Jenis Alat Pengumpul Data

34
Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas Guru PLB Disajikan Oleh : Budi Susetyo Direktorat Pendidikan Luar Biasa 2005

Transcript of Jenis Alat Pengumpul Data

Page 1: Jenis Alat Pengumpul Data

Diklat TeknisPenelitian Tindakan Kelas

Guru PLB

Disajikan Oleh : Budi Susetyo

Direktorat Pendidikan Luar Biasa2005

Page 2: Jenis Alat Pengumpul Data

JENIS – JENIS ALAT PENGUMPUL DATA

Page 3: Jenis Alat Pengumpul Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk

menilai keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang

dicobakan, dapat bersifat kualitatif, kuanrtitatif atau kombinasi keduanya.

Jenis alat pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas

(PTK) harus diuraikan dengan jelas, seperti melalui pengarnatan partisipatif, pembuatan

jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas (analisis

sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur assesmen, dan

sebagainya.

Contoh cara pengumpulan data :

Data hasil belajar, diambil dengan memberikan tes kepada siswa

Data tentang situasi pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan, diambil

dengan menggunakan lemabar observasi.

Data tentang repleksi diri serta perubahan - perubahan yang terjadi di kelas,

diambil dari jurnal yang dibuat guru.

Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan pembelajaran,

didapatkan dari rencana pembelajaran dan lembar observasi.

Adapun beberapa alat yang dapat dipakai untuk membantu indra manusia dalam

penelitian,yaitu :

1. Observasi

2. Interview

3. Quasioner

4. Tes

5. Journal Siswa

6. Asesment

7. Pekerjaan Siswa

8. Audio taping or video taping

9. Catatan tingkah lakuksiswa (Anecdotal records)

10. Attitude Scales (Likert Scales or Semantic Differential)

Page 4: Jenis Alat Pengumpul Data

11. Dokumentasi

Dalam kesempatan ini yang dibahas hanya beberapa alat pengumpul data yang

sering digunakan dalam PTK. Adapun alat pengumpul data tersebut. Yaitu :

1. Pengamatan/Observasi

Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di

mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Observasi sangat sesuai

digunakan dalam penelitian yang berhubungan denganh kondisi/interaksi belajar

mengajar, tingkah laku, dan interaksi kelompok. Tipe – tipe pengamatan yaitu,

pengamatan berstruktur (dengan pedoman), pengamatan tidak berstruktur (tidak

menggunakan pedoman)

Untuk mencapai tujuan pengamatan, diperlukan adanya pedoman pengamatan.

Pengamatan sebagai alat pengumpul data ada kecenderungan terpengaruh oleh

pengamat/observe sehingga hasil pengamatan tidak obyektif biasanya disebut dengan

hallo efek (kesan yang dibentuk oleh pengamat). Untuk menghindari pengaruh ini

digunakan dua atau tiga pengamat yang memiliki latar belakang keilmuan yang serupa.

Prosedur Observasi

a. Beberapa Pendekatan

Sebagaimana telah diisyaratkan sebelumnya, berhubung dengan sifatnya yang

sangat teknis maka paparan yang lebih rinci mengenai prosedur observasi dalam PTK

dibahas secara tersendiri dalam bagian ini. Dalam hubungan ini, sebagai pengtantar

dibahas berbagai sudut pandang yang dapat digunakan dalam menetapkan pilihan

prosedur observasi yang akan digunakan dalam sesuatu siklus PTK. Dilanjutkan dengan

langkah – langkah observasi serta teknik – teknik yang dapat dipilih.

Ada sejumlah kriteria yang dapat digunakan dalam memilih teknik observasi yang

akan digunakan untuk sesuatu siklus tindakan perbaikan dalam rangka PTK. Adapun

kriteria – kriteria yang dimaksud adalah (a) jenis data yang diperlukan dalam rangka

implementasi sesuatu siklus tindakan perbaikan, (b) indicator – indicator yang relevan

yang termanifestasikan dalam bentuk tingkah laku guru dan siswa (c) Prosedur

Page 5: Jenis Alat Pengumpul Data

perekaman data yang paling sesuai. Dan (d) pemanfaatan data dalam analisis dan

refleksi.

Lebih jauh pencermatan beberapa pendekatan observasi berikut dapat berfungsi

lebih mengarahkan pilihan prosedur observasi yang paling sesuai untuk keperluan yang

sedang dihadapi.

1) Interpretasi

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Kadar interprestasi dalam observasi

dapat direntang mulai dari yang bersifat sepenuhnya mekanistik tanpa interpretasi

Sehingga dinamakan low – inference observation seperi dikembangkan oleh Flanders

(1970). Rekaman data hasil observasi yang serupa ini akan berbentuk tanda cacah

(tallies) untuk masing – masing kategori amatan, dalam hubungan ini yang terdiri dari

(i)teacher talk, (ii) pupil talk, dan (iii) silence/confusion. Meskipun memang ada

kemanfaatannya, khususnya untuk memetakan kecenderungan pendominasian diskursis

(discourses) dalam interaksi pembelajaran, namun akan banyak juga sisi – sisi kajian

lain yang tidaka kan tersentuh dengan prosedur observasi seruoa ini, misalnya yang

berkenaan dengan mutu keputusan dan/atau tindakan profesionala guru dalam

pengelolaan interaksi pembelajaran. Sebaliknya, untuk keperluan yang terakhir ini,

diperlukan high-inference observation, yaitu suatu observasi yang mempersyaratkan

penafsiran teknis secara langsung dan cepat ( instaneous interpretation) dalam

perekaman data hasil observasi.

Dengan kata lain fakta yang direkam dalamobservasi itu lansung diinterpretasikan

dengan kerangka piker tertentu, misalnya yang diartikulasikan sebagai asas – asas

pembelajaran siswa aktif (Learner-centered instruction).Ini berarti bahwa apa yang

dikatakan, atau tidak dikatakan, apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh guru

dan/atau siswa diberi makna yang khas dan unuk dalam mengobservasi sesuatu episode

pembelajaran.

Page 6: Jenis Alat Pengumpul Data

2) Fokus

Dari segi titik tujuan observasi dapat dibedakan dari prosedur yang tidak secara a-

priori menetapkan titik tujuan kecuali kehendak untuk memotret kesan umum tentang

implementasi pendekatan pembelajaran siswa aktif sebagaimana telah dikemukakan

dalam butir sebelumnya. Di pihak lain sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Ada

pula observasi yang sebelum pelaksanaannnya telah menetapkan titik –titik tujuan

tertentu. Misalnya mengenai dominasi guru dalam diskursis pembelajaran atu kadar

tuntutan intelektual pertanyaan –pertanyaan yang diajukan guru (Low cognitive Level

vs high cognitive Level). Ini berarti bahwa, dengan penetapan focus yang dimaksud

perhatian pengamat terutama akan dibatasi pada titik incar yang telah ditetapkan itu. Di

pihak lain ini tentu tidak dapat diartikan bahwa pengamat akan secara kaku menutup

mata dan telinga dari kejadian – kejadian di luar focus, yang justru dianggap memiliki

makna dan/atau implikasi penting berkaitan dengan tindakan perbaikan yang tengah

digelar.

Pada sisi lain, memang ada saatnya diperlukan observasi yang bersifat terbuka

(open – ended). Tindakan perbaikan yang memasang prakarsa dan kreativitas siswa

(atau guru) sebagi salah satu tujuannya akamn mempersyaratkan observasi yang lebih

bersifat terbuka itu. Sebaliknya, penstrukturan yang terlalu dini dan atau kaku, akan

gagal menjaring indicator –indikator yang berkenaan dengan prakarsa serta kreativitas

siswa (atau guru) yang dimaksud.

3) Pelaksana

Sebagaimana telah dikemukakakn, pada dasarnya dalam konteks PTK guru yang

merupakan actor tindakan adalah juga pengamat PTK. Meskipun kerja lama

kesejawatan akan dapat sangat membantu produktivitas pengumpilan data dan, pada

gilirannya, effektivitas PTK sebagai suatu bentuk perbaikan yang menjanjikan dampak

positif yang berkelanjutan.

Meskipun memang dapat juga merupakan permasalahan yang dapat muncul

dalam konteks dimana ada rekan sejawat yang menyediakan diri untuk berfungsi

Page 7: Jenis Alat Pengumpul Data

sebagai pengamat. Namun permasalahan cakupan dan obyektivitas merupakan titik –

titik rawan apabila observasi juga harus dilakukan oleh guru sebagai actor PTK.

Salah satu format yang merupakan modifikassi catatan lapangan. (field notes)

yang dapat dimanfaatkan oleh guru yang merangkap fungsi sebagai pelaku tindakan

perbaikan dan pengamat dengan hasil yang menjanjikan adalah Jurnal Harian. Pada

dasarnya, jurnal harian yang produktif adalah yang mengandung 4 komponen yaitu (i)

identifikasi konteks observasi. (ii) informasi factual yang menonjol dalam sesuatu

periode observasi. (iii) makna dari informasi faktual tersebut dalam konteks di mana ia

teramati. dan (iv) implikasi dari fakta dan makna yang dimaksud dalam butir ii dan iii

dalam kerangka piker tindakan perbaikan yang tengah digetar.

Dengan dokumentasi rekaman yang sistematis mulai dari konteks fakta, makna

beserta implikasinya dalam sesuatu kerangka piker tertentu itu, maka proses refleksi

akan terfasilitasi secara efektif dan effisien karena berhasil memanfaatkan data yang

baiak cakupan maupun obyektifitas serta pemaknaannya cukup memadai.

4) Tujuan

Dalam penelitian formal, observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang

sahib dan handal (valid dan reliable)yang dapat digunakan sebagai bahan dalam

menjawab pertanyaan –pertanyaan penelitian, termasuk yang dikemas dalam bentuk

hipotesis – hipotesis. Sebaliknya, dalam PTK obsevasi dilakukan terutama untuk

memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata

langkah – langkah perbaikan atas prakarsa sendiri ini sudah ditekankan dalam konteks

observasi kesejawatan (peer observation, peer supervision) yang telah dikemukakan

sebelumnya. Akhirnya, yang jelas – jelas dan tegas – tegas harus dihindari dalam

konteks PTK adalah observasi yang dalam pelaksanaannya terpusatkan pada

pengungkapan kekurangan dan/atau kesalahan guru yang berfungsi sebagai actor

tindakan perbaikan. Jelasnya observasi yang dalam praktek pelaksanaannya hanya

terfokus pada kekurangan dan kesalahan guru itu akan berdampak merugikan misi

Page 8: Jenis Alat Pengumpul Data

PTK. Sebab informasi balikan yang dihasilkannya akan dihadapai dengan sikap

bermusuhan dan ketertutupan.

5) Alat bantu rekam

Dari segi alat bantu rekam yang digunakan ragam prosedur observasi dapat

direntang dari yang nyaris tidak menggunakan alat bantu rekam kecuali selembar kertas

kosong, sampai dengan yang menggunakan alat rekam pandang dengar yaitu kamera

video yang dapat merekam peristiwa secara relative original. Dalam banyak hal,

penggunaan berbagai alat bantu rekam yang canggih itu memang sangat menggoda, dan

untuk keperluan – keperluan tertentu. Memang menjanjikan kemanfaatan yang nyata

dalam bentuk kelengkapan rekaman.

Namun disamping berbagai keuntungan yang dijanjikannya, penggunaan alat

bantu rekam dalam konteks PTK juga perlu dipertimbangkan dari segi kelaikannya

(feasibility). Artinya, hasil rekaman yang sangat lengkap dengan alat bantu rekam yang

canggih itu, tidak akan termanfaatkan secara maksimal apabila untuk keperluan tayang

ulang (replay) diperlukan persiapan dan/atau perlengkapan yang memakan waktu untuk

menggelarnya. Belum lagi apabila juga diperhitungkan investasi yang diperlukan atau

gangguan (intusion) yang diakibatkan dalam penggunaannya.

6) Sasaran Observasi

Dalam PTK, observasi dipusatkan baik kepada proses maupun hasil (interim)

tindakan pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana

telah dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara

rutin. Pada saat dilaksanakannya suatu tindakan.secara bersamaan juga dilakukan

pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadidan tidak terjadi selama proses

pembelajaran berlangsung. Selanjutnya,sebagaimana halnya dalam tindakan

pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dari observasi itu langsung

diinterpretasikan maknanaya dalam kerangka piker tindakan perbaikan yang telah

direncanakan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Pada gilirannya, data dan

Page 9: Jenis Alat Pengumpul Data

interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka

pelaksanaan retleksi.

b. Pilihan Prosedur Observasi

Dengan menggunakan kombinasi dari berbagai sudut pandang di atas sebagai

rujukan, dapat dibedakan adanya 4 metode observasi yaitu observasi terbuka, observasi

terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun segera perlu

ditambahkan bahwa derajat kebaikan dari metode – metode observasi tersebut dalam

konteks PTK, terlebih – lebih apabila guru bertindak sebagai actor tunggal pelaksana

PTK, tentu saja berbeda – beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli

dan tentu saja berbeda – beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara jeli

dan kreatif memodifikasi metode – metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh

mungkin memenuhi harapan baiak dari segi mutu data yang dapat dihasilkannya,

maupun dari segi kelaikan implementasinya.

1) Observasi Terbuka

Sebagaimana disarankan oleh namanya,observasi terbuka dapat secara harfiah

dimulai dengan suatu halaman kosong, sehingga pengamat harus berimprovisaas dalam

merekam “tonggak – tonggak penting” dalam pengggelaran proses pembelajaran dalam

rangka implementasi tindakan perbaikan.Tujuannya adalah agar pengamat dapat

merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi

balikan. Varian yang lain yang sebenarnya telah mulai menampilkan struktur adalah

dengan penggunaan kategori – kategori besar (broad categories) sasaran amatan yang

secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

2) Observasi terfokus

Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan kepada

sesuatu aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu contoh

kemungkinan fokusa amatan adalah dimensi – dimensi dari strategi bertanya yang

dalam sesuatu episode pembelajaran.

Page 10: Jenis Alat Pengumpul Data

3) Observasi terstruktur

Observasi Terstruktur adalah ditandai dengan perekaman data yang relative

sederhana, berhubung dengan telah tersediakannya format yang relatif rinci. Sebagai

contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam sesuatu

episode pembelajaran, seperti (i) penyebaran pertanyaan kepada sebanyak mungkin

siswa, (ii) jenis respons siswa karena ditunjuk atau mengajukan diri di samping (iii)

respon guru terhadap jawaban siswa langsung ditangaani sendiri aatau dilemparkan

kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang relative rinci pengamat tinggal

membubuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda – tanda lain sehingga gejala yang

diamati terpetakan secara rapi

4) Observasi Sistematik

Dalam observasi sistematik pengkategorian kemungkinana bentuk dan jenis

amatan distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh dari observasi sistematik

yang telah diketahui secara meluaas adalah format FIAC (Flanders’ Interaction

Analysys Categories) yang memperkenalakan 3 kategori besar yaitu (i) teacher talk (ii)

pupil talk, dan (iii) silence

c. Langkah – langkah Observasi

Dalam hala pelaksanaan PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pelaksanaan

observasi perlu dilakukan dalam 3 fase kegiatan yaitu (i) pertemuan perencanaan, (ii)

Pelaksanaan observasi kelas, dan (iii) Pembahasan balikan. Berikut dijelaskan secara

lebih rinci hal – hal yang berkaitan dengan observasi interpretasi dalam rangka

penyelenggaraan PTK secara kolaboratif tersebut.

1) Pertemuan Perencanaan

Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk

menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer

(pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai focus. Kriteria atau kerangka piker

interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang akan

digunakan. Bila kesamaan pandang telah tercapai, maka di satu pihak keinginan masing

Page 11: Jenis Alat Pengumpul Data

– masing dapat dipenuhi sedangkan di pihak lain kekakuan dalam mengobservasi

dapat di kurangi kondisi kerja seperti ini dapat menghemat waktu ayng di gunakan

dalam melaksanakan observasi di kelas dalam mendiskusikan balikan dan dalam

melakukan refleksi serta dalam menyusun rencana tindak lanjut, apabila diperlukan.

a) Penetapan focus Observasi

Fokus Observasi adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran tujuan dalam

pelaksanaan observasi. Dalam rangka PTK, focus observasi dibatasi pada sasaran –

sasaran tertentu yang diprioritaskan dalam kerangka piker tindakan perbaiakan yang

tengah di gelar dalam sesuatu siklus PTK. Berhubung dengan hakekatnya yang khas,

maka ada 3 catatan yang perlu diingat dalam pelaksanaan observasi dalam rangka PTK,

yaitu (i) actor tindakan perbaikan adalah juga pelaku utama pelaksanaan observasi,

dengan resiko bahwa cakupan wilayah observasinya kemungkinan akan lebih terbatas,

dibandingkan dengan apabila ada mitra yang dapat memberikan bantuan, (ii)

Sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, kehadiran pengamat mitra berperan

melengkapi amatan dari pelaksana tindakan perbaikan, bukan menggantikannya, dan

(iii) Sebagai pengamat, mitra tetap berfungsi sebagai pengamat, bukan sebagai

supervisor penuh atau paling banyak sebagai peer supervisor.

b) Kriteria Observasi

Kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan observasi adalah kerangka pikit yang

digunakan dalam menafsirkan makna dari berbagai fakta yang terekam sebagai

indicator dari berbagai gejala yang diharapkan terjadi sebagai perwujudan dari proses

atau dampak dari tindakan perbaikan yang diimplementasikan. Kerangka piker tersebut

dapat lebih bersifat kuantitatif seperti misalnya dalam bentuk frekuensi pertanyaan

yang diajukan siswa dalam sesuatu kurun waktu tertentu. Sebaliknya, kerangka piker

tersebut dapat juga lebih menampilkan sifat kualitataif seperti berkenaan dengan sifat

dan/atau tujuan pertanyaan yang diajukan itu (pertanyaan factual atau pertanyaan

analitik, pertanyaan evaluatif dan pertanyaan – pertanyaan yang menuntut pengerahan

proses kognitif tingkat tinggi lainnya.

Page 12: Jenis Alat Pengumpul Data

Namun yang lebih sering dibutuhkan adalah kombinasi di antara keduanya. Yang

tentu saja harus diramu secara kontekstual sesuai dengan tujuan, materi dan prosedur

yang terdapat dalam scenario di satu pihak, serta sesuai pula dengan mini perbaikan

dari hipotesis tindakan yang kebetulan di gelar pada saat itu. Pada gilirannya,

sebagaimana telah diisyaratkan di awal bagian ini, kriteria observasi menyediakan

kerangka acuan yang dapat digunakan untuk menunjau kembali berbagai aktivitas yang

telah digelar sebagai perangkat tindakan perbaikan. Oleh karena itu, pengembangan

kriteria observasi sekaligus juga merupakan pemetaan kerangka piker yang

membingkai tindakan perbaikan.

Beberapa contoh kriteria observasi dalam rangka PTK dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1. Peningkatan proses pembelajaran, seperti :

(a) Peningkatan frekuensi dan/atau kualitas pertanyaan siswa dalam interaksi

belajar – mengajar.

(b) Peningkatan kerja sama antar siswa dalam pelaksanaan tugas – tugas

pembelajaran

(c) Peningkatan jumlah dan/atau ragam sumber belajar yang dimanfaatkan oleh

siswa.

2 Peningkatan hasil belajar, seperti :

(a) Peningkatan perasaan puas para siswa

(b) Peningkatan perasaan ingin tabu para siswa

(c) Peningkatan jumlah, jenis dan/mutu produk belajar yang dihasilkan siswa

(d) Peningkatan prestasi akademik konvensional

(e) Penurunan frekuensi terjadinya miskonsepsi terhadap materi belajar

3 Peningkatan keterlibatan warga sekolah dalam tindakan perbaikan, seperti :

(a) Keterlibatan sejawat guru – guru lain dalam tindakan – tindakan perbaikan

yang serupa

(b) Dukungan pimpinan sekolah dan para orang tua siswa

Page 13: Jenis Alat Pengumpul Data

(c) Pemanfaatan hasil PTK oleh sejawat guru lain

c) Alat bantu observasi

Berbagai alat bantu observasi dapat digunakan untuk memfasilitasi perekaman

data sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki. Berbagai alat bantu tersebut dapat

direntang mulai dari yang paling terbuka sampai dengan yang paling terstruktur. Selain

itu juga terdapat alat bantu rekam elektronik yang dapat mendokumentasikan peristiwa

secara relative lengkap sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, alat bantu yang

paling terbuka adalah selembar kertas kosong.

Penstrukturan awal dilakukan dengan menetapkan terlebuh dahulu focus

observasi berupa pokok – pokok titik incar. Penstrukturan dapat lebih ditingkatkan

dengan penggunaan checklist termasuk yang merekam data secara mekanistik tanpa

interpretasi secara format RAC (Flanders’ Inter-Action Categories)

Alat bantu rekam elektronik memang menjanjikan kelengkapan dokumentasi,

meskipun masih mengandung keterbatasan – keterbatasan juga. Kamera hanya mampu

merekam informasi audio, sedangkan kamera video dapat merekam 2 dimensi

informasi yaitu audio dan visual, meskipun masih tetap ada keterbatasan teknis seperti

misalnya dari segi sudut pandang kamera.

c) Ketarampilan Mengobservasi

Dari segi keterampulan mengobservasi, tidak setiap orang yang berkeinginan,

secara begitu saja terampil melakukan observasi. Ada 3 keterampilan utama yang

diperlukan untuk dapat melakukan observasi yang baik, yaitu :

(1) Kemampuan “menunda” kesimpulan :

Ketegasan dalam penarikan kesimpulan dapat diatasi dengan selalu “kembali”

kepada focus serta tata aturan observasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengamat

yang efektif merekam baik fakta yang dilihatnya dari kerangka piker tindakan

perbaikan yang digelar melalui PTK.

Pengamat apakah itu guru pelaku tindakan perbaikan atau mitra pengamat harus

secara eksplisit memisahkan antara fakta dengan interpretasi terhadap fakta yang

Page 14: Jenis Alat Pengumpul Data

dimaksud. Dengan kata lain kedua-duanya memang harus direkam, namun secara jelas

diindikasikan pemilahannya. Fakta yang direkam tanpa penyorotan dari sesuatu bingkai

piker, akan kehilangan maknanya sebaliknya rekaman hasil observasi yang hanya

memuat interpretasi, cenderung menampilkan gambaran yang distortif (biased)

Alat bantu perekaman elektronok lebih berpeluang menghasilkan gambaran yang

lebih obyektif, anamun agar benar – benar bermanfaat sebagai masukan, interpretasi

yang dilabel secra jelas memang dibutuhkan. Oleh karena itu, hasil rekaman elektronik

harus secepatnya ditranskripsikan dan dibubuhi catatan – catatan interpretative sesuai

dengan keperluan sehingga terwujud sebagai catatan lapangan (field-notes)

Alat bantu yang lebuh sederhana yang sangat praktis namun juga cukup produktif.

Sehingga cocok digunakan oleh pengamat yang juga sekaligus pelaku tindakan, adalah

jurnal harian. Sebagaimana telah dikemukakan jurnal harian merupakan semacam

catatan harian sehinggga dapat berfungsi sebagai rekaman pengmatan yang sangat

efektif, apabila distrukturkan sedemikian sehingga mengandung (a) rekaman factual,

(b) pemberian makna terhadap informasi factual yang terekam itu, dan (c) paparan

mengenai implikasinya dilihat dari kerangka piker PTK yang tengah dilakukan.

(2) Keteampilan dalam hubungan antar pribadi.

Khususnya apabila melibatkan mitra sebagai pengamat. Maka diperlukan

pendekatan hubungan antar pribadi agar “campur tangan “ pihak luar, tidak justru

menimbulkan komplikasi – komplikasi yang tidak perlu. Yang penting ditekankan

adalah agar masing – masing pihak, baik yang diamati maupun yang mengamati

“bertemu” dalam arena denagan maksud untuk saling membantu dalam belajar.

(3) Kemampuan teknis

Untuk menungkatkan produktivitas, diperlukan kemampuan teknis di pihak

pengamat untuk menjadwal. Memilih “sample peristiwa” serta instrumentasi (protokol,

checklist dan format – format perekaman data lain) yang paling tepat secara kontekstual

sesuai dengan sosok dalam perbaikan yang bersangkutan yang akan digunakan untuk

mengumpulkan informasi melalui pengamatan.

(4) Pelaksanaan Observasi

Page 15: Jenis Alat Pengumpul Data

Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses belajaran dan

mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran

tersebut, baiak yang terjadi pada guru maupun situasi kelas.Perlu diingat bahwa

observer hanya mencatat yang dilihat dan didengar bukan memberikan penilaian atau

mengganggu. Untuk menghilangkan ketegangan guru selama diobservasi, pada akhir

observasi dilakukan diskusi yang bersifat positif selama 5 atau 10 menit. Observer

sebaliknya juga memberikan salinan catatan observasi kepada guru yang diobservasi.

(5) Diskusi Balikan

Sebagaiman telah dikemukakan diskusi balaikan harus dilaksanakan dalam situasi

yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung (mutually supportive) serta

didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi.penentuan serta penetapan

target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi dalam diskusi balikan. Target –

target yang ditetapkan itu hanya bersifat realistis dalam arti balik untuk dicapi dalam

kurun waktu yang telah ditentukan. Pada gilirannya, rencana tindakan untuk

pengembanagan berikutnya juga disusun dengan bertolak dari diskusi balikan dimana

segala sesuatu yang terjadi dan tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan

itu direfleksikan.

Secara visual ketiga fase observasi kelas dapat digambarakan sebagai berikut :

Planing Meeting

Feedback Discussion Calassropom Observation

The three-phase observation cycle (Hopkin,1993:81)

Page 16: Jenis Alat Pengumpul Data

(6) Perencanaan Tindak Lnjut

Sebagaimana telah dikemukakan, dalam diskusi balikan apabila diperlukan,

ditetapkan sasaran – sasaran baru perbaikan. Pada gilirannya sasaran – sasaran baru

perbaikan tersebut merupakan titik tolak untuk perancangan tindakan perbaikan untuk

siklus berikutnya atau apabila sesuatu tujuan perbaikan telah dinilai tercapai secara

cukup memuaskan, terbuka peluang untuk mengidentifikasi permasalahan –

permasalahan baru yang memerlukan pengatasan melalui PTK.

Dengan daur kegiatan PTK seperti ini, maka akan terpiculah mekanisme perbaikan

yang berkelanjutan.

2. Wawancara

Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan

pertanyaan – pertanyaan kepada subyek penelitian.Instrumen ini digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dsb. Ada beberapa

jenis pertanyaan lisan yaitu wawancara.

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada subyek yang diteliti. Wawancara memilki sifat yang luwes,

pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu

yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Ada dua jenis wawancara berstruktur

dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternative

jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh

pewawancara.

Wawancara tidak berstruktur bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap,

keyakinan subyek, atau keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek.

3. Kuesioner

Kontak langsung dengan para subyek yang diperlukan dalam wawancara

memakan waktu yang lama, tenaga, dan biayanya. Banyak informasi yang dapat

dikumpulkan dengan perantaraan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada

subyek yang diteliti. Kuesioner ada dua macam kuesioner berstruktur atau bentuk

Page 17: Jenis Alat Pengumpul Data

tertutup dan kuesioner tidak berstruktur atau terbuka. Kuesioner berstruktur berisi

pertanyan yang disertai dengan pilihan jawaban. Kuesioner tak berstruktur pertanyaan

tidak disertai dengan jawaban.

4. Tes

Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam penelitian. Tes ialah

seperangkat rangsangan (stimuli) yang di berikan kepada seseorang dengan maksud

untuk mendapatkan jawaban – jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Adapun

jenis tes dalam penelitian adalah tes prestasi belajar, dan tes kecerdasan.

5. Daftar inventori kepribadian

Ada beberapa jenis ukuran kepribadian, masing – masing mencerminkan sudut pandang

yang berbeda – beda. Peneliti harus mengetahui secara tepat lebih dulu apa yang ingin

diukurnya baru kemudaian memilih instrument. Tiga jenis ukuran kepribadian yang

paling abanyak dipakai adalah daftar inventori, skala penilaian, dan teknik proyektif.

a. Daftar inventori adalah daftar pertanyaan yang menggambarkan pola – pola

tingkah laku dan mereka diminta untuk menunjukkkan apakah tiapa – tiap

pernyataan merupakan ciri tingkah laku mereka dengan jalan memberi tanda cek

pada jawaban ya, tidak atau tidak tahu. Skor diperoleh dengan menjumlahkan

jawaban yang sesuai dengan sifat yang sedang diukur.

b. Skala Penilaian

Skala penilaian merupakan alat penilaian yang memerlukan penilaian yang

bdilakukan oleh seseorang terhadap tingkah laku atau penampilan orang lain.

Penilaitinggal memberikan nilai pada suatu kontimum(rangkaian satuan) atau

suatu kategori yang menggambarkan cirri tingkah laku orang yang dinilai. Jenis

skala penilaian ada dua, yaitu skala grafis dan skala kategori.

c. Teknis Proyeksi

Page 18: Jenis Alat Pengumpul Data

Teknik Proyeksi adalah ukuran yang dilakaukan dengan jalan meminta seseorang

memberikan respon kepada suatu stimulus yang ambigu atau yang tak tersusun.

Teknik ini disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memroyeksikan

kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri dalam stimulus tersebut.

Berdasarkan penafsiran dan tanggapan subyek, peneliti mencoba menyusun suatu

gambaran menyeluruh tentang struktur kepribadian seseorang. Contoh tes

Appersepsi Tematik (TAT). Tes Rorsharch yang menggunakan noda tinta.

6. Skala

Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subyek, obyek, atau

tingakah laku denga tujuan mengukur sifat. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur

sikap, nilai – nilai, dan minat. Skala ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh

seseorang memiliki ciri yang ingin diteliti. Skala ini memiliki (skala Thurstone),

summated scale (skal Guttmjan), dan semantic differential scale.

i. Skala Likert, skala jenis ini merupakan sejumlah pernyataan positif dan negative

mengenai suatu obyek sikap. Dalam memberikan respon terhadap pernyataan

dalam skala ini, subyek menunjukkan sangat setuju, setuju, tidak mempunyai

pilihan, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Contoh Pendidikan Luar Biasa

hendaknya dipisahkan dengan pendidikan untuk anak normal.

Sanagat setuju (2), setuju (1), tidak mempunyai pilihan (0), tidak setuju (-1),

dan sangat tidak setuju(-2)

ii Skala Thurstone

Thurstone mengembangkan suatu metode untuk menentukan nilai skala tertentu

pada hala – hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenagkan. Skala

yang dikembangkan oleh Thurstone ada 11 dari menyenagkan, netral sampai

tidak menyenagkan.

iii Skala Guttman

Teknik kumulatif timbul karena memberikan kritikan pada skala sikap

Thurrstone dan skal likert mengatakan bahwa skala – skala tersebut memuat

pernyataan – pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi obyek sikap.

Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah ini dengan

Page 19: Jenis Alat Pengumpul Data

menggolongkan skala berdimensi tunggal, bermaksud menetapkan apakag sikap

yang sedang diselidiki benar – benar hanya menyangkut asatu dimensi. Suatu

sikap dianggap berdimensi tunggal kalau sikap itu menghasilkan skala yang

kumulatif, yaitu skala yang butir – butirnya berkaitan satu sama lain sedemikian

rupa sehingga seorang subyek yang setuju dengan pernyataan nomor 2,akan

merasa setuju dengan nomor 1. Contoh reponden diminta setuju atau tidak

setuju.

1) Manfaat POMG sepadan dengan waktu yang dihabiskan

untuk organisasi

2) POMG mempunyai pengaruh besar guna meningkatkan

peranan sekolah

3) POMG adalah organisasi yang paling penting di Indonesia guna

meningkatkan peranan sekolah

Contoh Tabel Skala Guttman

______________________________________________________________________

Setuju dengan Tidak setuju Dengan

Pernyataan nomor Pernyataan nomor

Skor 3 2 1 3 2 1

3 X X X 0 0 0

2 0 X X X 0 0

1 0 0 X X X 0

0 0 0 0 X X X

Page 20: Jenis Alat Pengumpul Data

Apabila ini adalah skala kumulatif, maka seharusnya dapat disusun semua

tanggapan responden ke dalam pola seperti pada table diatas. Dengan demikian jika

skor seseorang diketahui, maka seharusnya kita dapat mengatakan dengan tepat

pertanyaan – pertanyaan mana yang di setujui oleh subyek itu.Misal, semua responden

mempunyai skor 2, yaitu percaya bahwa manfaat POMG sepadan dengan waktu yang

dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh dengan waktu yang

dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh besar dalam

meningkatkan peranan sekolah, namun tidak percaya POMG adalah organisasai yang

paling penting di Indonesia untuk meningkatkan peranan sekolah.

Subyek dapat dirangking berdasarkan tanggapan mereka terhadap skala itu. Oleh

karena itu peneliti harus membentuk pernyataan – pernyataaan tertentu. Kemudian pola

tanggapan yang sebenarnya diteliti dan diukur, sejauh mana tanggapan itu dapat

direproduksi dari skor keseluruhan. Salah satu cara yang di lakukan adalah membagi

jumlah total kesalahan dengan jumlah total tanggapan dan hasilnya dipakai untuk

mengurangi angka satu, sehingga diperoleh koefisien reproduksibilitas. Guttman

menyarankan nilai 0,90 sebagai membentuk skala berdimensi tunggal (Komulatif)

iv. Semantic defferential scala (skala perbedaan makna)

Pendekatan lain untuk mengukur sikap terhadap obyek, subyek dan kejadian

adalah skala perbedaan makna. Skala ini dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan

Tannenbaum. Skala ini di dasarkan pada pandangan bahwa obyek itu mempunyai

dua macam makna bagi seseorang, yaitu magna denotative dan konotatif, yang

dapat dinilai sendiri – sendiri. Magna denotatif suatu subyek dapat dengan mudah

dinyatakan, namun tidak begitu dengan magna konotatif. Suatu subyek secara

tidak lansung, yaitu dengan menggunakan sejumlah kata – kata sifat yang

mempunyai dua kutub (bipolar) dan meminta beberapa orang untuk menilai obyek

itu dengan berpedoman pada kata – kata sifat. Osgood menggunakan skala ini atas

tujuh titik dengan angka 0 sebagai titik tengahnya ke atas sampai + 3 dan ke

bawah – 3 untuk menilai sikap.

Baik +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Buruk

Page 21: Jenis Alat Pengumpul Data

Bersih +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Kotor

Manis +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Pahit

Kuat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Lemam

Besar +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Kecil

Berat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Ringan

Aktif +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Pasif

Cepat +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Lambat

Panas +3 +2 +1 0 -1 -2 -3 Dingin

Dengan mengetahui penilai para subyek terhadap suatu obyek, peneliti dapat

menetapkan adalah sikap masing – masing terhadap obyek tersebut positif atau

negative. Skor sikap seorang responden dapat dibandingkan dengan sikap umum

terhadap obyek itu oleh suatu kelompok yang ditunjuk. Dapat juga sampai skor sikap

responden denga jalan membandingkan sikap sejumlah orang terhadap obyek tersebut,

dan dengan membandingkan pola penilaian mereka dengan pola penilaian orang lain.

Osgood dkk membagi menjadi tiga kelompok kata sifat yaitu,

Evaluatif; terdiri dari baik – buruk, bersih – kotor

Potensi; terdiri kuat – lemah, besar – kecil, dan

Aktivitas; terdiri aktif – pasif, cepat – lambat.

Page 22: Jenis Alat Pengumpul Data