Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

37
27 Bab IV Data, Si mulasi, Dan Analisi s IV.1 Da ta Feedstock Percobaan  injection moldi ng  yang dilak sana kan deng an mengg unaka n tiga jenis  feedstock  Fe-2%Ni dan parameter pemrosesan yang sama menghasilkan kualitas produk yang berbeda. Ketiga jenis  feedstock  tersebut tidak diketahui jenis dan komposisi  binder -nya.  Feedstock  yang pertama berasal dari Amerika dengan perb andin gan volu me serbu k terh adap  binder  adala h 50%:50 %. Sed ang kan dua  feedstock  yang lain berasal dari Korea, masing-masing dengan perbandingan serbuk terhadap  binder  50%:50% dan 49%:51%. Temp era tur proses unt uk keti ga jenis  feedstock  tersebut sama, yaitu 167  o C. Percobaan terhadap  feedstock  produ ksi Amer ika meng hasilkan prod uk cacat. Produk yang dihasilkan dari proses tersebut mengalami defleksi yang sangat besa r. Perc obaan denga n  feedstock  pro duks i Korea dengan fraks i volume serb uk terhadap binder  49%:51% juga menghasilkan produk cacat. Hasil percobaan terbaik diper oleh dari perco baan deng an mengg unakan  feedstock  produ ksi Korea dengan fraksi volume serbuk terhadap binder  50%:50%. IV.2 Data Penguj ian Feedstock IV.2.1 SEM (Scanning Electron Microscopy) (a) Feedstock  Dalam Bentuk Gumpalan Berdiameter 1–8mm

description

Manajemen mutu by juran

Transcript of Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

Page 1: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 1/37

27

Bab IV Data, Simulasi, Dan Analisis

IV.1 Data Feedstock

Percobaan   injection molding   yang dilaksanakan dengan menggunakan

tiga jenis   feedstock   Fe-2%Ni dan parameter pemrosesan yang sama menghasilkan

kualitas produk yang berbeda. Ketiga jenis   feedstock   tersebut tidak diketahui jenis

dan komposisi   binder -nya.   Feedstock   yang pertama berasal dari Amerika dengan

perbandingan volume serbuk terhadap   binder   adalah 50%:50%. Sedangkan dua

 feedstock   yang lain berasal dari Korea, masing-masing dengan perbandingan serbuk 

terhadap   binder   50%:50% dan 49%:51%. Temperatur proses untuk ketiga jenis

 feedstock  tersebut sama, yaitu 167 o

C.

Percobaan terhadap   feedstock   produksi Amerika menghasilkan produk 

cacat. Produk yang dihasilkan dari proses tersebut mengalami defleksi yang sangat

besar. Percobaan dengan   feedstock   produksi Korea dengan fraksi volume serbuk 

terhadap binder   49%:51% juga menghasilkan produk cacat. Hasil percobaan terbaik 

diperoleh dari percobaan dengan menggunakan   feedstock   produksi Korea dengan

fraksi volume serbuk terhadap binder  50%:50%.

IV.2 Data Pengujian Feedstock

IV.2.1 SEM (Scanning Electron Microscopy)

(a) Feedstock  Dalam Bentuk Gumpalan Berdiameter 1–8mm

Page 2: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 2/37

28

(b) Partikel Fe dan Binder  Dalam Satu Gumpalan  Feedstock 

Gambar IV.1 Hasil SEM  Feedstock  Fe-2%Ni Fraksi Volume 50%:50%

Gambar IV.1 merupakan hasil SEM   feedstock    Fe-2%Ni dengan fraksi

volume 50%:50%. Gumpalan feedstock  berukuran sekitar 7-8 mm (Gambar IV.1 (a)),

sedangkan serbuk terdiri dari beberapa ukuran antara 2-7   µm dengan bentuk bulat

(Gambar IV.1 (b)).

IV.2.2 TGA (Thermogravimetry Analysis)

Pengujian TGA terhadap   feedstock   produksi Korea (Gambar IV.2 (a))

menunjukkan adanya dua dekomposisi material yaitu di sekitar 180  o

C dan 420  o

C.

Sampel pengujian tersebut diambil dari   feedstock   Fe-2%Ni produksi Korea yang

tidak diketahui jenis dan komposisi   binder -nya. Temperatur tertinggi pengujian

tersebut adalah 550  o

C, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dekomposisi

tersebut adalah dekomposisi   binder , sedangkan serbuk logam masih tersisa dalam

sampel.

Dari grafik TGA tersebut diketahui bahwa komponen   binder   dengan

komposisi tertinggi feedstock  produksi Korea terdekomposisi pada temperatur sekitar

180  o

C hingga sekitar 280  o

C. Komponen  binder   yang kedua terdekomposisi mulai

dari temperatur sekitar 420  o

C dan telah habis pada temperatur sekitar 460  o

C.

Dengan menghitung fraksi berat yang hilang pada dua dekomposisi tersebut maka

Serbuk Fe-2%Ni

Binder

Page 3: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 3/37

29

dapat diperoleh fraksi volume jenis polimer yang bersangkutan jika diketahui jenis

polimernya.

(a) Hasil Pengujian TGA  Feedstock  Produksi Korea

Page 4: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 4/37

30

(b) Hasil Pengujian TGA Feedstock  Produksi Amerika

Gambar IV.2 Hasil Pengujian TGA

Page 5: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 5/37

Page 6: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 6/37

32

terdapat dalam spektrum di atas dirangkum dalam Tabel IV.1. Dalam spektrum

tersebut terlihat adanya beberapa bagian yang sama dan beberapa bagian yang

berbeda. Perbedaan yang mencolok antara keduanya adalah bahwa pada   feedstock 

produksi Korea terdapat campuran yang lebih komplek terutama dengan

ditemukannya gugus C=O pada 1724 1/cm, O–H bending pada 1234 1/cm, dan peak 

pada daerah finger print  (902-933 1/cm). Perbedaan spektrum FTIR ini menunjukkan

bahwa jenis   binder  yang terdapat dalam   feedstock  produksi Korea berbeda dengan

yang terdapat dalam feedstock  produksi Amerika.

Tabel IV.1 Gugus Kimia yang Ada dalam Spektrum FTIR Feedstock 

Wavenumber (1/cm) Produksi Korea Produksi Amerika

3429.2 OH OH

2916.2 CH3 stretching   CH3 stretching

2846.7 CH2 stretching   CH2 stretching

1724.2 C=O   -

1631.7 C=C C=C

1461.9 CH3 dan CH2 bending   CH3 dan CH2 bending

1377.1 C–C bending   C–C bending

1234.4 OH bending   -

1099.3 C–O C–O

902.6   finger print    -

IV.2.4 DSC ( Differential Scanning Callorimetry)

Kurva DSC   feedstock   produksi Korea dan Amerika diberikan pada

Gambar VI.4. Kurva DSC   feedstock   produksi Korea menunjukkan dua titik leleh

yang mudah teramati, yaitu pada temperatur sekitar 150  o

C dan sekitar 50  o

C. Selain

itu, juga masih terdeteksi adanya dua titik leleh pada temperatur rendah (antara 37–

42  o

C). Sedangkan pada kurva DSC  feedstock  produksi Amerika lebih jelas terlihat

adanya tiga titik leleh yaitu di sekitar 140  o

C, 115  o

C, dan 40  o

C. Jika grafik TGA

dan DSC di atas dibandingkan terlihat bahwa pengujian DSC memberikan hasil yang

lebih sensitif dibandingkan TGA. Pengujian TGA hanya mendeteksi dua jenis zat

baik pada   feedstock   produksi Korea maupun Amerika, sedangkan pengujian DSC

mendeteksi adanya empat zat pada   feedstock   produksi Korea dan tiga zat pada

 feedstock   produksi Amerika. Hal itu mungkin disebabkan bahwa fraksi berat zat

Page 7: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 7/37

33

yang tidak terdeteksi pada TGA tersebut sangat kecil dibandingkan dengan zat yang

lain sehingga pengurangan beratnya tidak terlihat pada kurva hasil pengujian TGA.

(a) Hasil Pengujian DSC Feedstock  Produksi Korea

Page 8: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 8/37

34

(a) Hasil Pengujian DSC Feedstock  Produksi Amerika

Gambar IV.4 Hasil Pengujian DSC

Page 9: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 9/37

35

IV.2.5 Analisis Jenis Polimer Penyusun Binder

Pemeriksaan terhadap sifat termal berbagai material  binder  yang umum

digunakan sebagai campuran   binder   pada Lampiran A menghasilkan kesimpulan

bahwa komponen utama   binder , baik   feedstock   produksi Korea maupun Amerika,adalah dari kategori paraffin wax dan PE/HDPE. Hal tersebut dijelaskan dalam Tabel

IV.2. Khusus untuk PE/HDPE tidak bisa dipastikan apakah gugus tersebut PE atau

HDPE mengingat selisih sifat termal keduanya sangat kecil. Untuk memastikan

apakah PE atau HDPE maka perlu dikarakterisasi dengan GPC (Gel Permeation

Chromatography) untuk mengetahui berat molekul masing-masing unsur yang

terdapat dalam binder  tersebut.

Tabel IV.2 Analisis Kemungkinan Zat Penyusun Binder 

Zat Referensi   Feedstock  Produksi Korea   Feedstock  Produksi

Amerika

PE/HDPE - Td :

430 o

C

- Tm :

139 o

C

- Td direpresentasikan

oleh kurva TGA,

dekomposisi pada

temperatur 420–460oC.

- Tm ditunjukkan kurva

DSC oleh puncak 

endotermik pada

temperatur 150 o

C.

- Td direpresentasikan

oleh kurva TGA,

dekomposisi pada

temperatur 430–465oC.

- Tm ditunjukkan kurva

DSC oleh puncak 

endotermik pada

temperatur 140 o

C.Paraffin

wax

- Td :

188 o

C

- Tm :

47-64 o

C

- Td direpresentasikan

oleh kurva TGA,

dekomposisi pada

temperatur 180–280oC.

- Tm ditunjukkan kurva

DSC oleh puncak 

endotermik pada

temperatur 59  o

C.

- Td direpresentasikan

oleh kurva TGA,

dekomposisi pada

temperatur 145–280oC.

- Tm ditunjukkan kurva

DSC oleh puncak 

endotermik pada

temperatur 49 o

C.

Pada PE/HDPE, titik leleh menurut literatur hanya 139   oC, sedangkan

dari kurva DSC menunjukkan sekitar 150  o

C pada  feedstock  produksi Korea dan 140

pada   feedstock    produksi Amerika. Perbedaan ini bisa terjadi karena setelah

dicampurkan dengan zat lain, titik leleh   polyethylene   bisa bergeser. Melihat

kecenderungan itu, dugaan yang paling kuat adalah HDPE, bukan LDPE, karena titik 

Page 10: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 10/37

36

leleh setelah pencampuran lebih tinggi dari titik leleh sebelum dicampur. Dugaan

tersebut selanjutnya diuji dengan spektrum FTIR. Dalam Gambar IV.5, terlihat

bahwa seluruh puncak yang dimiliki oleh HDPE maupun  paraffin wax terdapat pada

spektrum feedstock . Oleh karena itu, analisis adanya HDPE dan  paraffin wax  di atas

adalah benar.

Namun demikian, penjumlahan spektrum HDPE dan   paraffin wax   saja

belum sepenuhnya dapat menyerupai spektrum   feedstock . Dalam Lampiran A,

campuran untuk   binder   dari HDPE dan   paraffin wax   adalah asam stearat (stearic

acid ). Asam stearat mempunyai rumus molekul CH3(CH2)16COOH. Semua gugus

dalam rumus molekul asam stearat dapat dijumpai pada spektrum FTIR   feedstock 

produksi Korea; yaitu CH3   pada panjang gelombang 2916.2 (1/cm), C=O pada

panjang gelombang 1724.2 (1/cm), dan OH pada panjang gelombang 3429.2 (1/cm).

Oleh karena itu selain HDPE dan  paraffin wax, diduga juga terdapat asam stearat

dalam   binder feedstock  produksi Korea. Dugaan ini diperkuat bahwa secara teoritis

dalam campuran   binder   diperlukan surfaktan yang berfungsi untuk memperbaiki

wetability   antara   binder   dan partikel-partikel logam. Surfaktan juga berfungsi

sebagai pelumas yang dapat menurunkan gesekan antar serbuk logam dan antara

serbuk logam dengan dinding   barell   atau cetakan sehingga   feedstock   dapat lebih

mudah mengalir pada waktu proses injeksi berlangsung.

Selain dugaan adanya asam stearat, gugus C=C di 1631.7 (1/cm) pada

 feedstock  produksi Korea menunjukkan adanya senyawa turunan alkohol tak jenuh

yang dalam   feedstock   juga biasa dipergunakan sebagai   force repulsive agent   yang

berfungsi sebagai   deaglomerator . Namun demikian, fraksi asam stearat maupun

senyawa turunan alkohol tak jenuh tersebut tidak bisa ditentukan karena tidak 

terdeteksi oleh TGA.

Sebaliknya, pada   feedstock   produksi Amerika gugus zat aditif yang

dimiliki oleh   feedstock   produksi Korea tersebut tidak ditemukan. Spektrum FTIR

 feedstock   produksi Amerika tersebut terlihat lebih   pure   sebagai campuran antara

HDPE dan   paraffin wax. Ada kemungkinan adanya zat lain selain HDPE dan

 paraffin wax   dalam   feedstock   produksi Amerika, yang ditunjukkan pada   peak 

endotermik pada temperatur 117  o

C pada kurva DSC. Akan tetapi fraksi zat tersebut

 juga tidak bisa dikenali karena tidak terdeteksi oleh kurva TGA. Jenis zat tersebut

Page 11: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 11/37

37

 juga belum dapat dikenali karena data dari karakterisasi yang dilakukan dalam

penelitian ini tidak mencukupi untuk menyimpulkan jenis zat tersebut.

Gambar IV.5 Gambar Analisis Spektrum FTIR Feedstock 

Page 12: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 12/37

38

IV.2.6 Analisis Perbandingan Feedstock

Dari pengujian TGA, DSC, dan FTIR di atas dapat disimpulkan beberapa

fakta yang menyebabkan  feedstock  produksi Korea dengan fraksi volume 50%:50%

memberikan hasil paling baik pada percobaan  injection molding terhadap ketiga jenis feedstock  tersebut:

a. Temperatur operasi 167  o

C merupakan temperatur ideal untuk pemrosesan

 feedstock  produksi Korea karena berada antara 15–20  o

C di atas titik leleh binder .

Sebaliknya, pada temperatur tersebut   feedstock   produksi Amerika telah mulai

mengalami dekomposisi. Jika proses injeksi dilaksanakan di atas temperatur

dekomposisi binder  maka produk degradasi polimer terperangkap di dalam  green

compact . Hal tersebut menyebabkan cacat dalam green compact    karena produk 

dekomposisi polimer terhadap  green compat  menjadi sulit ditebak. Jika produk 

dekomposisi   binder   tersebut tertinggal sebagai deposit maka deposit tersebut

tidak bisa hilang dengan proses  debinding. Jika terbawa pada pemanasan yang

lebih tinggi, yaitu pada akhir tahap   debinding   atau   sintering, deposit tersebut

dapat mengganggu fenomena difusi sehingga produk akan mengalami  shrinkage

tidak homogin sehingga menyebabkan cacat pada produk akhir.

b. Selain dua zat utama yang terdeteksi pada pengujian TGA, masih ada zat lain

dalam   feedstock . Zat yang tidak terdeteksi oleh TGA tersebut dapat dideteksi

oleh pengujian DSC dan FTIR. Diduga zat-zat tersebut adalah zat aditif yang

 jumlahnya dalam fraksi volume sangat kecil. Zat aditif tersebut ditambahkan ke

dalam   feedstock   untuk memperbaiki sifat campuran, yaitu untuk pelumas atau

untuk  deaglomerator .

c. Hasil pengujian FTIR menunjukkan bahwa feedstock  produksi Korea mempunyai

campuran yang lebih komplek. Dibandingkan dengan   feedstock    produksi

Amerika, feedstock  produksi Korea memiliki gugus C=O pada 1724 1/cm, O–H

bending pada 1099 1/cm dan kemunculan  peak  di daerah   finger print  pada 902-

933 1/cm. Gugus tersebut diduga dimiliki oleh senyawa turunan alkohol yang

sering dicampurkan ke dalam   feedstock   sebagai   force repulsive agent   untuk 

mengurangi terjadinya aglomerasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

 feedstock  Korea mempunyai homogenitas distribusi penempatan serbuk karena

adanya campuran zat  deaglomerator . Homogenitas penempatan serbuk tersebut

Page 13: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 13/37

39

menentukan homogenitas densitas   green compact . Gradien densitas   green

compact    menyebabkan   non-uniform shrinkage   pada proses   debinding   dan

sintering  sehingga menyebabkan terjadinya defleksi pada produk akhir. Hal ini

menjelaskan mengapa produk akhir percobaan   injection molding   dengan

 feedstock   Korea lebih baik dibandingkan dengan produk akhir yang dihasilkan

dari  feedstock  produksi Amerika.

d. Feedstock   produksi Korea dengan fraksi volume 50%:50% memberikan hasil

yang lebih baik dibandingkan dengan   feedstock   serupa tapi fraksi volume

49%:51% berarti campuran   feedstock    produksi Korea dengan komposisi

50%:50% adalah yang paling optimal. Komposisi serbuk–binder   ini sangat

berpengaruh pada sifat rheologis   feedstock    sehingga sangat mempengaruhi

keberhasilan proses   injection molding. Sifat rheologis   feedstock  yang baik akanmemberikan pola alir pengisian cetakan yang lebih baik sehingga  feedstock  dapat

mengalir kedalam seluruh rongga cetak dengan lebih mudah. Sifat rheologis yang

baik dapat mengurangi cacat  air traps  (udara terperangkap) dan  weld lines. Oleh

karena itu, dapat dijelaskan bahwa komposisi   feedstock   produksi Korea dengan

fraksi volume 50%:50% adalah lebih baik dibandingkan dengan fraksi volume

49%:51%.

e.   Perbedaan binder system antara feedstock  produksi Korea dan feedstock  produksi

Amerika terletak pada tambahan zat-zat aditif yang ada di dalam keduanya.

Feedstock   produksi Korea diduga mempunyai dua jenis zat aditif, yaitu asam

stearat sebagai pelumas dan senyawa turunan alkohol sebagai   deaglomerator ,

sedangkan   feedstock   produksi Amerika hanya memiliki satu jenis zat aditif.

Pencampuran zat aditif tersebut dengan  paraffin wax  dan HDPE menyebabkan

pergeseran sifat termal paraffin wax dan HDPE sehingga temperatur dekomposisi

dan temperatur leleh paraffin wax dan HDPE dalam campuran menjadi berbeda.

IV.3 Fraksinasi Penyusun Binder

Dalam penelitian ini, simulasi hanya dilakukan menggunakan   feedstock 

yang memberikan hasil terbaik dalam percobaan   injection molding, yaitu   feedstock 

produksi Korea dengan fraksi volume 50%:50%. Fraksinasi komponen polimer

penyusun  binder  ditentukan dengan hasil pengujian TGA. Sebagaimana disebutkan

Page 14: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 14/37

40

di atas, bahwa TGA hanya mendeteksi dua kejadian dekomposisi, sedangkan

menurut spektrum FTIR dan analisis DSC masih ada unsur lain yang terdapat dalam

campuran   binder . Oleh karena itu, fraksinasi dalam penelitian ini sifatnya masih

pendekatan. Fraksinasi yang pertama diperoleh dari kurva TGA adalah fraksi berat.

Dengan diketahuinya dua unsur yang terdekomposisi pada kurva TGA tersebut

adalah  paraffin wax  dan HDPE maka fraksi volume  paraffin wax  dan HDPE dapat

ditentukan. Dari perhitungan pada Lampiran B diperoleh bahwa fraksi volume

 paraffin wax   dan HDPE   binder feedstock   produksi Korea di atas adalah

63,5%:36,5%. Fraksi volume tersebut digunakan untuk mendekati sifat campuran

binder . Sifat campuran  binder  dan serbuk logam ditentukan dengan  rules of mixture.

Perhitungan fraksi volume dari kurva TGA dan penggunannya dalam   rules of 

mixture  untuk menentukan sifat campuran  binder -serbuk logam dicantumkan dalamLampiran B.

IV.4 Inventarisasi Data Simulasi

IV.4.1 Basis Data Material

Perhitungan sifat-sifat   feedstock    secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran B, sedangkan inventarisasi data penting sifat material untuk keperluan

simulasi dengan Moldflow adalah sebagai berikut :

a. Data sifat termal

-   melt temperatur    : 150 o

C (diambil dari data percobaan DSC)

-   transition temperature   : 70  o

C (diambil dari data percobaan DSC)

-   specific heat    : 1305.4 J/kgC ( Rule of mixture, Lampiran B)

-   thermal conductivity   : 40,366 W/mC ( Rule of mixture, Lampiran B)

Khusus untuk konduktifitas termal, harga konduktifitas termal  feedstock   jauh di

atas harga yang wajar untuk polimer. Moldflow membatasi harga konduktifitas

termal yang bisa diinputkan dalam kisaran antara 0 dan 10 W/mC.

b. Koefisien Cross-WLF Viscosity Model   (Lampiran B)

- n : 0,3386

- Tau* : 100000 Pa

- D1 : 1010

Pa.s

Page 15: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 15/37

41

- D2 : 263 K

- D3 : 0

- A1 : 17,44

- A2~ : 51,6 K.

Jika parameter hasil iterasi di atas dimasukkan ke dalam Moldflow akan

diperoleh plot Cross-WLF Viscosity Model  adalah sebagai berikut :

Gambar IV. 6 Plot Cross-WLF Viscosity Model

c. Data 2-Domain Tait PVT Model Properties   (Lampiran B)

-   Melt Density   : 4,41 g/cm3

-   Solid Density   : 4,47 g/cm3

- b5 : 359.9705335 K

- b6 : 1.76851E-07 K/Pa

- b1m : 0.001060483 m3 /kg

- b2m : 7.32239E-07 m3 /kg-K

- b3m : 173066389.9 Pa

- b4m : 0.005372341 1/K

- b1s : 0.000977654 m3 /kg

- b2s : 3.89313E-07 m3 /kg-K

Page 16: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 16/37

42

- b3s : 289161859.1 Pa

- b4s : 0.002117674 1/K

- b7 : 8.27562E-05 m3 /kg

- b8 : 0.087255048 1/K

- b9 : 2.31997E-08 1/Pa.

Plot 2-Domain Tait PVT Model feedstock  adalah sebagai berikut :

Gambar IV.7 Plot 2-Domain Tait PVT Model

d. Data sifat mekanik ( Rule of mixture, Lampiran B)

- 1st

 principle direction E 1   : 634444 MPa

- 2nd

 principle direction E 1   : 634444 MPa

-   poisson ration (v12) : 0.324

-   poisson ration (v23) : 0.324

-   1 (thermal expantion coefficient ) : 0.0001119 1/C

-   2 (thermal expantion coefficient ) : 0.0001119 1/C

e. Data Filler Properties

Berdasarkan contoh yang terdapat dalam basis data material Moldflow, untuk 

mensimulasikan  injection molding  dengan material campuran antara polimer dan

serbuk padat, maka serbuk logam didefinisikan sebagai   filler . Dalam kasus ini,

Page 17: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 17/37

43

serbuk Fe-2%Ni dalam kondisi   prealloyed . Oleh karena itu, Fe-2%Ni

didefinisikan sebagai satu kesatuan. Berdasarkan perhitungan yang terlampir

dalam Lampiran B, diperoleh persen berat Fe-2%Ni sebesar 88 %Wt. Dalam

simulasi ini, sifat mekanik lain dari   filler  didekati dengan sifat mekanik serbuk 

besi (Fe) yang terdapat dalam basis data Moldflow.

IV.4.2 Basis Data Spesifikasi Mesin Injection Molding

Mesin   injection molding   yang digunakan adalah NISSEI seri PN-60.

Berikut adalah data yang diperlukan dalam basis data spesifikasi mesin yang

digunakan dalam simulasi:

a. Injection Unit 

maximum injection stroke   : 85 mm

maximum injection rate   : 177cm3 /s

machine screw diameter    : 36 mm

b. Hydraulic Unit 

maximum injection pressure   : 169 MPa

intensification ratio   : 10

machine hydraulic respon time   : 0,2

c. Clamping Unit 

maximum machine clamp force   : 64.1 Ton.

IV.4.3 Basis Data Controller

Parameter operasi didefinisikan dalam basis data  controller  sebagai berikut:

-   Fill time   : 1,6 detik 

-   Stroke volume determination   : Automatic

-   Cooling time   : 20 s

-   Velocity/pressure (tergantung mana yang tercapai terlebih dulu) :

Velocity/pressure switch-over by % volume   : 99 % Volume

Velocity/pressure switch-over by injection time   : 1,6 s

-   Packing/holding time   : 20 s

-   Pack/hold pressure profile :

Page 18: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 18/37

44

Tabel IV.3  Packing/Holding Pressure Profile

 Duration (s) % Filling Pressure

0 80

20 80

-   Ambient temperature   : 25 o

C

-   Melt temperature   (temperatur nozel) : 167  o

C

-   Mold cavity temperature   : 60 o

C.

IV.5 Simulasi dan Analisis

IV.5.1 Deskripsi Model

Penjelasan model komponen yang digunakan dalam analisis ini adalah

sebagai berikut :

a. Model Komponen

Moldflow tidak disertai dengan   interface   pembuatan model yang baik. Oleh

karena itu model dibuat dengan perangkat lunak CAD lain. Dalam penelitian ini,

model dikerjakan dengan Solid Works 2004. Model tersebut kemudian di-import 

ke dalam Moldflow dan didefinisikan dengan  fusion elemen mesh. Gambar teknik 

komponen yang dianalisis dalam penelitian ini terlampir pada Lampiran D,

sedangkan gambar model yang telah di-import   dan didefinisikan dengan   fusion

elemen mesh (model elemen hingga) diberikan pada Gambar IV.9.

b. Gating System

Dalam simulasi ini digunakan cetakan dengan dua rongga cetak.   Gating system

didesain simetris untuk memperoleh aliran yang seimbang ke dalam kedua

rongga cetak tersebut. Dalam simulasi ini, lokasi   gate   disesuaikan dengan

percobaan   injection molding  yang telah dilaksanakan. Geometri   sprue,   runner ,dan gate diberikan pada Gambar IV.8.

Page 19: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 19/37

45

Gambar IV.8   Gating System

c. Data Model Elemen Hingga

Gambar IV.9 Model Elemen Hingga

-   Mesh type   : fusion

- Jumlah rongga cetak : 2

- Jumlah total elemen : 12586 elemen

- Jumlah nodal : 6362 nodal

- Jumlah beam element    : 18 (sprue, runner , dan gate)

Page 20: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 20/37

46

- Volume komponen total (2 cavity) : 11 cm3

- Volume sprue, runner, dan  gate   : 1,57 cm3

IV.5.2 Hasil Simulasi

Dalam simulasi ini, input data di atas disimpan dalam   user database

Moldflow. Tiga buah basis data dibuat, masing-masing basis data material,

spesifikasi mesin, dan  controller . Basis data dalam Moldflow disimpan dengan file

berekstensi .udb (user database). Basis data lainnya mengikuti   default   basis data

Moldflow atau dibuat secara langsung pada waktu pemodelan dilaksanakan. Output

simulasi adalah sebagai berikut :

a. Filling Time

Gambar IV.10 Simulasi Filling Time

Hasil simulasi  filling time  diberikan pada Gambar IV.10. Dengan pendefinisian

input waktu pengisian selama 1,6 detik maka diperoleh bahwa keseluruhan

rongga cetak baru akan terisi dalam waktu 1,913 detik. Simulasi tersebut juga

menunjukkan material mengalir ke dalam kedua rongga cetak dengan seimbang.

Akan tetapi, hasil ini juga menunjukkan bahwa penentuan lokasi   gate   kurang

Page 21: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 21/37

47

tepat karena menyebabkan lokasi yang terisi terakhir kali mengarah ke salah satu

sisi saja, yaitu pada bagian bawah rongga cetak. Hal ini dapat menyebabkan

overpacking, yaitu adanya bagian yang sudah terisi dan terkompresi lebih dengan

material sementara ada bagian lain yang masih mengalir. Terjadinya  overpacking

dapat menyebabkan terjadinya   warpage. Kondisi ini bisa diperbaiki dengan

memilih lokasi   gate   yang lebih baik sehingga diperoleh aliran dalam cetakan

yang lebih seimbang. Aliran pengisian cetakan yang baik adalah yang dapat

mengisi seluruh bagian terjauh secara bersamaan.

b. Pressure At V/P Switchover 

Gambar IV.11 Plot Distribusi Tekanan pada Saat Terjadi V/P Switchover 

V/P switchover   adalah kondisi peralihan kontrol pergerakan   mandrel   yang

semula berdasarkan kecepatan injeksi beralih ke tekanan dalam   nozel. Hasil

simulasi   V/P switchover   diberikan pada Gambar IV.11.   V/P switchover   pada

umumnya didefinisikan pada kondisi 99% volume rongga cetak telah terisi.

Dalam simulasi ini, V/P switchover  didefinisikan dengan 99% volume dan waktu

injeksi 1,6 detik. Kedua kondisi ini akan digunakan salah satunya tergantung

mana yang tercapai lebih dulu. Hasil analisis menunjukkan bahwa   V/P

Page 22: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 22/37

48

switchover   terjadi pada detik ke 1,6 dimana baru 91,48% volume rongga cetak 

terisi [Lampiran C].

c. XY Plot of Pressure At Injection Location

Distribusi tekanan pada titik injeksi terhadap waktu diberikan pada Gambar

IV.12. Tekanan naik dengan sangat cepat pada saat pengisian rongga cetak.

Puncak tekanan yang terjadi adalah 81,78 MPa. Setelah itu tekanan dijaga

konstan hingga produk dalam rongga cetak membeku. Sesuai dengan pengaturan

 pack/holding   pada basis data   controller , tekanan yang diperlukan untuk 

penahanan selama pembekuan didefinisikan sebesar 80% tekanan maksimum

yaitu sebesar 65,42 MPa. Waktu pembekuan sesuai dengan yang ditentukan

dalam controller , yaitu selama 20 detik.

Gambar IV.12 Plot Distribusi Tekanan Terhadap Waktu pada Titik Injeksi

d. Pressure at End of Fill

Distribusi tekanan pada setiap lokasi pada akhir langkah injeksi diberikan pada

Gambar IV.13. Tekanan  nozel  pada saat akhir langkah injeksi adalah 65,42 MPa.

Tekanan pada rongga cetak sebelum terisi oleh cairan adalah nol (1 atm absolut).

Page 23: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 23/37

49

Tekanan ini naik baru setelah terjangkau oleh muka aliran ( flow front ). Tekanan

ini terus naik seiring dengan semakin jauhnya posisi itu dari muka aliran. Cairan

dapat mengalir jika ada gradien tekanan. Oleh karena itu tekanan paling besar

adalah pada  nozel. Pada akhir langkah injeksi, tekanan pada posisi terjauh harus

lebih dari nol agar material dapat mengisi seluruh rongga cetak. Udara dalam

rongga cetak terdorong ke luar dari rongga cetak dan tergantikan dengan

 feedstock .

Gambar IV.13 Plot Distribusi Tekanan pada Akhir Injeksi

e. Volumetric Shrinkage At Ejection

Hasil analisis   Volumetric shrinkage   pada saat produk dikeluarkan dari cetakan

diberikan pada Gambar IV.14. Volumetric shrinkage  yang terjadi adalah berkisar

antara 3,249% - 4,017%. Dari kisaran itu, distribusi   volumetric shrinkage   yang

terjadi pada rongga cetak kurang dari 3,4%. Sedangkan   volumetric shrinkage

3,4% hingga 4,017% terjadi pada  gating system. Kisaran  shrinkage   yang kecil

dan distribusi yang seragam ini menunjukkan bahwa produk hasil cetakan dapat

dikeluarkan dari rongga cetak dengan baik dan kecil kemungkinan terjadi

warpage dan defleksi.

Page 24: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 24/37

50

Gambar IV.14 Plot Volumeric Shrinkage pada Setiap Titik 

 f. Air traps

Gambar IV.15 Plot Lokasi Kemungkinan Terjadi Shrinkage

Page 25: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 25/37

51

Hasil analisis lokasi kemungkinan terjadi  air traps diberikan pada Gambar IV.15.

Dalam simulasi ini, semua lokasi kemungkinan terjadinya udara terperangkap ada

di lokasi dengan geometri komplek. Produk hasil injeksi harus dicermati dari

kemungkinan adanya cacat ini, jika diperlukan dapat dilakukan   venting   untuk 

mengalirkan udara keluar atau dengan diberikan  air trapper,  yaitu rongga kecil

pada ujung tempat terjadinya   air trap  yang berfungsi untuk menampung udara

yang terperangkap pada lokasi tersebut.

g. Clamp Force

Gambar IV.16 Plot Clamp Force Terhadap Waktu

Gambar IV.16 merupakan distribusi   clamp force   yang harus ditahan oleh

clamping unit   terhadap waktu. Gambar   insert  menunjukkan lokasi pusat beban

cekam akibat proses pencetakan.   Clamping unit   berfungsi untuk menahan

tekanan pada rongga cetak pada tahap  packing, yaitu penahanan tekanan dalam

rongga cetak setelah seluruh rongga cetak tersisi selama proses pembekuan.

Clamp force   merupakan integral dari tekanan pada rongga cetak terhadap luas

bidang yang sejajar dengan  clamping unit . Dalam simulasi ini, gaya pencekaman

naik dan mencapai puncaknya sebesar 8,6439 Ton pada akhir tahap packing.

Page 26: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 26/37

52

h. Recommended Ram Speed 

Kecepatan   mandrel   dalam mendorong material ke dalam cetakan tidak konstan

sepanjang proses injeksi berlangsung.   Mandrel   berjalan lambat pada awalnya,

kemudian meningkat ketika material mulai mengisi rongga cetak, dan kemudianmelambat kembali setelah rongga cetak sudah hapir penuh. Kecepatan  mandrel

yang direkomendasikan selama proses pengisian cetakan diberikan pada Gambar

IV.17.

Gambar IV.17 Plot Rekomendasi Kecepatan Mandrel

i. Sink Index

Gambar IV.18 berikut merupakan prediksi terjadinya   sink mark   dan   void. Sink 

mark  dan  void  bisa terjadi sebagai akibat dari geometri di sisi belakangnya. Suatu

lokasi dengan volume yang besar akan mengalami  shrinkage   lokal lebih besar

sehingga menyebabkan sisi di depannya mengalami   void   atau   sink mark .   Sink 

index adalah suatu ukuran indikasi kemungkinan terjadinya  shrinkage   lokal yang

didasarkan pada perhitungan volume bagian yang telah dan yang belum

membeku dari waktu ke waktu.   Sink index   dipengaruhi oleh jenis material,

geometri, dan posisi relatif terhadap titik injeksi. Semakin tinggi   sink index,

semakin tinggi kemungkinan terjadi  shrinkage   di lokasi itu. Pada simulasi ini,

Page 27: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 27/37

53

diperoleh   sink index   nol dan merata di semua bagian. Hal ini menunjukkan

bahwa potensi terjadinya ketidakderagaman   shrinkage   sangat kecil. Hasil ini

sejalan dengan poin  e  (volumetric shrinkage at ejection) dimana  shrinkage  yang

terjadi cenderung seragam di seluruh bagian. Hal ini menunjukkan bahwa

terjadinya defleksi sebagai akibat dari ketidak seragaman shrinkage sangat kecil.

Gambar IV.18 Plot Distribusi Sink Index

 j. Weld lines

Gambar IV.19 adalah hasil analisis prediksi lokasi terjadinya   weld lines.   Weld 

lines adalah cacat yang terjadi ketika dua aliran bertemu. Dalam simulasi di atas,

prediksi lokasi  weld lines  terjadi pada permukaan atau pada rusuk bagian produk 

dimana banyak terdapat variasi bentuk. Pada bagian tersebut terdapat  core   yang

menyebabkan aliran feedstock  harus terpecah dan bertemu kembali untuk mengisi

penuh seluruh rongga cetakan. Geometri yang komplek pada bagian itu sangat

riskan dengan terjadinya   weld lines   apalagi jika tekanan pada waktu pengisian

terlalu kecil sehingga tidak cukup kuat memberikan tekanan pada aliran  feedstock .

Hal ini dapat diatasi dengan memindahkan titik injeksi atau memvariasikan

tekanan injeksi sehingga diperoleh pola aliran yang lebih baik.

Page 28: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 28/37

54

Gambar IV.19 Plot Lokasi Kemungkinan Terjadi Weld lines

k. % Shot Weight 

Gambar IV.20 Plot % Shot Weight  Terhadap Waktu

Page 29: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 29/37

55

Gambar IV.20 adalah perkiraan berat   feedstock   dalam rongga cetak mulai dari

saat injeksi hingga membeku menjadi komponen solid. Selama proses injeksi

berlangsung, berat material yang telah mengisi rongga cetak bertambah seiring

dengan waktu. Hasil analisis ini menunjukkan persen berat material yang ada

dalam rongga cetak terhadap berat total keseluruhan komponen. Berat material

dalam analisis ini dihitung berdasarkan volume material yang ada dalam rongga

cetak dan berat jenis feedstock  pada temperatur kamar.

l. Bulk Temperature

Gambar IV.21 Plot Bulk Temperature

 Bulk temperature  merepresentasikan energi yang dipindahkan pada suatu lokasi.

Hasil analisis  bulk temperature   diberikan pada Gambar IV.21. Bagian dengan

aliran yang kontinyu memberikan harga   bulk temperature   yang lebih tinggi,

sedangkan jika aliran berhenti pada suatu daerah maka   bulk temperature   akan

turun dengan cepat. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa   bulk temperature

selama pengisian cetakan cenderung seragam.   Bulk temperature  yang seragam

menunjukkan bahwa   shrinkage   yang terjadi juga seragam. Oleh karena itu

kemungkinan terjadi   warpage   juga sangat kecil. Hal ini sejalan dengan hasil

Page 30: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 30/37

56

sebelumnya, yaitu poin   e   (volumetric shrinkage at ejection) dan poin   i   (sink 

index).

m. Temperature at Flow Front 

Gambar IV.22 Plot Distribusi Temperatur Muka Alir

Plot   temperature at flow front   pada gambar IV.22 berikut ini menggambarkan

distribusi temperatur pada muka aliran pada berbagai tempat selama proses

pengisian rongga cetak. Temperatur ini merupakan temperatur muka alir saat

melewati lokasi yang bersangkutan. Dalam gambar ini terlihat bahwa temperatur

muka aliran yang paling kecil terjadi pada lokasi yang paling akhir terisi. Dalam

analisis ini tidak terjadi short shot , artinya temperatur muka alir pada seluruh

lokasi lebih besar dari temperatur transisi   feedstock .   Short shot   adalah suatu

kejadian dimana temperatur muka alir lebih kecil dari temperatur transisi material,

akibatnya aliran akan terhenti sebelum semua rongga cetak terisi material.Namun demikian, distribusi temperatur pada titik terjauh terlihat mengumpul di

satu tempat, yaitu pada lokasi berwarna biru. Hal ini masih dapat diperbaiki

dengan mengubah posisi   gate  sehingga temperatur pada posisi terjauh menjadi

tidak terlalu rendah.

Page 31: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 31/37

57

n. Circuit Coolant Temperature

Cairan pendingin yang dipergunakan dalam simulasi ini adalah air (sudah

tersedia di dalam basis data Moldflow) dengan temperatur awal 25  o

C dan

bilangan Renold 104

. Sirkuit pendingin didesain menggunakan dua saluran

dengan saluran masuk dan keluar seperti pada Gambar IV.23. Diameter saluran

adalah 6 mm dengan kekasaran 0,05 mm. Hasil analisis pada Gambar IV.23

menunjukkan bahwa perbedaan temperatur air masuk dan keluar sangat kecil.

Hal ini menunjukkan bahwa desain sirkuit tersebut telah mencukupi untuk 

kebutuhan pendinginan pada injection molding ini.

Gambar IV.23 Plot Distribusi Temperatur Cairan Pendingin

o. Circuit Metal Temperature

Plot distribusi temperatur pada permukaan saluran pendingin pada Gambar IV.24

di atas menunjukkan bahwa temperatur permukaan saluran yang paling besar

adalah pada daerah di dekat   sprue. Hal ini menunjukkan bahwa pembuangan

panas yang paling besar terjadi di daerah tersebut.

Page 32: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 32/37

58

Gambar IV.24 Plot Distribusi Temperatur Permukaan Sirkuit Pendingin

 p. Deflection

Gambar IV.25 Plot Total Defleksi pada Setiap Posisi

Page 33: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 33/37

59

Plot   all effect deflection   pada Gambar IV.25 menjelaskan prediksi deformasi

setiap titik pada keseluruhan model. Moldflow memberikan  output  secara best fit 

overlay, yaitu geometri sebelum deformasi dan sesudah terjadinya deformasi

digambarkan secara bertumpukan dengan penempatan terbaik.

Dalam komponen yang dianalisis ini, bagian yang paling kritis adalah bawah

karena bagian komponen tersebut berpasangan dengan komponen lain. Jika

defleksi yang terjadi terlalu besar maka dapat mengganggu fungsi mekanisnya.

Dalam plot total defleksi pada arah sumbu Y (Gambar IV.26), terlihat bahwa

defleksi yang terjadi pada bagian tersebut cukup kecil, yaitu maksimal sebesar

0,0038 mm. Harga ini cukup kecil sehingga tidak akan mengganggu fungsi

komponen ini secara mekanis. Namun demikian, defleksi yang timbul pada saat

debinding dan  sintering juga masih harus diantisipasi.

Gambar IV.26 Plot Defleksi Pada Arah Sumbu Y

IV.6 Diskusi

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dari simulasi di atas

diantaranya:

Page 34: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 34/37

60

a. Pesan error  dalam analysis report summary

Dalam   analysis report summary   pada Lampiran C terdapat dua pesan

error sebagai berikut :

** WARNING 98321 ** The thermal conductivity of the polymer has the wrongorder of magnitude. The polymer thermal conductivityshould be about 0.1 W/m K. Please check the thermalconductivity of the polymer on the Thermal Propertiestab of the Thermoplastics Material properties dialog.

** WARNING 98361 ** The polymer mechanical properties are of the wrong orderof magnitude. The elastic modulus (E) should be about10^9 Pa, and Poisson's ratio (MU) for isotropic materialsshould be about 0.3 - 0.5.

Kedua pesan di atas, warning 98321 dan 98361, merupakan peringatan

yang disampikan oleh Moldflow karena harga input  property material di luar kisaran

kewajaran sifat plastik.

Warning 98321   merupakan peringatan mengenai konduktifitas termal

yang tidak wajar. Harga konduktifitas termal plastik yang wajar adalah sekitar 0.1

W/mK. Dalam perhitungan, konduktifitas termal   feedstock   yang digunakan dalam

simulasi ini adalah 40 W/mC. Karena Moldflow membatasi kisaran harga

konduktifitas termal material antara 0–10 W/mC, maka dalam simulasi ini diinputkan

9,9 W/mC. Harga ini adalah harga paling besar yang bisa diinputkan ke dalam basis

data material Moldflow. Dengan harga yang masih dalam kisaran ijin Moldflow pun

peringatan tersebut muncul. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peringatan

tersebut akan selalu muncul jika digunakan untuk mensimulasikan  metal injection

molding. Hal ini sejalan dengan penelitian serupa [3] yang dilakukan oleh tim

peneliti dari CISP (Center for Innovatif Centered Product ) – Pensylvania State

University.

Warning 98361   merupakan peringatan harga sifat mekanik yang tidak 

wajar. Peringatan 98361 muncul karena input sifat mekanik   feedstock   dinilai jauh

melebihi kewajaran sifat mekanik polimer. Sama dengan peringatan 98321 di atas,

hal ini disebabkan Moldflow menjadikan sifat polimer sebagai acuan. Jika Moldflow

diberi input dengan harga yang terlalu besar maka Moldflow akan memberikan

peringatan seperti di atas. Oleh karena itu, peringatan seperti ini tidak bisa dihindari.

Namun demikian, besaran sifat mekanik tidak dibatasi oleh Moldflow sehingga tidak 

akan mengganggu hasil analisis.

Page 35: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 35/37

61

b. Pengaruh pembatasan kisaran input konduktifitas termal

Konduktifitas termal merupakan laju perpindahan panas per satuan

panjang per derajat Celcius secara konduksi. Sifat ini merupakan suatu ukuran

kemampuan material untuk mendisipasikan panas. Pembatasan kisaran input pada

basis data sifat material dalam Moldflow dapat menyebabkan perhitungan tidak 

dilaksanakan dengan semestinya.

Menurut Tabel II.3, konduktifitas termal diperlukan baik untuk analisis

aliran maupun pendinginan. Oleh karena itu ouput hasil simulasi   metal injection

molding  dengan Moldflow pasti terpengaruh. Kesalahan input konduktifitas termal

dapat menyebabkan kesalahan perhitungan pendinginan, perhitungan viskositas,

perhitungan aliran, dan perhitungan pembekuan. Oleh karena itu, semua output

simulasi dapat terpengaruh.Keterbatasan Moldflow ini juga ditemui oleh Binet [3] yang melakukan

penelitian serupa pada tahun 2005. Binet melakukan simulasi   injection molding

Stainless Steel 316L dengan 35 Vol%   binder , terdiri dari campuran   polyethylene,

wax, dan lubricant. Selain melakukan simulasi dengan Moldflow, Binet melakukan

komparasi dengan eksperimen. Dalam studi komparasi tersebut, Binet membuktikan

bahwa simulasi Moldflow dapat merepresentasikan proses injeksi dengan baik. Oleh

karena itu, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kesalahan input konduktifitas

termal terhadap akurasi simulasi yang dihasilkan oleh Moldflow masih perlu diteliti

lebih jauh.

c. Perbaikan Sistem Cetakan

Dalam hasil analisis prediksi lokasi   air traps   dan   weld lines   terlihat

bahwa diprediksikan akan terjadi  air traps  dan  weld lines  pada rongga cetak bagian

bawah. Bagian tersebut merupakan bagian dengan geometri paling komplek karena

terdapat   core   dan banyak variasi geometri. Lokasi tersebut adalah lokasi dimana

terjadi pertemuan aliran   feedstock   dari arah yang berbeda karena sebelumnya

terpecah oleh   core. Pada lokasi tersebut juga terjadi banyak perubahan arah aliran

 feedstock , oleh karena itu lokasi tersebut memang rawan dengan  air traps  dan  weld 

lines. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan aliran dengan tekanan yang lebih

besar sehingga dapat mengurangi akibat adanya weld lines serta dapat lebih menekan

udara untuk keluar dari daerah tersebut.

Page 36: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 36/37

62

Hasil analisis   flow front temperature   menunjukkan bahwa temperatur

muka alir pada lokasi yang diprediksikan akan terjadi  air traps dan  weld lines sudah

mendekati temperatur transisi. Pada kondisi itu, viskositas   feedstock  sangat tinggi.

Jika gradien tekanan pada saat   feedstock  mengisi lokasi tersebut terlalu kecil maka

aliran feedstock  berjalan terlalu lambat. Aliran lambat tersebut berarti hanya mampu

menyebabkan   shear rate   yang rendah. Sesuai dengan sifat rheologis   feedstock 

(Gambar IV.6), jika  shear rate  terlalu rendah maka viskositas menjadi sangat besar.

Hal itulah yang menyebabkan mengapa pada lokasi ini menjadi sangat rawan dengan

terjadinya air traps  dan  weld lines. Hal itu semakin parah dengan banyaknya variasi

geometri sehingga aliran harus selalu berubah arah untuk dapat mengisi penuh

rongga cetak.

Akibat lain dari aliran yang buruk di atas adalah kemungkinan terjadinyagradien densitas. Densitas pada lokasi tersebut lebih rendah dari densitas pada lokasi

lain yang terisi lebih dulu. Akibatnya, pada lokasi ini juga rawan terjadi defleksi pada

saat di-debinding dan sintering.

Untuk dapat memperbaiki kondisi di atas, harus diusahakan supaya

lokasi di daerah tersebut dapat terisi lebih cepat. Hal ini dapat dilakukan dengan

pemberian tekanan injeksi yang lebih besar atau dengan memindahkan lokasi injeksi

ke lokasi yang lebih optimal. Pemberian tekanan injeksi yang lebih besar akan

memperbesar kemungkinan terjadinya fenomena   jetting   yang dapat mengakibatkan

terjadinya   air traps   dan   weld lines   pada lokasi dekat   gate. Oleh karena itu,

pemindahan lokasi gate lebih baik.

Pada analisis   filling time   (Gambar IV.10) terlihat bahwa aliran pada

lokasi terjauh dari titik injeksi berlangsung tidak seimbang. Rongga cetak bagian atas

telah terisi terlebih dulu sementara rongga cetak bagian bawah belum terisi. Oleh

karena itu, lokasi titik injeksi dapat diturunkan untuk memperoleh pola pengisian

cetakan yang lebih seimbang. Penentuan lokasi terbaik dapat dilakukan dengan

Moldflow. Hasil analisis penentuan lokasi titik injeksi terbaik (best gate location)

pada model di atas adalah seperti pada Gambar IV.27.

Hasil analisis lokasi titik injeksi terbaik ditunjukkan pada lokasi dengan

warna biru pada Gambar IV.27. Oleh karena itu, untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya air traps dan  weld lines serta untuk mengurangi terjadinya  short shot  pada

Page 37: Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

7/18/2019 Jbptitbpp Gdl Yuyunestri 32090 5 2007ts 4

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-yuyunestri-32090-5-2007ts-4 37/37

lokasi tersebut maka lokasi  gate  perlu dipindah ke bawah (mendekati lokasi dengan

warna biru). Dengan demikian diharapakan lokasi terjadinya  air traps dan  weld lines

dapat terisi lebih cepat, dengan tekanan yang lebih besar, dan dengan viskositas yang

lebih rendah.

Gambar IV.27 Hasil Analisis Best Gate Location

Titik injeksi optimal

Titik injeksi awal