Jin Dan Syaithan

download Jin Dan Syaithan

of 37

Transcript of Jin Dan Syaithan

SERIAL AKIDAH

BUKU PINTAR ALAM GAIB SERI II (ALAM JIN DAN SYAITHAN) MENURUT PETUNJUK AL-QUR'AN DAN SUNNAHOleh: Aep Saepulloh Darusmanwiati**Lisensi Dokumen Copyright Aep Saepulloh, www.indonesianschool.org Seluruh dokumen di www.indonesianschool.org dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari penulis, indonesianschool.org.

Pendahuluan Pembahasan mengenai alam jin dan setan merupakan bahasan yang harus hati-hati karena terkadang lebih banyak tahayul dan khurafatnya ketimbang informasi yang sebenarnya. Terlebih apabila bahasan ini didasarkan kepada hadits-hadits yang tidak jelas validitasnya. Karena pembahasan ini termasuk pembahasan yang khathir, maka pada awalnya penulis juga merasa keberatan untuk membahas persoalan ini. Hanya saja, karena semua teman-teman SIC, remaja pengajian sabtuan meminta penulis untuk membahasnya, dengan bismillah, penulis mencoba mengetengahkannya. Tentu, semua informasi sengaja diketengahkan dengan berdasar kepada hadits-hadits yang shahih meski untuk hal yang ringan, dikutipkan juga hadits dlaifnya, hanya tidak banyak. Pembahasan masalah jin dan setan merupakan pembahasan yang paling digandrungi bukan saja oleh ibu-ibu dan bapak-bapak akan tetapi juga oleh para remaja. Terlebih mereka penduduk Indonesia. Tidak tahu mengapa, hampir semua masyarakat Indonesia senang membahas masalah jin dan setan ini. Lain halnya dengan di Mesir, yang cenderung biasa. Barangkali hal ini di antara sebabnya karena informasi dan tayangan media elektronik yang sudah "kebablasan". Perhatikan saja, hampir semua stasiun televisi swasta pasti ada acara hantunya. Untuk menyebut contoh, ada acara Gentayangan, Uka-Uka dan sejenisnya. Disebut kebablasan, karena kalau dahulu orang-orang takut diburu hantu, kini hantu yang diburu bahkan disyuting segala. Ini juga, hemat penulis, salah satu penyebab mengapa di Indonesia hantu dan jin ini jauh lebih banyak mengganggu apabila dibandingkan dengan di Mesir. Masalahnya sederhana, karena di Indonesia, jin merasa terusik, banyak diganggu oleh manusia, yang seharusnya tidur dan santai, ini dikejarkejar dan diburu. Bahkan, untuk jin-jin tertentu dianiaya, dengan jalan dimasukkan ke dalam botol atau diusir dengan tidak sopan. Lain halnya dengan di Mesir, jin tetap ada dan banyak, tapi mereka tidak pernah diganggu. Masing-masing hidup dengan dunia dan alamnya sendiri. Karena keharmonisan itulah, barangkali, di antara sebab mengapa di Mesir jarang terdengar jin , hantu dan sejenisnya. Bahkan, kuburan dan makan-makan yang di Indonesia meruapakan tempat paling "angker", di Mesir malah ramai dan dijadikan tempat tinggal keluarga. Inilah salah satu ciri dimana akidah seseorang sudah kuat. Itulah jin. Sebagaimana akan dijelaskan nanti, bahwa jin ini bertebaran di mana-mana, bahkan jumlahnya jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Oleh karena itu, tidak bisa seseorang menangkap dan melenyapkan jin. Semakin banyak yang ditangkap dan dianiaya, jin malah akan banyak balas dendam, menggangu manusia. Terjadilah hal yang tidak diinginkan. Karena persoalan ini sangat pelik dan dharuri terlebih bagi mereka yang akan segera pulang ke Indonesia, penulis juga merasa penting untuk membahasnya secara gamblang dengan tentunya berpedoman kepada al-Qur'an dan Hadits yang shahih. Dengan tulisan ini diharapkan, dapat meluruskan pemahaman keliru selama ini tentang jin. Misalnya, pemahaman bahwa jin dapat dilihat atau ketakutan yang berlebihan terhadap jin. Pada pembahasan nanti akan nampak, bahwa tidak ada alasan manusia harus takut berlebihan kepada jin, karena jin juga jauh lebih takut oleh manusia. Manusia harus takut hanyalah oleh Allah. Di samping itu, dengan tulisan ini juga diharapkan, para pembaca akan lebih bersemangat dan sungguhsungguh melaksanakan ibadahnya, karena ternyata ibadahnya itulah yang membentengi dari gangguan jin jahat. Juga agar pembaca mengetahui apa saja perbuatan dan tujuan serta target setan, apa kelemahan dan apa senjata yang harus dipersiapkan dalam menghadapinya. Di atas semua itu, tulisan ini diharapkan dapat mempertebal keimanan kita kepada Allah Swt yang telah menciptakan jin, setan bahkan yang menjaga orang-orang mukmin dari gangguan jin jahat (setan). Semoga tulisan ringan ini dapat menjadi amal shaleh 1

khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi pembaca semua. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati. Dari Apa dan Kapan Jin Diciptakan Jin diciptakan dari api sebagaimana firman Allah Swt:

(15 : )Artinya: "Dan Dia menciptakan jin dari nyala api" (QS. Ar-Rahman: 15). Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud dengan min marij min naar adalah dari api yang sangat bersih. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa yang dimaksud dengan marij min naar adalah dari ujung nyala api. Dalam ayat lain dikatakan:

(27 : )Artinya: "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" (QS. Al-Hijr: 27).

[12 :) ( ]Artinya: "Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah" (QS. Al-A'raf: 12) Demikian juga dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dan Ahmad dikatakan:

: : )) .[ , , (( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala, dan Adam diciptakan dari apa yang kalian sifati (tanah)" (HR. Muslim). Sedangkan menyangkut kapan jin diciptakan, sepengetahuan penulis tidak ada nash baik dari alQur'an maupun hadits yang mengisyaratkan hal itu. Sebagian ulama mengatakan bahwa jin diciptakan 2000 tahun sebelum manusia diciptakan. Hanya saja, pendapat ini tidak mempunyai sandaran nash yang jelas baik dari al-Qur'an maupun dari al-Hadits. Oleh karenanya, pendapat ini lemah dan tidak bisa dijadikan pegangan. Akan tetapi yang jelas, bahwa jin diciptakan sebelum manusia. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 26-27:

* Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" (QS. Al-Hijr: 26-27). Pengertian Jin, Setan dan Iblis Alam jin adalah alam yang berdiri sendiri, ia terpisah dan berbeda dengan alam manusia. Akan tetapi keduanya mempunyai kesamaan bahwa keduanya berkewajiban untuk beribadah kepada Allah: "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanyalah untuk beribadah kepadaKu" (QS. Adz-Dzariyat: 56). Menurut Ibnu Aqil sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam alJann, mengatakan bahwa makhluk ini disebut dengan jin karena secara bahasa jin artinya yang tersembunyi, terhalang, tertutup. Disebut jin, karena makhluk ini terhalang (tidak dapat dilihat) dengan kasat mata manusia. Oleh karena itu, bayi yang masih berada di dalam perut ibu, disebut janin (kata janin dan jin memiliki kata dasar yang sama yakni jann) karena ia tidak dapat dilihat dengan mata. Demikian juga orang gila dalam bahasa Arab disebut dengan majnun (dari kata jann juga) karena akal sehatnya sudah tertutup dan terhalang. Sedangkan kata syaithan, dalam bahasa Arab berasal dari kata syathona yang berarti ba'uda (jauh, yakni yang selalu menjauhkan manusia dari kebenaran). Kemudian kata syaithan ini digunakan untuk setiap orang yang durhaka dan membangkang (kullu 'aat wa mutamarrid). Pada awalnya setan ini beribadah kepada Allah dan tinggal bersama dengan malaikat di dalam surga. Akan tetapi ketika mereka menolak untuk sujud kepada Adam karena kesombongannya, Allah mengusirnya dari surga dan sejak itu ia menjadi makhluk yang terkutuk sampai hari kiamat kelak. 2

Tidak semua jin adalah setan. Karena, jin juga ada yang shaleh, ada yang mukmin. Jadi setan hanyalah ditujukkan untuk jin yang kafir dan membangkang. Demikian juga tidak semua setan adalah jin. Karena dalam surat an-Nas ditegaskan, bahwa setan juga ada dari golongan manusia. Setiap manusia yang membangkang, durhaka dan selalu menjauhkan manusia lainnya dari petunjuk Allah, mereka dinamakan syaithan. Adapun Iblis terambil dari kata al-balas yang berarti orang yang tidak mempunyai kebaikan sedikitpun (man la khaira 'indah), atau terambil dari kata ablasa yang berarti putus asa dan bingung (yaisa wa tahayyara). Disebut iblis (putus asa) karena mereka merasa putus asa dengan rahmat Allah, juga disebut iblis lantaran mereka tidak pernah berbuat kebaikan sedikitpun. Iblis merupakan nenek moyangnya syetan. Menurut satu riwayat, dahulunya iblis ini bernama Naail, akan tetapi sejak ia membangkang dan menolak perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia dirubah nama menjadi syaithan. Nama dan Jenis Jin Ibnu Abdil Bar sebagaimana dikutip oleh Imam asy-Syibli dalam bukunya, Akamul Marjan fi Ahkamil Jan, menuturkan bahwa jin menurut ahli kalam dan bahasa Arab, mempunyai beberapa tingkatan: 1. Apabila dimaksudkan jin secara umum, namanya jinny. 2. Jin yang suka tinggal bersama manusia disebut dengan Aamir dan bentuk jamak (pluralnya) adalah 'Ammar. 3. Jin yang seringkali menampakkan wujudnya atau mengganggu anak-anak kecil disebut dengan Arwah 4. Jin yang selalu berbuat jahat dan seringkali muncul menjelma dalam berbagai bentuknya adalah Syaithan. 5. Apabila jin tersebut disamping berbuat jahat, menjelma, juga berbuat hal lain yang lebih berat dari itu, seperti membunuh dan lainnya disebut dengan Marid 6. Jin yang lebih jahat dari Marid dan memiliki kemampuan dan kekuatan yang lebih dahsyat lagi disebut dengan Ifrit, bentul jamaknya (pluralnya) Afariit. 7. Sedangkan Iblis adalah nenek moyangnya jin kafir (syaithan). Menurut Abul Mutsanna dan Ibnu Abbas, pada awalnya, Iblis ini bernama Naail. Ketika mereka membangkang perintah Allah, Allah kemudian melaknatnya, dan diganti nama dengan Syaithan. Iblis ini mempunyai nama kunyah (samaran) Abu Kadus (Bapak Penimbun, maksudnya menimbun manusia agar selalu dalam perbuatan dosa). 8. Selain nama-nama di atas, nama-nama syaithan (jin kafir) lainnya adalah Hubab, Syihab, Ajda' dan Asyhab, hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadits-hadits berikut ini, namun umumnya haditshadits berikut lemah (dhaif):

[: )) , (( ] , Artinya: "Rasulullah Saw berkata kepada Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul yang namanya dahulu adalah Hubab: "Nama kamu sekarang adalah Abdullah karena Hubab itu adalah nama setan" (HR. Ibn Sa'ad dan haditsnya Gharib).

, : : : : : )) [(( ] Artinya: "Masruq pernah bertutur bahwasannya ia pernah bertemu dengan Umar bin Khatab, lalu Umar bertanya: "Siapa nama kamu?" saya menjawab: "Masruq bin al-Ajda'" Umar lalu berkata kembali: "Sesungguhnya saya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Al-Ajda' itu adalah nama setan" (HR. Ibn Abi Syaibah).

: : )) [ , (( ] 3

Artinya: "Dari Aisyah berkata: "Rasulullah Saw mendengar seorang laki-laki yang bernama Syihab. Rasulullah lalu berkata kepadanya: "Nama kamu sekarang adalah Hisyam, karena Syihab itu adalah nama setan" (HR. Baihaqi).

: : , : (, ) Artinya: "Suatu hari seorang laki-laki bersin di samping Ibnu Umar, lalu ia berkata: "Asyhab". Ibnu Umar kemudian berkata: "Asyhab adalah nama setan yang sengaja ditempatkan oleh Iblis di antara bersin dan mengucapkan alhamdulillah, agar namanya selalu diingat" (HR. Ibn Abi Syaibah). Sedangkan menyangkut jenis dan kelompok jin, Rasulullah pernah bersabda bahwa jin itu terbagi tiga golongan: pertama, jin yang selalu beterbangan di udara, kedua, jin yang berwujud dalam bentuk ular dan anjing, dan ketiga, jenis jin yang selalu berdiam diri (punya rumah dan tempat) dan senang bepergian. Dalam sebuah hadits dikatakan:

: : , , (( ] .[ Artinya: "Rasulullah Saw telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjinganjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih). Apakah bentuk dan wujud asli jin dapat dilihat dengan kasat mata? Para ulama telah sepakat bahwa jin dan setan itu memang ada (lihat Majmu al-Fatawanya Ibnu Taimiyyah 19/10). Banyak keterangan baik dari ayat al-Qur'an, hadits maupun kisah-kisah shahih yang menceritakan bahwa jin dan setan itu memang ada, sebagaimana akan dipaparkan lebih lanjut di bawah nanti. Bahkan, dalam prakteknya nanti, jin dan setan mempunyai kelebihan dan kemampuan untuk berubah-ubah wujud, seperti bisa berwujud manusia, anjing, kucing ataupun lainnya sebagaimana akan dijelaksakan dalam pembahasan kemampuan dan kelebihan jin di bawah nanti. Akan tetapi persoalannya, apakah wujud / bentuk asli jin dapat dilihat dengan kasat mata? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita perhatikan firman Allah berikut ini:

(27 : )Artinya: "Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka" (QS. Al-Araf: 27). Dari ayat ini, jelas bahwa jin dan setan tidak dapat dilihat dengan kasat mata manusia. Manusia dapat melihatnya hanya dalam wujud lain semisal wujud manusia sendiri atau dalam wujud hewan. Kecuali Rasulullah Saw. Dalam beberapa hadits seperti akan dipaparkan di bawah nanti, Rasulullah pernah melihat jin dan iblis dalam wujud aslinya. Akan tetapi untuk ummatnya, jin tetap tidak dapat dilihat dengan kasat mata sebagimana dikatakan dalam ayat di atas. Oleh karena itu, apabila ada orang mengaku melihat jin atau setan dalam wujud aslinya, maka kemungkinan besar adalah bohong dan hanya hayalan semata. Dalam ilmu kesehatan, orang yang mengaku melihat hantu, jin dan setan, dia mengidap penyakit jiwa yang disebut dengan psychosomatic diseases yang disebabkan karena adanya visual hallucinations (alhalawis al-bashariyyah) yakni ilusi pandangan (khada al-hawas). Hal ini biasanya disebabkan karena hayalan dan pikiran-pikiran kosong serta karena ketakutan yang berlebihan. Oleh karena itulah dalam ajaran Islam, pikiran seorang muslim harus senantiasa hadir dan mengingat Allah, tidak boleh melamun, karena dengan demikian, ilusi dan al-halawis al-bashariyyah tadi akan muncul seolah melihat hal-hal yang menakutkan, melihat sinar dan lainnya. Jin dan setan adalah makhluk Allah yang berbeda alam dan unsur penciptaannya, sehingga jelas manusia tidak akan mungkin dapat melihatnya. Kecuali dalam kondisi tertentu yang itupun sangat jarang terjadi. Kondisi dimaksud misalnya ketika seseorang meminum air sihir dari dukun. Tapi sekali lagi hal itu sangatlah jarang. Tidak dapat dilihatnya jin dan setan, tentu ini merupakan rahmat bagi manusia, karena dengan demikian manusia bisa hidup tenang, tanpa ada rasa takut sedikitpun. 4

Sebagian hewan dapat melihat jin (setan) Meskipun pada umumnya jin dan setan tidak dapat dilihat dengan kasat mata manusia, akan tetapi tidak demikian dengan hewan. Dalam hadits dikatakan bahwa keledai (himar) dan anjing keduanya dapat melihat wujud asli dari jin dan setan dimaksud. Berikut hadits dimaksud:

: : )) , .[ (( ] Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian mendengar ayam jantan berkukuruyuh (kongkorongok), maka mintalah karunia dari Allah, karena sesungguhnya ayam itu melihat malaikat. Dan apabila kalian mendengar ringkikan keledai, berlindunglah kepada Allah dari godaan dan tipu daya syaithan karena keledai itu telah melihat syaithan". (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits lain dikatakan

: : )) [, , (( ] Artinya: "Dari Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila kalian mendengar anjing menggonggong dan himar meringkik, maka berlindunglah kepada Allah karena sesungguhnya mereka itu melihat sesuatu yang kalian tidak dapat melihatnya" (HR. Abu Dawud dalam shahih sunannya). Jin dan syaithan memiliki bentuk dan wujud yang sangat jelek Syaithan, memiliki bentuk yang sangat jelek. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur'an ketika Allah menyamakan pohon Zaqum yang tumbuh di dasar neraka, dengan kepala setan dalam hal sama-sama buruk bentuk dan rupanya. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah surat ash-Shafat ayat: 64-65:

* Artinya: "Sesungguhnya dia (pohon Zaqum) adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan" (QS. As-Shafat: 64-65). Pada abad pertengahan, orang-orang nashrani menggambarkan bentuk syaithan ini dengan seorang laki-laki sangat hitam yang mempunyai jenggot sangat dekil, kotor dan panjang, alis yang tinggi, mulut yang mengeluarkan api yang menyala-nyala, tanduk, kuku-kuku yang panjang dan berekor (lihat dalam Dairatul Ma'arif al-Haditsah, hal 357). Syaithan mempunyai dua tanduk dan sayap Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw mengatakan bahwa setan itu memiliki dua tanduk.

: )) , [, (( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian bermaksud untuk shalat pada waktu matahari terbit juga pada waktu matahari terbenam, karena pada kedua waktu itu saat dimana dua tanduk setan muncul" (HR. Muslim). Oleh karena itu, dalam berbagai hadits, pada dua waktu ini (saat matahari terbit dan terbenam) dilarang melaksanakan shalat sunnat. Hanya saja, menurut pendapat yang lebih kuat, bahwa shalat yang dilarang tersebut hanyalah untuk shalat sunnat yang tidak ada sebab dan alasannya. Adapun untuk shalat wajib dan shalat sunnat yang ada sebabnya, misalnya shalat Tahiyyatul Masjid (sebabnya karena masuk mesjid) boleh-boleh saja dilaksanakan pada kedua waktu di atas. Adapun shalat sunnat yang tidak ada sebabnya yang dilarang dilaksanakan pada kedua waktu tersebut misalnya shalat Sunnat Mutlak. Menurut para ulama, shalat Sunnat Mutlak adalah shalat sunnat yang dilakukan kapan saja, tidak ada sebab atau alasan apapun. Ketika ia hendak melakukan shalat sunnat, di sanalah waktunya. Di samping mempunyai tanduk, sebagian setan dan jin juga memiliki sayap. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam hadits berikut:

5

: : , , (( ] .[ Artinya: "Rasulullah Saw telah menghabarkan kepada kami bahwasannya jin itu terdiri dari tiga kelompok. Pertama, jin yang selalu beterbangan (melayang) di udara, kedua, jin dalam wujud ular-ular dan anjinganjing dan ketiga, jin yang mempunyai tempat tinggal dan suka bepergian" (HR. Thabrani, Hakim, Baihaki dengan sanad yang shahih). Dalam riwayat lain dikatakan:

: : : ( ) Artinya: "Abdullah berkata: Imam adh-Dhahhak pernah ditanya: "Apakah setan mempunyai sayap?" ia menjawab: "Bagaimana mereka dapat terbang menuju langit kalau mereka tidak memiliki sayap" (HR. Ibnu Jarir). Apakah jin dapat menikah dengan manusia? Dewasa ini, di sebagian kampung di Mesir semisal daerah Mathariyyah, sepengetahuan penulis, ataupun di Indonesia sekalipun, seringkali terdengar ada seorang laki-laki yang beristerikan jinniyyah (jin perempuan) atau seorang perempuan bersuamikan seorang jinny (jin laki). Imam Suyuthi dalam bukunya Luqath al-Marjan fi Ahkam al-Jann pernah mengatakan bahwa terdapat berbagai keterangan dan riwayat juga atsar dari para ulama dahulu terjadinya pernikahan antara jin dan manusia. Hal ini juga diakui oleh Ibnu Taimiyyah. Dalam bukunya Majmu' al-Fatawa dan al-Bayan al-Mubin fi Akhbar al-Jinn was Syayathin, mengatakan: "Bahwa banyak terjadi pernikahan antara jin dan manusia dan dari pernikahan tersebut memperoleh anak keturunan. Hal ini sudah merupakan kejadian yang dikenal masyarakat luas". Meskipun demikian, para ulama semisal Imam Hasan, Qatadah, Hikam dan Imam Ishak memakruhkan pernikahan tersebut. Sedangkan menurut Imam Malik, tidak ada keterangan yang melarang manusia untuk menikah dengan jin, akan tetapi Imam Malik tidak menyukainya. Imam Malik mengatakan, makruhnya manusia menikah dengan jin karena akan menimbulkan banyak madarat dan dampak negatif. Bahkan sebagian ulama lain mengharamkannya. Hal ini karena tujuan pernikahan sebagaimana yang disinyalir dalam al-Qur'an adalah untuk menuju keluarga yang mawaddah, sakinah dan rahmah (arRum: 21). Semua itu tidak akan ditemukan seandainya menikah dengan jin. Umumnya mereka yang menikah dengan jin adalah karena menginginkan sesuatu, misalnya, bantuan dan pertolongannya. Hal ini jelas sangat dilarang karena sudah termasuk benih-benih syirik. Selama manusia masih banyak, mengapa harus menikah dengan jin segala? Bukankah jin dan setan itu buruk dan sangat jelek rupa dan bentuknya? Mengapa harus menikah dengan jin, sementara wanita-wanita cantik, shalehah dan laki-laki gagah, ganteng shaleh, dari golongan manusia masih betebaran? Renungkanlah. Agama dan aqidah jin Apakah jin ada yang muslim? Tentu jawabannya ada. Bahkan, menurut Ibnu Taimiyyah dalam bukunya al-Bayan al-Mubin fi Akhbar al-Jinn was Syayathin atau sering disebut dengan Risalah al-Jinn mengatakan bahwa untuk masalah ini, persis sama dengan manusia; ada yang muslim, nashrany, kafir, tidak beragama (atheis) dan yahudi. Bahkan, yang muslimnyapun terbagi lagi ada yang bermadzhab Qadariyyah, Ahlussunnah, Syi'ah, Ahlu Sunnah, Ahlu Bid'ah, ada yang muslimnya fasik, munafik, ada pula yang betul-betul dalam menjalankan agama Islamnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Jin ayat 11:

Artinya: "Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda" (QS. Al-Jinn ayat 11). Ibnu Abbas berpendapat sebagaimana dikutip oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya (IV/430) bahwa yang dimaksud dengan kata "jalan yang berbeda-beda (tharaiq qidada)" itu adalah ada yang mukmin dan ada pula yang kafir. 6

Jin sangat takut oleh manusia Kesalahan besar bagi manusia dewasa ini khususnya orang-orang Indonesia adalah sangat takut dengan jin dan setan. Padahal, sebagaimana akan dijelaskan nanti, jin dan setan jauh lebih takut oleh manusia. Akan tetapi ketika melihat manusia menampakkan rasa takutnya yang berlebihan, setan dan jinn pun yang tadinya takut menjadi berani. Kalau boleh diibaratkan, barangkali ketakutan antara jin dan manusia ini ibarat dua orang manusia yang bertemu sama-sama takut. Akan tetapi ketika ketekuatan seseorang dimunculkan sehingga nampak dan nyata, maka orang yang tadinya takut akan berubah menjadi berani. Demikian juga dengan jin. Semakin takut manusia kepadanya, semakin leluasa jin itu datang menakuti dan mengganggunya. Lantas apa yang seharusnya dilakukan? Dalam ajaran Islam, seorang muslim hanya harus takut oleh Allah. Sementara dengan yang lainnya, termasuk dengan jin, ketakutan itu janganlah terlalu berlebihan. Takut boleh tapi sewajarnya. Juga jangan terlalu berani sehingga menimbulkan rasa sombong dan angkuh (sompral=dalam bahasa Sunda). Bersikaplah sewajarnya. Jin adalah makhluk Allah, sama dengan manusia. Biarkan mereka hidup dalam alamnya sendiri, jangan diganggu dan jangan terlalu ditakuti. Mereka hidup dan mempunyai alam sendiri, manusia pun demikian. Orang yang sangat takut dengan jin, menurut sebagian ulama, sepertiga imannya sudah hilang. Dalam hal ini Allah dengan tegas berfirman dalam surat Ali Imrah ayat 175:

Artinya: "Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (QS. Ali Imran: 175). Dalil bahwa jin takut oleh manusia adalah riwayat berikut ini:

( : ) Artinya: "Mujahid berkata: "Sesungguhnya setan dan jin kafir itu takut oleh kalian sebagaimana kalian takut oleh mereka" (Riwayat Ibnu Abi Dunya)

: , ( ) Artinya: "Mujahid berkata: "Syaithan itu sebenarnya sangat takut oleh salah seorang dari kalian (manusia). Oleh karena itu, apabila kamu mendapatinya, janganlah takut karena kalau takut, ia akan menunggangi kalian (mengganggu), akan tetapi kerasi (kasarilah), pasti ia akan pergi". (Riwayat Ibn Abi Dunya)

: , : ( , ) Artinya: "Imam Mujahid berkata: "Suatu malam ketika saya sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba muncul makhluk sebesar anak laki-laki di hadapan saya. Lalu saya desak dia untuk ditangkap. Akan tetapi ia bangun dan lompat ke belakang dinding sehingga saya mendengar jatuhnya. Setelah itu, ia tidak penah datang lagi" (Riwayat Ibnu Abi Dunya). Kapan setan tertawa dan kapan pula setan menangis? Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa setan akan tertawa ketika seseorang menguap dengan mengeluarkan suara misalnya; "euuuay" atau "haaaa". Oleh karena itu, sebisa mungkin ketika menguap jangan keluar suara apapun. Hadits bahwa setan tertawa adalah:

: : )) , , , (( ] ( Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci nguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun menguap datangnya dari setan, karenanya tahanlah sedapat 7

mungkin. Apabila ia menguap terus keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR. Bukhari dan lainnya). Sementara setan akan menangis ketika seseorang membaca surat as-Sajdah dan ketika sampai pada ayat sajdahnya yakni ayat yang ke-15, ia melaksanakan Sujud Sajdah. Hal ini sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits:

: )) [ (( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila anak Adam membaca surat as-Sajdah kemudian ia sujud sajdah (ketika membaca ayat sajdahnya ayat ke-15), maka setan akan pergi menangis sambil berkata: "Aduh celaka dan sialnya nasibku" (HR. Muslim). Menguap itu datangnya dari setan Menguap identik dengan kemalasan dan keloyoan. Oleh karena itu, dalam hadits Nabi dikatakan bahwa menguap itu datangnya dari setan. Namun, apakah semua menguap bersumber dari setan? Tentu jawabannya tidak. Menguap yang datangnya dari setan, hanyalah menguap karena kemalasan atau menguap yang bertubi-tubi bukan karena kecapean atau karena belum tidur. Misalnya apabila seseorang sedang belajar, shalat, baca al-Qur'an dan buku, tiba-tiba ia menguap padahal tidurnya cukup dan tidak kecapean. Maka menguap seperti ini lah yang dimaksudkan dengan datangnya dari setan. Maksud datang dari setan, adalah sengaja disemburkan oleh setan agar orang bersangkutan, tidak lama-lama ibadahnya atau tidak khusu lagi belajarnya atau tidak lama-lama mengaji dan membaca al-Qur'annya. Hadits yang mengatakan bahwa menguap dari setan adalah hadits-hadits berikut ini:

: : )) , , , (( ] ( Artinya: "Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci nguap. Apabila seseorang bersin lalu mengucapkan al-hamdulillah, maka muslim yang mendengarnya harus mendoakannya. Adapun nguap datangnya dari setan, karenanya tahanlah sedapat mungkin. Apabila ia menguap terus keluar suara "haaa", maka setan akan tertawa" (HR. Bukhari dan lainnya). Oleh karena itu, apabila seseorang menguap, maka tutuplah mulutnya dengan jalan meletakkan tangannya pada mulutnya karena apabila tidak ditutup, syaithan akan masuk melalui mulut yang terbuka tadi. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits shahih riwayat Imam Muslim berikut ini:

: : )) ( (( ] Artinya: "Abu Said berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang dari kalian menguap, letakkanlah tangannya pada mulutnya (tutuplah), karena setan akan masuk bersama dengan orang yang menguap (yang mulutnya tidak ditutup)" (HR. Muslim dan yang lainnya). Tempat Tinggal Jin Berdasarkan pengamatan penulis terhadap hadits-hadits shahih, bahwa di antara tempat tinggal jin itu adalah sebagai berikut: 1. Di tempat-tempat kotor seperti Toilet dan tempat sampah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

, : )) : (( ] [ 8

Artinya: "Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya toilet-toilet itu dihuni oleh Jin. Oleh karena itu, apabila seseorang di antara kalian masuk WC, maka katakanlah: Allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari gangguan jin laki-laki dan jin perempuan" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad). Kata muhtadhirah dalam hadits di atas maksudnya adalah dihadiri atau ditempati oleh jin (yahdiruhal jinn). Hanya saja, jin yang tinggal di tempat-tempat kotor seperti WC itu hanyalah jin kafir. Adapun jin muslim mereka tinggal di tempat-tempat bersih dan wangi sebagaimana yang dijelaskan oleh Wahid Abdussalam Bali ketika ia mengadakan dialog dengan salah satu jin muslim yang sempat ditanyainya. Oleh karena itu, setiap muslim disunnahkan setiap kali memasuki toilet atau WC untuk berdo'a: "bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", karena dengan berdoa demikian, jin kafir itu tidak akan mengganggu kita sekaligus tidak akan dapat melihat aurat kita ketika mandi. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya:

: : [(( ] Artinya: "Dari Ali, Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang masuk WC kemudian berdoa: " bismillahirrahmanirrahim allahumma inni audzubika minal khubutsi wal khabaits", maka mata jin akan tertutup dan tidak akan dapat melihat aurat keturunan Adam" (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah). 2. Di tempat-tempat kosong seperti rumah kosong atau gurun dan padang pasir. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah Saw berikut ini:

: )) : , , : , , : . : . : , . .[ : (( ] Artinya: "Dari Ibnu Mas'ud ra berkata: "Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah Saw. tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata: "Rasulullah Saw telah diculik dan disandera". Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah Saw sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata: "Ya Rasulullah Saw, malam tadi kami betul-betul kehilangan Anda, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan anda. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan". Rasulullah Saw kemudian bersabda: "Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur'an". Ibnu Mas'ud kemudian berkata kembali: "Lalu kami diajak oleh Rasulullah untuk melihat bekas-bekas tempat dan perapian mereka (kelompok jin)". Para jin itu kemudian bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai makanan mereka. Rasulullah Saw menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Saw kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim). 9

Dalam hadits ini dikatakan bahwa Rasulullah Saw dibawa oleh utusan Jin ke sebuah padang pasir, tempat golongan jin tinggal. Hal ini terbukti, bahwa pada pagi harinya Rasulullah Saw muncul dari arah sebuah goa yang terletak di tengah padang pasir. Oleh karena itu, hadits ini menunjukkan bahwa golongan jin juga tinggal di padang pasir (tempat-tempat kosong dan sepi). 3. Di lobang-lobang. Dalil bahwa jin tinggal di lobang-lobang adalah hadits berikut ini:

(( : )) : : (( ] [ Artinya: "Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lobang". Mereka bertanya kepada Qatadah: "Mengapa tidak boleh kencing di lobang?" Qatadah menjawab: "Rasulullah Saw mengatakan karena lobang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin" (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad). 4. Di rumah-rumah Jin juga tinggal di atas rumah (atap) manusia. Hanya saja, jin yang tingal di atas atap rumah orang-orang beriman hanyalah jin muslim. Dalilnya adalah hadits berikut ini:

: )) , [345/6 :, . ) Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut" (HR. Abu Bakar sebagaimana ditulis oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari). 5. Di pasar-pasar Selain di rumah, Jin juga ada yang tinggal di pasar. Hal ini sebagaimana disebutkan alam sebuah riwayat dimana Salman al-Farisi pernah berwasiat kepada para sahabat yang lain:

, , , , (, ) "Kalau bisa, janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya" (HR. Muslim). 6. Di kandang unta Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

: )) , , , (( [ Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah" (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah). Sehubungan dengan hadits ini sebagian ulama mengatakan bahwa dilarangnya shalat di kandang unta lantaran kotoran dan air kencing unta adalah najis. Hanya saja, pendapat ini kurang tepat, karena menurut pendapat jumhur ulama, bahwa tahi (Kotoran) dan air kencing binatang yang dagingnya boleh dimakan, tidaklah najis. Oleh karena itu, larangan shalat di kandang unta itu lantaran tempat tersebut adalah tempat tinggalnya syaithan. Kapan setan dan jin berkeliaran? 10

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah Saw bersabda bahwasannya waktu berkeliarannya setan adalah pada waktu matahari terbenam (sareupna=sunda) yakni sekitar sebelum dan setalah Maghrib sedikit. Untuk itu, Rasulullah menganjurkan, apabila waktu menjelang malam tiba, hendaklah anak-anak segera disuruh masuk ke dalam rumah. Hadits dimaksud berbunyi:

: : )) , , , , , (( ] [ Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Apabila sore hari menjelang malam tiba, tahanlah (di dalam rumah) anak-anak kecil kalian, karena pada saat itu setan berkeliaran. Apabila permulaan malam sudah tiba, diamkanlah anak-anak kalian di dalam rumah, tutuplah pintu-pintu (termasuk jendela) kalian dengan terlebih dahulu menyebut nama Allah karena setan tidak akan dapat membuka pintu yang terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, dan ikatlah kendi-kendi air kalian (qirab adalah jama dari qurbah yakni tempat air yang terbuat dari kulit dan di ujungnya biasa diikat dengan tali untuk menghalangi kotoran masuk) sambil menyebut nama Allah, tutuplah bejana-bejana atau wadah-wadah kalian sambil menyebut nama Allah meskipun hanya ditutup dengan sesuatu alakadarnya dan matikanlah lampu-lampu kalian (kalau mau tidur)" (HR. Bukhari Muslim). Dalam hadits di atas Rasulullah Saw menganjurkan lima hal ketika sore hari menjelang malam tiba. Yakni menyuruh masuk dan diam anak-anak, menutup pintu, karena dengan demikian, setan tidak akan mengganggu anak tersebut juga setan tidak akan bisa masuk ke dalam rumah yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah sebelumnya, mengikat tempat air, menutup bejana dan wadah-wadah, karena setan juga tidak akan bisa membuka tempat air dan bijana yang disebutkan nama Allah sebelumnya, dan matikanlah lampu apabila menjelang tidur. Untuk yang kelima, yakni matikan lampu sebelum tidur karena dengan demikian, kita akan terhindar dari bahaya kebakaran yang seringkali dilakukan setan. Setan seringkali bermaksud untuk membakar rumah dan penghuninya dengan jalan menyerupai seekor tikus lalu menubruk tempat lampu tersebut sehingga api bisa menjalar. Untuk itu Rasulullah menganjurkan agar lampu dimatikan sebelum tidur. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

: )) , ( : )) , ) ( ) .[(( ] Artinya: "Ibnu Abbas berkata: "Suatu hari seekor tikus datang menyeret kain yang dipintal kemudian dilemparkan ke hadapan Rasulullah Saw yang sedang duduk di atas tikar. Kemudian kain dipintal yang dibawa tikus tadi terbakar persis sebesar uang dirham. Rasulullah Saw Kemudian bersabda: "Apabila kalian tidur, matikanlah lampunya, karena syaithan seringkali berwujud seekor tikus yang membawa sesuatu (yang mudah dibakar) yang ditujukkan ke lampu tersebut sehingga dapat membakar kalian" (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih). Namun untuk kondisi sekarang di mana sudah menggunakan lampu dan listrik bukan api lagi, barangkali dengan dimatikannya lampu agar tidak terjadi pemborosan energi. Dan pemborosan adalah salah satu perbuatan setan. Dalam hadits lain juga dikatakan:

, : )) [ (( ] Artinya: "Dari Jabir, Rasulullah Saw bersabda: "Janganlah kalian melepaskan binatang peliharaan dan anak-anak kalian ketika matahari terbenam sehingga hitam legammnya sore hari (sunda=layung) betul11

betul hilang, karena setan-setan berkeliaran ketika matahari terbenam sampai saat dimana hitam legamnya sore hilang (sampai waktu malam tiba)" (HR. Muslim). Mengapa setan berkeliaran pada waktu menjelang malam? Menurut Ibn al-Jauzi, karena gerak gerik setan pada waktu malam jauh lebih gesit dan kuat dari pada waktu siang. Karena waktu gelap bagi setan adalah waktu yang lebih fresh dan lebih menguatkannya, di samping memang kegelapan dan warna hitam adalah kesukaan setan. Karena itulah, dalam salah satu hadits Rasulullah Saw mengatakan: "Anjing hitam itu adalah setan". (lihat juga dalam Fathul Bari, VI/342). Apakah jin mempunyai hewan ternak? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita perhatikan hadits riwayat Imam Muslim sebagaimana telah disebutkan di atas. Dalam hadits itu terdapat kata-kata bahwa para jin kemudian berkata kepada Rasulullah Saw mengenai makanannya. Rasulullah kemudian menjawab: " Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Dari redaksi hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa jin atau syaithan mempunyai binatang ternak. Untuk lebih mengetahui binatang ternak apa saja yang mereka miliki, marilah kita perhatikan dalil-dalil berikut ini: Dalam surat al-Isra ayat 64, Allah menjelaskan bahwa syaithan mempunyai kendaraan kuda yang mereka tunggangi ketika mengganggu dan melawan keturunan Adam, manusia. Allah berfirman:

Artinya: "Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka" (QS. Al-Isra: 64). Selain kuda, hewan lainnya yang seringkali diikuti dan ditemani oleh syaithan dalah unta. Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda:

: )) , [(( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya unta itu diciptakan dari Syaithan, dan di belakang setiap unta itu ada syaitannya" (HR. Said bin Mansur dengan sanad mursal hasan). Dalam hadits lain juga dikatakan, termasuk hewan yang sering kali diikuti oleh syaithan adalah anjing hitam. Dalam sebuah hadits dikatakan:

(( : )) Artinya: "Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya anjing hitam itu adalah syaithan". Menurut Imam Suyuthi dalam bukunya Luqathul Marjan fi Ahkamil Marjan, kedua hadits di atas yang mengatakan bahwa unta dan anjing hitam itu adalah syaithan harus dipahami sebagai tasybih (penyerupaan) saja. Maksudnya, unta disamakan dengan syaithan dalam hal sama-sama sulit dan penguasaannya. Sedangkan anjing hitam disamakan dengan syaithan dalam hal sama-sama jelek, jahat dan paling sedikit manfaatnya. Apakah jin makan dan minum? Mengenai masalah ini para ulama berbeda pendapat. Secara umum pendapat tersebut terbagi kepada tiga kelompok: Pertama, mereka yang mengatakan bahwa semua jin tidak makan dan tidak pula minum. Pendapat ini tentunya sangat menyalahi nash baik dari al-Qur'an maupun hadits yang mengatakan bahwa jin itu makan dan minum. Karena itu, pendapat ini pendapat yang lemah. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa ada sekelompok jin yang tidak makan dan tidak minum, ada juga kelompok jin lainnya yang makan dan minum. Pendapat ini didasarkan pada salah satu riwayat dari Ibnu Abdil Bar dari Wahab bin Manbah yang mengatakan: 12

, , , , , (345/6 : ) Artinya: "Jin itu ada beberapa jenis. Jin yang paling halus berbentuk angin (udara), mereka tidak makan, tidak minum, tidak mati dan tidak beranak. Jenis yang lain ada jin yang makan, minum, melahirkan, menikah dan mati. Yang termasuk jenis terakhir ini adalah jin yang bernama as-Sa'ali, al-Ghaul dan alQathrab (semuanya nama-nama jin)" (Lihat dalam Fathul Bari: VI: 345). Hanya saja, sayang ungkapan di atas hanya merupakan pendapat dari Wahab bin Manbah, bukan berupa sabda Rasulullah atau perkataan para sahabat. Apa yang dikatakan Wahab bin Manbah di atas tidak didasarkan kepada dalil dan memang tidak ada dalil yang mengatakan hal demikian. Untuk itu, pendapat ini kurang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa semua jin itu makan dan minum. Pendapat inilah hemat penulis yang lebih mendekati kebenaran karena disokong oleh banyak keterangan berupa dalil-dalil dan hadits-hadits shahih. Di antara dalil tersebut adalah: 1. Hadits riwayat Imam Muslim sebagaimana telah disebutkan di atas yakni:

.... , ((. : .[] Artinya: " Rasulullah Saw menjawab: "Makanan kalian itu (wahai golongan jin) adalah setiap tulang yang masih ada sisa-sisa dagingnya yang berada di tangan kalian dan ketika memakannya disebutkan nama Allah serta semua tahi (kotoran) binatang ternak kalian". Rasulullah Saw kemudian melanjutkan sabdanya: "Oleh karena itu, janganlah kalian (para sahabat) beristinja (membersihkan najis seperti habis buang air kecil atau besar dengan menggunakan batu atau benda lainnya selain air) dengan keduanya (tulang dan kotoran binatang), karena keduanya itu adalah makanan sudara kalian (golongan jin)" (HR. Muslim). 2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

: )) .[ , (( ] Artinya: "Dari Ibnu Umar bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "Apabila salah seorang dari kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum, maka minumlah dengan tangan kanannya, karena syaithan makan dan minum dengan tangan kirinya" (HR. Muslim). 3. Masih dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda:

: )) : , : : , [ (( ] Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Apabila seseorang masuk rumah, lalu ia menyebut nama Allah ketika masuk (rumah) dan ketika makan, maka syaithan akan berkata (kepada sesama syaithan lainnya): "Kalian tidak dapat nginep dan tidak bisa makan malam". Namun apabila ia masuk rumah, dan tidak menyebut nama Allah (berdoa) ketika masuk dan makannya, syaithan akan berkata: "Nah, sekarang kalian bisa nginep dan bisa makan malam" (HR. Muslim). Demikian di antara hadits-hadits shahih yang menjelaskan bahwa jin itu makan dan minum. Dari sini tampak bahwa pendapat yang mengatakan jin itu makan dan minum lebih mendekati kebenaran dan lebih sesuai dengan nash-nash shahih sebagaimana telah disebutkan di atas. Apakah jin menikah dan melahirkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita perhatikan ayat berikut ini: 13

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim " (QS. Al-Kahfi: 50). Dalam ayat ini Allah berfirman: ".Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya,". Kata turunan-turunannya dalam ayat ini menunjukkan bahwa memang jin itu melahirkan dan berketurunan. Sekaligus juga menunjukkan bahwa jin itu juga menikah, karena tidak mungkin adanya keturunan kalau tidak menikah (jima) sebelumnya. Dalil lain yang mengatakan bahwa jin juga menikah adalah firman Allah berikut ini:

(56 : )Artinya: "Tidak pernah "disentuh" oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin" (QS. Ar-Rahman: 56). Kata thamts yang terdapat pada kata yathmitshunna dalam ayat di atas, dalam bahasa Arab artinya adalah jima'. Ini menunjukkan bahwa jin itu juga menikah. Bahkan, dalam sebuah riwayat dikatakan:

: , (( ] [ Artinya: "Abdullah bin Amr berkata: "Sesungguhnya Allah membagi manusia dan jin itu ke dalam sepuluh bagian: sembilan bagian adalah jin dan satu bagian adalah manusia. Tidak seorangpun manusia yang melahirkan seorang anak, kecuali jin melahirkan 9 anak" (HR. Ibnu Abdil Barr, Ibnu Jarir, Hakim dan Ibn Abi Hatim). Hadits di atas di samping mengisyaratkan bahwasannya jin itu memang melahirkan dan menikah, juga menunjukkan bahwa jumlah jin jauh lebih banyak dari pada jumlah manusia. Karena setiap kali manusia melahirkan satu orang anak, maka jin dapat melahirkan sembilan anak. Demikian seterusnya. Apakah jin dan syaithan meninggal? Ada pemahaman yang kurang tepat, hemat penulis, mengenai kematian jin atau syaithan ini. Pendapat kurang tepat ini adalah mereka yang mengatakan bahwa jin dan syaithan tidak mati, mereka hidup sampai hari Kiamat tiba. Pendapat ini, hemat penulis, didasarkan pada sebuah riwayat, perkataan salah seorang ulama, Wahab bin Manbah, yang tidak jelas dasar dan sandarannya. Riwayat dimaksud adalah sebagaimana telah disebutkan sebelumnya yaitu:

, , , , , (345/6 : ) Artinya: ""Jin itu ada beberapa jenis. Jin yang paling halus berbentuk angin (udara), mereka tidak makan, tidak minum, tidak mati dan tidak beranak. Jenis yang lain ada jin yang makan,minum, melahirkan, menikah dan mati. Yang termasuk jenis terakhir ini adalah jin yang bernama as-Su'ali, al-Ghaul dan alQathrab (semuanya nama-nama jin)" (Lihat dalam Fathul Bari: VI: 345). Akan tetapi lagi-lagi pendapat ini di samping tidak ada dalil dan sandarannya dari hadits Nabi, juga bertentangan dengan keterangan-ketarangan lain yang lebih shahih. Untuk itu, pendapat yang lebih tepat, hemat penulis, bahwa jin dan syaithan juga sama meninggal, hanya umur mereka jauh lebih panjang daripada umur manusia. Dalil-dalil bahwa jin atau syaithan ini meninggal adalah di antaranya:

* 14

Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahman: 26-28). Di samping ayat ini, ada hadits yang mengatakan bahwa jin atau syaithan juga akan mati. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:

, : )) , [ , (( ] Artinya: "Dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda: "Aku berlindung dengan kegagahanMu, yang tidak ada Tuhan selain Eukau, yang tidak akan mati, sementara jin dan manusia semuanya akan mati" (HR. Bukhari). Dalam hadits lain dikatakan bahwa seorang sahabat Rasulullah pernah meninggal gara-gara membunuh seekor ular yang merupakan jelmaan dari Jin (untuk lebih jelasnya lihat dalam pembahasan Jin Rumah yang merupakan sub dari bahasan kelebihan dan kemampuan jin). Dalam hadits tersebut, baik pemuda itu maupun jinnya keduanya meninggal. Ini menunjukkan bahwa jin juga bisa meninggal. Hanya saja, umur dan usianya jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan umur manusia. Kecuali Iblis yang merupakan nenek moyangnya setan. Ia hidup kekal dan tidak akan mati sampai hari Kiamat tiba. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat al-A'raf ayat 14-15:

(15-14 : * )Artinya: "Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya (Maksudnya: janganlah saya dan anak cucu saya dimatikan sampai hari kiamat sehingga saya berkesempatan menggoda Adam dan anak cucunya) sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh." (QS. Al-Araf: 14-15). Kemampuan dan kelebihan Jin (Syaithan) Allah memberikan kelebihan dan kemampuan khusus kepada jin yang tidak diberikan kepada manusia. Di antara kemampuan dan kelebihan jin tersebut adalah sebagai berikut: 1. Dapat bergerak dan berpindah dengan cepat Dalil akan hal ini adalah sebagaimana yang terjadi pada masa Nabi Sulaiman, di mana Ifrit (salah satu jenis jin) berjanji kepada Nabi Sulaiman untuk memindahkan kerajaan Ratu Bilqis yang berada di daerah Yaman sekarang ke Baitul Muqaddas dalam waktu yang sangat cepat, tidak lebih dari masa berdirinya seseorang dari tempat duduknya. Hanya saja, orang yang memiliki pengetahuan akan kitab Allah dapat memindahkannya dengan waktu lebih cepat lagi yakni secepat seseorang memalingkan pandangannya. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surat an-Naml ayat 39-40:

Artinya: "Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia" (QS.an-Naml: 39-40). 2. Dapat mengetahui masalah-masalah yang belum terjadi. Sebelum Rasulullah diutus, jin seringkali naik ke atas langit untuk mendengarkan kabar-kabar yang akan terjadi di dunia. Begitu mendengar kabar tersebut, mereka langsung menginformasikannya kepada para dukun dan tukang ramal. Oleh karena itu, sebelum Rasulullah Saw diutus, tukang ramal dan dukun seringkali tepat dalam memberikan jawaban dan ramalannya. Akan tetapi begitu Rasulullah Saw diutus, 15

penjagaan di langit diperketat sehingga jin tidak lagi dapat mendengar informasi dan berita apapun. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-Jin ayat 8-9:

Artinya: "Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang (Yang dimaksud dengan "sekarang", ialah waktu sesudah Nabi Muhammad s.a.w. diutus menjadi rasul) barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)" (QS. Al-Jin ayat 8 dan 9). Oleh karena itu, sejak diutusnya Rasulullah sampai sekarang, jangankan dapat mendengar berita langit, mendekatinya saja tidak bisa. Untuk itu, apa yang dikatakan oleh para dukun dan tukang ramal, tidak pernah benar, tapi bohong belaka. Seandainya ada jin yang mengatakan bahwa akan terjadi nanti ini dan itu, maka ketahuilah bahwa dia telah berbohong. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, haram hukumnya seseorang datang bertanya kepada dukun dan tukang ramal. Karena bukan saja apa yang dikatakan tukang ramal itu bohong, tapi juga hal demikian akan melemahkan keimanan seseorang bahkan termasuk perbuatan syirik. Bagaimana dengan kenyataan, bahwa terkadang ramalan dan ucapan tukang ramal tersebut betul dan nyata? Hal ini pernah disampaikan juga oleh Siti Aisyah kepada Rasulullah Saw. Perhatikan hadits berikut ini:

: : . : , . : )) [ (( ] Artinya: "Aisyah berkata, sekelompok orang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang para dukun. Rasulullah menajawab: "Mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun". Mereka bertanya kembali: "Tapi Rasulullah, terkadang apa yang mereka katakan adalah benar dan nyata?" Rasulullah Saw bersabda kembali: "Ucapannya yang betul itu lantaran dibisikkan oleh jin. Ia membisikkannya ke telinga temannya (dukun) seperti berkoteknya ayam betina, dan mereka mencampuradukannya dengan seratus kebohongan (maksudnya, yang betulnya satu tapi bohongnya seratus bahkan lebih)" (HR. Bukhari). Oleh karena itu, dalam ajaran Islam, seseorang dilarang untuk terlebih mempercayai perkataan dukun, datangnya saja sudah berdosa. Rasulullah bersabda :

: )) ( (( ) Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak akan diterima selama 40 malam " (HR. Muslim)

: )) , [ , (( ] Artinya: " Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang datang kepada juru ramal, dukun, untuk bertanya tentang sesuatu, lalu membenarkan dan mempercayai apa yang dikatakannnya, maka sungguh ia telah keluar dari ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad" (HR. Ahmad). Ingat dan yakinlah, bahwa yang mengetahui hal yang gaib hanyalah Allah semata. Perhatikan firmannya:

Artinya: "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun 16

yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al-An'am: 59) Di akhir penghujung ini, penulis hendak menuturkan sebuah kisah yang terekam dalam al-Qur'an yang mengatakan bahwa jin dan setan boro-boro mengetahui alam gaib, yang wujud pun terkadang silau dan hilap (tidak tahu). Dalam al-Qur'an dijelaskan, bahwa ketika Nabi Sulaiman meninggal, tidak seorang pun, termasuk jin yang mengetahui wafatnya. Nabi Sulaiman meninggal ketika sedang menyender ke tongkatnya. Para jin saat itu, tetap saja melaksanakan perintah Nabi Sulaiman, mereka tidak mengetahui kalau Nabi Sulaiman saat itu telah wafat. Mereka mengira Nabi Sulaiman masih hidup dan memperhatikan mereka. Sampai ketika semut-semut putih dan sejenisnya menggerogoti tongkat, tempat bersender Nabi Sulaiman, sehingga habis dan patah. Saat itulah, Nabi Sulaiman jatuh sudah tidak bernyawa lagi. Dan baru saat itupula jin dan pengikut Nabi Sulaiman lainnya mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat. Seandainya para jin itu mengetahui hal yang gaib, tentu mereka akan segera mengetahui bahwa Nabi Sulaiman telah wafat, bukan menunggu tongkatnya habis dimakan rayap. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam al-Qur'an surat Saba ayat 14:

Artinya: "Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan" (QS. Saba: 14). 3. Jin lebih dahulu mengetahui teknologi Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa Allah menundukkan golongan jin kepada Nabi Sulaiman. Mereka taat dan patuh kepadanya termasuk bersedia untuk memindahkan kerajaan Ratu Bilqis. Karena kerja mereka yang berat dan banyak, tentu mereka memerlukan kemampuankemampuan dan kecerdasan dan kemahiran luar biasa. Hal ini sebagaimana terekam dalam firman Allah surat Saba ayat 12-13:

Artinya: "Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piringpiring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih" (QS. Saba: 12-13). Berdasarkan dari ayat di Atas, Umar Sulaiman Abdullah bin al-Asyqar dalam bukunya Alamul Jinn was Syayathin, berpendapat bahwa sejak dahulu jin sudah mengenal tekhnologi canggih semisal radio dan televisi. Bahkan, Ibnu Taimiyyah sendiri dalam al-Majmu'nya mengatakan bahwa "Menurut sebagian ulama yang dapat berkomunikasi dengan jin menuturkan bahwa sejak dahulu jin sudah dapat membuat kawat dan kaca, kemudian mereka sampaikan kepada manusia dan manusia mengikutinya" (lihat dalam Majmu al-Fatawa karya Ibnu Taimiyyah: 11/309). 4. Jin dapat berubah-rubah bentuk Di antara kemampuan jin (setan) lainnya adalah mereka dapat berubah wujud; terkadang berwujud manusia dan terkadang pula berwujud hewan. Hal ini telah terjadi pada masa perang Badar, dimana setan (jin kafir) berwujud dalam bentuk Suraqah bin Malik, dan ia menjanjikan kepada orang-orang musyrik bahwa mereka akan dapat memengkan pertempuran melawan orang Islam. Akan tetapi ketika 17

pertempuran telah terjadi dan malaikat turun dari langit untuk membantu kaum muslimin, syaitan yang menjelma dalam wujud Suraqah bin Malik tadi lari tunggang langgang. Hal ini terekam dalam al-Qur'an surat al-Anfal ayat 48:

Artinya: "Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu". Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu balik ke belakang seraya berkata: "Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah". Dan Allah sangat keras siksa-Nya (QS. Al-Anfal: 48). Dalam hadits riwayat Imam Bukhari juga dikisahkan bahwa jin kafir (setan) pernah datang menghadap Abu Hurairah dalam wujud manusia. Berikut terjemahan hadits dimaksud: "Dari Abu Hurairah, ia berkata: Suatu hari Rasulullah Saw menugaskan saya untuk menjaga harta zakat pada bulan Ramadhan. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki melihat-lihat makanan dan langsung mengambilnya. Saya lalu berkata: Jangan dulu mengambil, sebelum saya sampaikan ihwal kamu kepada Rasulullah. Laki-laki itu menjawab: Saya orang yang sudah berkeluarga dan saat ini betulbetul sedang membutuhkan makanan untuk keluarga saya. Mendengar itu saya pun akhirnya mengijinkan dia untuk mengambil makanan itu. Ketika pagi tiba, Rasulullah bersabda: Wahai Abu Hurairah apa yang kamu lakukan kemarin? Saya menjawab: Wahai Rasulullah, seorang laki-laki mengadukan kesusahan keluarganya dan dia memohon harta zakat saat itu juga, lalu saya persilahkan dia mengambilnya. Rasulullah Saw lalu bersabda kembali: Dia telah mengelabui kamu wahai Abu Hurairah dan besok akan kembali lagi. Tahu dia akan kembali lagi, keesokan harinya saya mengawasinya secara teliti dan ternyata betul apa yang disampaikan Rasulullah, ia telah berada di ruang harta zakat sambil memilih-milih harta zakat yang terkumpul lalu ia mengambilnya. Melihat itu, saya berkata kembali: Jangan dulu kamu mengambil harta itu sampai ada izin dari Rasulullah Saw. Laki-laki itu menjawab: Saya betul-betul sangat membutuhkan makanan itu sekarang, keluarga saya kini sedang menunggu menahan lapar. Saya berjanji tidak akan kembali lagi esok hari. Mendengar itu, saya merasa kasihan dan akhirnya saya persilahkan kembali dia mengambil harta zakat. Keesokan harinya Rasulullah bertanya kembali: Apa yang kamu lakukan kemarin wahai Abu Hurairah? Saya menjawab: Orang kemarin datang kembali dan meminta harta zakat. Karena keluarganya sudah lama menunggu kelaparan, akhirnya saya kembali mengijinkan dia mengambil harta zakat tersebut. Mendengar itu, Rasul bersabda kembali: Dia telah membohongi kamu dan esok hari akan kembali untuk yang ketiga kalinya. Besoknya ternyata laki-laki itu kembali lagi dan seperti biasa dia mengambil harta zakat yang sudah terkumpul di dalam gudang. Melihat itu, saya berkata kembali: Jangan mengambil dahulu, saya akan memohon ijin kepada Rasulullah Saw terlebih dahulu. Bukankah kamu kemarin berjanji tidak akan kembali lagi tapi mengapa kini kembali juga? Laki-laki itu menjawab: Ijinkanlah untuk yang terakhir kalinya saya mengambil harta zakat ini dan sebagai imbalannya saya akan ajarkan kepada kamu sebuah kalimat yang apabila kamu membacanya Allah akan selalu menjaga kamu serta kamu tidak akan disentuh dan didekati oleh Syaithan sehingga pagi hari". Saya merasa tertarik dengan ucapannya lalu saya menanyakan kaliamat apa itu. Dia menjawab: Apabila kamu hendak tidur, jangan lupa membaca ayat kursyi terlebih dahulu karena dengannya Allah akan menjaga kamu dan kamu tidak akan didekati oleh syaithan sehingga pagi tiba. Kali ini saya pun mengijinkannya mengambil harta zakat. Keesokan harinya Rasulullah kembali menanyakan apa yang telah saya lakukan kemarin dan saya katakan: Ya Rasulullah, saya terpaksa membolehkannya kembali mengambil harta zakat setelah dia mengajarkan saya kalimat yang sangat bermanfaat dan berfaidah. Rasul lalu bertanya kembali: Kalimat apa yang diajarkannya? Saya menjawab bahwa dia mengajarkan ayat Kursyi dari awal 18

sampai akhir dan dia katakan bahwa kalau saya membacanya Allah akan menjaga saya sampai pagi hari. Rasulullah Saw lalu bersabda: Kini apa yang dia sampaikan betul namun tetap dia sudah berhasil mengelabui kamu dengan mengambil harta zakat. Tahukah kamu siapa laki-laki yang mendatangi kamu tiga kali itu? Saya menjawab: Tidak, saya tidak tahu. Rasulullah Saw kembali bersabda: Ketahuilah bahwasannya dia adalah syaithan. (HR. Bukhari). Selain dalam wujud manusia, jin (syaithan) juga dapat berwujud dalam bentuk hewan dan binatang seperti unta, anjing, keledai, ular, sapi atau kucing. Akan tetapi dari sekian banyak binatang, yang paling sering dipakai oleh jin adalah dalam bentuk anjing dan kucing hitam. Dalam hal ini Rasululullah Saw bersabda:

( ) Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Anjing hitam adalah setan" (HR. Muslim). Dalam hal ini, Ibnu Taimiyyah juga bertutur: "Anjing hitam adalah setannya anjing. Dan jin seringkali berwujud dalam wujud anjing hitam ini. Demikian juga dengan kucing hitam. Hal ini dikarenakan warna hitam adalah warna yang paling disukai oleh setan karena mengandung kehangatan". Jin rumah Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa jin seringkali berwujud binatang. Namun, binatang yang seringkali dijumpai di dalam rumah adalah ular. Dan ular ini terkadang adalah jelmaan jin itu sendiri, bukan semata ular sungguhan. Untuk itu, penulis merasa perlu untuk membahasnya secara tersendiri. Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Saw mengingatkan agar tidak sembarangan membunuh ular yang didapati di dalam rumah, karena boleh jadi ular tersebut bukan ular sesungguhnya akan tetapi ular jelmaan dari jin. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka biarkan selam tiga hari. Apabila dalam waktu tiga hari masih ada, maka bunuhlah karena dia ular biasa, bukan ular jelmaan jin. Hadits dimaksud adalah sebagai berikut:

: : )) (, , , .[] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu (maksudnya binatang atau sejenisnya) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan" (HR. Muslim). Sebagian orang memahami kata "fa adzinuh" dalam hadits di atas dengan perngertian "maka adzanilah" sehingga, setiap kali menemui ular di rumahnya, ia selalu mengadzaninya dengan maksud untuk mengusirnya. Hemat penulis pemahaman tersebut kurang tepat. Karena setelah kata fa adzinu itu ada kata tsalasata ayyam. Untuk itu, yang lebih tepat adalah diartikan dengan biarkanlah (jangan dibunuh). Dari hadits di atas, kita dapat mengambil satu pelajaran, bahwa apabila mendapatkan ular di rumah, maka janganlah langsung dibunuh, karena dikhawatirkan ia adalah jelmaan jin. Untuk itu, yang lebih tepat adalah mengusirnya dan mengeluarkannya dari rumah tanpa memukul apalagi membunuhnya. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa salah seorang sahabat Rasulullah pernah meninggal lantaran membunuh seekor ular yang disinyalir merupakan jelmaan dari jin. Berikut ini terjemahan hadits riwayat Muslim dimaksud: "Suatu hari Abu as-Saib masuk ke dalam rumah Abu Said al-Khudry yang kebetulan saat itu beliau sedang melaksanakan shalat. Abu Saib berkata: "Lalu saya duduk menunggu Abu Said selesai shalat. Tiba-tiba saya mendengar desisan sambil bergerak-gerak di pojok rumah. Ternyata ada seekor ular, lalu saya loncat untuk membunuhnya, akan tetapi Abu Said berisyarat kepada saya agar duduk dan saya pun duduk, tidak jadi membunuhnya".

19

Begitu selesai shalat, Abu Said lalu keluar rumah sambil berisyarat ke sebuah rumah yang tidak jauh dari rumahnya sambil berkata: "Apakah kamu melihat rumah itu?" "Ya", jawab saya. Abu Said berkata kembali: "Dulunya di sana tinggal seorang pemuda yang baru saja menikah". Dahulu pemuda itu bersama kami dan Rasulullah Saw di Khandak. Suatu hari ia meminta izin untuk pulang dahulu, Rasulullah pun mengijinkannya sambil berkata: "Ambil senjata kamu, saya takut orangorang Yahudi Quraidhah mengganggu kamu". Laki-laki itu lalu pulang dengan membawa senjatanya. Begitu sampai, ternyata isterinya sudah berdiri di antara dua pintu. Pemuda itu pun marah karena cemburu dan mengira isterinya berbuat yang engga-engga, lalu ia arahkan tombaknya ke arah isterinya itu. Isterinya berkata: "Tahan dulu tombak kamu, masuklah dahulu ke dalam rumah, agar kamu tahu penyebab saya keluar rumah ini". Pemuda itu lalu masuk ke dalam rumah, ternyata di dalam rumah ada seekor ular sangat besar yang sedang melingkar di atas ranjang. Ia langsung mengarahkan tombaknya ke arah ular itu lalu dinotoknya. Kemudian ia membawanya keluar dan meletakkannya di tengah rumah. Akan tetapi, ular itu tiba-tiba melilit dan bergerak sehingga tidak tahu lagi siapakah yang lebih dahulu mati; apakah ular atau pemuda itu (yang jelas keduanya mati). Kami lalu mendatangi Rasulullah Saw dan menceritakan kejadian tersebut sambil berkata: "Mohonlah kepada Allah agar pemuda itu dapat dihidupkan kembali". Rasulullah menjawab: "Mohonkan ampunlah untuk saudara kalian itu!". Rasulullah kemudian bersabda: " Sesungguhnya di Madinah ada seorang jin yang sudah masuk Islam. Apabila kalian melihat sesuatu yang aneh (maksudnya ular) maka biarkanlah (jangan dibunuh) selama tiga hari. Apabila setalah hari masih ada dan nampak, maka bunuhlah karena dia itu adalah syaithan" (HR. Muslim). Dari hadits di atas, ada beberapa hal yang patut kita perhatikan: 1. Hadits ini mengisyaratkan melarang membunuh ular yang didapatkan di dalam rumah. Adapun hewan lainnya seperti kalajengking, tikus atau lainnya, maka tidak mengapa untuk dibunuh. Kalau ada ular di dalam rumah, usirlah dengan baik tanpa memukul, melukai terlebih membunuhnya. Atau biarkanlah selama tiga hari. Apabila setelah tiga hari masih ada, maka bunuhlah, karena dia bukan jin lagi akan tetapi ular biasa atau setan. 2. Ular yang tidak boleh dibunuh itu, hanyalah ular yang ada di dalam rumah. Adapun ular yang berada di luar rumah, kita boleh bahkan diperintahkan untuk membunuhnya. 3. Apabila mendapatkan ular di dalam rumah, maka usirlah dengan baik sambil mengatakan misalnya: "Aku bersumpah dengan nama Allah agar kamu keluar dari rumah ini dan agar menjauhkan kejahatan kamu kepada kami. Jika kamu tidak pergi, kami akan membunuhmu", lalu bacalah do'a seperti ayat kursi dan lainnya. 4. Mengapa harus menunggu tiga hari? Karena kalau ular itu adalah jin muslim, maka dalam waktu tiga hari ia akan meninggalkan rumah. Namun apabila sampai tiga hari tidak meniggalkan rumah, itu menunjukkan kemungkinan dia adalah ular biasa, dan ular biasa boleh dibunuh atau dia adalah jin kafir yang selalu menebarkan malapetaka dan kejelekkan, dan kerananya boleh juga dibunuh. 5. Apakah semua ular adalah setan atau hanya sebagiannya saja? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut penulis ketengahkan salah satu sabda Rasulullah Saw:

: , [ (( ] Artinya: Rasulullah Saw bersabda: "Ular-ular itu adalah jin yang mengubah rupa dan bentuknya sebagaimana Bani Israil yang berubah bentuk menjadi rupa monyet dan babi" (HR. Thabrany dengan sanad yang sahih). Kelemahan-kelemahan jin dan syaithan Meskipun jin dan setan memiliki kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, akan tetapi al-Qur'an dengan tegas mengatakan bahwa hakikatnya setan dan tipu dayanya itu adalah lemah. Kerenanya, manusia dengan kesalehannya akan dengan mudah mengalahkan setan tersebut. Allah berfirman dalam surat an-Nisa ayat 76:

Arinya: "Sesungguhnya tipu daya setan itu sangatlah lemah" (QS. An-Nisa: 76). 20

Untuk itu, ada beberapa macam kelemahan jin dan setan, di antaranya: 1. Tidak bisa mengalahkan orang-orang saleh. Bukti bahwa setan dan jin tidak akan dapat mengalahkan orang saleh adalah perkataan setan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam surat al-Hijr ayat 39-40:

Artinya: "Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". (QS. AlHijr: 39-40). Dari ayat ini dapat dipahami bahwa yang menyebabkan setan itu dapat menguasai seseorang adalah karena perbuatan dosanya. Ketika seseorang itu dekat dengan Allah, maka setan pun akan lari dan tidak akan pernah berani mendekatinya apalagi menguasainya. 2. Setan takut dan lari oleh sebagian hamba Allah Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan benar serta menancapkan keimanannya dengan tangguh, maka setan pun akan takut dan lari. Hal ini misalnya terdapat pada diri Umar bin Khatab. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi Rasulullah Saw bersabda kepada Umar: "Sesungguhnya setan sangat takut olehmu wahai Umar" (HR. Turmudzi). Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi setan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya. Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadits berikut ini:

( ) Artinya: "Sesungguhnya orang mukmin akan dapat mengendalikan (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengendalikan untanya ketika bepergian" (HR. Ahmad). Bahkan, apabila seseorang betul-betul dan terus menerus taat dan shaleh, ia dapat membawa qarinnya (penyertanya, karena setiap manusia itu pasti disertai oleh setan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanannya atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim berikut ini:

: : )) (( : : )) , .[ , (( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Tidak ada seorangpun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat". Para sahabat bertanya: "Apakah termasuk Anda juga wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan" (HR. Muslim). 3. Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman. Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan setan sehingga semuanya dapat bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur'an berikut ini dalam surat Shad ayat 36-38:

* Artinya: "Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu" (QS. Shad ayat 36-38). Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan:

(35 : )Artinya: "Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku" (QS Shad: 35). Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadits Muslim diaktakan: "Suatu hari 21

Rasulullah Saw bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: "Aku berlindung kepada Allah darimu", kemudian Rasulullah Saw juga berkata: "Allah telah melaknatmu" sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai shalat, kami bertanya: "Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda". Rasulullah menjawab: "Barusan Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk ditancapkan di muka saya, lalu aku berkata: "Aku berlindung kepada Allah darimu" sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berakata: "Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna" sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah" (HR. Muslim). 4. Jin dan setan tidak dapat menyerupai Rasulullah Setan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka Rasulullah Saw. Oleh karena itu, apabila seseorang bermimi melihat Rasulullah Saw, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadits shahih dikatakan:

: )) , [ (( ] Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, karena setan tidak dapat menyerupaiku" (HR. Muslim). Ibnu Sirin memahami hadits ini bahwa setan tidak dapat menyerupai bentuk Rasulullah Saw dengan sebenar-benarnya (dalam bentuk asli), akan tetapi ini tidak menghalangi setan untuk menyerupai Rasulullah dalam bentuk yang bukan asli, lalu setan itu mengaku-ngaku bahwa dia adalah Rasulullah. Oleh karena itu, orang yang pernah bermimpi melihat dan bertemu langsung dengan Rasulullah tidak berarti bahwa dia betul-betul Rasulullah, karena boleh jadi itu adalah setan yang mengaku-ngaku Rasulullah, sebagaimana sekarang banyak yang mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. Kecuali apabila ia melihat Rasulullah dengan sifat-sifat seperti yang dijelaskan dalam hadits-hadits shahih. 5. Jin dan setan tidak dapat melewati batas-batas tertentu di langit Sekalipun jin dan setan mempunyai kelebihan dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melewati batas-batas yang sudah ditetapkan yang tidak dapat dilalui selain oleh para malaikat. Karena apabila mereka berani melewatinya, maka mereka akan binasa dan hancur. Karena itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri informasi dari langit sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surat al-Rahman ayat 33-35). 6. Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah Dalam sebuah hadits Rasulullah Saw bersabda:

: : )) , , , , , , , (( ] [Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), karena setan tidak akan membuka pintu yang sudah terkunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang terbuat dari kuit binatang) dan bejana-bejana kalian (untuk masa sekarang seperti lemari, bupet, kulkas dan lainnya) sambil menyebut nama Allah, meskipun kalian hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian" (HR. Muslim). Misi dan target setan (Jin Kafir) dalam memusuhi manusia Asal muasal permusuhan syaithan dengan manusia berawal sejak Adam diciptakan, bahkan sebelum Adam diciptakan. Permusuhan ini diawali dengan permusuhan antara nenek moyang syaithan yakni Iblis dengan nenek moyang manusia, Nabi Adam. Iblis pada awalnya makhluk yang taat beribadah kepada Allah sebagaimana malaikat. Akan tetapi ia memiliki perangai kesombongan dan keangkuhan sehingga tidak mau sujud kepada Nabi Adam. Dengan sombong Iblis mengatakan keengganan sujudnya itu: 22

[12 : ]Artinya: "Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya (Adam), Eukau telah menciptakan saya dari api sementara Eukau menciptakannya dari tanah" (QS. Al-Araf: 12). Kesombongannya itulah yang menyebabkan Allah mengusir Iblis dari surga serta melaknat dan membencinya sampai hari kiamat kelak. Akan tetapi, sebelum diusir, iblis meminta satu permohonan kepada Allah untuk diijinkan hidup abadi sampai hari Kiamat datang, dan Allah pun mengabulkannya. Oleh karena itu, iblis sampai sekarang masih hidup dan tidak akan mati sebelum Kiamat terjadi. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah:

(15-14 : * )Artinya: "Iblis berkata: "Tangguhkanlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan". Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" (QS. Al-A'raf: 14-15). Penangguhan kematian iblis ini dimaksudkan agar ia leluasa dalam mengganggu dan menjerumuskan manusia dari jalan yang benar. Dalam al-Qur'an dikatakan, bahwa iblis akan senantiasa mengganggu dan menjerumuskan manusia dari berbagai lini, mulai dari depan, belakang, sisi kanan, kiri dan sebagainya. Ini artinya, kapanpun dan dimanapun, iblis dan syaithan akan terus mencari celah untuk dapat menggoda dan menjerumuskan manusia. Hal ini sebagaimana tertuang dalam firman Allah:

(17-16 :)Artinya: "Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)" (QS. Al-Araf: 16-17). Untuk itu, dalam beberapa kesempatan Allah selalu mengingatkan manusia untuk selalu hati-hati terhadap tipu daya syaithan ini. Bahkan dengan tegas Allah menyuruh manusia agar menjadikan dan menyikapi syaithan ini betul-betul sebagai musuh yang nyata. Allah berfirman:

(27 : )Artinya: "Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan" (QS. Al-Araf: 27).

(6 : )Artinya: "Sesungguhnya syaithan itu musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia betul-betul sebagai musuh" (QS. Fathir: 6).

(119 : )Artinya: "Barangsiapa yang menjadikan syaithan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata" (an-Nisa: 119). Permusuhan syaithan kepada keturunan Adam (manusia) tidak akan pernah sirna sampai kapanpun. Ini disebabkan karena anggapan mereka bahwa manusialah (Adam) yang menyebabkan mereka terusir dari surga.

Artinya: "Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil" (QS. Al-Isra: 62). Apabila kita perhatikan, syaithan memusuhi manusia itu mempunyai dua tujuan utama; tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjangnya adalah menjerumuskan manusia ke dalam api neraka, hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Fatir ayat 6:

(6 : )Artinya: "Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala" (Fathir: 6). Sedangkan misi dan tujuan jangka pendeknya adalah: 1. Menjerumuskan manusia dalam perbuatan syirik dan kufur 23

Syaithan senantiasa mengajak para hamba untuk menyembah selain Allah serta berusaha membuat mereka kufur kepada Allah dan syariatNya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat al-Hasyr ayat 16 berikut ini:

Artinya: "(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta Alam" (QS. Al-Hasyr: 16). Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Rasulullah Saw suatu hari pernah berkhutbah:

)) , , , , , , [ , (( ] Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah memerintahkan saya untuk mengajarkan kepada kalian apa yang kalian belum ketahui yang pada hari ini Allah baru saja mengajarkannya kepada saya. Allah berfirman: "Seluruh harta yang Aku karuniakan kepada hamba adalah halal. Aku menciptakan hambahambaKu semuanya suci, bersih dan lurus. Hanya saja, syaithan datang menggoda mereka. Syaithanlah yang memalingkan mereka dari agama mereka yang lurus, syaithan juga yang mengharamkan apa yang Aku halalkan kepada mereka. Mereka juga menganjurkan dan mengajak para hamba untuk menyekutukanKu dengan sesuatu yang Aku sendiri belum menurunkan ilmu kepadanya" (HR. Muslim). 2. Menjerumuskan manusia kepada perbuatan dosa dan durhaka Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

, : )) , (( ] .(Artinya: "Rasulullah Saw bersabda: "Ingatlah, bahwasannya syaithan sudah putus asa untuk disembah di negeri kalian ini. Akan tetapi kalian akan mentaatinya dalam perbuatan-perbuatan yang oleh kalian sendiri dipandang hina, dan syaithan akan meridhainya" (HR. Turmudzi dalam Shahih Sunannya). Dalam hadits lain Rasulullah Saw juga bersabda:

: : )) [ , (( ] Artinya: "Jabir berkata, Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang yang shalat di daerah Arab, akan tetapi (syaithan akan diikuti) dalam hal memburu dan saling kasar di antar mereka" (HR. Muslim). 3. Menghalangi manusia untuk berbuat kebaikan Bukan hanya menjerumuskan manusia ke dalam perbuatan dosa dan durhaka, syaithan juga senantiasa menghalang-halangi manusia dari perbuatan baik dan taat. Dalam sebuah hadits dari Saburah bin Abi Fakih bahwasannya ia mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya syaithan selalu duduk (menggoda) keturunan Adam di semua sisi dan jalannya. Ia duduk di jalan Islam sambil berkata: "Kamu masuk Islam dan meninggalka agamamu, agama bapak dan nenek moyangmu, mengapa?" Lalu hamba itu tidak menghiraukannya dan ia tetap masuk Islam. Kemudian syaithan duduk di jalan hijrah sambil berkata: "Mengapa kamu berhijrah segala sementara kamu meninggalkan tanah air dan hartamu?" Hamba itu tidak mempedulikannya, dan ia pun tetap hijarah. Kemudian syaithan duduk di jalan jihad sambil berakata: "Mengapa kamu hendak berjihad segala, padahal dengan demikian kamu akan mengorbankan harta dan nyawa allau kamu akan terbunuh. Mendingan kamu menikah dengan seorang wanita, lalu berbagi harta dengannya?" Hamba tadi tidak memperdulikannya, da ia pun tetap berjihad. 24

Rasulullah bersabda kembali: "Barangsiapa yang melakukan hal demikian, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga. Barang siapa yang terbunuh (dalam medan perang) atau tenggelam, maka Allah berhak untuk memasukkannya ke dalam surga" (HR. Nasai). 4. Merusak ketaatan Apabila syaithan tidak dapat menggoda manusia untuk meninggalkan kebaikan dan taat, maka ia tetap akan berusaha menggoda dan menjerumuskan manusia dengan cara merusak ketaatan dan kebaikan tersebut, agar si hamba tidak mendapatkan pahala dari ketaatannya itu. Dalam sebuah hadits dikatakan, bahwa Utsman bin al-Ash pernah datang ke pada Rasulullah Saw sambil berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya syaithan telah menghalang-halangi antara saya dengan shalat dan membaca (al-Qur'an) saya, dengan cara berwujud dalam wujud Ali". Mendengar hal itu Rasulullah Saw bersabda: "Syaithan yang mengganggu kamu itu bernama Khinzib. Apabila kamu merasakan datangnya, maka berlindunglah kepada Allah dari godaannya dan meludahlah ke sebelah kiri sebanyak tiga kali". Utsman berkata: "Lalu aku melaksanakan petunjuk Rasulullah Saw tadi, sehingga Allah mengusir syaithan itu dari saya" (HR. Muslim). Apabila seseorang melaksanakan shalat, maka syaithan datang membisikkan dan menggodanya dengn cara, menyibukkan dengan berbagai hal, mengingat-ngingat urusan dunia, menghadirkan barangbarang yang hilang sampai membuat orang yang shalat itu ngantuk atau lalai. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan:

: )) , , , , , , , , [ (( ] Artinya: "Dari Abu Hurairah, bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "Apabila dipanggil untuk shalat (adzan berkumandang), Syaithan segera membelakangi sambil kentut dengan keras sehingga orang itu tidak mendengar adzan tersebut. Apabila adzan telah selesai, ia segera menghampirinya. Apabila ia melaksanakan shalat, ia kembali membelakangi sambil membisikkan antara seseorang dengan dirinya. Syaithan itu mengatakan: ingat ini, ingat itu, sehingga ia tidak tahu berapa rakaat dia shalat" (HR. Bukhari Muslim). Tidak sampai di sana, syaithan juga menggoda dengan jalan membisikkan kepada seseorang untuk melewat dihadapan orang yang sedang shalat. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dikatakan, bahwa Shalih as-Samman pernah melihat Abu Said al-Khudry pada hari Jumat sedang melaksanakan shalat. Tiba-tiba seorang pemuda dari Bani Mu'ith bermaksud melewat di hadapan Abu Said yang sedang shalat.Abu Said kemudian menahan dan menghalanginya. Pemuda itu kemudian menatap Abu Said, dan kembali mencoba melewatinya, akan tetapi Abu Said kembali menghalanginya dengan lebih keras lagi. Pemuda itu kemudian menghadap kepada Marwan. Marwan kemudian bertanya kepada Abu Said: "Mengapa kamu melakukan hal demikian kepada putra saudaramu ini, wahai Abu Said?" Abu Said menjawab: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:

, , [ (( ] Artinya: "Apabila seseorang sedang shalat menghadapi sesuatu yang menghalanginya dari orang banyak, lalu seseorang berusaha untuk melewatinya, maka halangilah dia. Apabila ia menolak dan terus hendak melewatinya, maka perangilah dia karena dia itu adalah syaithan" (HR. Bukhari). Ibu Hajar dalam bukunya Fathul Bari, sehubungan dengan hadits di atas mengatakan, bahwa katakata fainnama huwa syaithan, dia itu adalah syaithan, dimaksudkan,bukan berarti oreng yang melewat di depan orang yang sedang shalat itu betul-betul syaithan akan tetapi, perbuatannya itu adalah perbuatan syaithan. Dalam kesempatan lain Ibnu Hajar juga mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan "dia itu adalah syaithan" adalah bahwa yang menyuruh orang tersebut untuk melewat di