mencocokkan banyak benda dengan lambang bilangan.
2. Mengenal Konsep Bilangan pada Anak
Pada usia dini anak harus bisa dikenalkan tentang konsep bilangan, dalam
mengenalkan konsep bilangan pada anak sejak dini agar anak mampu mengetahui
dasar-dasar matematika dan berguna untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang,
karena itu orang tua maupun guru harus bisa menstimulus kecerdasan-kecerdasan
lainnya. Menurut Depdiknas (2007) bahwa pentingnya mengenalkan konsep bilangan
pada anak adalah sebagai berikut:
a. Anak dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.
b. Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.
c. Anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.
d. Anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya.
e. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu spontan.
3. Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Indikator kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak ditandai dengan
berbagai kemampuan pada anak, sebagai berikut:
a. Membilang dan menyebutkan urutan bilangan dari 1 sampai 20b. Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20c. Membuat urutan bilangan 1 sampai 20 dengan benda-bendad. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda
sampai 20 (anak tidak disuruh menulis)e. Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya,
yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.(http://tkinsancita.blogspot.com/2012/05/skripsi-pengaruh-media-gambar-terhadap.html)
C. Konsep Pembelajaran dengan Media Gambar
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang digunakan untuk
membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran (Azhar Arsyad, 2011:4).
Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan
dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada
materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru
untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar
dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru.
2. Pengertian Media Gambar
Media merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena
dengan media maka akan membantu berjalannya proses pembelajaran yang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Berikut terdapat beberapa perngertian media. Menurut
Heinich, Molenda dan Russel dalam Badru Zaman (2009:44):
Media adalah merupakan saluran komunikasi. media bersal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediun yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Kata “media” berarti alat, perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan perantara penyalur informasi belajar atau penyalur pesan ke peserta didik
Menurut Sadiman dalam Sanjaya (2012), gambar adalah pada dasarnya
membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran.
Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan
kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar
serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku
teks.
Sedangkan menurut Zukhaira (2010) mengatakan bahwa :
“Media gambar merupakan alat bantu yang sering digunakan”. Yang dimaksud dengan media gambar adalah gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar orang, tempat, dan binatang.
Jadi media gambar adalah merupakan alat bantu yang sering digunakan dalam
proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan
dalam bentuk memberi label dan menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik
berupa gambar orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang dan lain-lain.
3. Teori Pembelajaran dengan Media Gambar
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya, salah satunya adalah
media visual yaitu media gambar. Di antara media pembelajaran, media gambar
adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang
dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.
Pengembangan media gambar yang dilakukan dalam penelitian ini diadopsi
dari teori belajar Zoltan P. Dienes. Yaitu dengan menggunakan berbagai sajian
(representasi) tentang suatu konsep metamatika, anak-anak akan dapat memahami
secara penuh konsep tersebut jika dibandingkan dengan hanya menggunakan satu
macam sajian saja.
Teori Dienes memberikan tahapan dalam penyajian pembelajaran matematika
dengan tujuan agar matematika lebih mudah dipahami oleh siswa dengan aktif
menemukan konsep dalam permainan yang menyenangkan. Tahapan pembelajaran
Dienes diantaranya adalah: free play, games, searching for communalities,
representation, symbolization, formalization. Representasi merupakan tahap keempat
pembelajaran dengan teori Dienes yang memberi kebebasan pada siswa untuk
mengekspresikan suatu metode atau cara untuk mewakili semua aktivitas games yang
memiliki kesamaan struktur (http://ifada.wordpress.com /2012/03/06/menciptakan-
pembelajaran-matematika-sd-yang-aktif-menyenangkan-dan-bermakna-suatu-teori-
dari-zoltan-p-dienes).
Kebebasan berekspresi siswa dapat diwujudkan dalam bentuk visual maupun
audio. Bentuk representasi visual misalkan adalah: gambar, bilangan atau angka,
grafik. Istilah representasi dijelaskan oleh Dienes adalah : ”each part of the
description may serve as an axiom or later even as a theorem”. Artinya, representasi
yang diperoleh dari aktivitas konkrit atau permainan merupakan bagian dari
penggambaran yang dilakukan untuk mengarahkan siswa pada pengertian struktur
matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan aplikasi teori Dienes di kelas, siswa
dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan berbagai sajian sehingga
menyenangkan bagi siswa. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu
siswa menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan secara berkelompok
temuan-temuannya supaya siswa memahami arti dari konsep yang dipelajarinya atau
kebermaknaan. Langkah selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi siswa untuk
mengabstraksikan sajian benda konkrit yang diberikan dengan gambar sederhana,
grafik, peta dan akhirnya memadukan simbol-simbol dengan konsep tersebut.
Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada siswa
ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan
matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan siswa pada kegiatan
belajar secara aktif dari pada hanya sekedar menghafal.
4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Gambar
Menurut Nurani Yuliani (2004:24) dalam pelaksanaan media gambar, semuanya
dilakukan sambil bermain, adapun langkah-langkah penggunaan media gambar
adalah sebagai berikut:
a. Langkah pertama yang sangat penting adalah memperkenalkan kepada setiap anak berbagai jenis media gambar dengan konsep bilangan dan
menjelaskan berulang-ulang hingga semua anak hafal dengan media gambar yang telah diperkenalkan. Untuk memudahkan mereka mengingat media gambar tersebut maka gunakan warna cerah dan ajak anak mengelompokkan keping dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seterusnya.
b. Langkah kedua adalah tanyakan pada anak apa konsep bilangan pada media gambar yang sedang dipegang (sambil tangan guru memegang kepingan yang dimaksud) bergantian seterusnya dengan media gambar yang lain.
c. Langkah ketiga yaitu, karena media gambar bilangan beraneka bentuk dan warna, maka guru tak hanya menanyakan apa bentuknya, namun juga warnanya sambil anak berusaha mencari kelompok bilangan yang sesuai.Jika guru sudah yakin anak memahami menggunakan media tersebut, maka tahap berikutnya adalah dengan memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap anak mencoba menggunakan media gambar sesuai dengan fantasi dan imajinasi anak.
5. Manfaat Pengembangan Pembelajaran dengan Media Gambar.
Menurut Azhar Arsyad (2011 :25-27), manfaat praktis pengembangan media
gambar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Media gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
b. Media gambar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu, maksudnya yaitu:1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas
dapat diganti dengan gambar.2) Objek atau benda yang terlalu kecil, yang tidak tampak oleh indera dapat
disajikan dengan gambar.3) Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan
tahun dapat ditampilkan melalui gambar atau foto.4) Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui
gambar5) Kejadian atau percobaan yang membahayakan dapat disimulasikan melalui
gambar.6) Peristiwa alam yang memakan waktu lama dapat disajikan melalui gambar.
d. Dapat memberikan kesamaan pengalaman dan persepsi pada siswa.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia dini kelas B TK Panca Karsa
sebanyak 20 orang.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini beralamat di Jl. Kebun Bunga Lrg. Kembang Matahari RT.36
RW.04 Kel. Kebun Bunga Kec. Suakrami Palembang, nama sekolah tempat
penelitian TK Panca Karsa Palembang Kelas B dengan tema "Pekerjaan".
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan tanggal 01 April 2014 s/d 19 April 2014. Waktu
pelaksanaan untuk siklus 1 mulai tanggal 01 April 2013 s/d 05 April 2014 dan Siklus
II mulai tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014, mulai dari Senin sampai Jum'at
dengan rentang waktu mulai jam 7.30 - 10.00 WIB.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Rancangan penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Suhardjono (2007:8) mengatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di
kelasnya. Dengan penelitian tindakan kelas penulis dapat mencermati suatu objek
dalam hal ini adalah siswa dalam meningkatkan kemampuan minat baca dengan
menggunakan media gambar.
2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
3. Prosedur Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan
Prosedur penelitian yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus
terdiri dari 4 pertemuan. Model yang digunakan diadaptasi dari Model Stephen-
Kemmis. Pada tiap siklus diterapkan langkah-langkah berupa perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi. Adapun gambaran masing-
masing siklus meliputi :
Siklus I
a. Perencanaan
1) Rencana Tindakan
Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenal
konsep bilangan melalui penggunaan media gambar.
2) Langkah-langkah perbaikan
Perencanaan pada siklus I terdiri atas beberapa langkah yaitu:
a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan tingkat minat
baca anak dan pengamatan kegiatan guru;
b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum tersedia yang
berkaitan dengan keaksaraan;
c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat membaca anak
TK melalui lembar pengamatan; dan
d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan media
gambar serta berbagai kegiatan bermain menggunakan media tersebut di
sentra-sentra yang ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus 1, pada
sentra bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar angka, membaca puisi
dua mata, dan mencocokkan Gambar angka.
Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus I :
Tabel 1. Rencana Pembelajaran Siklus I
RKH Ke- Tema Kegiatan Media
I
Pekerjaan Menceritakan pengalaman melihat pesawat terbang dan pilot (B.7,) Menyebutkan angka 1-10 sesuai dengan media gambar yang tunjukkan(K.5) Mencetak bentuk-bentuk angka dengan plastisin(S.4)
Gambar pesawat terbang dan landasan
Media gambar angka 1-10
Plastisin
II
Pekerjaan Menceritakan pengalaman "pengalaman pergi ke mall/pasar" dan bertemu dengan pedagang (B.7)
Menyebutkan angka terbesar dan angka terkecil berdasarkan jumlah gambar yang ditunjukkan(K.6),
Meronce "kalung" dari media pipet (S.8)
Media Gambar pasar
Media gambar angka dengan disertai jumlah gambar
Pipet, benang dan contoh kalung ronce
III Pekerjaan Mendengarkan dan menceritakan kembali tentang "pergi tamasya" (B.5)
Menyusun kartu
Gambar tamasya di desa
RKH Ke- Tema Kegiatan Mediaangka 1-10 secara urut (F.8)
Mencocok gambar angka (S.11)
10 set Kartu angka 1 -10
Gamabar angka dan pencocok
IV Pekerjaan Menunjuk dan memberikan keterangan posisi tempat "benda-benda yang ada didalam kelas (B.10),
Mengukur panjang papan tulis dengan penggaris (K.23)
Menggunting bentuk pola angka
Ruang kelas
Papan tulis dan penggaris
Gambar pola angka
V Pekerjaan Menggambar bebas
Menyebutkan angka 1-10 dengan media gambar (K.23)
Membentuk plastisin pola angka
Ruang kelas Papan tulis
dan penggaris Gambar pola
angka
b. Prosedur Pelaksanaan PTK
Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai I, Ibu Arnita. Sedangkan
tugas Penilai I adalah menilai SKH/RK yang dibuat oleh mahasiswa dan
pelaksanaannya dengan menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan
tugas supervisor adalah memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat
rekapitulasi nilai praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan
laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.
Prosedur kegiatan pengembangan adalah :
1) Tahap Pengembangan
a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH
b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan
yang dibuatkan atau dikelolanya.
c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan :
a. Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak masuk kelas
selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa, berbagi cerita,
mengucapkan tata tertib kelas, absen dan seterusnya
b. Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang mencakup
pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang terdiri dari :
1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui pembahasan
yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian
2) Bidang pengembangan kemampuan dasr, meliputi kemampuan bahasa,
kognitif, fisik dan motorik dan seni.
c. Istrirahat
Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena akan makan
bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di luar atau di dalam kelas.
Sebagai guru jangan lupa meminta kepada anak untuk emgucapkan doa
sebelum dan sesudah makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap
berada di antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada alat
permainan yang disukai.
d. Kegiatan Akhir / Penutup
Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview kegiatan
sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah anak berkemas, doa
bersama, dan pulang.
c. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
Penyempurnaan dilaksanakan bersama dalam diskusi antara peneliti dengan
para guru. Sementara itu, langkah-langkah observasi pada Siklus I adalah:
1) Peneliti bersama guru yang tidak mengajar mengamati kegiatan guru yang
sedang mengajar dan kegiatan anak di sentra-sentra, lalu mencatat hasil
pengamatannya dalam format catatan lapangan;
2) Peneliti mengambil data tentang kemampuan mengenal konsep bilangan anak
melalui lembar pengamatan ceklis dan data tentang kegiatan penggunaan
media melalui analisis dokumen dan diskusi dengan guru Prosedur penelitian
yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 kali
pertemuan.
d. Rencana Refleksi
Tahap yang terakhir yaitu evaluasi dan refleksi pada siklus I meliputi
langkah berikut:
1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data tingkat
kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan data perubahan sikap
dan aktivias anak setelah tindakan I;
2) Para guru bersama peneliti mendiskusikan kelemahan dan kelebihan
pelaksanaan tindakan I dilanjutkan dengan langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan.
Siklus II
a. Perencanaan
1) Rencana Tindakan
Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenal
konsep bilangan melalui penggunaan media gambar.
2) Langkah-langkah perbaikan
Perencanaan pada siklus II terdiri atas beberapa langkah yaitu:
a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan tingkat minat
baca anak dan pengamatan kegiatan guru;
b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum tersedia yang
berkaitan dengan keaksaraan;
c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat membaca anak
TK melalui lembar pengamatan; dan
d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan media
gambar serta berbagai kegiatan bermain menggunakan media tersebut di
sentra-sentra yang ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus II, pada
sentra bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar angka, membaca puisi
dua mata, dan mencocokkan Gambar angka.
Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus II :
RKH Ke- Tema Kegiatan Media
I
Pekerjaan Menceritakan tentang pak tani menanam jagung (B.7,)
Menyebutkan angka 1-10 sesuai dengan media gambar secara acak (K.5)
Melipat berbagai bentuk dengan kertas origami(S.4)
Media gambar Pak tani
Media gambar angka 1-10
Kertas origami Contoh berbagai
bentuk lipatan
IIPekerjaan
Menceritakan "Pengalaman naik Bus" (B.7)
Menyebutkan angka 1-10 secara berurutan (K.6)
Mewarnai gambar pesawat terbang (S.8)
Media Gambar Bus kota
Media gambar angka dengan disertai jumlah gambar
Pola gambar pesawat
III Pekerjaan
Mengungkapkan cita-cita anak (B.5),
Menyusun kartu angka 1-10 secara urut (F.8)
Mencocok gambar angka (S.11)
Diri sendiri
Kartu angka
Pola gambar angka
IV Pekerjaan Menunjuk jumlah benda yang lebih banyak atau lebih sedikit(B.10)
Menghitung jumlah ternak pak tani(K.23)
Menggunting bentuk pola angka (F.6).
Media gambar dengan angka
Gambar pak tani dan bebek
Gambar pola angka
RKH Ke- Tema Kegiatan MediaV Pekerjaan Menggambar bebas
Menyebutkan bilangan 1-10 secara acak (K.23)
Mewarnai gambar angka (F.6).
Media gambar dengan angka
Media Gambar dan angka
Gambar pola angka
b. Prosedur Pelaksanaan PTK
Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai II, Ibu Arnita. Sedangkan
tugas Penilai II adalah menilai SKH/RK yang dibuat oleh mahasiswa dan
pelaksanaannya dengan menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan
tugas supervisor adalah memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat
rekapitulasi nilai praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan
laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.
Prosedur kegiatan pengembangan adalah :
1) Tahap Pengembangan
a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH
b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan
yang dibuatkan atau dikelolanya.
c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan :
a) Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak masuk kelas
selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa, berbagi cerita,
mengucapkan tata tertib kelas, absen dan seterusnya
b) Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang mencakup
pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang terdiri dari :
1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui pembahasan
yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian
2) Bidang pengembangan kemampuan dasr, meliputi kemampuan bahasa,
kognitif, fisik dan motorik dan seni.
c) Istrirahat
Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena akan makan
bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di luar atau di dalam kelas.
Sebagai guru jangan lupa meminta kepada anak untuk emgucapkan doa
sebelum dan sesudah makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap
berada di antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada alat
permainan yang disukai.
d) Kegiatan Akhir / Penutup
Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview kegiatan
sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah anak berkemas, doa
bersama, dan pulang.
c. Kegiatan Pengamatan dan Pengumpulan data
Selanjutnya, pada tahap observasi Siklus II, peneliti bersama salah satu guru
yang sedang tidak mengajar melakukan pengamatan dengan catatan lapangan dan
instrumen pengamatan terhadap kemampuan anak dalam mengenal konsep
bilangan yang telah diperbaharui sesuai tindakan baru yang disepakati.
d. Refleksi
Tahap yang terakhir yaitu refleksi pada Siklus II meliputi langkah-langkah:
(1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data tingkat
minat baca anak dan perubahan perilaku mereka setelah Tindakan II; dan
(2) Peneliti dibantu guru meninjau ulang dampak dari Tindakan Siklus II
tersebut.
C. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang dikumpulkan adalah (1) aktivitas siswa dan aktivitas guru
menggunakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru; (2) hasil tes belajar siswa,
menggunakan instrumen Tes Buatan Guru. Data kemudian dianalisis secara deskriptif
menggunakan teknik persentase;
Untuk mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian, peneliti menggunakan
instrument sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Secara sederhana, observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk
mengumpulkan data-data hasil perbaikan. Observasi dalam penelitian perbaikan
pembelajaran dan kegiatan pengembangan ini dilakukan terhadap guru sebagai peneliti
oleh supervisor 2, dan pengamatan (observasi) terhadap anak didik sebagai subyek
penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal yang telah
disediakan oleh UT. Lembar obsevasi untuk siswa sebagai subyek perbaikan penelitian
adalah observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
2. Lembar Kerja
Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data-data dikumpulkan melalui hasil
pekerjaan anak didik. Tugas yang diberikan berupa kegiatan yang disusun dalam RKH
(Rencana Kegiatan Harian) setiap siklus. Hasil kerja anak didik tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam suatu tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui
peningkatan perbaikan pembelajaran setiap siklusnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran /Kegiatan Pengembangan
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam peningkatan
kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan, dilakukan serangkaian
tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan penelitian ini terdiri dari dua
siklus dengan prosedur meliputi : penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi. Adapun deskripsi masing-masing siklus adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Awal
Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu peneliti melakukan
observasi kemampuan awal anak dalam mengenal konsep bilangan melalui pretest
secara langsung kepada anak dengan menyebutkan bilangan baik secara berurut
maupun acak. Adapun tingkat kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan
sebelum perbaikan adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.2REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
BILANGAN 1-10
No Kategori Frekuensi Persentase
1. Baik 6 33 %
2. Cukup 3 17 %
3. Kurang 9 50%
Jumlah 18 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang masih sangat
kurang dimana anak yang sudah dapat mengenal konsep bilangan 1 – 10, baik secara
berurutan maupun acak hanya 6 orang anak atau 33% saja dari total seluruh anak,
sedangkan yang kemampuannya cukup yaitu dengan kriteria mampu menyebutkan
angka 1 – 10 secara berurutan saja tetapi pada saat ditest angka secara acak mereka
masih salah dalam menyebutkan bilangan yang dimaksud. Untuk kategori cukup ini
ada sebanyak 3 orang anak (17%) saja. Sedangkan anak yang sama sekali belum
mampu menyebutkan bilangan 1 – 10 baik secara berurutan maupun secara acak yaitu
sebanyak 10 orang anak (50%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut
ini :
GAMBAR 4.1
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SAAT PRA SIKLUS
Dari data di atas terlihat masih perlunya perbaikan. Oleh sebab itu penulis
merancang perbaikan siklus I. Setelah dilaksanakan hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
TABEL. 4.4REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS I
No Kategori Frekuensi Persentase
1. Baik 8 44 %
2. Cukup 7 39 %
3. Kurang 3 17 %
Jumlah 18 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang pada siklus pertama
masih rendah dimana kategori anak yang sudah mampu mengenal konsep bilangan
sebanyak 8 orang atau 44%, kategori cukup sebanyak 7 orang atau 39% dan dengan
kategori kurang sebanyak 3 orang (17%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut ini :
GAMBAR 4.2
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SAAT SIKLUS PERTAMA
Dari data di atas terlihat masih perlunya perbaikan. Oleh sebab itu penulis
merancang perbaikan siklus II. Setelah dilaksanakan hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
Tabel. 4.6REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS II
No Kategori Frekuensi Persentase
1. Baik 16 88,9 %
2. Cukup 1 5,6 %
3. Kurang 1 5,6 %
Jumlah 18 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang pada siklus kedua
masih rendah dimana kategori anak yang sudah mampu memahami konsep bilangan
sebanyak 16 orang atau 88,9%, dengan kategori cukup sebanyak 1 orang atau 5,6 % dan
dengan kategori kurang sebanyak 1 orang (5,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
grafik berikut ini :
GAMBAR 4.3
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS II
B. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Analisis
Dari hasil data yang didapat oleh penulis, dari proses belajar mengajar yang telah
dilakukan dapat dapat dianalisis bahwa proses pembelajaran kurang lancar karena anak
didik kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, hal ini kemungkinan disebabkan
oleh media gambar yang kurang menarik. Disamping itu juga, guru kurang memberikan
arahan dan motivasi kepada anak
b. Sintetis
Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari
perencanaan sampai pada akhir kegiatan, ternyata belum dapat meningkatkan
pemahaman anak didik dalam memahami konsep bilangan 1-10 sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh penulis. Hal ini disebabkan karena masih adanya kelemahan yang
menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan pemahaman siswa sehingga perlu
dilakukan pembelajaran pada siklus II selanjutnya.
c. Evaluasi
Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diperoleh, pada proses pembelajaran
siklus I ini memperlihatkan bahwa proses pembelajaran memperlihatkan bahwa tingkat
pemahaman siswa secara klasikal masih di bawah standar, yaitu dari 19 orang anak
didik kelompok A di TK Panca Karsa Palembang hanya 8 orang anak yang mampu
memahami konsep bilangan baik dalam pengenalan angka, menyebutkan angka 1 – 10
secara berurutan maupun secara acak.
Pembahasan Siklus II
Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Anak didik lebih aktif, hal ini disebabkan karena guru sudah banyak memberikan
bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.
b. Anak didik lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah mencoba
menerapkan model pembelajaran dengan media atau alat peraga dipersiapkan lebih
menarik lebih besar, skenario pembelajaran telah dirancang dengan baik,
menyenangkan dengan melalui kegiatan mewarnai, membentuk plastisin maupun
menggambar sesuai tema yang ditentukan sehingga pada siklus ini pembelajaran
menggunakan metode yang variatif.
Refleksi terdiri dari :
1. Analisis
Setelah diadakan siklus II yang diikuti, dengan kelas yang dilakukan sesuai
dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka proses pembelajaran berjalan
dengan baik dan sempurna serta suasana kelas yang kondusif.
2. Sintetis
Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan
dan kekurangan pada proses pembelajaran siklus I telah dapat diatasi dengan baik.
Dengan kata lain proses kegiatan belajar dan mengajar sudah mulai baik dan
terarah. Anak didik sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan media gambar
yang menarik.
3. Evaluasi
Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah mencapai
ketuntasan minimal 75% karena dari hasil penilaian pada akhir kegiatan diketahui
bahwa 88,9 % anak didik (16 orang) sudah mampu mengenal konsep bilangan
sedangkan 1 orang anak sudah mengenal konsep bilangan namun masih belum
lancar dalam menyebutkan, sedangkan 1 orang anak masih salah dalam
menyebutkan bilangan 1-10 secara acak.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar yang dilaksanakan di TK Panca
Karsa Palembang telah dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal
konsep bilangan 1-10, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Secara kualitatif, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui media gambar
terdapat peningkatan kemampuan anak mengenal konsep bilangan yang signifikan pada
anak-anak yang meliputi: anak mampu menyebutkan angka secara berurutan dan
menunjukkan lambang bilangannya, anak juga mampu menyebutkan bilangan secara acak
sesuai dengan lambang bilangan yang diperlihatkan oleh guru.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian tersebut, dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut:
(1) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia pendidikan anak
usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya;
(2) Penerapan media gambar perlu dilakukan secara konsisten untuk menstimulasi minat
dan aktifitas anak di TK dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya pada
sentra atau bidang pengembangan tertentu tetapi pada semua bidang pengembangan;
(3) Penerapan media gambar perlu disosialisasikan pada para pendidik anak usia dini, baik
guru maupun orang tua sehingga terjadi harmonisasi dalam memberikan harapan yang
wajar pada anak dan cara menstimulasi anak agar dapat mengenal konsep bilangan
melalui pengamatan secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Azhar Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Badru Zaman dan Cucu Eliyawati. (2010). Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru, Media
Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: UPI Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia
Dini. Jakarta: DepdiknasNurlan Kusmaedi. (2010). Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga &
Kesehatan). Bandung: Alfabeta.Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas