JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
Transcript of JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
POTENSI KAMPUNG PECINAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
BUDAYA DI KELURAHAN PESAWAHAN KOTA BANDAR LAMPUNG
Lucy Krismenisia Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan, Lampung
Email: [email protected]
ABSTRAK: Kota Bandar Lampung memiliki beragam kebudayaan berupa adat
istiadat dari suku asli Lampung, Jawa, Sunda, Bugis, Tionghoa dan lainnya serta
peninggalan bersejarah yang berupa benda ataupun bangunan. Vihara Thay Hin Bio
adalah tempat ibadah umat beragama Buddha tertua se-Provinsi Lampung yang
merupakan peninggalan bersejarah etnis Tionghoa. Vihara ini terletak di Kelurahan
Pesawahan yang sering disebut dengan Kampung Pecinan oleh masyarakat.
Kampung Pecinan ini dapat dijadikan salah satu wisata budaya di Kota Bandar
Lampung namun pemerintah belum menyatakan secara resmi tentang
keberadaannya sebagai warisan budaya, sehingga dibutuhkan upaya
pengembangan Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya dengan
melakukan identifikasi potensi Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya
di Kelurahan Pesawahan dengan menggunakan komponen penawaran pariwisata
4A menurut Cooper (1995) yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancillary.
Data yang dibutuhkan diperoleh melalui observasi, wawancara dan studi literatur.
Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan skoring.
Berdasarkan hasil studi literatur yang menyesuaikan kondisi wilayah studi terdapat
19 variabel penilaian dari komponen penawaran pariwisata 4A untuk melihat
potensi Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya di Kelurahan
Pesawahan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini,
Kampung Pecinan di Kelurahan Pesawahan termasuk kedalam kelas berpotensi
tinggi untuk dikembangkan menjadi wisata budaya di Kelurahan Pesawahan, Teluk
Betung Selatan, Kota Bandar Lampung. Kata Kunci : Kampung Pecinan, Wisata Budaya, Komponen Penawaran Pariwisata.
ABSTRACT: Bandar lampung City included a variety of cultures: tribal customs of
Lampung, Javanese, Sundanese, Bugis, Chinese, etc. and a historical relic of both
things or buildings. Thay Hin Bio temple is the oldest Buddhist worship in Lampung
Province that has ethnic heritage. This temple is located in Pesawahan Village it's
often called Chinatown by society. This Chinatown can be made one of the history
towns in Lampung City, but the government hasn’t yet declared its existence as a
historical heritage, so it takes Chinatown development efforts as a cultural tourist
attraction by identifying Chinatown potential as a cultural tourist attraction in
Pesawahan Village using tourism supply component 4A by Cooper (1995) that is
attraction, accessibility, amenity and ancillary. The required data is obtained
through observation, interviews and literature studies. While the method of analysis
used is descriptive and scoring. Based on the results of literature studies that adjust
the real conditions there are 19 assessment variables from tourism supply
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
104 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
component 4A to see Chinatown's potential cultural tourist attraction in
Pesawahan Village. Based on analysis on this research, Chinatown in Pesawahan
Village include high potential classes to be developed into culture tourism in
Pesawahan Village, South Teluk Betung District, Bandar Lampung City.
Keywords: Chinatown, Culture Tourism, Tourism Supply Component.
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya, suku bangsa,
agama hingga aliran kepercayaan yang tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke,
dimana setiap suku bangsa masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik
tersendiri baik dalam aspek sosial maupun budaya. Nilai budaya masyarakat
Indonesia merupakan sebuah kekuatan yang dapat dimanfaatkan menjadi potensi
adanya kegiatan pariwisata di wilayah Indonesia. Provinsi Lampung memiliki
beragam kebudayaan berupa adat istiadat dari suku asli Lampung, Jawa, Sunda,
Bugis, Tionghoa dan lainnya serta peninggalan bersejarah yang berupa benda
ataupun bangunan. Salah satu bangunan peninggalan bersejarah yang dimaksud
adalah Vihara Thay Hin Bio yang merupakan tempat ibadah umat Buddha tertua
se-Provinsi Lampung dan cikal bakal dari peradaban etnis Tionghoa di Lampung
yang didirikan sejak tahun 1850 setelah Gunung Krakatau meletus. Vihara ini telah
ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandar Lampung tahun 2011 – 2030 yang tertera dalam Perda Kota Bandar
Lampung No. 10 tahun 2011.
Vihara ini terletak di Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung, dimana
pada daerah tersebut dihuni mayoritas etnis Tionghoa sehingga sering disebut
dengan Kampung Pecinan oleh masyarakat disekitarnya. Selain itu, lokasi
Kampung Pecinan ini berdampingan dengan bangunan tua peninggalan zaman
pemerintahan Belanda dan pusat oleh-oleh khas Lampung dimana karakter daerah
pecinan pada umumnya adalah kawasan perdagangan akan mendorong adanya
aktivitas perdagangan yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke Kampung
Pecinan sehingga dapat dijadikan salah satu wisata budaya di Kota Bandar
Lampung. Namun pemerintah Kota Bandar Lampung belum menyatakan secara
resmi tentang keberadaan Kampung Pecinan yang menjadi wisata budaya yang
perlu dilestarikan. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya di Kelurahan Pesawahan Kota
Bandar Lampung dengan menggunakan komponen penawaran pariwisata menurut
Cooper (1995) yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancillary.
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 105
Sumber: hasil pengolahan ArcGIS, 2020
Gambar 1. Peta Kampung Pecinan Di Kelurahan Pesawahan
Pariwisata
Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata
yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan. Kegiatan
pariwisata dapat difokuskan menjadi tiga unsur yaitu pergerakan wisatawan,
aktivitas masyarakat yang memfaslitasi pergerakan wisatawan, serta implikasi dari
pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap
kehidupan masyarakat secara luas (Pitana dan Diarta, 2009). Menurut Pendit (1999)
dalam Dermatoto (2008), pariwisata menurut motif wisatawan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu wisata budaya atau pusaka, wisata bahari, wisata cagar
alam dan lainnya. Pariwisata budaya merupakan perjalanan seseorang berdasarkan
keinginan seseorang untuk untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di
belahan dunia. Jenis pariwisata ini menggunakan sumber daya budaya sebagai
modal utama dalam atraksi wisatanya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang
luas menyangkut budaya mulai dari seni pertunjukan, seni rupa, festival, makanan
tradisional, sejarah, pengalaman nostalgia serta cara hidup yang lainnya (Pitana dan
Diarta, 2009).
Sedangkan Organisasi Wisata Dunia (WHO) mendefinisikan pariwisata pusaka
sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan budaya manusia,
kesenian, filosofi dan pranata dari suatu wilayah. Pariwisata pusaka merupakan
sebuah kegiatan wisata untuk menikmati berbagai adat istiadat lokal, benda-benda
cagar budaya dan alam beserta isinya pada suatu tempat yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keanekaragaman budaya dan alam
bagi pengunjungnya (Gunawijaya dan Cahyadi, 2009). Dalam UU No.11 tahun
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
106 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
2011 tentang Cagar Budaya pasal 1, cagar budaya merupakan warisan budaya yang
bersifat kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, situs serta kawasan cagar
budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, serta kebudayaan melalui proses
penetapan.
Komponen Penawaran Pariwisata
Menurut UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, daerah tujuan wisata
adalah kawasan geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi
dengan ketersediaan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait. Komponen yang harus dimiliki
oleh sebuah obyek wisata menurut Cooper et al., (1995: 81) dalam Setiawan (2015)
terbagi menjadi 4 A yaitu:
a. Atraksi (attraction) merupakan komponen utama pariwisata untuk menarik
wisatawan yang dapat berupa natural resources (alami), atraksi wisata budaya,
atraksi buatan manusia. Dengan adanya atraksi akan menjadikan alasan serta
motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata.
b. Aksesibilitas (accessibility) merupakan kemudahan untuk bergerak dari daerah
yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata,
maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut
dapat dikunjungi seperti jalan raya, pelabuhan, bandara dan lainnya.
c. Fasilitas pendukung (amenity) merupakan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata.
d. Pelayanan tambahan (ancillary) merupakan hal-hal yang mendukung sebuah
kepariwisataan seperti lembaga pengelolaan, tourist information, travel agent
dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.
Kampung Pecinan
Pada awal masa pemerintahan Belanda, kota dibangun dengan mengikuti pola
pembagian wilayah pada zaman pra-kolonial seperti pembagian permukiman
berdasarkan etnis seperti Pecinan untuk etnis Cina/Tionghoa, Pekojaan untuk kaum
muslim dari Asia Selatan (Kampung Arab), Kampung Melayu untuk etnis Melayu
dan kampung-kampung lainnya yang hingga saat ini masih banyak terdapat pada
kota – kota di Indonesia (Lombard, 1990 dalam Fatimah, 2014). Kampung pecinan
merupakan kawasan yang merujuk pada suatu bagian kota dimana penduduk,
bentuk hunian, koridor jalan, tatanan sosial serta suasana lingkungannya memiliki
ciri khas karena pertumbuhan bagian suatu kota berakar secara historis dari
masyarakat berkebudayaan Tionghoa (Lilananda, 1998 dalam Fatimah, 2014).
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data yang
digunakan berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan untuk memperoleh
informasi yang diinginkan (Kasiram, 2008: 149 dalam Hidayat, 2012). Penelitian
kuantitatif digunakan untuk memberikan nilai pada masing-masing kriteria dari
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 107
setiap variabel komponen penawaran pariwisata 4A yang telah dikumpulkan agar
dari studi literatur sehingga dapat ditentukan besaran nilai dan peringkatnya dalam
menjelaskan potensi Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya di Teluk
Betung Selatan. Adapun data yang dibutuhkan meliputi data primer dan data
sekunder, data primer diperoleh melalui teknik observasi untuk melihat
keberagaman atraksi yang tersedia, kondisi aksesibilitas untuk menuju lokasi
Kampung Pecinan, ketersediaan fasilitas pendukung serta ketersediaan
kelembagaan pendukung yang ada pada Kampung Pecinan di Kelurahan
Pesawahan serta teknik wawancara yang diaukan kepada Dinas Perhubungan dan
Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung serta pengelola Viara Thay Hin Bio terkait
dengan aksesibilitas dan pengelolaan wisata budaya di Kampung Pecinan. Hasil
wawancara tersebut akan digunakan sebagai evaluasi untuk menentukan potensi
wisata yang ada pada Kampung Pecinan.
Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan berupa peta yang diperoleh melalui
citra Google Earth. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis skoring sesuai
dengan komponen penawaran pariwista 4A yaitu attraction, accessibility,
ancillary, dan amenity menurut Cooper et al., (1995: 81) dalam Setiawan (2015)
yang menyesuaikan dengan keadaan eksisting wilayah studi. Pemberian nilai skor
1 sampai 3 pada masing-masing variabel bertujuan untuk membedakan pengaruh
antara beberapa kriteria penilaian dari satu variabel yang digunakan (Dewi, 2004:
24-25 dalam Marjoko, 2010). Skor yang dihasilkan kemudian dijumlahkan untuk
menentukan klasifikasi potensi daya tarik wisata beserta masing-masing interval
sesuai dengan Metode Sturges dalam Thohar (2015) seperti berikut:
k = 1 + 3,3 Log n
Ki = (a – b)/k Dimana:
k: jumlah kelas a: nilai skor tertinggi (n x nilai tertinggi)
n: jumlah data b: nilai skor terendah (n x nilai terendah)
Ki: kelas interval
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil studi literatur yang telah menyesuaikan kondisi eksisting
wilayah studi terdapat 19 variabel penilaian dari komponen penawaran pariwisata
4A untuk melihat potensi Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya di
Kelurahan Pesawahan diperoleh hasil perhitungan yang seperti berikut:
n = 19
k = 1 + 3,3 Log 19 Ki = (19 x 3) – (19 x 1)/5
k = 5,2 (dibulatkan menjadi 5) Ki = 7,6 (dibulatkan menjadi 8)
Setelah dilakukan perhitungan kelas interval maka dapat diperoleh 5 kelas potensi
wisata dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 1. Pembagian Kelas Potensi Wisata
Kelas Interval Potensi
1 51 – 58 Sangat Tinggi
2 43 – 50 Tinggi
3 35 – 42 Sedang
4 27 – 34 Rendah
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
108 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Kelas Interval Potensi
5 19 – 26 Sangat Rendah
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Setelah memperoleh besaran interval dan klasifikasi potensi wisata selanjutnya
dilakukan pembobotan pada setiap kriteria masing-masing variabel dalam
komponen penawaran pariwisata 4A menurut Cooper (1995: 81) dalam Setiawan
(2015) sebagai berikut:
1. Atraksi (attraction)
Variabel pada komponen atraksi dapat dilihat dari tingkat keunikan dan
nilai yang dimiliki serta jenis atraksi yang disuguhkan oleh DTW kepada
wisatawan. Tingkat keunikan yang dimaksud adalah nilai dari kelangkaan
wisata yang dapat ditemukan pada lokasi wisata yang terbagi menjadi 3 yaitu:
lokal, regional, nasional dan internasional dengan asumsi penilaian jika
semakin tinggi tingkat keunikannya maka akan semakin tinggi potensi
kunjungan wisatawannya. Nilai DTW yang dimaksud adalah tujuan wisatawan
berkunjung ke obyek wisata tersebut yang dapat berupa nilai rekreasi,
pengetahuan, kepercayaan/religius serta kebudayaan, semakin banyak nilainya
maka semakin berpotensi untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan jenis atraksi
yang dimaksud adalah atraksi yang disuguhkan oleh DTW yang dapat berupa
tradisi masyarakat, festival yang dilakukan, serta makanan yang ada pada
DTW.
Tabel 2. Hasil Skoring Komponen Atraksi
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
1 Tingkat
keunikan
Lokal 1
2 Regional 2
Nasional dan internasional 3
2
Nilai
yang
dimiliki
1 nilai objek wisata 1
3 2-3 nilai objek wisata 2
≥ 4 nilai objek wisata 3
3 Tradisi
Keragaman tradisi
1 tradisi 1
2,25
2-3 tradisi 2
>3 tradisi 3
Frekuensi
Berulang setiap hari 1
1 kali dalam sebulan 2
1 kali dalam setahun 3
Waktu
Setiap hari 1
2-7 hari 2
1 hari 3
Sifat
Tertutup 1
Terbuka bersyarat 2
Terbuka 3
4 Festival
Jumlah festival
1 festival 1
2,25
2-3 festival 2
>3 festival 3
Frekuensi
Berulang setiap hari 1
1 kali dalam sebulan 2
1 kali dalam setahun 3
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 109
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
Waktu
Setiap hari 1
2-7 hari 2
1 hari 3
Sifat
Tertutup 1
Terbuka bersyarat 2
Terbuka 3
5 Makanan
Jumlah makanan
1 makanan 1
3
2-3 makanan 2
>3 makanan 3
Frekuensi
Berulang setiap hari 1
1 kali dalam sebulan 2
1 kali dalam setahun 3
Jenis
a. Tradisional
b. Nasional
c. Internasional
1 jenis 1
2-3 jenis 2
>3 jenis 3
TOTAL 12,5
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Kampung Pecinan di Kelurahan Pesawahan merupakan kawasan pecinan
pertama kali dan tertua yang berada di Provinsi Lampung sehingga pada
variabel tingkat keunikan memperoleh skor 2 yaitu pada tingkat provinsi, oleh
karena itu skor untuk variabel nilai yang dimiliki sebesar 3 dimana terdapat
nilai sejarah, budaya, pengetahuan serta religius yang cukup penting bagi
peradaban etnis Tionghoa di Provinsi Lampung. Sedangkan atraksi yang
disuguhkan oleh Kampung Pecinan terdiri dari tradisi dan festival yang
dilakukan oleh vihara di Kampung Pecinan dengan kriteria penilaian
berdasarkan jumlahnya frekuensi dan waktu penyelenggaraannya dan sifatnya.
Tradisi yang dilakukan di vihara beragam jenisnya dan hanya dilakukan sekali
dalam setahun dengan durasi waktu 2-3 hari, namun tradisi yang dilakukan
bersiat tertutup karena hanya dilakukan oleh umat Buddha yang beribadah di
vihara tersebut seperti tradisi pada perayaan Hari Trisuci Waisak. Sehingga
untuk atraksi yang berupa tradisi memperoleh skor 2,25 dari total keseluruhan
kriteria.
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
110 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Sumber: lampung.tribunnews.com, 2019
Gambar 2. Perayaan Hari Trisuci Waisak
Atraksi berupa festival yang dilakukan di Kampung Pecinan ini hanya pada
saat menyambut Tahun Baru Imlek yang dilakukan setiap satu tahun sekali
dengan durasi 2-3 hari saja dan festival ini bersifat terbuka dapat disaksikan
oleh siapa pun yang berkunjung ke Kampung Pecinan saat Tahun Baru Imlek.
Sehingga atraksi berupa festival memperoleh skor sebesar 2,25.
Sumber: dokumentasi observasi, 2020
Gambar 3. Penyambutan Tahun Baru Imlek
Sedangkan atraksi berupa makanan yang tersedia di Kampung Pecinan
merupakan makan tradisional khas etnis Tionghoa yang hanya dapat ditemui
pada saat perayaan hari-hari tertentu setiap tahunnya seperti kue tutun yang
hanya akan ditemui pada saat perayaan Tahun Baru Imlek. Makanan tersebut
juga menggunakan komposisi yang halal sehingga dapat dikonsumsi oleh
semua orang sehingga atraksi berupa makan memperoleh skor 3.
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 111
Sumber: dokumentasi pribadi, 2020
Gambar 4. Kue Tutun atau Kue Keranjang
Secara keseluruhan penilaian variabel pada komponen atraksi wisata
memperoleh skor sebesar 12,5.
2. Aksesibilitas (accessibility)
Kemudahan daya jangkau dan kualitas aksesibilitas merupakan faktor
penting untuk menarik kunjungan wisatawan. Menurut Marjoko (2010),
kriteria yang mempengaruhi aksesibilitas adalah jarak, jenis dan kondisi jalan,
waktu tempuh serta ketersediaan angkutan umum untuk menuju DTW.
Tabel 3. Hasil Skoring Komponen Aksesibilitas
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
1 Jarak DTW dari jalan
raya
>15 km 1
3 5-15 km 2
<5 km 3
2 Jenis jalan
Lingkungan 1
2 Lokal 2
Kolektor 3
3 Kondisi jalan
Jalan setapak 1
3 Jalan berbatu 2
Jalan beraspal 3
4
Waktu tempuh dari
pusat Kota Bandar
Lampung
> 1 jam 1
3 1-2 jam 2
< 1 jam 3
5
Jenis kendaraan umum
a. Angkutan Kota
b. Kendaraan Khusus
c. Bus umum
Tidak ada 1
2 1-3 jenis kendaraan 2
> 3 jenis kendaraan 3
6 Intensitas ketersediaan
angkutan umum
Tidak ada angkutan
umum 1
3 Tidak tersedia secara
reguler 2
Tersedia secara reguler 3
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
112 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
TOTAL 16
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Lokasi Kampung Pecinan cukup strategis berada pada pusat perdagangan
dan jasa di Teluk Betung Selatan yang terhubung dengan jaringan jalan lokal
beraspal yang hanya berjarak sekitar 10 m dari bangunan (≤ 15 km) sehingga
untuk variabel jarak dan kondisi jalan diberikan skor 3 dan untuk jenis jalan
diberikan skor 2. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Kampung
Pecinan dari pusat Kota Bandar Lampung hanya berkisar 10 menit saja
sehingga skornya 3. Selain itu, setiap hari secara reguler terdapat angkutan
umum dan bus Trans Bandar Lampung yang melayani trayek Tanjung Karang-
Sukaraja yang melewati Kampung Pecinan sehingga untuk jenis angkutan
memiliki skor 2 dan intensitas ketersediaannya memiliki skor 3. Total
keseluruhan skor pada komponen aksesibilitas adalah 16.
Sumber: dokumentasi observasi, 2020
Gambar 5. Kondisi Jalan Di Kampung Pecinan
3. Fasilitas Pendukung (amenity)
Fasilitas pendukung pada DTW berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan
pokok bagi para wisatawan selama berkunjung ke DTW. Fasilitas pendukung
berupa fasilitas tempat parkir, tempat ibadah, penginapan, tempat makan, dan
pusat perbelanjaan.
Tabel 4. Hasil Skoring Komponen Fasilitas Pendukung
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
1 Tempat
parkir
Ketersediaan
Tidak ada 1
2,5
Tersedia dengan
area yang sempit 2
Tersedia cukup luas 3
Jarak tempuh
>500 m 1
100 – 500 m 2
< 100 m 3
2 Tempat
ibadah
Ketersediaan
Tidak ada 1
2
Tersedia 1-3 unit 2
Tersedia >3 unit 3
Jarak tempuh
>500 m 1
100 – 500 m 2
< 100 m 3
3 Penginapan Ketersediaan Tidak ada 1 2
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 113
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
Tersedia 1-3 unit 2
Tersedia ≥ 4 unit 3
Jarak tempuh
>500 m 1
100 – 500 m 2
< 100 m 3
4 Tempat
makan
Ketersediaan
Tidak ada 1
2,6
Tersedia 1-3 unit 2
Tersedia ≥ 4 unit 3
Jenis makanan:
Tradisional
Nasional
Internasional
1 jenis 1
2-3 jenis 2
>3 jenis 3
Jarak tempuh ke
pusat Kampung
Pecinan
>500 m 1
100 – 500 m 2
< 100 m 3
5 Pusat
Perbelanjaan
Ketersediaan
Tidak ada 1
2,3
Tersedia 1-3 unit 2
Tersedia ≥ 4 unit 3
Jenis :
Warung
Toko
Minimarket
Supermarket
1 jenis 1
2-4 jenis 2
≥ 5 jenis 3
Jarak tempuh ke
Pusat Kampung
Pecinan
>500 m 1
100 – 500 m 2
< 100 m 3
TOTAL 11,4
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Lokasi Kampung Pecinan terhubung langsung dengan jalan raya dan tidak
tersedia tempat parkir khusus bagi pengunjung Kampung Pecinan yang
menggunakan kendaraan pribadi atau bus pariwisata sehingga hanya
memanfaatkan badan jalan sebagai tempat parkir (on street parking) dengan
kapasitas yang terbatas dan terkadang menghambat lalu lintas pada kawasan
ini. Namun, on street parking berjarak kurang dari 100 m memberi kemudahan
bagi pengunjung untuk mencapai tempat tujuan. Oleh karena itu, fasilitas
tempat parkir memperoleh skor 2,5. Tidak hanya kelenteng yang terdapat di
Kampung Pecinan ini namun terdapat beberapa tempat ibadah dari agama lain
yang berdampingan dalam satu kawasan seperti masjid dan gereja namun
jaraknya dari Kampung Pecinan mencapai lebih dari 500 m sehingga fasilitas
tempat ibadah memiliki skor 2.
Terdapat 3 fasilitas penginapan yang tersedia disekitar Kampung Pecinan
yaitu Hotel Sriwijaya, Jazz Guest House, dan Hotel Yunna Lampung dan
jaraknya hanya berkisar 100-500 m sehingga fasilitas penginapan memiliki
skor 2. Pada Kampung Pecinan terdapat beberapa ruko yang dijadikan usaha
tempat makan oleh pemiliknya. Jenis makanan yang dapat dijumpai bervariasi
berupa makanan Indonesia pada umumnya dan Chinese food, jaraknya pun
anya berkisar 100-500 m dari pusat Kampung Pecinan. Fasilitas tempat makan
memperoleh skor 2,6. Selain itu, pada Kampung Pecinan ini terdapat pusat
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
114 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
perbelanjaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung berupa kompleks
pertokoan yang menjual berbagai macam kebutuan dan modern market,
araknya cukup terjangkau hanya berkisar 100-500 m sehingga fasilitas pusat
perbelanjaan memperoleh skor 2,3. Secara keseluruhan komponen fasilitas
pendukung memperoleh skor sebesar 11,4.
Sumber: dokumentasi observasi, 2020
Gambar 6. On Street Parking Di Kampung pecinan
Sumber:hasil pengolahan ArcGIS, 2020
Gambar 7. Peta Persebaran Fasilitas Pendukung Di Kampung Pecinan
4. Kelembagaan (ancillary)
Kelembagaan sebagai penunjang kemudahan pengunjung dalam
menikmati DTW. Kelembagaan yang dimaksud adalah pengelola DTW,
komunitas, dan jasa perjalanan.
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 115
Tabel 5. Hasil Skoring Komponen Kelembagaan
No Variabel Kriteria Skor Hasil Skoring
1 Pengelola wisata
Tidak tersedia 1
1 Tersedia dari masyarakat 2
Tersedia dari pemerintah 3
2 Komunitas
Tidak ada 1
2 Tersedia 1-3 komunitas 2
Tersedia ≥ 4 komunitas 3
3 Jasa Perjalanan
Tidak ada 1
1 Tersedia 1-3 jasa 2
Tersedia ≥ 4 jasa 3
TOTAL 4
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Kampung Pecinan sebagai kawasan cagar budaya memiliki nilai sejarah
dan identitas tersendiri sehingga perlu dilestarikan, namun sampai saat ini
Kampung Pecinan belum memiliki pengelola baik dari masyarakat didalamnya
maupun dari Pemerintah Kota Bandar Lampung. Hanya saja terdapat
kumpulan pemuda pemudi dari masing-masing vihara yang ada di Kampung
Pecinan yang melestarikan nilai-nilai budaya di Kampung Pecinan. Selain itu,
jasa perjalanan yang mempromosikan dan menawarkan paket perjalanan ke
Kampung Pecinan ini juga belum tersedia. Sehingga skor yang diperoleh pada
komponen kelembagaan ini hanya 4.
Tabel 6. Hasil Skoring Komponen Penawaran Pariwisata 4A
No. Komponen Penawaran Pariwisata 4A Skor
1 Atraksi (attraction) 12,5
2 Aksesibilitas (accessibility) 16
3 Fasilitas Pendukung (amenity) 11,4
4 Kelembagaan Pendukung (ancillary) 4
TOTAL 43,9
Sumber: hasil pengolahan, 2019
Potensi Kampung Pecinan sebagai daya tarik wisata budaya di Keluraan
Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Kota Bandar Lampung diperoleh dengan
melakukan skoring yang mempertimbangkan variabel dalam aspek penawaran
pariwisata 4A yang telah disesuaikan dengan keadaan eksisting wilayah studi.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sasaran diperoleh hasil
skor keseluruhan sebesar 43,9 dengan 19 variabel. Skor yang dihasilkan
termasuk kedalam kelas 2 dengan interval antara 43 – 50 yang berarti bahwa
Kampung Pecinan di Kelurahan Pesawahan memiliki potensi tinggi untuk
dikembangkan menjadi wisata budaya.
D. KESIMPULAN
Kampung Pecinan di Kelurahan Pesawahan, Kota Bandar Lampung
memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan menjadi wisata budaya
berdasarkan hasil analisis skoring menggunakan komponen penawaran
pariwisata 4A menurut Cooper (1995) yaitu attraction, accessibility, amenity
dan ancillary yang disesuaikan dengan keadaan eksisting wilayah studi.
Lucy Krismenisia, Potensi Kampung Pecinan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di
Kelurahan Pesawahan Kota Bandar Lampung.
116 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Kampung Pecinan memiliki berbagai atraksi yang dapat menarik pengunjung
berupa festival pada perayaan hari besar dan tradisi masyarakat Tionghoa,
berbagai makanan khas etnis Tionghoa, serta terdapat landmark berupa vihara
yang merupakan vihara tertua se-Provinsi Lampung yang memiliki nilai
sejarah yang tinggi.
Kampung Pecinan juga mudah dijangkau oleh pengunjung karena letaknya
dekat dengan pusat Kota Bandar Lampung dan tersedia dua jenis angkutan
umum yang trayeknya melewati Kampung Pecinan. Selain itu, pada Kampung
Pecinan tersedia berbagai fasilitas pendukung seperti penginapan, tempat
makan, pusat perbelanjaan, tempat ibadah yang letaknya berdekatan dan dapat
dijangkau dengan berjalan kaki. Namun Kampung Pecinan belum dikelola
sebagai destinasi wisata baik dari masyarakat maupun Pemerintah Kota Bandar
Lampung karena belum ada arahan dan program yang mengatur Kampung
Pecinan dapat dikembangkan sebagai kawasan destinasi wisata budaya.
Daftar Pustaka
Dermatoto, Argyo. 2018. “Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pedesaan
Oleh Pelaku Wisata di Kabupaten Boyolali.” Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Fatimah, Titin. 2014. “Sejarah Kawasan Pecinan Pancoran – Glodok Dalam
Konteks Lokalitas Kampung Kota Jakarta.” Diktat Seminar Nasional
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Arch Event 2014.
Gunawijaya, Jajang & Cahyadi R. 2009. Pariwisata Pusaka: Masa Depan Bagi
Kita, Alam dan Warisan Budaya Bersama. Jakarta: UNESCO.
Hidayat, Anwar. 2012. Pengertian dan Penjelasan Penelitian Kuantitatif –
Lengkap dalam https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-
kuantitatif.html diakses pada 5 November 2019.
Marjoko. 2010. “Analisis Potensi Dan Pengembangan Objek Wisata Air
Umbul Ingas Di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Tahun 2008.”
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Surakarta.
Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 10 tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2011 – 2030.
Pitana, I. G., & Diarta, I. S. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Setiawan, Ida B.D. 2015. “Identifikasi Potensi Wisata Beserta 4a (Attraction,
Amenity, Accessibility, Ancillary) Di Dusun Sumberwangi, Desa
Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali.”
Skripsi, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar.
Thohar, Galuh Binatri. 2015. “Analisis Potensi Obyek Wisata Umbul
Ngrancah Di Desa Udanwuh Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang.” Skripsi, Fakultas Geografi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Sukoharjo.
Undang-Undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.