RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari...

17
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM, (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir lzin Acara : 2009-2010 : Ill : Terbuka : Rapat Kerja : Kamis, 22 April 2010 : Pukul 19.30 - 20.45 WIB : Ruang Rapat Komisi Ill DPR RI. : Fachri Hamzah, SE I Wakil Ketua Komisi Ill DPR RI. : 18. Rudyanto, SH, MH I Kepala Bagian Set.Komisi Ill DPR-RI. : 35 orang Anggota dari 55 Anggota Komisi Ill DPR-RI. : 5 orang Anggota. 1. Penjelasan Presiden terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi 2. Pandangan fraksi-fraksi terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi 3. Pembentukan DIM (Daftar lnventarisasi Masalah) PIMPINAN RAPAT (FAHRI HAMZAH, SE): Bismillahirohmanirohim. Assalamua/aikum Warohmatu//ahi Wabarokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua. Bapak Menkumham beserta jajarannya. Teman-teman Anggota dan Pimpinan Komisi Ill DPR RI. Pertama-tama berulang-ulang marilah kita bersyukur karena pada malam hari ini kita bisa menghadiri rapat kerja dalam rangka Pembicaraan Tingkat I Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi pada hari ini dalam keadaan sehat wal'afiat. . Sesuai dengan laporan Sekretariat Rapat Kerja Komisi Ill DPR RI pada hari ini dihadiri oleh sudah 6 Fraksi dan kita akan terus berjalan sambil menunggu kedatangan teman lain-lain. Maka perkenankan kami dengan keadaan seperti yang saya sebutkan tadi ada 22 orang dari 6 Fraksi artinya ada 3 lagi Fraksi yang kami tunggu ARSIP DPR RI

Transcript of RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari...

Page 1: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT RAPAT KERJA KOMISI Ill DPR RI

DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM,

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Sifat Jenis Rapat Hari/tanggal Waktu Tempat Ketua Rapat Sekretaris Rapat Hadir lzin Acara

: 2009-2010 : Ill

: Terbuka : Rapat Kerja : Kamis, 22 April 2010 : Pukul 19.30 - 20.45 WIB : Ruang Rapat Komisi Ill DPR RI. : Fachri Hamzah, SE I Wakil Ketua Komisi Ill DPR RI. : 18. Rudyanto, SH, MH I Kepala Bagian Set.Komisi Ill DPR-RI. : 35 orang Anggota dari 55 Anggota Komisi Ill DPR-RI. : 5 orang Anggota.

1. Penjelasan Presiden terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi

2. Pandangan fraksi-fraksi terhadap RUU tentang Perubahan Atas UU Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi

3. Pembentukan DIM (Daftar lnventarisasi Masalah)

PIMPINAN RAPAT (FAHRI HAMZAH, SE):

Bismillahirohmanirohim. Assalamua/aikum Warohmatu//ahi Wabarokatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua. Bapak Menkumham beserta jajarannya. Teman-teman Anggota dan Pimpinan Komisi Ill DPR RI.

Pertama-tama berulang-ulang marilah kita bersyukur karena pada malam hari ini kita bisa menghadiri rapat kerja dalam rangka Pembicaraan Tingkat I Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi pada hari ini dalam keadaan sehat wal'afiat.

. Sesuai dengan laporan Sekretariat Rapat Kerja Komisi Ill DPR RI pada hari ini dihadiri oleh sudah 6 Fraksi dan kita akan terus berjalan sambil menunggu kedatangan teman lain-lain. Maka perkenankan kami dengan keadaan seperti yang saya sebutkan tadi ada 22 orang dari 6 Fraksi artinya ada 3 lagi Fraksi yang kami tunggu

ARSIP D

PR RI

Page 2: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

kehadirannya. Perkenankan kami membuka rapat ini dan dinyatakan terbuka untuk umum.

RAPAT DIBUKA

Selanjutnya kami menyampaikan terima kasih atas kehadiran dari Bapak-bapak dari Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya, demikian juga teman-teman Komisi Ill DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan agenda sebagai berikut. Pertama, penjelasan Presiden terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi, kemudian yang kedua adalah pandangan Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi, lalu yang ketiga adalah pembentukan daftar inventarisasi masalah.

Kami juga ingin meminta persetujuan karena ini sudah kita mulai terlambat sekitar 30 menit, kita patok untuk rapat pada malam hari ini kita akhiri sekitar jam 9 malam ya, untuk sementara waktu setuju ya ?

RAPAT SETUJU

Pak Menteri dan teman-teman Anggota Komisi Ill DPR RI yang terhormat.

Mengawali rapat kerja hari ini terlebih dahulu kami minta penjelasan Presiden yang diwakili oleh Menteri Hukum dan HAM atas Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi, dan ya memang malam ini dengan Pak Menteri kita banyak setengah jam lebih kita berdiskusi soal masalah-masalah lain di ruang tunggu, tapi malam ini kita hanya membahas Undang­undang ini dulu Pak Menteri, jadi pertemuan setengah jam tadi di ruang tunggu itu menimbulkan banyak kerinduan lain untuk ketemu Pak Menteri, tapi karena malam ini kita dibatasi oleh waktu, kita hanya akan membahas materi yang kita sepakati malam ini karena itu kami perisilakan kepada Pak Menteri untuk mewakili Presiden RI menyampaikan penjelasannya, silakan.

MENTERI HUKUM DAN HAM (PATRIALIS AKBAR):

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Selamat malam. Salam sejahtera buat kita semua.

Alhamdulillah Wasyukuri/lah Lahaula Walakuata l/abillah.

Yang saya hormati Pimpinan Komisi Ill DPR RI. Ketua dan Wakil ketua, kemudian Bapak-bapak dan lbu Komisi Ill DPR RI yang kami hormati.

Pertama terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk menyampaikan keterangan Presiden atas Rancangan Undang-undang Grasi. Sebelumnya perkenankan kami ingin memperkenalkan kawan-kawan di sini Pak yang hadir dari Kementerian Hukum dan HAM banyak sekali, di sebelah kami Pak Prof. Ahmad Ramli kepala BPHN, kemudian sebelah kiri kami Bapak Abdul Wahid Dirjen PP, kemudian Pak Wicipto Direktur Harmonisasi Perancang Undang-undang, kemudian dari Kejaksaan Agung, kemudian sebelah kanan kami Pak Mahmud, Bapak Hari Salfalgo dari Mahkamah Agung dan seluruh staf di belakang dari Kementerian Hukum dan HAM.

Selanjutnya kami ingin menyampaikan keterangan Presiden atas Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

2

ARSIP D

PR RI

Page 3: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

Pertama-tama marilah kita persembahkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa karena pada hari ini kita dapat hadir dalam Rapat Kerja antara DPR RI dan Pemerintah dalam rangka menyampaikan keterangan Presiden RI atas Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi, sebagaimana diketahui bahwa Rancangan Undang-undang ini telah disampaikan Presiden kepada DPR RI melalui surat nomor R.10/PRES/1112010 tanggal 8 Februari 2010. Dalam surat tersebut Presiden menugaskan Menteri Hukum dan HAM untuk mewakili Presiden dalam pembahasan Rancangan Undang-undang tersebut di DPR RI.

Bapak, lbu dan Saudara Anggota DPR RI yang kami hormati.

Penyusunan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang­undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi didasarkan atas kemendesakan penyelesaian permasalahan yang sedang dihadapi. Permasalahan utama yang sedang dihadapi tersebut diantaranya masih adanya permohonan Grasi yang belum dapat diselesaikan pemerintah dalam jangkauan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi yakni 2 tahun sejak Undang-undang No. 22 tahun 2002 diundangkan yang berakhir pada tanggal 22 Oktober 2004, dalam kenyataannya dengan berakhirnya jangka waktu tersebut masih terdapat permohonan Grasi yang belum dapat diselesaikan yang jumlahnya mencapai 2106 kasus, jadi banyak sekali Pimpinan. Tunggakan permohonan grasi tersebut merupakan warisan dari permohonan grasi yang diajukan berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1950. Untuk menghindari adanya kekosongan hukum bagi penyelesaian permohonan grasi yang diajukan berdasarkan Undang-undang No. 3 tahun 1950 tentang permohonan grasi tersebut. Batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi perlu diperpanjarig sampai dengan tanggal 22 Oktober 2011. Beberapa faktor yang menyebabkan tidak terselesaikannya permohonan grasi dan jangka waktu yang telah ditentukan Undang-undang No. 2 tahun 2002 yakni sebagai berikut, satu tidak terakomodasikannya ketentuan mengenai batas waktu pengajuan grasi bagi terpidana mati, baik dalam Undang-undang No. 3 tahun 1950 maupun dalam Undang-undang 22 tahun 2002, hal tersebut menyebabkan adanya ketidakpastian di dalam pelaksanaan eksekusi pidana mati menjadi tertunda-tunda sampai dengan jangka waktu yang tidak terbatas, jadi sekarang banyak sekali yang dalam proses yang sudah dihukum mati tapi tidak bisa dilaksanakan karena umumnya mereka mengajukan permohonan grasi pada Presiden. Dua, mekanisme permohonan dan penyelesaian permohonan grasi yang dianut dalam Undang-undang No. 3 tahun 1950 tentang permohonan grasi melibatkan beberapa instansi yang terkait dalam sistem peradilan pidana atau criminal justice system sehingga menyebabkan birokrasi yang panjang. Di samping itu, ini mohon maaf tadi maksudnya Undang-undang No. 22 tahun 2002, sehingga menyebabkan birokrasi yang panjang, Undang-undang No. 3 tahun 1950 tidak menyenal pembatasan putusan pengadilan yang dapat diajukan grasi serta tidak mengatur adanya penundaan pelaksanaan putusan pengadilan dalam hal terpidana mengajukan permohonan grasi. Perlu kami informasikan kepada Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat bahwa permohonan dan penyelesaian grasi menurut Undang­undang No. 22 tahun 2002 tentang grasi, mekanismenya diatur secara lebih sederhana karena hanya mewajibkan penyampaian permohonan grasi kepada Presiden dan tembusannya kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingka pertama untuk diteruskan kepada Mahkamah Agung, namun mekanisme pengaturan yang lebih sederhana tersebut tetap dilaksanakan dalam koridor kehati-hatian dan ketelitian.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang kami hormati.

Berangkat dari permasalahan sebagaimana tergambar dalam uraian di atas, mendorong pemerintah untuk menyusun Rancangan Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang grasi, adapun sasaran

3

ARSIP D

PR RI

Page 4: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

yang ingin dicapai dalam penyusunan Rancangan Undang-undang ini antara lain adalah satu menjamin kepastian hukum dalam menyelesaikan permohonan grasi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 15 Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Dua, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah da/am menye/esaikan permohonan grasi. Tiga, sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan penghormatan terhadap nilai-nilai HAM dan empat, memperkuat penegakan supremasi hukum.

Untuk mendapatkan gambaran yang /ebih lengkap mengenai hal-hal yang bersifat esensia/ dari Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang­undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi perkenankan kami menyampaikan beberapa ha/ baru yang diatur dalam Rancangan Undang-undang ini antara lain, satu pengajuan permohonan grasi dipertegas yakni hanya dapat diajukan satu kali saja. hal ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengajuan permohonan grasi dan menghindari pengaturan yang diskriminatif, serta dimasukan pu/a untuk mengurangi beban dalam penyelesaian permohonan grasi dan sekaligus mencegah terjadinya penyalahgunaan dalam permohonan grasi. Dua, pemberian hak pengajuan permohonan grasi kepada Menteri Hukum dan HAM dan Ketua Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat I, merupakan langkah antisipasi dari kemungkinan terpidana mati atau kuasanya, atau keluarga terpidana mati tidak mengajukan grasi, hal ini sebagai upaya negara dalam pemenuhan hak terpidana yang secara kodrati diakui sekalipun telah dijatuhi hukuman mati, karena dalam Undang-undang Dasar kita mengenal yang namanya none dirigible right salah satu diantaranya adalah orang tidak boleh dihukum mati, maksudnya tidak boleh dicabut nyawanya, tapi kalau hukum sudah mengatakan ya tentu dibolehkan. Yang ketiga, permohonan grasi dapat diajukan sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan tidak dibatasi oleh tenggang waktu tertentu kecuali terpidana dijatuhi pidana mati, batas waktu pengajuan permohonan grasi adalah satu tahun terhitung sejak putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pimpinan dan Anggota Dewan yang terhormat.

Demikianlah penyampaian keterangan Presiden atas Rancangan Undang­undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi dengan harapan Anggota Dewan yang terhormat dapat mengagendakan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Akhirn kata kami atas nama Presiden RI mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas perhatian anggota Dewan yang terhormat yang dengan kesabarannya mendengarkan penyampaian keterangan Presiden ini, semoga Allah swr Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi usaha kita bersama, amin ya robbal alamin.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 22 April 2010. Atas nama Presiden Republik Indonesia. Menteri Hukum dan HAM RI. Patrialis Akbar.

Demikian Pimpinan terima kasih.

PIMPINAN RAPAT:

Baik, terima kasih Pak Patri atas penjelasannya dan saya kira untuk mempersingkat waktu kita lanjutkan saja dengan pandangan dari Fraksi-fraksi untuk memberikan pandangan terhadap Rancangan Undang-undang yang diajukan oleh

4

ARSIP D

PR RI

Page 5: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

pemerintah dan kita akan memakai sistem urutan saja dari Fraksi Partai Demokrat, nanti akhirnya sampai pada Fraksi Partai Hanura.

Apakah Fraksi Partai Demokrat sudah siap? saya persilakan.

F-PD (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN.SH, LL.M):

Assalamualaikum Warohmatul/ahi Wabarokatuh. salam sejahtera untuk kita semua.

Yang kami hormati Saudara Pimpinan Rapat Kerja Komisi Ill DPR RI. Saudara Menteri hukum dan HAM RI dan para Anggota Komisi Ill DPR RI. Dan hadirin yang kami hormati.

Pendapat Fraksi Partai Demokrat DPR RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Juru Bicara Didi lrawadi Syamsuddin, nomor anggota A-486.

Mengawali pendapat Fraksi kami sebagai umat yang beragama marilah kita memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita selaku pengemban amanah rakyat dapat menjalankan tugas konstitusional kita sebagai Anggota Dewan untuk menyampaikan pendapat Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi dalam rapat kerja Komisi Ill DPR RI pada hari ini.

Fraksi Partai Demokrat DPR RI senantiasa mendukung upaya membuat peraturan perundang-undangan yang berkualitas sebagai pelaksanaan dari salah satu fungsi DPR RI yakni legislasi dalam rangka untuk memperkuat sistem hukum kita sebagai wujud negara Indonesia adalah negara hukum dengan mengupayakan penegakan supremasi hukum sebagaimana amanat Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Salah satu upaya untuk penegakan supremasi hukum itu adalah dengan melakukan penyempurnaan berbagai peraturan perundang-undangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan dan keamanan. lmplementasi dari penyempurnaan itu salah satunya adalah melakukan penyempurnaan terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Perubahan ini sangat dibutuhkan karena berdasarkan Undang­undang No. 3 tahun 1950 tentang permohonan grasi belum dapat diselesaikan dalam batas 2 tahun sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang grasi, sehingga terdapat kekosongan hukum dalam proses penyelesaian permohonan tersebut, salah satu substansi dari perubahan tersebut adalah dalam rangka untuk memberikan kepastian hukum dalam pengajuan permohonan grasi, guna menghindari peraturan yang diskriminatif atau memberikan keadilan hukum untuk mewujudkan tujuan hukum positif dan normatif sehingga terciptalah kepastian hukum itu.

Saudara Pimpinan, Saudara Menteri, para Anggota Komisi Ill DPR RI dan hadirin yang kami hormati.

Law in book dalam kepastian hukum dalam filosofi perubahan Rancangan Undang-undang ini adalah pengajuan grasi pada Presiden yang hanya satu kali yang dapat dimohonkan terhadap keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dalam hal keputusan pemidanaan yang terdiri dari terpidana mati, pidana penjara seumur hidup, penjara pidana paling rendah 2 tahun. Dalam hal pidana mati dalam Undang-undang No.22 tahun 2002 tentang Grasi tidak memberikan batasan waktu pengajuan permohonan grasi bagi terpidana mati sehingga dalam pelaksanaannya menyebabkan eksekusi atau pelaksanaan pidana mati menjadi

5

ARSIP D

PR RI

Page 6: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

tertunda sampai waktu yang tidak terbatas. Sehingga tidak memenuhi aspek kepastian hukum dengan demikian maka kami menganggap perlu pengaturan lebih lanjut tentang batasan waktu pengajuan permohonan grasi bagi terpidana mati.

Berdasarkan perubahan ini sangat dibutuhkan dan berdasarkan bahwa permohonan ini sangat dibutuhkan dan mendesak bagi upaya untuk penegakan supremasi hukum dengan memberikan kepastian hukum dalam menata hukum sebagaimana yang kita harapkan Fraksi Partai Demokrat DPR RI tidak berkeberatan dan menyetujui Rancangan Undang-undang ini untuk diteruskan pembahasannya sesuai dengan mekanisme persidangan DPR RI dalam rapat Komisi Ill DPR RI pada hari ini.

Demikian pendapat Fraksi Partai Demokrat DPR RI terhadap Rancangan Undang-undang ini, kiranya Allah SVVT Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan ridho­Nya kepada kita semua untuk dapat segera membahas dan menyelesaikan Rancangan Undang-undang ini sesegera mungkin, mengingat bahwa Rancangan Undang-undang ini telah dinantikan masyarakat khususnya masyarakat hukum kita.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pimpinan, Saudara Menteri, para Anggota Komisi Ill DPR RI dan hadirin sekalian atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kami.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Jakarta, 22 April 2010. Pimpinan Fraksi Partai Demokrat DPR RI. Ketua, Anas Urbaningrum. Sekretaris, Agung Budi Santoso, SH.

Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT:

Baik terima kasih Pak dari Fraksi Partai Demokrat. Dari Sekretariat saya mendapatkan laporan bahwa sudah lebih dari kourum

dengan semua Fraksi Hadir, satu Fraksi Partai Hanura telah menyampaikan pandangannya dan menyetujui saja apapun keputusan kita di dalam rapat malam ini, jadi saya kira kita bisa lanjutkan dalam suasana yang sudah kourum tadi.

Mungkin selanjutnya kita bisa langsung saja kepada, mau menyerahkan silakan. Kalau Pak Didi itu baru jadi Anggota DPR RI, kalau saya ini baru jadi Pimpinan

Komisi Ill DPR RI ini, pertama-tama ada masalah. Baik, selanjutnya.

F-PD (DIDI IRAWADI SYAMSUDIN.SH, LL.M) :

lnterupsi Ketua.

Saya mohon izin ketua, karena ada tugas negara untuk Badan Legislasi di Kopo Puncak, jadi sebagai juru bicara mohon izin ke sana, terima kasih.

PIMPINAN RAPAT:

Silakan Pak Didi memang banyak yang izin termasuk sahabatnya Pak Patrialis Pak Sumandjaya ya.

Baik selanjutnya Fraksi Partai Golkar, silakan, sudah siap belum ya ? Silakan Pak.

6

ARSIP D

PR RI

Page 7: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

F-PG (H. NUDIRMAN MUNIR, SH) :

Terima kasih Bapak Pimpinan.

Assalamua/aikum Warohmatul/ahi Wabarokatuh. Bismillahirohmanirohim.

Bersama ini kami sampaikan dari Fraksi Partai Golkar, keterangan atas persetujuan atas pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Yang terhormat Bapak Menteri Hukum dan HAM beserta jajaran. Yang terhormat rekan-rekan anggota Komisi Ill DPR RI yang kami hormati. Dan para hadirin sekalian.

Marilah kita panjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa bahwa pada malam hari ini kita semua telah hadir di ruangan ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Atas dasar itu Fraksi Partai Golkar akan menyampaikan pandangannya terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi tersebut sebagai berikut, adalah merupakan tugas konstitusi bagi setiap anggota DPR RI dalam hal ini juga dari Fraksi Partai Golkar untuk menyampaikan tanggapan atas keterangan Presiden yang dalam hal ini diwakil oleh Menteri Hukum dan HAM tentang perubahan atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Kami sangat sependapat dengan pemerintah dalam hal ini bahwa Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang grasi menyebabkan tidak adanya kepastian hukum karena tidak adanya batas waktu permohonan grasi, selain itu perlu juga kami sampaikan bahwa tertunda-tundanya hukuman mati dengan alasan adanya grasi yang masih akan disampaikan sehingga tidak ada ukuran batas waktu permohonan grasi tersebut bisa ditolelir mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum dalam hal pelaksanaan khususnya pelaksanaan hukuman mati, karena itu kami sangat sependapat bahwa hal-hal seperti ini untuk segera dapat diselesaikan dengan melakukan perubahan terhadap Undang-undang tersebut di atas.

Saudara Pimpinan dan Bapak Menteri yang terhormat.

Atas dasar itu kami dari Fraksi Partai Golkar sangat menyetujui dan sepakat agar segera dilakukan pelaksanaan pembahasan perubahan atas Undang-undang No. 22 tahun 2002.

Demikianlah kami sampaikan, atas perhatian terhadap pembahasan ini kami ucapkan terima kasih, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua, amin ya robbal alamin.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 22 April 2010. Fraksi Partai Golkar. Ditanda-tangani, dibacakan oleh Saudara Nudirman Munir, nomor Anggota A-

184. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT :

Silakan diserahkan dokumennya.

7

ARSIP D

PR RI

Page 8: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

F-PG (H. NUDIRMAN MUNIR, SH) :

Mohon maaf penyerahannya kita tunda dulu.

PIMPINAN RAPAT:

Oh begitu, kayak piala dunia, siaran tunda. Baiklah kalau begitu. Sebetulnya Golkar itu pasti paling siap, cuman pura-pura saja tidak siap. Selanjutnya saya kira PDIP sudah siap? silakan Pak.

F-PDIP (DRS. SETIA PERMANA) :

Pendapat Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPR RI atas Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Assalamua/aikum Warohmatu/lahi Wabarokatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Merdeka I

Yang terhormat Saudara Pimpinan Komisi Ill DPR RI. Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan HAM. Rekan-rekan Anggota Komisi Ill DPR Rf.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa memberikan Berkah, Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita bersama segenap masalah bangsa Indonesia terlebih lagi bagi kita Komisi Ill DPR RI sehingga kita pada hari ini dapat bertemu dan melaksanakan tugas sebagai Anggota Dewan yang mulia ini dengan agenda penyampaian pendapat Fraksi atas Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Fraksi POI Perjuangan menyadari bahwa salah satu tugas konstitusional kita adalah membuat Undang-undang dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi substansi terkait dengan perkembangan jaman, oleh karena itu POI Perjuangan DPR RI dapat memahami dan mendorong adanya keinginan untuk melakukan perubahan terhadap Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Sebab Grasi merupakan pengampunan yang diberikan Presiden pada terpidana. Pasal 14 ayat (1) Undang­undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Presiden memberi grasi, amnesti,dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah Agung. Berdasarkan ketentuan ini maka kewenangan memberikan grasi sepenuhnya kepada Presiden. Grasi pada dasarnya pemberian dari Presiden dalam bentuk pengampunan yang berupa perubahan, keringanan, pengurangan atau bahkan penghapusan pelaksanan putusan kepada terpidana. Dengan demikian pemberian grasi bukan merupakan persoalan teknis yuridis peradilan dan tidak terkait dengan pendirian terhadap putusan hakim. Pemberian grasi bukan merupakan campur tangan Presiden dalam bidang yudikatif melainkan hak prerogatif Presiden untuk memberikan ampunan, kendati pun pemberian grasi dapat mengubah meringankan, mengurangi atau menghapus kewajiban menjalani pidana yang dijatuhkan pengadilan tidak berarti menghilangkan kesalahan dan juga bukan merupakan rehabilitasi terhadap terpidana. Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, keringanan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden. Dalam prakteknya lembaga grasi seringkali dipergunakan untuk menunda eksekusi khususnya terkait dengan pelaksanaan terpidana mati, terpidana maupun ahli warisnya tidak mengajukan grasi dengan tujuan agar eksekusi tidak dapat dilaksanakan, untuk itu perubahan Undang-undang No. 22 tahun 2002 haruslah memberikan batasan waktu agar proses

8

ARSIP D

PR RI

Page 9: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

permohonan grasi dapat dilaksanakan secara pasti, dan lebih khusus lagi agar terpidana mati tidak berlama-lama dalam penderitaan dan ketidakpastian. terkait dengan masalah tersebut di atas

Pak Menteri yang saya hormati.

Muncul pertanyaan, apakah batas waktu 22 Oktober 2011 dapat dipastikan mampu menyelesaikan semua permohonan grasi ? hal ini penting dicatat dan digaris­bawahi agar tidak ada lagi upaya melakukan perubahan Undang-undang atau review, untuk itu Saudara Menteri Hukum dan HAM harus mampu berjaminan terkait dengan batas waktu tersebut, bila tidak dapat dipastikan diselesaikan dalam kurun waktu 22 Oktober 2011 sebaiknya diberikan waktu yang lebih longgar lagi dari itu. karena juga kita harus mempertimbangkan apakah ada batas waktu juga turunnya putusan grasi tersebut dari Presiden sejak diajukan oleh terpidana, karena saya kemarin mendengar waktu bersama-sama dengan Pak Menteri di Bandung ada seorang Kanwil dari salah satu Propinsi mengatakan ada seorang terpidana mati sudah hampir 20 tahun tidak dieksekusi. lni panting disampaikan meskipun nanti mungkin ada pembahasan pada proses berikutnya. Meskipun demikian Fraksi POI Perjuangan berketetapan bahwa tingkat kekhawatiran tidak dapat diselesaikannya grasi hingga tanggal 22 Oktober 2011 maka batasan waktu dapat diperpanjang, misalnya hingga tanggal 22 Oktober 2011 misalnya, namun demikian bila berpandangan batas waktu tahun 2011 sudah cukup memadai maka dapat disetujui rumusan sebagaimana dalam Rancangan Undang­undang tentang Grasi.

Pimpinan Komisi Ill DPR RI, Menteri Hukum dan HAM, serta Anggota Komisi Ill DPR RI yang kami hormati.

Mencermati Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang­undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi nampaknya tidak ada perubahan substansi yang krusial. Sehingga Fraksi PDl-Perjuangan menyampaikan kesiapan untuk melakukan pembahasan lebih lanjut.

Mengingat banyaknya Rancangan Undang-undang yang harus diselesaikan Komisi Ill DPR RI dan mudah-mudahan Rancangan Undang-undang ini dapat diselesaikan dengan cepat tentunya tanpa mengorbankan kualitas dari Rancangan Undang-undang tersebut.

Demikian.

Wassa/amua/aikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Merdeka !

Juru bicara Setia Permana, nomor anggota 338.

PIMPINAN RAPAT:

Silakan Pak diteruskan. Baik, terima kasih Pak Setia dari PDIP. Selanjutnya dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.AG) :

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pandangan mini Fraksi Partai Keadilan Sejahtera terhadap Rancangan Undang­undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Dibacakan oleh M. Nasir Djamil, nomor anggota A-44.

9

ARSIP D

PR RI

Page 10: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

Yang kami hormati Pimpinan dan Anggota Komisi Ill DPR RI. Saudara Menteri Hukum dan HAM RI beserta dengan jajarannya. Rekan-rekan wartawan yang meliput pada malam hari ini.

Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWf Salawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW.

Hadirin yang kami hormati.

Fraksi PKS melihat secara positif Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Fraksi PKS juga mencermati dengan seksama pendapat Presiden yang diwakili oleh Menteri Hukum dan HAM poin per poin serta mengapresiasi positif semangat yang terkandung di dalamnya. Pandangan mini kami hari ini atau malam ini sebenarnya mengafirmasi segala nilai positif yang ada di dalamnya. Fraksi PKS melihat bangsa ini terus bergerak maju dan oleh karenanya perlu memberikan masukan terkait beberapa hal penting yang mempercepat proses adaptasi hukum terhadap perkembangan tersebut.

Saudara Menteri Hukum dan HAM. Pimpinan Komisi Ill DPR RI yang kami hormati.

Fraksi PKS memandang perlunya kita untuk berangkat dari sebuah konstruksi rasionalitas yang kokoh mengenai kewenangan grasi ini. Dalam rangka itu izinkan kami misalnya mengutip sebuah definisi grasi, to right to forgive virtually or fault of crime against the crown. Kalimat perdana dingin dan bijaksana ini kami kutip untuk menarik kita pada sebuah garis sejarah awal kewenangan pemerintah memberikan pengampunan ini. Dari sebuah sistem lnggris raja biasanya memiliki hak prerogatif untuk memberikan maaf terhadap segala macam bentuk kejahatan yang melawan kerajaan. Karena konteks itulah kalimat segala kejahatan terhadap kerajaan dapat dimaafkan muncul ke khalayak. Raja adalan konsepsi kerajaan-kerajaan Eropa lampau merupakan wakil Tuhan di bumi sehingga memiliki kewenangan untuk memberikan pengampunan atas nama Tuhan. Dalam konteks sistem Parlementer yang dianut di lnggris Raja merupakan kepala negara, oleh karena itu dalam sistem Presidensil, kewenangan ini diberikan kepada Presiden karena kedudukannya sebagai kepala negara sehingga kewenangan grasi ini merupakan sebuah kewajaran, maka dalam konteks pemberian grasi ini, Presiden tidak perlu meminta persetujuan DPR RI sebagaimana pelaksanaan bentuk kewenangan Presiden yang lain. Oleh karena negara kita menganut sistem right tidak oleh karena negara kita tidak menganut sistem kerajaan maka peran lembaga negara yang berkompeten yaitu Mahkamah Agung sangat penting memberikan pertimbangan kepada Presiden agar pengajuan grasi yang diberikan memiliki landasan yang kokoh, hal ini sejalah dengan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Dasar tahun 1945 sedangkan peran DPR RI sangat krusial dalam menentukan kewenangan itu melalui Rancangan Undang-undang yang akan dibentuk bersama Presiden.

Saudara Menteri Hukum dan HAM. Pimpinan Komisi Ill DPR RI dan segenap Anggota Komisi Ill DPR RI yang kami hormati.

Fraksi PKS memandang hal-hal panting mengenai perubahan Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Satu, memberikan kepastian hukum terutama bagi terpidana mati yang dijatuhi pidana mati. Untuk itu Rancangan Undang-undang Perubahan ini harus memberikan tenggang waktu permohonan grasi dan berapa kali grasi ini dapat diajukan oleh terpidana atau yang mewakili. Kita semua mengetahui Undang-undang No. 22 tahun 2002 tidak memberikan batas waktu pengajuan grasi, akibatnya terpidana mati tidak memiliki kejelasan kapan eksekusi atas dirinya

10

ARSIP D

PR RI

Page 11: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

dilaksanakan, kita mungkin pernah mendengar salah satu terpidana yang masih menunggu penantiannya yang panjang adalah Bahar Bin Mashar yang berumur 67 tahun, Bahar adalah terpidana mati kasus pembunuhan dan perampokan yang di vonis mati Pengadilan Negeri Pembilahan Propinsi Riau tahun 1970. Sudah 40 tahun Bahar telah menjalani hukuman penjara dan kini menderita 7 macam penyakit permanen antara lain suspek bronchitis, hipertensi, paru-paru basah, serta menderita kecemasan. Penantian yang panjang 40 tahun menyebabkan yang bersangkutan itu dalam ketidakpastian. Bahar hanya merupakan salah satu contoh dari sekian banyak orang yang menunggu dalam ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan bentuk pelanggaran HAM yang serius dari negara untuk itu pengaturan tenggang waktu dan berapa banyak grasi itu dapat diajukan menjadi suatu hal yang penting untuk diatur. Berapa tenggang waktu dan berapa kali grasi itu dapat diajukan hendaknya harus memilliki landasan yang kuat dan logis. Yang kedua, perlu diatur alasan yang menjadi dasar Presiden memberikan grasi. Walaupun pada hakekatnya grasi merupakan kewenangan Presiden dalam kapasitasnya sebagai kepala negara, namun begitu penting bagi Undang-undang menentukan hal-hal apa saja yang dapat menjadi alasan pemberian grasi sehingga hal ini tidak sekedar menjadi subjektifitas Presiden, setidaknya pembatasan diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan Presiden. Yang ketiga, perlu diatur pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan grasi selain pihak terpidana sendiri. Undang-undang perlu mengatur siapa-siapa saja pihak yang dapat mengajukan grasi selain terpidana sendiri karena ada kondisi-kondisi tertentu yang menyebabkan yang bersangkutan tidak mengajukan langsung dalam konteks grasi diajukan oleh negara atau pemerintah perlu ada alasan atau argumen yang kuat yang mendasari, melandasi adanya hak tersebut.

Saudara Menteri Hukum dan HAM. Pimpinan Komisi dan segenap Anggota Komisi Ill DPR RI yang kami hormati.

Demikianlah pandangan akhir mini Fraksi PKS ini kami sampaikan, mudah­mudahan dapat dimaklumi dan Fraksi PKS tentu siap untuk melanjutkan pembahasan Rancangan Undang-undang tentang perubahan ini sesuai dengan mekanisme persidangan yang berlaku dan tentu lebih cepat lebih baik.

Demikian terima kasih.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 22 April 2010. Pimpinan Fraksi PKS DPR RI. Ketua Mustafa Kamal. Sekretaris Zuber Safawi. Ditanda-tangani.

PIMPINAN RAPAT:

Baik terima kasih Pak Nazir, supaya nanti Pak Patrialis tidak salah paham dan itu lebih cepat, lebih baik untuk dilanjutkan.

Selanjutnya Fraksi PAN, sudah siap? silakan.

F-PAN (H. ANDI ANZHAR CAKRA WIJAYA):

Bismillahirohmanirohim.

Pandangan Fraksi Partai Amanat Nasional DPR RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi. Dibacakan oleh H. Andi Azhar Cakra Wijaya, nomor anggota A-114.

11

ARSIP D

PR RI

Page 12: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

Assalamua/aikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Selamat malam. Salam sejahtera bagi kita semua.

Pimpinan Komisi Ill DPR RI dan Anggota Komisi Ill DPR RI yang kami hormati. Saudara Menteri Hukum dan HAM RI beserta jajarannya yang kami hormati.

Puji dan Syukur kita panjatkan Kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa memberikan Taufiq, Hidayah dan lnayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat melaksanakan rapat kerja dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Sidang Dewan yang kami hormati.

Grasi adalah satu dari empat hak Presiden RI di bidang yudikatif untuk memberikan pengurangan hukuman, pengampunan atau bahkan pembebasan hukuman sama sekali. Walaupun demikian pemberian grasi dapat mengurangi atau mengubah pidana atau membebaskan dari kewajiban menjalani pidana yang dijatuhkan oleh hakim. Tidak berarti menghapus atau menghilangkan akibat hukum dari pemidanaan seseorang terpidana, pemberian grasi juga tidak menghapuskan kesalahan terpidana dan juga bukan merupakan rehabilitasi atau remisi.

Sebenarnya putusan terhadap seseorang yang dinyatakan sebagai terpidana adalah peranan yudikatif sementara grasi berada pada ranah eksekutif dan hingga kini grasi tetap dipertahankan dengan didasarkan atas pemberian hak secara istimewa kepada Presiden yang memiliki wewenang untuk melakukan tindakan untuk meniadakan tindakan putusan hakim pengadilan. Pemberian grasi tidak terkait dengan masalah teknis yuridis peradilan serta tidak terkait dengan penilaian terhadap keputusan hakim di pengadilan, dengan kata lain grasi merupakan upaya seseorang yang telah ditetapkan sebagai terpidana untuk memperoleh pengampunan dengan cara memohon kebijaksanaan Presiden.

Dalam perspektif psikologi hukum bahwa terpidana yang mengajukan permohonan grasi dalam posisi sebagai pemohon yang telah menyadari dan mengakui sebagai orang yang bersalah dan telah ditetapkan sebagai terpidana. Karena itulah grasi tidak perlu mensyaratkan perangkat teknis yuridis serta keterlibatan peradilan seperti adanya bukti baru atau . . . untuk melakukan pembelaan dan perlawanan hukum, karena itu pula pengjuan grasi tidak sama halnya dengan proses peradilan sebagaimana proses banding di pengadilan tinggi, proses kasasi maupun peninjauan kembali di Mahkamah Agung.

Pihak yang berwenang untuk mengajukan grasi merupakan kewenangan lembaga peradilan, bahkan lembaga eksekutif tidak memiliki kepentingan langsung untuk mengajukan grasi kepada Presiden tetapi lebih merupakan hak asasi dari terpidana, sedangkan posisi pemerintah dalam hal ini Presiden yang memiliki hak untuk memberikan grasi sehingga Presiden yang memiliki kewenangan untuk mengabulkan permohonan pengampunan kepada terpidana yang mengajukan grasi dengan kata lain pemerintah tidak memiliki kepentingan secara langsung untuk mengajukan permohonan grasi kepada Presiden. Dengan demikian bahwa pemberian hak untuk mengajukan grasi kepada terpidana yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap adalah di luar proses peradilan ini yang diberikan oleh negara untuk menghormati hak asasi manusia dalam pemenuhan hak-hak warga negara yang menjadi terpidana.

Sidang Dewan yang kami hormati.

Seorang terpidana di dalam proses untuk memperoleh rasa keadilan melalui upaya pengajuan grasi tersebut haruslah melalui proses dengan tata cara pengajuan dan penyelesaian grasi yang cepat dan tidak birokratis, dengan tenggang waktu yang

12

ARSIP D

PR RI

Page 13: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

ketat dan pasti tanpa melibatkan pertimbangan instansi lainnya. Dengan demikian seorang terpidana yang sedang mengajukan permohonan grasi kepada Presiden memperoleh kepastian hukum yang pasti bukan kepastian hukum yang tidak pasti. Jika dicermati lebih jauh, dalam dan mendalam bahwa terdapat beberapa kelemahan yang terdapat dalam Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang grasi sehingga perlu disempurnakan agar lebih memberikan kepastian, keadilan dan kemanfaatan. Pada kesempatan ini kami perlu menyampaikan ketentuan yang perlu dikaji secara mendalam sebagai berikut. Pertama, pasal-pasal yang memuat pengaturan tentang hak untuk pengajuan permohonan grasi hanya dapat diajukan satu kali kecuali dalam hal terpidana telah ditolak permohonannya dan telah lewat waktu 2 tahun sejak tanggal penolakan dan seterusnya. Kata kecuali mengandung makna dan membuka peluang bahwa grasi dapat diajukan lebih dari 1 kali, klausul yang menyatakan dalam hal terpidana telah ditolak permohonannya dalam terdahulu dan telah lewat waktu 2 tahun sejak tanggal penolakan keadaan khusus atau dan karena alasan tertentu memungkinkan terpidana dapat mengajukan kembali permohonan grasi yang kedua kalinya kepada Presiden. Pada sisi lain bahwa membuka peluang tertundanya bagi pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana mati yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kedua, pasal-pasal yang memuat pengaturan tentang kewenangan untuk mengajukan grasi diantaranya dinyatakan bahwa hakim pengadilan karena jabatannya dapat mengajukan grasi kepada Presiden bahkan di dalam Rancangan Undang-undang Grasi bahwa karena jabatannya dapat mengjukan grasi kepada Presiden. Ketiga, pasal­pasal yang memuat pengaturan tentang keterlibatan lembaga yudikatif dalam proses pemberian grasi oleh Presiden kepada terpidana, padahal bahwa grasi bukan merupakan proses teknis yuridis peradilan dan untuk menilai putusan peradilan tetapi merupakan kebijaksanaan yang bersifat absolut Presiden. Keempat, belum terdapatnya pasal-pasal yang memuat secara jelas dan rinci, yang memuat dengan kualifikasi pemohon yang berhak atau yang didahulukan untuk mengajukan grasi kepada Presiden. Kelima, kualifikasi penerimaan grasi semestinya juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor tertentu misalnya karena usianya sudah lanjut atau masih anak-anak atau juga mungkin terpidana yang sakit parah secara permanen. Keenam, bahwa belum terdapatnya pengaturan tentang jangka waktu permohonan grasi yang akan atau harus diajukan ke pengadilan yang memutus perkara, jika si terpidana mati atau keluarganya dalam waktu satu tahun tidak mengajukan grasi sejak putusan memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Beberapa pasal-pasal tersebut perlu ditelaah secara kritis dan pertimbangan secara mendalam sehingga terdapat konsistensi dari masing-masing pasal untuk ditetapkan sebagai Undang-undang. Konsistensi tersebut terkait dengan unsur-unsur filosofi hukum dan psikologi hukum, latar belakang munculnya serta makna dan arti grasi yang sesungguhnya dan sekaligus sebagai upaya negara memberikan permintaan hukum kepada terpidana yang memperoleh hak asasinya yang hakiki. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa grasi adalah hak seorang terpidana yang telah mengakui segala kesalahan untuk memohon kebijakan kepada Presiden sebagai pemimpinnya untuk mengampuni perbuatan terpidana, perbuatan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap.

Sidang Dewan yang kami hormati.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas maka Fraksi PAN dengan mengucapkan Bismil/ahirohmanirohim, Fraksi PAN dapat menyetujui Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi untuk dibahas pada tahap selanjutnya.

Wabillahitaufiq Walhidayah Wassa/amualaikum Warohmatul/ahi Wabarokatuh.

Pimpinan Fraksi PAN DPR RI. Ir. Asmanhatur, Ketua. Fiva Yoga Maulis, M.Si, Sekretaris.

13

ARSIP D

PR RI

Page 14: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

PIMPINAN RAPAT:

Baik, dari Partainya Pak Patrialis sudah selesai. Selanjutnya Fraksi PPP sudah siap?

F-PPP (DRS. H. AHMAD KURDI MOEKRI) :

Assalamua/aikum Warohmatul/ahi Wabarokatuh.

Saudara Pimpinan. Saudara-saudara Anggota Komisi Ill DPR RI. Yang terhormat Pak Menteri beserta seluruh jajarannya.

Alhamdulillah, Allazijama'ana Fihaji/il/ah Lailatan Mubarokah /nsya Allah. Sho/atan Wasa/aman Ala Saidina Muhamadin Rosu/ii/ah Waala'ahlihi Washohbihi Wamantabiahu Wallah Ammaba'du.

Ba'da Hamdalah dan Sholawat, Rapat Kerja Komisi Ill DPR RI yang kami hormati, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dasar hukum pemberian grasi diatur oleh Undang-undang Dasar 1945 Pasal 14 ayat (1) yang berbunyi Presiden memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Konstitusi kita mengisyaratkan bahwa pemberian grasi sepenuhnya berada di tangan Presiden sebagai kepala negara dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Kata memperhatikan menekankan bahwa pertimbangan Mahkamah Agung harus benar-benar diperhatikan oleh Presiden sehingga dalam pemberian grasi tidak berkesan diberikan secara sewenang-wenang. Saat ini di hadapan kita , Bapak Menteri Hukum dan HAM mewakili Presiden mengajukan Rancangan Undang-undang atau mengajukan perubahan Rancangan Undang-undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi yang menjadi salah satu Rancangan Undang-undang prioritas Prolegnas tahun 2010. Namun berkenaan dengan substansi perubahan yang diajukan Fraksi PPP memberikan catatan sebagai berikut satu berkaitan dengan perubahan pada ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3). Kami menyetujui substansinya bahwa pengajuan grasi hanya dapat diajukan satu kali. Grasi adalah hak yang diberikan oleh konstitusi kepada terpidana untuk mengajukan pengampunan berupa perubahan keringanan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada Presiden sebagai kepala negara. Kami sependapat bahwa pengajuan grasi hanya boleh diajukan satu kali oleh terpidana untuk melaksanakan haknya sebagai warga negara karena apabila diajukan dua kali atau lebih akan menimbulkan efek tidak jera pada terpidana sekaligus dalam rangka memberikan kepastian hukum dan menghindari tindakan diskriminatif. Berkenaan dengan ditambahkannya ketentuan Pasal 6a yang memberikan kewenangan kepada Menteri Hukum dan HAM karena jabatannya dapat mengajukan permohonan grasi demi kepentingan hukum, Fraksi PPP berpendapat bahwa pengajuan grasi adalah hak individu terpidana yang hanya dapat diwakili oleh keluarganya atau kuasa hukumnya dalam pandangan kami ketentuan Pasal 6a ini akan menimbulkan kerancuan dalam sistem ketatanegaraan kita. Menteri adalah pembantu Presiden sebagai kepala pemerintahan yang memegang kekuasaan eksekutif artinya jika Menteri Hukum dan HAM diberikan kewenangan ·mengajukan permohonan grasi dapat dikatakan sebagai bentuk campur tangan kekuasaan eksekutif dalam domain kekuasaan yudikatif. Ketentuan ini akan menimbulkan ketidakpastian hukum dalam masyarakat, kami juga khawatir apabila kewenangan pengajuan grasi diberikan kepada Menteri Hukum dan HAM akan mengurangi hak prerogatif Presiden sebagaimana telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia. selain itu frasa demi kepentingan umum dalam penjelasan Pasal 6a yang dimaksud dengan demi kepentingan umum misalnya waktu dua tahun yang tidak dapat dipenuhi sehingga penyelesaian grasi tersebut diperpanjang hingga 22 Oktober 2011.

14

ARSIP D

PR RI

Page 15: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

Saudara Pimpinan Komisi Ill DPR RI yang kami hormati, rekan-rekan Anggota Dewan, Menteri dan seluruh jajarannya dan hadirin yang berbahagia.

Berdasarkan penjelasan kami tersebut di atas dengan mengucapkan bismillahirohmanirohim Fraksi PPP dapat menyetujui untuk melanjutkan pembahasan Rancangan Undang-undang ini pada tahap berikutnya.

Demikianlah pandangan umum fraksi kami atas Rancangan Undang-undang ini mudah-mudahan bermanfaat dan maslahat bagi kita semua. Demikian terima kasih atas segala perhatiannya mohon maaf apabila ada hal yang kurang berkenan.

Atas nama Pimpinan Fraksi PPP. Juru bicara, Ahmad Kurdi Moekri, nomor anggota A-299.

PIMPINAN RAPAT:

Baik terima kasih, tadi dari Pak Kurdi Fraksi PPP dan ini Pimpinan ada nambah satu ini Pak Azis, tadi Pak Benny minta izin. Kalau diantara Pimpinan memang Pak Azis ini paling rajin Pak, cuman malam ini agak terlambat sedikit.

Selanjutnya PKB, silakan.

F-PKB (H. BACHRUDIN NASORI, SSI., M.M) :

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa atas RUU Perubangan atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi disampaikan oleh juru bicara F-PKB DPR RI Bachrudin Nasori, nomor anggota Fit and Proper Test-156.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya. Saudara-saudara Anggota Komisi Ill DPR RI yang terhormat.

Alhamdulillah segala Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga pada malam hari ini kita bersama-sama dapat menghadiri rapat ini dalam rangka pembahasan atas RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, kejujuran serta menegakan keadilan di muka bumi ini.

Pimpinan sidang serta hadirin yang terhormat.

Berdasarkan beberapa kajian dan masukan yang telah kami dapatkan, terdapat beberapa hal tentang yang penting dan perlu dibahas, dimasukan dalam RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi ini, beberapa hal tersebut merupakan poin penting dan kunci yang perlu diakomodasi yakni yang pertama adalah menjadi kewajiban negara untuk melindungi hak asasi warganya termasuk hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Sebagaimana yang termaktub dalam konstitusi kita hal ini menjadi satah satu pertimbangan penting untuk dimasukan datam revisi Undang-Undang No. 22 tahun 2002 ini dengan memberikan ruang kepada pengaditan dan Menteri Hukum dan HAM untuk mengajukan permohonan grasi bagi terpidana mati. Datam hat ini yang bersangkutan atau ketuarganya tidak segera mengajukan grasi kepada Presiden. Pengajuan permohonan grasi oteh Pengaditan atau Menteri Hukum dan HAM untuk mengajukan permohonan grasi bagi terpidana mati datam hat yang bersangkutan atau keluarganya tidak segera mengajukan permohonan grasi kepada Presiden ini ditakukan apabila dalam jangka

15

ARSIP D

PR RI

Page 16: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

waktu paling lama 1 tahun sejak putusan pengadilan telah memiliki kekuatan hukum tetap terpidana mati atau kuasa hukumnya atau keluarganya tidak mengajukan permohonan grasi. Yang kedua, dalam rangka mewujudkan kepastian hukum serta memberikan pertimbangan-pertimbangan yang kuat bagi Presiden untuk mengabulkan permohonan grasi maka permohonan grasi hanya dapat dilakukan setelah vonis inkrah. Yang ketiga terkait dengan ketentuan peralihan Pasal 12 Undang-Undang No. 22 tahun 2002 maka sebaiknya ditentukan batas waktu maksimal bagi pemerintah untuk menyelesaikan tunggakan permohonan grasi yang menunggu penyelesaian. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan rasa keadilan dan kepastian hukum bagi para pemohon, adapun batas waktu dalam pandangan F-PKB adalah paling lambat 2 tahun sejak ditetapkan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002.

Pimpinan sidang dan hadirin yang terhormat.

Fraksi PKB DPR RI sangat mengharapkan agar sejumlah isu dan gagasan krusial yang tidak saja dari dalam parlemen di atas dapat menjadi bahan perbincangan serius dalam rapat-rapat pembahasan RUU ini di DPR RI dengan begitu Undang­Undang yang dihasilkan nantinya juga menjadi lebih baik dan sempurna.

Demikian pendapat Fraksi PKB DPR RI terhadap RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi dengan mempertimbangkan dan memperhatikan semua proses yang sudah berlangsung di Dewan selama ini dengan mengharap ridho dan rahmat Allah swr dan dengan mengucap Bismillahirohmanirohim F-PKB menyatakan menyetujui RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi Untuk segera dibahas dalam sidang dan rapat Pansus di DPR RI agar segera disahkan menjadi Undang-Undang.

Demikian pendapat Fraksi PKB DPR RI atas RUU ini, atas perhatian Anggota Dewan, teman-teman wartawan dan hadirin yang hadir pada hari ini kami mengucapkan terima kasih.

Wal/ahumafitoriq Wassa/amua/aikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 22 April 2010. Pimpinan Fraksi PKB DPR RI Marwan Jafar Ketua ditandatangani. Muhammad Amir Dhakiri Sekretaris ditandatangani.

PIMPINAN RAPAT:

Memang kalau orang PKB orang NU ini banyak Kyainya jadi banyak salaman, kata Pak Azis tadi setiap salaman harusnya ada amplopnya itu.

Baik yang terakhir karena Partai Hanura sudah menyatakan bersedia dan sudah menyampaikan pandangannya secara tertulis, selanjutnya Partai Gerindra Pak Martin.

F-P. GERINDRA (MARTIN HUTABARAT) :

Bapak Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya yang saya hormati. Bapak-bapak Pimpinan dan Anggota Komisi Ill DPR RI yang saya hormati.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Kami mengikuti dengan seksama tadi keterangan pemerintah yang disampaikan oleh Pak Menteri atas nama Presiden dan kami dapat memahami pentingnya RUU ini dalam rangka menghindari adanya kekosongan hukum sebab tadi diungkapkan ada 1206 kasus yang belum terselesaikan, sehingga memerlukan satu cara kita bagaimana

16

ARSIP D

PR RI

Page 17: RI DPR ARSIPberkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/1-20170523-111031-7753.pdf · DPR RI. Kami dari meja Pimpinan menawarkan dan meminta persetujuan mengenai rapat pada hari ini dengan

untuk menghindari adanya kekosongan hukum. Begitu juga sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan RUU ini menjamin adanya kepastian hukum dalam penyelesaian permohonan grasi, peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kesungguhan pemerintah dalam menyelesaikan permohonan grasi, sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia dan untuk memperkuat penegakan supremasi hukum, ini semua kami kira adalah satu acuan yang penting sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Menteri tadi. Dalam kerangka ini saya kira kami merasakan hal-hal yang rame dibicarakan adalah soal-soal masalah korupsi , soal-soal masalah narkoba, pengedar narkoba yang sangat meresahkan masyarakat, bagaimana kita bisa juga mengaturnya grasi ini tidak mudah dipergunakan oleh mereka yang akan terkena pada hukuman-hukuman seperti itu, karena ini adalah menyangkut rasa keadilan dari masyarakat terhadap soal-soal yang kita anggap merupakan ancaman terhadap rasa keadilan kita. Kami mendukung apa yang diusulkan oleh pemerintah bahwa perlu ada batasan mengenai waktu pengajuan grasi dalam rangka terpidana mati, dari latar belakang, dari masalah-masalah tadi kami dengan mengucapkan bismilahirohmanirohim dari Fraksi Partai Gerindra mendukung diadakannya pembahasan mengenai RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi ini dalam rangka memberikan kepastian mengenai kebutuhan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

Demikianlah pandangan umum ini dari Fraksi Partai Gerindra, mudah-mudahan nanti di dalam Panja kita akan bisa membahasnya lebih mendalam dalam rangka kepentingan hukum dan kepentingan masyarakat kita.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

PIMPINAN RAPAT:

Bapak-bapak dan lbu-ibu sekalian. Pak Menteri dan jajarannya.

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh wakil dari Fraksi yang sudah menyampaikan pandangan fraksinya masing-masing yang kalau kita lihat secara umum

· memang bersedia untuk secepat-cepatnya masuk ke dalam tahapan pembahasan. Karena itu melanjutkan agenda ketiga yang kita sebutkan tadi. kami dari meja Pimpinan menawarkan kepada Fraksi-fraksi untuk menyiapkan atau menyusun daftar inventarisasi masalah paling lambat satu pekan setelah hari ini untuk sudah disampaikan ke meja sekretariat Komisi Ill DPR RI dan kalau ini disetujui kita ambil keputusan, disetujui ya ?

RAPAT SETUJU

Dengan telah selesainya seluruh pembicaraan pada acara kita hari ini dan jika sudah tidak ada lagi masalah yang perlu kita bahas maka Rapat Kerja pada malam ini dapat kita akhiri dengan cepat 15 menit lebih cepat dari yang kita jadwalkan dan sebelum saya tutup sekali lagi kami mewakili Pimpinan dan Anggota Komisi Ill DPR RI mengucapkan terima kasih kepada Bapak Menteri Hukum dan HAM mewakili Presiden RI yang telah hadir malam ini dalam rangka membahas RUU tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 22 tahun 2002 tentang Grasi lni, dengan mengucapkan alhamdulillahirobil alamin. Marilah sama-sama kita tutup rapat ini dan saya mengucapkan.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

RAPAT DITUTUP PUKUL 20.45 WIB

17

ARSIP D

PR RI