MANAJEMEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AGROINDUSTRI JAHE … · Teknologi Pengolahan Agroindustri Jahe...

77
MANAJEMEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AGROINDUSTRI JAHE DALAM PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk Jahe Tenratellue) KABUPATEN MAROS MUHAMMAD NUR AMAL 105960191915 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

Transcript of MANAJEMEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AGROINDUSTRI JAHE … · Teknologi Pengolahan Agroindustri Jahe...

  • MANAJEMEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AGROINDUSTRI

    JAHE DALAM PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI

    (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk Jahe Tenratellue)

    KABUPATEN MAROS

    MUHAMMAD NUR AMAL

    105960191915

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2019

  • MANAJEMEN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AGROINDUSTRI

    JAHE DALAM PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI

    (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk Jahe Tenratellue)

    KABUPATEN MAROS

    MUHAMMAD NUR AMAL

    105960191915

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

    starata satu (S-1)

    PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    2019

  • PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

    DAN SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen Teknologi

    Pengolahan Agroindustri Jahe Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi (Studi

    Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk Jahe Tenratellue) Kabupaten Maros adalah

    benar merupakan hasil karya yang belum di ajukan dalam bentuk apapun kepada

    perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip

    dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

    dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

    Maros, 2 Juli 2019

    Muhammad Nur Amal

    105960191915

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT atas segala rahmat dan

    hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya. Shalawat dan salam tak lupa

    penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para

    pengikutnya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen

    Teknologi Pengolahan Agroindustri Jahe Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi (Studi

    Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk Jahe Tenratellue) Kabupaten Maros.

    Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam

    memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa

    adanya bantuan dan dorongan dari berbahagia pihak. Oleh karena itupada kesempatan

    ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

    1. Dr. Ir. Nurdin, M.M selaku pembimbing 1 dan Sitti Arwati. S.P.,M.Si selaku

    pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan

    mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat diselesaikan.

    2. Bapak Ir. Saleh Molla,M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

    Muhammadiyah Makassar.

    3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian

    Universitas Muhammadiyah Makassar.

    4. Kedua orangtua ayahanda H. Kaharuddin dan ibunda Hj. Lebbi dan segenap keluarga

    yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi

    ini dapat terselesaikan.

  • 5. Terima kasih juga kepada teman teman seperjuangan yang mulai dari awal semester

    sampai akhir semester yang sudah melewati masa masa sedih, susah dan bahagia.

    Dan bagi teman teman yang masih berjuang mengerjakan skripsinya ayhu, isna,

    umar, nisa, putri dan yang lainnya.

    6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

    Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

    7. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Tompobulu Khususnya kepala Pak Lurah

    Pucak beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian

    di Daerah tersebut.

    8. Semua pihak yang yang telah membantu penyusunan Skripsi dari awal hingga akhir

    yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.

    Makassar, 23 April, 2019

    Muhammad Nur Amal

  • ABSTRAK

    MUHAMMAD NUR AMAL. 105960191915. Manajemen Teknologi Pengolahan

    Agroindustri Jahe Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi (Studi Kasus Industri Rumah

    Tangga Serbuk Jahe Tenratellue) Kabupaten Maros. Di bawah bimbingan NURDIN

    dan SITTI ARWATI.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan teknologi dalam proses

    produksi serbuk jahe dan pengolahan agroindustri jahe dalam peningkatan Kapasitas

    produksi pada industri Tenratellue di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten

    Maros.

    Pengambilan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan secara sengaja

    pada industri rumah tangga Tenratellue. Sementara untuk penentuan sampel dilakukan

    dengan purposive yakni 5` orang yang dipilih sebagai responden. Analisis data yang

    digunakan adalah analisis data deskriptif (kualitatif).

    Peningkatan kapasitas produksi serbuk jahe meningkat di saat sudah

    menggunakan mesin parut dan hensiler, hasil produksi disaat menggunakan alat

    manual/tradisional hanya bisa memproduksi serbuk jahe sebanyak 1,5 kg jahe dalam

    sehari setelah menggunakan teknologi industri tenratellue yang ada di Desa Pucak

    sudah dapat memproduksi 3 kg jahe dalam sehari. Jadi proses produksi mulai dari

    menggunakan alat tradisional hingga menggunakan teknologi mesin meningkat

    sehingga 1,5 kg jahe.

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ............................................ iii

    HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ iv

    ABSTRAK.......................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

    I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

    1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 4

    II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6

    2.1 Jahe ......................................................................................................... 6

    2.2 Manajemen.............................................................................................. 12

    2.2.1 Definisi Manajemen ....................................................................... 12

    2.2.2 Fungsi Manajemen ......................................................................... 12

    2.3 Pengolahan .............................................................................................. 16

    2.3.1 Proses Pengolahan Jahe ................................................................. 17

  • 2.3.2 Bubuk Jahe .................................................................................... 19

    2.4 Teknologi ................................................................................................ 21

    2.5 Agroindustri ............................................................................................ 24

    2.6 Kerangka Pikir ........................................................................................ 26

    III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 28

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 28

    3.2 Teknik Penetuan Sampel ........................................................................ 28

    3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 28

    3.4 Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 29

    3.5 Teknik Analisis Data .............................................................................. 29

    3.6 Definisi Operasional ............................................................................... 30

    IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 31

    4.1 Letak Geografis....................................................................................... 31

    4.1.1 Letak Luas dan Topografi .............................................................. 31

    4.1.2 Keadaan Iklim dan Hidrologi ......................................................... 31

    4.2 Kondisi Demografis ................................................................................ 32

    4.2.1 Keadaan Penduduk ......................................................................... 32

    4.2.2 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 32

    4.2.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................................... 33

    4.2.4 Sarana dan Prasarana ...................................................................... 34

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 36

    5.1 Identitas Informan ................................................................................... 36

    5.1.1 Informan Menurut Pendidikan ....................................................... 36

    5.1.2 Informan Menurut Tanggungan Keluarga ...................................... 37

  • 5.1.3 Informan Menurut Usia .................................................................. 38

    5.1.4 Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................ 39

    5.2 Manajemen Teknologi Dalam Proses Produksi Serbuk Jahe ................. 40

    5.3 Pengolahan Agroindustri Jahe Dalam Peningkatan kapasitas

    Produksi .................................................................................................. 44

    5.3.1 Pengolahan Agroindustri Jahe.......................................................... 44

    5.3.2 Hubungan Pengolahan Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi ..... 45

    VI. KESIMPULAN ........................................................................................... 48

    6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 48

    6.2 Saran ....................................................................................................... 48

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 50

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 52

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ 63

  • DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Kandungan Gizi Jahe Segar Per 100 Gram ................................................. 9

    2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pucak Kecamatn

    Tompobulu Kabupaten Maros, 2018. .......................................................... 33

    3. Jumlah KK Berdasarkan mata pencaharian di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu

    Kabupaten Maros, 2018. .............................................................................. 34

    4. Sarana dan Prasarana di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros,

    2018. ............................................................................................................ 35

    5. Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pucak

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, 2018.

    ..................................................................................................................... 3

    7

    6. Jumlah Informan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Pucak

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, 2018. ....................................... 38

    7. Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Usia di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros, 2018. .......................................................... 49

    8. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 40

    9. Biaya Sarana produksi dan Tenaga Kerja ................................................... 47

  • DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Skema Kerangka Pikir ................................................................................... 27

    2. Skema Proses Pengolahan Serbuk Jahe ......................................................... 42

  • DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 54

    2. Peta Lokasi Penelitian .................................................................................... 58

    3. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 60

  • I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam hayati. Salah satu

    sumber kekayaan tersebut berasal dari banyaknya rempah-rempah, contohnya jahe. Jahe

    merupakan bahan pangan alami yang baik untuk menghangatkan dan meningkatkan

    stamina tubuh manusia. Oleh karena itu, jahe banyak dimanfaatkan untuk berbagai

    produk olahan seperti minuman serbuk jahe.

    Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima sektor yaitu tanaman pangan,

    perkebunan, pertanian, perikanan dan kehutanan. Kelima sektor tersebut bisa diganti

    lebih serius sebenarnya akan mampu memberikan sumbangan yang besar bagi

    perkembangan perekonomian indonesia mendatang, salah satu penanganannya yaitu

    dengan perkembangan perekonomian pada bisnis pertanian atau agribisnis (Soekartiwi,

    1999).

    Malayu S.P. Hasibuan (2012) menyatakan manajemen adalah ilmu dan seni

    mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara

    efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tertentu

    secara efektif dan efisien yang bersifat masif, kompleks dan bernilai tinggi tentulah

    sangat dibutuhkan manajemen.

    Agroindustri diharapkan dapat memainkan peranan penting dalam kegiatan

    pembangunan daerah, baik dalam pemerataan pembangunan pertumbuhan ekonomi

    maupun stabilitas nasional. Keberadaan agroindustri di pedesaan diharapkan dapat

    meningkatkan permintaan terhadap komoditas pertanian. Karena sektor agroindustri

  • sangat berperan dalam mengubah produk pertanian menjadi produk yang lebih

    bermanfaat (Soekartiwi, 1993).

    Teknologi merupakan keadaan pengetahuan manusia tentang bagaimana

    menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang di inginkan, untuk

    memecahkan masalah, memenuhi kebutuhan atau memenuhi keinginan, termasuk

    metode teknis, keterampilan, proses, teknik, alat dan bahan baku. Akhir dari tujuan

    teknologi merupakan added value atau nilai tambah yang berupa produk yang

    bermanfaat bagi manusia. (Alam Setiadi, 2009).

    Pengolahan jahe dalam bentuk bubuk merupakan salah satu cara pengawetan hasil

    panen, terutama untuk komoditas yang berkadar air tinggi, seperti umbi-umbian dan

    buah-buahan. Keuntungan lain dari pengolahan bubuk jahe sebagai bahan baku yang

    fleksibel untuk industri pengolahan lanjutan, aman dalam distribusi, serta menghemat

    ruang dan biaya penyimpanan (Afrianto, 2008).

    Dalam proses pengolahan jahe, pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah

    jadi termasuk kandungan senyawa yang berperan dalam performansinya, harus tetap

    diperhatikan karna berkaitan dengan hasil akhir olahan. Setelah panen, rimpang harus

    segera dicuci dan dibersihkan dari tanah yang melekat. Pencucian disarankan

    menggunakan air yang bertekanan, atau dapat juga dengan merendam jahe dalam air,

    kemudian disikat secara hati-hati. Setelah pencucian jahe ditiriskan dan diangin-

    anginkan dalam ruangan yang berventilasi udara yang baik, sehingga air yang melekat

    akan teruapkan. Kemudian jahe dapat diolah menjadi berbagai produk atau langsung

    dikemas dalam karung plastik yang berongga dan siap untuk diekspor (Paimin dan

    Murhananto, 1991).

  • Jahe tumbuh baik di kawasan beriklim lembab dan menyukai sinar matahari.

    Tanaman ini gampang tumbuh di berbagai tempat, termasuk di hutan, ladang, semak

    belukar, daerah terbuka atau dibawah naungan seperti dikebun bambu dan kopi. Jahe

    memiliki kandungan gingerol, minyak jahe (zingeron), zingeberon, borneol, cineol,

    dextro-kamfena dan beta-phelandrena. Jahe juga mengandung minyak atsiri, berupa

    cairan kuning kehijauan dengan rasa pedas dan bau yang khas. Jahe mengandung atsiri

    sebanyak 48 sampai 60 persen, serat 7 sampai 11 persen, air 12 sampai 18 persen dan

    kadar abu 8 sampai 9 persen (Paimin dan Murhananto, 1991).

    Pucak adalah salah satu desa dari delapan desa di Wilayah Kecamatan Tompobulu

    Kabupaten Maros, Provinsi sulawesi Selatan, Indonesia yang merupakan ibukota

    Kecamatan. Ibukota Kecamatan ini berjarak 18 km dari ibukota Kabupaten Maros, yaitu

    Kota Turikale. Desa ini memiliki hasil bumi berlimpah berupa buah-buahan dan

    sayuran baik yang berbuah musiman, maupun yang ada sepanjang tahun. Buah-buahan

    dan sayuran musiman, pada saat musimnya sangat melimpah sehingga banyak terbuang,

    tetapi pada saat bukan musimnya, kita akan kesulitran mendapatkannya. Jahe

    merupakan salah satu hasil pertanian yang digalakkan pemerintah daerah maros dan

    pucak adalah salah satu penghasil utama jahe dengan kapasitas produksi 10 ton/tahun.

    Pengolahan jahe di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros telah

    menggunakan teknologi, akan tetapi belum sepenuhnya menerapkan teknologi terutama

    menyangkut tentang pengolahan jahe menjadi produk jahe siap konsumsi, oleh karena

    itu peniliti ingin menganalisis penerapan inovasi teknologi yang digunakan oleh industri

    rumah tangga yang mengelola jahe.

    Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, peneliti bermaksud

    melakukan penelitian “Manajemen Teknologi Pengolahan Agroindustri Jahe Dalam

  • Peningkatan Kapasitas Produksi (Studi Kasus Industri Rumah Tangga Serbuk

    Jahe Tenratellue) Kabupaten Maros”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang ingin dikaji dalam

    penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana manajemen dan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi serbuk

    jahe di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros?

    2. Bagaimana pengolahan agroindustri jahe dalam peningkatan Kapasitas produksi?

    1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

    1. Untuk mengetahui manajemen dan pemanfaatan teknologi dalam proses produksi

    serbuk jahe di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros.

    2. Untuk mengetahui pengolahan agroindustri jahe dalam peningkatan Kapasitas

    produksi.

    Adapun kegunaan dari penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai berikut:

    1. Memberikan informasi dalam pengelolaan usaha jahe untuk memanfaatkan sarana

    produksi secara optimal

    2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi yang membutuhkannya

  • II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jahe

    Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe

    berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua

    bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama

    sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat-obatan tradisional. Jahe termasuk

    dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae), se-famili dengan temu-temuan lainnya

    seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit

    (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga) dan

    lain-lain. Nama daerah jahe antara lain halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak

    Karo), sipodeh (Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali),

    jhai(Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate) (Paimin dan Murhananto, 1991).

    Menurut Paimin dan Murhananto (1991), Tanaman jahe termasuk dalam divisi

    Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, Ordo Zingiberales,

    Famili Zingiberaceae, Genus Zingiber, species Zingiber Officinale Rose. Famili

    Zingiberaceae ini terdiri dari 47 genera dan 1400 spesies yang tersebar di daerah tropik

    dan subtropik. Genus Zingiber sekitar 80 spesies diantaranya adalah jahe yang memiliki

    banyak manfaat.

    Jahe mempunyai beberapa varietas yaitu jahe gajah, jahe emprit,dan jahe merah.

    1) Jahe gajah memiliki ukuran rimpang yang besar dan gemuk,bobotnya berkisar 1-2 kg

    per rumpun, bagian dalam rimpang berwarna putihkekuningan, seratnya lembut dan

    rasanya kurang pedas. 2) Jahe emprit memilikirimpang dengan bobot berkisar 0,5-0,7

    kg per rumpun, berukuran kecil danberlapis, daging rimpang berwarna putih

  • kekuningan, seratnya kasar dan rasanyalebih pedas. 3) Jahe merah memiliki rimpang

    dengan bobot berkisar 0,5-0,7 kgper rumpun, ukurannya kecil berlapis-lapis, daging

    rimpang berwarna jingga muda sampai merah, seratnya kasar, aromanya tajam dan

    rasanya pedas,kandungan minyak atsiri paling tinggi sehingga cocok untuk ramuan

    obat-obatan(Syukur, 2001).

    Menanam jahe merupakan kegiatan yang mudah untuk dilakukan baikdalam

    pemeliharaan maupun pemanenan. Untuk mendapatkan tanaman jahe yangbaik dan

    sehat ada tiga faktor penting dalam pembudidayaan jahe yaitu a) iklim :pada awal

    pertumbuhan sampai umur 4 bulan tanaman jahe membutuhkan curahhujan yang tinggi

    900-4000 mm/tahun dan suhu udara yang dibutuhkan untukpertumbuhan jahe 25-300C

    b) ketinggian tempat : tanamanjahe dapat tumbuhpada daerah tropis dan subtropis

    dengan ketinggian 0-2000 m dari permukaan lautc) tanah : tanah yang baik untuk

    pertumbuhan jahe adalah tanah yang gembur,subur, mengandung organik tinggi, dan

    drainase yang baik.Tekstur tanah yang baik untuk pertumbuhan jahe adalah lempung

    berpasir, liat berpasir dan laterik(Syukur, 2001).

    Jahe tidak dapat menghasilkan produksi tinggi apabila hanya sekedar tumbuh

    maka perlu dilakukan budidaya jahe yang baik. Budidaya jahedilakukan dengan cara

    memilih bibit yang baik, sehat, tidak lecet, bebas dari hamadan penyakit, dan berumur

    9-12 bulan. Pengolahan tanah pada tanaman jahe dilakukan untuk menghasilkan tanah

    menjadi gembur, subur, dan mengandung humus kemudian ditaburkan pupuk kandang

    sebagai pupuk dasar (Paimin dan Murhananto, 1991).

    Penanaman jahe sebaiknya dilakukan pada musim hujan, karena tanaman jahe

    memerlukan curah hujan yang tinggi. Jarak tanam yang baik adalah 25-50 cm dalam

    barisan dan 45-60 cm antar barisan. Setelah itu pemberian mulsa pada tanaman jahe

  • bertujuan untuk melindungi tunas yang baru muncul ke permukaan tanah. Kemudian

    pemberian pupuk NPK, pemupukan tanaman jahe yang baik diberikan pada umur 1-4

    bulan. Pemeliharaan tanaman jahe dilakukan dengan pembumbunan yang bertujuan agar

    rimpang yang mulai terbentuk dapat tumbuh dengan baik dan tidak muncul ke

    permukaaan tanah, dan penyiangan bertujuan untuk memberantas gulma menggunakan

    tangan, arit, dan cangkul. Kemudian dilakukan pemberantasan hama, penyakit, dan

    tanaman jahe siap panen (Paimin dan Murhananto, 1991).

    Pemanenan jahe tergantung tujuan penanamannya, sehingga jahe dapat dipanen

    saat muda dan ada yang dipanen setelah tua. Jika tujuannya untuk memperoleh rimpang

    jahe yang akan diolah menjadi asinan, manisan, bubuk jahe, dapat dilakukan saat masih

    muda yaitu berumur 4-6 bulan sejak tanam. Saat itu rimpang jahe belum berserat,

    pedasnya belum terasa, dan teksturnya renyah, dan rumpunnya masih hijau segar

    (Harmono dan Andoko, 2005).

    Pemanenan rimpang jahe setelah tua adalah pemanenan yang paling umum

    dilakukan oleh petani untuk mendapatkan jahe segar. Untuk mendapatkan berat rimpang

    yang maksimal pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 9-10 bulan setelah tanam

    beratnya berkisar 750-1000 gram per rimpang. Sementara untuk mendapatkan bibit

    sebaiknya pemanenan dilakukan setelah rimpang berumur 11-12 bulan setelah tanam

    (Syukur, 2001).

    Jahe sangat baik untuk menjaga kesehatan, karena memiliki kandungan gizi

    yang diperlukan oleh tubuh. Jahe memiliki vitamin C yang tinggi yaituberkisar 4 mg.

    Selain itu jahe juga memiliki kadar air yaitu 86% dan Fosfor 39mg. Kandungan gizi

    jahe dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Kandungan Gizi Jahe Segar per 100 gram

  • Kandungan Gizi Jumlah

    Kadar Air (%) 86,00

    Energi (kal) 51,00

    Protein (g) 1,50

    Lemak (g) 1,00

    Karbohidrat (g) 10,10

    Kalsium (mg) 21,00

    Fosfor (mg) 39,00

    Zat Besi (mg) 1,00

    Vitamin A (SI) 30,00

    Vitamin B (mg) 0,02

    Vitamin C (mg) 4,00

    Sumber : Departemen, 1975 dalam Widiastuti (2008) Kesehatan RI,

    Zat gizi merupakan unsur kimia yang terkandung dalam makanan danminuman

    yang diserap oleh tubuh manusia untuk mempertahankan hidup, berproduksi dan untuk

    menghasilkan energi. Arti gizi sangat luas karena berkaitanantara pangan yang bergizi

    dengan pangan yang tidak memiliki gizi. Susunanmakanan yang memenuhi kebutuhan

    gizi maka akan mendapatkan status gizi yangbaik (Winarno, 1993).

    Karbohidrat merupakan sumber utama zat gizi yang mengandung

    karbon,hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat tidak hanya mengandung pati tetapi juga

    mengandung gula, pektin, dekstrin, selulosa (serat), dan glikogen. Lemak tergolong

    kelompok senyawa organik yang tidak larut dalam air yang mengandung karbon,

    hidrogen, dan oksigen. Protein merupakan molekul yang sangat besar terbentuk dari

    banyak asam amino. Vitamin adalah campuran organik yang seharusnya disediakan

    oleh bahan makanan dan digolongkan menjadi dua yaitu vitamin larut dalam lemak

    (vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut dalam air (vitamin B komplek, thiamin, niacin,

    biotin, riboflavin, asam folik,dan vitamin C) (Suhardjo, 1986).

    Menurut Winarno (2004), mineral dikenal sebagai zat organik atau kadar

    anorganiknya tidak terbakar. Manfaat mineral untuk membantu reaksi fungsional, dan

  • untuk memelihara keteraturan metabolisme. Air merupakan bahan yang sangat penting

    bagi kehidupan dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air

    merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air mempengaruhi

    penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan yang berperan sebagai pembawa zat-zat

    makanan dan sisa metabolisme.

    Komposisi kimia jahe ditentukan oleh keadaan tanaman, varietas jahe, keadaan

    lingkungan tempat tumbuh dan umur panen. Jumlah perubahan komponen dalam

    rimpang dapat juga terjadi selama perlakuan panen, pengeringan dan penyimpanan jahe

    kering. Secara umum komponen utama yang terkandung dalam rimpang jahe antara lain

    adalah air, pati, minyak atsiri, minyak yang tidak mudah menguap, abu dan serat kasar

    (Rismunandar, 1988).

    Rimpang jahe mengandung nutrisi yang cukup tinggi. Rimpang jahe kering

    mengandung pati sekitar 58%, protein 8%, oleoresin 3-5% yang didalamnya terdapat

    gingerol 33% dan minyakatsiri 1-5%. Beberapa jenis lipida sebanyak 6-8%, zat tepung

    59 %, vitamin khususnya niacin dan vitamin A, beberapa jenis mineral, asam amino,

    dan damar (Rismunandar, 1988).

    Selain itu komposisi kimia rimpang jahe menentukan tinggi rendahnya nilai

    aroma dan pedasnya. Rasa pedas jahe disebabkan adanya senyawa zingeberon

    (C11H14O13) yaitu keton yang baunya harum dan aroma jahe disebabkan oleh adanya

    minyak atsiri yang umumnya berwarna kuning sedikit kental (Wati, 2006). Minyak

    atsiri merupakan minyak yang terkandung dalam jahe yang mudah menguap pada

    temperatur rendah, minyak yang tidak menguap disebut oleoresin. Oleoresin merupakan

    gugusan kimia yang komplek, berupa minyak berwarna cokelat tua sampai hitam dan

    mengandung minyak atsiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe. Oleoresin jahe

  • mengandung komponenzingerol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri (Paimin

    dan Murhananto,2000).

    Menurut Syukur (2001), rimpang jahe dapat digunakan untuk berbagai

    kepentingan dalam bentuk segar maupun jahe olahan.Jahe segar dapat digunakan

    sebagai rempah-rempah dan berbagai keperluan obat tradisional. Sementara jahe olahan

    dapat berupa jahe kering, asinan jahe, sirup jahe, jahe kristal, minyakatsiri, oleoresin

    dan bubuk jahe.

    2.2 Manajemen

    2.2.1 Definisi Manajemen

    Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

    manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

    tujuan tertentu. (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985).

    Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adl

    penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi

    dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.

    Definisi manajemen yang dikemukakan oleh Daft (2003:4) sebagai berikut:

    “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient

    manner through planning organizing leading and controlling organizational

    resources”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen

    merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat

    perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.

    2.2.2Fungsi Manajemen

    Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian fungsi-

    fungsi manajemen ini tujuannya adalah:

  • 1. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur

    2. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam

    3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajemen.

    Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam

    manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan

    tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana diterangkan

    oleh Nickels, McHug and McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:

    Perencanaan

    Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilaku-

    kan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan

    strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Di antara

    kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang

    ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam

    persaingan global, dan lain sebagainya.

    Pengorganisasian

    Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana

    strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah

    struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang

    kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam orga¬nisasi bisa bekerja

    secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

    Pengimplementasian

    Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar

    bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua

  • pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan

    produktivitas yang tinggi.

    Pengendalian

    Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan

    untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,

    di¬organisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang

    diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang

    dihadapi.

    Banyak ahli yang berbeda pandangan mengenai fungsi manajemen akan tetapi

    esensinya tetap sama, bahwa:

    1. Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu

    yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.

    2. Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan

    organisasi.

    Secara diagramatis, jika kita kaitkan antara tujuan organisasi (yang harus dicapai

    secara efektif dan efisien) dan sumber-sumber daya organsaisi dengan fungsi-fungsi

    manajemen yang baru saja diterangkan, maka dapat dilihat pada Gambar berikut ini:

    Gambar tersebut menerangkan bahwa fungsi-fungsi manajemen diperlukan agar

    keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola dan dipergunakan secara efektif dan

    efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

    Kegiatan-kegiatna dalam fungsi menajamen :

    Fungsi Perencanaan (Planning)

    a. Menetapkan tujuan dan target bisnis

    b. Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut

  • c. Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

    d. Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target

    bisnis

    Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

    a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan

    menetapkan rposedur yang diperlukan

    b. Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan

    tanggung jawab

    c. Kegiatna perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya

    mansuia/tenaga kerja

    d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

    Fungsi pengimplementasian (Directing)

    a. Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian

    motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam

    pencapaian tujuan

    b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan

    kebijakan yagn ditetapkan.

    Fungsi Pengawasan (Controlling)

    a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan

    indikator yang telah ditetapkan

    b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin

    ditemukan

    c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan

    pencapaian tujuan dan target bisnis.

  • 2.3 Pengolahan

    Pengolahan berasal dari kata olah yang berarti mengerjakan, mengusahakan

    supaya menjadi barang lain atau menjadi lebih sempurna. Pengolahan berarti proses,

    cara, perbuatan mengolah. (Anonim, 2012).

    Menurut Wardoyono, (2003). Pengolahan adalah suatu rangkaian yang

    berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan dalam

    mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

    Menurut Anoraga (2007) pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata

    “kelola” mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan

    memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai

    tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

    bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang

    berintikan perencanaan, pengorganisasiaan, penggerakan dan pengawasan yang

    bertujuan menggali dan memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki secara efektif

    untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

    2.3.1 Proses Pengolahan Jahe

    Proses pengolahan jahe menjadi serbuk jahe harus melalui beberapa tahapan,

    yaitu:

    - Persiapan Bahan Baku

    a. Pilih jahe yang sudah tua dan masih segar

    b. Jahe disortir dan dicuci.. Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan

    rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman atau kotoran lainnya. Pencucian

    dilakukan dengan air bersih sambil disikat atau dengan menggunakan air bertekanan

    tinggi. Amati air bilasannya, jika masih terlihat kotor maka dilakukan pembilasan

  • lagi. Namun yang harus diingat bahwa pencucian jahe tidak bisa dilakukan terlalu

    lama untuk tetap menjaga kualitas rasa jahe dan menghindari senyawa aktif yang

    terkandung dalam jahe larut bersama air. Lakukan penirisan dalam wadah yang

    berlubang agar tidak terdapat ada lagi air cucian yang tersisa.

    c. Jahe yang sudah bersih ditimbang untuk mendapatkan bahan yang sesuai dengan

    takaran yang dibutuhkan

    d. Jahe diiris untuk memudahkan proses penghancuran dalam blender maupun pada saat

    diparut. Proses perajangan dilakukan dengan pisau dan alasi bahan yang akan

    dirajang dengan talenan.

    - Ekstraksi (pemerasan)

    a. Jahe diparut atau diblender selama 15 menit. Kemudian dicampurkan dengan 2 liter

    air sedikit demi sedikit. Penambahan air dilakukan untuk mempermudah proses

    ekstraksi dan meningkatkan total padatan terlarut yang terestrak.

    a. Jahe disaring dan diperas untuk memisahkan ampas jahe dan sarinya dengan

    menggunakan saringan kain / saringan alumanium

    b. Cairan hasil perasan diendapkan selama 10 menit untuk memisahkan pati dengan air

    jahe agar pada saat pemasakan tidak terjadi penggumpalan karena gelatinisasi pati

    dan penggumpalan pada saat penyeduhan jahe instan.

    c. Pati jahe dibuang dan diambil air jahenya saja untuk direbus

    - Pemasakan

    a. Siapkan bahan tambahan seperti gula, batang sereh, cengkeh, dan kayu manis, dan

    garam secukupnya

    b. Air sari jahe dimasukan ke dalam panci alumanium dan dilarutkan bersama bahan

    tambahan lainnya sebagai penambah aroma

  • c. Dilakukan proses pemasakan di atas api . Tahap ini bertujuan untuk menguapkan

    kandungan air dari dalam bahan

    d. Selama pemasakan berlangsung, pengadukan dilakukan secara terus menerus sekitar

    2 jam hingga larutan berubah tekstur menjadi kental dan berwarna kecoklatan.

    e. Apabila sudah tidak terdapat larutan lagi, api dikecilkan dan terus dilakukan

    pengadukan hingga kemudian terbentuk kristal.

    f. Pemanasan dihentikan dan api kompor dipadamkan. Namun pengadukan tetap

    dilakukan agar bahan tercampur secara sempurna, penyeragaman ukuran .jahe instan,

    dan pendinginan atau pengeringan kristal yang telah terbentuk.

    - Pengayakan

    a. Setelah dingin, serbuk kristal diangkat dari wajan dan disaring dan diayak agar bubuk

    halus dan kasar terpisah

    b. Bagian yang lolos dari penyaringan langsung dikemas. Bagian yang tidak lolos dari

    saringan akan diblender dan disaring kembali.

    - Pengemasan dan pelabelan

    a. Serbuk jahe instan yang telah disaring dilakukan pengemasan dengan menggunakan

    plastik, alumunium foil, atau botol. Pengemasan bertujuan agar produk tidak

    terkontaminasi dan memperpanjang masa simpan produk

    b. Pelabelan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk jahe instan.

    2.3.2 Bubuk Jahe

    Bubuk merupakan bahan bahan padat yang diperoleh dari proses pengilingan

    hingga menjadi suatu bentuk butiran-butiran yang halus yang didalamnya mengandung

    kadar air 10-13%. Pembuatan bubuk pada umumnya meliputi sortasi, pencucian,

  • pemotongan menjadi ukuran kecil (2 mm), pengeringan, pengayakan dan penggilingan

    (Handerson danPerry 1976, dalam Hafizah, 2008).

    Menurut Muchtadi dan Sugiono (2010), Proses pembuatan bubuk dapat

    dilakukan dengan 2 hal/cara yaitu : 1) cara kering yaitu dengan cara menumbuk

    tanaman atau bahan yang sudah kering mengunakan alu atau pengiling mekanik.

    Bubuknya disaring untuk memperoleh ukuran partikel yang seragam. 2) cara basah

    yaitu mula-mula bahan atau umbi segar dibersihkan dan dikupas. Kemudian dicuci

    sekali lagi lalu diparut secara mekanik atau manual sehingga sebagian air keluar.

    Selanjutnya hasil parutan dijemur sampai kering lalu ditumbuk dengan alu atau digiling

    menggunakan pengiling mekanik dan kemudian disaring bubuk yang diperoleh agar

    ukuran partikelnya seragam.

    Bubuk jahe dapat dibuat langsung dari jahe kering dengan pengilingan. Bahan

    jahe kering digiling hingga mencapai ukuran 50-60 mesh. Di Indonesia ada bubuk jahe

    yang sudah dikemas dalam kantong kecil untuk dibuat minuman jahe atau campuran

    dalam kopi dan teh. Pembuatan minuman ini dilakukan oleh pabrik-pabrik khusus

    pembuat minuman. Standar mutu bubuk jahe menurut EOA1970, adalah sebagai

    berikut: abu yang larut dalam air minimal 1,9 %, abu yang tidak larut dalam asam

    minimal 2,3 %, bahan yang larut dalam alkohol minimal 5,1 %, bahan yang larut bahan

    dingin minimal 11,4 % (Paimin dan Murhananto,2000).

    Bubuk jahe merupakan minuman berbentuk serbuk yang dapat dikonsumsi atau

    diminum dengan menambahkan air panas atau dingin sesuai dengan selera. Minuman

    kesehatan adalah minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau nonzat gizi baik

    dalam bentuk cair, serbuk maupun tabled, dapat diminum dan memberikan pengaruh

  • terhadap satu atau sejumlah terbatas fungsi dalam tubuh tetapi yang bersifat positif,

    sehingga dapat menyehatkan pada tubuh (Muchtadi,1996).

    Menurut Widowati (2003), teknologi bubuk merupakan salah satu proses produk

    setengah jadi yang dianjurkan, kerena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat

    komposit), diperkaya zat gizi, dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan

    kehidupan yang serba praktis. Prosedur pembuatan bubuk sangat beragam, dibedakan

    berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan pangan. Namun secara garis besar dapat

    dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1) Bahan pangan yang tidak mudah coklat bila

    dikupas dan 2)Bahan pangan yang mudah menjadi coklat bila dikupas.

    Pencoklatan adalah suatu proses yang sangat penting artinya dalam pengolahan

    bahan makanan, karena dapat menimbulkan keuntungan maupun kerugian. Pencoklatan

    bisa diterima pada pengolahan kopi, teh, bir,dan coklat. Namun secara umum

    pencoklatan tidak diinginkan karena dapat merusak warna, aroma, dan nilai gizi. Reaksi

    pencoklatan terjadi melalui dua proses yaitu enzimatik dan non enzimatik. Pencoklatan

    enzimatik adalah pencoklatan oksidatif yang dikatalis oleh enzim, terjadi pada jaringan

    tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan. Pencoklatan non enzimatik adalah pencoklatan

    oksidatif tanpa dikata lisoleh enzim karamilisasi dan maillard (Lee, 1975 dalam

    Rusdianto, 2001).

    2.4 Teknologi

    Teknologi adalah salah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu

    bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadi

    kusumo (1994), berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering).

    Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu sciencedan engineering

    yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang

  • dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang

    materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

    Makna teknologi, menurut Capra (2004) seperti makna sains, telah mengalami

    perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur yunani yaitu technollogia,

    yang diperoleh dari asal kata techne bermkana wacana seni. Ketika istilah itu pertama

    kali digunakan dalam bahasa inggris di abad ketujuh belas, maknanya adalah

    pembahasan sistematis atas „seni terapan‟ atau pertukangan, dan berangsur angsur

    artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20 maknanya diperluas

    untuk mencakup tidak hanya alat alat dan mesin mesin, tetapi juga metode dan teknik

    non material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode.

    Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut Capra (2004), menekankan

    hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi mendefinisikan teknologi sebagai sebagai

    kumpulan alat aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah

    terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.

    Akan tetapi, dijelaskan oleh Capra (2004), teknologi jauh lebih tua dari pada

    sains. Asal usulnya pada pembuatan alat berada jauh di awal spesies manusia yaitu

    ketika bahasa, kesadaran relatif dan kemampuan membuat alat berevolusi bersamaan.

    Sesuai dengannya, spesies manusia pertama diberi nama Homo Habili (manusia

    Terampil) untuk menunjukkan kemampuannya membuat alat alat canggih.

    Dari persperktif sejarah seperti digambarkan oleh toynbee (2004), teknologi

    merupakan salah satu ciri khusus kemuliaan manusia bahwa dirinya tidak hidup dengan

    makanan semata. Teknologi merupakan cahaya yang menerangi sebagian sisi non

    material kehidupan manusia. Teknologi lanjut Tonybee (2004), merupakan syarat yang

    memungkinkan konstituen- konstituen non material kehidupan manusia yaitu perasaan

  • dan pikiran, institusi, ide dan idealnya. Teknologi adalah sebuah manifestasi langsung

    dari bukti kecerdasan manusia. Dari pandangan semacam itu, kemudian teknologi

    berkembang lebih jauh dari yang dipahami sebagai susunan pengetahuan untyk

    mencapai tujuan praktis atau sebagai sesuatu yang dibuat atau diimplementasiakan serta

    metode untuk membuat atau mengimplementasikannya. Dua pengertian diatas telah

    digantikan oleh interpretasi teknologi sebagai pengendali lingkungan seperti kekuasaan

    politik dimana kebangkitan teknologi barat telah menaklukkan dunia dan sekarang telah

    digunakan di era dunia baru yang lebih ganas. Untuk memperjelas statement tersebut,

    kita coba menelaah teknologi secara lebih dalam lagi. Melihat substansi teknologi

    secara lebih komprehensif, yaitu konsepsi teknologi dari kerangka filsafat.

    Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan.

    Menurut Dictionary Of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada

    masalah masalah praktis. Untuk membatasi pengertian teknologi yaitu luas, maka

    pengertian teknologi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

    1. Teknologi sebagai barang buatan

    Tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kelemahan kelemahan

    yang ada pada diri manusia itu kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi

    agar kelemahan yang dimiliki manusiapun menjadi sedikit berkurang. Tetapi barang

    barang buatan tidak hanya terbatas pada kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang

    tadinya belum terpikirkan.

    2. Teknologi sebagai kegiatan Manusia

    Kegiatan manusia tidak lepas dari kegiatan membuat dan menggunakan kegiatan

    manusia itu merupakan bentuk dari teknologi itu sendiri.

    3. Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan

  • Kegiatan membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat

    (Produk) dan ilmu menggunakan (konsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan

    darei pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber.

    4. Teknologi sebagai kebulatan sistem

    Pembahasan yang bulat dan menyeluruh akan tercapai kalau teknologi ditinjau

    sebagai suatu sistem. Ini berarti teknologi dibahas sebagai suatu kebulatan unsur-

    unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam lingkungan sistem itu

    sendiri (Rasyaf, 2004).

    2.5 Agroindustri

    Agroindustri merupakan suatu usaha yang dapat menciptakan peluang lapangan

    kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Baik di

    negara maju maupun di negara berkembang, pengembangan agroindustri mempunyai

    peranan di bidang ekonomi yaitu dengan terciptanya lapangan kerja, sehingga dapat

    mengurangi jumlah pengangguran, pendayagunaan sumber daya, peningkatan

    pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

    Menurut Soeharjo (1991), agroindustri adalah salah satu cabang industri yang

    mempunyai kaitan yang erat dan langsung dengan sektor pertanian. Apabila sektor

    pertanian menghasilkan produk primer maka kulturnya dengan industri berlangsung ke

    belakang (Bakward Lingkage) dan dapat ke depan (Forwed Lingkage). Agroindustri

    yang melakukan kegiatan pengadaan dan pengeluaran saprodi, alat dan mesin pertanian

    disebut agroindustri hulu (Upstrem). Sedangkan yang melakukan kegiatan penanganan

    dan pengolahan produk primer disebut agroindustri hilir (Down Strem). Kaitan antara

    agroindustri dengan sektor pertanian pada umumnya dibatasi pada kaitan langsung,

  • karena makin lanjut proses produksi berlangsung maka akan jauh kedudukannya dari

    pengertian agroindustri.

    Agroindustri memiliki potensi mendorong pertumbuhan yang tinggi karena

    dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian dari pertanian ke industri.

    Agroindustri diharapkan dapat menjadi wahana untuk mengatasi kemiskinan karena

    daya jangkau dan spektrum kegiatannya yang sangat luas. Dan tidak kalah pentingnya,

    agroindustri dapat diselaraskan dengan pembangunan nasional berkelanjutan yang dapat

    memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pencapaian berbagai tujuan

    pembangunan, seperti mengatasi kemiskinan, peningkatan pemerataan, peningkatan

    kesempatan kerja, peningkatan kesempatan berusaha, dan pengembangan kegiatan

    pelestarian lingkungan, sehingga tujuan pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai

    (Soekartiwi, 2000).

    Sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia sebagai pelaku pembangunan

    pertanian, pembangunan industri lebih baik ditekankan pada pembangunan industri

    skala kecil termasuk di dalamnya skala rumah tangga. Hal ini disebabkan pertumbuhan

    industri skala kecil mampu mengurangi jumlah pengangguran yang ada, khususnya di

    daerah pedesaan keberadaan industri kecil tersebut diharapkan mampu memeratakan

    pendapatan serta mampu menyokong pengembangan industri padat karya (Soekartiwi,

    2000).

    Keberhasilan pembangunan agroindustri dalam arus globalisasi sangat

    ditentukan oleh keberhasilan dalam pengembangan faktor-faktor kekuatan daya saing

    yang secara potensial dimiliki. Daya saing ini dapat terpusat pada arah penurunan biaya

    produksi atau diferensiasi produk agroindustri. Hal ini tidak terlepas dari persaingan

    usaha dalam era global, dimana suatu usaha dapat memiliki daya saing jika memiliki

  • efisiensi usaha sehingga dapat menghasilkan produk dengan harga yang murah dan

    tentunya dapat diterima pasar. Selain itu suatu usaha sangat ditentukan oleh pengalaman

    dan pengetahuan praktis bagi seorang pengusaha atau manajer suatu agroindustri.

    Pengalaman diperlukan untuk menghargai dan memahami lingkungan fisik dan

    ekonomi, serta keputusan yang harus diambilnya. Pengetahuan sangat penting guna

    mendasari keputusan yang bersifat logika empirik serta menghindarkan diri dari

    kekeliruan atau salah tafsir yang mungkin timbul (soekartiwi, 2000).

    2.6 Kerangka Pemikiran

    Pengolahan jahe merupakan suatu proses mengubah jahe yang sebelumnya

    memiliki nilai jual yang rendah menjadi olahan jahe yang memiliki nilai jual tinggi

    seperti produk olahan serbuk jahe. Dalam proses olahan jahe tentunya memanfaatkan

    teknologi seperti mesin paruk dan hensiler yang merupakan alat modern dengan tujuan

    bisa meningkatkan kapasitas produksi olahan jahe.

    Tujuan utama masyarakat dalam menjalankan usahanya adalah untuk

    meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya melalui kegiatan produksi dengan

    berbagai sumberdaya yang dimilikinya dalam kegiatan usaha mengolah jahe menjadi

    serbuk jahe. Penjualan serbuk jahe ini di lakukan di toko toko dan sudah mulai

    memasarkan produknya keluar daerah. Dalam hubungan dengan usaha pengolahan

    tanaman jahe menjadi teh jahe dan serbuk jahe, maka kerangka pemikirannya dapat kita

    lihat sebagai berikut.

  • Gambar 2. Skema kerangka pikir penelitian utilisasi teknologi pengolahan jahe sebagai

    pembuatan serbuk jahe di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten

    Maros.

    Pengolahan Jahe

    Pemanfaatan

    Kapasitas Produksi

    Teknologi Pengolahan

  • III. METODE PENELITIAN

    3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pucak, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten

    Maros. Waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan yaitu bulan Mei-Juni 2019.

    3.2 Teknik Penentuan Informan

    Teknik penentuan informan pada penelitian ini dilakukan dengan cara sengaja

    yang ditetapi sebanyak 10 orang dengan menggunakan metode (purposive).

    3.3 Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder:

    1. Data primer yaitu data yang di peroleh dengan melakukan pengamatan langsung

    serta wawancara langsung dengan pengusaha pengolahan jahe dengan pedoman

    pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan.

    2. Data sekunder yaitu data yang sudah tersedia yang di peroleh dari bahan penulis

    (dokumentasi) pada beberapa perpustakaan, jurnal, skripsi dan buku buku serta

    bahan bacaan.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Dalam penelitian ini dibutuhkan teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

    Pengamatan (Observasi)

    Pengamatan merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan

    melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena

    masyarakat yang mengolah jahe, teknologi yang digunakan dalam pengolahan jahe.

    Wawancara (Interview)

  • Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara tanya

    jawab secara sistematis dengan landasan pada tujuan penelitian. Wawancara ini

    digunakan untuk memperoleh informasi tentang masyarakat yang mengolah jahe

    terkait teknologi yang digunakan dalam pengolahan jahe.

    Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data

    dan informan dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan dan gambar berupa

    laporan yang terkait tentang penelitian ini. Dokumentasi digunakan untuk

    mengumpulkan data.

    3.5 Teknik Analisis Data

    Teknik analisis data adalah teknik deskriptif yaitu mendeskripsikan Manajemen

    teknologi yang digunakan pada teknologi pengolahan jahe. (Menurut Syaodih, 2005).

    Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk

    menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau

    saat yang lampau.

    Analisis data yang di gunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif

    (kualitatif dan kuantitatif) digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemakaian

    teknologi jahe pada industri rumah tangga.

    3.6 Definisi Operasional

    1. Agroindustri adalah usaha yang dilakukan didesa Pucak Kecamatan Tompobulu

    Kabupaten Maros.

    2. Manajemen adalah mengatur segala urusan yang ada di industri Tenratellue.

  • 3. Teknologi adalah teknologi yang digunakan pada usaha jahe berupa penggunaan

    mesin giling, blender, parut dan kain saringan pada proses pengolahan tanaman

    jahe.

    4. Jahe adalah tanaman yang ditanam oleh petani di Desa Pucak karena jahe sangat

    populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.

    5. Pengolahan jahe adalah serangkaian usaha pengolahan jahe yang dilakukan pada

    tanaman jahe untuk meningkatkan produksi tanaman jahe di Desa Pucak.

  • IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    4.1 Letak Geografis

    4.1.1 Letak Luas dan Topografi

    Desa Pucak adalah salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tompobulu

    Kabupaten Maros, jarak dari ibu kota ke Kecamatan kurang lebih 9 km dan jarak dari

    ibu kota ke Kabupaten kurang lebih 18 km. Wilayah Desa Pucak memiliki luas kurang

    lebih 18.8 km2 dengan batas batas sebagai berikut:

    1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pucak

    2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Desa Tompobulu

    3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

    4. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Benteng Gajah

    Keadaan topografi Desa Pucak merupakan daerah dataran rendah dan daerah

    perbukitan. Wilayah empat dusun berada di daerah dataran rendah (pinggir sungai)

    dengan kondisi tanah yang cukup memadai untuk ditanami berbagai jenis tanaman, baik

    tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang.

    4.1.2 Keadaan Iklim dan Hidrologi

    Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros memiliki iklim tropis

    dengan suhu udara berkisar antara 20-23 Derajat Celcius. Desa ini memiliki dua tipe

    musim seperti pada umumnya desa desa lain di daerah tropis yaitu musim kemarau yang

    biasanya terjadi antara bulan juni sampai November dengan curah hujan rata rata setiap

    tahunnya mencapai 26 mm.

    4.2 Kondisi Demografis

  • 4.2.1 Keadaan Penduduk

    Struktur umur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh

    perkembangan daerah tingkat kelahiran, kematian, dan imigrasi. Oleh karena itu jika

    angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi maka dapat meningkatkan daerah

    tersebut tergolong sebagai daerah yang berpenduduk usia muda.

    Penduduk Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros pada tahun

    2018 mencapai sebanyak 4340 jiwa yang terdiri laki-laki 2225 jiwa dan perempuan

    2125 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 960. Tabel 1 berikut ini

    menggambarkan jumlah penduduk menurut klasifikasi usia di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros.

    4.2.2 Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jumlah penduduk di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros

    berjumlah yaitu 4340 jiwa, yang terdiri laki laki sebanyak 2225 jiwa dan perempuan

    2125 jiwa, dengan jumlah kepala rumah tangga 960 KK. Tabel 2 berikut ini

    menggambarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros.

    Tabel 2. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pucak Kecamatn

    Tompobulu Kabupaten Maros, 2018.

    No Dusun Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah

    (jiwa)

    Presentase

    (%) Laki-laki Perempuan

    1

    2

    3

    4

    Puncak

    Bontosunggu

    Pangembang

    Batulotong

    654

    670

    447

    454

    635

    645

    415

    430

    1,289

    1,315

    862

    884

    29,60

    30,20

    19,80

    20,30

    Jumlah 2225 2125 4350 100

    Sumber : Profil Desa Pucak, 2019

    Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Dusun

    Bontosunggu sebanyak 1,315 jiwa (30,2%) dengan jumlah laki laki sebanyak 670 jiwa

  • dan perempuan sebanyak 645 jiwa, disusul Dusun Puncak yaitu sebanyak 1,289 jiwa

    (29,6%) dengan jumlah laki-laki sebanyak 654 jiwa dan perempuan sebanyak 635 jiwa,

    disusul Dusun Batulotong yaitu sebanyak 862 jiwa (20,3%) dengan jumlah laki-laki

    sebanyak 454 jiwa dan perempuan sebanyak 430 jiwa, dan terakhir yang terkecil adalah

    Dusun Pangembang sebanyak 862 jiwa (19,8%) dengan jumlah laki laki sebanyak 447

    jiwa dan perempuan sebanyak 415 jiwa. Hal ini berarti bahwa dengan sumberdaya yang

    dimiliki memungkinkan sebagai tenaga kerja.

    4.2.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

    Dalam usaha untuk mempertahankan Kelangsungan hidup penduduk Indoesia

    Desa Pucak Kecamatan Tomppobulu Kabupaten Maros Menekuni berbagai jinis mata

    perncaharian tersebut dapat kita lihat pada tabel 3.

    Tabel 3. Jumlah KK Berdasarkan mata pencaharian di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros, 2018.

    No.

    Jenis Pekerjaan

    Dusun

    Jumlah Puncak Bonto

    Sunggu

    Pangemb

    ang

    Batu

    Lotong

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    Pedagang

    Pegawai Negeri

    Sipil

    Sopir

    Petani

    Buruh

    Karyawan Swasta

    32

    20

    4

    75

    20

    17

    15

    15

    6

    90

    25

    35

    10

    10

    4

    90

    30

    40

    17

    8

    8

    95

    15

    32

    74

    53

    22

    350

    90

    124

    Jumlah 168 186 184 175 713

    Sumber : Profil Desa Pucak, 2019.

    Tabel 3 menunjukkan bahwa penduduk Desa Pucak yang bermata pencaharian

    sebagai pedagang sebanyak 74 KK, sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak 53 KK,

    sebagai sopir sebanyak 22 KK, sebagai petani sebanyak 350 KK, sebagai buruh

    sebanyak 90 KK, dan yang terakhir sebagai karyawan swasta 124 KK. Pada Tabel 3

  • menunjukkan bahwa mata pencaharian terbesar adalah penduduk sebagai petani dengan

    jumlah 350 kepala keluarga. Hal ini berarti bahwa pada umumnya penduduk wilayah

    penelitian menekuni pekerjaan dalam sektor pertanian khususnya sebagai petani.

    4.2.4 Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang penting dan sangat

    dibutuhkan oleh masyarakat sekitar, karna berhubungan dengan segi kehidupan jasmani

    dan rohani, ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentu akan memperlancar

    kegiatan masyarakat khususnya kegiatan peningkatan kerja dan mutu pertanian di

    daerah tersebut. Sarana dan prasarana di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten

    Maros dapat kita lihat pada tabel 4.

    Tabel 4. Sarana dan Prasarana di Desa Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros,

    2018.

    No. Sarana dan Prasarana Jumlah Unit

    1

    2

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    Masjid

    TK/PAUD

    SD

    SMP/MTS

    SMA

    Posyandu

    Puskesmas

    Kantor Camat

    Kantor Desa

    Jembatan

    Lapangan Bola

    Lapangan Takraw

    Lapangan Volli

    6

    4

    4

    2

    1

    4

    1

    1

    1

    3

    1

    2

    1

    Sumber: Profil Desa Pucak, 2019.

  • Pada tabel 4 dapat kita lihat bahwa Desa Pucak Kecamatan Tompobulu

    Kabupaten Maros memiliki 6 unit Masjid, 4 unit TK, 4 Unit SD, 2 Unit SMP, 1 Unit

    SMA, 4 Unit Posyandu, 1 Unit Puskesmas, 1 Unit Kantor Camat, 1 Unit Kantor Desa, 3

    Unit Jembatan, 1 Unit Lapangan Bola, 2 Unit lapangan Takraw dan 1 Unit Lapangan

    Volli. Dapat kita lihat bahwa pada tabel 4 bahwa sarana dan prasarana yang paling

    banyak adalah Masjid yaitu dengan jumlah 6 unit.

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Identitas Informan

    Sebagai seseorang yang sedang menjalankan usaha miliknya harus memiliki

    tanggung jawab besar sebagai penggerak dimana tugas dari seorang penggerak ini yaitu

    untuk mengatur dan bertanggung jawab dalam usaha miliknya sendiri, sebagai seorang

    penggerak/pemilik usaha tidak terlepas dari faktor faktor yang dapat mempengaruhi

    usahanya seperti dari faktor faktor pendidikan, Tanggungan Keluarga, usia dan jenis

    kelamin.

    5.1.1 Informan Menurut Pendidikan

    Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan

    sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui

    pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Dan pendidikan merupakan salah satu faktor

    penentu kualitas sumberdaya manusia. Makin meningkat pendidikan seseorang maka

    kualitas kerjanya juga meningkat.

    Pendidikan yang telah dijalani seseorang tentunya tidak sama antara individu

    satu dengan individu lainnya sehingga menanamkan sebuah pola fikir yang berbeda

    pula, dengan pola fikir yang berbeda tentunya dapat mempengaruhi perilaku seseorang

    dalam melakukan keputusan tersendiri. Karakteristik informan berdasarkan pendidikan

    dapat dilihat pada tabel 5.

  • Tabel 5. Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros, 2018.

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase (%)

    1

    2

    3

    SMP

    SMA

    S1

    3

    5

    2

    30,00

    50,00

    20,00

    Jumlah 10 100.00

    Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

    Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir informan pada jenjang

    SMP terdapat 3 orang atau 30%. Kemudian pada jenjang SMA terdapat 5 orang atau

    50%. Sedangkan pada jenjang S1 terdapat 2 orang atau 20%. dapat kita lihat bahwa

    jumlah tingkat pendidikan informan terbanyak yaitu yang tamat SMA yang berjumlah

    sebanyak 5 orang 50%.

    5.1.2 Informan Menurut Tanggungan Keluarga

    Keluarga adalah orang yang tinggal dalam satu rumah maupun diluar rumah dan

    menjadi tanggungan dari kepala keluarga. Tanggungan keluarga terdiri dari istri, anak,

    famili lainnya yang ikut menumpang dalam satu keluarga dimana besarnya tanggungan

    keluarga akan mempengaruhi beban hidup keluarga dan dapat menjadi sumber tenaga

    kerja keluarga.

    Tanggungan keluarga pada tiap informan dapat memberikan nilai tambah karena

    tanggungan keluarga merupakan sumberdaya manusia yang digunakan untuk

    melaksanakan usahanya. Untuk mengetahui jumlah tanggungan keluarga informan

    dapat dilihat pada tabel 6.

  • Tabel 6. Jumlah Informan Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Pucak

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, 2018.

    No. Jumlah Tanggungan Keluarga

    (orang)

    Jumlah (orang) Presentase (%)

    1

    2

    3

    4

    2-3

    4-5

    6-7

    8-9

    5

    2

    2

    1

    50,00

    20,00

    20,00

    10,00

    Jumlah 10 100,00

    Sumber : Data setelah diolah, 2018.

    Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani informan yang

    terbanyak mempunyai tanggungan yaitu 5 orang, sedangkan jumlah tanggungan terkecil

    adalah jumlah tanggungan 1 orang. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi terhadap

    tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi

    kebutuhannya. Banyaknya tanggungan keluarga akan berdampak pada pemenuhan

    kebutuhan keluarga. Tanggungan keluarga yang semakin besar akan menyebabkan

    seseorang memerlukan tambahan pengeluaran atau kebutuhan penghasilan yang lebih

    tinggi untuk membiayai kehidupan.

    5.1.3 Informan Menurut Usia

    Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang disebabkan oleh umur

    itu adalah faktor psikologis. Semakin tinggi umur maka semakin menurun kerja otot,

    sehingga terkait dengan fungsi kerja indera yang semuanya mempengaruhi daya belajar,

    pada masa remaja yakni menjelang kedewasaan, perkembangan jauh lebih maju,

    walaupun tidak banyak terjadi perubahan intelektual.

    Data hasil tabulasi menunjukkan bahwa umur petani responden sangat bervariasi

    antar satu dengan yang lainnya. Sehingga untuk mengetahui tingkat umur masing

    masing responden maka diklasifikasikan dalam beberapa kelompok umur dengan

    interval tertentu, untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel 7.

  • Tabel 7. Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Usia di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros.

    No. Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase

    1

    2

    3

    4

    30-34

    35-39

    40-44

    45-49

    2

    4

    1

    3

    20,00

    40,00

    10,00

    30,00

    Jumlah 10 100,00

    Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2018.

    Tabel 7 menunjukkan bahwa perbedaan umur antara 30-34 tahun sebesar 20%,

    antara 35-39 tahun sebesar 40%, antara 40-44 tahun sebesar 10%, antara 45-49 tahun

    sebesar 30%. berdasarkan usia Informan yang digunakan dalam penelitian ini, paling

    banyak adalah responden yang berumur antara tahun 35-39 yaitu sebanyak 4 orang atau

    40%.

    5.1.4 Informan berdasarkan Jenis kelamin

    Industri rumah tangga adalah sebuah tempat usaha dimana dalam usahanya

    tersebut dikelolah oleh warga setempat industri itu sendiri, dan terdapat warga sekitar

    yang sedang memproduksi hasil dari usaha industri tersebut. Dimana dalam sebuah

    industri tersebut terdapat berbagai variasi jenis kelaminnya. Karakteristik informan

    berdasarkan jenis kelamin ditujukan pada tabel 8.

    Tabel 8. Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin.

    No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase

    1

    2

    Laki-laki

    Perempuan

    4

    6

    40,00

    60,00

    Jumlah 10 100,00

    Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2018.

    Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat diketahui bahwa informan yang digunakan

    dalam penelitian ini yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 6 orang atau

    60%. Sedangkan responden laki-laki sebanyak 4 orang atau 40%. Hal tersebut

  • dikarenakan perempuan lebih banyak yang memasak dan membuat produk jahe tersebut

    sedangkan laki-laki hanya mengantar pesananan/produk saja.

    5.2 Manajemen dan Pemanfaatan Teknologi Dalam Proses Produksi Serbuk Jahe

    Manajemen teknologi dalam proses produksi terdapat 5 unsur yaitu perencanaan,

    pengorganisasian, kordinasi, pengawasan dan evaluasi.

    Perencanaan

    Pada awal terbentuknya Industri Rumah Tangga Tenratellue, teknologi yang

    digunakan untuk memproduksi masih manual atau tradisional sehingga perencanaan

    dalam memproduksi serbuk jahe .

    Proses pembuatan serbuk jahe tentunya memerlukan suatu perecanaan dalam

    memberikan hasil yang baik dalam perusahaan. Perencanaan dalam pembuatan

    serbuk jahe seperti pengoperasian alat pengolahan jahe, dimana alat yang digunakan

    adalah mesin parut dan hensiler.

    Pengorganisasian

    Sebelum menggunakan alat untuk memproduksi serbuk jahe, karyawan-

    karyawan yang bekerja di industri rumah tangga tenratellue telah menetapkan posisi

    dari masing masing tugas yang telah ditempatkan sebelumnya.

    Dalam proses produksi karyawan yang ditugaskan untuk di proses produksi

    sebanyak 5 orang dan karyawan yang ditugaskan dalam proses pengemasan

    sebanyak 4 orang dan 1 orang sebagai pemilik usaha.

    Koordinasi

    Penggunaan alat mesin parut dan hensiler dikerjakan oleh karyawan-

    karyawan yang ada di industri tenratellue, setiap alat sudah ditempatkan khusus

    untuk karyawan yang di bagian hensiler dan mesin parut. Dan untuk mencapai tujuan

  • yang ingin dicapai karyawan dan pemilik usaha telah melakukan kesepakatan masing

    masing agar tidak terjadi kesalahan dalam bekerja, baik mengganggu karyawan yang

    satu dengan karyawan lainnya.

    Pengawasan

    Pada saat memproduksi para karyawan mengawasi/mengecek alat alat yang

    mereka gunakan sebelum menggunakan alat tersebut, dan pada saat proses produksi

    (pembuatan) serbuk jahe. Industri Rumah Tangga Tenratellue yang ada di Desa

    Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros melakukan proses pengawasan

    tersebut setiap 3 kali seminggu.

    Evaluasi

    Hasil evaluasi di Industri Rumah Tangga Tenratellue menunjukkan bahwa

    alat alat yang digunakan mulai dari tanaman jahe hingga di kelola menjadi serbuk

    jahe mulai dari awal sampai sekarang itu sangat bermanfaat dan sangat layak untuk

    digunakan.

    hasil produksi serbuk jahe meningkat tiap tahunnya karena adanya

    peningkatan/penambahan alat setiap tahunnya jadi industri rumah tangga tersebut

    dapat dikatakan berhasil atau tercapai dari apa yang sudah di rencanakan.

    Pemanfaatan teknologi dalam proses produksi serbuk jahe. Ada beberapa macam

    alat yang digunakan seperti pisau, wajan, kompor, spatula, sedangkan teknologi yang

    digunakan yaitu mesin paruk, blender dan hensiler untuk menghasilkan produk serbuk

    jahe dalam industri tenratellue yang ada di desak pucak, adapun kegunaan alat dan

    teknologi yang digunakan dalam produksi serbuk jahe sebagai berikut:

    A. Alat yang digunakan ada beberapa macam:

    1. Pisau, digunakan untuk mengupas dan memotong jahe yang ingin diparut.

  • 2. Wajan, digunkan sebagai wadah untuk memasak

    3. Kompor, digunakan untuk memasak jahe

    4. Spatula, digunakan untuk mengaduk jahe

    5. Baskom, digunakan untuk wadah untuk Jahe

    B. Mesin yang digunakan ada beberapa macam:

    1. Mesin parut merupakan alat yang digunakan untuk menghancurkan jahe yang

    ingin di produksi. Mesin parut dapat memproduksi serbuk jahe sebanyak 3600

    gram atau 3 kg jahe dalam sehari. Mesin parut dapat bekerja selama 5 jam

    dalam sehari.

    2. Hensiler adalah mesin yang digunakan untuk mengemas hasil produksi yang

    sudah diolah sebelumnya dan hensiler bekerja selama 1 jam dalam sehari.

    Pemanfaatan teknologi dalam pengolahan jahe menjadi serbuk jahe di Desa

    Pucak Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros, dapat membantu tenaga kerja yang

    ada di industri Tenratellue untuk mempermudah pembuatan produk serbuk jahe karena

    disaat masih menggunakan alat alat tradisional masih membutuhkan tenaga kerja yang

    banyak dan membutuhkan waktu yang banyak sedangkan disaat sudah menggunakan

    teknologi mesin usaha industri tenratellue sudah tidak membutuhkan tenaga kerja yang

    banyak dan tidak memakan waktu yang banyak lagi.

  • 5.3 Pengolahan Agroindustri Jahe Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi

    5.3.1 Pengolahan Agroindustri Jahe

    Proses pengolahan jahe menjadi serbuk jahe harus melalui beberapa tahapan,

    yaitu:

    Gambar 2. Alur Proses Pengolahan

    Pencucian

    Pemarutan

    Penyaringan

    Pemasakan

    Pengeringan

    Pengayakan

    Pengemasan

  • 1. Jahe di cuci bersih (tidak perlu dikupas), digiling dengan blender atau diparut.

    2. Bubuk jahe disaring dengan kain saring dan diperas. Sari jahe yang di peroleh diukur

    volumenya dengan gelas ukur.

    3. Sari jahe ditambah gula pasir (sukrosa) campuran gula dan sari jahe di panaskan

    dalam wajan sambil diaduk aduk hingga membentuk kental.

    4. Api dimatikan, dan biarkan campuran tersebut menjadi agak dingin dan dilanjutkan

    pengadukan sampai terbentuk kristal dan ukurannya serupa.

    5. Pengayakan dilakukan untuk memisahkan antara serbuk halus dan kasar.

    6. Pengemasan ada beberapa macam terdiri dari 100 gram, 150 gram, 200 gram, 250

    gram dan 300 gram.

    5.3.2 Hubungan Pengolahan Dalam Peningkatan Kapasitas Produksi

    Proses produksi pengolahn serbuk jahe yang ada di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros yang dulunya masih menggunakan alat-alat tradisional

    dalam pembuatan serbuk jahe, meyebabkan hasil produksi serbuk jahe yang dihasilkan

    sangat terbatas, dikarenakan dalam proses pengolah jahe menjadi serbuk jahe

    membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerja yang banyak. Maka dari itu dalam

    proses pembuatan serbuk jahe dengan menggunakan alat tradisional membutuhkan

    input yang banyak pula, dan dengan alat tradisional yang digunakan ini hanya mampu

    memproduksi jahe menjadi serbuk jahe sebesar 1,5 kg serbuk jahe dalam sehari,

    sedangkan.

    Proses produksi pengolahan jahe menjadi serbuk jahe yang menggunakan mesin

    modern dapat meningkatkan kapasitas produksi serbuk jahe, dikarenakan dangan alat

    modern ini tidak lagi menggunakan tenga kerja manual dan waktu yang lama dalam

  • proses pengolahan jahe menjadi serbuk jahe. Kapasitas produksi yang dihasilkan oleh

    mesin modern tersebut dapat mengolah jahe menjadi serbuk jahe sebesar 3 kg dalam

    sehari.

    Alat-alat tradisional yang dimaksud disini semacam pisau, baskom, wajan,

    kompor, spatula sedangkan alat-alat modern yaitu mesin hensiler dan mesin parut. Cara

    kerja mesin parut yaitu jahe yang sudah di bersihkan (dicuci) dimasukkan kedalam

    mesin parut kemudian diparut sampai hancur hingga membentuk gumpalan lumpur

    sedangkan cara kerja hensiler yaitu jahe yang yang di olah menjadi serbuk jahe kita

    masukkan kedalam kemasan kemudian ujung dari kemasan tersebut kita jepitkan

    kedalam mesin hensiler lalu kita tekan.

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros, dengan pemanfaatan teknologi modern yang digunakan

    dalam pengolahan jahe menjadi serbuk jahe lebih meningkatkan kapasitas produksi dan

    tidak membutuhkan waktu yang lama dalam proses produksinya. Produksi serbuk jahe

    yang dihasilkan saat menggunkan alat tradisional sebesar 1,5 kg dan saat menggunkan

    mesin modern produksi serbuk jahe yang dihasilkan sebesar 3 kg jadi selisih produksi

    yang dihasilkan saat menggunkan mesin tradisional dengan menggunkan mesin modern

    sebesar 1,5 kg dalam sehari.

  • 1. Biaya Sarana Produksi dan Tenaga Kerja.

    No. Uraian Satuan

    (unit)

    Jumlah

    (unit)

    Harga

    (Rp/unit)

    Nilai

    (Rp)

    1. Peralatan

    a. Mesin parut Unit 1 290.000 290.000

    b. Hensiler Unit 1 275.000 275.000

    c. Wajan Unit 1 150.000 150.000

    d. Kompor Unit 1 355.000 355.000

    e. Spatula Unit 2 12.000 24.000

    f. Baskom Unit 2 25.000 50.000

    g. Pisau Unit 2 15.000 30.000

    2 Bahan Baku

    a. Jahe Kg 3 15.000 45.000

    b. Gula Pasir Kg 3 16.000 48.000

    3. Tenaga kerja HOK 3 800.000 2.400.000

    4. Biaya Sarana

    Produksi

    - - - 3.667.000

    Sumber: Data Primer Yang Sudah Diolah.

  • VI. KESIMPULAN

    6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan dari hasil dan pembahasan penelitian di Desa pucak Kecamatan

    Tompobulu Kabupaten Maros dapat disimpulkan bahwa Industri Tenratellue berhasil

    memanfaatkan teknologi yang digunakan dalam meningkatkan kapasitas produksi

    serbuk jahe.

    Peningkatan kapasitas produksi serbuk jahe meningkat di saat sudah

    menggunakan mesin parut dan hensiler, hasil produksi disaat menggunakan alat

    manual/tradisional hanya bisa memproduksi serbuk jahe sebanyak 1,5 kg jahe dalam

    sehari setelah menggunakan teknologi industri tenratellue yang ada di Desa Pucak

    sudah dapat memproduksi 3 kg jahe dalam sehari. Jadi proses produksi mulai dari

    menggunakan alat tradisional hingga menggunakan teknologi mesin meningkat

    sehingga 1,5 kg jahe.

    6.2 Saran

    1. Untuk Pemerintah

    Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan Industri Tenratellue di Desa Pucak

    Kecamatan Tompobulu Kabupaten Maros khususnya dalam teknologi yang digunakan

    dalam pengolahan jahe agar memberikan modal usaha kepada Industri Tenratellue agar

    dapat meningkatkan kapasitas produksinya lagi.

    2. Untuk Industri Tenratellue.

    Untuk industri tenratellue agar lebih meningkatkan teknologi nya lagi agar

    produksi dapat meningkat lebih banyak lagi dan dapat meningkatkan penghasilannya

    dan diharapkan juga untuk memperhatikan kualitas jahe yang ingin di olah agar

  • mendapatkan hasil serbuk jahe yang baik agar konsumen dapat menerimanya dengan

    baik dan pelanggan makin bertambah.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, E. 2008. Pengawasan Mutu Bahan atau Produk Pangan. Departemen

    Pendidikan Nasional. Bandung.

    Alam Setiadi, 2009. Pengertian Teknologi. Jakarta.

    Anonim, 2010. Proses Produksi Jahe. http://www.blogspot.com Diakses Pada Tanggal

    12 September.

    Anonim, 2012. Definisi Jahe. http://www.suaramerdeka.com Diakses Pada Tanggal 12

    September.

    Anonim, 2012. Sejarah Jahe. http://www.waijuwadpress.com Diakses Pada Tanggal 12

    September.

    Anoraga, 2007. Pengolahan dan Proses Produksi. Swadaya

    Handerson dan Perry, 1976. Definisi Bubuk. Jakarta.

    Harmono dan Andoko, A. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis Jahe. PT. Agro Media

    Pustaka. Solo.

    Lee dan Rusdianto, 1971. Definisi Pencoklatan. Jakarta.

    Hasibuan, Malayu S.P, 2012. Definisi Manajemen dan Tujuan Manajemen. Edisi

    Revisi, Bumi Aksara, Jakarta.

    Muchtadi, D. 1996. Makanan Fungsional, Pengendalian dan Perancangannya. Kursus

    Singkat Makanan Fungsional. Yogyakarta.

    Muchtadi, T.R dan Sugiyono. 2010. Ilmu pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta.

    Bandung.

    Paimin, F. B dan Murhananto. 1991. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe.

    Penebar Swadaya. Jakarta.

    Paimin, F. B dan Murhananto. 2000. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe.

    Penebar Swadaya. Jakarta.

    Rander, Stair, Hanna. 2012. Quantitative Analysis For Management 10th Edition.

    Harlow: Pearson Education International.

    Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisi-

    manajemen .htm

    Rismunandar. 1998. Rempah-rempah Komoditi Ekspor Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

    http://www.blogspot.com/http://www.suaramerdeka.com/http://www.waijuwadpress.com/

  • Soekartawi, 1999. Konsep Agroindustri. Rajawali Press. Jakarta.

    Soekartawi, 1993. Keunggulan Produk Agribisnis dan Agroindustri. Rineka Cipta.

    Jakarta.

    Soekartawi, 2000. Pembangunan Agroindustri yang Berkelanjutan. Penebar Swadaya.

    Jakarta.

    Suhardjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Syaodah, dkk. 2005. Metodologi Penelitian. Remaja Rosdakarya. Bandung.

    Syukur, C. 2001. Agar Jahe Berproduksi Tinggi. Penebar Swadaya. Jakarta.

    Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (Kencana; Jakarta), hal. 8

    Wardoyono, 2003. Pengertian Pengolahan Data – Data Penelitian.

    http://www.google.com Diakses Pada Tanggal 12 September.

    Wati, 2006. Komposisi Rimpang Jahe. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian, Volume

    3 . 50-59.

    Widowati. S. 2003. Prospek Tepungan Sukun untuk Berbagai Produk Makanan Olahan

    Dalam Upaya Menunjang Diversifikasi Pangan. Makalah Pribadi. Institut

    Pertanian Bogor. Bogor.

    Winarno, F.G. 1993. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.

    Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Zakaria. 2006. Pengaruh Ekstraksi Rimpang Jahe Segar dan Tunas Jahe Terhadap

    Proliferasi Beberapa Alur Sel Kanker. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian,

    Volume 3 . 50-59.

    http://www.google.com/

  • LAMPIRAN

  • Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

    DAFTAR KUESIONER AGROINDUSTRI

    Tanggal Wawancara : ……………..................................................................................

    Alamat Pengusaha : ……………..................................................................................

    A. IDENTITAS RESPONDEN

    1. Nama Responden : .......……………………….........…

    2. Umur : ..…..…….. tahun

    3. Pendidikan Terakhir : TT/SD/SLTP/SLTA/Diploma/S1

    4. Pekerjaan Pokok : .......………………………...........

    5. Pekerjaan Sampingan : .......………………………...........

    6. Lamanya Usaha Olahan Jahe : ..…..…….. tahun

    7. Jumlah tanggungan keluarga : ..…..…….. orang

    B. BIAYA USAHA PEMBUATAN OLAHAN JAHE

    1. Biaya Variabel (Sarana Produksi dan Tenaga Kerja) Per Bulan

    No. Uraian Satuan

    (unit)

    Jumlah

    (unit)

    Harga

    (Rp/unit)

    Nilai

    (Rp)

    1.

    2.

    3.

  • 4.

    5.

    6.

    7. Total Biaya Variabel -

    2. Biaya Tetap (per Bulan):

    2.1. Penyusutan Alat

    Nama alat Harga Beli (Rp/unit)

    Jumlah (unit)

    Nilai (Rp) Umur Ekonomis

    (tahun) Penyusutan (Rp/bulan)

    1. ......................

    2. ......................

    3. ......................

    4. ......................

    5. ......................

    6........................

    Total Penyusutan

    2.2. Pengeluaran lain-lain

    a. Iuran wajib : Rp ......................... /bulan

    b. Pajak ....................... : Rp ........................... /bulan

    c. ................................ : Rp ........................... /bulan

  • C. PENERIMAAN USAHA OLAHAN JAHE

    Jenis Kemasan

    Produk Olahan Jahe

    Jumlah

    (kemasan)

    Harga

    (Rp/kemasan)

    Nilai

    (Rp)

    1. ..................................

    2. ..................................

    3. ..................................

    D. PEMASARAN PRODUK OLAHAN JAHE

    a. Penjualan produk

    No Jenis Kemasan

    Produk Olahan Jahe

    Produsen Didatangi Produsen Mendatangi

    A B C A B C D E

    1 .......................................

    2 .......................................

    3 .......................................

    Keterangan :

    A. Pedagang pengumpul B. Pedagang perantara C. Pedagang pengecer

    D. Pasar E. Rumah ke rumah (Berdagang keliling)

    b. Biaya pemasaran

    Jenis Kemasan

    Produk Olahan Jahe Transport

    (Rp) Pengepakan

    (Rp)

    ........... (Rp)

    ........... (Rp)

    Total biaya (Rp)

    1. ...................................

    2. ...................................

    3. ....................................

    E. PERTANYAAN PENDUKUNG

    1. Apa alasan Bapak/Ibu memilih usaha Olahan Jahe?

    ..................................................................................................................................

    2. Bagaimana cara atau strategi Bapak/Ibu dalam menetapkan harga jual produk olahan jahe

    yang selama ini dilakukan ?

    ......