EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah...

17
EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT PADA PT. DAN LIRIS (Studi Kasus PT. Dan Liris Sukoharjo) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Oleh: ADETYA PRIYANDI D 600 140 123 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Transcript of EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah...

Page 1: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR

KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

PADA PT. DAN LIRIS

(Studi Kasus PT. Dan Liris Sukoharjo)

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1

Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Oleh:

ADETYA PRIYANDI

D 600 140 123

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

i

Page 3: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

ii

Page 4: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

iii

Page 5: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

1

EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA

PROSES PRODUKSI GARMENT PADA PT. DAN LIRIS

(Studi Kasus PT. Dan Liris Sukoharjo)

Abstrak

Perusahaan yang bergerak di bidang textile sekaligus di bidang garment yang

berada di Sukoharjo, Jawa Tengah bernamakan PT. Dan Liris merupakan

perusahaan yang cukup dikenal sampai luar negerei. Pada penelitian ini

membahas pada beban dan postur kerja pada operator di bagian garment dari kain

sampai proses finishing yang dilakukan pekerja secara berulang – ulang.

Penelitian ini dilakukan dengan menghitung beban kerja fisik dan juga beban

kerja mental serta postur kerja dengan metode %CVL untuk mengukur beban

kerja fisik dan untuk mengukur beban kerja mental menggunakan metode NASA

– TLX serta metode RULA untuk menganalisis postur kerja dengan di bantu

aplikasi VISIO. Dari perhitungan beban kerja fisik yaitu 25,41% pada membuat

pola, memotong kain 23,50%, menjahit 25,57%, menyetrika 21,73%, dan

finishing 24,19% yang berarti pada beban kerja fisik tidak mengalami kelelahan

dan juga hasil dari beban kerja mental yaitu 18,54 pada membuat pola, memotong

kain 19,80, menjahit 41,29, menyetrika 28,53, dan finishing 18,71 yang berarti

beban mental yang didapat berada dalam katagori sangat rendah pada proses

membuat pola, momotong kain, dan finishing lalu pada proses menyetrika dengan

katagori rendah dan proses menjahit dengan katagori sedang serta postur kerja

memiliki hasil pada yaitu pada membuat pola dengan nilai 4, memotong kain

dengan nilai 6, menjahit dengan nilai 4, menyetrika dengan nilai 6, dan finishing

dengan nilai 3.

Kata kunci: Beban Kerja, NASA – TLX, Postur Kerja, RULA, %CVL

Abstract

A company that is engaged in textile as well as in the garment field located in

Sukoharjo, Central Java under the name of PT. Dan Liris is a company that well

known to foreign countries. This study discusses the load and work posture on the

operator in the garment part of the fabric until the finishing process is done

repeatedly by the worker. This research was conducted by calculating physical

workload as well as mental workload and work posture with% CVL method to

measure physical workload and to measure mental workload using NASA - TLX

method and RULA method to analyze work posture by being assisted by VISIO

application. From the calculation of physical workload that is 25.41% in making

patterns, cutting cloth 23.50%, sewing 25.57%, ironing 21.73%, and finishing

24.19% which means that the physical workload does not experience fatigue and

also the result of mental workload is 18.54 on making patterns, cutting cloth

Page 6: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

2

19.80, sewing 41.29, ironing 28.53, and finishing 18.71 which means that the

mental load obtained is in a very low category in the process of making patterns,

cutting cloth, and finishing in the process of ironing with a low category and

sewing process with medium category and work posture has the result of making

a pattern with a value of 4, cutting the fabric with a value of 6, sewing with a

value of 4, ironing with a value of 6, and finishing with a value of 3.

Keyword: NASA - TLX, RULA, Workload, Work Posture, % CVL

1. PENDAHULUAN

Pakaian merupakan kebutuhan primer manusia yang semakin lama semakin

mengikuti perkembangan, oleh karena itu beberapa jenis pakaian haruslah dibuat

dengan semenarik mungkin dan juga senyaman mungkin untuk dipakai guna

menarik keinginan konsumen untuk membelinya. Semakin tahun ke tahun pakaian

memiliki beberapa fungsi yang dapat melindungi tubuh dari panas, dingin maupun

terdapat pakaian yang di buat untuk memberikan kenyamanan dengan fungsinya

masing-masing.

Penjahit dalam membuat pakaian haruslah berhati-hati dalam pembuatan pakaian,

karena diperlukan ketelitian dan kesabaran agar pakaian dapat diselesaikan

dengan benar dan juga operator terhindar dari kecelakaan yang disebabkan karena

bekerja dengan terburu-buru, kurang memahami, ataupun kelalaian yang di

sebabkan karena kelelahan dalam melakukan pekerjaan. Penelitian pada penjahit

juga penting dikarenakan apabila posisi dalam melakukan penjahitan salah maka

akan mengalami ganguan musculoskeletal dan juga apabila terdapat masalah pada

mental operator dapat mengalami kekurangan konsentrasi yang dapat

menyebabkan tertusuk jarum, terkena gunting, terkena setrum, bahkan salah

dalam menjahit.

Penelitian yang dilakukan yaitu yang pertama kali dilakukan di bagian garment

pada PT. Dan Liris dengan pengambilan data pada denyut nadi untuk mengetahui

beban kerja fisik pekerja dan juga dengan metode kuesioner untuk mengetahui

beban kerja mental pekerja serta dengan metode dokumentasi berupa pengambilan

gambar untuk meneliti postur tubuh dengan menggunakan metode RULA (Rapid

Upper Limb Assesment).

Page 7: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

3

Beban kerja yang dimiliki suatu pekerja terdapat dua faktor yaitu beban kerja

mental yang biasa mengarah pada pikiran pekerja baik tekanan waktu bekerja

ataupun dirumah dan beban kerja fisik yang biasa mengarah pada pekerjaan yang

menggunakan fisik (Zulfiqar: 2017), dalam beban kerja (workload) pekerja tidak

boleh memiliki beban kerja yang terkemudian belebihan karena dapat

menyebabkan penurunan produktivitas bahkan dapat menyebabkan cidera

dikarenakan beban kerja fisik yang berlebihan atau disebabkan karena beban

mental yang menimbulkan pekerja tidak focus dalam melakukan pekerjaannya.

Pengukuran yang dilakukan pada pekerja yaitu pada beban kerja fisik

menggunakan metode 10 denyut dilakukan dengan menghitung denyut pekerja

dan pengukuran pada beban kerja mental dilakukan dengan metode NASA – TLX

yang dilakukan dengan memberikan kuesioner lalu untuk pengukuran postur kerja

dilakukan dengan menggunakan metode RULA dengan cara mendokumentasi

berupa foto lalu dilakukan identifikasi sudut pada pekerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja fisik dan

juga mental para pekerja bagian garment dan juga memberikan usulan apabila

didapati beban kerja yang berlebihan serta untuk mengidentifikasi postur kerja

dan memberi usulan apabila didapatkan beban kerja yang dapat menyebabkan

cidera pada otot skeletal.

2. METODE

Penelitian tentang beban kerja dan postur kerja ini dilakukan pada PT. Dan Liris

Sukoharjo dengan meneliti pekerja pada bagian garment yaitu dari proses kain

menjadi pakaian. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan perbaikan apabila

didapati beban dan postur kerja yang kurang tepat sehingga akan dilakukan

perbaikan untuk menjadi lebih baik.

Penelitian yang dilakukan di bagian garment ini pada beban kerja fisik yaitu

dilakukan pengukuran langsung pada pekerja dengan cara manual yang dibantu

dengan alat stopwatch lalu untuk pengukuran beban kerja mental dilakukan

dengan melakukan penyebaran kuesioner pada pekerja lalu untuk postur kerja

dilakukan dengan cara mengabil dokumentasi pada setiap pekerjaan segingga

Page 8: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

4

dapat dilakukan pemberian sudut menggunakan aplikasi visio untuk mengetahui

sudut – sudut pada pekerja pada bagian garment.

2.1 Beban Kerja Fisik

Beban kerja fisik merupak suatu beban yang diterima oleh pekerja yang dapat

menguras fisik atau tenaga pekerja sehingga pekerja dapat menjadi kelelahan

apabila mendapat beban kerja fisik yang berlebihan. Bekerja secara berlebihan

melibatkan usaha fisik yang besar, konsumsi eneregi yang tinggi dan juga dapat

membebani paru-paru dan juga beban kerja fisik juga dapat dilihat oleh postur

kerja dan kondisi fisik seseorang (Rodrigues dkk: 2012).

Tarwaka (2004) salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban

kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi

paru-paru, dan suhu inti tubuh.

Pengukuran denyut jantung secara manual yaitu diukur menggunakan stopwatch

dengan waktu 1 menit (60 detik) yang menghasilkan berapa denyut jantung

sebelum maupun sesudah bekerja, tetapi terdapat metode untuk memudahkan

pengukuran yaitu dengan menggunakan metode pengukuran 10 denyut yang

berarti menghitung berapa waktu yang dihasilkan dalam 10 denyut jantung,

berikut perhitungan menggunakan metode 10 denyut :

Denyut Nadi (Denyut/Menit) = ………….(1)

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran penting dalam melakukan penelitian

beban kerja mulai dari istirahat sampai kerja maksimum, untuk menentukan

klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang

dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler

(cardiovasculair load = % CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% CVL = …………………….(2)

2.2 Beban Kerja Mental

Beban kerja mental merupakan tahapan untuk mengukur pekerja untuk melihat

pekerja tersebut apakah memilikih beban kerja yang tinggi atau tidak pada mental

pekerja. Pengukuran beban kerja mental juga berguna untuk meminimalisir suatu

Page 9: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

5

kesalahan dan juga dapat memaksimalkan pekerjaan apabila seorang pekerja

dinilai memiliki beban kerja mental yang tidak tinggi.

Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan metode National

Aeronautics and Space Administration-Task Load (NASA-TLX). NASA-TLX

pertama kali digunakan oleh kelompok kinerja NASA untuk meneliti beban kerja

pada pekerja di penerbangan, dan juga perawatan kesehatan kemudian metode itu

dapat digunakan untuk menilai beban kerja untuk penilaian pekerja.

Menurut Cao dkk (2009) NASA-TLX memiliki dua bagian penilaian yaitu

peringkat dan bobot, peringkat untuk masing-masing dari enam subskala

diperoleh dari subjek setelah selesai melakukan tugas dan peringkatnya yaitu 0 –

100 sedangkan bobot ditentukan oleh pilihan subyek dari subskala yang paling

relevan beban kerja untuk mereka dari sepasang pilihan.

2.3 Postur Kerja

Postur kerja yang tidak benar dapat menyebabkan pekerja mengalami cidera pada

otot (musculoskeletal) oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya kesalahan

pada postur kerja dapat dilakukan peninjauan menggunakan metode RULA

(Rapid Upper Limb Assessment) untuk menilai pekerja dan juga memberikan

arahan yang benar untuk postur kerja yang benar.

RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan metode yang digunakan untuk

investigasi ergonomi tempat kerja dimana gangguan ekstrem terkait pekerjaan.

RULA tidak memerlukan peralatan khususus dalam pemberian penilaian cepat

postur leher, badan, dan tungkai atas bersama dengan fungsi otot dan beban

eksternal yang dialami oleh tubuh dan dapat dilakukan dengan tabel RULA untuk

melakukan penilaian terhadap postur kerja (Mcatamney dan Corlett, 1993).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian yang dilakukan bertempatkan di PT. Dan Liris Sukoharjo

diperoleh data berupa denyut jantung pekerja, data kuesioner pada pekerja, dan

data postur kerja yang didapatkan dengan dokumentasi. Pada stasiun garment

terdapat 5 aktivitas pekerjaan yaitu membuat pola, memotong kain, menjahit,

menyetrika, dan proses finishing.

Page 10: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

6

3.1 Beban Kerja Fisik

Pengukuran beban kerja fisik yaitu dilakukan pengambilan data pada responden

yang meliputi proses pembuatan pola, proses pemotongan, proses penjahitan,

menyetrika dan proses finishing dengan pengambilan data nadi pekerja sebelum

bekerja dan setelah melakukan pekerjaan. Metode yang digunakan dalam

penelitian beban kerja fisik yaitu menggunakan metode 10 denyut untuk

menghitung selama berapa detik yang dihasikan dari 10 denyut yang di peroleh

dan waktu tersebut dikonversikan dalam satuan denyut per menit setelah

memperoleh hasilnya dilakukan pengolahan %CVL. Nadi istirahat (NI) dan nadi

kerja (NK) dilakukan pada pengukuran denyut nadi. Berikut merupakan hasil dari

perhitungan pada beban kerja fisik :

Tabel 1 Data Hasil Beban Kerja Fisik

Beban Kerja Fisik % CVL Keterangan

Membuat Pola 25,41 % Tidak Mengalami Kelelahan

Memotong Kain 23,50 % Tidak Mengalami Kelelahan

Menjahit 25,57 % Tidak Mengalami Kelelahan

Menyetrika 21,73 % Tidak Mengalami Kelelahan

Finishing 24,19 % Tidak Mengalami Kelelahan

Dari data diatas diketahui bahwa beban kerja fisik pada pekerja tidak ada yang

mengalami kelelahan.

3.2 Beban Kerja Mental

Metode NASA – TLX digunakan untuk melakukan pengukuran beban kerja

mental dengan mengajukan pertanyaan ke pekerja serta melakukan penyebaran

kuesioner pada responden untuk dilakukan pengambilan data untuk mengetahui

beban kerja mental yaitu melalui kuesioner yang berisikan perbandingan

berpasangan sebanyak 15 dan juga berisikan 6 indikator untuk mengetahui

seberapa besar beban kerja mental pekerja yang berisikan mental demand

(kebutuhan mental), physical demand (kebutuhan fisik), temporal demand

(kebutuhan waktu), effort (usaha), performance (performasi), dan frustation level

(tingkat frustasi).

Kuesioner berisikan enam pertanyaan yang berisikan masing – masing indikator

yang meliputi pertanyaan ke-satu yaitu tentang mental demand (kebutuhan

Page 11: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

7

mental) untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan mental pekerja, yang ke-dua

yaitu physical demand (kebutuhan fisik) untuk mengetahui kebutuhan fisik

pekerja, yang ke-tiga yaitu temporal demand (kebutuhan waktu) untuk

mengetahui kebutuhan waktu pekerja, yang ke-empat yaitu effort (usaha) untuk

mengetahui usaha yang dibutuhkan untuk mencapai target, yang ke-lima yaitu

performance (performasi) untuk mengetahui seberapa berhasil dalam mencapai

target, yang ke-enam yaitu frustation level (tingkat frustasi) untuk mengetahui

apakah pekerja mengalami frustasi dalam melakukan pekerjaannya dan masing –

masing indikator memiliki nilai 0 sampai 100 dengan kelipatan masing – masing

5. Berikut merupakan hasil dari perhitungan pada beban kerja mental :

Tabel 2 Data Hasil Beban Kerja Mental

Beban Kerja Mental WWL Keterangan

Membuat Pola 18,54 Sangat Rendah

Memotong Kain 19,80 Sangat Rendah

Menjahit 41,29 Sedang

Menyetrika 28,53 Rendah

Finishing 18,71 Sangat Rendah

Dari nilai WWL untuk beban kerja mental diatas diketahui terdapat 1 pekerjaan

dengan nilai sedang maka dapat diberi usulan perbaikan sebagai berikut:

1. Memberitahukan dan memperhitungkan jumlah produk yang akan dikerjakan

dengan waktu yang dimiliki untuk mengurangi tekanan terhadap pekerjaan.

2. Memberikan semangat dan motivasi kepada pekerja agar pekerja menjadi

semangat dan tidak terbebani atas target – target yang harus tercapai.

3. Memberikan hasil capaian yang sudah dilakukan pekerja tiap bulannya agar

pekerja dapat mengetahui hasil capaian yang sudah dilakukan selama satu bulan

untuk memberikan motivasi kepada pekerja.

4. Melakukan pengecekan keliling 2 – 4 kali per shift agar bisa memberi masukan

dan memberi motivasi kepada pekerja yang sekirannya didapati pekerja yang

kurang semangat ataupun pekerja yang mengalami kesulitan pada pekerjaannya.

Page 12: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

8

5. Memberikan acara bersama untuk mengakrapkan antar pekerja satu dengan lain

dikarenakan apabila pekerja salib akrab maka pekerjaan menjadi lebih nyaman

dan juga menimbulkan rasa aman.

3.3 Postur Kerja

Postur kerja merupalan suatu hal yang perlu diperhatikan karena apabila dalam

melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan kerja tubuh akan

menghasilkan gestur kerja dan apabila tidak diperhatikan maka pekerja akan

mengalami cidera pada otot skeletal sehingga mengalami penurunan performa

bekerja yang menimbulkan turunnya produksi, maka dari itu postur kerja yang

benar dapat mempertahankan produktivitas pekerjaan.

Postur kerja dilakukan pengukuran dengan metode RULA (Rapid Upper Limb

Assesment) dengan cara melakukan dokumentasi dengan foto untuk dilakukan

analisis pada postur pekerja dengan di bantu software visio untuk menentukan

sudut – sudut yang menghasilkan apakah potur kerja baik, aman atau bahkan

berbahaya.

Pengukuran RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dilakukan dengan cara

dokumentasi menggunakan foto untuk mengambil posisi dari pekerja untuk

dianalisis yaitu dari pekerjaan membuat pola, lalu memotong kain, setelah itu

melakukan penjahitan, setelah itu dilakukan penggosokan kain atau setrika pada

pakaian, lalu dilakukan proses terakhir yaitu finishing yang berupa melipat baju.

Berikut merupakan hasil dari perhitungan pada postur kerja :

Tabel 3 Data Hasil Postur Kerja

Postur Kerja Nilai Keterangan

Membuat Pola 4 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang

Memotong Kain 6 Segera dilakuka perubahan

Menjahit 4 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang

Menyetrika 6 Segera dilakuka perubahan

Finishing 3 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang

Pada tabel diatas menunjukan bahwa terdapat kegiatan yang segera dilakukan

perubahan dan juga terdapat kegiatan yang perubahan mungkin diperlukan dan

Page 13: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

9

resiko sedang maka dari itu diperlukan perbaikan untuk mengurangi terjadinya

cidera pada otot skeletal.

3.4 Usulan Perbaikan

Berdasarkan pada analisa beban dan postur kerja diatas maka penulis memiliki

rekomendasi perbaikan sebagai berikut :

1. Kursi Sandar Hidrolik

Kursi sandar hidrolik ini berguna agar pekerja menjadi nyaman karena kursinya

sendiri bisa diatur krtinggiannya yaitu antara 45cm – 70cm dan juga pada

sandaran tangan kursi dapat diturunkan untuk membuat pekerja leluasa dan juga

dapat dinaikan lagi apabila pekerja butuh peregangan otot atau sedikit beristirahat.

Kursi sandar hidrolik di rekomendasikan penulis untuk penjahit karena pekerjaan

menjahit membutuhkan kenyamanan untuk berkonsentrasi dan juga agar tidak

begitu merasa lelah setelah duduk bekerja selama lebih dari 5 jam.

Pekerjaan menjahit menjadi mudah karena kuris sandar hidrolik di lengkapi oleh

roda dibawah yang berguna untuk mempermudah pekerjaan dalam mengambil

kain di samping – samping dan juga bisa dapat dibuat untuk merenggangkan otot

dengan mudah dengan kursi sandar hidrolik. Berikut merupakan gambar yang

direkomendasikan untuk kursi sandar hidrolik dari penulis :

32 cm

38 cm

42 cm

45 cm

25 cm

70 cm

40 cm

Gambar 1 Kursi Sandar Hidrolik

Page 14: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

10

2. Kursi Hidrolik

Kursi hidrolik berguna untuk mempermudahkan pekerjaan yang sebelumnya

berdiri secara terus menerus kini dapat di kerjakan dengan duduk di kursi sambil

mengerjakan pekerjaanya seperti halnya menyetrika, melipat baju, memotong

kain, dan proses pembuatan pola pada kain.

Pekerja juga dapat sedikit beristirahat karena adanya kursi hidrolik sehingga tidak

terlalu terbebani dengan cara berdiri secara terus menerus dikarenakan apabila

pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri dengan terus menerus dapat

menyebabkan otot menjadi kaku dan juga menjadi kram. Berikut merupakan

rekomendasi dari penulis untuk kursi hidrolik:

28 cm

42 cm

80 cm – 105 cm

Gambar 2 Kursi Hidrolik

Perbaikan yang diberikan berupa kedua kursi tersebut kedepannya bertujuan

sebagai berikut :

1. Memberikan posisi nyaman kepeda pekerja dan juga ergonomi sehingga

terhindar dari terjadinya kecelakaan pada otot skeletal.

2. Pekerja menjadi rileks dan juga dapat bergerak dengan mengatur kursi sesuai

keinginan pekerja menggunakan kursi diatas.

Page 15: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

11

3. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan dengan berdiri agar bisa duduk

menggunakan kursi hidrolik karena cukup fleksibel untuk di atur sesuai kebutuhan

yang di inginkan.

Setelah dilakukan perbaikan maka terdapat hasil setelah perbaikan tersebut.

Berikut merupakan hasil dari perbaikan pada postur kerja dengan menggunakan

usulan penulis sebagai berikut :

Tabel 4 Data Hasil Perbaikan Postur Kerja

Postur Kerja Nilai Keterangan

Membuat Pola 3 Skor akhir 4 menjadi 3

Memotong Kain 3 Skor akhir 6 menjadi 3

Menjahit 3 Skor akhir 4 menjadi 3

Menyetrika 4 Skor akhir 6 menjadi 4

Finishing 3 Skor akhir 3 menjadi 3

4. PENUTUP

Berdasarkan pada penelitian diatas yang dilakukan pembahasan dan juga

pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut:

1. Berdasarkan dari hasil pengolahan yang dilakukan dari data responden pada

pengukuran beban kerja fisik yaitu menghasilkan nilai %CVL (cardiovesculer

load) pada pembuatan pola sebesar 25,41 %, pada pemotongan kain sebesar 23,5

%, pada proses menjahit sebesar 25,57 %, pada proses menyetrika sebesar 21,73

%, dan pada proses finishing sebesar 24,19 % yang berarti bahwa pekerja dalam

melakukan kegiatannya di bagian garment tidak mengalami kelelahan, jadi pada

pekerjaan di garment pekerja tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga yang

dapat menimbulkan kelelahan pada saat bekerja.

2. Berdasarkan pada perhitungan beban kerja mental menggunakan metode NASA

– TLX yaitu nilai rata – rata dari WWL (Weighted WorkLoad) dari proses

membuat pola yaitu 18,54, pada proses memotong kain yaitu 19,80, pada proses

menjahit yaitu 41,29, pada proses menyetrika yaitu 28,53, dan pada proses

finishing yaitu 18,71 yang berarti dalam terdapat 1 proses yaitu menjahit dengan

katagori sedang dan terdapat pula 1 proses yaitu menyetrika yang memiliki

Page 16: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

12

katagori rendah serta 3 proses lainnya yaitu proses membuat pola, memotong

kain, dan juga finishing dalam katagori sangat rendah.

3. Berdasarkan pada pengolahan postur kerja menggunakan metode RULA (Rapid

Upper Limb Assesment) pada lima kegiatan yaitu membuat pola, memotong kain,

menjahit, menyetrika, dan finishing didapatkan pada nilai yaitu pada proses

membuat pola dengan nilai 4 yang berarti perubahan mungkin diperlukan dan

resiko sedang lalu pada proses memotong kain yaitu mendapat nilai yaitu 6 yang

berarti pada pekerjaan pemotongan kain segera dilakukan perubahan lalu pada

proses menjahit memiliki nilai 4 yang berarti dalam kegiatan tersebut perubahan

mungkin diperlukan dan resiko sedang lalu padan proses menyetrika memiliki

nilai 6 yang berarti pada pekerjaan menyetrika segera dilakukan perubahan dan

yang terakhir pada proses finishing memiliki nilai 3 maka perubahan mungkin

diperlukan dan resiko sedang maka dari itu dilakukan perbaikan dan nilai akhir

pada proses membuat pola, memotong kain, menjahit, dan menyetrika mengalami

penurunan.

Page 17: EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah Publikasi.pdf · EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT

13

DAFTAR PUSTAKA

Cao, A dkk. 2009. NASA TLX : Software for Assessing Subjective Mental

Workload. Behaivor Research Methods. Vol.41 No.1 2009 : 113 – 117.

Wayne State University.

Dzikrillah, Nurul & Yuliani E.N.S. 2015. Analisis Postur Kerja Menggunakan

Metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Studi Kasus PT. TJ Forge

Indonesia. Jurnal Ilmiah Teknik Industri Universitas Mercubuana. Vol. 3

No. 3 2015.

Istighfaniar, Kun & Mulyono. 2016. Evaluasi Postur Kerja dan Keluhan

Muskoloskeletal Pada Pekerja Instalasi Farmasi. The Indonesian Journal

of Occuputional Safty and Helth. Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2016.

Mcatamney, L. & Corlett, EN. 1993. RULA : A Surfey Method For The

Investigation of Work-releted Upper Limb Disorders. Applied Ergonomics.

Vol.24 No.2 1993 : 91 – 99. University Park. Nottingham.

Rodrigues dkk. 2012. Assesment of Physical Workload in Boiler Operations.

Work Vol 41 2012 : 406 – 413.

Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA

Press. Surakarta.

Zulfiqar, M.A.R. 2017. Hubungan Antara Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja

Mental Berbasis Ergonomi Terhadap Tingkat Kejenuhan Kerja Pada

Karyawan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Surabaya Gempol. Jurnal

Sains Psikologi. Jilid. 6 No. 1 Maret 2017.