Jelaskan Fisiologi Nyeri

2
Jelaskan fisiologi nyeri. Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, persepsi persepsi subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu (sebagai contoh persepsi nyeri meningkat yang menyertai rasa takut terhadap dokter gigi atau penurunan persepsi yang dialami oleh seorang atket yang sedang bertanding. Terdapat 3 kategori reseptor nyeri. Nosiseptor mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis; Nosiseptor termal yang berespon terhadap perubahan suhu yang berlebihan, misalnya panas; dan nosiseptor polimodal yang berespon terhadap semua rangsangan yang merusak, termasuk zat kimia yang dikeluarkan jaringan yang rusak. Secara umum, karateristik nyeri terbagi menjadi 2, yaitu nyeri cepat dan nyeri lambat. Nyeri cepat ditransmisikan oleh serabut saraf A-delta, dan nyeri lambat ditransmisikan oleh serabut saraf C. Mekanisme terjadinya nyeri terbagi menjadi 4 tahap. Transduksii merupakan tahap awal terjadinya proses nyeri, dimana pada tahap ini rangsangan nyeri (mekanis, termal, maupun zat kimia) ditangkap oleh reseptor yang spesifik terhadap rangsangan tersebut. Sebagai contoh rangsangan mekanis akan ditangkap oleh reseptor nociceptor mekanis. Pada tahap ini rangsangan nyeri diubah menjadi aksi potensial untuk dirambat melalui serabut saraf aferen nyeri. Selanjutnya, tahap berikutnya adalah transmisi. Pada tahap ini, rangsangan yang diubah menjadi aksi potensial dirambatkan melalui serabut saraf aferen menuju pusat persepsi somatosensorik pada lobus parietalis. Transmisi potensial aksi akan menstimulasi pengeluaran suatu neurotransmitter yang dikenal sebagai substantia P pada ujung saraf aferen. Substantia P akan dirambatkan menuju ke chordae spinalis. Setelah ke chordae spinalis, penyaluran nyeri akan dirambatkan ke 2 thalamus dan fomatio retikularis. Saat rangsangan nyeri sampai ke thalamus, kita akan menyadari bahwa ada rasa nyeri yang muncul, tetapi hanya sebatas adanya nyeri. Lokalisasi dan intensitas nyeri belum bisa ditemukan pada thalamus. Pada tingkat fomatio retikularis, tingkat kewaspadaan terhadap rasa nyeri muncul. Penyaluran nyeri kemudian dilanjutkan ke korteks serebri sebagai pusat persepsi. Pada korteks serebri, lokalisasi nyeri dan intensitas nyeri telah diketahui. Sebagai contoh nyeri pada tangan

description

faal

Transcript of Jelaskan Fisiologi Nyeri

Page 1: Jelaskan Fisiologi Nyeri

Jelaskan fisiologi nyeri.

Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, persepsi persepsi subjektif terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalaman di masa lalu (sebagai contoh persepsi nyeri meningkat yang menyertai rasa takut terhadap dokter gigi atau penurunan persepsi yang dialami oleh seorang atket yang sedang bertanding.

Terdapat 3 kategori reseptor nyeri. Nosiseptor mekanis yang berespon terhadap kerusakan mekanis; Nosiseptor termal yang berespon terhadap perubahan suhu yang berlebihan, misalnya panas; dan nosiseptor polimodal yang berespon terhadap semua rangsangan yang merusak, termasuk zat kimia yang dikeluarkan jaringan yang rusak. Secara umum, karateristik nyeri terbagi menjadi 2, yaitu nyeri cepat dan nyeri lambat. Nyeri cepat ditransmisikan oleh serabut saraf A-delta, dan nyeri lambat ditransmisikan oleh serabut saraf C.

Mekanisme terjadinya nyeri terbagi menjadi 4 tahap. Transduksii merupakan tahap awal terjadinya proses nyeri, dimana pada tahap ini rangsangan nyeri (mekanis, termal, maupun zat kimia) ditangkap oleh reseptor yang spesifik terhadap rangsangan tersebut. Sebagai contoh rangsangan mekanis akan ditangkap oleh reseptor nociceptor mekanis. Pada tahap ini rangsangan nyeri diubah menjadi aksi potensial untuk dirambat melalui serabut saraf aferen nyeri.

Selanjutnya, tahap berikutnya adalah transmisi. Pada tahap ini, rangsangan yang diubah menjadi aksi potensial dirambatkan melalui serabut saraf aferen menuju pusat persepsi somatosensorik pada lobus parietalis. Transmisi potensial aksi akan menstimulasi pengeluaran suatu neurotransmitter yang dikenal sebagai substantia P pada ujung saraf aferen. Substantia P akan dirambatkan menuju ke chordae spinalis. Setelah ke chordae spinalis, penyaluran nyeri akan dirambatkan ke 2 thalamus dan fomatio retikularis. Saat rangsangan nyeri sampai ke thalamus, kita akan menyadari bahwa ada rasa nyeri yang muncul, tetapi hanya sebatas adanya nyeri. Lokalisasi dan intensitas nyeri belum bisa ditemukan pada thalamus. Pada tingkat fomatio retikularis, tingkat kewaspadaan terhadap rasa nyeri muncul. Penyaluran nyeri kemudian dilanjutkan ke korteks serebri sebagai pusat persepsi. Pada korteks serebri, lokalisasi nyeri dan intensitas nyeri telah diketahui. Sebagai contoh nyeri pada tangan kiri akan diketahui ketika penyaluran nyeri sampai pada korteks somatosensorik pada korteks serebri. Selain ke korteks serebri, penyaluran nyeru juga dirambatkan ke hipothalamus dan sistem limbik. Pada tahap ini, respon perilaku dan emosi terhadap rangsangan nyeri muncul.

Tahap terakhir adalah modulasi. Pada tahap ini, otak akan berusaha menekan rasa nyeri yang ada. Otak memilikin sistem analgesik yang terpasang tetap. Bagian otak yang bertanggung jawab terhadap penekanan rangsangan nyeri adalah periaquaductus substantia grisea dan fomatio retikularis. Kedua organ ini akan bekerjasama menghasilkan suatu neuropeptida yang bersifat analgesik. Neuropeptida tersebut dikenal sebagai opiat endogen, yaitu zat mirip morfin (enkefalin, endorfin, dan dinorfin). Opiat endogen yang dikeluarkan akan melekat pada reseptor opiat dan menekan pengeluaran subtantia P oleh potensial aksi sehingga rasa nyeri akan menghilang.

(Lauralee Sherwood, Fisiologi manusia dari sel ke sistem hal.156-162)