Journal PKP Hirni

39
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DI TK PANCA KARSA PALEMBANG HIRNI YUSNITA NIM.821439193 [email protected] ABSTRAK Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget perubahan perilaku akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui penggunaan media gambar. Penelitian ini dilakukan di TK Panca Karsa kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Panca Karsa sebanyak 18 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 18 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 33% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 44% dan pada siklus kedua mencapai 88,9 % tingkat ketuntasan siswa dalam belajar. Kata Kunci : Kemampuan kognitif, konsep bilangan menggunakan media gambar.

Transcript of Journal PKP Hirni

Page 1: Journal PKP Hirni

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA GAMBAR DI TK PANCA KARSA PALEMBANG

HIRNI YUSNITANIM.821439193

[email protected]

ABSTRAK

Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget perubahan perilaku akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak untuk berpikir tentang lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui penggunaan media gambar. Penelitian ini dilakukan di TK Panca Karsa kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Panca Karsa sebanyak 18 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 18 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 33% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 44% dan pada siklus kedua mencapai 88,9 % tingkat ketuntasan siswa dalam belajar.

Kata Kunci : Kemampuan kognitif, konsep bilangan menggunakan media gambar.

Page 2: Journal PKP Hirni

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1. Identifikasi Masalah

Pendidikan berfungsi untuk menciptakan pembaharuan dalam pengetahuan,

perilaku dan sikap manusia terutama kaum generasi muda agar mereka siap menghadapi

perubahan yang sedang dan akan terjadi. Bahkan tidak hanya sekedar menyesuaikan diri

dengan perubahan, melainkan harus mampu menjadi aktor pembawa dan pengaruh

perubahan yang sehat dan konstributif bagi manusi, alam dan lingkungan. Dengan

demikian mereka akan mampu berperan aktif dalam keadaan seperti apapun, tak

terkecuali ketika masyarakat dunia memasuki panggung globalisasi dan ketika Indonesia

memasuki era desentralisasi (Lesibobi, 2012).

Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan di Indonesia yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Pendidikan anak usia dini merupaan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perembangan fisik

(koordinasi motorik halus dan kasar), Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan

emosi, kecerdasan spritual), Sosial emosional (sikap berprilaku serta beragama), bahasa

dan komonikasi sesuai dengan keunian dan tahp – tahap perkembangan yang dilalui oleh

anak usia dini contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti

Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak – anak (TK) atau Lembaga PAUD yang

berbasis pada kebutuhan anak (http://id.wikipedia.org/wiki/pendidikan).

Anak usia dini (0-8 tahun) juga disebut usia emas atau golden age dan setelah

perkembangan ini lewat maka berapapun kecerdasan yang dicapai anak, tidak akan

mengalami peningkatan lagi. Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang

dengan optimal apabila distimulasi atau diberi rangsangan yang sesuai dengan tahapan

perkembangannya. Oleh karena itu peranan guru sangat menentukan untuk

perkembangan kecerdasan anak di usia dini. Guru merupakan lapis kedua setelah

keluarga dalam perannya mendidik anak, guru mempunyai peranan besar dalam tumbuh

kembang anak. Keberhasilan seorang anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh

didikan seorang guru, selain didikan keluarga dan pengaruh lingkungannya. Tidak ada

seorangpun tokoh di dunia ini yang berhasil tanpa peran serta seorang guru. Seorang

anak tidak mungkin berhasil menjadi politikus handal, ilmuwan pintar, tentara yang

gagah berani, dan sebagainya kecuali sebelumnya dia belajar banyak dari seorang guru

(Zaroh, 2012).

Page 3: Journal PKP Hirni

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting

untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget perubahan perilaku

akibat belajar merupakan hasil dari perkembangan kognitif anak yaitu kemampuan anak

untuk berpikir tentang lingkungan sekitarnya. Perkembangan kognitif anak dalam

mengenal angka sangat penting untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar

bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya di jenjang pendidikan

berikutnya . Pada awalnya, anak akan belajar nama-nama bilangan tetapi belum mampu

menilai lambang-lambangnya, misalnya mereka bisa menyebut, satu, dua, tiga, tetapi

tidak mampu memahami artinya. Seringkali bilangan disebut seperti rangkaian kata-kata

tanpa makna yang berkaitan dengan bilangan itu (www.

id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif).

Untuk itulah guru harus dapat meningkatkan semangat dan minat belajar anak-anak

usia dini. Minat belajar anak dapat tumbuh adanya penggunaan media pembelajaran,

karena media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/pesan

pembelajaran pada anak. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar,

diharapkan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar anak. Oleh karena

itu, guru seyogyanya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi

tercapainya tujuan yang hendak dicapai.

Pernyataan tersebut diatas sesuai dengan pendapat Hamalik Oemar (2003 :12) yang

menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan

dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa

dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru sebagai pendidik harus benar-

benar dapat memilih media pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi anak,

supaya mereka merasa bahwa belajar tidak merupakan suatu beban. Serta dapat menggali

suatu potensi yang ada pada anak secara optimal. Bermula dari latar belakang tersebut di

atas, maka untuk menstimulasi kecerdasan anak dapat dilakukan dengan penggunaan

media gambar. Suatu belajar mengajar akan berhasil apabila yang disampaikan bisa

dimengerti oleh anak dan anak merasa senang dengan cara guru dalam meyampaikan

materi belajar .

Menurut Anggani Sudono (2006 :10), agar tujuan pembelajaran tercapai dan

terciptanya proses belajar mengajar yang tidak membosankan, guru dapat menggunakan

media secara tepat. Menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran dapat

menjembatani antara konsep-konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dan anak dapat

memahami materi yang disajikan guru dengan mudah, untuk itu penggunaan media yang

Page 4: Journal PKP Hirni

tepat dalam proses pembelajaran sangat diperlukan demi tercapainya tujuan

pembelajaran secara optimal.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan peneliti dan diskusi dengan para guru, diperoleh data

awal bahwa Di TK Panca Karsa Palembang dalam penyampaian materi konsep

bilangan selalu menjadi problema. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini

yaitu :

Pertama, dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajar anak belum menunjukkan

hasil yang memuaskan. Kelas A sendiri sebagian besar siswa belum memahami

kompetensi dasar materi konsep bilangan. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat

mengaktifkan anak agar benar-benar memahami materi dan dapat menentukan konsep

dengan tepat.

Kedua, kesalahan-kesalahan pola pembelajaran yang dilakukan guru selama ini

diantaranya penerapan metode, alat peraga yang kurang efektif, suasana kelas tidak

mendukung hingga pencapaian hasil belajar tidak maksimal dan tingkat keberhasilan

belum memenuhi. Oleh karena itu perlu diupayakan dengan menerapkan metode dan

menggunakan media pembelajaran yang tepat.

Ketiga, di TK Panca Karsa Palembang, dalam pengenalan berhitung masih

ditemukan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas dari

guru. Namun, terdapat beberapa anak yang sudah lancar dalam menyebutkan urutan

bilangan 1-10, tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan, ketika diminta

untuk menunjukkan jumlah benda yang sesuai dengan bilangan tersebut. Guru dalam

mengajarkan konsep-konsep bilangan cenderung menekankan pada praktek menulis

di papan tulis. Tidak ada media yang digunakan, anak hanya diberikan lembar kerja

yang berisi angka ataupun menyebutkan bilangan 1-10 secara bersama kemudian anak

ditugaskan untuk menulis angka tersebut. Sehingga anak cenderung menghafal angka

1-10 namun anak tidak mengetahui betul bentuk angkanya. Hal ini mengakibatkan

anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam belajar bilangan.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan fakta yang ada, maka peneliti berkeinginan untuk mencoba

meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dengan pendekatan

lain. Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan para guru, media gambar ini

sangat dimungkinkan dilaksanakan di TK tersebut. Para guru menyatakan siap untuk

berkreasi mencoba membuat sendiri media gambar yang dibutuhkan

Page 5: Journal PKP Hirni

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Dengan melalui kegiatan pengembangan kognitif anak dalam mengenal konsep

bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa Palembang".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam

mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa

Palembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam

mengenal konsep bilangan dengan menggunakan media gambar di TK Panca Karsa

Palembang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Siswa

a. Memberi motivasi dan dorongan untuk mengembangkan kemampuan mengenal

konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A

b. Dengan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10, diharapkan siswa mampu

memahami konsep berhitung pada tingkat pendidikan selanjutnya

c. Meningkatkan kemampuan berpikir kognitif, efektif dan psikomotorik

anak dalam konteks pembelajaran.

2. Guru dan orang tua:

Untuk menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam meningkatkan

kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan.

3. Pengelola TK :

Untuk memberikan alternatif pendekatan yang menyenangkan dan

mengembangkan potensi dasar anak mereka dapat menikmati masa TK dengan

berbagai kegiatan yang menyenangkan tetapi bermakna.

Page 6: Journal PKP Hirni

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

1. Pengertian Perkembangan Koginitif

Husdarta dan Nurlan (2010: 169) berpendapat bahwa perkembangan kognitif

adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan

(kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya. Hasil-hasil tersebut

berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan yang lain. Anak akan melewati

tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau periode perkembangan. Setiap periode

perkembangan, anak berusaha mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya

dengan pengalaman-pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan

pengakomodasian baru serta merupakan transformasi keperiode berikutnya.

2. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak TK

Menurut Slamet Suyanto (2005: 55) pada tahapan praoperasional anak mulai

menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak sudah belajar nama-nama benda,

menggolong-golongkan, dan menyempurnakan kecakapan panca inderanya. Sifat

egosentrisnya sangat menonjol. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan

permainan simbolis, misalnya anak menggerakkan balok kayu sambil menirukan

bunyi mobil seakan-akan balok itu mobil.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan

perkembangan kognitif anak TK kelompok A berada pada tahap praoperasional. Pada

tahap ini aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi tetapi anak

mulai bisa memahami realitas di lingkungannya. Kemampuan kognitif sering disebut

juga sebagai daya pikir yaitu, daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan

mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak

memperoleh pengetahuan baru. Ruang lingkup daya pikir yang ingin dicapai dalam

rangka pengembangan kemampuan daya pikir seperti digariskan oleh Departemen

Pendidikan Nasional yang dikutip dalam Siti Partini (2003: 9) meliputi: (1) menyebut

urutan bilangan; (2) membilang (mengenal konsep bilangan) dan benda-benda; (3)

menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan (anak tidak diuruh

menulis); (4) menciptakan berbagai bentuk dengan mengunakan benda sesuai dengan

konsep bilangan yang sudah diketahui anak; (5) mengenal konsep bilangan sama dan

tidak sama.

Page 7: Journal PKP Hirni

B. Konsep Bilangan

1. Pengertian Bilangan

Pengertian bilangan menurut menurut Suhendra (2005:13) adalah suatu ide

yang bersifat abstrak. Bilangan bukan simbol atau lambang, bukan pula lambang

bilangan. Bilangan memberikan keterangan mengenai banyak. Menurut Sitorus

(2008) bilangan adalah sebuah angka digunakan untuk melambangkan bilangan,

suatu identitas abstrak dalam ilmu matematika. Setiap bilangan, misalnya bilangan

yang dilambangkan dengan angka 1, sesungguhnya adalah konsep abstrak yang tak

bisa tertangkap oleh indera manusia, tetapi bersifat universal.

Bilangan atau biasa disebut angka tidak terlepas dari matematika. bilangan

merupakan bagian dari hidup kita, setiap hari kita selalu menemukan angka atau

bilangan, dimanapun dan kapanpun. Bilangan atau biasa disebut lambang bilangan

adalah suatu alat pembantu yang mengandung suatu pengertian. bilanganbilangan ini

mewakili suatu jumlah yang diwujudkan dalam lambang bilangan (Tajudin, 2008:23).

Menurut Permendiknas 58 tahun 2009 pengenalan bilangan meliputi membilang

dan menunjuk benda (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) 1 sampai 10,

menunjuk urutan benda untuk bilangan 1 sampai 10, membuat urutan bilangan 1

sampai 10, dan melakukan penjumlahan sederhana.

Jadi konsep bilangan merupakan ide atau rancangan pengetahuan dalam

memahami kumpulan angka-angka dan menyatakan nilai banyak anggota suatu

benda dalam matematika. Dalam penelitian ini yang dimaksud konsep bilangan

adalah mengenal bilangan melalui kemampuan menyebutkan bilangan, menunjukkan

bilangan dan mencocokkan banyak benda dengan lambang bilangan.

2. Mengenal Konsep Bilangan pada Anak

Pada usia dini anak harus bisa dikenalkan tentang konsep bilangan, dalam

mengenalkan konsep bilangan pada anak sejak dini agar anak mampu mengetahui

dasar-dasar matematika dan berguna untuk kehidupan anak dimasa yang akan datang,

karena itu orang tua maupun guru harus bisa menstimulus kecerdasan-kecerdasan

lainnya. Menurut Depdiknas (2007) bahwa pentingnya mengenalkan konsep bilangan

pada anak adalah sebagai berikut:

a. Anak dapat berfikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengmatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.

Page 8: Journal PKP Hirni

b. Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung.

c. Anak memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi.

d. Anak memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa yang terjadi disekitarnya.

e. Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuatu spontan.

3. Indikator Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan

Indikator kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak ditandai dengan

berbagai kemampuan pada anak, sebagai berikut:

a. Membilang dan menyebutkan urutan bilangan dari 1 sampai 20b. Membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 20c. Membuat urutan bilangan 1 sampai 20 dengan benda-bendad. Menghubungkan/ memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda

sampai 20 (anak tidak disuruh menulis)e. Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya,

yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.(http://tkinsancita.blogspot.com/2012/05/skripsi-pengaruh-media-gambar-terhadap.html)

C. Konsep Pembelajaran dengan Media Gambar

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah semua bentuk perantara yang digunakan untuk

membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung

maksud-maksud pengajaran (Azhar Arsyad, 2011:4).

Bagi siswa media yang dipersiapkan dengan baik, didesain dan digambarkan

dengan warna–warni yang serasi dapat menarik perhatian untuk berkonsentrasi pada

materi yang sedang disajikan sehingga membangkitkan keinginan dan minat baru

untuk belajar. Dengan media guru juga dapat mengatur kelas sehingga waktu belajar

dapat dimanfaatkan dengan efisien. Manfaat yang lain adalah media dapat dirancang

sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana

saja tanpa tergantung kepada keberadaan seorang guru.

2. Pengertian Media Gambar

Media merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran, karena

dengan media maka akan membantu berjalannya proses pembelajaran yang sesuai

Page 9: Journal PKP Hirni

dengan apa yang diharapkan. Berikut terdapat beberapa perngertian media. Menurut

Heinich, Molenda dan Russel dalam Badru Zaman (2009:44):

Media adalah merupakan saluran komunikasi. media bersal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata mediun yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Kata “media” berarti alat, perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan perantara penyalur informasi belajar atau penyalur pesan ke peserta didik

Menurut Sadiman dalam Sanjaya (2012), gambar adalah pada dasarnya

membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran.

Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan

kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar

serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku

teks.

Sedangkan menurut Zukhaira (2010) mengatakan bahwa :

“Media gambar merupakan alat bantu yang sering digunakan”. Yang dimaksud dengan media gambar adalah gambar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan dalam bentuk simbol-simbol komunikasi visual biasanya memuat gambar orang, tempat, dan binatang.

Jadi media gambar adalah merupakan alat bantu yang sering digunakan dalam

proses belajar mengajar yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang dituangkan

dalam bentuk memberi label dan menggambar bentuk simbol-simbol komuniasi baik

berupa gambar orang, tempat, benda-benda sekitar, binatang dan lain-lain.

3. Teori Pembelajaran dengan Media Gambar

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya, salah satunya adalah

media visual yaitu media gambar. Di antara media pembelajaran, media gambar

adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang

dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.

Pengembangan media gambar yang dilakukan dalam penelitian ini diadopsi

dari teori belajar Zoltan P. Dienes. Yaitu dengan menggunakan berbagai sajian

(representasi) tentang suatu konsep metamatika, anak-anak akan dapat memahami

secara penuh konsep tersebut jika dibandingkan dengan hanya menggunakan satu

macam sajian saja.

Teori Dienes memberikan tahapan dalam penyajian pembelajaran matematika

dengan tujuan agar matematika lebih mudah dipahami oleh siswa dengan aktif

Page 10: Journal PKP Hirni

menemukan konsep dalam permainan yang menyenangkan. Tahapan pembelajaran

Dienes diantaranya adalah: free play, games, searching for communalities,

representation, symbolization, formalization. Representasi merupakan tahap keempat

pembelajaran dengan teori Dienes yang memberi kebebasan pada siswa untuk

mengekspresikan suatu metode atau cara untuk mewakili semua aktivitas games yang

memiliki kesamaan struktur (http://ifada.wordpress.com /2012/03/06/menciptakan-

pembelajaran-matematika-sd-yang-aktif-menyenangkan-dan-bermakna-suatu-teori-

dari-zoltan-p-dienes).

Kebebasan berekspresi siswa dapat diwujudkan dalam bentuk visual maupun

audio. Bentuk representasi visual misalkan adalah: gambar, bilangan atau angka,

grafik. Istilah representasi dijelaskan oleh Dienes adalah : ”each part of the

description may serve as an axiom or later even as a theorem”. Artinya, representasi

yang diperoleh dari aktivitas konkrit atau permainan merupakan bagian dari

penggambaran yang dilakukan untuk mengarahkan siswa pada pengertian struktur

matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan aplikasi teori Dienes di kelas, siswa

dihadapkan pada permainan yang terkontrol dengan berbagai sajian sehingga

menyenangkan bagi siswa. Kegiatan ini menggunakan kesempatan untuk membantu

siswa menemukan cara-cara dan juga untuk mendiskusikan secara berkelompok

temuan-temuannya supaya siswa memahami arti dari konsep yang dipelajarinya atau

kebermaknaan. Langkah selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi siswa untuk

mengabstraksikan sajian benda konkrit yang diberikan dengan gambar sederhana,

grafik, peta dan akhirnya memadukan simbol-simbol dengan konsep tersebut.

Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk memberi kesempatan kepada siswa

ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan formalisasi melalui percobaan

matematika. Proses pembelajaran ini juga lebih melibatkan siswa pada kegiatan

belajar secara aktif dari pada hanya sekedar menghafal.

4. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Gambar

Menurut Nurani Yuliani (2004:24) dalam pelaksanaan media gambar, semuanya

dilakukan sambil bermain, adapun langkah-langkah penggunaan media gambar

adalah sebagai berikut:

a. Langkah pertama yang sangat penting adalah memperkenalkan kepada setiap anak berbagai jenis media gambar dengan konsep bilangan dan

Page 11: Journal PKP Hirni

menjelaskan berulang-ulang hingga semua anak hafal dengan media gambar yang telah diperkenalkan. Untuk memudahkan mereka mengingat media gambar tersebut maka gunakan warna cerah dan ajak anak mengelompokkan keping dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seterusnya.

b. Langkah kedua adalah tanyakan pada anak apa konsep bilangan pada media gambar yang sedang dipegang (sambil tangan guru memegang kepingan yang dimaksud) bergantian seterusnya dengan media gambar yang lain.

c. Langkah ketiga yaitu, karena media gambar bilangan beraneka bentuk dan warna, maka guru tak hanya menanyakan apa bentuknya, namun juga warnanya sambil anak berusaha mencari kelompok bilangan yang sesuai.Jika guru sudah yakin anak memahami menggunakan media tersebut, maka tahap berikutnya adalah dengan memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap anak mencoba menggunakan media gambar sesuai dengan fantasi dan imajinasi anak.

5. Manfaat Pengembangan Pembelajaran dengan Media Gambar.

Menurut Azhar Arsyad (2011 :25-27), manfaat praktis pengembangan media

gambar dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Media gambar dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media gambar dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.

c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu, maksudnya yaitu:1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas

dapat diganti dengan gambar.2) Objek atau benda yang terlalu kecil, yang tidak tampak oleh indera dapat

disajikan dengan gambar.3) Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan

tahun dapat ditampilkan melalui gambar atau foto.4) Objek atau proses yang amat rumit dapat ditampilkan secara konkret melalui

gambar5) Kejadian atau percobaan yang membahayakan dapat disimulasikan melalui

gambar.6) Peristiwa alam yang memakan waktu lama dapat disajikan melalui gambar.

d. Dapat memberikan kesamaan pengalaman dan persepsi pada siswa.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia dini kelas B TK Panca Karsa

sebanyak 20 orang.

2. Tempat Penelitian

Page 12: Journal PKP Hirni

Tempat penelitian ini beralamat di Jl. Kebun Bunga Lrg. Kembang Matahari RT.36

RW.04 Kel. Kebun Bunga Kec. Suakrami Palembang, nama sekolah tempat

penelitian TK Panca Karsa Palembang Kelas B dengan tema "Pekerjaan".

3. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan perbaikan tanggal 01 April 2014 s/d 19 April 2014. Waktu

pelaksanaan untuk siklus 1 mulai tanggal 01 April 2013 s/d 05 April 2014 dan Siklus

II mulai tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014, mulai dari Senin sampai Jum'at

dengan rentang waktu mulai jam 7.30 - 10.00 WIB.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan

1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Rancangan penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

Menurut Suhardjono (2007:8) mengatakan penelitian tindakan kelas adalah penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

kelasnya. Dengan penelitian tindakan kelas penulis dapat mencermati suatu objek

dalam hal ini adalah siswa dalam meningkatkan kemampuan minat baca dengan

menggunakan media gambar.

2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran

3. Prosedur Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan

Prosedur penelitian yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus

terdiri dari 4 pertemuan. Model yang digunakan diadaptasi dari Model Stephen-

Kemmis. Pada tiap siklus diterapkan langkah-langkah berupa perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan evaluasi. Adapun gambaran masing-

masing siklus meliputi :

Siklus I

a. Perencanaan

1) Rencana Tindakan

Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenal

konsep bilangan melalui penggunaan media gambar.

2) Langkah-langkah perbaikan

Perencanaan pada siklus I terdiri atas beberapa langkah yaitu:

a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan tingkat minat

baca anak dan pengamatan kegiatan guru;

Page 13: Journal PKP Hirni

b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum tersedia yang

berkaitan dengan keaksaraan;

c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat membaca anak

TK melalui lembar pengamatan; dan

d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan media

gambar serta berbagai kegiatan bermain menggunakan media tersebut di

sentra-sentra yang ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus 1, pada

sentra bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar angka, membaca puisi

dua mata, dan mencocokkan Gambar angka.

Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus I :

Tabel 1. Rencana Pembelajaran Siklus I

RKH Ke- Tema Kegiatan Media

I

Pekerjaan Menceritakan pengalaman melihat pesawat terbang dan pilot (B.7,) Menyebutkan angka 1-10 sesuai dengan media gambar yang tunjukkan(K.5) Mencetak bentuk-bentuk angka dengan plastisin(S.4)

Gambar pesawat terbang dan landasan

Media gambar angka 1-10

Plastisin

II

Pekerjaan Menceritakan pengalaman "pengalaman pergi ke mall/pasar" dan bertemu dengan pedagang (B.7)

Menyebutkan angka terbesar dan angka terkecil berdasarkan jumlah gambar yang ditunjukkan(K.6),

Meronce "kalung" dari media pipet (S.8)

Media Gambar pasar

Media gambar angka dengan disertai jumlah gambar

Pipet, benang dan contoh kalung ronce

III Pekerjaan Mendengarkan dan menceritakan kembali tentang "pergi tamasya" (B.5)

Menyusun kartu

Gambar tamasya di desa

Page 14: Journal PKP Hirni

RKH Ke- Tema Kegiatan Mediaangka 1-10 secara urut (F.8)

Mencocok gambar angka (S.11)

10 set Kartu angka 1 -10

Gamabar angka dan pencocok

IV Pekerjaan Menunjuk dan memberikan keterangan posisi tempat "benda-benda yang ada didalam kelas (B.10),

Mengukur panjang papan tulis dengan penggaris (K.23)

Menggunting bentuk pola angka

Ruang kelas

Papan tulis dan penggaris

Gambar pola angka

V Pekerjaan Menggambar bebas

Menyebutkan angka 1-10 dengan media gambar (K.23)

Membentuk plastisin pola angka

Ruang kelas Papan tulis

dan penggaris Gambar pola

angka

b. Prosedur Pelaksanaan PTK

Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai I, Ibu Arnita. Sedangkan

tugas Penilai I adalah menilai SKH/RK yang dibuat oleh mahasiswa dan

pelaksanaannya dengan menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan

tugas supervisor adalah memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat

rekapitulasi nilai praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan

laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.

Prosedur kegiatan pengembangan adalah :

1) Tahap Pengembangan

a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH

b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan

yang dibuatkan atau dikelolanya.

Page 15: Journal PKP Hirni

c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan.

2) Tahap Pelaksanaan

Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan :

a. Pembukaan

Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak masuk kelas

selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa, berbagi cerita,

mengucapkan tata tertib kelas, absen dan seterusnya

b. Kegiatan inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang mencakup

pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang terdiri dari :

1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui pembahasan

yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian

2) Bidang pengembangan kemampuan dasr, meliputi kemampuan bahasa,

kognitif, fisik dan motorik dan seni.

c. Istrirahat

Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena akan makan

bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di luar atau di dalam kelas.

Sebagai guru jangan lupa meminta kepada anak untuk emgucapkan doa

sebelum dan sesudah makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap

berada di antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada alat

permainan yang disukai.

d. Kegiatan Akhir / Penutup

Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview kegiatan

sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah anak berkemas, doa

bersama, dan pulang.

c. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data

Penyempurnaan dilaksanakan bersama dalam diskusi antara peneliti dengan

para guru. Sementara itu, langkah-langkah observasi pada Siklus I adalah:

1) Peneliti bersama guru yang tidak mengajar mengamati kegiatan guru yang

sedang mengajar dan kegiatan anak di sentra-sentra, lalu mencatat hasil

pengamatannya dalam format catatan lapangan;

Page 16: Journal PKP Hirni

2) Peneliti mengambil data tentang kemampuan mengenal konsep bilangan anak

melalui lembar pengamatan ceklis dan data tentang kegiatan penggunaan

media melalui analisis dokumen dan diskusi dengan guru Prosedur penelitian

yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 kali

pertemuan.

d. Rencana Refleksi

Tahap yang terakhir yaitu evaluasi dan refleksi pada siklus I meliputi

langkah berikut:

1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data tingkat

kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan dan data perubahan sikap

dan aktivias anak setelah tindakan I;

2) Para guru bersama peneliti mendiskusikan kelemahan dan kelebihan

pelaksanaan tindakan I dilanjutkan dengan langkah-langkah perbaikan yang

diperlukan.

Siklus II

a. Perencanaan

1) Rencana Tindakan

Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak mengenal

konsep bilangan melalui penggunaan media gambar.

2) Langkah-langkah perbaikan

Perencanaan pada siklus II terdiri atas beberapa langkah yaitu:

a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan tingkat minat

baca anak dan pengamatan kegiatan guru;

b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum tersedia yang

berkaitan dengan keaksaraan;

c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat membaca anak

TK melalui lembar pengamatan; dan

d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan media

gambar serta berbagai kegiatan bermain menggunakan media tersebut di

sentra-sentra yang ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus II, pada

sentra bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar angka, membaca puisi

dua mata, dan mencocokkan Gambar angka.

Page 17: Journal PKP Hirni

Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus II :

RKH Ke- Tema Kegiatan Media

I

Pekerjaan Menceritakan tentang pak tani menanam jagung (B.7,)

Menyebutkan angka 1-10 sesuai dengan media gambar secara acak (K.5)

Melipat berbagai bentuk dengan kertas origami(S.4)

Media gambar Pak tani

Media gambar angka 1-10

Kertas origami Contoh berbagai

bentuk lipatan

IIPekerjaan

Menceritakan "Pengalaman naik Bus" (B.7)

Menyebutkan angka 1-10 secara berurutan (K.6)

Mewarnai gambar pesawat terbang (S.8)

Media Gambar Bus kota

Media gambar angka dengan disertai jumlah gambar

Pola gambar pesawat

III Pekerjaan

Mengungkapkan cita-cita anak (B.5),

Menyusun kartu angka 1-10 secara urut (F.8)

Mencocok gambar angka (S.11)

Diri sendiri

Kartu angka

Pola gambar angka

IV Pekerjaan Menunjuk jumlah benda yang lebih banyak atau lebih sedikit(B.10)

Menghitung jumlah ternak pak tani(K.23)

Menggunting bentuk pola angka (F.6).

Media gambar dengan angka

Gambar pak tani dan bebek

Gambar pola angka

Page 18: Journal PKP Hirni

RKH Ke- Tema Kegiatan MediaV Pekerjaan Menggambar bebas

Menyebutkan bilangan 1-10 secara acak (K.23)

Mewarnai gambar angka (F.6).

Media gambar dengan angka

Media Gambar dan angka

Gambar pola angka

b. Prosedur Pelaksanaan PTK

Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai II, Ibu Arnita. Sedangkan

tugas Penilai II adalah menilai SKH/RK yang dibuat oleh mahasiswa dan

pelaksanaannya dengan menggunakan APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan

tugas supervisor adalah memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat

rekapitulasi nilai praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan

laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.

Prosedur kegiatan pengembangan adalah :

1) Tahap Pengembangan

a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH

b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan pengembangan

yang dibuatkan atau dikelolanya.

c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada kegiatan.

2) Tahap Pelaksanaan

Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pengembangan :

a) Pembukaan

Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak masuk kelas

selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa, berbagi cerita,

mengucapkan tata tertib kelas, absen dan seterusnya

b) Kegiatan inti

Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang mencakup

pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang terdiri dari :

1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui pembahasan

yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian

2) Bidang pengembangan kemampuan dasr, meliputi kemampuan bahasa,

kognitif, fisik dan motorik dan seni.

Page 19: Journal PKP Hirni

c) Istrirahat

Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena akan makan

bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di luar atau di dalam kelas.

Sebagai guru jangan lupa meminta kepada anak untuk emgucapkan doa

sebelum dan sesudah makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap

berada di antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada alat

permainan yang disukai.

d) Kegiatan Akhir / Penutup

Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview kegiatan

sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah anak berkemas, doa

bersama, dan pulang.

c. Kegiatan Pengamatan dan Pengumpulan data

Selanjutnya, pada tahap observasi Siklus II, peneliti bersama salah satu guru

yang sedang tidak mengajar melakukan pengamatan dengan catatan lapangan dan

instrumen pengamatan terhadap kemampuan anak dalam mengenal konsep

bilangan yang telah diperbaharui sesuai tindakan baru yang disepakati.

d. Refleksi

Tahap yang terakhir yaitu refleksi pada Siklus II meliputi langkah-langkah:

(1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data tingkat

minat baca anak dan perubahan perilaku mereka setelah Tindakan II; dan

(2) Peneliti dibantu guru meninjau ulang dampak dari Tindakan Siklus II

tersebut.

C. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang dikumpulkan adalah (1) aktivitas siswa dan aktivitas guru

menggunakan Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru; (2) hasil tes belajar siswa,

menggunakan instrumen Tes Buatan Guru. Data kemudian dianalisis secara deskriptif

menggunakan teknik persentase;

Untuk mengumpulkan data-data selama perbaikan penelitian, peneliti menggunakan

instrument sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Secara sederhana, observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu, yaitu untuk

mengumpulkan data-data hasil perbaikan. Observasi dalam penelitian perbaikan

pembelajaran dan kegiatan pengembangan ini dilakukan terhadap guru sebagai peneliti

Page 20: Journal PKP Hirni

oleh supervisor 2, dan pengamatan (observasi) terhadap anak didik sebagai subyek

penelitian. Lembar observasi terhadap guru sebagai peneliti adalah jurnal yang telah

disediakan oleh UT. Lembar obsevasi untuk siswa sebagai subyek perbaikan penelitian

adalah observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

2. Lembar Kerja

Untuk mengetahui hasil perbaikan pembelajaran, data-data dikumpulkan melalui hasil

pekerjaan anak didik. Tugas yang diberikan berupa kegiatan yang disusun dalam RKH

(Rencana Kegiatan Harian) setiap siklus. Hasil kerja anak didik tersebut selanjutnya

dimasukkan ke dalam suatu tabel, kemudian dideskripsikan sehingga diketahui

peningkatan perbaikan pembelajaran setiap siklusnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Pembelajaran /Kegiatan Pengembangan

Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam peningkatan

kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan, dilakukan serangkaian

tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan penelitian ini terdiri dari dua

siklus dengan prosedur meliputi : penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Adapun deskripsi masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Awal

Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu peneliti melakukan

observasi kemampuan awal anak dalam mengenal konsep bilangan melalui pretest

secara langsung kepada anak dengan menyebutkan bilangan baik secara berurut

maupun acak. Adapun tingkat kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan

sebelum perbaikan adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.2REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP

BILANGAN 1-10

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 6 33 %

2. Cukup 3 17 %

3. Kurang 9 50%

Jumlah 18 100%

Page 21: Journal PKP Hirni

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep

bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang masih sangat

kurang dimana anak yang sudah dapat mengenal konsep bilangan 1 – 10, baik secara

berurutan maupun acak hanya 6 orang anak atau 33% saja dari total seluruh anak,

sedangkan yang kemampuannya cukup yaitu dengan kriteria mampu menyebutkan

angka 1 – 10 secara berurutan saja tetapi pada saat ditest angka secara acak mereka

masih salah dalam menyebutkan bilangan yang dimaksud. Untuk kategori cukup ini

ada sebanyak 3 orang anak (17%) saja. Sedangkan anak yang sama sekali belum

mampu menyebutkan bilangan 1 – 10 baik secara berurutan maupun secara acak yaitu

sebanyak 10 orang anak (50%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut

ini :

GAMBAR 4.1

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SAAT PRA SIKLUS

Dari data di atas terlihat masih perlunya perbaikan. Oleh sebab itu penulis

merancang perbaikan siklus I. Setelah dilaksanakan hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

TABEL. 4.4REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP

BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS I

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 8 44 %

2. Cukup 7 39 %

3. Kurang 3 17 %

Jumlah 18 100%

Page 22: Journal PKP Hirni

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep

bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang pada siklus pertama

masih rendah dimana kategori anak yang sudah mampu mengenal konsep bilangan

sebanyak 8 orang atau 44%, kategori cukup sebanyak 7 orang atau 39% dan dengan

kategori kurang sebanyak 3 orang (17%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik

berikut ini :

GAMBAR 4.2

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SAAT SIKLUS PERTAMA

Dari data di atas terlihat masih perlunya perbaikan. Oleh sebab itu penulis

merancang perbaikan siklus II. Setelah dilaksanakan hasil yang diperoleh adalah

sebagai berikut:

Tabel. 4.6REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP

BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS II

No Kategori Frekuensi Persentase

1. Baik 16 88,9 %

2. Cukup 1 5,6 %

3. Kurang 1 5,6 %

Page 23: Journal PKP Hirni

Jumlah 18 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan mengenal konsep

bilangan 1-10 pada Anak Kelas A di TK Panca Karsa Palembang pada siklus kedua

masih rendah dimana kategori anak yang sudah mampu memahami konsep bilangan

sebanyak 16 orang atau 88,9%, dengan kategori cukup sebanyak 1 orang atau 5,6 % dan

dengan kategori kurang sebanyak 1 orang (5,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari

grafik berikut ini :

GAMBAR 4.3

GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA SIKLUS II

B. Pembahasan Hasil Penelitian

a. Analisis

Dari hasil data yang didapat oleh penulis, dari proses belajar mengajar yang telah

dilakukan dapat dapat dianalisis bahwa proses pembelajaran kurang lancar karena anak

didik kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, hal ini kemungkinan disebabkan

oleh media gambar yang kurang menarik. Disamping itu juga, guru kurang memberikan

arahan dan motivasi kepada anak

b. Sintetis

Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari

perencanaan sampai pada akhir kegiatan, ternyata belum dapat meningkatkan

pemahaman anak didik dalam memahami konsep bilangan 1-10 sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh penulis. Hal ini disebabkan karena masih adanya kelemahan yang

Page 24: Journal PKP Hirni

menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan pemahaman siswa sehingga perlu

dilakukan pembelajaran pada siklus II selanjutnya.

c. Evaluasi

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diperoleh, pada proses pembelajaran

siklus I ini memperlihatkan bahwa proses pembelajaran memperlihatkan bahwa tingkat

pemahaman siswa secara klasikal masih di bawah standar, yaitu dari 19 orang anak

didik kelompok A di TK Panca Karsa Palembang hanya 8 orang anak yang mampu

memahami konsep bilangan baik dalam pengenalan angka, menyebutkan angka 1 – 10

secara berurutan maupun secara acak.

Pembahasan Siklus II

Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-hal sebagai

berikut :

a. Anak didik lebih aktif, hal ini disebabkan karena guru sudah banyak memberikan

bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.

b. Anak didik lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah mencoba

menerapkan model pembelajaran dengan media atau alat peraga dipersiapkan lebih

menarik lebih besar, skenario pembelajaran telah dirancang dengan baik,

menyenangkan dengan melalui kegiatan mewarnai, membentuk plastisin maupun

menggambar sesuai tema yang ditentukan sehingga pada siklus ini pembelajaran

menggunakan metode yang variatif.

Refleksi terdiri dari :

1. Analisis

Setelah diadakan siklus II yang diikuti, dengan kelas yang dilakukan sesuai

dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka proses pembelajaran berjalan

dengan baik dan sempurna serta suasana kelas yang kondusif.

2. Sintetis

Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-kelemahan

dan kekurangan pada proses pembelajaran siklus I telah dapat diatasi dengan baik.

Dengan kata lain proses kegiatan belajar dan mengajar sudah mulai baik dan

terarah. Anak didik sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan media gambar

yang menarik.

3. Evaluasi

Page 25: Journal PKP Hirni

Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah mencapai

ketuntasan minimal 75% karena dari hasil penilaian pada akhir kegiatan diketahui

bahwa 88,9 % anak didik (16 orang) sudah mampu mengenal konsep bilangan

sedangkan 1 orang anak sudah mengenal konsep bilangan namun masih belum

lancar dalam menyebutkan, sedangkan 1 orang anak masih salah dalam

menyebutkan bilangan 1-10 secara acak.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar yang dilaksanakan di TK Panca

Karsa Palembang telah dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal

konsep bilangan 1-10, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Secara kualitatif, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui media gambar

terdapat peningkatan kemampuan anak mengenal konsep bilangan yang signifikan pada

anak-anak yang meliputi: anak mampu menyebutkan angka secara berurutan dan

menunjukkan lambang bilangannya, anak juga mampu menyebutkan bilangan secara acak

sesuai dengan lambang bilangan yang diperlihatkan oleh guru.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian tersebut, dapat disarankan hal-hal

sebagai berikut:

(1) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia pendidikan anak

usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya;

(2) Penerapan media gambar perlu dilakukan secara konsisten untuk menstimulasi minat

dan aktifitas anak di TK dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak hanya pada

sentra atau bidang pengembangan tertentu tetapi pada semua bidang pengembangan;

(3) Penerapan media gambar perlu disosialisasikan pada para pendidik anak usia dini, baik

guru maupun orang tua sehingga terjadi harmonisasi dalam memberikan harapan yang

wajar pada anak dan cara menstimulasi anak agar dapat mengenal konsep bilangan

melalui pengamatan secara langsung

Page 26: Journal PKP Hirni

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Azhar Arsyad. (1997). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Badru Zaman dan Cucu Eliyawati. (2010). Bahan Ajar Pendidikan Profesi Guru, Media

Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: UPI Cucu Eliyawati. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia

Dini. Jakarta: DepdiknasNurlan Kusmaedi. (2010). Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga &

Kesehatan). Bandung: Alfabeta.Slamet Suyanto. (2005). Pembelajaran untuk Anak TK. Jakarta: Depdiknas