Jakstra Perbatasan-1

download Jakstra Perbatasan-1

of 8

description

pp

Transcript of Jakstra Perbatasan-1

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    BBAABB II PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Wilayah perbatasan merupakan bagian wilayah provinsi, kabupaten atau kota

    yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan yang langsung

    berhadapan dengan negara lain. Wilayah perbatasan menjadi kawasan yang rawan

    terhadap gangguan keamanan karena beberapa permasalahan berikut:

    1. Wilayah perbatasan merupakan kawasan yang umumnya masih terisolasi dan

    prasarana dan sarana transportasi menuju ke kawasan tersebut masih terbatas.

    2. Pelayanan pendidikan masyarakat relatif masih rendah sehingga kualitas sumberdaya

    manusia terbatas dan kurang mampu bersaing, serta mendorong proses kemiskinan.

    3. Hubungan kekerabatan antar suku-suku yang berdiam di kawasan perbatasan kedua

    negara mendorong pelintas batas illegal.

    4. Kota-kota kecil di sekitar wilayah perbatasan umumnya kurang berkembang,

    sehingga tidak dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

    GBHN 1999-2004 seperti yang tertuang dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999

    memberikan landasan arah kebijakan pembangunan daerah yang lebih memprioritaskan

    pembangunan di wilayah perbatasan dengan menganut prinsip desentralisasi dan otonomi

    daerah sebagaimana termaktub dalam Bab IV butir G. Pembangunan Daerah, point 1.h.

    yaitu meningkatkan pembangunan di seluruh daerah, terutama di kawasan timur

    Indonesia, daerah perbatasan dan wilayah tertinggal lainnya dengan berlandaskan pada

    prinsip desentralisasi dan otonomi daerah. Kebijakan ini menjadikan kawasan perbatasan

    sebagai paradigma baru dalam pembangunan nasional.

    Dalam Undang-Undang 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang, pasal 8 ayat 2

    dan ayat 3, wilayah perbatasan merupakan salah satu kawasan yang meliputi lebih dari

    satu wilayah administratif propinsi, atau kabupaten, atau kota yang penataan ruangnya

    dikoordinasikan oleh Menteri (lintas propinsi) atau Gubernur (lintas kabupaten/kota), dan

    kemudian dipadukan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota

    I - 1Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    yang bersangkutan. Apabila wilayah perbatasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan

    tertentu, maka penataan ruangnya dikoordinasikan oleh Pemerintah, walaupun wilayah

    perbatasan tersebut hanya bersifat lintas kabupaten/kota saja.

    Pada pasal 10 ayat 3 UU No 24 tahun 1992 tersebut juga dijelaskan bahwa

    wilayah perbatasan merupakan salah satu kawasan yang strategis, yaitu kawasan yang

    secara nasional menyangkut hajat hidup orang banyak, baik ditinjau dari sudut

    kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan pertahanan keamanan.

    Selanjutnya pasal 23 ayat 2 UU No 24 tahun 1992 menyebutkan pula, bahwa wilayah

    perbatasan adalah kawasan strategis dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional oleh

    karena :

    a. Mempunyai pengaruh yang besar terhadap usaha pengembangan tata ruang wilayah

    sekitarnya

    b. Mempunyai dampak penting, baik terhadap kegiatan yang sejenis maupun terhadap

    kegiatan lainnya,

    c. Merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan

    pertahanan keamanan.

    Kawasan perbatasan antar negara, baik yang ada di daratan maupun di lautan

    (pulau-pulau terluar), merupakan beranda depan negara yang kinerja perkembangan

    wilayahnya hingga saat ini masih relatif rendah. Hal ini dapat diamati dari beberapa fakta

    seperti rendahnya aksesibilitas yang mengakibatkan kawasan ini menjadi relatif terisolir

    dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi; kegiatan ekonomi yang ada kurang berkembang

    sehingga cenderung menjadi kawasan tertinggal; dan minimnya pelayanan prasarana dan

    sarana ekonomi, sosial maupun lingkungan permukiman. Oleh karena itu, pembangunan

    kawasan perbatasan semestinya harus dipercepat dan diprioritaskan agar kesenjangan-

    kesenjangan yang terjadi dapat dikurangi, serta demi menjaga keutuhan NKRI dari

    ancaman disintegrasi.

    Percepatan pengembangan kawasan perbatasan pada prinsipnya berkaitan

    dengan percepatan pembangunan ekonomi, khususnya desa-desa atau kecamatan

    perbatasan antar negara yang diarahkan untuk: (i) mendukung daya tahan sosial

    ekonomi masyarakat, (ii) meningkatkan peluang dan daya saing ekonomi masyarakat

    perbatasan, dan (iii) mendukung ketertiban dan keamanan daerah perbatasan. Oleh

    karena itu, kebijakan dan strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan hendaknya

    I - 2Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    dapat mempertimbangkan arah percepatan pengembangan kawasan perbatasan tersebut

    dan mendorong peningkatan peluang kerjasama sosial ekonomi dan keamanan

    (pengamanan aset daerah, pencegahan kriminalitas, dan penentuan titiktitik tertentu

    sebagai pintu gerbang negara).

    Upaya percepatan pengembangan kawasan perbatasan antar negara ini didasari

    dua isu utama, yaitu adanya ancaman terhadap keutuhan wilayah NKRI dan kurangnya

    keberpihakan pembangunan untuk kawasan perbatasan. Isu pertama tersebut dapat

    diamati dari beberapa fakta seperti: masih lemahnya peraturan perundangan yang

    memberi kekuatan hukum bagi demarkasi batas antar negara; intervensi ekonomi, sosial

    maupun pembangunan fisik (seperti reklamasi pantai di Singapura maupun Malaysia) dari

    negara tetangga yang dapat mendorong pergeseran garis batas (patok batas),

    tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan peluang sengketa penguasaan pulau-pulau terluar;

    dan adanya pulau-pulau kecil yang belum bernama ataupun belum berpenghuni yang

    sangat rawan dipandang dari aspek pertahanan keamanan; serta masih banyak dan

    tingginya kawasan rawan konflik sosial-ekonomi dan hankam di daerah yang berbatasan

    dengan negara tetangga, seperti Sangihe-Talaud, Kepulauan Anambas, Pulau Wetar,

    Timor Barat, dan Papua.

    Beberapa fakta yang menguatkan isu kedua diantaranya adalah: masih maraknya

    kegiatan eksploitasi sumberdaya alam (darat maupun laut) yang illegal; keterisolasian

    wilayah dari pusat pertumbuhan ekonomi sebagai akibat keterbatasan prasarana dan

    sarana transportasi atau rendahnya tingkat aksesibilitas antar kawasan perbatasan; dan

    kegiatan ekonomi yang berlangsung dengan efisiensi yang masih rendah sehingga

    mendorong timbulnya kemiskinan yang dapat memicu masyarakat menjadi pelintas batas

    illegal ke negara tetangga yang lebih maju untuk memperbaiki tingkat perekonomiannya;

    serta adanya disparitas pembangunan antar wilayah terutama kesenjangan prasarana dan

    sarana wilayah antar kedua wilayah negara yang dapat menjadi pemicu orientasi

    perekonomian masyarakat.

    Pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional pengembangan kawasan

    perbatasan melalui Sidang Kabinet pada tanggal 22 Agustus 2002 diantaranya adalah

    menjadikan kawasan perbatasan sebagai beranda depan NKRI; pengembangan

    dilakukan berdasarkan prinsip kesejahteraankeamanankelestarian lingkungan; dan

    mendorong kerjasama yang saling menguntungkan. Upaya tersebut membutuhkan acuan

    I - 3Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    spasial yang menyeluruh (holistic) sehingga baik pembangunan sektor maupun daerah,

    swasta dan masyarakat saling mendukung secara sinergis untuk tujuan pembangunan

    kawasan perbatasan.

    Dilandasi kedua isu utama tersebut di atas, Direktorat Jenderal Penataan Ruang

    Depkimpraswil pada tahun anggaran 2003 yang lalu telah merumuskan kebijakan dan

    strategi (jakstra) spasial pengembangan kawasan perbatasan di 5 (lima) provinsi, yaitu

    Riau/Kep.Riau, Sulut, Maluku, NTT dan Papua, yang mana dimasing-masing provinsi

    tersebut disusun pula rencana tata ruang (RTR) kawasan untuk P. Batam dan sekitarnya,

    Sangihe-Talaud, P. Wetar dan sekitarnya, Kab. Alor dan Kab. Belu, serta Sota (Merauke)

    dan sekitarnya. Selanjutnya, sesuai amanat Rakernas BKTRN 14 Juli 2003 di Surabaya,

    jakstra spasial tersebut perlu dituangkan dalam produk peraturan perundangan yang

    dapat mengikat seluruh stakeholder, sehingga dapat memayungi berbagai langkah

    pembangunan dalam upaya percepatan perkembangan wilayah kawasan perbatasan.

    Untuk itu, jakstra spasial pengembangan kawasan perbatasan beserta RTR yang

    telah disusun pada tahun anggaran sebelumnya perlu disosialisasikan dan dikonsultasikan

    kepada pemerintah daerah terkait. Sosialisasi ini akan memperkuat dukungan pemerintah

    daerah (provinsi, kabupaten dan kota) terhadap substansi yang akan dituangkan dalam

    produk peraturan ataupun justifikasi dan pendalaman RTR yang telah disusun.

    Produk peraturan tersebut, sesuai dengan hasil pembahasan dengan pemerintah

    daerah (provinsi dan kabupaten/kota), diusulkan dalam Keputusan Presiden (Keppres).

    Mengingat karakteristik kelima kawasan perbatasan tersebut sangat beragam dan

    mempunyai keunikan lokal, maka keppres tersebut hendaknya dapat mengakomodir

    keberagaman tersebut bila disusun dalam sebuah keppres atau disusun secara terpisah

    untuk masing-masing lokasi sesuai dengan karakteristiknya (menjadi lima keppres).

    Rakeppres ini menitikberatkan pada pengaturan aspek penataan ruang yang

    diharapkan dapat memberikan acuan spasial pembangunan bagi sektor dan wilayah

    dalam perumusan program pembangunan. Oleh karena itu, dalam proses perumusan

    materi ataupun legal draftnya seyogyanya diawali dengan pelaksanaan sosialisasi jakstra

    dan RTR yang telah disusun dengan melibatkan sektor-sektor terkait dan pemerintah

    daerah (provinsi dan kabupaten/kota) setempat.

    I - 4Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    1.2. MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN KELUARAN

    Pekerjaan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan dan mengkonsultasikan

    jakstra dan RTR yang telah disusun kepada pemerintah daerah, serta menyiapkan materi

    Rancangan Keppres yang dapat memayungi dan memberikan kekuatan hukum bagi

    pelaksanaan kegiatan investasi yang dilakukan oleh para stakeholders terkait dalam

    rangka percepatan pembangunan kawasan perbatasan di 5 provinsi, yaitu Provinsi

    Riau/Kep. Riau, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku, Provinsi NTT dan Provinsi

    Papua).

    Tujuan pekerjaan adalah mensosialisasikan dan mengkonsultasikan substansi

    Jakstra dan RTR Kawasan Perbatasan yang telah disusun pada TA 2003 kepada

    pemerintah daerah dan menyiapkan materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan

    Kawasan Perbatasan untuk 5 provinsi (Riau/Kep. Riau, Sulut, Maluku, NTT dan Papua).

    Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Tersosialisasikannya substansi Jakstra dan RTR Kawasan Perbatasan kepada seluruh

    kabupaten/kota perbatasan di kelima provinsi.

    2. Terumuskannya materi teknis jakstra spasial dan arahan pengembangan wilayah

    kawasan pengembangan ekonomi

    3. Terumuskannya kesepakatan substansi pengaturan Rakeppres antara pemerintah

    (sektor terkait) dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), swasta dan

    masyarakat, serta stakeholder lainnya.

    4. Terselenggaranya proses pembahasan Rakeppres, termasuk terfasilitasinya

    perumusan kesepakatan antara pemerintah (sektor terkait) dan pemerintah daerah

    (provinsi dan kabupaten/kota) terhadap substansi yang diatur dalam Rakeppres.

    5. Terumuskannya Rakeppres Kebijakan dan Strategi Spasial Pengembangan Kawasan

    Perbatasan untuk kelima provinsi perbatasan.

    Keluaran atau hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi

    tiga jenis laporan, yaitu:

    1. Proceding sosialisasi/konsultasi publik substansi jakstra dan RTR kawasan perbatasan

    2. Materi teknis jakstra spasial pengembangan dan arahan pengembangan wilayah untuk

    masing-masing kawasan pengembangan ekonomi.

    I - 5Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    3. Legal draft Rakeppres Kebijakan dan Strategi Spasial Pengembangan Kawasan

    Perbatasan untuk kelima provinsi beserta Proceding proses pembahasannya.

    Keluaran atau hasil pekerjaan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh instansi

    sektoral (di pusat), pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota terkait), dan

    masyarakat serta dunia usaha (swasta) yang dapat diamati dari indikator kinerja sebagai

    berikut :

    1. Tersosialisasinya substansi jakstra dan RTR kawasan perbatasan yang telah disusun.

    2. Terwujudnya partisipasi daerah dalam perumusan substansi Rakeppres

    3. Tersedianya Rakeppres sebagai acuan spasial (termasuk pengendalian pemanfaatan

    ruang) bersama bagi pelaku pembangunan

    4. Terjadinya sinkronisasi dan kesepakatan bersama untuk mempercepat perkembangan

    kawasan perbatasan antara pemerintah (sektor terkait) dan pemerintah daerah

    (provinsi dan kabupaten/kota) serta menjadi acuan kepastian lokasi investasi

    terutama bagi swasta dan masyarakat.

    Kegiatan ini dilaksanakan oleh pusat dengan lingkup wilayah meliputi 5 (lima)

    kawasan perbatasan di 5 (lima) provinsi, yaitu: Riau/Kep. Riau, Sulawesi Utara (terutama

    Kab. Kep. Sangihe & Kab. Kep. Talaud), Maluku (terutama Kab. Maluku Tenggara Barat),

    Nusa Tenggara Timur (terutama Timor Barat dan Kab. Alor), dan Papua.

    Untuk mencapai keluaran yang diharapkan, maka sekurang-kurangnya akan

    dilakukan kegiatan-kegiatan utama sebagai berikut:

    1. Melakukan quick assessments dalam rangka perumusan arahan pengembangan

    wilayah masing-masing kawasan pengembangan ekonomi.

    2. Menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah berkaitan

    dengan substansi teknis jakstra spasial pengembangan kawasan perbatasan dan RTR

    Kawasan Perbatasan di kelima ibukota provinsi yang melibatkan nara sumber meliputi:

    Bupati, BKPMD, Bappeda Provinsi, Perguruan Tinggi, dan 4 instansi sektoral (pusat)

    terkait sesuai karakteristik wilayahnya seperti Departemen Perikanan dan Kelautan

    untuk kawasan perbatasan matra laut serta peserta yang meliputi Bappeda dan Dinas

    yang secara kompetensi terkait baik dari Kabupaten/Kota maupun Provinsi perbatasan.

    3. Merumuskan materi teknis jakstra spasial dan arahan pengembangan wilayah kawasan

    pengembangan ekononi yang dipertajam dengan kajian dalam aspek prasarana dan

    I - 6Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    sarana wilayah, kelembagaan dan pembiayaan pembangunan, serta sosial

    kemasyarakatan setempat di perbatasan.

    4. Merumuskan materi pengaturan (legal draft) Rakeppres Kebijakan dan Strategi Spasial

    Pengembangan Kawasan Perbatasan

    5. Menyelenggarakan pembahasan legal draft Rakeppres dengan tim lintas sektor

    (kelompok kerja BKTRN) secara intensif melalui konsinyasi dan rapat koordinasi tim.

    6. Melaksanakan penyempurnaan legal draft Rakeppres Kebijakan dan Strategi Spasial

    Pengembangan Kawasan Perbatasan, dan menyampaikannya ke Sekretariat BKTRN.

    7. Menyelenggarakan seminar jakstra spasial pengembangan kawasan perbatasan di

    pusat dengan mengundang 2 orang perwakilan dari masing-masing provinsi dan

    kabupaten/kota terkait, yaitu seorang dari instansi Bappeda dan seorang dari Dinas

    terkait.

    1.3. MUATAN PELAPORAN

    Dalam rangka untuk memudahkan pemahaman terhadap Laporan Pendahuluan,

    maka dalam subbab ini disampaikan penjelasan mengenai muatan pelaporan. Laporan

    Pendahuluan ini disusun dalam enam Bab dengan uraian muatan masing-masing bab

    secara garis besar sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab pertama dari Laporan Pendahuluan ini menyampaikan latar belakang

    pelaksanaan pekerjaan; maksud, tujuan, sasaran, dan keluran pekerjaan;

    serta muatan pelaporan.

    BAB II KEBIJAKAN & STRATEGI SPASIAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN

    Bab kedua berisi review kebijakan & strategi spasial pengembangan kawasan

    perbatasan di lima lokasi, yaitu Riau Kepulauan, Sulawesi Utara, Maluku,

    Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Alor), dan Papua (RI-PNG). Review

    kebijakan & strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan wilayah studi

    yang disampaikan meliputi: lingkp lokasi,isu pengembangan kawasan,

    kebijakan dan strategi spasial pengembangan kawasan perbatasan, serta

    arahan tata ruang kawasan perbatasan pada kelima wilayah studi.

    I - 7Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

  • PT. AMYTHAS Experts & Associates

    BAB III ARAHAN TATA RUANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI

    Bab ini merupakan sinkronisasi antara RTR Kawasan Perbatasan dengan

    Jakstra Spasial Perbatasan (TA 2003), yang meliputi substansi : lokasi dan

    klustering, sistem kota, prasarana wilayah, kawasan lindung, kawasan hankam

    serta arahan pengembangan Kawasan Pengembangan Ekonomi (KPE) : 1)

    Batam dan sekitarnya; 2) Sangihe Talaud; 3) P. Wetar;4) Alor ; 5) Merauke.

    BAB IV PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

    Bab keempat menyampaikan pendekatan pelaksanaan pekerjaan, seperti :

    sosialisasi/konsultasi publik, perumusan materi teknis, perumusan legal

    drafting Rakeppres.

    BAB V RENCANA KERJA DAN MOBILISASI TENAGA AHLI

    Bab kelima dari Laporan Pendahuluan ini menyampaikan rencana kerja dan

    mobilisasi tenaga ahli yang akan dilakukan oleh Konsultan, seperti :

    pelaksanaan konsultasi publik, pelaksanaan perumusan materi teknis, legal

    drafting Rakeppres, serta Matriks Penugasan Tenaga Ahli.

    BAB VI ORGANISASI DAN RENCANA PELAPORAN HASIL KEGIATAN

    Bab terakhir dari Laporan Pendahuluan ini menyampaikan organisasi dan

    rencana pelaporan hasil kegiatan yang akan dilakukan oleh Konsultan, seperti

    :organisasi pelaksanaan pekerjaan, dan rencana pelaporan hasil kegiatan yang

    diusulkan oleh Konsultan.

    I - 8Laporan Pendahuluan Perumusan Materi Rakeppres Jakstra Spasial Pengembangan Kawasan Perbatasan

    BAB I PENDAHULUANBAB II KEBIJAKAN & STRATEGI SPASIAL PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASANBAB III ARAHAN TATA RUANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI BAB IV PENDEKATAN PELAKSANAAN PEKERJAANBAB V RENCANA KERJA DAN MOBILISASI TENAGA AHLIBAB VI ORGANISASI DAN RENCANA PELAPORAN HASIL KEGIATAN