JADWAL KERJA(eRGONOMI)
-
Upload
venny-setyawati -
Category
Documents
-
view
146 -
download
10
Transcript of JADWAL KERJA(eRGONOMI)
JADWAL KERJA
1. Pengertian Istirahat
Istirahat adalah proses pemulihan energi setelah melakukan aktivitas (pekerjaan) baik
pekerjaan ringan maupun pekerjaan berat. Pemulihan energi sangat penting diperhatikan karena
selama proses kerja terjadi kelelahan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemulihan
energi adalah istirahat. Pekerja dengan beban kerja berat membutuhkan periode dan frekuensi
istirahat yang berbeda dengan pekerja dengan beban kerja yang ringan. Kita
sungguhmembutuhkan istirahat! Manfaat istirahat selain memberikan pemulihan bagi tubuh kita
yang letih, juga waktu yang cukup bagi tubuh kita untuk mengembalikan tenaga yang telah
dipakai. Ada dua macam istirahat yangdiperlukan tubuh kita, yaitu istirahat harian dan istirahat
mingguan. Mengapa kita butuh istirahat??
a. Istirahat Harian
Mengapa tubuh kita memerlukan istirahat harian? Diperkirakan setiap hari tubuh Anda
melakukan kegiatan sebagai berikut:
· jantung berdenyut sebanyak 110.000 kali
· kita berbicara beribu-ribu kata
· kita bernafas sebanyak 28.000 kali
· kita menggerakkan otot-otot utama beratus kali
· otak kita menjalankan kegiatan dari 15 –20 billion sel otak dan darah diedarkan
sepanjang berjuta-juta kilometer melalui pembuluh darah arteri maupun vena dan kapiler.
Tidak heran kita perlu tidur sebagai istirahat harian kita.
b. Istirahat Mingguan
Menurut circaseptan rhythm bahwa irama tubuh seseorang berlangsung selama 7 hari.
Hal ini sesuai dengan penemuan Dr. Halberg, ahli riset biorhythm yang mendokumentasikan
bahwa manusiamemiliki irama tubuh 7 hari. Dalam penelitiannya yang dilakukan dalam suatu
gua, di mana jantung seseorang dipantau selama beberapa bulan dalam kondisi yang dikontrol.
Orang tersebut sama sekali tidak mengalami gangguan dalam irama tubuhnya yang disebabkan
faktor lingkungan dunia luar.Setelah datanya dianalisa, ternyata didapatkan bahwa denyutan
jantungnya menunjukkan suatu circaseptan rhythm.
c. Tipe Istirahat.
Ada 4 tipe istirahat yang dapat dibedakan :
1) Spontan
Istirahat spontan jelas merupakan istirahat yang diselipkan oleh pekerja sendiri untuk mengaso.
Meski tidak akan memakan waktu lamameskipun sering dilakukan, terutama pada pekerjaan
yang berat.
2) Tersembunyi
Ialah melakukan pekerjaan yang tidak perlu bagi tugas yang sedangkann Ia tangani. Banyak juga
tempat-tempat yang memungkinkan waktumengaso jenis itu, misalnya membersihkan komponen
mesin, membenahi bangku kerja, duduk yang enak dan lain-lain.
3) Kondisi pekerja
Istirahat kondisi kerja terdiri atas segala tipe waktu tunggu,tergantung pada pengaturan pekerja
atau gerakan dari mesin. Seringkaliwaktu tunggu semacam itu terjadi ketika operasi mesin telah
selesai,perkakas harus didinginkan, menanti datangnya komponen, atau operasiperawatan mesin.
4) Telah ditentukan
Istirahat telah ditentukan dibuat berdasarkan studi kerja. Kalauditentukan banyaknya waktu
istirahat pendek yang diselipkan selamabekerja, maka ternyata bahwa mengaso tersembunyi dan
mengasospontan akan berkurang jumlahnya.
d. Pengaruh Istirahat dalam Kerja
Waktu kerja bagi seseorang menentukan efesiensi dan produktivitasnya. Segi-segi
penting bagi persoalan waktu kerja meliputi :
- Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik
- Hubungan diantara waktu bekerja dan istirahat
- Waktu bekerja sehari menurut periode yang meliputi siang (pagi, siang, sore) dan malam
Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umunya 6-8 jam. Sisanya (16-18 jam)
dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain
(Suma’mur, 1967).
Istirahat sangat penting untuk setiap orang, begitu pun untuk orang-orang yang melakukan
aktivitas (bekerja). Karena dengan istirahat, kita bisa memulihkan energi yang telah kita pakai.
Dengan melakukan istirahat, kita tidak akan merasakan kelelahan yang amat sangat. Dan dengan
beristirahat setelah kita bekerja, itu akan memulihkan pikiran dan tenaga kita. Maka, kita pun
akan dapat melakukan pekerjaan kita kembali dengan lebih baik.
Berdasarkan U.U RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 79, bahwa :
1. Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cutu kepada pekerja/buruh
2. Waktu istirahat dan cuti yang dimaksud meliputi :
a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat itu tidak termasuk jam kerja.
b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2
(dua)
c. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belasbulan secara terus menerus.
d. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2(dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh
dan kedelapan masing-masing 1(satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama
6 (enam)tahun secara terus menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun
berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
3. Pelaksanaan waktu istirahat tahunan sebagai mana yang dimaksud pada ayat 2 huruf c, diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
4. Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf d hanya berlaku pada
pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan tertentu.
5. Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat 4 diatur dengan Keputusan Menteri.
2. Minggu Kerja
Pembagian kerja adalah Perincian atau pengelompokan suatuaktivitas-aktivitas dan tugas-
tugas semacam dan erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh organisasi tertentu.
Manfaat pembagian kerja adalah agar supaya pekerjaan terselenggara dengan baik sesuai rencana
dan dapat diketahui dengan jelas tujuan suatu organisasi, pegawai atau karyawan yang
bertanggung jawabatas terselenggaranya pekerjaan tersebut. Marzuki, 1981 (dalam Dewi,2005).
Sedangkan menurut A.S Moenir (dalam Dewi, 2005) manfaat pembagian kerja adalah :
a. Memudahkan bagi seseorang untuk melaksanakan tugas pekerjaannya tanpa
menunggu perintah atau komando.
b. Diketahui dengan jelas batas wewenang dan tanggung jawab dari pekerjaan itu.
c. Tidak meragukan dalam pemberian tugas atau pelaksanaan pekerjaan.
d. Memudahkan dalam pengawasan.
e. Tidak terjadinya simpang siur atau benturan dalam pelaksanaan pekerjaan.
f. Menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan kebutuhan pendidikan
Contoh kasus :
Bandung-Surat keputusan bersama (SKB) yang mengatur Sabtu-Minggu sebagai jam
kerja merupakan bentuk kepanikan pemerintah. Keputusan tersebut dinilai merugikan buruh.
Kerugian yang dialami buruh tak hanya sebatas kerugian material. Pergeseran jam kerja dilihat
dari aspek sosial juga tidak berpihak kepada kaum buruh. “Keputusan itu bukti pemerintah panik
dalam mengatasi krisis energi. Keputusan itu tak mempertimbangkan kepentingan kaum buruh,”
tegas Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Jabar, Waras Wasisto kepada SH, Minggu (13/7).
Oleh karenanya, buruh, lanjut Waras, keberatan dengan keputusan pemerintah tersebut.Sabtu dan
Minggu merupakan hari libur bagi buruh. Dari sisi materi, buruh rugi jika Sabtu dan Minggu
diharuskan bekerja tanpa dihitung sebagai lembur. Berdasarkan PP No 8 Tahun 1981 tentang
Upah, jika buruh bekerja pada Sabtu dan Minggu maka merekaberhakmemperoleh uang lembur.
Nilai uang lembur ini dihitung berdasarkan produktivitas jam kerja.Waras mempertanyakan
keputusan pemerintah yang menganggap bekerja Sabtu dan Minggu bukan sebagai lembur.
Menurut Waras, pemerintah harusnya tetap mengacu kepada PP No 8 Tahun 1981 itu. “PP No 8
Tahun 1981 belum dicabut. Berarti PP No 8 tetap berlaku dan harus menjadi acuan,” katanya.
Jika jam kerja Sabtu dan Minggu diberlakukan, pemerintah harus terlebih dulu mencabut atau
merevisi PP No 8 Tahun 1981 itu.Dari sisi sosial, buruh merugi karena tidak bisa berkumpul
dengan keluarga.Secara terpisah, KetuaAsosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Bandung, Ade
Sudrajat, meminta agar sebelum SKB itudiberlakukan ada kesepakatan bersama antar pengusaha,
buruh, dan pemerintah.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi mengungkapkan
bahwa rencana SKB 5 Menteri tentang pengalihan jam kerja sektor industri karena terbatasnya
pasokan listrik diharapkan tidak untuk jangka waktu yang lama. ”Kami sedang mencari jalan
keluar untuk menimalisir kerugian, semoga ketentuan tersebut tidak lebih dari 6-9 bulan,”
katanya, dalam pertemuan internal Depnakertrans, Senin (14/7).Mengenai hal ini, menurut
Sofyan, pihak PLN yang harus konsisten dalam pelaksanaan di lapangan. ”Harus ada kepastian,”
tegasnya. Selain itu, ia juga meminta kepada pihak Departemen Dalam Negeri bisa mengarahkan
kepada pihak Bupati/Walikota yang diberikan kewenangan dalam menetapkan perusahaan
industri dalam pengalihan hari kerja tersebut karena adanya persaingan tiap perusahaan dalam
pembagian hari kerja terkait pasokan listrik industri. Sofyan juga mengungkapkan, pengecualian
pengalihan jam kerja tak hanya diberikan kepada industri yang memiliki waktu produksi full
time, tetapi juga terhadap industri Usaha Kecil dan Menengah. ”Mereka bisa terancam gulung
tikar jika harus mengalami pengalihan jam kerja juga,” ujarnya.
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0807/14/eko01.html
3. Kerja Bergilir
Karena tuntutan pekerjaan, tak sedikit karyawan yang bekerja dengan sistem shift.
Terkadang mereka masuk siang, namun ada kalanya masuk malam. Begitu seterusnya
bergantian. Umumnya, orang menganggap pola kerja seperti ini sebagai hal biasa. Namun, para
ahli di Jepang yang mendalami masalah kesehatan lingkungan dan kerja, berpendapat lain.
Setelah menggelar riset yang melibatkan 14 ribu pekerja, mereka menyimpulkan, para karyawan
yang bekerja secara shift berisiko empat kali lebih besar untuk terkena beberapa penyakit
mematikan seperti kanker prostat, payudara, atau usus besar.
Munculnya penyakit-penyakit itu berkaitan dengan berkurangnya sekresi (pengeluaran)
hormon melatonin. Hormon ini berguna untuk membantu tubuh agar cepat tertidur. Selain itu,
hormon melatonin juga memiliki efek antikanker. Dalam kondisi normal, sekresi melatonin akan
rendah di siang hari, kemudian meningkat segera setelah matahari terbenam, dan mencapai
puncaknya pada tengah malam. Setelah itu hingga pagi hari, sekresi malatonin berangsur
menurun. Kerja secara shift, menurut para ahli di Jepang, berpotensi mengacaukan ritme alami
tersebut, yang pada gilirannya bisa meningkatkan risiko terkena beberapa jenis kanker.
Walau begitu, Anda yang kebetulan bekerja secara shift, tak perlu terlampau risau. Simak
komentar pakar kanker dari Inggris, Henry Scowcroft. Menurutnya, tak ada bukti dalam studi ini
bahwa kekacauan tidur menjadi satu-satunya penyebab meningkatnya risiko kanker. ´´Sangat
mungkin, orang dengan pola tidur abnormal itu juga memiliki kebiasaan lain yang mengundang
risiko seperti merokok dan pola makan yang tidak sehat. (Republika)
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam (Andrauler
P.dalam Arifin, 2004)). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran,
yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan
pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P.
dalam Arifin, 2004).Kecelakaan dan kesehatan kerja selaluakan berhubungan dengan kelelahan,
shift danmwaktu kerja. Beberapa penelitian berusahamenerangkan aspek-aspek dari shift
danwaktu kerja. Shift dan kerja malam hari adalahkondisi yang dapat menghambat kemampuan
maupun sosial. Shift kerja malam berpengaruh pada :
1. negatif terhadap kesehatan fisik, mental, dan sosial;
2. mengganggu psychophysiologyhomeostatis seperti circadian rhythms, waktutidur
danmakan;
3. mengurangi kemampuankerja, dan meningkatnya kesalahan dankecelakaan;
4. menghambat hubungan social dan keluarga; dan
5. adanya faktor resikopada saluran pencernaan, sistem syaraf,jantung dan
pembuluh darah (Costa, dalam Cahyo,2008)). Dari banyaknya akibat negatif dari
shift kerja, khususnya shift di malam hari, maka,berdasarkan studi-studi yang
telah dilakukan,artikel ini akan merumuskan penyusunan shiftkerja yang
mempertimbangkan berbagai aspekesehatan dan keselamatan kerja.
Disamping memiliki segi positif yaitumemaksimalkan sumberdaya yang ada, shiftkerja akan
memiliki resiko dan mempengaruhipekerja pada:
a. Aspek Fisiologis Circadian rhythms adalah proses-prosesyang saling
berhubungan yang dialamitubuh untuk menyesuaikan denganperubahan waktu
selama 24 jam (Tayyaridan Smith, 1997). Circadian rhythms menjadi dasar
fisiologis dan psikologispada siklus tidur dan bangun harian.Fungsi dan tahapan
fisiologis danpsikologis memiliki suatu circadian rhythms yang tertentu selama
24 jam sehari,sehingga circadian rhythmsseseorangakan terganggu jika terjadi
perubahanjadwal kegiatan seperti perubahan shiftkerja. Dengan
terganggunya circadian dampak fisiologis pada pekerja sepertigangguan
gastrointestinal, gangguan pola tidur dan gangguan kesehatan lain.Circadian
rhythmsberhubungan dengansuhu tubuh, tingkat metabolisme, detak jantung,
tekanan darah, dan komposisi kimia tertentu pada tubuh. Circadian
rhythms dipengaruhi oleh faktor lingkunganseperti terang, gelap, dan suhu
lingkungan.
b. Aspek Psikologis. Stress akibat shift kerja akanmenyebabkan kelelahan (fatique)
yangdapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan
iritasi.Tingkat kecelakaan dapat meningkatdengan meningkatnya stres, fatique,
dan ketidakpuasan akibat shift kerja ini.
c. Aspek Kinerja. Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift
kerja memiliki pengaruh pada kinerja pekerja (Tayyari &Smith, 1997). Kinerja
pekerja, termasuk tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik
pada waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift
kerja harus diperhatikankombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift\ dan tipe
pekerja.
d. Domestik dan sosial. Shift kerja akan berpengaruh negative terhadap hubungan
keluarga seperti tingkat berkumpulnya anggota keluargadan sering berakibat pada
konflik keluarga.Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi
pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu
Sistem Shift kerja
1. Shift PermanenàTenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja
yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada
malam hari dan tidur pada siang hari.
2. Sistem RotasiàTenaga kerja bekerja tidak terus-menerus ditempatkan pada shift yang
tetap. Shift rotasi adalah shift yang paling mengganggu terhadap irama circardian
dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung dalam jangka waktu panjang.
3. Model Sistem RotasiàModel ILO (1983) pergantian shift yang normal 8 jam / shift. Shift
kerja yangà dilaksanakan 24 jam termasuk hari minggu dan hari libur memerlukan 4 regu
kerja. Regu kerja ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3 x 8).
4. Model 2-2-2 (Inggris) à Sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing
shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari.
Model 2-2-3 juga merupakan sistem rotasi pendek dimana salah satu shift dilaksanakan 3
hari untuk 2 shift lainnya dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur
2 hari. Siklus ini bergantian untuk setiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat
sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan
modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan psikologis untuk industri yang
bergerak pada bidang manufaktur dan kontiniu.
Tanggapan Umum Pekerja Terhadap Shift Kerja
· Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak terbatas
kehidupan sosialnya.
· Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah.
· Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan keluarga,
gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.
Efek Shift Kerja
Efek Fisiologis
Kualitas tidur ; tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya
diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurunnya
kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah. Menurunnya nafsu
makan dan gangguan pencernaan.
Efek Psikososial
Efek ini >> adanya gangguan kehidupan keluarga,àefek fisiologishilangnya waktu luang,
kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dam mengganggu aktivitas kelompok
dalam masyarakat. Saksono pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yangà(1991) biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada
saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.
Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek
psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang
berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan
pemantauan
.
Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung terjadi pada
usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar
gula dalam darah bagi penderita diabetes.
·
Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan
Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift
kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua
penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam.