EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah...
Transcript of EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA …eprints.ums.ac.id/76989/8/Naskah...
EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR
KERJA PADA PROSES PRODUKSI GARMENT
PADA PT. DAN LIRIS
(Studi Kasus PT. Dan Liris Sukoharjo)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1
Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh:
ADETYA PRIYANDI
D 600 140 123
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
EVALUASI ERGONOMI UNTUK BEBAN DAN POSTUR KERJA PADA
PROSES PRODUKSI GARMENT PADA PT. DAN LIRIS
(Studi Kasus PT. Dan Liris Sukoharjo)
Abstrak
Perusahaan yang bergerak di bidang textile sekaligus di bidang garment yang
berada di Sukoharjo, Jawa Tengah bernamakan PT. Dan Liris merupakan
perusahaan yang cukup dikenal sampai luar negerei. Pada penelitian ini
membahas pada beban dan postur kerja pada operator di bagian garment dari kain
sampai proses finishing yang dilakukan pekerja secara berulang – ulang.
Penelitian ini dilakukan dengan menghitung beban kerja fisik dan juga beban
kerja mental serta postur kerja dengan metode %CVL untuk mengukur beban
kerja fisik dan untuk mengukur beban kerja mental menggunakan metode NASA
– TLX serta metode RULA untuk menganalisis postur kerja dengan di bantu
aplikasi VISIO. Dari perhitungan beban kerja fisik yaitu 25,41% pada membuat
pola, memotong kain 23,50%, menjahit 25,57%, menyetrika 21,73%, dan
finishing 24,19% yang berarti pada beban kerja fisik tidak mengalami kelelahan
dan juga hasil dari beban kerja mental yaitu 18,54 pada membuat pola, memotong
kain 19,80, menjahit 41,29, menyetrika 28,53, dan finishing 18,71 yang berarti
beban mental yang didapat berada dalam katagori sangat rendah pada proses
membuat pola, momotong kain, dan finishing lalu pada proses menyetrika dengan
katagori rendah dan proses menjahit dengan katagori sedang serta postur kerja
memiliki hasil pada yaitu pada membuat pola dengan nilai 4, memotong kain
dengan nilai 6, menjahit dengan nilai 4, menyetrika dengan nilai 6, dan finishing
dengan nilai 3.
Kata kunci: Beban Kerja, NASA – TLX, Postur Kerja, RULA, %CVL
Abstract
A company that is engaged in textile as well as in the garment field located in
Sukoharjo, Central Java under the name of PT. Dan Liris is a company that well
known to foreign countries. This study discusses the load and work posture on the
operator in the garment part of the fabric until the finishing process is done
repeatedly by the worker. This research was conducted by calculating physical
workload as well as mental workload and work posture with% CVL method to
measure physical workload and to measure mental workload using NASA - TLX
method and RULA method to analyze work posture by being assisted by VISIO
application. From the calculation of physical workload that is 25.41% in making
patterns, cutting cloth 23.50%, sewing 25.57%, ironing 21.73%, and finishing
24.19% which means that the physical workload does not experience fatigue and
also the result of mental workload is 18.54 on making patterns, cutting cloth
2
19.80, sewing 41.29, ironing 28.53, and finishing 18.71 which means that the
mental load obtained is in a very low category in the process of making patterns,
cutting cloth, and finishing in the process of ironing with a low category and
sewing process with medium category and work posture has the result of making
a pattern with a value of 4, cutting the fabric with a value of 6, sewing with a
value of 4, ironing with a value of 6, and finishing with a value of 3.
Keyword: NASA - TLX, RULA, Workload, Work Posture, % CVL
1. PENDAHULUAN
Pakaian merupakan kebutuhan primer manusia yang semakin lama semakin
mengikuti perkembangan, oleh karena itu beberapa jenis pakaian haruslah dibuat
dengan semenarik mungkin dan juga senyaman mungkin untuk dipakai guna
menarik keinginan konsumen untuk membelinya. Semakin tahun ke tahun pakaian
memiliki beberapa fungsi yang dapat melindungi tubuh dari panas, dingin maupun
terdapat pakaian yang di buat untuk memberikan kenyamanan dengan fungsinya
masing-masing.
Penjahit dalam membuat pakaian haruslah berhati-hati dalam pembuatan pakaian,
karena diperlukan ketelitian dan kesabaran agar pakaian dapat diselesaikan
dengan benar dan juga operator terhindar dari kecelakaan yang disebabkan karena
bekerja dengan terburu-buru, kurang memahami, ataupun kelalaian yang di
sebabkan karena kelelahan dalam melakukan pekerjaan. Penelitian pada penjahit
juga penting dikarenakan apabila posisi dalam melakukan penjahitan salah maka
akan mengalami ganguan musculoskeletal dan juga apabila terdapat masalah pada
mental operator dapat mengalami kekurangan konsentrasi yang dapat
menyebabkan tertusuk jarum, terkena gunting, terkena setrum, bahkan salah
dalam menjahit.
Penelitian yang dilakukan yaitu yang pertama kali dilakukan di bagian garment
pada PT. Dan Liris dengan pengambilan data pada denyut nadi untuk mengetahui
beban kerja fisik pekerja dan juga dengan metode kuesioner untuk mengetahui
beban kerja mental pekerja serta dengan metode dokumentasi berupa pengambilan
gambar untuk meneliti postur tubuh dengan menggunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assesment).
3
Beban kerja yang dimiliki suatu pekerja terdapat dua faktor yaitu beban kerja
mental yang biasa mengarah pada pikiran pekerja baik tekanan waktu bekerja
ataupun dirumah dan beban kerja fisik yang biasa mengarah pada pekerjaan yang
menggunakan fisik (Zulfiqar: 2017), dalam beban kerja (workload) pekerja tidak
boleh memiliki beban kerja yang terkemudian belebihan karena dapat
menyebabkan penurunan produktivitas bahkan dapat menyebabkan cidera
dikarenakan beban kerja fisik yang berlebihan atau disebabkan karena beban
mental yang menimbulkan pekerja tidak focus dalam melakukan pekerjaannya.
Pengukuran yang dilakukan pada pekerja yaitu pada beban kerja fisik
menggunakan metode 10 denyut dilakukan dengan menghitung denyut pekerja
dan pengukuran pada beban kerja mental dilakukan dengan metode NASA – TLX
yang dilakukan dengan memberikan kuesioner lalu untuk pengukuran postur kerja
dilakukan dengan menggunakan metode RULA dengan cara mendokumentasi
berupa foto lalu dilakukan identifikasi sudut pada pekerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja fisik dan
juga mental para pekerja bagian garment dan juga memberikan usulan apabila
didapati beban kerja yang berlebihan serta untuk mengidentifikasi postur kerja
dan memberi usulan apabila didapatkan beban kerja yang dapat menyebabkan
cidera pada otot skeletal.
2. METODE
Penelitian tentang beban kerja dan postur kerja ini dilakukan pada PT. Dan Liris
Sukoharjo dengan meneliti pekerja pada bagian garment yaitu dari proses kain
menjadi pakaian. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan perbaikan apabila
didapati beban dan postur kerja yang kurang tepat sehingga akan dilakukan
perbaikan untuk menjadi lebih baik.
Penelitian yang dilakukan di bagian garment ini pada beban kerja fisik yaitu
dilakukan pengukuran langsung pada pekerja dengan cara manual yang dibantu
dengan alat stopwatch lalu untuk pengukuran beban kerja mental dilakukan
dengan melakukan penyebaran kuesioner pada pekerja lalu untuk postur kerja
dilakukan dengan cara mengabil dokumentasi pada setiap pekerjaan segingga
4
dapat dilakukan pemberian sudut menggunakan aplikasi visio untuk mengetahui
sudut – sudut pada pekerja pada bagian garment.
2.1 Beban Kerja Fisik
Beban kerja fisik merupak suatu beban yang diterima oleh pekerja yang dapat
menguras fisik atau tenaga pekerja sehingga pekerja dapat menjadi kelelahan
apabila mendapat beban kerja fisik yang berlebihan. Bekerja secara berlebihan
melibatkan usaha fisik yang besar, konsumsi eneregi yang tinggi dan juga dapat
membebani paru-paru dan juga beban kerja fisik juga dapat dilihat oleh postur
kerja dan kondisi fisik seseorang (Rodrigues dkk: 2012).
Tarwaka (2004) salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban
kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi
paru-paru, dan suhu inti tubuh.
Pengukuran denyut jantung secara manual yaitu diukur menggunakan stopwatch
dengan waktu 1 menit (60 detik) yang menghasilkan berapa denyut jantung
sebelum maupun sesudah bekerja, tetapi terdapat metode untuk memudahkan
pengukuran yaitu dengan menggunakan metode pengukuran 10 denyut yang
berarti menghitung berapa waktu yang dihasilkan dalam 10 denyut jantung,
berikut perhitungan menggunakan metode 10 denyut :
Denyut Nadi (Denyut/Menit) = ………….(1)
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran penting dalam melakukan penelitian
beban kerja mulai dari istirahat sampai kerja maksimum, untuk menentukan
klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang
dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler
(cardiovasculair load = % CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
% CVL = …………………….(2)
2.2 Beban Kerja Mental
Beban kerja mental merupakan tahapan untuk mengukur pekerja untuk melihat
pekerja tersebut apakah memilikih beban kerja yang tinggi atau tidak pada mental
pekerja. Pengukuran beban kerja mental juga berguna untuk meminimalisir suatu
5
kesalahan dan juga dapat memaksimalkan pekerjaan apabila seorang pekerja
dinilai memiliki beban kerja mental yang tidak tinggi.
Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan metode National
Aeronautics and Space Administration-Task Load (NASA-TLX). NASA-TLX
pertama kali digunakan oleh kelompok kinerja NASA untuk meneliti beban kerja
pada pekerja di penerbangan, dan juga perawatan kesehatan kemudian metode itu
dapat digunakan untuk menilai beban kerja untuk penilaian pekerja.
Menurut Cao dkk (2009) NASA-TLX memiliki dua bagian penilaian yaitu
peringkat dan bobot, peringkat untuk masing-masing dari enam subskala
diperoleh dari subjek setelah selesai melakukan tugas dan peringkatnya yaitu 0 –
100 sedangkan bobot ditentukan oleh pilihan subyek dari subskala yang paling
relevan beban kerja untuk mereka dari sepasang pilihan.
2.3 Postur Kerja
Postur kerja yang tidak benar dapat menyebabkan pekerja mengalami cidera pada
otot (musculoskeletal) oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya kesalahan
pada postur kerja dapat dilakukan peninjauan menggunakan metode RULA
(Rapid Upper Limb Assessment) untuk menilai pekerja dan juga memberikan
arahan yang benar untuk postur kerja yang benar.
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan metode yang digunakan untuk
investigasi ergonomi tempat kerja dimana gangguan ekstrem terkait pekerjaan.
RULA tidak memerlukan peralatan khususus dalam pemberian penilaian cepat
postur leher, badan, dan tungkai atas bersama dengan fungsi otot dan beban
eksternal yang dialami oleh tubuh dan dapat dilakukan dengan tabel RULA untuk
melakukan penilaian terhadap postur kerja (Mcatamney dan Corlett, 1993).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan bertempatkan di PT. Dan Liris Sukoharjo
diperoleh data berupa denyut jantung pekerja, data kuesioner pada pekerja, dan
data postur kerja yang didapatkan dengan dokumentasi. Pada stasiun garment
terdapat 5 aktivitas pekerjaan yaitu membuat pola, memotong kain, menjahit,
menyetrika, dan proses finishing.
6
3.1 Beban Kerja Fisik
Pengukuran beban kerja fisik yaitu dilakukan pengambilan data pada responden
yang meliputi proses pembuatan pola, proses pemotongan, proses penjahitan,
menyetrika dan proses finishing dengan pengambilan data nadi pekerja sebelum
bekerja dan setelah melakukan pekerjaan. Metode yang digunakan dalam
penelitian beban kerja fisik yaitu menggunakan metode 10 denyut untuk
menghitung selama berapa detik yang dihasikan dari 10 denyut yang di peroleh
dan waktu tersebut dikonversikan dalam satuan denyut per menit setelah
memperoleh hasilnya dilakukan pengolahan %CVL. Nadi istirahat (NI) dan nadi
kerja (NK) dilakukan pada pengukuran denyut nadi. Berikut merupakan hasil dari
perhitungan pada beban kerja fisik :
Tabel 1 Data Hasil Beban Kerja Fisik
Beban Kerja Fisik % CVL Keterangan
Membuat Pola 25,41 % Tidak Mengalami Kelelahan
Memotong Kain 23,50 % Tidak Mengalami Kelelahan
Menjahit 25,57 % Tidak Mengalami Kelelahan
Menyetrika 21,73 % Tidak Mengalami Kelelahan
Finishing 24,19 % Tidak Mengalami Kelelahan
Dari data diatas diketahui bahwa beban kerja fisik pada pekerja tidak ada yang
mengalami kelelahan.
3.2 Beban Kerja Mental
Metode NASA – TLX digunakan untuk melakukan pengukuran beban kerja
mental dengan mengajukan pertanyaan ke pekerja serta melakukan penyebaran
kuesioner pada responden untuk dilakukan pengambilan data untuk mengetahui
beban kerja mental yaitu melalui kuesioner yang berisikan perbandingan
berpasangan sebanyak 15 dan juga berisikan 6 indikator untuk mengetahui
seberapa besar beban kerja mental pekerja yang berisikan mental demand
(kebutuhan mental), physical demand (kebutuhan fisik), temporal demand
(kebutuhan waktu), effort (usaha), performance (performasi), dan frustation level
(tingkat frustasi).
Kuesioner berisikan enam pertanyaan yang berisikan masing – masing indikator
yang meliputi pertanyaan ke-satu yaitu tentang mental demand (kebutuhan
7
mental) untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan mental pekerja, yang ke-dua
yaitu physical demand (kebutuhan fisik) untuk mengetahui kebutuhan fisik
pekerja, yang ke-tiga yaitu temporal demand (kebutuhan waktu) untuk
mengetahui kebutuhan waktu pekerja, yang ke-empat yaitu effort (usaha) untuk
mengetahui usaha yang dibutuhkan untuk mencapai target, yang ke-lima yaitu
performance (performasi) untuk mengetahui seberapa berhasil dalam mencapai
target, yang ke-enam yaitu frustation level (tingkat frustasi) untuk mengetahui
apakah pekerja mengalami frustasi dalam melakukan pekerjaannya dan masing –
masing indikator memiliki nilai 0 sampai 100 dengan kelipatan masing – masing
5. Berikut merupakan hasil dari perhitungan pada beban kerja mental :
Tabel 2 Data Hasil Beban Kerja Mental
Beban Kerja Mental WWL Keterangan
Membuat Pola 18,54 Sangat Rendah
Memotong Kain 19,80 Sangat Rendah
Menjahit 41,29 Sedang
Menyetrika 28,53 Rendah
Finishing 18,71 Sangat Rendah
Dari nilai WWL untuk beban kerja mental diatas diketahui terdapat 1 pekerjaan
dengan nilai sedang maka dapat diberi usulan perbaikan sebagai berikut:
1. Memberitahukan dan memperhitungkan jumlah produk yang akan dikerjakan
dengan waktu yang dimiliki untuk mengurangi tekanan terhadap pekerjaan.
2. Memberikan semangat dan motivasi kepada pekerja agar pekerja menjadi
semangat dan tidak terbebani atas target – target yang harus tercapai.
3. Memberikan hasil capaian yang sudah dilakukan pekerja tiap bulannya agar
pekerja dapat mengetahui hasil capaian yang sudah dilakukan selama satu bulan
untuk memberikan motivasi kepada pekerja.
4. Melakukan pengecekan keliling 2 – 4 kali per shift agar bisa memberi masukan
dan memberi motivasi kepada pekerja yang sekirannya didapati pekerja yang
kurang semangat ataupun pekerja yang mengalami kesulitan pada pekerjaannya.
8
5. Memberikan acara bersama untuk mengakrapkan antar pekerja satu dengan lain
dikarenakan apabila pekerja salib akrab maka pekerjaan menjadi lebih nyaman
dan juga menimbulkan rasa aman.
3.3 Postur Kerja
Postur kerja merupalan suatu hal yang perlu diperhatikan karena apabila dalam
melakukan suatu kegiatan yang berhubungan dengan kerja tubuh akan
menghasilkan gestur kerja dan apabila tidak diperhatikan maka pekerja akan
mengalami cidera pada otot skeletal sehingga mengalami penurunan performa
bekerja yang menimbulkan turunnya produksi, maka dari itu postur kerja yang
benar dapat mempertahankan produktivitas pekerjaan.
Postur kerja dilakukan pengukuran dengan metode RULA (Rapid Upper Limb
Assesment) dengan cara melakukan dokumentasi dengan foto untuk dilakukan
analisis pada postur pekerja dengan di bantu software visio untuk menentukan
sudut – sudut yang menghasilkan apakah potur kerja baik, aman atau bahkan
berbahaya.
Pengukuran RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dilakukan dengan cara
dokumentasi menggunakan foto untuk mengambil posisi dari pekerja untuk
dianalisis yaitu dari pekerjaan membuat pola, lalu memotong kain, setelah itu
melakukan penjahitan, setelah itu dilakukan penggosokan kain atau setrika pada
pakaian, lalu dilakukan proses terakhir yaitu finishing yang berupa melipat baju.
Berikut merupakan hasil dari perhitungan pada postur kerja :
Tabel 3 Data Hasil Postur Kerja
Postur Kerja Nilai Keterangan
Membuat Pola 4 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang
Memotong Kain 6 Segera dilakuka perubahan
Menjahit 4 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang
Menyetrika 6 Segera dilakuka perubahan
Finishing 3 Perubahan mungkin diperlukan, Resiko sedang
Pada tabel diatas menunjukan bahwa terdapat kegiatan yang segera dilakukan
perubahan dan juga terdapat kegiatan yang perubahan mungkin diperlukan dan
9
resiko sedang maka dari itu diperlukan perbaikan untuk mengurangi terjadinya
cidera pada otot skeletal.
3.4 Usulan Perbaikan
Berdasarkan pada analisa beban dan postur kerja diatas maka penulis memiliki
rekomendasi perbaikan sebagai berikut :
1. Kursi Sandar Hidrolik
Kursi sandar hidrolik ini berguna agar pekerja menjadi nyaman karena kursinya
sendiri bisa diatur krtinggiannya yaitu antara 45cm – 70cm dan juga pada
sandaran tangan kursi dapat diturunkan untuk membuat pekerja leluasa dan juga
dapat dinaikan lagi apabila pekerja butuh peregangan otot atau sedikit beristirahat.
Kursi sandar hidrolik di rekomendasikan penulis untuk penjahit karena pekerjaan
menjahit membutuhkan kenyamanan untuk berkonsentrasi dan juga agar tidak
begitu merasa lelah setelah duduk bekerja selama lebih dari 5 jam.
Pekerjaan menjahit menjadi mudah karena kuris sandar hidrolik di lengkapi oleh
roda dibawah yang berguna untuk mempermudah pekerjaan dalam mengambil
kain di samping – samping dan juga bisa dapat dibuat untuk merenggangkan otot
dengan mudah dengan kursi sandar hidrolik. Berikut merupakan gambar yang
direkomendasikan untuk kursi sandar hidrolik dari penulis :
32 cm
38 cm
42 cm
45 cm
25 cm
70 cm
40 cm
Gambar 1 Kursi Sandar Hidrolik
10
2. Kursi Hidrolik
Kursi hidrolik berguna untuk mempermudahkan pekerjaan yang sebelumnya
berdiri secara terus menerus kini dapat di kerjakan dengan duduk di kursi sambil
mengerjakan pekerjaanya seperti halnya menyetrika, melipat baju, memotong
kain, dan proses pembuatan pola pada kain.
Pekerja juga dapat sedikit beristirahat karena adanya kursi hidrolik sehingga tidak
terlalu terbebani dengan cara berdiri secara terus menerus dikarenakan apabila
pekerjaan yang dilakukan dengan berdiri dengan terus menerus dapat
menyebabkan otot menjadi kaku dan juga menjadi kram. Berikut merupakan
rekomendasi dari penulis untuk kursi hidrolik:
28 cm
42 cm
80 cm – 105 cm
Gambar 2 Kursi Hidrolik
Perbaikan yang diberikan berupa kedua kursi tersebut kedepannya bertujuan
sebagai berikut :
1. Memberikan posisi nyaman kepeda pekerja dan juga ergonomi sehingga
terhindar dari terjadinya kecelakaan pada otot skeletal.
2. Pekerja menjadi rileks dan juga dapat bergerak dengan mengatur kursi sesuai
keinginan pekerja menggunakan kursi diatas.
11
3. Pekerjaan yang sebelumnya dilakukan dengan berdiri agar bisa duduk
menggunakan kursi hidrolik karena cukup fleksibel untuk di atur sesuai kebutuhan
yang di inginkan.
Setelah dilakukan perbaikan maka terdapat hasil setelah perbaikan tersebut.
Berikut merupakan hasil dari perbaikan pada postur kerja dengan menggunakan
usulan penulis sebagai berikut :
Tabel 4 Data Hasil Perbaikan Postur Kerja
Postur Kerja Nilai Keterangan
Membuat Pola 3 Skor akhir 4 menjadi 3
Memotong Kain 3 Skor akhir 6 menjadi 3
Menjahit 3 Skor akhir 4 menjadi 3
Menyetrika 4 Skor akhir 6 menjadi 4
Finishing 3 Skor akhir 3 menjadi 3
4. PENUTUP
Berdasarkan pada penelitian diatas yang dilakukan pembahasan dan juga
pengolahan data maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut:
1. Berdasarkan dari hasil pengolahan yang dilakukan dari data responden pada
pengukuran beban kerja fisik yaitu menghasilkan nilai %CVL (cardiovesculer
load) pada pembuatan pola sebesar 25,41 %, pada pemotongan kain sebesar 23,5
%, pada proses menjahit sebesar 25,57 %, pada proses menyetrika sebesar 21,73
%, dan pada proses finishing sebesar 24,19 % yang berarti bahwa pekerja dalam
melakukan kegiatannya di bagian garment tidak mengalami kelelahan, jadi pada
pekerjaan di garment pekerja tidak mengeluarkan terlalu banyak tenaga yang
dapat menimbulkan kelelahan pada saat bekerja.
2. Berdasarkan pada perhitungan beban kerja mental menggunakan metode NASA
– TLX yaitu nilai rata – rata dari WWL (Weighted WorkLoad) dari proses
membuat pola yaitu 18,54, pada proses memotong kain yaitu 19,80, pada proses
menjahit yaitu 41,29, pada proses menyetrika yaitu 28,53, dan pada proses
finishing yaitu 18,71 yang berarti dalam terdapat 1 proses yaitu menjahit dengan
katagori sedang dan terdapat pula 1 proses yaitu menyetrika yang memiliki
12
katagori rendah serta 3 proses lainnya yaitu proses membuat pola, memotong
kain, dan juga finishing dalam katagori sangat rendah.
3. Berdasarkan pada pengolahan postur kerja menggunakan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assesment) pada lima kegiatan yaitu membuat pola, memotong kain,
menjahit, menyetrika, dan finishing didapatkan pada nilai yaitu pada proses
membuat pola dengan nilai 4 yang berarti perubahan mungkin diperlukan dan
resiko sedang lalu pada proses memotong kain yaitu mendapat nilai yaitu 6 yang
berarti pada pekerjaan pemotongan kain segera dilakukan perubahan lalu pada
proses menjahit memiliki nilai 4 yang berarti dalam kegiatan tersebut perubahan
mungkin diperlukan dan resiko sedang lalu padan proses menyetrika memiliki
nilai 6 yang berarti pada pekerjaan menyetrika segera dilakukan perubahan dan
yang terakhir pada proses finishing memiliki nilai 3 maka perubahan mungkin
diperlukan dan resiko sedang maka dari itu dilakukan perbaikan dan nilai akhir
pada proses membuat pola, memotong kain, menjahit, dan menyetrika mengalami
penurunan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Cao, A dkk. 2009. NASA TLX : Software for Assessing Subjective Mental
Workload. Behaivor Research Methods. Vol.41 No.1 2009 : 113 – 117.
Wayne State University.
Dzikrillah, Nurul & Yuliani E.N.S. 2015. Analisis Postur Kerja Menggunakan
Metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) Studi Kasus PT. TJ Forge
Indonesia. Jurnal Ilmiah Teknik Industri Universitas Mercubuana. Vol. 3
No. 3 2015.
Istighfaniar, Kun & Mulyono. 2016. Evaluasi Postur Kerja dan Keluhan
Muskoloskeletal Pada Pekerja Instalasi Farmasi. The Indonesian Journal
of Occuputional Safty and Helth. Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2016.
Mcatamney, L. & Corlett, EN. 1993. RULA : A Surfey Method For The
Investigation of Work-releted Upper Limb Disorders. Applied Ergonomics.
Vol.24 No.2 1993 : 91 – 99. University Park. Nottingham.
Rodrigues dkk. 2012. Assesment of Physical Workload in Boiler Operations.
Work Vol 41 2012 : 406 – 413.
Tarwaka dkk. 2004. Ergonomi dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA
Press. Surakarta.
Zulfiqar, M.A.R. 2017. Hubungan Antara Beban Kerja Fisik dan Beban Kerja
Mental Berbasis Ergonomi Terhadap Tingkat Kejenuhan Kerja Pada
Karyawan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk Cabang Surabaya Gempol. Jurnal
Sains Psikologi. Jilid. 6 No. 1 Maret 2017.