Jasa Pahlawan+Bela Bangsa Dokter Hewan.docx

7
Oleh: MOHAMAD WAHYU KURNIAWAN 13/351066/KH/7818 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Tugas Kewarganegaraan

Transcript of Jasa Pahlawan+Bela Bangsa Dokter Hewan.docx

Kewarganegaraan

Oleh:MOHAMAD WAHYU KURNIAWAN13/351066/KH/7818

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA20131. Bentuk-bentuk bela negara dan bela bangsa sesuai Profesi Dokter Hewan1. Memberikan Penyuluhan Pada Masyarakat Tentang Pentingnya Melestarikan Hewan LangkaMelalui upaya ini, masyarakat menjadi tahu pentingnya melestarikan dan menjaga hewan liar agar tidak menjadi langka. Dengan timbulnya rasa ingin melestarikan hewan, maka akan timbul keinginan untuk menanami hutan hutan yang telah gundul yang sebelumnya adalah habitat alami beraneka macam hewan. Hutan selain bisa mengurangi dampak polusi juga bisa menjadi pertahanan alami seperti pada masa kemerdekaan dulu.

2. Hewan Yang SakitDengan menyembuhkan hewan yang sakit, maka dapat membantu masyarakat Indonesia khususnya peternak sehingga mereka tidak merugi karena ternaknya mati. Begitu juga untuk pecinta hewan peliharaan, mereka juga akan diuntungkan karena hewan mereka bisa sehat kembali. Dengan upaya ini bisa mengurangi kemiskinan di Indonesia karena kesejahteraan masyarakat meningkat.

3. Meneliti Obat Baru Untuk HewanDengan meneliti obat baru untuk hewan diharapkan bisa menyembuhkan penyakit hewan yang selama ini masih sulit disembuhkan bahkan bisa menular kepada manusia dan sebaliknya yaitu zoonosis. Jika berhasil tentu bisa meningkatkan kesejahteraan peternak Indonesia karena ternak mereka lebih sehat. Jika masyarakat sejahtera maka negara akan maju.

2. Jasa Tokoh Pahlawan Nasional Mohammad Hatta

Riwayat hidup seseorang sesungguhnya merupakan kisah pergumulan dengan nasibnya. Bagaimana seseorang harus menghadapi konteks sosial-kultural yang mengitarinya ketika ia mengimpikan dunia sosial yang lain. Bung Hatta, mulai dari masa pengembaraannya di negeri Belanda dan beberapa negeri lainnya di Eropa sebagai mahasiswa dan aktivis (1921-1932), hingga perjuangannya demi mencapai sebuah satu impian, yakni Indonesia Merdeka.

Perjuangan Bung Hatta melalui beberapa keberhasilan yang gemilang, antara lain, sebagai pemimpin Presidium Kongres Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Brussel dan untuk Kemerdekaan Nasional pada usianya belum genap 25 tahun. Lalu, kemenangannya di pengadilan Kota Den Haag di negeri Belanda atas tuduhan menjadi anggota partai terlarang dan menghasut untuk menentang Kerajaan Belanda.

Sejarah pergumulan Bung Hatta dengan nasibnya juga pernah mengalami saat-saat yang kelam. Retaknya hubungan Dwitunggal dengan Bung Hatta pada tahun 1956 adalah salah satu langkah yang terpaksa ditempuh setelah bersusah payah mencegahnya. Perbedaan pendapat Bung Hatta dengan Presiden Soekarno sebenarnya sudah tampak di zaman pergerakan nasional sebelum Perang Dunia II. Selama zaman revolusi (1945-1949) mereka adalah Dwitunggal yang utuh, tetapi setelah penyerahan kedaulatan di akhir 1949 perbedaan pendapat antara kedua tokoh tersebut sering meruncing. Demikianlah pergumulan seorang negarawan Bung Hatta dengan nasibnya.

Biografi Bung Hatta dalam buku ini diteropong dari berbagai sisi: kedudukannya dalam keluarga di Sumatra Barat, hubungannya dengan berbagai kalangan saat belajar di negeri Belanda (1921-1932), juga kegigihannya di dalam dan di luar negeri untuk menggapai kemerdekaan Indonesia.

Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi sejak berusia 15 tahun sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politiknya berkembang karena sering menghadiri ceramah dan pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis, pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat Islam; anggota Volksraad; dan perintis majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda, Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.

Hatta mulai menetap di Belanda sejak September 1921. Ia bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, Indische Vereeniging telah berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan. Di Indische Vereeniging, pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah kepulauan Nusantara.

Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, menjadi Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian pengurus Indische Vereeniging dari Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama Nederland Indie menjadi Indonesia.

Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya yang terkenal: Indonesia Free.

Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.Deliar Noer, pakar ilmu politik yang di masa hidupnya (1926-2008) sangat akrab dengan Bung Hatta, mencatat pergulatan hidup sang Pahlawan Proklamator Kemerdekaan tersebut dalam berbagai arus peristiwa yang terjadi di Nusantara dan dunia. Sebelumnya, Deliar adalah penulis buku biografi politik Bung Hatta yang terkenal, Mohammad Hatta: Biografi Politik (1990).

Diperkaya dengan lebih dari seratus foto yang menjadi pelengkap visual menjadikan karya Deliar Noer ini menjadi lebih hidup. Sebagian adalah foto-foto Bung Hatta yang baru ditemukan kembali dan belum dikenal secara luas. Bahkan jumlah foto yang paling besar berasal dari koleksi Bung Hatta sendiri.

Di samping biografi yang ditulis Deliar, kehidupan Bung Hatta tentu bisa juga dibaca dari Memoir-nya. Seperti orangnya, memoir Bung Hatta menggambarkan orangyang dingin dan tentram, tanpa gejolak dan romantismesuatu suasana yang segera terasa bila kita membaca otobiografi Bung Karno yang lebih terkesan meledak-ledak Bung Hatta praktis hampir tidak pernah berbicara tentang dirinya sebagai pribadi dengan mengatasnamakan publik.

Banyak hal bisa diteladani, antara lain, keinginan belajar Bung Hatta yang sangat tinggi. Beliau sebenarnya datang ke Belanda untuk belajar ilmu ekonomi. Tetapi ketika di Belanda, beliau belajar banyak tentang tata negara. Ilmu tersebutlah yang akhirnya membantu membangun struktur kenegaraan Indonesia.

kita juga bisa belajar tentang keberanian Bung Hatta saat berada di Belanda, ia menulis tentang penjajahan bangsa tersebut terhadap Indonesia. Saat disidang di sana, beliau membuat pidato pembelaan yang tidak bisa dilawan oleh rakyat Negeri Kincir Angin itu. Semuanya ia lakukan hanya dengan ucapan saja.

Namun, pelajaran yang paling utama dari keteladanan Bung Hatta adalah perjuangannya tanpa pamrih demi kehormatan negara. Proklamator dan Pahlawan Nasional Mohammad Hatta banyak memberikan teladan soal kesederhanaan. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur dan menghindari korupsi. Sesuatu yang sangat langka saat ini.Berikut adalah sifat dan perilaku yang dapat kita teladani dari seorang Bung Hatta.Tidak menyelewengkan kekuasaanKisah ini disampaikan oleh sekretaris pribadi Bung Hatta, Iding Wangsa Widjaja. Suatu ketika Bung Hatta berjalan-jalan di pertokoan di luar negeri. Dia mengidam-idamkan sepatu Bally yang terpampang di etalase. Begitu mengidamkannya, guntingan iklan sepatu Bally itu dia simpan di dompetnya. Dia berharap suatu waktu bisa membelinya.Apa daya, sampai meninggal Bung Hatta belum bisa membeli sepatu Bally itu. Dan, guntingan iklan masih tersimpan di dompetnya. Andai saja Bung Hatta mau menggunakan kekuasaannya, tentu dia akan mudah mendapatkan sepatu Bally yang diidam-idamkan itu.Menganggap ilmu adalah hal yang paling berhargaHatta hanya mengenal seorang wanita selama hidupnya. Dialah Rachmi Rahim yang biasa dipanggil Yuke. Usia Hatta dan Yuke terpaut 24 tahun. Saat menikah Yuke baru berusia 19 tahun. Maklum, Hatta pernah berjanji tidak akan menikah selama Indonesia belum merdeka.Di sebuah Vila di Megamendung Bogor tanggal 18 November 1945, keduanya menikah. Yang unik, Hatta memberi Yuke mas kimpoi berupa buku karangannya yang berjudul Alam pikiran Yunani. Keluarga Hatta sempat protes. Masa iya menikah memberikan mas kimpoi berupa buku? Bukankah seharusnya emas atau harta yang berharga? Tapi itulah Hatta. Baginya buku dan ilmu pengetahuan adalah hal yang paling berharga.Bahkan beredar guyonan sebenarnya Yuke adalah istri ketiga Hatta. Istri pertama Hatta adalah buku, istri keduanya buku, baru istri ketiganya Yuke. Hatta memang tidak pernah bisa dipisahkan dari buku.Tapi rumah tangga keduanya berjalan harmonis puluhan tahun. Yuke mendampingi Hatta sebagai wakil presiden, mendampingi Hatta hijrah dari Jakarta ke Yogya. Yuke juga ikut menjadi tahanan rumah saat Belanda menduduki Yogyakarta 19 Desember 1945. Dia menyaksikan suaminya ditangkap dan dibuang ke Bangka.Yuke juga mendampingi Hatta saat mundur sebagai wakil Presiden. Hatta kecewa melihat Soekarno yang menjadi diktator. Keluarga Hatta dengan tiga putrinya hidup pas-pasan karena Hatta tidak mau mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Hingga akhirnya Hatta meninggal 14 Maret 1980. Jika dihitung pernikahan Hatta dan Rachmi Rahim berlangsung 35 tahun. Rachmi membaktikan hidupnya untuk pria luar biasa ini dan Hatta membuktikan, tak ada wanita lain dalam hidupnya. Pada suatu ketika, Rachmi tak mampu membeli mesin jahit idamannya. Hatta pun hanya bisa menyuruh Rachmi bersabar dan menabung lagi.

Bangga hidup sebagai rakyat IndonesiaBung Hatta yang dikenal sebagai Gandi dari Indonesia itu dikenal sangat ingin menyelami kehidupan sebagai rakyat Indonesia. Ketika meninggal dunia pun Hatta tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Dia hanya ingin dimakamkan di taman makam biasa.Saya ingin dikubur di kuburan rakyat biasa. Saya adalah rakyat biasa, kata Hatta dikutip dari buku Bung Hatta Menjawab karangan Z Yasni.Sama seperti Ir.Soekarno hingga akhir hayat tidak memiliki banyak barang-barang mewah.. Kisah ini juga mambuat kita sadar bahwa menjadi seorang pemimpin itu penuh tanggung jawab yang besar dan juga semanagt yang hebat.