Jenis

6
Contoh Irigasi di Indonesia 1. Irigasi Permukaan Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu. 2. Irigasi Lokal Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.

Transcript of Jenis

Page 1: Jenis

Contoh Irigasi di Indonesia

1. Irigasi Permukaan

Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui

bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air

irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal

saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air.

Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

2. Irigasi Lokal

Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku gravitasi, di mana

lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar hanya terbatas sekali

atau secara lokal.

Page 2: Jenis

3. Irigasi dengan Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang disemprot akan

seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan basah lebih dahulu,

kemudian menetes ke akar.

4. Irigasi Tradisional dengan Ember

Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di samping itu juga

pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

Page 3: Jenis

5. Irigasi Pompa Air

Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian dialirkan dengan

berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus

mengairi sawah.

Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi

Di Afrika yang kering dipakai sistem ini, terasisasi dipakai untuk distribusi air.

Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua

Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Papua dikenal

apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi yang diterapkan di

sini adalah: pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah rawa-rawa, di mana air

diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air dimanfaatkan. Di sini

dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang. Teknologi ini telah dikenal

sejak Abad XIX. Pada waktu itu, pendatang di Pulau Sumatera memanfaatkan rawa sebagai

kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha dari 34 Ha yang ada cocok untuk

dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan pengalaman Jepang di Wilayah Sungai

Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana dikenal dengan sistem irigasi Ao-Shunsui

yang mirip.

Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes

Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang

diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta

sarana irigasi yang tersedia.

Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:

(1) irigasi tetes (drip irrigation),

(2) irigasi curah (sprinkler irrigation),

(3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan

(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).

Page 4: Jenis

Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu alternatif. Misal sistem

irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.

Ketersediaan sumber air irigasi sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air

irigasi adalah dengan melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui

pemetaan karakteristik air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai

sebaran, volume dan kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.

Deteksi air bawah permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.

Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit.

Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu,

berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif.

Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tombak

tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah

kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk

dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya

penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah

bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen

minyak buah rendah.

Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan alat

pengukur debit manual di jalur sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk

meningkatkan daerah layanan irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit seluas kurang

lebih 1 ha, percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi suplementer (volume dan

waktu pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dan dampak peningkatan

aliran dasar (base flow) terhadap performa kelapa sawit pada musim kemarau, identifikasi

lokasi pengembangan dan membuat untuk 4 buah Dam Parit dan upscalling pengembangan

dam parit di daerah aliran sungai.

Page 5: Jenis