JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

36
1 JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA PERUSAHAAN TENUN YANG ADA DI KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR OLEH: PANDE KETUT SUTARA NIP : 195208191984031001 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR BALI 2016

Transcript of JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

Page 1: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

1

JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA PERUSAHAAN TENUN YANG ADA DI KECAMATAN

BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR

OLEH:

PANDE KETUT SUTARA

NIP : 195208191984031001

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR – BALI

2016

Page 2: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

2

KATA PENGANTAR

Om Swatyastu.

Puji syukur penulis haturkan kehadapan ida Hayng Widhi, Tuhan Ynag Maha Esa, karena

berkat-Nya lah, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan .

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, banyak pihak telah memberikan bantuan kepada penulis.

Melalui kesempatan ini kamu penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan banyak terima kasih

yang tak terhingga.

1. Kepada teman-teman yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

2. kepada semua pihak-pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis, dapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Om, Cantih, Cantih, Cantih Om.

Gianyar, Juli 2016

Penulis

ii

Page 3: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

3

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

INTISARI ......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1-5

BAB II METODE PENELITIAN ....................................................................... 6

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 7-9

3.1 Jenis Tumbuhan sebagai pewarna alami .................................. 10

3.2. Foto-foto Jenis Tumbuhan ...................................................... 12

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA

iii

Page 4: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

4

JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA PERUSAHAAN TENUN YANG ADA DI KECAMATAN BLAHBATUH

KABUPATEN GIANYAR

ABSTRAK

Penelitian untuk mengetahui jenis, organ, cara pengolahan dan perbedaan jenis tumbuhan yang

digunakan sebagai pewarna alam kain tenun di Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Tenun Dewi

Karya dan Putri Ayu. Penelitian dilakukan dari bulan April sampai bulan Juni 2016. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan : wawancara, pengamatan, dan identifikasi jenis

tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alam kain tenun dan batik.

Hasil penelitian ini ditemukan 15 jenis dari 14 suku tumbuhan yang digunakan sebagai bahan

pewarna kain tenun. Tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai pewarna kain tenun di di

Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Tenun Dewi Karya dan Putri Ayu adalah Nila (indigofera

tinctoria L.) dari suku Papilionaceae dan mengkudu (Morinda citrifolia L.) dari suku Rubiaceae. Bagian

tumbuhan yang digunakan antara lain: Daun, Kulit Buah, Buah, Kulit akar, kayu, Kulit Kayu, Biji, dan

bunga. Cara pengolahan dari tumbuhan tersebut adalah dengan cara dikeringkan kemudian direbus.

Tujuh jenis tumbuhan dapat digunakan sebagai pewarna kain tenun dan batik. Perbedaan cara

pengolahan dan kombinasi tumbuhan dapat menimbulkan perbedaan warna.

Kata Kunci : Tumbuhan pewarna alam, Tenun.

iv

Page 5: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

5

BAB l. PENDAHULUAN

Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam seperti binatang, mineral-mineral dan

tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Zat warna ini diperoleh dengan ekstraksi atu

perebusan secara tradisional. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna alam

kulit kayu, batang, daun, akar, bunga, biji dan getah. Setiap tanaman dapat merupakan sumber zat

warna alam arena mengandung pigmen alam. Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang

dihasilkan dan sangat tergantung pada jenis coloring matter yang ada. Coloring matter adalah substansi

yang menentukn arah warna dari zat warna alam dan merupakan senyawa organic yang terkandung

dalam sumber zat alam warna. Satu jenis tumbuhan dapat mengandung lebih dari satu coloring matter

(Anonim,2002).

Zat perwarna talah dikenal dan digunakan oleh bangsa Indonesia secara terun-temurun. Sejauh

sebelum dikenal Zat Pewarna Sintetis (ZPS) bangsa ini telah mengenal zat pewarna alam yang

digunakan untuk mewarnai pakian, komestik, makanan dan barang-barang kerajinan daerha (Anonim,

2002). Sejak tahun 1828 kesumba keeling atau Bixa orellana menjadi tanaman wajib tanam di pulau

jawa dan tahun 1889 kusamba keliling telah diekspor ke negara-negara Eropa dalam bentuk biji atau

Annato Seed Engros. Sedangkan pada tahun 1918, tumbuhan nila (Indigofera tinctoria L.) telah diekspor

dalam bentuk basah dan kering (Anonim, 1999).

Sejak tahun 1828 kesumb keeling atau Bixa orellana L., menjadi tanaman wajib tanam dipulau jawa

dan tahun 1889 kesumba keling telah diekspor kenegara-negara Eropa dalam bentuk biji atau Annatto

Seed Engros Sedangkan pada tahun 1981, tumbuhan nila (Indigofera tinctoria L.) telah diekspor dalam

bentuk basah dan kering (Anonim,1999).

Zat pewarna alam telah dikenal dan digunakan oleh Bangsa Indonesia secara turun temurun. Jauh

sebelum mengenal zat pewarna sintetis bangsa ini telah mengenal zat pewarna alam, yang digunakan

untuk mewarnai pakaian, kosmetik, makanan , dan kerajinan daerah (Anonim,2002). Warna-warna alam

didaerah tropis memang mempunyai keunggulan yang dapat mengimbangi zat sintetis. Diantaranya

adalan intensitas warna yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan warna sintetis, sehingga pengaruh

dimata selalu menimbulkan kesan yang sejuk. Tentu saja kelemahannya juga ada, yang berkaitan dengan

sifat naturalnya yang tidak tahan sinar, bahan baku tidak pasti dan standar tidak terjamin.

Bagaimanapun kelemahan-kelemahantersebut dapat diantisipasi dengan perawatan khusus.

Penggunaan warna alam lebih dikaitkan unsur sehingga sasarannya adalan untuk dikonsumsi oleh

golongan menengah keatas dan luar negeri, oleh sebab itu, harga jualnya lebih tinggi (Lestari,2001).

Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam seperti binatang, mineral-mineral,

tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pewarna alam ini diperoleh dengan ektraksi

atau perebusan secara tradisional. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna

alam adalah kulit, batang, daun, akar, bunga, biji, dan getah. Setiap tanaman dapat merupakan sumber

zat warna alam karena mengandung pigmen alam. Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang

dihasilkan dan sangat tergantung pada jenis coloring matter yang ada. coloring matter adalah subtansi

yang menentukan arah warna warna dari zat warna alam dan merupakan senyawa organik yang

Page 6: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

6

terkandung dalam sumber zat warna alam. Satu jenis tumbuhan dapat mengandung lebih dari satu jenis

coloring matter (Anonim, 2002).

Pewarna alam banyak digunakan untuk mewarnai semua serat-serat alam baik serat tekstil maupun

non tekstil. Bahan tekstil yang baik banyak menggunakan pewarna alam adalah kain. Kain yang

menggunakan pewarna alam biasanya merupakan kain-kain tradisional dan dibuat dengan

menggunakan tangan (hand made) seperti kain tenun dan batik. Tenun dan batik merupakan salah satu

kekayaan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang dan masi9h tetap dipertahankan sampai sekarang

(Andayani, 2006). Tetapi seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman banyak dari kain-kain

tenun dan batik yang menggunakan pewarna sintetis.

Teknik pewarnaan sintetis mencul sejak tahun 1910. Jenis pewarnaan ini menggunakan indigosol,

basis, procion, indanthrene, dan naphtol. Dari pewarnaan ini akan dihasilkan warna yang Nampak tajam,

cerah, dan mencolok. Tetapi dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari zat warna sintesis tersebut

adalah 90% akan merusak sel-sel epidermis kulit yang dapat menyebabkan penyakit kangker kulit

(Andayani, 2006). Salah satu faktor penyebab penggunaan pawarna alam mulai meninggalkan karena

proses pewarnaan yang lama dan kesulitan dalam mencari tumbuhan untuk bahan pewarna.

Sekarang ini, kain yang menggunakan pewarna alam sudah mulai dikembangkan kembali oleh

pengarajin maupun pengusaha kain tenun maupun batik. Hal ini dilakukan kerena efek negatif yang

dapat ditimbulkan dari penggunaan pewarna sintesis dan adanya permintaan konsumen akan kain

tenun dan batik yang menggunakan pewarna alam. Tujuan lain dari penggunaan pewarna alam sebagai

pewarna kain tenun dan batik adalah untuk melestarikan budaya yang telah diwariskan oleh nenek

moyang serta turun-temurun. Selain itu faktor yang menyebabkan pewarna alam kembali digunakan

adalah kerena dunia kini telah mengkampanyekan untuk “back to nature” atau kembali alam sehingga

apabila pengusaha maupun pengerajin kain tenun dan bati yang ingin mengeksport kainnya ke

mancanegara haruslah menggunakan pewarna alam. Hal tersebut disebabkan kerana negara-negara

seperti jerman dan Belanda telah melarang produk teksil yang menggunakan pewarna sintetis terutama

zat warna dari gugus Azo, seperti napthpl, direct dan rapidogen (Anonim, 2003).

Keunggulan dari kain tenun dan batik yang menggunakan pewarna alam adalah kain tersebut akan

kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea mata. Selain itu warna-warna yang dihasilkan

dari proses pewarnaan alami cenderung menampilkan kesan luwes, lembut, dan tdak akan

menghasilkan nada warna yang sama persis meski menggunakan resep yang sama. penggunaan

pewarna alam dan kain tentu sama persis meski menggunakan resep yang sama. penggunaan pewarna

alam pada kain tenun dan batik akan lebih dihargai, selain itu pewarnaan dengan menggunakan unsur

alam akan menghasilkan warna-warna elegan dan bercitarasa tinggi (andayani, 2006).

Kain tenun merupakan salah satu hasil kerajinan rakyat yang telah dikerjakan sejak beberapa abad

yang lalu dan tetap bertahan sampai sekarang (Purwaningsih dan Jusuf, 1992). Dahulu pekerjaan

menenun dijadikan sebagai kegiatan salingan oleh ibu-ibu rumah tangga sesudah memasak dan

mengurus rumah. Keahlian menenun tersebut diajarkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

Kegiatan ini biasanya dilakukan secara bersama-sama atau secara masal. Alat yang digunakan juga

Page 7: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

7

sangat sederhana yaitu berupa alat tenun dan alat pemintal benang yang terbuat dari kayu. Tetapi

seiring dengan perkembangan zaman, tradisi menenun di rumah telah mulai ditinggalkan karena kini

telah banyak te tersedia peluang kerja yang menjanjikan hasil yang lebih banyak daripada menenun.

Usaha tenun ini sekarang dijadika suatu usaha komeril, dimana telah banyak dibangun perusahaan

tenun dengan skala besar dan juga menggunakan banyak tenaga kerja. Usaha-usaha ini selain untuk

kepentingan bisnis, tetapi secara tidak langsung juga sebagai sarana untuk melestarikan suatu warisan

budaya leluhut (Anonim, 2006a).

Batik adalah suatu kerajinan teksil yang telah dikenal secara turun temurun oleh bangsa Indonesia.

batik merupakan suatu bentuk karya seni klasik yang ruwet dan sangat penting di dalam adat Jawa.

Setiap motif memiliki arti khusus dan sering digunakan untuk acara formal tertentu seperti upacara

pernikahan, pemakaman atau hari peringatan (Anonim, 2005). Seni batik adalah suatu kaedah reka

bentuk dan percorakan teksil yang diasaskan kepada penggunaan lilin dan pewarna. Linli digunakan

sebagai pemisah warna yang dilukis atau diterap ke atas permukaan teksil. Seni batik mempunyai suatu

keunikan dan keistimewaan karena tidak ada sehelai bati yang sama dengan yang lain sekalipun

menggunakan blok cap dan warna yang sama (Anonim, 2006b). teknik batik ada beberapa jenis yaitu

batik tulis, batik cap dan batik print. Batik tulis yaitu suatu teknik membatik yang motifnya digambar

dengan menggunakan canting, batik cap pembuatan motif menggunakan stempel dengan motif yang

telah tersedia, sedangkan batik print penggambarannya menggunakan mesin. Motif batik yang sering

dipakai di Indonesia ada dua yaitu batik klasik dan batik pesisiran. Batik klasik banyak menggunakan

simbol-simbol sedangkan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu

(Anonim, 2006c).

Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna kain tenun dan batik warna kain tenun dan batik

antara lain jambal (Poltophorum pterocarpum Back.), teh (Camelia sinesis O.K. var. assamica (Mast)),

temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sebagai penghasil warna cokelat. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

dan daun teruntun (Lumnitzera littorea) menghasilkan warna merah, dan biji nila (taum) (Indigofera

tinctoria) untuk warna biru (Andayani, 2006). Kulit Eugenia conglomerate Duthie., akar kait (Uncaria

cordata Merr) kulit Uncaria sclerophylla Roxb., daun pacar kuku (Lawsonia inermis L.), biji galinggem

(Bixa orellana L.), kulit kayu malam (Aporosa frutescens BI.), kuli kayu wuru pingang (Baccaurea

javanica) juga dapat digunakan sebagai pewarna kain. Tumbuhan lain seperti : kunyit (curcuma

domestica Val.), daun suji (Pleomele angustifolia), daun salam (Syzygium polyanthum), kulit ki toke

(Albizia lebbeck Benth.), gadog (Bischofia javanica BI.), daun bayam merah (Iresine herbstii), dapat

digunakan untuk mewarnai makanan dan barang-barang kerajinan seperti anyaman (Rostiana dkk,

1992).

Penelitian etnobotani mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alam di Indonesia telah

banyak dilakukan. Menurut Harshberger dalam Rifai dan Walujo (1992), etnobotani merupakan desiplin

ilmu untuk empelajari tumbuhan yang dimanfaatkan oleh orang primitive dan penduduk pribumi untuk

menjelaskan posisi budaya masyarakat berkebudayaan terbelakang. Sedangkan menurut Plotkin

(1991),etnobotani itu meliputi penyelidikan fase-fase kehidupan masyarakat primitive beserta pengaruh

lingkungan dunia tumbuhan terhadap adat-istiadat, kepercayaan, dan sejarah suku-suku bangsa yang

bersangkutan. Penelitian etnobotani yang pernah dilakukan di Bali yaitu mengenai pemanfaatan

Page 8: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

8

tumbuhan tradisional yang digunakan di empat desa Bali aga yang meliputi: tangan, Sepang, Tagawasa,

dan Sembiran. Dari hasil penelitian atau studi etnobotani yang dilakukan di Desa Tangan diperoleh 35

jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat, 39 jenis tanaman upakara, 8 jenis untuk pewarnaan

tenun ikat, 6 jenis sebagai bahan pangan khususnya sayuran, 10 jenis sebagai hiasan dan 26 jeni

tumbuhan sebagai bahan instrument (Astuti dkk, 2000).

Pada saat ini di bali sendiri pewarna alam sudah jarang digunakan oleh para pengrajin dan

pengusaha kain tenun maupun batik. Desa Tenganan Pegringsingan merupakan satu-satunya desa di bali

yang masih menggunakan tumbuhan sebagai pewarna kain tenun ikat. Penggunaan pewarna alam

tersebut telah diwariskan secara turun-temurun. Selain di desa Tenganan Pegringsingan, bebepara

perusahan kain tenun dan batik di kabupaten Gianyar yang diproduksi, perusahaan tersebut antara lain

Tenun Putri Ayu, Puri Pejeng yang terletak di kabupaten Gianyar dan Batik Wong bali yang terletak di

Denpasar. Perusahaan tersebut masih tetap menggunakan pewarna alam karena didasarkan oleh suatu

filosofi tentang pewarna itu sendiri dan juga adanya suatu usaha untuk tetap membuat suatu produk

yang berkualitas dengan menggunakan segala unsur yang telah disediakan di alam oleh Sang Pencipta

serta untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan bali yang telah diwariskan sacara turun-

temurun oleh nenek moyang (Kompri, 2006) . berdasarkan latar belakang diatas maka studi jenis dan

pengelolahan tumbuh sebagai pewarna kain tenun dan batik di Bali perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Adapun masalah yang dapat dirumuskan sari studi mengenai jenis dan pengelolaan tumbuhan

bahan pewarna kain tenun di perusahaan Tenun Dewi Karya dan Putri Ayu adalah:

1. Jenis dan organ tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai pewarna alam kain tenun di

Tenun Karya dan Putri Ayu.

2. Bagimana proses pengelolahan tumbuhan dan warna yang dihasilkan dari tumbuhan yang

digunakan sebagai pewarna alam kain tenun.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai studi mengenai jenis dan pengolahan tumbuhan bahan pewarna kain

tenun di Tenganan Pegringsing dan Putri Ayu dan batik di Puri Pejeng dan Wong Bali adalah :

1. Untuk mengetahui jenis dan organ tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alam kain

tenun di Tenun Karya dan Putri Ayu.

2. Untuk mengetahui proses pengolahan tumbuhan dan warna yang dihasilkan dari tumbuhan

yang digunakan sebagai pewarna kain tenun.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari studi jenis dan pengolahan tumbuhan sebagai pewarna alam kain

tenun di Tenun Dewi Karya dan Puri Ayu antara lain dapat dibrtikan informasi tentang jenis-jenis dan

Page 9: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

9

organ tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pewarna alam kain tenun, secara pengelolaan dan warna

yang ditimbulkan oleh tumbuhan tersebut sebagai pewarna kain tenun di beberapa perusahaan

tersebut.

Menurut Andayani,(2006) keunggulan kain tenun yang menggunkan pewarna alam adalah kain

tersebut akan kontras dipandang, terasa sejuk dan menyehatkan kornea mata. Selain itu warna-warna

yang dihasilkan dari proses pewarnaan alami cendrung menampilkan kesan luwes, lembut dan tidak

akan menghasilkan nada warna yang sama persis meski menggunakan resep yang sama. Penggunaan

pewarna alam pada kain tenun mempunyai nilai lebih tinggi dari pada yang memakai pewarna sintetis,

sebab pewarna alam akan menghasilkan warna-warna elegan, bercitrarasa tinggi dan mengurangi

pencemaran lingkungan.

Pemakaian zat warna alam dibeberapa Negara masih diyakini lebih aman dari pada zat warna

sintetis kerna sifatnya yng non karsinogen, teknologi pembuatan dan penggunaan yang relatif

sederhana. Hal ini sangat cocok untuk industri kecil dan menengah yang pada saat ini sedang digalakkan

pemerintah untuk menunjang komoditi eksport. Pengembangan zat warna alam bagi Indonesia yang

merupakan daerah tropis sangat potensial karena kaya akan jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat

menghasilkan zat warna. Dalam proses produksi dan penggunaan zat warna alam, bersih dan ramah

lingkungan.

Menurut Hakin dkk.(1999) menghadapi abad ke 21, merupakan abad yang berorientasi

lingkungan, adanya kekhawatiran akan dampak lingkungan dari zat warna sintetik yang non degradable

dan kadangkala mengganggu kesehatan , maka keadaaan ini diperkirakan akan membangkitkan kembali

citra zat warna alam. Oleh karena itu, berbagai tumbuh-tumbuhan yang mampu menghasilkan zat warna

akan mempunyai prospek yang baik.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis, organ tumbuhan dan cara pengolahannya sebagai

pewarna alam dibeberapa perusahaan tenin di Gianyar.

Page 10: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

10

BAB II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Data dikumpulkan dari bulan April sampai Juni 2016, di Dua perusahaan tenun ikat yaitu

perusahaan tenun Dewi Karya di desa bone kecamatan Blabatuh dan Putri Ayu di desa Blahbatu

kecamatan Blahbatu Kabupaten Gianyar. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

purposive sampling dengan cara : wawancara, pengamatan bahan dan cara pengolahan organ/bagian

tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pewarna dan identifikasi (Walujo,2004). Pertanyaan yang

diajukan saat wawancara adalah :1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai pewarna kain

tenun ? 2. Bagian/organ tumbuhan mana yang dimanfaatkan untuk menghasilkan warna? 3. Warna apa

saja yang ditimbulkan tumbuhan tersebtu? 4. Bagaimana cara pengolahan tumbuhan tersebut sampai

menghasilkan warna? 5. Dari ketiga perusahaan tenun yang diteliti mana yang terbanyak memakai zat

warna alam?.

Jenis-jenis, famili/suku tumbuhan yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan

langsung selanjutnya diidentifikasi. Identifikasi tumbuhan menggunakan acuan Heyne (1987) dan Van

Steenis (1988). Flora. Data hasil yang doperoleh disajikan dalam dalam bentuk tabel yang memuat jenis

tumbuhan (dalam bahasa Indonesia), nama Ilmiah, family/suku, bagian/organ tumbuhan yang

digunakan dan warna yang ditimbulkan.

Page 11: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

11

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diketemukan 15 jenis tumbuhan yang termasuk 14 famili/suku.

Bagian/organ tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah daunnya sedangkan warna yang paling

banyak ditimbulkan pada jenis tumbuhan yang diketemukan pada penelitian ini adalah warna kuning.

Karena warna kuning dapat dipakai sebagai warna campuran untuk memberi warna yang kearaha lebih

muda pada benang tenun. Perusahaan yang terbanyak memakai jenis tumbuhan warna alam ini adalah :

perusahaan tenun Putri Ayu menggunakan 10 jenis tumbuhan, perusahaan Dewi Karya menggunakan 15

jenis tumbuhan. Diantara kedua perusahaan tersebut ada yang sama jenis tumbuhan yang digunakan

ada juga yang berbeda. Perusahaan tenun Putri Ayu dan Dewi Karya lebih banyak memakai jenis

pewarna sintetis. Untuk proses pewarna alam yang digunakan , di kedua perusahaan tenun yang diteliti

mempunyai kesamaan proses, karena proses pewarnaan yang dipakai, diproleh bersama-sama dari hasil

Work Shop yang diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali.

Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pewarnaan secara umum , adalah sebagai berikut :

sebelum benang diproses menggunakan warna alam, benang terlebih dahulu di mordant (Mordanting),

dilakukan dengan bantuan tawas atau soda abu. Supaya serat mudah mengikat warna dan tidak mudah

luntur. Setelah benang dibilas diberi zat warna alam (dalam bentuk ektrak tumbuhan) sesuai dengan

warna yang diinginkan. Hasil pewarnaan di fiksasi dengan tawas, kapur, dan tunjung. Finishing dicuci

dengan sabun lalu dikeringkan dan selanjutnya diproses untuk penenunan.

Proses pewarnaan benang, pada perusahaan Tenun Putri Ayu adalah sebagai berikut: memakai

bagian/organ tumbuhan secara langsung (tanpa dalam bentuk ekstrak) misalnya : untuk menghasilkan

warna hijau lumut, benang dicelupkan kedalam rebusan daun the selama 10-15 menit. Fiksasi dilakukan

dengan fero sulfat dan finishing dicuci dengan sabun , dikeringkan dan selanjutnya dproses untuk

penenunan.

Menginginkan warna benang menjadi coklat muda, prosesnya adalah mencelupkan benang

larutan buah manggis dan difiksasi dengan larutan kapur dicuci dengan sabun lalu dikeringkan.

Warna hitam didapat apabila benang dicelupkan kedalam air rebusan campuran serbuk daun

rijase dengan serbuk daun muntingia calabura selama 20 menit. Difiksasi dengan larutan kapur, dicuci

dengan air lalu dikeringkan, selanjutnya proses penenunan.

Benang supaya menjadi warna kuning, dengan cara mencelupkan kedalam air rebusan karu

tegeran selama 45 menit. Difiksasi dengan larutan kapur, dicuci dengan air setelah kering, benang siap

untuk proses penenunan.

Untuk menghasilkan warna biru, daun arum direndam kedalam air mendidih setelah dingin

dicelupkan benang selama 30 menit, benang difiksasi dengan larutan kapur, dibersihkan lalu dikeringkan

untuk proses penenunan.

Page 12: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

12

Benang dicelupkan kedalam larutan panas campuran jaun jambu kelutuk, jaun arum dan

rimpang kunyit, menimbulkan warna hijau lumut.

Supaya benang menjadi coklat dicelupkan pada larutan mendidih dari campuran ekstrak akar

mengkudu dan ekstrak kulit kayu tingi. Setiap jenis tumbuhan yang diketemukan pada penelitian ini

menghasilkan warna tersendiri misalnya ada merah, hijau, kuning, hitam,dan lain sebagainya. Masing-

masing tumbuhan menghasilkan warna yang khas pula misalnya : tumbuhan yang berbeda jenis

menghasilkan warna kuning tetapi warna kuning yang dihasilkan mempunyai warna kuning yang khas.

Pada penelitian ini diketemukan juga campuran antara warna dasar satu tumbuhan dengan jenis

tumbuhan lainnya untuk mendapatkan warna baru yang diinginkan.

Menurut Rostiana,dkk.(1992) bahwa kesumba keeling (Bixa orellana L) dapat mewarnai kain

menjadi merah jingga, sedangkan pada biji secang (Caesalpinia sappan L) dapat memberi warna merah ,

jambal (Peltophorum pterocarpum (Dc) Back yang menghasilkan warna merah pula, tumbuhan secang

(terminalia bellirica) memberi warna hitam.

Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna kain tenun antara lain jambal (Peltophorum

pterocarpum Back.), teh (camellia sinensis O.K. var. assamica (Mast), temulawak (curcuma xanthorrhiza

Roxb.)., sebagai penghasil warna coklat. Akar mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan daun teruntum

(Lumnitzeralittorea) menghasilkan warna merah dan biji nila (Indigofera tintectoria) untuk warna biru

(Andayani,2006).

Menurut Wardah, dkk. (1999), biji-biji dari buah pinang (Areca catechu L.) yang belum masak

dihaluskan ditambah alkali sehingga menghasilkan warna merah anggur, dapat digunakan untuk

mewarnai katun. Tarum (Marsdenia tincloria R.Br) bermanfaat sebagai bahan pewarna biru dapat

mewarnai katun. Apabila benang dicelupkan pada campuran larutan selaput biji kesumba keeling (Bixa

orellana L) dengan abu kulit durian (Durio zibethinus), larutan kayu sapan (Caesalpinia) dan tawas maka

benang tersebut berwarna kuning keemasan.

Pada penelitian ini organ yang digunakan adalah : daun, kulit kayu/batang,akar,biji, rimpang,

sebagai bahan pewarna alam. Jadi pendistribusian warna alam pada organ tumbuhan yang diamati

hampir semua organ tumbuhan mengandung zat warna alam.

Menurut Hakim, dkk (1999), zat warna alam dalam tumbuhan terdistribusi hampir dalam semua

jaringan tumbuhan mulai dari bunga, buah , daun, kayu, akar, dan rimpang. Bunga kesumba

(Cartahamus tinctoria ) memberikan warna merah dan kuning untuk warna katun dan sutra, buah

pinang (Areca cathechu L.) memberikan warna merah dan hitam untuk pewarna katun dan wol, kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L.) memberikan warna coklat hitam untuk tekstil. Selanjutnya,

daun suji (Dracaena angustifolia) memberikan warna hijau dengan aroma yang khas untuk makanan,

kulit batang manga (mangifera indica L.) memberikan warna kuning untuk tekstil, kayu cempedak

(Artocarpus champeden) memberikan warna kuning untuk coklat, rimpang kunyit (curcuma domestica

Val.) memberikan warna kuning dan akar senduduk (Melastena malabathricum) memberikan warna

merah dan ungu pada tekstil.

Page 13: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

13

Cara Pengolahan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam di Perusahaan Tenun Dewi Karya adalah

sebagai berikut untuk menghasilkan warna kuning : biji kemiri digiling lalu dikukus selama 30 menit,

kemudi digilas hingga diperoleh minyaknya. Minyak kemiri tersebut dicampur dengan air abu ayng

berasal dari kayu cempaka. Untuk proses pembuatan air abu, kayu cempaka yang telah dibakar diambil

abunya. Abu tersebut ditambahkan dengan air lalu dimasukkan kedalam wadah untuk dipadatkan.

Setelah abu tersebut dikeluaran, sehingga diperoleh air abu. Komposisi antara minyak kemiri dan air abu

adalah 3 : 5. Benang yang akan diwarnai direndam dalam campuran minyak kemiri dan air abu selama 1

bulan 7 hari dan setiap 3 hari sekali diangkat lalu diremas-remas agar warna tersebut merata. Setelah

waktu pencelupan selesai, benang yang telah berwarna kuning tersebut dijemur dibawah sinar matahari

atau dikeringkan.

Untuk menghasilkan warna biru : diperlukan daun nila, tape ketan (0,5 kg), kapur (0,5), pisang

kayu 15 buah, dan iar 100 L. daun nila direandam dalam air sedikit demi sedikit hingga daun habis dan

dibiarkan selama 20-24 jam. Setelah perendaman selesai, dimasukkan kapur, tape ketan, dan pisang

kayu yang telah dicampur menjadi satu. Larutan nila dalam drum tersebut diaduk untuk membangkitkan

zat warna. Setelah warna biru bangkit, air dalam drum dibuang, sehingga diperoleh endapan nila yang

berbentuk pasta. Edapan nila tersebut diberi ar, kemudian benang yang akan diwarnai dimasukkan dan

dibolak-balik kemudian direndam selama 20-24 jam. Setelah itu, benang diangkat dan ditiriskan.

Selanjutnya benang direndam lagi dalam larutan yang sama selama 24 jam, diangkat lalu dijemur.

Warna merah di peroleh dari kulit akar mengkudu yang telah dikeringkan (dijemur selama 2

minggu) lalu digiling hingga menjadi tepung kemudian ditambahkan air. Benang yang akan diewarnai

direndam dalam larutan tersebut selama 3 hari. Setelah 3 hari, benang dicuci dengan air mengalir lalu

dijemur hingga kering kemudian disimpan selama 3 bulan. Pembuatan warna merah itu memerlukan

waktu 9 bulan (3 kali pencelupan). Sebelum digiling, kulit akar mengkudu ang telah dikeringkan harus

disimpan dulu selama 1-2 tahun.

Untuk mendapatkan warna hitam : benang yang telah diberi warna biru dicelup kembali dengan

warna merah sehingga terbentuk warna hitam. Sebelum benang tersebut di tenun, benang dicuci

dengan menggunakan air tajin (titisan) kemudian dijemur.

Page 14: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

14

Tabel 1. Daftar Jenis Tumbuhan Yang Digunakan Sebagai Pewarna Kain Tenun Di Putri

Ayu didesa Blahbatuh kecamatan Blahbatuh Kab.Gianyar.

N0 Tumbuhan yang digunakan Suku

family

Bagian

Yang

digunakan

Warna yang

Ditimbulkan

Sumber

bahan

Tumbuhan

(daerah)

Nama

Indonesia

(bali)

Nama ilmiah

1 Jati Tectona gandis

L.f.

Verbenaceae Daun Coklat (Bali)

Bualu,

Nusa Dua

2 Kesumba

Keling

Bixa orellana L. Bixaceae Biji Orange Bali

3 Mangga (poh) Mangifera

indica L.

anacardiaceae Daun Kuning

muda

(Bali )

Gianyar

4 Mengkudu

(tibah)

Morinda

citrifolia L.

Rubiaceae Kulit akar Coklat muda (Bali)

Gianyar

Dan jawa

5 Merbau Intsia

palembanica

Miq.

Fabaceae Kulit kayu Coklat (Bali)

Gianyar

6 Nila (taum) Indigofera

tinctoria L.

Fabaceae Daun Biru Jawa

7 Rijasa Elaeocarpus

grandiflorus

J.sm.

elaeocarpaceae Daun Hitam

keabu-abuan

(Bali)

Gianyar

8 Secang Caesalpinia

sappan L.

caesalpiniaceae Kayu Merah Jawa

9 Singepur Muntingia

calabura

Tiliaceae Daun Hitam (bali)

Balngli

10 Tegeran Maclura

cochinchinensis

moraceae Kayu Kuning Yogyakarta

Ket : warna hitam diperoleh dari 2 jenis tumbuhan.

Page 15: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

15

Tabel 2. Daftar jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alam di Perusahaan Tenun Dewi

Karya di desa Bona,Kecamatan Blahbatu Kab.Gianyar.

No Nama Indonesia (Bali)

Nama Ilmiah Suku (Famili) Organ/Bagian yang digunakan

Warna yang ditim bulkan

Tempat tumbuh (ketinggian dari permukaan laut,dpl.)

1. Jalawe Terminalia belerica (gaertn) Roxb.

combretaceae Kulit buah

coklat 0-300 m

2. Jambal Peltophorum pterocarpum (Dc.) Back

Caesalpiniaceae

Kulit kayu

Merah kecoklatan

100-750 m

3. Jati Tectona grandis L.f. Verbenaceae Daun Coklat 150-650 m

4. Kesumba keling

Bixa orellana L. Bixaceae Biji Orange 0-2000 m

5. ketapang Terminalia bellirica combretaceae Kulit batang

coklat 0-300 m

6. Mangga (poh)

Mangifera indica L. Anacardiaceae

Daun Kuning muda

0-600 m

7. Mengkudu (tibah)

Morinda citrifolia L. Rubiaceae Kulit akar

Coklat muda

0-600 m

8. Merbau Intsia palembanica Miq. Fabaceae Kulit kayu

Coklat 0-100 m

9 Nila Indigofera tinctoria L. Fabaceae Daun Biru 0-200 m

10. Randu Ceiba pentandra GARTH Fabaceae Daun Grey 50-1000 m

11. Rijasa Elaeocarpus grandiflorus J. Sm.

Elaeocarpaceae

Daun Hitam keabuabuan

100-600 m

12. Singepur Muntingia Calabura Tiliaceae Daun Hitam 0-600 m

13. Secang Cesalpinia sappan L. Caesalpiniaceaea

Kayu Merah 200-750 m

14. Tegeran Maclura cochinchinensis Moraceae Kayu Kuning 0-750 m

15. Teh Camellia sinensis O. K. var. assamica (Mast)

Theaceae Daun Hijau lumut 250-1300 m

Page 16: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

16

Foto-Foto jenis tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alam

Gambir

Sumber: internet

Page 17: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

17

Jambal

Sumber: internet

Page 18: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

18

Jambu Klutuk

Sumber: internet

Page 19: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

19

Jarak

Sumber: internet

Page 20: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

20

Jati

Sumber: internet

Page 21: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

21

Juwet

Sumber: internet

Page 22: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

22

Kepundung

Sumber: internet

Page 23: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

23

Kesumba Keling

Sumber: internet

Page 24: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

24

Kunyit

Sumber: internet

Page 25: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

25

Mangga

Sumber: internet

Page 26: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

26

Mengkudu

Sumber: internet

Page 27: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

27

Merbau

Sumber: internet

Page 28: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

28

Nila

Sumber: internet

Page 29: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

29

Pinang

Sumber: internet

Page 30: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

30

Secang

Sumber: internet

Page 31: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

31

Tarum

Sumber: internet

Page 32: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

32

Temulawak

Sumber: internet

Page 33: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

33

Tegeran

Sumber: internet

Page 34: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

34

Teh

Sumber: internet

Page 35: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

35

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Sangat banyak jenis tumbuhan yang dapat dipergunakan sebagai pewarna untuk benang

pada perusahaan tenun di kecamatan blahbatuh kabupaten Gianyar, yaitu 15 jenis

tumbuhan yang termasuk 14 famili/suku dan terdistribusi pada semua organ tumbuhan.

Tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai pewarna kain tenun adalah Nila

(indigofera tinctoria L.) dari suku Papilionaceae dan mengkudu (Morinda citrifolia L.) dari

suku Rubiaceae.

2. Proses pengolahan tumbuhan yang dipakai sebagai bahan pewarna, yaitu ekstraknya

direbus, setelah itu baru dicelupkan benang. Tumbuhan dapat menghasilkan berbagai

macam warna.

3. Perusahaan terbanyak memakai pewarna alam yaitu perusahaan tenun Dewi Karya di Desa

Bone Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar

SARAN

Supaya lebih digalakkan pemakaian pewarna alan selain harganya lebih murah, tidak berbahaya bagi

kesehatan kulit dan ramah terhadap lingkungan. Melakukan penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui

kandungan senyawa kimia didalam tumbuhan pewarna alam.

Page 36: JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM PADA …

36

Daftar Pustaka

Andayani.2006. Citarasa Tinggi Batik Alami.

Available at : http://kabare. Jogja. Com/ b1J5LOZ1WjNWRi9JblVkUmhOIHk%3D=Opened : 20.09.2006

Anonim . 1999. Seminar Bangkitnya Warna-warna Alam Proses Ekstraksi dan Puderisasi Bahan Pewarna

Alam. Yogyakarta.

Anonim. 2002. Teknologi Pewarna Alam

Available at

http://www.pemdadiy.go.id/berita/articel.php?sid=18&PHPSESSID=b77111f8d7a2cecd63608b2

9c68cc512. Opened : 23.2.2007

Hakim,E.H.; Sjamsul, A.A.; Lukman, M.; Yang Maolana,S.;Didi M. 1999. “at Warna Alami : Retrospek dan

Prospek”. Disampaikan pada Senimar Bangkitnya Warna-warna Alam. Yogyakarta, 3 maret 1999.Jurusan

Kimia FMIPA.ITB, Bandung.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Volume I,II,III. Pradnya Paramita.

Lestari,K.W.F.; Wijiati;Hartono;Sumardi.2001.Laporan : Penelitian Pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan

Sebagai Zat Warna Alam. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik,

Yogyakarta.

Rostiana,O.,E. Hadipoentyati.,dan A.Abdullah. 1992. “Potensi Bahan Pewarna Alami di Indonesia” dalam

Proseding Seminar dan Lokakarya Nasional Etbotani Cisarua Bogor. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan , Departemen lembaga Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Walujo.E.B.2004. Pengumpulan Data Etbotani. Dakam Rugayah;Elizabeth A.Widjaja;Pratiwi.Pedoman

Pengumpulan Data Keanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia, Bogor.

Wardah dan F.M. Setyowati 1999. “Keanekaragaman Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna alami di

Beberapa Daerah di Indonesia “ Disampaikan pada Seminar Bangkitnya Warna-Warna Alam, Yogyakarta

3-4 Maret 1999. Balitbang Botani, Puslitbang Biologi-LIPI.

Van Steenis. 1998. Flora. Cetakan Kelima. PT Pradnya Paramita, Jakarta.