CERITA PAHLAWAN DAERAH

23
cerita pahlawan cerita soekarno Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika.. Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi

description

.

Transcript of CERITA PAHLAWAN DAERAH

Page 1: CERITA PAHLAWAN DAERAH

cerita pahlawan

cerita soekarno

Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir

di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya

bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa

hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati

mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri

Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita

turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..

Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.

Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar

Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan

sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah

menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke

Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi

yang sekarang menjadi IT. Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Page 2: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai

Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya,

Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929.

Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia

Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih

maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun

dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo

dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang

ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta

memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI

tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang

disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad

Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus

1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang

pertama.

Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi

dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan

nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika,

dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang

kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.Pemberontakan G-30-S/PKI

melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas

pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat

Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia

meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan

dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”.

Page 3: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Nama:Ir. SoekarnoNama Panggilan:Bung KarnoNama Kecil:Kusno.Lahir:Blitar, Jatim, 6 Juni 1901Meninggal:Jakarta, 21 Juni 1970Makam:Blitar, Jawa TimurGelar (Pahlawan):ProklamatorJabatan:Presiden RI Pertama (1945-1966)Isteri dan Anak:Tiga isteri delapan anakIsteri Fatmawati, anak: Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan GuruhIsteri Hartini, anak: Taufan dan BayuIsteri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.

Ayah:Raden Soekemi SosrodihardjoIbu:Ida Ayu Nyoman RaiPendidikan:HIS di Surabaya (indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926

Ajaran:MarhaenismeKegiatan Politik:Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929Bergabung memimpin Partindo (1931)Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945

Page 4: CERITA PAHLAWAN DAERAH

cerita pahlawan

cerita bung hatta

Salah satu proklamator kita, Bung Hatta, jika beliau masih hidup, tanggal 12 Agustus

2008 ini akan memasuki usia 106 tahun. Berprinsip Teguh Dua kali kejadian dimana

terjadi pertentangan antara bung Hatta dan bung Karno yg ternyata memberi dampak

sangat besar terhadap perjalanan bangsa ini, dimana dalam kedua hal tsb bung Hatta

memilih utk mengalah. Saat mundurnya bung Hatta desember 1956 , karena tak setuju

dengan cara bung Karno memimpin negara , serta perdebatan mereka sebelumnya

saat Indonesia belum merdeka. Sebelumya dalam buku sejarah ada dinyatakan bahwa

belia berdua pernah berbeda pendapat mengenai bagaimana bangsa ini hendak

dibangun, bagaimana kemerdekaan hendak diraih, beberapa tahun sebelum indonesia

merdeka. Bung Karno bilang kita perlu bangsa yang berani, revolusioner, penuh

semangat utk meraih kemerdekaan, sedangkan bung Hatta berpendapat bahwa kita

perlu mencerdaskan, memberi pencerahan pada bangsa Indonesia utk menyongsong

kemerdekaan nya, intinya bung Hatta menyatakan pentingnya pendidikan. Namun saat

itu, bung Karno tetap bersikukuh dengan pendapatnya, dan dengan gentleman nya ,

bung Hatta pun mengalah .... Bukti sejarah kemudian menyatakan , bahwa apa yg

dinyatakan bung Hatta benar adanya , memang benar pada masa kemerdekaan th 45,

bangsa yg bersemangat tinggi, revolusioner bisa meraih kemerdekaan, tapi untuk

Page 5: CERITA PAHLAWAN DAERAH

selanjutnya mereka melupakan pendidikan / pencerdasan. Dari sejarah kita belajar, ada

2 ide besar bung Hatta yg tak terwujud, karena ia mengalah pada bung Karno , dan

sampai saat ini kemajuan bangsa ini masih terbelenggu karena 2 hal tsb (pendidikan yg

kurang dan demokrasi yg kurang baik ) Berkarya Nyata Bung Hatta merupakan tokoh

yang selalu berkarya nyata. Salah satu karya monumental beliau adalah bentuk

koperasi. Pemikiran ini dituangkan pada pembentukkan koperasi pengusaha batik,

yang akhirnya sukses sampai saat ini. Koperasi tersebut berhasil mendorong

kemajuan bagi pengusaha batik dan memberi mereka kesempatan untuk memperluas

usaha dengan ekspor. Karya-karya lainnya adalah berbentuk tulisan. Dalam

pembuangan pun, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar.

Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah (Digoel-Papua) dan dia dapat

pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya

yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti.

Page 6: CERITA PAHLAWAN DAERAH

cerita pahlawan

cerita soedirman

SOEDIRMAN, salah seorang pahlawan nasional dan simbol Tentara Nasional

Indonesia (TNI) bukanlah nama yang asing di telinga. Ia mendapat tempat istimewa

dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia karena menjabat panglima angkatan

bersenjata pada awal berdirinya republik ini. Namun, pengetahuan tentang Soedirman

yang diberikan bangku sekolah tidak pernah cukup mendalam. Sementara ketersediaan

literatur yang membahas Soedirman secara khusus jumlahnya tidak memadai.

Dalam kurun waktu 25 tahun pertama pascakemerdekaan, tercatat hanya ada satu

buku saja yang menempatkan Soedirman sebagai pokok bahasan, yaitu "Djenderal

Soedirman Pahlawan Kemerdekaan" (1963) yang ditulis Solichin Salam. Selebihnya

pembahasan tentang Soedirman selalu hanya merupakan pelengkap bagi kerangka

bahasan lain seperti tentang gerakan Pemuda Muhammadiyah, kepanduan Hizbul

Wathan, perang revolusi kemerdekaan, tentara, politik militer, hingga tentang Tan

Malaka.

Page 7: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Baru sekitar tahun 1980-an mulai bermunculan buku yang membahas Soedirman

secara lebih spesifik, seperti "Perjalanan Bersahaja Jenderal Sudirman" karya SA

Soekanto (1981), "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman: Pemimpin Pendobrak

Terakhir Penjajahan di Indonesia, Kisah Seorang Pengawal" (1992) yang ditulis

Tjokropranolo, mantan Gubernur DKI Tahun 1977-1982, atau "Panglima Besar Jenderal

Sudirman Kader Muhammadiyah" (2000) karya Sardiman AM. Meskipun cukup banyak

kuantitasnya, namun sebagian besar buku yang hadir tersebut cenderung mengaitkan

tokoh ini dengan dunia ketentaraan dan lebih berupa memoar atau biografi Soedirman

sebagai seorang tokoh.

Sedikit saja buku seperti "Genesis of Power General Sudirman and the Indonesian

Military in Politics 1945-49" (1992) yang ditulis Salim Said, yang mengupas sikap dan

pandangan politik Soedirman secara lebih mendalam, baik menyangkut penentangan

Soedirman terhadap langkah politik pemerintah yang menjalin kerja sama dengan

Belanda, tentang langkah-langkah politis yang diambil Soedirman dalam rangka

mengedepankan sikap politiknya, dan keterkaitan Soedirman dengan Peristiwa 3 Juli

1946. Umumnya jika sampai pada pembahasan tentang hal tersebut, penulis-penulis

cenderung "melindungi" keterlibatan Soedirman dalam peristiwa yang diyakini sebagai

upaya coup d' ètat dan "membersihkan" kecenderungan ideologi kiri Soedirman dengan

berbagai alasan.

Fakta sejarah tersebut memang rawan dibicarakan ketika rezim yang berkuasa

bersandar pada kekuatan militer yang mengangkat Soedirman sebagai panglima

besarnya. Tak ayal lagi, ketika buku yang menganalisis Peristiwa 3 Juli 1946 terbit,

pemerintah Orde Baru langsung membelenggu peredarannya lewat daftar cekal

Kejaksaan Agung (Kejagung). "Tingkah Laku Politik Panglima Besar Soedirman", buku

yang mengangkat Peristiwa 3 Juli 1946 sebagai fokus bahasan, memaparkan

pergolakan internal para elite politik Indonesia pada awal kemerdekaan dengan titik

berat telaah pada pandangan dan sikap politik yang diambil Soedirman selaku panglima

besar dalam menanggapi berbagai situasi politik yang berkembang saat itu.

Page 8: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Panglima Besar Soedirman" merupakan kumpulan beberapa tulisan, di antaranya

tulisan dua pelaku sejarah bangsa ini yaitu Abdul Haris Nasution dari kalangan militer

dan Roeslan Abdulgani yang mewakili unsur sipil yang turut berjuang dalam perang

kemerdekaan. Selain itu, termaktub pula analisis terhadap Peristiwa 3 Juli 1946 dari SI

Poeradisastra, sejarawan dan Guru Besar UI, dan rangkuman dari Sides Sudyarto DS,

pemenang sayembara puisi Prasasti Ancol tahun 1977 dan mantan wartawan yang

pernah bergabung di Kompas tahun 1974-1981.

Buku yang pertama kali dicetak sebanyak 5.000 eksemplar dan diluncurkan sekitar

awal tahun 1984, ini tamat riwayat peredarannya di masyarakat kurang lebih enam

bulan kemudian, tepatnya tanggal 28 Agustus 1984, setelah diharamkan oleh

Kejaksaan Agung (Kejagung) lewat fatwa No 167/JA/8/1984. Menurut Sides, editor

buku itu yang sempat diinterogasi Kejagung sebanyak sembilan kali, tidak ada alasan

formal yang menjadi landasan pencekalan buku yang bermuatan fakta sejarah tersebut.

Dalam "Tingkah Laku Politik Panglima Besar Soedirman", Nasution menuangkan

pengalaman pribadi sebagai prajurit di lapangan yang langsung menerima perintah

Soedirman. Sebagai seorang bawahan, ia lebih banyak menyoroti kepemimpinan

Soedirman sebagai panglima besar dalam menyikapi berbagai kondisi politik bangsa

dan menghindari pembahasan tentang Peristiwa 3 Juli 1946. Meskipun begitu, ia

mengakui bahwa dirinya berseberangan pendapat dengan Soedirman dalam persoalan

"Reorganisasi-Rasionalisasi" (Re-Ra) tentara yang merupakan imbas dari Perjanjian

Renville tahun 1948.

Dalam mengulas Soedirman, Abdulgani menempatkan panglima besar tersebut dalam

konteks pertikaian ideologi yang mendominasi kala itu. Meskipun dalam Peristiwa 3 Juli

1946 di Yogyakarta Soedirman dituduh membantu upaya coup d' ètat terhadap duet

Soekarno-Hatta, dengan membebaskan orang-orang dari kelompok Marxisme-

Leninisme independen (Tan Malaka) yang ditahan di Penjara Wirogunan, namun

menurut Abdulgani tekad untuk mempertahankan kemerdekaan dan loyalitas terhadap

negara tetap dipegang teguh Soedirman yang secara historis masuk dalam kelompok

Islamisme, namun bukan aliran yang fanatik dan intoleran. Walaupun sempat

Page 9: CERITA PAHLAWAN DAERAH

berseberangan pandangan politik dengan pemerintah yang saat itu dikuasai kelompok

Marxisme-Liberalisme moderat (Amir Sjarifuddin dan Sjahrir), Soedirman tidak

memanfaatkan posisi panglima besar yang strategis untuk menggulingkan pemerintah

resmi Soekarno-Hatta.

Poeradisastra sebagai seorang sejarawan berupaya obyektif dalam melihat fakta

Peristiwa 3 Juli 1946. Analisis terhadap rangkaian kejadian, proses sidang di

Mahkamah Agung, kesaksian Soedirman, serta pernyataan dan pembelaan dari para

pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu, seperti Iwa Koesoema Soemantri, Ahmad

Soebardjo, dan M Yamin dari kubu Persatuan Perjuangan yang berafiliasi pada Tan

Malaka, melahirkan satu kesimpulan bahwa telah terjadi tawar-menawar antara

Soedirman dengan para anggota Kabinet Sjahrir yang secara coute que coute

membentuk pra-anggapan peristiwa tersebut sebagai suatu coup d' ètat.

Meskipun Poeradisastra tidak mengingkari keterlibatan Soedirman dalam Peristiwa 3

Juli 1946, namun ia yakin Soedirman melakukan negosiasi tersebut untuk

menyelamatkan keutuhan komando tentara saat itu. Sejarah membuktikan, Soedirman

tetap menjaga manunggalnya tentara dengan pemerintah. Ia mengorbankan hati

nuraninya yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah untuk berkompromi dengan

Belanda demi persatuan negara dan membayar beban psikologisnya dengan

kesehatan yang kian hari semakin memburuk.

Upaya meminta Soekarno mengubah susunan Kabinet Sjahrir dan menerima minimum

program Persatuan Perjuangan 7 pasal yang dikenal dengan Peristiwa 3 Juli 1946,

memang tidak dibahas secara mendalam dalam wacana sejarah Indonesia selama ini.

Padahal, peristiwa tersebut jelas melibatkan Soedirman yang disinyalir mendukung

Persatuan Perjuangan yang berada di bawah komando Tan Malaka. Kedekatan dan

kesamaan visi Soedirman dengan Tan Malaka yang oleh Orde Baru dituding sebagai

komunis mengindikasikan ideologi yang dianut Soedirman.Hal inilah yang coba ditutupi

rezim Orde Baru yang berdiri di atas kekuatan militer. Bagaimana publik akan bereaksi

jika menyadari fakta bahwa Panglima Besar TNI adalah seorang sosialis!

Page 10: CERITA PAHLAWAN DAERAH

cerita pahlawan

sisingamangaraja XII

Ketika Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak, waktu itu umurnya baru

19 tahun. Sampai pada tahun 1886, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda

kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di

bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan

beternak, berburu dan sedikit-sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII

mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau ditawan, harus dilepaskan.

Sisingamangaraja XII memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan sangat

menghargai kemerdekaan. Belanda pada waktu itu masih mengakui Tanah Batak

sebagai “De Onafhankelijke Bataklandan” (Daerah Batak yang tidak tergantung pada

Belanda.

Tahun 1837, kolonialis Belanda memadamkan “Perang Paderi” dan melapangkan jalan

bagi pemerintahan kolonial di Minangkabau dan Tapanuli Selatan. Minangkabau jatuh

ke tangan Belanda, menyusul daerah Natal, Mandailing, Barumun, Padang Bolak,

Angkola, Sipirok, Pantai Barus dan kawasan Sibolga.

Page 11: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Karena itu, sejak tahun 1837, Tanah Batak terpecah menjadi dua bagian, yaitu daerah-

daerah yang telah direbut Belanda menjadi daerah Gubernemen yang disebut

“Residentie Tapanuli dan Onderhoorigheden”, dengan seorang Residen berkedudukan

di Sibolga yang secara administratif tunduk kepada Gubernur Belanda di Padang.

Sedangkan bagian Tanah Batak lainnya, yaitu daerah-daerah Silindung, Pahae,

Habinsaran, Dairi, Humbang, Toba, Samosir, belum berhasil dikuasai oleh Belanda dan

tetap diakui Belanda sebagai Tanah Batak yang merdeka, atau ‘De Onafhankelijke

Bataklandan’.

Pada tahun 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh dan tentaranya mendarat

di pantai-pantai Aceh. Saat itu Tanah Batak di mana Raja Sisingamangaraja XII

berkuasa, masih belum dijajah Belanda.

Tetapi ketika 3 tahun kemudian, yaitu pada tahun 1876, Belanda mengumumkan

“Regerings” Besluit Tahun 1876” yang menyatakan daerah Silindung/Tarutung dan

sekitarnya dimasukkan kepada kekuasaan Belanda dan harus tunduk kepada Residen

Belanda di Sibolga, suasana di Tanah Batak bagian Utara menjadi panas.

Raja Sisingamangaraja XII yang kendati secara clan, bukan berasal dari Silindung,

namun sebagai Raja yang mengayomi raja-raja lainnya di seluruh Tanah Batak, bangkit

kegeramannya melihat Belanda mulai menganeksasi tanah-tanah Batak.

Raja Sisingamangaraja XII cepat mengerti siasat strategi Belanda. Kalau Belanda mulai

mencaplok Silindung, tentu mereka akan menyusul dengan menganeksasi Humbang,

Toba, Samosir, Dairi dan lain-lain.

Raja Sisingamangaraja XII cepat bertindak, Beliau segera mengambil langkah-langkah

konsolidasi. Raja-raja Batak lainnya dan pemuka masyarakat dihimpunnya dalam suatu

rapat raksasa di Pasar Balige, bulan Juni 1876. Dalam rapat penting dan bersejarah itu

diambil tiga keputusan sebagai berikut :

1. Menyatakan perang terhadap Belanda

2. Zending Agama tidak diganggu

3. Menjalin kerjasama Batak dan Aceh untuk sama-sama melawan Belanda.

Page 12: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Terlihat dari peristiwa ini, Sisingamangaraja XII lah yang dengan semangat garang,

mengumumkan perang terhadap Belanda yang ingin menjajah. Terlihat pula,

Sisingamangaraja XII bukan anti agama. Dan terlihat pula, Sisingamangaraja XII di

zamannya, sudah dapat membina azas dan semangat persatuan dan suku-suku

lainnya.

Tahun 1877, mulailah perang Batak yang terkenal itu, yang berlangsung 30 tahun

lamanya.

Dimulai di Bahal Batu, Humbang, berkobar perang yang ganas selama tiga dasawarsa,

30 tahun.

Belanda mengerahkan pasukan-pasukannya dari Singkil Aceh, menyerang pasukan

rakyat semesta yang dipimpin Raja Sisingamangaraja XII.

Pasukan Belanda yang datang menyerang ke arah Bakara, tempat istana dan markas

besar Sisingamangaraja XII di Tangga Batu, Balige mendapat perlawanan dan berhasil

dihempang.

Belanda merobah taktik, ia menyerbu pada babak berikutnya ke kawasan Balige untuk

merebut kantong logistik Sisingamangaraja XII di daerah Toba, untuk selanjutnya

mengadakan blokade terhadap Bakara.

Tahun 1882, hampir seluruh daerah Balige telah dikuasai Belanda, sedangkan Laguboti

masih tetap dipertahankan oleh panglima-panglima Sisingamangaraja XII antara lain

Panglima Ompu Partahan Bosi Hutapea. Baru setahun kemudian Laguboti jatuh setelah

Belanda mengerahkan pasukan satu batalion tentara bersama barisan penembak-

penembak meriam.

Tahun 1883, seperti yang sudah dikuatirkan jauh sebelumnya oleh Sisingamangaraja

XII, kini giliran Toba dianeksasi Belanda. Domino berikut yang dijadikan pasukan

Belanda yang besar dari Batavia (Jakarta sekarang), mendarat di Pantai Sibolga. Juga

dikerahkan pasukan dari Padang Sidempuan.

Raja Sisingamangaraja XII membalas menyerang Belanda di Balige dari arah Huta

Pardede. Baik kekuatan laut dari Danau Toba, pasukan Sisingamangaraja XII

dikerahkan. Empat puluh Solu Bolon atau kapal yang masing-masing panjangnya

Page 13: CERITA PAHLAWAN DAERAH

sampai 20 meter dan mengangkut pasukan sebanyak 20 x 40 orang jadi 800 orang

melaju menuju Balige. Pertempuran besar terjadi.

Pada tahun 1883, Belanda benar-benar mengerahkan seluruh kekuatannya dan

Sisingamangaraja XII beserta para panglimanya juga bertarung dengan gigih. Tahun

itu, di hampir seluruh Tanah Batak pasukan Belanda harus bertahan dari serbuan

pasukan-pasukan yang setia kepada perjuangan Raja Sisingamangaraja XII.

Namun pada tanggal 12 Agustus 1883, Bakara, tempat Istana dan Markas Besar

Sisingamangaraja XII berhasil direbut oleh pasukan Belanda. Sisingamangaraja XII

mengundurkan diri ke Dairi bersama keluarganya dan pasukannya yang setia, juga ikut

Panglima-panglimanya yang terdiri dari suku Aceh dan lain-lain.

Pada waktu itulah, Gunung Krakatau meletus. Awan hitam meliputi Tanah Batak. Suatu

alamat buruk seakan-akan datang. Sebelum peristiwa ini, pada situasi yang kritis,

Sisingamangaraja XII berusaha melakukan konsolidasi memperluas front perlawanan.

Beliau berkunjung ke Asahan, Tanah Karo dan Simalungun, demi koordinasi

perjuangan dan perlawanan terhadap Belanda.

Dalam gerak perjuangannya itu banyak sekali kisah tentang kesaktian Raja

Sisingamangaraja XII.

Perlawanan pasukan Sisingamangaraja XII semakin melebar dan seru, tetapi Belanda

juga berani mengambil resiko besar, dengan terus mendatangkan bala bantuan dari

Batavia, Fort De Kok, Sibolga dan Aceh. Barisan Marsuse juga didatangkan bahkan

para tawanan diboyong dari Jawa untuk menjadi umpan peluru dan tameng pasukan

Belanda.

Regu pencari jejak dari Afrika, juga didatangkan untuk mencari persembunyian

Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh

pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si Gurbak Ulu Na Birong”.

Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung. Panglima Sarbut

Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang Belanda menyerbu Lintong

dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII

menyerang juga ke Lintong Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang, Huta Paung,

Page 14: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Parsingguran dan Pollung. Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang

Manullang tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja

Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini terjadi pada

tahun 1889.

Tahun 1890, Belanda membentuk pasukan khusus Marsose untuk menyerang

Sisingamangaraja XII. Pada awal abad ke 20, Belanda mulai berhasil di Aceh.

Tahun 1903, Panglima Polim menghentikan perlawanan. Tetapi di Gayo, dimana Raja

Sisingamangaraja XII pernah berkunjung, perlawanan masih sengit. Masuklah pasukan

Belanda dari Gayo Alas menyerang Sisingamangaraja XII.

Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan

mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia

menyerah. Ia bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri

Sisingamangaraja XII, ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri

Sisingamangaraja XII yang masih kecil. Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru

Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam,

putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.

Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom

Hudon, di perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang,

gugurlah Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten

Christoffel. Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan

Patuan Anggi serta putrinya Lopian. Konon Raja Sisingamangaraja XII yang kebal

peluru tewas kena peluru setelah terpercik darah putrinya Lopian, yang gugur di

pangkuannya.

Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus mengadakan perlawanan,

sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup ditawan, dihina dan

dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan.

Demikianlah, tanpa kenal menyerah, tanpa mau berunding dengan penjajah, tanpa

pernah ditawan, gigih, ulet, militan, Raja Sisingamangaraja XII selama 30 tahun, selama

Page 15: CERITA PAHLAWAN DAERAH

tiga dekade, telah berjuang tanpa pamrih dengan semangat dan kecintaannya kepada

tanah air dan kepada kemerdekaannya yang tidak bertara.

Itulah yang dinamakan “Semangat Juang Sisingamangaraja XII”, yang perlu diwarisi

seluruh bangsa Indonesia, terutama generasi muda.

Sisingamangaraja XII benar-benar patriot sejati. Beliau tidak bersedia menjual tanah air

untuk kesenangan pribadi.

Sebelum Beliau gugur, pernah penjajah Belanda menawarkan perdamaian kepada Raja

Sisingamangaraja XII dengan imbalan yang cukup menggiurkan. Patriotismenya digoda

berat. Beliau ditawarkan dan dijanjikan akan diangkat sebagai Sultan. Asal saja

bersedia takluk kepada kekuasaan Belanda. Beliau akan dijadikan Raja Tanah Batak

asal mau berdamai. Gubernur Belanda Van Daalen yang memberi tawaran itu bahkan

berjanji, akan menyambut sendiri kedatangan Raja Sisingamangaraja XII dengan

tembakan meriam 21 kali, bila bersedia masuk ke pangkuan kolonial Belanda, dan akan

diberikan kedudukan dengan kesenangan yang besar, asal saja mau kompromi, tetapi

Raja Sisingamangaraja XII tegas menolak. Ia berpendirian, lebih baik berkalang tanah

daripada hidup di peraduan penjajah.

Raja Sisingamangaraja XII gugur pada tanggal 17 Juni 1907, tetapi pengorbanannya

tidaklah sia-sia.

Dan cuma 38 tahun kemudian, penjajah betul-betul angkat kaki dari Indonesia. Pada

tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamirkan Sukarno-Hatta.

Kini Sisingamangaraja XII telah menjadi sejarah. Namun semangat patriotismenya, jiwa

pengabdian dan pengorbanannya yang sangat luhur serta pelayanannya kepada rakyat

yang sangat agung, kecintaannya kepada Bangsa dan Tanah Airnya serta kepada

kemerdekaan yang begitu besar, perlu diwariskan kepada generasi penerus bangsa

Indonesia.

Dalam upaya melestarikan system nilai yang melandasi perjuangan Pahlawan Nasional

Raja Sisingamangaraja XII dengan menggali khasanah budaya dan system nilai masa

silam yang dikaitkan dengan keinginan membina masa depan yang lebih baik, lebih

bermutu dan lebih sempurna, maka Lembaga Sisingamangaraja XII yang didirikan dan

Page 16: CERITA PAHLAWAN DAERAH

diketuai DR GM Panggabean pada tahun 1979, telah membangun monumen Pahlawan

Nasional Raja Sisingamangaraja XII di kota Medan yang diresmikan oleh Presiden

Republik Indonesia Soeharto di Istana Negara dalam rangka peringatan Hari Pahlawan

10 Nopember 1997 dan Pesta Rakyat peresmian monumen tersebut di Medan dihadiri

sekitar seratus ribu orang, dengan Pembina Upacara Menko Polkam Jenderal TNI

Maraden Panggabean.

Kemudian oleh Yayasan Universitas Sisingamangaraja XII pada tahun 1984 telah

didirikan Universitas Sisingamangaraja XII (US XII) di Medan, pada tahun 1986

Universitas Sisingamangaraja XII Tapanuli (UNITA) di Silangit Siborong-borong

Tapanuli Utara dan pada tahun 1987 didirikan STMIK Sisingamangaraja XII di Medan.

Page 17: CERITA PAHLAWAN DAERAH

Contoh Kata Sambutan Ketua PanitiaPeringatan Hari Besar Islam

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh..Alhamdulillahirobbil 'alamin, wabihi nasta'in 'ala umuriddunya waddin, ashsholatu wassalamu'ala asrofil ambiyaa iwal mursalin wa'ala alihi washohbihi ajma'in. Robbisrohli sodri, wayassrili amri, wahlul uqdatammilisani yafqohu qouli, amma ba'du.

Bapak-bapak, ibu-ibu dan para hadirin yang dirahmati Allah..Terutama sekali marilah kita bersyukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kita dapat bersama-sama memperingati (Maulid Nabi Muhammad SAW / Isra' Mi'raj) 1433 H dalam keadaan sehat, tanpa suatu halangan apapun

Salawat serta salam marilah senantiasa kita haturkan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW dengan mencupakan sholawat "Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa'ala alihi sayyidina Muhammad". Mudah-mudahan dengan memperbanyak sholawat kepada beliau, bekenan beliau menolong kita di Yaumil Mahsyar kelak. Amin...

Bapak-bapak, ibu-ibu dan para hadirin yang dirahmati Allah..Pertama, saya mengucapkan ribuan terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya untuk dapat menyampaikan laporan panitia atau sambutan dari panitia pelaksana peringatan (Isra' Mi'raj / Maulid Nabi Muhammad SAW) 1433 H yang bertepatan dengan tahun 2012 Masehi.

Bapak-bapak, ibu-ibu dan para hadirin yang dirahmati Allah..Dalam kesempatan ini pula kami ucapkan terima kasih kepada para undangan yang telah sudi menghadiri acara yang kami selenggarakan ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak ustadz Al-Hafidz Masrohan atas kesediaannya memenuhi harapan kami untuk dapat memberikan tausiah pada acara yang kami selenggarakan ini. Mudah-mudahan apa yang akan disampaikan nanti bermanfaat guna bagi kita semua.

Selanjutnya perlu kami sampaikan bahwa, terselenggaranya acara kita pada saat ini, berkat dukungan dari seluruh masyarakat yang berada di lingkungan Masjid Al-Muqorrobin. Adapun penggalangan dana dilakukan dengan menarik iuran dari rumah ke rumah yang tidak kami tentukan batas minimalnya.