JAHE

12

Click here to load reader

Transcript of JAHE

Page 1: JAHE

JAHE

( Zingiber Officinale )

1. Jenis Tanaman

Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya

dikenal 3 varietas jahe, yaitu :

1) Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak

Rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung dari kedua varietas

lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik

sebagai jahe segar maupun jahe olahan.

2) Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit

Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini selalu dipanen setelah

berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya

lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

3) Jahe merah

Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih kecil. Sama seperti jahe kecil,

jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama

dengan jahe kecil, sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.

2. Panen

2.1 Ciri dan Umur Panen

Pemanenan dilakukan tergantung dari penggunaan jahe itu sendiri. Bila kebutuhan untuk

bumbu penyedap masakan, maka tanaman jahe sudah bisa ditanam pada umur kurang lebih 4

bulan dengan cara mematahkan sebagian rimpang dan sisanya dibiarkan sampai tua.

Tanaman jahe umumnya dipanen tua setelah berumur 8 – 10 bulan saat kadar oleoresin

optimum ditandai dengan rasa pedas dan bau harum. Khusus untuk jahe gajah bisanya dipanen

Page 2: JAHE

disesuaikan dengan tujuan pemanfaatannya. Pekebun memanen jahe muda apabila harga sedang

tinggi atau berindikasi terserang gejala penyakit, hasilnya berkisar antara 3 – 5 ton / ha.

Apabila dipelihara dengan baik jahe gajah dapat menghasilkan 15 – 30 ton / ha.

2.2 Cara Panen

Cara panen yang baik, tanah dibongkar dengan hati-hati menggunakan alat garpu atau

cangkul, diusahakan jangan sampai rimpang jahe terluka. Selanjutnya tanah dan kotoran lainnya

yang menempel pada rimpang dibersihkan dan bila perlu dicuci. Sesudah itu jahe dijemur di atas

papan atau daun pisang kira-kira selama 1 minggu.

Tempat penyimpanan harus terbuka, tidak lembab dan penumpukannya jangan terlalu

tinggi melainkan agak disebar.

2.3 Periode Panen

Waktu panen sebaiknya dilakukan sebelum musim hujan, yaitu diantara bulan Juni –

Agustus. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun

demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya

dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan

rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif

karena lebih banyak kadar airnya.

2.3 Perkiraan Hasil Panen

Produksi rimpang segar untuk klon jahe gajah berkisar antara 15-25 ton/hektar,

sedangkan untuk klon jahe emprit atau jahe sunti berkisar antara 10-15 ton/hektar.

3. Pascapanen

Setelah dipanen jahe sesegera mungkin dijual ke pasar, penyimpanan yang kurang baik

dan terlalu lama beresiko menimbulkan penyakit pasca panen. Selain itu bila terlalu lama

disimpan maka bobot jahe akan berkurang atau susut sampai 10 %.

3.1 Penyortiran Basah dan Pencucian

Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa

tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan

Page 3: JAHE

tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika

perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor

lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas

dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus

dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit.

Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian

yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadah plastik/ember.

3.2 Perajangan

Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang

akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-

kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember.

Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.

3.3 Pengeringan

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat

pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya

dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari dilakukan diatas tikar atau rangka pengering,

pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira

setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang

lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam

oven dilakukan pada suhu 50oC - 60oC. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven

dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah

rimpang yang dihasilkan.

3.4 Penyortiran Kering.

Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara

memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain.

Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).

Page 4: JAHE

3.5 Pengemasan

Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau

karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang

jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu,

nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.

3.6 Penyimpanan

Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30oC dan gudang

harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang

menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari

sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.

4. Kadar Air Benih/Rimpang

4.1 Jahe Putih Besar

Kadar air benih jahe putih besar (JPB) tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal cara

budidaya dan interaksi cara budidaya dengan lama penyimpanan, tetapi nyata dipengaruhi oleh

faktor tunggal lama penyimpanan. Kadar air benih jahe putih besar menurun sejalan dengan lama

penyimpanan, pada awal penyimpanan kadar air benih 85,80 %, dan turun menjadi 78,66 %

setelah 3 bulan disimpan.

Menurunnya kadar air benih setelah penyimpanan erat kaitannya dengan proses penguapan

benih/rimpang jahe selama penyimpanan. Benih/rimpang bersifat higroskopis maka

benih/rimpang tersebut akan menyerap atau melepaskan air sampai kadar airnya mencapai

keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya.

4.2 Jahe Putih Kecil

Kadar air benih jahe putih kecil (JPK) nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal cara budidaya,

dan lama penyimpanan dan interaksi cara budidaya dengan lama penyimpanan. Benih jahe dari

cara budidaya secara monokultur menghasilkan kadar air benih tertinggi (84,16 %), diikuti benih

jahe dari cara budidaya intercropping dengan kacang merah (84,66 %), dan benih jahe dari cara

budidaya intercropping dengan bawang daun. Kadar air benih jahe putih kecil juga menurun

Page 5: JAHE

sejalan dengan lama penyimpanan, pada awal penyimpanan kadar air benih 86,58 %, dan turun

menjadi 80,67 % setelah 3 bulan disimpan.

4.3 Jahe Merah

Kadar air benih/rimpang jahe merah nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal lama

penyimpanan, tetapi tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal cara budidaya dan interaksi

antara cara budidaya dengan lama penyimpanan. Kadar air benih jahe merah mengalami

penurunan yang nyata sejak 1 bulan penyimpanan dan penurunan tersebut terus berlanjut sampai

3 bulan penyimpanan. Sebagai contoh, pada awal penyimpanan kadar air benih/rimpang jahe

merah 86,08 %, dan menurun drastis setelah 3 bulan disimpan (63,49 %). Menurunnya kadar air

benih setelah penyimpanan erat kaitannya dengan proses penguapan benih/rimpang jahe selama

penyimpanan. Benih/rimpang bersifat higroskopis maka benih/rimpang tersebut akan menyerap

air atau melepaskan air sampai kadar airnya mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara

disekitarnya seperti telah didiskusikan pada kadar air benih jahe putih besar dan jahe putih kecil.

5. Penyusutan Bobot Benih/Rimpang

5.1 Jahe Putih Besar

Penyusutan bobot rimpang jahe putih besar tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal

cara budidaya dan oleh interaksi cara budidaya dengan lama penyimpanan, tetapi nyata

dipengaruhi faktor tunggal lama penyimpanan. Bobot rimpang menurun sejalan dengan lamanya

penyimpanan, setelah disimpan selama 3 bulan bobot rimpang mengalami penurunan sampai

23,14 %. Penurunan bobot rimpang ini sejalan dengan menurunnya kadar air benih/rimpang jahe

selama penyimpanan.

5.2 Jahe Putih Kecil

Penyusutan bobot rimpang jahe putih kecil tidak nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal

cara budidaya dan lama penyimpanan, tetapi nyata dipengaruhi oleh interaksi cara budidaya

dengan lama penyimpanan. Benih dari cara budidaya secara monocultur mengalami penurunan

bobot rimpang tertinggi (17,84 %), diikuti benih yang berasal dari cara budidaya intercropping

dengan bawang daun (16,79 %). Benih jahe yang diproduksi secara intercroping dengan kacang

merah mengalami penurunan bobot rimpang terendah (14,12 %).

Page 6: JAHE

5.3 Jahe Merah

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penyusutan bobot rimpang jahe merah

nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal lama penyimpanan dan interaksi antara cara budidaya

dengan lama penyimpanan, tetapi tidak nyata dipengaruhi oleh cara budidaya. Sejak 1 bulan

setelah penyimpanan bobot rimpang jahe menurun sampai 32,28 % dan terus meningkat menjadi

53,24 % setelah 3 bulan penyimpanan. Menurunnya bobot benih/ rimpang jahe erat sekali

kaitannya dengan menurunnya kandungan air dalam benih/rimpang.

Page 7: JAHE

DAFTAR PUSTAKA

http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jahe.pdf.

http://www.disbun.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/Budidaya%20Tan.%20Jahe.doc.

balittro.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/.../1-sukarman.pdf

Page 8: JAHE

Cara Panen dan Pascapanen serta Penelitian Perubahan Kadar Air

Rimpang Jahe dalam Penyimpanan

Kelompok :

1. Septiyandanu (3311081126)

2. William Ratna P (3311081129)

3. M. Firman Gunawan (3311081145)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2011