Jakarta, 26 Januari .2012 • Menteri Perindustrian,...

5
PENGANTAR PEMERINTAH PADAACARA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI J.V DPR-RI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN Jakarta, 26 Januari . 2012 Yang saya hormati: • Saudara Ketua dan para Wakil Ketua KOMIS! IV DPR-RI, Para Anggota Komisi IV DPR-RI, • Menteri Perindustrian, • Menteri Perdagangan, • Menteri Dalam Negeri, • Menteri Hukum dan HAM, • Para undangan dan hadirin sekalian, yang berbahagia. Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata'ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat hadir di tempat ini dalam keadaan sehat wal'afiat untuk melaksanakan Rapat Kerja Kedua dengan Komisi IV DPR-RI dalam rangka pembahasan DIM RUU tehtang Pangan dan pembentukan Panitia Kerja. ARSIP DPR-RI

Transcript of Jakarta, 26 Januari .2012 • Menteri Perindustrian,...

PENGANTAR PEMERINTAH PADAACARA

RAPAT KERJA DENGAN KOMISI J.V DPR-RI ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PANGAN

Jakarta, 26 Januari .2012

Yang saya hormati: • Saudara Ketua dan para Wakil Ketua KOMIS! IV DPR-RI, • Para Anggota Komisi IV DPR-RI, • Menteri Perindustrian, • Menteri Perdagangan, • Menteri Dalam Negeri, • Menteri Hukum dan HAM, • Para undangan dan hadirin sekalian, yang berbahagia.

Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah

Subhanahu Wata'ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat hadir di tempat ini dalam keadaan sehat wal'afiat untuk melaksanakan Rapat Kerja Kedua dengan Komisi IV DPR-RI dalam rangka pembahasan DIM RUU tehtang Pangan dan pembentukan Panitia Kerja. ARSIP

DPR-R

I

Saudara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan serta Hadirin yang saya hormati

Dalam kesempatan ini, perkenankan saya untuk menyampaikan penjelasan singkat mengenai Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) RUU tentang Pangan usulan Pemerintah yang telah kami sampaikan pada Rapat Kerja Pertama tanggal 18 Januari 2012 yang lalu. DIM RUU tentang Pangan tersebut berjumlah 776 DIM, dengan rincian sebagai berikut: (a) tetap sebanyak 94 DIM (12,11°/o), (b) perubahan redaksional sebanyak 181 DIM (23,32°/o), dan (c) perubahan substansi sebanyak 501 DIM (64,56°/o). Demikan halnya, dalam DIM RUU tentang Pangan tersebut terdapat juga perubahan Bab, dan di dalam isi masing-masing Bab terdapat perubahan substansi yang signifikan.

Adapun perubahan substansi tersebut disebabkan antara lain:

1. Terdapat beberapa pasal dan ayat yang dihilangkan, dengan pertimbangan bahwa substansi dari beberapa pasal dan ayat tersebut sudah diakomodir dalam pasal maupun ayat lainnya, dan sebagian lagi dinilai kurang tepat atau tidak relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Adanya penambahan ruang lingkup pengaturan, sehingga terjadi penambahan, penggabungan, dan perubahan bab dan pasal. Dengan demikian, dalam DIM RUU tentang Pangan tersebut terdapat 19 Bab. Beberapa bab yang ditambahkan adalah: Bab VI. Konsumsi Pangan dan Gizi, Bab IX. Pengawasan Keamanan, Label dan Iklan, Bab XV. Sanksi Administratif, dan Bab XVI. Penyidikan.

3. Alasan penambahan bab-bab tersebut adalah:

(i) Bab VI. Konsumsi Pangan dan Gizi. Bab ini ditambahkan atas dasar pertimbangan bahwa pilar ketahanan pangan terdiri atas 3 subsistem, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan konsumsi pangan. Penambahan kata gizi pada bab tersebut karena terkait langsung dengan upaya peningkatan konsumsi pangan yang ingin dicapai sesuai PPH (Pola Pangan Harapan), yaitu beragam, bergizi seimbang, dan aman.

2

ARSIP D

PR-RI

(ii) Bab IX. Pengawasan Keamanan, Label, dan Iklan. Bab ini ditambahkan mengingat persoalan keamanan, label dan iklan pangan merupakan isu yang perlu ditangani dengan lebih baik, sehingga upaya pengawasannya perlu mendapat pengaturan yang jelas dan dengan landasan hukum yang kuctt.

(iii) Bab XV. Sanksi Administratif. Pengaturan sanksi administratif dalam konsep RUU terdapat dalam berbagai Bab dan Bagian. Untuk mengkonsolidasikan pengaturan supaya penanganan setiap permasalahan dapat lebih fokus, maka pengaturan ini dikumpulkan dalam Bab tersendiri.

(iv) Bab XVI. Penyidikan. Pengaturan penyidikan ditambahkan dengan pertimbangan: (a) untuk memberi ruang pembinaan bagi pelaku yang belum mampu mentaati ketentuan yang telah ditetapkan dalam RUU ini; dan (b) sebagai dasar hukum bagi penyidik PPNS untuk melakukan penyidikan masalah teknis yang tidak ditangani oleh penyidik kepolisian.

Saudara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan serta Hadirin yang saya hormati

Beberapa isu strategis yang perlu saya sampaikan pada pertemuan ini antara lain:

1. Pembangunan pangan tidak diliberalisasi. Hal-hal pokok dan strategis seperti penguasaan cadangan pangan dan kebijakan

perdagangan pangan tetap dipegang Pemerintah. Pemerintah tetap berperan dominan dalam pelaksanaan pembangunan pangan seperti ditunjukkan dalam pasal-pasal yang mengatur tentang:

a. Tanggung jawab Pemerintah dalam penyediaan pangan untuk kebutuhan konsumsi pangan masyarakat diutamakan dari

produksi dalam negeri; b. Peran Pemerintah dalam pengaturan keamanan pangan dan

pemasukan/pengeluaran pangan;

3

ARSIP D

PR-RI

c. Tanggung jawab Pemerintah dalam mengatasi krisis pangan; d. Tanggung jawab Pemerintah dalam penyediaan dan penyaluran

Pangan Pokok dan pangan lainnya sesuai kebutuhan masyarakat miskin serta rawan pangan dan gizi;

e. Tanggung jawab Pemerintah dalam memberikan perlindungan dan pembinaan kepada petani, nelayan, dan pelaku usaha di bidang pangan skala mikro kecil.

2. Dalam DIM RUU tentang Pangan dirumuskan perlunya kelembagaan nasional urusan pangan yang langsung di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Pembentukan kelembagaan ini didasari pemikiran bahwa. perwujudan ketahanan pangan merupakan komitmen nasional y~ng perlu dikelola secara terintegrasi dan terkoordinasi lintas sektor oleh Pemerintah (pusat) dengan melibatkan Pemerintah Daerah. Kelembagaan m1 mempunyai tugas menetapkan kebijakan pangan dan gizi nasional, dan mengkoordinasikan, mengintegrasikan, serta mensinkronkan pelaksanaan kebijakan pangan ,dan gizi nasional. Sementara itu, dalam DIM RUU tentang Pangan ini, tidak terdapat pengaturan tentang pembentukan kelembagaan pangan di daerah (tingkat provinsi dan kabupaten/kota). Saat ini telah terbentuk unit kerja ketahanan pangan setingkat eselon II di 30 Provinsi dalam bentuk Badan, dan sudah banyak terbentuk Sadan/Kantor Ketahanan Pangan atau unit kerja setingkat eselon II dan III di kabupaten/kota. Pelaksanaan pernbangunan pangan di daerah disarankan agar mengoptimalkan kelembagaan ketahanan pangan yang sudah ada tersebut.

4

ARSIP D

PR-RI

Saudara Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Dewan serta Hadirin yang saya hormati

Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, sebagai bahan pertimbangan bagi Panitia Kerja (Panja) dalam pembahasan RUU Pangan.

Sebelum saya mengakhiri sambutan ini, saya mengharapkan kepada Panitia Kerja dapat membahas DIM RUU tentang Pangan ini secara komprehensif, aspiratif, dan konstruktif sehingga dapat menghasilkan Undang-Undang tentang Pangan yang bermanfaat bagi bangsa, negara, dan masyarakat.

Wabillahittaufiq walhidayah. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 26 Januari 2012 a.n Pemerintah Republik Indonesia

Menteri Pertanian RI

--Suswono(-

5

ARSIP D

PR-RI