Jaminan Kesehatan Masyarakat ASKES dan Kartu Sehat Jakarta

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia, namun sering terjadi dikotomi dalam upaya pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan yang baik hanya diberikan bagi kalangan masyarakat yang mampu sedangkan masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan proporsional. Setiap warga negara berhak untuk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. Kesehatan sudah merupakan kebutuhan pokok dalam hidup. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua manusia. Meskipun sudah berhati- hati, orang tidak boleh secara mutlak menghindari bahaya. Sakit, kecelakaan, kematian, kebakaran, gempa bumi, pencurian dan tindakan kriminal adalah keadaan bahaya yang mungkin dihadapi dalam hidup. Salah satu upaya pemerintah untuk mengimplementasikan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang telah diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 adalah Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang Undang Sistem Jaminan 1

description

Jaminan Kesehatan Masyarakat melalui pendekatan Sistem Kesehatan

Transcript of Jaminan Kesehatan Masyarakat ASKES dan Kartu Sehat Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Semua orang

ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan. Dalam

Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin

setiap warga negara mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan

kesehatan yang ada di Indonesia, namun sering terjadi dikotomi dalam upaya pelayanan

kesehatan, pelayanan kesehatan yang baik hanya diberikan bagi kalangan masyarakat yang

mampu sedangkan masyarakat yang kurang mampu tidak mendapatkan perlakuan yang adil

dan proporsional. Setiap warga negara berhak untuk memiliki akses terhadap pelayanan

kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan,

dengan biaya yang terjangkau. Kesehatan sudah merupakan kebutuhan pokok dalam hidup.

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua manusia. Meskipun sudah berhati-hati,

orang tidak boleh secara mutlak menghindari bahaya. Sakit, kecelakaan, kematian,

kebakaran, gempa bumi, pencurian dan tindakan kriminal adalah keadaan bahaya yang

mungkin dihadapi dalam hidup. Salah satu upaya pemerintah untuk mengimplementasikan

kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang telah diamanatkan dalam Undang

Undang Dasar 1945 adalah Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN). Undang Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan

undang-undang yang mengatur jaminan atau perlindungan sosial untuk seluruh rakyat agar

dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak diselenggarakan oleh beberapa badan

penyelenggaraan jaminan sosial. Dalam undang-undang ini, jenis program jaminan sosial

meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan

jaminan kematian. Jaminan kesehatan diberikan pada seluruh warga negara yang telah

membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah.

Namun sejauh mana sistem pembiayaan kesehatan untuk pelayanan kesehatan

memiliki dampak terhadap seberapa adilkah beban pembayaran didistribusikan diantara

masyarakat. Dalam rangka menjamin keadilan dan perlindungan terhadap resiko finansial

harus terdapat sistem pembayaran pra-upaya yang cukup kuat. Si miskin harus disubsidi

melalui subsidi silang dari kelompok resiko rendah kepada kelompok resiko tinggi,

1

fragmentasi pengelolaan dana harus di hindari dan harus terdapat sistem alokasi atau

pembayaran yang strategis. Jaminan kesehatan kesehatan sosial adalah suatu sistem

manajemen resiko sosial seperti risiko kehilangan pendapatan atau biaya kebutuhan medis

karena sakit yang risiko tersebut dipadukan atau dipindahkan dari individu ke kelompok

dengan kepesertaannya yang bersifat wajib.

1.2. Tujuan.

Untuk mengetahui sejauh mana kebijakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan seperti

Kartu Ansuransi Kesehatan (Kartu ASKES) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) dalam memberi

pelayanan kesehatan pada masyarakat secara pendekatan sistem.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Kesehatan.

2.1.1. Definisi Sistem.

Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in certain pattern of work). Terdapat dua prinsip dasar suatu sistem yaitu unsur-unsur (element) yang merupakan komponen atau bagian pembentuk sistem dan saling berhubungan (interconnection) yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu. 

2.1.2. Pendekatan Sistem.

Pendekatan sistem adalah penerapan cara berpikir sistematis dan logis dalam membahas dan mencari penyelesaian suatu masalah. Pendekatan perlu terpadu dalam memandang suatu objek atau masalah yang kompleks dan bersifat interdisiplin sebagai bagian dari suatu sistem. Pendekatan sistem mencoba menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi signifikan terhadap tujuan sistem. Gagasannya adalah suatu paham sinergi, yakni jumlah bagian-bagian yang diintegrasikan lebih besar dari jumlah bagian secara terpisah. Dengan kata lain, hasil suatu sistem secara keseluruhan dapat ditingkatkan bila bagian-bagian komponennya dapat diintegrasikan. Gagasan lain adalah adanya hubungan timbal balik antar bagian atau subsistem (komunikasi), hirarki bagian-bagian sistem, umpan balik, kontrol, batasan, dan lingkungan sistem.

2.1.3. Definisi Sistem Kesehatan.

Sistem Kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut, dalam bentuk manusia maupun dalam bentuk material.1

2

World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 mendefinisikan sistem kesehatan itu sebagai semua kegiatan yang tujuan utamanya adalah untuk mempromosikan, memulihkan atau menjaga kesehatan. (Health system is defined as all activities whose primary purpose is to promote, restore or maintain health).2

Sistem Kesehatan Nasional 2009 (SKN 2009) adalah bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.3

Sistem kesehatan terbagi kepada dua subsistem yaitu subsistem pelayanan kesehatan dan subsistem pembiayaan kesehatan.

Daftar Pustaka

Gambar 1: Penjabaran Sistem Kesehatan.

2.1.3.1. Subsistem Pelayanan Kesehatan.

Menurut Levey dan Loomba (1973) maka yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sam dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.1

Sesuai dengan batasan yang seperti ini, segera dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya karena kesemuanya ini ditentukan oleh:

3

a. Perorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

b. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau kombinasi dari padanya.

c. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Hodgetts dan Cascio (1983), secara secara umum bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya dapat dibedakan atas bentuk dan jenis pelayanan kesehatan:

Pelayanan kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.

Pelayanan Kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.

2.1.3.1.2. Perbedaan pelayanan kedokteran dengan pelayanan kesehatan masyarakat.

Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat dilihat dari rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan seperti berikut:

a. Pelayanan kedokteran- Tenaga pelaksananya terutama adalah dokter.- Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit.- Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga.- Kurang memperhatikan efisiensi.- Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etik dokter.- Menjalankan fungsi perseirangan dan terikat dengan undang-undang.- Penghasilan diperoleh dari imbal jasa.- Bertanggung jawab hanya pada penderita.- Tidak dapat memonopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat saingan.- Masalah administrasi sangat sederhana.

4

b. Pelayanan kesehatan masyarakat- Tenaga tenaga pelaksananya terutama adalah ahli pukesmas.- Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit penyakit.- Sasaran utamanya adalah masyarakat keseluruhan.- Selalu memperhatikan efisiensi.- Menarik perhatian masyarakat misalnya penyuluhan masyarakat.- Menjalankan fungsi mengorganisir masyarakat dan didukung dengan undang-undang.- Penghasilan merupakan gaji dari pemerintah.- Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat.- Dapat memonopoli upaya kesehatan.- Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan.

2.1.3.1.2. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan.

Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud ialah:

a. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakat adalah setiap saat yang dibutuhkan.

b. Dapat diterima dengan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate) artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

c. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5

d. Mudah di jangkau

Syarat pokok keempat peayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

e. Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud di sini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di tetapkan.

2.1.3.1.3. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Strata pelayanan kesehatan yang dianut oleh tiap negara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat di kelompokkan menjadi tiga macam yakni:

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services) adalah pelayanan kesehatannya yang bersifat kokok, yang sangat dibutuhkan opleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannnya telah dibutuhkan tersediannya tenaga-tenaga spesialis.

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis.

2.1.3.2. Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Subsistem pembiayaan kesehatan adalah bentuk dan cara penyelenggaraan berbagai upaya penggalian, pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

6

Tujuan dari penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan adalah tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Subsistem ini terbagi kepada dua jenis biaya yaitu:

a. Biaya Pelayanan Kedokteran.Biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran

dengan tujuan utama lebih ke arah pengobatan dan pemulihan (aspek kuratif-rehabilitatif) dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta. Besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk menyelenggara dan/atau memanfaatkan pelayanan kedokteran yang dibutuhkan perorangan, keluarga ataupun masyarakat. Biaya pelayanan ini mempunyai dua mekanisme pembayaran yaitu sistem pembayaran tunai (free for service) dan sistem pra dana (pre paid system).

Penyebaran dan pemanfaatan dana ditentukan dengan kemampuan pemerintah, persetujuan perundangan dan rencana yang dipersetujui. Mekanisme pendapatan, pengeluaran dan penggunaan dana dapat disentralisasikan (dipusatkan) daerah ke pusat dan desentralisasi dari pusat ke daerah. Dana biaya pelayanan kedokteran bersumberkan dari pemerintah pusat berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari Pemerintah Daerah Tingkat I dan Pemerintah Daerah Tingkat II berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).1

b. Biaya Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Biaya untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan

masyarakat dengan tujuan utama lebih ke arah peningkatan kesehatan dan pencegahan (aspek preventif-promotif) dengan sumber dana terutama dari sektor pemerintah. Sumber pembiayaan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten/kota) berasal dari pajak (umum dan penjualan), pinjaman luar negeri (deficit financial) serta asuransi sosial. Sedang pembiayaan dari sektor swasta bersumber dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta dan sumbangan sosial. Pengelolaannya mengikuti azas pemerintah yaitu dekonsentrasi (tanggungjawab sepenuhnya pemerintahan pusat), desentralisasi (tanggungjawab sepenuhnya pemerintah daerah) dan medemewind atau perbantuan (tanggungjawab pada pemerintah daerah dengan bantuan daripada pemerintah pusat).1

2.2. Ansuransi

2.2.1. Pengertian Asuransi

Suatu perjanjian dimana si penanggung dengan menerima suatu premi mengikatkan dirinya untuk memberi ganti rugi kepada si tertanggung yang mungkin diderita karena terjadinya suatu peristiwa yang mengandung ketidak pastian dan yang mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan.1

7

2.2.2. Ansuransi Kesehatan

Suatu pengelolaan dana yang berasal dari kontribusi teratur dari peserta untuk membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.1

2.2.3. Manfaat Ansuransi Kesehatan

a. Membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai.b. Biaya kesehatan dapat diawasi.c. Mutu pelayanan dapat diawasi.d. Tersedianya data kesehatan.

2.3.4. Kelemahan Ansuransi Kesehatan

a. Penggunaan yang berlebihan oleh peserta.b. Pemberian pelayanan berlebihan daripada apa yang diperlukan.c. Tingginya biaya kesehatan yang ditanggung.

2.3. Kartu Jakarta Sehat (KJS).

Suatu program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui UP. Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pengobatan.4

Gambar 2: Contoh KJS.

2.3.1. Tujuan KJS

Memberikan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi penduduk Provinsi DKI Jakarta terutama bagi keluarga miskin dan kurang mampu dengan sistem rujukan berjenjang.4

8

2.3.2. Sasaran Peserta Program KJS

Semua penduduk DKI Jakarta yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) / Kartu Keluarga DKI Jakarta yang belum memiliki jaminan kesehatan, diluar program Askes, atau asuransi kesehatan lainnya.4

Tanpa ada syarat administrasi yang menyulitkan warga, serta tidak melewati prosedur tahapan atau birokrasi panjang. Syaratnya hanya satu, punya KTP DKI maka akan mendapatkan KJS.

2.3.3. Kelebihan KJS

Manajemen keuangan, sistem pelaporan dan riwayat kesehatan warga dan proses mendapatkan KJS. Manajemen keuangan yang digunakan dalam KJS, memakai billing sistem sehingga manajemen keuangan terpantau dan dikendalikan dengan baik.

KJS menerapkan sistem laporan dan pencatatan riwayat kesehatan warga. Setiap kali berobat ke Puskesmas maupun ke rumah sakit manapun, kedua instansi ini langsung mendapatkan data dan rekam medis pasien. Hal ini bermanfaat untuk memudahkan para dokter atau tim medis memberikan penanganan perawatan kesehatan yang tepat bagi pasien tersebut.

Cara mendapatkan KJS jauh lebih mudah dibandingkan asuransi kesehatan yang lain. Warga hanya datang ke Ketua Rumah Tetangga (Ketua RT) maupun Ketua Rukun Warga (Ketua RW) atau langsung mendapatkannya di Puskesmas.

2.3.4. Kekurangan KJS

Dalam praktiknya, KJS boleh digunakan juga boleh digunakan orang mampu. Walaupun, warga kelas ini boleh berobat menggunakan uang sendiri. Pemerintah daerah harus memberikan penyuluhan kepada warga dengan mengubah pola pikir bahwa KJS ini benar-benar digunakan bagi orang tidak mampu.

Pengawasan juga masih lemah menyebabkan KJS tidak menepati sasaran dan tidak punya wewenang untuk menolak mereka (orang mampu) untuk menggunakan KJS karena syarat penggunaan KJS hanya menyertakan KTP dan Kartu Keluarga (KK).

Jika KJS tidak digunakan dengan hati-hati, maka semua orang dengan mudah menggunakannya karena setelah mendapat KJS. masyarakat cenderung terdorong berobat di puskesmas. Mereka menganggap bahwa KJS adalah hak semua warga Jakarta. Ini menyebabkan puskesmas-puskesmas terjadi lonjakan pasien.

KJS juga boleh memanjakan warga karena pola pikir masyarakat setelah menerima KJS berbeda pandangannya. Sebelum ada KJS, masyarakat berpikir seribu kali mendapatkan rawatan. Namun karena sudah mempunyai KJS dan syaratnya mudah, orang yang awalnya tidak perlu dirawat malah mahu dirawat walaupun tanpa rawatan juga boleh sembuh. Ini menyebabkan penggunaan KJS berlebihan. KJS seharusnya untuk mendorong orang untuk

9

hidup sehat. KJS seharusnya hanya sebagai garansi dan pegangan kalau sewaktu-waktu mereka benar-benar perlukan pelayanan kesehatan.

2.4. Kartu Ansuransi Kesehatan (ASKES).

Suatu program sebagai salah satu upaya untuk pengentasan kemiskinan, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 2005 membuat Program Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat miskin dan tidak mampu yang disebut dengan program Askeskin. Pengelolaan Program Askeskin yang dilaksanakan oleh PT Askes (Persero) merupakan penugasan dari Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor: 1241/MENKES/SK/XI/2004. Sebagai BUMN, penugasan tersebut dilaksanakan dengan mengacu pada pasal 66 UU nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN dan telah mendapatkan persetujuan Menteri Negara BUMN dengan Surat Persetujuan Meneg BUMN Nomor S-697/HBU/2004 tanggal 31 Desember 2004.5

Sejak tahun 2008, Kementerian Kesehatan merubah terminologi Askeskin menjadi Jamkesmas dengan menugaskan PT Askes (Persero) untuk mengelola manajemen kepesertaannya.

Gambar 3: Contoh Kartu ASKES.

2.4.1. Tujuan Kartu ASKES

Tujuan umum yaitu terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.

Tujuan khususnya yaitu meningkatkan cakupan masyarakat dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.5

10

2.4.2. Sasaran Peserta Program Kartu ASKES

Sasaran program mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 dengan jumlah 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa. Orang miskin dan tidak mampu serta gelandangan, pengemis, anak terlantar serta masyarakat miskin yang tidak mempunyai identitas. Masyarakat miskin penghuni panti-panti sosial, masyarakat miskin korban bencana pasca tanggap darurat serta masyarakat miskin penghuni Rumah Tahanan (Rutan) dan masyarakat miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).5

Penentuan kepesertaan dilakukan melalui pendekatan bawah-ke-atas (pendekatan bottom-up). Aparat Pemerintah Daerah dan jajarannya, beserta masyarakat, melakukan pengumpulan daftar nama dan alamat keluarga miskin yang menjadi peserta. Daftar penerima bantuan yang terkumpul akan disusun dalam sebuah Surat Keputusan Bupati/Walikota. SK Bupati/Walikota tersebut selanjutnya diserahkan ke PT. Askes. PT Askes bertugas dalam penerbitan dan pendistribusian kartu Jamkesmas.

Untuk kepesertaan Jamkesmas tahun 2013 menggunakan sumber data dengan pendekatan lain, yaitu menggunakan BDT (Basis Data Terpadu).

BDT disusun dari hasil pendataan penerima program perlindungan sosial oleh BPS pada tahun 2011 (dikenal sebagai PPLS 11). Hasil PPLS 11 kemudian diurutkan menjadi ranking menurut tingkat kesejahteraan oleh TNP2K menjadi BDT tersebut.

Kementerian Kesehatan telah memutuskan untuk menggunakan BDT sebagai dasar penentuan peserta Jamkesmas mulai tahun 2013. Jumlah (kuota) peserta Jamkesmas serta kriterianya ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan akan menerbitkan kartu baru untuk kepesertaan Jamkesmas mulai 2013. Dengan diterbitkannya kartu yang baru, maka masa berlaku kartu yang lama akan habis.

2.4.3 Kelebihan Kartu ASKES

Ketentuan pembatasnya lebih jelas dapat mengelakan daripada pemberian pelayananan kesehatan yang berlebihan.

Pengawasan dan syarat administrasi untuk mendapatkan kartu ASKES lebih ketat yang hanya masyarakat yang miskin sahaja boleh mendapatkannya.

2.4.4 Kekurangan Kartu ASKES

Kartu ASKES mempunyai kebatasan sehingga kadang-kadang sehingga beberapa jenis atau prosedur pelayanan kesehatan tidak dapat dilakukan seperti pemeriksaan penunjang atau pmemeriksaan laboratorium tidak ditanggung.

Akses untuk mendapatkan kartu ASKES juga terbatas karena mempunyai persyaratan yang lebih ketat menyebabkan masyarakat tidak bermotivasi untuk mendapatkannya. Lebih-lebih lagi masyarakat yang miskin tidak mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi kurang mendapat informasi dan penyuluhan mengenai kartu ASKES.

11

2.5. Pembangunan Kesehatan.

2.5.1. Pengertian Pembangunan Kesehatan.

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.1

Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat.

2.5.2. Arah Pembangunan Kesehatan.

a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselenggarakan

secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.

d. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.

e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.f. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat

pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.

g. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.

h. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

i. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.

j. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.

12

k. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.

l. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

m. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.

n. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai.

2.5.3. Tujuan Pembangunan Kesehatan.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu:

a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

b. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.c. Peningkatan status gizi masyarakat.d. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).e. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

2.5.4. Kebijakan Pembangunan Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan yang dikelompokkan sebagai berikut:

a. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

b. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

13

Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.

c. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.

Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan.

Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.

d. Peningkatan Upaya Kesehatan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan.

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah bertanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.

Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit

14

menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderung meningkat.

Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.

e. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JKPM) yakni cara pelayanan kesehatan melalui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana.

f. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi.

15

Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi: regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.

Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

g. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

h. Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.

16

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Jaminan kesehatan masyarakat perlu pedekatan sistem supaya pengawasan lebih ketat dan syarat-syarat ketentuan keterbatasan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan komprehensif.

3.2. Saran.

Pengetahuan tentang asuransi di Indonesia harus diperkayakan agar dapat menjamin semua aspek warga negaranya yang mengikuti asuransi agar lebih baik lagi. Jaminan kesehatan ansuransi juga harus proaktif memberikan informasi yang benar serta mengawasi dengan lebih teliti sasaran peserta yang ditujukan dan membuat syarat-syarat yang yang lebih efektif dan komprehensif yang tidak membebankan peserta agar pelayanan asuransi lebih baik dan menjamin dapat membuat banyak masyarakat semakin bertambah mengikuti asuransi-asuransi yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1) Djap HS, Irwandy T, Ernawaty T, Melda S, Aris S, Diana L et al. Bahan Kuliah Blok 26 Community Medicine. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2013.

2) Health systems: Improving Performance. Geneva: World Health Organization [internet] 2000. [cited 2013 July 2] Available from: http://www.who.int/whr/2000/en/whr00_en.pdf

3) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Jakarta [internet] 2009. [cited 2013 July 2] Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/SKN%20final.pdf

4) Peserta Kartu Jakarta Sehat. Jakarta: Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta [internet] 2012. [cited 2013 July 2] Available from: http://www.jakarta.go.id/web/news/2012/11/peserta-kartu-jakarta-sehat

5) Program ASKES Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: ASTERIX [internet] 2012. [cited 2013 July 2] Available from: http://www.ptaskes.com/read/askesjamkesmas

17